Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
APLIKASI TEKNOLOGI DAUR ULANG DALAM RANGKA MEREDUKSI VOLUME SAMPAH DI KAWASAN KUTA – KABUPATEN BADUNG Made Rai Suwartini dan Ellina S. Pandebesie Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
ABSTRAK Kecamatan Kuta merupakan kawasan wisata dengan angka kunjungan wisata mencapai 2,5 juta orang setiap tahunnya, di mana kunjungan terbanyak terjadi pada menjelang akhir tahun yaitu 4.095 orang/hari. Jumlah penduduk 37.341 jiwa (BPS Kab. Badung, 2007) dan pertumbuhan penduduk mencapai 2,84 % per tahun. Salah satu dampak yang muncul adalah tingginya jumlah timbulan sampah yang mencapai 455,88 m3/hari. Sebagai kawasan wisata, karakteristik sampah di kawasan ini pada umumnya terdiri dari kaleng, plastik dan kertas sehingga sangat berpotensi untuk didaur ulang. Studi ini dilakukan dengan menghitung timbulan sampah domestik maupun non domestik, komposisi sampah serta potensi reduksi yang dapat dilakukan. Selain itu dilakukan pula penyebaran kuesioner terhadap 75 orang responden untuk mengetahui pendapat masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah dari sumbernya serta pemilihan teknologi daur ulang yang dikehendaki. Penelitian ini menghasilkan bahwa volume sampah di Kecamatan Kuta mencapai 344,88 m3 yang berasal dari kegiatan domestik 42,01 % (144,88 m3/hari) dan kegiatan non-domestik 57,91 % (200,00 m3/hari). Potensi daur ulang dan komposting di daerah ini mencapai 49 % sehingga jika kegiatan ini dilakukan maka sampah yang diangkut ke TPA hanya 175,27 m3/hari. Jika pengadaan komposting dilakukan oleh masyarakat maka potensi reduksi hanya mencapai 9 % mengingat masyarakat yang bersedia membeli komposting 1.33 %. Jika pengadaan dilakukan oleh pemerintah maka potensi reduksi akan menjadi meningkat yaitu mencapai 30 % sehingga sampah yang terangkut 242,38 m 3/hari. Oleh karena itu maka perlu adanya dukungan pembiayaan dari pemerintah dalam hal penyediaan teknologi komposter sehingga pada tahun 2015 seluruh rumah tangga di Kecamatan Kuta telah melakukan program 3R. Kata kunci: Kawasan Wisata, Potensi Reduksi, Volume Sampah.
PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan pembangunan pada sektor pariwisata di Propinsi Bali, yang ditunjang oleh masyarakat yang memiliki tradisi sifat gotong royong yang tinggi dalam kesehariannya, tidaklah berlebihan slogan Ajeg Bali yang mengandung makna pelestarian budaya serta mempertahankan tradisi kedaerahan yang meliputi kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh masyarakat. Dalam rangka tetap mempertahankan Ajeg Bali dan menjaga kelestarian Pantai Kuta sebagai salah satu kawasan tujuan wisata utama di Kabupaten Badung, maka salah satu cara yang telah ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Badung melalui dinas terkait yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) adalah dengan tetap menjaga kebersihan wilayahnya. Ini dapat terwujud
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
apabila adanya komitmen dan tindakan nyata dari semua pihak, dalam hal ini Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat. Keterlibatan semua pihak sangat diperlukan sehingga konsep pariwisata yang berlandaskan Budaya sebagai penunjang devisa Negara dapat ditumbuh kembangkan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang mencapai 2,84 % per tahun dan tingginya kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan wisata pantai Kuta, maka akan berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah di kawasan ini. Menurut Dinas PU Prov. Bali sampah yang dihasilkan Kecamatan Kuta mencapai 455,88 m3 setiap hari. Pada saat ini truck yang melakukan pengangkutan di Kecamatan Kuta sebanyak 24 buah dengan kapasitas rata-rata 7 m3. Hanya 6 truck yang melakukan pengangkutan 2 kali dan sisanya 19 truck hanya mengangkut 1 kali dalam sehari. Oleh karena itu maka sampah yang terangkut hanya 217 m3/hari atau 47,61 % dari seluruh sampah yang dihasilkan oleh Kecamatan Kuta. Sedangkan target yang ingin dicapai terkait dengan pelayanan persampahan ini adalah 100 % penduduk terlayani di Kecamatan Kuta yang merupakan salah satu kawasan wisata di Pulau Bali (Dinas PU Provinsi Bali, 2000). Laju timbulan sampah di Kecamatan Kuta perlu ditekan mulai dari sumbernya dengan melakukan usaha daur ulang dan komposting. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R ( Reduce-Reuse-Recycle ). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, kegiatan minimisasi sampah merupakan pilihan yang harus dipilih untuk mengatasi sampah perkotaan. Upaya pemanfaatan "nilai guna" sampah saat ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Walau demikian, aktivitas-aktivitas pendaurulangan sampah saat ini belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam upaya meminimalisasi sampah kota yang diangkut ke TPA. Agenda 21 Indonesia mengemukakan bahwa tingkat pendaurulangan dan komposting sampah di Indonesia saat ini baru 8,1% dari total produksi sampah perkotaan, dan hal tersebut belum cukup untuk mengurangi laju timbulan sampah. Sebagai kawasan wisata, Kecamatan Kuta mempunyai komposisi sampah yang berpotensi untuk didaur ulang, di mana 60,5 % merupakan sampah organik yang dapat didaur ulang menjadi kompos. Selain itu sampah dari bahan kertas, plastik serta logam/kaleng dapat pula didaur ulang menjadi produk-produk yang dapat dimanfaatkan kembali. Konsep 3R juga mendukung tumbuhnya pekerjaan baru disektor informal yang terbukti mengurangi pengangguran (Cahyana,2007). Terkait dengan masalah 3R, beberapa penelitian telah dilakukan. Di Batu Pahat, Johor, Malaysia, program 3R sulit dilaksanakan walaupun pemerintah setempat telah melakukan sosialisasi dan menempatkan tempat sampah 3 warna di tempat-tempat umum. Hal ini terjadi mengingat kesibukan kerja walaupun pada dasarnya mereka paham akan pentingnya 3R. Oleh karena itu pemerintah perlu memikirkan suatu upaya baru yang sesuai dengan kondisi dan budaya masyarakat setempat (Seow, Jahi dan Syahrul, 2006). EPA menjelaskankan bahwa pada tahun 2006 proses komposting yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Amerika dapat menurunkan 82 juta ton sampah yang akan dibuang ke TPA, hal ini dapat menurunkan 32 % produk sampah nasional (WWW.EPA.GOV). Pemerintah Jepang telah peduli dengan persoalan sampah sejak tahun 1970 dengan membuat peraturan-peraturan yang sangat mendetail tentang pengolahan sampah. Selain itu, untuk mengontrol warga Jepang yang umumnya bersifat konsumtif dan tidak mau memakai barang second hand, pemerintah menggunakan strategi kampanye untuk menggunakan barang lebih lama (Matsumoto et.al., 2003). Studi yang dilakukan di Malaysia pada 2004-2006 menghasilkan bahwar recycling hanya dapat menekan timbulan sampah sebesar 2 – 5 % per tahun. Untuk meningkatkan hal tersebut perlu dilakukan 3 strategi: 1. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
meminimalkan produk sampah; 2. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat dalam hal 3 R; 3. peningkatan fungsi kelembagaan dalam membuat kebijakan-kebijakan untuk meminimalkan produksi sampah (Yamaudi, 2007). Dari permasalahan dan hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, sudah waktunya Kecamatan Kuta melaksanakan kegiatan 3R. Untuk mencapai tingkat pelayanan 100 % apakah penerapan daur ulang dan komposting di sumber-sumber sampah dapat mengurangi volume sampah yang harus di angkut ke TPA? Dari rumusan permasalahan tersebut di atas, maka yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menentukan upaya reduksi yang dapat digunakan untuk menekan laju timbulan sampah dan menentukan teknologi daur ulang yang paling tepat dan sesuai dengan masyarakat di Kecamatan Kuta sehingga keinginan untuk menurunan jumlah timbulan sampah dapat dicapai. METODOLOGI Penelitian ini dikelompokkan pada beberapa kegiatan yang merupakan pengamatan dan penelitian untuk mengetahui teknologi daur ulang yang paling sesuai diterapkan di Kecamatan Kuta untuk mereduksi jumlah timbulan sampah baik domestik maupun non domestik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data serta tahap analisa dan evaluasi data. Pada tahap pertama dilakukan kajian tentang perumusan masalah yang dihadapi serta merumuskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Tahap berikutnya adalah melakukan kajian literatur serta pengumpulan data baik primer maupun data sekunder. Tahap pengumpulan data merupakan tahap yang penting, karena hasil dari pengumpulan data ini dapat diketahui keadaan timbulan dan potensi reduksi timbulan sampah yang dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Menentukan Jumlah Timbulan Sampah Lokasi pengambilan contoh timbulan sampah berada di Kecamatan Kuta meliputi kawasan perumahan sebanyak 30 sampel, terdiri dari rumah permanen 7 sampel, semi permanen 9 sampel dan non permanen 14 sampel serta kawasan non perumahan yang meliputi kantor 3 sampel, sekolah 3 sampel, toko 3 sampel, rumah makan 3 sampel, pasar 1 sampel dan hotel 3 sampel. Setiap rumah diberikan 2 buah kantong plastik sebagai tempat mengumpulkan sampah. Kemudian kantong-kantong plastik yang sudah terisi sampah dikumpulkan dan diangkut ke tempat pengukuran. Tuang secara bergiliran contoh sampah tersebut ke kotak pengukur berukuran 40 liter. Hentakkan kotak 3 kali dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm, lalu jatuhkan ke tanah. Ukur dan catat volume sampah (Vs) dan timbang dan catat berat sampah (Bs) (SNI 19-3964-1995). Pengukuran sampel ini dilakukan selama 7 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 10 – 16 September 2007. Sedangkan untuk kawasan non perumahan diambil pada masing-masing sumber sampah, yang dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kawasan perumahan namun dengan menggunakan kotak berukuran 500 liter. Menentukan Komposisi Sampah Komposisi sampah ditentukan dengan cara memilah sampah berdasarkan komponen dan jenisnya yaitu sisa makanan dan daun-daunan (organik), kertas, kain/tekstil, karet/kulit, plastik, logam, gelas/kaca dan lain-lain. Kemudian masing-
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
masing komponen ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampah seluruhnya. Data komposisi juga diperlukan untuk menentukan besarnya recovery factor. Cara untuk mendapatkan data recovery factor ini dilakukan dengan mengikuti aktivitas pemulung dan literatur (Tchobanoglous, Theisen and Vigil, 1993) Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan diwilayah Kecamatan Kuta terhadap 75 orang responden yang dilakukan secara acak di 5 kelurahan dengan memakai sistem proporsional dibandingkan terhadap persentase jumlah penduduk (Singarimbun dan Effendi, 1989). Responden diminta keterangannya berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam usaha pemilahan dan reduksi sampah. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bersifat tertutup dengan jawaban bersifat langsung dalam bentuk skala bertingkat. HASIL DAN PEMBAHASAN Proyeksi Penduduk sampai Tahun 2015 Kecamatan Kuta berpenduduk 37.341 jiwa dengan kepadatan 2.099 jiwa/km2 serta pertumbuhan rata-rata 2,84 % per tahun. Penduduk terpadat terdapat di Kelurahan Tuban, dengan kepadatan mencapai 5.092 jiwa/km2 sedangkan kepadatan terendah adalah di Kelurahan Legian dengan kepadatan 1.098 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Badung, 2007). Dengan menggunakan metode Geometri diproyeksikan sampai akhir tahun 2015 sesuai dengan target MDGs dan NAP jumlah penduduk di Kecamatan Kuta adalah 48.036 jiwa. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Badung cukup tinggi, bahkan mencapai lebih 1 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya, kunjungan terbanyak terutama terjadi pada menjelang akhir tahun yaitu mencapai 4.095 orang/hari (Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2006). Sedangkan data jumlah kunjungan wisatawan domestik tidak terekam namun diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta kunjungan setiap tahunnya terutama pada saat liburan sekolah yaitu sekitar bulan Juni – Juli dan akhir tahun. Jumlah dan Komposisi Sampah di Kecamatan Kuta Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa jumlah timbulan sampah di Kecamatan Kuta adalah 3,88 l/org/hr, timbulan domestik hanya memberikan sumbangan 42,01 % dan sisanya 57,91 % merupakan sampah non-domestik sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Timbulan sampah di kawasan ini didominasi oleh bahan organik yaitu mencapai 60,5 %, sedangkan sampah bahan kertas 18,2 %, plastik 11,9 % dan logam/kaleng 3,8 %, karet/kulit 0,3 %. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampah di Kecamatan Kuta No. Sumber Sampah Volume (m3/hari) Persentase(%) 1 Domestik 144.88 42.01 2 Kantor 9.92 2.88 3 Hotel 105.64 30.63 4 Rest/Café 3.82 1.11 5 Toko 37.35 10.83 6 Jalan 4.99 1.45 7 Pasar 3.28 0.95 8 Kaw. Pantai 20.00 5.80 9 Sekolah 15.00 4.35 Jumlah 344.88 100.00 Sumber : Hasil Pengukuran Sampel, September 2007.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Potensi Reduksi Sampah di Kecamatan Kuta Faktor recovery ditentukan berdasarkan hasil survei lapangan, di mana diketahui bahwa faktor recovery timbulan sampah di Kecamatan Kuta mencapai 0,53 untuk sampah organik, 0,66 sampah logam/kaleng, 0,51 sampah plastik, 0,44 sampah kertas dan 0,29 sampah dari bahan gelas/kaca, rinciannya terlihat pada Tabel 3. Tabel 2. Komposisi Sampah Kecamatan Kuta No
Karakteristik
Sampah 1 Bahan organik 2 Kertas
Non Domestik
Dom
2
Rata
71.0%
Kantor 35.0%
Sekolah 56.2%
Toko 11.6%
R.Makan 92.5%
Jalan 68.7%
Pasar 79.1%
Hotel 57.7%
Pantai 73.2%
60.5%
3.1%
42.1%
19.9%
51.7%
1.3%
11.4%
4.7%
17.7%
12.2%
18.2%
3 Karet/kulit
0.3%
0.5%
0.2%
0.8%
0.0%
0.0%
0.3%
0.9%
0.2%
0.3%
4 Plastik
8.4%
16.7%
14.5%
25.0%
5.0%
7.3%
11.0%
11.8%
7.8%
11.9%
5 Kaca/gelas
2.2%
0.2%
1.0%
1.0%
0.0%
5.5%
1.6%
4.7%
0.7%
1.9%
6 Kain
1.1%
0.7%
0.2%
0.2%
0.0%
0.1%
1.3%
2.1%
0.4%
0.7%
7 Logam/kaleng
4.0%
1.9%
3.8%
8.7%
1.1%
6.2%
1.1%
2.5%
4.9%
3.8%
8 Lain-lain
9.9%
3.0%
4.3%
1.1%
0.2%
0.7%
0.9%
2.6%
0.5%
2.6%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Jumlah
Sumber : Hasil Pengukuran Sampel, September 2007.
Tabel 3. Faktor Recovery Sampah Kecamatan Kuta No 1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik Sampah Bahan organik Kertas Karet/kulit Plastik Kaca/gelas Kain Logam/kaleng Lain-lain
Dom 0.65 0.72 0.00 0.62 0.43 0.00 0.85 0.00
Non Domestik Kantor 0.99 0.85 0.00 0.59 0.80 0.00 0.76 0.00
Sekolah 0.66 0.75 0.00 0.70 0.59 0.00 0.86 0.00
Toko 0.16 0.26 0.00 0.33 0.00 0.00 0.76 0.00
Jalan 0.00 0.54 0.00 0.52 0.15 0.00 0.75 0.00
Rata-
R.Makan 0.75 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.13 0.00
Pasar 0.88 0.26 0.00 0.21 0.21 0.00 0.63 0.00
Hotel 0.66 0.45 0.00 0.84 0.21 0.00 0.20 0.00
Pantai 0.00 0.11 0.00 0.77 0.23 0.00 1.00 0.00
rata 0.53 0.44 0.00 0.51 0.29 0.00 0.66 0.00
Sumber : Hasil Pengukuran Sampel, September 2007 .
Tabel 4 memperlihatkan bahwa apabila dilakukan reduksi sampah dari sumbernya maka dapat mengurangi jumlah timbulan sampah di Kecamatan Kuta sampai 49 %, sehingga sampah yang akan diangkut ke TPA hanya 175,27 m3/hari. Jika hal ini berhasil dilakukan maka timbulan sampah di Kecamatan Kuta akan dapat terangkut seluruhnya sehingga Kuta sebagai kawasan wisata tidak akan mengalami masalah dalam hal timbulan sampah. Tabel 4. Potensi Reduksi Sampah Kecamatan Kuta No
Karakteristik
Komposisi (%)
Sampah
Jumlah Timbulan (m3/hari)
Faktor Recovery sampah
Potensi Reduksi (m3/hari)
Sisa Timbulan (m3/hari)
1
Bahan organik
60.55
208.82
0.53
110.46
98.36
2 3 4 5 6 7 8
Kertas Karet/kulit Plastik Kaca/gelas Kain Logam/kaleng Lain-lain Jumlah
18.23 0.35 11.94 1.88 0.68 3.80 2.57 100.00
62.87 1.20 41.16 6.50 2.35 13.11 8.86 344.87
0.44 0.00 0.51 0.29 0.00 0.66 0.00 0.49
27.58 0.00 21.04 1.89 0.00 8.63 0.00 169.60
35.29 1.20 20.12 4.61 2.35 4.47 8.86 175.27
Sumber : Hasil Analisa
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha 3R Usaha reduksi akan berhasil jika peranserta masyarakat sebagai aktor utama berjalan dengan baik dan maksimal. Mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah, dan adanya paradigma bahwa masalah sampah menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka dalam konteks ini pemerintah harus menciptakan kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan sampah, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kemitraan yang memungkinkan sampah dapat dikelola sesuai standar baku yang ada. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan pengelolaan sampah perlu lebih ditingkatkan lagi terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya usaha 3R dalam menurunkan jumlah timbulan sampah. Kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha reduksi sampah sejak dari sumber ini ditunjang dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang tinggi dalam hal pengelolaan sampah. Menurut hasil kuesioner, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memilah sampah sejak dari rumah/sumber sampah sudah cukup baik, ini dibuktikan dengan hasil kuesioner yang menyatakan sebanyak 98,67 % responden menyatakan pentingnya reduksi sampah sejak dari sumber, sedangkan yang menyatakan tidak penting 0 % dan tidak tahu 1,33 %. Peluang untuk meningkatkan peranserta masyarakat sangat besar untuk dilakukan. Dari hasil kuesioner diperoleh pendapat responden bahwa masyarakat bersedia untuk melaksanakan komposting skala rumah tangga. Responden yang bersedia untuk melaksanakan komposting mencapai 94,67 %, sedangkan kesediaan masyarakat berpartisipasi dengan melakukan pemilahan sejak dari sumber dengan memisahkan sampah dalam wadah yang berbeda cukup tinggi mencapai 73,33 %. Selain itu semua responden menyatakan mengetahui bahwa sampah dapat diolah menjadi kompos dan produk daur ulang. Walau demikian, masyarakat juga diliputi keragu-raguan untuk menggunakan komposter skala rumah tangga, karena dari hasil kuesioner yang menanyakan sikap masyarakat jika komposter itu ada, sebanyak 33,33 % menyatakan akan melihat terlebih dahulu apakah bisa menggunakan, sebanyak 65,33 % mengusulkan agar pemerintah dapat membantu pengadaan alat, 1,33 % akan membeli untuk keperluan di rumah. Teknologi yang ingin dipergunakan oleh masyarakat adalah komposter an aerobik seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang memilih teknologi komposter an aerobik mencapai 81,69 % dan yang memilih keranjang takakura hanya 18,31 % karena mereka menganggap bahwa ukuran keranjang takakura terlalu kecil dibandingkan volume sampah yang dihasilkan sehari-hari.
Gambar 1. Komposter an aerobik
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Dengan adanya pengomposan sampah skala rumah tangga, diharapkan volume sampah yang masuk ke TPA menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengurangi biaya pengangkutan dan memperpanjang masa pakai TPA. Potensi daur ulang dengan pembiayaan oleh masyarakat Dari hasil survei diperoleh data hanya 1,33 % yang bersedia membeli teknologi komposter dan yang bersedia melakukan pemilahan hanya 73 %. Oleh karena itu maka potensi daur ulang yang dicapai hanya 9 % dan sampah yang tereduksi hanya 30,19 m3/hari sebagaimana pada Tabel 5. Tabel 5. Potensi Daur Ulang melalui Pembiayaan Oleh Masyarakat No 1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik Sampah Bahan organik Kertas Karet/kulit Plastik Kaca/gelas Kain Logam/kaleng Lain-lain Jumlah
Komposisi (%)
Jumlah Timbulan (m3/hari)
60.55 18.23 0.35 11.94 1.88 0.68 3.80 2.57 100.00
208.82 62.87 1.20 41.16 6.50 2.35 13.11 8.86 344.87
Masy. yang bersedia mendaur ulang (%) 1.33 73 73 73 73 73 73 73 -
(m3/hari) 2.78 45.89 0.88 30.05 4.74 1.71 9.57 6.47 -
Factor Recovery sampah *) 0.53 0.44 0.13 0.21 0.20 0.00 0.12 0.00 0.09
Potensi
Sisa
Reduksi Timbulan (m3/hari) (m3/hari) 1.47 207.35 20.19 42.67 0.11 1.09 6.31 34.85 0.95 5.55 0.00 2.35 1.15 11.96 0.00 8.86 30.19 314.68
Keterangan : *) Hasil kuesioner
Potensi Daur ulang dengan pembiayaan oleh masyarakat dan pemerintah. Dari hasil survei diperoleh bahwa 65,33 % masyarakat menginginkan agar pembiayaan komposter dilakukan oleh pemerintah. Jika hal ini dilakukan maka potensi daur ulang dapat mencapai 30 % dan sampah yang perlu diangkut ke TPA hanya mencapai 242.38 m3/hari sebagaimana pada Tabel 6. Jika hal ini dilakukan maka pelayanan pengangkutan akan mencapai 70,28 % dengan kondisi dimana tidak seluruh truck dioperasikan 2 rit/hari. Jika semua truck dioperasikan 2 rit sehari, maka timbulan sampah di Kecamatan Kuta akan terangkut seluruhnya. Tabel 6. Potensi Daur Ulang melalui Pembiayaan Oleh Masyarakat dan Pemerintah No 1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik Sampah Bahan organik Kertas Karet/kulit Plastik Kaca/gelas Kain Logam/kaleng Lain-lain Jumlah
Komposisi (%) 60.55 18.23 0.35 11.94 1.88 0.68 3.80 2.57 100.00
Jumlah Timbulan (m3/hari) 208.82 62.87 1.20 41.16 6.50 2.35 13.11 8.86 344.87
Masy. yang bersedia mendaur ulang (%) 66.66 73 73 73 73 73 73 73 -
(m3/hari) 139.20 45.89 0.88 30.05 4.74 1.71 9.57 6.47 -
Factor Potensi Sisa Recovery Reduksi Timbulan sampah *) (m3/hari) (m3/hari) 0.53 73.78 135.05 0.44 20.19 42.67 0.13 0.11 1.09 0.21 6.31 34.85 0.20 0.95 5.55 0.00 0.00 2.35 0.12 1.15 11.96 0.00 0.00 8.86 0.30 102.49 242.38
Keterangan : *) Hasil kuesioner
Pembiayaan Untuk mendukung kegiatan 3R maka pemerintah perlu melakukan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan komposter. Pemerintah juga perlu menyediakan dana untuk pengadaan komposter dan penyuluhan. Pembiayaan dilakukan secara bertahap dengan pengadaan komposter 15 % per tahun sampai dengan tahun 2015, sebagaimana Tabel 7, sehingga pada tahun 2015 setiap keluarga telah memiliki komposter di rumah tangganya masing-masing.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 Tabel 7. Pembiayaan Dalam Rangka 3R No. Uraian 1 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2 Jumlah KK (1 KK = 5 jiwa) 3 Jumlah Komposter (unit) 4 Harga Komposter (Rp/unit). 5 Total Biaya Komposter (Rp). 6 Biaya Penyuluhan (Rp). Total Biaya (Rp).
2009 39,888 7,978 1,197 250,000 299,162,056 50,000,000 349,162,056
2010 2011 40,775 41,682 8,155 8,336 1,223 1,250 250,000 250,000 305,815,583 312,617,087 50,000,000 50,000,000 355,815,583 362,617,087
2012 2013 42,609 43,557 8,522 8,711 1,278 1,307 250,000 250,000 319,569,860 326,677,267 50,000,000 50,000,000 369,569,860 376,677,267
2014 44,526 8,905 1,391 250,000 347,745,713 50,000,000 397,745,713
2015 45,516 9,103 1,457 250,000 364,127,801 50,000,000 414,127,801
Sumber : Hasil analisa
KESIMPULAN Dari hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Potensi Reduksi di Kecamatan Kuta mencapai 49 %. Jika reduksi dilakukan maka sampah yang terangkut ke TPA hanya 175,27 m3/hari sehingga timbulan sampah di Kecamatan Kuta akan dapat terangkut seluruhnya dengan menggunakan sarana pengangkutan yang ada pada saat ini. 2. Masyarakat yang bersedia menyediakan komposter adalah 1,33% sedangkan yang bersedia melakukan pemilahan adalah 73 % sehingga terjadi potensi reduksi sebesar 9 % atau sampah yang masih harus diangkut ke TPA mencapai 314,68 m3/hari. 3. Jika pemerintah membantu dalam hal penyediaan komposter maka terjadi potensi reduksi sebesar 30 % atau sampah yang masih harus diangkut mencapai 242,38 m3/hari. 4. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya reduksi sampah mulai dari sumbernya, dapat dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi 3R, pelatihan kader lingkungan dan memberikan subsidi komposter sehingga diharapkan pada tahun 2015 seluruh keluarga di Kecamatan Kuta telah melakukan usaha 3R. DAFTAR PUSTAKA BPS Kab. Badung, (2007), Kabupaten Badung Dalam Angka tahun Dinas Pariwisata Kab. Badung, (2006), Laporan Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara SNI 19-3964-1995, (1995), Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional. Dinas PU Provinsi Bali, (2000), Technical Assistance Services to the provincial Government of Bali in Solid Waste Management in Bali and Opportunities of Public Private Partnership, Final Report Cahyana Gede H.,(2007), Resiko PLTSa, WWW.pikiran-rakyat.co.id, Desember 2007. Matsumoto T., Ishizaki M., Zuo J. dan Shimamoko T., (2003), ”Life Cycle Simulation on Introduction Scenarios of Recycling System for Domestic Food Waste”, Environmental Systems Research, Vol. 31, pp. 125-132. Seow T. W., Jahi J. Md. dan Syahrul I., (2006), ”Tingkah Laku Masyarakat Terhadap Program Kitar Semula: Kajian Kes di Daerah Batu Pahat”, Journal of Resources, Conservation & Recycling, No. 21, pp.213 – 226.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Singarimbun M. dan Effendi S., (1989), Metode penelitian Survai, LP3ES, Jakarta Tchobanoglous G., Theisen H. dan Vigil S. A., (1993), Integrated Solid Waste Management, McGraw-Hill International Editions. U.S. Environmental Protection Agency., (2007), Municipal Solid Waste: Reduce, Reuse, and Recycle, WWW.epa.gov., Desember 2007. Yamaudi Hisashi, (2007), ”Japan’s ODA on Solid Waste Management: The Study on National Waste Minimization in Malaysia”, News Letter, No. 59, pp. 1-3
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-14-9