APLIKASI PARALON SEBAGAI ALAT SAMBUNG BULUH BAMBU TALI
MANUEL SARAGIH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Paralon sebagai Alat Sambung Buluh Bambu Tali adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan merupakan bagian dari penelitian Hibah Kompetensi Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS. dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Oktober 2013
Manuel Saragih E24080043
ABSTRAK MANUEL SARAGIH. Aplikasi Paralon sebagai Alat Sambung Buluh Bambu Tali. Dibimbing oleh NARESWORO NUGROHO. Penggunaan bambu sebagai bahan alternatif bangunan semakin luas, misalnya dalam penggunaan konstruksi rumah, tenda, panggung atau beberapa alat bantu manusia. Bambu yang memiliki kekuatan relatif lebih baik dibandingkan kayu menjadi salah satu faktor penyebabnya. Bambu juga memiliki bobot yang relatif ringan karena memiliki rongga, sehingga akan lebih mudah untuk prosesnya. Namun demikian sambungan bambu memiliki beberapa kendala dan memerlukan keahlian khusus. Paralon dari bahan Poli Vinil Chloride (PVC) sebagai alat sambung ddiduga memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan tali/ijuk. Penelitian aplikasi paralon sebagai alat sambung buluh bambu belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kelayakannya. Pada contoh uji sambungan paralon dilakukan pengujian sifat fisis yang meliputi kadar air, kerapatan, dan penyusutan, sedangkan pengujian sifat mekanis meliputi uji tekan dan uji lentur. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kekuatan sambungan paralon/PVC memiliki nilai 48% lebih baik dibandingkan dengan sambungan tali ijuk yaitu sebesar 276,45 kg/cm. Nilai MOE dan MOR dari paralon/PVC sebagai sambungan juga memiliki nilai 66,7% lebih besar dibandingkan dengan tali ijuk yaitu masing-masing sebesar 3069,63 kg/cm2 dan 385,50 kg/cm2. Kata kunci : Bambu. PVC. Sambungan
ABSTRACT MANUEL SARAGIH. Paralon Application as Connector of Rope Bamboo Culm. Supervised by NARESWORO NUGROHO. The use of bamboo as an alternative material of building increasingly widespread, i.e. house construction utilisation, tent, stage or some tools. Bamboo has relatively better strength properties than wood should be one contributing factor. Bamboo also has a relatively light weight because its has a cavity, so it will be easier to process. Futhermore, connecting bamboo has some constraints and required special expertise. Connector from Poly Vinil Choloride (PVC) has been expected better advantage compare than rope in bamboo connection. None has been using paralon for connecting devices on bamboo, then it is necessary to do research in the bamboo culm. PVC connector testing of physical properties include moisture content, density, and shrinkage, while testing the mechanical properties include bending test and compression test. The results showed that the strength of PVC connector has a better value 48% than the rope connector which is 276,45 kg/cm . MOE and MOR values of paralon as connector also have the respectively 66,7% which are 3069,63 kg/cm2 and 385,50 kg/cm2. Keywords : Bamboo, PVC, Connector
APLIKASI PARALON SEBAGAI ALAT SAMBUNG BULUH BAMBU TALI
MANUEL SARAGIH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Aplikasi Paralon sebagai Alat Sambung Buluh Bambu Tali : Manuel Saragih : E24080043
Disetujui oleh
Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc. Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS, M.Si NIP. 19490617 197911 2 001
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Paralon sebagai Alat Sambung Buluh Bambu Tali” yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Naresworo Nugroho, MS selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ketua Departemen Hasil Hutan beserta staf atas bantuannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa (Drs. Syah Limmer Saragih), Mama (Rosdiana Frida Purba), keluarga besar (Bang Dian, Kak Lidya, Kak Vika dan Kak Elin) atas doa, dukungan, kasih sayang dan motivasi. Serta dukungan dan bantuan dari Mas Irfan dan teman-teman (Kak Jhon Habibi, Christian Halawa, Saut Hutabarat) serta teman PKL (Rizki Agung Ramadhan dan Agung Sedayu) juga teman yang selalu membantu saya Kanti dan tak terkecuali semua pihak yang tidak dapat disebutkan saya ucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor,
November 2013
Manuel Saragih
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan
2
Manfaat
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Bambu
2
Sifat dan Mekanis Bambu
3
Bambu Tali
3
Sambungan PVC
4
Baut dan Ring
6
METODE PENELITIAN
7
Waktu dan Lokasi Penelitian
7
Alat dan Bahan
7
Pengambilan Contoh
7
Sistematika Penelitian
7
Pengujian
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Hasil
10
Pembahasan
14
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
23
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sifat fisis dan mekanis beberapa jenis bambu Data teknis pipa PVC Spesifikasi teknis PVC Daftar ukuran bentuk socket Daftar ukuran bentuk tee Daftar ukuran bentuk elbow Hasil uji lentur sambungan PVC tee Hasil uji tekan sambungan PVC elbow Hasil uji tekan sambungan PVC socket
3 4 5 5 5 6 12 13 13
DAFTAR GAMBAR 1. Bambu tali 2. PVC socket 3. PVC elbow 4. PVC tee 5. Baut dan ring 6. Diagram alir penelitian 7. Sample uji PVC tee 8. Sample uji PVC elbow 9. Sample uji PVC socket 10. Pengujian kekuatan tekan dan lentur dengan UTM Instron 11. Histogram sifat fisis bambu tali 12. Histogram kerapatan bambu tali 13. Histogram uji lentur PVC tee 14. Histogram uji lentur PVC socket 15. Histogram tegangan tekuk PVC elbow 16. Histogram momen lentur PVC elbow 17. Contoh kerusakan pada PVC tee 18. Contoh kerusakan pada PVC elbow
4 6 6 6 6 8 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 13 13
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data hasil uji sifat fisis dan mekanis 2. Grafik uji kekuatan lentur dan tekan 3. Dokumentasi pengujian dan hasil uji
18 19 22
PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini penggunaan bambu sebagai alternatif rangka bahkan kuda-kuda suatu bangunan semi permanen semakin marak, contohnya pada konstruksi rumah, tenda, rangka panggung, serta alat bantu mengangkat barang. Kekuatan dan kelenturan bambu yang mempunyai ketahanan cukup bagus dibandingkan dengan kayu menjadi salah satu faktor pendukung. Bambu juga mempunyai berat yang relatif ringan karena mempunyai rongga, sehingga akan lebih mudah dalam proses pemindahannya (portable) dibandingkan dengan kayu, besi atau jenis logam lainnya. Keberadaan bambu yang cukup melimpah juga menjadi faktor pendukung dalam penggunaannya, sehingga bambu mudah dan murah untuk didapatkan. Pada tahun 2000 diperkirakan luas tanaman bambu di Indonesia adalah 2.104.000 ha yang terdiri dari 690.000 ha luas tanaman bambu di dalam kawasan hutan dan 1.414.000 ha luas tanaman bambu di luar kawasan hutan (INBAR 2005). Tanaman bambu dapat ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan, pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar, sehingga bambu dapat diperbanyak dengan cara memotong ruas – ruasnya. Bambu yang digunakan sebagai rangka maupun alat bantu dalam pekerjaan manusia seringkali mengalami kendala dalam penyusunan atau perakitannya. Bambu yang disusun ataupun dirakit membutuhkan alat sambung, sejauh ini alat sambung yang umumnya digunakan adalah sambungan tali/ijuk. Sambungan tali/ijuk pada bambu adalah menggabungkan dua ataupun lebih bambu dengan cara mengikat pada ujung-ujung bambu dan dirakit sedemikian rupa sehingga membentuk suatu rangka yang dibutuhkan. Sambungan ini mempunyai beberapa kelemahan, seperti tali/ijuk yang mengalami kelapukan terlebih dahulu dan menyebabkan sambungan menjadi kurang kokoh. Sambungan pada bambu merupakan faktor penting dalam perakitan bambu menjadi suatu rangka bangunan ataupun alat bantu kerja manusia, sehingga perlu diperhatikan secara seksama seberapa besar kekuatan dari sambungan ini. Paralon berbahan PVC (Poly Vinil Chloride) yang mempunyai kekuatan dan keawetan yang cukup bagus akan menjadi alat bantu sambungan bambu yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan menggunakan tali atau ijuk. Baut digunakan sebagai alat bantu tambahan guna memberikan kekakuan dalam penyambungan bambu tersebut seperti halnya pasak. Baut sebagai alat sambung tambahan diperlukan karena adanya celah atau jarak antara diameter bambu dengan diameter paralon. Alat sambung paralon dari PVC berperan dalam memberikan kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibandingkan dengan alat sambung yang selama ini dipakai, sehingga dapat meberikan nilai tambah ekonomis. Alat sambung paralon/PVC pada rangka bambu ataupun alat bantu kerja manusia dapat meminimalisir bahaya yang ditimbulkan akibat kerusakan sambungan.
Perumusan Masalah Alat sambung bambu yang selama ini menggunakan tali/ijuk mempunyai beberapa kendala terutama dalam hal keawetannya dan cara pemasangannya yang membutuhkan keahlian khusus. Paralon yang mempunyai kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibandingkan dengan tali/ijuk menjadi faktor pendukung untuk dapat digunakan sebagai substitusi alat sambung khususnya pada buluh bambu. Namun sejauh ini belum ada yang menggunakan paralon untuk alat sambung pada bambu, sehingga belum tersedia informasi dan data mengenai kekuatan alat sambung ini. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar kekuatan paralon sebagai alat sambung pada bambu dan kelayakan paralon/PVC sebagai alat sambung pada buluh bambu. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai kekuatan sambungan bambu menggunakan paralon/PVC dengan baut sebagai penguat dan kelayakan paralon/PVC sebagai alat sambung bambu untuk dijadikan rangka maupun kuda-kuda suatu bangunan. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan data mengenai kekuatan paralon/PVC sebagai alat sambung pada bambu serta kelayakan aplikasi paralon/PVC dalam pembuatan rangka dan kuda-kuda bangunan.
TINJAUAN PUSTAKA Bambu Bambu merupakan jenis tanaman yang termasuk dalam keluarga Bambusoideael yaitu anggota sub familia rumput-rumputan (Graminaea). Batang bambu memiliki rongga dan terbagi atas ruas (internode) dan dibatasi oleh buku (node). Pertumbuhan bambu sangat cepat (3-5 tahun) jika dibandingkan dengan kayu (Widjaja, 2001). Indonesia memiliki 143 jenis bambu dan 60 spesies tumbuh di Pulau Jawa. Salah satu bambu yang banyak tumbuh di Pulau Jawa adalah bambu tali (Gigantocholoa apus Kurz). Jenis bambu ini sering digunakan untuk konstruksi (Bachtiar, 2008). Penggunaan bambu sebagai bahan kontruksi sangat ditentukan oleh ketepatan pengawetan terhadap bambu, karena kadar pati pada bambu sangat tinggi, sehingga mudah sekali dimakan oleh rayap. Semakin tua umur bambu semakin besar juga berat jenisnya, sehingga semakin besar pula kekuatan mekanisnya. Menurut Sattar et al. (1991), berat jenis bambu maksimum dicapai pada umur 3 tahun, setelah itu berat jenisnya tidak bertambah lagi. Oleh karena itu, untuk penggunaan kosntruksi pada umumnya digunakan bambu berumur 3-6 tahun (Bachtiar, 2008).
Sifat Fisis dan Mekanis Bambu Sifat fisis dan mekanis ditentukan oleh struktur dari jaringan dalam ruasruas bambu. Kekuatan bambu sebagai bahan bangunan terletak pada susunan ruas-ruas yang ada diantara buku-buku (Wijayanti, 2008). Sedangkan sifat mekanis menurut Haygreen dan Bowyer (1993) adalah kekuatan dan kekakuan atau ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan. Sifat fisis bambu meliputi berat jenis, kadar air dan kembang susut. Seperti halnya kayu, sifat mekanis bambu sangat dipengaruhi oleh kadar air. Sifat mekanis bambu akan bertambah seiring dengan turunnya kadar air, dan berkorelasi positif terhadap berat jenisnya (Dransfield dan Wijaya, 1995). Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis beberapa jenis bambu No Sifat yang diuji Jenis Bambu Betung Gombong Kuning Tali Sembilang 1 Berat Jenis 0,61 0,55 0,52 0,71 0,65 2 Susut Volume (%) Basah – KU 10,62 12,36 11,29 11,05 12,45 KU – KT 4,99 4,96 4,74 4,49 4,6 Susut Tebal (%) Basah – KU 6,02 7,94 4,31 3,04 5,83 KU – KT 4,3 5,75 5,47 7,03 5,32 Susut Lebar (%) Basah – KU 4,81 6,58 3,19 2,48 6,3 KU – KT 4,83 5,96 4,19 7,57 3,6 2 3 MOR (kg/cm ) 1.638 1.356 1.148 1.824 -* 4 MOE (kg/cm2) 131,192 98,294 76,205 143,207 -* 5 Kuat Tekan // 605 521 455 627 -* 2 (kg/cm ) 6 Kuat Tarik // 2.127 1.914 1.322 1.907 2.004 2 (kg/cm ) Sumber : Syafi’i (1984) Keterangan : *) tidak dapat dibuat spesimen percobaan karena dinding terlalu tipis
Bambu Tali Bambu tali termasuk dalam genus Gigantochloa yang memiliki rumpun yang rapat. Nama ilmiah bambu tali adalah Gigantochloa apus. Bambu tali dikenal juga sebagai bambu apus, awi tali, atau pring tali (Berlian dan Rahayu, 1995). Idris et. al. (1994) menyatakan bahwa bambu tali memiliki kekuatan lentur 502,3-1240,3 kg/cm2, modulus elastisitas lentur 57.515-121.334 kg/cm2, keteguhan tarik 1.231-2.859 kg/cm2, dan keteguhan tekan 505,3-521,3 kg/cm2. Sifat mekanis bambu tali tanpa buku lebih besar dibandingkan dengan bambu tali dengan bukunya. Berlian dan Rahayu (1995) juga menyatakan bahwa tinggi bambu tali dapat mencapai 20 m dengan warna batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Diameter batang 2,5-15cm, tebal dinding 3-15 mm, dan panjang ruasnya 45-65 cm.
Gambar 1 Bambu tali digunakan sebagai bahan sambungan ini karena potensinya yang cukup tinggi sehingga keberadaannya mudah untuk ditemukan dan harganya menjadi lebih ekonomis. Bambu tali juga banyak terdapat di pasaran, sebab jenis bambu ini memiliki kekuatan dan keawetan yang cukup baik. Sambungan Poly Vinil Chloride (PVC) / Paralon Material PVC (Poly Vinil Chloride) yang biasa kita kenal sebagai plastik merupakan material yang biasa digunakan sebagai bahan sambungan pemipaan sanitasi dan drainase. Material ini banyak ditemukan di pasaran dan pemasangannya sangat mudah hanya menyambungkan pipa dengan sambungan sesuai dengan arah belokan pipa yang diinginkan. Tabel 2. Data teknis pipa PVC Sifat bahan Berat jenis Koefisien perpanjangan linier Konduktifitas panas Modulus elastisitas Ketahanan permukaan
Satuan g/cm3 Mm/m.0K W/m.0K N/mm2 Ohm
Nilai 1,40 8 x 10-2 0,15 3000 > 1012
Sumber : Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta
Jenis sambungan mempunyai berbagai bentuk, namun sambungan PVC yang dapat digunakan sebagai sambungan kontruksi terdapat lima bentuk, yaitu socket, tee, elbow, double tee, dan Y-Branch. Tetapi dengan pertimbangan untuk kemudahan saat pengujian maka digunakan bentuk sambungan lebih sederhana yaitu socket, tee, dan elbow. Paralon/PVC yang digunakan sebagai connector pada penelitian ini berdiameter 48 mm (1,5 inch). Jenis pipa PVC yang digunakan untuk pengujian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut (yang bercetak tebal merupakan spesifikasi sample yang digunakan);
Tabel 3. Spesifikasi PVC Diameter inch mm ½ ¾ 1 1¼ 1½ 2 2½ 3 4 5 6
22 26 32 42 48 60 76 89 114 140 165
Tebal Dinding (mm) 1,50 1,80 2,00 2,30 2,30 2,30 2,60 3,10 4,10 5,40 6,40
Panjang (m)
Sistem Penyambungan
Kode Produk
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SC SC SC SC SC SC SC SC SC SC SC
210022001 210026001 210032001 210042001 210048001 210060001 210076001 210089001 210114001 210140001 210165001
Sumber : Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta
Tabel 4. Daftar ukuran bentuk socket Ukuran Produk D (mm) L (cm) (inch) ½ 22,4 67 ¾ 26,5 77 1 32,6 87 1¼ 42,6 95 1½ 48,7 117 2 60,8 133 3 89,6 155 4 114,7 200 6 166 300
l (cm)
t (mm)
30 35 40 44 55 63 64 84 132
3,3 3,2 3,7 4,2 4,2 4,6 6,2 7,6 10,0
Kode Produk 221 000220 221 000260 221 000320 221 000420 221 000480 221 000600 221 000890 221 001140 221 001650
Sumber : Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta
Tabel 5. Daftar ukuran bentuk tee Ukuran Produk D (mm) (inch) ½ 22,4 ¾ 26,5 1 32,6 1¼ 42,6 1½ 48,7 2 60,8 3 89,6 4 114,7 6 166
L (cm)
l (cm)
t (mm)
Kode Produk
86 100 116 138 164 192 240 302 460
30 35 40 44 55 63 64 84 132
3,3 3,3 3,8 4,2 4,2 4,6 6,2 8,7 10,0
224 1000220 224 1000260 224 1000320 224 1000420 224 1000480 224 1000600 224 1000890 224 1001140 224 1001650
Sumber : Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta
Tabel 6. Daftar ukuran bentuk elbow Ukuran Produk D (mm) L (cm) (inch) ½ 22,4 30 ¾ 26,5 35 1 32,6 40 1¼ 42,6 44 1½ 48,7 55 2 60,8 63 3 89,6 64 4 114,7 84 6 166 132
t (mm) 3,3 3,2 3,7 4,2 4,2 4,6 6,2 7,6 10,0
Kode Produk 223 000220 223 000260 223 000320 223 000420 223 000480 223 000600 223 000890 223 001140 223 001650
Sumber : Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta
Gambar 2. PVC socket
Gambar 3. PVC elbow
Gambar 4. PVC tee
Baut dan Ring Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya. Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) untuk menahan dua obyek bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torsi menjadi gaya linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang miring yang membungkus suatu batang. Sebagian besar baut dipererat dengan memutarnya searah arum jam, yang disebut ulir kanan. Baut dengan ulir kiri digunakan pada kasus tertentu, misalnya saat baut akan menjadi pelaku torsi berlawanan arah jarum jam (Anonim, 2013) Selain baut, ada satu komponen yang Gambar 5. Baut dan ring juga memiliki sangkut paut di dalam proses perakitan, komponen itu adalah ring. Menurut awam, ring berfungsi sebagai penguat ikatan antara mur dan baut. Jika baut mengikat komponen lain tanpa mur, maka ring juga berguna sebagai pengunci baut. Jika memasang baut tanpa ring, baut bisa terlepas atau malah mengunci terlalu kuat dengan mur atau komponen motor lain. Ada banyak tipe ring, dari bentuknya yang paling sering dijumpai adalah ring pelat berbahan besi biasa. Ring ini biasanya dipakai pada posisi yang tidak terlalu penting. Biasanya ring ini selain memperkokoh ikatan baut, juga
menjaga agar agar baut atau mur tidak merusak komponen yang diikatnya (Anonim, 2013). Jika diaplikasikan pada sistem sambungan baut mutu tinggi pada pelat baja tipis, terbukti akan meningkatkan kinerja dari segi kekuatan, dan daktilitasnya (Dewobroto dan Besari, 2009).
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni-Agustus 2013 dan dilaksanakan di Labotarium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Peralatan utama pada penelitian ini adalah Universal Testing Machine (UTM) merek Instron. Peralatan pendukung lainnya adalah obeng, kunci pas ukuran 8, gergaji, solder serta bor ukuran kecil. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah bambu tali, paralon (tipe socket, elbow, dan tee), dan baut serta mur nya. Pengambilan Contoh Bambu tali diperoleh dari penjual bambu di Cibanteng Kabupaten Bogor dengan diameter 4-5 cm dan berumur 3-4 tahun, alat sambung menggunakan paralon yang diproduksi oleh PT. Wavin Duta dengan 3 (tiga) bentuk yaitu socket, elbow, dan tee dengan diameter 48,7 mm serta baut dengan panjang 7 cm dan dan ring yang berdiameter 2 cm. Perakitan untuk masing – masing bentuk paralon sebanyak 5 (lima) contoh uji. Sistematika Penelitian Penelitian memakai 3 (tiga) bentuk paralon yaitu socket, elbow, dan tee dengan diameter 48,7 mm. Bambu tali yang digunakan diameternya rata-rata ≤ diameter paralon tersebut. Baut digunakan sebagai penguat yang berukuran panjang ≥ diameter paralon.
Bambu Tali
Pemotongan Bambu (sampel ø 4-5 cm) 50 cm (10-15 x diameter sambungan)
Pengeboran Paralon dan Bambu (untuk peletakan baut)
Perakitan
Paralon Socket
Paralon Elbow
Paralon Tee
Pengencangan Baut Uji Mekanik (UTM Instron) Gambar 6. Diagram alir langkah penelitian Pengujian Analisis data menggunakan perbandingan antara nilai kekuatan sambungan tali/ijuk dengan paralon/PVC. Setiap contoh uji sambungan dilakukan pengujian untuk memperoleh nilai MOE dan MOR. MOE (Modulus of Elasticity) adalah nilai kekakuan lentur suatu bahan dalam menerima suata beban, sedangkan MOR (Modulus of Rupture) adalah nilai kekuatan suatu bahan dalam menerima suatu beban hingga bahan tersebut mengalami kerusakan (pecah). Nilai MOE dan MOR diperoleh dengan menggunakan rumus :
Keterangan : MOE MOR ∆P ∆y L d1 d2 л
= kekakuan lentur (kg/cm2) = keteguhan patah (kg/cm2) = selisih beban (kgf) = perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm) = panjang bentang (cm) = diameter luar bambu (cm) = diameter dalam bambu (cm) = 3,14
Sifat mekanis lain yang diuji adalah keteguhan tekan sejajar serat, sedangkan pengujian sifat fisis dilakukan untuk mendapatkan nilai kadar air (KA), kerapatan, serta penyusutannya, yaitu dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
BB BKT Kr BKU P l t ST T1 T2 SL L1 L2 Pmaks A
= berat basah (g) = berat kering tanur (g) = kerapatan (g/cm3) = berat kering udara (g) = panjang contoh uji (cm) = lebar contoh uji (cm) = tebal contoh uji (cm) = penyusutan dimensi tebal (%) = tebal saat BKU (cm) = tebal saat BKT (cm) = Penyusutan dimensi lebar (%) = lebar saat BKU (cm) = lebar saat BKT (cm) = beban tekan maksimum (kg) = luas penampang (cm2)
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif melalui pemaparan grafik serta tabel yang ada. Grafik dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
Gambar 7. Sample uji PVC tee
Gambar 8. Sample uji PVC elbow
Gambar 9. Sample uji PVC socket
Gambar 10. Pengujian kekuatan tekan dan lentur dengan UTM Instron
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Persentase (%)
Hasil uji sifat fisis bambu tali dapat dilihat pada gambar 11-12, sedangkan untuk hasil uji mekanisnya dapat dilihat pada gambar 13-15. Hasil dari uji kekuatan sambungan PVC pada bambu dapat terlihat pada tabel 7–9. Data menunjukan bahwa penggunaan bambu dengan menggunakan sambungan PVC dengan bentuk socket, elbow, dan tee memiliki ketahanan dan kekuatan yang cukup bagus dan layak untuk dapat digunakan sebagai alat sambung pada bambu. Hasil MOE dan MOR untuk kontrolnya menghasilkan masing-masing 6047,74 kg/cm2dan 789,38 kg/cm2 dan memiliki kekuatan tekan maksimum sebesar 23,77 kg/cm2. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
KA Kembang Susut
Sample 1
Sample 2
Sample 3
Sample 4
Sample 5
Gambar 11. Histogram sifat fisis bambu tali
0,68 Kerapatan (g/cm3)
0,66 0,64 0,62 0,6 Kerapatan
0,58 0,56 0,54 0,52 0,5 Sample 1
Sample 2
Sample 3
Sample 4
Sample 5
Gambar 12. Histogram kerapatan bambu tali Kekuatan Lentur (kg/cm2)
2000 1800 1600 1400 1200 1000
MOE
800
MOR
600 400 200 0 Sample 1
Sample 2
Sample 3
Sample 4
Sample 5
Gambar 13. Histogram uji lentur PVC tee
Kekuatan Lentur (kg/cm2)
3500 3000 2500 2000 MOE 1500
MOR
1000 500 0 Sample 1
Sample 2
Sample 3
Sample 4
Sample 5
Gambar 14. Histogram uji lentur PVC socket
10 Tegangan Tekuk (Kg/cm2)
9 8 7 6 5
Tegangan Tekuk
4 3 2 1 0 Sample 1 Sample 2 Sample 3 Sample 4 Sample 5
Momen Lentur (kg/cm)
Gambar 15. Histogram tegangan tekuk PVC elbow 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Momen Lentur
Sample 1 Sample 2 Sample 3 Sample 4 Sample 5
Gambar 16. Histogram momen lentur PVC elbow Tabel 7. Hasil uji lentur sambungan PVC tee Sample ke1. U (Up) L (Left) R (Right) 2. U L R 3. U L R 4. U L R 5. U L R
Diameter (cm) 4,5 4,5 4,6 4,8 4,6 4,7 4,7 4,3 4,4 4,4 4,5 4,5 4,3 4,4 4,5
Tebal (cm) 0,5 0,7 0,6 0,6 0,8 0,6 1,3 0,4 1 0,8 0,8 1,3 0,4 1 0,5
Rata-rata Jarak Baut (cm) 2,1 2 2,3 1,8 2,3 2,3 2,1 2 2 2,1 2,5 1,3 1,9 1,5 1,4
P maks (kg) 118.78
186.85
91.08
138.58 115.68
Tingkat Kerusakan A B+E B+F A+E B+E+H C+E+H B+E+G B+E B+E B+E+G E B+E+G C+E+G C+E+H B+E
Keterangan A : Bambu pecah 0-5 cm B : Bambu pecah 5- 10 cm C : Bambu pecah 1020 cm D : Bambu pecah >20 cm E : Lubang baut bergeser atau membesar 0-1 cm F : Lubang baut bergeser atau membesar 2-3 cm G : Paralon retak 0-3 cm H : Paralonretak >3cm
Tabel 8. Hasil uji tekan sambungan PVC elbow Sample ke1. L R 2. L R 3. L R 4. L R 5. L R
Diameter (cm) 4,6 4,5 4,6 4,5 4,8 4,5 4,5 4,7 4,7 4,2
Tebal (cm) 0,5 1 1 0,5 0,6 0,5 0,6 0,7 0,6 0,5
Rata-rata Jarak Baut (cm) 1,6 2,8 2.8 2.2 2,5 2,4 2,3 2,1 1,6 1,5
Gambar 17. Contoh kerusakan pada PVC tee
P maks (kg) 37,04 36,43 26,99 24,43 29,67
Tingkat Kerusakan A+E A A+E B+E B+F A B+E B+E+H A+E B+E+G
Keterangan A : Bambu pecah 0-5 cm B : Bambu pecah 5- 10 cm C : Bambu pecah 1020 cm D : Bambu pecah >20 cm E : Lubang baut bergeser atau membesar 0-1 cm F : Lubang baut bergeser atau membesar 2-3 cm G : Paralon retak 0-3 cm H : Paralon retak 3-5 cm
Gambar 18. Contoh kerusakan pada PVC elbow
Tabel 9. Hasil uji lentur sambungan PVC socket Sample ke1. L R 2. L R 3. L R 4. L R 5. L R
Diameter (cm)
Tebal (cm)
Rata-rata Jarak Baut (cm)
4,7 4,3 4.4 4.5 4,5 4,1 4,4 4,4 4,5 4,4
1,1 0,6 0,6 1 0,8 0,7 0,9 0,6 0,8 0,7
2,1 1,8 1,6 1,3 1,9 1,5 1,8 1,5 1,9 1,6
P maks (kg) 197,84 158,98 157,27 201,91 276,45
Tingkat Kerusakan
Keterangan
B+E A C+F A+E A B+E B+E+G D+F B+E A
A : Bambu pecah 0-5 cm B : Bambu pecah 5- 10 cm C : Bambu pecah 10-20 cm D : Bambu pecah >20 cm E : Lubang baut bergeser atau membesar 0-1 cm F : Lubang baut bergeser atau membesar 2-3 cm G : Paralon retak 0-3 cm H : Paralon retak >3cm
Pembahasan Kerusakan akibat beban yang diberikan pada sambungan PVC ini sebagian besar terjadi pada bagian sambungan baut sebagai fastener dengan bambu, sedangkan untuk kerusakan pada PVC nya sendiri jarang terjadi kerusakan dibandingkan dengan yang terjadi pada bambu. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan dan ketahanan PVC lebih besar dibandingkan dengan bambunya. Sambungan baut pada bambu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kerusakan akibat sisi-sisi bambu yang dilubangi baut mengalami gesekan. Hal ini menyebabkan bambu mendapatkan gesekan yang cukup besar antara sisi baut dengan bambu sehingga berdampak membesarnya diameter lubang bambu. Hal ini berdampak kekuatan dan ketahanan sambungan berkurang untuk menampung beban yang ada. Data hasil uji yang dihasilkan dengan menggunakan baut sebagai alat sambung tambahan mempunyai nilai yang cukup baik dan layak untuk diaplikasikan dalam kegiatan ataupun keperluan sehari-hari. Kekuatan tekan dan lentur sambungan PVC pada bambu dengan baut sebagai fastener nya ternyata mempunyai ketahanan yang cukup baik, meskipun dari beberapa data terdapat sampel yang mempunyai ketahanan yang kurang bagus. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kesulitan untuk mencari diameter bambu yang sesuai dengan diameter sambungan PVC. Terdapatnya gap atau ruang antara diameter PVC dengan bambu menyebabkan nilai MOE yang dihasilkan tidak terlalu baik. Hasil uji membuktikan bahwa semakin kecil selisih antara diameter PVC dengan bambu akan semakin kuat pula sambungan tersebut terutama nilai MOE nya. Hal inilah yang menyebabkan nilai MOE dari hasil uji masing-masing sambungan mempunyai nilai yang kurang memuaskan, sebab ketika dilakukan pengujian adanya gap antara bambu dengan PVC menyebabkan bambu yang mengalami penekanan langsung bergesekan dan mudah pecah ataupun retak. Kondisi ini dapat diminimalisir dengan cara mencari diameter bambu yang lebih sesuai atau dilakukan perlakuan khusus terdahulu terhadap bambu sehingga ketika bambu disambungkan dengan PVC gap yang terjadi tidak terlalu besar dan nilai MOE yang diperoleh akan lebih baik. Nilai kekuatan yang dihasilkan dari sambungan ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan nilai kekuatan sambungan bambu yang sudah ada sebelumnya contohnya sambungan tradisional dengan memakai tali ijuk. Sambungan bambu dengan cara tradisional dengan menggunakan tali ijuk ataupun pasak memiliki nilai MOE antara 500-1000 kg/cm2 sedangkan untuk nilai MOR nya sambungan tradisional ini memiliki kekuatan berkisar 80-200 kg/cm2 (Diastira, 2012). Hal ini menunjukan bahwa kekuatan sambungan dengan menggunakan PVC akan memberikan ketahanan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan dengan cara tradisional yaitu memakai tali ijuk ataupun pasak. Pada data hasil uji kekakuan juga memperlihatkan bahwa sambungan dengan menggunakan PVC memiliki kekakuan yang lebih tinggi karena PVC memiliki kekerasan yang lebih baik dibandingkan dengan tali ijuk yang hanya berfungsi sebagai pengikat saja. Faktor lainnya yang mempengaruhi kekuatan sambungan ini adalah letak baut sebagai fastener antara bambu dengan PVC serta bagian ujung batang bambu yang dilakukan perlakuan sambungan. Jarak baut yang tidak terlalu dekat dengan tepi PVC dapat mengurangi resiko pecah atau retaknya sisi tepi PVC ketika mendapatkan suatu beban. Jadi jarak yang aman dan bagus untuk peletakan baut
sebagai fastener antara 2-4 cm dari tepi PVC dimana diameter PVC yang digunakan adalah 48,7 cm. Peletakan bagian batang bambu akan lebih baik jika bagian ruas bukunya yang menjadi ujung bagian bambu yang mendapat perlakuan sambungan. Hal ini disebabkan karena pada bagian ruas buku bambu tersebut memiliki kekakuan dan kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian ruas bambu. Sebagian besar bambu yang mengalami kerusakan pada uji tekan merupakan bagian yang mendapatkan tekanan beban langsung. Hal ini disebabkan karena beban yang diterima lebih besar dibandingkan dengan bagian yang tidak mendapatkan tekanan beban secara langsung. Pada uji lentur, bagian yang rusak pada umumnya bagian yang mempunyai batang diameter bambu yang lebih rendah. Ketebalan bambu juga mempengaruhi kekuatan alat sambung PVC. Hasil uji memperlihatkan bahwa bambu yang memiliki ketebalan lebih besar mempunyai ketahanan yang lebih besar juga. Hal ini disebabkan bambu yang memiliki ketebalan besar lebih kaku dan kuat sehingga dapat menyeimbangkan kekakuan dan kekuatan alat sambung PVC. Ketahanan dan kekuatan alat sambung PVC ini dapat lebih besar jika sebelumnya bambu mendapatkan perlakuan khusus terlebih dahulu seperti penyesuaian kadar air hingga mencapai berat kering tanur. Layaknya kayu yang akan mempunyai kekuatan lebih besar jika kandungan air nya rendah, begitu juga dengan bambu. Ketahanan ini sudah lebih baik dibandingkan dengan sambungan dengan cara tradisional, selain karena nilai ketahanan dan kekuatan yang lebih baik, sambungan tradisonal membutuhkan keahlian khusus dalam hal mengikat tali ijuk untuk menyambungkan bambu yang ada, sedangkan dengan metode menggunakan PVC sebagai sambungan keahlian khusus ini tidak diperlukan lagi sehingga dalam aplikasinya semua masyarakat dapat menggunakannya tanpa pengecualian. Faktor terakhir yang mempengaruhi kekuatan sambungan ini adalah besarnya kerapatan yang dimiliki oleh bambu tersebut. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa ketika kerapatan bambu semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula besarnya beban yang dapat ditoleransi oleh sambungan tersebut. Pengujian ini telah memperlihatkan bahwa nilai kekuatan dan ketahanan sambungan bambu dengan menggunakan PVC memiliki nilai yang cukup baik. Nilai kekuatan serta MOE dan MOR hasil pengujian sambungan dengan kontrol yang ada tidak berbeda jauh sebagai indikatornya, sebab sambungan yang dipakai sebelumnya tidak dapat menyeimbangkan nilai kekuatan bambu yang ada sehingga kekuatan sambungannya menjadi kurang. Sambungan yang umumnya digunakan masyarakat adalah sambungan dengan cara tradisional yaitu penggunaan tali ijuk ataupun pasak tidak dapat menyeimbangkan nilai kekuatan dan ketahanan pada bambu tersebut. Hal ini menyebabkan nilai kekuatan dan ketahanan bambu tersebut menjadi kurang. Penggunaan PVC sebagai alat sambung pada bambu membuktikan bahwa sambungan dengan metode ini memiliki kekuatan dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan dengan cara tradisional yaitu penggunaan tali ijuk ataupun pasak. Aplikasi paralon sebagai alat sambung pada buluh bambu dapat digunakan sebagai rangka jembatan penyeberangan tradisional dan tenda darurat, karena nilai
kekuatan beban maksimum yang dapat ditahan oleh sambungan ini cukup baik. Nilai kekuatan beban maksimum jembatan tradisional pada umumnya sebesar 150kg, sedangkan kekuatan beban maksimum sambungan PVC berkisar antara 120-200kg (Anonim, 2013). Pada tenda darurat sendiri nilai beban maksimumnya bersifat tentatif. Beban yang ditanggung merupakan beban dari kekuatan angin dan berat dari kain penutup (terpal) tenda tersebut. Aplikasi PVC sebagai alat sambung pada buluh bambu dapat digunakan sebagai rangka atau kuda-kuda pada bangunan, mengingat nilai beban maksimum pada bangunan cukup besar yaitu berkisar antara 5000-7000kg maka diperlukan PVC dengan diameter dan ketebalan lebih besar serta buluh bambu yang lebih besar juga (Anonim, 2013). Sambungan ini akan mempunyai ketahanan dan kekuatan lebih baik jika dilakukan perlakuan khusus terdahulu pada bambu, misalnya adanya perlakuan pengawetan atau dapat juga melakukan pengisian material pada rongga bambu dengan bahan seperti kayu ataupun beton. Hal ini dapat meningkatkan nilai dari kekuatan sambungan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Alat sambung paralon berbahan PVC memiliki nilai MOE terbesar pada sambungan tipe socket dan tee masing-masing sebesar 3069,63 kg/cm2 dan 1747,64 kg/cm2 sedangkan nilai MOR terbesar masing-masing adalah 385,50 kg/cm2 dan 289,37 kg/cm2 dan nilai Momen Lentur dan Tegangan Tekuk pada tipe elbow masing-masing sebesar 926,87 kg/cm2 dan 8,89 kg/cm2. PVC sebagai alternatif sambungan pada bambu dengan baut sebagai pengencang memilki kekuatan yang cukup baik dan layak untuk diaplikasikan pada rangka ataupun kuda-kuda dengan bambu sebagai bahan bakunya. Saran Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai faktor diameter dimana akan lebih baik jika diameter bambu ≥ diameter paralon/PVC, tebal dinding, dan mengoptimalkan jarak baut dari tepi connector dan buluh bambu yang dapat menghasilkan nilai MOE dan MOR yang lebih baik dan juga perlakuan khusus dalam hal pengawetan bambu guna meningkatkan nilai ketahahan bambu saat pengujian.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Baut. [13 Agustus 2013] Bachtiar, G. 2008. Disertasi Pemanfaatan Buluh Bambu Tali sebagai Komponen pada Konstruksi Rangka Batang Ruang. IPB. Berlian N.V.A. dan Estu Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta. Dewobroto, W., dan Besari, S.. 2009. Distorsi Sambungan Baut akibat Curling dan Pencegahannya – Studi Kasus Sambungan Pelat Tipe Geser (lapjoint) dengan Baut Tunggal. Jurnal Teknik Sipil ITB. Edisi Vol. 16 No. 2. Bandung. Diastira, D.L. 2012. Sambungan Tradisional pada Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz) .Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Dransfield, S. dan Wijaya, EA. 1995. Plant Resources of South Asia 7, Bamboos. Backhuys Publisher, Leiden. Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. [diterjemahkan oleh Hadikusumo, S.A. dan Prawirohatmodjo, S] Gadjahmada University Press. Yogyakarta. Idris AA, Firmanti A, dan Purwito. 1994. Penelitian Bambu Untuk Bahan Bangunan. Makalah Seminar Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Bogor. INBAR. 2005. Global forest resources assessment. Update 2005. Indonesia country reporton bamboo resources. Forest Resources Assessment Working Paper (Bamboo) Food and Agriculture Organization of The United Nations, Forestry Department and International Networkfor Bamboo and Rattan (INBAR). Panduan Teknik dan Katalog Produk PVC PT. Wavin Duta Sattar MA, Kabir MF, Bhattacharjee DK. 1991. Bamboo on Their Physical and Mechanical Properties. Proceedings 4th International Bamboo Workshop on Bamboo in Asia and The Pacific. Chiangmai : 27-30 November 1991. Thailand : Forsa Publication, hlm 271 – 275. Syafi’i L. I. 1984. Sifat Fisis dan Mekanis Contoh Kecil Bebas Cacat Beberapa Jenis Bambu. Sripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-Jenis Bambu di Jawa. Seri Panduan Lapangan. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor. hlm 63-64. Wijayanti, D.A. 2008. Tesis Kontruksi Bambu pada Struktur Bangunan Bentang Lebar. UI.
Lampiran 1. Data hasil uji sifat fisis dan mekanis a). Hasil uji sifat fisis buluh bambu KA (%) Kerapatan (gr/cm3) 1 15,46 0,57 2 14,67 0,59 3 15,66 0,56 4 15,35 0,62 5 14,96 0,59 Rataan 15,22 0,58
Kembang Susut (%) 4,76 11,11 8,43 7,60 6,83 7,75
b). Hasil uji lentur PVC tee No. Sampel MOE (kg/cm2) 1 582,24 2 1159,99 3 1139,95 4 1433,73 5 1747,64 Rataan 1212,71
MOR (kg/cm2) 280,94 289,37 129,40 121,62 233,94 211,05
c). Hasil uji lentur PVC socket No. Sampel MOE (kg/cm2) 1 2211,77 2 2231,83 3 3069,63 4 3033,24 5 2925,66 Rataan 2694,43
MOR (kg/cm2) 305,68 285,32 297,20 362,37 385,50 327,21
d). Hasil uji tekan PVC elbow No. Sampel Tegangan Tekuk (kg/cm2) 1 8,12 2 7,98 3 6,66 4 6,03 5 8,89 Rataan 7,54
Momen Lentur (kg/cm) 926,87 910,83 674,96 610,78 741,96 773,08
250
250
200
200 Beban (Kg)
Beban (Kg)
Lampiran 2. Grafik uji kekuatan lentur dan tekan
150 100 50,7044 27,619603 8
50 0
50
2
4 6 Defleksi (cm)
8
10
a). Grafik uji sample 1 PVC tee
0
250
250
200
200
150 100 62,9138 64 39,0653 34
50
2
4 6 Defleksi (cm)
8
10
b). Grafik uji sample 2 PVC tee
Bebang (Kg)
Beban (Kg)
97,058 998 64,555 809
100
0 0
150 100
87,583 237 56,461
50
742
0
0 0
2
4 6 Defleksi (cm)
8
0
10
c). Grafik uji sample 3 PVC tee
250
250
200
200
150 89,7689 54,923682
100 50
2
4 6 Defleksi (cm)
8
10
d). Grafik uji sample 4 PVC tee
Beban (Kg)
Beban (Kg)
150
150 106,65 8562 63,689 236
100 50
3
0
0 0
2
4 6 Defleksi (cm)
8
e). Grafik uji sample 5 PVC tee
10
0
2
4 6 Defleksi (cm)
8
f). Grafik uji sample 1 PVC socket
10
250
200
200 Beban (Kg)
Beban (Kg)
250
150 100 55,8726 88 21,6586 7
50 0 0
2
4 6 Defleksi (cm)
0 8
10
250
200
200 129,182 312
100
64,9271 55
50
2
4 6 Defleksi (cm)
8
10
h). Grafik uji sample 3 PVC socket
Beban (Kg)
Beban (Kg)
0
250
150
108,61 7729 63,282 936
100 50
g). Grafik uji sample 2 PVC socket
147,912 979
150 100
83,5653 69
50 0
0 0
2
4 6 Defleksi (cm)
8
0
10
i). Grafik uji sample 4 PVC socket
2
4 6 Defleksi (cm)
8
10
j). Grafik uji sample 5 PVC socket
250
250
200
200 Beban (Kg)
Beban (Kg)
150
150 100
150 100 50
50 0 0
2
23,7456 11,7438 49 34 4 6 8 Defleksi (cm)
k). Grafik uji sample 1 PVC elbow
0 10
0
2
20,6857 11,8233 34 54 4 6 8 10 Defleksi (cm)
l). Grafik uji sample 2 PVC elbow
250
250
200 Beban (Kg)
Beban (Kg)
200 150 100
100 50
50 0 0
2
16,9997 75 10
8,65904 4 4 6 8 Defleksi (cm)
m). Grafik uji sample 3 PVC elbow
200 150 100 50
y = 1,2741x + 1,8832 R² = 0,9659
0 0
2
4 6 defleksi (cm)
8
o). Grafik uji sample 5 PVC elbow
0 0
2
11,1188 6,14034 16 9 4 6 Defleksi (cm)
8
n). Grafik uji sample 4 PVC elbow
250
Beban (Kg)
150
10
10
Lampiran 3. Dokumentasi pengujian dan hasil uji
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1990 dari ayah Drs. Syah Limmer Saragih dan ibu Rosdiana Frida Purba. Penulis adalah putra kelima dari lima bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibinong dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan penulisan karya ilmiah. Pada tahun 2010 dan 2011 penulis berhasil membuat karya ilmiah yang disetujui oleh DIKTI, dimana penulis menjabat sebagai Ketua tim (Program Kreatifitas Mahasiswa / PKM). Penulis juga aktif dalam keorganisasian UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen dan dipercaya sebagai Leader Tim (2010-2011) dan Koordinator Tim (2011-2012) Komisi Pelayanan Siswa, serta menjadi pengajar agama Kristen di SMA Negeri 5 Bogor (2010-2012). Penulis juga dipercaya menjadi wakil ketua dalam kepanitiaan MOS Departemen (2010-2011). Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Aplikasi Paralon sebagai Alat Sambung Buluh Bambu Tali” untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan.