perpustakaan.uns.ac.id
APLIKASI
digilib.uns.ac.id
MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI OLEH: BERTA BUDHI SETYAWAN X.4604013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
APLIKASI
digilib.uns.ac.id
MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh: BERTA BUDHI SETYAWAN X.4604013
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bertha Budhi Setyawan. APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data diperoleh dari guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data dengan angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. (2) Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban commit to user tidak atau nilai (1) sebanyak 23%. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus daripada akal. (Al Imam Al Mawardi)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk: Bapak (Almarhum) dan Ibu yang selalu mendo’a kan Saudara dan Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan motivasi dalam perkuliahanku Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah Guru-Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi dan Kepala Sekolah SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tmean-Teman Agger FC & Anak-Anak Teater Lincak Almamater
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................……………………………………………….. i PENGAJUAN ...............................…………………………………………
ii
PERSETUJUAN .........................…………………………………………
iii
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
iv
ABSTRAK .................………………………………………………………
v
MOTTO .....................………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN .............................……………………………………… vii DAFTAR ISI ......................................…………………………………….. viii KATA PENGANTAR…………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xii DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN ...............................………………………………. xvii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
1
B. Perumusan Masalah ......……………………………………….
5
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
5
D. Manfaat Penelitian .....………………………………………….
6
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
7
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
7
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……………….
7
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
7
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani……………………
11
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan…………………………………………………….
12
a. Hakikat Pembelajaran…………………………………….
12
b. Komponen-Komponen Pembelajaran……………………
15
c. Model Pembelajaran Penjasorkes………………………… 20 commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes……………………………………………….
22
e. Pembelajaran yang Sukses……………………………….
24
3. Pembelajaran Model PAIKEM………………………………
25
a. Pengertian PAIKEM……………………………………..
25
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran………..
27
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM……..
28
4. Sertifikasi Guru………………………………………………. 30 a. Hakikat Sertifikasi Guru………………………………….
30
b. Prosedur Sertifikasi………………………………………
33
C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
35
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………. 37 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………. 37 B. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………
37
C. Sumber Data……………………………………………….......
37
D. Teknik Sampling (Cuplikan)…………………………………..
37
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
38
F. Validitas Data………………………………………………….. 38 G. Analisis Data…………………………………………………..
39
H. Prosedur Penelitian…………………………………………….
40
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................…………………………….
41
A. Hasil Penelitian……………………………………………….
41
B. Pembahasan Hasil Analisis Data…………………………….
63
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………………………
66
A. Simpulan………………………………………………………. 66 B. Implikasi………………………………………………………. 66 C. Saran………………………………………………………….
67
DAFTAR PUSTAKA .............................………………………………….. 68 LAMPIRAN……………………………………………………………….. commit to user ix
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Waluyo, S.Pd., M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs.Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi responden penelitian. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Surakarta, Juni 2011 commit to user x
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat Panggilan Sertifiaksi Merasa Senang…………………………………
42
2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung……………..
42
3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio…………………………………..
43
4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi Melalui Jalur PLPG………………………………………
43
5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji Sertifikasi…………………………………………………………… 6. Frekuensi
dan
Prosentase Guru
Penjasorkes
44
dalam
Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak Berkas yang Dipalsukan……………………………………………...
44
7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru……………………….
45
8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifiaksi Guru……… ……..
46
9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat atau Sulit saat Mengikuti PLPG……………………………… ……..
46
10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya Relatif Singkat……………………………...
47
11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya akan Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru…………………………………………………………….…... commit to user xi
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru
Penjasorkes
Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan Sertifiaksi Guru……………………………………………………
48
13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru………………………………………………. …...
49
14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama Seperti Sebelumnya setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru…………………………………………………….
49
15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG……………. 16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes
50
Mengusai
Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG………….. …… 17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang
50
Lulus
Sertifikasi Melalui Portofolio Lebih Baik daripada Lulus Melalui Jalur PLPG…………………………………………………
51
18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih Enak Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio daripada Lulus Melalui Jalur PLPG…………………………………………… ……
52
19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan Bertele-Tele………………………………………. …… 20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes
52
Selalu
Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru……………
53
21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM…………………. ……
54
22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain……………………. 23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes
Mengetahui
Model Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu commit to user atau PLPG………………………………………………………….. xii
54
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes dengan Model Pembelajaran PAIKEM……………………………………………………… ….. 25. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes
56
Memiliki
Inovasi - Inovasi dalam Membelajarkan Penjasorkes Jika Sarana Tidak Tersedia……………………………………………... 26. Frekuensi dan Prosentase Guru
56
Penjasorkes Menemui
Masalah dalam Membelajarkan Penjasorkes………………………
57
27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui PTK…………………………………………………………………
57
28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK……….
58
29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam3 Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK……. 30. Frekuensi
dan
Prosentase PTK
yang Dibuat
58
Guru
Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM……...
59
31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran Melalui Buku-Buku yang Relevan…………………………………
60
32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS……… 33. Frekuensi dan
Prosentase Guru
60
Penjasorkes Memiliki
Reverensi-Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung Pembelajaran Penjasorkes…………………………….
61
34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli Dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga Pembelajaran Penjasorkes Monoton………………………………
62
35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM yang Dicangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan dalam Membelajarkan Penjasorkes………………………….. ……. commit to user xiii
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Peran Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011…………………
64
37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM
oleh Guru
Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011……………………………..
commit to user xiv
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju
Perkembangan
Menyeluruh…………………………………………………………..
9
2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………………………..
12
3. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran………………………...
16
4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan…………………..
34
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Ujicoba Instrumen Angket……………………………….
71
2. Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian………………………………
73
3. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian……………………………….
81
4. Data Tes Angket Try Out……………………………………………
88
5. Uji Validitas Butir Soal Angket Try Out……………………………
89
6. Uji Reliabilitas Data Tes Soal Angket………………………………
91
7. Dokumentasi Pelaksanan Try Out………………………………….
92
8. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian……………………. ………….
94
9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta……………………………………………………………
96
10.Surat Keterangan Penelitian try Out……………………. …………
101
11.Surat Keterangan Penelitian…………………………….. …………
102
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya. Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman (2000: 23) menyatakan, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial”. Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5) akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”. Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang pendidikan yaitu: UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Farida Sarimaya, 2009: 9). Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Menurut Syaiful Sagala (2009: 31-39) bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi empat macam yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi profesional dalam (http://arifkurniawan 045.blogspot.com/2007/12/persiapanprofesi-guru-penjas.html) dijelaskan: Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensikompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 143-144) menyatakan ciri dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup: 1) Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. 2) Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan. 3) Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai. 4) Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup berperan aktif di masyarakat. 5) Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru commit to user yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Pemenuhan xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah. Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih baik ataukah sama saja. Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu melaksanakan atau membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), tidak mampu mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya modelmodel pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah mengikuti program sertifikasi melalui PLPG (Program Latihan Profesi Guru) ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya. PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani commit to useryang beraneka ragam. Selain itu, untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010. Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu user dilakukan penelitian dengan commit judul, to“Aplikasi Model PAIKEM dalam xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah Bersertifikat
di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2010/2011”.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011? 2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri
se
Kabupaten
Kebumen
tahun
pelajaran
2010/2011
telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: 1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. 2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan memiliki manfaat antara lain: 1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes, sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat diatasi.
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pusataka 1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Di dalam intensitifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat penting yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Berkaitan dengan pendidikan jasmani Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) menyatakan, “Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan to userpertumbuhan dan perkembangan, disusun secara sistematik untuk commit merangsang xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan
kemampuan
digilib.uns.ac.id
dan
keterampilan
jasmani,
kecerdasan
dan
pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Agus Mahendra (2004: 17) bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Sedangkan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik”. Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa, secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup: 1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi kulaitas pertumbuhan itu sendiri. 2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak. 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk commit todalam user kehidupan dikemudian hari. menguasai berbagai keterampilan xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya. 4) Menyalurkan energi yang berlebihan Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum. 5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral. Sedangkan Rusli Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju perkembangan menyeluruh sebagai berikut: Pendidikan Jasmani Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak
Psikomotorik
Kesegaran jasmani
Perseptual motorik
Afektif
Konsep diri
Kognitif
Intelegensia emosional & watak
Penalaran & pembuatan keputusan
Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan
Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh (Rusli Lutan, 2000: 4)
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema tersebut menunjukkan bahwa cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa, upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan. Dengan kata lain, dari aspek perilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal yaitu (1) belajar untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak dan (2) belajar melalui gerak bermakna. Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan dan sistem metabolisme dan lain-lain). Bila kesegaran jasmani ditekankan pada aspek kesehatan, maka disebut dalam istilah kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan kesehatan, dan apabila ditekankan pada penampilan performa gerak seperti pada pencapaian prestasi olahraga disebut kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa. Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan diprogramkan sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan rangsang. Dampak langsung dari aktivitas jasmani yang merangsang dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaan sistem saraf. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan commit to user xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan. Domain afektif menyangkut sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih penting diantaranya konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia, emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fundasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa. Intelegensia
emosional
mencakup
beberapa
sifat
penting
yakni
pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi (kata hati) yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaian sukses hidup bermasyarakat. Tidak ada pekerjaan yang dapat mencapai hasil terbaik tanpa ketekunan, seperti juga halnya tentang pentingnya kemampuan memotivasi diri, kemadirian untuk tidak selalu diawasi dalam penyelesaian tugas apapun. Kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain. Karena itu, empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial antar orang. Dampak yang jelas dari pendidikan jasmani adalah memberikan sumbangan kepada prestasi akademik. Sebagian ahli percaya, sumbangannya melalui perantaraan perkembangan konsep diri yang lebih positif. Sebagian ahli lainnya percaya bahwa, kemampuan akademis itu didukung oleh perkembangan perseptual motorik yang merangsang kecerdasan otak.
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan. Banyak disiplin ilmu yang mendasari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, seorang guru pendidikan jasmani harus memahami dan mengusai beberapa disiplin ilmu yang commitDengan to usermenguasai beberapa disiplin ilmu mendukung dalam pendidikan jasmani. xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mendasari pendidikan jasmani, maka dalam mengajarkan pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan baik dan benar. Adang Suherman (2000: 34) menggambarkan skema unsur-unsur disiplin ilmu yang melandasi pendidikan jasmani sebagai berikut: Sport Pedagogy General and Specific theory of Instruction
Sport Sociology
Sport Biomechanic
Pendidikan Jasmani Pendidikan melalui aktivitas
Training Theory
Sport History
jasmani dan pendidikan Sport Psichology
tentang jasmani dan
aktivitas jasmani
Sport Phylosophy
Sport Medecine
Gambar 2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani (Adang Suherman, 2000: 34) Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, landasan ilmiah dalam pendidikan jasmani ada delapan unsur yaitu: sport medecine, training theory, sport biomechanic, sport psikolgi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history dan sport philosopy. Dari kedelapan disiplin ilmu yang mendasari pendidikan jasmani tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh guru pendidikan jasmani.
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan a. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Wina Sanjaya (2006: 77) to user menyatakan, “Mengajar jangan commit diartikan sebagai proses penyampaian materi xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya”. Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32) berpendapat pembelajaran adalah “Segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Secara implisit di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 3334) menyatakan: 1) Peran guru telah berubah dari: a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar. commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. 2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu: a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran. b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan. c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengetahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu: 1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa. Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan. 2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. 3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir commithanya to user dari proses pengajaran, tetapi sebagai tujuan antara pembentukan xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik dari pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar.
b. Komponen-Komponen Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya. Karena pembelajaran merupakan proses, maka harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai kemana proses akan diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses tersebut, bagaimana cara melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Hal ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponenkomponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. H.J. Gino dkk., (1998: 30) berpendapat, “Komponen-komponen dalam suatu kegiatan pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut: commit to user xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan
Bahan
Metode dan alat
Penilaian Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 30) Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang komponenkomponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa, “Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5) media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya komponenkomponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran. Tujuantujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaiannya.
commit to user xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Materi Pelajaran Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69) menyatakan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran sebagai berikut: 1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula diuraikan terinci. 3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan. 4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas). 5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya. 6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual. Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3) Kegiatan Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih aktif, bukan guru. Keaktifan
siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan
mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya commitmencapai to user tujuan yang telah ditetapkan sendiri, namun tetap dalam kerangka xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa, setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan eksplorasi.
4) Metode Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari: 1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode diskusi 4) Metode tugas belajar dan resitasi 5) Metode kerja kelompok 6) Metode demonstrasi dan eksperimen 7) Metode sosio drama (role-playing) 8) Metode problem solving 9) Metode sistem regu (team taching) 10) Metode latihan (drill) 11) Metode keryawisata (field trip) 12) Metode resource person (manusia sumber) 13) Metode masyarakat 14) Metode simulasi Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat penting bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan macammacam metode pembelajaran menurut kebutuhan.
commit to user xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Media Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan
pembelajaran.
Berkaitan
dengan
media
pembelajaran,
Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan, “Media pengajaran merupakan bagian integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar”. Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar. Oleh karena itu, untuk mndukung kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memanfaatkan media pembelajaran yang tepat.
6) Sumber Belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno (2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena manfaat”. Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar.
7) Evaluasi Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. commit to user yang dilakukan terhadap proses Sudjana (2005: 111) menyatakan, ”Penilaian xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran. (2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru”. Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak, dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.
c. Model Pembelajaran Penjasorkes Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang dikutip Suharno dkk., (1998: 25-26) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Nurulwati yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa: Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau commit to user dalam mengajar. Dalam model perencanaan yang digunakan sebagai pedoman xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung perangkatperangkat pembelajaran yang baik dan ideal, maka memperbesar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani merupakan
pendidikan
yang
mengutamakan
aktivitas
gerak
untuk
mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan pendidikan jasmani yang tepat, perlu diterapkan model pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers (1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut: 1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill). 2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills. 3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques). 4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving). 5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasamni berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration). 6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada commit to user sebelas (11) yaitu: komando spektrum gaya mengajar berjumlah xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching). 7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Dari model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang model-model pembelajaran. Hal ini karena, pengakajian tentang model-model pembelajaran selalu dilakukan oleh praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dewasa ini sedang digalakkan dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran model PAIKEM.
d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap perubahanperubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan keharusan bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru Penjasorkes harus memiliki beberapa kompetensi. Rusli Lutancommit dkk., (2002: 68-69) menyatakan: to user xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurangkurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu: 1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan (misalnya, memberikan isntruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama. 2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga). 3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. 4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi dalam melaksanakan asesmen hasil belajar. 5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama dalam tim. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru cukup komplek, baik secara umum maupun secara spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya. Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa, Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetsni yang harus dimiliki seorang guru Penjasorkes mencakup empat aspek yaitu: merencanakan program pembelajaran, melaksanakan dan memimpin pembelajaran, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan bidang commit to user studinya. xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Pembelajaran yang Sukses Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu: 1) Peran aktif siswa (active participation) Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang. 2) Latihan (practice) Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. 3) Perbedaan individual (individual differences) Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas. 4) Umpan balik (feedback) Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi. 5) Konteks nyata (realitic context) Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran. commit to user xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Interaksi sosial (social interaction) Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu, adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran Model PAIKEM a. Pengertian PAIKEM PAIKEM
(Pembelajaran
Akktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif
dan
Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang baru dikembangkan di Indonesia pada saat ini. PAIKEM pada awalnya berasal dari model pembelajaran PAKEM. Selanjutnya melalui pengkajian oleh para ahli ilmu pengetahuan dijadikan atau dirubah dengan nama PAIKEM. PAIKEM lahir dari pengkajian pembelajaran aktif, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Dasim Budimansyah dkk., (2009: 7) menyatakan: Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dinilai memang dapat: 1) Menciptakan ketertarikan bagi siswa (creating exicitement in the classroom). 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja (getting students to think and work). Dari model pembelajaran PAKEM inilah dilakukan pengkajian lebih dalam lagi hingga dirubah atau ditambah menjadi model pembelajaran PAIKEM. PAIKEM memiliki kepanjangan yaitu: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. (htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05). Model pembelajaran PAIKEM
merupakan salah satu usaha mendorong terus commit to userdi lapangan yang benar-benar ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari masing-masing kata tersebut menurut Madyo Ekosusilo (2007: 2) yaitu: 1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan. 2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan. 3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. 4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan. 5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan setiap kesulitan yang dihadapi siswa guru memberi solusi atau jalan keluarnya. Lebih lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) menyatakan: 1) PAIKEM dari segi guru yaitu: (1) Aktif: (a) Memantau kegiatan belajar siswa. (b) Memberi umpan balik. (c) Mengajukan pertanyaan yang menantang. (d) Mempertanyakan gagasan siswa (2) Inovatif: (a) Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru. (3) Kreatif: (a) Mengembangkan kegiatan yang beragam. (b) Membuat alat bantu belajar sederhana. (4) Efektif: (a) Mencapai tujuan pembelajaran. (5) Menyenangkan: (a) Tidak membuat anak: (b) Takut salah (c) Takut ditertawakan (d) Takut dianggap sepele commit to user (e) Takut dimarahi dan lain sebagainya xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) PAIKEM dari siswa: (1) Aktif: (a) Bertanya (b) Mengemukakan pendapat (c) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. (2) Inovatif: (a) Berusaha menemukan hal-hal yang baru. (3) Kreatif: (a) Merancang/membuat sesuatu. (b) Menulis/mengarang. (4) Efektif: (a) Menguasai keterampilan yang diperlukan. (5) Menyenangkan: (a) Membuat anak berani: (b) Mencoba/berbuat (c) Bertanya (d) Mengemukakan pendapat/gagasan (e) Mempertanyakan gagasan orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, PAIKEM dilihat dari guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru.
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran Munculnya model pembelajaran PAIKEM melalui proses dan pengkajian dari para ahli yang cukup lama. Dasim Budimansyah dkk., (2009: 72) menyatakan: PAIKEM berasal dari akronim PAKEM. Sementara PAIKEM adalah PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran kreatif, yakni pembelajaran inovatif. Dari program MBE (Managing Basic Education) selalu mengkaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) program MBE. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan user pembelajaran ada tiga unsur yangcommit salingtomempengaruhi dan saling mendukung. xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dapat dikatakan, tidak ada PAIKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang berbasis sekolah (MBS) dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh peran serta secara aktif orang tua dan masyarakat (PSM). Munculnya PAIKEM sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penerapan PAIKEM dalam proses pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. 3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. 4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan inetraktif, termasuk cara belajar kelompok. 5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. (http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11pembelajaran-aktif-novatifkreatif-efektif-dan menyenangkan). Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, PAIKEM menuntut siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru berperan mengkondisikan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama antara siswa dan guru sangat dibutuhkan dalam PAIKEM. Dengan kerjasama yang baik antara guru dan siswa, maka pembelajaran akan berjalan efektif, siswa lebih kreatif dan lebih senang mengikuti pembelajaran.
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan (PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Madyo Ekosusilo (2007: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PAIKEM yaitu: 1) Memahami sifat yang dimiliki anak: commit to user xliv
perpustakaan.uns.ac.id
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
digilib.uns.ac.id
Anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi-modal dasar perkembangannya sikap kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur untuk perkembangannya kedua sifat tersebut. Mengenal anak secara perorangan: Anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan tercermin dalam pembelajaran. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar: Sebagai makhluk sosial suka berkelompok, tugas kelompok, bertukar pikiran dan berinteraksi. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan: Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, maka perlu kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sehingga melahirkan alternatif pemecahan masalah. Tugas guru mengembangkan dengan cara memberi tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik: Hasil pekerjaan siswa perlu dipajang secara rapi untuk memberi motivasi bekerja lebih baik lagi. Pajangan dapat menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya dan dapat sebagai rujukan bagi guru. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar: Lingkungan (fisik, sosial, budaya) sebagai bahan ajar dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, sehingga anak menjadi lebih lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lain sebagainya. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan: Umpan balik merupakan bentuk interaksi guru-siswa, hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan dan perlu diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri siswa. Guru harus konsisten memberikan hasil pekerjaan siswa. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental: Aktif mental harus diutamakan sehingga menimbulkan keberanian bagi siswa. Guru harus mampu menghilangkan penyebab rasa takut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu: memahami sifat anak, mengenal secara peroarangan, memanfaatkan perilaku anak, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan umpan balik dan membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka memberi peluang yang commit to user besar pembelajaran akan berhasil. ciri-ciri keberhasilan PAIKEM menurut Madyo xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ekosusilo (2007: 5) yaitu: “Berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggungjawab, bias bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi, memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan”.
4. Sertifikasi Guru a. Hakikat Sertifikasi Guru Profesi guru merupakan termasuk profesi tua di dunia, karena pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di Indonesia pada zaman kolonial. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan Nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Sampai saat ini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi. Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik, maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Di dalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting, maka sangat dibutuhkan guruguru yang profesional. Salah satu langkah untuk meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah Indonesia telah melaksanakan program sertifikasi guru. Farida Sarimaya (2009: 25) menyatakan, “Program sertifikasi guru adalah program yang berisi tentang commit to user proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Guru yang telah mengikuti xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikasi profesi guru sebagai tenaga profesional”. Secara garis besar program sertifikasi guru dibedakan menjadi dua yaitu: program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan) dan program sertifikasi untuk calon guru. Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan diperuntukan bagi guru yang telah ada baik guru negeri maupun swasta yang belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Farida Sarimaya (2009: 25) menyatakan: Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan, sertifikat guru sebagai profesi dapat diperoleh melalui: 1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutrkan dengan uji sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi). 2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh Pemerintah (bila lulus dalam uji sertifikasi). Program sertifikasi untuk calon guru diperuntukkan bagi calon guru yang berminat mengambil profesi guru atau bagi guru dalam jabatan yang memerlukannya sebelum mengikuti uji sertifikasi. Program sertifikasi untuk caon guru juga dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Kemendiknas dalam Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG) (2010: 18) dijelaskan, sertifikasi guru sebagai pendidik diperoleh melalui proses pendidikan profesi dengan ketentuan sebagai berikut: 1) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sedarajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester. 2) SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai 20 (dua puluh) satuan kredit semester. 3) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan selain untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang commit to user xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester. 4) SD/MI/TKLB atau bentuk lain lulusan S-1/D-IV kependidikan selain untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester. 5) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat dan pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB atau bentuk lain lulusan S-1 Psikologi adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester. 6) SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan satuan pendidikan SD/MI/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sedarajat, lulusan S-1/D-IV kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, guru yang berhak mendapat sertifikasi memiliki ketentuan seperti di atas. Uji sertifikasi yang dilakukan baik untuk guru dalam jabatan maupun untuk calon guru meliputi ujian tertulis dan ujian kinerja yang dapat ditempuh secara parsial. Secara parsial artinya, ujian tulis dan ujian kinerja dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Ujian kinerja dilakukan secara holistik yang mencakup ujian komptensi, pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Secara holistik artinya, keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan kompeten yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. Dalam pelaksanaan program sertifikasi dalam bentuk pendidikan profesi diakhiri dengan ujian sertifikasi. Setelah dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka guru atau calon guru berhak mendapatkan sertifikat guru sebagai profesi berikut hak dan kewajiban yang melekat padanya. Sertifikat pendidik berlaku sah setelah mendapat nomor unik dari Depertemnen Pendidikan nasional. Nomor unik merupakan nomor resmi sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai nomor identitas pemegang sertifikat pendidik dalam satuan atau lebih bidang studi/keahlian yang berbeda anatar pemegang satu dengan lainnya. Dimana seseorang dapat memperoleh lebih dari satu sertifikat pendidik, nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasionalnya hanya satu. commit to user xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Prosedur Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Direktorat Jenderal peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)/Dinas pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Ditjen Dikti/Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) (sebagai jajaran Ditjen PMPTK) bertugas menyiapakan guru agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan, jika pesertanya melebihi kapasitas yang ditetapkan. Menurut Farida Sarimaya (2009: 29) beberapa pertimbangan untuk menyusun urutan daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain: 1) Penguasaan terhadap kompetensi. 2) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, guru berprestasi dan lain sebagainya. 3) Daftar urut kepangkatan. 4) Masa kerja 5) Usia Penyelenggara
uji
sertifikasi
dilaksanakan
oleh
Konsorsium
Penyelenggara Sertifikasi dari LPTK, Dirjen Dikti dan Dirjen PMPTK. Adapun tahapan atau prosedur sertifikasi guru menurut Depdiknas (2007: 3) digambarkan sebagai berikut:
commit to user xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lulus GURU DALAM JABATAN S1/D4
SERTIFIKASI PENDIDIKAN
PENILAIAN PORTOFOLIO DIKLAT PROFESI GURU
Tidak Lulus KEGIATAN MELENGKAPI PORTOFOLIO
PELAKSANAAN DIKLAT
UJIAN
Lulus
Tidak Lulus DINAS PENDIDIKA N
Tidak Lulus
UJIAN ULANG 2 X
Lulus
Gambar 4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Depdiknas 2007: 3) Guru peserta sertifikasi yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota mengikuti tes tertulis, tes kinerja dan dilengkapi dengan self appraisal/portofolio, serta penilaian atasan. Hasil tes tulis, kinerja dan penilaian terhadap self appraisal dan portofolio serta penilaian atasan digabungkan untuk menentukan kelulusannya. Bagi mereka yang lulus diberikan sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus disarankan mengikuti pelatihan atau pembinaan melalui MGMP/KKG, PPG, LPMP atau lembaga liannya agar lebih siap untuk mengikuti tes ulang berikutnya.
commit to user l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan mata pelajaran yang tidak kalah pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti Matematika, IPA, IPS dan lain-lain. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, dimana pendidikan jasmani mempunyai maksud dan tujuan untuk mendidikan siswa. Hal yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah alat yang digunakan yaitu: gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak tersebut dirancang secara sadar oleh gurunya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa dan mengembangkan aspek-aspek lainnya seperti kongnitif, afektif, psikomotorik, sosial dan mental. Dalam upaya mengembangkan dan mendidik siswa, maka Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan harus dilaksanakan dengan baik dan tepat. Untuk memenuhi tuntutan perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu pendidikan, maka dalam membelajarkan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah harus dilakukan dengan tenaga-tenaga pendidik yang profesional. Hal ini dimaksudkan agar tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat tercapai. Upaya meningkatkan profesi guru pemerintah telah melasanakan program sertifikasi guru. Melalui program sertifikasi guru diharapkan para guru Penjasorkes memiliki profesional dalam membelajarkan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembelajaran Penjasorkes mengharuskan
guru
Penjasorkes
mengikutinya
dan
menerapkan
dalam
pembelajaran Penjasorkes. PAIKEM merupakan model pembelajaran yang digalakkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar termasuk dalam pembelajaran Penjasorkes. Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan commit toyang user menuntut guru untuk aktif (PAIKEM) merupakan pembelajaran li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menciptakan suasana pembelajaran, sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif menuntut seorang guru untuk menemukan hal-hal yang baru dalam membelajarkan pendidikan jasmani. Kreatif menuntut seorang guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam atau bervariasi, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Upaya guru menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dapat dilakukan dengan memodifikasi sarana pembelajaran. Misalnya menggunakan kardus atau tali untuk pembelajaran lompat, menggunakan bola plastik untuk pembelajaran bola voli atau bola basket dan lain sebagainya. Efektif yaitu menghendaki tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan menyenangkan menuntut seorang guru mencitptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki rasa takut, senang mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terarah terhadap pelajaran yang diterimanya. Selain itu, model PAIKEM menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dituntut untuk akif mengemukakan pendapat atau bertanya atau mempertanyakan gagasan orang lain. Siswa harus mampu menemukan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Siswa harus kreatif merancang atau membuat sesuatu atau menemukan hal-hal baru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan siswa terlibat aktif, maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif. Dan hal yang terpenting siswa harus mempunyai keberanian bertindak, bertanya atau mengemukakan pendapat. Keberhasilan dari PAIKEM yaitu, siswa berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggungjawab, bisa bekerjasama, mampu mencari dan memanfaatkan informasi, mampu memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan. Untuk mencapai hasil belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka menerapkan model pembelajaran yang tepat sangat penting. Model pembelajaran PAIKEM merupakan model pembelajaran yang baik untuk membelajarkan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Dengan model pembelajaran PAIKEM, maka motivasi belajar siswa akan menjadi meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih optimal. commit to user lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari 2011. Penelitian dilaksanakan pada masing-masing SMA Negeri se Kabupaten Kebumen. B. Bentuk dan Startegi Penelitian Metode penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah metode deskriptif dengan cara survai. Menurut Sugiyanto (1993: 52) bahwa, “Penelitian deskriptif dengan metode survai yaitu penelitian bertujuan mencari informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada pada saat penelitian sedang berlangsung. Penelitian deskriptif pada umumnya tidak untuk menguji hipotesis, melainkan hanya untuk meminta gambaran atau dekriptif tentang apa yang terjadi”.
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran 2010/2011.
D. Teknik Sampling Teknik sampling dalam penelitian ini dengan tanpa seleksi atau snow ball. Peneliti tidak membatasi atau menyeleksi jumlah informan. Jumlah sampel adalah keseluruhan guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 pasca sertifikasi. commit to user liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik angket yaitu, daftar pertanyaan yang diajukan kepada guru Kepala Sekolah dan guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran 2010/2011 pasca sertifikasi. Angket yang dihasilkan berupa data penelitian yang memiliki pola jawaban “ya” dengan skor (2) dan jawaban “tidak” dengan skor (1).
F. Validitas Data 1. Uji Validitas Data dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan statistik deskriptif kualitatif. Instrumen ini diujicobakan (try out) untuk validitas instrument itu sendiri. Setelah ditemukan instrument yang valid, baru digunakan untuk memperoleh data langsung di lapangan atau subjek penelitian. Metode analisis yang digunakan untuk menguji validitas tiap butir soal menggunakan korelasi product moment pearson (Suharsimi Arikunto, 2000: 72). Uji vailiditas penelitian ini menggunakan rumus prodduct moment dari Suharsimi Arikunto (2000: 72) sebagai berikut: N. XY - X.Y r XY = {N.X2 - (X)2} {N.Y2 - (Y)2} Keterangan : N = Jumlah sampel rXY = Korelasi antara X dan Y X = Variabel prediktor Y = Variabel kriterium = Jumlah
Dari hasilperhitungan rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Jika rhitung > rtabel maka data tersebut valid. Sebaliknya jika rhitung < rtabel maka butir soal tidak valid. Selanjutnya item soal yang dipakai sebagai commit to user instrument penelitian adalah butir soal yang valid. liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas belah dua dari Mulyono B. (1997: 28) sebagai berikut: N.Y1Y2 - (Y1) (Y2) rY1Y2 =
{N.Y12 - (Y1)2} {N. Y22 - (Y2)2
Hasil penghitungan korelasi di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus reliabilita dari Sperman Brown sebagai berikut : 2. (rY1Y2) r11 = 1 + rY1Y2 Untuk mengetahui kategori koefisien reliabilitas test menggunakan pedoman tabel koefisien reliabilitas dari Strand B.N. & Wilson R. (1993: 11) sebagai beriukut: Kategori
Reliabilitas 0.95 – 0.99 0,90 – 0.94 0.80 – 0.89 0.70 – 0.79 0.60 – 0.69
Excellent Very good Acceptable Poor Quisonable G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase. Hasil perhitungan frekuensi dan prosentase yang diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif untuk masing-masing instrument, sehingga akan diperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai variabel yang diteliti. Cara penghitungan prosentase masing-masing indikator penelitian sebagai berikut: F
=
Jawaban masing-masing indikator commit to userX 100% lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N (Jumlah sampel/responden) H. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian. 2. Melakukan ujicoba instrumen penelitian 3. Menentukan jumlah butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan angket penelitian 4. Menyebar angket penelitian kepada responden/sampel yang telah ditentukan. 5. Menganalisis hasil jawaban angket dari sampel/responden. 6. Menyimpulkan hasil penelitian.
commit to user lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Data hasil penelitian yang diperoleh melalui butir soal, kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang berisi frekuensi dan persentase dari setiap butir instrumen serta dilengkapi dengan uraian deskriptif. Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian yang berupa angket yang memiliki pola jawaban (a) ya dengan skor nilai: 2, (b) tidak dengan skor nilainya: 1. Uraian selanjutnya data hasil temuan didiskripsikan berdasarkan tiap butir dan kelompok indikator yang sama. Ada 2 (dua) komponen dari hasil penelitian yaitu: peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi dan pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes panca sertifikasi. Berikut ini disajikan berturut-turut indikator-indikator penelitian sebagai berikut:
1. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi soal nomor 1 sampai nomor 20. Hasil pengolahan data tentang peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi sebagai berikut:
Butir soal 1) Panggilan Sertifikasi kepada guru Penjasorkes Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 1. Hasil yang dilacak butir soal nomor 1 yaitu guru Penjasorkes senang mendapat panggilan sertifikasi. Hasil jawaban butir soal nomor 1 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat Panggilan Sertifikasi Merasa Senang F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes mendapat panggilan sertifikasi merasa senang yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atu 0%.
Butir soal 2) Guru Penjasorkes Bingung atau Belum Siap Mendapat Panggilan Sertifikasi Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 2. Hasil yang dilacak butir soal nomor 2 yaitu guru Penjasorkes merasa binggung atau belum siap pada saat mendapat panggilan sertifikasi. Hasil jawaban butir soal nomor 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 0 0%
Tidak/1 21 100%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa binggung atau belum siap pada saat mendapat panggilan sertifikasi yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
commit to user lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 3) Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur Portofolio Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 3. Hasil yang dilacak butir soal nomor 3 yaitu guru Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur portofolio. Hasil jawaban butir soal nomor 3 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur Portofolio F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 18 85.71%
Tidak/1 3 14.29%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur portofolio yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau 85.71%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 3 orang atau 14.29%.
Butir soal 4) Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 4. Hasil yang dilacak butir soal nomor 4 yaitu guru Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 4 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 4 19.05%
Tidak/1 17 80.95%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 4 orang atau 19.05%, commit to user jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 17 orang atau 80.95%. lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 5) Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima Sertifikat Profesi Guru dan Mendapat Gaji Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 5. Hasil yang dilacak butir soal nomor 5 yaitu guru Penjasorkes merasa layak menerima sertifikat profesi dan mendapat gaji sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 5 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa layak menerima sertifikat profesi dan mendapat gaji sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 6) Guru Penjasorkes dalam Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak Ada Berkas yang Dipalsukan Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 6. Hasil yang dilacak butir soal nomor 6 yaitu guru Penjasorkes dalam melengkapi portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan. Hasil jawaban butir soal nomor 6 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak Ada Berkas yang Dipalsukan F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0% commit to user lx
Jumlah 21 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes dalam melengkapi portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 7) Guru Penjasorkes Setuju dengan Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 7. Hasil yang dilacak butir soal nomor 7 yaitu guru Penjasorkes setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 7 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 8) Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit dalam Melengkapi Berkas Portofolio untuk Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 8. Hasil yang dilacak butir soal nomor 8 yaitu guru Penjasorkes merasa berat atau sulit saat melengkapi portofolio sertifiaksi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 8 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: commit to user lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 0 0%
Tidak/1 21 100%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa berat atau sulit saat melengkapi portofolio sertifiaksi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
Butir soal 9) Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit Saat Mengikuti PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 9. Hasil yang dilacak butir soal nomor 9 yaitu guru Penjasorkes merasa berat atau sulit saat mengikuti PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 9 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit saat Mengikuti PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 6 28.57%
Tidak/1 15 71.43%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa berat atau sulit saat mengikuti PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 6 orang atau 28.57%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 15 orang atau 71.43%.
commit to user lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 10) Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya Relatif Singkat Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 10. Hasil yang dilacak butir soal nomor 10 yaitu guru Penjasorkes merasa cukup berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat. Hasil jawaban butir soal nomor 10 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya Relatif Singkat F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 16 76.19%
Tidak/1 5 23.81%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa cukup berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 61 orang atau 76.19%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 5 orang atau 23.81%. Butir soal 11) Orientasi Semua Guru Gajinya akan Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 11. Hasil yang dilacak butir soal nomor 11 yaitu orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 11 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya akan Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 19 90.48%
Tidak/1 commit to user 2 9.52% lxiii
Jumlah 21 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 19 orang atau 90.48%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 2 orang atau 9.52%.
Butir soal 12) Orientasi Guru Penjasorkes akan Menjadi Profesional setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 12. Hasil yang dilacak butir soal nomor 12 yaitu orientasi guru Penjasorkes akan menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 12 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 18 85.71%
Tidak/1 3 14.29%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal orientasi guru Penjasorkes akan menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau 85.71%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 3 orang atau 14.29%.
Butir soal 13) Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 13. Hasil yang dilacak butir soal nomor 13 yaitu kinerja guru Penjasorkes lebih profesional atau lebih baik setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 13 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: commit to user lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kinerja guru Penjasorkes lebih profesional atau lebih baik setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 14) Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama Seperti Sebelum Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 14. Hasil yang dilacak butir soal nomor 14 yaitu kinerja guru Penjasorkes masih sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 14 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama Seperti Sebelumnya Setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 2 9.52%
Tidak/1 19 90.48%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kinerja guru Penjasorkes masih sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau 9.52%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 19 orang atau 90.48%.
commit to user lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 15) Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu Pengetahuannya dari PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 15. Hasil yang dilacak butir soal nomor 15 yaitu guru Penjasorkes menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dari kegiatan PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 15 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 17 80.95%
Tidak/1 4 19.05%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dari kegiatan PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 17 orang atau 80.95%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 4 orang atau 19.05%.
Butir soal 16) Guru Penjasorkes Menguasai Semua Materi yang Diterima dari PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 16. Hasil yang dilacak butir soal nomor 16 yaitu guru Penjasorkes menguasai semua materi yang diterima dari PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 16 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menguasai Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0% commit to user lxvi
Jumlah 21 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes menguasai semua materi yang diterima dari PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 17) Guru Penjasorkes yang Lulus Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio Lebih Baik daripada yang Lulus Melalui Jalur PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 17. Hasil yang dilacak butir soal nomor 17 yaitu guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik daripada lulus melalui jalur PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 17 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus Sertifikasi Melaliu Portofolio Lebih Baik daripada Lulus Melalui Jalur PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 8 38.10%
Tidak/1 13 61.90%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik daripada lulus melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 8 orang atau 38.10%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 13 orang atau 61.90%.
Butir soal 18) Merasa Lebih Enak Lulus Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio daripada Lulus Melalui Jalur PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 18. Hasil yang dilacak butir soal nomor 18 yaitu guru Penjasorkes merasa lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada lulus melalui jalur PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 18 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: commit to user lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih Enak Lulus Sertifikasi Melaliu Portofolio daripada Lulus Melalui Jalur PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes merasa lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada lulus melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 19) Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan Bertele-Tele Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 19. Hasil yang dilacak butir soal nomor 19 yaitu proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele. Hasil jawaban butir soal nomor 19 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan Bertele-Tele F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 2 9.52%
Tidak/1 19 90.48%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau 9.52%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 19 orang atau 90.48%.
commit to user lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 20) Guru Penjasorkes Selalu Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Memperoleh Sertifikat Sertifikasi Guru Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 20. Hasil yang dilacak butir soal nomor 20 yaitu guru Penjasorkes selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 20 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 2 9.52%
Tidak/1 19 90.48%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau 9.52%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 19 orang atau 90.48%.
2. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi butir soal 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35. Hasil pengolahan data tentang pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi sebagai berikut:
commit to user lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 21) Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 21. Hasil yang dilacak butir soal nomor 21 yaitu guru Penjasorkes mengenal atau mengetahui model pembelajaran PAIKEM. Hasil jawaban butir soal nomor 21 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 20 90.24%
Tidak/1 1 4.76%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes mengenal atau mengetahui model pembelajaran PAIKEM yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 20 orang atau 90.24%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 1 orang atau 4.76%.
Butir soal 22) Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 22. Hasil yang dilacak butir soal nomor 22 yaitu guru Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari guru lain. Hasil jawaban butir soal nomor 22 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 4 19.05%
Tidak/1 17 80.95%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru commit to user Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari guru lain yang lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 4 orang atau 19.05%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 17 orang atau 80.95%.
Butir soal 23) Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu Pengetahuan atau dari PLPG Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 23. Hasil yang dilacak butir soal nomor 23 yaitu guru Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengambangan ilmu pengetahuan atau PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 23 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu atau PLPG F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 7 33.33%
Tidak/1 14 66.67%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengambangan ilmu pengetahuan atau PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 7 orang atau 33.33%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 14 orang atau 66.67%.
Butir soal 23) Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes dengan Model Pembelajaran PAIKEM Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 24. Hasil yang dilacak butir soal nomor 24 yaitu guru Penjasorkes dalam membelajarakan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM. Hasil jawaban butir soal nomor 24 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 24. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes dengan model Pembelajaran PAIKEM F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes dalam membelajarakan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 24) Guru Penjasorkes Memiliki Inovasi-Inovasi Baru dalam Membelajarkan Penjasorkes, jika Sarana Tidak Tersedia Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 25. Hasil yang dilacak butir soal nomor 25 yaitu guru Penjasorkes memiliki inovasi-inoasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes jika sarana tidak tersedia. Hasil jawaban butir soal nomor 25 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 25. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki Inovasi-Inovasi dalam Membelajarkan Penjasorkes Jika Sarana Tidak Tersedia F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal Penjasorkes memiliki inovasi-inoasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes jika sarana tidak tersedia yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%. commit to user lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 26) Guru Penjasorkes Menemui Masalah dalam Membelajarkan Penjasorkes Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 26. Hasil yang dilacak butir soal nomor 26 yaitu guru Penjasorkes menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 26 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menemui Masalah dalam Membelajarkan Penjasorkes F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 9 42.86%
Tidak/1 12 57.14%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 9 orang atau 42.86%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 12 orang atau 57.14%.
Butir soal 27) Guru Penjasorkes Mengetahui PTK Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 27. Hasil yang dilacak butir soal nomor 27 yaitu guru Penjasorkes mengetahui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil jawaban butir soal nomor 27 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui PTK F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes mengetahui PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21 commit to user lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 28) Guru Penjasorkes Membuat PTK Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 28. Hasil yang dilacak butir soal nomor 28 yaitu guru Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil jawaban butir soal nomor 28 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 12 57.14%
Tidak/1 9 42.86%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 12 orang atau 57.14%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 9 orang atau 42.86%.
Butir soal 29) Siswa Mengalami Kesulitan dalam Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 29. Hasil yang dilacak butir soal nomor 29 yaitu siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran guru Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil jawaban butir soal nomor 29 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 12 57.14%
Tidak/1 9 42.86% commit to user lxxiv
Jumlah 21 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran guru Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 12 orang atau 57.14%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 9 orang atau 42.86%.
Butir soal 30) PTK yang Dibuat Guru Penjasorkes Guru Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 30. Hasil yang dilacak butir soal nomor 30 yaitu PTK yang dibuat guru Penjasorkes relevan dengan model pembelajaran PAIKEM. Hasil jawaban butir soal nomor 30 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal PTK yang dibuat guru Penjasorkes relevan dengan model pembelajaran PAIKEM yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 31) Guru Penjasorkes Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran Penjasorkes Melalui Buku-Buku yang Relevan Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 31. Hasil yang dilacak butir soal nomor 31 yaitu guru Penjasorkes selalu mengembangkan ilmu pengetahuan masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan. Hasil jawaban butir soal nomor 31 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran Penjasorkes Melalui BukuBuku yang Relevan F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 21 100%
Tidak/1 0 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes selalu mengembangkan ilmu pengetahuan masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 32) Guru Penjasorkes dalam Pembelajaran Penjasorkes hanya Berpedoman pada LKS Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 32. Hasil yang dilacak butir soal nomor 32 yaitu guru Penjasorkes dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS. Hasil jawaban butir soal nomor 32 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 0 100%
Tidak/1 21 0%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
commit to user lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir soal 33) Guru Penjasorkes Memiliki Reverensi-Reverensai Model Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung Pembelajaran Penjasorkes Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 33. Hasil yang dilacak butir soal nomor 33 yaitu guru Penjasorkes memiliki reverensi-reverensi model pembelajaran PAIKEM untuk mendukung pembelajran Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 33 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki ReverensiReverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung Pembelajaran Penjasorkes F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 19 90.48%
Tidak/1 2 9.52%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes memiliki reverensi-reverensi model pembelajaran PAIKEM untuk mendukung pembelajran Penjasorkes yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 19 orang atau 90.48%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 2 orang atau 9.52%.
Butir soal 34) Guru Penjasorkes Tidak Peduli dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran dan pembelajaran yang Dilaksanakan Monoton Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 34. Hasil yang dilacak butir soal nomor 34 yaitu guru Penjasorkes tidak peduli dengan perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga pembelajaran Penjasorkes monoton. Hasil jawaban butir soal nomor 34 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga Pembelajaran Penjasorkes Monoton F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 0 90.48%
Jumlah
Tidak/1 21 9.52%
21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru Penjasorkes tidak peduli dengan perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga pembelajaran Penjasorkes monoton yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
Butir soal 35) Model Pembelajaran PAIKEM yang Dicanangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan dalam Membelajarkan Penjasorkes Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor 35. Hasil yang dilacak butir soal nomor 35 yaitu model pembelajaran PAIKEM yang
dicanangkan
pemerintah
mengakibatkan
ada
perubahan
dalam
membelajarkan Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 35 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM yang Dicanangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan dalam Membelajarkan Penjasorkes F&% F %
Rentang Nilai Ya/2 18 85.71%
Tidak/1 3 14.29%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah mengakibatkan ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau 85.71%, commit to user jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 3 orang atau 14.29%. lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan identifikasi dari masing-masing indikator, maka dari jawaban frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan atau dijumlahkan. Dari dua (2) alternatif pilihan jawaban ya/2 dan tidak/1 tersebut, dijadikan patokan menyimpulkan dari jumlah prosentase masing-masing jawaban. Jika prosentase jawaban lebih banyak pada jawaban ya atau nilai 2, maka simpulannya baik, jika jawabannya lebih banyak pada jawaban tidak atau nilai 1 maka simpulannya kurang baik. Berikut ini disajikan akumulasi jawaban dari masing-masing indikator studi tentang aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru pasca sertifikasi yang telah bersertifikat sebagai berikut:
1. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi Identifikasi peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 terdiri 20 butir soal. Hasil jawaban dari 20 indikator peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di DI SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rata-rata
Indikator Jawaban Ya/2 Tidak/1 100% 0% 0% 100% 85.71% 14.29% 19.05% 80.95% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 0% 100% 28.57% 71.43% 76.19% 23.81% 90.48% 9.52% 85.71% 14.29% 100% 0% 9.52% 90.48% 80.95% 19.05% 100% 0% 38.10% 61.90% 100% 0% 9.52% 90.48% 9.52% 90.48% 1233% 767% 62% 38%
Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan rata-rata total jawaban (ya/2) 62%, jawaban (tidak/1) sebanyak 38%. Hasil jawaban ini menunjukkan peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik.
2. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi Identifikasi pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru user se Kabupaten Kebumen tahun Panjasorkes pasca sertifikasi di commit SMA to Negeri lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran 2010/2011 terdiri 15 butir soal. Hasil jawaban dari kelima belas indikator pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Rata-rata
Indikator Jawaban Ya/2 Tidak/1 90.24% 4.76% 19.05% 80.95% 33.33% 66.67% 100% 0% 100% 0% 42.86% 57.14% 100% 0% 57.14% 42.86% 57.14% 42.86% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 90.48% 9.52% 90.48% 9.52% 85.71% 14.29% 1166% 329% 77% 23%
Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan rata-rata total jawaban (ya/2) 77%, jawaban (tidak/1) sebanyak 23%. Hasil jawaban ini menunjukkan pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. commit to user lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Aplikasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. 2. Guru
Panjasorkes
pasca
sertifikasi
yang
telah
bersertifikat
telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 23%.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta model pembelajaran yang digunakan. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, commit to user serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Faktor dari siswa yaitu, minat dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Para guru Penjasorkes yang telah memiliki serifikat sertifikasi guru yang menerapkan model-model pembeajaran (model PAIKEM) menjadi terpacu untuk melakukannya dan memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi baru agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Dari hasil penelitian ini semoga dapat digunakan sebagai motivasi dalam upaya untuk membenahi kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes akan semakin berkualitas dan dapat memberikan hasil yang maksimal.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya kepada para guru Pernjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat SMA Negeri se Kabupaten Kebumen sebagai berikut: 1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. 2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran Penjasorkes untuk menyampaikan materi pembelajaran. 3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjasorkes.
commit to user lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen. Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Dasim
Budimansyah, Suparlan dan Danny Meirawan. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Genesindo.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetesnsi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2007. Pedoman Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Farida Sarimaya. 2009. Sertifikasi Guru. Bandung: CV. YRAMA WIDYA. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. http://arifkurniawan045.blogspot.com/2007/12/persiapan-profesi-gurupenjas.html htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05 http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11pembelajaran-aktif-novatif-kreatifefektif-dan menyenangkan Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. commit to user lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Madyo Ekosusilo. 2007. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan. M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect. Muhammad Ali. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Mulyono B. 1997. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. Nana Sudjana. 2005. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Rusli Lutan. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Strand B.N. & Wilson R. 1993. Assesing Sport Skill Campaigns. Human Kinetics Publiser. Sugiyanto. 1993. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press. Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta. Suradji. 2009. Manajemen Kepegawaian Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Sutrisno Hadi.2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Toho Cholik M. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: CV. Maulana. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktik Konsep, Landasan teoritis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka. commit to user lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
commit to user lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Angket Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011 Definisi Operasional Variabel A. Peran Guru membelajarkan Penjasorkes Sertifikasi
Indikator
Nomor Item
Panggilan sertifikasi guru Kesiapan dalam mengikuti sertifikasi guru Lulus sertifikasi jalur portofolio d) Lulus sertifikasi jalur PLPG e) Kelayakan mendapat sertifikasi guru f) Pemberkasan sertifikasi guru g) Pendapat guru tentang sertifikasi h) Kesulitan dalam melengkapi berkas sertifikasi i) Kesulitan PLPG j) Profesionalisme sebagai guru setelah mendapat sertifikasi k) Orientasi sertifikasi bertambah gaji l) Orientasi sertifikasi mengajar lebih profesional m) Kinerja guru setelah mendapat sertifikasi n) Tidak ada perbedaan masalah kinerja guru o) Penerapan ilmu pengetahuan dari PLPG p) Penguasaan materi PLPG q) Kualitas kelulusan sertifikasi antara portofolio dan PLPG r) Perbedaan kelulusan melalui jalur portofolio dan PLPG s) Perbedaan kelulusan melalui jalur PLPG dan portofolio t) Peningkatan ilmu pengetahuan setelah sertifikasi
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
dalam a) b) Pasca c)
commit to user lxxxviii
11,12,13,14,15,16, 17,18,19,20
Jumlah Item 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembelajaran Penjasorkes a) Pengetahuan tentang Model PAIKEM oleh PAIKEM Guru Penjasorkes Pasca b) Perolehan pengetahuan Sertifikasi PAIKEM c) Pengetahuan PAIKEM dari ilmu pengetahuan d) Pembelajaran Penjasorkes dengan model PAIKEM e) Inovasi-inovasi pembelajaran Penjasorkes f) Permasalahan dalam membelajarkan Penjasorkes g) Pengetahuan tentang PTK h) Pembuatan PTK i) Kesulitan dalam pembelajaran membuat PTK j) PTK relevan dengan model PAIKEM k) Pengembangan ilmu pengetahuan melalui buku l) Pembelajaran Penjasorkes berpedoman LKS m) Referensi model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes n) Ketidak pedulian guru dengan perkembangan ilmu pengetahuan o) Perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes dengan PAIKEM
commit to user lxxxix
21,22,23,24,25,26, 27,28,29,30,31,32, 33,34,35
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama Guru
:………………………………………
Usia & Pendidikan Terakhir
:………………………………………
Tempat Mengajar
: ……………………………………..
Petunjuk Pengisian Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari dengan memberi tanda (√ ) pada jawaban (ya, tidak) dan atau tuliskan jawaban yang membutuhkan penjelasan.
A. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi 1. Apakah saudara senang jika guru Penjasorkes di sekolah saudara mendapat panggilan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 2. Apakah guru Penjasorkes saudara binggung atau belum siap mendapat panggilan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 3. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui jalur portofolio? {
} ya
{
} tidak commit to user xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui PLPG? {
} ya
{
} tidak
5. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa layak menerima sertifikat profesi guru dan mendapat gaji sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
6. Apakah guru Penjasorkes saudara mendapat panggilan sertifikasi karena memiliki dedikasi yang tinggi? {
} ya
{
} tidak
7. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam melengkapi berkas-berkas portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan? {
} ya
{
} tidak
8. Apakah saudara setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 9. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat melengkapi berkas portofolio untuk sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 10. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat mengikuti PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. commit to user xci
perpustakaan.uns.ac.id
11. Apakah
digilib.uns.ac.id
guru Penjasorkes
saudara tenang dan merasa siap untuk
mengikuti/melaksanakan PPG? {
} ya
{
} tidak
12. Apakah guru Penjasorkes saudara sudah merasa cukup berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat? {
} ya
{
} tidak
13. Apakah orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 14. Apakah orientasi saudara akan menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 15. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara lebih profesional atau lebih baik setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 16. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara masih sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. commit to user xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Apakah guru Penjasorkes saudara menerapkan ilmu pengetahuan yang saudara terima dari kegiatan PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 18. Apakah guru Penjasorkes saudara menguasai semua materi yang diterima dari program PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 19. Menurut saudara guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik dari guru yang lulus melalui jalur PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 20. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada melalui jalur PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 21. Menurut saudara apakah proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 22. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur PLPG daripada melalui jalur portofolio? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… commit to user xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar
setelah memperoleh sertifikat sertifikasi
guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
B. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi 24. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa asing dengan model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
25. Apakah guru Penjasorkes saudara mengenal atau mengetahui model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
26. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM hanya dari guru lain? {
} ya
{
} tidak
27. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengembangan ilmu pengetahuan (literatur buku) atau hanya dari PLPG? {
} ya
{
} tidak
28. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak commit to user xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki inovasi-inovasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes, jika sarana tidak tersedia? {
} ya
{
} tidak
Beri contoh inovasi…………………………………………………………….. 30. Apakah guru Penjasorkes saudara menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes? {
} ya
{
} tidak
Beri contohnya…………………………………………………………………. 31. Apakah guru Penjasorkes saudara tahu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas)? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 32. Apakah guru Penjasorkes saudara pernah membuat PTK? {
} ya
{
} tidak
Tulis judul PTK………………………………………………………………… 33. Apakah setiap dalam pembelajaran Penjasorkes siswa mengalami kesulitan guru Penjasorkes saudara membuat PTK? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 34. Apakah PTK yang dibuat guru Penjasorkes saudara relevan dengan model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. commit to user xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan? {
} ya
{
} tidak
36. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes selalu monoton? {
} ya
{
} tidak
37. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS? {
} ya
{
} tidak
38. Apakah
guru
pembelajaran
Penjasorkes PAIKEM
saudara sehingga
memiliki dapat
referensi-refensi
mendukung
model
pembelajaran
Penjasorkes? {
} ya
{
} tidak
39. Apakah guru Penjasorkes saudara termasuk guru yang tidak peduli dengan perkembangan
ilmu
pembelajaran,
sehingga
Penjasorkes monoton? {
} ya
{
} tidak
commit to user xcvi
dalam
membelajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40. Adanya model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah apakah ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes?
{
} ya
{
} tidak
Jika dalam pengisian penjelasan para guru kurang pada tempat yang tersedia, mohon dengan hormat dapat ditulis di sebalik halaman/kertas sesuai dengan nomor item yang dijelaskan.
commit to user xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Angket Penelitian Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama Guru
:………………………………………
Usia & Pendidikan Terakhir
:………………………………………
Tempat Mengajar
: ……………………………………..
Petunjuk Pengisian Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari dengan memberi tanda (√ ) pada jawaban (ya, tidak) dan atau tuliskan jawaban yang membutuhkan penjelasan.
A. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi 1. Apakah saudara senang jika guru Penjasorkes di sekolah saudara mendapat panggilan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 2. Apakah guru Penjasorkes saudara binggung atau belum siap mendapat panggilan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 3. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui jalur portofolio? {
} ya
{
} tidak commit to user xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui PLPG? {
} ya
{
} tidak
5. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa layak menerima sertifikat profesi guru dan mendapat gaji sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
6. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam melengkapi berkas-berkas portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan? {
} ya
{
} tidak
7. Apakah saudara setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 8. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat melengkapi berkas portofolio untuk sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 9. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat mengikuti PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 10. Apakah guru Penjasorkes saudara sudah merasa cukup berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat? {
} ya
{
} tidak commit to user xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Apakah orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 12. Apakah orientasi saudara akan menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 13. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara lebih profesional atau lebih baik setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 14. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara masih sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 15. Apakah guru Penjasorkes saudara menerapkan ilmu pengetahuan yang saudara terima dari kegiatan PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 16. Apakah guru Penjasorkes saudara menguasai semua materi yang diterima dari program PLPG? {
} ya
{
} tidak
commit to user Beri penjelasan………………………………………………………………… c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Menurut saudara guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik dari guru yang lulus melalui jalur PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 18. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada melalui jalur PLPG? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 19. Menurut saudara apakah proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 20. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar
setelah memperoleh sertifikat sertifikasi
guru? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
B. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi 21. Apakah guru Penjasorkes saudara mengenal atau mengetahui model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
22. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM hanya dari guru lain? {
} ya
{
} tidak
commit to user ci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengembangan ilmu pengetahuan (literatur buku) atau hanya dari PLPG? {
} ya
{
} tidak
24. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
25. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki inovasi-inovasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes, jika sarana tidak tersedia? {
} ya
{
} tidak
Beri contoh inovasi…………………………………………………………….. 26. Apakah guru Penjasorkes saudara menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes? {
} ya
{
} tidak
Beri contohnya…………………………………………………………………. 27. Apakah guru Penjasorkes saudara tahu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas)? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 28. Apakah guru Penjasorkes saudara pernah membuat PTK? {
} ya
{
} tidak
Tulis judul PTK…………………………………………………………………
commit to user cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29. Apakah setiap dalam pembelajaran Penjasorkes siswa mengalami kesulitan guru Penjasorkes saudara membuat PTK? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………… 30. Apakah PTK yang dibuat guru Penjasorkes saudara relevan dengan model pembelajaran PAIKEM? {
} ya
{
} tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………. 31. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan? {
} ya
{
} tidak
32. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS? {
} ya
{
} tidak
33. Apakah
guru
pembelajaran
Penjasorkes PAIKEM
saudara sehingga
memiliki dapat
referensi-refensi
mendukung
model
pembelajaran
Penjasorkes? {
} ya
{
} tidak
34. Apakah guru Penjasorkes saudara termasuk guru yang tidak peduli dengan perkembangan
ilmu
pembelajaran,
sehingga
Penjasorkes monoton? {
} ya
{
} tidak
commit to user ciii
dalam
membelajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35. Adanya model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah apakah ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes?
{
} ya
{
} tidak
Jika dalam pengisian penjelasan para guru kurang pada tempat yang tersedia, mohon dengan hormat dapat ditulis di sebalik halaman/kertas sesuai dengan nomor item yang dijelaskan.
Mohon dengan hormat dan kesedianannya untuk melampirkan fotokopi sertifikat sertifikasi
commit to user civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dokumentasi Try Out
.
commit to user cv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dokumentasi Survey
commit to user cvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user cvii