Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
APLIKASI METODE BALANCED SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA, STUDI KASUS : PERCETAKAN WIPA, SURABAYA Suryawirawan Widiyanto Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung, Malang Email:
[email protected] ABSTRACT WIPA Printing Company at the present moment is a kind of business which is growing in the global competition.For the time being WIPA Printing Company is not realizing that health and work safety is the important thing to develop productivity and performance for the company it self, therefore WIPA Printing Company needs a method to measure health and work safety performance in the company. In this case, Balanced Scorecard is a suitable method to be used. By using Balanced Scorecard actually must be started to determine the outcome measures based on the fourth of perspective which is used in the Balanced Scorecard. The result of this experiment shows that the Balanced Scoreard can be used to measure the health and work safety performance. By the way, every KPI in the Balanced Scorecard should be checked accordingly whether it is suitable with the condition of the company in the present moment. Keywords: balanced scorecard, health and work safety, WIPA Printing Company 1. Pendahuluan Sejak diperkenalkan pada tahun 1992, Balanced Scorecard menjadi salah satu metode yang penting dan paling banyak digunakan di seluruh dunia. Selama ini Balanced Scorecard banyak digunakan hanya untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Seiring berkembangnya jaman, isu tentang kesehatan dan keselamatan kerja menjadi salah satu faktor yang ikut diperhitungkan sebagai penentu kinerja perusahaan. Percetakan WIPA adalah sebuah bidang usaha yang sedang bertumbuh dalam situasi persaingan global sehingga membutuhkan upaya perbaikan termasuk dengan melakukan penilaian atau evaluasi kerja. Selama ini Percetakan WIPA tidak mengukur kinerja kesehatan dan keselamatan kerja secara rapi dan terstruktur. Percetakan WIPA juga kurang menyadari pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaannya, padahal faktor tenaga kerja adalah faktor yang paling penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melihat kenyataan itulah, Percetakan WIPA membutuhkan suatu pengukuran dampak kesehatan dan keselamatan kerja sehingga memberikan sebuah hasil penilaian terhadap produktivitas dan profibilitas perusahaan secara keseluruhan. Pendekatan yang selama ini telah dilakukan Percetakan WIPA tentu tidak menjamin perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomis masa depan (Kaplan dan Norton, 1996). Tidak bisa disangkal bahwa beberapa insiden kecelakaan kerja dalam Percetakan WIPA dapat berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan percetakan itu di masa depan. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran terhadap dampak kecelakaan dan keselamatan kerja tersebut sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan agar perusahaan dapat berkembang. Metode Balanced Scorecard sebagai metode yang paling dipercaya di seluruh dunia adalah suatu metode yang dapat diterapkan untuk pengukuran dampak kesehatan dan keselamatan kerja tersebut. Penelitian ini memberikan alternatif pengembangan sistem pengukuran kinerja yang dapat diaplikasikan pada pengukuran tingkat kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan penelitian ini, perusahaan dapat memiliki sebuah alat untuk melakukan penilaian atas kinerja yang telah dilakukan. Dengan mengevaluasi kinerja di masa lalu, perusahaan dapat merencanakan strategi perbaikan di masa depan. Dengan demikian perusahaan telah merencanakan sebuah upaya perbaikan terus menerus yang sistematis. 2. Kajian Literatur Pengukuran kinerja merupakan komponen yang paling penting dari sistem pengendalian manajemen. Penilaian kinerja suatu badan usaha akan menghasilkan sejumlah data dan informasi untuk 1
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
membantu mengkoordinasikan proses pengambilan keputusan dan memberikan dasar yang baik bagi manajemen badan usaha untuk menentukan bagaimana unit usaha dapat memenuhi tujuan badan usaha secara keseluruhan. Program pengukuran kinerja yang efektif akan bermanfaat bagi para pemakainya apabila menyediakan umpan balik yang membantu manajemen perusahaan dalam mengidentifikasi masalah yang timbul, mengevaluasi dan memecahkannya sehingga berguna untuk mengarahkan pada operasi dan kinerja badan usaha (Atkinson, 1995). Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat pengukuran kinerja badan usaha merupakan panduan yang tepat bagi badan usaha dalam menghadapi persaingan. Keterkaitan antara pengukuran kinerja dengan strategi dan critical succes factors serta proses penerapannya yang tidak membutuhkan biaya yang besar, mengindikasikan bahwa BSC merupakan suatu alat bantu yang ideal bagi pihak manajemen badan usaha saat ini (Atkinson, 1995). Secara formal, konsep Balanced Scorecard menyatakan bahwa badan usaha harus mengukur berbagai segi dari kinerja badan usaha yang mewakili bermacammacam keinginan atau permintaan dari stakeholder yang berbeda-beda. Balanced Scorecard mengarahkan manajemen untuk melihat suatu bisnis dari empat perspektif penting, yaitu : • Financial Perspective (How do we look to shareholders? ) • Customer Perspective (How do customer see us? ) • Internal Business Process Perspective (What we must excell at? ) • Learning and Growth Perspective (Can we continue create improvement and value? ) Melalui empat perspektif yang berbeda tersebut, manajer memperoleh informasi yang luas dan banyak yang akan menambah pengetahuan untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik. Agar informasi yang luas ini tidak sampai membingungkan dan menyesatkan manajer dari tujuan yang telah ditetapkan, BSC membatasi pengukuran-pengukuran yang digunakan. Pelanggan sebagai stakeholder yang terpenting perlu mendapat perhatian khusus bila badan usaha ingin mencapai keunggulan bersaing. Pada umumnya perhatian pelanggan tertuju pada masalah seperti waktu, kualitas, penampilan produk, pelayanan, dan harga. Faktor-faktor ini disebut critical success factors, oleh sebab itu perlu mendapat perhatian badan usaha apakah kinerja selama ini sudah sesuai. Salah satu cara menilainya adalah melalui pengukuran kinerja non-finansial. BSC sebagai suatu pengukuran memberikan penekanan yang seimbang pada aspek finansial dan non-finansial dari empat sudut pandang, yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses belajar dan bertumbuh. Dalam konteks ini BSC berfungsi sebagai critical performance indicators, yaitu suatu pengukuran yang memberikan indikasi kinerja badan usaha pada critical success factors yang akan mmbentuk suatu arah ke kondisi yang diharapkan. Sasaran dari sistem pengukuran adalah untuk memotivasi semua lini pekerja untuk mengimplementasikan secara baik strategi bisnis unit yang sukses. Badan usaha dapat menterjemahkan strateginya kedalam sistem pengukuran yang jauh lebih baik karena mereka dapat mengkomunikasikan tujuan dan target mereka. Komunikasi ini mendorong manajer dan pekerja untuk memfokuskan usahanya pada pemacu kritis (critical driver) (Atkinson, 1995). Proses penghubungan pengukuran dan strategi dapat digambarkan dalam Gambar 1.
2
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Gambar 1. Proses Penerjemahan Strategi ke dalam Sistem Pengukuran Ergonomi adalah suatu studi tentang pekerjaan manusia mencakup keterbatasan fisik dan mental dari pekerja dan bagaimana ia berinteraksi dengan alat, perlengkapan, metode kerja, tugas dan lingkungan kerja itu sendiri (Office Ergonomics Advisory Comittee, 2002). Sedangkan Office Ergonomics adalah cabang dari ilmu ergonomi yang berkaitan dengan lingkungan kerja perkantoran (Office Ergonomics Advisory Comittee, 2002). Dalam beberapa tahun terakhir, fokus dari Office Ergonomics adalah pada pekerjaan yang berkaitan dengan komputer yang semakin banyak digunakan pada lingkungan perkantoran saat ini serta resiko kesehatan kerja yang berkaitan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa teori – teori dalam Office Ergonomics dapat digunakan pada lingkungan kerja yang lebih besar dan lebih kompleks. Manusia adalah bagian yang paling penting dari setiap proses bisnis dan sangat mepengaruhi kualitas dari produk dan pelayanan yang dihasilkan. Kerugian akan timbul apabila manusia tersebut cedera. Kerugian yang ditimbulkan antara lain berupa biaya langsung dan kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh manusia tersebut. Ilmu ergonomi adalah suatu alat yang digunakan oleh pemilik bisnis dan para manajer untuk mengurangi resiko kerugian yang ditimbulkan dari hal tersebut. Selain untuk melindungi pekerja dari cedera, ilmu ergonomi juga digunakan untuk meningkatkan performa pekerjaan dengan merancang suatu sistem kerja dan mendorong pekerja untuk memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Keuntungan lain diterapkannya ilmu ergonomi adalah menolong setiap pegawai untuk bekerja lebih efektif, lebih efisien, dan meningkatkan produktivitas pekerjaan mereka (Office Ergonomics Advisory Comittee, 2002). Agar dapat menerapkan ilmu ergonomi dengan maksimal, maka dibutuhkan masukan yang berasal dari semua level manajemen yang ada di perusahaaan, baik itu tingkat manajemen, supervisor dan karyawan itu sendiri. Berikut keuntungan menerapkan ilmu ergonomi dalam perkantoran : • Meningkatkan produktivitas. • Meningkatkan kualitas kerja. • Mengurangi kesalahan. • Mengurangi absensi. • Meningkatkan moral pekerja. Untuk mengaplikasikan ilmu ergonomi pada kondisi lingkungan kantor dapat mengikuti Ergonomics process flow chart seperti di bawah ini :
3
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Gambar 2. Ergonomics Process Flow Chart Terdapat banyak kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja kesehatan dan keselamatan kerja. Tetapi dari beberapa kriteria tersebut harus dipilah mana yang dapat berfungsi sebagai faktor kritis yang nantinya bersumber dari kesehatan dan keselamatan kerja (Mearns, 2003). Pengukuran-pengukuran yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan adalah : 1. Financial Perspective • Accident cost, i.e. loss costing; • Investment in safety, e.g. safety training budget. 2. Customer Perspective • Levels of communication about health and safety issues; • Workforce involvement and “ownership” of health and safety issues. 3. Internal Business Perspective • Health and safety policies. • Organising for safety : o Control; o Comunication; o Co-operation; o Competence. • Demonstration of management commitment and workforce involvement in health and safety. • Health and safety auditing. • Health surveillance and promotion. 4. Learning and Growth Perspective • Testing of employees knowledge of health and safety policy; • Visits by managing director, business unit manager/director to the installation, including face to discussions with members of the workforce; • High percentage of staff attending safety committee meetings once a month; • Occupational health plan in place, high percentage of plan achieved and health promotion activities offshore; • High percentage of corrective actions formally closed out againts an agreed time scale of the past year. •
4
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
3. Metodologi Penelitian Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah terjadinya kecelakaan kerja di Percetakan WIPA. Selama ini di Percetakan WIPA belum ada suatu metode untuk mengukur dampak kecelakaan kerja tersebut bagi Percetakan WIPA secara keseluruhan. Maka untuk mengukur dampak kecelakaan tersebut digunakanlah metode Balanced Scorecard, karena metode ini dapat mengukur dan merancang suatu implementasi perbaikan – perbaikan yang diperlukan agar kinerja kesehatan dan keselamatan kerja di Percetakan WIPA meningkat. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan indikator – indikator untuk keempat dimensi yang ada pada Balanced Scorecard (Financial, Customer, Internal business Process, dan Learning and Growth), kemudian dilakukan pengukuran sesuai dengan indikator – indikator yang sudah ada. Cara penentuan indikator – indikator ini adalah dengan melakukan benchmarking dengan perusahaan sejenis, serta melakukan wawancara dengan manajemen perusahaan. Berdasarkan hasil pengukuran dianalisis yang nantinya akan dirancang suatu implementasi perbaikan berdasarkan pada indikator – indikator yang sudah ditetapkan, sehingga kinerja kesehatan dan keselamatan Percetakan WIPA meningkat.
Gambar 3. Kerangka Berpikir
5
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
4. Hasil dan Diskusi Sebagai awal penentuan KPI maka yang harus dilakukan adalah merancang value chain yang dilakukan bersamaan dengan penentuan Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats. Hal ini dilakukan karena antar keduanya masing-masing memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Penentuan SWOT tanpa dihubungkan dengan value chain, maka tidak akan ditemukan faktor-faktor yang benar-benar menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), maupun ancaman (Threats) bagi percetakan, karena dalam value chain terdapat aktivitas yang dilakukan oleh percetakan. Dari setiap aktivitas yang ada di dalam value chain itulah maka dapat ditentukan SWOT Percetakan WIPA. Adapun penentuan dari aktivitas-aktivitas di dalam value chain ini berdasarkan Focussed Group Discussion bersama pimpinan Percetakan WIPA. Sedangkan Penentuan faktor-faktor yang menjadi Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats dihubungkan dengan aktivitas di percetakan yang ada di Value Chain, karena dari hubungan tersebut dapat ditentukan faktor-faktor SWOT yang sesuai dengan aktivitas yang selama ini dijalankan oleh Percetakan WIPA. Setelah menerjemahkan kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threats) yang dimiliki Percetakan WIPA ke dalam strategi, maka langkah yang harus dilakukan selanjutnya menerjemahkan strategi tersebut ke dalam suatu sistem pengukuran performansi kesehatan dan keselamatan kerja. Agar strategi bisa diukur, maka perlu didetailkan ke dalam ukuran yang dinyatakan dengan outcome measures. Outcome measures ini berupa faktorfaktor yang dianggap penting, yang dapat dijadikan tolak ukur pengukuran performansi kesehatan dan keselamatan kerja di Percetakan WIPA. Penentuan outcome measures ini disertai dengan penentuan target yang jelas untuk masing-masing ukuran hasil. Hal ini dilakukan untuk memperoleh acuan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan jangka panjang Percetakan WIPA secara bertahap, serta agar bagian-bagian yang terkait dapat memusatkan diri pada faktor-faktor yang penting dalam mendukung tindakan perbaikan yang dilakukan untuk tercapainya peningkatan performansi kesehatan dan keselamatan kerja di Percetakan WIPA. Berikut cause effect relationship beserta strategi khusus dengan outcome measures dan performance drivers dalam pengukuran performansi kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA. Tabel 1. Rekapitulasi Strategi Khusus, KPI, dan Perspektif Strategi Khusus Meningkatkan kualitas perbaikan pada lingkungan kerja Mengadakan dan mengefektifkan training sehingga kesadaran akan keselamatan kerja semakin meningkat Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja Mengurangi jumlah absensi karyawan dan employee turnover yang disebabkan kecelakaan kerja
Mengurangi kecelakaan kerja
KPI Perbaikan tepat waktu / jumlah potensi bahaya yang ada Jumlah jenis training rutin Persentase karyawan yang hadir dalam training Tingkat rasa sakit saat bekerja berdasarkan Nordic Body Map Jumlah absensi karyawan Employee Turnover Frekuensi Kecelakaan Kerja Rata – rata Hari Kerja Hilang Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja
Perspektif
Learning and Growth
Internal Business Process
6
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Tabel 1. Rekapitulasi Strategi Khusus, KPI, dan Perspektif (lanjutan) Strategi Khusus Menurunnya jumlah komplain karyawan terhadap kondisi lingkungan kerja Meningkatkan kepuasan eksternal customer
Mengurangi kerugian finansial yang disebabkan kecelakaan kerja Efisiensi biaya yang dikeluarkan Percetakan WIPA
KPI
Perspektif
Jumlah Komplain Karyawan Persentase order terlambat Jumlah komplain konsumen Biaya investasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja Kerugian finansial disebabkan kecelakaan kerja
Customer
Financial
Berikut strategy map untuk pengukuran kesehatan dan keselamatan Percetakan WIPA : Visi yang dimiliki oleh Percetakan WIPA adalah menjadi market leader di lingkungan yang sangat kompetitif dengan standard produk dan service yang menjadi suatu ukuran tersendiri dari para kompetitornya.
Misi perusahaan adalah mencapai pertumbuhan terbaik dalam pangsa pasarnya, mampu menyediakan pelayanan, fasilitas, hasil keuangan dan kinerja manajemen yang memenuhi kepentingan konsumen, karyawan, pemasok, dan masyarakat di lingkungan kerja perusahaan.
Efisiensi biaya yang dikeluarkan percetakan Financial Perspective Mengurangi kerugian finansial yang disebabkan kecelakaan kerja
Customer Perspective
Internal Business Perspective
Menurunnya jumlah komplain karyawan terhadap lingkungan kerja yang ada
Meningkatkan kepuasan eksternal customer
Mengurangi kecelakaan kerja
Mengurangi jumlah absensi karyawan dan employee turnover yang disebabkan kecelakaan kerja
Meningkatkan kualitas perbaikan pada lingkungan kerja
Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
Mengadakan dan mengefektifkan training sehingga kesadaran akan keselamatan kerja semakin meningkat
Learning and Growth Perspective
Gambar 4. Strategy Map untuk meningkatkan kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja
7
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Langkah selanjutnya adalah penentuan bobot dan perancangan scoring pengukuran performansi. Adapun perancangan scoring ini dilakukan untuk menentukan acuan dalam perhitungan dan analisis performansi outcome measures tiap perspektif. Perancangan ini diperoleh dari wawancara dengan Manajer Percetakan WIPA. Dengan mempertimbangkan data laporan keuangan, data absensi, data kecelakaan kerja, dan data absensi yang berasal dari masa lalu, maka kemudian akan ditentukan target yang akan dicapai. Berikut disajikan perancangan scoring untuk pengukuran kinerja kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA Tabel 2 Perancangan Scoring Financial Perspective Tujuan Efisiensi biaya
Mengurangi kerugian yang disebabkan kecelakaan kerja
Outcome Measures Rasio biaya yang dikeluarkan karena adanya kecelakaan kerja terhadap total pendapatan Rasio biaya investasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja terhadap total pendapatan
Target 0%/2bulan
Bobot 0.5
Penilaian BK = 0% 0% < BK ≤ 2% BK > 2%
Score 3 2 1
1%/2bulan
0.5
BI ≤ 1% 1% < BI ≤ 2% BI > 2%
3 2 1
Tabel 3. Perancangan Scoring Customer Perspective Tujuan Menurunnya jumlah komplain karyawan terhadap kondisi lingkungan kerja yang ada Meningkatkan kepuasan konsumen
Outcome Measures Jumlah komplain karyawan per dua bulan
Persentase order terlambat Jumlah komplain konsumen per dua bulan
Target 0/2bulan
Bobot 0.0820
Penilaian KKR=0 0
4
Score 3 2 1
0%/2bulan
0.3187
0/2bulan
0.5993
PO=0% 0%5% KKN=0 07
3 2 1 3 2 1
Tabel 4. Perancangan Scoring Internal Business Process Perspective Tujuan Mengurangi kecelakaan kerja
Outcome Measures Frekuensi Kecelakaan Kerja
Target 0/2bulan
Bobot 0.3333
Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja
5/2bulan
0.3333
Rata-rata Hari Kerja Hilang
0/2bulan
0.3333
Penilaian FKK=0 0
Score 3 2 1 3 2 1
RHH=0 0
3 2 1
8
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Tabel 5. Perancangan Scoring Learning and Growth Perspective Tujuan
Target
Bobot
Penilaian
Score
2/ 2bulan
0.0578
TRB≥2 1≤TRB<2 TRB=0
3 2 1
Persentase karyawan yang hadir dalam training Tingkat rasa sakit berdasarkan Nordic Body Map Employee Turnover
100%/ 2bulan
0,1457
3 2 1
250 satuan/ 2bulan
0.0970
PKT=100% 85%≤PKT<1 00% PKT<85% TRS≤250 250300
0 / 2bulan
0.3092
Jumlah absensi karyawan per 2 bulan Perbaikan tepat waktu/jumlah potensi bahaya yang ada
5/ 2bulan
0.2924
1/ 2bulan
0.0970
ET=0 1≤ET<2 ET≥2 AK<5 5≤AK<10 AK≥10 PTW=1 0.5≤PTW<1 PTW<0.5
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Outcome Measures Jumlah jenis training rutin per bulan
Meningkatnya pengetahuan karyawan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
Menurunnya jumlah karyawan keluar Menurunnya jumlah absensi karyawan Meningkatnya kualitas perbaikan pada lingkungan kerja
3 2 1
Setelah melalui tahap-tahap pengukuran, maka sebagai langkah akhir adalah mengukur tingkat performansi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Percetakan WIPA secara keseluruhan. Pengukuran performansi keseluruhan kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA dilakukan pada keempat perspektif pada Balanced Scorecard. Dari pengukuran keseluruhan ini dapat diketahui tingkat performansi kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA pada ketiga periode pengukuran. Performansi Perspektif 3 2.5 Nilai
2 1.5 November-Januari 2006
1
Januari-Februari 2007
0.5 0 Financial
Customer
Internal Business
Learning and Growth
Perspektif
Gambar 4. Perbandingan Performansi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perspektif selama 2 periode
9
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Performansi Keseluruhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Percetakan WIPA
Nilai
1.76 1.74 November - Desember 2006 1.72
Januari - Februari 2007
1.7 November - Desember 2006
Januari - Februari 2007
Periode
Gambar 5. Perbandingan Performansi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Percetakan WIPA secara keseluruhan Setelah dilakukan pengukuran performansi maka harus dicari kriteria yang menyebabkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA menurun. Proses pencarian sebab itu adalah dengan menggunakan diagram tulang ikan. Berdasarkan pembuatan diagram tulang ikan, maka ditemukan dua akar masalah dari menurunnya kinerja kesehatan dan keselamatan Percetakan WIPA yaitu kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja baik dari pihak manajemen maupun pihak karyawan. Kurangnya kesadaran dari pihak manajemen menyebabkan kondisi lingkungan kerja di Percetakan WIPA tidak sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja (tingkat pencahayaan, tingkat kebisingan, tingkat kelembaban, dan suhu) yang akhirnya menjadi latar belakang terjadinya kecelakaan kerja. Tabel 6. Rekap Penyebab Menurunnya Kinerja Kesehatan dan Keselamatan Percetakan WIPA Masalah yang timbul Akar masalah Perbaikan Meningkatnya Jumlah Absensi Karyawan Menurunnya skor tingkat rasa sakit berdasarkan analisis Nordic Body Map Meningkatnya tingkat keparahan kecelakaan kerja Meningkatnya Hari Kerja Kurangnya Hilang kesadaran pihak Perbaikan lingkungan kerja Meningkatnya Jumlah manajemen Komplain Konsumen Meningkatnya Persentase Order terlambat Meningkatnya jumlah komplain konsumen Meningkatnya biaya yang dikeluarkan karena adanya kecelakaan kerja
10
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Tabel 6. Rekap Penyebab Menurunnya Kinerja Kesehatan dan Keselamatan Percetakan WIPA (lanjutan) Masalah yang timbul Meningkatnya Jumlah Absensi Karyawan Menurunnya skor tingkat rasa sakit berdasarkan analisis Nordic Body Map Meningkatnya tingkat keparahan kecelakaan kerja Meningkatnya Hari Kerja Hilang Meningkatnya Persentase Order terlambat Meningkatnya jumlah komplain konsumen
Akar masalah
Kurangnya kesadaran karyawan
Perbaikan
Pengadaan training yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
Untuk menentukan prioritas perbaikan maka dilakukan pembuatan House of Quality. Pembuatan House of Quality dilakukan di tiap lokasi yang ada di Percetakan WIPA. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan standar keselamatan di tiap lokasi seperti standar tingkat pencahayaan dan standar tingkat kebisingan. Selain itu beberapa outcome measures hanya dipengaruhi beberapa kondisi lokasi saja. Hal ini menyebabkan pembuatan House of Quality dilakukan di tiap lokasi agar perbaikan yang dilakukan tepat sasaran dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di tiap lokasi. Tabel 7. Rekapitulasi hasil perbaikan lingkungan kerja di Percetakan WIPA Lokasi Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Meja Administrasi Tingkat Pencahayaan = 191 Tingkat Pencahayaan = 550 lux lux Meja Komputer Skor Nordic Body Map = 48 Skor Nordic Body Map = 20 Meja Potong Plat Tingkat Pencahayaan = 80 Tingkat Pencahayaan = 250 lux lux Alat Revorasi Tingkat Pencahayaan = 83 Tingkat Pencahayaan = 325 lux lux Mesin Potong Kertas Tingkat Pencahayaan = 210 Tingkat Pencahayaan = 525 / Plat HEIDELBERG lux lux Mesin Potong Kertas Tingkat Pencahayaan = 90 Tingkat Pencahayaan = 600 HEIDELBERG lux lux Mesin Cetak Tingkat Pencahayaan = 78 Tingkat Pencahayaan = 750 Langsung lux lux HEIDELBERG Alat Plong Tingkat Penerangan = 80 lux Tingkat Penerangan = 230 lux Mesin Cetak Tidak ada rambu - rambu Pemasangan rambu - rambu Langsung TOKO
Penerima training
Manajemen
Karyawan
Tabel 8. Materi training yang diusulkan Materi training Keuntungan ilmu ergonomi Elemen program kesehatan dan keselamatan kerja Evaluasi lingkungan kerja Pemecahan masalah ergonomi dasar Penanganan laporan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja Risk Factor dan Enviromental Analysis Desain peralatan kantor yang ergonomis Job task dan beban kerja Risk Factor dan Enviromental Analysis 11
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
5. Penutup Berdasarkan penelitian, analisis dan pengolahan data yang dilakukan maka, diberikan saran sebagai masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penggunaan Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja kesehatan dan keselamatan kerja terutama bagi Percetakan WIPA, sebagai berikut : 1. Pengecekan lingkungan kerja secara berkala harus dilakukan oleh pihak manajemen Percetakan WIPA sehingga kesehatan dan keselamatan di Percetakan WIPA senantiasa terjaga. 2. Pihak manajemen harus selalu senantiasa sadar bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya kesadaran dari pihak manajemen maka proses perbaikan maupun proses evaluasi dapat berjalan lancar sehingga kinerja kesehatan dan keselamatan di Percetakan WIPA semakin baik di tahun – tahun mendatang. 3. Outcome measures yang terkandung dalam Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja kesehatan dan keselamatan kerja Percetakan WIPA tidak bersifat statis. Outcome measures tersebut dapat berubah pada saat perusahaan berkembang sehingga penggunaannya harus selalu dianalisis apakah sudah sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu. 6. Daftar Pustaka Atkinson, Anthony A., 1995, Management Accounting, Prentice Hall International Edition, Englewood Cliffs, New Jersey. Brounds Greg et.al., 1994, Beyond Total Quality Management : Toward Emerging Paradigm, McGraw – Hill, Inc., New York. Herawati, Linda, 2007, Keselamatan Kerja (EDISI I), Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya. Kaplan, Robert S., 1996, The Balanced Scorecard : Translating Strategy into Action, Harvard Busines Mearns, Kathryn, 2003, Case Study : Occupational Health and Safety and The Balanced Scorecard, TQM Magazine, UK. Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard, Salemba Empat, Jakarta. Office Ergonomics Advisory Comittee, 2002, Office Ergonomics : Practical Solutions for a Safer Workplace, WISHA Services Division, Washington. Soetjipto , Budi W., 1997, Mengukur Kinerja Bisnis dalam Balanced Scorecard, Usahawan no.06 XXVI / Juni, Jakarta. Widjaja, Amin, 2006, Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage), Harvarindo, Jakarta.
12