APLIKASI KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI BINUS UNIVERSITY DENGAN SISTEM OPERASI ANDROID Yussa Cartha Utama Whindu Dwi Liesarsa Reynaldo Utomo Robby Saleh Binus University, Jl. Syahdan No. 9 Jakarta 021 534 5830,
[email protected]
Abstract Purpose of Student Creativity Development Center (SCDC) mobile application is to support student activities at Binus University. Research methodology used are the method of analysis and design method. Results to be achieved is an application that support student activities such event to be held, room reservation, transportation reservation, tools reservation, and approval status of proposal. In addition to supporting student activities, this application can also facilitate students to register for the event are being implemented, monitor, calculate and determine the number of Student Activity Transcrip (SAT) points, and can ask questions related student to SCDC. Applications built on mobile devices with Android operating system and web for administration. So the communication flow UKM / HMJ / communities with SCDC become more effective and efficient. Keywords : student organization, SCDC, SAT, UKM, HMJ
Abstrak Tujuan pembuatan aplikasi Student Creativity Development Center (SCDC) mobile untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan di Binus University. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode analisis dan metode perancangan. Hasil yang dicapai sebuah aplikasi yang menunjang kegiatan kemahasiswaan seperti event yang akan dilaksanakan, peminjaman ruangan, peminjaman kendaraan, peminjaman peralatan, dan status approval proposal. Selain menunjang kegiatan kemahasiswaan, juga dapat mempermudah mahasiswa untuk mendaftar event yang sedang dilaksanakan, memonitor, mengkalkulasi, dan mengetahui jumlah poin Student Activity Transcrip (SAT), serta dapat mengajukan pertanyaan kepada SCDC terkait kemahasiswaan. Aplikasi dibangun pada mobile device dengan sistem operasi Android dan web untuk administrasi. Sehingga alur komunikasi UKM/HMJ/komunitas dengan SCDC menjadi lebih efektif dan efisien. Kata Kunci : organisasi kemahasiswaan, SCDC, SAT, UKM, HMJ
PENDAHULUAN Binus University merupakan sebuah universitas yang memiliki banyak kegiatan kemahasiswaan. Agar mahasiswa dapat mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai kegiatan kemahasiswaan, Binus telah menerapkan alur komunikasi dan informasi kemahasiswaan yang baku karena Binus University menerapkan standar ISO (International Organization for Standardization). Akan tetapi, penerapan dalam bidang teknologi mobile masih kurang maksimal, sehingga mahasiswa seringkali mendapatkan kesulitan dalam mengakses informasi terkait kegiatan kemahasiswaan. Padahal, dengan memaksimalkan integrasi mobile, alur komunikasi dan informasi kemahasiswaan di Binus University dapat menjadi lebih efisien dan efektif. SCDC Binus, selaku divisi Binus yang membawahi organisasi-organisasi kemahasiswaan, memberikan pelayanan kepada mahasiswa-mahasiswa yang meliputi kepentingan kemahasiswaan di kampus. Pelayanan-pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan terkait peminjaman fasilitas kampus, pelayanan terkait proposal-proposal program kerja yang dimiliki organisasi kemahasiswaan, dan pelayanan dalam hal menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, baik terkait persoalan organisasi kemahasiswaan maupun mengenai kebijakan kemahasiswaan di kampus secara umum. Mengenai pelayanan peminjaman fasilitas kampus, ada tiga jenis peminjaman yang dibolehkan, yaitu peminjaman ruangan, peminjaman kendaraan, dan peminjaman peralatan. Mahasiswa yang diizinkan untuk meminjam fasilitas-fasilitas kampus hanyalah mahasiswa yang menjabat sebagai aktivis di salah satu organisasi kemahasiswaan yang ada. Aktivis organisasi kemahasiswaan yang ingin mengajukan peminjaman bisa datang ke ruang SCDC untuk mengambil form peminjaman. Form tersebut harus diisi oleh aktivis organisasi kemahasiswaan yang bersangkutan, dan kemudian form tersebut harus diberikan kepada staff SCDC untuk dimintai tanda-tangannya sebagai bentuk persetujuan terhadap peminjaman yang diajukan. Selain peminjaman fasilitas, pelayanan lainnya yang diberikan SCDC adalah pelayanan terkait proposal program kerja organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan yang memiliki program kerja diwajibkan untuk memberikan proposal mengenai program kerjanya kepada pihak SCDC, dan program kerja tersebut hanya boleh dilaksanakan apabila proposal yang diberikan ke pihak SCDC telah disetujui dan ditandatangani oleh pihak SCDC. Proposal yang dikumpulkan harus dalam bentuk hard copy, dan dikumpulkan oleh aktivis organisasi kemahasiswaan yang bersangkutan. Setelah proposal mendapat persetujuan dari SCDC, maka program kerja yang tertulis di proposal tersebut sudah boleh dijalankan. Apabila program kerja tersebut berupa event, maka proses publikasi sudah boleh dimulai di area Binus, seperti memasang poster di majalah dinding yang tersebar di kampus, memasang spanduk, serta memasang gambar publikasi di slider Binusmaya. Selain mendapat izin untuk dipublikasikan, event yang telah mendapat persetujuan SCDC juga akan dianggap sebagai event kemahasiswaan resmi oleh pihak kampus, yang mana berarti peserta yang berpartisipasi dalam event tersebut, khususnya binusian 2014 ke atas, akan mendapatkan poin SAT, yang mana menjadi tolak ukur keaktifan mahasiswa di kampus. Poin SAT juga menjadi persyaratan untuk berbagai macam hal, salah satunya adalah sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Pelayanan lainnya yang diberikan SCDC adalah pelayanan menjawab pertanyaan mahasiswa. Pertanyaan yang bisa ditanyakan berkisar tentang keorganisasian di kampus secara khusus dan kebijakankebijakan kemahasiswaan di kampus secara umum. Bagi mahasiswa yang ingin bertanya bisa langsung mendatangi ruang SCDC di jam operasionalnya dan bisa menanyakan pertanyaannya kepada staff SCDC. International Data Corporation (IDC) (2012) Melaporkan bahwa Android akhirnya mengalahkan BlackBerry sebagai sistem operasi paling populer di Indonesia dengan pangsa pasar 52% di Q2 2012. BlackBerry tetap menjadi platform mandiri paling disukai ketika Android ditawarkan oleh lebih dari 10 vendor. Dalam hal pengiriman ponsel secara keseluruhan, hasil laporan IDC Asia/Pacific Quarterly Mobile Phone Tracker menunjukkan bahwa pasar ponsel di Indonesia tumbuh 10% dari kuartal ke kuartal (QoQ) dan 25% tahun ke tahun (YoY). IDC (2012) Menurut Darwin Lie, analis pasar untuk Client Devices Research IDC Indonesia, pertumbuhan dari pengiriman ponsel berbasis Android di Indonesia didasari tidak hanya oleh keterjangkauannya (di sisi harga) tetapi juga karena pilihan yang luas untuk aplikasi dan peningkatan popularitas perangkat layar sentuh. Lebih jauh, dia menambahkan bahwa penundaan peluncuran BlackBerry 10, yang menyebabkan konsumen menunggu sampai awal tahun 2013 untuk model baru, juga berkontribusi dalam perubahan preferensi sistem operasi. IDC (2012) Memprediksikan pengiriman smartphone di Indonesia akan melebihi 7 juta unit di tahun 2012, tetapi penjualan feature phones tetap kuat dengan pengiriman ponsel jenis ini diperkirakan akan melebihi 45 juta di akhir tahun 2012. Hal ini didorong oleh permintaan dari daerah pinggiran/pedesaan di Indonesia. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, penjualan smartphone mengalami penurunan 6% di Q2 2012.
IDC (2012) Secara total, IDC masih menempatkan Nokia sebagai raja ponsel di Indonesia, yang didorong oleh kinerja yang kuat dari seri X dan seri Asha. Peringkat ini diikuti oleh Cross, Samsung, MITO, dan Research In Motion (RIM). Cross dan MITO adalah dua pemain lokal (berbasikan ponsel produksi Cina) yang menikmati pertumbuhan sehat selama tahun 2012, sementara RIM menghadapi penurunan 6% di Q2 tahun 2012 dibandingkan kuartal sebelumnya. Meier, R. (2010, p4) Android adalah platform pertama yang bersifat terbuka dan komprehensif untuk perangkat mobile. Sederhananya, Android adalah kombinasi dari tiga komponen, yaitu : 1. Sistem operasi yang bersifat open source untuk perangkat mobile. 2. Sebuah open source platform untuk menciptakan aplikasi mobile. 3. Perangkat, telepon seluler khususnya, yang menjalankan sistem operasi Android dan aplikasi dibuat untuk itu. Meier, R. (2010, p4) lebih spesifiknya, Android terdiri dari bagian-bagian yang saling dibutuhkan dan saling bergantung, seperti : 1. Sebuah desain referensi hardware yang menggambarkan kemampuan yang dibutuhkan untuk sebuah perangkat mobile untuk mendukung software stack. 2. Sebuah kernel sistem operasi Linux yang menyediakan antarmuka tingkat rendah dengan hardware, manajemen memori, dan kontrol proses, semua dioptimalkan perangkat mobile. 3. Open source libraries untuk pengembangan aplikasi, termasuk SQLite, WebKit, OpenGL, dan media manager. 4. Sebuah run time yang digunakan untuk mengeksekusi dan host aplikasi Android, termasuk Dalvik virtual machine dan core libraries yang menyediakan fungsi spesifik dari Android. Run time ini dirancang kecil dan efisien untuk digunakan perangkat mobile. 5. Sebuah framework aplikasi yang menghadapkan layanan sistem ke lapisan aplikasi, termasuk window manager dan location manager, penyedia konten, telephony, dan sensor. 6. Sebuah framework antarmuka yang digunakan sebagai host dan menjalankan aplikasi. 7. Aplikasi yang sudah terpasang sebagai bagian dari stack. 8. Sebuah software development kit yang digunakan untuk membuat aplikasi, termasuk tools, plugins, dan dokumentasi. Meier, R. (2010, p13) Android software stack terdiri dari unsur-unsur yang ditunjukkan pada gambar 1. Sederhananya, sebuah kernel Linux dan koleksi libraries C/C++ mengarah pada framework aplikasi yang menyediakan layanan, pengelolaan, run time, dan aplikasi. Kernel Linux menjadi layanan inti termasuk penyedia hardware drivers, manajemen proses dan memori, keamanan, jaringan, dan manajemen tenaga. Kesemuanya itu ditangani oleh kernel 2.6 Linux. Kernel tersebut juga menyediakan sebuah layer abstaksi di antara hardware dan sisa dari stack.
Gambar 1 Stack Pada Android
Meier, R. (2010, p13) Android run time membuat perangkat Android lebih dari sebuah perangkat mobile dengan implementasi Linux. Terdapat core libraries dan Dalvik virtual machine di dalamnya. Run time pada Android adalah mesin yang memberikan kekuatan pada aplikasi, bersama dengan libraries¸ membentuk dasar framework aplikasi. Core libraries menyediakan sebaguan besar fungsi yang tersedia di dalamnya. Sedangkan Dalvik virtual machine adalah virtual machine yang telah dioptimalkan untuk memastikan bahwa sebuah perangkat dapat menjalankan beberapa hal secara efisien. Meier, R. (2010, p14) application framework menyediakan kelas-kelas yang digunakan untuk membuat aplikasi Android. Selain itu juga menyediakan abstraksi umum untuk akses hardware dan mengatur user interface dan application resources. Meier, R. (2010, p14) application layer berjalan dalam run time Android, menggunakan kelas-kelas dan layanan yang disediakan dari application framework. Arsitektur pada Android mendorong konsep penggunaan kembali komponen, memungkinkan untuk mempublikasikan dan berbagi activities, layanan, dan data dengan aplikasi lainnya. Meier, R. (2010, p15) Berikut layanan - layanan aplikasi yang menjadi pilar arsitektur dari semua aplikasi 1. Activity Manager, digunakan untuk mengontrol daur hidup dari aktivitas, termasuk manajemen aktivitas stack. 2. Views, digunakan untuk membangun user interfaces untuk aktivitas. 3. Notification Manager menyediakan mekanisme yang konsisten dan tidak mengganggu untuk memberitahu user. 4. Content Providers membiarkan aplikasi berbagi data. 5. Resource Manager mendukung non-code resources seperti strings dan grafis. Dalam mengembangankan aplikasi ini kita menggunakan pendekatan Software Developmnet Life Cycle (SDLC). Radack, S. (2009) System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu proses pengembangan sistem, dari awal dari sebuah proyek dibuat melalui proses bertingkat dari inisiasi, analisis, desain, implementasi dan secara berkelanjutan dilakukan maintenance. Pressman, R.S. (2010, p39) Dalam metode perancangan SDLC terdapat sebuah proses, yaitu waterfall model. Waterfall model adalah proses pengembangan software sekuensial, dimana kemajuan dipandang sebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melalui tahapan konsepsi, inisiasi, analisis, konstruksi, pengujian dan maintenance.
Gambar 2 Proses Waterfall Model Sumber: Pressman, R.S. (2010, p39) Pressman, R.S. (2010, p15) Adapun tahap-tahap dalam proses waterfall model adalah sebagai berikut: 1. Communication Permodelan ini diawali dengan komunikasi dan berkolaborasi dengan customer dan stackholders untuk mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke bentuk software. 2. Planning Proses ini menetapkan rencana untuk pengerjaan software yang meliputi tugas-tugas teknis yang akan dilakukan, resiko yang mungkin terjadi, sumber-sumber yang dibutuhkan, hasil yang akan dibuat, serta jadwal pengerjaannya. 3. Modeling Proses ini meliputi pembuatan model yang memungkinkan developer dan customer untuk lebih memahami kebutuhan software dan desain yang akan mencapai kebutuhan tersebut. 4. Construction Proses ini merupakan proses gabungan dari coding dan testing. Untuk mengetahui apakah software masih terdapat error dalam menjalankan semua fungsinya dan apakah hasilnya sesuai dengan kebutuhan yang telah didefinisikan sebelumnya. 5. Deployment Dalam proses ini, software dikirimkan kepada customer untuk dilakukan evaluasi dan memberikan umpan balik berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Berdasarkan kutipan dan permasalahan yang disebutkan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa sistem operasi Android merupakan sistem operasi mobile yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga dapat dibuat sebuah aplikasi mobile berbasis Android untuk mempermudah alur komunikasi dan informasi kemahasiswaan di Binus University.
METODE PENELITIAN Metode-metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Metode Analisis Metode analisis meliputi teknik pengumpulan data dan informasi, analisis terhadap data, identifikasi kebutuhan, dan identifikasi persyaratan sistem. Sumber data diambil dari SCDC. 2. Metode Perancangan a. Perancangan use case diagram b. Perancangan activity diagram c. Perancangan sequence diagram d. Perancangan layar e. Perancangan database
HASIL DAN BAHASAN Tahap berikutnya yang dilakukan setelah analisis dan perancangan adalah tahap pengimplementasian dan tahap evaluasi aplikasi. Tahap pengimplementasian dilakukan dengan cara mengubah hasil analisis dan perancangan yang sudah didapat kedalam bentuk bahasa pemograman agar dapat dibaca oleh mesin komputer. Setelah tahap pengimplementasian selesai, dilakukan evaluasi terhadap aplikasi dengan melakukan pengujian.
Gambar 3 Diagram Konteks Sistem Informasi SCDC Mobile
Gambar 4 Diagram Konteks Sistem Informasi Back End SCDC Mobile Dalam mengevaluasi aplikasi mobile dilakukan tes performa untuk mengetahui seberapa cepat respond time dari aplikasi. Pengujian dilakukan dengan cara menyisipkan script pada awal dan akhir program. Script tersebut berfungsi untuk menghitung selisih waktu saat halaman dimuat sampai selesai dimuat. Pengujian yang dilakukan adalah saat aplikasi mulai (startup time) dan pengujian saat login serta masuk menu event dengan kondisi 3 event, 6 event, dan 9 event menggunakan provider Telkomsel, IM3, XL, dan wifi Binus Access. Tabel 1 Ringkasan Hasil Pengujian Kecepatan Login dan Masuk ke Menu Event Provider Wifi Binus Access Telkomsel IM3 XL Rata - Rata
Login 1506.6 1325.6 1418.47 1573.2 1455.97
Waktu rata – rata dalam miliseconds 3 Event 6 Event 9 Event 1397.73 1439 1564.2 1386.47 1422.4 1507.27 1422.27 1466.27 1522.87 1407.6 1535.867 1632.067 1403.52 1465.88 1556.6
Dari tabel 1 kita dapat melihat respond time rata – rata saat login 1455.97 miliseconds, respond time rata – rata saat masuk menu event dengan 3 event 1403.52 miliseconds, respond time rata – rata saat masuk menu event dengan 6 event 1465.88 miliseconds, respond time rata – rata saat masuk menu event dengan 9 event 1556.6 miliseconds. Kesimpulan dari tes performa ini adalah aplikasi mobile yang dibuat cukup cepat dengan respond time dibawah 2 detik sehingga user tidak perlu menunggu terlalu lama. Dalam mengevaluasi aplikasi website dilakukan tes performa menggunakan Page Speed dari google dan YSlow dari yahoo sebagai acuan. Page Speed dan YSlow sudah menetapkan beberapa aturan untuk mengetahui performa sebuah website. Aturan yang diterapkan Page Speed dan aturan yang diterapkan YSlow secara garis besar memiliki kesamaan. Secara garis besar aturan tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Content Content terdiri dari HTML, CSS, image, dan JavaScript. Hal yang diukur adalah efisiensi source code (HMTL, CSS, dan JavaScript) dan efisiensi ukuran gambar. 2. Server Hal yang diukur dalam performa server antara lain : penggunaan kompresi pada content dengan menggunakan gzip, penggunaan cache pada server, penggunaan HTTP keep-alive, dan penggunaan Content Delivery Network (CDN)
Untuk mempermudah proses evaluasi digunakan situs www.gtmetrix.com karena gtmetrix menyediakan tes performa menggunakan PageSpeed dan YSlow secara bersamaan. Berikut adalah hasil evaluasi aplikasi website :
Gambar 4.71 Hasil Performa Website Dengan Page Speed dan YSlow Sumber : www.gtmetrix.com/reports/besnik-studio.com/fazBbR7F
Gambar 4.72 Hasil Performa Detail Website Dengan Page Speed Sumber : www.gtmetrix.com/reports/besnik-studio.com/fazBbR7F
Gambar 4.73 Hasil Performa Detail Website Dengan YSlow Sumber : www.gtmetrix.com/reports/besnik-studio.com/fazBbR7F
Gambar 4.84 Hasil Respond Time Website Sumber : www.gtmetrix.com/reports/besnik-studio.com/fazBbR7F Dari hasil percobaan Page Speed memperoleh 93% dari 100% dan YSlow memperoleh 96% dari 100% dengan respond time 1.79 detik dan HTTP request sebanyak 8 kali. Dengan melihat hasil percobaan, performa website sebagai server online SCDC Online sudah baik.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Setelah menganalisis, merancang, dan membangun aplikasi SCDC Mobile, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aplikasi ini dapat menunjang kegiatan kemahasiswaan di Binus University dengan membuat alur komunikasi antara UMK/HMJ/komunitas dengan SCDC menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Mahasiswa dapat dengan mudah mengetahui informasi detail tentang event-event yang sedang diadakan di Binus University dan langsung dapat registrasi melalui aplikasi ini. 3. Mahasiswa dapat melihat jumlah poin SAT yang sudah didapat dan mengkalkulasi sendiri kebutuhan poin SAT-nya.
2. Saran Untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan agar aplikasi dapat berjalan lebih baik, yaitu: 1. Gunakanlah framework selain Jquery Mobile untuk menghilangkan munculnya flash atau delay pada saat pergantian halaman. 2. Konversi aplikasi SCDC mobile ke platform lain seperti iOS, BlackBerry, Windows Phone, dan Windows 8 3. Membuat fitur notifikasi pada mobile untuk mengingatkan reservasi event, SAT point, perubahan status proposal, status peminjaman fasilitas, dan status pertanyaan
REFERENSI Meier, R. (2010). Professional Android 2 Application Development. Indianapolis: Wiley Publishing. Pressman, S. R. (2010). Software Engineering: A Practitioner’s Approach. (7th Edition). New York: McGraw-Hill. Radack, S. (2009) The System Development Life Cycle (SDLC). United States: NIST. International Data Corporation (IDC). 2012. Android Overtakes BlackBerry as the Top Smartphone Operating System in Indonesia. Diperoleh 15 September 2012 dari http://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prID23688812#.UQc4ih1976Y
RIWAYAT PENULIS 1. Yussa Cartha Utama Lahir di Jakarta pada 1 November 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Informatika pada 2013. Penulis pernah aktif di Bina Nusantara Computer Club sebagai R&D Staff.
2. Whindu Dwi Liesarsa Lahir di Serang pada 15 Februari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Informatika pada 2013. Penulis pernah aktif di MT AlKhawarizmi Binus sebagai Kepala Departemen Media Center.
3. Reynaldo Utomo Lahir di Jakarta pada 7 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Informatika pada 2013. Penulis pernah aktif di MT AlKhawarizmi Binus sebagai Wakil Ketua Umum.
4. Robby Saleh Lahir di Jakarta pada 28 Januari 1978. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Teknik Komputer pada 2000 dan S2 di Universitas Indonesia dalam bidang Teknik Elektro pada 2005. Saat ini berkerja sebagai SCDC Manager di Binus University.