HIMP5 1
Aplikasi Intervensi lIolistik Bagi Pasien Terinfeksi HIV: Bagaimana Pstkolcg Berperan? Andrian Liem (andrian.liem @ci pu tra .ac.id)
Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya ABSTRAK Kem enteri an Kesehatan RI men catat total orang ter infeksi HIV dan kasus AIDS hingga Iuni 20 10 seba nya k 21.77 0 orang dan menin gkat menjad i 26.483 orang pad a akhir luni 20 11. Komisi Pen an ggula ngan AIDS Nasional mem proyekslkan di ta hun 2014 prevalensi HIV pad a populasi usia 15-49 tahun aka n men capai 0.37% dan kasu s kumu latif pad a anak -anak sebanyak 34.287 d i se luruh Indon esia. Melihat data tersebut. usaha preven tif untuk men cegah epid emi HI V perlu diimba ngi dengan usa ha kuratif bagi pasien terin fekst IIIV. Paper ini bert ujuan menjabar kan aplika si intcrvensi holistik ya ng dapat dit crap kan psikolog kepada pasien HIVdan AIDS. Mcnur ut HIM PSI, mt ervenst adalah suatu kegiatan ya ng dtlakukan secara siste mat is da n terencana bcrdasar hasil ases men untuk men gubah kead aan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang men uju kep ada per baikan atau men cegah memb uru knya suatu keadaan. Sementara holisti k ada lah sesu atu ya ng bersifat menyeluruh, dalam hal ini ada lah parad igma biopsikososia l sp iritual. Telab terbukt l bahwa keem pat hal te rsebut sallng mempengaruhi sehingga pena ngana n pasien HIV dan AIDS perlu mer nakai paradi gr na biopsikososial spiritual. Pada bidan g biologi, psikolo g dapa t berp eran antara lain den gan konsultas t gaya hidu p; kepatuhan meminum obat ; psikcedukasi tentan g fase, pen ularan. dan pen cegahan HIV. Secara psikologi, psikoJog berperan melalui men ingkat kan pen erirnaan di ri pasien dan ma nagemen stress. Di bidang sosial. pera n psikolog antara lai n den gan member! psikoed ukasi pada keluarga pasien agar dapa t menjadi s upport system; rnernbuat kelompok dukungan sebaya: dan mendorong petugas kcseh atan lainn ya mcn ggunak an parad igma biopsikososial sp iritual. Oleh karena itu. holtstlk juga dapat diarti kan pelibatan seluruh orang yang ter kait de ngan pasien tertnfeksi HIV. Sementa ra secara s piritual, psikolog memfasilitasi pasien untu k menem ukan makna dan tujuan hidup; mend orong melakukan praktik keagamaan sepert i ber doa dan membaca kttab s ud ; se rta men gajarkan meditasi mindfuln ess dan relaksasi yang ter b ukt i berpenga ru h dengan kekebalan tubuh. Dap at dlslmpulkan bahwa pstkolog dapat berperan dalam interve nsi pasicn terinfeksi HIV melal ui pengap likas ian paradigma biopsikososial spiritua l dan bekerja santa de ngan pro fesi at au petugas kesehatan lainnya, serta keluarga dan ternan pasien te rinfeksi HIV. Kata kunci: intervensi, blopsikososial spir itual, HIV dan AIDS
LATAR BELAKANG Di Indonesi a kasus lIIV (Hum an Immun odefi ciency Virus) ka li pertama d ila porka n pad a ta hun 19 8 7 di Bali [Kom isi Pena nggulangan AIDS Nasto na l [K f~ A N ], 2 010). [u mlah kasu s IIIV dan AIDS (AcqUired Immunodeficiency Syndrom e) d i Ind ones ia ce nd eru ng mengal a mi pen ingk atan da r t tahun ke tahun. Pr evalensi HIV pe nd uduk beru si a 15 · 49 tahun pada tahun 20 0 B sebesar 0,2 2% diproyeks ika n men ingk at menjad i 0,3 7% pa da
Proceeding Temu JlmiahNasional1 IPK 20 12 __ .
65
__
Su ra hay a, 1·4 Nove m ber 20 12
4>
IPK
.
.
. '1.'
- - ••
.
•.•
_ .. __-
H IMP SI
tahun 20 14. Hal tersebut dap at diartikan sebagai m eningkatnya kesada ran orang untuk melaku kan tes HIV atau kemungkinan lain ada lah pe nyeb aran Hlv dan AIDS yang se maki n sulit dikontrol (KPAN, 20 10; She n, Hong, Cai, [in, & Shi, 2008; USAID Indonesia, 20 10; Visser, Ke rshaw, Makin, & Forsyth, 2008). Meningkatnya kas us HIV dan AIDS tid a k te rle pas dari st igma dan diskriminasi yang mun cul di masya rak at. Stigma d an diskrim inasi terjadi mu lai dari ranah pribadi hingga ra na h pub lik (1 8e A, 20 10). Ora ng terinfeksi HIV yang mendapat stigma dan mengalami dis kr iminasi mempunyai beba n ganda. yaitu dari virus dalam tubuh se kaligus dari tekana n lingkungan sosial. Ora ng teri nfeksi IIIV yang memiliki kepribadian rentan ata u kurang stabil secara emosional dapat memicu frustasi dan de presi hingga munculnya ide bun uh dirl. Diskr im inas i terkait HIV dan AIDS bukan ha nya mcru gikan orang ya ng te ri nfeksi tetapi juga keluarga, rekan. maupun Iingkungan di se kitar ya ng memiliki relasi baik den ga n orang tersebut (IBCA). Liem, Hertati, dan Ubasisa (2011) menggambarkan dinam ika stigma dan dis kriminasi terhadap HIV dan AIDS se pe rti pada Gambar 1.
............. _ .
"n""'"
----. .,
(VCT. ftOCI';
"'" I I
-
................
Ptpal ......-
""",
IKIs..WIUV 1 \........._ .......'1 ~
-
............ ...
h(lft",AIWj
....hN!w....~...
.............
Aa-pt"'QA!Pdall--'
f-<
"IkJak _MUf ....
• ....... f'KJJIoIr'"
D......... Ilriw_ .m.I"-a -.Dl
.,
L....o
1 ......... ..... ... ........
Vl',.aMt\_tlM...-.a
""'"
Gambar 1 Dinamika Stigma dan Diskriminasi terhadap pasien HIV dan AIDS
_!...!oceed ing T~ m u IImlah.}ilasional
~ .!,!'K
20 12_
66
~
-" S u rabay~. 1 ·4 No~ ~ be!.20 1 _L
4
IPK HI M J' S I
-
·.
~ ~ •• 1"1
.
..
H IMPS I
Levy (dalam Dane, 2000) me njelask an bahwa petugas kesehatan da pat menguran gi stigma dengan membe rikan empa ti ke pada pasien HIV da n keluarganya. Petugas kcs chata n juga perlu memberikan edukas! pa da masya rakat agar dapat menekan stigma dan diskriminasi ya ng mereka la ku kan. Usaha te rsebut mem erluka n kerja sa rna berbagai p ro fest kes eh a ta n dan dila kukan berbarenga n de nga n interven si btologrs. Den gan kat a lain, usaha preventif untu k men cegah epidem i HIV perlu diimbangi den gan usa ha kuratif bagi pasien te r infeksi HIV. Paper ini be rtujua n menjab arkan ap likasi interve nsi ho listik ya ng dapat diterapk a n pe tugas kesehata n, khususnya psikolog, kep ada pasien HIV dan AIDS.
KAIIAN PUSTAKA
Inte r ve ns i Holistik Menurut kode etik Himpunan Psikologi Indonesia (HIM PSI. 20 10), interve nsi meru pakan sua tu kegiat an yang dilakukan secara s iste ma tis dan terencana berdasa r hasil ases rnen untuk me nguba h keadaan ses eora ng, kelompok oran g a ta u masyarakat yang me nuju pada pe rba ikan atau mencegah membu ruknya s uatu keada a n atau se bagai usaha prcvenu f maupun ku ratif. Seda ngka n kata holistik da pat diart ikan sebagai sesuatu ya ng bersifat me nyelur uh. dalam ha l in i adalah pen deka tan biopsikososial spiritual. Inte rv e ns i holistik juga dap at berarti scbaga i pe laya na n yang mcliba tkan suatu jejaring surn be rdaya da n pelayanan dukunga n seca ra kom prc hensif da n luas un tuk orang te rin feksi HIV dan keluarganya (CIIPSC, 20 11). Intervens i, perlakuan, ata u pe raw atan orang te rinfeksi HIV tida k dapat berdlri sendiri tetap i denga n men gkombinasikan bebera pa pendeka tan. Tuncay (2007) menekanka n bahwa interven si pas ien HIV dan AIDS perlu men ggun akan perspektif "biopsikososial spiritua l". Hal ini diduku ng ole h pe neliti an Khumsae n, Aou p-por, da n Thamm achak (201 2) tcn tan g faktor-fa ktor ya ng me mp e ngaruh i kualitas hid up ora ng yang te r'infeksi HIV di Thailand. Hasil peneliti an mer e ka menunju kkan bahwa faktor yang mempenga ruhi ku alitas hidup orang ya ng tertnfeks t HI V di Thaila nd antara lain adalah usia, ket e rsedi aa n dukungan sos tal. kescjahteraa n s piritual, da n gaya cop ing. Dala m sebuah pelatihan klin is bagi tenaga kesehata n d i pus kesma s (CHPSC, 2011), inte rv en si klinis ho listik bagi ora ng terinfe ksi HIV mcnca kup bebera pa kompon en , yaitu: Voluntary Counse lling a nd Testing (VeT), tatalaksa na klinis, as uhan keperawa tan, asuhan gizi , kelom pok du kun gan , d ukungan sostal. pe nd id ikan dan pelati ha n bagi pen da mping ora ng tcrinfc ksi lIIV, se rta memban gun kerja sa rna a ntar penyele ngga ra layanan . Komponen tcrscbut perlu dilengkapi dengan kompo ne n
ProceedingTe mu Ilmtah Nasio n'l l t IPK 2012 _
67
"Surab a ya . 1-4 Nov e m be r 20 12
. . ~ lo~j,
•
"
.
•• ' •
. " . ""' ....~ _
HIMPSI
peJaya na n pendukung. antara lain: pengelolaan Infeksi Menular Seksual (IMS), pengelolaan HIV, perawatan paliatif dukungan nutrisi, pendidikan kesehatan. dukungan psikologis, dukungan sosioekonomi, dan dukungan hukum. Dukungan hukum utamanya diperlukan pada kasus pelanggaran HAM orang yang terinfeksi HlV maupun keluarganya.
Gambar 2 menunjukkan model konseptual interaksi biopsiko sosial spiritual pad a individu terinfeksi HIV (Marks, 2005):
B
A
Psycho
Bio
•
~ c
Social
•
Gambar2 Mod el Kons eptuallnteraks i Biops ik os osi al Spiritual Pasten "IV a) Gari s A: perilaku berisiko, misalnya penyalahgunaan narkoba suntik dan seks bergann-gantt pasangan tanpa pengaman, dipengaruhi oleh kepercayaan dan keyakinan khu susnya terkait agama. Keyakinan agama diwujudkan dalam perilaku keagamaan. b) Garis B : kcmunttas sosial dapat memperburuk atau meningkatkan keimanan seseorang . Komunitas keagamaan juga dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat tekanan mental orang tcrinfeksi my melalui dukungan sos ial yang tersedia. c) Gari s C: Eliade (dalam Marks, 2005) menegaskan bahwa se bagian be sar ritual keagamaan dilakukan dalam komunitas agama. Praktik keagamaan dan interaksi
Proceedi ng Temu I1!1:'iah NasionaUJPK 2012
6.
_ _ _ _ _--"' Sur:abay.il. 1-4 Nc!yember 20J2 _
j
I I, n
a
a
'"
HI M PS I
..
--o"I',.*' __ .
HIMPSI
sosia l in i dap at menja di sumber du kunga n so sia l mau pun sumber tekan an bagi orang terinfeks i BlV. d) Garis 1: Berbagal penelitian menunjukkan bahwa perilaku ke agam aan berkorelasi positif de ngan kon disi tubu h. Contoh dari ha l te rs ebut ada lah orang yang intens melakukan pe rilaku keagaaman lebih rc nda h risiko terke na kanker dan ha rapa n usla nya lebi h panjang (Koenig, dk k., da la m Marks, 2005). e) Garis 2: Hub ungan antara ke percayaa n dan kesehatan mental. Gar is inij uga menunjukkan co ping yang posi ti f bagi o rang te rinfeksi Hfv . Akan tetapi pe rlu diwaspadai ba hwa ke percayaa n atau agama juga dapat menjadi sumb er permasalaha n psikolog is (Zinnba ue r, d kk., dala m Marks, 2005). Marks mengataka nbahwa Gar is 2 juga dapa t disebut sebagai spiritualitas. Akan tetapi Tuncay (2007) me ncgaska n bahwa spiritualita s lebi h tinggi tingka tannya daripada aga rna ata u keagarnaa n karena juga dimiliki oleh individu yang tidak mem eluk s uat u agama te rtentu . Spiritualitas Belief Practices Com munity dapat dijumpai pada seluruh ko muni tas sos ial dan berbagai sis tem kep ercayaa n, scrta rnemiliki karakteristik un iversal. Ole h ka re na it u da lam paper ini s pirit ualitas menjadi poin tersen diri se per ti pa da Gamba r 3. f) Garis 3: Komunita s, khususnya komunitas kea ga maan. dapat menjadi sumbe r du kungan so sial bagi individ u te r tnfeks t HIV da lam mc nghada pi tantangan hidup. lIubu nga n yang dite mukan anta ra d ukunga n sos ial ya ng didapat dan keaktifan da lam ko mu nitas masih sc ba tas studi kcrelasional. Den gan kata lain bel um dapa t dipastikan ya ng menj a di predikto r apakah duku nga n sosial atau keaktifan dalam kom unitas. Mark (2 005 ) menyimp u lkan ba hwa ket iga dimensi , yai tu bio-pstko-scstal. memiliki ke te rkatta n yang erat dan juga berhu bunga n den ga n keagamaan . khus usnya perilaku. ke percayaan, dan kom unitas. Tu ncay (2007) me na m bahkan bah wa spiritualitas mem iliki pera n tersen di r i dalarn di ri ind ivid u terinfeksi HI V. Spiritualitas mendoro ng mere ka men em ukan ma kna dan tujua n hid up nya. Oleh karena itu pemhahasan mengenai in tc rve nsi ho list ik bagi pnsten te r infeks i HIV tidak dap at dipisahkan seca ra tega s menurut dimens i ya ng ada di dala mnya .
Proceeding Te mu IImiah
N a sl onallIPK:~01 2
69
g ura hay a, 1 ·4 Novem ber 20 12
,.0
.
..
;.;.-.llk ... "' ....
HI MPSI
-Gambar3 Spiritualitas yang Mendorong Meaningful Intervensi Biologis lnterve ns i biologis bagi pasien terinfeksi HlV da pa t dimula i den gan memberi kan pen getahuan med is kepad a mereka. McCormick. Holder, We tsel, da n Caw thon (20 0 1) me njelas ka n bahwa pengetahu an menyangkut patologi s Hlv , pen gob a tan , dan pen ula ran me rupakan hal penting, baik bagi orang yan g baru ma upun ya ng s udah lam a tc rinfeks i HIV karen a informasi terse bu t se lalu berkemban g. Inte rv ensi lainnya adalah dengan konsultasi gaya hidup, rnisaln ya olahraga ya ng baik untuk dil aku kan, asupan gizi dan nutrisi ya ng diperlukan, se rta perilaku berisiko yang harus dih indari. Bagi pasien terinfek si HIV ya ng seda ng men gonsumsi obat Anti Retro Viral (ARV) pe rlu diteka nkan kepatuhan meminum oba t. Psikolog dap at memotivas i pasien untu k patuh minum obat dan menj elaskan risi ko jika putus obat. Efek sa mp ing dari obat ARV ya ng dikonsumsi juga dap at menjadi sumbe r interve nsi. Seja lan de nga n it u, tin gka t hormo n kortisol stress dapat direduksi melalui pe ngelol aan stress pada pasie n te rinfeksi HIV. Borm ann, Aschh acher, Wetherell, Roesch, dan Redwi ne (2009) membuktik a n bah wa red uksi hormon kcrttsol pemt cu stress berpe ngar.uh pada berkurang nya hormon yang men stimulasi rep likasi HIV dan infeks i oportunis tik. Pen elitian te rseb ut juga membuktikan bahwa ti ngkat hormon kortisol be rkorelasi negati f dengan spi ritualitas melalu i pelatihan ma nt ram . Kaba t-Zinn (dala m Dane, 2000) juga mempelajari bah wa med itasi dan spiritua litas memiliki efek biologis pada pasien IIIV.
_ Proceeding !emu)lmiah _Na s io na l l IPK 2 ~ g_
70
_
--'Su ra bayaJ _l =-~p.jo ve m ber_2 0 1 2
....--rn~ '"
H 1MI' ~1
.
<10 ' _ _ ~":-_ _ ;,i"1 I
"~
ooi. 'r..~
IU MPSI
Intervensi Pstkologts Dalam intervensi ps ikologis, psiko log dapat berfokus pad a pen erim aan diri pasien terhad ap sta tus 1I IV positif ya ng dimiliki dan meningkatka n kepercayaa n did (Majumdar, 2004). Cente r for Health Policy and Saciol Change (CHPSC, 2011) menyebutkan layanan yang tergolong seba ga t interven si psik ologis, ya ltu: Voluntary Counselling and Testing (VeT) , kon seling supporti f kon seling kelua rga, dan kon seJing pra-nikah . Melalui konseling pasien mv diajak lebih mengenal dirinya me lalui keku a tan dan kelemaha n ya ng dimiliki. Psikolog dapat berperan a ktif de ngan menunju kkan empati kepada pasien terinfeksi HIV, baik me lalui kon seling ma upun interaks i sehari hari. Konscling juga efektif jika digabung dengan metode lainnya sepe rti hasil tem ua n Majumda r di lndia . Perempuan terinfeksi HIV dl India dii so lasi se ca ra sos ial. Mereka menga lami internalisasi stigma dan merasa kesept an . Interv e nsi ya ng dilakukan adalah memindahkan para pcrempuan tersebut ke sebuah shelter. She lte r yang menampu ng mer eka memberikan konseling. pelatihan keterampilan, dan kesempat an be rsosia lisas i dengan perempuan terinfcksi lainnya. Kegiatan tersebut seca ra signifikan membuat mereka kemb ali be rsema ngat da lam menjalan! hidup (Majumda r, 2004). Selain itu. psikolog juga dapat mcmbertkan intervensi psikologts bcrupa keterampila n me ngelola st ress dan coping yang efektif Alternatif lain dalam intervensi psikologis adalah memberi kan pera watan paliatlf Perawatan pali ati f adalah perawatan yang diberlkan kep ad a klie n pe nya kit kronik atau terminal, be rtujuan untuk men gurangi penderitaa n mereka, menj aga martaba t me reka dan /areu mempcrsiapkan kematian dengan damai (CIlPSe, 20 11). Dalam menjalani perawatan paliatif keluarga klien juga pcrlu dia ja k be rpe ra n aktif untuk menjaga mutu hidup pasien lII V dan mempertahankan harapan dengan tujuan yang realisti s. Tujua n pcrawatan paliatif ada lah memban tu klie n te ta p mand iri scs uai kemampuan, membantu klien agar dapat mcncn ma kcad aan. se rta memban tu klien dan keluarga mempersiapkan kem atia n. Kcputu san untuk memul ai perawatan paliati fh aru s dida sari dua kriteria, yaitu: a. Paslen berad a pada kondisi pen yakit yang se makin memburuk (berad a pada sta dium lanjut), dan organ -orga n vital dalam tubuh gaga l bcrfungsi. b. Kond isi pasien tcrus memburuk meskipun telah diupaya kan segala ha l un tu k pemeriksaan dan pengelol aan kondts t-kondlsl tertentu ya ng dide rita pasien [p era watan medis tidakJagi efc ktif].
Proceed ing Tem u llmiah Naslo n;]11 Ir K 2012
71
Surahaya, 1-4 November 201~ .
•
~
..
-•• .l l. l i ,,
_ .. '},_
"IMPSI
Pe ra wa tan paliatif bagi pas ien Htv juga rnencakup konseltng paliatif. Prinsi pprinsip ya ng terda pat da lam konse ling paliatif ada lah (CHPSC. 2011): a) b) c) d)
Beri klien kese m patan un tuk menge ksp rcsika n perasaa nnya Ne nde ngar den gan ba ik da n e mpati Gunaka n stra tegi komuni kas i thera peu tic saa t berbi cara dengan klicn Per hatikan suku, budaya, kepercayaan dan nllai-nil ai pacta indivi du maupun kelu arga saat me reka menge ks presikan kesediha nnya e) Anjurk a n klien memban gun hubungan dengan orang lain f) Hubu ngkan klien de ngan kelompok pe ndukung g) Bert waktu bagi keluarga dan orang-orang ya ng dekat herte mu klien
Intervensi Sosial Duku ngan sostal adalah int eraksl pen uh ma kna an ta ra du a indi vidu ata u lebih yang sa ling be rbagi tanggu ng jawab (Barros o & Nune s dala rn McCormick, Holder, Wetsel, & Cawt ho n, 200 1). Nunes dkk. [dalam McCorm ick. dk k.] mengataka n bahwa dukunga n sostal da pat ber asal da ri keluarga , ternan , kelompok dukungan s osial, dan roha niwan. lnte rv ens i sos tal juga dapat dia rtikan sebagai sehua h usah a ya ng melibatka n le bih da ri sa tu indi vidu untuk memecahkan permasalah a n yang mun cul (Leo n, 200 0; Ma rtani ah, 1985) . Inti dari dukunga n sosta l bagi orang terin feksi HIV ada lah pe rasaa n terhu bung dengnn ora ng lai n. Ke nd all [dalam McCo rmick, dkk., 2001) mengataka n ba hwa melalui perasaa n terh ubu ngan tersebu t. orang te rinfeksi HlV ma rnp u rnen yalu rkan kedukaan me reka. khusus nya de ngan kelua rga da n terna n. Beberapa keuntungan yang d ipero leh orang te rinfeksi HIV melalui te rsedi an ya duk ungan sos ial adalah peningkatan harga di ri da n kesehata n pstkologts, naiknya daya kekebalan tubuh, serta me nuru nkan tingkat stress dan pc rasan terisola si seca ra sos tal. Majumdar (2004) menegaskan bah wa psi kolog dap at secar a proaktif memba ngun dialog an tara orang tertnfeksi HIV da n profesional lain di bid ang keseha ta n untuk mereduksi stigma da n diskri mlnasi. Gamba r 4 menunju kkan a plikasi intervensi s osiaJ untu k mereduksi stigma terhc da p HIV da n AIDS ya ng diajuka n oleh Liem, Hertati, dan Ubasisa (2011). Di da lam paper ini a plikasi yang dfb ahas hanya men cakup dialog linta s iman. edukasi , da n kelo mpok dukungan sebaya.
72
..
·
- - ~ . ~ j ; .i
.
ll
.... ...
HlMPSI
Gambar4 Intervensi Sosial untuk Mereduksi Stigma terhadap "IV & AIDS a) Dialog Lintas Ima n Aplikas i intervensi sosia l da lam komu nitas agama dapat beru pa kerja sarna dengan pem im pin ata u anggota kom unitas terscbut sehingga stigma ya ng terkait dengan perse ps i moral da pat dit ekan. Dialog anta r iman maupun antara orang te rinfeksi HIV dan yang tidak terinfeksi juga terbukti mam pu mengurangi stigma dan diskriminasi. Dialog olch berbagai pe nga nut agama de nga n keimana nnya masing-masing akan men un tun peserta d ialog un tuk lebih sa ling memaha mi dan men a rtk kesimpulan bahwa int i dari semua ajaran agama ad alah cinta kas ih, te rmas u k me ngasi h i sesama rnanusia yang terinfeks i HIV. Rcsiko yang mun gkin tc rjad l dari dialog tcrscbut ada lah ada nya reststens t atau penola kan dart individu yang tidak da pat membuka diri. Wa lau de mikian, ind ividu tersebut te lah memi liki pe nga lama n berinteraksi dengan peme luk aga ma lain.
b] Edukast
Edukasi atau pemberian pe ndi dikan kepada masyarakat urn um rnaupun pctugas keschatan perlu dilaku kan aga r me reka memiliki pemahaman yang benar tentang HIV da n AIDS. Mater! yang dib erikan dalam edukasi da pat mencakup bagaima na penularan
Proceeding Te mu IImiah Nas io n.ll l IPK 2 0 12
~
73
Sura haya. l-,4 Nove mbe r 20 12
.HIMPSI
. -----..... ,.... . . ' .
- "' ~
HIV dan ca ra penan ggul an gannya sehingga mitos-mitos terkait HIV da n AIDS ya ng be reda r da pat dia tasi dan men imbulkan pem ah am an ya ng ben ar pada masya raka t (lSeA, 20 10; Supratiknya. 2008).
c) Kelompok Dukungan Sebaya Pasien HIV da pat mem bentuk kelompok un tuk sa ling mendukung. Dukungan yang diberika n da pat be rupa dukungan psikologis maupun materi , Saat bertemu dengan ora ng ya ng mem iliki pers a maan , yai tu terinfeksi H IV. maka akan timbul ra sa empati di antara a nggota ke lom pok Dalam keb ersam aan te rse but pasien Hlv tidak akan merasa kesepia n dan lebih mampu memperjua ngkan ha k-ha knya. Usaha advokasi terhadap hakhak orang dengan mv ya ng ditind as akibat stigma da n diskrim inas i juga akan lebih mendapat perhatlan pemerintah maupun masya ra ka r (Leo n, 2000). Kelompok dukungan sebaya dapat menyusun kegiatan yang dapat membangun citra positif bagi orang terinfeksi HIV. Beberapa conto h kegiata n sosial adalah kunjungan ke panti werda atau panti asuhan, penanam an po ho n, dan membersi hka n Iingkungan. Ketika para pa sien HIV melakukan kegiat an ya ng be rsifat positif ma ka masyarakat a kan memiliki pandangan ya ng lebih baik kepada mere ka. Bagi perempua n hamil ya ng terinfeksi HIV terdapat program pen cegah a n penul aran dari ibu ke anak (PMTCT). Leep er, Montagu e, Friedman, dan Flan igan (2 0 10) me nem uka n bahwa PMTCT leh th efektif jika dilakukan dengan berbasis keluarga se bag at du kun gan sos ial. Hal tersebu t terbukti sukses di Uganda karena hanya kurang dari 1% bayi terinfeksi HIV yang meninggal sebe lum dites sta tus nya. Hal ya ng me nar ik da ri penelitian terd ahulu, Da ne (2000) men emukan ba hwa dal a m duku ngan soslal. a ngg ota keluarga perem pu an lebih berperan daripada lakl-laki. Selai n itu perempuan terinfeksi Hlv di Thailand memiliki dukungan sos ial yang le bih besar dibanding dengan Amerika. Intervensi Sp ir it ua l Meraviglia (dalam Scarincl. Griffin, Grogoriu, & Fitzpatrick, 2009) me ndefi nisikan s piritua litas sebaga i pen carian makna hidup, dorongan hidup ya ng mem buat individu men cari hubungan dengan dirinya se nd iri dan ora ng lain, se rta hubun ga n yang ada di lua r d irt Sejalan den gan itu, Tuncay (2007) mengat akan bah wa spiri tualitas merujuk pad a seluruh pengalam an hidup indi vidu, termasuk pe rasaa n dan pikiran. Spiritualitas da pa t dijumpai pada seluruh komunita s sosial dan berbagai sistern kepercayaa n. serta mem iliki karakt eri stik uni versal. Spiritua litas bersifat lebih tinggi dasipada agama ka re na spir itualitas da pat dimiliki ora ng ya ng tida k memeluk agama tertentu.
ProrefllingTemu I1mlab Naslonal1 IPK_20 1 2_ _
•
-.--.;,."11". _.
~
Sud ut pandan g ora ng ya ng terinfeksi IIlV beralih dari hanya sekedar be ragama menjadi se buah s piri tualitas. Mercka menjadi lcbih merasa mem iliki aga ma da n keyakinan ya ng dianut di ma na se belu mnya hanya dirasa kan sebagai sebuah kewajiban atau ritua l se mata. Selain ltu, konse p Tuha n yang dianggap figur oto riter berubah menjadi sos ok ya ng menguatkan dan mem beri hara pan. Sudut panda ng yang semula hanya "saya" beru bah menjadi "klta" di mana orang te rinfeksi HIV merna knai hidupnya untuk membantu ora ng lain (Courtenay, dkk., 1999). Pasien HIV yang memil iki spiritualitas rnamp u fokus pad a apa ya ng te rjadi saa t ini daripada apa ya ng te lah terjadi. Mereka da pat rnen emukan mak na dalam kehid upan mereka me lalui kon tak dengan kekuatan yang lebih besar [Tuhan], me musatka n pada perbaikan dir t, mem bantu orang lain yang te rinfeksi HlV, hubungan ya ng ak ra b dengan kelua rga da n ternan, men gurangi hal mate ria listis, dan men get ahui leb ih banyak tentan g penya kit nya (McCormick, dkk., 2001). Korelasi pos itif signifikan anta ra spiri tualitas dan kebermaknaan hidup juga ditemukan oleh Litwlnczuk dan Groh (2007). Sementa ra Sowell dan kawan -kawan [dalam Scarincl, dkk., 2009 ) me ne muka n kore lasi negatif a ntara pe r ilaku spiritual dan distress emosionaJ. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa spiritualitas mcmiliki keuntu ngan bagi keseh atan orang terinfeks i HIV (Bormann , dkk., 2009). Hal terse hu t dicontohka n oleh Darinda (dalarn Scarinci, d kk., 2009) ya ng me nem ukan hubungan positlf antara kesejahteraan psikologis da n daya ta han tub uh. Dalam penelitian terse but diid entifikasi bahwa spiri tualitas me njadi s umber bagi perempuan terinfeksi JIlV untu k menj aga kesej ahteraan psikologis mereka. Scar tncl, Griffin, Grogoriu, dan Fi tzpatrick (2009) juga menemu kan hubungan positif antara [umlah CD4 dan kese jahteraan s pir itual. Sebelum itu, Pace da n Stables (1997) me nyim pulkan prediktor terbalk bagi kesejahteraan spiritual pas ien terinfeksi Hlv ada lah dukungan sostal da n kesep ian . Dua var iab el te rsebut scca ra bcrsama-sama mcnyumbang 47% pada kese jah teraa n spi rit ual pasien terinfeksi HIV. Dalam penelitian Pace dan Stables juga te rungka p bah wa kesejah teraan spiritual pasicn pad a tahap AIDS leb ih rcndah dibanding de nga n pasten kanker sta diu m akhir. Penyebab nya ada lah pada pasien tahap AIDS dukungan sos lal ya ng diterima dan ke puasan terhada p d ukungan sosial yang tcrsed ia lebih rendah. rasa kesep ian yang lebih tinggi, dukunga n keluarga yang lebih kecil. dan wak tu untu k mem aknai peristiwa kehidupan yang lebih sedlkit. . Courte nay, Merr iam, dan Reeves (1999) menje laska n perilaku yang dllakukan pasien Hl v untuk meni ngkatk an spiritua litas rnereka beragam, misalnya ikut komunitas di tempat ibadah, pendalaman kitab sud, dlskus l dengan sahabar, menikmati keindaha n alam se perti pa ntai dan gu nung, berkebun, dan menumbuhka n rasa hu mor. Selain itu praktik olah tubuh seper ti yoga, medltasi, dan Tai Chi juga terb ukti mam pu
Proceeding Temu IImiah Nas io na l l lPK 20 12
7S
Su ra baya, 1-4 No ve m be r 20 12
HIM PS I
.. -'.....
_.
--.. ... _ • W_ . ·
,' "
.. .- -.
meningkatkan spiritualitas. Seja lan dengan itu , Tun cay (2007) menegas kan bahwa spiritualitas juga mencakup kegiatan mengisi waktu luang yan g berhubungan dengan alam dan mempererat relasi dengan orang yan g dicintai. Asp ek lain dari spiritualitas adalah kemampuan menjelaskan penderitaan dan tantangan yang sedang dihad api mela lui keyakinan yang dimiliki dan pad a akhirny a menyimpulkan bahwa semua itu bukanlah suatu penderitaan. Spir ituali tas juga diperlukan dalam perawatan paliatif kar ena menjadi surnber kebermaknaan hidup, mempengaruhi pilihan penanganan dan pe rawa ta n. serta sikap terhadap pros es se karat pada pasien mv (Cobb, Dowrick, & Lloyd-Williams. 2012) . Perilaku spiritualita s tel ah lama diidentifikasi sebagai strategi coping efektif bagi pasien HIV. Majumdar (2004) menjelaskan tentang stra teg i coping perempuan India yan g terinfeksi lIIV, yaitu melakukan kegiatan spir itual se perti berdoa dan bermeditasi. Rendahnya spiritualitas at au kepercayaan berhubungan dengan meningkatnya distress. Sementara ba gi pasien IIlV yang sudah memiliki anak ma ka mereka fokus dengan kesejahteraan anak-anaknya. Jacobson , Luckhaupt, Delaney, dan Tsevat (200 6) men gatakan bahwa spiritualitas menjadi strategi coping ba gi ora ng tertnfeksi HIV da lam men cmukan makn a hidupnya. Selain itu, Baldacch ino dan Draper (dalam Scarinci, dkk., 2009 ) menj elaskan bahwa cop ing den gan perilaku s pir itual dapa t men ingkatkan pembe rdayaa n dirt dan mendorong individu men emu kan tujuan hid up. Cobb, Dowrick, dan Lloyd-W illiams (201 2) menambahkan bah wa mempercayai kekuatan yang lebi h besar dari manusia, misalnya Tuha n, merupakan prediktor positi funt uk strategi coping pasien HIV. Salah sa tu kegiatan yan g telah terbukti dapat meningkatkan spiritualitas pasie n HIV adalah meditasi. Dane (2000) m enyimpu lkan bahwa di Asia Tenggara meditas i dapat digun akan sebagai intervensi bagt pasien terinfeksi HIV dal am menj aga daya tahan tubuh, rnenguran gi efek samping pengobatan, dan men ghilan gka n keccrnasau ata u ra sa taku t Relaksa sl yang dip erol eh dalam meditasi juga dapat meningkatkan sistem day a taha n tubuh . Para perempuan Thailand yang terin feksl HIV melakukan meditasi unruk menjaga agar pikiran mereka tetap positif membantu menemukan makna hidup, harap an, ra sa nyaman, dan kedamaian diri . Melalui rasa damai yang didapatkan dalam meditas i, mereka dapat mereduksl kecemasannya terkait anak-anak dan urusan keuangan . Meditasi rnemiliki beragam jenis, sala h satunya adalah med itas i mindfulness. Logsdon-Conr ad sen (2002) menjelaskan bahwa rneditas i mindfulness berinti pad a proses menyad ari secara penuh pen galaman hid up sa at ini. Melalui meditasi mind fuLness individu diajak untuk se pen uhnya sada r akan setiap momen yang dialam i. Pikiran, perasaan. dan sensas i ya ng dimiliki pasien akan dia mati oleh pasten tersebut
76
_ _ _ __
~.
Su.rabaya, 1-4 ~ovemb~... 201 ~
HI M PSI
H I M P SI
tetapi dari sudut pandang orang ketiga (detachment). Meditasi ini menunjukkan korelasi positif dengan pengelolaan stress. Stress yang terkelola dengan baik menjadi faktor berkurangnya perasaan negatif dan meningkatnya kesejahteraan psikologis. Meditasi mindfulness juga berdampak pada berkurangnya rasa sakit, keluhan fisik, perilaku kecanduan obat, kecemasan, dan depresi yang cukup sering dial ami pasien HIV. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intervensi spiritual penting untuk diberikan kepada pasien mv. McCormick, Holder, Wetsel, dan Cawthon (2001) menegaskan bahwa tenaga keschatan perlu sensitif terhadap kebutuhan pasien HIV akan isu spiritualitas. Intervensi dan perawatan bagi pasien HIV perlu memasukkan spiritualitas dan kebermaknaan hidup agar mampu menolong adaptasi psikologi mereka (Litwinczuk & Groh, 2007; Scarinci, Griffin, Grogoriu, & Fitzpatrick, 2009). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan yan g tidak peduli dengan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien HIV (McCormick, Holder, Wetsel, & Cawthon) bahkan umumnya aspek spiritualitas ditolak oleh para petugas kesehatan [Tuncay, 2007). Oleh karena itu Tuncay menyarankan perlunya pengembangan penelitian ilmiah tentang spiritualitas di Juar disiplin teologi dengan menggunakan instrumen yang diakui dalam disiplin kesehatan. Hasil meta -analisis Cobb, Dowrick, dan Lloyd-Williams (2012) menunjukkan bahwa pasien HIV ingin berbincang tentang topik keagamaan atau spiritualitas dengan petugas kesehatan dan seharusnya mereka menghargai perbincangan tersebut. Hal menarik lainnya adalah spiritualitas yang dimiliki petugas kesehatan berkorelasi dengan kondisi pasien HIV. Walaupun tidak selalu berhubungan dengan hasil pengobatan yang lebih balk, spiritualitas petu gas kesehatan berkorelasi postnt secara signifikan terhadap kepuasan dan penghargaan yang dirasakan oleh pasien HIV.
SIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa intervensi bagi pasien HIV dapat dilakukan secara holistik, yaitu rnenggabungkan paradigrna bio-psiko-sosial dan spiritual. Keempat dimensi tersebut saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan secara tegas. Implikasinya, psikolog yang menangangi pasien HIV harus bersinergi dengan profesi kesehatan lainnya yang terlibat. Kata holistik juga berarti psikclog perlu bekerja sarna dengan keluarga dan ternan pasien terinfeksi HIV. Keluarga dan ternan paslen HIV dapat menjadi target intervcnsi maupun sumber dukungan sosial pasien. Secara khusus, intervensi spiritual mernct-lukan pengembangan penelitian ilmiah di luar disiplin teologi dengan menggunakan instrumen yang diakui dalam disiplin kesehatan. Hal tersebut dikarenakan petugas kesehatan cenderung menolak aspek spiritualitas.
Proceeding Ternu IImiah NasionalllPK 2012
77
" Surabaya. 1 -4 November 2012
".
H I M f' :; !
..
..
·
.-
••
~ill '
.
. '
.
... ...
~ "' "....
HlMPS I
PUSTAKA ACUAN Bormann, J.E., Aschbacher, K., Wetherell, J.L., Roesch, S., & Redwine, L. (200 9) . Effects of Faith/ Assurance on Cortisol Levels are Enhanced by a Spiritu al Mantram lntervention in Adults with Hlv: A Random ized Trial. Journal of Psy chosomatic
Research, 66, 161-171. doi: 1O.1016/j .jpsychores.2008.09 .01 7. CHPSC. (2011). Modol: Pengobatan dan Perawatan Pasion HIY & AIDS. Pan duan Pelatih an Klinis Bagi Tenaga Keseh atan di Puskesmas dalam Pengobatan dan Perawatan Orang yan g Tertnfe ksi HIV. Yogyakarta: Center for Health Policy and Social Change .
Cobh, M., Dowri ck, C, & Lloyd-Williams, M. (2012). What Can We Learn About th e Spiritual Needs of Palliative Care Patients from the Rese arch Literature? Journal
of Pain and Symptom Management, 10.1016/j.jpainsymman.2011.0 6.01 7.
43
[6) ,
1105·1119.
doi:
Courtenay, B.C., Merriam, S.B., & Reeves, P.M . (1999). Faith Developm ent in the Li ves of
HIY-Pos itive Adults. [ournal of Religion and Health, 38 (3), 203-218. Dane, B. (20 00). Thai Women: Meditation as a Way to Cope wi th AID S. Jo urnal of
Religion and Health, 39 (1) , 5-21. HIM PSI. (2010) . Kode Etik Psikologi Indon esia. Jakarta: Hirnpunan Psikologi Indo nesia.
IBCA. 2010. Kerangka Acoan Dialog Poblik IBCA "Seandatnya Saya illY Positif.....r', Jakarta: Indonesian Busin ess Coalition on AIDS.
Jacobson, C./., Luckhaupt, S.E., Delaney, S., & Tsevat, [. (2006). Religio -Biography, Coping, and Meaning-M aking among Persons with HIV/ AID S. Journal for the Scientific Study of Religion, 45 (1), 39· 56. Khumsaen, N., Acup-por. W., & Thammachak, P. (201 2) . Factors Influen cing Quality of Life among People Living with HIV (PLWH) in Suphanburi Provinve, Thailand. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care,23 (1) , 63-7 2. dol:
10.16 /j/jana.2011.01.003. KPAN . 20 10 . Strateg i dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun
2010- 20 14. Jakarta: KPAN. Leeper, S.c., Montagu e, B.T., Friedman, J.F., & Flanigan, T.P. (2010) . Lesso ns Learned from Family -centred Mode ls of Treatment for Children Living w ith HIY: Curren t
_ProceedingTem ,!U ~la h
Nasional11PK Z."O,,'Z " ---_
78
_
~~u rabay~ ,
1-4
Novem~~r_ ~Ot ~ _
.. -
.. '.~ III .; . .. ... . ,_
HIMPSI
Approaches a nd Future Directions. Journ al of the Interna tional AID S Society, 13 (Suppl 2), S3, Leon, G.O. 2000. Th e Thera pe utic Community: Theory, Model. and Method. New York: Spri nger. Liem, A., Hertati, A.V.L., & Ubasisa, V.W. (2011). Aplika si lnt erven sl Sos ial untuk Mereduksi Stigma da n Diskrimlnasi terhadap HIV & AIDS di Indonesia . Dipresentasikan pad a Psychology Village 2 - Harmotion. Tangerang: Fakultas Pstkologi UPH , Lttwinczuk, K.M ., & Groh, C/. (2007) . The Relationship Between Spir itua lity, Purpose in Life. and Well-being in HlV-Positive Per sons. Journal of th e Associ ation of Nurses in AIDS Care,I8 (3), 13-22 . Logsdon-Conrad sen, S. (2002). Using Mindfulness Meditation to Promote Holistic Health in Individ ua ls with Hl v / AIDS. Cognitive and Be havioral Practice. 9, 67 -7 2. Lyon, M.E., Garvie, P.A., Kao, E.. Briggs , L., li e, J.. Malow, R., D'Angelo, L.I.. & McCarter, R. (20 11) . Spirituality in Hlv -Infected Adole scents and Their Families: FAmily CEntered (FACE) Advan ce Care Plann ing and Medicatio n Ad herence. Journal of Adolescent Health, 48, 633-636. doi: 10.10 16/j .jadohealth.20 I 0.09.006. Majumdar, B. (2004). An Explorat ion of Socioeco no mic. Spiritual. and Family Support a mo ng Htv -Postttve Wom en in India. Journal o f the Association of Nurse s in AIDS Care, I S (3), 37 -46. doi: 10.11 77 /10 553290 0326 19 67. Marks , L. (2005). Religion a nd Bio-Psycho-Social Health : A Revie w a nd Conceptual Model. Journal of Religion a nd Healt h, 44 (2) , 173-1 86. doi : 10.100 7/ s 10943-005- 2775-z. Ma rtaniah, S.M. 1985. Pera n Psikologi Kom unitas da lam Penanggula nga n Gangguan Mental Kesehatan. Pidato Pen gu kuh a n [abata n Guru Besa r dalam Psikologi Klinis (tidak dite rbitka n). Yogyaka rta: Fakul tas Psikologi UGM. McCorm ick, D.P.. Holder, B., Wets el, M.A., & Cawt hon , T.W. (2001) . Spiritualty a nd HIV Disease : An Integrat ed Pe rspective. Journal of the Association of Nurses in AIDS Ca re, 12 (3), 58-65. Pace,
I.e.,
& Stab les, J.L. (1997) . Correlates of Spiritual Well -bein g in Terminally III Persons with AIDS and Termi nally 111 Person s with Cancer. Iournal of th e Associ ation of Nurse s in AIDS Care. 8 (6) , 31 ·42.
Scarinci, E.G., Griffin, M.T.Q., Grogoriu, A, & Fitzpatrick, 1.1. (2009) . Spiritua l Well -being a nd Spiritual Practices in Hfv-Infecred Women: A Prelimina ry Study. Journal of
Proceeding Te mu IIm iah Nasiona l t IP_K 2012
79
Suubdya. 1·4 Novf'mbel' 2012
..
·
' -. ••
20
( 1) ,
--
1I . . . ".
.. .. 'Th ",""
HIMPSI
the Association of Nurses 10.101 6 /) .)an a.2008.08.00 3.
in
AIDS
Care,
69·76.
doi :
She n, LX , Hong, H., CaL Y., [in, X.M., & Sht. R. 200 8. Effective ness of peer ed ucation in HIV/STD preventi on at different types of senio r high schools in Shanghai, People's Republi c of China. Internation al Journal of STD & AIDS, 19, 761 -767. Siegel, K., & Schrims haw, E.W. ( 200 2). The Perceived Ben efit s of Reli gious and Spiritual Coping among Older Adults Living with 1I1V/ AIDS. Journal o f the Scie ntific Study of Religion, 41 ( 1),9 1-102. Supratiknya, A 2008 . Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta : Universi tas Sanata Dharma.
Tuncay, T. (200 7). Spir itua lity in Coping with IIIV/A IDS. IIIV & AIDS Review, 6 (3), 1015. USAID Indon esia. 20 10. IIIV/ AID S lI ealth Profile. Jak arta: USAID Indo nesia. Visse r, M.J., Kershaw, T., Makin, J.D., & Forsyth , B.W.c. 20 08. Develo pme nt of Parallel Scales to Meas ure IIIV-Related Stigma. AIDS 8ehav, 12, 759-771. Wiratna, AR.S. (20 10) . Konse ling HIV/A IDS. Pelatihan Pra-Konferensi Nasiona I II Ikatan Psikologi Klin is - H1 MPSI. Yogyakarta: Ikatan Psikologi Kli nis.
_ I" ~o c.eed l ng
J:e mu)Imiah Nasional 1 IPK2012
80
_ _ _ _ _- 'S"u"''''''' baya, ~ ·4!'i0vember 20 12