Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
ISSN : 2355-9284
Aplikasi Geographic Information System (GIS) Dalam Menentukan Lokasi Shopping Mall Tri Widianti Natalia, S.T., M.T. Dosen Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Gaya hidup modern membawa pengaruh pada fenomena pertumbuhan Shopping Mall di perkotaan. Hal ini membuat pengembang mall berusaha untuk memastikan lokasi yang strategis sebagai daya tarik bagi konsumen. Untuk memastikan bahwa lokasi strategis itu merupakan lokasi yang potensial untuk mendirikan Shopping Mall, diperlukan analisis yang tepat dan pasti. Geographic Information System (GIS) yang merupakan pemrograman matematika, menjadi aplikasi yang tepat untuk memecahkan masalah lokasi berdasarkan data spasial dan non-spasial dari Shopping Mall dan demografi perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana aplikasi GIS dalam menentukan lokasi yang optimal untuk mendirikan Shopping Mall pada kawasan perkotaan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan mengkaji beberapa jurnal sejenis. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Aplikasi GIS bersama Analisis Spasial, dan Microsoft Excel dapat diaplikasikan untuk menentukan lokasi potensial Shopping Mall dengan berdasarkan query yang diinginkan oleh pengembang Mall. Data spasial dan non-spasial dari Shopping Mall dan demografi perkotaan yang merupakan fitur atribut dalam layer, dapat bergabung untuk membentuk informasi dalam menentukan lokasi potensial untuk mendirikan Shopping Mall. Kata Kunci : GIS, Data spasial–non spasial, Lokasi, Shopping Mall ABSTRACT Modern lifestyle had an impact on growth phenomena Shopping Mall in urban areas. This makes the mall developers are trying to Ensure a strategic location as an attraction for consumers. To Ensure that the strategic location it is a potential location for establishing Shopping Mall, it needs proper analysis and surely. Geographic Information System (GIS) is a mathematical programming roomates, be the right application to solve problems based on the location of the data is spatial and non-spatial Shopping Mall and urban demographics. The purpose of this research is to know how the application of GIS to Determine the optimal location for establishing Shopping Mall in urban areas. The method used is qualitative analysis by reviewing similar journals. The results of this study revealed that the joint GIS Spatial Analysis Applications, and Microsoft Excel can be applied to Determine potential locations Shopping Mall with a query based on desired by the developer Mall. Data spatial and non-spatial Shopping Mall and urban demographics is a feature in the layer attributes, can combine to form the information in determining potential sites for establishing Shopping Mall. Keywords : GIS, spatial data-non-spatial, location, Shopping Mall 36
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
I. PENDAHULUAN Gaya hidup modern merubah perilaku berbelanja yang awalnya berbelanja di tempat perbelanjaan sederhana yang dekat, menjadi ke area perbelanjaan yang cukup besar yang jauh dari tempat tinggalnya. Hal ini karena pusat perbelanjaan besar menyediakan berbagai barang (misalnya supermarket dan butik) dan jasa (misalnya salon, bank, tempat makan, bioskop), sebagai tempat modernisasi dan memiliki kebersihan untuk menarik pembeli. Karena itu, keberadaan pusat perbelanjaan besar adalah simbol kualitas hidup yang tinggi bagi sebuah daerah. Shim dan Eastlick (1998) menyatakan bahwa konsumen mengunjungi Shopping Mall sebagai aktualisasi diri dan nilai-nilai afiliasi sosial. Hal ini didukung oleh penelitian Holbrook dan Hirschman (1984) yang menyatakan bahwa sebagian konsumen yang mengunjungi Shopping Mall adalah untuk kegiatan hedonik. Gaya hidup modern tersebut membuat pertumbuhan ritel di dunia termasuk di Indonesia menjadi semakin modern, berkonsolidasi dan semakin kuat dalam daya beli konsumen. Konsumen semakin memiliki pengetahuan tentang berbelanja. Fenomena pertumbuhan pusat perbelanjaan modern, menuntut pengembang mall mengembangkan strategi marketingnya dalam memajukan bisnisnya dan harus mampu memastikan bahwa Shopping Mall yang didirikannya tepat sasaran atau sesuai dengan segmentasi pasar yang dituju. Kegagalan dan keberhasilan berdirinya Shopping Mall dipengaruhi oleh keberadaan atribut mall yang
ISSN : 2355-9284
mempengaruhi respon konsumen (Lazarus, 1991). Salah saatu dari keberadaan atribut Mall tersebut adalah lokasi. Menurut Mendes dan Themido (2004) salah satu keputusan yang paling penting bagi pengembang untuk mendirikan retail adalah kemudahan aksesbilitas retail untuk dapat dikunjungi, sebuah ritel dapat berhasil atau gagal semata-mata berdasarkan lokasi. Untuk mencapai keberhasilan berdirinya Shopping Mall dengan biaya rendah, tetapi tetap menjaga kualitas layanan. Diperlukan persiapan awal yang didahului oleh analisis bisnis, potensi pasar dan lokasi outlet ritel. Salah satunya dengan GIS yang menggunakan pemetaan teknologi elektronik dalam memproduksi peta multilayer dan interaktif sehingga query ditetapkan sebagai solusi optimal untuk menentukan lokasi potensial. GIS menggabungkan data spasial dan nonspasial untuk membangun informasi peta tematik yang menggambarkan berbagai informasi yang berkaitan dengan demografis, populasi, perumahan dan kegiatan ekonomi. Kemudian divisualisasikan dan dengan mudah dapat dianalisis oleh para pembuat keputusan. Oleh karena itu, GIS diprediksi mampu melakukan proses analisis untuk menentukan lokasi Shopping Mall yang potensial dan optimal. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memecahkan masalah multidisiplin dalam menentukan lokasi Shopping Mall yang memiliki potensi bisnis yang baik di kawasan perkotaan, dengan pendekatan algoritma dengan dukungan dari Geographic Information System (GIS). 37
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
II. METODE Penelitian ini menggunakan jenis metode kualitatif (Creswell, 2008) dengan kategori sifat penelitian explanatory (Groat & Wang, 2002). Metode pengumpulan data melalui pencarian beberapa penelitian sejenis yang mengkaji mengenai aplikasi GIS dalam menentukan lokasi Shopping Mall. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif melalui kajian pustaka secara mendalam terhadap beberapa penelitian sejenis. Kajian pustaka tersebut dianalisis berdasarkan kemampuan dan langkah-langkah aplikasi GIS dalam memecahkan masalah lokasi yang potensial untuk mendirikan Shopping Mall. III.
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Aplikasi Geographic System (GIS)
Information
ISSN : 2355-9284
Sistem perpetaan pada GIS dapat dikontrol oleh penggunanya dengan memberikan keluluasaan untuk menyusun dan menampilkan peta sesuai keinginannya. GIS dapat memberikan informasi yang diharapkan melalui peta dengan pemrosesan data spasial non-spasial dan kemampuan menyortir (query). GIS dapat melakukan beberapa fungsi, diantaranya dapat memetakan objek pada permukaan bumi (misalnya pola aktivitas seismik untuk melihat gempa bumi), memetakan kuantitas (misalnya untuk menemukan tempat yang paling dan yang tidak memenuhi kriteria untuk mengambil keputusan), memetakan kepadatan (misalnya melihat kepadatan penduduk pada suatu wilayah), mengetahui isi (misalnya melihat layanan apa saja yang terdapat dalam radius 2 kilometer dari pusat kota) dan untuk perubahan peta (misalnya melihat perubahan dan pertumbuhan suatu daerah dengan mengagunakan data time-series).
Sejak 1970-an Sistem Informasi Geografis (GIS) telah berkembang dalam beberapa bidang penelitian seperti bidang Geografi, Teknik Sipil, Ilmu Komputer, Perencanaan Landscape, Arsitektur dan Ilmu Lingkungan. GIS dapat mendukung berbagai query spasial yang dapat digunakan untuk mendukung studi lokasi. GIS akan memainkan peran penting dalam model dan aplikasi lokasi pembangunan di masa depan (Church. RL. 2002). Gambar 1. Integrasi data dalam layer fitur
Geographic InformationSystem (GIS) merupakan sistem perpetaan yang dinamis dengan kemampuan proses data spasial dan penyortiran dengan berbasis komputer.
dan atribut Sumber : Hefriansyarizki (2013)
Presentasi data menggunakan tiga
pada MapInfo tipe simbol data, 38
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
diantaranya: poligon, garis dan titik. Benda-benda ini dapat digunakan untuk menyajikan nilai-nilai data spasial. Aplikasi GIS bersama Analisis Spasial, dan Microsoft Excel dapat diaplikasikan untuk menentukan lokasi potensial Shopping Mall. Karena Sistem Informasi Geografis (GIS) merupakan perangkat lunak yang mampu menyimpan, mengambil, menganalisis, memvisualisasi dan memetakan data spasial dan nonspasial. GIS menggunakan pemetaan teknologi elektronik dalam memproduksi peta multi-layer dan interaktif, sehingga query ditetapkan sebagai solusi optimal untuk menentukan lokasi potensial. GIS menggabungkan data spasial dan nonspasial untuk membangun informasi peta tematik dengan menggambarkan berbagai informasi yang berkaitan dengan demografis, populasi, perumahan dan kegiatan ekonomi, yang kemudian divisualisasikan dan dengan mudah dapat dianalisis oleh para pembuat keputusan.
ISSN : 2355-9284
Fenomena pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di perkotaan, membuat pengembang mall memastikan lokasi yang strategis untuk berdirinya Shopping Mall agar berhasil dan menarik banyak pengunjung. Menurut Mendes dan Themido (2004) salah satu keputusan yang paling penting bagi pengembang untuk mendirikan retail adalah kemudahan aksesbilitas retail untuk dapat dikunjungi. Sebuah ritel dapat berhasil atau gagal semata-mata berdasarkan lokasi. Borger, aloy dan Voster, Cindy (2011) menyatakan bahwa aksesbilitas menggunakan mobil dan transportasi umum, jarak jalan utama terhadap Shopping Mall dan jenis lalu lintas yang diperbolehkan beroperasi akan mempengaruhi preferensi konsumen dalam mengunjungi Shopping Mall. Atribut tersebut merupakan faktor yang sangat berkaitan erat dengan perilaku konsumen. Sehingga dalam menentukan lokasi Shopping Mall perlu mempertimbangkan beberapa faktor.
3.2 Pemilihan Lokasi Shopping Mall Tabel 1. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi Shopping Mall. Kepadatan Kepadatan penduduk menjadi salah satu indikator besarnya potensi pasar, apakah penduduk Shopping Mall dapat dikunjungi oleh semua lapusan masyarakat. Penghasilan Jika kepadatan penduduk tidak linear dengan daya beli masyarakatnya, berarti lokasi itu tidak tepat sebagai tempat/pusat perbelanjaan. Karena itu, perlu mencermati bagaimana penghasilan penduduk di area Shopping Mall berdiri. Jumlah usaha Lokasi yang dipilih merupakan pusat shopping (pusat shopping) atau sentra perdagangan. kemungkinan ada kecenderungan masyarakat mengunjungi area pusat perbelanjaan yang menawarkan semua kebutuhan yang dapat mewadahi aktivitas berbelanjanya. Zona Ada beberapa tipe tempat yang bisa dipilih, seperti pada area sentra bisnis, industri, perumahan, pinggir jalan dan sebagainya. Jumlah Traffic Berapa banyak kendaraan yang lalu lalang di lokasi yang akan dipilih setiap harinya, sejauh mana lokasi mudah diakses. Pusat keramaian Sejauh mana konsumen yang lalu lalang dapat melihat bangunan Shopping Mall. Kompetisi Sejauh mana jarak antara Shopping Mall yang akan didirikan dengan dengan Shopping Mall lainnya yang nantinya akan berkompetisi dalam menarik konsumen. Appearance Menampilkan image yang terbaik di lingkungan lokasi. seperti memilih lokasi yang bersih, harga sewa dan berada pada zona pangsa pasar yang akan tuju. 39
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
Selain faktor diatas, ada beberapa kategori dan kriteria yang akan sangat mempengaruhi pemilihan lokasi Shopping Mall. Yu, Ling (2006) membuat kategori
ISSN : 2355-9284
dan kriteria untuk pemilihan lokasi Shopping Mall yang dapat diaplikasikan pada fitur dan atribut GIS.
Tabel 2. Kategori dan kriteria untuk pemilihan lokasi Shopping Mall. Akses oleh semua transportasi lokal Kedekatan dengan kereta api Kedekatan dengan jalan raya utama Kedekatan dengan dermaga Total biaya Biaya lahan dan investasi bangunan awal Biaya Konstruksi Biaya persiapan lokasi Biaya berulang dan non - berulang lainnya ( misalnya , pajak , utilitas , asuransi) Pertimbngan Polusi suara di sekitar lokasi lingkungan Polusi udara di sekitar lokasi Kedekatan dengan layanan pendukung ( misalnya , kebakaran, polisi , layanan medis . Potensi Dukungan terus menerus dari warga setempat pembangunan Kemampuan untuk memperluas atau memodifikasi fasilitas berkelanjutan Potensial pesaing di masa depan Transportasi Akses oleh semua transportasi lokal untuk pemasok Kedekatan dengan kereta api Kedekatan dengan jalan raya utama Kedekatan dengan dermaga Kemampuan Pengalaman bisnis dalam investasi pusat perbelanjaan investor Sumber daya keuangan Kompetensi Manajemen Manfaat Return on investment investasi Keunggulan kompetitif Transportasi untuk pembeli
Dari beberapa kajian pustaka, dapat disimpulkan bahwa masalah lokasi merupakan cara bagaimana menentukan jumlah dan alokasi obyek dalam jaringan jalan yang strategis. Untuk membuat keputusan mengenai di mana Shopping Mall akan diletakkan untuk tujuan tertentu, diperlukan proses yang sangat kompleks dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. Karena keputusan untuk menentukan lokasi tersebut merujuk pada pemanfaatan bangunan selama periode yang cukup lama dan tentunya akan berkaiatan dengan sumber dana keuangan. Masalah lokasi ritel di daerah perkotaan telah menjadi topik yang menarik dalam dekade terakhir.
Pada abad kedua puluh, melalui perkembangan teknologi komputer telah berkembang beberapa algoritma untuk memecahkan masalah lokasi berdasarkan pemrograman matematika. IV. PEMBAHASAN DAN ANALISIS Aplikasi GIS dalam menentukan lokasi potensial untuk Shopping Mall
40
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
Pemilihan lokasi Shopping Mall dengan pendekatan GIS terdiri dari beberapa langkah, dengan memanfaatkan peta dan data primer untuk menghasilkan peta Gambar 2. Contoh iIntegrasi data Sumber : Yu, Ling (2006)
digital pada layer yang berbeda (interaksi antar distribusi layer untuk membuat keputusan). Berikut beberapa langkah aplikasi GIS dalam menentukan lokasi potensial Shopping Mall. Pertama, menentukan tujuan dari penggunaan GIS, yakni untuk memilih lokasi terbaik dan potensial untuk dibangunnya Shopping Mall. Oleh karena itu, diperlukan referensi berupa informasi geografis eksplisit dan implisit (fisik dan non-fisik). Secara khusus, peta digital diperlukan untuk menguraikan potensi setiap daerah pada sebuah kota untuk mencari lokasi Mall.
Gambar 3. Data Spasial dan non-spasial Sumber : Agustawan (2011)
Kedua, menentukan fitur geografis apa yang diperlukan. Seperti data spasial (fisik) misalnya jalan, batas kabupaten, danau, jalan raya, lokasi pusat perbelanjaan, bangunan fasilitas, aksesbilitas,
ISSN : 2355-9284
transportasi dan permukiman. Setelah itu menentukan data tabular (non-fisik) seperti profil demografi, ekonomi, sosial, data pemukiman. Data spasial dan data nonspasial kemudian diubah menjadi data geodemographic melalui operasi join. Data primer mengenai perilaku pembeli dan
Gambar 4. Perbedaan simbol dan warna Sumber : UNDP-Tim Teknis Nasional (2007)
profil demografis yang diperoleh dengan cara survei dimasukkan sebagai layer fitur. Sehubungan dengan model data, analisis ini menggunakan model data vektor untuk membangun peta rute, menemukan konsumen mal dan merangkum profil demografis dari setiap daerah dalam sebuah kota. Ketiga, menentukan atribut apa yang diperlukan dari sebuah fitur. Misalnya, atribut yang terhubung dengan rute seperti nama, nomor rute, ketinggian, volume lalu lintas, kebutuhan belanja dan pendapatan rumah tangga yang diperlukan untuk menentukan layer atribut. Dalam hal ini, jarak diukur dalam kilometer untuk setiap rute. Selain itu, untuk semua data dapat diintegrasikan dan dimanipulasi untuk menentukan lokasi yang potensial. 41
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
Keempat, untuk menghindari kekacauan, peta pada setiap layer dibuat berbeda dan dapat dibedakan satu sama lain. Hal ini dapat dicapai dengan simbolisasi melalui warna yang berbeda, sehingga fitur dikelompokkan sesuai dengan nilai atribut. Misalnya, layer menggunakan warna yang berbeda untuk mewakili wilayah kecamatan. Layer jalan, jalan raya dan rel kereta api menggunakan ketebalan, warna dan jenis garis yang berbeda. Layer seperti lokasi fasilitas umum, lokasi Shopping Mall yang ada disajikan dengan menggunakan point dan label.
Gambar 5. Thiessen (Voronoi) Sumber : Pearson, Jesse (2007)
Kelima, sebuah Thiessen (Voronoi) poligon diciptakan untuk mendefinisikan masing-masing bidang pengaruh pada setiap lokasi Shopping Mall. Proses membuat Thiessen (Voronoi) diantaranya dengan mengubah layer titik lokasi Shopping Mall yang ada di kota menjadi jaringan tidak teratur Triangulasi (TIN), yang kemudian dituangkan ke dalam bisectors tegak lurus untuk setiap tepi segitiga. Lokasi-lokasi di mana bisectors yang berpotongan menentukan lokasi poligon simpul Thiessen.
ISSN : 2355-9284
Gambar 6. Formasi Grid Sumber : Trubint, Nikola dkk (2006)
Selanjutnya, analisis spasial digunakan untuk membuat serangkaian data set jaringan. Dari layer data demografi, menciptakan beberapa poligon yang kemudian diubah menjadi grid mewakili usia rata-rata, rata-rata pendapatan keluarga, rata-rata pendapatan rumah tangga, persen populasi dengan gelar sarjana atau lebih tinggi, keadaan sosial dan lain-lain. Grid ini diciptakan untuk tujuan input data yang akan digunakan dalam perhitungan raster untuk menentukan demografi dari target pasar untuk mencari lokasi Shopping Mall yang potensial. Sel grid (squares) meliputi beberapa daerah pada peta. Setiap sel memiliki node yang terletak di pusatnya. Sebuah sel dapat diberi nilai dan warna yang mewakili nilainya. Jika ada beberapa sel di antara dua lokasi yang dikenal (antara titik atau kontur), maka dibuat perubahan warna yang mengindikasikan adanya perubahan nilai parameter. Untuk menyajikan perubahan dalam beberapa kuantitas antara lokasi yang dikenal, maka perlu menerapkan beberapa teknik untuk memperkirakan nilai-nilai. Diantaranya melalui interpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW).
42
Gambar 8. Interpolasi data titik dengan metode IDW Sumber : Wijayanto, Andri dkk (2009)
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
Agregasi poin dalam peta dibutuhkan dalam penerapan metode IDW. Agregasi adalah proses matematis untuk mengurangi jumlah titik pada peta dan dilakukan dalam kasus-kasus ketika sebagian besar poin dikelompokkan pada beberapa lokasi. Untuk mempersingkat waktu perhitungan ,nilai-nilai semua titik dari suatu daerah dalam radius tertentu dijumlahkan, dan satu titik diatur untuk mewakili daerah tersebut (Gambar 6 ). Misalnya, radius 50 m telah digunakan untuk daerah pusat dan 150 m untuk bagian-bagian yang tersisa. Setelah menyelesaikan prosedur agregasi, dilakukan proses interpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW). Metode ini memperkirakan nilai setiap sel sebagai jumlah rata-rata koefisien titik berat dalam cakupan radius tertentu. Misalnya Sebuah radius 300 m telah digunakan untuk zona pusat Kota dan radius 500 m untuk bagian-bagian yang tersisa. Dalam menjumlahkan nilai
koefisien bobot digunakan eksponensial dengan eksponen.
fungsi
Gambar 9. Layer data spasial dan nonspasial Sumber : Agustawan (2011)
ISSN : 2355-9284
Setelah data disimpan di lokasi yang relevan, analisis dapat dilakukan untuk menentukan lokasi potensial untuk Shopping Mall. Analisis dapat dilakukan berdasarkan penekanan terhadap query yang berbeda, dengan cara menghubungkan semua data layer secara bersama-sama dalam sebuah sistem, atau hanya menghubungkan beberapa atribut yang dianggap lebih penting. Misalnya overlap dari beberapa layer yang mewakili atribut pendapatan rata-rata rumah tangga pada daerah yang memiliki jarak 500 1500 m dari lokasi Shopping Mall. Melalui database geografis, pengguna dapat memperoleh informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan mengenai lokasi yang potensial. Atribut dalam layer dapat bergabung untuk membentuk informasi yang diperlukan dalam menentukan lokasi potensial untuk mendirikan Shopping Mall. Aplikasi GIS dalam menentukan lokasi potensial untuk Shopping mall menurut Trubint, Nikola dkk (2006) menunjukan bahwa nilai-nilai bobot dari setiap zona lokasi potensial akan menurun seiring dengan peningkatan jarak (semakin jauh) dari pusat Kota. Hal ini karena lokasi yang nyaman dan aksesbilitas yang dekat menjadi salah satu atribut penting yang akan memepengaruhi preferensi konsumen dalam mengunjungi Shopping Mall. Hasil ini sejalan dengan penelitian Jackson, Vanessa dkk (2011) yang menyatakan bahwa generasi Builder sangat memperhatikan lokasi yang nyaman saat akan mengunjungi Shopping Mall.
43
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
V. KESIMPULAN Keputusan terpenting dalam mengembangkan Shopping Mall adalah pemilihan lokasi. Karena lokasi sebagai salah satu daya tarik bagi konsumen untuk mengunjungi Mall yang dipilihnya. Keputusan untuk menentukan lokasi potensial untuk Shopping Mall merupakan proses yang sangat komplek dan memerlukan tanggung jawab yang tinggi. Karena berkaiatan dengan pemanfaatan bangunan selama periode yang cukup lama dan tentunya akan berkaiatan dengan sumber dana keuangan. Aplikasi GIS bersama Analisis Spatial, dan Microsoft Excel dapat diaplikasikan untuk menentukan lokasi potensial Shopping Mall. Karena Sistem Informasi Geografis (GIS) yang merupakan perangkat lunak yang mampu menyimpan, mengambil, menganalisis, memvisualisasi dan memetakan data spasial dan non-spasial dari lingkungan Shopping Mall. GIS mampu memproduksi peta multi-layer dan interaktif dari fitur atribut Shopping Mall dan demografi perkotaan, sehingga query dapat ditetapkan sebagai solusi optimal untuk menentukan lokasi potensial untuk Shopping Mall. Lokasi potensial hasil dari analisis GIS dapat diprediksi secara tepat dan pasti dengan perhitungan algoritma berdasarkan pemrograman matematika.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustawan. (2011). Sistem Informasi Geografis sebagai Mengintegrasikan Teknologi: Konteks, Konsep,dan Definisi. Diakses pada 2 Oktober, 2013 dari World Wide
ISSN : 2355-9284
Web:http://agustawan.wordpress.com/2 011/09/20/sistem-informasi-geografissebagai-mengintegrasikan-teknologikonteks-konsep-dan-definisi/. 2. Ardiyanti, Rizki. (2010). Cara memilih lokasi usaha yang tepat. Diakses pada 2 Oktober, 2013 dari World Wide Web: http://rizkiardiyanti.blogspot.com/2010/ 10/cara-memilih-lokasi-usaha-yangtepat.html. 3. Azenismail. (2013). Tugas Sistem Informasi Geografis Web GIS dan Mobile GIS. Diakses pada 2 Oktober, 2013 dari World Wide Web: http://azenismail.wordpress.com/2013/0 4/28/tugas-sistem-informasi-geografisweb-gis-dan-mobile-gis/. 4. Bennison, D. and T. Hernandez. 2000. The art and science or retail location decisions. International Journal of Retail & Distribution Management, Vol. 28, No. 8, pp. 357-367. 5. Borgers, Aloys dan Vosters, Cindy. (2011). Assessing preferencer for mega shopping centres : a conjoint measurement approach. Journal of Retailing and Consumer Service Vol 18, pp 322-332. 6. Church, R.L (2002). Geographical information system and location science. Computer and Operation Research Vol 29, pp 541-562. 7. Hefriansyarizky. 2013. Tugas SISDL Minggu 1. Diakses pada 2 Oktober, 2013 dari World Wide Web: http://hefriansyarizky.wordpress.com/2 013/03/16/tugas-sisdl-minggu-1/.
44
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
8. Hidayat, Andi. (2010). Komponen/ unsurkelengkapan peta. Diakses pada 2 Oktober, 2013 dari World Wide Web: http://andimanwno.wordpress.com/201 0/07/02/komponenunsur-kelengkapanpeta/. 9. Holbrook, M.B., Chestnut, R.W., Oliva, T.A., Greenleaf, E.A., 1984. Play as a consumption experience: the roles of emotion, performance, and personality in the enjoyment of games. Journal of Consumer Research Vol 11, pp 728– 739. 10. Jackson, Vanessa; Stoel, Leslie dan Brantley, Aquia. 2011. Mall attributes and shopping value: Differences by gender and generational cohort. Journal of Retailing and Consumer Services Vol 18, pp 1–9.
ISSN : 2355-9284
15. Trubint, Nikola ; Ostojić, Ljubomir ; Bojović, Nebojša. 2006. Determining An Optmal Retail Location By Using GIS. Yugoslav Journal of Operations Research. Vol 16, Number 2, pp 253264. 16. UNDP - Tim Teknis Nasional. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Dasar. 17. Wijayanto, Andri., Lukman, azhari., Kristiono. 2009. GIS Engineering Aplication Series. Modul Pegangan Pelatihan Comlabs USDI-ITB. 18. Yu, Ling. 2006. A systematic Approach to Location Selection For Shoppng Mall Projects. The thesis submitted in partial fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy.
11. Lazarus, R.S., 1991. Progress on a cognitive-motivational-relational theory of emotion. American Psychologist Vol 46, pp 819–834. 12. Mendes, A. B. and I.H. Themido. 2004. Multi-outlet retail site location assessment. International Transactions in Operational Research. Vol 11, pp. 118. 13. Pearson, Jesse. 2007. A Comparative Business Site-Location Feasibility Analysis using Geographic Information Systems and the Gravity Model. Resource Analysis Vol 9, pp 10 . 14. Shim, S and Eastlick, M.A. 1998. The hierarchical influence of personal values on mall shopping attitude and behavior. Journal of Retailing. Vol 74, No 91, 139-60. 45