APAKAH PUASA KITA DITERIMA
ِ َاهلل َِّمنَّ ُشروِرَّأَنْ ُف ِسنَاَّوِم َّنَّسيِّئ ِ َِّونَعوذَُّب،َُّنَ ْحم ُدهَُّونَستَ ِع ْي نَُّهَُّونَستَ غْ ِفره،إِنََّّالْحم َدَّلِل ِه َّ.اتَّأَ ْع َمالِنَا ُْ ْ َْ َ ْ َ ُْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ِ َضلِ َّلَّفَال ِ َمنَّي ْه ِد ِهَّاهللَّفَال ََّّوأَ ْش َه ُدَّأَنََّّ ُم َحم ًدا َ ْ ْ َُّوَم ْنَّي ُ ُ َ َْ َ َُّ َوأَ َّْش َه ُدَّأَ ْنَّالََّإِلَهََّإِالَّاهلل.ُيَّلََّه َ َُّمضلَّلَه َ َّهاد ِ َّاه َدَّفِ ْي ِّ َّوبَل َغ َ َّو َج َ ََّون َ ص َحَّاْألُم َة َ ََّالر َسالَة َ َّقَ ْدَّأَدىَّاْأل ََمانَ َة،َُّر ُس ْو َلَّبَ ْع َده َ ََّوال َ َّوَر ُس ْولُهَُّالََّنَبي َ َُع ْب ُده ِ َّجه ِِ َّ .ِاد َّه َ ِ َسبِْيل َّهَّ َحق ِِ ِ َّ َّاَلصالََّةَُّوالسالَ َّمَّ َعلَىَّنَبِيِّ نَاَّالْمصطََفىَّمحمدََّّصلى َّك ََّ َص ْحبِ َِّهَّ َوَم َّْنَّ َسل ْ ُ َ اهللَُّ َعلَْي َّهَّ َو َسل ََّمَّ َو َعلَىَّآل َّهَّ َو َ َُ ُ َ ِ ِ َّ بَّا ْشر َّاحلُ َّْلَّعُ ْق َد ًَّةَّ ِم َّْن َّْ س َّْرَّلِ َّْيَّأ َْم ِر َّْ ص ْد ِر ِّ َيَّ َوي ْ يَّ َو َ َّحَّل َّْي ْ َ َِّّ َر.َسبِْي لَ َّهَُّ َو ْاهتَ َدىَّبِ ُه َد َّاهَُّإِلَىَّيَ ْوَّمَّالدِّيْ َِّن ِ َّ .سانِ َّْيَّيََّ ْف َق ُه ْواَّقَ ْولِ َّْي َل ِِ ِ ِ ِ ََّّوأَنتُ ْم ََّ َق َ ََّء َامنُواَّات ُقواَّاهلل َ َّحقَّتُ َقاتهَّ َو َّالََّتَ ُم ْوتُنَّإِال َ َّيَاَّأَيُّهاََّالذيْ َن:الَّاهللَُّتَ َعالَىَّفيَّالْ ُق ْرآنَّالْ َك ِريْ َِّم ِ َّمنَّنَ ْفس ََّّو َخلَ َق َِّم ْن َهاَّ َزْو َج َها ََّ ََّ َوق.ُّم ْس ِل ُم ْو ََّن َ اسَّات ُق ْواَّ َرب ُك ُمَّال ِذ ْي ْ َِّّ َّخلَ َق ُك ْم َ َّواح َدة َ ُ َّيَاَّأَيُّ َهاَّالن:ال ِِ ِ وبث َِّم ْن ُهماَّ ِرجاالًَّ َكثِْي ر َّ.َّعلَْي ُك ْمَّ َرقِ ْيبًا َّْ َّوات ُقواَّاهللََّال ِذ َ امَّإِنَّاهللََّ َكا َن َ َّواْأل َْر َح َ َ ََ َ آءلُْو َنَّبه َ آء َ ً َس ًس َ َيَّت َ اَّون َّ .َّخ ْي َرَّالز ِادَّالت ْق َوى ََّ ََوق َ َّ َوتَ َزو ُد ْواَّفَِإن:ال َّ.َّسن ََّ اَّو َخالِ ِقَّالن َّ ََّّاِت ِق: الَّالنبِ َُّي ََّ ََوق ُ اهللََّ َح ْي َ َّماَّ ُك ْن َ َّوأَتْبِ ِعَّالسيِّئَةََّال َ اسَّبَ ُخلُق َث َ ْح َسنَةََّتَ ْم ُح َه َت َ َّح .)َّحديثَّحسن،(رواهَّالترمذي
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Setiap muslim wajib berpuasa karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak karena riya' (agar dilihat orang), sum'ah (agar didengar orang), ikut-ikutan orang, toleransi kepada keluarga atau masyarakat tempat ia tinggal. Jadi, yang memotivasi dan mendorongnya berpuasa hendaklah karena imannya bahwa Allah mewajibkan puasa tersebut atasnya, serta karena mengharapkan pahala di sisi Allah dengan puasanya. Demikian pula halnya dengan Qiyam Ramadhan (shalat malam/tarawih), ia wajib menjalankannya karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak karena sebab lain. Karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan barangsiapa melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Muttafaq 'Alaih).
ِ َ َُّصلىَّالله-َّولَّالل ِه ََّّ" ُرب:-ََّّو َسل َم ََّ ََّق،يَّه َريْ َرَة ُ َّر ُس َ ََّق:ال ُ َِع ْنَّأَب َ َ َّعلَْيه َ ال َِّوربَّقَائ،َُّصي ِام ِهَّإِالَّالْجوع ِ صائِمََّّلَْيسَّلَهُ َِّمن َّ"سَّلََّهَُّ ِم ْنَّقِيَ ِام ِهَّإِالَّالس َه َُّر ي ل َّ م َ ْ َ ُ َ ْ َُ َ َ .)2( “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga dan betapa banyak orang yang sholat malam tidak mendapatkan apa-apa dari sholatnya kecuali hanya berjaga tidak tidur saja.” (HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan At-Tirmidzi shohih.)
Ibadah bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.
Ketahuilah, bahwa ibadah seorang hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai ‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga seorang salaf berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”
Allah berfirman.
َوقَ ِد ْمنَا إِلَى َما َع ِملُوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َج َع ْلنَاهُ هَبَا ًء َم ْنثُورًا ” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (Al-Furqan : 23)
Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau amal yang dimaksudkan untuk selain Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan
dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajat dan ketinggian karenanya.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang karena rasa takut mereka kepada Rabbnya maka mereka pun dirundung oleh rasa cemas. Orang-orang yang mengimani ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka. Begitu pula orang-orang yang memberikan apa yang mampu mereka sumbangkan sementara hati mereka diwarnai dengan rasa takut, bagaimana keadaan mereka kelak ketika dikembalikan kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang terdahulu melakukannya.” (QS. al-Mu’minun: 57-61)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bersama dengan kebaikan, keimanan, dan amal saleh yang ada pada diri mereka ternyata mereka juga senantiasa merasa takut dan khawatir akan hukuman Allah serta makar-Nya kepada mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan al-Bashri, “Seorang mukmin memadukan antara berbuat ihsan/kebaikan dengan rasa takut. Adapun orang kafir memadukan antara berbuat jelek/dosa dan rasa aman.”.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/350] cet. Maktabah atTaufiqiyah).
Isma’il bin Ishaq menyebutkan riwayat dengan sanadnya, dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, bahwa suatu ketika dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang-orang yang dimaksud oleh ayat (yang artinya), “Orang-orang yang memberikan apa yang telah berikan, sedangkan hati mereka merasa takut.” (QS. al-Mukminun: 60). Maka Nabi menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang rajin menunaikan sholat, berpuasa, dan bersedekah. Meskipun demikian, mereka merasa takut apabila amal-amal mereka tidak diterima di sisi-Nya.” (lihat Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal [1/110])
Demikianlah keadaan orang-orang yang tauhidnya lurus. Mereka khawatir diri mereka terjerumus dalam hal-hal yang merusak keimanan mereka dalam keadaan mereka tidak menyadarinya. Ibrahim ‘alahis salam -seorang Nabi Allah, Ulul Azmi, bapaknya para Nabi, pemimpin orang-orang yang bertauhid, dan kekasih ar-Rahman- pun menyimpan rasa takut yang sangat besar dari kemusyrikan. Allah ta’ala mengisahkan doa yang beliau panjatkan, “(Wahai Rabbku) Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim: 35). Ibrahim at-Taimi pun berkomentar, “Lantas, siapakah yang bisa merasa aman dari musibah (syirik) setelah Ibrahim?” (lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 72 cet. Dar al-Hadits)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Ibrahim ‘alaihis salam bahkan mengkhawatirkan syirik menimpa dirinya, padahal beliau adalah kekasih arRahman dan imamnya orang-orang yang hanif/bertauhid. Lalu bagaimana menurutmu
dengan orang-orang seperti kita ini?! Maka janganlah kamu merasa aman dari bahaya syirik. Jangan merasa dirimu terbebas dari kemunafikan. Sebab tidaklah merasa aman dari kemunafikan kecuali orang munafik. Dan tidaklah merasa takut dari kemunafikan kecuali orang mukmin.” (lihat al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [1/72] cet. Maktabah al’Ilmu)
Oleh karena itu sebelum melangkah untuk melakukan amal perbuatan, kita harus mengetahui syarat diterimanya amal tersebut, dengan harapan amal kita bisa diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Di dalam masalah ini ada tiga syarat penting lagi agung yang perlu diketahui oleh setiap hamba yang beramal, jika tidak demikian, maka amal terebut tidak akan diterima.
Pertama, Iman Kepada Allah dengan Men-tauhid-Nya
ْ ُوا َو َع ِمل ْ ُين َءا َمن ًس نُ ُزل ْ َت َكان ُ َّت لَهُ ْم َجن َ إِ َّن الَّ ِذ ِ وا الصَّـلِ َحا ِ ـت ْالفِرْ َد ْو “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”(QS. Al- Kahfi:107)
Tempat masuknya orang-orang kafir adalah neraka jahannam, sedangkan surga firdaus bagi mereka orang-orang yang mukmin, namun ada 2 syarat seseorang bisa memasuki surga firdaus tersebut yaitu:
1. Iman
Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh kitabullah dan sunnah rasul-Nya
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman:
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasulNya, hari kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk.” (HR Muslim)
2. Amal Shalih
Yaitu mencakup ikhlas karena Allah dan sesuai dengan yang diperintahkan dalam syariat Allah.
َّ ق فَا ْعبُ ِد ُ ) أَ َل ِ َّّلِلِ الد2) ِّين ِّ ب بِ ْال َح ِّين َ َّللاَ ُم ْخلِصًا لَهُ الد َ …إِنَّا أَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْي َ ك ْال ِكتَا ُْال َخالِص “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamya yang bersih (dari syirik).” (Az-Zumar: 2-3)
ص َر هَلْ تَ َرى َ َالَّ ِذي َخل ٍ ق الرَّحْ َم ِن ِم ْن تَفَا ُو ٍ ق َس ْب َع َس َم َوا َ َت فَارْ ِج ِع ْالب ِ ت ِطبَاقًا َما تَ َرى فِي َخ ْل ور ٍ ُِم ْن فُط “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (All-Mulk : 2)
Al-Fudhail berkata: “Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar.” (Tafsir al-Baghawi, 8:176)
Kedua, Ikhlas karena Allah
Mungkin kita sudah bosan mendengar kata ini, seringkali kita dengar di ceramah-ceramah, namun kita tidak mengetahui makna dari ikhlas tersebut. Ikhlas adalah membersihkan segala kotoran dan sesembahan-sesembahan selain Allah dalam beribadah kepada-Nya. Yaitu beramal karena Allah tanpa berbuat riya’ dan juga tidak sum’ah.
Orang-orang bertanya: “Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan paling benar itu?”.
Dia menjawab, “Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut As-Sunnah.” Kemudian ia membaca ayat:
صالِحًا َو َل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا َ فَ َم ْن َك َ ان يَرْ جُوا لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َم ًًل
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” )Al-Kahfi :110)
Allah juga berfirman:
َو َم ْن أَحْ َس ُن ِدينًا ِم َّم ْن أَ ْسلَ َم َوجْ هَهُ ِ َّّلِلِ َوهُ َو ُمحْ ِسن “Artinya : Dan sipakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?” (An-Nisa’ :125) Bagaimana mengetahui amalan puasa kita diterima Alloh SWT ?
1. kita mendapati hati kita lebih dekat kepada Allah SWT, lebih cinta kepadaNya, dan inilah tanda diterima amalan dan buah ketaatan. 2. Mencintai dan suka terhadap ketaatan dan menerimanya sepenuh hati, kita merasakan bahwa pintu-pintu ketaatan terbuka untuk kita dan ringan/mudah mengamalkannya, dan merasa pintu kemaksiatan tertutup bagi kita, menjauhinya, membencinya dan mencegah diri dari berbuat maksiat. 3. Tidak hilangnya ketaatan setelah ramadhan berakhir, bahkan terus meningkatkan amalan yang belum dilakukan sebelum ramadhan. 4. Tidak kembali bermaksiat lagi setelah bertaubat di bulan ramadhan. Diantara tanda belum diterimanya taubat adalah masih kembali mengulangi bermaksiat. 5. Merasakan nikmat pemberian Allah, mensyukurinya, dan selalu berdzikir bahwa amalan yang dilakukan merupakan karunia kemudahan dari Allah SWT. 6. Disebutkan oleh Ibnu Rajab rahimahullah mengerjakan puasa enam hari bulan syawal termasuk tanda diterimanya amalan puasa ramadhan. Urgensi Cinta, Takut dan Harap Dalam Ibadah
Ketiga pilar yang telah disebutkan di atas harus terdapat dalam setiap ibadah seorang hamba. Tidaklah benar ibadah seseorang jika satu saja dari ketiga hal tersebut hilang. Seseorang yang memiliki rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan dirinya putus asa, sedangkan jika rasa takutnya rendah maka dengan mudahnya dia akan bermaksiat kepada Tuhannya.
Kebalikannya seseorang yang berlebihan rasa harapnya akan menyebabkan dia mudah bermaksiat dan jika rendah rasa harapnya maka dia akan mudah putus asa. Sedangkan kedudukan cinta, maka cinta inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga diibaratkan bahwa kedudukan ketiga pilar ini dalam ibadah bagaikan kedudukan seekor burung, dimana rasa takut dan harap sebagai kedua sayapnya yang harus seimbang dan rasa cinta sebagai kepalanya yang merupakan pokok kehidupannya.
َستَ ْغ يف ُرْوا اهللَ ي ِْل َولَ ُك ْم أَقُ ْو ُل قَ ْوي ِْل َه َذا َوأ ْ Wallahul muwaffiq.
ِ ِِِ ِ ِ بار ََّكَّ َّ ِ الذ ْك ِرَّال ِ ِ ِ ِ َّو ِّ ص ِرَّ،إِنَّ ْحك ْي َِّمَ َّ.وال َْع ْ َ َّوإِيا ُك ْمَّب َماَّف ْي َّهَّم َنَّاْآليَات َ َّ،ونَ ََّف َعن ْي َ َّولَ ُك ْمَّفيَّالْ ُق ْرآنَّال َْعظ ْي ِم َ اهللَُّل ْي َ ََ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْح َِّّقَّوتَو َ ِ اتَّوتَو َ ِ بَّ َّر ِّ اص ْواَّبالص ْب َِّرَ َّ.وقُ ْل َ َّء َامنُ َ اص ْواَّبال َ َ َ واَّو َعملُواَّالصال َح َ َ نسا َنَّلَف َّْيَّ ُخ ْسرَّ،إالَّالذيْ َن َ ا ِإل َ تَّ َخي َّرَّالر ِ ِ اح ِم ْي ََّن. َّو ْار َح ْم َ ا ْغف ْر َ َّوَّأَنْ َ ْ ُ Khutbah Kedua
الْحم َُّدَّلِل َِّهَّال ِذيَّأَرسلَّرسولَهَّبِالْه َدىَّو ِدي ِنَّال ِ ِ َّولَ ْوَّ َك ِرَهَّالْ َكافِ ُرْو ََّنَّ.أَ ْش َه ُدَّأَ ْنَّالََّ ْ ْ َ َ َ ُْ ُ ُ َ ْ َ َْ ْحقَِّّليُظْ ِه َرهَُّ َعلَىَّالدِّيْ ِنَّ ُكلِّه َ اَّعَّب ُدهَُّورسولَُّهَُّ.والصالَةَُّوالسالَ َّمَّ َعلَىَّنَبِيِّ نَاَّمحمدَّصلىَّاهلل َ ِ َّو َسل َمَّ َُ َ ُ ُ َّوأَ ْش َه ُدَّأَن ُ َّعلَْيه َ َ َّم َحم ًد َ ْ َ َ ُ ْ َ إِلَهََّإِالََّّاهللُ َ ِِ ص ْحبِ ِه َ ِ ِِ سانَّإِلَىَّيَ ْوِمَّالدِّيْ َِّنَّ . َو َعلَىَّآل َّهَّ َو َ َّوَم ْنَّتَب َع ُه ْمَّبإ ْح َ ِ ِ اع َّةََّالْجمع ِةَّ،أَر َش َد ُكم َّ ِ ص ْي ُكم ِ ِ اَّويَ ْرُزقُهَُّ َّ،وَمنَّيَت َِّقَّاهللََّيَ ْج َعلَّلهَُّم ْنَّأ َْم ِرهَّيُ ْس ًر َ َّونَ ْفس ْيَّبتَ َّْق َوىَّاهللُ َ َّاهللَُّ.أ ُْو ْ َ َج َم َ ُ ُ َ ْ ُ ِ ِ ِ َج ًراَّ . َّح ْي ُ بَ َّ،وَمنَّيَت ِقَّاهللََّيُ ْعظ ْمَّلَهَُّأ ْ م ْن َ ثَّالََّيَ ْحتَس ُ َّعلَىَّالنبِ ِّيَّ،ياأَيُّهاََّال ِذينَّءامنُ واَّصلُّو َ ِ إِنََّّ َّ ِ َّو َسلِّ ُم ْواَّتَ ْس ِل ْي ًما .اَلل ُهمََّّا ْغ ِف َّْرَّ صلُّ ْو َن َ اهللََّ َوَمالَئ َكتَهَُّيُ َ َْ َ َ ْ َ ْ َ اَّعَّلَْيه َ اتَّاْأل ِ اءَّ ِم ْن همَّواْألَمو ِ اتَّوالْم ْؤِمنِْينَّوالْم ْؤِمنَ ِ ِ ِ كَّقَ ِريْب ِ لِل ِ ِ ات. بَّالد َع َو َِّ اتَّ،إِن َ ْ ٌ ُ َّوال ُْم ْسل َم َ ُ َ َ ُ ْم ْسلم ْي َن َ ُ َّمج ْي ُ َحيَ َّ ُ ْ َ ْ َ ِ ِِ ِ ِِ َّوَزَمانََّّ . َّوال ُْم ْسلم ْي ََّن .اَللَّ ُهمََّّانْ ُ ص َِّرَّال ُْم َجاهديْ ِنَّف ْيَّ ُك ِّل َ َّم َكان َ اَلل ُه ََّمَّأَعزََّّاْ ِإل ْسالَ َم َ ِ ِ ِّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ فَّ كَّ َرءُ ْو ٌَّ اَّرب نَاَّإِن َ اَّو ِإل ْخ َواننَاَّالذيْ َن َ َّء َامنُ ْو َ َّسبَ ُق ْونَاَّباْ ِإليْ َمان َ َرب نَاَّا ْغف َّْرَّلَنَ َ َّوالََّتَ ْج َع َّْلَّف ْيَّقُلُ ْوبنَاَّغالًَّّللذيْ َن َ ِ ِ ِ ِ اَّوالََّتَ ْح ِم ْلَّ َعلَْي نَاَّ اَّوتَ َوف نَ َ اَّ،رب نَ َ اَّم َعَّاْألَبْ َرا َِّرَ .رب نَاَّ َّالََّتُ َؤاخ ْذنَاَّإِ ْنَّنس ْي نَاَّأ َْوَّأَ ْخطَأْنَ َ رح ْي ٌَّمَ .رب نَاَّا ْغف َّْرََّّلَنَاَّذُنُ ْوبَنَ َ ِ ِ ِ اَّوا ْغ ِف ْرَّلَنَاَّ َو ْار َح ْمنَاَّ اَّماالََّطَاقَةََّلَنَاَّبِ ِه ََّ َّ،وا ْع ُ ف َ اَّح َملْتَهُ َ إِ ْ اَّ،رب نَاَّ َو َّالََّتُ َح ِّملْنَ َ ص ًراَّ َك َم َ َّعن َ َّعلَىَّالذيْ َنَّمنَّقَ ْبلنَ َ ِ ك. اد ًةَّفِ ْيَّ َسبِْيلِ ََّ ضَ َّونَ ْسأَلُ َ َّو َجنتَ َ اَّعلَىَّالْ َق ْومَّالْ َكافِ ِريْ ََّن .اَلل ُهمََّّإِنَاَّنَ ْسأَلُ َ كَّ ِر َ أ َ كَّ َش َه َ انص ْرنَ َ َّم ْوالَنَاَّفَ ُ َنت َ كَ اك َ ِ اءَّالدِّيْ َِّنَّ . اَلل ُهمََّّأ َْه ِل َِّ َّوال ُْم ْش ِرَّكِْي َنَّأَ ْع َدائَ َ َّوال ُْم ْبتَد َعةَ َ كَّالْ َك َف َرَة َ كَّأَ ْع َد َ ِّتَّ َشملَهمَّوم ِّز ْقَّجمعهمَّوَزلْ ِز ْلَّأَقْ َدامهمَّوأَل ِْق ِ ب .اَلل ُهمََّّ َع ِّذبْ ُه َّْمَّ َع َذابًاَّ َش ِديْ ًداَّ الر ْع ََّ َّف ْيَّقُلُ ْوبِ ِه َُّمَّ ُّ َُ ْ َ اَلل ُهمََّّ َشت َّْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ وح ِّ ِ ِ ِ يَّالدنْياَّحسنَ ًة ِ ِ ِ بَّ ابَّالنا َِّرُ .س ْب َحا ََّنَّ َربِّ ََّ سابًاَّثَِق ْي َّ كَّ َر ِّ َّوِقنَ َ اَّع َذ َ َّوفيَّاآلخ َرة َ ََ سنَةً َ الًَ .رب نَاَّآتنَاَّف َُّّ َ َ َ َ َّح َ س ْب ُه ْمَّح َ ِ ِِ ال ِْعزةِ َ ِ بَّال َْعالَ ِم ْي ََّنَّ . َّر ِّ َّ،و َسالَ ٌم َ َّعلَىَّال ُْم ْر َسل ْي َنَّ َوال َ ْح ْم َُّدَّلله َ َّعماَّيَص ُف ْو َن َ َّذيَّالْ ُقربىَّوي ْن هىَّع ِنَّالْ َفح َ ِ انَّوإِيتَآ ِئ ِ اهللَّ،إِنَّاهللَّيأْمرُكمَّبِالْع ْد ِلَّواْ ِإلح َّ ِ ادَّ ِ َّوالْبَ غْيَِّ ِعبَ ََّ َْ ََ َ َ ْ َّوال ُْمن َك ِر َ شآء َ س َ َ َ ُُ ْ َ َ ْ َ ِ ِ ِ ض ِل ِهَّي ْع ِط ُكمَّولَ ِذ ْكر ِ َّاهللَّأَ ْكبَ َُّر. َّو ْ يَعظُ ُك ْمَّلَ َعل ُك ْمَّتَ َذك ُرْو ََّنَّ.فَاذْ ُك ُرواَّاهللََّال َْعظ ْي َمَّيَ ْذ ُك ْرُك ْم َ اسأَلُْوهَُّم ْنَّفَ ْ ُ ْ َ ُ