Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang) Riza Fatimah Zahrah Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Sufyani Prabawanto dan Rochdi Simon1 Abstrak : Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan menganai pembelajaran Matematika dengan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan pecahan dengan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas melalui 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Hasil temuan yang ditemukan yaitu perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai dengan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan lancar dan kondusif, serta terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan pecahan selama penelitian berlangsung. Kata Kunci: model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa, Bilangan Pecahan. Abstract: The Application Of Cooperative Learning Model Type Team Pair Solo For Enhancing Mathematical Problem Solving Of Students On The Material Fractions This research aims to find out how the planning and implementation of learning math with model Cooperative Learning-type Team Pair Solo as well as an increase in the ability of mathematical problem solving of students on the material fractions with models of Cooperative Learning-type Team Pair Solo. Research methods used in this research is a study of a class act through two cycles. Data collection techniques used are qualitative and quantitative. The results found that the planning of learning that is made in accordance with that carried out in the exercise of learning, implementation of the learning takes place smoothly and conducive, and there is an increase in the ability of mathematical problem solving of students on the material fractions during the research underway. Key words: Cooperative Learning model type Team Pair Solo, Mathematical problem solving Abilities students, Fraction.
1
Penulis Penanggung Jawab
1
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... PENDAHULUAN Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang sangat penting harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan ini meliputi kemampuan: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah serta melihat ke belakang. Ini berdasarkan kemampuan yang paling dasar sampai kemampuan yang kompleks. Memahami masalah ini ialah siswa dituntut untuk mengenali apa saja hal-hal yang terdapat dalam masalah tersebut,hal apa yang diketahui dan hal apa yang dipertanyakan dari masalah tersebut. Kemudian kemampuan selanjutnya ialah siswa sudah mulai melakukan perencanaan penyelesaian terhadap masalah tersebut, apa yang harus dilakukan terhadap masalah tersebut dengan berbekal siswa telah memahami masalah tersebut. Kemampuan selanjutnya ialah siswa menerapkan rencana penyelesaian yang telah dibuat untuk dilaksanakan. Dan kemampuan yang terakhir yaitu mengecek kembali, yaitu memeriksa kembali penyelesaian masalah yang telah dilakukan, apakah sudah benar atau ada cara lain yang dapat menyelesaiakan masalah tersebut. Setiap siswa sudah seharusnya memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis, ini dikarenakan bahwa pengaplikasiannya adalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan nilai UTS Matematika semester 2 dengan rata-rata 55,4 belum mencapai nilai KKM maupun harapan peneliti, yaitu 65 dan 80. Diperkuat dengan lembar jawaban siswa yang terlihat mengalami kesulitan pada soal cerita, ini mengindikasikan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyekesaikan pemecahan masalah matematis. Kebanyakan siswa hanya mampu menuliskan hal-hal yang ia ketahui dari masalah tersebut, jadi siswa hanya mampu memahami masalah yang merupakan kemampuan yang paling rendah dari keempat kemampuan
pemecahan masalah yang ada. Yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah , melaksanakan penyelesaian masalah dan mengecek kembali. Berdasarkan apa yang terjadi di kelas peneliti, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selain meningkatkan kualitas pembelajaran, PTK juga berguna bagi guru untuk menguji suatu teori pembelajaran, apakah sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi atau tidak. Melalui PTK guru dapat memilih dan menerapkan teori atau strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Cooperative learning , merupakan pembelajaran yang menekankan pada kerjasama antar siswa. Mengutamakan hubungan sosial antar siswa, siswa dituntut untuk saling berbagi, berdiskusi, dan saling membantu dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Team Pair Solo (TPS) dinilai akan mampu mengatasi masalah ini, yaitu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran TPS ini akan meningkatkan hubungan sosial siswa di kelas maupun di luar kelas serta yang paling utama model ini diharapkan siswa dapat berpikir bersama kelompok, berbagi pengetahuan bersama saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan. Kemudian ia akan berlatih menyelesaikan dengan partner pasangannya. Dan pada akhirnya ia harus mampu menghadapi permasalahan dengan menggunakan pemikiran dan penyelesaiannya sendiri. Metode penelitian yang peneliti gunakan ialah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri dan tindakan 2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas V SD Negeri 2 Cibodas. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Penelitian Tidakan Kelas (Classroom Action Research). Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai tipe-tipe tersendiri, setiap tipe mempunyai ciri khas dan langkah-langkah pembelajaran yang berbeda pula. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team pair solo. Tipe ini merupakan tipe pembelajaran yang menekankan pada aspek hubungan sosial atara siswa dalam kelompok serta menekankan pada aspek kognitif individu. Pembelajaran kooperatif tipe team pair solo merupakan pembelajaran kooperatif yang baru. Tipe ini diadaptasi dari tipe kooperatif yang dikembangkan Frank Lyman dan Spencer Kagan yaitu pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Bisa dikatakan pembelajaran kooperatif tipe team pair solo merupakan kebalikan dari tipe think pair share. Pembelajaran kooperatif tipe team pair solo mempunyai tiga tahapan, yaitu team, pair dan solo. Pertama ,pada tahap team (berkelompok) yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Kedua , pada tahap pair (berpasangan) yaitu siswa dibagi menjasdi kelompok kecil yaitu dua orang. Serta terakhir tahap solo yaitu siswa akhirnya bekerja secara individu. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Kagan (http://edtech.kennesaw.edu/intech/coopera tivelearning.html ) team pair solo: Pertama-tama siswa bekerja sebuah tim, kemudian dengan pasangan dan akhirnya mereka bekerja sendiri. Hal ini dirancang untuk memotivasi siswa untuk mengatasi dan berhasil pada masalah-masalah yang awalnya berada di luar kemampuan mereka. Hal ini didasarkan pada 3
pengertian pembelajaran dimediasi. Siswa dapat melakukan lebih banyak hal dengan bantuan (mediasi) dan mereka bisa melakukannya sendiri. Dengan membiarkan mereka untuk bekerja pada masalah yang awalnya mereka tidak bisa dilakukan sendiri, pertama sebagai sebuah tim dan kemudian dengan pasangan dan akhirnya mereka maju ke satu titik yaitu melakukannya sendiri. Berikut adalah gambar dari kegiatan strategi pembelajaran kooperatif tipe team pair solo. Tahap team (berkelompok) Keterangan : Tugas/
Tahap pair (berpasangan)
Tahap solo (sendiri)
Gambar 2.1 Tahap pembelajaran kooperatif tipe team pair solo Berdasarkan gambar menjelaskan bahwa :
2.1
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... Pada tahap team siswa bergabung bersama kelompok yang berjumlah 4 orang untuk berdiskusi dan bertukar pikiran bersama anggota kelompok yang lainnya untuk menyelesaikan masalah yang disajikan. Pada tahap pair siswa berpasangan dengan temannya, siswa diharuskan berdiskusi dan bertukar pikirannya bersama pasangannya untuk menyelesaikan masalah yang telah disajikan. Dan pada tahap terakhir yaitu solo siswa dituntut untuk secara individu menyelesaikan masalah yang telah disajikan. Tujuan dari penelitian ini itu sendiri ialah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB 3. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan di kelas VB METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Penelitian Tidakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan terutama proses dan hasil belajar siswa pada level kelas. Penelitian formal yang selama ini banyak dilakukan, pada umumnya belum menyentuh langsung persoalan nyata yang dihadapi
guru di kelas sehingga belum mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas pembelajaran. Selain meningkatkan kualitas pembelajaran, PTK juga berguna bagi guru untuk menguji suatu teori pembelajaran, apakah sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi atau tidak. Melalui PTK guru dapat memilih dan menerapkan teori atau strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi kelasnya. Hal ini perlu disadari karena setiap proses pembelajaran biasanya dihadapkan pada konteks tertentu yang bersifat khusus. Secara lebih konkrit dapat dikemukakan bahwa tujuan PTK adalah memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul di dalam kelas. Setelah berhasil mengidentifikasi masalah, guru merancang dan kemudian memberikan perlakuan atau tindakan tertentu, mengamati, mengevaluasi, dan menganalisis hasilnya guna menentukan apakah tindakan yang diberikan tersebut berhasil memperbaiki kondisi kelas yang diajarnya atau tidak. Dari informasi tersebut guru dapat menentukan langkahlangkah yang perlu ditempuh terhadap kelas yang diajarnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hari Rabu, 15 Mei 2013 terhadap siswa kelas VB SDN 2 Cibodas kecamatan Lembang sebanyak 36 orang siswa dengan memberikan tiga soal instrumen akhir siklus I mengenai materi operasi perkalian pecahan. Masing-masing soal akan dinilai berdasarkan indikator pemecahan masalah matematis siswa. Indikator tersebut diantaranya mengerti masalah (undertstanding the problem), menyelesaikan masalah (solving the problem) menjawab masalah (answering the problem). Dari 40 orang siswa yang hadir, data yang akan diolah hanya data dari 36 orang siswa saja karena hanya 36 4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
orang siswa yang memiliki kehadiran yang lengkap.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
5
Nama Siswa F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21 F22 F23 F24 F25 F26 F27 F28 F29 F30 F31 F32 F33 F34 F35 F36 Jumlah Rata-rata
Tabel 4.1 Data Hasil Evaluasi Siklus I Nilai Tes Instrumen Akhir Siklus I 20 83 91 66 83 91 83 38 38 63 83 83 38 75 83 76 83 58 83 83 58 75 75 83 83 96 75 83 75 83 38 83 76 38 58 58 2534 70,38
Keterangan KKM = 65 Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... Berdasarkan tabel diatas rata-rata nilai UTS yang didapat siswa sebelumnya yaitu 55,4 dibandingkan dengan rata-rata nilai siklus I ialah 70,38 maka mengalami peningkatan. Untuk siswa yang telah
tuntas adalah sebanyak 25 orang siswa dengan presentase 69,44% ,sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 11 orang siswa dengan presentase 30,56%. Lebih jelas dapat digambarkan pada grafik berikut :
80 60 tuntas
40
tidak tuntas
20
0
Gambar 4.1 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I instrumen akhir siklus I mengenai materi Pada siklus I ini masih terdapat operasi perkalian bilangan pecahan. siswa yang enggan bekerja sama dengan Masing-masing soal akan dinilai anggota kelompoknya, sehingga hanya berdasarkan indikator pemecahan masalah siswa itu itu saja yang mengerjakan LKS. matematis siswa. Indikator tersebut Juga terdapat siswa yang mencontek saat diantaranya mengerti masalah mengerjakan soal evaluasi yang seharusnya (undertstanding the problem), dikerjakan sendiri. Untuk itu peneliti harus menyelesaikan masalah (solving the lebih mampu mengarahkan dan problem) dan menjawab masalah membimbing siswa pada setiap tahap (answering the problem ). pembelajaran kooperatif tipe team pair solo Dari 40 orang siswa yang hadir, serta membuat pembelajaran data yang akan diolah hanya data dari 36 menyenangkan dan tidak membosankan. orang siswa saja karena hanya 36 orang Berdasarkan penelitian yang telah siswa yang memiliki kehadiran yang dilakukan pada hari Rabu, 15 Mei 2013 lengkap. Dari 36 siswa ,nilai tertinggi yang terhadap siswa kelas VB SDN 2 Cibodas diperoleh siswa pada ter siklus I ini adalah kecamatan Lembang sebanyak 36 orang 96 sedangkan nilai terendah ialah 20. siswa dengan memberikan tiga soal Tabel 4.2 Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus I Nilai Prese ( Indikator Nama Kualifik No ntase Keterangan Siswa asi (%) 1 2 3 1
F1
6
5
1
20
20
Buruk
2
F2
20
20
10
83
83
Baik
Belum Tuntas Tuntas 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
7
3
F3
24
19
12
91
91
4 5 6
F4 F5 F6
19 20 22
15 18 22
6 12 11
66 83 91
66 83 91
7 8
F7 F8
21 12
20 7
9 4
83 38
83 38
Sangat baik Cukup Baik Sangat baik Baik Buruk
9
F9
10
7
6
38
38
Buruk
10
F10
19
12
7
63
63
Cukup
11 12 13
F11 F12 F13
24 21 10
17 21 9
9 8 4
83 83 38
83 83 38
Baik Baik Buruk
14 15 16 17 18
F14 F15 F16 F17 F18
20 21 20 21 19
15 21 15 20 17
11 8 11 9 9
75 83 76 83 58
75 83 76 83 58
Baik Baik Baik Baik Cukup
19 20 21
F19 F20 F21
23 21 16
20 21 11
12 8 8
83 83 58
83 83 58
Baik Baik Cukup
22 23 24 25 26
F22 F23 F24 F25 F26
21 21 20 24 24
20 21 20 15 22
9 8 10 6 10
75 75 83 83 96
75 75 83 83 96
27 28 29 30 31
F27 F28 F29 F30 F31
19 24 20 24 10
18 20 21 17 10
8 9 9 9 3
75 83 75 83 38
75 83 75 83 38
Baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Buruk
32 33 34
F32 F33 F34
24 24 15
17 14 4
9 10 4
83 76 38
83 76 38
Baik Baik Buruk
35
F35
23
10
2
58
58
Cukup
36
F36
16
13
6
58
58
Cukup
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik berjumlah tiga orang, baik berjumlah 21 orang siswa, 30
cukup berjumlah enam orang siswa dan ada enam orang siswa yang memiliki kualifikasi buruk. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut : sangat baik baik
20
cukup 10
kurang buruk
0
Gambar 4.2 Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus I Sedangkan penguasaan ketiga indikator pemecahan masalah matematis dari data skor siklus I dapat dibuat presentase seperti pada tabel 4.3 berikut ini
No 1 2 3
Tabel 4.3 Presentase Penguasaan Indikator Pemecahan Masalah pada Siklus I Indikator Presentase (%) mengerti masalah (undertstanding the 75,46 problem), menyelesaikan masalah (solving the 70,6 problem) menjawab masalah (answering the problem) 68,9
Berdasarkan tabel 4.3, indikator kemampuan pemecahan masalah yang paling menonjol pada diri siswa yaitu aspek mengerti masalah (undertstanding the problem),75,46%, artinya sebagian besar siswa mempunyai kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang terdapat di dalam masalah tersebut. Hal ini terlihat dari halhal yang diketahui siswa mengenai masalah yang diberikan. Sedangkan yang paling rendah ialah kemampuan menjawab masalah (answering the problem) sebesar 68,9% artinya sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan masalah, namun presentase menjawab masalah masih lebih rendah dibandingkan dengan indikator pemecahan masalah yang lain. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban siswa seperti kesalahan perhitungan, kesalahan menyalin, jawaban ditulis tidak secara benar. Ini menunjukkan bahwa perhitungan operasi perkalian bilangan pecahan siswa masih rendah. Perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada setiap tes siklus. Dari nilai yang telah diperoleh siswa pada tes siklus, peneliti dapat mengelompokkan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut
8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
Tabel 4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Siklus I Kemampuan Siswa Jumlah Presentase Siswa (%) Buruk 6 16,66 Kurang 0 0 Cukup 6 16,66 Baik 21 58 Sangat baik 3 8,33 Berdasarkan tabel 4.4, maka tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada siklus I dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. b. c. d. e.
16,66% siswa dari 36 orang siswa memiliki kemampuan buruk 0% siswa dari 36 orang siswa memiliki kemampuan kurang 16,66 % siswa atau hampir setengah siswa memiliki kemampuan cukup 58% siswa atau hampir sebagian besar siswa memiliki kemampuan baik 8,33% siswa atau sebagian kecil siswa memiliki kemampuan sangat baik
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih kurang dikarenakan masih terdapat siswa yang memiliki kemampuan yang buruk dan belum sesuai dengan harapan peneliti. Sehingga peneliti harus melanjutkan penelitian ke siklus II. 1. a.
Siklus II Perencanaan Peneliti melakukan siklus II dimulai dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Sama halnya dengan yang dilakukan saat siklus I, namun pada siklus II ini peneliti diharuskan merencanakan dengan sebaik mungkin mengingat hasil dari siklus I masih banyak yang harus 9
diperbaiki. Instrumen pembelajaran yang harus dibuat adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ,LKS serta soal evaluasi siklus II. RPP yang dibuat harus mengandung atau sesuai dengan metode yang peneliti gunakan, yaitu Cooperative Learning tipe Team Pair Solo yang pada pelaksanaan pembelajaran siswa sesuai dengan karakteristik metode ini. Dimana siswa harus berkelompok dengan siswa lain, kemudian berpasangan dan terakhir siswa harus mampu bekerja sendiri. Pada langkah kegiatannya diperbaiki dari kekurangan yang telah terjadi di RPP siklus II. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dibuat tiga tahap yaitu tahap team , pair dan solo, di semua tahap siswa diharuskan untuk menyelesaikan LKS yang telah diberikan guru. Soal evaluasi yang telah dibuat kemudian diujicobakan dulu dengan siswa kelas 6 di sekolah lain agar dapat diketahui bahwa soal ini layak untuk diberikan pada saat penelitian (siklus II). Soal evaluasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa apakah sudah meningkat atau belum. Selain intrumen pembelajaran, peneliti juga membuat lembar observasi. Lembar observasi ini dibuat untuk mengetahui ialah sikap/perilaku guru selama pembelajaran matematika, interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran berlangsung. Observasi
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... ini dilakukan oleh observer, dan hasilnya akan dijadikan dasar dari refleksi dan tindakan yang dilakukan selanjutnya. Sebelum melakukan penelitian peneliti mengkonsultasikan intrumen pembelajaran dan lembar observasi pada dosen pembimbing untuk mendapat persetujuan agar segera melakukan siklus II.
Berdasarkan evaluasi siklus II yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2013 di kelas VB SDN 2 Cibodas kecamatan Lembang, dengan jumlah siswa yang mengikuti siklus ini adalah 36 orang mengenai materi operasi pembagian bilangan pecahan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Data Hasil Evaluasi Siklus II Nilai Tes Nilai Tes Instrumen Akhir Instrumen Nama Siswa Siklus I Akhir Siklus II F1 20 58 F2 83 100 F3 91 92 F4 66 85 F5 83 100 F6 91 100 F7 83 85 F8 38 38 F9 38 76 F10 63 83 F11 83 100 F12 83 85 F13 38 58 F14 75 76 F15 83 85 F16 76 83 F17 83 92 F18 58 88 F19 83 82 F20 83 83 F21 58 83 F22 75 83 F23 75 83 F24 83 100 F25 83 83 F26 96 100 F27 75 76 F28 83 88 F29 75 83 F30 83 88 F31 38 88
Keterangan KKM = 65 Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat 10
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
32 33 34 35 36
F32 83 100 Meningkat F33 76 83 Meningkat F34 38 75 Meningkat F35 58 83 Meningkat F36 58 83 Meningkat 2538 3028 Meningkat Jumlah 70,5 84,11 Meningkat Rata-rata Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 90 85 80
Siklus I
75
Siklus II
70 65
60
Gambar 4.3 Peningkatan Rata-rata Nilai Siklus I Ke Siklus II Berdasarkan grafik diatas bahwa Masing-masing soal akan dinilai rata-rata nilai siswa pada siklus II berdasarkan indikator pemecahan masalah mengalami peningkatan yaitu dari nilai matematis siswa. Indikator tersebut 70,5 meningkat menjadi 84,11. Dengan diantaranya mengerti masalah siswa yang telah dinyatakan tuntas (undertstanding the problem), sebanyak 33 orang siswa atau sebanyak menyelesaikan masalah (solving the 91,66%, dan sebanyak tiga orang siswa problem) menjawab masalah (answering yang dinyatakan belum tuntas dengan the problem ). prsentase 8,34%. Dari 40 orang siswa yang hadir, Berdasarkan penelitian yang telah data yang akan diolah hanya data dari 36 dilakukan pada hari Rabu, 22 Mei 2013 orang siswa saja karena hanya 36 orang terhadap siswa kelas VB SDN 2 Cibodas siswa yang memiliki kehadiran yang kecamatan Lembang sebanyak 36 orang lengkap. Dari 36 siswa ,nilai tertinggi yang siswa dengan memberikan tiga soal diperoleh siswa pada ter siklus II ini adalah instrumen akhir siklus I mengenai materi 100 sedangkan nilai terendah ialah 38. operasi pembagian bilangan pecahan. Tabel 4.6 Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus II
No
1 11
Nama Siswa F1
Indikator 1
2
3
11
16
8
Skor
Presentase (%)
Kualifikasi
Keterangan
58
58
Cukup
Belum Tuntas
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21 F22 F23 F24 F25 F26 F27 F28 F29 F30 F31 F32 F33 F34 F35 F36
24 22 20 24 24 19,5 6 20 20 24 19,5 15 18 19,5 20 22 19 19,5 20 16 18 18 24 20 24 18 20 18 18 20 24 19 18 20 20
24 23 21 24 24 21 8 18 21 24 21 16 18 21 20 22 24 21 21 18 18 18 24 20 24 18 23 18 24 22 24 19 19 21 20
12 10 11,5 12 12 12 1 8 9 12 12 4 9 12 12 11 10 9 9 11 9 9 12 10 12 9 10 9 11 11 12 12 8 9 10
100 92 85 100 100 85 38 76 83 100 85 58 76 85 83 92 88 82 83 83 83 83 100 83 100 76 88 83 88 88 100 83 75 83 83
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik sebanyak sembilan orang siswa, baik sebanyak 23 orang siswa,
100 92 85 100 100 85 38 76 83 100 85 58 76 85 83 92 88 82 83 83 83 83 100 83 100 76 88 83 88 88 100 83 75 83 83
Sangat Baik Sangat baik Baik Sangat Baik Sangat baik Baik Buruk Baik Baik Sangat baik Baik Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Cukup Baik Baik
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
sebanyak empat orang siswa yang memiliki kualifikasi cukup dan, serta ada satu orang siswa yang memiliki kualifikasi buruk.
12
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
25
20
sangat baik baik
15
cukup 10
kurang
5
buruk
0
Gambar 4.4 Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus II orang termasuk dalam kualifikasi cukup Diagram diatas menunjukkan dan hanya satu orang yang memiliki bahwa rata-rata siswa memiliki kualifikasi kualifikasi buruk. baik. Pada batang keempat tidak terlihat Penguasaan ketiga indikator warna ungu , itu dikarenakan tidak ada pemecahan masalah matematis dari data siswa yang memiliki kualifikasi kurang. Ini skor siklus II dapat dibuat presentase menunjukkan bahwa mayoritas siswa seperti pada tabel 4.7 berikut ini: sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik dengan 35 Tabel 4.7 Presentase Penguasaan Indikator Pemecahan Masalah pada Siklus II No Indikator Presentase (%) mengerti masalah (undertstanding the 1 79,97 problem), menyelesaikan masalah (solving the 2 85,41 problem) 3 83,21 menjawab masalah (answering the problem) Berdasarkan tabel 4.7 ,indikator pemecahan masalah yang paling menonjol pada diri siswa yaitu kemampuan menyelesaikan masalah (solving the problem) sebesar 85,41% berarti pada umunya siswa mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada umumnya yang telah menggunakan prosedur yang benar. Sedangkan yang paling rendah adalah kemampuan mengerti masalah (undertstanding the problem)
13
sebesar 79,97% yang artinya siswa mempunyai mengerti masalah (undertstanding the problem) . Hal ini diperkuat dari jawaban siswa yang menunjukkan bahwa siswa menuliskan pda kolom diketahui namun tidak lengkap sesuai yang terdapat dalam masalah. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam setiap indikatornya .Hal ini dapat dilihat pada diagram perbandingan siklus I dan siklus II sebagai berikut :
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... 86
78
85
76
84 74
83 82
indikator 1
indikator 1
72
indikator 2 81 80
indikator 3
indikator 2 70
indikator 3
68
79 78 77
66 64
Gambar 4.5 Presentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus II dan Siklus I.
Berdasarkan diagram perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa presentase indikator kemampuan pemecahan masalah siklus II masih sama dengan siklus I. Namun begitu, terjadi peningkatan presentase dari setiap kemampuan pemecahan masalah yang signifikan. Disebutkan hampir sama dengan siklus I karena indikator 1 yaitu mengerti masalah (undertstanding the problem) mengalami peningkatan yang
sedikit, ini dikarenakan pada siklus I siswa ternyata mayoritas memiliki kemampuan mengerti masalah (undertstanding the problem) yang cukup tinggi dibanding dengan indikator lainnya. Sehingga saat siklus II mengalami peningkatan pun akan terlihat kecil. Berikut adalah diagram peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari setiap indikatornya dari siklus I ke siklus II :
20 15
inikator 1
10
indikator 2 indikator 3
5 0
Gambar 4.6 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Setiap Indikator 14
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
Berdasarkan diagram diatas dapat masalah (undertstanding the problem) dikatakan bahwa indikator mengerti mengalami peningkatan yang cukup kecil, masalah (undertstanding the problem) karena pada siklus I kemampuan ini sudah meningkat sebesar 4,51%, menyelesaikan cukup tinggi sehingga terlihat masalah (solving the problem) meningkat peningkatannya cukup kecil. sebesar 14,95 %, menjawab masalah Tingkat kemampuan pemecahan (answering the problem )meningkat masalah matematis siswa pada siklus II sebesar 14,31%. Terlihat bahwa dapat dilihat pada tabel berikut : kemampuan pemecahan masalah mengerti Tabel 4.8 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Siklus II Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Presentase (%) Buruk 1 2,77 Kurang Cukup 3 8,33 Baik 23 63,88 Sangat baik 9 25 Berdasarkan tabel 4.8, maka tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada siklus II dapat dikelompokkan sebagai berikut : a.
b.
c.
d.
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6
F1 F2 F3 F4 F5 F6
15
25% siswa atau hampir setengahnya siswa memiliki kemampuan sangat baik
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan tes siklus I. Ini terlihat dari mengecilnya jumlah siswa yang berkemampuan buruk dari tes siklus I yaitu dari enam orang siswa menjadi saru orang siswa. Dan pada kemampuan sangat baik menunjukkan peningkatan yang signifikan sebanyak 16,7%. Pada tabel ini akan menunjukkan peningkatan siswa dari siklus I ke siklus II berdasarkan nilai yang didapat dari kegiatan evaluasi siklus I dan evaluasi siklus II. Tabel 4.9 Perhitungan Gain Nilai Tes Nilai Tes Gain Instrumen Akhir Instrumen Keterangan Siklus I Akhir Siklus II 20 58 39 Meningkat 83 100 18 Meningkat 91 92 2 Meningkat 66 85 20 Meningkat 83 100 18 Meningkat 91 100 10 Meningkat
2,77% siswa atau sebagian kecil siswa memiliki kemampuan buruk 0% siswa atau sebagian kecil siswa memiliki kemampuan kurang 8,33 % siswa atau sebagian kecil siswa memiliki kemampuan cukup 63,88% siswa atau hampir sebagian besar siswa memiliki kemampuan baik
No
e.
Riza Fatimah Zahra. Penerapan Model Cooperatove Larning Tipe Team Pair Solo untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matema... 7 F7 8 F8 9 F9 10 F10 11 F11 12 F12 13 F13 14 F14 15 F15 16 F16 17 F17 18 F18 19 F19 20 F20 21 F21 22 F22 23 F23 24 F24 25 F25 26 F26 27 F27 28 F28 29 F29 30 F30 31 F31 32 F32 33 F33 34 F34 35 F35 36 F36 Jumlah Rata-rata
83 38 38 63 83 83 38 75 83 76 83 58 83 83 58 75 75 83 83 96 75 83 75 83 38 83 76 38 58 58 2538 70,5
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa siswa pada umumnya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hanya ada dua orang siswa yang tidak mengalami peningkatan ,namun masih bisa mempertahankan nilai yang ia miliki dari siklus I ke siklus II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang pembelajaran
85 38 76 83 100 85 58 76 85 83 92 88 85 83 83 83 83 100 83 100 76 88 83 88 88 100 83 75 83 83 3028 84,11
3 1 39 21 18 3 21 2 3 8 10 31 3 1 26 9 9 18 1 5 2 6 9 6 51 18 8 38 26 26 481 14,33
Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
matematika pada materi operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo pada siswa kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip dan karakteristik model cooperative learning tipe team pair solo 16
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 1, Desember 2013
yaitu mengutamakan kerjasama kelompok, hubungan sosial antar anggota kelompok, serta siswa mampu berpikir secara berkelompok maupun individu (solo) . 2. Pelaksanaan pembelajaran dari setiap siklusnya telah mengacu pada prinsip model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo. Siswa telah berperan dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kelompoknya, mampu mengemukakan pendapat di dalam kelompoknya, mampu mengatasi masalah yang diberikan secara individu. 3. Kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan yaitu indikator
17
indikator mengerti masalah (undertstanding the problem) meningkat sebesar 4,51%, menyelesaikan masalah (solving the problem) meningkat sebesar 14,95 %, menjawab masalah (answering the problem )meningkat sebesar 14,31% DAFTAR PUSTAKA Corner, Coach. Class Activities for Using Cooperative Learning. [online]. Tersedia : http://coachkessler.weebly.com/clas s-activities.html [4 Juli 2013]