Antisipasi Dampak Stress sekitar PEMILU LEGISLATIF
Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Anggota PAPDI
Perubahan yang mendasar dalam penetapan anggota DPR, DPRD I, DPRD II adalah bahwa penetapan calon tetap berdasarkan suara terbanyak bukan nomor urut. Para calon legislatif (caleg) harus bekerja keras tanpa kecuali. Perubahan mendasar ini membuat caleg dengan nomor urut kecil menjadi punya harapan sedang caleg nomor urut awal (‘nomor jadi”) juga menjadi tidak tenang. Caleg pusat yang selama ini lebih banyak menunggu menjadi tidak aman karena relative tidak dikenal dibandingkan dengan Caleg lain yang berada di daerah pemilihan. Jelas kondisi ini membuat para caleg akan mengalami stress luar biasa. Selain para Caleg menjelang PEMILU para keluarga Caleg, para politisi, para penyandang dana para caleg, juga akan menunggu harapharap cemas apakah mereka, keluarga mereka , caleg yang mereka usung dapat berhasil. Dana yang besar yang telah dikeluarkan selama masa kampanye yang panjang ini merupakan salah satu factor stress tersendiri. Belum lagi jika uang tersebut didapat melalui pinjaman uang baik melalui kantor penggadaian atau bank. Dimana rumah atau tanah
atau property lain yang menjadi jaminan dari proses hutang piutang ini agar tersita jika mereka tidak bisa mengembalikan dana pinjaman tersebut. Kondisi ini jelas berpotensial untuk menimbulkan stress yang cukup berat. Kondisi sress menjelang PEMILU ini juga sudah memakan korban bahkan sampai menelan jiwa beberapa Caleg akibat serangan jantung. Belum lagi para politisi yang mengalami peningkatan asam lambung akibat kondisi stress ini. Sebenarnya gangguan stress dan ketidaksiapan akan menerima kegagalan tidak jadi anggota legaslatif juga sudah diantisipasi para calon tersebut dengan memesan kamar di rumah sakit jiwa. Berbagai rumah sakit jiwa didaerah sudah memprediksi adanya kasus gangguan jiwa baru yang terjadi paska Pemilu dan rumah sakit-rumah sakit jiwa tersebutpun telah siap menerima para pasien jiwa baru yang terjadi paska pemilu tersebut. Stress
merupakan
faktor
utama
yang
bisa
menyebabkan
terjadinya gangguan kejiwaan yang pada akhirnya dapat mengganggu fisik seseorang. Berbagai gangguan sistim organ bisa terjadi akibat adanya faktor stress tersebut. Gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor psikis ini selanjutnya sering
disebut
psikosomatik
sebagai
gangguan
psikosomatik.
Gangguan
terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan saraf
otonom, sistim-hormonal tubuh, gangguan organ-organ tubuh serta sistim pertahanan tubuh. Berbagai kelainan organ yang terjadi dapat dihubungkan
dengan
kelainan organ tersebut.
faktor-faktor
yang
menyebabkan
Berbagai keluhan yang dapat timbul saat seseorang mengalami stress antara lain sakit kepala, pusing melayang, tangan gemetar, sakit leher, nyeri punggung dan otot terasa kaku, banyak keringat terutama pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, selain itu ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin, gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas, nyeri dada, nyeri ulu hati, mual, perut kembung dan begah serta diare. Tetapi perlu diperhatikan bahwa gejala-gejala fisik yang timbul ini karena berbagai hal. Gejala fisik tersebut bisa karena ada penyakit organik artinya memang sudah ditemukan kelainan sebelumnya. Oleh karena itu memang harus dipastikan dulu bahwa tidak ada penyakit organik sampai mendapat kesimpulan kalau keluhan-keluhan yang timbul tersebut karena penyakit psikosomatik yang dicetuskan oleh stress tadi. Selain itu stress sendiri akan memperburuk penyakit-penyakit kronik yang sudah ada sebelumnya. Berbagai penyakit kronis yang dapat diperberat oleh adanya faktor stress antara lain penyakit kencing manis, sakit jantung, stroke, hipertensi, penyakit rematik baik sendi maupun non sendi, gangguan seksual, ganguan buang air kecil, obesitas, kehilangan daya ingat, infertilitas, masalah tiroid (gondok), penyakit autoimun, iritabel
asma
bronkiale
serta
sindrom
usus
(irritable bowel syndrome/IBS).
Oleh karena itu pasien yang mengalami kencing manis gulanya menjadi tidak terkrontol karena stress.Tekanan darahnya juga menjadi tidak terkontrol karena stress. Hal ini yang mencetuskan terjadinya serangan jantung atau serangan stroke pada seseorang yang sedang mengalami stress. Masalahnya
kadang kala orang yang sedang
mengalami stress tersebut tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang dalam keadaan stress. Bagaimana mengatasi keadaan ini? Jelas selain mengendalikan diri terhadap
faktor stressor yang terjadi, mereka yang
mengalami gangguan penyakit tersebut perlu mendapat obat-obatan untuk mengontrol berbagai keluhan yang terjadi. Hal ini perlu mengingat gejala-gejala fisik yang dirasakan oleh pasien harus diatasi agar pasien tidak bertambah stress akibat dari gejala-gejala fisik yang timbul akibat stress psikis tadi. Sebagai contoh jika merasakan sakit kepala maka sakit kepala harus diatasi. Masalah tidur juga merupakan masalah yang harus diatasi mengingat jika pasien tersebut kurang tidur maka kondisi fisiknya akan bertambah turun. Dalam situasi dan kondisi saat ini tidur menjadi sedikit mengingat waktu yang tersedia menjadi sempit menjelang Pemilu ini belum lagi kualitas tidur yang terjadi tidak baik karena berbagai pikiran yang berkecamuk mengalami hari H tersebut. Masalah nafsu makan merupakan hal penting yang juga perlu menjadi perhatian. Asupan makan yang buruk akan memperburuk kondisi seseorang yang mengalami stress tersebut. Pada akhirnya selain pengendalian diri terhadap stress yang terjadi masalah fisik yang timbul akibat dari gangguan psikis juga perlu mendapat penanganan yang serius, sehingga komplikasi yang terjadi akibat dari dampak stress tadi dapat teratasi. Kondisi yang terjadi ini juga harus dipahami oleh dokter-dokter yang bekerja di poliklinik baik pada praktek pribadi maupun di rumah sakit. Selain mengobati fisik juga turut memperhatikan masalah psikis pasien.
Pada akhirnya pengendalian diri, tidur yang cukup dan makan teratur serta siap kalah dan siap menerima kegagalan harus selalu dikondisikan agar mereka yang mengalami kegagalan tersebut tidak mengalami stress yang berkelanjutan sehingga fisik dan jiwanya tetap sehat setelah Pesta Demokrasi ini usai.