Antimicrobial Effect of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Rhizomes Infusion against Streptococcus mutans: MIC and MBC Determination Vinnie Zillianstetra, Harun A. Gunawan, Niniarty Z. Djamal
Corresponding address: Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430 Indonesia. Phone: +62 21 31906289, Fax: +62 21 31906289 Email address:
[email protected] (Vinnie)
1 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
ABSTRACT Introduction: As one of the most common infectious oral diseases in Indonesia, dental caries has relatively high prevalence. Streptococcus mutans appears to be a prominent causative agent of caries. Evidence shows that binahong rhizomes have antibacterial properties. Objective: The purpose of this research is to prove whether infusion of binahong rhizomes is effective as an antibacterial agent against Streptococcus mutans, in vitro. Methods: The infusion was made into four different concentrations: 100%, 50%, 25, and 10%. To determine minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC), dilution test was performed on BHI broth and TYS20B mediums. As to measure the zone of inhibition, diffusion test was performed on Brain-Heart Agar and Brain-Heart-Blood Agar mediums. Results: MIC is achieved on 25% concentration and the MBC is above 25%. Inhibitory zone results on BHA diffusion test are: 1.375 mm (10%), 1.125 mm (25%), 0.75 mm (50%) and 1.25 mm (100%). While on BHB Agar medium: 1.5 mm (10%), 1.625 mm (25%), 1.5 mm (50%) and 0.75 mm (100%). Conclusion: It is concluded that S. mutans is sensitive to binahong rhizomes infusion.
2 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
ABSTRAK Latar belakang: Salah satu penyakit infeksi mulut dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah karies gigi. Hasil SKRT tahun 2009 mencatat bahwa 73% penduduk Indonesia menderita karies gigi. Streptococcus mutans merupakan agen utama penyebab karies gigi. Telah diketahui bahwa umbi binahong mempunyai sifat antibakteri. Tujuan: Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antibakteri infusum umbi binahong terhadap Streptococcus mutans secara in vitro. Metode: Infusum dibuat dalam 4 konsentrasi berbeda: 100%, 50%, 25% dan 10%. Uji dilusi dilakukan dengan media BHI cair dan TYS20B untuk mengetahui KHM dan KBM. Uji difusi menggunakan media BHA dan BHA darah untuk mengetahui besar zona hambatan. Hasil: Dari uji dilusi, didapatkan KHM 25% dan KBM diatas 25%. Dari uji difusi pada media BHA, didapatkan besar zona hambatan: 1,375 mm (10%), 1,125 mm (25%), 0,75 mm (50%) dan 1,25 mm (100%). Dari uji difusi pada media BHA darah, didapatkan besar zona hambatan: 1,5 mm (10%), 1,625 mm (25%), 1,5 mm (50%) dan 0,75 mm (100%). Kesimpulan: Bakteri S. mutans sensitif terhadap infusum umbi binahong.
Keywords: Anredera cordifolia rhizomes infusion, MBC, MIC, Streptococcus mutans
3 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
PENDAHULUAN Salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia adalah karies gigi. Prevalensi nasional Masalah Gigi-Mulut adalah 23,5% dan tercatat prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%, di mana sejumlah 14 propinsi di Indonesia tercatat memiliki angka prevalensi karies aktif yang melebihi angka prevalensi nasional (Laporan Nasional Riskesdas, 2007).(1) Sedangkan menurut data SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) pada tahun 2009, dilaporkan 73% dari penduduk Indonesia menderita karies gigi.(2) Terjadinya karies gigi disebabkan oleh serangkaian proses yang melibatkan berbagai faktor. Pada mulanya diyakini pembentukan karies
melibatkan 3 faktor
utama yaitu faktor inang (gigi), substrat yang berasal dari diet dan bakteri yang terdapat di dalam plak gigi. Seiring berkembangnya ilmu, diketahui juga beberapa faktor modifikasi lainnya yang mempengaruhi model terbentuknya karies yang lebih kompleks. Model ini melibatkan saliva, sistem imun, waktu, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, perilaku dan gaya hidup, serta penggunaan fluoride.(3) Karies gigi diawali oleh proses demineralisasi yaitu larutnya komponen mineral gigi (fosfat, fluor dan kalsium) oleh asam yang berasal dari metabolisme karbohidrat oleh bakteri oral, yang tidak dapat diimbangi dengan laju proses remineralisasi. Dua (2) jenis bakteri utama yang terlibat dalam proses terjadinya karies gigi adalah mutans Streptococci dan Lactobacilli(4), dengan bakteri yang paling dominan adalah Streptococcus mutans. Proses demineralisasi email gigi semakin intens dengan adanya asam laktat yang merupakan produk metabolisme karbohidrat oleh bakteri Streptococcus mutans.(5) 4 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Untuk mencegah terjadinya karies dapat dilakukan beberapa upaya yakni dengan kontrol bakteri, mengurangi konsumsi karbohidrat atau gula sederhana, meningkatkan resistensi email gigi terhadap karies maupun gabungan dari ketiga upaya
tersebut.
Upaya
pencegahan
karies
gigi
juga
ditekankan
melalui
pengembangan pola sikap, yaitu dengan menerapkan kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut serta mengatur asupan nutrisi. Kegiatan menyikat gigi merupakan upaya untuk meningkatkan kebersihan mulut. Namun telah terbukti bahwa dengan menyikat gigi saja tidak cukup untuk membersihkan plak gigi dan mengurangi jumlah bakteri penyebab karies.(6) Pencegahan karies gigi berbasis kontrol bakteri pada plak antara lain dengan penggunaan agen antibakteri yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies. Salah satu media agen antibakteri yang umum digunakan adalah obat kumur.(7) Penggunaan obat kumur sebagai pendekatan secara kimiawi untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit mulut. Produk obat kumur yang banyak dijual umumnya terbuat dari bahan kimia, antara lain antiseptik biguanida (Chlorhexidine), antiseptik quaternary ammonium (cetylpyridinium chloride) dan antiseptik fenol.(8) Adapun penggunaan produk-produk ini secara kontinyu dilaporkan menimbulkan efek samping berupa noda pada gigi dan restorasi, perubahan pengecapan rasa saat makan serta sensasi terbakar pada lidah.(9) Harga obat kumur ini pun relatif mahal sehingga kurang terjangkau oleh masyarakat di Indonesia dan pada negara berkembang lainnya, sehingga kini penggunaan obat kumur herbal banyak disarankan sebagai alternatif.(10)
5 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Indonesia adalah negara dengan ragam hayati yang cukup besar. Salah satu tanaman yang cukup banyak dijumpai adalah binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Tanaman binahong dikenal cukup bermanfaat dalam pengobatan sejumlah penyakit seperti menurunkan tekanan darah(11), membantu pemulihan hematoma menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan pemulihan gagal ginjal
(13)
(12)
,
. Tanaman
ini juga memiliki efek terhadap bakteri penyebab stomatitis.(14) Telah diteliti aspek fitokimia dari bagian-bagian tanaman binahong, secara umum terdapat kandungan fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, tannin, plobatamin, kumarin dan alkaloid. Dari kandungan binahong tersebut, terdapat dua kandungan zat aktif yang lebih dominan, yaitu flavonoid dan saponin. Kedua komponen ini merupakan zat yang dikenal memiliki efek antimikroba.(15-18) Dengan berbagai bukti khasiat tanaman binahong dan tanaman ini banyak dijumpai, mudah dibudidayakan di Indonesia serta secara empiris sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk berbagai penyakit, namun belum banyak informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang khasiat umbi binahong terhadap karies dan penyakit mulut lainnya, maka pada penelitian ini akan ditelaah efek antibakteri infusum umbi binahong terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hasil penelitian ini kelak dapat diinformasikan kepada masyarakat agar penggunaannya tepat sasaran sebagai bahan tanaman obat alternatif dalam menurunkan angka prevalensi dan insidensi karies gigi di Indonesia.
6 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
METODE PENELITIAN Penelitian eksperimental laboratorik dilakukan dengan menggunakan sampel Streptococcus mutans serotipe c serta infusum umbi binahong pada 4 (empat) konsentrasi berbeda, yaitu 10%, 25%, 50% dan 100%. Dilakukan uji sensitivitas dilusi dan difusi. Pada uji dilusi, infusum binahong dibagi ke dalam 4 (empat) konsentrasi berbeda seperti telah disebutkan, di mana konsentrasi di bawah 100% diencerkan dengan penambahan media BHI cair. Kemudian dilakukan serial dilusi sediaan bakteri S. mutans serotype c hingga mencapai 5000 sel/cc dan dilakukan penanaman 0,2 cc sediaan bakteri dalam tabung uji berisi infusum umbi binahong dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 10%, serta kontrol (+) dan (-). Kontrol positif (+) berupa media saja, dan kontrol negatif (-) berupa media dan sediaan bakteri. Pada metode difusi, infusum binahong juga dibagi ke dalam 4 (empat) konsentrasi berbeda, di mana konsentrasi di bawah 100% diencerkan dengan penambahan aquabidest. Setelah itu, dilakukan serial dilusi sediaan bakteri S. mutans serotype c hingga mencapai ½ McFarland dan penanaman sediaan bakteri dalam media BHA dan BHA darah. Di sini infusum yang telah dibuat ke dalam 4 (empat) konsentrasi berbeda diteteskan pada blank disc dan diletakkan pada permukaan media. Pembuatan infusum umbi binahong 100% dilakukan dengan cara mengukus 100 gram umbi binahong segar yang telah ditambahkan aquabidest sebanyak 1000 ml. Pengukusan dilakukan selama 15 menit dengan air mendidih sambil sesekali diaduk. Hasil pengukusan kemudian disaring dan didapatkan infusum 10% dari umbi 7 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
binahong. Hasil saringan ini kemudian dipanaskan lebih lanjut dengan menggunakan water bath hingga mencapai 1/10 volume awal untuk mendapatkan infusum 100% umbi binahong. Kemudian dilakukan Tyndalisasi selama 30 menit dan dilakukan selama 3 hari untuk membunuh spora bakteri. Pada uji dilusi, dilakukan tiga kali percobaan dan diinkubasikan selama 1x24 jam pada suhu 37˚C dalam anaerobic jar. Setelah itu dilakukan pengamatan visual dan kemudian dilakukan uji gores dengan menggunakan media TYS20B. Dilakukan pengamatan pada hasil uji gores untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum). Sedangkan pada uji difusi, dilakukan dua kali percobaan dan diinkubasikan selama 1x24 jam pada suhu 37˚C dalam anaerobic jar. Dilakukan pengamatan pada hasil percobaan untuk menentukan besar zona hambatan. Pengukuran zona hambatan dilakukan dengan mengukur jarak hambatan terjauh yang terlihat dari batas tepi blank disc.
HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan visual pada uji sensitivitas dilusi dapat dilihat pada tabel 1. Dari hasil uji gores pada uji dilusi, diketahui bahwa dari uji dilusi ketiga biakan bakteri, maka Kadar Hambat Minimum (KHM) infusum umbi binahong pada uji sensitivitas dilusi adalah 25%, sedangkan Kadar Bunuh Minimum (KBM) berada di atas 25%. Pada penelitian ini diketahui KBM pada kadar 50%. Hasil uji difusi dapat dilihat pada tabel 2, gambar 1 dan gambar 2. Rata-rata zona hambatan untuk koloni 1 media BHA adalah sebesar 1,0625 mm, koloni 2 8 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
media BHA 1,1875 mm, sehingga rata-rata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA adalah sebesar 1,125 mm. Rata-rata zona hambatan untuk koloni 1 media BHA darah adalah sebesar 1,3125 mm, koloni 2 media BHA darah 1,375 mm, sehingga rata-rata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA darah adalah sebesar 1,34375 mm.
DISKUSI Pada penelitian ini, bahan uji umbi binahong diolah dengan cara dibuatkan infusum. Alasan pemilihan pembuatan infusum disebabkan karena dengan metode ini, diperoleh ekstrak dari bahan nabati yang berisi kandungan zat aktif umum serta vitamin. Metode pembuatan infusum yang cukup sederhana, mudah dilakukan serta biaya yang terjangkau juga merupakan keunggulan dari metode ini. Metode ini juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang cukup singkat, serta peralatan yang digunakan tidak sulit dijumpai. Pada dasarnya metode infusum adalah mengukus (memanaskan dengan penangas air berisi air mendidih) materi nabati dalam pelarut air pada suhu di bawah 100˚C selama 15 menit. Zat aktif yang terlarut biasanya merupakan zat yang terlarut dalam air. (19) Uji sensitivitas bakteri yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 2 metode, yaitu metode uji dilusi dan uji difusi. Pada metode uji dilusi, dilakukan metode serial dilusi dengan mengacu pada standar McFarland untuk menentukan jumlah sel bakteri yang ditanam pada konsentrasi infusum umbi Binahong yang berbeda, yaitu 100%, 50%, 25% dan 10%. Digunakan 2 (dua) kontrol pada penelitian ini, yaitu kontrol positif yang menandakan kondisi yang mendukung hipotesis, serta 9 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
kontrol negatif yang menandakan kondisi null hypothesis.(20) Oleh karena itu, pada kontrol positif digunakan media saja, di mana bakteri tidak bertumbuh, dan pada kontrol negatif digunakan media dan bakteri, yaitu kondisi di mana pertumbuhan bakteri tidak terhambat. Dari metode uji dilusi ini kemudian dapat diketahui besar Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusum umbi binahong terhadap bakteri Streptococcus mutans. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, didapati bahwa secara visual, terdapat perbedaan kekeruhan pada tiap konsentrasi. Hal ini kemudian diuji lebih lanjut melalui uji gores. Dari hasil pengamatan pada uji gores, kemudian dipastikan bahwa Kadar Hambat Minimum (KHM) infusum umbi binahong terhadap bakteri Streptococcus mutans terdapat pada konsentrasi 25%, sedangkan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terdapat pada konsentrasi di atas 25%, yang pada penelitian ini terlihat pada konsentrasi 50%. Uji sensitivitas kedua yang dilakukan adalah dengan uji difusi untuk mengetahui besar daya hambatan yang dihasilkan infusum umbi binahong terhadap bakteri Streptococcus mutans. Media yang digunakan pada percobaan ini adalah BHA dan BHA darah. Hal ini dikarenakan kedua media ini merupakan media standar untuk pertumbuhan bakteri, sehingga pembentukan zona hambatan akan lebih terlihat. Pengukuran zona hambatan dilakukan dengan menghitung jarak dari tepi blank disc hingga ke daerah hambatan terjauh yang terbentuk, yaitu daerah yang memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri. Pada hasil penelitian dijumpai adanya zona hambatan yang terbentuk. Adapun besar zona hambatan yang terbentuk tidak berbanding lurus dengan bertambahnya konsentrasi infusum. Hal ini disebabkan adanya perbedaan konsistensi maupun kekentalan bahan uji pada konsentrasi 10 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
berbeda, sehingga mempengaruhi penyerapan media agar terhadap bahan uji. Besar zona hambatan pada uji difusi juga dipengaruhi oleh sifat zat aktif flavonoid yang terkandung. Flavonoid yang bersifat poten umumnya memiliki daya difusi yang rendah, serta pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi dapat mempengaruhi sifat flavonoid yang ada maupun menyebabkan terbentuknya garam flavonoid yang juga mempengaruhi daya dilusi flavonoid tersebut.(21) Didapati rata-rata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA adalah sebesar 1,125 mm dan rata-rata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA darah adalah sebesar 1,34375 mm. Dengan adanya zona hambatan yang terbentuk, maka dapat disimpulkan bahwa infusum umbi binahong mempunyai daya antibakteri.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang menggunakan infusum umbi binahong, pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe c akan terhambat pada Kadar Hambat Minimum (KHM) 25% dan bakteri akan mati pada Kadar Bunuh Minimum (KBM) di atas 25%, yaitu pada konsentrasi 50%. Efek anti bakteri juga terbukti dengan adanya zona hambatan yang terbentuk pada uji zona hambatan, dengan hasil tes difusi ratarata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA darah 1,34375 mm dan pada media BHA sebesar 1,125 mm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusum umbi binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vitro atau S.mutans sensitif terhadap konsentrasi tertentu dari infusum umbi binahong. 11 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
SARAN Jika akan dilakukan penelitian lebih lanjut, maka disarankan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing zat aktif dalam umbi binahong yang berperan sebagai antimikroba, melakukan uji fitokimia infusum umbi binahong dan memeriksa efek samping yang mungkin timbul pada konsentrasi tinggi, mengetahui konsentrasi yang tepat dari infusum umbi binahong yang berkhasiat antibakteri terhadap S.mutans dengan uji KHM dan KBM, membandingkan khasiat umbi binahong terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan metode ekstraksi yang berbeda serta menyetarakan jumlah sediaan umbi binahong dengan konsentrasi infusum yang berkhasiat antibakteri sehingga mudah diaplikasikan oleh masyarakat untuk tujuan pencegahan
karies
12 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
gigi.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
2.
Hermawati G, Hidayani L, Korneliani K. Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik Terhadap Keparahan Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah (Studi Pada Anak Taman Kanak-kanak PGRI Handayani Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya). Fakultas Ilmu Kesehatan. 2012.
3.
Touger-Decker R, Loveren Cv. Sugars and dental caries. The American Journal of Clinical Nutrition. 2003;78(suppl.):881S-92S.
4.
Featherstone JDB. The science and practice of caries prevention. Journal of American Dental Association. 2000;131(7):887-99.
5.
Steinberg D, Feldman M, Ofek I, Weiss E. Effect of a high-molecular-weight component of cranberry on constituents of dental biofilm. J Antimicrob Chemother. 2004;54(1):86-9.
6.
Bader JD, Rozier G, Harris R. Dental Caries Prevention: The Physician's Role in Child Oral Health Systematic Evidence Review. Systematic Evidence Reviews, Agency for Healthcare Research and Quality (US). 2004;29.
7.
Baehni P, Takeuchi Y. Anti-plaque agents in the prevention of biofilmassociated oral diseases. Oral Diseases. 2003;9(suppl. 1):23-9.
8.
Addy M. Chlorhexidine compared with other locally delivered antimicrobials. A short review. Journal of Clinical Periodontology. 1986;13(10):957-64.
13 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
9.
Gründermann LJMM, Timmerman MF, Ijserman Y. Stain, plaque and gingivitis reduction by combining chlorhexidine and peroxyborate. Journal of Clinical Periodontology. 2000;27:9-15.
10.
Nuniek NF, Nurachmah E, Gayatri D. Efektifitas Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone Iodine 1% dan Air Rebusan Daun Sirih di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2012;4(1):1-11.
11.
Chuang M-T, Lin Y-S, Hou W-C. Ancordin, the major rhizome protein of madeira-vine, with trypsin inhibitory and stimulatory activities in nitric oxide productions. Peptides. 2007;28(6):1311-6.
12.
Sumartiningsih S. The Effect of Binahong to Hematoma. World Academy of Science, Engineering and Technology. 2011;78:743-5.
13.
Sukandar EY, Qowiyyah A, Minah N. Influence of Ethanol Extract of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) Leaves on Renal Failure Rat Model. Indonesian Journal of Herbal Medicine. 2010;1(2):61-8.
14.
Ying LY, Hendarti HT. Inhibition Effect Of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Leaf Extract Towards Polybacteria Of Recurrent Aphthous Stomatitis. Oral Medicine Dental Journal. 2011;3(2):18-26.
15.
Setiaji A. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat Dan Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Fakultas Farmasi UMS Surakarta Surabaya 2009.
14 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
16.
Rofida S. Studi etnobotani dan etnofarmakologi umbi binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Jurnal Farmasains. 2010;1.
17.
Astuti SM. Skrining fitokimia dan uji aktifitas antibiotika ekstrak etanol daun, batang, bunga dan umbi tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis)
[cited
2013
September
20].
Available
from:
http://artikeledp.files.wordpress.com/2013/08/skrining-fitokimia-dan-ujiaktifitas-antibiotika-ekstrak-etanol-daun-batang-bunga-dan-umbi-tanamanbinahong_sri-murni.pdf. 18.
Yang RY, Lin S, Kuo G. Content and distribution of flavonoids among 91 edible plant species. Asia Pac J Clin Nutr 2008;17(1):275-9.
19.
Calvin J. Daya Antimikroba Infusum Kismis Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, in vitro. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.
20.
Gross AJ, Mantel N. The Effective Use of Both Positive and Negative Controls in Screening Experiments. Biometrics. 1967;23(2):285-95.
21.
Cushnie TPT, Lamb AJ. Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents 2005;26:343-56.
15 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Konsentrasi infusum umbi binahong (%)
Biakan bakteri Streptococcus mutans 1
2
3
Keterangan
10%
+
-
-
Keruh
25%
+
+
+
Keruh
50%
+
+
+
Keruh
100%
+
+
+
Keruh
Kontrol (+)
+
+
+
Keruh
Kontrol (-)
-
-
-
Jernih
*Tanda (+) menandakan keruh, tanda (-) menandakan jernih. Kontrol (+) berupa 3ml media BHI cair, sedangkan kontrol (-) berupa 3ml media BHI cair dengan biakan Streptococcus mutans.
Tabel 1. Hasil uji sensitivitas serial dilusi biakan bakteri Streptococcus mutans terhadap infusum umbi binahong
16 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Konsentrasi
Koloni bakteri S. mutans pada
Koloni bakteri S. mutans pada
infusum umbi
media BHA
media BHA darah
Binahong (%) 1
2
1
2
10%
1,5 mm
1,25 mm
1,25 mm
1,75 mm
25%
1,25 mm
1 mm
2 mm
1,25 mm
50%
0,75 mm
0,75 mm
1,5 mm
1,5 mm
100%
0,75 mm
1,75 mm
0,5 mm
1 mm
Kontrol
1mm
1mm
Tabel 2. Hasil pengukuran zona hambatan infusum umbi Binahong terhadap S. mutans
17 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Gambar 1. Histogram rerata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA
18 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013
Gambar 2. Histogram rerata zona hambatan infusum umbi binahong terhadap S. mutans pada media BHA darah
19 Antimicrobial effect..., Vinnie Zillianstetra, FKG UI, 2013