1
ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG SECARA IN VITRO DAN IN VIVO
DIAN IFKARUL IZZAH
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
2
ABSTRAK DIAN IFKARUL IZZAH. Antihiperurisemia Ekstrak Seledri, Sidaguri, dan Tempuyung secara In Vitro dan In Vivo. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan MIN RAHMINIWATI. Seledri (Apium graveolens), sidaguri (Sida rhombifolia), dan tempuyung (Sonchus arvensis) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dapat memperbanyak produksi urin (diuretik) dan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase sehingga berpotensi menurunkan kadar asam urat dalam darah. Uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vitro dilakukan pada kondisi optimum (inkubasi pada suhu 20oC, pH 7,5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/mL, dan konsentrasi xantin 0,7 mM) yang dibandingkan dengan allopurinol sebagai kontrol positif. Hasil uji inhibisi enzim xantin oksidase secara in vitro menunjukkan ekstrak tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46, 80,95, dan 83,02%. Selain itu, gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan nisbah 4:14:4 memiliki persen inhibisi sebesar 88,68 %. Gabungan tersebut dengan dosis 2640 mg/300 g BB dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus sebesar 59,45 % yang melebihi kontrol positif (allopurinol) sebesar 56,86% serta memiliki aktivitas xantin oksidase sebesar 179,05 mM/L menit yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal (501,12 mM/L menit). Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai obat antigout melalui inhibisi enzim xantin oksidase.
ABSTRACT DIAN IFKARUL IZZAH. Antihiperurisemia Extract of Celery, Sidaguri, and Tempuyung by In Vitro and In Vivo. Supervised by DYAH ISWANTINI PRADONO dan MIN RAHMINIWATI. Celery (Apium graveolens), sidaguri (Sida rhombifolia), and tempuyung (Sonchus arvensis) are an Indonesian native medicinal plants that can augment the production of urine (diuretic) and can inhibit xanthine oxidase enzyme activity in order to decrease the level of uric acid in blood. Inhibition of xanthine oxidase by in vitro was examined at the optimum condition (20 oC of incubation temperature, pH 7.5, 0.1 unit/ml of xanthine oxidase concentration, and 0.7 mM of xanthine concentration) was compared with allopurinol as positive control. The results of in vitro inhibition test of xanthine oxidase activity showed single extract of 400 ppm of sidaguri, 1400 ppm of celery, and 400 ppm of tempuyung that have greatest inhibition of 56.46, 80.95, and 83.02%, respectively. In addition, the combined extract of sidaguri, celery, and tempuyung of 4:14:4 ratio showed inhibition of 88.68%. The combination with dose of 2640 mg/300 g BB can decrease the concentration of uric acid in the blood of rat by 56.86% which exceeds the positive control (allopurinol) of 56.86%, and has xanthine oxidase activity of 179.05 mM/L min lower as compared with the normal group (501.12 mM / L min). These results proved that the combined extracts of sidaguri, celery, and tempuyung is potential as antigout medicine through xanthine oxidase enzyme inhibition.
3
ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG SECARA IN VITRO DAN IN VIVO
DIAN IFKARUL IZZAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
4
Judul Nama NIM
: Antihiperurisemia Ekstrak Sidaguri, Seledri, dan Tempuyung secara In Vitro dan In Vivo : Dian Ifkarul Izzah : G44051327
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. NIP 19670730 199103 2 001
Dr. Min Rahminiwati NIP 19610528 198503 2 004
Mengetahui Ketua Departemen,
Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS NIP 19501227 197603 2 002
Tanggal lulus :
5
PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2009 yang bertempat di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. dan Dr. Min Rahminiwati selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan,
motivasi, saran, dan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi penulis selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini serta kepada DP2M DIKTI melalui hibah kompetensi atas nama Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. yang telah membantu pendanaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismail, Bapak Nano, dan Ibu Ai di Laboratorium Kima Fisik, Ibu Nunuk, Bapak Didi Biofarindo, dan Bapak Aulia di Pusat Studi Biofarmaka yang telah membantu penulis dalam pemakaian alat dan bahan di laboratorium tersebut. Ungkapan terima kasih kepada Ayah, Ibu, kakak-kakakku, dan seluruh keluarga atas semangat, kasih sayang, dan dukungannya. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dicky, teman-teman seperjuangan (Andayani, Trisleni, Asep Wahyudin, Eka Mardiah), teman-teman kimia 42, dan teman-teman satu rumah (diah, windi, tri, ita) yang telah memberikan semangat, motivasi, dan dorongan dalam menyusun karya ilmiah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Bogor, Januari 2010 Dian Ifkarul Izzah
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 5 Mei 1987 dari Ayah Abdul Munif dan Ibu Isfatun Nadziroh. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 1 Jombang pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2008/2009, mata kuliah Kimia Fisik pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010, serta praktikum mata kuliah Kimia Umum untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama pada tahun ajaran 2009/2010. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di Laboratorium Toksikologi, Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) Bogor selama periode bulan Juli-Agustus 2008.
7
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR..................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................
vii
PENDAHULUAN.......................................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Sidaguri (Sida rhombifolia) ................................................................................... Seledri (Apium graveolens) ................................................................................... Tempuyung (Sonchus arvensis) ........................................................................ Gout ....................................................................................................................... Xantin Oksidase .................................................................................................... Pengujian In Vivo pada Tikus …………….……………...……………………… Allopurinol ……………………………………………………………………… Kalium Oksonat ………………………………………………………………….
2 2 3 3 4 5 5 5
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat....................................................................................................... Metode Penelitian...................................................................................................
5 5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air ……....................................................................................................... Ekstraksi ………………….................................................................................... Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro …. Inhibisi Gabungan Ekstrak terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Secara In Vitro…………………………………………………………………………... Inhibisi Gabungan Ekstrak Terbaik terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vivo …………………………………………………………………....
8 8 8 10 11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan................................................................................................................. Saran.......................................................................................................................
15 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
15
LAMPIRAN................................................................................................................
19
8
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tanaman sidaguri ................................................................................................. Tanaman seledri .....................................................………………...................... Tanaman tempuyung ............................................................................................ Radang sendi yang disebabkan oleh timbunan asam urat …….…...…................ Struktur 3 dimensi xantin oksidase ...................................................................... Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat …………………………………………………………… Persen inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi ............................................. Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ektrak (sidaguri: seledri:tempuyung) terhadap enzim xantin oksidase ........................................... Persen penurunan konsentrasi asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok ………………………………...….. Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok …………………………………………..……
2 3 3 4 4 4 9 11 12 14
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bagan alir penelitian ............................................................................................ 20 Data pakan sebelum perlakuan ............................................................................ 21 Data pakan ketika perlakuan ................................................................................ 22 Rancangan percobaan in vivo ..............................…………......…….................. 25 Kadar air sidaguri, seledri, dan tempuyung ......................................................... 26 Panjang gelombang maksimum substrat xantin ………………………………... 27 Pembuatan kurva standar substrat xantin …………………..…….…….............. 27 Data hasil uji enzimatis berbagai ektrak .............................................................. 28 Panjang gelombang maksimum standar asam urat .............................................. 32 Pembuatan kurva standar asam urat ..................................................................... 32 Persen penurunan konsentrasi asam urat …………………………..................... 33 Hasil analisis aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus ................. 37 Uji statistik ..............................................................………………................... 41
1
PENDAHULUAN Gout merupakan penyakit kelainan metabolik akibat terjadinya penimbunan kristal garam urat pada persendian yang menyebabkan respon inflamasi akut, ataupun penimbunan kristal asam urat pada jaringan lunak (kartilago) yang tidak menyebabkan reaksi inflamasi. Pada penderita gout, kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal (hiperurisemia) sehingga sering disebut juga dengan penyakit asam urat. Gout dalam beberapa dasawarsa terakhir ini baik di negara-negara maju maupun yang sedang berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun seperti di Amerika, gout menyerang lebih dari 5 juta penduduk (Yu 2006). Allopurinol adalah obat gout yang paling efektif dalam menghambat pembentukan asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif terhadap xantin oksidase (Fields et al. 1996). Enzim xantin oksidase dapat mengkatalisis terbentuknya asam urat dalam tubuh dengan cara mengoksidasi purin menjadi asam urat. Akan tetapi, pemakaian allopurinol pada konsentrasi lebih dari 300 mg/hari dapat mengakibatkan efek samping seperti kemerahan pada kulit, demam, menggigil, leukopenia, kerusakan hati, dan gangguan saluran pencernaan (Ganiswara et al. 1995). Sindrom biasanya muncul dalam 2 bulan pertama terapi, tapi bisa juga setelah itu. Hal ini dikarenakan oksipurinol yang merupakan senyawa metabolit allopurinol mempunyai waktu paruh yang lama, yaitu 12-30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal, sedangkan allopurinol dikonsumsi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, penanganan penyakit ini lebih sesuai bila menggunakan obat tradisional (obat herbal) karena efek samping yang ditimbulkannya kecil. Pemakaian obat-obatan dengan nuansa back to nature di Indonesia merupakan hal yang sangat positif, karena Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berjuta ragam kekayaan flora. Tanaman obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berupa akar, daun, buah, dan biji. Tanaman obat yang sering digunakan untuk mengobati gout adalah kumis kucing, gandarusa, daun sendok, seledri, sidaguri, dan tempuyung (Dalimartha 2006). Penelitian tentang khasiat tanaman obat sebagai antigout dapat didekati dengan mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase baik secara in vitro maupun secara in vivo dan melalui efek
diuretik sehingga dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah serta melalui efek antiinflamasi. Penelitian mengenai khasiat tanaman obat sebagai inhibitor enzim xantin oksidase secara in vitro telah banyak dilakukan. Ekstrak metanol conyza bonariensis aktif sebagai inhibitor xantin oksidase secara in vitro dengan nilai IC50 sebesar 50,041 mM (Kong et al. 2000). Tanaman dari Brazil Lychnophora (Filha et al. 2006)dan tanaman India seperti Coccinia grandis dan Vitex negundo (Umamaheswari et al. 2006) dapat menginhibisi xantin oksidase diatas 50% secara in vitro. Khasiat tanaman obat sebagai inhibitor enzim xantin oksidase secara in vivo dan telah banyak diteiliti, diantaranya tanaman asli cina (Ermiao wan) (Kong et al. 2004) dan jus Cherry (Prunus cerasus) (Haidari et al. 2009) dapat menghambat xantin oksidase secara in vivo masing-masing sebesar 20,8 dan 20,08% serta dapat menurunkan konsentrasi asam urat masing-masing sebesar 40,8 dan 16,24%. Gabungan ekstrak sidaguri dan seledri dapat menginhibisi xantin oksidase melebihi allopurinol secara in vitro serta dapat menurunan konsentrasi asam urat pada tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et al. 2004). Oleh karena itu perlu ditambahkan ekstrak tempuyung yang diketahui mempunyai efek diuretik sehingga dapat membantu dalam menurunkan konsentrasi asam urat dan mempunyai potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa tempuyung mengandung ion-ion mineral, seperti ion K+ dan Na+ dan beberapa flavonoid yang diduga dapat menghambat enzim xantin oksidase (Chairul 1999). Diuretik adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju ekskresi urin oleh ginjal sehingga dapat membantu meningkatkan ekskresi asam urat dalam tubuh. Penelitian sebelumnya tentang efek diuretik, diantaranya infusa daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang terbukti mempunyai efek diuretik pada konsentrasi 7,5 g/kg BB dengan persen daya diuretik sebesar 119,92±11,35% (Puspita 2004). Ekstrak herba seledri dan tempuyung juga terbukti dapat meningkatkan ekskresi urin (Andrajati et al. 2009). Data ilmiah tentang khasiat seledri sebagai biomedicine diantaranya efek diuretik daun seledri pada tikus putih, dan fraksi ekstrak seledri menunjukkan daya hambat terhadap xantin oksidase diatas 50% (Ixoranet 2007). Selain
2
itu, gout juga dapat diatasi dengan obat antiinflamasi. Penelitian tentang antiinflamasi diantaranya ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan dosis 1000 mg/kg BB dapat menghambat inflamasi sebesar 78,37% (Rustam et al. 2007). Minyak Zingiber officinale dosis 200 mg/kg BB (Vendruscolo et al. 2006) dan ekstrak kulit Cassia fistula Linn. Dosis 500 mg/kg BB (Ilavarsan et al. 2005) mempunyai persen antiinflmasi masingmasing sebesar 49,6 dan 63,16%. Penelusuran paten menunjukkan beberapa hasil penelitian mengenai antigout yang telah dipatenkan antara lain ekstrak etanol seledri sebagai anti gout dan antiinflamasi (Butters et al. 2002; US Patent No. 6352728), karbamat dari colchicine (Brossi et al. 1985; US Patent 4533675), dan gabungan ekstrak sidaguri dan seledri (Iswantini et al. 2004; Patent P002004334) sebagai antigout. Penelusuran paten mengenai inhibitor xantin oxidase antara lain senyawa purin dan triazolopurin sebagai inhibitor xantin oxidase (Nagamatsu et al. 1999; US Patent 5990118), inhibitor xantin oxidase (Wakashiri at al. 1993; US Patent 5212201), tanaman Lagestroemia speciosa sebagai inhibitor xantin oxidase (Unno et al. 2003; US Patent 6589572 B2). Berdasarkan penelusuran, belum ada paten yang menyebutkan khasiat tempuyung sebagai anti asam urat. Berdasarkan penelusururan paten dan penelitian sebelumnya, yaitu formula ekstrak sidaguri dan seledri yang mempunyai potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol dalam menurunkan konsentrasi asam urat sehingga sangat perlu dilakukan pengujian formula ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung sebagai obat antigout secara in vitro dan in vivo yang diharapkam mempunyai potensi lebih tinggi dibandingkannya dengan allopurinol dalam menurunkan konsentrasi asam urat.
Gambar 1 Tanaman sidaguri. Sidaguri termasuk tanaman semak dengan tinggi mencapai 2 meter. Batangnya berkayu, berbentuk bulat, percabangan simpodial, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya tunggal, berseling, bentuk jantung, ujung bertoreh, pangkal tumpul, tepi bergerigi, berbulu rapat, pertulangan menjari, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal, berbentuk bulat telur, terdapat di ketiak daun, berwarna hijau, mahkota bunga berwarna kuning, benang sari banyak dengan tangkai bersatu, dan kelopak berwarna hijau rnuda. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. Bijinya bulat, kecil, dan berwarna hitam. Akarnya tunggang, dan berwarna putih. Kandungan senyawa kimia dalam sidaguri adalah alkaloid, saponin, tanin, fenol, kalium oksalat, flavonoid, dan steroid (Wijayakusuma 1996). Senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dan mengobati gout (Cos et al. 1998 ). Tanin yang terdapat pada herba sidaguri mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat menghambat pertumbuhan sel tumor. Saponin sebagai antimikrob, dan kalsium oksalat dapat memperbaiki kekurangan kalsium dalam tubuh. Selain itu, sidaguri juga berkhasiat sebagai antiinflamasi, antigout, obat mencret, disentri, sakit kuning, dan sakit gigi (Heyne 1987). Seledri (Apium graveolens)
TINJAUAN PUSTAKA Sidaguri (Sida rhombifolia) Sidaguri (Gambar 1) termasuk famili Malvaceae, marga Sida dengan nama latin Sida rhombifolia. Nama lain dari sidaguri adalah sadagori atau sidagori (Sunda), otokotok (Jawa), kahindu (Sumba), saliguri (Minangkabau), dan digo (Ternate), serta nama asing yellow barleria.
Seledri merupakan sayuran daun dan tanaman obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Berdasarkan ilmu taksonomi, seledri termasuk suku Umbelliferae, marga Apium, dan jenis Apium graveolens. Nama daerah dari seledri adalah seledri (Melayu), dan saledri (Sunda). Tanaman seledri (Gambar 2) berbentuk rumput, batang tidak berkayu, beralur, beruas, bercabang tegak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tipis dan majemuk, menyirip ganjil dengan anak daun terdiri atas 3-7 helai, pangkal dan ujung daun runcing, dan daun
3
muda melebar atau meluas dari dasar yang berwarna hijau mengkilat dengan segmen berwarna hijau pucat. Bunganya tunggal dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak tersembunyi, berwarna putih kehijauan, dan panjang tangkainya sekitar 2 cm.
Gambar 3 Tanaman tempuyung.
Gambar 2 Tanaman seledri. Kandungan gizi seledri berupa air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, riboflavin, nikotinamid, dan asam askorbat. Seledri juga mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin, apiin, apigenin, vitamin A, B, C, dan asparagin. Biji seledri mengandung apiin, apigenin, alkaloid, dan kumarin. Akar seledri mengandung flavonoid, alkaloid, asparagin, dan glutamin (Ixoranet 2007). Seledri dikenal sebagai tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi (antihipertensi), diuretika, antirematik, antiinflamasi, dan pembangkit nafsu makan (Duke 1987).
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam herba tempuyung antara lain flavonoid (kaempferol, luteolin-7-Oglukosida dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin, dan asam fenolat (sinamat, kumarat dan vanilat) (Chairul 1999). Menurut Cos (1998), flavonoid apigenin-7-O-glukosida adalah salah satu golongan flavonoid yang mempunyai potensi cukup baik untuk menghambat kerja enzim xantin oksidase. Daun tempuyung di Indonesia menurut Chairul (1999) dapat digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu ginjal sehingga dapat memperbaiki fungsi ginjal. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral cukup tinggi terutama K+ dan Na+ yang dapat mengatur keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, sehingga mempermudah keluarnya air seni. Selain itu daun tempuyung juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi, obat bengkak, menghilangkan rasa lesu dan pegal, obat penenang, dan penyakit asma (Syukur dan Hernani 2002).
Tempuyung (Sonchus arvensis) Tempuyung (Gambar 3) termasuk tanaman obat asli Indonesia dari familia Asteraceae. Tempuyung memiliki nama daerah, diantaranya lempung, gelibuk, rayana (Sunda), dan jombang (Jawa). Tanaman ini tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung di tempat yang bertebing, di pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987). Tanaman ini merupakan tumbuhan herba tahunan dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Batang berusuk, berlobang, bergetah putih, percabangan monopodial, dan berwarna hijau keputihan. Daunnya tunggal, berlekuk menjari atau tidak teratur, ujung meruncing, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk bongol, mahkota bunga berwarna kuning terang, yang lama-kelamaan berwarna merah kecokelatan. Akar tunggang dan kokoh. Berdasarkan ilmu taksonomi tempuyung termasuk suku Asteraceae, marga Sonchus, dan jenis Sonchus arvensis.
Gout Gout merupakan sindroma klinik akibat penimbunan kristal asam urat (monosodium urate monohydrate) pada persendian sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat dalam darah yang menyebabkan respon inflamasi akut. Gout ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat dalam darah di atas nilai normal, yaitu pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan pada perempuan di atas 6 mg/dl disebut dengan hiperurisemia. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh kelebihan produksi asam urat atau yang lebih jauh lagi biasanya disebabkan oleh ekskresi yang tidak efisien dari ginjal. Asam urat dapat dibentuk dari purin melalui hipoksantin dan xantin akibat adanya aktivitas enzim xantin oksidase. Asam urat dibentuk di hepar dan dilepaskan ke dalam peredaran darah. Garam urat memiliki sifat larut air sehingga dapat dikelurkan melalui urin. Akan tetapi kelarutannya dalam cairan plasma memiliki ambang batas tertentu. Darah
4
mengalami kejenuhan monosodium urat pada konsentrasi 6 mg/dL. Monosodium urat akan mengalami ketidakstabilan pada konsentrasi tersebut sehingga sebagian besar monosodium urat akan mengendap menjadi kristal monosodium urat dan tertimbun di dalam persedian (Gambar 4). Pembentukan kristal monosodium urat memiliki peranan yang sangat penting terhadap penyakit artritis gout maupun rematik gout (Dalimartha 2006).
Gambar 4 Radang sendi yang disebabkan oleh timbunan asam urat. Penyakit ini umumnya menyerang pria dari pada perempuan dengan rasio perbandingan pria dan wanita yang terkena adalah 7:1. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat melalui urin (Iryaningrum 2005). Penyebab rasa sakit pada gout adalah pembentukan dan pengendapan kristal monosodium urat. Berdasarkan jenisnya, gout digolongkan dalam dua kelompok, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer sifatnya diwariskan dan terjadi karena adanya cacat genetik yang berakibat pada hilangnya kontrol sintesis purin, sedangkan gout sekunder bersifat sementara dan akan hilang bila penyebabnya dihentikan. Pengobatan dan pencegahan komplikasi asam urat bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melakukan pola diet makanan, seperti menghindari makanan kaya purin, banyak minum air putih, memberikan pengobatan secara medis, dan pengobatan dengan obat tradisional. Pengobatan secara medis dapat dilakukan dengan cara menghambat proses sintesis asam urat melalui pemberian allopurinol dan menghambat masuknya leukosit ke dalam sendi yang terkena deposit asam urat dengan kolkisin (Mansjoer 2004). Xantin Oksidase Xantin oksidase merupakan enzim yang tersebar luas dalam beberapa spesies dari bakteri hingga manusia dan juga terdapat pada jaringan mamalia. Struktur 3 dimensi xantin
oksidase dapat dilihat pada Gambar 5. Di dalam tubuh, xantin oksidase ditemukan di sel hati dan sel otot, tidak ditemukan di dalam darah. Adanya xantin oksidase dalam darah mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati. Enzim xantin oksidase merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari 1332 residu asam amino, molibdenum (HO2Smo), FAD, dan Fe2S2 sebagai pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275.000 Dalton membentuk dua subunit yang saling setangkup (Hart et al. 1970).
Gambar 5 Struktur 3 dimensi xantin oksidase. Enzim xantin oksidase mengkatalisis oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat yang berperan penting dalam timbulnya gout. Selama proses oksidasi xantin untuk membentuk asam urat, atom oksigen ditransfer dari molibdenum ke xantin Perombakan pusat molibdenum yang aktif terjadi dengan penambahan air (Cos et al. 1998) dan reaksinya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat. Satu unit xantin oksidase dapat mengkonversi satu µmol substrat (xantin) menjadi asam urat tiap satu menit pada pH optimum (pH 7,5) dan suhu optimum (25 oC). Apabila substratnya hipoxantin, maka aktivitasnya menjadi 50% atau setengahnya. Meningkatnya aktivitas xantin oksidase dalam mengkatalisis xantin menjadi asam urat, akan menyebabkan bertambahnya produksi asam urat dalam darah. Produksi asam urat berlebih
5
dapat menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam persendian dan menyebabkan peradangan akan mengakibatkan gout. Enzim xantin oksidase berbentuk unimolekuler dengan sistem transport elektron yang multi komponen. Selama proses oksidasi molekul, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron menghasilkan radikal superoksida (O2*-) dan hidrogen. Enzim xantin oksidase juga diketahui dapat mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrit oksida (Millar et al. 2002) dan sekaligus menyebabkan pembentukan radikal superoksida yang dapat menyebabkan peradangan (Bodamyali et al. 2002). Meningkatnya aktivitas xantin oksidase dalam mengkatalisis xantin menjadi asam urat, akan menyebabkan bertambahnya produksi asam urat dalam darah. Produksi asam urat berlebih dapat menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam persendian dan menyebabkan peradangan akan mengakibatkan gout.
aktif oksipurinol. Allopurinol dan senyawa metabolit utamanya, oksipurinol mengurangi pembentukan asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Cara ini menghasilkan hipoxantin dan xantin menjadi lebih banyak, untuk digunakan kembali dalam lingkungan metabolik purin, yang akhirnya secara mekanisme umpan balik, mengurangi pembentukan purin baru secara keseluruhan. Waktu paruh allopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12-30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua. Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila timbul kemerahan pada kulit maka obat harus dihentikan karena gangguan dapat menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, atralgia dan pruritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadangkadang juga terjadi (Ganiswara et al. 1995).
Pengujian In Vivo pada Tikus
Kalium oksonat
Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian potensi sampel dalam tubuh makhluk hidup, seperti tikus, mencit, kelinci, dan kera. Hewan uji yang sering digunakan adalah tikus jantan karena dapat menginduksi hepatotoksisitas lebih baik daripada tikus betina. Berdasarkan penelitian Susanti (2005) menyebutkan ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri) menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada ayam jantan leghorn yang dibuat hiperurisemia dengan makanan tinggi purin. Penelitian Kurniastuty (2008) menyebutkan fraksi semi polar dari ekstrak metanol meniran menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada tikus yang dibuat hiperurisemia dengan pemberian kalium oksonat. Metode menggunakan ayam leghorn membutuhkan waktu yang relatif lama dalam memperoleh kondisi hiperurisemia, dibanding dengan metode kalium oksonat. Penelitian ini menggunakan metode oksonat karena waktu untuk meningkatkan kadar asam urat lebih cepat sehingga lebih efisien.
Kalium oksonat merupakan garam kalium dari asam oksonat. Kalium oksonat mempunyai berat molekul 195,18 gram/mol dengan rumus molekul C4H2KN3O4, titik didih pada 300 oC, kelarutan dalam air 5 mg/ml, dan dapat dideteksi pada spektra merah. Kalium oksonat merupakan inhibitor enzim urikase dengan memberikan efek hiperurisemia. Enzim urikase merupakan enzim yang dapat mengkatalis perubahan asam urat menjadi alantoin sehingga dapat dikeluakan bersama dengan urin. Dengan adanya kalium oksonat, aktivitas enzim urikase menjadi terhambat sehingga konsentrasi asam urat dalam darah meningkat melebihi batas normal (hiperurisemia).
Allopurinol Allopurinol digunakan untuk mengurangi konsentrasi garam urat dalam tubuh. Allopurinol tidak aktif tetapi 60-70% obat ini mengalami konversi di hati menjadi metabolit
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Bahan yang digunakan ialah tikus jantan galur Sprague-Dawley, seledri, sidaguri, tempuyung, etanol 30%, substrat xantin, larutan standar asam urat, dan pereaksi buffer (buffer fosfat pH 7,4 50 mmol/l dan 2-4 diklorofenol sulfonat 4 mmlo/l), dan pereaksi enzim (4-aminophenazone 1 mmol/l, peroksidase 660 unit/l, uricase 60 unit/l, dan askorbat oksidase 200 unit/l).
6
Alat ukur yang digunakan adalah spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800. Metode Penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yaitu tahap persiapan sampel, penentuan kadar air, ekstraksi, uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vitro untuk menentukan ekstrak terbaik dan uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vivo. Diagram alir penelitian disajikan pada Lampiran 1. Persiapan sampel Bahan baku sidaguri, seledri, dan tempuyung diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Semua bahan dipisahkan dari kotoran atau bahan-bahan asing lainnya lalu di cuci dan dirajang. Sampel dikeringkan di udara terbuka hingga kadar air kurang dari 10% agar bahan yang diperoleh tidak mudah rusak akibat dari mikroorganisme. Penentuan Kadar Air (AOAC 1984) Cawan porselin dikeringkan di dalam oven pada suhu 105ºC selama 30, didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Sampel ditimbang sekitar 3 gram dan dimasukkan ke cawan porselin. Sampel beserta cawannya dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven. Setelah didinginkan dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit, cawan beserta isinya ditimbang. Prosedur dilakukan berulang kali sampai didapatkan bobot tetap dengan selisih kurang dari 1 mg. Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Persen kadar air sampel dihitung dengan persamaan:
Kadar air 100% Keterangan: a = bobot sebelum dikeringkan (g) b = bobot setelah dikeringkan (g) Ekstraksi Etanol (BPOM 2004) Serbuk sampel diekstraksi dengan pelarut etanol 30% menggunakan metode maserasi dengan perbandingan 1:10. Sampel beserta pelarut dikocok selama 6 jam menggunakan shaker, kemudian didiamkan selama 24 jam. Filtrat dipisahkan dan proses tersebut diulangi 3 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua filtrat dikumpulkan dan diuapkan dengan radas penguap putar hingga
diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan, ditimbang dan dihitung rendemennya dengan rumus sebagai berikut: Rendemen ekstrak 100%
Keterangan: a = bobot ekstrak (g) b = bobot sampel (g) Pembuatan Kurva Standar Larutan substrat (xantin) dibuat pada berbagai konsentrasi (0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 ppm) dan diukur panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh yairu 268,2 nm. Semua larutan xantin kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh sehingga diperoleh kurva hubungan antara konsentrasi dan serapan larutan xantin. Persamaan kurva linear tersebut digunakan untuk menghitung aktivitas xantin oksidase. Uji Inhibisi Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro (Tamta et al. 2006) Uji daya inhibisi ekstrak dilakukan pada masing-masing ekstrak tunggalnya dengan berbagai variasi konsentrasi dan gabungan ekstrak dari tanaman seledri, sidaguri, dan tempuyung. Uji inhibisi sampel terhadap aktivitas xantin oksidase dilakukan pada kondisi optimumnya. Kondisi optimum pengujian mengacu pada Iswantini dan Darusman (2003), yaitu pada waktu inkubasi 45 menit, suhu 20 oC, pH 7,5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/ml, dan konsentrasi substrat (xantin) 0,7 mM. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah larutan bufer kalium fosfat 50 mM pH 7,5 sehingga volumenya menjadi 1,9 ml. Campuran kemudian ditambah 1 ml substrat xantin 2,1 mM dan enzim xantin oksidase 0,1 unit/ml sebanyak 0,1 ml lalu diinkubasi pada suhu 20 oC selama 45 menit. Setelah diinkubasi, campuran segera ditambahkan HCl 0,58 M sebanyak 1 ml untuk menghentikan reaksinya. Campuran diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 268,2 nm untuk melihat seberapa besar sisa xantin yang tidak bereaksi dalam sampel uji. Daya inhibisi yang diperoleh dibandingkan dengan produk komersial yang ada di pasaran yaitu allopurinol. Aktivitas enzim xantin oksidase (XO) dihitung menggunakan persamaan linier yang
7
diperoleh dari kurva standar. Rumusnya adalah sebagai berikut: Persamaan linier: Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran X = Konsentrasi xantin setelah reaksi (konsentrasi xantin sisa) X bereaksi = Xmula-mula - Xsisa Aktivitas XO
%inhibisi
xantin yang bereaksimM vol xantin L waktuinkubasi menit
aktivitas XO kontrol aktivitas XO sampel 100% aktivitas XO kontrol
Uji In Vivo Gabungan Ekstrak Terbaik pada Tikus (Kong at al. 2004) Hewan percobaan. Tikus jantan galur Sprague-Dawley yang sehat dengan bobot rata-rata 350 g dijadikan sebagai hewan uji. Hewan uji diadaptasi selama satu bulan dalam kandang percoban yang terdiri dari 3 ekor tikus tiap kandang sehingga masih dapat berinteraksi secara langsung dengan tikus sekelompoknya. Adaptasi hewan uji ini bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Selama penelitian berlangsung, hewan memperoleh pakan standar 80 g/kandang/hari dan minum adlibitum. Jumlah pakan yang dikonsumsi tiap ekor tikus untuk masing-masing kelompok sebelum dan selama perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3 Rancangan percobaan. Percobaan ini terdiri dari 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok pertama merupakan kelompok normal yang hanya diberi akuades yang digunakan sebagai pelarut bahan aktif. Kelompok kedua merupakan kontrol negatif (kelompok hiperurisemia) yang diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg bobot badan tikus (BB) per intraperitonial per hari selama 7 hari. Kelompok ketiga merupakan kontrol positif yang diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan allopurinol dengan dosis 10 mg/kg BB secara oral selama 7 hari berikutnya. Kelompok keempat diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 660 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya. Kelompok kelima diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 1320 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya. Kelompok
keenam diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya, dan kelompok ketujuh diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 14 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB selama 7 hari terakhir. Bagan alirnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hewan uji yang telah diadaptasi selama 1 bulan diukur nilai konsentrasi asam uratnya sebagai hari ke-0. Pengukuran kadar asam urat selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 setelah induksi kalium oksonat dan pada hari ke-14 untuk mengetahui penurunan konsentrasi asam urat setelah diberikan perlakuan selama 7 hari. Preparasi serum darah. Kadar asam urat darah yang digunakan berasal dari serum darah. Serum darah diperoleh dari proses pemisahan serum darah dengan komponen padatan darah. Pengambilan darah dilakukan dari ujung ekor 1 jam setelah perlakuan terakhir. Darah dimasukkan ke dalam eppendorf 2 ml, kemudian didiamkan selama 15 menit agar darah menggumpal dan serum darah terpisah. Serum darah kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Jika warna serum yang diperoleh belum jernih, sentrifugasi dilakukan kembali sampai serum jernih. Serum tersebut dapat disimpan pada suhu -20 oC sampai pengujian dilakukan. Pembuatan kurva standar asam urat. Konsentrasi asam urat yang digunakan untuk membuat kurva standar adalah 0,1; 0,2; 0.4; 0,8; 1,6; 3,0, 6,0 mg/dl. Larutan standar asam urat dimasukkan ke dalam eppendorf sebanyak 25 µl, kemudian ditambahkan pereaksi asam urat (pereaksi buffer dicampur pereaksi enzim) sebanyak 1000 µl. Campuran tersebut dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm sehingga diperoleh kurva hubungan antara konsentrasi dan serapan standar asam urat. Pengukuran konsentrasi asam urat dalam sampel. Serum darah dimasukkan ke dalam eppendorf sebanyak 25 µl, kemudian ditambahkan pereaksi asam urat (pereaksi buffer dicampur pereaksi enzim) sebanyak 1000 µl. Campuran tersebut dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm.
8
Konsentrasi asam urat dalam sampel dihitung menggunakan persamaan linier yang diperoleh dari kurva standar asam urat. Pengujian aktivitas xantin oksidase pada hati tikus. Pada hari ke-15, semua tikus yang digunakan dalam pengujian aktivitas antihiperurisemia dieuthanasia dengan dekapitasi leher untuk selanjutnya diambil hatinya. Hati tikus ditimbang bobotnya dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9 %. Hati tersebut dihomogenkan dengan buffer fosfat dingin 50 mM (pH 7,5) dengan perbandingan 1:5 dan disentrifuse pada 3000 rpm selama 10 menit sehingga dihasilkan fraksi supernatan. Supernatan dipisahkan dan disentrifise pada 4000 rpm selama 120 menit. Supernatan ini akan digunakan untuk pengujian aktivitas xantin oksidase. Aktivitas xantin oksidase diuji dengan pemantauan pembentukan asam urat menggunakan metode spektofotometri. Tabung reaksi yang berisi larutan bufer kalium fosfat 50 mM pH 7,5 sebanyak 1,9 ml ditambahkan 1 ml xantin 2,1 mM, dan 0,1 ml supernatan xantin oksidase kemudian diinkubasi pada suhu 20 oC selama 45 menit. Setelah diinkubasi, campuran segera ditambahkan HCl 0,58 M sebanyak 1 ml untuk menghentikan reaksinya. Campuran tersebut diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum (268,2 nm) untuk melihat seberapa besar sisa xantin yang tidak bereaksi dalam sampel uji. Aktivitas enzim xantin oksidase dihitung menggunakan persamaan linier yang diperoleh dari kurva standar substrat xantin dan rumus yang sama dengan uji secara in vitro. Analisis Statistik. Rancangan percobaan yang digunakan dalam uji in vivo gabungan ekstrak terbaik pada tikus adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan selang kepercayaan 95%. Analisis statistik dilakukan pada konsentrasi asam urat hari ke-0, persen penurunan konsentrasi asam urat, dan aktivitas enzim xantin oksidase setelah perlakuan untuk 7 kelompok dan masingmasing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus (10 ulangan). Model yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ+ τi + €ij Keterangan: Yi = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = pengaruh rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i
€ i1 i2 i3 i4 i5 i6 i7
= pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. = kontrol normal = kontrol negatif (hiperurisemia) = kontrol positif (Allopurinol ) = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis 660 mg/300g BB = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis 1320 mg/300 g BB = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB dan pemberian kalium oksonat sampai minggu kedua
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Sampel sidaguri, seledri, dan tempuyung yang digunakan pada penelitian ini berbentuk simplisia yang telah dikeringkan dan digiling. Pengeringan simplisia ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh mikrob, karena kandungan air dalam suatu bahan akan mempengaruhi daya tahan sampel tersebut terhadap serangan mikrob. Penggilingan sampel dimaksudkan untuk memudahkan proses difusi pelarut masuk ke dalam dinding sel tumbuhan sehingga proses ekstraksi dapat berjalan optimal. Serbuk sidaguri, seledri, dan tempuyung ditentukan kadar airnya agar dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaik bagi sampel untuk menghindari pengaruh aktivitas mikrob (jamur). Data dan perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5. Kadar air yang diperoleh dari serbuk tanaman sidaguri, seledri, dan tempuyung masing-masing adalah 7,12%, 8,66%, dan 8,21%. Dari hasil yang didapatkan, serbuk sidaguri, seledri, dan tempuyung relatif stabil dari serangan mikrob karena kadar air yang didapat kurang dari 10% (Winarno 1997). Ekstraksi Ekstraksi digunakan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia yang larut dalam pelarut. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol 30 % dengan metode maserasi. Mekanisme ekstraksi pada metode maserasi adalah adanya proses difusi pelarut ke dalam dinding sel tumbuhan untuk mengestrak senyawa yang ada dalam tumbuhan tersebut. Maserasi cocok digunakan untuk senyawa yang belum diketahui karakterisasinya, sehingga memiliki keuntungan dapat menjaga
9
60.37
58.70
67.23
80.94
1800
1600
1400
1200
31.72
40.38
1000
800
600
24.95
54.46
61.04
83.02
300
200
400
30.09 27.88 37.45 43.18 17.33 42.41 47.51 12.77
Uji inhibisi terhadap enzim xantin oksidase dilakukan pada semua ekstrak tunggal dengan variasi konsentrasi dan gabungan ekstrak dengan variasi perbandingan yang diperoleh dari konsentrasi masing-masing ekstrak tunggal dengan persen inhibisi terbesar. Pengujian pada konsentrasi bervariasi ini ditunjukkan untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak terhadap peningkatan daya inhibisi, selain itu juga ditunjukan untuk melihat besarnya daya inhibisi ekstrak pada serangkaian konsentrasi di bawah nilai toksisitasnya (LC50). Variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan berada disekitar konsentrasi ekstrak yang mempunyai persen inhibisi terbesar pada penelitian sebelumnya, yaitu 400 ppm untuk sidaguri, 1400 ppm untuk seledri (Iswantini dan Darusman 2003), dan 200 ppm untuk tempuyung (wardani 2008). Selain itu juga dilakukan pengamatan aktivitas enzim tanpa penambahan ekstrak (blanko) untuk melihat pengaruh inhibisi ekstrak tersebut terhadap aktivitas enzim. Uji enzimatik dilakukan pada kondisi optimum (Iswantini dan Darusman 2003) yakni pada suhu inkubasi 20 ˚C, pH 7.5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/ml, konsentrasi xantin 0,7 mM, dan waktu inkubasi 45 menit. Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur serapan sampel
100
Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro
yaitu panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 268,2 nm (Lampiran 6). Serapan yang terukur merupakan serapan sisa xantin yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Serapan ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin berdasarkan pada persamaan linier kurva standar yaitu Y = 0,340 +1,934x dengan nilai R2 sebesar 0,961 (Lampiran 7), dimana y merupakan serapan dari xantin dengan penambahan ekstrak yang terukur dan x merupakan konsentrasi xantin sisa yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Konsentrasi ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin yang bereaksi sehingga dapau ditentukan seberapa besar aktivitas xantin oksidase dan seberapa besar persen inhibisi ekstrak yang diujikan terhadap aktivitas xantin oksidase. Hasil uji (Lampiran 8) menunjukkan bahwa semua ekstrak yang diuji memiliki aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan blanko. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase. Sebagian besar, persen inhibisi ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap aktivitas enzim xantin oksidase meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Daya hambat ekstrak kasar diilustrasikan dalam bentuk persen inhibisi yang diperlihatkan pada Gambar 7.
% inhibisi xantin oksidase
agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan panas tidak rusak dan sampel yang diekstrak bisa langsung dalam jumlah banyak. Pelarut bersifat polar akan melarutkan sebagian besar senyawa polar, sebaliknya dengan pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang bersifat non polar seperti lemak dan klorofil. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga pelarut. Etanol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Penggunaan etanol sebagai pengekstrak juga dikarenakan etanol memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang nonpolar. Keberadaan 2 gugus ini diharapkan senyawa polar maupun nonpolar akan terekstrak ke dalam etanol. Rendemen ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung masing-masing adalah 9,60%, 17,20%, dan 10% terhadap bobot keringnya.
Konsentrasi ekstrak (ppm) sidaguri tempuyung Seledri Gambar 7 Persen inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi. Gambar 7 menunjukkan daya inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung pada berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa ekstrak etanol tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400
10
ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46% dan 80,95%, dan 83,02%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak kasar sidaguri yang paling aktif dalam menginhibisi xantin oksidase pada konsentrasi 400 ppm (Iswantini dan Darusman 2003). Ramdhani (2004) menyatakan bahwa ekstrak etanol seledri dengan konsentrasi 1400 ppm mempunyai daya inhibisi paling besar. Pada konsentrasi yang sama, yaitu 400 ppm ekstrak etanol tempuyung mempunyai daya inhibisi lebih besar (83,02 %) dibandingkan dengan ekstrak etanol sidaguri (56,46 %) dan ekstrak etanol seledri (24,95%). Hal ini diduga karena efek sinergis dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak etanol tempuyung lebih berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol sidaguri yang diduga dapat menginhibisi enzim xantin oksidase adalah flavonoid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan fraksinasi ekstrak flavonoid 400 ppm menghasilkan 5 fraksi yang semuanya memiliki daya inhibisi di atas 50 % terhadap aktivitas enzim xantin oksidase (Hidayat 2004). Ramdhani (2004) juga menyatakan ekstrak etanol seledri mempunyai daya inhibisi lebih besar dibandingkan ekstrak air seledri, ekstrak flavonoid seledri, dan ekstrak alkaloid seledri sehingga penelitian ini menggunakan ekstrak etanol seledri. Ekstrak flavonoid seledri mempunyai daya inhibisi lebih besar (45,23 % pada konsentrasi 400 ppm) dibandingkan dengan ekstrak alkaloid seledri (20,7 % pada konsentrasi 400 ppm) sehingga dapat dikatakan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam seledri yang lebih berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase adalah flavonoid. Berdasarkan uji fitokimia, senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol tempuyung yang berhasil diidentifikasi oleh Wardani (2008) adalah flavonoid, tanin, steroid, dan triterpenoid. Kandungan flavonoid yang terdapat di dalam ekstrak etanol tempuyung, yaitu flavonoid dengan komponen utama adalah 7glukosilluteolin, 7-glukosilapigenin, dan kaempferol (Chairul 1999). Senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dan mengobati gout. Jenis-jenis flavonoid seperti apigenin,
luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi aktivitas enzim xantin oksidase, sedangkan turunan flavonoid seperti 7-glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibanding flavonoid aslinya, yaitu apigenin (Cos et al. 1998). Berdasarkan penelitian sebelumnya (Umamaheswari et al. 2006), selain kandungan flavonoid, senyawa-senyawa seperti diterpen, triterpenoid, alkaloid, dan lignan yang terdapat dalam ekstrak metanol tanaman Vivex negundo L. atau saponin dan polifenol yang terdapat pada ekstrak air tanaman Coccinia grandis L. dapat berperan dalam menghambat xantin oksidase secara in vitro dengan daya inhibisi lebih dari 50%. Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus samping (Nagao et al. 1999 & Lin et al. 2002). Flavonoid golongan kuersetin dan rutin sebagai inhibitor xantin oksidase dan xantin dehidrogenase sehingga dapat mencegah hiperurisemia pada hati tikus secara in vivo (Zhu et al. 2004). Ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena mampu menginhibisi xantin oksidase lebih dari 50 % (Noro et al. 1983). Konsentrasi ekstrak etanol tunggal yang mempunyai persen inhibisi terbesar, yaitu sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm akan digabungkan dengan beberapa kombinasi dan gabungan tersebut akan diuji daya inhibisinya terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro dan in vivo. Inhibisi Gabungan ekstrak terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro Berdasarkan penelitian Iswantini et al. (2004) diperoleh formula gabungan sidaguri dan seledri dengan perbandingan tertentu yang dapat menginhibisi enzim xantin oksidase dengan persen inhibisi terbesar. Formula tersebut dan konsentrasi ekstrak etanol tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung yang mempunyai persen inhibisi terbesar akan digunakan dalam menentukan perbandingan gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung yang akan diuji inhibisinya terhadap aktivitas enzim xantin oksidase secara in vitro. Gambar 8 menunjukkan daya inhibisi kotrol positif (allopurinol) dan gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan yang bervariasi. Hasil
11
88.68 71.62
78.93 58.10
68.15
43.18 56.05
44.28
64.18
35.60
% Inhibisi xantin oksidase
72.15
yang diperoleh menjelaskan bahwa gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 mempunyai daya inhibisi terbesar, yaitu sebesar 88,68 %. Nilai ini juga lebih besar dibanding dengan daya inhibisi ekstrak tunggalnya dan daya inhibisi kontrol positif (allopurinol 50 dan 100 ppm), yaitu hanya sebesar 35,60 % dan 72,15 %.
diharapkan dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus yang terkena hiperurisemia dengan potensi lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol secara in vivo sehingga dapat mencegah dan atau mengobati penyakit gout baik dengan cara inhibisi enzim xantin oksidase maupun dengan efek diuretiknya . Ekstrak tempuyung selain diharapkan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase, juga diharapkan mempunyai efek diuretik (memperbanyak produksi urin) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat. Gabungan ekstrak terbaik ini akan digunakan dalam uji inhibisi enzim xantin oksidase secara in vivo.
Inhibisi Gabungan Ekstrak Terbaik terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vivo Penurunan Kadar Asam Urat pada Tikus
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Kontrol positif dan gabungan ekstrak
Gambar 8 Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ektrak (sidaguri: seledri:tempuyung) terhadap enzim xantin oksidase. Keterangan Gambar 11: Urutan
Keterangan
% Inhibisi
A
Allopurinol 50 ppm
35.60
B
Allopurinol 100 ppm
72.15
C
Gabungan ekstrak 1:3,5:1
64.18
D
Gabungan ekstrak 2:3,5:2
44.28
E
Gabungan ekstrak 4:3,5:4
68.15
F
Gabungan ekstrak 1:7:1
43.18
G
Gabungan ekstrak 2:7:2
56.05
H
Gabungan ekstrak 4:7:4
78.93
I
Gabungan ekstrak 1:14:1
58.10
J
Gabungan ekstrak 2:14:2
71.62
K
Gabungan ekstrak 4:14:4
88.68
Gabungan ekstrak ini diharapkan dapat memperbaiki hasil penelitian sebelumnya, yaitu formula gabungan sidaguri dan seledri yang dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et al. 2004). Oleh karena itu, dengan penambahan ekstrak etanol tempuyung dalam gabungan ekstrak etanol sidaguri dan seledri
Gabungan ekstrak yang digunakan dalam uji inhibisi aktivitas enzim xantin oksidase secara in vivo adalah gabungan ekstrak yang mempunyai daya inhibisi terbesar pada uji inhibisi secara in vitro, yaitu gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 dengan daya inhibisi sebesar 88,68 %. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley karena tikus jantan tidak mengalami siklus hormonal yang dapat mempengaruhi konsentrasi asam urat. Sebelum diberikan perlakuan, tikus diadaptasi terlebih dahulu untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Pengukuran konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan tiga kali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7 (setelah induksi kalium oksonat), dan hari ke-14 (setelah perlakuan). Pengambilan darah pada hari ke-0 digunakan untuk mengetahui konsentrasi asam urat normal pada tikus. Pengambilan darah pada hari ke-7 digunakan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi asam urat pada tikus (efek hiperurisemia) setelah induksi kalium oksonat dan pengambilan darah pada hari ke14 digunakan untuk mengetahui penurunan konsentrasi asam urat pada tikus setelah diberikan perlakuan (ekstrak) selama 7 hari. Pengukuran asam urat dalam serum dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometi enzimatik. Senyawa yang diukur serapannya pada metode ini merupakan senyawa hasil reaksi antara asam urat dengan pereaksi 2-4-diklorofenol sulfonat (DCPS). Prinsip metode ini adalah asam urat dalam air dengan adanya enzim urikase (pada pereaksi
12
Tabel 1 Konsentrasi asam urat dalam darah. Rata-rata [asam urat] (mg/dL)
Kelompok 1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-0 1,6375 1,7639 1,8083 1,6708 1,8208 1,8056 1,9333
Hari ke-7 1,8583 3,8028 4,3167 4,1833 4,1028 4,0958 4,2000
Hari ke-14 1,8375 3,5250 1,8667 2,6639 2,1931 1,6569 3,2014
Tikus yang terkena hiperurisemia ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah di atas normal. Konsentrasi normal asam urat dalam darah tikus berada pada kisaran 1,2-5,0 mg/dL (Girindra 1998). Peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan dengan memberikan kalium oksonat dosis 250 mg/Kg BB secara intraperitonial. Kalium oksonat merupakan inhibitor urikase dengan memberikan efek hiperurisemia (peningkatan konsentrasi asam urat melebihi normal). Hasil yang diperoleh menunjukkan pada hari ke-7 terjadi peningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan pada kelompok 2 sampai kelompok 7 (setelah induksi kalium oksonat), sedangkan
pada kelompok 1 yang tidak diinduksi kalium oksonat tidak terjadi peningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan (tetap mendekati normal) sehingga dapat dikatakan peningkatan konsentrasi asam urat ini dikarenakan induksi kalium oksonat selama 7 hari. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian kalium oksonat dengan dosis 300 mg/kg BB dapat meningkatkan konsentrasi asam urat dalam darah sebesar 86,94% (Watanabe et al. 2006). Persen penurunan konsentrasi asam urat setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok yang diberikan selama 7 hari pada tikus yang terkena hiperurisemia (setelah induksi kalium oksonat) dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung pada berbagai dosis selama 7 hari mampu menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus. Akan tetapi, persen penurunan konsentrasi asam urat tertinggi pada kelompok yang diberikan gabungan sidaguri, seledri, dan tempuyung pada konsentrasi 2640 mg/300g BB (kelompok 6). Perhitungan konsentrasi asam urat dalam darah tikus untuk masing-masing kelompok terdapat pada Lampiran 11. 59.45
56.86
% penerunan kadar asam urat
enzim) akan teroksidasi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan alantoin. Hidrogen peroksida yang terbentuk ini kemudian akan bereaksi dengan 4-aminophenazone dan 2-4diklorofenol sulfonat (DCPS) membentuk senyawa kuinominin yang berwarna merah muda. Senyawa kuinominin ini diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm senyawa (Lampiran 9). Konsentrasi kuinominin yang terbentuk setara dengan konsentrasi asam urat dalam sampel. Oleh karena itu, serapan yang terukur dapat diubah menjadi konsentrasi asam urat berdasarkan pada persamaan linier kurva standar yaitu Y = 0,036x + 0,016 dengan nilai R2 sebesar 0,976 (Lampiran 7). Tabel 1 menunjukkan perubahan konsentrasi asam urat pada hari ke-0, hari ke7 (setelah induksi kalium oksonat), dan hari ke-14 (setelah perlakuan) untuk masingmasing kelompok. Rata-rata konsentrasi asam urat pada hari ke-0 pada seluruh populasi hewan coba adalah 1,7772 mg/dL. Hasil uji statistik, konsentrasi asam urat hari ke-0 menunjukkan semua kelompok mempunyai nilai rata-rata konsentrasi asam urat yang tidak berbeda nyata dengan nilai p-value sebesar 0,706 (lebih besar dari 5%).
46.57
36.40 23.37 7.25 0.48 1
2
3
4
5
6
7
Kelompok : : : : : : :
Kelompok normal Kontrol negatif Kontrol positif Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat
Gambar 9 Persen penurunan konsentrasi asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok.
13
Penurunan konsentrasi asam urat pada kelompok perlakuan (kelompok 3 sampai 7 ) berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok normal dan kontrol positif sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan konsentrasi asam urat ini dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan, yaitu allopurinol dan gabungan ekstrak. Hal ini didukung oleh hasil analisis sidik ragam yang diperoleh p-value lebih kecil dari 5 % dan F-hitung lebih besar dari pada Ftabel sehingga tolak H0 (Mattjik dan sumertajaya 2006) yang berarti minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan persen penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda. Hasil Uji Duncan yang diperoleh menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh persen penurunan kadar asam urat yang berbeda nyata (signifikan), kecuali perlakuan kontrol positif (kelompok 3) dengan gabungan ekstrak dosis 4 (kelompok 6). Meskipun persen penurunannya tidak berbeda signifikan tetapi persen penurunan konsentrasi asam urat yang terjadi pada kelompok 6 (59,46 %) lebih besar dari pada kelompok 3 (56,89%) . Hal ini menunjukkan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan dosis 2640 mg/300g BB lebih berpotensi menurunkan konsentrasi asam urat dalam mengobati penyakit gout dibandingkan dengan kontrol positif (allopurinol). Hasil penelitian ini memperbaiki hasil penelitian sebelumnya, yaitu formula gabungan sidaguri dan seledri terbaik yang diberikan setiap hari berturut turut selama 7 hari memberikan efek terhadap penurunan kadar asam urat tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et al. 2004). Gabungan sidaguri, seledri, dan tempuyung yang diberikan setiap hari berturut turut selama 7 hari dengan dosis 2640 mg/300 g BB memberikan efek terhadap penurunan kadar asam urat tikus dengan potensi lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol, yaitu 59,46%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Pemberian ekstrak Scrophularia ningpoensis selama 3 hari dapat menurunkan konsentrasi asam urat pada mencit sebesar 33.1% (Huang et al. 2008). Pemberian jus cherry (Prunus cerasus) selama 2 minggu juga menurunkan konsentrasi asam urat tikus sebesar 16,24 % (Haidari et al. 2009), dan tanaman asli cina (Ermiao wan) menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 40,8 % (Kong et al. 2004). Cara kerja gabungan ekstrak ini dalam menurunkan konsentrasi asam urat dalam
darah tikus selain melalui inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat dan juga diduga melalui efek diuretik sehingga memperlancar proses ekskresi asam urat. Ekstrak tempuyung selain diharapkan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase, juga diharapkan mempunyai efek diuretik. Daun tempuyung menurut Chairul (1999) dapat digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu ginjal sehingga dapat memperbaiki fungsi ginjal. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral cukup tinggi terutama K+ dan Na+ yang dapat mengatur keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, sehingga mempermudah keluarnya air seni sehingga membantu dalam penerunan kadar asam urat. Aktivitas Enzim Xantin Oksidase dalam Hati Tikus Enzim xantin oksidase dalam tikus yang digunakan dalam uji aktivitas enzim berasal dari hati tikus. Di dalam tubuh, xantin oksidase dapat ditemukan di sel hati dan sel otot (Hart et al. 1970). Adanya xantin oksidase dalam darah mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati. Enzim xantin oksidase mengkatalisis oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat yang berperan penting dalam timbulnya gout. Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Gambar 10 dan Lampiran 12. Hasil uji menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan gabungan ekstrak memiliki aktivitas xantin oksidase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal. Rata-rata aktivitas xantin oksidase pada kelompok perlakuan (kelompok 3 sampai 7) berbeda signifikan dengan kelompok normal (kelompok 1). Hal ini didukung oleh hasil uji statistiknya. Analisis sidik ragam yang diperoleh mempunyai pvalue lebih kecil dari 5 % dan F-hitung lebih besar dari pada F-tabel sehingga tolak H0 (Mattjik 2006) yang berarti minimal terdapat satu pasang perlakuan yang mempunyai aktivitas xantin oksidase yang berbeda. Hasil Uji Duncan yang diperoleh menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh aktivitas xantin oksidase yang berbeda nyata (signifikan), kecuali kelompok 5 dengan kelompok 7. Hal ini mengindikasikan bahwa gabungan ekstrak berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase.
14
Rata-rata aktivitas xantin oksidase (mM/L menit)
501.12 421.38 305.79
234.63 233.86 179.05 142.42
1 : : : : : : :
2
3
4 5 Kelompok
6
7
Kelompok normal Kontrol negatif Kontrol positif Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat
Gambar 10 Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok. Aktivitas xantin oksidase yang paling kecil terjadi pada kelompok 3, yaitu kelompok yang diberikan allopurinol 10 mg/kg BB dengan aktivitas sebesar 142.4222 mM/L menit yang kemudian diikuti oleh kelompok 6, yaitu kelompok yang diberikan gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB dengan aktivitas sebesar 179,0475 mM/L menit. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hasil penurunan konsentrasi asam urat, persen penurunan konsentrasi asan urat oleh gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB (59,46 %) lebih besar dibandingkan dengan allopurinol (56,89%) Hal ini mengidikasikan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan dosis 2640 mg/300 g BB yang diberikan selama 7 hari selain berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase, juga diduga mempunyai efek diuretik sehingga lebih berpotensi dalam menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah. Untung (1999) menyatakan bahwa akar tumbuhan sidaguri mengandung senyawa polifenol dan flavonoid yang bersifat diuretik. Ekstrak herba seledri dan tempuyung juga terbukti dapat meningkatkan ekskresi urin (Andrajati et al. 2009). Asam urat mudah larut dalam air terutama air yang sedikit basa, sehingga rebusan akar sidaguri yang
mengandung polifenol dan flavonoid yang diminum dapat meluruhkan asam urat dan selanjutnya terbuang bersama urin. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya tentang efek diuretik, diantaranya infusa daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang mengandung flavonoid terbukti mempunyai efek diuretik pada konsentrasi 7,5 g/kg BB dengan persen daya diuretik sebesar 119,92±11,35% (Puspita 2004). Uji inhibisi enzim xantin oksidase baik secara in vitro maupun secara in vivo menyatakan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase dan berkhasiat sebagai antigout. Ekstrak seledri (Nadinah 2008) dan sidaguri (Iswantini et al. 2009) diketahui dapat menghambat enzim xantin oksidase melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Potensi inhibitor ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada masing-masing ekstrak, yaitu flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tannin, dan steroid. Jenis-jenis flavonoid seperti apigenin, luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi kerja enzim xantin oksidase, sedangkan turunan flavonoid seperti 7-glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibanding flavonoid aslinya, yaitu apigenin. Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus hidroksil (gugus OH) pada C5 dan C7 serta ikatan rangkap antara C2 dan C3 pada ring B akan mengakibatkan posisi ring B co-planar terhadap ring A, sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi dengan xantin oksidase, sedangkan adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkannya untuk melangsungkan reaksi adisi (oksidasi oleh xantin oksidase) (Cos et al. 1998). Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus samping (Nagao et al. 1999). Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian jus cherry (Prunus cerasus) selama 2 minggu juga dapat menghambat xantin oksidase sebesar 20,08 % secara in vivo (Haidari et al. 2009) dan tanaman asli cina (Ermiao wan) dapat menghambat xantin oksidase sebesar 20,8% dan menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 40,8 % (Kong et al. 2004). Selain itu, tanaman obat India seperti Coccinia grandis dan Vitex negundo dapat menginhibisi xantin oksidase diatas
15
50% secara in vitro dan dapat menurunkan konsentrasi asam urat pada mencit yang terkena hiperurisemia berturut-turut sebesar 65,85% dan 45,18% (Umamaheswari et al. 2006).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46% dan 80,95%, dan 83,02%. Selain itu, gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 memiliki persen inhibisi sebesar 88,68 % sehingga dapat dikatakan tidak ada interaksi antar komponen ekstrak yang bersifat sinergis. Gabungan ekstrak tersebut dengan dosis 2640 mg/300 g BB dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus sebesar 59,45 % yang melebihi kontrol positif (allopurinol) sebesar 56,86% serta memiliki aktivitas xantin oksidase sebesar 179,05 mM/L menit yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal (501,12 mM/L menit). Berdasarkan hasil uji in vitro dan in vivo tersebut terbukti bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berkhasiat sebagai obat antigout melalui mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek diuretik gabungan ekstrak sehingga diketahui secara pasti mekanisme penurunan kadar asam urat dalam darah tikus. Selain itu, perlu juga dilakukan uji antiinflamasi, uji toksisitas, dan kinetika reaksi enzimnya.
DAFTAR PUSTAKA Andrajati R, Hanani E, Fitria WT. 2009. Pengaruh campuran ekstrak herba Apium graveolens dan daun Sonchus arvensis terhadap kadar natrium, kalium, dan volume urine serta kreatinin plasma tikus jantan [Abstrak]. Seminar Nasional Tumbuhan Indonesia XXXVII. AOAC. 1984. Official Methods of Analysis. Association of Official Analitycal Chemist, Virgina.
Behera BC, Adawadkar B, Makhija U. 2003. Inhibitory activity of xanthine oxidase and superoxide-scavenging activity in some taxa of the lichen family graphidaceae. Phytomedicine 10:536-543. Bodamyali T, Kancler JM, Millar TM, Blake DR, Stevens. 2002. Free radicals in rheumatoid arthritis: Mediators and modulators. in Redox Genome Interaction in Health And Disease. Ed J. Fuchs, M. Podda. and L. Packer. Marcel Dekker, New york. Brossi A, Peter Kerekes. 1985. Carbamates of colchicines for treatment of gout. United States Patents No. 4533675. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat 4533675.pdf [18 April 2009]. Butters DE, Graic K, Charles D, Ross PM. 2002. Extracts of celery seed for the prevention and treatment of pain, inflammation, and gartrointestinal irritation. United States Patents No. 6352728. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat6352728.pdf [18 April 2009]. Chairul. 1999. Tempuyung untuk Menghadang Asam Urat. [terhubung berkala]. www.indomedia.com/intisari /1999/juni/tempuyung.htm [11 Maret 2009]. Cos
P et al. 1998. Structure-activity relationship and classification of flavonoids as inhibitors of xanthin oxidase and superoxide scavengers. Journal Nat Prod 61: 71-76.
Dalimartha. 2006. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Bogor: Penebar Swadaya. Ditjen POM. 2004. Materi Medika Indonesia. Volume ke-6. Jakarta: Depkes RI. Duke JA. 1987. Handbook of Medicinal Herbs. Bocca Raton: CRC Press. Fields M, Lewis CG, Lure MD. 1996. Allopurinol, an inhibitor of xanthine oxidase, reduces uric acid levels and modifies the signs associated with copper deficiency in rats fed fructose. Free Radical Biology and Medicine 20:595– 600.
16
Filha ZSF, Vitolo IF, Fietto LG, Lombardi, Guimaraes S. 2006. Xanthine oxidase inhibitory activity of Lychnophora species From Brazil (“Arnica”). Journal of Ethnopharmacology 107:79-82.
agent on the activity of xanthine oxidase enzyme. Proceedings of International Symposium On Biomedicines. Biopharmaca Research, Bogor Agricultural University.
Ganiswara S, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: FKUI Press.
Iswantini D, Darusman LK, Rahminiwati M, Iskandar, Heryanto H, penemu; Institut Pertanian Bogor. 2004. Formula ekstrak gabungan Apium graveolens dan Sida rhombifolia L. sebagai fitofarmaka untuk penyakit gout: inhibitor xantin oksidase. ID P00200400339.
Girindra A. 1988. Biokimia Patologi. Bogor: Pusat Antar Universitas IPB. Haidari F, Mohammad SM, Keshavarz SA, Rashidi MR. 2009. Inhibitory effects of tart cherry (Prunus cerasus) juice on xanthine oxidoreductase activity and its hypouricemic and antioxidant effects on rats. Mal Journal Nutr 15(1): 53 – 64. Hart L, McGartoll MA, Chapman HR, Bray RC. 1970. The composition of milk xanthine oxidase, Biochem Journal 116:851-853. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta: Yayasan Sarana Wana. Hidayat MG. 2004. Perbandingan metode ekstraksi flavonoid dan terpenoid dari sidaguri serta daya inhibisi ekstrak terhadap aktivitas xantin oksidase [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Huang CG, Shang YJ, Zhang J, Zhang JR, Li WJ, Jiao BH. 2008. Hypouricemic effects of phenylpropanoid glycosides acteoside of Scrophularia ningpoensis on serum uric acid levels in potassium oxonatepretreated Mice. Am Journal Chin Med 36(1):149-57. Ilavarasan R, Mallika M, Venkataraman S. 2005. Anti-inflammatory and antioxidant activities of cassia fistula Linn. bark extracts. Afica Journal Trad. CAM 2(1): 70-85. Iryaningrum MR. 2005. Artritis gout, diagnosis dan pengelolaan. Di dalam: Majalah Kedokteran Atmajaya. Volume 4: 5. Iswantini D, Darusman LK. 2003. Effect of sidaguri extract as an uric acid lowering
Iswantini D, Rahminiwari M, Januwati M. 2004. Bioprospeksi sidaguri (Sida rhombifolia L.) dan seledri (Apium graveolens L.): formula obat gout dan aktifitas inhibisinya tehahadap xantin oksidase. Laporan Riset Unggulan Terpadu Bidang Lingkungan. Kementerian Riset dan Teknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Iswantini D, Darusman LK, Hidayat R. 2009. Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L.) antigout and inhibition kinetics of flavonoids crude extract on the activity of xanthine oxidase. Journal of Biolocical Science 9(5):504-508. Ixoranet. 2007. Herbal Seledri yang Terkandung dalam Tensicare. [terhubung berkala]. http://www.ixoranet.com/ ixoranet/ [02 April 2009]. Kong LD, Cai C, Huang W, Cheng CHK, Tan RX. 2000. Inhibition of xanthine oxidase by some Chinese medicinal plants used to treat gout. Journal of Ethnopharmacology 73:199-207. Kong LD, Chen Y, Fei G, Hai DW, Yu SG. 2004. A Chinese herbal medicine ermiao wan reduces serum uric acid level and inhibits liver xanthine dehydrogenase and xanthine oxidase in mice. Journal of Ethnopharmacology 93:325-330. Kurniastuty A. 2008. Pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba meniran (phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur balb-c hiperurisemia [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17
Lin CM, Chen CS, Chen CT, Liang YC, Lin JK. 2002. Molecular modeling of flavonoids that inhibits xanthine oxidase. Biochemical and Biophysical Research Communications. 294:167-172 Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor: IPB Press. Mansjoer A. 2004. Reumatologi Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Millar TM, Kanczler JM, Bodamyali T, Blake DR, Stevens CR. 2002. Xanthine oxidase is a peroxynintrite synthase: Newly identified roles for a very old enzyme. Redox Report 7:65-70. Nadinah. 2008. Kinetika inhibisi ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.) dan fraksinya terhadap enzim xantin oksidase serta penentuan senyawa aktifnya [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nagamatsu T, Yoko Watanabe, Kazuki Endo, Masahiro I. 1999. Purine compounds and xanthine oxidase inhibitor. United States Patents No. 5990118. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat 5990118.pdf [19 April 2009]. Nagao A, Michiko S, Hidetaka K. 1999. Inhibition of xanthine oxidase by flavonoids. Biochem Journal 63:17871790. Noro T, Oda Y, Miyase T, Ueno A, Fukushima S. 1983. Inhibition of xhantine oxidase from the flowers and buds of daphne genkwa. Chem Pharm Bull 31:3984-3987. Pacher P, Alex N, Csaba S. 2006. Therapeutic effects of xanthine oxidase inhibitors: Renaissance half a century after the discovery of allopurinol. Pharmacol Rev 58:87-114. Ramdhani TH. 2004. Isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif seledri dalam menghambat aktivitas xantin oksidase [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Rustam E, Atmasari I, Yanwirasti. 2007. Efek antiinflamasi ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) pada tikus putih jantan galur wistar. Jurnal Sains dan teknologi farmasi Vol 12:112-115 Susanti. 2005. Pengaruh ekstrak etanol 70% herba meniran (phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur balb-c hiperurisemia [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Syukur C, Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta : Penebar Swadaya. Tamta H, Sukirti Karla, dan Anup KM. 2006. Biochemical characterization of some pyrazolopyrimidinebased inhibitors of xanthine oxidase. Biochemistry (Moscow) 71(1): S49-S54. Umamaheswari M. 2006. Xanthine oxidase inhibitory activity of some Indian medical plants. Journal of Ethnopharmacology 109(3):547-51. Unno T, Iwao Sakane, dan Takami Kakuda. 2003. Xanthine oxidase inhibitor and method for producing the same. United States Patents No. 6589573 B2. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/ patents/pat6589573.pdf [18 april 2009]. Untung O. 1999. Sapu Asam Urat dengan Sosapu. Jakarta: Trubus Edisi September tahun ke 19 No 358. Vendruscolo A et al. 2006. Antiinflammatory and antinociceptive activities of Zingiber officinale Roscoe essential oil in experimental animal models. Indian Journal Pharmacol Vol 38:58-9. Wakashiro M, Shiro Abe, Nobukazu T, dan Hiroshi O. 1993. Xanthine oxidase inhibitor. United States Patents No. 5212201. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat5212201.pdf [19 April 2009]. Wardani CGT. 2008. Potensi ekstrak tempuyung dan meniran sebagai anti
18
asam urat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Watanabe S, Kiyama Fumiko K, Sakamaki A, Yoshida T. 2006. Celebral oxidative stress and mitochondrial dysfunction in oxonate-induced hyperuricemic mice. Journal of Health Science 52(6): 730737. Wijayakusuma H. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta: Elex Media. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yu Kuang-Hui. 2006. FebuXOstat: A novel non-purine selective inhibitor of xanthine oxidase for the treatment of hyperuricemia in gout. 70 Recent Patents on Inflammation & Allergy Drug Discovery. 1:1. Zhu et al. 2004. Effects of biota orientalis extract and its flavonoid constituents, quercetin and rutin on serum uric acid levels in oxonate-induced mice and xanthine dehydrogenase and xanthine oxidase activities in mouse liver. Journal of Ethnopharmacology 93:133140.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1 Bagan alir penelitian Serbuk daun sidaguri, seledri, dan tempuyung Penentuan kadar Ekstraksi etanol
Ekstrak etanol seledri
Ekstrak etanol sidaguri
Ekstrak etanol tempuyung
Uji inhibisi ekstrak tunggal terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro Masing-masing ekstrak tunggal dengan % inhibisi xantin oksidase tertinggi dikombinasikan dengan berbagai variasi
perbandingan
1:3,5:1
1:7:1
1:14:1
2:3,5:2
2:7:2
2:14:2
4:3,5:4
4:7:4
4:14:4
Uji inhibisi kombinasi ekstrak terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro % inhibisi xantin oksidase tertinggi Uji inhibisi gabungan ekstrak terbaik terhadap enzim xantin oksidase secara in vivo pada tikus
21
Lampiran 2 Data pakan sebelum perlakuan
3 23 23 23 21 21 21 18 21 21 21
kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram) kelompok 1 kelompok 2 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 19 15 21 19 18 17 22 21 16 19 24 22 19 22 25 21 22 21 19 20 21 16 19 24 22 19 22 25 21 22 21 19 20 20 23 24 19 20 18 22 25 21 22 21 19 20 20 23 24 19 20 18
3 23 23 23 18 18 18 19 19 24 24
kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram) kelompok 3 kelompok 4 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 24 22 19 20 21 22 21 19 20 22 19 22 21 21 24 22 19 20 21 22 21 23 19 20 18 17 22 20 19 20 18 21 19 17 22 23 19 20 18 17 22 20 19 20 18 21 19 17 22 23 19 20 18 17 22 20
8 22 22 22 23 23 23 16 23 23 23
9 22 22 22 17 17 17 24 19 19 19
10 26 26 26 19 19 19 22 20 20 20
3 19 19 19 20 20 20 22 22 22 17
kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram) kelompok 5 kelompok 6 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 21 24 22 20 21 21 16 22 21 19 17 19 26 20 21 24 22 20 21 21 16 22 21 19 17 19 26 20 21 24 22 20 21 21 16 22 19 24 21 19 17 19 22 19 20 21 19 20 23 22 19 24 21 19 17 19
8 23 23 23 16 16 16 19 19 18 18
9 20 20 20 19 19 19 22 22 22 22
10 19 19 19 25 25 25 20 20 21 21
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 23 23 23 21 21 21 19 22 22 22
2 21 21 21 22 22 22 21 21 21 21
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 25 25 25 22 22 22 21 21 20 20
2 25 25 25 23 23 23 16 16 23 23
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 24 24 24 23 23 23 19 19 19 22
2 25 25 25 26 26 26 18 18 18 21
7 22 22 22 17 17 17 20 20 21 21
8 20 20 20 16 16 16 21 21 19 19
9 19 19 19 20 20 20 22 22 17 17
10 25 25 25 19 19 19 21 21 22 22
22
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok ke-/Hari ke-/ Jumlah pakan (gram) kelompok 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 21 20 24 20 23 24 19 16 22 21 21 20 24 20 23 24 19 16 22 21 17 19 26 17 18 19 20 21 16 18 17 19 26 17 18 19 20 21 16 18 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22
Lampiran 3 Data pakan ketika perlakuan Kelompok 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 21 21 21 19 19 19 21 18 18 18
2 20 20 20 18 18 18 20 22 22 22
3 18 18 18 20 20 20 18 18 18 18
4 19 19 19 18 18 18 17 19 19 19
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 18 18 14 15 20 19 18 18 14 15 20 19 18 18 14 15 20 19 17 19 16 18 17 16 17 19 16 18 17 16 17 19 16 18 17 16 15 20 15 18 17 19 20 21 16 17 19 20 20 21 16 17 19 20 20 21 16 17 19 20
11 17 17 17 21 21 21 18 16 16 16
12 16 16 16 18 18 18 20 13 13 13
13 18 18 18 14 14 14 16 17 17 17
14 14 14 14 18 18 18 13 16 16 16
4 21 21 21 17 17 21 21 19 19 19
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 20 19 15 17 19 16 20 19 15 17 19 16 20 19 15 17 19 16 19 20 16 14 15 19 19 20 16 14 15 19 19 19 20 15 14 16 19 19 20 15 14 16 19 18 17 15 19 20 19 18 17 15 19 20 19 18 17 15 19 20
11 20 20 20 20 20 17 17 18 18 18
12 15 15 15 19 19 15 15 15 15 15
13 18 18 18 15 15 18 18 19 19 19
14 16 16 16 16 16 14 14 18 18 18
Kelompok 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 17 17 17 19 19 21 21 19 19 19
2 19 19 19 19 19 20 20 21 21 21
3 20 20 20 20 20 23 23 18 18 18
23
Kelompok 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 23 23 23 23 23 23 22 22 20 20
2 17 17 17 22 22 22 21 21 23 23
3 19 19 19 15 15 15 20 20 21 21
4 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 22 20 21 19 15 13 22 20 21 19 15 13 22 20 21 19 15 13 19 20 21 19 16 13 19 20 21 19 16 13 19 20 21 19 16 13 19 19 20 18 19 14 19 19 20 18 19 14 19 18 20 16 17 19 19 18 20 16 17 19
11 18 18 18 20 20 20 14 14 20 20
12 19 19 19 19 19 19 16 16 15 15
13 20 20 20 14 14 22 17 17 17 17
14 21 21 21 17 17 17 15 15 13 13
3 22 22 22 22 22 22 19 20 20 20
4 20 20 20 21 21 21 23 21 21 21
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 21 24 21 22 22 20 21 24 21 22 22 20 21 24 21 22 22 20 20 22 20 23 17 19 20 22 20 23 17 19 20 22 20 23 17 19 22 22 18 19 21 19 16 22 20 15 21 19 16 22 20 15 21 19 16 22 20 15 21 19
11 21 21 21 21 21 21 15 20 20 20
12 19 19 19 19 19 19 18 18 18 18
13 19 19 19 18 18 18 16 19 19 19
14 18 18 18 16 16 16 18 14 14 14
4 19 19 19 21 21 21 20 18 18 18
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 21 18 19 15 14 16 21 18 19 15 14 16 21 18 19 15 14 16 19 19 20 18 17 19 19 19 20 18 17 19 19 19 20 18 17 19 20 21 19 18 17 19 15 19 18 17 20 21 15 19 18 17 20 21 15 19 18 17 20 21
11 17 17 17 20 20 20 20 20 20 20
12 15 15 15 16 16 16 21 18 18 18
13 18 18 18 14 14 14 17 16 16 16
14 14 14 14 16 16 16 13 18 18 18
Kelompok 4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 21 21 21 18 18 18 19 21 21 21
2 22 22 22 19 19 19 20 19 19 19
Kelompok 5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 21 21 21 21 21 21 19 21 21 21
2 20 20 20 20 20 20 22 22 22 22
3 23 23 23 23 23 23 18 19 19 19
24
Kelompok 6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 19 19 19 20 20 20 20 20 21 21
2 18 18 18 21 21 21 17 17 23 23
3 20 20 20 23 23 23 22 22 20 20
4 17 17 17 19 19 19 20 20 19 19
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 15 20 17 14 18 20 15 20 17 14 18 20 15 20 17 14 18 20 20 17 21 16 19 16 20 17 21 16 19 16 20 17 21 16 19 16 19 21 19 19 21 20 19 21 19 19 21 20 20 18 20 21 19 17 20 18 20 21 19 17
11 19 19 19 19 19 19 17 17 18 18
12 20 20 20 20 20 20 19 19 15 15
13 13 13 13 16 16 16 18 18 19 19
14 12 12 12 18 18 18 19 19 20 20
Kelompok 7 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 19 19 19 19 19 19 19 21 21 21
2 20 20 20 19 19 19 19 16 16 16
3 18 18 18 16 16 16 16 19 19 19
4 22 22 22 20 20 17 17 25 25 25
Hari ke- / Jumlah pakan (gram) 5 6 7 8 9 10 22 21 19 17 20 16 22 21 19 17 20 16 22 21 19 17 20 16 22 21 19 17 16 17 22 21 19 17 16 17 16 23 19 20 16 17 16 23 19 20 16 17 16 23 19 20 21 21 16 23 19 20 21 21 16 23 19 20 21 21
11 20 20 20 20 20 15 15 17 17 17
12 16 16 16 21 21 15 15 14 14 14
13 14 14 14 17 17 20 20 15 15 15
14 16 16 16 13 13 17 17 18 18 18
25
Lampiran 4 Rancangan percobaan in vivo Kelompok percobaan
Tikus dikelompokkan menjadi 7 kelompok dan di aklimatisasi selama 1 bulan
Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-0
Kelompok 1: Pakan Standar + Akuades
Kelompok 2: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Kelompok 3: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Kelompok 4: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Kelompok 5: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Kelompok 6: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Kelompok 7: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari selama 7 hari
Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-7
Kelompok 1: Pakan Standar + Akuades + Akuades per oral dari hari ke-8 sampai hari ke-14
Kelompok 2: Pakan Standar + Akuades + Akuades per oral dari hari ke-8 sampai hari ke-14
Kelompok 3: Pakan Standar + Akuades + Allopurinol 10 mg/kg BB per oral per hari dari hari ke-8 sampai hari ke-14
Kelompok 4: Pakan Standar + Akuades + Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB per oral per hari dari hari ke8 sampai hari ke-14
Kelompok 5: Pakan Standar + Akuades + Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB per oral per hari dari hari ke-8 sampai hari ke-14
Kelompok 6: Pakan Standar + Akuades + Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB per oral per hari dari hari ke8 sampai hari ke-14
Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-14
Pembedahan hati tikus dan pangujian aktivitas xantin oksidase pada hati tikus
Kelompok 7: Pakan Standar + Akuades + Kalium oksonat 250 mg/kg BB per injeksi per hari + Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB per oral per hari dari hari ke-8 sampai hari ke-14
26
Lampiran 5 Kadar air kumis kucing dan salam Penentuan kadar air sidaguri Ulangan 1 2 3
Bobot pinggan kosong (g) 33.3221 30.6598 30.3649
Bobot sample (g) 3.0002 3.0000 3.0012
Bobot pinggan + sampel kering (g) 36.1091 33.4463 33.1523
Bobot sampel kering (g) 2.7870 2.7865 2.7874
Kadar air (%b/b) 7.11 7.12 7.12
Kadar air rerata (% b/b)
Bobot pinggan + sampel kering (g) 39.1293 36.4403 35.5250
Bobot sampel kering (g) 2.7416 2.7405 2.7401
Kadar air (%b/b) 8.63 8.66 8.68
Kadar air rerata (% b/b)
Bobot pinggan + sampel kering (g) 33.0793 35.5953 34.1293
Bobot sampel kering (g) 2.7572 2.7555 2.7504
Kadar air (%b/b) 8.11 8.18 8.33
Kadar air rerata (% b/b)
7.12
Penentuan kadar air seledri Ulangan 1 2 3
Bobot pinggan kosong (g) 36.3877 33.6998 32.7849
Bobot sample (g) 3.0007 3.0002 3.0005
8.66
Penentuan kadar air tempuyung Ulangan 1 2 3
Bobot pinggan kosong (g) 30.3221 32.8398 31.3789
Bobot sample (g) 3.0005 3.0011 3.0003
8.21
27
Lampiran 6 Panjang gelombang maksimum substrat xantin 1.4
Absorbans
1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 220
240
260 268.2 280 Panjang gelombang (nm)
300
Kurva hubungan absorban dengan panjang gelombang (nm) Lampiran 7 Pembuatan kurva standar substrat xantin Konsentrasi (mM) 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 λ = 268,2 nm
Absorbans Ulangan 1 Ulangan 2 0.4820 0.5040 0.6860 0.7260 0.9630 0.8240 1.1100 1.2250 1.4580 1.4740 1.4670 1.4930 1.5920 1.5920
Rerata 0.4930 0.7060 0.8935 1.1675 1.4660 1.4800 1.5920
1.80 1.60
Absorbans
1.40 1.20 1.00 0.80
y = 1.934x + 0.340 R² = 0.961
0.60 0.40 0.20 0.00 0.0
0.2 0.4 0.6 Konsentrasi Xantin (mM)
0.8
Kurva hubungan rerata absorban dengan konsentrasi xantin (mM)
28
Lampiran 8 Data hasil uji enzimatis berbagai ektrak Kontrol negatif untuk uji enzimatis berbagai ektrak tunggal Ulangan
Absorbans
1 2 3 Rerata
0.954 0.947 0.964 0.959
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 85.0052 85.8095 83.8561 84.8903
Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% sidaguri tunggal Konsentrasi (ppm) 100
200
300
400
Ulangan
Absorbans
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.1610 1.2340 1.1570 1.2360 1.2290 1.2300 1.2700 1.2860 1.2490 1.3230 1.3360 1.4130
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 61.2203 52.8324 61.6799 52.6026 53.4069 53.2920 48.6959 46.8574 51.1088 42.6060 41.1123 32.2647
58.5775
% Inhibisi xantin oksidase 31.00
53.1005
37.45
48.8874
42.41
38.6610
54.46
Rerata aktivitas xantin oksidase
Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% tempuyung tunggal Konsentrasi Ulangan Absorbans (ppm) 100
200
300
400
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.1950 1.1460 1.1420 1.2770 1.2780 1.2670 1.3140 1.3210 1.2830 1.5650 1.5620 1.5780
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 57.3136 62.9438 63.4034 47.8915 47.7766 49.0406 43.6401 42.8358 47.2021 14.7995 15.1442 13.3058
61.2203
% Inhibisi xantin oksidase 27.88
48.2362
43.18
44.5593
47.51
14.4165
83.02
Rerata aktivitas xantin oksidase
29
Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% seledri tunggal Konsentrasi Ulangan Absorbans (ppm) 100
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.0930 0.9660 1.0890 1.1010 1.0430 1.1050 1.1720 1.1120 1.1340 1.2100 1.1800 1.1780 1.2700 1.2230 1.2670 1.4020 1.4080 1.4078 1.4610 1.4380 1.4560 1.5620 1.5190 1.5780 1.3610 1.4160 1.3890 1.4820 1.3430 1.3780
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 69.0337 83.6263 69.4933 68.1144 74.7788 67.6548 59.9563 66.8505 64.3226 55.5900 59.0371 59.2669 48.6959 54.0963 49.0406 33.5287 32.8393 32.8622 26.7494 29.3922 27.3239 15.1442 20.0850 13.3058 38.2397 31.9200 35.0224 24.3364 40.3079 36.2863
74.0511
% Inhibisi xantin oksidase 12.77
70.1827
17.33
63.7098
24.95
57.9647
31.72
50.6109
40.38
33.0767
61.04
27.8218
67.23
16.1783
80.94
35.0607
58.70
33.6436
60.37
Rerata aktivitas xantin oksidase
Kontrol negatif untuk uji enzimatis berbagai gabungan ekstrak Ulangan
Absorbans
1 2 3 Rerata
0.814 0.817 0.824
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 101.0916 100.7469 99.9425 100.5937
30
Persen inhibisi xantin oksidase gabungan ekstrak sidaguri:seledri:tempuyung Konsentrasi (ppm) 1:3,5:1
2:3,5:2
4:3,5:4
1:7:1
2:7:2
4:7:4
1:14:1
2:14:2
4:14:4
Ulangan
Absorbans
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.0730 1.0730 1.0630 1.2070 1.2000 1.2110 1.4180 1.4130 1.4140 1.2020 1.1770 1.2100 1.3070 1.3000 1.3200 1.5020 1.5020 1.5240 1.3220 1.3210 1.3380 1.4460 1.4490 1.4410 1.6020 1.5990 1.5830
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 71.3317 71.3317 72.4808 55.9347 56.7391 55.4751 31.6902 32.2647 32.1498 56.5092 59.3818 55.5900 44.4444 45.2488 42.9507 22.0384 22.0384 19.5105 42.7209 42.8358 40.8825 28.4729 28.1282 29.0475 10.5481 10.8928 12.7312
71.7147
% Inhibisi xantin oksidase 64.18
56.0496
44.28
32.0349
68.15
57.1604
43.18
44.2146
56.05
21.1958
78.93
42.1464
58.10
28.5495
71.62
11.3907
88.68
Rerata aktivitas xantin oksidase
Persen inhibisi xantin oksidase allopurinol (kontrol positif) Konsentrasi (ppm) 50
100
Ulangan
Absorbans
1 2 3 1 2 3
1.1170 1.1600 1.1130 1.4510 1.4410 1.4580
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 66.2760 61.3352 66.7356 27.8984 29.0475 27.0941
64.7823
% inhibisi xantin oksidase 35.60
28.0133
72.15
Rerata
31
Contoh perhitungan:
Y = a + bx Y = Absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi xantin setelah reaksi (konsentrasi sisa) Blanko Y = a + bx = 0,34 + 1,934x Y 0,954 = 0,34 + 1,9344x x = 0,3175 xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa x bereaksi = 0,7 – 0,3175 = 0,3825
Aktivitas xantin oksidase
xantin yang bereaksi mM Volume enzim L waktuinkubasi
Aktivitas xantin oksidase blanko
0,3175 mM mM 85,0052 /0 1. 10 L 45 menit L menit
Ekstrak etanol sidaguri (ulangan 1 konsentrasi 100 ppm) Y = 0,34 + 1,934x 1,161 = 0,34 + 1,9344x x = 0,4225 xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa x bereaksi = 0,7 – 0,4225 = 0,2755
Aktivitas xantin oksidase blanko
0,3175 mM mM 85,0052 1. 10/0 L 45 menit L menit
Persen Inhibisi
Aktivitas XO kontrol negatif aktivitas XO sampel 100 Aktivitas XO kontrol negatif
Persen Inhibisi
84,8903 58,5775 100% 31,00% 84,8903
32
Lampiran 9 Panjang gelombang maksimum standar asam urat
0.250
Absorbans
0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 400
450
500 513.2 Panjang gelombang (nm)
550
Kurva hubungan absorban dengan panjang gelombang (nm) Lampiran 10 Pembuatan kurva standar asam urat Konsentrasi asam urat (mg/dL)
Absorbans Ulangan 1 Ulangan 2
Rerata absorbans
0.10
0.0080
0.0080
0.0080
0.20 0.40
0.0110 0.0320
0.0130 0.0320
0.0120 0.0320
0.80 1.60
0.0490 0.0880
0.0480 0.0890
0.0485 0.0885
3.00 6.00
0.1390 0.2210
0.1390 0.2210
0.1390 0.2210
λ = 513.8
0.2500
Absorbans
0.2000 0.1500 0.1000
Y = 0.036x + 0.016 R² = 0.976
0.0500 0.0000 0.00 2.00 dengan konsentrasi 4.00 6.00 8.00 Kurva hubungan absorban rerata asam urat (mg/dL)
konsentrasi asam urat (mg/dL)
Kurva hubungan rerata absorban dengan konsentrasi asam urat (mg/dL)
600
33
Lampiran 11 Persen penurunan konsentrasi asam urat Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 1 (normal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.0570 0.0680 0.0850 0.0840 0.0840 0.0800 0.0670 0.0810 0.0860 0.0560
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.0590 0.0580 0.0710 0.0695 0.0810 0.0830 0.0850 0.0845 0.0800 0.0820 0.0810 0.0805 0.0690 0.0680 0.0860 0.0835 0.0810 0.0835 0.0580 0.0570 Rerata
[Asam urat] (mg/dl) 1.1667 1.4861 1.8611 1.9028 1.8333 1.7917 1.4444 1.8750 1.8750 1.1389 1.6375
Absorbans 1 0.0980 0.0810 0.0650 0.0670 0.0480 0.0840 0.1090 0.0700 0.0990 0.0990
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1000 0.0990 0.0830 0.0820 0.0740 0.0695 0.0730 0.0700 0.0430 0.0455 0.0860 0.0850 0.1090 0.1090 0.0730 0.0715 0.1000 0.0995 0.0970 0.0980
[asam urat] (mg/dl) 2.3056 1.8333 1.4861 1.5000 0.8194 1.9167 2.5833 1.5417 2.3194 2.2778 1.8583
Absorbans 1 0.0980 0.0820 0.0680 0.0690 0.0470 0.0850 0.1020 0.0750 0.0980 0.0980
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.0960 0.0970 2.2500 0.0910 0.0865 1.9583 0.0700 0.0690 1.4722 0.0690 0.0690 1.4722 0.0460 0.0465 0.8472 0.0800 0.0825 1.8472 0.1040 0.1030 2.4167 0.0730 0.0740 1.6111 0.0990 0.0985 2.2917 0.0930 0.0955 2.2083 1.8375
[asam urat] (mg/dl) 4.0833 3.5278 3.9306 3.7778 4.0556 4.1111 4.1667 2.9167 3.2778 4.1806 3.8028
Absorbans 1 0.1510 0.1350 0.1470 0.1430 0.1550 0.1480 0.1550 0.1160 0.1230 0.1560
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.1500 0.1505 3.7361 0.1350 0.1350 3.3056 0.1540 0.1505 3.7361 0.1430 0.1430 3.5278 0.1430 0.1490 3.6944 0.1530 0.1505 3.7361 0.1580 0.1565 3.9028 0.1160 0.1160 2.7778 0.1230 0.1230 2.9722 0.1540 0.1550 3.8611 3.5250
% Penurunan [asam urat] 2.4096 -6.8182 0.9346 1.8519 -3.3898 3.6232 6.4516 -4.5045 1.1976 3.0488 0.4805
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 2 (kontrol negatif) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.0940 0.0820 0.0930 0.1040 0.0720 0.0850 0.0880 0.0440 0.0490 0.0860
[Asam urat] (mg/dl) 2.1528 1.8889 2.1806 2.4167 1.6250 1.8611 1.9583 0.7361 0.8750 1.9444 1.7639
Absorbans 1 0.1620 0.1370 0.1570 0.1530 0.1670 0.1640 0.1610 0.1210 0.1380 0.1670
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1640 0.1630 0.1490 0.1430 0.1580 0.1575 0.1510 0.1520 0.1570 0.1620 0.1640 0.1640 0.1710 0.1660 0.1210 0.1210 0.1300 0.1340 0.1660 0.1665
% Penurunan [asam urat] 8.5034 6.2992 4.9470 6.6176 8.9041 9.1216 6.3333 4.7619 9.3220 7.6412 7.2451
33
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.0930 0.0935 0.0860 0.0840 0.0960 0.0945 0.1020 0.1030 0.0770 0.0745 0.0810 0.0830 0.0850 0.0865 0.0410 0.0425 0.0460 0.0475 0.0860 0.0860 Rerata
34
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 3 (kontrol positif/allopurinol) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.0870 0.0630 0.0680 0.0860 0.0860 0.0840 0.0800 0.0810 0.0810 0.0900
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.0870 0.0870 0.0640 0.0650 0.0680 0.0680 0.0860 0.0860 0.0865 0.0870 0.0845 0.0850 0.0810 0.0820 0.0830 0.0820 0.0830 0.0820 0.0900 0.0900 Rerata
[Asam urat] (mg/dl) 1.9722 1.3333 1.4444 1.9444 1.9583 1.9028 1.8056 1.8333 1.8333 2.0556
Absorbans 1 0.1770 0.1690 0.1710 0.1650 0.1680 0.1660 0.1740 0.1680 0.1840 0.1770
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1760 0.1765 0.1690 0.1690 0.1710 0.1710 0.1650 0.1650 0.1540 0.1610 0.1680 0.1670 0.1730 0.1735 0.1770 0.1725 0.1770 0.1805 0.1790 0.1780
1.8083
[Asam urat] (mg/dl) 4.4583 4.2500 4.3056 4.1389 4.0278 4.1944 4.3750 4.3472 4.5694 4.5000
Absorbans 1 0.0840 0.0740 0.0900 0.0690 0.0670 0.0860 0.0950 0.0910 0.0840 0.0960
4.3167
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.0840 0.0840 1.8889 0.0770 0.0755 1.6528 0.0900 0.0900 2.0556 0.0690 0.0690 1.4722 0.0670 0.0670 1.4167 0.0830 0.0845 1.9028 0.0930 0.0940 2.1667 0.0880 0.0895 2.0417 0.0830 0.0835 1.8750 0.0940 0.0950 2.1944 1.8667
% Penurunan [asam urat] 57.6324 61.1111 52.2581 64.4295 64.8276 54.6358 50.4762 53.0351 58.9666 51.2346 56.8607
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 4 (gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.0820 0.0590 0.0890 0.0610 0.0810 0.0740 0.0840 0.0820 0.0800 0.0800
[Asam urat] (mg/dl) 1.8333 1.1944 2.0278 1.2083 1.8056 1.6389 1.4583 1.8472 1.9028 1.7917 1.6708
Absorbans 1 0.1660 0.1740 0.1600 0.1580 0.1550 0.1630 0.1690 0.1750 0.1770 0.1570
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1690 0.1675 0.1850 0.1795 0.1710 0.1655 0.1590 0.1585 0.1590 0.1570 0.1650 0.1640 0.1620 0.1655 0.1760 0.1755 0.1740 0.1755 0.1580 0.1575
[Asam urat] (mg/dl) 4.2083 4.5417 4.1528 3.9583 3.9167 4.1111 4.1528 4.4306 4.4306 3.9306 4.1833
Absorbans 1 0.1130 0.1300 0.1050 0.1130 0.0980 0.1020 0.1160 0.1200 0.1180 0.1160
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.1100 0.1115 2.6528 0.1270 0.1285 3.1250 0.1050 0.1050 2.4722 0.1070 0.1100 2.6111 0.0920 0.0950 2.1944 0.1020 0.1020 2.3889 0.1130 0.1145 2.7361 0.1260 0.1230 2.9722 0.1150 0.1165 2.7917 0.1100 0.1130 2.6944 2.6639
% Penurunan [asam urat] 36.9637 31.1927 40.4682 34.0351 43.9716 41.8919 34.1137 32.9154 36.9906 31.4488 36.3992
34
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.0820 0.0820 0.0590 0.0590 0.0890 0.0890 0.0580 0.0595 0.0810 0.0810 0.0760 0.0750 0.0530 0.0685 0.0830 0.0825 0.0890 0.0845 0.0810 0.0805 Rerata
35
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 5 (gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.1150 0.0910 0.0530 0.0800 0.0720 0.0590 0.0670 0.1080 0.0850 0.0840
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.1180 0.1165 0.0920 0.0915 0.0520 0.0525 0.0800 0.0800 0.0710 0.0715 0.0590 0.0590 0.0650 0.0660 0.1100 0.1090 0.0860 0.0855 0.0840 0.0840 Rerata
[Asam urat] (mg/dl) 2.7917 2.0972 1.0139 1.7778 1.5417 1.1944 1.3889 2.5833 1.9306 1.8889 1.8208
Absorbans 1 0.1670 0.1650 0.1760 0.1500 0.1810 0.1740 0.1640 0.1590 0.1570 0.1420
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1600 0.1635 0.1670 0.1660 0.1700 0.1730 0.1580 0.1540 0.1750 0.1780 0.1780 0.1760 0.1640 0.1640 0.1590 0.1590 0.1590 0.1580 0.1490 0.1455
[Asam urat] (mg/dl) 4.0972 4.1667 4.3611 3.8333 4.5000 4.4444 4.1111 3.9722 3.9444 3.5972 4.1028
Absorbans 1 0.0970 0.0910 0.1030 0.0950 0.0960 0.1090 0.0840 0.0900 0.0950 0.0840
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.0970 0.0970 2.2500 0.0980 0.0945 2.1806 0.1050 0.1040 2.4444 0.0950 0.0950 2.1944 0.1020 0.0990 2.3056 0.1040 0.1065 2.5139 0.0970 0.0905 2.0694 0.0840 0.0870 1.9722 0.0900 0.0925 2.1250 0.0830 0.0835 1.8750 2.1931
% Penurunan [asam urat] 45.0847 47.6667 43.9490 42.7536 48.7654 43.4375 49.6622 50.3497 46.1268 47.8764 46.5672
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 6 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.1150 0.0870 0.0780 0.0790 0.0710 0.0620 0.0840 0.0810 0.0750 0.0870
[Asam urat] (mg/dl) 2.7639 1.9444 1.7083 1.7639 1.5000 1.2778 1.8750 1.6944 1.6528 1.8750 1.8056
Absorbans 1 0.1920 0.1590 0.1490 0.1590 0.1590 0.1680 0.1530 0.1590 0.1660 0.1650
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1900 0.1910 0.1510 0.1550 0.1530 0.1510 0.1590 0.1590 0.1700 0.1645 0.1700 0.1690 0.1550 0.1540 0.1570 0.1580 0.1710 0.1685 0.1640 0.1645
[Asam urat] (mg/dl) 4.8611 3.8611 3.7500 3.9722 4.1250 4.2500 3.8333 3.9444 4.2361 4.1250 4.0958
Absorbans 1 0.0790 0.0790 0.0680 0.0810 0.0770 0.0870 0.0700 0.0670 0.0690 0.0750
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.0790 0.0790 1.7500 0.0750 0.0770 1.6944 0.0700 0.0690 1.4722 0.0790 0.0800 1.7778 0.0760 0.0765 1.6806 0.0770 0.0820 1.8333 0.0660 0.0680 1.4444 0.0670 0.0760 1.6667 0.0830 0.0745 1.6250 0.0740 0.0745 1.6250 1.6569
% Penurunan [asam urat] 64.0000 56.1151 60.7407 55.2448 59.2593 56.8627 62.3188 57.7465 61.6393 60.6061 59.4533
35
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.1160 0.1155 0.0850 0.0860 0.0770 0.0775 0.0800 0.0795 0.0690 0.0700 0.0620 0.0620 0.0830 0.0835 0.0730 0.0770 0.0760 0.0755 0.0800 0.0835 Rerata
36
Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 7 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Absorbans 1 0.0870 0.0860 0.0920 0.0760 0.0950 0.0670 0.0680 0.0800 0.0990 0.0920
Darah 1(hari ke-0) Absorbans Rerata 2 0.0870 0.0870 0.0890 0.0875 0.0920 0.0920 0.0850 0.0805 0.0950 0.0950 0.0650 0.0660 0.0790 0.0735 0.0800 0.0800 0.0980 0.0985 0.1000 0.0960 Rerata
[Asam urat] (mg/dl) 1.9722 1.9861 2.1111 1.7917 2.1944 1.3889 1.5972 1.7778 2.2917 2.2222 1.9333
Absorbans 1 0.1610 0.1520 0.1850 0.1630 0.1620 0.1610 0.1730 0.1540 0.1950 0.1790
Darah 2 (hari ke-7) Absorbans Rerata 2 0.1520 0.1565 0.1540 0.1530 0.1820 0.1835 0.1640 0.1635 0.1670 0.1645 0.1590 0.1600 0.1700 0.1715 0.1500 0.1520 0.1840 0.1895 0.1770 0.1780
[Asam urat] (mg/dl) 3.9028 3.8056 4.6528 4.0972 4.1250 4.0000 4.3194 3.7778 4.8194 4.5000 4.2000
Absorbans 1 0.1270 0.1230 0.1320 0.1300 0.1370 0.1410 0.1300 0.1340 0.1320 0.1340
Darah 3 (hari k2-14) Absorbans [Asam urat] Rerata 2 (mg/dl) 0.1280 0.1275 3.0972 0.1230 0.1230 2.9722 0.1360 0.1340 3.2778 0.1300 0.1300 3.1667 0.1300 0.1335 3.2639 0.1420 0.1305 3.1806 0.1310 0.1345 3.2917 0.1350 0.1345 3.2917 0.1300 0.1310 3.1944 0.1340 0.1340 3.2778 3.2014
% Penurunan [asam urat] 20.6406 21.8978 29.5522 22.7119 20.8754 20.4861 23.7942 12.8676 33.7176 27.1605 23.3704
Contoh Perhitungan : ( ulangan 1 kelompok 1) Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi asam urat (mg/dL) Y = a + bx Y = 0,016 + 0,036x 0,0580 = 0,016 + 0,036x x = 1,1667 mg/dL Persen penurunan konsentrasi asam urat
8asam urat9:;<;= > 8asam urat9:;<;= ? 100% 8asam urat9:;<;= >
Persen penurunan konsentrasi asam urat
2,3056 2,2500 100% 2.4096 % 2,3056
36
37
Lampiran 12 Hasil analisis aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 1 (normal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bobot tikus (g) 365 339 361 355 335 313 318 335 334 340
Bobot hati total (g) 12.4130 12.2813 13.7263 13.2872 12.1983 11.9817 11.9172 12.9170 12.0118 12.1971
1 0.9650 0.9210 0.7930 0.8720 0.7070 0.7090 0.7490 0.7960 0.7960 0.9040
Absorbans 2 0.9640 0.9210 0.7920 0.8710 0.7100 0.7010 0.7500 0.8080 0.8060 0.8960 Rerata
rerata 0.9645 0.9210 0.7925 0.8715 0.7085 0.7050 0.7495 0.8020 0.8010 0.9000
xantin sisa (mM) 0.3229 0.3004 0.2340 0.2748 0.1905 0.1887 0.2117 0.2389 0.2384 0.2896
xantin bereaksi (mM) 0.3771 0.3996 0.4660 0.4252 0.5095 0.5113 0.4883 0.4611 0.4616 0.4104
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 418.9935 443.9848 517.8100 472.4233 566.0692 568.0800 542.5141 512.3521 512.9266 456.0496 501.1203
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 2 (kontrol negatif) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bobot tikus (g) 382 347 304 329 341 321 299 321 320 326
Bobot hati total (g) 13.6812 12.2795 12.5495 13.9945 13.5554 12.1173 11.9007 12.8360 11.9308 12.1161
1 0.9170 0.9040 0.9400 1.0130 1.0540 0.9670 0.9820 0.8340 0.8320 1.1280
Absorbans 2 0.9170 0.9870 0.9410 1.0130 1.0120 0.9420 0.9750 0.8320 0.8930 1.1240 Rerata
rerata 0.9170 0.9455 0.9405 1.0130 1.0330 0.9545 0.9785 0.8330 0.8625 1.1260
xantin sisa (mM) 0.2983 0.3131 0.3105 0.3480 0.3583 0.3177 0.3301 0.2549 0.2702 0.4064
xantin bereaksi (mM) 0.4017 0.3869 0.3895 0.3520 0.3417 0.3823 0.3699 0.4451 0.4298 0.2936
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 446.2829 429.9092 432.7818 391.1295 379.6392 424.7386 410.9502 494.5421 477.5939 326.2094 421.3777
37
38
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 3 (kontrol positif/allopurinol) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bobot tikus (g) 351 315 336 315 335 369 332 398 289 283
Bobot hati total (g) 14.0551 11.7562 13.1296 12.6326 12.7202 11.8118 12.1316 13.7699 9.6936 10.2031
1 1.4040 1.4020 1.4140 1.4920 1.5050 1.4860 1.4840 1.4890 1.3980 1.3920
Absorbans 2 1.4080 1.4060 1.4180 1.4840 1.4970 1.4780 1.4860 1.4910 1.3950 1.3890 Rerata
rerata 1.4060 1.4040 1.4160 1.4880 1.5010 1.4820 1.4850 1.4900 1.3965 1.3905
xantin sisa (mM) 0.5512 0.5502 0.5564 0.5936 0.6003 0.5905 0.5920 0.5946 0.5463 0.5432
xantin bereaksi (mM) 0.1488 0.1498 0.1436 0.1064 0.0997 0.1095 0.1080 0.1054 0.1537 0.1568
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 165.3453 166.4943 159.6001 118.2351 110.7664 121.6822 119.9586 117.0861 170.8032 174.2503 142.4222
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 4 (gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB) No
Bobot tikus (g)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
339 332 246 351 269 358 326 288 368 364
Bobot hati total (g) 12.32740 12.39310 11.56850 13.15900 10.49310 13.27990 11.87590 9.92250 12.79890 12.44370
1 1.2000 1.1810 1.1910 1.1880 1.1950 1.1610 1.1240 1.1800 1.1560 1.0300
Absorbans 2 1.1790 1.1850 1.1920 1.1860 1.1970 1.1730 1.1250 1.1810 1.1560 1.0510 Rerata
rerata 1.1895 1.1830 1.1915 1.1870 1.1960 1.1670 1.1245 1.1805 1.1560 1.0405
xantin sisa (mM) 0.4392 0.4359 0.4403 0.4380 0.4426 0.4276 0.4056 0.4346 0.4219 0.3622
xantin bereaksi (mM) 0.2608 0.2641 0.2597 0.2620 0.2574 0.2724 0.2944 0.2654 0.2781 0.3378
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 289.7277 293.4620 288.5787 291.1640 285.9933 302.6543 327.0711 294.8983 308.9739 375.3303 305.7854
38
39
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 5 (gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bobot tikus (g) 386 291 189 330 311 358 318 325 369 342
Bobot hati total (g) 12.0976 10.4036 11.2483 13.6645 13.5881 12.6958 12.4173 10.7890 13.9660 13.3033
1 1.2890 1.2700 1.2920 1.3040 1.3130 1.2790 1.3790 1.2450 1.1390 1.3590
Absorbans 2 1.2680 1.2740 1.2930 1.3060 1.3140 1.2800 1.3800 1.2450 1.1400 1.3660 Rerata
rerata 1.2785 1.2720 1.2925 1.3050 1.3135 1.2795 1.3795 1.2450 1.1395 1.3625
xantin sisa (mM) 0.4853 0.4819 0.4925 0.4990 0.5034 0.4858 0.5375 0.4679 0.4134 0.5287
xantin bereaksi (mM) 0.2147 0.2181 0.2075 0.2010 0.1966 0.2142 0.1625 0.2321 0.2866 0.1713
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 238.5959 242.3302 230.5527 223.3713 218.4879 238.0214 180.5699 257.8421 318.4534 190.3367 233.8561
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 6 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bobot tikus (g) 311 348 391 398 398 351 369 351 345 343
Bobot hati total (g) 11.1786 13.4634 16.1034 16.0507 13.7640 13.5338 14.5879 13.0406 13.9582 10.9552
1 1.3660 1.2640 1.4280 1.3430 1.4410 1.4340 1.3460 1.5830 1.3930 1.3540
Absorbans 2 1.3380 1.2640 1.4160 1.3450 1.4350 1.4450 1.3450 1.3830 1.3660 1.3540 Rerata
rerata 1.3520 1.2640 1.4220 1.3440 1.4380 1.4395 1.3455 1.4830 1.3795 1.3540
xantin sisa (mM) 0.5233 0.4778 0.5595 0.5191 0.5677 0.5685 0.5199 0.5910 0.5375 0.5243
xantin bereaksi (mM) 0.1767 0.2222 0.1405 0.1809 0.1323 0.1315 0.1801 0.1090 0.1625 0.1757
Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 196.3691 246.9263 156.1531 200.9652 146.9608 146.0990 200.1034 121.1077 180.5699 195.2200 35.8095
39
40
Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 7 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat) Absorbans xantin sisa xantin bereaksi Aktivitas xantin No Bobot tikus (g) Bobot hati total (g) (mM) (mM) oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata 1 382 14.2709 1.2560 1.2570 1.2565 0.4739 0.2261 251.2352 2 426 17.3942 1.3400 1.3410 1.3405 0.5173 0.1827 202.9760 3 372 12.2032 1.2990 1.3040 1.3015 0.4972 0.2028 225.3821 4 401 15.0466 1.1950 1.2080 1.2015 0.4454 0.2546 282.8335 5 342 11.9563 1.3130 1.2900 1.3015 0.4972 0.2028 225.3821 6 325 11.1282 1.2900 1.2950 1.2925 0.4925 0.2075 230.5527 7 365 13.1272 1.3510 1.3450 1.3480 0.5212 0.1788 198.6671 8 381 15.5397 1.3520 1.3380 1.3450 0.5196 0.1804 200.3907 9 302 12.9168 1.2810 1.2830 1.2820 0.4871 0.2129 236.5851 10 305 12.4799 1.1840 1.1860 1.1850 0.4369 0.2631 292.3130 Rerata 234.6317 Contoh Perhitungan : ( ulangan 1 kelompok 1) Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi xantin setelah reaksi (konsentrasi sisa) Y = a + bx Y = 0,34 + 1,934x 0,9645 = 0,34 + 1,9344x x = 0.3229 mM xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa = 0,7 – 0,3229 = 0,3771 mM xantin yang bereaksi mM faktor pengenceran 100% vol enzim L waktu inkubasi menit
Aktivitas xantin oksidase
mM 0,3771 mM 5 418,9935 1. 10/0L 45 menit L menit
40
Aktivitas xantin oksidase
41
Lampiran 13 Uji statistik 1. Konsentrasi asam urat pada hari ke-0 Analisis sidik ragam Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
F-tabel
p-value
Perlakuan
6
0.591
0.098
0.63
2.2464
0.7060
Galat
63
9.856
0.156
Total
69
10.447
Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan konsentrasi asam urat yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan konsentrasi asam urat yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung < F-tabel Kesimpulan : Terima H0 (semua perlakuan memberikan konsentrasi asam urat yang sama) 2. Persen penurunan konsentrasi asam urat untuk masing-masing kelompok (perlakuan) Analisis sidik ragam Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
F-tabel
p-value
Perlakuan
6
32782
5463.7
328.17
2.2464
0.0000
Galat
63
1048.9
16.6
Total
69
33831
Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan persen penurunan konsentrasi asam urat yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan Persen penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung > F-tabel Kesimpulan : Tolak H0 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan persen penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda) Untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda, dilakukan uji Duncan Rp = r0,05 (p,dbg)
KTG r
Tolak Ho jika |yi - yj| > Rp R2 = 3.647 R3 = 3.836 R4 = 3.961 R5 = 4.053 R6 = 4.123 R7 = 4.179
42
Urutan perlakuan y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
Mean
Keterangan
0.48 7.25 23.37 36.40 46.57 56.86 59.45
normal kontrol negatif gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB kontrol positif (allopurinol) gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB
Kombinasi perlakuan |y1-y2| = 6.76 > R2 |y1-y3| = 22.89 > R3 |y1-y4| = 35.92 > R4 |y1-y5| = 46.09 > R5 |y1-y6| = 56.38 > R6 |y1-y7| = 58.97 > R7 |y2-y3| = 16.13 > R2 |y2-y4| = 29.15 > R3 |y2-y5| = 39.32 > R4 |y2-y6| = 49.62 > R5 |y2-y7| = 52.21 > R6 |y3-y4| = 13.03 > R2 |y3-y5| = 23.20 > R3 |y3-y6| = 33.49 > R4 |y3-y7| = 36.08 > R5 |y4-y5| = 10.17 > R2 |y4-y6| = 20.46 > R3 |y4-y7| = 23.05 > R4 |y5-y6| = 10.29 > R2 |y5-y7| = 12.89 > R3 |y6-y7| = 2.59 < R2
tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho terima Ho
3. Aktivitas xantin oksidase untuk masing-masing kelompok (perlakuan) Analisis sidik ragam Sumber keragaman Perlakuan Galat Total
db 6 63 69
JK 1023688 92727 1116415
KT 170615 1472
F-hitung 115.92
F-tabel 2.2464
p-value 0.0000
Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan aktivitas xantin oksidase yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan aktivitas xantin oksidase yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung > F-tabel Kesimpulan : Tolak H0 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan aktivitas xantin oksidase yang berbeda.
43
Untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda, dilakukan uji Duncan Rp = r0,05 (p,dbg)
KTG r
Tolak Ho jika |yi - yj| > Rp R2 = 34.29 R3 = 36.07 R4 = 37.25 R5 = 38.10 R6 = 38.77 R7 = 39.30 Urutan perlakuan y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
Mean 142.4222 179.0475 233.8561 234.6317 305.7854 421.3777 501.1203
Kombinasi perlakuan : |y1-y2| = 36.6253 > |y1-y3| = 91.4340 > |y1-y4| = 92.2096 > |y1-y5| = 163.3632 > |y1-y6| = 278.9555 > |y1-y7| = 358.6982 > |y2-y3| = 54.8087 > |y2-y4| = 55.5843 > |y2-y5| = 126.7379 > |y2-y6| = 242.3302 > |y2-y7| = 322.0728 > |y3-y4| = 0.7756 < |y3-y5| = 71.9292 > |y3-y6| = 187.5215 > |y3-y7| = 267.2642 > |y4-y5| = 71.1536 > |y4-y6| = 186.7459 > |y4-y7| = 266.4886 > |y5-y6| = 115.5923 > |y5-y7| = 195.3349 > |y6-y7| = 79.7426 >
Keterangan kontrol positif (allopurinol) gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB kontrol negatif normal
R2 R3 R4 R5 R6 R7 R2 R3 R4 R5 R6 R2 R3 R4 R5 R2 R3 R4 R2 R3 R2
tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho terima Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho tolak Ho