AMTeQ 2015 Annual Meeting on Testing and Quality 2015
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PENELITI DENGAN METODE INTEGRASI SEVEN STEPS DAN OBJECTIVE MATRIX (STUDI KASUS: SEBUAH KELOMPOK PENELITIAN PADA LEMBAGA X) Sih Damayanti1,*, Tri Widianti1,** 1
Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan Puspiptek Gedung 417 Tangerang Selatan 15314, Banten korespondensi:
[email protected],*,|
[email protected],**
INTISARI Produktivitas pegawai merupakan faktor kunci sukses sebuah organisasi pada berbagai sektor. Untuk meningkatkan kinerjanya, sebuah organisasi harus selalu meningkatkan produktivitas pegawai dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pengukuran produktivitas pegawai harus senantiasa diperhatikan oleh organisasi, termasuk juga organisasi penelitian. Sayangnya, hingga saat ini, pengukuran produktivitas pegawai, terutama peneliti, pada organisasi penelitian masih sangat jarang dibahas dalam literatur. Mengingat hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas peneliti pada sebuah organisasi penelitian. Studi kasus dilakukan pada sebuah kelompok penelitian di Lembaga X selama periode 20122014. Metodologi yang digunakan adalah metode integrasi dari seven steps methodology dan objective matrix. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai produktivitas peneliti sebuah kelompok penelitian di Lembaga X bekisar antara 133,32 sampai dengan 733,26 dari nilai produktivitas maksimal 1.000. Kata kunci: pengukuran produktivitas, organisasi penelitian, seven steps methodology, objective matrix, peneliti
ABSTRACT Employee productivity is a key success factor of organization in any sectors. To improve the performance, an organization always have to improve an employee productivity all the time. Therefore, an employee productivity measurement should be considered by organizations, including research organizations. Unfortunately, an employee productivity measurement especially researchers of research organization is rarely discussed in the literature. Given that, the purpose of this study was to measure the productivity of researchers in a research organization. Case study was conducted in a research group of institute X during 2012-2014. The methodology used in this study is integration method of seven steps methodology and objective matrix. The results showed that the value of the productivity of reseacher in a research group of institute X ranged between 133.32 to 733.26 of the maximum value of 1.000. Keywords: productivity measurement, research organization, seven steps methodology, objective matrix, reseacher
1.
PENDAHULUAN
Pada era yang penuh dengan persaingan, peningkatan produktivitas merupakan hal yang harus dilakukan oleh organisasi [1-3]. Produktivitas secara umum diartikan sebagai rasio antara output dan input, perbandingan antara jumlah keluaran yang dihasilkan (produk atau jasa) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan [1,4]. Sedangkan peningkatan produktivitas diartikan sebagai peningkatan pada nilai rasio terhadap 280 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi terhadap sumber daya yang digunakan [4]. Pengukuran produktivitas merupakan aspek penting dalam upaya peningkatan produktivitas sebuah organisasi [2,5]. Agar dapat meningkatkan produktivitas, organisasi harus dapat melakukan pengukuran produktivitas [2,5]. Lebih jelas, pengukuran produktivitas juga dapat dijadikan acuan dalam usaha peningkatkan produktivitas organisasi pada khususnya dan kinerja organisasi pada umumnya [5]. Pengukuran produktivitas dapat mempengaruhi perilaku manusia dan sistem [5]. Hasil dari pengukuran produktivitas dapat digunakan untuk memantau perubahan tingkat produktivitas dan memberikan arahan dalam upaya perbaikan [5]. Lebih jelas, sebuah organisasi harus mampu mengorganisir dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia pada tingkat yang produktif untuk mencapai tujuan organisasi [5,6]. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai pengukuran produktivitas pegawai baik di industri manufaktur ataupun jasa [6-10]. Hal tersebut mengingat pegawai merupakan sumber daya utama organisasi yang berperan menjalankan proses bisnis untuk mencapai tujuan organisasi [6] sehingga harus mendapatkan perhatian lebih. “Efisien dan efektifnya suatu organisasi tergantung pada baik buruknya pengembangan sumber daya dalam organisasi tersebut, mengingat sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang vital dalam organisasi” [6]. Oleh karena itu, pegawai sebagai sumber daya utama dalam organisasi dimanfaatkan dengan optimal. Dalam organisasi penelitian, peneliti merupakan sumber daya utama organisasi. Beberapa penelitian telah membahas mengenai pengukuran produktivitas organisasi penelitian, namun jarang yang membahas mengenai pengukuran produktivitas peneliti secara khusus. Padahal pengukuran produktivitas peneliti memegang peranan penting untuk mengevaluasi kinerja peneliti dan juga kelayakan pemberian tunjangan peneliti. Evaluasi terhadap produktivitas peneliti dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan strategis peningkatan produktivitas peneliti. Selain itu, pengukuran produktivitas dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan mutu peneliti terkait hasil penelitian. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengukuran produktivitas peneliti pada organisasi penelitian dengan studi kasus sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas peneliti sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi produktivitas peneliti obyek penelitian dan juga dapat dijadikan referensi dalam melakukan pengukuran produktivitas peneliti pada umumnya. Penelitian ini akan menggunakan metodologi integrasi antara seven steps methodology dan objective matrix. Pemilihan metodologi ini didasari beberapa pertimbangan. Pertama, integrasi kedua metode tersebut akan memberikan hasil pengukuran produktivitas yang sesuai dengan misi yang diemban oleh obyek yang diukur produktivitasnya dan mudah dipahami. Kedua, integrasi kedua metode tersebut memungkinkan pengukuran produktivitas dilakukan secara sistematis tetapi tetap dapat memperoleh angka produktivitas yang mempertimbangkan target dan kemampuan terburuk dari obyek yang diukur. Ketiga, peneliti memiliki tugas utama untuk 281 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
melakukan penelitian. Kegiatan penelitian memiliki output yang beragam. Hal ini bisa diakomodasi dengan menggunakan metodologi integrasi antara seven steps methodology dan objective matrix. Keempat, sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada tulisan yang berusaha mengintegrasikan seven steps methodology dan objective matrix untuk mengukur produktivitas kelompok penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dapat mengisi kesenjangan yang ada dalam literatur.
2.
DASAR TEORI
2.1. Produktivitas Produktivitas secara umum didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara keluaran terhadap masukan (sumberdaya) [1-3]. Konsep produktivitas yang di sampaikan oleh [11] ada dua yaitu terkait dengan besarnya sumberdaya yang digunakan untuk memperoleh hasil serta tingkat usaha yang diberikan dalam rangka mencapai hasil optimal dengan sumberdaya minimal. Ruang lingkup produktivitas dibagi menjadi empat yaitu lingkup nasional, industri, organisasi serta perorangan [11]. Ada tiga variabel terkait dengan produktivitas yaitu tenaga kerja, modal dan manajemen [12]. Manajemen disebutkan oleh [12], merupakan variabel yang memiliki kontribusi paling besar terhadap peningkatan produktivitas. Jenis produktivitas oleh [13] dibagi menjadi tiga yaitu produktivitas total, parsial dan faktor total. Produktivitas total adalah gambaran produktivitas keseluruhan yang melibatkan seluruh komponen masukan dan biasanya digunakan untuk lingkup perusahaan atau organisasi [14]. Sedangkan produktivitas parsial hanya membandingkan keluaran terhadap satu faktor masukan [14]. Pada produktivitas terdapat tiga unsur yaitu efisiensi, efektivitas dan kualitas [13]. Ketiga unsur ini menjelaskan bahwa dalam produktivitas terdapat tiga pendekatan yaitu output-input (efisiensi), pencapaian target terhadap waktu dan kualitas (efektivitas), dan kualitas input-output [14]. 2.2. Produktivitas Karyawan Karyawan atau tenaga kerja merupakan elemen kunci penentu keberhasilan aktivitas produksi organisasi atau perusahaan [15]. Produktivitas karyawan merupakan gambaran parsial dari produktivitas perusahaan (produktivitas total) [14]. Produktivitas karyawan merupakan produktivitas kerja yang diukur dari hasil kerja karyawan [16]. Pendapat lain disampaikan oleh Yuniarsih [17] yang menyatakan produktivitas kerja adalah hasil nyata yang dihasilkan oleh individu atau kelompok dalam rentang waktu tertentu dalam proses kerja. Produktivitas kerja dapat diukur dari dua tolak ukur yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai [18]. Produktivitas fisik dihubungkan terhadap hasil kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan karyawan sedangkan produktivitas nilai dilihat dari indikator kemampuan, sikap perilaku, disiplin, motivasi dan komitmen karyawan terhadap pekerjaannya [18]. 2.3. Produktivitas Peneliti Pada PERKA LIPI No 2 tahun 2014, peneliti didefinisikan sebagai “insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang keilmuan yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” [19]. Jika mengacu pada definisi tersebut maka produktivitas peneliti merupakan produktivitas kerja para peneliti dalam melaksanakan tugas penelitian. Produktivitas peneliti penting 282 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
karena merupakan produktivitas parsial yang akan mempengaruhi produktivitas total lembaga penelitian [14]. Kriteria produktivitas dalam pengukuran produktivitas penting ditentukan karena kriteria ini merupakan ukuran yang dapat menggambarkan produktivitas [20]. Terkait dengan produktivitas peneliti, jika mengacu pada Perka LIPI No.2 tahun 2014, maka kriteria capaian kerja peneliti adalah publikasi ilmiah, HAKI, serta kegiatan diseminasi. Pendapat lain disampaikan oleh Altman [21] yang menyampaikan bahwa kriteria produktivitas kerja peneliti dapat dilihat dari jumlah publikasi ilmiah, jumlah sitasi, h-indeks, dan g-indeks. 2.4. Objective Matrix (OMAX) Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang di kembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja, dengan rasio produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut [7,4,2226]. Model ini diciptakan oleh Prof. James L. Riggs, seorang ahli produktivitas dari Amerika Serikat. Matriks ini berasal dari usaha-usaha beliau untuk mengkuantifikasikan perawatan yang di landasi kasih sayang (tender loving care) dalam studi produktivitas rumah sakit pada tahun 1975 [25]. Walau tidak sepenuhnya memuaskan para perawat, suatu skema multidimensional untuk menyertakan Tender Loving Care dalam pengukuran unjuk kerja telah dirancang [25]. Elemen – elemen yang terdapat dalam Tabel Objectives Matrix adalah sebagai berikut [14]: 1) Productivity Criteria, dapat merupakan bagian dari elemen efisiensi, efektivitas, kualitas, dan elemen-elemen lainnya dan penentuannya dilakukan oleh pihak manajemen. 2) Performance merupakan nilai aktual dari kinerja perusahaan pada periode tertentu. 3) Scores dari 0 – 10 berfungsi untuk menormalisasi nilai aktual dari kinerja yang diperoleh. Angka yang dibulatkan menunjukkan posisi nilai aktual kinerja terhadap skor pada tabel Objectives Matrix. 4) Score merupakan baris dimana konversi dari nilai aktual kinerja ke skor Objectives Matrix diletakkan. 5) Weight adalah nilai bobot dari kriteria produktivitas yang ditentukan oleh manajemen. 6) Value adalah perkalian dari nilai skor dan nilai bobot. 7) Index merupakan hasil penjumlahan dari nilai Value untuk setiap kriteria produktivitas. Model pengukuran ini mempunyai ciri yang unik, yaitu kriteria performansi kelompok kerja digabungkan ke dalam suatu matriks [14]. Setiap kriteria performansi memiliki sasaran berupa jalur khusus menu perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingan terhadap tujuan produktivitas [14]. Hasil akhir dari pengukuran ini adalah nilai tunggal untuk kelompok kerja. Kelebihan model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain: relatif sederhana dan mudah dipahami; mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus; datanya mudah diperoleh; lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi [24].
283 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2.5. Seven Steps Methodology Metode seven steps merupakan metode yang ditemukan oleh Brinkerhoff and Dressler pada tahun 1998 yang ditujukan sebagai cara untuk mengukur produktivitas [27]. Pengukuran produktivitas dengan seven steps diawali dengan pernyataan misi organisasi. Misi ini harus dapat mencerminkan tujuan utama dan pelanggan organisasi. Langkah kedua adalah proses identifikasi terhadap harapan pelanggan organisasi [27,28]. Harapan ini harus jelas dan mencerminkan mutu yang dibutuhkan dan diharapkan oleh pelanggan [27,28]. Langkah ketiga adalah melakukan identifikasi keluaran kunci yang selaras dengan misi, serta memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dan mempertimbangkan sumberdaya utama organisasi [27,28]. Langkah ke empat adalah identifikasi dan penjelasan fungsi organsiasi yang mencerminkan kegiatan organisasi dan sumberdaya dan menjelaskan proses pencapaian keluaran kunci [27,28]. Langkah kelima adalah memilih pengukuran keluaran dengan cara memilih teknik pengukuran yang efektif menghasilkan informasi produktivitas dan kualitas yang bersifat praktis dan berguna [27,28]. Langkah keenam adalah pemilihan teknik pengukuran masukan yang bersifat kritis terhadap keluaran [27,28]. Langkah ketujuh adalah pembentukan indeks produktivitas yang sederhana, sensitif dan bermanfaat yang mencerminkan ukuran produktivitas [27,28].
3.
METODOLOGI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur produktivitas peneliti sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Penelitian dilakukan pada peneliti yang tergabung dalam sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Kelompok penelitian tersebut terdiri dari 2 peneliti madya (aktif) dan 2 peneliti pertama (non aktif/tugas belajar). Penelitian ini dibatasi hanya dilakukan pada peneliti yang saat ini aktif dalam aktivitas penelitian. Lebih lanjut, penelitian ini juga dibatasi pada periode 2012-2014. Pengukuran produktivitas peneliti dilakukan dengan pengukuran produktivitas parsial dengan mengintegrasikan dua metodologi yaitu seven steps methodology dan objective matrix. Seven steps methodology pada penelitian ini digunakan untuk membangun kriteria indeks pengukuran produktivitas peneliti. Keluaran dari metode ini adalah input, output, serta kriteria yang dipertimbangkan dalampengukuran produktivitas peneliti. Objective matrix digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas peneliti berdasarkan kriteria yang dihasilkan dalam seven steps methodology. Secara ringkas, tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Metode penelitian
284 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
1) Pembangunan Indeks Pengukuran Tahap ini bertujuan untuk menentukan indikator input kunci, output kunci, dan kriteria pengukuran produktivitas. Metode yang dilakukan adalah Seven Steps Methodology. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Langkah 1: Mission Statement (Pernyataan misi) Langkah ini bertujuan untuk memahami misi utama dari peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X. Berdasarkan PERKA LIPI nomor 2 tahun 2014 tentang petunjuk teknis jabatan funsional peneliti, peneliti didefinisikan sebagai insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang keilmuan yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa misi utama seorang peneliti adalah melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara spesifik, berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.128 tahun 1967, lembaga tempat kelompok penelitian obyek studi kasus memiliki tugas untuk melakukan penelitian keilmuan yang bersifat mendasar dan keilmuan multidisiplin terfokus. Berdasarkan uraian tersebut, misi utama dari peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X adalah melakukan penelitian ilmu pengetahuan. b) Langkah 2: Expectation (ekspektasi) Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi ekspektasi terhadap hasil pekerjaan peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X. Mengacu pada PERKA LIPI nomor 2 tahun 2014 tentang petunjuk teknis jabatan funsional peneliti, unsur utama penilaian peneliti adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI). Berdasarkan hal itu, dirumuskan bahwa ekspektasi terhadap hasil pekerjaan peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X adalah dihasilkannya hasil penelitian (pengetahuan) dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah. c) Langkah 3: Key Outputs (output kunci) Langkah ini bertujuan untuk mengetahui output kunci dari peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X. Berdasarkan PERKA LIPI Nomor 04/E/2009 tentang standar kompetensi jabatan fungsional peneliti, hasil kerja minimal peneliti madya adalah bimbingan kader peneliti dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku penerbit nasional. Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa KTI yang masuk dalam lingkup peneliti madya adalah KTI yang sama atau lebih bagus kualitasnya dari KTI yang terbit dalam bentuk bagian buku penerbit nasional atau KTI dengan angka kredit (AK) minimal sama dengan 15. KTI yang masuk dalam standar kompetensi peneliti madya adalah KTI yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit internasional (AK 40), KTI yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit nasional (AK 30), KTI yang menjadi bagian dari buku oleh penerbit internasional (AK 20), KTI yang menjadi bagian dari buku oleh penerbit nasional (AK 15), KTI yang terbit dalam majalah ilmiah internasional (AK 40), KTI yang terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi (AK 25) dan KTI yang terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah internasional (AK 15). Selain itu, output lainnya yang dapat dipertimbangkan juga sitasi atas KTI yang telah diterbitkan. Hal ini mengingat dokumen Penetapan Kinerja Kelompok Penelitian mencantumkan hal tersebut. d) Langkah 4: Major Functions (Fungsi utama) Langkah ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan peneliti sebuah kelompok penelitian Lembaga X dan input yang dibutuhkan dalam menghasilkan output kunci. Berdasarkan 285 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
diskusi dengan anggota Kelompok Penelitian, kegiatan Penelitian pada kelompok penelitian Lembaga X dapat dilakukan secara individu dan kelompok. Penilaian kontribusi masing-masing peneliti pada KTI hasil penelitian kelompok dibagi berdasarkan ketentuan yang berlaku, yaitu PERKA LIPI nomor 2 tahun 2014. Dalam kegiatan penelitian, input kunci yang dapat diukur dan mempengaruhi terciptanya hasil penelitian adalah anggaran untuk penelitian, tunjangan yang diperoleh peneliti, total peneliti yang tergabung dalam setiap penelitian dan total waktu kerja peneliti. e) Langkah 5: Output Measurement Selection (pemilihan output pengukuran) Langkah ini bertujuan untuk memilih output kunci yang akan digunakan dalam pengukuran produktivitas peneliti kelompok penelitian di Lembaga X. Output yang digunakan dalam pengukuran produktivitas peneliti adalah total kontribusi peneliti pada total KTI yang telah dipublikasikan dan jumlah sitasi KTI pada peneliti terkait. KTI yang diperhitungkan adalah KTI yang masuk dalam standar minimal kompetensi peneliti madya dimana bobot pada masing-masing KTI publikasi telah disesuaikan dengan standar minimal kompetensi peneliti madya yaitu KTI terbit dalam bentuk bagian buku penerbit nasional. Dengan asumsi bahwa jika KTI yang dipublikasikan lebih bagus dari standar minimal kompetensi peneliti diartikan bahwa peneliti telah memenuhi standar minimal tersebut dan hasilnya dikonversikan ke dalam standar minimal kompetensi peneliti. Sebagai contoh, jika KTI peneliti dipublikasikan sebagai majalah ilmiah terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi dengan angka kredit 25, diasumsikan bahwa KTI tersebut setara dengan 1,667 KTI terbit dalam bentuk bagian buku penerbit nasional. f) Langkah 6: Input Measurement Selection (pemilihan input pengukuran) Langkah ini bertujuan untuk memilih input kunci yang akan digunakan dalam pengukuran produktivitas peneliti kelompok penelitian di Lembaga X. Dalam hal ini, input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas peneliti ini adalah total waktu kerja peneliti (tahun), total publikasi KTI peneliti dan total tunjangan peneliti, tunjangan yang diterima yang berkaitan dengan jabatan fungsionalnya sebagai peneliti (juta/tahun). g) Langkah 7: Index contruction (pembangunan indeks) Langkah yang terakhir adalah pembangunan indeks (rasio), menghubungkan antara output kunci dan input kunci pengukuran. Dengan kata lain, langkah ini bertujuan untuk menentukan kriteria pengukuran produktivitas peneliti kelompok penelitian di Lembaga X. Dalam hal ini, diperoleh tiga kriteria sebagai berikut: Kriteria 1: produktivitas terhadap waktu kerja Œ•Ž`• •‘’•8“`”8 •Œ–
Kriteria 2: produktivitas terhadap tunjangan peneliti Œ•Ž`• •‘’•8“`”8 •Œ–
Kriteria 3: produktivitas sitasi terhadap jumlah publikasi KTI Œ•Ž`• ”8Ž`”8 •Œ–
(1)
(2)
(3)
286 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Setiap kriteria di atas memiliki bobot. Bobot merupakan derajat kepentingan dari kriteria yang dinyatakan dalam satuan persen (%), total bobot dari semua kriteria bernilai 100%. Pada kriteria produktivitas peneliti dalam penelitian ini, derajat kepentingan antara kriteria 1, kriteria 2 dan kriteria 3 adalah sama 33,33%, 33,33% dan 33,33%. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa ketiga kriteria tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dan diwajibkan pencapaiannya dalam dokumen penetapan kinerja tanpa urutan prioritas. 2) Pengumpulan Data untuk Pengukuran Produktivitas Setelah diperoleh kriteria dan bobot dari setiap kriteria pengukuran produktivitas, tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yang terkait kriteria produktivitas. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan adalah jumlah publikasi ilmiah, jenis publikasi ilmiah, data penulis publikasi ilmiah, waktu kerja peneliti, tunjangan peneliti (tunjangan fungsional dan tunjangan kinerja), dan jumlah sitasi. Data dikumpulkan dengan sumber data berasal dari peneliti yang bersangkutan maupun data sekunder. Untuk jumlah sitasi, acuan yang digunakan adalah jumlah sitasi berdasarkan Google scholar. Mengingat periode pengukuran produktivitas yang dilakukan adalah 2012-2014 sedangkan kelompok penelitian obyek studi baru terbentuk pada tahun 2014, data 2012-2013 diperoleh berdasarkan data peneliti yang pada tahun 2014 menjadi anggota kelompok penelitian obyek studi. 3) Pengukuran Produktivitas Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengukuran produktivitas dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a) Langkah pertama: Perhitungan rasio produktivitas Dalam hal ini terdapat dua jenis rasio produktivita yang dihitung, yaitu rasio produktivitas target dan rasio produktivitas actual. Rasio produktivitas target dihitung berdasarkan data target kelompok penelitian dalam dokumen penetapan kinerja. Sedangkan rasio aktual dihitung untuk periode 2012-2014. Pada langkah ini, diidentifikasi rasio aktual rata-rata, rasio terbaik, dan rasio terburuk untuk setiap peneliti. b) Langkah kedua: Menentukan level produktivitas Dalam OMAX, level produktivitas ditentukan menjadi 10 level, dengan 0 sebagai level terendah dan 10 sebagai level tertinggi. Rasio produktivitas aktual rata-rata peneliti terendah menjadi level produktivitas standar. Rasio produktivitas aktual terburuk peneliti terendah menjadi level terendah (0) dan Rasio produktivitas target menjadi level tertinggi (10). Setelah itu, dibuat nilai rasio produktivitas aktual untuk level yang lainnya. Lebih lanjut, rasio produktivitas aktual setiap peneliti kemudian dapat ditentukan levelnya. c) Langkah ketiga: Mengukur indikator produktivitas Pengukuran indikator produktivitas dilakukan dengan menggunakan rumus: Nilai Indikator Produktivitas = (Bobot Kriteria1 X Level Kriteria 1) + (Bobot Kriteria2 X Level Kriteria 2) + (Bobot Kriteria3 X Level Kriteria 3) (4)
287 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan Rasio Produktivitas Data output dan input produktivitas peneliti diubah kedalam rasio produktivitas. Rasio produktivitas peneliti untuk masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata rasio kriteria 1, 2, dan 3 secara berturut adalah 4,152, 0,050, dan 3,684. Nilai rata-rata ini digunakan pada matriks OMAX sebagai nilai standar level 3. Sedangkan nilai rasio terburuk yaitu 0,229, 0,003, dan 0,104 dari kriteria 1, 2, dan 3 dijadikan sebagai level dasar matriks OMAX (level 0). Tabel 1. Rasio produktivitas peneliti Kriteria produktivitas peneliti Target Aktual 2012 2013 2014 Rata-rata Rasio terbaik Rasio terburuk
Kriteria 1 7.333
Kriteria 2 0.089
Kriteria 3 9.545
6.747 1.667 1.067 0.229 9.587 5.613 4.152 9.587 0.229
0.082 0.02 0.013 0.003 0.116 0.068 0.05 0.116 0.003
4.298 6.6 6.563 4.36 0.104 0.178 3.684 6.6 0.104
4.2. Pengukuran Indikator Produktivitas Pengukuran indikator produktivitas peneliti pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 di bawah ini: Tabel 2. Indikator produktivitas peneliti 1 Kriteria Produktivitas Target
Produktivitas standar
Skor Bobot % Nilai Indikator produktivitas
1 6.747
2012 2 0.082
3 4.298
1 1.067
2013 2 0.013
3 6.563
1 9.587
2014 2 0.116
3 0.104
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
4.152 2.844 1.537 0.229 1 33.33 33.33
0.05 0.034 0.019 0.003 1 33.33 33.33
3.684 2.491 1.298 0.104 7 33.33 233.31
4.152 2.844 1.537 0.229 0 33.33 0
0.05 0.034 0.019 0.003 0 33.33 0
3.684 2.491 1.298 0.104 4 33.33 133.32
4.152 2.844 1.537 0.229 6 33.33 199.98
0.05 0.034 0.019 0.003 6 33.33 199.98
3.684 2.491 1.298 0.104 1 33.33 33.33
299.97
133.32
Level 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
433.29
288 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Tabel 3. Indikator produktivitas peneliti 2 Kriteria Produktivitas Target
Produktivitas standar
Skor Bobot % Nilai Indikator produktivitas
1 6.747
2012 2 0.082
3 4.298
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
4.152 2.844 1.537 0.229 9 33.33 299.97
0.05 0.034 0.019 0.003 9 33.33 299.97 733.26
1 1.067
2013 2 0.013
3 6.563
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
3.684 2.491 1.298 0.104 4 33.33 133.32
4.152 2.844 1.537 0.229 1 33.33 33.33
0.05 0.034 0.019 0.003 1 33.33 33.33 266.64
1 9.587
2014 2 0.116
3 0.104
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
7.333 6.879 6.424 5.97 5.515 5.061 4.606
0.089 0.083 0.078 0.072 0.067 0.061 0.056
9.545 8.708 7.871 7.033 6.196 5.359 4.521
3.684 2.491 1.298 0.104 6 33.33 199.98
4.152 2.844 1.537 0.229 10 33.33 333.3
0.05 0.034 0.019 0.003 10 33.33 333.3
3.684 2.491 1.298 0.104 0 33.33 0
Level 10 9 8 7 6 5 4
666.6
4.3. Pembahasan Berdasarkan pada Tabel 2, terlihat bahwa indikator produktivitas paling tinggi pada peneliti 1 adalah pada tahun 2012 dengan nilai indikator produktivitas 733,26. Sama besarnya bobot pada kriteria 1, 2, dan 3 (33%) menjadikan nilai skor kriteria yang menjadi penentu besarnya peran setiap kriteria pada indikator produktivitas. Kriteria 1 dan 2 pada peneliti 1 menjadi penentu besarnya nilai indikator produktivitas, karena nilai skor pada kriteria 1 dan 2 adalah 9 sedangkan pada kriteria 3 skornya 4. Sedangkan pada peneliti 2, jika melihat pada hasil analisis pada Tabel 4, indikator produktivitas paling tinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 433,29, dengan kontribusi skor tertinggi berasal dari kriteria 1 dan 2 yaitu 6. Kriteria 3 memiliki skor rendah yaitu 1 sehingga bisa disimpulkan perannya dalam menentukan indikator produktivitas lebih rendah dibandingkan kriteria 1 dan 2. Jika membandingkan Tabel 2 dan 3 maka terlihat indikator produktivitas terendah terjadi pada tahun 2013. Kondisi ini berlaku untuk kedua peneliti dengan masingmasing nilai indikator produktivitas peneliti 1 dan 2 adalah 266,4 dan 133,22. Penurunan indikator produktivitas pada peneliti 1 terjadi karena turunnya nilai skor pada kriteria 1 dan 2. Pada peneliti 1, terjadi penurunan nilai skor dari 9 menjadi 1. Sedangkan pada peneliti 2, turunnya indikator produktivitas karena penurunan nilai skor kriteria 3 dari 7 ke nilai 4. Kriteria 1 dan 2 juga tidak dapat memberikan peran dalam indikator produktivitas karena berada pada level 0 atau skornya 0, sehingga indikator produktivitas peneliti 2 pada tahun 2013 hanya ditentukan oleh kriteria 3. Jika indikator produktivitas pada tahun 2013 dibandingkan terhadap nilai indikator produktivitas pada tahun 2014, Tabel 2 dan 3 menunjukkan terdapat peningkatan nilai indikator produktivas menjadi 666.66 (peneliti 1) dan 433.29 (peneliti 2). Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan skor pada kriteria 1 dan 2 yaitu nilai 10 dari skor 1 pada peneliti 1 dan nilai 6 dari 0 pada peneliti 2. Jika melihat hasil analisis pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada peneliti 1 kenaikan dan penurunan nilai indikator 289 ISSN 1907-7459
3 2 1 0
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
produktivitas bergantung pada besar kecilnya penurunan atau kenaikan skor pada kriteria 1 dan 2. Sedangkan pada peneliti 2, dapat dianalisis bahwa kriteria 1 dan 2 mempengaruhi kenaikan indikator produktivitas sedangkan kriteria penurunan indikator produktivitas secara signifikan disebabkan karena penurunan skor kriteria 3 dan turunnya skor 1 dan 2 pada level 0 sehingga tidak dapat memberikan kontribusi pada nilai indikator produktivitas. Tren atau kecenderungan perubahan nilai indikator produktivitas pada penelit 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 di bawah ini: 800 700 600 500 400
Penelliti 1
300
Peneliti 2
200 100 0 2012
2013
2014
Gambar 2. Grafik indikator produktivitas peneliti tahun 2012-2014 250% 200% 150% 100%
Peneliti 1
50%
peneliti 2
0% -50%
2012
2013
2014
-100%
Gambar 3. Grafik indeks perubahan produktivitas peneliti dari periode sebelumnya
Jika melihat pada Gambar 2 dan 3 terlihat terdapat kecenderungan penurunan indikator produktivitas dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini terjadi pada peneliti 1 maupun peneliti 2. Tren nilai indikator produktivitas kembali meningkat pada tahun 2014. Persentase penurunan indikator produktivitas pada peneliti 1 sebesar 63 % dan pada peneliti 55%. Nilai tersebut diperoleh dari perbandingan selisih nilai indikator produktivitas tahun 2012-2013 dibagi dengan nilai indikator tahun 2012. Sedangkan besar kenaikan dari indikator produktivitas dari tahun 2013 ke 2014 untuk peneliti 1 adalah 150% dan untuk peneliti 2 adalah 225 %. Walaupun terjadi kenaikan yang cukup besar pada tahun 2014, namun jika dilihat secara keseluruhan dari tahun 2012 sampai 2014 indikator produktivitas menunjukkan nilai yang tidak stabil. Ketidakstabilan produktivitas peneliti ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Jika dilihat berdasarkan kriteria 1 (perbandingan jumlah publikasi KTI terhadap waktu kerja), kriteria 2 (perbandingan antara jumlah publikasi KTI terhadap tunjangan peneliti), dan kriteria 3 (perbandingan jumlah sitasi KTI terhadap jumlah publikasi KTI) 290 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
maka ketidakstabilan indikator produktivitas dapat disebabkan oleh kurangnya pengendalian waktu kerja, kurangnya penghargaan terhadap peneliti yang produktif serta kurang tepatnya pemilihan media publikasi KTI. Kurangnya pengendalian waktu kerja dapat diperbaiki dengan analisis beban kerja yang tepat bagi peneliti dengan tidak memberikan tugas tambahan yang diluar tupoksi peneliti sedangkan untuk meningkatkan jumlah sitasi dapat dilakukan dengan mendorong peneliti melakukan publikasi ilmiah di media publikasi yang terindeks misalnya terindeks scopus, sehingga kalangan akademisi dapat dengan mudah memperoleh hasil publikasi KTI peneliti.
5.
KESIMPULAN
Sekarang ini, perlu dilakukan pengukuran terhadap produktivitas peneliti pada organisasi penelitian untuk mengetahui tingkat produktivitas peneliti dalam menghasilkan output penelitian. Pada tingkat selanjutnya ini dapat digunakan untuk menetapkan strategi optimalisasi produktivitas peneliti untuk meningkatkan daya saing organisasi. Dalam kaitan itu, tulisan ini bertujuan untuk untuk mengukur produktivitas peneliti sebuah kelompok penelitian di Lembaga X dalam periode 2012-2014. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan integrasi dua metode, yaitu seven steps methodology dan objective matrix. Kriteria yang digunakan adalah rasio produktivitas terhadap waktu kerja, rasio produktivitas terhadap tunjangan peneliti, dan rasio sitasi terhadap jumlah KTI. Lebih lanjut, penelitian dilakukan hanya untuk peneliti yang aktif dalam kelompok penelitian, yaitu dua peneliti madya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa nilai produktivitas indikator peneliti 1 pada tahun 2012 733,26, tahun 2013 sebesar 266,64, dan tahun 2014 sebesar 666,6. Sementara itu, nilai indikator peneliti 2 pada tahun 2012 adalah 299,97, tahun 2013 sebesar 133,32, dan tahun 2014 sebesar 433,29. Lebih lanjut, berdasarkan analisis yang dilakukan, produktivitas peneliti kelompok penelitian obyek studi setiap tahunnya tidak stabil. Mengacu pada temuan tersebut, disarankan bagi Manajemen Lembaga X untuk membuat kebijakan yang dapat meningkatkan produktivitas peneliti dan menjaganya agar dapat bernilai stabil dalam level produktivitas yang baik. Hal ini bisa dilakukan diantaranya dengan mengembangkan sistem penghargaan terhadap peneliti yang produktif. Penghargaan ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi para peneliti untuk menjadi lebih produktif. Mekanisme pengendalian beban kerja peneliti untuk menghindari pemberian tugas tambahan yang dapat mengurangi waktu penelitian. Sedangkan untuk menjaga kestabilan jumlah sitasi, manajemen dapat mendorong peneliti mempublikasikan KTI peneliti pada media publikasi yang terindeks misalnya terindeks scopus yang diikuti dengan insentif terhadap peneliti sebagai bentuk penghargaan atas jumlah sitasi terhadap KTI yang dipublikasikan.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim kelompok penelitian manajemen mutu yaitu Sik Sumaedi, Medi Yarmen, M. Azwar Massijaya, Nidya Judhi 291 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Astrini, Tri Rakhmawati dan I Gede Yuda Mahatma Bakti atas kerjasama, dukungan dan bantuannya dalam proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4]
[5]
[6] [7]
[8]
[9] [10]
[11] [12] [13] [14]
[15] [16] [17]
Sudit, E. F., Productivity measurement in industrial operations, 1995, European Journal of Operational Research, Vol. 85, Hal.435-453 karlsson, M., dkk, Measuring R&D productivity: complementing the picture by focusing on research activities, 2004, Technovation, Vol. 24, Hal. 179–186 Andersson, C., dan Bellgran, M., On the complexity of using performance measures: Enhancing sustained production improvement capability by combining OEE and productivity, 2015, Journal of Manufacturing Systems, Vol. 35, Hal.144–154. Pekuri, A., dkk, Productivity and Performance Management – Managerial Practices in the Construction Industry, 2011, International Journal of Performance Measurement, Vol. 1, Hal.39-58. Wazed, MA and Ahmed S, Multifactor Productivity Measurements Model (MFPMM) as Effectual Performance Measures in Manufacturing, 2008, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol. 2 No. 4, Hal. 987-996. Pribadiyono, Aplikasi sistem pengukuran produktivitas kaitannya dengan pengupahan, 2006, Jurnal teknik industry, Vol. 8 No. 2, Hal. 114-121. Avianda, D. Yuniati, Y. dan Yuniar, Strategi penigkatan produktivitas di lantai produksi menggunakan metode Objective Matrix (OMA), 2014, Reka Integra, Vol.01 No. 04, Hal. 202-213. Utami, CW., Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan Produktivitas Dan Kualitas Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual, 2002, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 4 No. 1, Hal. 56 – 64. Hasiholan, L dan Sudradjat, Evaluasi Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Pemrograman Linear Fuzzy (2008). Seminar Nasional Matematika. Tohidi, H., Teamwork productivity & effectiveness in an oganization base on rewards, leadership, training, goals, wage, size, motivation, measurement and information technology, 2011, Procedia Computer Science 3, Hal. 1137–1146. Mali, Paul. Improving Total Productivity, 1978, John Wiley & Sons. Heizer, J. and Render, B. Operations Management, 2005, 7th Edition, Prentice Hall. Sumanth, david J., Productivity Engineering and Management, 1984, McGraw Hill Book Co.: New York. Tamtomo, A.T., Pengukuran produktivitas proses produksi PT. Halco dengan menggunakan alat ukur OMAX (Obejctive Matrix), Tesis S2 2008, Fakultas Ekonomi, Program Studi Magister Manajemen Kekhususan Manajemen Operasi, Universitas Indonesia, Jakarta. Siagian, Sondang P., Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, 2002, Asdi Mahasatya, Jakarta. Almigo, N., Hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja karyawan, 2004, Jurnal PSYCHE, Vol.1 No.1, Hal.50-60. Yuniarsih, T., Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, 2009, Alfabeta, Bandung.
292 ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
[18] Alimuddin, W., Pengaruh kompensasi terhadap produktivitas karyawan pada PT. Bakrie Telecom area Makassar, Skrispi S1 2012, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar. [19] LIPI, Peraturan Kepala LIPI No.2 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Funsional Peneliti, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. [20] Phusavat, K., Productivity Management in an Organization: Measurement and Anlaysis, 2013, Edisi Kesatu, To Know Press, Bangkok. [21] Altmann, J. Abbasi, A. dan Hwang, J., Evaluating the productivity of researchers and their communities: the RP-index and the CP-index, 2009, International Journal of Computer and Applications, Vol. 6 No. 2, Hal. 104-118. [22] Yosan, R.B. Kholil, M. dan Purwanto, Pengukuran produktivitas perusahaan menggunakan metode Objective Matrix, 2014, Seminar Nasional IENACO, Hal.215-223. [23] Anggraeni, S.K, Kaili, P.B. dan Striansyah, M., Pengukuran kinerja kualitas pelayanan menggunakan metode OMAX pada departemen logistic service PT.X, 2013, Prosiding Seminar Nasional Industrial Services (SNIS) III, Hal.315-322. [24] Agustina, F. dan Riana, N.A., Analisa produktivitas dengan metode Objective Matrix (OMAX) di PT.X, 2011, Jurnal Teknik dan Manajemen Industri, Vol. 6, No.2, Hal. 150-158. [25] Fatmawati, A., Analisis pengukuran produktivitas berbasis model Objective Matrix (OMAX) pada produksi plastik CV. Iskasari Jaya Waru-Sidoarjo, Skripsi S1 2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. [26] Kholil, M., Analisa pengukuran produktivitas denga metode objective matrix (OMAX) pada departemen produksi PT. Macroprima Panganutama, 2010, Jurnal Sinergi, Vol. 14, No.1, Hal. 29-36. [27] Rahman, A.A. dan Ismail, N., Designing individual productivity measures in service sector, 2014, Seminar Sains Pemutusan. [28] Supic, Z.T. dkk, Designing productivity indicators in healthcare department: a case of pediatric orthopedics, 2014, HealthMed, Vol. 6 No. 2
DISKUSI Penanya : Irawan Sukma Instansi : P2SMTP LIPI Pertanyaan : 1. Apakah alasan menggunakan metode seven step dan Omax dalam makalah Anda? Jawaban : 1. Metode seven steps dilakukan untuk menggali input dan output yang tepat yang akan digunakan dalam pengukuran produktivitas yang sesuai dengan misi organisasi yang mencerminkan tujuan utama dan pelanggan organisasi. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan pengukuran produktivitas ini dapat menjadi ukuran ketercapaian misi organisasi. Penggunaan metode omax dalam pengukuran disebabkan karena dalam Omax, standar-standar dalam pengukuran didasarkan pada kemampuan objek penelitian menggunakan data historis, dan juga pada omax dilakukan pelevelan tingkat produktivitas objek penelitian sehingga dapat diketahui pada level berapa produktivitas objek secara aktual. 293 ISSN 1907-7459