PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN MEMBUAT ROTI MAHASISWA PROGRAM STUDI TATA BOGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA ANNIS KANDRIASARI*
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan membuat roti mahasiswa tata boga. Strategi pembelajaran sebagai perlakuan terdiri dari dua strategi, yaitu (1) strategi pembelajaran problem based learning dan (2) strategi pembelajaran tutorial. Sedangkan jenis kelamin meliputi jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2 dengan jumlah sampel sebanyak 64 mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah penilaian keterampilan membuat roti dan tes pengetahuan pembuatan roti. Teknik analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Liliefors pada taraf signifikansi α=0,05 kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas terhadap kelompok strategi pembelajaran PBL (A1) dan Tutorial (A2), Jenis kelamin laki-laki (B1) dan peremuan (B2) serta kelompok strategi pembelajaran PBL pada mahasiswa laki-laki (A1B1), Strategi pembelajaran PBL pada mahasiswa perempuan (A1B2), Strategi pembelajaran tutorial pada mahasiswa laki-laki (A2B1) dan strategi pembelajaran tutorial pada mahasiswa perempuan (A2B2), pengujian ini dengan menggunakan uji Bartlett. Data diolah dengan menggunakan teknik analisis varians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan keterampilan membuat roti antara mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan nilai Fhitung (0,21) > Ftabel (4,00) dan terjadi interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti dengan Fhitung= 10,45 > Ftabel = 4,00. Analisis data dilanjutkan dengan Uji Tuckey dengan kesimpulan bahwa (1) keterampilan membuat roti mahasiswa laki-laki dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial hasilnya adalah sama. (2) keterampilan membuat roti mahasiswa perempuan dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial lebih baik menggunakan strategi pembelajaran tutorial.
Kata Kunci : Pengaruh, Strategi Pembelajaran, Jenis Kelamin, Keterampilan Membuat Roti Mahasiswa
1.
PENDAHULUAN Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara pembelajar dengan pebelajar. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pemebelajaran dilakukan.1 Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi pembelajaran yang baik pula, di sini tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain pengelolaan kelas hal yang
13
menentukan kelancaran pembelajaran adalah pengembangan variasi pembelajaran, media sumber belajar serta metode pembelajaran yang memiliki andil cukup besar dalam kegiatan pembelajaran. Perkembangan dibidang pendidikan saat ini mendorong manusia modern untuk bertindak praktis dan efektif. Hal ini menjadikan dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi untuk melakukan proses pembelajaran yang efektif dengan lulusan yang berkualitas. Pebelajar yang berkualitas dalam proses belajarnya harus diberikan fasilitas pembelajaran yang menjamin pengalaman pembelajaran yang terbaik seperti metode, alat bantu dan pelatihan, selain itu diberikan juga bagaimana pebelajar belajar sehingga mereka mampu mengelola proses belajarnya.2 Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya tergantung dari bagaimana cara seorang pembelajar mengorganisasikan sistem pembelajarannya dengan mengacu kepada strategi yang digunakan. Strategi tersebut harus sesuai dengan bahan pelajaran, karakteristik peserta didik serta jenis kelamin yang dimiliki dalam menerima informasi atau bahan pelajaran. Selain strategi pembelajaran, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah jenis 2
Ibid.,p.41
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
kelamin. Jenis kelamin antara laki-laki dan jenis kelamin perempuan tentunya memiliki perbedaan dalam menyerap suatu informasi. Ada perbedaan pertumbuhan antara otak anak laki-laki dengan otak anak perempuan. Whiteson seperti dikutip Bahaudin menyatakan dari penelitiannya bahwa anak laki-laki lebih cepat dalam perkembangan spesialisasi otak kanan bila dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki menunjukkan kemampuan lebih baik dari anak perempuan dalam kaitannya dengan spatial. Anak perempuan lebih cepat menguasai bahasa dibanding dengan anak lakilaki.3 Program Studi Tata Boga merupakan salah satu program studi yang ada di jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta. Salah satu tujuan pendidikan Program Studi Tata Boga adalah merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan lembaga usaha di bidang Boga, yang salah satu kompetensi lulusannya adalah profesional mengelola restoran, katering, dan toko kue/roti.4 Pada umumnya hal-hal yang berhubungan dengan tata boga lebih disenangi oleh perempuan, akan tetapi pada kenyataannya koki / chef pada restoran dan hotel berbintang mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena jenis 3
Taufik Bahaudin. Brain Ware Management: Generasi Kelima Manajemen ManusiA, (Jakarta: Elex Mdia Komputindo, 2000) p.81 4 Departemen Pendidikan, Buku Pedoman Akademik 2008/2009 (Jakarta: Nasional Universitas Negeri Jakarta, 2008), p .311
14
kelamin laki-laki lebih baik dalam hubungan abstrak dan lebih analitis dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan.5 Selain itu dalam dunia industri sangat menguras kemampuan fisik dikarenakan penggunaan alat yang berukuran besar.Kondisi mahasiswa tata boga pun sekarang ini mengalami perubahan yang pada awalnya mahasiswa didominasi oleh perempuan sekarang ini setiap angkatan banyak sekali laki-laki yang mengambil program studi tata boga. Pesatnya dunia industri makanan membawa konsekuensi diperlukannya tenaga kerja yang profesional dalam membuat hidangan makanan termasuk didalamnya roti dan kue. Adanya tuntutan industri tersebut maka perlu diadakan lembaga pendidikan untuk mencetak tenaga kerja yang profesional dan mengembangkan potensi tersebut. Program Studi Tata Boga sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional sudah selayaknya melakukan peninjauan terhadap berbagai aspek penunjang usaha tersebut, terutama selama proses pembelajaran berlangsung. Pada program studi Tata Boga proses pembelajaran masih dilakukan dengan beberapa strategi yang masih relevan seperti metode ceramah bervariasi, diskusi, demonstrasi, dan lain sebagainya. Namun demikian untuk beberapa perkuliahan yang bersifat praktik diperlukan penggunaan metode yang efektif dan 5
Selamiharja, Nanny, et al. Psikologi Anak, Kumpulan artikel intisati Jakarta:Gramedia, 1996
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
menarik sehingga terjadi respon yang positif dari mahasiswa. Kondisi mahasiswa yang beragam dari segi jenis kelamin pun dapat mempengaruhi kegiatan praktikum. Karena itu dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana pengaruh penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dan Tutorial serta jenis kelamin mahasiswa pada mata kuliah praktik yaitu mata kuliah Roti dan Kue. Strategi pembelajaran tutorial adalah pembelajaran dimana pembelajar / guru / dosen memberikan tutorial atau arahan kepada peserta didik dengan jelas dan terperinci. Sedangkan strategi pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) lebih kepada pemberian-pemberian studi kasus atau permasalah-permasalah yang nantinya untuk dipecahkan. Dengan penerapan strategi pembelajaran di atas serta melihat jenis kelamin peserta didik harapannya dapat terjadi proses pembelajaran yang efektif serta dapat meningkatkan kemampuan atau kompetensi praktik mahasiswa dalam membuat roti. 2.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahwa : 1) Keterampilan membuat roti dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem-based Learning lebih “unggul” daripada Keterampilan membuat roti dengan menggunakan strategi pembelajaran tutorial.
15
2) Keterampilan membuat roti mahsiswa berjenis kelamin lakilaki lebih “unggul” daripada mahasiswa perempuan 3) Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan membuat roti. 4) Kelompok mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki, keterampilan membuat roti dengan strategi problem based learning lebih “baik” daripada keterampilan membuat roti dengan strategi tutorial. 5) Kelompok mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan, keterampilan membuat roti dengan strategi tutorial lebih “baik” daripada keterampilan membuat roti dengan strategi problem based learning. Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium roti dan kue, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Program Studi Tata Boga, Fakultas Teknik UNJ. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2009/2010 pada bulan april-juni 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan membuat roti. Variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variable terikat. variabel bebas dalam penelitian ini yaitu X1 (A): Strategi pembelajaran, dan X2 (B): Jenis Kelamin. Strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Strategi pembelajaran
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
melalui problem based learning dan strategi pembelajaran melalui tutorial, kemudian jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah keterampilan membuat roti. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Metode ini dapat digunakan untuk meneliti ada tidaknya pengaruh dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol. Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Program Studi tata Boga. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa program studi Tata Boga. Sedangkan sampel yang digunakan diambil dari mahasiswa Tata Boga angkatan 2009 yang sedang mengambil mata kuliah Roti dan Kue pada semester genap (092) tahun akademik 2009/2010. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.6 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan membuat roti , maka Instrumen yang digunakan adalah 6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cetakan Ketiga, h.134
16
lembar penilaian keterampilan membuat roti, dengan sistem penilaian menggunakan rating scale yang digunakan untuk menilai proses kegiatan membuat roti mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Kemudian tes pengetahuan pembuatan roti, berupa tes objektif pilihan berganda dengan lima pilihan jawaban yang digunakan untuk menilai sejauh mana pengetahuan mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah roti. Pengambilan data dalam penelitian ini melalui dua tahap penilaian yaitu penilaian dalam pencapaian psikomotorik dan penilaian dalam pencapaian kognitif. Dalam segi psikomotorik responden dinilai kegiatan tes keterampilan membuat roti, penilaian dilakukan dengan menggunakan rating scale 5 – 1dengan jumlah soal sebanyak 20. Sedangkan penilaian kognitif dinilai melalui tes pilihan berganda sebanyak 32 soal. Untuk mendapatkan nilai tunggal dari dua penilaian di atas, nilai dikonversikan kedalam bentuk persen yaitu sebesar 100% jika menjawab benar maka nilai yang diperoleh adalah 100. Pada penilaian menggunakan rating scale 5 - 1 nilai dikonversikan pada nilai 100 , begitupun dengan soal pilihan berganda nilai dikonversikan pada nilai 100 dengan menggunakan rumus : Jumlah soal menjawab benar X 100 Banyaknya soal Setelah nilai dikonversikan, kedua hasil penilaian tersebut dijumlahkan dan dibagi menjadi dua,
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
maka didapat nilai tunggal dari penilaian terhadap keterampilan membuat roti. Data dari hasil pengukuran keterampilan membuat roti harus memenuhi persyaratan analisis data melalui uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan liliefors, sedangkan homogenitas data dilakukan dengan uji barlett. Data dianalisis yang terdiri dari analisis deskriptif dan analisis inferensial. Data yang telah di uji bila berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan keempat kelompok data mempunyai variansi populasi yang homogen maka telah memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan teknis analisis data melalui analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan disain factorial 2 x 2. Apabila hasil analisis varians menunjukan adanya pengaruh utama dari variabel bebas terhadap variabel terikat dan terdapat interaksi antara variabel bebas dalam hubungannya dengan variabel terikat, maka analisis akan dilanjutkan dengan uji Tukey guna menguji hipotesis lebih lanjut. 3. 3.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian
Data hasil penelitian berupa keterampilan membuat roti mahasiswa (Y) sebagai akibat dari perlakuan penelitian (X1), yaitu strategi pembelajaran (A), berupa strategi Problem based learning (A1) dan Strategi tutorial (A2), serta jenis kelamin (B), yang dibedakan atas jenis kelamin laki-laki (B1) dan Perempuan
17
(B2). Data hasil penelitian di analisis dengan teknik statistik deskriptif dan perhitungan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program “microsoft excel”.
3.1.2 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi Tutorial (A2)
3.1.1 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi Problem Based Learning (A1)
Hasil keterampilan membuat roti mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan srtategi Tutorial memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 59 - 88, dengan skor terendah 59 dan skor tertinggi 88. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 73. Skor Modus sebesar 68,5 ; skor median sebesar 72 dan standar deviasi sebesar 7,416. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval.
Hasil keterampilan membuat roti mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan srtategi Problem Based Learning memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 61 – 95, dengan skor terendah 61 dan skor tertinggi 95. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 78. Skor Modus sebesar 73, skor median sebesar 77,5 dan standar deviasi sebesar 8,131. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 6 kelas interval. Jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dalam setiap kelas interval dijelaskan pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi frekuensi Keterampilan membuat roti dengan menggunakan strategi Problem Based Learning No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kumulatif
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3
61 -66 67 - 72 73 - 78
63,5 69,5 75,5
1 7 9
1 8 17
3,13% 21,88% 28,13%
3,13% 25,00% 53,13%
4 5 6
79 - 84 85 - 90 91 - 96
81,5 87,5 93,5
6 7 2
23 30 32
18,75% 21,88% 6,25%
71,88% 93,75% 100,00%
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
Tabel 2. Distribusi frekuensi Keterampilan membuat roti dengan menggunakan strategi Tutorial No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek kumulatif
Frek. Relatif (%)
Frek Realtiffrek kumulatif
1 2 3 4 5 6
59 - 63 64 - 68 69 -73 74 - 78 79 - 83 84 - 88
61 66 71 76 81 86
5 4 9 6 6 2
5 9 18 24 30 32
15,63% 12,50% 28,13% 18,75% 18,75% 6,25%
15,63% 28,13% 56,25% 75,00% 93,75% 100,00%
3.1.3 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti Mahasiswa Yang Memiliki Jenis Kelamin Laki-Laki (B1) Hasil keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-laki, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 61 - 88, dengan skor terendah 61 dan skor tertinggi 88. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar
18
75. Skor Modus sebesar 73,75 sedangkan skor median sebesar 74,5 dan standar deviasi sebesar 7,111. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval.
3.1.5 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki (A1B1)
Tabel 3. Distribusi frekuensi Keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin lakilaki
Hasil keterampilan membuat roti dengan menggunakan strategi Problem Based Learning pada mahasiswa laki-laki, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 61 - 81, dengan skor terendah 61 dan skor tertinggi 81. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 74. Skor Modus sebesar 70,7 sedangkan skor median sebesar 69 dan standar deviasi sebesar 7,9. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval. Jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dalam setiap kelas interval dijelaskan pada tabel sebagai berikut :
No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kumulatif
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3
61 - 65 66 - 70 71 - 75
62,5 67,5 72,5
3 7 6
3 10 16
9,38% 21,88% 18,75%
9,38% 31,25% 50,00%
4 5 6
76 - 80 81 - 85 86 - 90
77,5 82,5 87,5
8 6 2
24 30 32
25,00% 18,75% 6,25%
75,00% 93,75% 100,00%
3.1.4 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti Mahasiswa Yang Memiliki Jenis Kelamin Perempuan (B2) Hasil keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 59 - 95, dengan skor terendah 59 dan skor tertinggi 95. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 76. Skor Modus sebesar 69 sedangkan skor median sebesar 75 dan standar deviasi sebesar 9,196. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 6 kelas interval. Tabel 4. Distribusi frekuensi Keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kum
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3 4 5 6
59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87 - 93 94 - 100
62 69 76 83 90 97
4 10 5 10 2 1
4 14 19 29 31 32
12,50% 31,25% 15,63% 31,25% 6,25% 3,13%
12,50% 43,75% 59,38% 90,63% 96,88% 100,00%
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
Tabel. 5. Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti Dengan Menggunakan Strategi Problem Based Learning Pada Mahasiswa Yang Memiliki Jenis Kelamin Laki-Laki No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kum
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3 4 5
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96
69,5 75,5 81,5 87,5 93,5
3 2 3 6 2
3 5 8 14 16
18,75% 12,50% 18,75% 37,50% 12,50%
12,50% 43,75% 59,38% 90,63% 96,88%
3.1.6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan (A1B2) Hasil Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning pada
19
mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 61 - 81, dengan skor terendah 61 dan skor tertinggi 81. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 74. Skor Modus sebesar 70,7 sedangkan skor median sebesar 69 dan standar deviasi sebesar 7,9. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval. Jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dalam setiap kelas interval dijelaskan pada tabel sebagai berikut :
75. Skor Modus sebesar 69,5 sedangkan skor median sebesar 74,16 dan standar deviasi sebesar 7,86. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval. Jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dalam setiap kelas interval dijelaskan pada tabel sebagai berikut :
Tabel .6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan (A1B2)
3.1.8 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-Laki Perempuan (A2B2)
No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kum
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3 4 5
61 - 66 67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90
64 71 78 85 90
1 4 7 3 1
1 5 12 15 16
6,25% 25,00% 43,75% 18,75% 6,25%
6,25% 31,25% 75,00% 93,75% 100,00%
3.1.7 Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-Laki (A2B1) Hasil Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-Laki, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 61 - 88, dengan skor terendah 61 dan skor tertinggi 88. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
Tabel. 7. Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-laki (A2B1) No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek kum
Frek. Relatif (%)
Frek Realtiffrek kumulatif
1 2 3 4 5
61 - 66 67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90
63,5 69,5 75,5 81,5 87,5
2 5 3 4 2
2 7 10 14 16
12,50% 31,25% 18,75% 25,00% 12,50%
12,50% 43,75% 62,50% 87,50% 100,00%
Hasil Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-Laki, memiliki rentangan teoritik pada psikomotorik sebesar 20 – 100, kognitif 3 - 100 dan rentangan empirik 59 - 81, dengan skor terendah 59 dan skor tertinggi 81. Hasil keterampilan membuat roti ini mempunyai skor rata – rata sebesar 71. Skor Modus sebesar 71 sedangkan skor median sebesar 70,7 dan standar deviasi sebesar 6,54. Distribusi frekuensi skor keterampilan membuat roti mahasiswa dibagi kedalam 5 kelas interval. Jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dalam setiap kelas
20
interval dijelaskan pada tabel sebagai berikut : Tabel .8. Distribusi Frekuensi Keterampilan Membuat Roti dengan menggunakan Strategi Tutorial pada mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Perempuan (A2B2) No
Kelas Interval
Nilai Tengah
Frek. Absolut
Frek Kum
Frek. Relatif (%)
Frek RealtifFrek Kumulatif
1 2 3 4 5
59 - 63 64 - 68 69 - 73 74 - 78 79 - 83
61 66 71 76 81
3 1 7 3 2
3 4 11 14 16
18,75% 6,25% 43,75% 18,75% 12,50%
18,75% 25,00% 68,75% 87,50% 100,00%
Pengujian Prasyaratan Analisis Dalam penelitian ini, uji analisis yang digunakan adalah analisis varians dua jalur (ANAVA), jika terdapat interksi maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dengan menggunakan Uji Tuckey. Beberapa persyaratan untuk menganalisis data meliputi keacakan sampel, populasi data yang berdistribusi normal dan data populasi yang homogen dari kelompokkelompok perlakuan. Pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan Uji Barlett untuk menguji homogenitas populasi seluruh kelompok perlakuan.
kelamin perempuan, (7) Penerapan Strategi Tutorial bagi mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, (8) Penerapan Strategi Tutorial bagi mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Hasil perhitungan dideskripsikan pada tabel berikut: Tabel
3.2
3.2.1 Uji Normalitas Populasi
Distribusi
Dalam uji normalitas distribusi populasi dibagi menjadi delapan kelompok hasil keterampilan membuat roti yang meliputi (1) Strategi Problem Base Learning, (2) Strategi Tutorial, (3) Mahasiswa yang memiliki Jenis kelamin Laki-laki, (4) Mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan, (5) Penerapan Strategi Problem Based Learning bagi mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, (6) Penerapan Strategi Problem Based Learning bagi mahasiswa berjenis PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
9.
Hasil Uji Normalitas Distribusi Populasi Data Penelitian
Kelompok A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
n 32 32 32 32 16 16 16 16
Lo 0,69 0,072 0,11 0,09 0,144 0,151 0,13 0,11
Lt 0,157 0,157 0,157 0,157 0,213 0,213 0,213 0,213
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa delapan kelompok yang di uji dengan uji liliefors lebih kecil dari Lt (Lo < Lt). Dengan demikian disimpulkan bahwa semua kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi normal. 3.3 Pengujian Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data dari skor berasal dari populasi yang memiliki varians sama. Pengujian homogenitas varians menggunakan Uji Bartlett dikarenakan terdapatnya dua perlakuan yang berbeda. Proses pengujian dilakukan terhadap tiga kelompok, yaitu (a) dua kelompok perlakukan dengan strategi Problems Based Learning (A1) dan Tutorial (A2), (b) dua kelompok atribut subjek penelitian antara mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki (B1)
21
dan mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan (B2), dan (c) empat kelompok sel dalam rancangan eksperimen, yaitu kelompok mahasiswa laki-laki dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning (A1B1), kelompok mahasiswa perempuan dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning (A1B2), kelompok mahasiswa laki-laki dengan menggunakan strategi pembelajaran Tutorial (A2B1), kelompok mahasiswa perempuan dengan menggunakan strategi tutorial (A2B2). Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Sumber Varians
db
Antar Kelompok Dalam Kelompok Antar Kolom Antar Baris
3 60 1 1
Interaksi
1
Total
63
JK
RJK
Fhit
1.002,80
334,27
3.118,95
51,98
470,69
470,69
9,05
(11,07)
(11,07)
(0,21)
543,18
543,18
10,45
6,43
F tab (0,05)
Ftab (0,01)
Inter pretasi
2,76
4,13
Signifikan
4,00
7,08
Signifikan
4,00
7,08
Tidak Signifikan
4,00
7,08
Signifikan
4.121,75
Tabel 10. Rangkuman hasil Uji Homogenitas Varians Uji Bartlett Kelompok
Varians
X2
X2 tabel
Kesimpulan
0,15
3,84
Homogen
0,27
3,84
Homogen
0,18
7,81
Homogen
hitung
A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
66,12 54,99 50,57 84,58 42,73 66,87 61,76 42,84
Tabel. 11. Rangkuman ANAVA dua Jalur
Tabel di atas menunjukkan hasil semua kelompok yang di uji dengan Uji Bartlett hasilnya X2 hitung < X2 tabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa semua kelompok data dalam
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
penelitian homogen. 3.3
ini
adalah
populasi
Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah uji persyaratan terpenuhi maka analisis varians dua jalur (ANAVA 2x2) dapat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, jika terdapat interaksi maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Tuckey. Penggunaan ANAVA dua jalur bertujuan untuk melihat dua pengaruh utama dan satu pengaruh interaksi. Pengaruh utamanya adalah perbedaan penggunaan strategi pembelajaran Problem based learning terhadap keterampilan membuat roti dan pengaruh jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. Sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh penggunaan strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. Perhitungan analisis data disajikan dalam tabel sebagai berikut. Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA dua jalur di atas dapat dijelaskan bahwa : 1) Terdapat perbedaan keterampilan membuat roti antara mahasiswa yang menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dengan mahasiswa yang menggunakan Strategi pembelajaran Tutorial. Rata-rata keterampilan membuat roti kelompok A1 = 78 secara signifikan lebih besar dari rata-rata kelompok A2 = 73; Fhit = 9,05 > Ft(0,05)= 7,08
22
2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan membuat roti antara mahasiswa yang memiliki jenis kelamin Laki-laki (B1) dengan mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan (B2). Rata-rata keterampilan membuat roti mahasiswa dari kelompok B1 = 75 tidak berbeda jauh dengan kelompok B2 = 76; Fhit = 0,21 > Ft(0,05)= 4,00 3) Terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. Fhit = 10,45 > Ft(0,05)= 4,00 Dari hasil pengujian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Tuckey. Hasil Uji Tuckey disajikan pada tabel berikut. Tabel. 12. Hasil Perhitungan Uji Tuckey Kelompok Keterampilan membuat roti mahasiswa laki-laki dengan menggunakan strategi Problem Based Learning dan Tutorial Keterampilan membuat roti mahasiswa perempuan dengan menggunakan startegi Problem Based Learning dan Tutorial.
Qhitung 0,555
Qtabel 3,74
Keterangan Tidak Signifikan
6,113
3,74
Signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, maka hipotesis yang terjawab adalah : 1) Hipotesis Pertama : Hasil analisis varians dua jalur antar kolom diperoleh harga Fhitung = 9,05 lebih besar dibandingkan Ftabel = 4,00 pada taraf signifikansi α = 0,05. Nilai
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
ini menunjukkan bahwa keterampilan membuat roti mahasiswa dengan strategi pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan dengan strategi Tutorial. 2) Hipotesis kedua : Hasil perhitungan analisis varians dua jalur antar baris diperoleh harga Fhitung = 0,21 lebih kecil dibandingkan Ftabel = 4,00 pada taraf sinifikansi α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. 3) Hipotesis ketiga : Hasil perhitungan analisis varians dua jalur interaksi diperoleh harga Fhitung = 10,45 lebih besar dibandingkan dengan Ftabel = 4,00 pada taraf signifikansi α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan Jenis Kelamin terhadap keterampilan membuat roti. 100
75
50
25
Gambar 1. Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Dan Jenis Kelamin Terhadap Keterampilan Membuat Roti
1) Hipotesis keempat : Hasil perhitungan lanjutan dengan
23
menggunakan Uji Tuckey terhadap kelompok mahasiswa laki-laki yang menggunakan strategi Problem Based Learning dan Tutorial. Nilai yang diperoleh Qhitung = 0,555 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Qtabel = 3,74 pada taraf signifikansi α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa keterampilan membuat roti dengan strategi Problem Based Learning dan tutorial pada mahasiswa laki-laki tidak memiliki perbedaan yang signifikan 2) Hipotesis Kelima : Hasil perhitungan lanjutan dengan menggunakan Uji Tuckey terhadap kelompok mahasiswa perempuan dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial. Nilai yang diperoleh Qhitung = 6,113 lebih besar dibandingkan dengan nilai Qtabel = 3,774 pada taraf signifikansi α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa keterampilan membuat roti pada mahasiswa perempuan lebih baik menggunakan startegi tutorial. 3.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi dari hasil penelitian yang telah di ungkapkan di atas bahwa strategi problem based learning memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan strategi tutorial serta mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan terhadap keterampilan membuat roti. Terdapat juga pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. 3.4.1 Perbedaan keterampilan membuat roti antara kelompok mahasiswa yang menggunakan strategi problem based learning dengan tutorial. Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa keterampilan membuat roti mahasiswa dengan menggunakan strategi problem based learning hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil keterampilan membuat roti yang menggunakan tutorial. Sesuai dengan prinsip pembelajaran problem based learning yaitu belajar yang dihasilkan dari proses pemecahan suatu masalah. Masalah dihadapkan pada awal proses belajar dalam prosesnya strategi ini memberikan kebebasan kepada mahasiswa dalam proses pembelajaran. Penerapannya terhadap proses pembuatan roti, disini mahasiswa di tuntut mampu menganalisis hasil roti yang gagal, mahasiswa diberi kebebasan dalam mencari permasalahan yang diberikan setelah mengetahui penyebabnya barulah mahasiswa mempraktekkan roti yang sesuai analisis mereka. Problem based learning menyajikan suatu kegiatan belajar yang tidak membosankan dan di tuntut untuk mandiri serta kreatif. Sedangkan pada strategi pembelajaran tutorial mahasiswa dibimbing serta diberi arahan dalam setiap langkah kegiatan praktikum. Mahasiswa tidak belajar secara
24
mandiri sehingga keterampilan membuat roti yang mereka hasilkan tergantung dari sebaik apa dosen memberikan tutorial kepada mereka. Dengan demikian mahasiswa yang diberikan strategi pembelajaran problem based learning akan mendapatkan hasil keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan tutorial. 3.4.2 Perbedaan keterampilan membuat roti antara mahasiswa yang memiliki jenis kelamin lakilaki dengan perempuan. Tidak terjadi perbedaan antara keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dengan mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil nilai penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki keterampilan yang sama. 3.4.3 Pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis kelamin mahasiswa terhadap keterampilan membuat roti. Jenis kelamin mahasiswa laki-laki dan perempuan pada prinsipnya memiliki perbedaan sifat dan karakter, mahasiswa laki-laki dengan kemampuan analisis yang tinggi dan lebih senang berinovasi dan mandiri lebih menyukai kegiatan belajar yang
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
lebih ka arah student centered. Berbeda dengan mahasiswa perempuan yang cenderung mengikuti petunjuk, arahan dan perintah dari dosen. Dengan mengetahui karakter mahasiswa lakilaki dan perempuan dosen dapat menentukan strategi belajar yang tepat dan sesuai. 3.4.4 Perbedaan keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial Hasil penelitian dan pengujian hipotesis menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap mahasiswa laki-laki dalam menggunakan startegi pembelajaran problem based learning dan tutorial. Dengn hasil perhitungan menggunakan Uji Tuckey diperoleh Qhitung = 0,55 lebih kecildari Qtabel = 3,74 pada taraf signifikansi α = 0,05. Mahasiswa laki-laki memiliki kemampuan yang lebih dominan dalam melibatkan gerak, sentuhan dan lebih condong memiliki kreativitas yang lebih tinggi, sehingga penerapannya dalam proses pembuatan roti lebih cekatan. Ketepatan waktu , kreatifitas bentuk dan hasil gulungan yang sempurna serta kemampuan mengatasi kesalahan dalam pembuatan roti seperti hasil adonan yang terlalu lembek atau terlalu keras mahasiswa laki-laki mampu mengatasinya sehingga hasil roti yang didapat lebih baik. Kemampuan dan karakter
25
seperti ini dapat menerima kegiatan pembelajaran dengan strategi problem based learning dan tutorial, sehingga mereka tidak memiliki kesulitan dalam pembelajarannya dan dapat beradaptasi dengan penggunaan kedua strategi tersebut. 3.4.5 Perbedaan keterampilan membuat roti mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial. Hasil penelitian lanjutan dengan menggunakan Uji Tuckey terhadap mahasiswa yang memiliki jenis kelamin perempuan dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dan Tutorial terhadap keterampilan membuat roti,diperoleh Qhitung = 6,11 lebih besar dari Qtabel = 3,74 pada taraf signifikansi α = 0,05. Ini berarti bahwa keterampilan membuat roti mahasiswa perempuan lebih baik menggunakan strategi pembelajaran tutorial. Mahasiswa perempuan cenderung lebih menyukai bimbingan ketika melakukan praktikum, mereka lebih maksimal hasilnya bila dipandu oleh dosen ketika praktikum. Kreativitas dan kecekatannya kurang baik dalam mengolah roti, sehingga sering terjadi over proofing dan bentuk roti yang tidak simetris sehingga menghasilkan roti yang tidak sempurna. Dengan strategi tutorial hasil yang didapat lebih baik karena mereka di ajarkan dari proses awal sampai selesai.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
3.5 Keterbatasan Penelitian Pembuatan dan penyusunan penelitian ini dibuat sebaik mungkin, tetapi tetap saja ada keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penentuan pengambilan sampel yang terbentur oleh jumlah mahasiswa yang tidak seimbang antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di setiap kelasnya. Sehingga sampel diambil dengan patokan jumlah mahasiswa laki-laki yang terkecil dalam kelas. 4.
KESIMPULAN
Melalui hasil penelitian dan pengujian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Secara umum strategi problem based learning lebih baik dibandingkan dengan strategi tutorial dalam meningkatkan keterampilan membuat roti mahasiswa. Artinya, keterampilan membuat roti mahasiswa akan meningkat dengan menerapkan strategi problem based learning. 2) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Artinya keterampilan membuat roti mahasiswa laki-laki dan perempuan adalah sama. 3) Terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan jenis kelamin. Artinya, dosen dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk
26
4) mahasiswa laki-laki dan perempuan sehingga meningkatkan keterampilan membuat roti. 5) Tidak terdapat perbedaan keterampilan membuat roti pada mahasiswa laki-laki dengan strategi pembelajaran problem based learning dan tutorial. Artinya, kemampuan mahasiswa laki-laki tetap memiliki keterampilan membuat roti yang baik dengan menggunakan strategi problem based learning dan tutorial. 6) Terdapat perbedaan keterampilan membuat roti mahasiswa perempuan dengan strategi pembelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan membuat roti pada mahasiswa perempuan dapat digunakan strategi pembelajaran tutorial. Hasil dari penelitian ini memberikan masukan kepada program studi tata boga khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya bahwa penerapan strategi problem based learning dapat dilakukan pada perkuliahan yang bersifat praktek dan strategi ini lebih dapat meningkatkan keterampilan dalam membuat roti. Mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki keterampilan membuat roti yang baik tetapi untuk meningkatkan keterampilannya harus dipilih strategi yang sangat sesuai agar keterampilan membuat roti menjadi lebih baik dan maksimal. Interaksi yang baik antara strategi pembelajaran yang digunakan dan jenis kelamin sangat menentukan hasil keterampilan membuat roti
karena dengan adanya interaksi ini dosen dapat mengetahui startegi yang tepat untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan. Keterampilan membuat roti mahasiswa laki-laki sama baiknya jika diterapkan dengan strategi problem based learning dan tutorial disini terlihat bahwa mahasiswa lakilaki pada dasarnya sudah memiliki keterampilan yang sangat tinggi sehingga tidak masalah jika pembelajaran dilakukan dengan strategi problem based learning dan tutorial. Sedangkan untuk mahasiswa perempuan lebih baik menggunakan strategi tutorial sehingga hasil roti yang dihasilkanpun maksimal dan berkualitas baik tetapi mahasiswa perempuan yang ingin mengasah kreatifitasnya tidak salah jika diterapkan strategi problem based learning ini dalam beberapa kali pertemuan paraktek. Strategi problem based learning ini juga tidak hanya diterapkan dalam perkuliahan roti, tetapi dapat diterapkan pada mata kuliah lainnya yang bersifat praktek, karena kompetensi dan kemandirian mahasiswa harus dapat ditingkatkan. Peminat program studi tata boga yang semakin meningkat di tiap tahunnya sehingga jumlah mahasiswa semakin banyak akan memberikan kesulitan kepada dosen dalam mengelola kelas dan menerapkan strategi pembelajaran, strategi problem based learning dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut.
*Annis Kandriasari adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
27
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian.Jakarta: Rieneka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Bahaudin, Taufik. (2000). Brain ware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia. Jakarta : Elex Media Komputindo. Bakar, Zaitun Abu. (2003). Pengenalan Kepada PBL. Cahyana, Cucu dan Yeni Ismayeni. (2005). Variasi Roti Manis. Jakarta: PT Primamedia Pustaka Utama. Depdiknas Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Dryden, Gordun dan Jeannette Vos. (2000). Revolusi Cara Belajar: Belajar akan lebih efektif kalau anda dalam keadaan fun. Bandung : Kaifa. Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Harsono. (2004). Pengantar Problem Based-Learning. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran UGM. Hong Bin, Zhang. (2005). Oriental Way Of Baking. Singapore. Igak, Wardhani. (2002). Program Tutorial Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak jauh. Jurnal Pendidikan terbuka dan jarak jauh. Jean, McPherson. (2004). Problem Based Learning. New Castle: Faculty of Medicine University of Newcastle. Manfred Lange dan Bogasari Baking Centre. (2004). Pastry: Teori dan Resep Internasional. Jakarta: Gaya Favorite Press. Molenda, M.( 1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey : Englewood Cliffs. M.T Anggoro, dkk. (2001). Tutorial elektronika melalui internet dan fax internet. Jurnal pendidikan terbuka dan jarak jauh. Mudhofir. (1999). Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhariati, Metty. (2008). Bahan Ajar Roti. Jakarta: UI-Press. Murwani, Santosa. (2008). Metodologi Penelitian Ilmiah. Jakarta : Program Pascasarjana UHAMKA. Nana, Sudjana. (1989). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
28
Nasution. (1996). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Pangkalan Ide. (2008). Menyeimbangkan Otak Kiri dan Otak Kanan.Jakarta: Elex Media Kompetindo. Prashing, Barbara. (2004). The Power of Learning Styles. Jakarta : KAIFA. Prawiradilaga, Dewi. (2007). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Program studi penelitian dan evaluasi pendidikan pascasarjana UNJ. (2008). Teori tes metoda survei dan pengukuran.Jakarta : Program Pascasarjana. Purwanto, Ngalim. (1990). Prinsip-pronsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rosda Karya. Reigeluth, Charles. (1983). Instructional Design Theories and Models: An Overview Of Their Current Status. New Jersey : Lawrence elbaum Associate.Inc. Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sarwono, Sarlito Wirawan.( 1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Smaldino, Sharon E.,dkk. (2005). Instructional Technology and Media for Learning, New Jersey:Pearson education. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta. Suparman, Atwi. (2004). Desain Instruksional. Jakarta: Pusat penerbitan Universitas terbuka. Supriyanto. (2005). Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara. Sunarto dan Agung Hartono. (1999). Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rieneka Cipta.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016
29