TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENGOLAHAN KUE DAN ROTI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BEKERJA LANGSUNG (LEARNING BY DOING) DI KELAS X PATISERI PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA SMK NEGERI 3 PATI TAHUN 2010/2011
Anis Santi Sunami
[email protected], SMK Negeri 3 Pati
Abstract: Learning by using of problem solving method and active student involvement in learning will give better results. The purpose of this research is to improve students' skills in cakes and bread processing using learning model works directly (learning by doing) in class X Patiseri Catering Skills Program SMK 3 Pati. This study uses classroom action research. Research subject is a class X Patiseri of SMK Negeri 3 Pati. This study consists of two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. Collecting data using observation, tests, and interviews. Data analyzed by descriptive analysis. The results of the data analysis showed that an increase in the average score of 74.5% in cycle I to 85.7% in cycle II, followed by behavioral changes better. Keywords: learning ability, cakes and bread processing, learning model works directly.
Abstrak: Pembelajaran dengan mempergunakan metode pemecahan masalah dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pengolahan kue dan roti dengan menggunakan model pembelajaran bekerja langsung (learning by doing) pada siswa kelas X Patiseri Program Keahlian Tata Boga SMK Negeri 3 Pati. Penelitian ini menggunakan desain PTK. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X Patiseri SMK Negeri 3 Pati. Penelitian ini, terdiri atas dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor 74,5% pada siklus I menjadi 85,7% pada siklus II, diikuti perubahan perilaku yang lebih baik. Kata Kunci: kemampuan belajar, pengolahan kue dan roti, model pembelajaran bekerja langsung.
PENDAHULUAN Pada
pendidikan seyogyanya bertujuan untuk
hakikatnya,
pendidikan
mewujudkan
mampu menolong diri sendiri dan orang
dilangsungkan
untuk
membantu
perkembangan
aspek
kepribadian
lain
demi
pribadi
manusia
terwujudnya
yang
kehidupan
sebagai sumber daya manusia yang
manusia yang bahagia dan sejahtera.
mampu
Guna
menjadi
individu
yang
mencapai
tersebut
pekerjaan
mudah
bertanggung jawab dan mandiri. Untuk
bukanlah
mencapai
karena misi pendidikan pada dasarnya
hasil
seperti
tersebut,
suatu
tujuan
30
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
adalah membangun manusia seutuhnya.
guru berdasarkan penerapan aktivitas
Implikasinya adalah bahwa pendidikan
siswa yaitu belajar sambil melakukan
tidak hanya berfungsi mempersiapkan
(learning by doing). Melakukan aktivitas
individu
menempati
atau bekerja adalah bentuk pernyataan
lapangan pekerjaan, namun pendidikan
dari siswa bahwa hakikatnya belajar
juga
adalah perubahan yang terjadi setelah
untuk
mampu
mampu
menciptakan
lapangan
kerja baru.
melakukan
aktivitas
Dimyati
suatu
pendidikan,
menyatakan bahwa keterlibatan siswa
mengisyaratkan masih rendahnya mutu
tidak hanya sebatas fisik semata, yang
lulusan pendidikan. Menurut Sidi (2001:
lebih utama adalah keterlibatan mental
111),
yang
emosional, keterlibatan dengan kegiatan
mutu
kognitif
lembaga
salah
satu
menyebabkan pendidikan
rendahnya
di
pendidikan
SMK
memasuki
lapangan
kerja,
mampu
dengan
dalam
(2002:
pencapaian
46),
dan
bahwa
perolehan pengetahuan, penghayatan
kurang
dan
siswanya
kurang
relevansi
adalah
kejuruan
mempersiapkan
efisien,
faktor
Mudjiono
bekerja.
Rendahnya kualitas pendidikan dari
dan
atau
internalisasi
nilai-nilai
dalam
untuk
pembentukan sikap dan nilai, demikian
kurang
juga pada saat mengadakan latihan-
menjaga
perubahan
pasar
latihan
dalam
pembentukan
keterampilan.
kerja.
Oleh karena itu, perkembangan Proses
yang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang
banyak
sedemikian pesat menuntut relevansi
mengarah kepada sistem tanya jawab,
kegiatan pembelajaran di SMK agar
buku teks dan memberikan latihan-
tidak tertinggal sehingga keberadaannya
latihan
dibutuhkan
berlangsung
pembelajaran
saat
ini
lebih
membuktikan
kurang
masyarakat
industri.
siswa
pembelajaran.
diminati dunia industri adalah program
Pembelajaran dengan mempergunakan
keahlian Tata Boga. Namun program
metode
dan
keahlian ini belum sepenuhnya dapat
keterlibatan siswa secara aktif dalam
diserap oleh dunia industri, karena
pembelajaran akan memberikan hasil
kualitas tamatannya belum memenuhi
yang lebih baik dan memberikan nilai
kriteria standar industri.
pemecahan
masalah
lebih, karena siswa dituntut untuk lebih
satu
Berdasarkan maka
program
dunia
memberikan dorongan motivasi kepada dalam
Salah
dan
yang
permasalahan
bersosialisasi, mengenal etika, berlatih
tersebut,
fokus permasalahan
dan bekerjasama antar sesama siswa.
dalam penelitian ini adalah apakah
Menurut Djamarah (2000: 186), bahwa
penggunaan
interaksi edukatif selayaknya dibangun
bekerja langsung (learning by doing)
model
pembelajaran
31
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
dapat meningkatkan kemampuan siswa
mengelola usaha secara profesional,
dalam pengolahan kue dan roti pada
mampu berperan aktif sebagai pelaku
siswa
usaha, memiliki sikap dan etos kerja
kelas
X
Patiseri
Program
Keahlian Tata Boga SMK Negeri 3 Pati
sebagaimana
karakteristik
?
wirausaha yang sukses dan profesional. Proses
KAJIAN
TEORI
DAN
HIPOTESIS
seorang
pembelajaran
pada
hakikatnya adalah interaksi guru dengan
TINDAKAN
siswa
Hakikat Kemampuan Belajar
bahan pelajaran kepada siswa untuk
Belajar
tujuan
perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai
(Suryobroto,
1997:
dengan yang dikemukakan oleh Slameto
Djamarah (2000: 12),
(2003: 2) bahwa belajar adalah suatu
harus
proses usaha yang dilakukan seseorang
mengandung
untuk memperoleh suatu perubahan
mampu mengubah tingkah laku, sikap
tingkah
dan perbuatan siswa menjadi lebih baik,
yang
keseluruhan,
baru
secara
sebagai
hasil
sendiri
dalam
pengalamannya berinteraksi
proses
rangka menyampaikan
mencapai
laku
merupakan
dalam
dengan
bernilai
pengajaran 36).
Menurut
pembelajaran
normatif,
sejumlah
nilai
yaitu yang
lebih dewasa dan bersusila. Dalam
proses
pembelajaran
lingkungannya,
motivasi memiliki peran penting karena
sedangkan menurut Hakim (2008:1),
merupakan tenaga yang menggerakkan
belajar adalah suatu proses perubahan
dan
di daalam kepribadian manusia, dan
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:
perubahan tersebut ditampakkan dalam
43), motivasi merupakan salah satu
bentuk
faktor
peningkatan
kuantitas
tingkah
kecakapan,
kualitas
dan
laku
seperti
pengetahuan,
sikap,
mengarahkan
penentu
aktivitas
keberhasilan
siswa.
belajar
siswa di bidang pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan.
Menumbuhkan
kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
motivasi siswa menurut Mulyasa (2004:
daya pikir dan lain-lain kemampuan.
101), dibutuhkan proses pembelajaran
Berdasarkan
pengertian-
yang tenang dan menyenangkan, hal
pengertian di atas, dapat disimpulkan
tersebut tentu saja menuntut aktivitas
bahwa proses belajar adalah salah satu
dan kreativitas guru dalam menciptakan
upaya untuk mengetahui keadaan yang
lingkungan yang kondusif.
sebenarnya dari kegiatan belajar siswa
Pengolahan Kue dan Roti
dilihat dari peningkatan kemampuan dari
1. Kue
aspek kognitif, afektif dan psikomotor
Cake
adalah
kue
yang
serta siswa dapat memanfaatkan situasi,
terbuat dari bahan dasar tepung
kondisi
terigu, telur, gula dan lemak yang
dan
keahliannya
dengan
32
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
dipanggang
menggunakan
oven.
Menurut Faridah dkk (2008: 299) cake
adalah
adonan
yang
penampilan menarik dengan rasa yang enak. 2. Roti
dipanggang dengan bahan dasar
Menurut Fadiati, dkk (2011:
tepung terigu, gula, telur dan lemak.
380), roti merupakan produk pangan
Bahan dalam
yang
digunakan
olahan
yang
cake
proses
pemanggangan
pembuatan
merupakan
hasil adonan
dikategorikan menjadi tiga golongan
yang telah difermentasi. Menurut
yaitu bahan dasar, bahan tambahan
Fadiati dkk (2011: 386), tahapan
dan bahan isi. Bahan dasar meliputi
membuat roti yang baik adalah: (a)
tepung terigu, gula, telur dan lemak;
seleksi bahan; (b) persiapan bahan;
bahan tambahan meliputi soda kue
(c)
dan baking powder, cream of tartar,
pengadukan
cokelat
peragian/fermentasi adonan roti; (f)
dan
aroma;
sedangkan
penimbangan
bahan;
bahan;
(d) (e)
bahan isi meliputi kacang-kacangan,
pembagian
adonan
buah-buahan, sayuran dan bahan
intermediate
proofing
cair. Bahan-bahan tersebut memiliki
akhir); (h) pembentukan adonan roti;
fungsi yang berbeda pada proses
(i) pembakaran; (j) pendinginan; dan
pengolahan cake.
(k) pengemasan.
Peralatan peranan
mempunyai
penting
(g)
(fermentasi
Kriteria adonan roti yang baik
proses
menurut Fadiati dkk (2011: 381),
pembuatan cake. Peralatan yang
yaitu: (a) menguleni adonan roti
digunakan terbagi ke dalam tiga
hingga
kelompok yaitu peralatan persiapan,
ditangan
pengolahan
menguleni
Peralatan
pada
roti;
dan
penyajian.
persiapan
tidak
menempel
lagi
waskom;
(b)
atau adonan
roti
hingga
meliputi
adonan terasa elastis; (c) menguleni
timbangan dan mangkuk; peralatan
adonan roti hingga terbentuk lapisan
pengolahan
mixer,
tipis saat dilebarkan dan tidak robek;
mangkuk, rubber spatula, pisau roti,
(d) menguleni hingga adonan roti
pisau
rak
bervolume 2 kali lipat dari adonan
pendingin, kantong semprot (piping
semula; (e) menguleni adonan roti
bag),
jangan menggunakan tangan terlalu
meliputi
pastry,
talenan
loyang,
oven
sedangkan
alas
cake,
putar/meja
putar,
dan
kompor;
peralatan
penyajian
lama
sehingga
adonan
tidak
menjadi keras.
yaitu dessert plate. Menurut Yogha dkk (2005: 23), cake yang baik adalah
cake
yang
mempunyai
33
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
Model
Pembelajaran
Bekerja
Langsung (Learning by Doing)
kompetensi
berikutnya
sebelum
menguasai kompetensi yang sedang
Pembelajaran bekerja langsung (PBL) dicetuskan oleh John Dewey
dipelajarinya. Hipotesis Tindakan
dalam Mariam (2004: 30), yang pada
Hipotesis penelitian
melakukan sesuatu dalam hal ini adalah
metode
belajar yang berarti mengalami, jadi
Langsung (Learning by Doing) dapat
harus melakukan tindakan dan dibawa
meningkatkan kemampuan siswa dalam
kepada situasi aslinya. Senada dengan
pengolahan kue dan roti di Kelas X
pendapat di atas, Hamalik (1990: 175),
Patiseri Program Keahlian Tata Boga
bahwa belajar yang efektif jika kegiatan
SMK Negeri 3 Pati Tahun 2010/2011”
itu
diarahkan
pada
pekerjaan tertentu.
Bekerja
Penelitian ini penulis lakukan pada saat pembelajaran mengolah kue
PBL merupakan pembelajaran mengggunakan kegiatan
direncanakan
Pembelajaran
METODE PENELITIAN
tugas-tugas pekerjaan dalam bidang
karena
“penggunaan
upaya
individu untuk dapat bekerja, melakukan
yang
adalah
dalam
intinya menjelaskan bahwa orang harus
belajat
ini
tindakan
kompetensi,
pembelajaran untuk
ini
dan roti di kelas X Patiseri SMK Negeri 3 Pati dengan jumlah siswa 17 orang. Alasan
pemilihan
kelas
X
Patiseri
mencapai
karena tingkat penguasaan mengolah
kompetensi khusus, dan unjuk kerja
kue dan roti masih perlu ditingkatkan
siswa. Penilaian didasarkan pada tes
mengingat sebagian siswa masih belum
hasil belajar (post-test) dan tes praktik,
mencapai KKM.
dilaksanakan setiap akhir pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di SMK
untuk mendapatkan ketuntasan belajar
Negeri
untuk setiap kompetensi. Sedangkan
sekolah
langkah-langkah model PBL, meliputi:
penerapan model PBL; (2) SMK Negeri
(1)
(2)
3 Pati merupakan sekolah kejuruan
melakukan observasi; (3) menyusun
yang berprestasi; dan (3) SMK Negeri 3
rencana
Pati
penjelasan
kompetensi;
kegiatan;
(4)
melakukan
3
Pati
dengan
mendukung
mendukung
alasan:
(1)
dilakukannya
dilakukan
studi
demonstrasi; (5) melaksanakan praktik;
pendahuluan dengan ujicoba model, hal
(6) melakukan diskusi; dan (7) siswa
ini
dan guru menyimpulkan produk yang
diperolehnya hasilk yang akurat.
telah
dihasilkan
untuk
menentukan
kompeten atau belum kompeten. Penekanan model PBL yaitu siswa tidak dapat melanjutkan pada
tentunya
Pengumpulan
memungkinkan
data dilakukan
dengan cara observasi, tes, wawancara, angket,
dokumen
tugas,
catatan
lapangan dan rekam gambar. Validasi
34
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
data melibatkan kolaborator dan peneliti
memperoleh nilai dalam kategori kurang
dalam
pada
sebanyak 1 orang (5,9%) dalam interval
validasi pengamatan penulis melibatkan
nilai 0-54, kategori cukup sebanyak 5
orang yang ahli, untuk menentukan
orang (29,4%) dalam interval 55-69,
lembar pengamatan telah mewakili data
kategori
yang
(64,7%) dalam interval 70-84, dan tidak
kegiatan
akan
kuesioner
wawancara,
diambil,
dilakukan
dan dua
validasi kali
yaitu
satupun
sebelum dan sesudah tindakan.
baik
sebanyak
siswa
yang
Perencanaan Tindakan
kinerja dapat ditentukan berdasarkan
Rencana
produk.
dalam
Siklus I
analisis deskriptif. Indikator keberhasilan
dan
masuk
orang
kategori sangat baik (0,0%).
Analisis data dilakukan dengan
proses
11
tindakan
siklus
I
Keberhasilan
meliputi kegiatan: (1) mengidentifikasi
proses, yaitu adanya perubahan perilaku
permasalahan yang muncul berkaitan
siswa.
produk
dengan pembelajaran pengolahan kue
menggunakan tolok ukur KKM, yaitu 70.
dan roti; (2) merancang pelaksanaan
Keberhasilan diperoleh apabila ≥ 85%
pemecahan
dari jumlah siswa yang mengikuti proses
pembelajaran pembelajaran pengolahan
belajar mengajar telah mencapai KKM,
kue dan roti dengan menggunakan
yaitu ≥70.
model PBL; (3) menyiapkan perangkat
Kriteria
HASIL
keberhasilan
PENELITIAN
DAN
tes
untuk
masalah
mengetahui
dalam
kemampuan
PEMBAHASAN
siswa; (4) menyiapkan skenario PTK;
Hasil Penelitian
dan (5) menyiapkan instrumen penelitian
Kondisi awal menunjukkan hasil
yang berupa tes, pedoman observasi,
kemampuan siswa dalam pengolahan
catatan lapangan, angket, pedoman
kue dan roti masih rendah, nilai rata-rata
wawancara, dan dokumentasi.
yang dicapai hanya 67,6. Siswa yang Peningkatan Kemampuan Membuat Kue dan Roti Tabel 1 Hasil Tes Siklus I No
Kategori
Interval
Frek
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85 – 100 70 – 84 55 – 69 0 - 54
3 9 5 0 17
Berdasarkan
tabel
menunjukkan
hasil
tes
siklus
Bobot Skor 266 678 322 0 1266
%
Rata-rata
17,6 52,9 19,2 0,0 100,0
74,5% Kategori Baik
1
sebelum dilakukan tindakan. Rata-rata
I
nilai
mengalami peningkatan dibandingkan
tercapai
sebesar
74,5,
terjadi
peningkatan sebesar 6,9. Siswa yang
35
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
termasuk dalam kategori kurang tidak
mengarah
ditemukan (0,0%), kategori cukup 5
penggunaan
bahan
orang (29,4%), kategori baik 9 orang
penguasaan
terhadap
(52,9%), dan kategori sangat baik 3
pembuatan kue dan roti sudah tepat dan
orang
hasilnya cukup bagus.
(17,6%).
Data
tersebut
pada
membuktikan bahwa siswa sudah mulai
Perubahan Perilaku
memahami pembelajaran pengolahan
Hasil
kue dan roti, penguasaan pemilihan
kriteria
ketepatan dan
alat,
tahap-tahap
pengamatan
terhadap
perilaku siswa seperti tabel berikut.
bahan dan penggunaan peralatan sudah Tabel 2 Tabel Pengamatan Siklus I Kategori dan Nilai Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Kurang (1) Jumlah Rata-rata % Hasil
Keaktifan Tugas 4 16 8 24 4 8 1 1 17 49 2,9 72,1
Keseriusan Pelajaran 6 24 9 27 1 2 1 1 17 54 3,2 79,4
pengamatan
perilaku
Keseriusan Tanggapan Sharing Menyenang Model Teknik kan 5 20 5 20 4 16 6 24 8 24 10 30 9 27 10 30 3 6 2 6 2 6 1 2 1 1 0 0 2 2 0 0 17 51 17 56 17 51 17 56 3,0 3,3 3,0 3,3 75,0 82,4 75,0 82,4 beberapa siswa yang kurang aktif dan serius
dalam
pembelajaran.
siswa pada siklus I dilihat dari aspek
Penguasaan terhadap variasi model dan
keaktifan tugas 72,1% siswa antusias
teknik membuat kue dan roti masih
dan
tugas
belum dapat dikuasai dengan baik,
pengolahan kue dan roti melalui model
kurang berani bertanya kepada guru
PBL. Pada aspek keseriusan pelajaran
tentang teknik pembuatan kue dan roti
79,4% siswa serius menyimak dan
yang baik sehingga masih mengalami
memperhatikan penjelasan dan contoh-
kesulitan
contoh yang diberikan guru. Aspek
pembuatan kue dan roti.
keseriusan model 75,0% siswa serius
Refleksi Siklus I
serius
mengerjakan
mengerjakan model-model pembuatan
dalam
menyelesaikan
Refleksi siklus I didasarkan hasil
kue dan roti. Aspek tanggapan teknik
tes dan hasil nontes
82,4% siswa sudah memenuhi kriteria
pengolahan kue dan roti melalui model
teknik pembuatan kue dan roti. Aspek
PBL yang telah terlaksana pada siklus I.
sharing 75,0% siswa melakukan sharing
Hasil tes menunjukkan bahwa target
dengan guru tentang hal-hal yang belum
penelitian masih perlu ditingkatkan. Hal
dikuasai
merasa
nampak dari 17 siswa kelas X Patiseri,
pembelajaran
11 siswa (64,7%) telah mencapai KKM
pengolahan kue dan roti melalui model
dan 6 siswa (35,3%) belum mencapai
PBL. Namun demikian masih terdapat
KKM. Keberhasilan diperoleh apabila ≥
senang
dan
82,4%
dalam
siswa
pembelajaran
36
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
Perencanaan Tindakan
85% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran
telah
mencapai
KKM,
Perencanaan tindakan siklus II,
yaitu ≥70.
meliputi: (1) memantapkan penggunaan
Berdasarkan analisis hasil tes
model PBL; (2) menyiapkan materi
menunjukkan bahwa kelemahan siswa
pada siklus II berdasarkan kelemahan
terletak
yang timbul pada siklus I; (3) menyusun
pada
kemampuan,
mengembangkan
kecepatan,
ketepatan
langkah-langkah
pelaksanaan
sehingga kreatifitas dalam membuat kue
pembelajaran;
dan roti tidak maksimal. Kelemahan dan
siklus II; (5) menyiapkan instrumen
kekurangan yang terjadi pada siklus I
penelitian yang berupa tes, pedoman
dapat
observasi
dijadikan
sebagai
acuan
pelaksanaan siklus berikutnya.
(4)
dan
menyiapkan
wawancara,
RPP
catatan
lapangan, angket, dan dokumentasi.
Siklus II Peningkatan Kemampuan Membuat Kue dan Roti Tabel 3 Hasil Tes Siklus II No
Kategori
Interval
Frekuensi
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85 – 100 70 – 84 55 – 69 0 - 54
12 5 17
Rata-rata
skor
yang
dicapai
Bobot Skor 1084 373 1457
terhadap
% 70,6 29,4 100,0
pemilihan
85,7% Kategori Sangat Baik
bahan
dan
sudah
tepat,
pada siklus II sebesar 85,7%, meningkat
penggunaan
sebesar 11,2 dari siklus I. Nilai dengan
penguasaan
kategori sangat baik sebanyak 12 siswa
pembuatan kue dan roti sudah tepat dan
(70,6%), kategori baik sebanyak 5 siswa
hasilnya bagus dan variatif. Hal ini
(29,4%), kategori cukup dan kurang
menunjukkan
tidak
tersebut
kemampuan siswa dalam pengolahan
siswa
kue dan roti makin meningkat dari
sudah mampu memahami pembelajaran
kategori baik pada siklus I menjadi
pengolahan kue dan roti, penguasaan
kategori sangat baik pada siklus II.
ditemukan.
membuktikan
bahwa
Data seluruh
peralatan
Rata-rata
terhadap
bahwa
tahap-tahap
rata-rata
37
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
Perubahan Perilaku Tabel 4 Tabel Pengamatan Siklus II Kategori dan Nilai Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Kurang (1) Jumlah Rata-rata % Hasil
Keaktifan Tugas 8 32
Keseriusan Pelajaran 9 36
Keseriusan Model 8 32
Tanggapan Teknik 9 36
Sharing 7
28
Menyenang kan 9 36
5 4 0
15 8 0
6 2 0
18 4 0
7 2 0
21 4 0
6 2 0
18 4 0
10 0 0
30 0 0
8 0 0
24 0 0
17
55 3,2 80,1
17
58 3,4 85,3
17
57 3,3 83,8
17
58 3,4 85,3
17
58 3,4 85,3
17
60 3,5 88,2
pengamatan
perilaku
Refleksi Siklus II
siswa pada siklus II dilihat dari aspek
Refleksi
hasil
pembelajaran
keaktifan tugas 90,1% siswa sangat
pengolahan kue dan roti melalui model
antusias
aspek
pembelajaran bekerja langsung pada
keseriusan pelajaran 85,3% siswa fokus
siklus II, mampu memotivasi siswa
dalam pembelajaran. Aspek keseriusan
dalam
model 83,8% siswa menguasai model-
dengan
meningkatnya
model membuat kue dan roti, aspek
belajar.
Hal
tanggapan teknik 85,3% siswa sudah
peningkatan rata-rata nilai menjadi 85,7
menguasai teknik pembuatan kue dan
dengan
roti. Aspek sharing 85,3% siswa selalu
11,2
berkonsultasi dengan guru dan 88,2%
pemanfaatan
siswa sangat menyukai pembelajaran
bekerja langsung dapat meningkatkan
dengan menggunakan model PBL.
kemampuan siswa dalam pengolahan
mengerjakan
Berdasarkan
tugas,
temuan
pengamatan
perilaku
menunjukkan
bahwa
perubahan
perilaku
data siswa
yang
mampu
model
meningkatkan
PBL
ini
yang
diiringi
kemampuan
terbukti
adanya
angka
peningkatan
sebesar
(15,03%).
Dengan
demikian
model
pembelajaran
kue dan roti. Pembahasan
terdapat
1. Peningkatan Kemampuan Siswa
cukup
dalam Pembelajaran Pengolahan
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran
Kue dan Roti
ternyata
Hasil
penelitian
tentang
kemampuan
pembelajaran pengolahan kue dan
siswa kelas X Patiseri SMK Negeri 3
roti memberikan gambaran bahwa
Pati dalam pembelajaran pengolahan
terdapat peningkatan dari prasiklus,
kue dan roti.
siklus
I,
siklus
II,
peningkatan
kemampuan pengolahan kue dan roti ini didasarkan pada tes yang
38
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
dilakukan pada siklus I dan siklus ke
sebesar 6,9 (10,2%) dari prasiklus.
II.
Pada
Setelah
siswa
mengikuti
siklus
pembelajaran pengolahan kue dan
mencapai
roti
Seluruh
melalui
model
PBL
secara
II
nilai
kategori siswa
rata-rata
sangat
sudah
baik.
mampu
bertahap kemampuan siswa makin
menguasai pembelajaran membuat
meningkat.
kue dan roti dengan baik melalui
Kemampuan
siswa
dalam membuat kue dan roti pada
model PBL.
siklus I sebesar 74,5 meningkat Tabel 5 Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Kemampuan Siswa Pencapaian Kemampuan Prasiklus 67,6
Siklus I 74,5
Berdasarkan
Peningkatan Kemampuan
Siklus II 85,7
Pra-I 6,9
% 10,2
I-II 11,2
% 15,0
Pra-II 18,1
% 26,8
perbandingan
dan siklus II dapat diketahui bahwa
hasil rata-rata nilai tes tersebut
pembelajaran pengolahan kue dan
dapat disimpulkan bahwa melalui
roti
model PBL dapat meningkatkan
mengubah tingkah laku siswa kelas
kemampuan
X Patiseri, perubahan tingkah laku
siswa
dalam
pengolahan kue dan roti.
melalui
model
PBL
dapat
siswa yang terjadi adalah perubahan positif
2. Perubahan Perilaku Siswa
pada
semua
aspek
pengamatan seperti terlihat pada
Tingkah laku siswa selama
tabel 6.
kegiatan pembelajaran tahap siklus I
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Perilaku Siswa
Perubahan Positif Perilaku Siswa Peningkatan % 6 12,2 4 7,4 6 11,8 2 3,6 7 13,7 4 7,1
Aspek Siklus I 49 54 51 56 51 56
Keaktifan tugas Keseriusan pelajaran Keseriusan penerapan model Tanggapan pembelajaran Sharing dengan teman Pembelajaran menyenangkan Berdasarkan pengamatan penerapan
hasil
tersebut, model
PBL
Siklus II 55 58 57 58 58 60 pemahaman
siswa
tentang
maka
pembelajaran pengolahan kue dan
dalam
roti.
Siswa
mampu
pembelajaran pengolahan kue dan
perhatian,
roti
keaktifan siswa dalam mengikuti
di
kelas
X
Patiseri
telah
gairah
membangun belajar,
Penerapan
dan
memberikan hasil yang baik. Hal itu
pembelajaran.
model
terlihat pada perubahan sikap dan
PBL ini membantu siswa memahami
39
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
dalam
pembelajaran
pengolahan
2. Penggunaan model PBL dalam
kue dan roti dan memudahkan
pembelajaran pengolahan kue dan
siswa
mendapat
ide
sehingga
roti memberikan dampak terhadap
siswa
dalam
perubahan perilaku siswa ke arah
pengolahan kue dan roti secara
positif. Hasil pengamatan siklus I
bertahap menjadi lebih baik.
dan
kemampuan
siklus
II
menunjukkan
PENUTUP
konsistensi
Simpulan
pada semua aspek pengamatan,
Berdasarkan penelitian
tindakan
pembahasan, kelas
ini
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebelum pengetahuan
tindakan,
dan
kemampuan
perilaku
yaitu keaktifan tugas, keseriusan pelajaran,
keseriusan
tanggapan
dilakukan
perubahan
teknik,
model,
sharing,
dan
pembelajaran yang menyenangkan menunjukkan
peningkatan
yang
siswa dalam pengolahan kue dan
cukup baik dan siswa merespon
roti
dengan positif.
masih
tindakan
rendah.
kelas
Penelitian
yang
dilakukan
3. Hasil
penelitian
di
atas
sebagai upaya untuk peningkatan
membuktikan bahwa penggunaan
kemampuan pengolahan kue dan
model PBL dinilai berhasil dan dapat
roti di kelas X Patiseri SMK Negeri 3
meningkatkan
Pati
melalui
dalam pengolahan kue dan roti
bekerja
melalui model pembelajaran PBL di
doing).
kelas X Patiseri SMK Negeri 3 Pati.
dapat
model
ditingkatkan
pembelajaran
langsung
(learning
Penelitian
tindakan
dilakukan
dalam
sebelumnya untuk
by
kelas dua
diadakan
mengetahui
ini
siklus, prasiklus
kemampuan
siswa
Saran Beberapa disampaikan
saran
yang
berdasarkan
dapat hasil
tingkat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
dalam
1. Kemampuan dalam pengolahan kue
pembelajaran pengolahan kue dan
dan roti sudah cukup baik, prestasi
roti sebelum diterapkan model PBL.
bagus yang telah dicapai perlu
Peningkatan ini dapat dibuktikan
dipertahankan,
dengan nilai rata-rata dari prasiklus
ditingkatkan
lagi.
(67,6), siklus I (74,5), dan siklus II
secara
di
(85,7). Dari data tersebut dapat
pembelajaran perlu dilakukan siswa
disimpulkan
agar tujuan belajar dapat tercapai
kemampuan
mengalami signifikan.
siswa
bahwa peningkatan
siswa secara
aktif
dan
lebih
Keterlibatan dalam
proses
dengan baik.
2. Guru Program Keahlian Tata Boga disarankan
menggunakan
model
40
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014
PBL, karena model pembelajaran ini
Kejuruan,
terbukti
dan Manajemen. Bandung :
dapat
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
pembelajaran pengolahan kue dan
Kewiraswastaan,
PT. Citra Aditya Bakti. Mariam, Nila Siti. 2004. Pengembangan
roti.
Model Pembelajaran Bekerja
3. Pengembangan
model
PBL
Langsung untuk Meningkatkan
sebaiknya dapat diterapkan untuk
kompetensi
semua program keahlian dan semua
program Keahlian Tata Boga
jenjang pendidikan, untuk itu perlu
di SMK (penelitian pada SMK
adanya peneliti lebih lanjut dalam
di Propinsi Banten dan Jawa
mengembangkan model ini.
Barat).
siswa
(Online).
pada
(http://a-
research.upi.edu), DAFTAR PUSTAKA
diakses
tanggal 10 Juni 2011.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik dan
Cipta.
Implementasi. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:
Rineka
Sidi,
Indra
Djati.
2001.
Masyarakat
Cipta.
Menuju
Penggagas
Paradigma Baru Pendidikan. Fadiati dkk. 2011. Mengelola Usaha Jasa
Boga
Yang
Bandung:
Jakarta: Paramadina.
Sukses.
PT.Remaja
Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor
Rosdakarya. Faridah dkk. 2008. Patiseri. Jakarta:
Belajar
yang
Mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Suryosubroto.
Menengah Kejuruan.
1997.
Proses
Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: Hakim, Thursan. 2008. Belajar Secara
Rineka Cipta.
Efektif. Jakarta: Puspa Swara, Yogha, Sudewi, dkk. 2005. Modul Mata
Anggota IKAPI.
Kuliah
Cake
dan
Roti.
Bandung: Jurusan Pendidikan Hamalik,
Oemar. Tenaga
1990. Kerja
Pendidikan Nasional
:
Kesejahteraan Keluarga FPTK UPI.
41