PENGARUH TAHAP OBSERVASI YANG DILAKUKAN DI LUAR KELAS PADA MODEL INKUIRI INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 MALANG POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS Anis Rohma Rahayu, Subani dan Kadim Masjkur Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Berdasarkan penelitian yang terdahulu didapatkan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri induktif dibutuhkan waktu yang cukup lama sehingga perlu alternatif lain untuk memaksimalkan penerapan model inkuiri induktif. Untuk salah satu alternatif digunakan tahap observasi pada model inkuiri induktif dilakukan di luar kelas dengan harapan waktu yang digunakan di dalam kelas untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model inkuiri induktif dengan tahap observasi dilakukan di luar kelas lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model inkuiri induktif dengan keseluruhan tahapannya dilakukan di dalam kelas. Instrumen pada penelitian ini ialah instrumen perlakuan dan pengukuran. Instrumen perlakuan berupa RPP dan LKS, sedangkan untuk instrumen pengukuran berupa soal pilihan ganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model inkuiri induktif dengan tahap observasi dilakukan di luar kelas lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model inkuiri induktif yang keseluruhan tahapannya dilakukan di dalam kelas. Kata kunci: tahap observasi di luar kelas, inkuiri induktif, hasil belajar
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 1 Malang, hasil belajar siswa tidak begitu memuaskan pada materi suhu dan kalor, dari 36 siswa dalam satu kelas hanya 6 - 8 siswa yang nilainya diatas KKM yang ditentukan. Hal ini jauh dari ketentuan minimal pembelajaran yang mengharuskan 75% siswa dalam satu kelas tidak melaksanakan remidi. Pembelajaran fisika hanya menekankan penyelesaian soal saja tanpa mencari tahu gejala ataupun penyebabnya. Pembelajaran fisika yang menekankan pada penyelesaian soal ini mengejar target
siswa dalam memenuhi ujian atau evaluasi tiap semester. Selain itu, waktu yang disediakan untuk menyampaikan materi fisika dalam satu minggu 2 kali pertemuan, disetiap pertemuan 90 menit. Belum lagi jikalau ada kegiatan yang mengganggu pembelajaran. Oleh karena itu guru harus memenuhi target menyelesaikan materi dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Saat guru menekankan target kognitif saja maka ketercapaian materi saja yang didapat tanpa memperhatikan siswa yang kurang mampu menyerap secara cepat. Hal ini didapat dari pengakuan siswa, yang tidak menangkap secara utuh materi yang disajikan guru. Listrik dinamis merupakan salah satu meteri yang dibahas pada kelas X SMA. Sub materi listrik dinamis terdiri dari hukum ohm, rangkaian seri paralel, jukum kirchoff I dan II, listrik AC dan DC. Inkuiri induktif merupakan salah satu model pembelajaran yang memeri kesempatan kepada siswa untuk menemukan masalah, mengorganisasi masalah, mengumpulkan data, dan menyelesaikan masalah. Sintaks pembelajaran dalam model inkuiri induktif ialah observasi, merumuskan maslah, mengajukan hipotesis, eksperimen, diskusi, dan penarikan kesimpulan. Sintaks dalam model pembelajaran inkuiri induktif memiliki kecocokan jika diterapkan dalam materi listrik dinamis dikarenakan materi dalam listrik dinamis mendukung siswa untuk melakukan observasi dan eksperimen. Dalam pelaksanaan model inkuiri induktif seutuhnya diperlukan waktu yang lama karena diperlukan waktu untuk menemukan melalui pengalaman langsung dari kenyataan. Pernyataan ini di dukung dengan observasi yang dilakukan peneliti, pada waktu melaksanakan eksperimen dilakukan pada 2 jam pelajaran yang disediakan sehingga dalam satu hari pelajaran fisika hanya digunakan untuk eksperimen tanpa penyampaian materi. Untuk mengatasi kelemahan dalam mengajarkan listrik dinamis melalui model pembelajaran inkuiri induktif diperlukan solusi untuk menekan kelemahan yang dijabarkan diatas. Dalam hal ini yang disoroti adalah kelemahan tentang waktu yang disediakan pada proses pembelajaran agar efektif diperlukan observasi awal sebagai tugas terstruktur sebagai alternatif untuk menghemat
waktu dan memberikan kesempatan siswa untuk menggali pengetahuan awal dari kegiatan observasi awal. Dalam menerapkan model inkuiri induktif diperlukan waktu yang banyak pada tahapan mengobservasi, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin membandingkan hasil belajar pada model inkuiri induktif dimana pada tahap observasi dilakukan di rumah karena untuk meminimalisir kelemahan model inkuiri induktif sehingga pembelajaran di dalam kelas lebih menekankan pada tahap diskusi dan penyelesaian masalah. Teori Belajar Konstruktivistik Teori belajar konstruktivistik merupakan salah satu teori belajar yang dianjurkan dalam membelajarkan fisika kepada siswa. Menurut Koes (2003:40) para konstruktivisme meyakini bahwa setiap pebelajar harus mengkonstruksi makna untuk dirinya sendiri. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi adalah sesuatu yang dihubungkan dengan pengetahuan, pengalaman, atau konseptualisasi yang telah ada pada diri individu. Dalam pembelajaran konstruktivis, tugas utama guru ialah menjadikan para siswa dapat menemukan dan membuat keterkaitan untuk diri mereka sendiri yang menghasilkan makna-makna terinternalisasi secara sahih dan unik bagi masing-masing siswa. Inkuiri Induktif Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala (Koes, 2003:12). Sedangkan model inkuiri merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menemukan masalah, mengumpulkan, mengorganisasi, memanipulasi data, serta memecahkan masalah. Model Inkuiri Induktif dengan Tahap Observasi Awal sebagai Tugas Terstruktur Tugas terstruktur adalah tugas pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh guru dimana waktu penyelesaian penugasannya ditentukan oleh
guru. Tugas terstruktur ini lebih meringankan beban guru karena disini guru sebagai fasilitator, tutor, dan teman belajar. Strategi yang disarankan dalam pemberian tugas terstruktur ini adalah diskoveri inkuiri. Diskoveri inkuiri adalah strategi pembelajaran yang mengembangkan kemandirian siswa dalam memahami konsep dengan melakukan observasi di lingkungan sekitarnya. Hasil Belajar Menurut Bloom hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Dalam pemberian nilai, hendaknya harus memperhatikan kriteria atau acuan yang digunakan untuk menilai hasil kerja siswa. Penilaian hasil belajar dalam IPA berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran terhadap keteraturan dan keindahan ciptaan Tuhan, meningkatkan pemahaman konsep, dan prinsip-prinsip melalui sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini, peneliti ingin menerapkan tahap observasi awal sebagai tugas terstruktur pada model inkuiri induktif. Tujuan dari observasi awal sebagai tugas terstruktur ialah untuk membantu siswa mengamati sendiri gejala yang akan dicari. Gejala yang diamati pada tahap observasi diharapkan mampu dijadikan long term memories. Diharapkan dengan dilakukannya observasi di luar kelas mendorong siswa untuk bereksperimen lebih dalam dalam menemukan sebuah permasalahan yang nantinya akan dibahas di dalam kelas bersama teman yang lain. Waktu di luar kelas setidaknya dapat dimanfaatkan siswa untuk menggali informasi lebih dari hasil observasi sehingga nantinya di dalam kelas ketika berdiskusi dapat berbagi dengan teman yang lain dengan pengalaman yang berbeda-beda. Sani (2013) menuliskan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam mata pelajaran fisika yang diajar dengan model inkuiri dan model
konvensional, selain itu siswa yang diajar menggunakan inkuiri training (latihan inkuiri) mempunyai tingkat penguasaan konsep yang lebih tinggi dan mampu menjawab lebih banyak tes hasil belajar. Kristianingsih (2010) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan alat optik dapat meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran inkuiri induktif mampu menumbuhkan kemampuan berpikir siswa untuk memahami konsep yang dipelajari dan saat penerapan model pembelajaran inkuiri induktif ini disertai dengan tugas terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar (Habiburrahman, 2009). Dari beberapa tulisan diatas dapat ditarik hipotesis bahwa Ada pengaruh tahap observasi awal sebagai tugas terstruktur pada model inkuiri induktif terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X SMAN 1 Malang Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Tujuan penelitian dari eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan (Suryabrata, 1983:92). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas yaitu eksperimen dan kontrol, masing-masing kelas terdapat pretest dan postest sehingga penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan desain penelitian Pretest Postest Control Group Desaign. Bagan rancangan eksperimen dapat dilihat pada Table 3.1 Table 3.1 Bagan Rancangan Eksperimen Subyek
Pretest
Perlakuan
postest
E
O1
X1
O2
K
O3
X2
O4
Keterangan: E = kelas eksperimen K = kelas kontrol = pemberian model inkuiri induktif dengan tahap observasi di luar kelas X1 = pemberian model inkuiri induktif X2
O2 - O1 = pencapaian skor posttest dan pretest kelas eksperimen O4 - O3 = pencapaian skor posttest dan pretest kelas kontrol
Instrumen Perlakuan Instrumen perlakuan berupa perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Penyusunan instrumen penelitian ini dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Instrumen perlakuan ini meliputi RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol beserta LKS untuk memperlancar proses pembelajaran. Instrumen Pengukuran Intrumen pengukuran yang dapat mencerminkan variabel penelitian ini adalah soal tes prestasi. Soal tes prestasi siswa dari aspek kognitif saja yang berupa soal pilihan ganda. Soal tes pilihan ganda ini dikonsultasikan kepada guru pembimbing sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, dan indikator soalnya. Prestasi yang diukur dalam penelitian ini meliputi jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). pengukuran pada instrumen yang dilakukan adalah reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, dan daya beda Pengumpulan Data Data yang didapat dari penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data-data berupa angka. Data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu skor pretest kemampuan mengerjakan soal dan skor posttest mengerjakan soal setelah diberi perlakuan. Langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh data kuantitatif yaitu, (1) melakukan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa test kognitif yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, (2) melakukan proses pembelajaran model inkuiri
induktif dengan tahap observasi dilakukan di luar kelas untuk kelas eksperimen dan model inkuiri induktif yang keseluruhan tahapannya dilakukan di dalam kelas untuk kelas kontrol, dan (3) setelah pemberian perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kontrol maka diadakan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji homogenitas dan uji normalitas, dan (2) uji hipotesis Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Malang, didapatkan data-data sebagai berikut. Tabel 4.1 Diskripsi data hasil Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas Statistik Eksperimen Kontrol N 36 36 Nilai Tertinggi 80 85 Nilai Terendah 55 35 Rata-rata (Mean) 69,31 55,28 SD 8,96 14,04
Dari tabel 4.1 dapat diketahui nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 69,31 dari 36 siswa, dengan standar deviasi 8,96. Sedangkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 55,28 dari 36 siswa, dengan standar deviasi 14,04. Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil dari perhitungan uji rata-rata nilai postest siswa disajikan dalam tabel 4.3
Tabel 4.4 hasil uji hipotesis pretest siswa Kelas Eksperimen Kontrol
Rata-rata 69,31 55,28
Standar Deviasi 8,96 14,04
df
t hitung
70
5.529
t tabel 2.0301
Berdasakan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 5.529 sedangkan dari hasil nilai t pada tabel dengan df =70 nilai signifikansi 5% diperoleh nilai 2.0301 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya siswa yang diajar dengan model inkuiri induktif dengan tahap obserasi di luar sekolah lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model inkuiri induktif. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar kognitif fisika siswa yang diajar menggunakan model inkuiri induktif dengan tahap observasinya dilakukan di luar kelas lebih baik daripada siswa yang diajar dengan keseluruhan tahapan model inkuiri induktif dilakukan di dalam kelas.
Saran (1) Bagi peneliti lain, jikalau menggunakan model inkuiri induktif hendaknya pilih materi yang tahap observasinya mudah dilakukan dan tidak berbahaya sehingga memudahkan siswa dalam mengamati gejala yang ditimbulkan
(2) Bagi guru pendamping, lebih sabar mengarahkan siswa dalam menyusun hipotesis penelitian dikarenakan siswa kebingungan dalam menyusun jipotesis (3) Bagi guru pendamping, tahap observasi di luar kelas membutuhkan LKS yang bersifat membimbing dan tidak menimbulkan penafsiran ganda agar saat siswa melaksanakan observasi di luar kelas bisa mengerti tahap-tahap yang harus dilakukan secara jelas DAFTAR RUJUKAN Budirahman, Novan. 2009. Penerapan Model Inkuiri Induktif Disertai Tugas Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Skripsi, tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Fanyadhiba. 2011. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri, (Online), (http://id.shvoong.com/tags/kelemahan inkuiri), diakses 2 Mei 2013 Habiburahman, Novan. 2009. Penerapan Model Inkuiri Induktif Disertai Tugas Terstruktur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 8 Malang Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi, tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Koes, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Kristianingsih, D. D. Sukiswo, S. E. & Khanafiyah. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorical Riddle pada Pokok Bahasan Alat-Alat Optik, 6 (10). (Online), (http://journal.Unnes.ac.id), diakses 24 Juli 2013 Sani, Abdullah Ridwan. & Tarigan, Yeni Evalina. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran Fisika, 3 (2). (Online), (http://journalagfi.org), diakses 24 Juli 2013 Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.