TANGGAPAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: ANEISIA KHAIRAWATI SAPUTRA NIM 11405244025
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
MOTTO
“sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Rad 13: 11)
Expect for the Best, Plan for the Worst, and Action whatever it takes! (Bong Chandra)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer)
Tidak ada pemberian ALLOH yang paling luas dan lebih dari pada KESABARAN (H.R Bukhari)
Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada Kemudahan (Surat Al Insyiroh 94: 6)
Isoho Rumongso Ojo Rumongso Isoh (Penulis)
v
PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim, teriring doa dan penuh rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas karunia dan ridho yang Engkau berikan kepada hamba sehingga mampu menyelesaikan karya tulis sederhana ini. Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Ibu dan Bapakku, ibu Titik Paryanti dan Bapak Wahyu Saputra, terimakasih atas doa dan pengorbanan yang selama ini tercurahkan. Terimakasih telah memberikan segenap surga kasih sayang yang luar biasa istimewa bagi putrimu, yang tak akan pernah terlupakan. Simbahku, Mbah GitoWiharjo, terima kasih atas kasih saying dan doa-doa yang tercurahkan selama ini untuk cucumu.
Kubingkiskan skripsi ini untuk: Seluruh keluarga besar trah GitoWiharjo, tiada kata lain selain ucapan terimakasih atas motivasi, dukungan moril serta doa yang tiada henti. Adikku, NurHidayah Titik Saputra, semoga kau bias lebih hebat untuk membanggakan dan membahagiakan orang tua kita. Terimakasih untuk dukungan dan motivasi yang selama ini kau berikan. Keluargaku muda-mudi kelompok Pereng, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan, doa dan semangat yang diberikan selama ini. Sahabat-sahabat seperjuangan Pendidikan Geografi NR 2011, terimakasih atas dukungan, kerjasama dan kebersamaan selama ini. Teman-teman HMPG Masa Bakti 2011/2012 dan 2012/2013 yang telah mengajarkanku banyak pengalaman berorganisasi selama di bangku perkuliahan. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.
vi
TANGGAPAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN Oleh Aneisia Khairawati Saputra 11405244025 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1) Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 2) Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas. 3) Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas. 4) Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas. 5) Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah pengguna Pamsimas, Perangkat Desa, Tim Fasilitator tingkat Kecamatan dan Dinas Sumber Daya Air serta ROOMS (Regional Oversight Management Services) Pamsimas. Informan diambil purposive sampling yang diambil dengan tujuan tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) a) penerapan program Pamsimas melibatkan semua lapisan masyarakat tanpa membedakan gender dan status sosial. b) bentuk penerapannya diawali dengan adanya sosialisasi dari Bappeda, diikuti dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan sampai pada tahap evaluasi. 2) faktor pendukung program Pamsimas adalah swadaya masyarakat berupa dana, ide dan tenaga. 3) faktor penghambat:a) merasa kualitas air yang digunakan sudah layak untuk dikonsumsi. b) penempatan tandon air yang belum menjangkau seluruh masyarakat. c) ada masyarakat yang merusak fasilitas dengan cara membakar pipa saluran air. 3) tanggapan masyarakat terhadap Pamsimas: sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya Pamsimas. 4) partisipasi masyarakat: a) masyarakat mengikuti semua kegiatan yaitu dari sosialisasi sampai evaluasi. b) masyarakat aktif dan lancar membayar iuran setiap bulan. c) masyarakat menjaga fasilitas yang ada baik di sekitar rumah maupun pipa utama. 5) upaya meningkatkan : a) menghilangkan budaya masyarakat BABS (Buang Air Besar Sembarangan). b) pemerintah memberikan bantuan berupa dana. c) pemerintah pusat memberikan bantuan dana untuk pengembangan Pamsimas ke tahap selanjutnya. Kata kunci : Tanggapan, Partisipasi Masyarakat dan Pamsimas
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Tanggapan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menuntut ilmu di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah berkenan memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Dr. Mukminan selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi, dan arahannya sampai penelitian ini selesai. 5. Ibu Nurul Khotimah, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penyusunan tugas akhir ini. 6. Ibu Dr. Dyah Respati SS, M.Si selaku narasumber skripsi yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak/ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta atas bekal ilmunya selama ini. 8. Bapak Agung Yulianto, S.E sebagai admin Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 9. Bapak-bapak Kepala Desa di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang telah memberikan izin wawancara. 10. Bapak Sugeng Santoso, perwakilan fasilitator dari BAPPEDA Kabupaten Klaten yang berkenan menjadi narasumber penelitian.
viii
11. Bapak dan ibu selaku masyarakat pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan serta seluruh informan yang telah memberikan waktu dan informasinya untuk penelitian ini. 12. Bapak Ir. Wahyu Saputra dan Ibu Titik Paryanti, kedua orang tua saya yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya. 13. Nur Hidayah, adik saya yang selalu memotivasi, membantu dan mendoakan dalam melaksanakan proses penelitian di lapangan. 14. Keluarga besar dan teman-teman Pendidikan Geografi, khususnya kelas Non Reguler 2011 yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam melakukan penelitian. 15. Teman-teman muda-mudi Desa Pereng yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini. 16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah berperan serta membantu kelancaran dan terlaksanya penyusunan tugas akhir skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri, serta sebagai dharma bakti penulis kepada almamater tercinta.
Yogyakarta, 15 September 2015 Penulis
Aneisia Khairawati Saputra NIM. 11405244025
ix
DAFTAR ISI
Bab
Halaman
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
8
C. Fokus Penelitian
9
D. Rumusan Masalah
10
E. Tujuan Penelitian
10
F. Manfaat Penelitian
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
13
A. Kajian Teori
13
1. Kajian Geografi
13
a. Pengertian Geografi
13
b.
Konsep Geografi
14
c.
Pendekatan Geografi
20
B. Kajian Tentang Pamsimas
22
1. Pengertian Pamsimas
22
2. Landasan Yuridis Pemberdayaan Program Pamsimas
25
x
3. Faktor Penghambat atau Kendala
26
C. Kajian Tanggapan
27
D. Kajian Partisipasi Masyarakat
28
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
28
2. Bentuk Partisipasi
31
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
32
4. Tahap Partisipasi
34
5. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pamsimas
36
E. Kerangka Berpikir
41
BAB III METODE PENELITIAN
44
A. Desain Penelitian
44
B. Subjek Penelitian
44
C. Tempat dan Waktu Penelitian
46
D. Teknik Pengumpulan Data
47
E. Instrumen Penelitian
50
F. Teknik Analisis Data
50
G. Keabsahan Data
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Prambanan
55 55
1. Kondisi Fisiografis
55
2. Kondisi Demografis
67
3. Kondisi Sosial dan Ekonomi Kecamatan Prambanan
76
4. Kondisi Sarana dan Prasarana
76
5. Kondisi Ekonomi
80
B. Pembahasan
84
1. Pamsimas di Kecamatan Prambanan
84
2. Karakteristik Informan
88
3. Penerapan Program Pamsimas
100
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pamsimas
112
xi
5. Tanggapan Masyarakat terhadap program Pamsimas
117
6. Partisipasi Masyarakat dalam program Pamsimas
119
7. Upaya meningkatkan
121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
125
A. Kesimpulan
125
B. Saran
127
DAFTAR PUSTAKA
129
LAMPIRAN
131
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
Tabel 1. Penelitian Relevan
39
Tabel 2. Informan Penelitian
46
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
47
Tabel 4. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Fergusson
61
Tabel 5. Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Prambanan Tahun 2005-2014
62
Tabel 6. Penggunaan Lahan Kecamatan Prambanan
66
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Jenis Kelamin
68
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Menurut Desa dan Jenis Kelamin
70
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Kelompok Umur
71
Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
72
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Pendidikan
74
Tabel 12. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Mata Pencaharian
76
Tabel 13. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Prambanan
77
Tabel 14. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Prambanan
78
Tabel 15. Jumlah Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan
80
Tabel 16. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Prambanan
82
Table 17. Jumlah Kelompok Tani Ikan Air Tawar
83
Tabel 18. Jumlah Peternak Hewan di Kecamatan Prambanan
84
Tabel 19. Jumlah Pengguna Pamsimas Setiap Desa
87
Tabel 20. Tabel Perbandingan Jumlah Pengguna Pamsimas dan Belum Menggunakan Pamsimas
88
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Model Kerangka Berfikir
43
Gambar 2. Model Analisis Data
52
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Prambanan Peta Lokasi Penelitian
58
Gambar 4. Peta Jalur Pipa Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten
101
Gambar 5. Dokumentasi Penelitian
142
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi. Air merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup dan merupakan kekuatan utama secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan hidup manusia. Salah satu sifat khusus air adalah sangat mudah berubah wujud. Air dapat dijumpai di planet bumi dalam 3 bentuk, padat, cair dan gas. Ketiga wujud air ini berpengaruh sangat penting bagi siklus hidrologi. Air di bumi berada pada lapisan atmosfer yang disebut hidrosfer yang meliputi ketinggian antara 1-15 km di atas permukaan tanah. Air tersebut tersimpan di laut dalam bentuk es, sebagai air permukaan dan di atmosfer bumi. Air di atmosfer berupa massa uap air yang merupakan suatu fase dari siklus hidrologi (Indarto, 2010: 3-6). Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, air yang memungkinkan adanya kehidupan di bumi ini. Tubuh makhluk hidup sebagian besar terdiri dari air, kecuali makhluk hidup dalam bentuk biji dan spora, air juga berfungsi sebagai zat pelarut di dalam tubuh manusia, sebagai reaksi kimia dalam metabolisme dalam bentuk air seni. Penguapan air dari tubuh merupakan pengatur suhu tubuh yang efektif. Adanya bermacam fungsi air yang esensial
1
2
untuk kehidupan, untuk itu makhluk hidup harus terus menerus mendapatkan air (Uwe Neis, 1993 : 25). Air merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup termasuk manusia. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara lain: menampung air hujan, air permukaan, ataupun air tanah (Indarto, 2010: 7). Berdasarkan berbagai sumber air tersebut masyarakat banyak menggunakan air tawar yang berasal dari air tanah sebagai pemenuhan kebutuhan kehidupan mereka. Air menjadi sumber daya yang penting untuk mendukung kehidupan, keberadaan air tidak hanya cukup memenuhi syarat jumlah yang banyak secara kuantitas tetapi juga memiliki kualitas yang baik. Masyarakat seringkali memandang kebutuhan air sudah cukup terpenuhi apabila ada jumlah yang cukup banyak, sedangkan kualitasnya kurang diperhatikan. Menurut Djauhari Noor (2005: 76), pemanfaatan air bagi kebutuhan air minum harus memenuhi standar kualitas kesehatan. Sumber daya air baru dapat dikatakan layak minum apabila unsur-unsur yang dikandungnya sudah memenuhi standar baku mutu air layak minum yang bebas dari mineral-mineral yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Di samping itu hal yang perlu diketahui adalah dari mana sumber air itu berasal, apakah air tersebut telah tercemar atau terkontaminasi oleh unsur-unsur logam berat atau tidak. Sumber daya air, baik yang berasal dari daratan (sungai, mata air, danau) maupun bawah tanah (air artesis) tidaklah otomatis dapat diminum langsung tanpa dilakukan analisa unsur.
3
Pada masa yang akan datang kemungkinan kebutuhan air tanah akan semakin besar yaitu untuk kebutuhan domestik (rumah tangga penduduk). Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan hidup manusia baik kebutuhan rumah tangga, tidak hanya cukup memperhatikan dari segi kuantitas saja, tetapi juga kualitas yang sesuai dengan baku mutu. Oleh karena itu, kualitas air tanah yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut juga penting untuk diketahui. Pemenuhan kebutuhan sumber daya air yang besar tentunya tetap harus dilakukan dengan memperhatikan batas aman pengambilan air tanah. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan air tanah yang melebihi daya dukungnya antara lain penurunan muka air tanah, intrusi, hingga terjadinya penurunan permukaan lahan dan banjir pasang air laut. Air dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sebagai irigasi sawah, peternakan dan perikanan. Adanya pemanfaatan air tersebut membuat air semakin banyak dibutuhkan masyarakat untuk terus dapat memenuhi kelangsungan hidupnya. Pada sektor perikanan air berperan penting sebagai wahana untuk hidup, tinggal dan berkembang biak. Di sektor perikanan, air limbah dari perikanan akan menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Pencemaran ini menyebabkan sebagian besar sumursumur dan mata air di desa menjadi tercemar dan menimbulkan bau. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk
4
yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50 % pada tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah Daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Bagi daerah-daerah dengan wilayah perdesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif banyak dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan sumber daya manusia. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Ruang lingkup kegiatan Program Pamsimas mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu : a.
Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal
b.
Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi
5
c.
Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum
d.
Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota dan
e.
Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan
efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh masyarakat dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach). Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatankegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan membiayai; dan dapat mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dan lingkungan sekolah (http://new.pamsimas.org). Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Pendukung dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses persiapan, perencanaan,
6
pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang mengajak masyarakat dalam menemukenali berbagai persoalan dan penyakit terkait air dan sanitasi, kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah pencegahannya termasuk menyiapkan sarana yang dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi akan membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat yang pada gilirinnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum; pengembangan kapasitas pelaku Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya dan bimbingan teknis. Kabupaten Klaten menjadi salah satu tempat pelaksanaan program Pamsimas. Karakteristik air yang ada di Kabupaten Klaten ialah berwarna putih keruh, bila digunakan untuk mencuci pakaian lama kelamaan akan berubah warna menjadi kekuningan dan terdapat endapan bila didiamkan beberapa saat sebelum dipakai. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten yang telah mendapat bantuan program Pamsimas. Di Kecamatan Prambanan program Pamsimas ini telah mencakup beberapa desa. Desa yang telah dijangkau oleh program Pamsimas sebanyak 5 desa yaitu Desa Sanggrahan yang sudah mencapai tahap pengembangan, Desa Pereng, Desa Kotesan, Desa Cucukan dan Desa Sengon yang baru sampai tahap pembangunan
7
dan baru beroperasi beberapa bulan. Pembangunan yang ada di Kecamatan Prambanan berdasarkan karakteristik yang ada pada setiap desa tersebut. Pembangunan tandon air dilakukan berdasarkan kualitas dan kuantitas air yang ada. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Prambanan masih kurang optimal untuk masyarakat, hal ini ditandai dengan mengeringnya beberapa air sumur dan mata air yang ada di sekitar masyarakat pada musim kemarau. Di Desa Pereng, rumah warga yang berdekatan dengan aliran sungai, menyebabkan sebagian warga berpikiran praktis, yaitu dengan melakukan kegiatan seperti mandi, buang air dan mencuci lebih mudah di sungai, selain tidak membutuhkan biaya. Tidak bisa dipungkiri, meskipun sudah ada sosialisasi dari Pemerintah, masih tetap ada warga yang memanfaatkan sungai untuk aktifitas MCK. Sebagian air tanah dimungkinkan telah tercemar oleh limbah dari perikanan lele. Dari observasi, diketahui juga bahwa perikanan lele yang berada di sekitar pekarangan tempat tinggal masyarakat, limbahnya dibuang secara langsung dan tidak diolah terlebih dahulu. Limbah dari perikanan lele ini dimungkinkan juga mempengaruhi kualitas air sumur di sekitar lokasi perikanan. Permasalahan lain yang dijumpai di lapangan adalah terbatasnya prasarana dan sarana air bersih, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mendukung kegiatan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluarga yang tidak memiliki sumur pribadi sehingga untuk pemenuhan
8
kebutuhan air untuk kegiatan sehari-hari mengandalkan air dari sumur keluarga yang lain. Adanya permasalahan tersebut, maka program Pamsimas mulai masuk ke desa-desa di Kecamatan Prambanan. Adanya layanan Pamsimas yang belum menjangkau di seluruh daerah menyebabkan masih kurangnya sosialisasi tentang dana swadaya masyarakat dalam program Pamsimas. Dana swadaya yang digerakkan oleh masyarakat ini digunakan sebagai dana pemeliharaan fasilitas yang digunakan oleh Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas. Adanya dana tersebut diharapkan dapat membangun masyarakat agar mempunyai rasa memiliki sehingga bila ada kerusakan masyarakat dapat berpartisipasi untuk menyampaikan kerusakan, kekurangan atau memperbaikinya sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “TANGGAPAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN” B. Identifikasi masalah 1. Masih kurang tersedianya pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat di Kecamatan Prambanan. 2. Mengeringnya air sumur dan mata air yang ada di sekitar masyarakat pada saat musim kemarau.
9
3. Sebagian air tanah di Kecamatan Prambanan dimungkinkan telah tercemar oleh limbah dari perikanan lele. 4. Respon yang beragam dari masyarakat pada program Pamsimas. 5. Terbatasnya prasarana dan sarana air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas terutama sarana pendukung kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6. Program Pamsimas yang belum menjangkau di seluruh desa. 7. Masih kurangnya sosialisasi tentang dana swadaya masyarakat dalam program Pamsimas. 8. Distribusi air terkendala oleh topografi pada setiap desa. 9. Kurangnya tenaga dari pihak pemerintah, sehingga banyak peran ganda yang dimiliki oleh para pelaksana. 10. Beberapa aktifitas mandi cuci kakus yang dilakukan di sungai.
C. Fokus Penelitian Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi di atas, maka fokus penelitian ini yaitu pengguna Pamsimas yang mencakup : 1. Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan. 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan. 3. Tanggapan
masyarakat
terhadap
Prambanan Kabupaten Klaten.
program
Pamsimas
di
Kecamatan
10
4. Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 5. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
D. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan? 2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan? 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten? 4. Apa saja partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten? 5. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten?
E. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
11
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 3. Tanggapan
masyarakat
terhadap
program
Pamsimas
di
Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten. 4. Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 5. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
F. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian ilmu geografi khususnya hidrologi. b. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang berminat mengadakan penelitian sejenis. 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat di tempat penelitian ini dapat memberikan informasi baru mengenai kajian pemanfaatan air tanah yang berkualitas dan sesuai dengan kuantitas. b. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam pengambilan kebijakan, terutama mengenai masalah yang berkaitan
12
dengan air minum dan sanitasi masyarakat serta untuk mengambil langkah-langkah terbaik yang dapat digunakan untuk menanggulangi permasalahan sumber daya air yang terjadi. 3. Manfaat dalam bidang pendidikan Berdasarkan kurikulum mata pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) khususnya kelas X semester genap, terkait Standar Kompetensi (SK) menganalisis unsur-unsur geosfer dan Kompetensi Dasar (KD) mengalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan untuk mendukung pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian geografi a. Pengertian geografi Pengertian geografi menurut hasil Seminar Lokakarya tahun 1988 di IKIP Semarang, geografi adalah ilmu yang mempelajari perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Moch. Amien, 1994:15). Menurut Bintarto (1991:30), Geografi merupakan studi yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Dari dua pengertian tentang geografi di atas dapat disimpulkan bahwa geografi mengkaji tentang hubungan antara manusia dengan keadaan alam dalam upaya manusia mempertahankan kehidupan, namun juga menjaga kelestarian alam tersebut.
13
14
b. Konsep Geografi Geografi sebagai suatu ilmu juga memiliki apa yang disebut dengan konsep geografi. Para ahli geografi Indonesia pada seminar dan lokakarya yang diselenggarakan di Semarang tahun 1989 dan 1999 telah merumuskan 10 konsep geografi yang meliputi : konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, interaksi atau interdependensi, differensiasi area, dan keterkaitan keruangan (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 26-35). Penelitian ini menggunakan beberapa konsep geografi agar tidak keluar dari batasan geografi dan untuk membedakan dengan penelitian pada bidang lain. 1) Konsep lokasi Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi cirri khusus ilmu atau pengetahuan geografi, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu ‘di mana?’. Secara pokok ada dua lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Untuk penentuan lokasi absolut. Di muka bumi dipakai sistem koordinat garis lintang dan garis bujur yang telah disepakati bersama dan derajatnya dihitung dari garis ekuator untuk garis lintang dan garis meridian yang melalui kota Greenwich untuk garis bujur.
15
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim juga disebut sebagai letak geografis (walau ada juga yang memakai sebutan letak geografis untuk letak yang dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur). Arti lokasi ini berubah-ubah bertalian dengan keadaan daerah sekitarnya. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa lokasi penelitian berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 2) Konsep Jarak Jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi sehingga mempunyai arti bagi segala segi kehidupan manusia dan merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, karena nilai suatu obyek dapat ditentukan oleh jaraknya terhadap suatu obyek lain. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pusat pelayanan) pengangkutan barang dan penumpang. Seperti halnya lokasi, jarak juga di bagi menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut adalah jarak dua tempat yang diukur berdasarkan garis lurus di udara dengan memperhatikan skala peta, sedangkan jarak relatif disebut juga jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu maupun biaya angkut yang diperlukan.
16
Konsep jarak dalam penelitian ini digunakan berkaitan dengan jarak tiap pos penampungan air di wilayah tersebut. Analisis lain yang dilakukan dengan konsep ini adalah posisi pos penampungan air yang dapat mempengaruhi jumlah volume air yang di alirkan kepada Kepala Keluarga pengguna. Ukuran pipa untuk mengalirkan air juga mempengaruhi terhadap volume air dari pos penampungan kepada Kepala Keluarga pengguna. 3) Konsep Keterjangkauan Konsep keterjangkauan dalam geografi tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Konsep keterjangkauan dalam penelitian ini berkaitan dengan aksesibilitas di Kecamatan Prambanan sebagai tempat pelaksana program Pamsimas. 4) Konsep Pola Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran, vegetasi, jenis tanah, curah hujan) atau fenomena sosial budaya (permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, tempat tinggal). Dalam penelitian ini konsep pola digunakan untuk
17
mengidentifikasi jenis pola persebaran penduduk yang ada di daerah penelitian. 5) Konsep Morfologi Morfologi menggambarkan perwujudan antara daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologis) yang lainnya disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, lereng, lembah, dan dataran aluvial. Morfologi juga berkaitan dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaaan air serta jenis vegetasi yang dominan. Konsep ini berkaitan dengan lokasi
penelitian
yaitu
pengaruh
morfologi
setiap
pos
penampungan air terhadap distribusi air kepada Kepala Keluarga pengguna di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 6) Konsep Aglomerasi Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan. Konsep ini berkaitan dengan lokasi penelitian yang membentuk suatu kelompok pada setiap desa penerima Pamsimas dipengaruhi oleh letak tandon pada setiap desa.
18
7) Konsep Nilai Kegunaan Konsep nilai kegunaan atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif atau tidak sama bagi semua orang atau golongan tertentu. Konsep nilai kegunaan dalam penelitian ini berkaitan pada pemanfaatan air tanah yang sesuai dengan kebutuhan perseorangan dan ketersediaannya di alam. 8) Konsep Interaksi Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal ini terjadi karena setiap tempat mampu mengembangkan potensi sumbersumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di tempat lain. Sehingga memungkinkan terjadinya reaksi antara satu tempat dengan tempat lain. Konsep interaksi dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas dengan penyedia program Pamsimas. Interaksi antara pengelola program Pamsimas dengan ketersediaan dan kualitas air tanah yang digunakan oleh Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Interaksi antara masyarakat Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas dengan ketersediaan dan kualitas air tanah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
19
9) Konsep Differensiasi Area Differensiasi area merupakan perwujudan unsur-unsur atau fenomena lingkungan baik yang bersifat alami atau kehidupan. Integrasi setiap fenomena menjadikan satu tempat atau wilayah mempunyai corak tersendiri sebagai region yang berbeda dari tempat atau wilayah lain. Konsep differensiasi area dalam penelitian ini terkait dengan berbedanya pos penampungan dan distribusi air kepada Kepala Keluarga pengguna di setiap desa di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 10) Konsep Keterkaitan Keruangan Konsep ini menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan maupun kehidupan sosial. Konsep keterkaitan keruangan dalam penelitian ini berkaitan dengan keadaan fisik seperti ketersediaan air tanah di daerah penelitian dan kondisi sosial yaitu kebutuhan masyarakat terhadap air dalam kehidupan rumah tangga. Kedua hal tersebut saling berkaitan untuk menunjang terjaganya lingkungan daerah penelitian supaya memiliki fungsi lestari.
20
c. Pendekatan Geografi Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Menurut Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno (1991: 12-30), terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam mengkaji ilmu geografi, yakni : 1) Pendekatan Keruangan (spatial approach) Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Ahli geografi akan bertanya faktor-faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan bagaimana pola tersebut dapat diubah agar persebarannya terjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dicanangkan. 2) Pendekatan Kelingkungan (ecological approach) Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi, seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan seperti litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Selain dari itu organisme dapat mengadakan interaksi dengan organisme hidup lain. Manusia merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang penting dalam proses interaksi, oleh karena itu timbul pengertian
21
ekologi manusia atau human ecology dimana dipelajari interaksi antara manusia dan antara manusi dengan lingkungannya. 3) Pendekatan komplek kewilayahan (regional complex approach) Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut analisa komplek wilayah. Pada analisa sedemikian wilayah-wilayah tertentu didekati atau dihampiri dengan pengertian area differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antara wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi). Penelitian ini menggunakan pendekatan kelingkungan karena berkaitan dengan interaksi masyarakat dengan lingkungan yaitu sebagai sumber yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendekatan kelingkungan ini merupakan pendekatan yang menyatakan adanya
interaksi
antara
komponen-komponen
organisme
dan
lingkungannya menjadi suatu kesatuan, karena setiap komponen memiliki sifat tertentu yang menentukan peranannya dalam ekosistem. Penelitian ini mengkaji partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
22
2. KAJIAN TENTANG Pamsimas a.
Pengertian Pamsimas Program Pamsimas merupakan salah satu program AMPL-BM
(Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) di Indonesia, Program Pamsimas adalah aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Ruang lingkup kegiatan Program Pamsimas mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu : 1) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal; 2) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi; 3) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; 4) Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan 5) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek. Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-urban). Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk: 1) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat;
23
2) Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan; 3) Meningkatkan kapasitas
masyarakat
dan kelembagaan
local
(pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat; 4) Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat; Sedangkan pemberdayaan masyarkat dalam Tugas dan Fungsi MITRA yang terlibat program Pamsimas dapat dipahami sebagai berikut: 1) Badan Perencanaan dan pembangunan nasional Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap perencanaan yang dilakukan oleh sektor terkait. 2) Departemen pekerjaan umum Direktur jendral Cipta Karya ditunjuk sebagai
penaggung
jawab
proyek
Pamsimas
secara
teknis
keseluruhan dan melakukan pembinaan yang berkaitan dengan konstruksi sarana yang dibangun. 3) Departemen
kesehatan
Direktur
Jendral
PP
(Pemberantasan
penyakit) dan PL (Penyehatan Lingkungan) melakukan pembinaan teknis terhadap program pengawasan kualitas air dan lingkungan serta penyuluhan kesehatan.
24
4) Departemen dalam Negeri Direktur jendral pengembangan daerah bertanggung jawab pembinaan koordinasi pelaksanaan di daerah. Direktur jendral PMB (Pengembangan Masyarakat dan desa) bertanggung jawab dalam pembinaan pemberdayaan masyarakat. 5) Departemen Keuangan Direktur jendral anggaran bertanggung jawab dalam pembinaan kebijakan pengganggaran dana pinjaman, dana hibah, dan dana pendamping. Teknis pelaksanaan program Pamsimas ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1) Proses Pemilihan Lokasi Pada bagian ini akan dijelaskan tentang bagaimana suatu lokasi dipilih untuk mengikuti proyek Pamsimas, sehingga sejak awal dapat dikatakan bahwa prakarsa/inisiatif proyek berasal dari masyarakat. Urutan kegiatan sebelum suatu lokasi dapat dipilih untuk ikut serta dalam program Pamsimas, yaitu: Sosialisasi proyek di tingkat Kabupaten Sosialisasi proyek di tingkat desa/kelurahan Pernyataan minat masyarakat Penetapan desa/ kelurahan sebagai lokasi proyek. 2) Proses perencanaan dan implementasi proyek di masyarakat.Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana suatu lokasi yang telah terpilih untuk ikut serta dalam proyek Pamsimas melakukan kegiatanya mulai dari tahap perencanaan yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat, serta tahap implementasinya.
25
3) Pengelolaan sarana air, sanitasi, dan program kesehatan oleh masyaraklat, Pada bagian ini akan dijelaskan tentang bagaimana desa/kelurahan melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tahap pasca proyek. Ketiga bagian di atas adalah kegiatan yang saling berkaitan, dimana setelah dilakukan pemilihan lokasi kemudian dilakukan proses perencanaan dan implementasi proyek yang bersangkutan, sampai memasuki tahap akhir proyek. Dalam
pemberdayaan
masyarakat
implementasi
program
Pamsimas. Didapatkan melalui sumber dana kredit IDA (International Development
Association)
No.
Cr.
4204-IND,
Rupiah
Murni
Pendamping dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota, dan Dana Kontribusi Masyarakat. b.
Landasan Yuridis Pemberdayaan Program Pamsimas Kebijakan dan perangkat peraturan sebagai bingkai untuk
pengembangan
desa
dalam
pemberdayaan
masyarakat
dibidang
kesehatan dan penyehatan lingkungan, ditunjang oleh semua pihak dari Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah baik itu tingkat I atau Pemetintah Daerah tingkat II dan Pemerintah Pusat serta dukungan dari organisasi dunia yang terkait tentang pemberdayaan masyarkat dan penyehatan lingkungan pedesaan. Untuk mewujudkan program tersebut diperlukan landasan dari undang-undang maupun peraturan dari pemerintah. Kebijakan tersebut antara lain :
26
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air 2) UU No 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional 3) PP 72, 73 Tahun 2005 tentang Desa/Kelurahan. 4) Surat Edaran Bersama MENEG Perenc. Pemb. Nas./Kepala Bappenas
Dan
MENDAGRI
No.
050/244/Sj Tanggal 14 Feb 2006
1181/M.Ppn/02/2006
dan
Perihal Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2006. 5) Surat Mendagri No. 414.2/2435/Sj Tanggal 21 September 2005 Perihal Pedoman Umum Pengelolaan Pembangunan Partisipatif 6) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. 7) Rencana Pembamngunan Jangka Menengah (Perpres No.7 Tahun 2005) 8) Rencanan Pemabangunan Jangka Menengah Daerah atau Rencana Strategis Propinsi dan Rencana Strategis Kabupaten/ Kota. c.
Faktor Penghambat atau Kendala Kendala dalam penanggulangan pelaksanaan program Pamsimas
yang dihadapi selama pelaksanaan program Pamsimas, yaitu: Pada aspek perencanaan dan penjadwalan kegiatan kadang sulit dapat diikuti oleh semua pihak yang terlibat. Pada aspek pelaksanaan, kebiasaan atau perilaku masyarakat dan petugas yang kurang disiplin mengikuti
27
petunjuk pelaksanaan program Pamsimas. Penanganan masalah yang dapat dilakukan adalah memberikan saran kepada pihak yang berwenang dan berkompeten sebagai tindak lanjut penanganan masalah. Seperti Untuk jadwal yang tidak dapat diikuti oleh semua pihak terlibat, agar kembali dilakukan penjadwalan ulang sehingga semua pihak yang terlibat dapat hadir. Untuk kebiasaan masyarakat yang kurang disiplin, dapat dilakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat. Jika masyarakat tidak disiplin maka program Pamsimas yang telah disepakati untuk dicapai bersama tidak akan berjalan efektif. Berdasarkan prinsip program Pamsimas, Berbasis masyarakat yaitu Seluruh proses perencanaan Pamsimas seperti pemilihan kebutuhan air dan pelaksanaan kegiatan menyertakan partisipasi aktif masyarakat. Hal ini sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat atas sarana air minum dan sanitasi, sehingga diharapkan sarana yang terbangun dipelihara dan dikelola oleh masyarakat.
3. Kajian Tanggapan Menurut Abdurachman (1988: 30), pandangan geografi mengenai tanggapan adalah suatu istilah yang meliputi segala sesuatu sebagai jumlah keseluruhan dari pengamatan, ingatan, sikap, preferensi dan faktor psikologis lainnya yang ikut serta dalam pembentukan apa yang dinamakan kognisi lingkungan. Tanggapan berupa perilaku yang muncul dikarenakan adanya
28
rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan memebentuk tingkah laku baru tehadap rangsangan yang dikondisikan. Tanggapan biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Tanggapan merupakan perubahan sikap dan perilaku subjek tertentu yang dipengaruhi oleh adanya rangsangan atau stimulus dari lingkungan. Tanggapan bisa berupa tanggapan positif maupun negatif. Tanggapan positif memunculkan persetujuan, sedangkan tanggapan negatif memunculkan penolakan. Penelitian ini memebahas tentang tanggapan Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas.
4. Kajian Partisipasi Masyarakat a. Pengertian Partisipasi Masyarakat 1) Partisipasi menurut Mubyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1997: 102), adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program
sesuai
kemampuan
setiap
orang,
tanpa
berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri. 2) Partisipasi menurut Loekman Soetrisno (1995: 223), adalah kerjasama yang erat antara perencanaan dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran tinggi rendahnya partisipasi diukur dengan ada tidaknya hak
29
masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di suatu wilayah. 3) Menurut Simatupang (1970: 29-42) dalam Khairuddin (1992: 124) memberikan rincian tentang partisipasi sebagai berikut: (a) Partisipasi berarti apa yang dijalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama. (b) Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama di antara semua warga negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam Negara Pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberi sumbangan demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita. (c) Partisipasi
tidak
hanya
mengambil
bagian
dalam
pelaksanaan-pelaksanaan rencana pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan citacita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi. (d) Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kearah pembangunan yang serasi dengan martabat
manusia.
Keadilan sosial dan keadilan nasional dan yang memelihara
30
alam sebagai lingkungan hidup manusia, juga untuk generasigenerasi yang akan datang. 4) Partisipasi menjadi amat penting menurut Moeljarto (1987) karena beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu (Tjahya, 2000: 209-210): (a) Rakyat
adalah
fokus
sentral
dan
tujuan
terakhir
pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut; (b) Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat. (c) Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balikarus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan; (d) Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki; (e) Partisipasi memperluas zone (wawasan) penerima proyek pembangunan; (f) Partisipasi
akan
memperluas
jangkauan
pemerintah kepada seluruh masyarakat;
pelayanan
31
(g) Partisipasi menopang pembangunan; (h) Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia; (i) Partisipasi kemampuan
merupakan cara masyarakat
yang efektif
untuk
membangun
pengelolaan
program
pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah; (j) Partisipasi
dipandang
sebagai
pencerminan
hak-hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan seseorang atau anggota masyarakat dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. b. Bentuk Partisipasi Bentuk partisipasi menurut Taliziduhu Ndraha (1987: 102) terbagi atas: 1) Partisipasi Vertikal Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.
32
2) Partisipasi Horizontal Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Menurut Slamet (1993), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi antara lain (St. Rodliyah, 2013: 55-58) : 1) Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan akan mempengaruhi partisipasi yang diberikan. Partisipasi yang diberikan oleh laki-laki berbeda dengan partisipasi yang diberikan oleh perempuan karena adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara keduanya sehingga menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban. 2) Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas dalam masyarakat menimbulkan adanya golongan tua dan golongan muda yang berbeda dalam hal-hal tertentu. Struktur usia penduduk dapat dilihat dalam satuan tahun atau yang disebut dengan umur tunggal.
33
3) Pendidikan Pendidikan
adalah
suatu
cara
untuk
mengembangkan
ketrampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga Negara yang baik. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. Latar belakang pendidikan yang diperoleh
seseorang
akan
mempengaruhi
masyarakat
dalam
berpartisipasi. 4) Pekerjaan Pekerjaan (mata pencaharian) penduduk merupakan gambaran kegiatan ekonomi suatu daerah sehingga maju mundurnya suatu daerah dapat dilihat dari sektor ekonominya. Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang seseorang dalam berpartisipasi. 5) Pendapatan Besar kecilnya pendapatan atau penghasilan akan mempengaruhi partisipasi seseorang. Tingkat pendapatan atau penghasilan ini akan mempengaruhi kemampuan financial seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan pengguna Pamsimas. Partisipasi masyarakat ditinjau dari segi motivasinya, terjadi karena (Khairuddin, 1992: 126) :
34
(a) Takut Partisipasi dilakukan karena takut dengan perintah atasan sehingga masyarakat terpaksa melaksanakan rencana yang telah ditentukan. (b) Ikut-ikutan Partisipasi dilakukan karena rasa solidaritas tinggi antar anggota masyarakat. (c) Kesadaran Partisipasi dilakukan karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat yang timbul dari hati nurani sendiri. Masyarakat sadar bahwa pembangunan merupakan kepentingan bersama, sehingga mereka tidak merasa terpaksa dan tidak hanya ikut-ikutan dalam melaksanakan suatu kegiatan. d. Tahap Partisipasi Menururt Khairuddin (1992: 125) partisipasi dibagi dalam tiga tahap, antara lain : 1) Partisipasi Inisiasi (Inisiation Participation) adalah partisipasi yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat.
35
2) Partisipasi Legitimasi (Legitimation Participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut. 3) Partisipasi Eksekusi (Execution Participation) adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan. Tahap atau bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai berikut (Tjahya, 2000: 212): 1) Partisipasi dalam identifikasi masalah Partisipasi
dalam
tahap
identifikasi
masalah
merupakan
keterlibatan masyarakat dalam mengenali kondisi daerah beserta permasalahan yang dihadapi, sehingga pembangunan yang dilaksanakan merupakan kebutuhan masyarakat setelah melihat permasalahan di daerahnya. 2) Partisipasi dalam perencanaan Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan keterlibatan masyarakat dalam rangkan menentukan arah dan strategi serta kebijaksanaan pembangunan. Partisipasi dalam tahap ini berfungsi untuk memastikan bahwa kondisi dan kebutuhan setempat benar-benar diperhatikan. 3) Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi dalam tahap pelaksanaan merupakan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses kegiatan pembangunan yang
36
telah ditetapkan. Partisipasi masyarakat dalam tahap ini dapat berwujud uang, barang dan tenaga karena biaya dari pemerintah tidak mencukupi. 4) Partisipasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan Partisipasi dalam tahap pemanfaatan dan pemeliharaan hasil merupakan keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan dan ikut serta memelihara hasil pembangunan sehingga memiliki kewajiban untuk memperbaiki apabila terjadi kerusakan. 5) Partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan Partisipasi
dalam
tahap
evaluasi
merupakan
keterlibatan
masyarakat dalammemberikan penilaian terhadap hasil pembangunan sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pembangunan selanjutnya. e. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas pada penelitian ini adalah (Tjahya, 2000: 212-216) : 1) Partisipasi masyarakat dalam tahap identifikasi masalah ialah keterlibatan
masyarakat
dalam
mengenali
dan
menggali
permasalahan yang ada. Partisipasi masyarakat pada tahap identifikasi masalah dalam penelitian ini, diukur berdasarkan indikator yang digunakan untuk partisipasi dalam identifikasi masalah yaitu pengetahuan akan program Pamsimas, perolehan informasi, keterlibatan dalam kegiatan identifikasi masalah, aktivitas dalam kegiatan identifikasi masalah dan motivasi.
37
2) Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan merupakan keterlibatan masyarakat dalam membahas suatu kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Partisipasi
masyarakat
pada
tahap
perencanaan dalam penelitian ini, diukur berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan perencanaan, aktivitas dalam kegiatan perecanaan, keterlibatan dalam penentuan kegiatan pada program Pamsimas. 3) Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, dapat dilihat dari keterlibatan dalam mengikuti kegiatan pada program Pamsimas, bentuk sumbangan yang diberikan, dan motivasi mengikuti program Pamsimas. 4) Partisipasi pemeliharaan
masyarakat hasil
pada
ialah
tahap
keterlibatan
pengoperasian masyarakat
dan dalam
memanfaatkan dan memelihara serta melakukan perbaikan terhadap hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan hasil dalam penelitian ini, dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam pemeliharaan dan pemanfaatan serta motivasi masyarakat terlibat dalam program Pamsimas. 5) Partisipasi masyarakat pada tahap pengamanan lingkungan dan sosial adalah keterlibatan masyarakat
dalam pengamanan
38
lingkungan dan sosial terhadap kesesuaian setelah pembangunan yang telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat pada tahap pengamanan lingkungan dan social dalam penelitian ini dapat dilihat dari dampak positif dan negative terhadap lingkungan dan pengalihan fungsi lahan. 6) Partisipasi masyarakat pada tahap pemantauan, evaluasi dan pelaporan adalah keterlibatan masyarakat dalam setiap pertemuan yang membahas tentang kekurangan dan kelebihan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat dilakukan penilaian oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi dalam penelitian ini, dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan evaluasi, aktivitas dalam kegiatan evaluasi, dan motivasi masyarakat terlibat dalam kegiatan evaluasi program Pamsimas.
39
A. Penelitian yang relevan Tabel 1. Penelitian yang relevan No . 1.
Peneliti Judul
Tujuan
Metode Hasil Penelitian
2.
Peneliti Judul
Tujuan
Metode Hasil Penelitian
Jamzi Mordani/ Jurnal Skripsi/ UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU/ 2014 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kampung Panjang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar a. untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah desa, fasilitator Pamsimas dan masyarakat dalam upaya Pemberdayaan Program Pamsimas. b. untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat mengenai program Pamsimas. Deskriptif Kualitatif a. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui program Pamsimas yang dilakukan pemerintah desa, fasilitator Pamsimas dan Masyarakat adalah cukup mampu diberdayakan, hanya pada program sanitasi air di tempattempat umum hasilnya belum maksimal dilakukan pemberdayaan masyarakat. b. Manfaat dari program Pamsimas sudah dirasakan manfaat oleh masyarakat berupa depot air minum Pamsimas yang beroperasi setiap hari dan menjadi komsumsi air di masyarakat desa Kampung panjang. Ibrahim Surotinojo/ Jurnal Tesis/ Universitas Diponegoro/ 2009 Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh Masyarakat (SANIMAS) di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, Gorontalo a. Untuk mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS. Deskriptif Kuantitatif a. Tingkat partisipasi cukup tinggi dalam bentuk tenaga diberikan pada seluruh tahapan program SANIMAS, sumbangan pikiran/ide dan material diberikan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, partisipasi dalam bentuk uang diberikan dalam tahap pelaksanaan dan pemanfaatan. b. (1) Faktor-faktor internal yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi : faktor jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan faktor pengetahuan masyarakat. (2) faktor eksternal yaitu pihak yang berkepentingan terhadap program SANIMAS yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat adalah pihak pemerintah daerah, pengurus desa, tokoh masyarakat dan fasilitator.
40
3
Peneliti Judul
Tujuan
Metode Hasil penelitian
4
Peneliti Judul
Tujuan
Metode Hasil penelitian
Evi Susanti/ Skripsi/ UNY/ 2014 Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana Di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang a. Upaya mitigasi bencana yang tepat di KRB III Gunung Merapi Desa Mranggen b. Seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi bencana di Desa Mranggen Deskriptif Kuantitatif a. 1) Upaya mitigasi struktural di Desa Mranggen membangun Check Dam, Sabo Dam, Operit, Jembatan Gantung, Tanggul/Bronjong, Talud/Drainase, dan Jalur Evakuasi. 2) Upaya mitigasi non-stuktural dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana berupa menyusun modifikasi Standar Operasional Prosedur Penanggulangan Bencana Gunung Merapi, penghutanan, dan Prosedur Evakuasi. b. Tingkat Partisipasi masyarakat baik secara struktural dan nonstruktural tergolong dalam tingkatan sedang. Weni Lestari/ Skripsi/ UNY/ 2014 Tingkat Partisipasi Pelaku Pariwisata Dalam Pengelolaan Sampah Di Objek Wisata Pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul 1. Jenis sampah yang dihasilkan pelaku pariwisata 2. Partisipasi pelaku pariwisata dalam bentuk pengelolaan sampah 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pelaku pariwisata dalam pengelolaan sampah 4. Tingkat partisipasi pelaku pariwisata terhadap pengelolaan sampah di Objek Wisata Pantai Parangtritis Inferensial Kuantitatif a. Jenis sampah yang dibuang di Objek Wisata Pantai Parangtritis meliputi : sampah organik, sampah anorganik, sampah spesifik. b. Partisipasi pelaku pariwisata dalam bentuk pengelolaan sampah meliputi: mengurangi timbunan, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan membuang. c. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pelaku pariwisata meliputi: jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lamanya tinggal d. Tingkat partisipasi pelaku pariwisata dalam pengelolaan sampah meliputi wisatawan hampir semua, partisipasi tinggi pengelola rumah makan dan penginapan dalam tingkat sedang.
41
B. Kerangka Berfikir Air bagi masyarakat di Kecamatan Prambanan merupakan kebutuhan yang sangat penting dan mendasar untuk pemenuhan kebutuhan hidup seharihari. Pada umumnya air memiliki peran penting sebagai bahan baku untuk memenuhi segala kebutuhan setiap orang. Kualitas air yang buruk dan kurang layak untuk dikonsumsi serta sarana prasarana sanitasi atau jamban yang belum mencakup semua kalangan menjadi alasan utama adanya program Pamsimas di Kecamatan Prambanan. Pamsimas sendiri pengertiannya adalah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Program Pamsimas mencakup tahap regular, tahap replikasi dan tahap HID (Hibah Insentif Desa). Adanya Pamsimas di Kecamatan Prambanan di sambut cukup baik dari masyarakat, sambutan tersebut berupa tanggapan persetujuan dan penolakan. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Cakupan wilayah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 Desa yang memperoleh dan menggunakan bantuan Pamsimas. Desa-Desa tersebut yaitu Desa Sanggrahan, Desa Pereng, Desa Cucukan, Desa Kotesan dan Desa Sengon. Desa Sanggrahan merupakan Desa yang telah memperoleh bantuan sampai pada tahapan HID atau Hibah Insentif Desa. Desa-desa selain Desa Sanggrahan merupakan desa yang baru sampai pada tahap pembangunan dan pengoperasian beberapa bulan. Desa-desa yang baru sampai pada tahap pembangunan dan pengoperasian beberapa bulan masih memiliki jumlah Kepala Keluarga
42
pengguna lebih sedikit dibandingkan dengan desa yang telah sampai tahap pengembangan atau HID. Pada tahapan awal desa-desa menemukan berbagai macam faktor berupa faktor pendukung dan faktor penghambat.
43
Kecamatan Prambanan
Penerapan Pamsimas
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pamsimas
Tanggapan Masyarakat terhadap Pamsimas
Partisipasi masyarakat
Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Skema 1. Model Kerangka Berfikir
43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta
yang ada,
walaupun kadang-kadang diberikan
interpretasi atau analisis, hasil penelitian ini biasanya difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti (Moh. Pabundu Tika, 2005: 4). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan tanggapan, faktor pendukung dan penghambat pengguna Pamsimas dalam program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Individu atau organisasi, dalam ini tidak boleh diisolasikan kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai pemberdayaan masyarakat dalam program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. B. Subjek Penelitian Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Subjek penelitian ini, yaitu: 1.
Subjek penelitian utama
44
45
Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah ketua Pamsimas pada tiap desa, masyarakat atau pengguna Pamsimas, fasilitator dan Kepala Desa. 2.
Subjek Pelengkap Subjek penelitian pelengkap adalah individu-individu tertentu yang
diwawancarai untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap penelitian. Terkait dengan pemilihan informan, Spradlay dalam Bungin (2003:54) kriteria menentukan informan sebagai berikut : a)
Subjek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informan.
b) Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. c)
Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai.
d) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu. Subjek pelengkap dalam penelitian ini adalah Dinas Sumber Daya Air dan ROOMS
(Regional
Oversight
Management
Services)
Pamsimas.
Teknik
pengambilan informan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Penelitian ini melibatkan
46
fasilitator, ketua Pamsimas pada tiap desa dan masyarakat pengguna Pamsimas sebagai informan kunci. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kelayakan untuk memenuhi persyaratan sebagai informan awal. Ketiga informan tersebut mengetahui betul mengenai program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Daftar informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Informan Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Bapak Soekirno Ibu Peti Suyatmi Bapak Suwali Bapak Sunaryo Bapak Marjuki Bapak Tukul Nuriyanto Bapak Heru Pramana Bapak Supriyanto Bapak Agus Sumaryono Bapak Slamet Bapak Joko Mulyono
12. 13. 14.
Bapak Topo Suwarno Bapak Handaka Respati Bapak Sugeng Santoso
15. Bapak Wahid Agus Riyadi 16. Bapak Wawan Supriyadi sumber: Data Primer
Keterangan Ketua BPSPAMS Desa Cucukan Pengguna PAMSIMAS Ketua BPSPAMS Desa Sengon Ketua BPSPAMS Desa Sanggrahan Ketua BPSPAMS Desa Kotesan Ketua BPSPAMS Desa Pereng Kepala Desa Cucukan Perangkat Desa Cucukan Kepala Desa Sengon Kepala Desa Kotesan Kepala Dusun Kotesan merangkap menjadi Kader Air Minum dan Pelestarian Lingkungan Kepala Desa Sanggrahan Kepala Desa Pereng Kepala Bidang Fisik dan Sarana di BAPPEDA (Fasilitator Tingkat Kabupaten) Fasilitator Masyarakat Tingkat Kecamatan Fasilitator Masyarakat Tingkat Kecamatan
C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2015. Jadwal pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
47
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian No
Uraian Jan
1. 2. 3. 4. 5.
Feb
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Mar Apr Mei Juni Juli
Agustus
Obervasi Pembuatan Proposal Seminar Proposal Penelitian Penyusunan Laporan Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data Adapun tahap pengumpulan data yaitu : 1. Observasi (pengamatan) Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu penelitian yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau di tempat terjadinya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang di teliti (Moh. Pabundu Tika, 2005: 44). Observasi dalam penelitian ini digunakan dalam rangka memperoleh data awal tentang cakupan wilayah yang akan diteliti. Observasi berguna untuk mendapatkan gambaran awal dari lokasi yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian dengan memperhatikan fenomena yang ada di lapangan, serta mencari data mengenai segala kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan Pamsimas dan kebutuhan air di setiap Kepala Keluarga pengguna Pamsimas. Metode ini digunakan peneliti dalam rangka untuk mendapatkan data awal yang menyangkut
48
daerah peneliti tentang keadaan pelayanan Pamsimas dan kebutuhan air di setiap Kepala Keluarga pengguna Pamsimas secara riil di daerah peneliti. Metode ini menggunakan instrumen berupa check list yang digunakan dalam rangka mencari data awal tentang daerah penelitian, untuk mendapatkan gambaran secara umum dengan memperhatikan keadaan riil atau fenomena yang ada dilapangan serta tentang informasi dari Pamsimas. Check list adalah suatu daftar berisi nama objek atau fenomena-fenomena yang akan diteliti atau diamati (Moh. Pabundu Tika, 2005: 48). Instrumen berupa check list dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui keadaan program Pamsimas pada setiap desa yang telah menerima Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 2. Wawancara mendalam Wawancara adalah cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara tatap muka (face to face). Wawancara sering disebut sebagai proses komunikasi dan interaksi antara pewawancara dengan responden (Bagong Suyanto & Sutinah, 2010: 69-70). Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara (pokok-pokok informasi yang dibutuhkan). Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan, faktor pendukung dan penghambat dalam program Pamsimas. Data yang diperoleh dari teknik wawancara adalah data yang menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini, data-data tersebut adalah a. Penerapan, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas
49
b. Tanggapan masyarakat pengguna Pamsimas, berupa tanggapan penolakan atau persetujuan. c. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas. d. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas. 3. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini sebagai metode pelengkap yaitu mencari data berupa catatan-catatan tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumentasi dapat berupa data sekunder, foto maupun video mengenai program Pamsimas yang dapat diperoleh dari instansi terkait dari lembaga pemerintah daerah. Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang bersifat dokumenter. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah teknik untuk mencari data dengan cara mencatat data yang berfungsi sebagai data pendukung, seperti: a. Data Monografi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dari Kantor Kecamatan Prambanan. b. Data pengelola program Pamsimas serta jumlah pengguna Pamsimas pada tiap desa diperoleh dari tiap-tiap ketua Pamsimas di setiap desa. c. Data mengenai indikator Pamsimas sukses, kategori tiap desa dari Pamsimas. d. Dokumentasi berupa foto-foto selama peneliti mengadakan pengumpulan data di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
50
E. Instrumen Penelitian Berdasarkan pada teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara garis besar instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan panduan wawancara yang sudah disusun sebelumnya oleh peneliti. Sedangkan alat penunjang penelitian yang digunakan antara lain kamera untuk merekam atau mendokumentasikan dalam bentuk visual dan tape recorder sebagai alat dokumentasi dalam bentuk audio. Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah pertanyaan meliputi apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (Muhammad Idrus, 2009: 104). Instrumen penelitian ada di lampiran. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Sesuai dengan tujuan penelitian maka teknik analisis data yang dipakai untuk mengalisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Huberman & Miles, 2007:15-20). 1. Pengumpulan data Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa
51
adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Guna mendapatkan catatan ini maka peneliti melakukan wawancara beberapa informan. 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan data kedalam pola-pola dengan membuat transkip penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat menarik kesimpulan. 3. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk bagan dan tabel sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti. 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.
52
Kesimpulan yang telah ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan didiskusikan. Cara tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh. Model analisis data tersebut dapat dilukiskan menjadi bagan berikut ini:
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Kesimpulan dan verifikasi data
Gambar 1. Model Analisis Data
53
G. Keabsahan Data Keabsahan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, diuji menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya (Moleong, 2005: 330-332). Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber dan metode. Triangulasi dengan sumber, berarti membendingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi dengan sumber dalam penelitian ini dicapai dengan jalan, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan. Teknik triangulasi dengan metode dalam penelitian ini menggunakan dua strategi: 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dengan jalan mencari informasi yang sama menggunakan teknik yang berbeda, yaitu dengan membandingkan data hasil observasi dan wawancara, 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
54
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data.
Peneliti
me-recheck
temuannya
dengan
jalan
membandingkannya dengan sumber atau metode menggunakan teknik triangulasi. Peneliti melakukannya dengan jalan: a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Prambanan Deskripsi wilayah penelitian merupakan gambaran umum mengenai wilayah yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Data deskripsi wilayah dalam penelitian ini sebagian besar diambil dari data monografi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten tahun 2013 dan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten tahun 2014. 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Klaten mempunyai 26 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Prambanan. Kecamatan Prambanan berada diantara 110 o30’110o45’Bujur Timur dan 7o30’- 7o45’ Bujur Selatan. Kecamatan Prambanan terletak pada bagian paling barat di Kabupaten Klaten dan merupakan wilayah
perbatasan
antara
Kabupaten
Klaten
dengan
Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di batas kedua kecamatan tersebut terletak Candi Prambanan, selain itu terdapat pula beberapa candi lainnya, seperti Candi Sojiwan dan Candi Plaosan. Kecamatan Prambanan sendiri memiliki 16 desa. Dari letak geografis yang sangat strategis tersebut, memacu Kecamatan Prambanan menjadi wilayah tumbuh cepat yang senantiasa mengalami perkembangan sangat dinamis
55
56
baik
dalam
aspek
pemerintahan,
pembangunan
maupun
sosial
kemasyarakatan, di samping itu Kecamatan Prambanan merupakan kawasan pariwisata
internasional
sehingga
membawa
dampak-dampak
pada
kehidupan baik yang bersifat positif maupun negatif. Luas wilayah Kecamatan Prambanan mencapai 24,43 km2 / 2.443 Ha dengan batas wilayah: 1) Sebelah utara
: Kecamatan Manisrenggo
2) Sebelah timur
: Kecamatan Jogonalan dan Gantiwarno
3) Sebelah selatan
: Kecamatan Piyungan, Bantul, DIY
4) Sebelah barat
: Kecamatan Prambanan, Sleman, DIY
Kecamatan Prambanan dibagi menjadi 16 desa, 134 RW, 355 RT dan 249 Dukuh yaitu : Desa Brajan, Desa Bugisan, Desa Cucukan, Desa Geneng, Desa Joho, Desa Kebon Dalem Kidul, Desa Kebon Dalem Lor, Desa Kemudo, Desa Kokosan, Desa Kotesan, Desa Pereng, Desa Randusari, Desa Sanggrahan, Desa Sengon, Desa Taji, Desa Tlogo. Berdasarkan status daerah pada tahun 2014 bahwasannya Desa Kebon Dalem Kidul, Desa Pereng, Desa Kotesan, Desa Sanggrahan, Desa Taji, Desa Tlogo, Desa Kokosan dan Desa Bugisan merupakan daerah dengan kategori perkotaan, sedangkan untuk Desa Brajan, Desa Cucukan, Desa Geneng, Desa Joho, Desa
Kebon Dalem Lor, Desa
Kemudo, Desa Randusari, dan Desa Sengon berstatus daerah perdesaan.
57
Kecamatan Prambanan terbagi menjadi 8 daerah perkotaan dan 8 daerah perdesaan. Peta administrasi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang terbagi menjadi 16 Desa dapat disajikan pada gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten 58
59
B. Iklim 1. Suhu Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 3 tahun, yang sifatnya tetap. Ilmu yang membahas dan mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. Klimatologi tidak terlepas dari meteorologi atau ilmu cuaca yang menekankan pada proses fisika yang terjadi di atmosfer, misalnya hujan, angin dan suhu (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006:1). Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu. Satuan yang biasa digunakan adalah derajat celcius (oC). Salah satu faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi adalah ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat
dari
permukaan
laut
maka
suhu
akan
semakin
rendah,begitu pula sebaliknya. Suhu suatu tempat dapat ditentukan menggunakan rumus Braak, yaitu: to=26,3oC-((0,61.h)/100) Keterangan: to
: temperatur rata-rata harian
26,3oC
: rata-rata temperatur di atas permukaan air laut
0,61
: angka gradien temperatur tiap naik 100 meter
h
: ketinggian rata-rata dalam meter
60
Kecamatan Prambanan berada pada ketinggian 146 m diatas permukaan air laut sehingga temperatur harian Kecamatan Prambanan dapat ditentukan menggunakan rumus Braak sebagai berikut: to=26,3oC-((0,61.h)/100) to=26,3oC-((0,61.146)/100) to=26,3oC-(0,89) to=25,4oC Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Braak, dapat diketahui rata-rata temperatur harian Kecamatan Prambanan adalah 25,4oC. 2. Curah Hujan Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Satuan curah hujan diukur dalam mm/inci. Data curah hujan dapat digunakan untuk menentukan iklim suatu daerah. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dapat digunakan untuk menentukan iklim suatu daerah. Prinsip yang digunakan yaitu dengan mengambil bulan kering dan bulan basah, menggunakan data curah hujan selama 10 tahun dan menghitung rata-ratanya. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya melebihi 100 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm. Persamaan
61
yang
digunakan Schmidt-Ferguson sebagai
berikut
(Ance
Gunarsih Kartasapoetra, 2006: 20-21).
𝑄=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ
x 100%
Penggolongan iklim berdasarkan persamaan tersebut menurut Schmidt-Fergusson sebagai berikut: Tabel 4. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Fergusson Nilai Q Tipe Curah Hujan 0≤Q<0,143 A = sangat basah 0,143≤ Q<0,333 B = basah 0,333≤ Q<0,600 C = agak basah 0,600≤ Q<1,000 D = sedang 1,000≤ Q<1,670 E = agak kering 1,670≤ Q<3,000 F = kering 3,000≤ Q<7,000 G = sangat kering Q≥7000 H = luar biasa kering Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006:21 Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson tersebut dapat digunakan untuk menentukan tipe iklim di Kecamatan Prambanan selama 10 tahun terakhir. Perhitungan tersebut menggunakan data curah hujan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 yang disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut:
62
Tabel 5. Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Prambanan Tahun 2005-2014 No 1
Bulan
Tahun
Ratarata
Mm
2005 302
2006 576
2007 555
2008 322
2009 302
2010 320
2011 556
2012 285
2013 285
2014 311
3814
381,4
Hh Mm Hh 3 Mar Mm Hh 4 Apr Mm Hh 5 Mei Mm Hh 6 Jun Mm Hh 7 Jul Mm Hh 8 Agt Mm Hh 9 Sep Mm Hh 10 Okt Mm Hh 11 Nov Mm Hh 12 Des Mm Hh Jumlah Mm Hh Rata-rata Mm Hh Bulan Basah (BB) Bulan Lembab (BL) Bulan Kering (BK)
14 368 15 195 16 195 15 92 6 4 4 0 0 0 0 0 0 46 7 210 12 231 17 1643 106 137 9 6 1 5
20 237 13 171 9 91 7 95 10 90 8 123 10 0 0 0 0 36 5 216 14 300 17 1935 161 113 9 6 3 3
20 269 17 268 21 280 8 280 8 0 0 10 1 0 0 0 0 17 4 178 14 197 12 2054 171 105 9 7 0 5
14 202 10 574 20 42 3 275 18 97 11 216 14 174 8 269 10 265 9 178 14 197 12 2811 143 234 12 10 1 1
14 368 15 195 16 195 15 92 6 4 4 0 0 0 0 0 0 46 7 210 12 231 17 1643 106 137 9 6 1 5
14 198 10 572 20 42 3 282 19 98 11 231 14 166 8 189 8 269 9 212 13 192 12 2771 141 231 12 10 1 1
20 265 18 261 22 275 8 275 8 0 0 10 1 0 0 0 0 0 0 212 13 192 12 2046 102 171 9 7 0 5
14 360 15 193 16 193 15 92 6 5 4 0 0 0 0 0 0 48 8 214 12 253 17 1643 107 137 9 6 1 5
14 360 15 193 16 193 15 92 6 5 4 0 0 0 0 0 0 48 8 214 12 253 17 1643 107 137 9 6 1 5
20 277 16 138 11 123 11 25 4 41 3 0 0 12 1 0 0 10 2 245 15 26 3 1208 86 101 7 5 0 7
164 2904 144 2760 167 1629 100 1600 91 344 49 590 40 352 17 458 18 785 59 2089 131 2072 136 19397 1230 1503 94 69 9 42
16,4 290,4 14,4 276 16,7 162,9 10 160 9,1 34,4 4,9 59 4 35,2 1,7 45,8 1,8 78,5 5,9 208,9 13,1 207,2 13,6 1939,7 123 150,3 9,4 6,9 0.9 4,2
2
Jan
Jumlah
Feb
Sumber: Dinas Sumber Daya Air, Tahun 2014 Dari tabel 5, maka dapat dibuat perhitungan Q di daerah penelitian sebagai berikut: 𝑄=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ
x 100%
4,2
𝑄 = 6,9 x 100% 𝑄 = 0,6086 x 100% 𝑄 = 60,86 % Kecamatan Prambanan selama 10 tahun terakhir memiliki rata-rata curah hujan 1939,7 mm/tahun dan rata-rata hari hujan 123 hari/tahun.
63
Rata-rata curah hujan bulan basah 6,9 mm/tahun dan rata-rata curah hujan bulan kering 4,2 mm/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi Schmidt-Fergusson diperoleh nilai Q = 0,6086, sehingga menunjukkan bahwa di Kecamatan Prambanan memiliki tipe curah hujan D, yaitu sedang. Tipe curah hujan sedang yang ada di Kecamatan Prambanan mempengaruhi jumlah debit air pada setiap sumber mata air yang digunakan oleh masyarakat. Penggunaan sumber mata air berupa sumur galian di Kecamatan Prambanan masih banyak dimanfaatkan masyarakat. sumber mata air tersebut dipengaruhi oleh musim, yaitu musim penghujan debit air pada sumur masyarakat mengalami penambahan dan sebaliknya jika musim kemarau debit air sumur mengalami pengurangan.
C. Tanah Kondisi tanah di Kecamatan Prambanan sebagian besar adalah regosol coklat keabuan yang bahan induknya berupa abu dan pasir vulkan. Tanah regosol adalah tanah tidak memiliki pedogenik (berasal dari pembentukan vulkan) yang jelas. Tanah ini juga tidak mempunyai horizon bawah terkecuali epipedon albik atau plaggan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (Luthfi Rayes, 2006:61).
Menurut USDA, regosol
merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. tanah entisol secara umum adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu
64
vulkanik, dan pasir. Umur yang masih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. Kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buahbuahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Kecamatan Prambanan memiliki kandungan Fe yang tinggi dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang dialirkan melalui Sungai Opak, selain itu warna tanah coklat keabuan di Kecamatan Prambanan merupakan indikator tanah yang dipengaruhi oleh bahan induknya. Kandungan Fe yang tinggi di Kecamatan Prambanan maka kondisi tanah yang dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian memerlukan perlakuan khusus yaitu dengan menambahkan pupuk yang banyak mengandung bahan organik, selain itu kandungan Fe yang tinggi berpengaruh juga pada kondisi air yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. D. Topografi Topografi di Kecamatan Prambanan secara keseluruhan terletak pada daerah yang datar dengan ketinggian tempat berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan laut.
65
E. Keadaan geologi Kondisi geologi di Kecamatan Prambanan didominasi dari keberadaan Gunung Merapi karena aliran pada Sungai Opak membawa sebagian material vulkanik berupa batuan dan pasir. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan batuan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah. F. Kondisi Tata Air Kecamatan Prambanan berdasarkan lokasinya dilalui oleh beberapa sungai yaitu Sungai Opak di sebelah barat, Sungai Borongan dan Sungai Kongklangan yang membelah dua Kecamatan Prambanan yang alirannya menyatu di Desa Bugisan serta Sungai Deresan di sebelah timur Kecamatan Prambanan. Daerah yang dikaji dalam penelitian ini merupakan daerah tempat pertemuan aliran Sungai Borongan dan Sungai Kongklangan.
Di
sekitar
daerah
pertemuan
aliran
sungai
ini
dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan pertanian tahunan, dimana irigasi lahan pertanian tersebut berasal dari dua aliran itu.
Kecamatan
Prambanan secara umum merupakan daerah dengan morfologi relatif datar karena berada di dataran aluvial gunung Merapi yang dialiri oleh material vulkanik berupa pasir dan tuff, dengan ketinggian tempat ratarata 146 m di atas permukaan air laut. Topografi yang datar tersebut berpengaruh pada kondisi air yang ada di Kecamatan Prambanan yaitu ketersediaan air yang cukup melimpah tetapi karena Kecamatan Prambanan
dekat
dengan
aktivitas
vulkanik
Gunung
Merapi
66
menyebabkan kualitas air memiliki kandungan Fe yang tinggi. Sumber air untuk kehidupan sehari-hari penduduk di Kecamatan Prambanan berasal dari sumur gali, sumber mata air dan sungai. G. Penggunaan Lahan Kecamatan Prambanan merupakan Kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan ini dilalui oleh beberapa jalan utama seperti Jalan Raya Yogya-Solo dan Jl Piyungan. Kecamatan Prambanan sebelah selatan didominasi oleh lahan pertanian yang dimanfaatkan sebagai tempat pertanian irigasi oleh masyarakat. Penggunaan lahannya terbagi dalam beberapa penggunaan, antara lain tanah sawah, bangunan, kebun dan tanah keperluan fasilitas umum seperti lapangan olah raga, jalur hijau, tempat rekreasi dan pemakaman (Monografi Kecamatan Prambanan Tahun 2013): Tabel 6. Penggunaan Lahan Kecamatan Prambanan No 1 2 3 4
Penggunaan Lahan
Luas (Ha) 1.363 888,9 13,7 177,4
Persen (%) 55, 8% 36,3% 0,6% 7,3%
Tanah Sawah Tanah Kavling/ bangunan Tegal /Kebun Tanah Keperluan Fasilitas Umum (lapangan olahraga, jalur hijau, tempat rekreasi dan pemakaman) tanah lainnya Jumlah 2.443 100% Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan data dari Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014, penggunaan lahan yang banyak digunakan di Kecamatan Prambanan ialah tanah sawah sebanyak 55,8 %. Artinya sebagian besar wilayah di
67
Kecamatan Prambanan masih banyak terdapat sawah yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Lahan pertanian dimana banyak membutuhkan air karena lahan pertanian di Kecamatan Prambanan merupakan sawah irigasi tahunan. Sawah irigasi dengan sumber pengairan utama dari sungai dan sumur yang musim kemarau kedua sumber tersebut mengering. Sumbersumber air yang mengering tersebut merupakan faktor alam yang setiap tahun terjadi di Kecamatan Prambanan. Penggunaan lahan yang banyak digunakan di Kecamatan Prambanan yang kedua ialah untuk bangunan, dengan banyaknya bangunan yang berdiri maka banyak masyarakat yang tinggal di Kecamatan Prambanan. Banyaknya masyarakat harus didukung dengan ketersediaan bangunan seperti tempat tinggal yang layak, selain itu kebutuhan akan air bersih yang berkualitas dan layak konsumsi sangat diperlukan oleh masyarakat. Kebutuhan tersebut kurang dapat dipenuhi karena faktor alam yang ada di Kecamatan Prambanan yaitu mengeringnya sumber-sumber air karena musim kemarau. Pemerintah desa telah mengupayakan berbagai hal yaitu dengan memberikan bantuan sumur baru beserta prasaranya berupa kamar mandi dan MCK untuk mengurangi keringnya sumber air.
H. Kondisi Demografis Kondisi demografis atau kependudukan di suatu wilayah meliputi jumlah penduduk, persebaran penduduk dan komposisi penduduk. Kondisi demografis suatu wilayah dapat digunakan oleh pemerintah untuk
68
menentukan berbagai kebijakan dalam mnangani berbagai masalah kependudukan. Masalah kependudukan meliputi tingkat kelahiran tinggi, sex ratio, angka beban ketergantungan dan lain-lain. 1. Jumlah penduduk Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan akhir tahun 2014 sebesar 50.047 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 24.101 jiwa atau 48,16% dan penduduk perempuan berjumlah 25.946 jiwa atau 51,84%. Kepadatan penduduk Kecamatan Prambanan adalah 2117 jiwa/Km2. Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase 1 Laki-laki 24.101 48,16 2 Perempuan 25.946 51,84 Jumlah 50.047 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat digunakan untuk menentukan sex ratio, sex ratio adalah perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan pada suatu daerah tertentu yang dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Data di atas dapat digunakan untuk mengetahui rasio
jenis kelamin di Kecamatan Prambanan menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
69
𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 −𝑙𝑎𝑘𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 24.101 25 .946
X 100
X 100
= 92,88 = 93 (hasil pembulatan) Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui sex ratio di Kecamatan Prambanan sebesar 93, artinya setiap 100 jiwa penduduk jenis kelamin perempuan terdapat 93 jiwa penduduk jenis kelamin laki-laki. Jadi, jumlah penduduk Kecamatan Prambanan dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk dengan jenis kelamin laki-laki.
2. Persebaran Penduduk Menurut Desa Kecamatan Prambanan terdiri atas 16 desa, jumlah penduduk Kecamatan Prambanan menurut desa dan jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 8 sebagai berikut:
70
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Menurut Desa dan Jenis Kelamin No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Desa
Jenis kelamin LakiPerempuan laki 1689 1701
Jumlah
Persentase
Kebondalem 3390 6,77 Kidul Pereng 877 916 1793 3,58 Kotesan 1276 1165 2441 4,87 Sengon 1785 2026 3811 7,61 Cucukan 868 891 1759 3,51 Sanggrahan 990 1358 2348 4,69 Geneng 1122 1260 2382 4,75 Kemudo 2349 2916 5265 10,52 Taji 1306 1338 2644 5,29 Tlogo 2202 2493 4695 9,39 Bugisan 1709 1723 3432 6,86 Kokosan 1958 1177 2235 4,47 Kebondalem 2087 2121 4208 8,41 Lor Brajan 1684 1712 3396 6,79 Randusari 1495 1572 3067 6,13 Joho 1604 1577 3181 6,36 Jumlah 24101 25946 50047 100 Sumber: Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Tabel 8 menunjukkan bahwa desa di Kecamatan Prambanan yang memiliki jumlah penduduk cukup besar adalah Desa Kemudo dengan persentase 10,52%, sedangkan desa yang persentase jumlah penduduknya kecil adalah Desa Cucukan dengan persentase 3,51%. Desa Kemudo dengan jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan dengan desa lainnya, memberikan dampak yang besar pada penggunaan air yang ada sehingga keberadaan
sumber air akan semakin berkurang karena
kebutuhan air lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan air pada desa lain.
71
3. Komposisi penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan pertumbuhan penduduk wilayah dan struktur penduduk baik usia belum produktif, produktif dan tidak produktif. Komposisi penduduk Kecamatan Prambanan menurut kelompok umur sebagai berikut: Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Kelompok Umur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Umur (Tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Jumlah Penduduk
Persentase
4121 4023 3990 3892 3713 3934 3921 3880 3860 3551 2927 2226 1674 1522 1214 1599 50047
8,24 8,04 7,98 7,78 7,42 7,87 7,84 7,76 7,71 7,09 5,84 4,44 3,34 3,04 2,42 3,19 100
Sumber: Kecamatan Prambanan Dalam Angka 2014 Komposisi penduduk menurut umur dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu: 1) 0-14 tahun tergolong kelompok umur belum produktif 2) 15-64 tahun tergolong kelompok umur produktif 3) ≥65 tahun tergolong kelompok umur tidak produktif
72
Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Usia Jumlah Persentase 1 0-14 tahun 12.134 24,24 2 15-64 tahun 33.578 67,10 3 > 65 tahun 4.335 8,66 Jumlah 50.047 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan berdasarkan kelompok umur (tabel 14), yang tergolong kelompok umur belum produktif sebesar
24,24%, kelompok umur produktif sebesar
67,10% dan kelompok umur tidak produktif sebesar 8,66%. Komposisi penduduk menurut umur tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Prambanan sebagian besar (67,10%) tergolong usia produktif sehingga banyak penduduk yang kemungkinan bekerja. Berdasarkan data penduduk usia produktif di atas dapat diketahui besarnya rasio ketergantungan di Kecamatan Prambanan dengan perhitungan sebagai berikut : Rasio Ketergantungan = = =
0−14 tahun +
> 65 𝑡𝑎 ℎ𝑢𝑛
15−64 tahun
12.134 +4.335 33.578 16.469 33.578
𝑋100
𝑋100
= 49,04 = 49 (hasil pembulatan)
𝑋100
73
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kecamatan Prambanan yaitu sebesar 49, artinya setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung beban sebesar 49 jiwa usia belum dan tidak produktif. b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam Indek Pembangunan Manusia (IPM). Pendidikan berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), agar mampu menjawab
tantangan
zaman
terutama
perkembangan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Semakin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat
semakin
tinggi
pula
pengetahuan
masyarakat terhadap ilmu yang selalu berkembang, begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, dapat digunakan untuk menunjukkan pengetahuan masyarakat dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas, terutama kesadaran iuran perbulan dan ikut serta menjaga fasilitas yang ada dan digunakan atau tahap pemeliharaan. Tahap pemeliharaan ini merupakan tahap yang penting dalam menjaga keberlangsungan dan berkembangnya Pamsimas di Kecamatan Prambanan. Kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi permasalahan kekurangan air pada saat musim kemarau, baik melalui pembangunan fisik
74
seperti tandon air maupun penyadaran tentang Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) dan kemampuan memelihara fasilitas yang telah ada. Oleh karena itu, pendidikan berperan dalam kegiatan Pamsimas terutama dalam memelihara fasilitas yang ada. Komposisi penduduk Kecamatan Prambanan menurut tingkat pendidikan, dapat disajikan pada tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Penduduk 1 Belum Sekolah 8506 17 2 Tidak Tamat Sekolah 4997 9,99 Dasar 3 Tamat SD/Sederajat 9573 19,13 4 Tamat SLTP/Sederajat 8446 16,88 5 Tamat SLTA/Sederajat 13895 27,76 6 Tamat 1928 3,85 Akademi/Sederajat 7 Tamat Perguruan 2145 4,28 Tinggi/Sederajat 8 Buta Huruf 557 1,11 Jumlah 50047 100 Sumber: Data Sekunder, Monografi Kecamatan Prambanan Tahun 2013 Berdasarkan tabel 11, tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Prambanan paling tinggi tamat
SLTA/
Sederajat sebesar 27,76%, sedangkan yang paling rendah adalah buta huruf sebesar 1,11%. Penduduk Kecamatan Prambanan dengan tingkat pendidikan tamat SD juga cukup tinggi yaitu sebesar 19,13%, diikuti penduduk yang tamat SLTP sebesar 16,88%, diikuti oleh penduduk yang belum
75
sekolah sebesar 17%, lalu diikuti oleh penduduk yang tamat perguruan tinggi dan akademi sebesar 4,28% dan 3,85%. Data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Prambanan cukup tinggi karena sebagian besar masyarakat sudah tamat SLTA yaitu sebesar 27,76%.
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh seseorang sebagai sumber pendapatan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekerjaan seseorang juga sangat berpengaruh dalam kegiatan Pamsimas. Penduduk di Kecamatan Prambanan yang sebagian besar mata pencahariannya petani dan buruh bangunan, harus berusaha berdampingan dengan alam yang musim kemarau sumber airnya mengering. Mata pencaharian merupakan alasan utama penduduk di Kecamatan Prambanan untuk tetap tinggal dan berusaha hidup harmonis dengan alam karena sumber air merupakan sumber kehidupan bagi petani untuk mengairi sawahnya. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Prambanan dapat disajikan pada tabel 12 sebagai berikut:
76
Tabel 12. Komposisi Penduduk di Kecamatan Prambanan Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata pencaharian Jumlah Persentse 1 Petani Pemilik Tanah 4983 12,80 2 Petani Penggarap Tanah 5726 14,70 3 Petani Penggarap/Penyekap 5268 13,53 4 Buruh Tani 6599 16,95 5 Pengusaha Sedang/Besar 68 0,17 6 Pengrajin Industri Kecil 685 1,75 7 Buruh Industri 1426 3,66 8 Buruh Bangunan 5859 15,05 9 Pedagang 2125 5,45 10 Pengangkutan 61 0,15 11 PNS 247 0,63 12 ABRI 215 0,55 13 Pensiunan 351 0,90 14 Peternak Sapi Biasa 3211 8,21 15 Peternak Kambing 645 1,67 16 Peternak Domba 324 0,85 17 Peternak Kuda, Babi 8 0,02 18 Peternak Ayam 1110 2,87 19 Peternak Itik 17 0,05 Jumlah 38.928 100 Sumber: Data Sekunder, Monografi Kecamatan Prambanan Tahun 2013
Tabel 12, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Prambanan bermata pencaharian sebagai petani sebesar 41,03%, diikuti buruh sebesar 35, 66% dan yang bekerja di bidang peternak sebesar 13,67%.
d. Kondisi sosial dan ekonomi Kecamatan Prambanan 1) Kondisi Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Prambanan dalam beberapa aspek masih kurang memadai, sarana dan
77
prasarana hanya mencakup yang sifatnya dasar dan sederhana. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten Tahun 2012, sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Prambanan terdiri dari beberapa fasilitas sebagai berikut : a) Pendidikan Tabel 13. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Prambanan No Tingkat Status Jumlah Persentase Pendidikan Negeri Swasta 1 Taman 27 4 31 41,90 Kanak-Kanak 2 Sekolah 32 1 33 44,60 Dasar 3 SLB 1 0 1 1,35 4 SLTP/ 2 2 4 5,40 sederajat 5 SMU/ 1 4 5 6,75 sederajat Jumlah 63 11 74 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Dilihat dari jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Prambanan yang cukup lengkap baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak
sampai
tingkat
SMU
sehingga
memudahkan
masyarakatnya menerima fasilitas pendidikan yang memadai dan dapat juga memilih sesuai dengan kemampuan. Selain adanya sarana dan prasarana pendidikan yang baik, sistem dan kegiatan belajar mengajar juga berjalan dengan baik karena didukung dengan adanya tenaga pengajar ahli dan sekolah-sekolah tersebut merupakan sekolah negeri maupun swasta. Adanya sarana sekolah tersebut, pendidikan sudah dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kecamatan Prambanan.
78
Berdasarkan tabel 13, jumlah fasilitas pendidikan yang banyak terdapat di Kecamatan Prambanan adalah Sekolah Dasar swasta maupun negeri dengan persentase sebesar 44,60%, diikuti Taman Kanak-Kanak sebesar 41,90%, dan SMU sebesar 6,75%. b) Kesehatan Kesehatan merupakan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia, tubuh manusia yang sehat akan mendukung kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Sarana dan prasarana kesehatan diperlukan
untuk
mendukung
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat. Adanya fasilitas atau sarana kesehatan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh masyarakat Kecamatan Prambanan sehingga mudah untuk dijangkau masyarakat dari semua kalangan. Di Kecamatan Prambanan sendiri salah satu poloklinik yang ada yaitu Poliklinik Bulan Sabit dan apabila masyarakat ingin mendapat pelayanan yang lebih dapat dirujuk pada Rumah Sakit yang lebih memadai dari segi dokter, obat-obatan dan peralatan medis. Tabel 14. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Prambanan No Jenis fasilitas kesehatan Jumlah Persentase 1 Rumah Bersalin 5 2,65 2 Poliklinik Pengobatan 1 0,53 3 Puskesmas/pembantu/posyandu 72 38,10 4 Praktik Dokter 20 10,59 5 Perawat 39 20,63 6 Bidan 28 14,81 7 Dukun Bayi 16 8,46 8 Apotek 8 4,23 Jumlah 189 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
79
Tabel 14, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Prambanan adalah Puskesmas/pembantu/posyandu sebesar 38,10%, diikuti perawat sebesar 20,63% dan Bidan sebesar 14,81%.
c) Tempat ibadah Ibadah merupakan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan ibadah dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan adanya tempat khusus yang digunakan sebagai tempat beribadah. Masyarakat Kecamatan Prambanan sendiri cukup beragam, namun mayoritas masyarakat Kecamatan Prambanan menganut agama Islam. Berdasarkan data monografi Kecamatan Prambanan, sebanyak 46.792 jiwa masyarakat menganut Agama Islam, 1.252 jiwa masyarakat menganut agama Khatolik, 1.250 jiwa masyarakat menganut agama Kristen, 100 jiwa masyarakat menganut agama Hindu, 125 jiwa masyarakat menganut agama Budha. Prasarana Peribadatan di Kecamatan Prambanan : Tempat ibadah berupa Masjid sebanyak 114, Surau/ Mushola ada 101, 10 Gereja, terdapat 2 Vihara/pure.
80
d) Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan Tabel 15. Jumlah Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan No Nama Fasilitas Olahraga Jumlah Persentase 1 Lapangan Sepakbola 7 20 2 Bulutangkis 13 37,14 3 Kolam Renang 1 2,85 4 Bola Voli 11 31,43 5 Tenis Lapangan 2 5,72 6 Pacuan Kuda 1 2,86 Jumlah 35 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Berdasarkan tabel 18, jumlah fasilitas olahraga yang ada di Kecamatan Prambanan terbanyak adalah lapangan bulutangkis sebesar 37,14%, diikuti lapangan Bola Voli sebesar 31,43% dan lapangan sepakbola sebesar 20%. 2. Kondisi Ekonomi Kegiatan ekonomi di Kecamatan Prambanan cukup beragam dan didominasi yang bekerja disektor agraris. Walaupun ada yang bekerja di luar sektor agraris, namun tidak sedikit yang bekerja di dua sektor bahkan lebih. Berdasarkan data dari monografi Kecamatan Prambanan tahun 2013, kegiatan ekonomi di Kecamatan Prambanan sebagai berikut : a. Agraris Kegiatan pertanian merupakan kegiatan ekonomi pokok yang ada di Kecamatan Prambanan. Lebih dari separuh rumah tangga yang ada di Kecamatan Prambanan bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 22.576 rumah tangga yang ada di Kecamatan Prambanan berkerja di sektor pertanian, terutama petani padi, jagung, dan cabai. Sebagian besar petani
81
merupakan petani pemilik lahan, penggarap, dan mengerjakan lahannya sendiri. Walaupun banyak yang memiliki dan mengerjakan lahan pertanianya sendiri, tidak sedikit pula penduduk yang bekerja hanya sebagai buruh tani yang mengerjakan lahan pertanian milik orang lain. Pada sektor pertanian di Kecamatan Prambanan sebagian besar pemanfaatan lahan pertanian menggunakan irigasi dari sungai. Pertanian irigasi di Kecamatan Prambanan dipengaruhi oleh besar kecilnya volume air yang ada di sungai yang dipengaruhi pula oleh musim yang sedang berlangsung. Volume air terbanyak terjadi pada saat musim penghujan maka masyarakat pada saat musim penghujan lahan pertaniannya ditanami padi dan sebaliknya, pada saat musim kemarau ditanami palawija (jagung, kacang, dan cabai). b. Organisasi Organisasi yang terdapat di Kecamatan Prambanan adalah organisasi
Kelompok
Tani
atau
Gabungan
Kelompok
Tani
(GAPOKTAN), kelompok tani ikan dan kelompok peternak hewan. Kelompok tani dan hewan tersebut merupakan kelompok masyarakat yang dibentuk dalam rangka mengkoordinasi upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan dan ketrampilan masyarakat dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan. Daftar kelompok pertanian, perikanan dan peternakan tersebut dapat disajikan pada tabel 16 sebagai berikut:
82
1)
Kelompok Tani Usaha-usaha
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
pendapatan petani antara lain dengan membentuk kelompok tani. Terdapat beberapa kelompok tani yang tersebar di Kecamatan Prambanan. Tabel 16. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Prambanan No Kelompok Tani Hamparan Jumlah Persentase 1 Kelas Pemula 12 37,5 2 Kelas Lanjutan 14 43,75 3 Kelas Madya 5 15,62 4 Kelas Utama 1 3,13 Jumlah 32 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Tabel 16, menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani yang memiliki jumlah persentase terbanyak adalah Kelas Lanjutan sebesar 43,75%, diikuti Kelas Pemula sebesar 37,5% dan kelompok tani paling sedikit yaitu 3,13% adalah Kelas Utama. 2)
Kelompok Tani Ikan Potensi di Kecamatan Prambanan selain pertanian juga
mencakup perikanan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa lahan pekarangan dan sawah yang dijadikan sebagai tempat memelihara ikan air tawar.
83
Tabel 17. Jumlah Kelompok Tani Ikan Air Tawar No
Desa
1
2
Unit Pembenihan Rakyat 1
4 3 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2
2 1 1 0 2 3 0 1 4 2 2 1
1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1
7 5 1 0 2 3 1 3 5 5 4 4
12,97 9,25 1,86 0 3,70 5,55 1,86 5,55 9,25 9,25 7,41 7,41
3 0 1 20
2 1 0 24
3 0 0 10
8 1 1 54
14,81 1,86 1,86 100
Lele 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kebondalem Kidul Pereng Kotesan Sengon Cucukan Sanggrahan Geneng Kemudo Taji Tlogo Bugisan Kokosan Kebondalem Lor Brajan Randusari Joho Jumlah
Ikan Non lele
Jumlah
Persentase
4
7,41
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Tabel 17 menunjukkan bahwa di Kecamatan Prambanan sebagian besar desa-desanya memiliki jumlah kelompok tani ikan air tawar sebanyak 15 kelompok. Kelompok tani yang memiliki jumlah kelompok tani ikan air tawar terbanyak ialah Desa Brajan sebesar 14,81%, diikuti Desa Pereng sebesar 12,97% dan desa yang paling sedikit atau tidak memiliki kelompok tani ikan air tawar yaitu Desa Cucukan. 3)
Kelompok Jenis Hewan Ternak Potensi peternakan di Kecamatan Prambanan cukup
banyak. Ada berbagai jenis hewan ternak yang dipelihara oleh masyarakat. hewan ternak yang ada dari hewan ternak besar sampai ternak kecil seperti itik dan ayam.
84
Tabel 18. Jumlah Peternak Hewan di Kecamatan Prambanan No Jenis ternak Jumlah peternak Persentase 1 Sapi 3211 60,36 2 Kerbau 5 0,10 3 Kambing 645 12,12 4 Domba 324 6,10 5 Kuda, babi 8 0,15 6 Ayam 1110 20,86 7 Itik 17 0,31 Jumlah 5320 100 Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014 Tabel 18 menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis hewan ternak di Kecamatan Prambanan. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Prambanan memiliki hewan ternak Sapi, dapat ditunjukkan dengan jumlah persentase sebesar 60,36%, diikuti ternak ayam sebesar 20,86 dan paling sedikit adalah ternak kerbau sebesar 0,10%. B. Pembahasan 1. Pamsimas di Kecamatan Prambanan Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat)
Mandiri
Pendukung
dalam
rangka
menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang mengajak masyarakat dalam menemukenali berbagai persoalan dan penyakit terkait air dan sanitasi, kemudian dibimbing untuk melakukan
85
berbagai langkah pencegahannya termasuk menyiapkan sarana yang dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi akan membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat yang pada gilirinnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum; pengembangan kapasitas pelaku Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya dan bimbingan teknis. Kabupaten Klaten menjadi salah satu tempat pelaksanaan program Pamsimas. Karakteristik air yang ada di Kabupaten Klaten ialah berwarna putih keruh, bila digunakan untuk mencuci pakaian lama kelamaan akan berubah warna menjadi kekuningan dan terdapat endapan bila didiamkan beberapa saat sebelum dipakai. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten yang telah mendapat bantuan program Pamsimas. Di Kecamatan Prambanan program Pamsimas ini telah mencakup beberapa desa. Desa yang telah dijangkau oleh program Pamsimas sebanyak 5 desa yaitu Desa Sanggrahan yang sudah mencapai tahap pengembangan, Desa Pereng, Desa Kotesan, Desa Cucukan dan Desa Sengon yang baru sampai tahap pembangunan dan baru beroperasi beberapa bulan. Pembangunan yang ada di Kecamatan Prambanan berdasarkan karakteristik yang ada pada setiap desa tersebut.
86
Pembangunan tandon air dilakukan berdasarkan kualitas dan kuantitas air yang ada. Berdasarkan
hasil
observasi,
diketahui
bahwa
pemenuhan
kebutuhan air bersih di Kecamatan Prambanan masih kurang optimal untuk masyarakat, hal ini ditandai dengan mengeringnya beberapa air sumur dan mata air yang ada di sekitar masyarakat pada musim kemarau. Di Desa Pereng, rumah warga yang berdekatan dengan aliran sungai, menyebabkan sebagian warga berpikiran praktis, yaitu dengan melakukan kegiatan seperti mandi, buang air dan mencuci lebih mudah di sungai, selain tidak membutuhkan biaya. Tidak bisa dipungkiri, meskipun sudah ada sosialisasi dari Pemerintah, masih tetap ada warga yang memanfaatkan sungai untuk aktifitas MCK. Sebagian air tanah dimungkinkan telah tercemar oleh limbah dari perikanan lele. Dari observasi, diketahui juga bahwa perikanan lele yang berada di sekitar pekarangan tempat tinggal masyarakat, limbahnya dibuang secara langsung dan tidak diolah terlebih dahulu. Limbah dari perikanan lele ini dimungkinkan juga mempengaruhi kualitas air sumur di sekitar lokasi perikanan. Permasalahan lain yang dijumpai di lapangan adalah terbatasnya prasarana dan sarana air bersih, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mendukung kegiatan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluarga yang tidak memiliki sumur pribadi sehingga untuk pemenuhan kebutuhan air untuk kegiatan sehari-hari mengandalkan air dari sumur keluarga yang lain. Adanya permasalahan tersebut, maka
87
program Pamsimas mulai masuk ke desa-desa di Kecamatan Prambanan. Berikut data pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan: Tabel 19. Jumlah Pengguna Pamsimas Setiap Desa No
Desa
1 Desa Cucukan 2 Desa Sengon 3 Desa Kotesan 4 Desa Pereng 5 Desa Sanggrahan Jumlah pengguna
Jumlah Pengguna Pamsimas 247 KK 220 KK 124 KK 183 KK 476 KK 1250 KK
Persentase (%) 19.76 17.60 9.92 14.64 38.08 100
Sumber: Data Primer Dari tabel 19 dapat diketahui jumlah pengguna Pamsimas setiap desa dengan pengguna terbanyak ialah Desa Sanggrahan yaitu 476 pengguna dengan persentase 38.08%, diikuti oleh Desa Cucukan sebanyak 247 pengguna dengan jumlah persentase 19.76% dan pengguna paling sedikit ialah Desa Kotesan yaitu 124 pengguna dengan persentase 9.92%. Desa Sanggrahan merupakan desa dengan pengguna terbanyak yaitu 476 pengguna karena di Desa Sanggrahan lebih dulu ada program Pamsimas dan telah berkembang dengan baik. Berikut tabel perbandingan antara pengguna Pamsimas dengan yang belum menggunakan Pamsimas di Kecamatan Prambanan:
88
Tabel 20. Tabel Perbandingan Jumlah Pengguna Pamsimas dan Belum Menggunakan Pamsimas No
1 2 3 4 5
Desa
Desa Cucukan Desa Sengon Desa Kotesan Desa Pereng Desa Sanggrahan Jumlah
Jumlah pengguna Pamsimas 247 KK 220 KK 124 KK 183 KK 476 KK 1250 KK
Jumlah Kepala Keluarga 731 KK 1488 KK 905 KK 889 KK 1576 KK 5589 KK
Yang belum menggunakan Pamsimas 484 KK 1268 KK 781 KK 706 KK 1100 KK 4339 KK
Persentase (%) 11.15 29.23 18 16.27 25.35 100
Sumber : Data Primer Dari tabel 20 tersebut, dapat diketahui perbandingan antara pengguna dan yang belum menggunakan Pamsimas di Kecamatan Prambanan yaitu persentase terbanyak adalah Desa Sengon sebanyak 1268 Kepala Keluarga yang belum menggunakan Pamsimas dengan persentase 29.23 %. Diikuti oleh Desa Sanggrahan yaitu 1100 Kepala Keluarga dengan persentase 25.35%. Desa dengan jumlah Kepala Keluarga yang belum menggunakan Pamsimas paling sedikit ialah Desa Cucukan sebanyak 484 Kepala Keluarga dengan persentase 11.15%. 2. Karakteristik informan Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber utama data. Para informan berasal dari pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan yang mempunyai tanggapan positif maupun negatif terhadap Program Pamsimas dan ketua-ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi). Selain penduduk, informan juga berasal dari perwakilan pemerintah yaitu dari pemerintahan desa dan fasilitator program Pamsimas. Peneliti menggunakan 16 informan secara keseluruhan yang telah diwawancarai secara mendalam.
89
a. Informan satu Informan satu adalah salah satu penduduk di Desa Cucukan yang menjadi ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi). Informan ini berusia 64 tahun. Informan satu ini adalah pensiunan dari Kejaksaan. Informan ini secara tidak langsung mengapresiasi program Pamsimas ini dengan baik, dibuktikan segala kegiatan Pamsimas selalu disetujuinya selagi itu menguntungkan dan memberi dampak yang baik baginya serta masyarakat di Desa Cucukan akan kebutuhan air yang layak konsumsi. Informan satu ini ditunjuk sebagai ketua BPSPAMS sejak tahun 2013 melalui musyawarah. Saat ini beliau aktif untuk meningkatkan dan mengembangkan Pamsimas agar seluruh warganya mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi. Penunjukkan beliau sebagai ketua BPSPAMS karena segi pengalaman yang sudah matang dalam pengambilan keputusan dalam musyawarah dan juga dekat dengan masyarakat. Informan satu ini adalah orang yang dituakan dan berpengaruh besar bagi perkembangan hal-hal seputar program Pamsimas. Jarak rumah tinggal Informan Satu dengan tandon/bak penampungan air adalah kurang lebih 200 meter karena berdekatan langsung dengan tanah kas desa. Posisi rumah yang sangat dekat dengan tandon air menyebabkan informan ini memiliki satu keuntungan sendiri setiap saat dapat mengontrol kinerja mesin
90
pompa air dan tandon. Jarak rumah yang dekat dengan tandon tidak serta merta membuat informan satu ini melakukan kegiatan secara sepihak atau berjalan sendiri. Semua kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas selalu di musyawarahkan terlebih dahulu dengan anggota BPSPAMSnya sebelum mengambil tindakan penyelesaian dalam setiap masalah.
b. Informan dua Informan dua merupakan warga Mbelan Wetan, Sengon. Salah satu pengguna Pamsimas. Informan dua secara tidak langsung mengalami dampak adanya program Pamsimas. Beliau seorang berusia 46 tahun. Beliau adalah tamatan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau saat ini setara dengan SMA. Jarak rumah tinggal dengan tandon kurang lebih 1 km. Posisi rumah yang berdekatan dengan komplek kalurahan Desa Sengon memberi keuntungan yang banyak, baik dari segi jarak dengan tandon, aliran air yang selalu lancar sehingga memudahkan kebutuhan air dalam rumah informan dua ini tidak terganggu. Program Pamsimas ini dinilai oleh informan dua sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pasalnya, kualitas air yang ada di Desa Sengon sebelum adanya program Pamsimas kurang baik untuk dikonsumsi dan kurang layak digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kualitas air yang kurang layak untuk di konsumsi dibuktikan bila air digunakan untuk
91
mencuci pakaian yang berwarna cerah akan mengubah warna pakaian dan juga bila air rebusan didiamkan beberapa saat akan terdapat endapan seperti lumpur halus berwarna putih keabuabuan.
c. Informan tiga Informan Tiga merupakan ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi) di Desa Sengon, sebagai satuan pelaksana (Satlak)
selama proses
pembangunan tandon dan saluran air sekaligus menjabat Kepala Dusun (Kadus) 1 di kantor pemerintahan Desa Sengon. Bapak Kadus ini lulusan SLTA berusia 38 tahun. Melihat jabatan beliau sebagai Kepala Dusun 1 dijajaran pemerintah desa sangat berpengaruh terhadap adanya program Pamsimas.
Adanya
Pamsimas di desa tidak akan terealisasi dan berjalan lancar tanpa adanya persetujuan dan ijin dari pemerintahan di tingkat desa. Selain berupa ijin dan persetujuan, dukungan dari pemerintahan desa sangat dibutuhkan dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas. Bapak Kadus ini menjadi pihak yang berpengaruh dalam setiap pengambilan kebijakan, dimana perannya di sini adalah sebagai jembatan antara penduduk pengguna Pamsimas dengan pemerintah daerah maupun fasilitator. Pada tingkatan kabupaten bapak Kadus ini masih diberi amanah sebagai koordinator wilayah
92
(Korwil) Kabupaten Klaten. Menurut beliau, beberapa langkah yang
sudah
dilakukan
dari
pemerintahan
desa
ialah
mengintensifkan kalurahan untuk pengembangan, bantuan dalam hal pendanaan dan penambahan jaringan atau saluran air kepada pengguna baru.
d. Informan empat Informan Empat merupakan ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi) di Desa Sanggrahan. Beliau telah menjabat sebagai ketua sejak tahun 2011 lebih tepatnya sejak Pamsimas diterapkan pertama kali di Kecamatan Prambanan dan sudah 2 kali periode masa jabatan. Masa jabatan informan empat ini sebenarnya telah berakhir pada bulan juni 2015, tetapi dari pemerintahan desa meminta tolong untuk beberapa bulan kedepan dan baru akan di musyawarahkan kembali, setelah Bapak Lurah dan informan empat ini melakukan serah terima jabatan. Informan empat ini adalah seorang bapak berusia 61 tahun. Beliau merupakan tamatan SLTA dan sekarang sebagai pensiunan. Seorang pensiunan dan telah berumur tidak membuat informan empat ini patah semangat. Pengalaman beliaulah yang membuat pihak pemerintahan desa dan masyarakat percaya menunjuk informan empat ini sebagai ketua hingga 2 kali periode. jarak rumah dengan tandon air kurang lebih 50 meter. Visi dan misinya hanya sederhana diharapkan semua warga Desa
93
Sanggrahan khususnya dan umumnya seluruh warga Indonesia menikmati air
bersih
yang
murah dan berkualitas
serta
menciptakan desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Informan empat ini masih diberi kepercayaan di tingkatan kabupaten Klaten sebagai seksi sanitasi dan kesehatan pada Asosiasi BPSPAMS. Visi dan misi yang sederhana tidak membuat informan empat ini kurang akan ide untuk upaya pengembangan dalam Program Pamsimas. Wujud ide dan gagasan yang diberikan untuk penduduk pengguna maupun bukan pengguna salah satunya akan membuat depot pengisian ulang air minum, karena Desa Sanggrahan merupakan desa pertama kali adanya Pamsimas dan sebagai desa percontohan bagi desa-desa yang baru menerima Program Pamsimas. Di Desa Bapak informan empat ini telah mendapat HID (Hibah Insentif Desa) ialah sejenis program lanjutan serta hadiah dari pemerintah karena telah bebas BABS dan Pamsimas regular berjalan lancar. Adanya HID di desa ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah pengguna sehingga dibangun lagi 1 tandon untuk mencukupi permintaan tambahan pengguna. Ide dan gagasan yang diberikan informan empat ini tidak berhenti di situ saja, karena telah berjalan beberapa tahun sehingga dapat memberikan sebuah kenang-kenangan sebuah kantor BPSPAMS yang letaknya di bawah tandon air yang kedua.
94
e. Informan lima Informan Lima merupakan seorang purnawirawan TNIAD. Beliau adalah orang yang cukup berpengaruh di Desa Kotesan karena dalam kesehariaannya beliau menjabat sebagai ketua RW 03. Informan ini berusia 54 tahun. Jarak rumah tinggal dengan tandon air adalah 300 meter. Adanya program Pamsimas di Desa Kotesan dinilai baru karena mulai diadakan tahun 2014 tetapi sambutan, partisipasi dan antusias masyarakat sangat baik dibuktikan dengan calon pengguna yang terus bertambah, karena kualitas air yang diberikan sangat layak konsumsi dibandingkan dengan kualitas air sumur. Selama ini peran informan lima adalah sebagai ketua BPSPAMS, jembatan antara pengguna dan pemerintah desa karena segala ide, gagasan maupun pendapat dari masyarakat di tampung pada informan lima ini setelah itu disalurkan kepada pemerintahan desa. Koordinasi dan musyawarah selalu digunakan dalam setiap pengambilan keputusan agar didapatkan solusi terbaik dari berbagai pihak.
f. Informan enam Informan Enam merupakan seorang pensiunan yang berusia 63 tahun. Jarak rumah tinggal dengan tandon adalah 300 meter. Informan enam ini ialah ketua BPSPAMS Desa Pereng. Lokasi tandon Desa Pereng yang istimewa yaitu di atas bukit yang
95
memberi keuntungan tersendiri dari segi konstruksi dan desain bangunan sehingga dapat menghemat biaya pembangunan. Jarak yang berdekatan dengan tandon air membuat informan enam ini dengan mudah mengontrol kondisi tandon pada saat siang maupun malam hari. Bila ada kerusakan dan permasalahan yang timbul dapat dengan segera dibenahi agar masyarakat tidak terganggu akan kebutuhan air.
g. Informan tujuh Informan Tujuh merupakan Kepala Desa Cucukan berusia 50 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Beliau mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu sebagai pembina atau penasehat dalam Program Pamsimas di Desa Cucukan. Tugas utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa Cucukan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Cucukan dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk dikonsumsi.
h. Informan delapan Informan delapan merupakan perangkat Desa Cucukan yang diamanahi sebagai bendahara Satuan Pelaksana. Beliau
96
berusia 46 tahun. Pendidikan terakhirnya ialah SLTA. Peran dalam Pamsimas di Desa Cucukan sebagai pembuat laporan yang berhubungan dengan program Pamsimas berupa salah satunya laporan identifikasi masalah dan analisis situasi.
i. Informan Sembilan Informan Sembilan merupakan Kepala Desa Sengon. Beliau berusia 52 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA.
Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa Sengon kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Sengon dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk dikonsumsi.
j. Informan sepuluh Informan Sepuluh merupakan Kepala Desa Kotesan. Beliau berusia 52 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA.
Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa Kotesan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Kotesan
97
dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk dikonsumsi. Mendampingi segala kegiatan yang berhunbungan dengan program Pamsimas.
k. Informan sebelas Informan Sebelas merupakan Kepala Dusun Kotesan. Beliau berusia 36 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA.
Tugas
utamanya adalah sebagai kepala dusun, beliau juga berperan dalam pengawasan semua kegiatan Pamsimas dan juga sebagai kader Air Minum dan Pelestarian Lingkungan (AMPL). Dalam pengawasan yang telah direncanakan dalam satuan kerja ini diawali dari pembuatan
proposal,
Rencana
Kerja
Masyarakat
(RKM),
sosialisasi atau pertemuan dengan warga sampai pada pemakaian air kepada pengguna.
l. Informan duabelas Informan Duabelas merupakan Kepala Desa Sanggrahan. Beliau berusia 49 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA.
Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa Sanggrahan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Sanggrahan dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak
98
untuk
dikonsumsi.
Mendampingi
segala
kegiatan
yang
berhunbungan dengan program Pamsimas.
m. Informan tigabelas Informan Tigabelas merupakan Kepala Desa Pereng. Beliau berusia 47 tahun. Beliau adalah lulusan Sarjana Teknologi Pertanian. Tugas utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan
dalam
pengkoordinasian
dan
menampung
serta
menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa Pereng kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Pereng dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk dikonsumsi. Mendampingi segala kegiatan yang berhunbungan
dengan
program
Pamsimas.
Harapannya
memberikan kecukupan air minum yang sehat, bersih dan meningkatkan pelayanan administrasi yang transparan.
n. Informan empatbelas Informan
empatbelas
merupakan
perwakilan
dari
fasilitator tingkat Kabupaten Klaten. Beliau adalah seorang Bapak berusia 52 tahun. Informan empatbelas ini tinggal di Pedan, Klaten ini merupakan lulusan S2. Saat ini pekerjaan utama beliau sebagai Kepala Bidang Fisik dan Prasarana di BAPPEDA Klaten. Selama ini peran informan empatbelas adalah mewakili SATKER dalam
99
melaksanakan tugas di tingkat Kabupaten memberikan sosialisasi kepada fasilitator di tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat desa-desa.
o. Informan limabelas Informan limabelas merupakan perwakilan dari fasilitator tingkat Kecamatan Prambanan. Beliau adalah seorang Bapak berusia 33 tahun. Informan limabelas ini tinggal di Kauman, Jemawan, Jatinom, Klaten ini merupakan lulusan S1 Kesehatan Masyarakat. Saat ini pekerjaan utama beliau sebagai fasilitator tingkat kecamatan. Selama ini peran informan limabelas adalah mewakili SATKER dalam melaksanakan tugas di tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat desa-desa.
p. Informan enambelas Informan enambelas merupakan perwakilan dari fasilitator tingkat Kecamatan Prambanan. Beliau adalah seorang Bapak berusia 40 tahun. Informan enambelas ini tinggal di Blado, Joton, Jogonalan, Klaten ini merupakan lulusan S1. Saat ini pekerjaan utama beliau sebagai fasilitator tingkat kecamatan. Selama ini peran informan enambelas adalah mewakili SATKER dalam melaksanakan tugas di tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat desa-desa.
100
3. Penerapan Program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Terwujudnya program Pamsimas di Kecamatan Prambanan di latar belakangi oleh masyarakat masih banyak membutuhkan adanya air bersih dan sanitasi yang layak. Latar belakang lainnya yaitu di Kabupaten Klaten sendiri ada 172 desa yang bermasalah dengan air bersih (air langka atau tidak ada sumur, air asin, air dengan kadar Fe tinggi, dan air yang tercemar bakteri ecoli). Pamsimas sendiri merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan air minum dan sanitasi serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Program Pamsimas diawali dari tahapan sosialisasi di tingkat Kabupaten, diteruskan di tingkat Desa setelah itu pihak dari desa membuat proposal lalu setelah disetujui diturunkannya SK Bupati. Setelah mendapatkan SK dari Bupati desa membuat Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dilanjutkan sosialisasi Identifikasi Masalah (IMAS) lalu dilaksanakan Pemicuan terhadap sanitasi atau jamban. Setelah semua komponen dan syaratsyarat terpenuhi maka diadakan gotong royong pemasangan pipa utama dan pipa kepada pelanggan atau pengguna.
101
Gambar 4. Peta Jalur Pipa Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten 101
102
Setelah gotong royong melaksanakan pembentukan Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAM), tahap terakhir di serahkan kepada pihak Kabupaten untuk diadakannya deklarasi terhadap air bersih dan sanitasi maka masyarakat sudah bisa menggunakan sarana air tersebut. Setelah adanya tahapan sosialisasi sampai penggunaan yang telah dijelaskan diatas dan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Klaten disepakati lokasi atau Kecamatan yang akan diterapkannya program Pamsimas, maka muncul berbagai tanggapan dari masyarakat umum. Tanggapan tersebut muncul dari masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Prambanan mengenai penerapan Program Pamsimas. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu yang termasuk kecamatan yang menerima program Pamsimas. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Prambanan memiliki bermacam-macam tanggapan terhadap penerapan program Pamsimas tersebut. Beberapa tanggapan mengenai penerapan program Pamsimas tersebut antara lain : a. Informan Satu Informan satu mengungkapkan bahwa penerapan di desa beliau diawali dengan cara mengajukan proposal melalui BAPPEDA atau pihak Kabupaten yang diajukan secara langsung dari pemerintahan Desa. Beliau merasa sangat terbantu dengan adanya program Pamsimas dalam pemenuhan air pada kebutuhan sehari-harinya. Beliau tinggal di sekitar masyarakat yang memiliki tanggapan positif dan di apresiasi dengan sangat baik terhadap
103
penerapan program Pamsimas tersebut. Desa Cucukan tempat beliau tinggal, hanya sedikit masyarakat yang memiliki tanggapan negatif, sehingga dengan adanya program Pamsimas di Desa Cucukan dinilai sangat membantu kebutuhan air bersih dan sanitasi serta mejadi solusi dari masalah air bersih. Informan satu mengungkapkan juga bahwa adanya program Pamsimas
tersebut
memiliki
banyak
nilai
positif
bagi
kehidupannya mendatang. Beliau meyakini dengan adanya Pamsimas akan meningkatkan taraf hidup beliau walaupun terkadang menggunakan air sumur yang lama. Beliau meyakini bahwa setelah adanya Pamsimas akan ada banyak manfaat yang didapatkan oleh masyarakat dan sangat
membantu dalam
pemenuhan air bersih yang berkualitas maupun layak konsumsi. Tanggapan tentang
penerapan program
Pamsimas tersebut
diungkapkan beliau sebagai berikut: “penerapan program Pamsimas di sini itu sangat membantu, dalam pemenuhan kebutuhan air bersih yang layak konsumsi dan sanitasi yang layak. Selain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kondisi air sebelum adanya program Pamsimas di Desa Cucukan ini kandungan besinya tinggi mbak, buktinya itu kalau mencuci pakaian yang berwarna putih nanti lama-kelamaan akan berubah warna menjadi kekuningan. Adalagi mbak, kalau setelah memasak air setelah didiamkan atau diendapkan maka akan ada endapan berupa lumpur halus berwarna keabu-abuan. Jadi sebelum adanya program Pamsimas ini saya takut mengkonsumsi air dari sumur saya tapi setelah adanya program Pamsimas ini saya jadi yakin menggunakan air Pamsimas karena sudah diuji dari pihak yang bersangkutan langsung dengan kesehatan”.
104
Selain adanya alasan peningkatan taraf hidup yang diungkapkan oleh informan satu, beliau juga sangat setuju dengan adanya program Pamsimas. Melihat kondisi air yang ada di desa informan satu yang memiliki kadar besi yang tinggi sebelum adanya program Pamsimas. Setelah adanya program Pamsimas beliau menjadi yakin mengkonsumsi air dari Pamsimas karena telah teruji. Beliau sangat mendukung program Pamsimas ini dan sangat mengapresiasi. Hal tersebut diungkapkan Informan Satu sebagai berikut: “Saya sangat setuju sekali dengan adanya program Pamsimas di Desa Cucukan ini, karena sangat membantu dalam pemecahan masalah yang ada di Desa Cucukan yaitu memiliki kadar besi yang tinggi pada air dan sangat bagus sekali karena program yang seperti ini telah lama di tunggu oleh masyarakat di Desa Cucukan”. b. Informan Dua Informan Dua secara pribadi menyatakan sangat setuju dan sangat senang dengan adanya program Pamsimas di Desa Sengon. Di Kecamatan Prambanan yang hampir seluruh masyarakatnya di desa yang telah ada Pamsimas tersebut merupakan pihak yang memiliki tanggapan positif terhadap program Pamsimas. Jadi, Informan Dua berupaya untuk tetap membina hubungan baik dengan orang-orang yang mengelola Pamsimas dan ikut serta dalam memelihara sarana berupa meteran maupun mau melaporkan bila ada kerusakan. Informan Dua ini juga tetap membina
105
hubungan baik dengan pihak yang tidak menggunakan atau menjadi pengguna Pamsimas atau yang memiliki tanggapan negatif tentang program Pamsimas supaya tidak terkena sangsi sosial yaitu dikucilkan oleh lingkungannya. Informan Dua yang sejak kecil tinggal di Desa Sengon, Kecamatan Prambanan dan Informan Dua menyatakan bahwa tanggapan terhadap penerapan program Pamsimas yaitu sangat setuju dan pelayanannya baik, bila ada kerusakan dan keluhan dari pengguna pihak pengelola segera dengan sigap membenahi agar masyarakat kebutuhan airnya tidak terganggu. Masyarakat di Desa Sengon sangat siap dan setuju dengan adanya perubahan penggunaan dari air sumur ke air Pamsimas, karena telah terbukti secara kesehatan yang telah diuji bahwa air Pamsimas benar-benar layak konsumsi dan bebas dari zat-zat yang merugikan tubuh. Berikut tanggapan Informan Dua mengenai penerapan program Pamsimas di Desa Sengon : “saya senang sekali dan setuju mbak adanya program Pamsimas di Desa Sengon ini, wong banyune ki resik koyo banyu aqua kae lho mbak jan bening banget. Bahkan sampai mau saya minum langsung itu air PAMSIMASnya karena benar-benar bening sekali, tidak ada endapannya seperti air yang dari sumur saya dulu. Bagus sekali airnya mbak, saya beruntung sekali mendaftar sebagai pengguna karena manfaatnya benar-benar terasa mbak. Dulu waktu sosialisasi saya sudah kepingin sekali cepat-cepat diterapkan karena melihat manfaatnya yang begitu banyak membantu. Oiya mbak, waktu gotong royong itu juga saya semangat biar cepat selesai dan segera bisa digunakan.
106
Pokonya sangat membantu sekali dengan adanya program Pamsimas ini”. Menurut Informan Dua, munculnya tanggapan masyarakat tergantung pada setiap masing-masing orang, ada yang menanggapi positif dan ada yang negatif. Tanggapan mengenai penerapan program Pamsimas dinilai sebagian besar sangat senang dan setuju karena sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan air bersih yang layak konsumsi. Air yang berada di Kecamatan Prambanan rata-rata memiliki kandungan besi yang tinggi. Adanya program Pamsimas ini sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat. Program Pamsimas ini memang berbasis masyarakat tetapi masih berada di bawah pengawasan dari berbagai lembaga yaitu BAPPENAS, Departemen
Kesehatan,
Departemen
Dalam
Negeri
dan
Departemen Pekerjaan Umum.. Program ini di nilai oleh Informan Dua sangat baik, karena sebelumnya diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat umum sehingga masyarakat dapat membuka wawasan yang sebelumnya mereka
tidak
tahu.
Adanya
sosialisasi
sangat
membantu
masyarakat untuk mengetahui manfaat apa yang didapatkan dari program Pamsimas ini, selain itu masyarakat menjadi tahu tentang kualitas air yang akan dipakai melalui tendon Pamsimas dan air yang digunakan sebelum adanya Pamsimas. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Informan Satu sebelumnya, bahwa setiap program yang akan dilaksanakan di Desa Sengon semua warganya
107
dikumpulkan di Balai Desa untuk mendapatkan sosialisasi. Demikian yang diutarakan oleh Informan Dua: “iya mbak, saya juga mendapat sosialisasi ken ngumpul ten Bale Deso niku. Semua warga di suruh kumpul di sana karena akan ada sosialisasi dari BAPPEDA Klaten. Kalau ada apa-apa yang berhubungan dengan Pamsimas pasti akan dikumpulkan di Balai Desa oleh Pak Lurah. Ya dari gotng royong buat jalur pipa utama terus pemasangan pipa, penimbunan pipa sampai pemasangan ke rumahrumah itu mbak. Pokok e gotong royong sarengsareng ngoten mbak, kalau tidak berangkat gotong royong nanti di denda. Dendanya 50 ribu mbak dan nanti masih disuruh pasang pipa sendiri yang kearah rumahnya, lak nggeh mending mangkat to mbak sareng-sareng rencang e gotong royong ketinggal guyup rukun wong tujuane nggeh sae. Gotong royongnya semua warga harus ikut baik warga biasa maupun warga yang memiliki jabatan di desa, selain itu tidak memandang jenis kelamin pokoknya semua ikut gotong royong”. Pernyataan yang dinyatakan Informan Dua di atas memperkuat pernyataan Irforman satu dari Desa Cucukan bahwa sebelum ada kegiatan akan diadakan sosialisasi yang dilakukan dari pihak pemerintah yaitu BAPPEDA maupun dari Tim Fasilitator Masyarakat terkait program Pamsimas yang sudah sangat diapresiasi oleh masyarakat walaupun baru tahap sosialisasi pertama kali.
c. Informan Tiga Informan Tiga merupakan salah satu orang yang dengan tegas mengungkapkan dan menilai penerapan program Pamsimas sangat membantu masalah air di Desa Sengon, seperti yang telah
108
diungkapkan oleh Infoman Dua di atas. Beliau juga merupakan ketua dari BP-SPAMS Desa Sengon yang sangat cekatan bila ada keluhan dari masyarakat dan sebelumnya menjabat sebagai Satuan Pelaksana yang tahu seluk beluk program Pamsimas di Desa Sengon sebelum di terapkan di desa beliau. Oleh karena itu, Informan Tiga dipilih masyarakat sebagai ketua dari BP-SPAMS di Desa Sengon. Informan Tiga mengemukakan bahwa penerapan program Pamsimas di Desa Sengon di nilai sangat lancar karena sebagian besar masyarakatnya setuju dan diapresiasi diwujudkan melalui aktifnya masyarakat dalam semua kegiatan yang terkait Pamsimas. Hal tersebut dikarenakan Pamsimas sangat menbantu memecahkan masalah air selama ini di Desa Sengon. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Informan Empat sebagai berikut: “program Pamsimas di Desa Sengon itu sangat diterima sekali oleh masyarakat di sini. Sangat membantu, kalau penerapannya sangat baik malahan lancar tidak ada kendala apapun dari lingkungan maupun masyarakatnya. Karena dengan adanya Pamsimas ini mampu mencukupi kebutuhan air bersih dan sanitasi yang layak. kalau tidak ada program Pamsimas ini entah bagaimana kedepannya dengan kesulitan air di desa kami ini mbak. Karena adanya Pamsimas kami jadi tau kualitas air yang selama ini telah turun temurun digunakan ternyata kurang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”. d. Informan Empat Informan Empat merupakan saah satu masyarakat yang telah berpengalaman dalam Pamsimas, dengan dibuktikan bahwa
109
beliau telah menjabat 2 periode sebagai ketua BP-SPAMS di Desa Sanggrahan di mulai sejak tahun 2011 dan berakhir di tahun ini. Pengalaman beliaulai yang menjadikan beliau mendapat amanah sebagai ketua sampai dua kali yaitu tanggap, cekatan dan mampu memberi
inovasi
mengenai
Pamsimas
yang
tidak
hanya
dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Inovasi tersebut ialah akan dibuatnya depot isi ulang air minum sebagai kenang-kenangan dari beliau. Seperti tanggapan informaninforman sebelumnya mengenai penerapan Pamsimas sangatlah membantu dalam mengentaskan masyarakat dari kesulitan air bersih. Hal tersebut sesuai dengan perkataan Informan Empat sebagai berikut : “penerapan Pamsimas di Desa Sanggrahan sini sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat maupun dari World Bank, karena Desa Sanggrahan merupakan desa yang pertama kali mendapatkan program Pamsimas dan sebagai desa percontohan dari desa-desa lainnya yang memiliki masalah air yang sama. Saya sangat setuju sekali dengan adanya program Pamsimas ini karena semuanya jelas di deteksi dengan alat yang sesuai dan orang yang ahli di bidangya. Jelas secara kualitas airnya baik dari kondisi fisik, kimia maupun bakteri maka dari itu kualitas air yang di hasilkan dalam Pamsimas ini berkualitas. Program Pamsimas ini di awali dengan diberikannya sosialisasi dari pemerintah atau BAPPEDA yang diikuti pada tahap perencanaan sampai tahap evaluasi”. e. Informan Lima Informan Lima secara pribadi sangat merasa terbantu dengan adanya program Pamsimas di desanya. Terutama di
110
desanya memiliki masalah air yang kompleks yaitu di bagian selatan desa, airnya berwarna kekuningan sedangkan di bagian utara desa airnya sulit untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena topografi desa yang lebih tinggi dibandingkan bagian desa di sebelah selatan. Desa pada informan lima ini dilalui sungai yang hulunya terdapat pabrik susu yang limbahnya langsung di buang ke sungai sehingga mempengaruhi kualitas air di sekitarnya. Adanya program Pamsimas sangat membantu dan memberikan solusi permasalahan air yang ada di desa informan lima ini, sesuai pernyataan beliau yaitu “program Pamsimas ini diterima dengan sangat baik oleh masyarakat sini mbak, sangat membantu dalam mengatasi permasalahan air yang ada di tempat saya ini. Saya merasa beruntung sekali mendapat bantuan program ini karena diawali dengan berbagai macam pengecekan, yang dimulai dari kualitas airnya, sumber air yang ada maupun sampai bebasya buang air besar. Ya kalau bisa program ini dapat berlangsung terus menerus dan bias dipantau baik dari pemerintah desa maupun pusat sehingga bila terjadi permasalahan atau kendala segera dapat diatasi”. f. Informan Enam Informan Enam mengungkapkan bahwa beliau memiliki persepsi yang sama dengan informan-informan sebelumnya yaitu sangat merasa terbantu dengan adanya Pamsimas. Pamsimas menurut beliau secara umum sangat berpengaruh terhadap kondisi air yang ada di desa beliau, karena dengan adanya Pamsimas, yang dulunya kekeringan ketika musim kemarau sekarang warga
111
masyarakat dapat menikmati air dengan nyaman sesuai dengan kebutuhan masing-masing tanpa harus bingung mencari sumber air yang baru ketika musim kemarau tiba. Beliau mengharapkan bahwa Pamsimas memberikan dampak yang positif terhadap penyelesaian masalah air di desa beliau agar masyarakat dapat memanfaatkan air tersebut dengan semaksimal mungkin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beliau yaitu “Saya sangat setuju dengan Pamsimas ini, air yang dihasilkan dari Pamsimas ini sangat membantu dalam mengurangi permasalahan air di desa kami. Sebelum adanya Pamsimas masyarakat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air karena sumber air pada waktu kemarau mengering. Saya berharap Pamsimas ini dapat memberikan kenyamanan yang sesuai harapan masyarakat dan dapat membantu semaksimal mungkin dalam memenuhi kebutuhan air bersih serta berkualitas dalam kehidupan seharihari”. Kesimpulan : penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan air. Permasalahan
yang
ada
di
Kecamatan
Prambanan
ialah
mengeringnya sumber air pada saat musim kemarau, terdapat kandungan besi sehingga airnya berwarna kekuningan. Dalam penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan berjalan dengan lancar karena sebagian besar masyarakatnya menerima dengan sangat baik. Penerimaan yang baik tersebut dapat dibuktikan dengan adanya gotong royong yang didukung oleh semua kalangan masyarakat baik warga biasa maupun warga yang
112
memiliki jabatan di desa yang tidak membedakan gender. Keterlibatan masyarakat dan pemerintah desa ditujukan agar mengintensifkan lembaga yang sudah ada agar memberikan dukungan dan pendampingan terhadap BPSPAMS. Pamsimas dimulai pada tahap sosialisasi diikuti tahap perencanaan sampai tahap evaluasi.
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Beberapa faktor pendukung dalam penerapan Pamsimas sebagai berikut : a. faktor pendukung merupakan hal yang mendasar pada setiap pelaksanaan program. Faktor pendukung dapat dari lingkungan dan manusianya. 1) Informan Satu “faktor yang mendukung berupa dari masyarakat yaitu dana swadaya atau iuran, ada yang sumbang sih ide mbak, tidak hanya itu kalau tidak ide ya tenaga dengan melakukan gotong royong”. 2) Informan Dua “kalau di desa saya, faktor pendukung berjalannya Pamsimas karena kandungan kapur tinggi sehingga banyak endapan yang ada di dalam air yang biasanya di konsumsi sehari-hari. Selain adanya kandungan kapur, sulitnya air pada saat musim kemarau itu mbak banyak sumber-sumber air mengering”. 3) Informan tiga “adanya Pamsimas di desa kami karena kualitas air di sini kurang bagus mbak. Airnya berwarna
113
kekuningan, kalau didiamkan beberapa saat akan ada endapan berwarna keabu-abuan”. 4) Informan Empat “seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan air semakin meningkat apalagi kebutuhan air yang berkualitas sehingga di desa kami membutuhkan peningkatan kualitas air. Peningkatan kebutuhan air ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah masyarakat maka kebutuhan akan air bersih yang berkualitas bertambah baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Faktor pendukung secara alami lainnya yaitu sumber air atau sumur yang di bagikan kepada anak-anaknya. Ya Alhamdulillah pemerintah memberikan solusi dengan adanya program Pamsimas ini sehingga bisa mengatasinya”. 5) Informan Lima “semangat masyarakat dalam hal swadaya sehingga membuat program Pamsimas berjalan dengan lancar. Budaya gotong royong yang masih dijunjung tinggi dalam masyarakat maka menghasilkan suatu perubahan yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Selain adanya semangat swadaya dari masyarakat dan jiwagotong royong yang tinggi, bantuan pemerintah sangat dibutuhkan oleh masyarakat berupa pengarahan sampai monitoring atau memantau pada setiap tahapan kegiatan yang berjalan”. 6) Informan Enam “Kurangnya jumlah air yang ada di desa kami pada saat musim kemarau karena letak desa kami berada di daerah topografi yang agak tinggi. Kurangnya volume air tersebut terjadi sudah turun temurun sehingga masyarakat telah hafal dengan siklus air di desa kami. Jika sumber air sudah mulai berkurang maka masyarakat harus mencari akal untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, biasanya dengan mencari sumber air yang baru dan meminta air pada sumur tetangga yang masih banyak jumlah airnya”.
114
Kesimpulan : antusiasme masyarakat dengan adanya program Pamsimas dibuktikan dengan sambutan yang sangat baik yaitu masyarakat mau memberikan swadaya berupa ide, tenaga maupun dana. Semangat gotong royong pada setiap desa penerima Pamsimas masih sangat dijunjung tinggi dalam setiap kegiatan yang ada dengan didukung penuh dari pemerintahan desa setempat. Tidak semua desa menerima dengan baik adanya Pamsimas, karena ada desa yang merasa kualitas air di desanya bagus dan tidak memerlukan adanya program Pamsimas.
b. Faktor penghambat merupakan faktor yang menjadi kendala pada program Pamsimas 1) Informan Satu “adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan program Pamsimas karena merasa air yang selama ini di konsumsi sudah layak. kualitas air dan sumber air yang ada dirasa sudah cukup layak untuk konsumsi dari segi kesehatan karena merasa tidak menyebabkan penyakit apapun”. 2) Informan Dua “Di desa kami masyarakatnya sangat antusias dalam menerima program Pamsimas sehingga tidak ada faktor yang menghambat baik dari pemerintah desa maupun masyarakatnya. Adanya pengecekan dari bidan setempat atau dinas kesehatan membuat sebagian besar masyarakat sadar akan pentingnya kualitas air yang dikonsumsi. Selain kuantitas air yang ada pada masyarakat, kualitas air juga mendukung keyakinan masyarakat memilih menggunakan air dari Pamsimas”.
115
3) Informan Tiga “banyak masyarakat yang merasa kualitas airnya bagus tidak perlu menggunakan air dari Pamsimas karena selama menggunakan air tersebut tidak menimbulkan penyakit”. 4) Informan Empat “faktor yang menghambat pada desa kami ialah faktor teknis setelah adanya Pamsimas 2 atau Pamsimas HID (Hibah Insentif Desa) yaitu belum semua masyarakat mendapatkan layanan air yang memadai karena letak desa yang memanjang. Layanan air yang masih terfokus pada satu sumber air sehingga masyarakat yang jauh dari tendon air tidak mendapat aliran air”. 5) Informan Lima “karena program Pamsimas ini sangat diterima di masyarakat sehingga masih belum terlihat kendala yang ada. Masyarakat sangat senang dengan adanya Pamsimas karena telah memberikan solusi bagi permasalahan yang ada selama ini. Kualitas dan kuantitas air di desa yang kurang layak konsumsi inilah yang membuat masyarakat menerima dengan tangan terbuka program Pamsimas”. 6) Informan Enam “adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan adanya program Pamsimas yaitu dengan cara memberikan pengaruh buruk pada masyarakat yang telah setuju dan sadar akan pentingnya kualitas air yang layak konsumsi. Selain itu, ada beberapa oknum yang merusak fasilitas Pamsimas yaitu dengan membakar saluran air yang menuju tiap-tiap rumah”. 7) Informan Tujuh “kendala yang ada di desa kami ialah kurangnya volume air dibandingkan dengan kebutuhan air pada masyarakat. Kurangnya jumlah air tesebut diakibatkan karena banyaknya masyarakat yang ingin menggunakan air dengan kualitas yang layak konsumsi”.
116
8) Informan Delapan “selain kendala berupa faktor masyarakat, daya dukung lingkungan berupa sumber air yaitu faktor teknis berupa kesulitan pembuatan laporan yang berhubungan dengan program Pamsimas”. 9) Informan Sembilan “faktor dana yaitu berupa iuran wajib yang dikenakan pada setiap pengguna Pamsimas, masyarakat masih kurang peduli dan sadar akan pembayaran iuran tersebut. Iuran tersebut dikenakan pada setiap bulan pada setiap pengguna, sehingga para pengurus yang berhubungan dengan penarikan merasa sulit untuk meminta iuran tersebut”. 10) Informan Sepuluh “belum terpenuhinya air bagi seluruh masyarakat karena jaringan cukup luas dengan bentuk desa yang menyebar, memanjang dan topografi desa beragam. Selain faktor air dan topografi desa masih adanya kendala pada dana walaupun masyarakat sudah memberikan dana swadaya”. 11) Informan Sebelas “di desa kami cukup lancar tidak ada kendala yang terjadi, hanya kami menginginkan penambahan jaringan kepada masyarakat yang jauh dari tendon air agar dapat teraliri air dengan optimal”. 12) Informan Duabelas “kendala yang ada di desa kami ialah bila semua pelanggan menggunakan air secara bersamaan maka volume air yang sampai pada setiap rumah menjadi sedikit karena terbagi-bagi. Warga masyarakat yang sadar akan kesehatan di desa kami begitu tinggi, sehingga pemerintah desa mengimbanginya dengan cara memberikan bantuan insentif berupa tanah kas desa yang dijadikan tempat pembuatan tendon kedua untuk memenuhi permintaan masyarakat yang belum teraliri air”. 13) Informan Tigabelas “sumber air yang ada di desa saya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat karena terkendala volume air yang berkurang bila musim
117
kemarau. Selain faktor air, faktor wilayah desa yang bergelombang dan berbatu”.
Kesimpulan : adanya masyarakat yang tidak setuju dengan program Pamsimas karena merasa kualitas air yang dikonsumsi selama ini layak karena telah digunakan secara turun temurun dan tidak menimbulkan penyakit. Selain faktor masyarakat, adanya faktor teknis berupa penempatan tandon air yang belum dapat mencakup seluruh masyarakat yang menggunakan sehingga belum semua dapat teraliri dengan lancar. Adanya masyarakat yang terlalu agresif dengan Pamsimas yaitu dengan merusak fasilitas yang berhubungan dengan Pamsimas berupa saluran pipa kepada masyarakat. Tidak semua desa menerima dengan baik adanya Pamsimas karena ada desa yang merasa kualitas airnya bagus dan tidak memerlukan adanya Pamsimas.
5. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas a. Informan Satu “tanggapan masyarakat dengan adanya Pamsimas sangat bagus dibuktikan dengan antusiasme masyarakat menerima program ini. Persetujuan tersebut sangat mempengaruhi aktivitas kebutuhan air pada setiap keluarga yaitu teratasinya permasalahan air yang terjadi. Dengan adanya program Pamsimas aktivitas sosial berupa hubungan kekeluargaan antar pengguna berjalan dengan baik, karena setiap bulan mengadakan pertemuan membahas perkembangan program Pamsimas dari bulan sebelumnya agar kedepannya dapat lebih baik”.
118
b. Informan Dua “setujunya masyarakat didukung dengan pelayanan dari program Pamsimas yang sangat berpengaruh bagi masyarakat yaitu kualitas air bersih yang dihasilkan membuat masyarakat yakin mengonsumsi air. Selain itu aktivitas sosial hubungan antar pengguna berjalan dengan baik dengan mendapat kenyamanan dalam menggunakan program Pamsimas”. c. Informan Tiga “persetujuan masyarakat mengantarkan pada sumber air yang lebih layak untuk di konsumsi baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Penyediaan air yang mudah sehingga masyarakat tidak perlu kesulitan bila musim kemarau tiba. Berkurangnya masyarakat dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)”. d. Informan Empat “masyarakat membutuhkan kualitas dan kuantitas air yang layak konsumsi dan bersedia melaksanakan program Pamsimas baik secara dana swadaya, gotong royong dan sampai pada perawatan. Bila terjadi kerusakan sesegera dibenahi agar masyarakat tidak terganggu aktivitas rumah tangganya. Layanan air di desa kami telah mencapai puncaknya yaitu masyarakatnya secara keseluruhan sudah terpenuhi pelayanan airnya sehingga masyarakat, penggurus Pamsimas maupun pemerintah desa akan membuat depot pengisian ulang air minum atau di komersialkan agar dapat bersaing dan menambah pengalaman maupun dana masyarakat untuk program pengembangan lebih lanjut”. e. Informan Lima “sebagian besar masyarakatnya merasakan perbedaan dan kenyamanan dalam menggunakan program Pamsimas. Dengan kenyamanan yang telah didapatkan masyarakat tetap mengadakan pertemuan rutin dengan tujuan menjaga dan melakukan pemantauan agar segala fasilitas yang ada tetap terkontrol bila ada kerusakan segera diperbaiki. Bila ada informasi yang berhubungan dengan Pamsimas dengan sigap seluruh masyarakat mengindahkan dengan memyambungkan informasi tesebut kepada masyarakat yang lainnya agar segera mengetahuinya”.
119
f. Informan Enam “masyarakat sangat terbantu dengan adanya program Pamsimas yaitu terpecahkannya masalah selama ini berupa kekeringan pada saat musim kemarau. Sulitnya air telah terbantu dengan adnya program Pamsimas “.
Kesimpulan: tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas sangat beragam, tetapi sebagian besar masyarakatnya sangat antusias dan senang, merasa terbantu dalam memecahkan masalah yang ada pada desanya terutama pada saat musim kemarau. Kesulitan air pada saat musim kemarau merupakan faktor yang sangat dominan pada setiap desa penerima program Pamsimas, walaupun permasalahan secara spesifiknya beragam berupa adanya kandungan besi, lumpur dan kualitas air yang kurang layak untuk dikonsumsi. masyarakat setuju dengan adanya Pamsimas di Kecamatan
Prambanan
karena
sangat
membantu
dalam
menyelesaikan masalah kualitas air yang kurang layak untuk dikonsumsi.
6. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas a. Informan Satu “Salah satu syarat dalam program Pamsimas ialah stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sehingga masyarakat saling mengingatkan agar kesehatan desa menjadi lebih baik dengan adanya program Pamsimas. Kegiatan yang ada pada setiap tahapan Pamsimas diikuti masyarakat dengan antusias diawali dengan tahapan sosialisasi kepada masyarakat. Partisipasi masyarakat untuk mendukung Pamsimas berupa dana swadaya, tenaga maupun ide agar dapat berjalan dengan lancar”.
120
b. Informan Dua “semua masyarakat mengikuti kegiatan Pamsimas karena air dengan masyarakat hubungannya sangat erat. Gotong royong pemasangan pipa merupakan salah satu kegiatan dalam Pamsimas, pertemuan rutin setiap satu bulan sekali bertujuan mengevaluasi bulan sebelumnya. Sumbangan masyarakat berupa tenaga, dana swadaya maupun gagasan sangat membantu program Pamsimas berjalan sesuai denga rencana agar masyarakat mendapatkan layanan yang optimal”. c. Informan Tiga “kegiatan dalam program Pamsimas dari tingkat desa sebagai ketua, pada tingkat Kabupaten sebagai Koordinator Wilayah dan anggota Asosiasi BPSPAMS. Pertemuan rutin tingkat Kabupaten dan Desa membahas segala kendala yang ada dan menemukan solusi yang tepat untuk pemecahannya. Segala kegiatan yang ada masyarakat memberikan sumbangan berupa uang, tenaga dengan kesadaran akan gotong royong pada setiap kegiatan”. d. Informan Empat “semua kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas wajib diikuti bagi seluruh pengurusnya dan pengguna agar tidak ada yang dibeda-bedakan. Kegiatan pada tingkat kabupaten yaitu sebagai seksi asosiasi pada bagian Sanitasi dan Kesehatan. Berupa kegiatan mengelola lembaga, pengawasan kualitas serta pertemuan rutin. Hubungannya sumbangan dan kegiatan sangat berkaitan karena tidak adanya sumbangan suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar. Sumbangan dari masyarakat tersebut berupa uang, gagasan dan tenaga”. e. Informan Lima “kegiatan rutin dalam Pamsimas ialah pertemuan perkumpulan pengurus Pamsimas desa yang terdiri dari pengurus inti, teknisi. Pembahasan dalam pertemuan rutin adalah mengenai iuran yang di bebankan kepada masyarakat beserta laporannya tiap bulan, selain itu adanya pengecekan secara berkala pada meteran pengguna agar tetap terjaga dan bila terjadi kerusakan dapat dengan segera dibereskan”.
121
f. Informan Enam “segala kegiatan Pamsimas masyarakat diikutsertakan mulai dari tahapan perencanaan sampai tahap evaluasi kegiatan dan perawatannya. Diikutsertakannya seluruh masyarakat pada setiap kegiatan denga tujuan msyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Pamsimas”. Kesimpulan : seluruh masyarakat mengikuti kegiatan Pamsimas dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi. Salah satu contohnya masyarakat mengikuti pemasangan pipa secara gotong royong. Suatu kegiatan bila tidak ada sumbangan maka tidak akan berjalan sehingga masyarakat memberikan sumbangan berupa dana swadaya berupa iuran, dibuktikan dengan aktif dan lancarnya iuran masyarakat pada setiap bulan. Masyarakat ikut serta dalam menjaga fasilitas yang ada seperti pipa, meteran yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan bila ada kerusakan masyarakat dapat melaporkan pada BPSPAMS agar tidak mengganggu aktivitas rumah tangga.
7. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. a. Informan Satu ”selalu diadakannya konsultasi yang berhubungan dengan program Pamsimas, agar tidak berhenti pada tahap evaluasi dengan harapan dapat terus berkembang serta memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Meningkatkan kualitas kesehatan pada desa-desa yang memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan kualitas air. Terjangkaunya air untuk seluruh masyarakat yang membutuhkan dengan kualitas yang bagus. Dukungan dari masyarakat dalam perannya mengurangi BABS atau stop
122
BABS dapat mengubah tingkat kesehatan desa ke arah yang lebih baik. Selain dari masyarakat pemerintah memberikan bantuan tidak hanya dalam hal memandu tetapi juga memberikan bantuan serta mencarikan bantuan agar Pamsimas dapat berkembang”. b. Informan Dua ”menambah bantuan dengan cara menambah jaringan pada masyarakat yang belum menerima saluran air. Dengan adanya iuran setiap bulan diharapkan jika ada kerusakan dapat dengan segera dibenahi agar tidak mengganggu aktivitas rumah tangga. Pemerintah memberikan sumbangan dana agar dapat lebih dikembangkan agar masyarakat lebih nyaman menggunakan air dari Pamsimas”. c. Informan Tiga ”program Pamsimas lebih dikembangkan dan lebih memberi manfaat terhadap masyarakat. Pengembangan Pamsimas harus didukung oleh pemerintahan desa dengan cara mengintensifkan kinerjanya. Selain mengarah pada pengembangan, kesadaran akan iuran wajib tiap bulan yang dibayarakan oleh pengguna perlu dioptimalkan. Sebagai wujud nyata bantuan pemerintah desa ialah pendanaan untuk menambah jaringan”. d. Informan Empat ”dengan adanya Pamsimas diharapkan tetap berlangsung secara terus menerus agar dapat dinikmati dan digunakan untuk jangka waktu yang lama. menciptakan desa yang terbebas dari BABS dan warga masyarakat dapat menikmati air yang murah dan berkualitas. Pemerintah desa tetap menjalin hubungan dengan pengguna agar mengetahui bila ada kerusakan atau masukan dapat segera ditangani. Selain itu pemerintah desa mengadakan pembinaan kepada penggurus dan pengguna agar menjadi lebih baik kedepannya”. e. Informan Lima ”pemerintah desa ikut serta mengatasi kesulitan atau koordinasi dalam kegiatan Pamsimas. Pemerintah desa juga membuatkan Surat keputusan untuk pengurus BPSPAMS berdasarkan landasan hukum yang berkaitan dengan Pamsimas. Selain pemerintah desa masyarakat diharapkan ikut serta menjaga segala fasilitas yang ada
123
misalnya melaporkan jika ada kerusakan agar segera ditangani dan tidak mengganggu aktivitas rumah tangga”. f. Informan Enam ”pemerintah desa memberikan bantuan penambahan dana agar dapat berjalan lancar, terus menerus dan berkelanjutan. Pemerintah desa beserta pengurus BPSPAMS memberikan bantuan untuk melakukan pengembangan jaringan maupun sumber air”. g. Informan Tujuh ”membangkitkan swadaya masyarakat untuk dapat memenuhi segala kekurangan terutama kekurangan pada jaringan. Mengalokasikan dana dari desa untuk mendukung secara penuh program Pamsimas”. h. Informan Delapan ”pengurus Pamsimas mengajukan bantuan untuk mendapatkan penambahan jaringan. mengurangi masyarakat tentang budaya BABS”. i.
Informan Sembilan ”dengan cara meningkatkan iuran wajib tiap bulannya dan lancar maka masyarakat juga akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Dukungan penuh dari pemerintah desa berupa pendanaan untuk program pengembangan”.
j.
Informan Sepuluh ”penambahan dana swadaya dari masyarakat yang didukung oleh bantuan pemerintah desa agar dapat berkembang pada masarakat yang belum menggunakan. Meningkatkan kualitas hidup msyarakat dengan mengetahui kualitas air yang dikonsumsi”.
k. Informan Sebelas ”memperluas jaringan ialah tujuan utama agar seluruh masyarakat dapat menikmati air yang berkualitas. Air yang berkualitas tersebut tetap dijaga agar kualitasnya tidak menurun dengan dilakukannya pengecekan air tiap 3 bulan sekali oleh BPSPAMS”. l.
Informan Duabelas ”menambah jaringan agar seluruh masyarakat dapat menggunakan air yang berkualitas sehingga terwujud desa yang sehat dan bebas dari BABS. Penambahan tandon air
124
bagi masyarakat yang jangkauannya jauh dari tandon air yang pertama”. m. Informan Tigabelas ”menambah sumber air dengan tujuan agar masyarakat tercukupi akan kebutuhan air yang berkualitas. Selain berkualitas air tersebut juga bersih dan tersedia walaupun musim kemarau. Pelayanan kepada masyarakat ditingkatkan dengan cara bila ada keruasakan dengan segera dibenahi agar masyarakat tidak terganggu”. Kesimpulan : secara umum sebagian besar pamong setempat peduli dengan adanya program Pamsimas dapat dibuktikan dengan mendukung adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut menghilangkan budaya BABS (Buang Air Besar Sembarangan), serta memberikan bantuan pendanaan agar Pamsimas dapat berkembang dan menjangkau seluruh masyarakatnya. Tidak hanya dari pemerintah desa dan masyarakat, pemerintah pusat juga memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah berhasil menjalankan Pamsimas dan dapat menghilangkan budaya BABS dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan yang lebih lanjut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
tentang
penelitian tanggapan dan partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan
program
Pamsimas
di
Kecamatan
Prambanan
melibatkan semua lapisan masyarakat tidak membedakan gender agar tidak ada ketimpangan pada setiap kalangan. Penerapan Pamsimas melibatkan pula Pemerintah Desa setempat dengan tujuan mengintensifkan lembaga yang sudah ada agar dapat memberikan dukungan dan pendampingan terhadap BPSPAMS. Bentuk penerapan Pamsimas di Kecamatan Prambanan diawali dengan adanya sosialisasi dari pemerintah pusat atau BAPPEDA, diikuti dengan tahap perencanaan, pelaksanaan pemantauan dan sampai pada tahap evaluasi. 2. a) Faktor pendukung : (1) swadaya masyarakat berupa ide, tenaga maupun dana. (2) Semangat gotong royong pada setiap desa penerima Pamsimas masih sangat dijunjung tinggi dalam setiap kegiatan yang ada dengan didukung penuh dari pemerintahan desa setempat.
125
126
b) Faktor penghambat : (1) adanya masyarakat yang merasa kualitas air yang di konsumsi selama ini layak karena telah digunakan secara turun temurun dan tidak menimbulkan penyakit. (3) adanya faktor teknis berupa penempatan tendon air yang belum dapat mencakup seluruh masyarakat yang menggunakan sehingga belum semua dapat teraliri dengan lancar. (3) masyarakat yang terlalu agresif dengan Pamsimas yaitu dengan merusak fasilitas yang berhubungan dengan Pamsimas berupa saluran pipa kepada masyarakat. (4) Tidak semua desa menerima dengan baik adanya Pamsimas tetapi ada desa yang merasa kualitas air di desa bagus dan tidak memerlukan adanya program Pamsimas. 3. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas sangat beragam: a) sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya program Pamsimas karena terbantu dalam memecahkan masalah yang ada pada desanya terutama pada saat musim kemarau. b) Kualitas air yang ada pada setiap desa penerima program Pamsimas banyak mengandung besi dan lumpur sehingga air yang dikonsumsi kurang layak. c) masyarakat setuju dengan adanya Pamsimas di Kecamatan Prambanan karena sangat membantu dalam menyelesaikan masalah kualitas air yang kurang layak konsumsi di Kecamatan Prambanan. 4. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas: a) ditunjukkan dengan mengikuti semua kegiatan yang ada yaitu mulai dari tahap
127
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi. b) masyarakat aktif dan lancar dalam membayar iuran setiap bulan. c) masyarakat ikut serta dalam menjaga fasilitas yang ada seperti pipa, meteran yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan bila ada kerusakan masyarakat dapat melaporkan pada BPSPAMS agar tidak mengganggu aktivitas rumah tangga. 5. Upaya meningkatkan program Pamsimas: a) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut menghilangkan budaya BABS (Buang Air Besar Sembarangan). b) pemerintah memberikan bantuan pendanaan agar Pamsimas dapat berkembang dan menjangkau
seluruh
masyarakatnya.
c)
pemerintah
pusat
memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah berhasil menjalankan Pamsimas dan dapat menghilangkan budaya BABS dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan yang lebih lanjut. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari hasil dan pembahasan penelitian diatas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Masyarakat ikut serta menjaga fasilitas dari Pamsimas yang sudah ada seperti meteran dan pipa. 2. Pemerintah Pusat memberikan sosialisasi lebih lanjut terhadap desa atau masyarakat yang masih belum menerima Pamsimas agar mengetahui manfaat yang didapatkan dari Pamsimas.
128
3. Pemerintah desa memberikan pendampingan dan pengarahan yang intensif terhadap BPSPAMS agar dapat melayani masyarakat pengguna dengan optimal. 4. Pemerintah pusat memberikan apresiasi atau penghargaan pada desa yang telah melaksanakan dan menghilangkan budaya BABS (Buang Air Besar Sembarangan) agar masyarakat dapat lebih sadar akan kesehatan dan lingkungannya. 5. Pemerintah Pusat dalam program Pamsimas tidak hanya mencakup pada lingkungan masyarakat tetapi diperluas pada lingkungan sekolah dan tempat-tempat ibadah, terutama pada daerah yang padat penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmanmaman. (1988). Geografi Perilaku. Jakarta: DEPDIKBUD. Ance Gunarsih Kartasapoetra. (2006). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Bagong Suyanto & Sutinah. (2010). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta: LP3ES. Djauhari Noor. (2006).Geologi Lingkungan. Jogjakarta : GrahaIlmu. Evi Susanti. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.Skripsi. FIS UNY. Ibrahim Surotinojo. (2009). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh Masyarakat (SANIMAS) di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo Gorontalo.Tesis.Universitas Diponegoro. Indarto. (2010). Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jamzi Mordani. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kampung Panjang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Skripsi. UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU. Khairuddin. (1992). Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek: Sosiologi ,Ekonomi Dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty. Lexy J. Moleong.(2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Remaja Rosda Karya. Loekman Soetrisno. (1995). Menuju Masyarakat Partisipasif. Yogyakarta:Kanisius. Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif (terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi): UI Press. Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta :Erlangga.
Moh.Pabundu Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi .Jakarta: PT Bumi Aksara. St.Rodliyah. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusandan Perencanaan di Sekolah. Yogyakarta: PustakaPelajar. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suharyono dan Moch.Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud Taliziduhu Ndraha. (1987). Pembangunan Masyarakat: Mempersiapakan Masyarakat Tingkat Tinggal Landas (Sebuah Sentuhan). Jakarta: PT Rineka Cipta. TaliziduhuNdraha. (1997). Metodologi Ilmu Pemerintahan.Jakarta: PT RinekaCipta. Tjahya. (2000). Strategi Pembangunan dan Kemiskinan.Jakarta: PT Rineka Cipta. Uwe Neis. (1993). Memanfaatkan Air Limbah. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Weni Lestari. (2014). Tingkat Partisipasi Pelaku Pariwisata Dalam Pengelolaan Sampah Di Objek Pariwisata Pantai Parangtritis Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Skripsi: FIS UNY (http://new.pamsimas.org) diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 13.56
LAMPIRAN
LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK FASILITATOR A. Identitas Narasumber Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Tanggal / Waktu Wawancara
:
B. Daftar pertanyaan 1. Penerapan Program PAMSIMAS 1) Apa yang melatarbelakangi adanya program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2) Bagaimana sejarah adanya program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 3) Apakah dari pihak fasilitator sudah melaksanakan sosialisasi kepada penduduk pengguna PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 4) Adakah tanggapan setuju dan tidak setuju dari penduduk yang menggunakan PAMSIMAS? ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
5) Apa saja permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 6) Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakanginya? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 7) Bagaimana upaya dari pihak fasilitator untuk mengatasi permasalahan tersebut? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 8) Adanya tanggapan setuju dan tidak setuju terhadap program PAMSIMAS ini apakah mempengaruhi : a. Aktivitas kebutuhan keluarga terhadap air
b. Aktivitas sosial penduduk setempat
c. Kenyamanan menggunakan PAMSIMAS
d. Hubungan
kekeluargaan
dan
hubungan
penduduk
pengguna
PAMSIMAS
9) Bagaimana koordinasi dan solusi dari pihak fasilitator terkait program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 10) Adakah harapan dari pihak fasilitator terhadap pengguna PAMSIMAS dalam hal partisipasi pelaksanaan program PAMSIMAS? .......................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH DESA A. Identitas Narasumber Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Tanggal / Waktu Wawancara
:
B. Daftar pertanyaan 1) Apakah peran Bapak / Ibu di Satker ini? 2) Bagaimana keterlibatan Bapak / Ibu dalam program PAMSIMAS? 3) Apa saja kendala yang dihadapi dalam program PAMSIMAS? 4) Apakah upaya yang digunakan untuk mengatasi kendala tersebut? 5) Apa saja yang telah direncanakan Satker untuk program PAMSIMAS? 6) Apakah hasil akhir yang diharapkan dengan adanya program PAMSIMAS? 7) Apakah ada upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS? Jika ada berupa apa saja?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGGUNA PAMSIMAS A. Identitas Narasumber Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Jarak Rumah Dengan Tandon
:
Tanggal / Waktu Wawancara
:
B. Daftar pertanyaan 1. Penerapan Program PAMSIMAS 1) Bagaimana pendapat Bapak / Ibu mengenai adanya program PAMSIMAS tersebut? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2) Apakah Bapak / Ibu setuju atau tidak setuju dengan adanya program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 3) Apakah Bapak / Ibu pernah mendapatkan sosialisasi terkait program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
4) Bagaimana penerapan program PAMSIMAS menurut Bapak / Ibu? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 5) Apakah dengan adanya penerapan program PAMSIMAS sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan air Bapak / Ibu? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 6) Bagaimana kondisi air yang Bapak / Ibu gunakan sebelum adanya program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 7) Apakah Bapak / Ibu pernah mengikuti kegiatan yang terkait pro dan kontra program PAMSIMAS? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ........................ 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 1) Apakah ada faktor yang mendukung dalam program PAMSIMAS tersebut? Jika ada berupa apa saja? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2) Apakah ada faktor yang menghambat dalam program PAMSIMAS tersebut? Jika ada berupa apa saja? ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
3) Bagaimana langkah yang sudah ditempuh untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang muncul? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 4) Bagaimana koordinasi dan solusi dari pemerintah setempat terkait pemilihan tempat tendon dan sumur? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 3. Tanggapan / persepsi 1) Bagaimana tanggapan Bapak / Ibu terkait program PAMSIMAS ini? Jika setuju mengapa? Jika tidak setuju mengapa? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2) Adanya tanggapan setuju dan tidak setuju terhadap program PAMSIMAS ini apakah mempengaruhi : a. Aktivitas kebutuhan keluarga terhadap air
b. Aktivitas sosial penduduk setempat
c. Kenyamanan menggunakan PAMSIMAS
d. Hubungan
kekeluargaan
PAMSIMAS
dan
hubungan
penduduk
pengguna
4. Partisipasi 1) Apakah Bapak/Ibu mengikuti semua kegiatan yang berhubungan dengan program PAMSIMAS? Jika mengikuti mengapa? Jika tidak mengikuti mengapa? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2) Apa saja kegiatan yang Bapak/Ibu ikuti di PAMSIMAS? ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 3) Apakah
Bapak/Ibu
memberikan
sumbangan
pada
kegiatan
di
PAMSIMAS? Jika iya mengapa? Jika tidak mengapa? ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 4) Berupa apa sumbangan yang Bapak/Ibu berikan dalam PAMSIMAS? ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 5. Upaya meningkatkan 1) Adakah rekomendasi atau saran kepada pemerintah setempat terhadap program PAMSIMAS di desa Bapak / Ibu untuk kedepannya? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
2) Apa saja harapan Bapak / Ibu dengan adanya program PAMSIMAS ini? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 3) Apa saja upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS baik dari pengguna maupun pemerintah setempat? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 4) Berupa apa upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS dari pemerintah setempat? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
LAMPIRAN II DOKUMENTASI KEGIATAN
DOKUMENTASI PENELITIAN TAHUN 2015
Gambar 3. Peneliti Bersama Bapak Soekirno Ketua BPSPAMS Desa Cucukan
Gambar 4. Peneliti Bersama Bapak Sunaryo Ketua BPSPAMS Desa Sanggrahan
Gambar 5. Peneliti Bersama Bapak Suwali Ketua BPSPAMS Desa Sengon, Perangkat Desa dan Satlak di Desa Sengon
Gambar 6. Peneliti Bersama Ibu Peti Suyati Pengguna PAMSIMAS Desa Sengon
Gambar 7. Peneliti Bersama Bapak Slamet Kepala Desa Kotesan
Gambar 8. Peneliti Bersama Bapak Handaka Kepala Desa Pereng
Gambar 9. Peneliti Bersama Bapak Topo Suwarno Kepala Desa Sanggrahan
Gambar 10. Peneliti Bersama Bapak Marjuki Ketua BPSPAMS Desa Kotesan
Gambar 11. Peneliti Bersama Bapak Tukul Nuriyanto Ketua BPSPAMS Desa Pereng
Gambar 12. Tandon air Desa Kotesan
Gambar 13. Tandon air Desa Sanggrahan
Gambar 14. Tandon air Desa Sengon
LAMPIRAN III SURAT IZIN PENELITIAN