ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu filter yang telah ada sejak dulu yaitu pancasila. Akibat dari kejadian ini semua banyak orang-orang yang tidak ikut dalam pertempuran justru seakan menjadi tumbal pertikaian beserta sang pelaku pembunuhan. Kita punya Pancasila untuk mengontrol perilaku kita, bukan untuk batasan yang bisa dilanggar kapan saja seperti kejadian-kejadian bom bunuh diri yang seakan tak akan pernah berhenti terdengar gema ledakan suaranya.
B. Latar Belakang Masalah Saat ini keadaan Indonesia semakin mencekam, mencekam bagi kaum-kaum minoritas jika dilihat dari kacamata agama. Agama dari kaum minoritas ini adalah orang-orang yang non-Islam karena mayoritas penduduk di Indonesia adalah beragama Islam, itu sudah termasuk yang Islam KTP. Tak hanya itu, Indonesia bagaikan samudera hutan belantara nan luas dan gelap yang dipenuhi oleh predator yang siap mencengkram para kaum kapitalis dan pemilik modal. Bom-bom bunuh diri meledak di sana-sini tidak kenal tempat. Mirisnya adalah sudah beberapa kali bom bunuh diri terjadi di tempat-tempat ibadah seperti gereja, seakan tak ada lagi kebebasan umat untuk memilih dan mempercayai kepercayaannya.
Sebagai orang Indonesia, tentunya kita sudah mengenal Pancasila sejak kecil. Pertama kita disuruh untuk menghapal satu persatu sila-sila pancasila yang terdiri dari 5 sila, yaitu,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan
yang
Dimpimpin
oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
dan
Permusyawaratan Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Langkah selanjutnya kita diajarkan untuk mengenali arti dari masing-masing sila tersebut dan setelah itu kita amalkan dalam perilaku sehari-hari. Pertanyaannya, sudahkah kita mengamalkan 5 sila dari Pancasila tersebut? Sebenarnya itulah yang akan menjadi tameng kita untuk mengatasi pemikiran-pemikiran negatif yang akan menghipnotis kita dari dunia luar dan menjadikan kita sebagai bidak catur yang akan memakan kawannya sendiri. Ya, itulah fungsi dari Pancasila, Ideologi yang harus kita pegang untuk menghadapi era globalisasi yang kejam.
Tema inilah yang akan saya angkat di Tugas Akhir Pendidikan Pancasila ini. Alasan saya mengangkat tema ini karena kejadian ini bukan lagi masalah bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi sudah menjadi masalah di dunia. Tragedi ini bukanlah tragedi nasional, tetapi sudah menjadi tragedi dunia dan dunia Internasional lah yang punya tanggung jawab untuk mengatasinya.
C. Pembahasan Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh umat manusia agar manusia tersebut mampu membatasi tingkah dan perilakunya agar tidak merugikan orang lain. Di negara Indonesia sendiri terdapat 5 Agama, yaitu Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Buddha. Dengan keadaan Indonesia yang seperti itu bukan berarti Indonesia menganut paham pluralisme. Indonesia bukan negara yang menganut paham pluralisme, Indonesia adalah negara yang mempunyai paham pluralitas. Pluralisme dan pluralitas adalah dua kata yang sepintas sama, tetapi mereka memiliki definisi yang berbeda. Pluralisme adalah suatu paham yang menganggap suatu agama itu sama. Dengan kata lain orang yang menganut paham pluralisme adalah orang yang bisa disebut percaya terhadap semua
agama. Sedangkan pluralitas adalah orang yang hanya menganut satu agama yang ia yakini, tetapi dia memiliki rasa toleransi kepada penganut agama lain untuk menjalankan ibadah nya. Jadi kita harus berhati-hati terhadap dua kata yang sepintas sama ini.
Kalau begitu manakah yang lebih baik dipilih, pluralisme atau pluralitas? Yang sebaiknya kita pilih tentu saja pluralitas, karena satu orang hanya boleh menganut satu agama tetapi tetap memiliki rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda agama.
Agama bisa dan harus kita junjung setinggi-tingginya, namun harus didampingi dengan ilmu pengetahuan yang luas. Karena agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang saling melengkapi dan mendukung. Jika manusia memiliki agama tanpa ilmu pengetahuan yang luas hanya akan menjadikan manusia itu mudah ditanami doktrin kaku dan fanatisme buta yang nanti hanya menguntungkan bagi pelaku politik yang menanti pengalihan berita panas dari isu politik menuju tindak terorisme.
Begitu juga sebaliknya, Ilmu pengetahuan tanpa agama hanya akan membuat seseorang menjadi mesin penghancur yang akan menguntungkan kelompoknya saja dan merugikan orang-orang diluar kelompoknya. Contohnya seperti orang yang mempunyai jabatan di negaranya, tapi justru menyelewengkan wewenangnya tanpa rasa berdosa sebagai pejabat. Dan kita semua tahu, orangorang yang memiliki jabatan adalah orang-orang yang memiliki Ilmu Pengetahuan sehingga dipercaya dalam menggerakkan roda pemerintahan.
Contoh manusia yang memperjuangkan agamanya tanpa pengetahuan yang luas adalah teroris. Teroris adalah orang yang melakukan serangan-serangan dengan terkoordinasi untuk menebar rasa teror terhadap sekelompok masyarakat. Bedanya dengan perang adalah, aksi teroris tidak tunduk pada aturan perang.
Kerap sekali tindak terorisme ini dilakukan dengan menyerang warga sipil. Seperti yang sering terjadi di Indonesia, contohnya rentetan kejadian bom bunuh diri yang terjadi di café, gedung pemerintahan, bahkan tempat ibadah. Dan image teroris sudah melekat pada agama Islam bagi kebanyakan orang, karena yang melakukan tindakan bom bunuh diri adalah orang yang mengatasnamakan jihad. Padahal makna jihad itu jauh dari tindakan terorisme yang kerap menyerang warga sipil yang tak terlibat dalam pertikaian. Saya masih ingat pada saat acara talkshow di salah satu acara stasiun televisi swasta di Indonesia ada yang bilang bahwa tindakan bom bunuh diri adalah taktik gerilya. Spontan saya tidak setuju dengan pernyataan itu, karena gerilya adalah berperang di belakang garis musuh, bukan garis warga sipil.
Tindakan terorisme jika ditinjau dari butir-butir pengamalan pancasila sangat bertolak belakang. Karena tindakan terorisme yang terakhir terjadi adalah pengeboman gereja di Solo yang merupakan tindak terorisme lintas agama, mari kita lihat Tindakan terorisme jika dilihat dari butir-butir pengamalan pancasila sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
BUTIR PENGAMALAN PANCASILA SILA ke-1
FAKTANYA (tindakan terorisme)
Bangsa Indonesia menyatakan
Orang
kepercayaannya dan ketaqwaannya
terorisme tidak bisa disebut dengan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
orang yang taqwa terhadap Tuhannya. Karena
yang
sudah
melakukan
pasti
tindakan
Tuhan
tidak
menginginkan makhluknya menganiaya makhluk lain yang sama-sama ciptaan Tuhan. Manusia Indonesia percaya dan taqwa
Tindakan terorisme lintas agama sama
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
sekali tidak mencerminkan manusia yang
dengan agama dan kepercayaannya masing-
adil dan beradab
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan menghormati pemeluk
dan
agama
sikap
hormat Tindakan terorisme seperti bom bunuh
bekerjasama dengan
antara diri tujuannya kerap kali ditujukan kepada
penganut orang yang menganut kepercayaan yang
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap beda dengan teroris. Sudah jelas bertolak Tuhan Yang Maha Esa.
belakang dengan butir ini.
Membina kerukunan hidup di antara sesama Tindakan terorisme justru memecah umat beragama dan kepercayaan terhadap kerukunan antar umat beragama. Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Tindakan bom bunuh diri yang ditujukan Yang Maha Esa adalah masalah yang
ke umat yang beragama lain justru secara
menyangkut hubungan pribadi manusia tidak dengan Tuhan Yang Maha Esa.
langsung
ikut
campur
dalam
kepercayaan orang lain, seakan agama si korban
harus
lenyap.
Padahal
jika
mengaku Islam pasti tahu satu ayat yang berbunyi, Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Mengembangkan sikap saling menghormati Faktanya tindakan terorisme lintas agama kebebasan
menjalankan
ibadah
sesuai sudah
tertanam
image
tidak
dengan agama dan kepercayaannya masing- menghormati kebebasan orang lain untuk masing.
menjalankan
ibadah
sesuai
dengan
kepercayaannya. Tidak
memaksakan
suatu
agama
dan Menebar teror terhadap agama lain
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara tidak langsung memaksakan suatu kepada orang lain.
umat untuk masuk ke agama peneror.
Untuk itu, marilah kita menjadi warga negara yang mengerti, memahami dan mau menerapkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Supaya kita tidak terjerumus terhadap tindakan yang akan merugikan orang lain dan kita bisa diterima masyarakat dimanapun kita tinggal.
D. Kesimpulan dan Saran Pancasila adalah sebuah ideologi yang memanusiakan manusia. Segala aspek kehidupan terdapat dalam pancasila, mulai dari manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alamnya.
Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki ideologi pancasila, seharusnya kita memahami dan mengamalkannya. Bangsa kita yang membuat, maka bangsa kita yang seharusnya mengamalkannya supaya kita menjadi bangsa yang bertanggung jawab.
Dengan mengamalkan pancasila di dalam kehidupan kita, maka kita sudah ikut andil dalam membangun bangsa. Dan dengan pancasila kita juga bisa menangkis pemikiran-pemikiran suatu kelompok yang bisa merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Contohnya seperti tindak terorisme, dan sesungguhnya terorisme bukan merupakan jati diri bangsa Indonesia.
Saran saya, marilah kita bangun negara ini dengan menjadi bangsa yang pancasilais. Dengan menanamkan jiwa pancasila, saya yakin Indonesia akan menjadi suatu negara yang bangsanya beradab dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
E. Referensi 2009, Inilah Daftar 28 Bom yg Menewaskan 322 Orang (2000-2009), [online], (http://nusantaranews.wordpress.com)
2006, 45 Butir Pengamalan Pancasila, [online], (http://blog.kenz.or.id)