Edisi 5/2012
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
Lingkungan Utama
Perubahan Iklim
Ancaman itu
Bernama Global Warming Lingkungan Anak
Sosok
Profil
Sekolah AMEC
lukman sardi
Eka Budianta
Sekolah Hijau untuk Generasi Berwawasan Lingkungan
Menantikan Film Bertema Kelestarian Lingkungan
Menyelamatkan Naga Terbang dari Kepunahan
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
daftar isi
Edisi 5/2012
1 2
Salam Redaksi Suara Pembaca
4
Lingkungan Utama Ancaman itu Bernama Global Warming
12
28
Wulan Guritno : dan Ekosistem| Lukman Sardi :
Menanti Film Bertema Kelestarian Lingkungan
Lingkungan Anak Sekolah AMEC
16
Sosok Lingkungan
Wawancara Tantri Arundhati, M.Sc Asisten Deputi Urusan Adaptasi Perubahan Iklim
30
Opini Berry Nahdian Forqan:
Pembangunan dan Dampaknya Bagi Pemanasan Global
22
Profil Eka Budianta :
Menyelamatkan Naga Terbang dari Kepunahan Sam Udjo: Melestarikan Budaya dan Ekosistem Bambu
26
Kilas Lingkungan Malam Anugerah Lingkungan Program Penilaian Peringkat Kinerja
34
Berita Lingkungan Restorasi Sungai Ciliwung
SALAM REDAKSI Pembaca yang budiman,
I
stilah global warming sudah sangat dikenal sejak pertengahan abad 20, dampak pemanasan global ini tidak perlu diingatkan lagi, anak anakpun tahu bahwa panasnya udara yang mereka alami saat ini karena pemanasan global. Sedangkan bagi masyarakat Indonesia yang mereka ingat selama ini musim hujan jatuh bulan September, tetapi sekarang perubahan musim panas dan hujan sulit untuk diperkirakan kapan datangnya. Kalau masyarakat sudah tahu dan merasakan dampaknya yang kurang menyenangkan, apa yang seharusnya dilakukan untuk menanggulanginya? Berbagai kampanye dari pemerintah maupun lembaga non pemerintah telah dilakukan, tujuan dari kampanye tersebut adalah mengajak seluruh masyarakat mengurangi gerakan ekstrem perubahan iklim bumi. Apa yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, sebagai instansi yang bertanggungjawab terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup? Kementerian Lingkungan Hidup telah mengupayakan mitigasi dan adaptasi, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempersiapkan masyarakat untuk siap dan tahan terhadap ancaman perubahan iklim. Pembinaan masyarakat melalui kampung iklim diharapkan dapat mempersiapkan masyarakat desa untuk menggali kekayaan lokal untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Masyarakat miskin akan merasakan serangan paling besar, karena mereka tidak memiliki daya untuk bertahan. Contoh, apabila terjadi kekeringan, petani miskin tidak mampu mengairi sawahnya, karena kekurangan SDM dan sumber dana. Tetapi kita perlu berbesar hati karena masyarakat, mahasiswa ataupun publik figur diberbagi kota lain di Indonesia, telah melakukan penanggulangan perubahan iklim, dengan caranya masing masing. Tidak perlu malu berbuat untuk bumi, sekecil apapun perubahan menuju kebaikan akan terjadi, apabila kita saling mendukung. n
Edisi 5/2012
Edisi 5/2012
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
LINGKUNGAN UTAMA
Perubahan Iklim
Ancaman itu
Bernama Global Warming Lingkungan Anak
Sosok
Profil
SEKOLAH AMEC
LUKMAN SARDI
WANADRI
Sekolah Hijau untuk Generasi Berwawasan Lingkungan
Menantikan Film Bertema Kelestarian Lingkungan
Pencetak Petualang Alam Sejati
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Tema : Perubahan Iklim
Pemimpin Umum IR. ILYAS ASAAD, MP, MH
Deputi MenLH Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Pemimpin Redaksi DRA. SITI AINI HANUM, MA
Asisten Deputi Urusan Komunikasi Lingkungan Redaktur Pelaksanaan SRI WAHYUNI, ST, MSc
Kepala Bidang Publikasi dan Kampanye Redaktur Pracetak NURHAYATI, ST, M.Si
Kepala Sub Bidang Publikasi Anggota TEGUH WIJAYA, SE
Kepala Sub Bidang Kampanye YENNY PURNAWATI, S. Sos, MIKom
Staf KLH MASHURI ALIF, SE
Staf KLH VERONICA ID SUSANTI, ST
Pemimpin Umum IR. ILYAS ASAAD, MP, MH
Deputi MenLH Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Staf KLH SITI KARDIAN PRAMIATI, SE
Staf KLH
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
1
suara pembaca proper rating perusahaan Yth. Redaksi SERASI
Foto:realestateadvisorlawblog.com
Saat ini saya sedang study di program doctoral di University of Canberra. Penelitian saya mengenai dampak climate change terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kalau boleh saya tahu, apakah dalam mengevaluasi PROPER rating perusahaan, ada data yang harus dilengkapi perusahaan mengenai jumlah greenhouse gases atau CO2 atau bahan bakar dari fosil yang dikonsumsi oleh perusahaan? Kalau ada apa diperbolehkan saya mendapatkan data tersebut? Kalau tidak ada, jika saya ingin mengadakan survei mengenai jenis, besarnya konsumsi bahan bakar fosil, serta pemakaian listrik yang dikonsumsi oleh perusahaan, bisa tidak kerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup? Terimakasih. Andewi Rokhmawati rokhmawati.darwito.wordpress.com
uu nomor 18 tahun 2008
Kami dari manajemen Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali kabupaten Bangka propinsi Kepulauan Bangka Belitung, memerlukan UU Nomor 18 tahun 2008, kami menemui kesulitan untuk mengunduhnya, dan kami berharap kiranya bapak/ibu berkenan membantu kami. Dan atas bantuan Bapak/ibu kami ucapkan terimakasih. Amiruddin, S.Pd
[email protected]
jadwal pelatihan
Yth. Redaksi SERASI
Foto: plsh.ugm.ac.id
Mohon Kiranya dikirimkan jadwal pelatihan di kementerian Lingkungan Hidup untuk tahun 2012, sebab jadwal pelatihan tersebut sangat berguna untuk pengembangan SDM Bappedalda di daerah kami Kabupaten Konawe Utara Propinsi Sulawesi Tenggara. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
[email protected]
2
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Foto: locktonhealthreformblog.com
Yth. Redaksi SERASI
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
3
Lingkungan
Utama
Perubahan Iklim
Ancaman itu
Bernama Global Warming
Foto : www.blogspot.com
Foto : http://stat.ks.kidsklik.com
Perubahan iklim mengancam kehidupan di dunia. Namun, belum ada kesepakatan global menyelamatkan bumi.
Foto : hhttp://radarcirebon.com
Tsunami Banda Aceh
Tsunami Jepang
Badai Sandy
4
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
M
asih ingat bencana gempa dan tsunami di Nangroe Aceh Darrusalam? Peristiwa dahsyat yang terjadi di penghujung tahun 2004 itu meluluh lantakan Serambi Makkah itu. Tak kurang dari 120 ribu orang meninggal dan kerugian materi mencapai USD 4 – 4,5 miliar. Bencana alam yang sama juga terjadi di Jepang pada 3 Maret 2011. Gempa yang diikuti tsunami menghantam sebelah timur kepulauan Negeri Matahari Terbit itu mengakibatkan lebih dari 20 ribu orang tewas dan kerugian mencapai USD 278 miliar. Baru-baru ini pun kita juga dikejutkan oleh Badai Sandy yang memporak porandakan sejumlah kota di Amerika. Akibat badai yang juga dikenal dengan nama Frankenstrom itu, sekitar 90 orang meninggal dunia dan kerugian senilai US$ 50 miliar. Peristiwa itu hanya sekelumit dari sejumlah bencana alam yang terjadi 10 tahun terakhir ini,
Foto : Nia. S - Serasi
dari mulai banjir, kekeringan, kebakaran hutan, serta angin puting beliung dan sebagainya. Para ahli berpendapat sebagian besar bencana alam yang terjadi di dunia disebabkan oleh perubahan iklim. Ada beberapa fenomena perubahan iklim yang bisa dirasakan. “Musim semakin tak menentu dan lebih ekstrim,” kata Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA, Kepala Bidang Litbang Klimatologi dan Kualitas Udara. Kemudian, terjadinya banjir dan erosi karena curah hujan disebagian belahan bumi, sementara terjadi musim kering berkepanjangan dibelahan bumi lainnya. Selain itu, permukaan air laut naik karena mencairnya es dan glasier di kutub. Dan penyebarang penyakit tropis serta punahnya beberapa spesies yang tak bisa beradaptasi dengan perubahan iklim. Dimasa mendatang kecenderungan kondisi ekstrim itu akan semakin melebar.
“Negara yang rentan terhadap perubahan iklim adalah negara kecil, bukan negara yang menyebabkannya,” kata Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA, Kepala Bidang Litbang Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG “Artinya, kondisi pada musim kering akan semakin sangat kering dan sebaliknya dalam musim hujan akan semakin banyak hujan yang terjadi,” tutur Dodo. Menurut para ahli, gejala alam tersebut disebabkan meningkatnya suhu rata-rata di bumi. Menurut Intergevermental Panel on Climate Change (IPPCC), suhu udara rata-rata global meningkat sebesar 0,18 – 0,74 derajat Celcius selama satu abad terakhir. Dan pada 2100, suhu udara rata-rata global diproyeksikan antara 1,1 – 6,4 derajat Celcius.
Dampak GRK Peristiwa naiknya suhu yang disebut pemanasan global (global warming) ini terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di lapisan atmosfer bumi. Gas-gas rumah kaca itu antara lain karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitroksida (N2O).
GRK dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara). Contohnya, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer dan memasak. GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan, serta aktivitas pertanian dan peternakan. Aktifitas yang menghasilkan GRK dilakukan semua manusia di dunia, tapi yang terkena dampak terparah adalah negara kecil. Padahal penyumbang GRK terbesar justru negara maju (industri). “Negara yang rentan terhadap perubahan iklim adalah negara kecil, bukan negara yang menyebabkannya,” kata Dodo. Maklum, dengan kemampuan teknologinya negara maju lebih siap menghadapi perubahan iklim. Sementara, negara kecil terutama negara kepulau akan terkena dampak langsung dari perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya permukaan laut. Di Indonesia perubahan ik lim ini sudah terjadi. “Berdasarkan data-data historis yang tercatat di BMKG menunjukan dibeberapa tempat ada kecenderungan perubahan suhu,” kata Dodo. Menurut Guru Besar Hidrologi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Sudibyakto, suhu rata-rata Indonesia tahun 2000 – 2100 diperkirakan naik satu derajat celcius. Dan itu terjadi tidak merata. “Daerah dengan
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
5
Utama
Foto : http://web2.bisnis.com
Lingkungan
Pakar lingkungan, Emil Salim mengungkapkan, bahwa perubahan iklim ini akan melenyapkan 3.000 pulau di Indonesia.
kerusakan lingkungan parah makin tinggi kenaikannya,” ujar Sudibyakto seperti dikutip Kompas.com. Kenaikan suhu ini menyebabkan meningkatnya curah hujan di Sumatera, namun menyebabkan kekeringan di Kalimantan. Meski lebih rendah dari Sumatera, curah hujan di Jawa dan Lampung juga meningkat. “Namun, risiko di Jawa dan Lampung lebih tinggi karena wilayah ini padat penbduduk dan aktivitas ekonominya tinggi,” kata Sudibyakto.
Ancaman di Indonesia Bagi Indonesia, perubahan iklim merupakan ancaman serius. Karena bisa mengakibatkan krisis pangan karena kekeringan, rusaknya infrastruktur karena banjir, pulau yang tenggelam dan rusaknya daerah pesisir karena naiknya permukaan laut. Beberapa waktu lalu pakar lingkungan, Emil Salim mengungk apk an, bahwa perubahan iklim ini akan melenyapkan 3.000 pulau di
6
Indonesia. “Kenaikan suhu muka laut bukan hanya peningkatan volume air laut akibat mencairnya es di kutub, tetapi juga pemuaian molekul air laut,” ujarnya. Berdasarkan hasil survey Departemen Kelautan dan Perikanan, pulau yang terancam adalah yang bertipe dataran rendah seperti Kepulauan Seribu, Kepulauan Sumenep, Kepulauan Aru, dan Kepulauan Selayar. Perubahan iklim merupakan masalah global yang mengancam dunia. Maka harus diselesaikan bersama. Namun upaya penyematan bumi akibat pemanasan global ini tak kunjung tuntas. Bahkan perundingan The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Doha, Qatar yang berlangsung tanggal 28 – 6 Desember 2012, gagal mencapai kesepakatan. Negara maju, seperti Amerika dan Kanada, berkeras tak mau mengurangi tingkat emisinya. Begitu juga dengan, Jepang, Rusia dan Selandia Baru meskipun ketiganya mengakui kesepakatan protokol
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Kyoto untuk menguragi emisi GRK. Soalnya negaranegara maju tersebut masih enggan menurunkan aktifitas industrinya. Sedangk an Indonesia, bertekad mengurangi emisi GRK sebesar 26 persen dari tingkat emisi Bussiness As Usual hingga 2020 dengan biaya sendiri. “Pembangunan kesejahteraan rakyat merupakan tantangan yang cukup serius dalam era perubahan iklim ini,” kata Willem Rampangilei, Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial. Memang, masyarakat yang p a l i n g re nt a n te r h a d a p perubahan iklim ini adalah yang perekonomian dan pencahariannya bergantung pada faktor iklim/cuaca, seperti petani, nelayan dan masyarakat pesisir. Kelompok masyarakat itu harus menemukan cara dan strategi bertahan hidup dalam kondisi iklim yang sedang berubah. Menurut Dodo, solusinya adalah melakukan adaptasi dan mitigasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap kondisi yang terjadi saat ini . Misalnya pertanian, mereka harus mengusahakan tanaman yang tahan kekeringan dan tahan terhadap genangan. Sedangkan mitigasi, upaya mengurangi penyebab terjadinya emisi GRK tersebut. Alhasil, dengan mitigasi dan adaptasi, setidaknya dampak perubahan iklim dapat diminimalisir. n
Foto : http://ffhaheezh.wordpress.com
Foto : http://setkab.go.id
Bersiap Hadapi Perubahan Iklim
Foto : http://www.berita8.com
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap pemanasan global. Berbagai upaya pun dilakukan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi. “Bumi Semakin Panas”, judul sebuah film nasional itu, tampaknya cocok benar dengan cuaca di Indonesia belakangan ini. Buktinya, setiap hari udara terasa semakin gerah. Musim panas terasa kian panjang, panas dan kering. Sementara jika turun hujan, hampir selalu disertai petir dan angin kencang. Menurut p a ra ahli, fonemone itu merupakan salah satu ciri dari perubahan
iklim atau global warming . Ini terjadi lantaran suhu rata-rata permukaan bumi di Indonesia naik sekitar hampir satu derajat. Naiknya suhu tersebut akibat efek rumah kaca. Maksudnya, terperangkapnya udara panas dari radiasi matahari yang tertahan oleh akumulasi lapisan gas rumah kaca (terdiri dari CO2, metana dan N2O) yang seharusnya dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Aktivitas manusia
di bidang transpor tasi, energi listrik, peternakan, sampah kebakaran hutan dan sebagainya, menyumbang 90 persen penumpukan GRK di atmosfir bumi. Fenomena pemanasan global di negeri ini memang kian terlihat. Setidaknya dengan terjadi bencana banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan angin puting beliung. Pola musim pun kini tak menentu serta gelombang laut semakin tinggi.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
7
Lingkungan
Utama
Masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah yang hidup di bawah garis kemiskinan dan masyarakat yang tidak memiliki kapasitas cukup untuk menghadapi perubahan iklim.
Ada prediksi yang menyebutkan bahwa emisi GRK di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 2,95 Gt CO2e atau lebih tinggi 40 persen dari tahun 2005. Artinya, perubahan iklim bakal semakin ekstrim. Karenanya perlu usaha untuk menekan peningkatan emisi tersebut (lihat grafik-Red) Masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah yang hidup di bawah garis kemiskinan dan masyarakat yang tidak memiliki kapasitas cukup untuk menghadapi perubahan iklim. Menurut data BPS yang dikeluarkan pada bulan Maret 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen. Selain itu, juga masyarakat yang perekonomian dan mata pencahariannya tergantung pada faktor iklim seperti, petani, nelayan dan masyarakat pesisir. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah telah
8
menyusun Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Program yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 61/2011 ini berisi target pemerintah untuk mengurangi emisi sebanyak 0,767GT2e sampai tahun 2020. Pengurangan yang mencapai 26 persen itu atas biaya APBN. Maklum, beberapa negara maju yang berkewajiban mengurangi emisi GRK dan memberi bantuan kepada negara berkembang dan negara miskin tidak memenuhi komitmennya. Mitigasi dan Adaptasi Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial Willem Rampangilei, mengatakan perlu segera mengintegrasikan aspek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ke dalam program-program nasional.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
“Masyarakat harus dikondisikan agar lebih siap, tahan dan kuat terhadap ancaman perubahan iklim,” kata Willem ketika membuka Rakornas bertema “Tantangan Pembangunan Kesejahteraan Rakyat Dalam Perubahan Iklim” pada 21 November 2012 lalu. Mitigasi adalah cara menahan laju perubahan iklim dengan mengurangi emisi GRK hasil aktivitas manusia. Salah satunya, menggunakan bahan bakar dari sumber energi yang lebih bersih, misalnya beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber energi terbaru seperti tenaga matahari atau biomasa. Di samping itu juga mengurangi penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan menghemat listrik. Sedangkan adaptasi adalah mempersiapkan diri dan hidup dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim yang telah terjadi. Termasuk
m e n g a nt i s i p a s i dampak ekstrim dan dampak perlahan yang mungkin terjadi. Dampak ekstrim misalnya, mempersiapkan dan menyusun rencana penanganan jika terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Ini bisa dilakukan dengan membuat sistem peringatan dini di daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan masyarakat bila bencana terjadi. Sedangkan ansipasi dampak perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah. Misalnya, reboisasi hutan atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak, sudah merupakan kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Upaya Pemerintah Antisipasi ini setidaknya telah dilakukan pemerintah, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Misalnya memperbaiki kondisi hutan yang kini telah mencapai 60 persen. Dan menggalakan perbaikan dan penanaman mangrove diberbagai daerah. Menurut Sri Tantri Arundhati, M.Sc, Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim, KLH, sejauh ini KLH tengah melakukan pemetaan kerentanan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerentanan suatu daerah dalam menghadapi perubahan iklim.
“Misalnya, pemetaan untuk gunung, laut dan sebagainya. Dari pemetaan kerentanan tersebut, bisa diidentifikasi apa yang harus dilakukan. Contohnya, untuk di laut, bisa buat bendungan atau menanam mangrove,” tutur Sri Tanri. Selain itu, KLH juga sudah membuat program Kampung iklim atau Proklim. Program ini adalah kegiatan masyarakat dalam mengadaptasi perubahan iklim. “Sudah banyak desa yang sadar akan perubahan iklim dan membuat inovasi baru,” ujar Sri Tanri. Pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, 5 November lalu, Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, telah memberikan penghargaan Throphy Raksaniya dan Penghargaa Proklim, kepada desa-desa yang dinilai telah berhasil menjaga lingkungan dan menekan GRK di walayah masing-masing. Masih dalam rangk a mengantisipasi perubahan iklim, pemerintah RI melakukan kerjasama dengan pemerintah Jepang. Nota kesepahaman ya n g ditanda tangani bersamaan dengan konfrensi COP 18 di Doha, Qatar itu pada 5 Desember 2012 itu, ditandatangani oleh MenLH RI dengan MenLH Jepang, Horiyuki Nagahama. “Ada dua hal menonjol yang akan dilakukan dalam kerangka kerjasama tersebut yaitu pembentukan Pusat
Salah satunya, menggunakan bahan bakar dari sumber energi yang lebih bersih, misalnya beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber energi terbaru seperti tenaga matahari atau biomasa.
Kajian Kebijakan Lingkungan dan pembentukan Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional,” kata Balthasar Kambuaya. Kemudian, pada 2013 pemerintah akan menyusun program terpadu Gerakan Nasional Sadar perubahan Iklim (GERNASARI). Tujuan program yang diluncurkan 2014 itu m e n d o ro n g p e m e r i nt a h daerah, khususnya provinsi, untuk berpacu melaksanakan kegiatan pengendalian perubahan iklim seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah penurunan Emisi GRK (RAD GRK). Untuk saat ini, semua program yang telah berjalan di tingkat pusat maupun daerah diharapkan terus bergulir. “Ini akan saling bersinergi sehingga menciptakan masyarakat yang tangguh dan sejahtera dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Willem Rampangilei. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
9
Lingkungan
Utama
Proklim
Foto : http://inn.co.id
Membangun Desa yang Mandiri Program Kampung Iklim diarahkan untuk meminimalkan dampak perubahan iklim dan kemandirian.
B
ali, tidak hanya dikenal sebagai kota wisata dunia yang menawarkan beragam daya tarik alam dan budayanya, tapi ternyata Kota Dewata ini, juga memiliki desa-desa yang masih terjaga keasriannya. Salah satunya, Desa Pakraman Sabangan, Buleleng, Bali. Tidak cuma lingkungannya saja bersih dan nyaman, tapi suasana gotong royong warga desa dalam menjaga lingkungan patut dicontoh. Adalah I Nyoman Sudarka, Bendahara Desa Pakraman Sabangan, yang berjasa sebagai pionir untuk menjadi lingkungan di desa itu. Ayah dua orang anak ini berhasil menggerakan warganya untuk melakukan gotong royong memanfaatkan sampah dan menanam pohon, sebagai upaya menyerap karbon. Alhasil, desa tersebut mendapat penghargaan
10
Trophy Program Kampung Iklim (Proklim) dari Wakil Presiden Budiono dan Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA pada 19 November 2012. “Desa Prakman merupakan desa yang masih terjaga kelestariannya, sehingga tidak terlalu sulit bagi kami untuk merawat. Gotong royong ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat peduli terhadap lingkungan dan melestarikan sumber daya alam yang ada,” tutur Nyoman merendahkan diri. Ayah dua orang anak ini, mengaku tak berfikir bahwa desanya bisa menerima penghargaan itu. “Dinas KLH yang meminta kami mengikuti Proklim dan ternyata kami beruntung bisa memenuhi kriterianya,” kata Nyoman. Untuk selanjutnya Nyoman dan warga di desa berencana untuk mengadakan
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
pengolahan sampah organik yang lebih baik dan profesional. Selain itu juga akan membuat pertanian organik, khususnya tanaman padi. “Mudah-mudahan segera terwujud dan pemerintah segera membuat payung hukum sebagai dasar bagi kami mengajak masyarakat peduli kepada lingkungan,” tutur petugas Pengendali Pengganggu Organisme Tumbuhan (PPOT) di Kecamatan Sukasada, Kementrian Pertanian Direktorat Perlindungan, Bali itu. Desa Pakraman Sabangan, Buleleng, Bali ini memang bukan satu-satunya yang mendapat penghargaan sebagai desa Proklim. Setidaknya ada 10 desa lainnya yang mendapat penghargaan tersebut. (lihat tabel-Red). Program Proklim Proklim merupakan program nasional yang diluncur-
Penerima Trophy Proklim No.
Nama Daerah
Provinsi
Penerima sertifikat Pengembangan Proklim No.
Nama Daerah
Provinsi
1.
Dusun Sukunan
DI Yogyakarta
2.
Desa Jetis Lor
Jawa Timur
1.
Desa Kerta,
Bali
Desa Kembang
JawaTimur
3.
Desa Pakraman Sambangan
Bali
2.
4.
Dukuh Gatak II, Desa Tamantirto
DI Yogyakarta
3.
Kelurahan Jomblang
Jawa Tengah
4.
Desa Mekarjaya
Jawa Barat
5.
Dukuh Serut,
DI Yogyakarta
6.
Desa Mukti Jaya,
Riau
7.
Desa Nglegi
DI Yogyakarta
kan oleh Menteri Lingkungan Hidup pada 24 Oktober 2011 pada acara National Summit on Climate Change di DenpasarBali. Tujuan dari pogram ini menumbuhkankan kesadaran masyarakat akan ancaman perubahan iklim, terutama untuk daerah pesisir Indoenesia. Hal tersebut sekaligus untuk mendukung komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengurangi 26 persen Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia dari tingkat business as usual pada tahun 2020. Pelaksanaanya mengacu pada Peraturan Menteri negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2012 tentang Proklim. Kampung iklim merupakan desa model pengelolaan kawasan ramah lingkungan yang mengembangkan konsep pengurangan risiko bencana akibat perubahan iklim. Caranya dengan melakukan upaya adaptasi dan mitigasi, ser ta dapat memenuhi kebutuhan harian mereka.
Dalam program tersebut, daerah juga diharapkan untuk menggali kekayaan lokal untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. “Jika sebuah desa dapat memenuhi salah satu kriteria itu, maka dapat pula disebut kampung iklim, seperti desa yang mandiri energi, atau memenuhi kebutuhan pangan mereka,” kata Deputi Bidang Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Emma Rahmawati, beberapa waktu lalu. Kemudian, k ampung yang mendapat penghargaan Proklim setidaknya telah menunjukkan perubahan pola hidup yang lebih memperhatikan keseimbangan ekosistem dan rendah emisi karbon. Kemudian dapat memberikan manfaat tidak saja bagi lingkungan tetapi juga manfaat ekonomi dan sosial serta menurunkan risiko bencana terkait iklim. Pada tahun 2012, KLH telah menerima pengusulan 71 calon
lokasi Proklim yang tersebar di 15 Provinsi. Provinsi tersebut adalah Riau, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Lokasi-lokasi tersebut diusulkan oleh BLHD Provinsi/ Kab/Kota, Dunia Usaha yang melakukan program CSR, serta LSM atau lembaga nonpemerintah yang melaksanakan kegiatan pendampingan masyarakat. Dan hingga tahun 2020, KLH menartgetkan 1000 kampung iklim dapat tercapai. Pemerintah pun akan memberi bantuan dana dan pendamping untuk keberlanjutan desa tersebut. Jika tercapai, maka bencana yang ditimbulkan akibat perubahan iklim, setidaknya dapat diminimalkan. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
11
Lingkungan
Anak Sekolah Al-Ma’mun Education Center
Sekolah Hijau untuk Generasi Berwawasan Lingkungan Membudayakan siswa untuk mencintai lingkungan dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih bernilai.
B
ersih dan nyaman. Begitu kesan pertama yang akan kita rasakan ketika memasuki area Sekolah Al Ma’mun Education Center (AMEC). Sekolah yang berlokasi di Jl. Haji Nawi Malik, Serua, Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok itu, begitu hijau dan kaya oksigen. Seluruh ruang terbuka sekolah tersebut dikelilingi oleh pohon-pohon pelindung yang produktif seperti pohon durian, pohon bacang dan sebagainya. Selain pohon-pohon tadi, juga ada tanaman-tanaman dalam pot milik para siswa di sekilah itu. “Kami memang mewajibkan setiap anak memiliki tanaman pot. Setiap kelas memiliki program menanam sayuran dan tanaman pangan di kavling masing-masing,” kata Kepala Yayasan AMEC, Ma’mun Ibnu Ridwan. Sekolah AMEC yang berdiri sejak tahun 2007. Sejak awal sekolah tersebut memang didesain sebagai sekolah hijau. Itulah sebabnya kompleks
12
sekolah yang berdiri diatas lahan seluas tiga hektare itu, seperempatnya dijadikan lahan untuk penghijauan. Sekolah AMEC merupakan sekolah Islam Terpadu yang dikemas secara moderen dengan kurikulum Nasional. Sekolah AMEC memiliki tingkat pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, dan SMK, total seluruh siswanya sekitar 400 orang. Seper ti juga sekolah lain yang ada di negeri ini, Sekolah AMEC didirikan untuk merespon program kementerian Pendidik an Nasional yang menitik beratkan pendidikan softskill dan hardskill. Maksudnya, antara teori dan praktek serta materi pendidikan sesuai dengan potensi lokal yang ada di lingkungannya dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan anak itu sendiri. Atas dasar itu, sekolah ini membuat program kurikulum muatan lokal yang disesuai dengan desain utama sekolah itu yakni penghijauan. Ada satu pendidikan khusus yaitu
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
agribisnis yang diberikan sejak siswa berada di TK. Atas dasar itulah Sekolah AMEC membuat program kurikulum muatan lokal yang disebut pendidikan agribisnis sejak usia dini. Kegiatan program ini meliputi bank sampah, kompostimh dan kebun organil. “Ketiga program ini saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.” kata Na’mun. Sejak dua tahun lalu sekolah ini sudah memiliki bank sampah sendiri. Tujuannya berdirinya bank sampah ini adalah agar para siswa tidak lagi menumpuk sampah, membudayakan anakanak dalam kehidupan seharihari untuk memilah sampah itu sesuai jenisnya.
Membuat Kompos Kemudian, membangun budaya lingkungan dengan prinsip go green, clean dan healthy serta melatih keterampilan para siswa mengolah tanaman pangan dengan memanfaatkan area di
Yayasan AMEC sama sekali tidak mempermasalahkan jika ada siswanya yang terlambat atau tak membayar SPP, asalkan dia membawa sampah dari rumah. “Cara ini bisa mendidik kemandirian dan pengetahuan siswa tentang lingkungan,” kata ayah dari tiga orang anak itu.
sekolah maupun di rumah masingmasing. “Lingkungan sekolah jadi bersih, sampah tak perlu dibuang tetapi disimpan agar memiliki nilai dari segi ekonomis,” kata Ma’mun. Masih menurut Ma’mun, Yayasan AMEC sama sekali tidak mempermasalahkan jika ada siswanya yang terlambat atau tak membayar SPP, asalkan dia membawa sampah dari rumah. “Cara ini bisa mendidik kemandirian dan pengetahuan siswa tentang lingkungan,” kata ayah dari tiga orang anak itu. Bank sampah di sekolah ini, baru mampu memanfaatkan sampah-sampah organik yang kemudian langsung diproses menjadi kompos. Sedangkan sampah non organik seperti, kertas dan plastik dijual ke pengepul atau pemulung. Sampah-sampah organik itu diproses dalam komposting baik dengan cara konvensional maupun teknologi komposter. Dari
Foto : Nia. S - Serasi
Foto : Nia. S - Serasi
Kepala Yayasan AMEC, Ma’mun Ibnu Ridwan Bank Sampah Sekolah AMEC
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
13
Anak
Foto : Nia. S - Serasi
Lingkungan
Kepala Sekolah SD AMEC, Ety Rohayati
Mulai program kebun Organik, pelaksanaan Bank Sampah dan memasarkan sayuran, masuk dalam mata pelajaran bernama Tematik Lingkungan Hidup.
14
proses ini akan dihasilkan pupuk organik. Sedangkan pupuk kompos diproses dengan campuran kotoran kambing atau sapi. Pupuk ini dibutuhkan untuk dijadikan media tanam kebun organik sekolah. Semua rangkaian kegiatan tersebut dilakukan setiap hari Jumat. “Setiap hari Jumat kami selalu mengadakan kegiatan Jumat bersih,” kata Ety Rohayati, selaku Kepala Sekolah SD AMEC. Dan semua proses yang dilakukan para siswa itu merupakan muatan lokal pelajaran, bukan ekstrakulikuler lagi. “jadi kegiatan tersebut kami nilai,” kata Ety lagi. Pada bulan Agustus 2012, sekolah AMEC sudah bisa memproduksi pupuk kompos sendiri. Hingga sekarang pupuk kompos made in AMEC itu sudah sebanyak 50 kilogram. 40% Dari hasil produksi itu mereka pergunakan untuk memupuk perkebunan mereka sendiri. “Para siswa memiliki kebun
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
sendiri seperti bayam, kangkung dan cabai. Setelah diberi pupuk, dalam sebulan kami sudah tiga kali panen,” kata Ety. Selain dimanfaatkan sendiri, hasil penen kebun organik dijual. Setiap siswa diajarkan untuk memasarkan hasil kebun tersebut. Ada empat orang guru yang akan membimbing mereka, selanjutnya mereka melakukan secara mandiri. Untuk tahap pertama mereka menjual kepada orang tua dan saudara terdekat. Namun, sudah ada anak yang berani menjual ke pasar. Harga sayuran itu, biasanya dijual Rp200.000/ tahun sebanyak 2000 gram. Hasil dari penjualan itu, akan dibukukan ke tabungan mereka. “Untuk tahap selanjutnya kami sedang merancang penjualan secara online. Ini juga bertujuan untuk melatih anak berjualan sekaligus melatih kemampuan menggunakan internet sebagai bagian dari kehidupan yang positif,” tutur Ma’mun. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dibutuhkan. Mereka pun diminta membantu anaknya memasarkan sayuran itu. Tujuannya, agar si anak tahu jumlah keuntungan dari menjual sayuran dan upayanya dihargai dan diperhatikan orang tua.
Foto : Nia. S - Serasi
“Kami sangat berharap dukungan dari pemerintah agar sampah-sampah itu bisa menjadi lebih bernilai.” Ujar Ma’mun.
Perlu Dukungan Pemerintah Menurut Ma’mun, semua itu adalah hasil upaya sekolah untuk mendidik anak sejak dini tentang pentingnya mencintai lingkungan hidup serta peran orang tua mendidik anaknya di rumah. “Kolaborasi itu merupakan keinginan sekolah untuk membuat para pelajar mencintai lingkungan tanpa ada paksaan. Ini penting juga untuk tumbuh kembang anak dalam menyongsong masa depan mereka,” tutur lelaki kelahiran 1 September 1969 itu. Berkaitan dengan rencana pemerintah mengubah kurikulum sekolah dari 14 mata pelajaran menjadi tujuh, pihak sekolah, sudah mengusulkan kepada Dinas Pendidikan dan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, agar PLH juga masuk dalam kurikulum tersebut. “Kami sendiri sudah melakukan terobosan untuk pelajaran PLH ini,” kata Ma’mun.
Semua yang dilakukan para siswa tadi , dari mulai program kebun Organik, pelaksanaan Bank Sampah dan memasarkan sayuran, masuk dalam mata pelajaran bernama Tematik Lingkungan Hidup. Di dalamnya terintegrasi beberapa mata pelajaran seperti Seni Budaya dan Keterampilan (SBK, Kewirausahawan, serta Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK). “Para siswa diminta untuk membawa materi tentang jenis sayuran dan manfaatnya. Kemudian penerapan pelajaran SBK tercermin dari keterampilan anak dalam memasukan pupuk kompos dan menanam sayuran serta menyiramnya,” papar Ma’mun. Sedangkan untuk tugas mata pelajaran TIK, para siswa itu diminta memotret tahapan mereka menanam. Foto-foto tersebut kemudian dimasukan dalam akun mereka, karena akan dinilai oleh guru. Hal tersebut juga sekaligus
sebagai tahapan ujian. Sedangkan untuk pelajaran kewirausahawan diperlihatkan dengan cara memasarkan sayuran yang dipanen tersebut. Selanjutnya, sekolah AMEC memiliki porgram kedepan yakni, mengolah kertas dan plastik agar bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang juga memiliki nilai ekonomis. Soalnya selama ini sampahsampah non organik tadi hanya dijual ke pengepul, sekolah hanya menerima uang dari penjualan tersebut. Tentu akan lebih bernilai jika semua itu bisa didaur ulang menjadi ember, bak sampah Katau pot bunga. arena selama ini sampah-sampah tersebut hanya dijual ke pengepul saja, sekolah hanya menerima uang dari penjualan itu. “Kami sangat berharap dukungan dari pemerintah agar sampahsampah itu bisa menjadi lebih bernilai.” Ujar Ma’mun. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
15
Wawancara Tantri Arundhati, M.Sc Asisten Deputi Urusan Adaptasi Perubahan Iklim
Perubahan Iklim, Faktor
Manusia juga
I
su perubahan iklim makin ramai dibicarakan. Tak heran, karena memang banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan iklim ini. Sri Tantri Arundhati, M.Sc, Asisten Deputi Adaptasi Perubahan iklim pun angkat bicara soal ini. Berikut cuplikan wawancaranya. Sebenarnya, apa penyebab terjadinya perubahan iklim? Perubahan iklim bisa terjadi karena alam dan karena faktor manusia. Hidup di dunia ini kan saling keterkaitan dan ada hukum sebab-akibat. Dengan adanya sesuatu, bisa mengakibatkan sesuatu. Itulah yang terjadi pada perubahan iklim. Karena ulah manusia yang tidak menjaga lingkungan, maka terjadilah perubahan iklim. Contoh spesifiknya? Misalnya, manusia menggunakan batu bara yang berlebihan, penggundulan hutan, rawa gambut, dan lain-lainnya. Sementara dari alam, seperti gunung meletus misalnya. Itu adalah gejala alam yang tidak bisa kita hindari. Oleh karena itu, kontribusi manusia dalam merusak alam yang seharusnya diminimalisir. Cara meminimalisirnya? Salah satunya dengan mengurangi penggunaan energi. Misalnya batu bara. Minimal kita bisa mengurangi pemakaiannya atau yang lebih
16
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
baik adalah mengganti. Misalnya batu bara jika memungkinkan diganti dengan gas. Kegiatan sehari-hari yang bisa kita terapkan dalam mengurangi penggunaan energi misalnya dengan menggunakan transportasi umum. Adakah cara cepat untuk bisa beradaptasi dengan perubahan iklim? Sebenarnya beradaptasi itu sudah naluri. Misalnya, warga yang tau daerah tempat tinggalnya rawan banjir, maka warga mneyiasati dengan membangun rumah yang lebih tinggi. Salah satunya adalah dengan melakukan inovasiinovasi untuk mengatasi perubahan iklim. Misalnya, perubahan iklim akan mempengaruhi keadaan air di laut. Untuk itu, akan diadakan inovasi berupa sea wall, yaitu dinding-dinding di sekitar laut untuk menghalangi air laut, agar tidak “tumpah”, karena ada perkiraan Jakarta akan tenggelam. Inovasi-inovasi seperti ini yang
“
Sebenarnya beradaptasi itu sudah naluri. Misalnya, warga yang tahu daerah tempat tinggalnya rawan banjir, maka warga menyiasati dengan membangun rumah yang lebih tinggi. Tantri Arundhati, M.Sc
Foto : Nia. S -Serasi
dibutuhkan kita sekarang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Riset mengenai perubahan iklim juga sebenarnya diperlukan, supaya kita lebih paham cara mengatasinya. Hanya saja belum ada riset soal itu. Perubahan iklim sering dikaitkan dengan langka atau punahnya puspa atau satwa? Perubahan iklim berpengaruh pada suhu. Suhu yang naik, kadang tidak cocok dengan tumbuhan atau hewan tertentu. Karena ketidakcocokan dan tidak mampunya hewan atau tumbuhan itu beradaptasi atau bertahan, akhirnya tumbuhan atau hewan tersebut punah. Atau bisa juga dengan adanya banjir, kemudian hewaan atau puspa tersebut hilang. Siapa sebenarnya yang paling bersalah dengan adanya perubahan iklim ini? Siapa yang salah adalah kita semua. Kita yang
tidak concern dengan lingkungan. Penebangan hutan, pembuangan limbah, sampai ke hal klise seperti buang sampah sembarangan. Sebenarnya sudah ada undang-undang yang mengatur soal sampah, hutan, dan lain-lainnya. Hanya kembali lagi ke masalah concern itu tadi. Kita kurang concern dengan lingkungan, sehingga akhirnya seperti ini. Apa kaitan tanah longsor dengan perubahan iklim? Longsor bisa terjadi karena adanya hujan yang deras. Hujan yang deras ini bisa terjadi karena siklus air laut yang terganggu akibat perubahan iklim itu tadi. Selain itu, terjadi longsor juga bisa dipengaruhi oleh tata ruang suatu daerah. Misalnya, tanah longsor terjadi karena di daerah tersebut dibangun bangunan. Bukan hanya longsor, bencana alam lainnya juga bisa dipengaruhi oleh tata ruang. Misalnya, tidak aka nada banjir, jika lahan disekitar sungai tidak dibuat untuk membangun rumah. Jadi longsor yang terjadi juga bisa disebabkan oleh adanya bangunan atau hujan deras. Apa upaya yang sudah dilakukan pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim? Sejauh ini yang sudah dilakukan oleh KLH adalah pemetaan kerentanan. Seberapa besar tingkat kerentanan suatu daerah dalam menghadapi perubahan iklim. Misalnya, gunung seperti apa pemetaannya, laut seperti apa, dan sebagainya. Dari pemetaan kerentanan tersebut, bisa diidentifikasi apa yang harus kita lakukan. Contohnya, untuk di laut, kita bisa buat bendungan atau mangrove. Selain itu? Selain itu, kita juga membuat Program Kampung Iklim atau biasa disebut Proklim. Proklim ini adalah kegiatan-kegiatan masyarakat dalam mengadaptasi perubahan iklim. Sudah banyak desa yang sadar akan perubahan iklim, dan membuat inovasi-inovasi baru. Inovasi mereka ini juga mendapat pengharagaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Salah satu yang mereka lakukan misalnya dengan mengolah limbah ternak, sampah yang didaur ulang, dan sebagainya. Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
17
Wawancara
Punya Hutan dan Kebun Binatang Di Rumah “Saya suka menanam bungabungaan. Selain untuk penghijauan juga untuk mempercantik. Saya justru terganggu dengan bungabungaan plastik,” ujarnya seraya tergelak.
Foto: Nia. S -Serasi
18
Foto: http://www.cookiesound.com
M
enjadi bagian dari Kementerian Lingkungan Hidup memang membuatnya menjadi lebih cinta pada puspa dan satwa. Adalah Sri Tantri Arundhati, M.Sc, yang mengaku memiliki hutan dan kebun binatang di rumahnya. Pasalnya, segala macam tanaman dan binatang ada di rumahnya. Yang menjadi tanaman favoritnya adalah tanaman yang memiliki bunga, sementara hewan favoritnya adalah kucing. “Saya suka menanam bunga-bungaan. Selain untuk penghijauan juga untuk mempercantik. Saya justru terganggu dengan bungabungaan plastik,” ujarnya seraya tergelak. Selain bunga-bungaan, lulusan S1 Biologi ITB juga memelihara kucing, anjing, dan kura-kura. Semua peliharaan adalah miliknya dan milik kakaknya. Jumlahnya pun lumayan, untuk
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
kucingnya saja ada enam ekor. “Saya tidak merasa repot dengan hewan-hewan ini. Anjing dan kucing kan cenderung bisa “mengurus” diri sendiri,” katanya lagi. Tak heran jika rumahnya selalu ramai dengan suara-suara anjing atau kucingnya yang bersahutan. MEski dua hewan ini terkenal tidak akur, tidak halnya dengan peliharaan Tantri. Kucing dan anjing milik Tantri justru akur dan tidak saling menyerang. Selain tanaman yang digunakan Tantri untuk resapan air sekaligus memperindah halaman rumah,Tantri juga memiliki sumur resapan sendiri. Hal ini untuk memanfaatkan air limbah rumah tangga di rumahnya, agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu, manfaat dari sumur resapan ini juga besar. “Salah satunya, waktu daerah sekitar rumah saya kekeringan, saya masih punya resapan air,” ceritanya lagi. n
Kola
Kola merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat yang kemudian tersebar luas ke seluruh daerah tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, tanaman kola pertama kali di tanam di daerah Bogor yang kemudian meluas ke Jawa Tengah dan beberapa wilayah lainnya. Kola menghasilkan bunga, buah, dan biji. Biji dari kola inilah yang menghasilkan kandungan utama minuman dengan rasa kola. Tanaman ini juga bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme dan tonik untuk daya tahan tubuh.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
19
20
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
21
PROFIL
WANADRI
Pencetak Petualang Alam Sejati
Foto : http://ahmadsulaeman.files.wordpress.com
Tak sekedar mencintai alam, Wanadri mendidik para pencinta lingkungan ikut melestarikannya.
B
agi para pecinta alam pasti tidak asing lagi dengan Wanadri. Organisasi penempuh rimba dan pendaki gunung iitu dicetuskan oleh sekelompok pemuda berlatar belakang pandu, pada bulan Januari 1964. Pandu adalah perkumpulan pemuda yang berpakaian seragam khusus dengan jiwa kesatria gagah berani, dan
22
Foto : http://www.anneahira.com
suka menolong antar sesama makhluk. Wa n a d r i m e r u p a k a n organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas. Nama Wanadri berasal dari bahasa Sansekerta. Wana berarti gunung dan adri berarti hutan. Maka bisa dikatakan, Wanadri adalah gunung di tengah-tengah hutan. Nama te r s e b u t s e s u a i d e n g a n kegiatan Wadadri. Tujuan didirikan organisasi ini untuk membentuk manusia yang mandiri, ulet, dan tabah, serta mendidik anggotanya menjadi manusia Pancasilais sejati yang percaya pada kekuatan sendiri.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Wanadri memiliki empat kegiatan pokok utama yaitu, perjalanan, kemanusiaan, konserfasi, dan pendidikan. Pusatnya di Bandung, namun Wanadri juga memiliki perwakilan di Jakarta. Wanadri terbentuk berkat semangat dan hobi mendaki gunung. Kang Hari Hardiman, selaku pendiri Wanabi, mendidik anggotanya supaya memiliki kemampuan melalui media alam terbuka. Anggota Wanadri dibagi menjadi dua, yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. Anggota biasa adalah anggota yang telah mengikuti pendidikan dasar dan program
" Nama Wanadri berasal dari bahasa Sansekerta. Wana berarti gunung dan adri berarti hutan. Maka bisa dikatakan, Wanadri adalah gunung di tengahtengah hutan. " lain sampai ia memiliki nomor pokok. Untuk anggota luar biasa sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu anggota kehormatan, anggota pelindung, tenaga ahli, dan donatur. Syarat untuk menjadi anggota Wanadri tidak begitu sulit hanya dengan mengikuti Pendidikan Dasar Wanadri (PDW) selama satu bulan. Setelah mengikuti Pendidikan Dasar Wanadri, menjadi anggota muda (AMW). Sebelum AMW dapat ikut suatu ekspedisi ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan. Kewajiban itu diantaranya, mentoring, magang pada Dewan Pengurus atau Badan Otonom yang lain, dan perjalanan-perjalanan kecil. Selain itu, mengikuti sekolahsekolah lanjutan, Sekolah Gunung Hutan, Sekolah Tebing Terjal, Olah Raga Arus Deras (ORAD), Extreme Search and Rescue (ESAR), Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), Jurnalistik, dan Sekolah Manajemen Ekspedisi.
Melestarikan Hutan Wanadri juga menyelenggarakan pendidikan alam ter-
buka, untuk anggota mau pun masyarakat sekitar. Pendidikanya antara lain Pendidikan Dasar Wanadri, Sekolah Pendaki Gunung Wanadri, Sekolah Seacrh and Rescue Wanadri, Sekolah Pelatih Wanadri, Sekolah Jurnalistik Wanadri, Sekolah ORAD Wanadri, Sekolah Tebing Terjal Wanadri, dan Pengajaran dan Pelatihan Wanadri. “Prestasi formal kami sudah banyak diakui oleh kementrian atau negara,” ujar Fajri Al Luthfi selaku ketua Wanadri perwakilan Jakarta. Pria kelahiran Bandung ini menambahkan bahwa Wanadri selalu ingin berkontribusi untuk kebaikan bangsa dan negara. Bentuk pengakuan itu dengan dipercayanya Wanadri mengelola hutan taman buruh di Karembi oleh Menteri Kahutanan melalui BPKSDA. Lahan kritis yang kini mulai ditanami itu berlokasi di kawasan Cicalengka, Bandung. Menurut Luthfi tingkat gredarasi cukup pesat. Yang paling terasa adalah penebangan pohon secara ilegal. “Sekarang yang bisa kami lakukan sebagai organisasi Wanadri adalah menanam pohon. Tindakan terkecil dari kegiatan kita adalah menghijaukan kembali lahanlahan kritis,” tambahnya. Penanaman pohon dilakukan dengan adopsi pohon. “Jadi kami membeli bibit untuk setiap orang dengan biaya tertentu. Kemudian bibit itu ditanam dan dirawat
ia.net
uncakdun
tp://7p Foto : ht
selama lima tahun,” kata Luthfi. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap mulai musim hujan. Kegiatan tersebut tentu tak berhenti begitu saja. Sebab, menurut Luthfi, pohon juga butuh perawatan setelah ditanam. Apalagi fase kritis pada pohon yang baru ditanam berada pada tahun ke lima. “Jadi kami belajar bagaimana merawat tanaman sampai usia tanaman itu bisa tumbuh dengan sendirinya,” tambah pria kelahiran 9 April 1985 itu. Selain itu, kini Wanadri juga melakukan pendataan Sungai Citarum. Sungai ini kondisinya sudah sangat parah, baik di hulu mau pun di hilir. “Kemudian, mendata sampah industri dan merumuskan kemungkinan menjadi program penghijauan kembali,” jawab anak kedua dari tiga bersaudara yang bergabung dengan Wanadri sejak empat tahun lalu itu. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
23
PROFIL
Sam Udjo PEMBINA SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO
Melestarikan Budaya dan Ekosistem Bambu
Foto : www.blogspot.com
Tidak hanya melestarikan budaya kesenian angklung, Saung Mang Udjo pun melestarikan bambu dan ekosistemnya.
24
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
N
ama Saung angklung Mang Udjo mungkin tidak terdengar asing lagi di telinga kita. Sesuai dengan namanya, Saung Angklung Mang Udjo adalah pusat wisata yang masih setia melestarikan alat musik angklung sebagai salah satu warisan budaya. Berdiri pada tahun 1966, Saung Angk lung Mang Udjo didirikan oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati. Tujuannya, untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Sering berjalannya waktu, Saung angklung berkembang menjadi Yayasan Saung Angk lung dan bengkel angklung dengan kegiatan memproduksi angklung pada 1972. Nama Saung Angklung Mang Udjo resmi dipakai pada tahun 1992. Sejak saat itu, kegiatan di sanggar yang berlokasi di Jl. Pasundan, Bandung ini mulai berjalan secara rutin. Pada 2001, sang pendiri, Udjo Ngalagena wafat. Sanggar selanjutnya dijalankan oleh Sam Udjo, anak kedua mereka. Tak berbeda dengan ayahnya, Sam Udjo memiliki pribadi sederhana dan sama-sama mencintai angklung sebagai budaya Jawa Barat. Nah, untuk kebutuhan alat musik angklung yang terbuat dari bambu ini, Sam Udjo mengambilnya dari petani dan pengumpul bambu. Soalnya, menurut pengakuan lelaki
Foto : http://anneahira.com
Foto : http://deeasdesot.blogspot.com
kelahiran Bandung, 3 Juni 1951 itu, mereka belum mampu membuka lahan perkebunan bambu sendiri. “Lahan yang kami miliki baru seluas 1,3 Ha. Lahan ini baru sebatas mampu melakukan pertunjukan angklung, dan melakukan seleksi produksi angklung dari para pengrajin,” kata Sam Udjo yang kerap disapa Kang Sam itu. Menurut Sam, dengan produksi angklung sekarang dibutuhkan lahan yang sangat luas. Misalnya, untuk bambu “Hitam” dibutuhkan lahan seluas 90 hektare, untuk bambu “Tali” dan “Gombong” sekitar 15 hektare.
Menjaga Kelestarian Bambu Tidak semua bambu cocok untuk dijadikan angklung. Ada tiga jenis bambu yang baik untuk dbuat angklung , yakni bambu Hitam atau Temen (Giganthocloa atter), bambu tali/Apus (Giganthocloa “Apus”) dan yang ke tiga adalah bambu Gombong/ Surat (Giganthocloa verticulata).
Tidak hanya dari jenisnya, umur bambu juga menjadi pertimbangan. Umumnya bambu yang ditebang adalah bambu yang beruisa tiga sampai empat tahun. Waktu penebangan juga jadi penentu yakni hanya pada musim kemarau dan pada pagi hari menjelang siang, sekitar pukul 9.00 sampai 15.00. “Bambu yang dipilih juga harus kering, supaya struktur dagingnya kuat,” kata Sam, menambahkan. Meskipun banyak m e m p ro d u s k i a n g k l u n g, bukan berarti Sam tidak peduli dengan kelestarian pohon bambu, sebagai bahan dasar pembuatan alat musik angklung. Hal ini dibuktikan dengan bergabungnya Sam dengan Komunitas Pencinta Bambu pada tahun 2010 lalu. Menurut pendapat Sam, komunitas tersebut memiliki kepedulian yang tinggi terhadap bambu. “Mereka juga memiliki visi dan misi yang jelas. Dengan begitu, keberadaan bambu tetap bisa terkelola dengan baik,” ujar Sam.
Selain itu, ayah empat orang anak ini juga melakukan sosialisasi terhadap petani bambu, khususnya untuk menjaga ekosistem bambu. “Jadi, meski bambu ditebang, kelestariannya tetap terjaga,” ujar Sam. Salah satu caranya dengan melakukan seleksi pohon bambu yang bisa ditebang. Misalnya, bambu dari satu rumpun tidak boleh ditebang habis, harus dilakukan seleksi, antara yang layak tebang dan yang belum. Bekas-bekas pangkal bambu juga diberi jarak agar tidak menghalangi bambu lain yang masih tumbuh, sehingga memberi ruang saat anak bambu akan keluar. Di samping itu, Sam juga memberikan data lengkap mengenai mengenai potensi keberadaan bamboo. Termasuk penyuluhan, pembinaan dan pemberdayaan. “Upaya memperbanyak jumlah rumpun bambu di daerah yang masih kosong juga perlu digalak k an, supaya populasinya juga bisa bertambah seiring dengan penambahan kebutuhan pengguna bambu,” kata Sam yang baru-baru ini menerima penghargaan Upakarti 2013 karena kelompok seni yang dipimpinnya dinilai berjasa dalam membina usaha kecil dan menengah. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
25
KIlAS
lingkungan
Malam Anugerah Lingkungan Program Penilaian Peringkat Kinerja Dalam rangka megapresiasi kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Boediono bersama Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, menyerahkan Pernghargaan Peringkat Hijau dan Emas program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) di Grand Ballroom, Hotel Shangrila, 3 Desember 2012. Pada acara tersebut hadir Gubernur DKI Jakarta, Ir. H. Joko Widodo, Duta Besar negara sahabat, Kepala Badan Lingkungan Hidup provinsi serta perwakilan instansi pemerintah terkait. Proper diberikan kepada 12 perusahaan peringkat emas, 119 perusahaan peringkat hijau, 771 perusahaan peringkat biru dan 331 perusahaan perungkat merah. n
Rakor Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup Jakarta, 28 November 2012 - Menteri Lingkungan Hidup menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup. Rakor ini merupakan kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kepolisian Negara RI. Turut hadir dalam acara ini Kapolri, Jenderal Timur Pradopo, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah, para Penyidik Polisi, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan (PPNS-LH). Tujuan diselenggarakannya Rakor ini adalah sebagai upaya meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara PPNS-LH dan Penyidik Polri dalam penanganan kasus lingkungan hidup tersebut. n
Kuliah Umum MenLH Di Universitas Nusa Cendana Ntt Kupang, 24 Nopember 2012. Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA memberikan Kuliah Umum di depan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Rektor, Civitas dan mayoritas Mahasiswa Universitas Nusa Cendana. Besoknya pada hari minggunya tanggal 25 November 2012 Menteri mengadakaan kebaktian terhadap Jemaat GMIT di Kupang. kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 800 orang jemaat. Selain ceramah lingkungan Menteri juga menanam pohon disekitar gereja GMIT Kupang. n
26
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Workshop Tingkat Pelajar Pengenalan Keanekaragaman Hayati “Workshop Tingkat Pelajar Pengenalan Keanekaragaman Hayati” dilaksanakan di Gedung Serbaguna, Taman Margasatwa Ragunan Provinsi DKI Jakarta dalam rangka memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional Tahun 2012. Peserta dalam worksop ini adalah siswasiswi kelas V dan VI SD yang berlokasi sekitar Taman Margasatwa Ragunan. Panitia HCPSN 2012 turut menghadiri acara ini, seperti Kwarnas Pramuka, Taman Safari Cisarua, dan KLH. Workshop ini mengenalkan tentang badak dan manfaat Mangrove. n
Foto: antaranews.com
Kebun Pelestarian Tanaman Khas Banjarmasin Banjarmasin, 7 Desember 2012 - Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) membuat satu kawasan pelestarian tanaman khas Kalimantan yang banyak hidup di provinsi Kalsel. "Pohon khas tersebut seperti ulin (kayu besi) keruing atau meranti, sungai, sintuk, bangkirai, kupang dan tanaman lainnya," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin, drh Rusmin A kepada ANTARA News, di Banjarmasin, Jumat, 7 Desember 2012. Lokasi untuk pelestarian itu adalah lahan Kamboja seluas 4,2 hektare yang menjadi lokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). “Adanya lokasi tanaman langka selain bisa menjadi lokasi penelitian, juga bisa menjadi objek kepariwisataan. Karena biasanya para wisatawan sangat tertarik dengan aneka tanaman khas,” kata Rusmin. n
KLH Tanam Pohon di Pamekasan Pamekasan, 3 Desember 2012 - Kementerian Lingkungan Hidup, melakukan penanaman pohon mangrove bersama masyarakat di sepanjang pesisir pantai Tlanakan, Pamekasan, Madura. Menurut Didik Hariyadi, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH), Pemkab Pamekasan, aksi tanam pohon itu sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan lingkungan pesisir yang lestari, serta mencegah terjadinya abrasi pantai.Pesisir pantai selatan Pamekasan, merupakan salah satu lokasi pantai yang kondisinya mengkhawatirkan, karena tanaman pohon mangrove di tepi pantai itu banyak yang ditebang oleh oknum masyarakat. "Atas dasar itulah, KLH terjun secara langsung melakukan penanaman pohon mangrove di pantai Tlanakan," kata Didik Hariadi. (Antara News) n Foto: wordpress.com
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
27
SOSOK
lingkungan
Wulan Guritno
B
anjir yang sudah seper ti bencana tahunan di Jakarta, tak pealak membuat Wulan Lorraine Guritno, sedih. Artis yang lebih dikenal dengan nama Wulan Guritno ini, berpendapat hal tersebut lantaran masih banyak warga yang ‘bandel’. “Meskipun sudah merasakan akibatnya, toh masih banyak saja buang sampah sembarangan dan menebang pohon untuk kepentingan orang-orang tertentu.
28
Foto: www.kapanlagi.com
dan Ekosistem
Padahal dampaknya luar biasa merepotkan banyak orang,” tutur wanita kelahiran London, 14 Juli 1981 ini. Bagi Wulan, kebersihan lingkungan merupakan jalan menuju kesehatan. Dengan tubuh yang sehat, apapun bisa dilakukan. “Untuk sehat kita perlu menjaga ekosistem yang ada. Misalnya, memperhatikan jarak rumah satu dengan rumah lainnya,” kata presenter itu. Masalah yang membuat Wulan miris, ekosistem ini sekarang
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
yang sudah rusak. “Kebanyakan orang baru mulai berfikir untuk menjaga lingkungan ketika dampaknya sudah terjadi seperti banjir atau kebakaran,” kata artis yang mengecap pendidikan di The Italia Conti Academy of Theatre Arts, London. Kepedulian Wulan terhadap lingkungan tak hanya diwujudkan dengan cara membuang sampah saja, ia pun sempat ikut komunitas penanggulangan lingkungan hidup. Disitulah wanita berdarah Jawa – Inggris itu, banyak mendapat pelajaran mengenai penanggulangan bencana alam seperti, banjir, longsor dan sebagainya. Ilmu yang didapat dari komunitas itulah yang diturunkan Wulan kepada anakanaknya. “Saya memberi contoh sesederhana mungkin, seperti membuang sampah sesuai jenisnya dan cara menghemat air dan energi,” kata Ibu tiga orang anak ini. Pemeran wanita film berjudul “Gie” itu berpendapat dengan contoh yang langsung diberikan orang tua, anak-anak akan cepat menyerap. “Di sekolah kan mereka juga belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam – Red), jadi mereka juga tahu penyebab kebakaran dan pencemaran,” ujar artis terpavorit pada Indonesian Movie Award 2012 itu. n
lukman sardi
menanti film bertema kelestarian lingkungan
B
agi seorang bintang film, jurus paling jitu mengajak masyarakat untuk mencintai lingkungan adalah dengan bermain film bertema lingkungan. Soalnya, itu adalah salah satu bentuk perjuangan para insan film untuk memperindah dan menyelamatkan lingkungan. Maka, “Jika ada kesempatan, saya mau banget bermain di film layar lebar bertema kelestarian lingkungan hidup,” k ata Lukman Sardi mengungkapkan harapannya. Maklum, pemeran KH Akhmad Dahlan dalam film Sang Pencerah itu, kerap gemas karena sekarang masih banyak orang yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.
“Lihat saja masih banyak sampah menumpuk di selokan, padahal tempat sampah sudah tersedia. Akibatnya, bukan hanya lingkungan yang kotor dan tak sedap dipandang mata, tapi dampak terparah adalah menimbulkan penyakit dan banjir, ” tutur aktor senior kelahiran 14 Juli 1971 itu. Dalam kehidupan sehari-hari, Lukman setidaknya sudah menerapkan kebiasaan menjaga lingkungan. Misalnya, dengan membuang sampah pada tempatnya dan itu pun diterapkan kepada kedua putranya. “Saya juga mengajarkan anak-anak untuk mengurangi penggunaan plastik dan tisu. Sebagai gantinya pakai sapu tangan atau tas kain,” kata putra
pebiola legendaris Idris Sardi itu. Lukman sangat menyadari bahwa lingkungan adalah milik bersama dan harus dijaga bersama pula. Dan yang terpenting harus dimulai dari diri sendiri, meskipun dengan tindakan yang paling sederhana. Selain itu, Luk man berpendapat, sudah saatnya menerapkan sanksi hukum yang tegas bagi pelanggar Perda Nomor 5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Dalam Wilayah DKI Jakarta. “Bisa saja orang masih banyak membuang sampah sembarangan karena belum ada sanksi hukum yang jelas bagi pelanggar Perda tersebut,” kata aktor yang telah membintangi sejumlah film-film fenomenal itu. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
29
opini
Berry nahdian forqan
Foto: https://plus.google.com
Pembangunan dan Dampaknya Bagi Pemanasan Global
P
embangunan sejatinya berjalan menuju sebuah tatanan sosial, ekonomi, politik dan ekologi yang adil dan demokratis, serta menjamin hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat. Sehingga bumi ini tetap mampu memberikan layanan ekologisnya untuk menunjang keberlangsungan kehidupan itu sendiri termasuk manusia didalamnya. Hanya disayangkan pada kenyataannya pembangunan selama ini justru mendorong terjadinya ketidakadilan dan cenderung menghancurkan keseimbangan alam yang menopang keberlanjutan kehidupan di muka bumi ini.
30
Fenomena pemanasan global adalah salah satu dari dampak pola pembangunan yang keliru yang selama ini cenderung mengandalkan pola eksploitasi, produksi dan konsumsi yang berlebihan tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan/ alam itu sendiri. Banyak pihak baru tersadar setelah bumi mulai berubah, terjadi peningkatan suhu yang signifikan semenjak revolusi industri digalakkan, perubahan iklim diiringi dengan berbagai bencana ikutannya telah banyak menelan korban di belahan bumi ini dan termasuk di Indonesia.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Riwayat Singkat Nama: Berry Nahdian Forqan Jabatan: Direktur Eksekutif Nasional WALHI dan Fasilitator dan Konsultan Lingkungan, Demokrasi dan Gerakan Sosial.
Berbagai inisiatif global telah dilak uk an untuk mengurangi dampak buruk dari adanya pemanasan global, berbagai konvensi disepakati namun sampai saat ini belum juga membuahkan hasil nyata yang berarti. Terbaru, perundingan UNFCCC, COP 18 di Doha Qatar yang berlangsung tanggal 28 November 2012 dan ditutup
Foto: https://plus.google.com
sosial dan budaya (Ekosob), penghapusan diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW), penghapusan diskriminasi rasial (ICERD), konvensi keanekaragaman hayati. Dalam Sidang Mejelis Umum PBB 13 September 2007, delegasi pemerintah Indonesia juga voting menduk ung pengesahaan United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples (UNDRIP).
Pembangunan di Indonesia Pembangunan di Indonesia
tanggal 8 Desember 2012 lalu bahkan gagal membangun kesepakatan bersama untuk menyelamatkan bumi dari terjadinya pemanasan iklim global. Komitmen negara-negara maju sebagai pengemiter terbesar dunia justru semakin memburuk. Walau protokol Kyoto tetap dipertahankan namun Kanada menyatakan diri keluar dan Amerika Serikat tetap tidak mau ambil bagian. Sementara Jepang, Rusia dan Selandia Baru walau tetap menyepakati adanya protokol Kyoto namun tidak menyatakan komitmennya yang jelas dalam menurunkan tingkat emisi mereka. Pemerintah Indonesia sendiri dalam konferensi Doha cenderung menyesuaikan dan mengamini keinginan negaranegara industri dengan mendukung adanya mekanisme pasar melalui skema offset (perdagangan karbon), sebuah
mekanisme yang memungkinkan negara-negara pencemar mengkonversi emisi mereka dengan membeli stok karbon dari negara lainnya, atau melalui skema bantuan terhadap penyelamatan lingkungan di negara lain seperti penyelamatan hutan di Indonesia. Sebuah resolusi yang bukan solusi karena hanya “memindahkan” emisi dan bukan menguranginya. Hal ini yang banyak ditentang oleh para aktivis lingkungan karena merupakan resolusi yang jelas tidak adil terlebih bagi negaranegara miskin dan berkembang yang paling rentan dan tidak siap menghadapi dampak pemanasan global itu sendiri. Selain terik at sebagai negara pihak dalam UNFCCC, Indonesia merupakan negara pihak terhadap konvensi internasional hak asasi manusia terutama konvensi hak sipil dan politik (Sipol), hak ekonomi,
Keter ik atan I ndonesia dengan berbagai perjanjian yang ada, seyogyanya dalam penerapan model pembangunannya Indonesia menjadikan konvensi-konvensi dan perjanjian International tersebut sebagai salah satu landasan tindak dalam pengambilan keputusan. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia merupakan
HAM tidak sematamata dinilai pada tindakan kekerasan fisik saja, melainkan juga pada pengabaian, pengingkaran dan penistaan atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat termasuk lingkungan hidup.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
31
berita
lingkungan
Foto: www.blogspot.com
Indonesia belum memiliki kerangka kerja hukum dan prosedur yang memadai untuk melindungi daerah-daerah dengan nilai konservasi tinggi khususnya bagi sosial dan budaya masyarakat setempat. Perkebunan Kelapa Sawit
hal terpenting dalam menentukan sebuah kebijakan. HAM tidak semata-mata dinilai pada tindakan kekerasan fisik saja, melainkan juga pada pengabaian, pengingkaran dan penistaan atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat termasuk lingkungan hidup. Di Indonesia, berdasarkan pengalaman di sektor sawit sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa perusahaan yang beroperasi di Indonesia telah gagal untuk mengamankan daerah dengan nilai konservasi tinggi (NKT) yang terletak dalam konsesi mereka karena daerah dengan NKT yang belum dibuka dan ditanami yang terletak dalam konsesi mereka telah dialokasikan oleh pejabat setempat kepada perusahaan lain untuk dibuka. Indonesia belum memiliki kerangka kerja hukum dan
32
prosedur yang memadai untuk melindungi daerah-daerah dengan nilai konservasi tinggi khususnya bagi sosial dan budaya masyarakat setempat. Studi tersebut menunjukkan bahwa tanpa adanya reformasi hukum dan prosedural agar terjadi perlindungan efektif terhadap daerah dengan NKT di Indonesia. Untuk itu perlu menjajaki kendala dan peluang reformasi hukum yang dapat dilakukan untuk mengamankan daerah dengan nilai konser vasi tinggi lewat pelibatan multi stakeholder.
Masalah Tata Ruang Akibat pola dan model pembangunan yang tidak mengindahkan hak ecosoc, dan keberlanjutan ekologislah yang melahirkan kondisi perubahan iklim global yang terjadi saat ini. Sebagai contoh,
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
di Indonesia terdapat 26,7 juta hektar lahan telah dialokasikan dalam rencana tata ruang kabupaten dan propinsi untuk perluasan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit. Prosedur rencana tata ruang tidak berupaya untuk mengidentifikasi dan melindungi daerah dengan nilai konservasi tinggi, tidak mengidentifikasi atau melindungi daerah yang menjadi wilayah masyarakat adat atau wilayah kelola adat dan tidak mengidentifikasi atau melindungi daerah dengan “nilai karbon tinggi”. Selain itu, proses perencanaan tata ruang di Indonesia menggunakan definisi lahan “terdegradasi” dan “hutan konversi” yang tidak jelas dalam pembukaan hutan dan lahan sehingga sering kali membuka hutan atau lahan yang dikelola atau dimiliki masyarakat hukum adat.
Foto: https://plus.google.com Foto: Nurhayati-KLH
Lokasi Pertambangan
Lebih jauh lagi, pemerintah mengizinkan pemanfaatan gambut dalam rencana tata ruang Indonesia saat ini dalam kenyataannya mendorong penanaman kelapa sawit di lahan gambut, dan menimbulkan emisi CO2 yang besar (Permentan No.14/2009). Pembukaan hutan yang meluas, pembakaran hutan dan pembukaan dan pengeringan drainase lahan gambut merupakan kontributor utama perubahan iklim global di Indonesia (terdapat perkiraan yang berbeda-beda namun u m u m ny a m e n u n j u k k a n angka 16% sampai 30% emisi gas rumah kaca berasal dari perubahan tata guna lahan). Ekspansi sektor perkebunan sawit besar-besaran beberapa tahun belakangan ini telah menjadi salah satu penyebab utama emisi ini.
Di Indonesia, perluasan perkebunan kelapa sawit umumnya terjadi di daerah yang digolongkan sebagai hutan dan antara 1/3 dan setengah dari rencana perluasan kelapa sawit akan dilakukan di lahan gambut dalam. Sampai 80% emisi CO2 Indonesia berasal dari perubahan peruntukan lahan, dan konversi hutan dan drainase lahan gambut merupakan penyebab utamanya. Tidak ada kontrol prosedural dan hukum yang memadai untuk mengendalikan perluasan ini dan kebijakan nasional sendiri pada hakikatnya bertentangan, di satu sisi berpihak pada perluasan industri kehutanan, industri ekstraktif dan perkebunan kelapa sawit secara cepat untuk keperluan bahan bakar nabati dan minyak goreng, di sisi lain terikat pada komitmen untuk mengurangi emisi CO2 secara signifikan.
Pemberian ijin berlebih dengan mengatasnamakan pendapatan asli daerah (PAD) juga terjadi di sektor pertambangan, dimana banyak sekali kawasan perijinan pertambangan yang mengorbankan kawasan hutan serta tidak mengindahkan keadilan antar generasi. Sementara itu, sebagai dampak dari hilangnya fungsi ekologi suatu kawasan, maka pelepasan emisi karbon tidak dapat dihindari lagi. M odel pembangunan yang sangat tergantung pada ekstraksi sumberdaya alam, pengembangan industri skala besar dan pola konsumsi yang berlebihan sudah saatnya digantikan dengan model pembangunan baru yang jauh lebih ramah lingkungan, berkeadilan dan berkesinambungan. Model pembangunan baru yang mengedepankan keseimbangan daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup, mengutamakan dialog dan penghargaan pada keragaman, pluralisme dan kemitraan, serta semangat berbagi dan kesetiakawanan. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
33
lingkungan
Foto: Fitri - Serasi
Berita
Foto: www.dradio1034fm.or.id
Restorasi Sungai Ciliwung
Kali ciliwung dalam guinness book of record ternyata telah tercatat sebagai wc terpanjang di dunia Kali ciliwung dalam peta teater dan musik alam ternyata menyimpan musik orkestra yang paling unik dan ganjil di dunia.
B
egitu dua bait terakhir puisi berjudul “Ciliwung Teater Orkestra” karya Slamet Widodo. Dalam puisi yang dilansir Kompas.com
34
pada 2008 itu, dengan gaya canda sarat sentilan penyair asal Solo ini menceritakan potret kehidupan warga di bantaran Sungai Ciliwung. Puisi itu menggambarkan betapa kotor dan joroknya sungai yang melintasi Kota Bogor sampai Jakarta, sepanjang 120 dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar 440 kilometer itu. Sungai Ciliwung yang konon diambil dari nama Prabu Haliwungan – mertua dari Prabu Siliwangi - itu, pernah menjadi berkah bagi masyarakat pada masa Kerajaan Pajajaran. Namun dengan berjalannya waktu, sungai yang oleh Prabu Siliwangi selalu dijaga kelestarian dan
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Foto: Fitri - Serasi
Belajar dari Negeri Keajaiban Sungai Han kebersihan ekosistem sungainya, kini sungguh merana. Sungai Ciliwung bukan lagi aliran sungai yang mendatangkan keberkahan, kini ia justru menjadi ‘momok’ menakutkan warga provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Setiap tahun, airnya yang keruh dan beracun menjadi tamu tak diundang, merusak dan menghancurkan harta, bahkan merengut jiwa, tanpa ampun. Tidak sekali dua kali saja pemerintah daerah hingga pusat, bahkan Lembaga Swadaya Masyarakat serta aktivis lingkungan berusaha melakukan pembenahan
Foto: Fitri - Serasi
Ini merupakan langkah awal menyelamatkan Sungai Ciliwung agar dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat,” kata Balthasar.
Sungai Ciliwung, namun belum mampu melepaskan Jakarta dari banjir akibat luapan aliran sang legenda itu. Masalahnya, aliran Sungai Ciliwung yang melintasi tengah kota Jakarta banyak melalui perumahan padat dan pemukiman kumuh. Sungai Ciliwung merupakan sungai terparah kerusakannya dibanding 12 sungai lain yang mengalir di Jakarta. DAS dibagian hulu yakni di Puncak dan Bogor yang semula hijau dan banyak pohon yang berfungsi sebagai resapan air, kini berubah menjadi beton. Sementara DAS di Jakarta, mengalami penyempitan dan pendangkalan yang juga disebabkan oleh pemukiman padat dan sampah. Restorasi Sungai Ciliwung Pada 23 November lalu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengatakan, akan melakukan pembenahan Sungai Ciliwung sepanjang 35 kilometer mulai bulan Januari 2013. Untuk itu, sekitar 34 kepala keluarga
yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung akan direlokasi ke rumah susun sewa yang akan segera dibangun oleh Pemrov DKI dan pemerintah pusat. Sejalan dengan itu, akan dilakukan restorasi Sungai Ciliwung yang merupakan bagian dari pemulihan 13 sungai di seluruh Indonesia. Mulai 2012, program yang bernama Demonstration Project Restorasi Sungai Ciliwung ini akan berlangsung selama 36 bulan. Proyek yang menelan biaya sekitar Rp 81 miliar ini, diawali dengan rancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pengerukan sungai dan konstruksi IPAL. Instalasi IPAL tepatnya akan dibangun di badan sungai, sementara bagian atasnya dipergunakan untuk pusat pendidikan dan pelatihan, serta fasilitas ramah lingkungan yang bisa dinikmati masyarakat. Untuk itu, pada 3 Desember 2012 lalu Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya MBA, bersama
Menteri Lingkungan Hidup Korea Selatan, Yoo Young Sook, menandatangani Plan of Inplementation Pilot Project Restorasi Sungai Ciliwung yang berlokasi di pelataran Masjid Istiqlal, Pasar Baru. “Ini merupakan langkah awal menyelamatkan Sungai Ciliwung agar dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat,” kata Balthasar. Pada saat yang sama juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman tentang pengelolaan Lingkungan hidup dan membangun kerjasama untuk pembangunan berkelanjutan. KLH telah membentuk Rencana Umum Pemulihan Lingkungan Sungai Ciliwung 2010 – 2030. “Program itu diharapkan dapat mewujudkan kualitas air sesuai sasaran yang diinginkan di masa depan dengan melakukan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan sumgai,” tutur MenLH lagi. Sungai Han Terpilihnya Korea Selatan dalam program tersebut lantaran negara asal pesepak bola Park Ji Sung ini, berhasil menangani pencemaran limbah industri
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
35
lingkungan
Foto: Fitri - Serasi
berita
di Sungai Han. “Korea dulu mengalami pencemaran sungai. Tapi kaami memiliki kebijakan teknologi itu untuk mengatasi masalah tersebut. Kini saatnya berbagi ke negara lain,” kata Yoo Young Sook, MenLH Korsel. Sungai Han merupakan sungai terbesar keempat di Korea. Sungai yang memiliki panjang 514 kilometer ini, melintasi kota Seoul – ibukota Korea Selatan – dan bermuara di Sungai Kuning, Cina. Seperti Sungai Ciliwung, sungai yang pernah menjadi rebutan tiga kerajaan di Korea ini pun memiliki nilai historis yang sangat tinggi . Namun, karena pesatnya perkembangan industrialisasi Sungai Han yang merupakan icon dari Korea Selatan itu pernah mengalami pencemaran yang serius. “Kerusakan sungai bisa diatasi karena kami melakukan restorasi,” kata Yoo Young Sook. Alhasil, Sungai Han kini menjadi salah satu objek wisata
36
utama di Seoul. Disepanjang sungai ini fasilitas umum seperti track sepeda, fasilitas olahraga, tempat bermain anak, kafetaria, dan toilet, dibangun dengan sangat baik. Pada akhir pekan, banyak muda-mudi dan keluarga yang berekreasi disekitar pinggiran sungai Han, sambil menikmati keindahan The Banpo Bridge (Jembatan pelangi). Wisata air seperti ski boat , kapal pesiar, dan “perahu bebek” dapat dengan mudah disewa. Terlebih lagi sejak “Gangnam Style” mewabah ke seluruh dunia, distrik Gangnam yang terletak di dekat Sungai Han ikut menjadi pupuler. Meski lagu yang dinyanyikan oleh SPY ini berisi kritik sosial kehidupan di distrik tersebut, toh kawasan super elite yang berlokasi di sebelah selatan Sungai Han itu kini menjadi incaran turis mancanegara. Tentu kita tak bermimpi kelak perkembangan kawasan di bantaran Sungai Ciliwung
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
sepesat Distrik Gangnam. Sebab tujuan restorasi Sungai Ciliwung adalah awal menyelamatkan seungai ini agar lebih bermanfaat bagi masyarakat dan daerah yang dilaluinya. Setidaknya, program ini dapat mengembalikan fungsi sungai sebagai sistem pengendali banjir, sistem ekologi, sarana edukasi, sosial, dan budaya. “Kondisi Sungai Ciliwung dari tahun tahun ketahun dan dari hulu ke hilir kian memperihatinkan. Bahkan, Sejak tahun 1990, telah kehilangan fungsinya baik sebagai sumber kehidupan maupun transportasi dan ekonomi masyarakat,” tutur Balthasar. Dengan restorasi kelak Sungai Ciliwung dapat menambah ruang publik bagi masyarakat kota Jakarta untuk dapat menikmati lingkungan hidup yang lebih baik. Jadi, tak ada lagi predikat WC terpanjang atau keranjang sampah terbesar di dunia. n
Aksi Mahasiswa Cinta Lingkungan Mahasiswa Universitas Indonesia adakan kampanye cinta lingkungan di Depok.
S
emangat cinta lingkungan, tampaknya kini telah ‘merasuki’ generasi muda. Salah satu buktinya adalah kampanye yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Para pemuda yang tergabung dalam Departemen Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonedia (DLH BEM UI) itu, menggelar acara UI Youth Environmental Action (UI YEA). Acara yang digelar pada 30 November, 1 Desember dan 8 Desember 2012 ini berupa kampanye. Tujuannya, menyebar semangat cinta lingkungan kepada masyarakat dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya melahirkan lahan hijau dan meminimalisir sampah serta ketersediaan air yang terjaga
kebersihannya. Semua ini merupakan bukti kepedulian mahasiswa akan keadaan bumi yang semakin hari semakin menyedihkan. Selain itu juga karena apatisme manusia yang tinggi yang dapat membuat bumi bukan lagi tempat yang nyaman untuk hidup. UI YEA memiliki tiga kegiatan. Hari pertama pada 30 November 2012, bernama UI YEA Goes to School. Kegiatannya berupa kampanye dalam bentuk penyuluhan untuk siswa siswi SD, SMP, dan SMA yang berlokasi di Kota Depok. Sekolah yang didatangi tim UI YEA ini adalah MTs Al Husna dan SD Parung Bingung. Metode yang digunakan pada UI YEA Goes to School ini adalah Focus Group Discussion (FGD). Dalam kegiatan ini
dilakukan juga pembuatan kebun sekolah yang mengikutsertakan siswa siswi dalam menananm bibit pohon di halaman sekolah. Selanjutnya, pada 1 Desember 2012, para mahasiswa membagik an goodie bag, baju, dan benih pohon kepada warga di salah satu kelurahan di Kota Depok yang kondisinya sangat mempr ihatink an. Dalam kegiatan yang bernama UI YEA Door to Door ini, para warga diikutsertakan dalam penanaman bibit pohon di halaman rumah. Puncak acara UI YEA ditutup dengan Festival Green Campus for Green City yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 lalu. Dimulai dengan flash mob dan freeze mob, dengan membagikan media kampanye lingkungan seperti pin, gantungan kunci, dan stiker kepada para pengguna jalan Margonda dan diakhiri di halaman kantor Balai Kota Depok. Kemudian dilanjutkan dengan beragam acara seperti talk show, stand komunitas, bazaar, pameran karya pelajar peserta UI YEA Goes to School, permainan bertema lingkungan, talkshow, memutar video kampanye lingkungan dan sebagainya. Adanya UI YEA itu diharapkan dapat menimbulkan inisiatif pada semua pihak agar lebih peduli terhadap lingkungan. Sehingga mulai bertindak untuk lingkungan, meskipun kecil tapi hal ini bisa mengubah bumi dan lingkungan kearah yang lebih baik. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
37
gojiberry Buah berry memang terkenal banyak mengandung vitamin dan antioksidan, tak terkecuali Goji Berry. Namanya mungkin masih asing terdengar, tapi jangan ditanya khasiatnya.
38
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Foto: Fashionminutes.com
Goji berry mengandung anti oksidan yang mampu melawan
Foto: Tumblr.com
radikal bebas dab membantu mencegah kerusakan dan kehancuran sel serta melawan penuaan dini. Selain itu, 11 essens, 22 trace mineral, 6 vitamin, dan 18 asam amino terdapat pada buah ini juga membantu kerja antioksidan agar lebih optimal. Manfaat buah ini tidak sampai di situ, Goji berry juga mengandung Vitamin A yang berfungsi sebagai pencegah penuaan dan yang terpenting Goji Berry mampu meningkatkan fungsi otak dan memiliki efek pencegahan terhadap penyakit degeneratif seperti Alzheimer. n Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
39
tips
Mengelola Sampah Rumah Tangga Lakukan Pemisahan Sampah Antara Yang Organik Dengan Anorganik. Hal ini membantu
1
kita untuk memudahkan pembuangan sampah. Sampah organik bisa Anda daur ulang menjadi kompos untu koleksi tanaman Anda, sementara anorganik bisa Anda daur ulang untuk membuat barang baru. Misalmnya memanfaatkan kaleng bekas untuk pot tanaman atau celengan.
4
Menutup tempat sampah agar terlihat lebih rapi, dan aman dari gangguan binatang yang senang mengutak-atik sampah seperti tikus atau kucing.
Kurangi Penggunaan BarangBarang Tertentu, Seperti Plastik.
Biasakan selalu membawa tas
kain sebagai pengganti plastik atau membeli barang-barang tertentu dengan kemasan yang paling besar agar tidak boros kemasan.
40
2
Tutup Tempat Sampah.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
3
Letakkan Tempat Sampah Di Tempat Yang Terlindung Dari Panas Dan Hujan.
Ini bertujuan untuk menghindari bau yang kurang sedap apabila sampah terkena air dan menghindari munculnya binatang-binatang yang tidak diinginkan seperti tikus, kecoak, dan sebagainya.
Foto : http://gardenswag.com
Peterseli Peterseli (Petroselinum cripsum) merupakan jenis tanaman hijau yang mengandung banyak zat besi. Tanaman ini juga mampu mengehtikan sel-sel kanker payudara pada jenis tumor tertentu dan mencegah perkembangannya. Peterseli dapat digunakan sebagai pengobatan rumah yang efektif untuk kesehatan jantung karena mengandung unsur-unsur yang membantu menjaga pembuluh darah. Peterseli dapat dikonsumsi sebagai minuman dengan cara dididihkan selama beberapa menit dan diminum beberapa kali sehari. n
Foto : http://digilib.petra.ac.id
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA