ANALYZE RELATIONSHIP THE DIETERY HABIT AND DYSPEPSIA SYNDROME IN ADOLESCENT (Studies on students in SMK Bina Putera Nusantara pharmaceutical majors Tasikmalaya City )
Fauzy Lesmana Putra1) Nur Lina dan Siti Novianti2) Student Faculty Of Health Science Specialization Epidemiology1) Siliwangi University (
[email protected]) Epidemiology Section Supervisor Faculty Of Health Sciences2) Siliwangi University ABSTRACT
Dyspepsia syndrome is a very common gastrointestinal complaint among the public, especially adolescents. Dyspepsia syndrome is a symptoms such as pain, feeling unwell upper abdomen that persist or episodic by complaints such as feeling full while eating, nausea, bloating, vomiting and belching. Causes dyspepsia syndrome have one dietary habit that will be evidenced in this study. This study aimed to analyze the relationship between dietary habit and the dyspepsia syndrome in adolescents SMK Putera Bina Nusantara. In this study using cross sectional analytical study with a population of as many as 372 people pharmaceutical majors and a total sample of 57 people taken by using simple random sampling technique. Analysis of data using statistical test chi square. Researchers obtained the respondents whose dietary habit are poor (40.4%), the incidence of dyspepsia syndrome ie 35 persons (61.4%). Data analysis showed the results of a p-value of 0.01 probability of less than 0.05. It means that there is a relationship between diet and dyspepsia syndrome in SMK Bina Putera Nusantara pharmaceutical majors. Of the results of this study can be concluded that the dyspepsia syndrome in the respondents were consistent with poor diet. Researcher s advice to respondents to be more disciplined in the schedule to eat well and for the school to be more disciplined in monitoring their students dietary habit.
Reference
: (1987-2014)
Key Words
: Dyspepsia Syndrom, Dietery habit, Adolescent
ANALISIS POLA MAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA (Studi Pada Siswa-Siswi SMK Bina Putera Nusantara Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015)
Fauzy Lesmana Putra1) Nur Lina dan Siti Novianti2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi ABSTRAK
Sindrom dispesia merupakan keluhan gastrointestinal yang banyak dirasakan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, mual, kembung, muntah dan sendawa. Sindrom dispepsia mempunyai penyebab salah satunya adalah pola makan yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK Bina Putera Nusantara. Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 372 siswa-siswi jurusan farmasi dan jumlah sampel sebanyak 57 orang diambil dengan menggunkan teknik Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik chi Square. Peneliti memperoleh responden yang pola makanya kurang baik (40,4%), angka kejadian sindrom dispepsia yaitu 35 orang (61,4%). Hasil analisis data menunjukan hasil nilai p sebesar 0,01 probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada siswa-siswi SMK Bina Putera Nusantara jurusan farmasi. Saran peneliti kepada responden agar lebih disiplin dalam mengatur pola makan. Saran untuk pihak sekolah agar guru ikut serta dalam memberikan penjelasaan mengenai pola makan yang baik. Saran peneliti selanjutnya untuk memperbaiki instrumen penelitian menjadi lebih tajam dan akurat dalam menggali informasi responden misalnya dengan menggunakan rancangan studi case control.
Kepustakaan
: (1987-2014)
Kata Kunci
: Sindrom Dispepsia, Pola Makan, Remaja
1. PENDAHULUAN Produktivitas pada usia remaja dapat tercermin pada prestasi belajarnya. Gangguan kesehatan sekecil apapun akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Salah satu penyakit pencernaan yang sering dikeluhkan kelompok remaja adalah sindrom dispepsia. (Andri, 2011). Sindrom dispepsia merupakan keluhan yang sering dapatkan pada populasi di dunia mencapai 13-40% setiap tahunnya (WHO,2007). Amerika dan negara Eropa didapatkan prevalensi sindrom dispepsia sekitar 25%, di daerah Asia Pasifik sindrom dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 – 20%(Kusmobroto H, 2003), di Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik umum adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus sindrom dispepsia. Pasien yang datang berobat ke praktik gastroenterologist terdapat 60% dengan keluhan sindrom dispepsia. Profil kesehatan tahun 2010 menyatakan bahwa sindrom dispepsia menempati urutan ke-5 dari 10 besar penyakit dengan pasien yang dirawat inap dan urutan ke - 6 untuk pasien yang dirawat jalan(Depkes RI, 2010). Angka kejadian sindrom dispepsia di masyarakat
tergolong tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada komunitas remaja di Inggris selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones,dkk 2008) .Gejala sindrom dispepsia sangat bervariasi, baik dalam gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu. Gejala yang dirasakan penderita seperti rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan
terakhir
(Djojoningrat D, 2009) Salah satu faktor yang berperan pada kejadian sindrom dispepsia adalah pola makan,
selain jenis - jenis makanan yang di konsumsi oleh remaja
seperti sering mengkonsumsi makanan pedas dan asam, pola makan yang tidak teratur seperti jadwal makan yang tidak sesuai sehingga menyebabkan kadar asam lambung tinggi dan menyebabkan sindrom dispepsia. (Sudoyo 2009, diacu dalam susilawati). Survei pendahuluan pada 20 orang siswa dan siswi yang dilakukan di SMK BPN jurusan farmasi di Jl. Liung gunung No.261 Panyingkiran –
Indihiang & Jl. Sukarindik No.63 A Tasikmalaya, terdapat 85% mengalami sindrom dispepsia yang ditandai dengan keluhan berupa nyeri epigastrium yang disertai dengan rasa terbakar didada dan juga mual yang terjadi selama 3 bulan terakahir dalam beberapa kali seminggu dan 15% sisanya tidak mengalami sindrom dispepsia. Dari uraian tersebut maka penting untuk melakukan penelitian “Analisis Pola Makan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Remaja” Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 372 orang siswa-siswi SMK Bina Putera Nusantara Tasikmalaya jurusan Farmasi. Jumlah sampel sebanyak 57 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel (Notoatmojo,2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner berupa angket mengenai diagnosa sindrom dispepsia dan pola makan. 3. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Kelas di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Kelas X XI XII Total
F 25 20 12 57
% 43,9 35,1 21,1 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat jumlah responden berasal dari kelas X dengan jumlah 25 orang (43,9%), jumlah
kelas XI sebanyak 20 orang (35,1%) dan jumlah responden kelas XII adalah 12 orang (21,1%) Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Umur 14 15 16 17 Total
F 3 20 15 19 57
% 5,3 35,1 26,3 33,3 100
Responden penelitian berumur antara 14 sampai dengan 17 tahun dengan persentase umur tertinggi adalah 15 tahun (35,1%) dan yang paling rendah adalah 14 tahun (5,3%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan
tabel
F 13 44 57 4.3
% 22,8 77,2 100 di
atas
menunjukan
bahwa
responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 44 orang (77,2%) sedangkan laki-laki berjumlah 13 orang (22,8%)
B. Analisis Univariat Tabel 4.7 Distribusi Ketegori Pola Makan Responden Di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Kategori pola makan Kurang baik Baik Total
F 34 23 57
(%) 59,6 40,4 100
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa responden yang mempunyai pola makan kurang baik berjumlah 34 orang (59,6%) dan responden yang mempunyai pola makan baik berjumlah 23 orang (40,4%). Hasil Analisis di atas menunjukan bahwa pola makan kurang baik lebih banyak dari pada pola makan baik. Tabel 4.9 Distribusi Sindrom Dispepsia Berdasarkan Kategori Di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi 2015 Sindrom Dispepsia Ya Tidak Total
F 35 22 57
(%) 61,4 38,6 100.
Berdasarkan tabel 4.9 jumlah responden yang mengalami sindrom dispepsia berjumlah 35 orang (61,4%) sedangkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia sebesar 22 orang (38,6%). Hasil analisis dari tabel di atas menunjukan bahwa responden yang mengalami sindrom dispepsia lebih besar dari pada responden yang tidak mengalami sindrom dispepsia C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Tabel 4.11 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi 2015
Pola Makan
Sindrom Dispepsia Ya Tidak F % F %
F
%
Kurang baik
26
34
59,6
Baik
9
74,3
8
36,4
Total
p
OR (95% CI) 5,056
0,01 25,7
14
63,6
23
40,4
1,596-16,013
Tabel 4.10 menunjukan bahwa responden yang mempunyai pola makan kurang baik lebih banyak yang mengalami sindrom dispepsia (74,3%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia (36,4%). Sedangkan responden dengan pola makan baik lebih banyak tidak mengalami sindrom dispepsia dengan (63,6%) dibandingkan dengan responden yang mengalami sindrom dispepsia (25,7%) Uji hipotesis menggunakan metode Chi-square tabel 2x2 dan nilai yang di pakai dalam penelitian ini adalah contuniuity correction , nilai significacy-nya sebesar 0,010. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai p sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05, artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja. Dengan OR = 5,056 maka responden dengan pola makan yang kurang baik 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik.
4. PEMBAHASAN Hubungan Pola Makan Dengan Sindrom dispepsia Berdasarkan penelitian hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja yang menggunakan uji statistik Chi square didapatkan hasil p<0,05 (pvalue =0,01) yang berarti ada hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi tahun 2015. Selain itu berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa nilai OR = 5,056 ini berarti responden dengan pola makan yang kurang baik memiliki resiko 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik. Salah satu faktor yang berperan pada kejadian sindrom dispepsia adalah pola makan (Djojoningrat, 2001). Selain jenis makanan yang dikonsumsi seperti makanan pedas dan asam, ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk dan jadwal waktu makan yang tidak teratur menyebabkan terjadinya sindrom dispepsia (Eschleman, 1984).
5. SIMPULAN a. Responden yang memiliki pola makan baik sebesar 40,4% sedangkan responden yang memiliki pola makan kurang baik sebesar 59,6%. b. Responden
yang
mengalami
sindrom
dispepsia
sebesar
61,4%
sedangkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia sebesar 38,6% c. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,01 < 0,05, artinya Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK BPN Tasikmalaya pada siswa-siswi jurusan farmasi dengan OR 5,056 maka responden dengan pola makan yang kurang baik 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik.
6. SARAN a. Bagi siswa SMK BPN Tasikmalaya Peneliti menyarankan agar siswa-siswi menjaga pola makan dengan baik lebih disiplin dalam mengatur jadwal makan serta menghindari makanan yang pedas b. Bagi Sekolah SMK Bina Putera Nusantara Tasikmalaya Peneliti
menyarankan
agar
guru
ikut
serta
dalam
memberikan
penjelasaan mengenai pola makan yang baik agar siswa termotivasi untuk menjaga pola makannya. c. Peneliti selanjutnya Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki instrumen penelitian menjadi lebih tajam dan akurat dalam menggali informasi responden, mempertimbangakan rancangan studi lain guna mempererat hubungan sebab akibat yang mungkin terjadi, misalnya dengan menggunakan rancangan studi case control.
DAFTAR PUSTAKA Djojoningrat D. 2001. Dispepsia Fungsional. Di dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3th Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Escheleman, m.m,. 1984 Introduci Nutrition and Diet Theraphy. Pennysylvania: Lipinccott company, 345-346 Ganoong, Wiliam F. 2008. Buku Ajar Fisikolog UI. Jakarta: ECG Penerbit Harahap, Yanti. 2009. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha
Friska
Medan
Tahun
2007.
Diambil
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14681/1/10E00274.pdf [diakses 20 Mei 2015] Reshetnikov O. V. Etc. 2007, Prevalence Of Dyspepsia And Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent Of Novosibirsk, Institute of internal medicine Russia. Int. 3 circumpolar health 60 (2): 253. (online), (www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed.) [diakses : 3 Maret 2015 ] Sarwono, S.W. Teori-Teori Psikologi Sosial. Dalam buku: Psikologi Sosial. Jakarta. Balai pustaka. 2005.h.14-20
Sayogo S. 2007, Gizi Remaja Putri, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia, FKUI. Jakarta. Susanti A. (2011) Faktor Resiko Dispepsia Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Instituti Pertanian Bogor.
Tarigan CJ. 2003. Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. Medan: Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.