ANALYSIS DAN APPRAISAL TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN METODE RASIO CAMEL
TUGAS AKHIR
Disusun oleh : Nama : Puji Setiyo Sinaga NIM : 20106020
JURUSAN SYARIAH ROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN SALATIGA 2009
PENGESEHAN TUGAS AKHIR
JUDUL TUGAS AKHIR :
Analysis dan Appraisal Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Metode Rasio CAMEL.
NAMA
:
Puji Setiyo Sinaga
NIM
:
20106020
PROGRAM STUDI
:
Keuangan dan Perbankan Islam
Telah dipertahankan di depan Sidang Munaqasyah pada tanggal 20 Aggustus 2009, dan dinyatakan lulus sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Islam (A.Md. E.I.,)
Pembimbing Tugas Akhir
Penguji
Mochlasin, M.Ag., NIP: 197109232006041002
Drs. H. Alfred L, M.Si., NIP: 150250488
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Yth. KETUA STAIN Salatiga DiTempat Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudara : Nama
: Puji Setiyo Sinaga
NIM
: 20106020
Judul
: Analysis dan Aprraisal Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Metode Rasio CAMEL
Dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing
Mochlasin, M.Ag., NIP: 197109232006041002
ANALYSIS DAN APPRAISAL TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN METODE RASIO CAMEL
TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Islam (A.Md, E.I.,) Pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam
Disusun oleh : Nama : Puji Setiyo Sinaga NIM : 20106020
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN SALATIGA 2009
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan program Studi D3 Keuangan dan Perbankan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Nageri STAIN Salatiga Selain itu penulis juga dapat mencoba menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja. Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak DR. Imam Sutomo, M.Ag., (Ketua STAIN Salatiga). 2. Bapak H. Agus Waluyo, M.Ag., (Ketua Program Studi D3 Keuangan dan Perbankan Islam). 3. Bapak Mochlasin, M.Ag., (Pembimbing Tugas Akhir). 4. Bapak Drs. Alfred L. M.Si., (Penguji Tugas Akhir). 5. Bapak Imam Mustiantoko (Kepala Bidang Manajemen Intern Kantor Bank Indonesia Semarang). Atas izinnya memberikan tempat praktek magang. 6. Bapak Syafri Amin (Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kantor Bank Indonesia Semarang). Atas izinnya memberikan tempat praktek magang.
7. Bapak Bambang Triyanto (Kepala Seksi Informasi Data dan Administrasi Bank Kantor Bank Indonesia Semarang). Atas izinnya memberikan tempat praktek magang. 8. Bapak Widiyono (Pembimbing Praktek Lapangan di Bagian Informasi Data dan Administrasi Bank Kantor Bank Indonesia Semarang). Atas berkenan bimbingannya selama praktek. 9. Bapak Drs. Moch Risun, M.Si., (Orang tua/wali) atas bimbingan, bantuan doa dan dorongan semangatnya, sehingga penulis mampu praktek magang dengan lancar dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan baik. 10. Mama tercinta Siti Amirah (Orang tua) atas bantuan doa dan dorongan semangatnya, sehingga penulis mampu praktek magang dengan lancar dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan baik.
11. Nenek Suparmi tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan spiritual, sehingga penulis mampu praktek magang dengan lancara dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan baik. 12. Seluruh dosen D3 Keuangan dan Perbankan Islam STAIN Salatiga, atas dukungan dan bantuannya selama menjadi pengajar penulis. 13. Sahabat baik Nurul Faizah, A.Md, E.I., Atas dukungan, perhatian, semangat dan doa bagi penulis selama penyusunan tugas akhir. 14. Seluruh sahabat dan teman-teman baik di program studi D3 Keuangan Perbankan Islam atau di Kampus STAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini, dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Salatiga, 20 Aggustus 2009 Penulis
Puji Setiyo Sinaga 20106020
ABSTRAK
Lembaga keuangan baik yang berbentuk bank, atau bank perkreditan rakyat (BPR), dan lainnya mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat. Yaitu sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dan pihak yang kekurangan dana (minus). Kemudian bank menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Seluruh bank atau bank perkreditan rakyat (BPR) dalam hal untuk mengetahui tingkat keamanan dana yang telah ditanamkan atau kemudian telah disalurkan kepada pihak kekurangan dana oleh deposan, maka suatu bank harus memperhatikan tingkat kesehatannya. Seperti halnya dalam peraturan yang tertuang di pasal 29 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang berbunyi: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aktiva, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Sementara penilaian kesehatan bank dapat menggunakan CAMEL, yang mana meliputi pengukuran pada aspek Capital (permodalan), Assets (kualitas aktiva produktif), Management (kualitas manajemen), Earnings (rentabilitas atau kualitas memperoleh laba), Liquidity (likuiditas). Setelah dinilai dan dianalisis melalui berbagai rasio tersebut, maka bank akan mendapatkan hasil dengan predikat tidak sehat (0-51%), kurang sehat (51-66%), cukup sehat (66-81%) dan sehat (81-100%).
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………..……….i HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR………………………..…….ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..……….iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………..………..iv KATA PENGANTAR………………………………………………………v ABSTRAK……………………………………………………………......viii DAFTAR ISI……………………………………………………………..viiii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………..………1 B. Rumusan Masalah…………………………………………5 C. Tujuan dan Kegunaan..........................................................5 D. Metode Penelitian................................................................7 E. Sistematika Penulisan..........................................................9
BAB II
: LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka 1. Pengertian Bank...........................................................11 2. Pengertian Pendapatan.................................................13 3. Pengertian Kesehatan Bank dan Aturan Kesehetan Bank.............................................................................14
4. Produk-produk BPR.....................................................26 BAB III
: LAPORAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Bank Indonesia 1. Sejarah Pendirian.........................................................33 2. Struktur Organisasi......................................................35 3. Tugas Pokok Bidang Perbankan Bagian Informasi dan Administrasi Bank………………………………...…36 4. Produk Pokok Bidang Perbankan Bagian Informasi dan Administrasi Bank…………………………………...38 5. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank ………….39 6. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank….…40 7. Kewajiban BPR dalam Penyampain Laporan kepada BI………………………………………….....42 B. Data-data Diskriptif……………………………………...43
BAB IV
: ANALIS A. Capital (Permodalan)…………………………….…........47 B. Assets (Kualitas Aktiva Produktif/KAP)…………...........49 C. Management (Kemampuan manajemen).….…………….51 D. Earnings (Rentabilitas)…………………………………..55 E. Liquidity (Likuiditas)…………………………………….57
BAB V
: KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………………………………………………61 B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK
Lembaga keuangan baik yang berbentuk bank, atau bank perkreditan rakyat (BPR), dan lainnya mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat. Yaitu sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dan pihak yang kekurangan dana (minus). Kemudian bank menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Seluruh bank atau bank perkreditan rakyat (BPR) dalam hal untuk mengetahui tingkat keamanan dana yang telah ditanamkan atau kemudian telah disalurkan kepada pihak kekurangan dana oleh deposan, maka suatu bank harus memperhatikan tingkat kesehatannya. Seperti halnya dalam peraturan yang tertuang di pasal 29 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang berbunyi: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aktiva, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Sementara penilaian kesehatan bank dapat menggunakan CAMEL, yang mana meliputi pengukuran pada aspek Capital (permodalan), Assets (kualitas aktiva produktif), Management (kualitas manajemen), Earnings (rentabilitas atau kualitas memperoleh laba), Liquidity (likuiditas). Setelah dinilai dan dianalisis melalui berbagai rasio tersebut, maka bank akan mendapatkan hasil dengan predikat tidak sehat (0-51%), kurang sehat (51-66%), cukup sehat (66-81%) dan sehat (81-100%).
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, bukan
sekedar sebagai sumber dana bagi pihak yang kekurangan dana (defisit unit) dan sebagai tempat penyimpanan uang bagi pihak yang kelebihan dana (surplus unit), tetapi memiliki fungsi-fungsi lain yang semakin meluas saat ini. Terlebih lagi karena kemajuan perekonomian dan semakin tingginya tingkat kegiatan ekonomi, telah mendorong bank untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberi kepuasan dan kemudahan-kemudahan, seperti menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga, dan penawaran jasa-jasa keuangan lainnya. Tentu saja keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh aktivitas ekonomi masyarakat dan ini menempatkan bank menjadi sebuah lembaga keuangan yang sangat strategis. Kinerja industri diatas didukung oleh kelembagaan yang terdiri dari 1771
1
kantor BPR di
2
Indonesia yang terbagi atas 32 wilayah Propinsi [BI, per Desember 2008]. Cukup banyaknya pendirian BPR tersebut menunjukkan adanya peningkatkan minat investor untuk ikut terlibat dalam pengembangan usaha kecil yang merupakan pangsa pasar BPR. Hal tersebut juga menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap prospek BPR. Dilihat dari perkembangan Bank Perkreditan Rakyat, data yang bersumber dari [Antaranews.com, 11/3/09] menunjukkan. Dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (Desember 2000-Desember 2008), industri BPR tumbuh signifikan tercermin dari pertumbuhan aset 27,65 persen, pertumbuhan kredit 27,87 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga 27,86 persen per tahun. Sedangkan data Bank Indonesia yang dilangsir di www.bi.go.id menunjukkan, jumlah BPR mencapai 1.771 BPR perDesember 2008, kedapatan total aset dari Rp 28,05 (per-Januari 2008) naik 8,6% menjadi Rp 32,53 triliun (per-Desember 2008). Pencapaian kinerja industri BPR diatas, dalam pengalaman selama krisis memberikan beberapa pelajaran yang cukup berharga tentang beberapa isu kritis dalam mencapai industri BPR yang mampu melayani dan menjangkau target pasarnya secara berkelanjutan (Sustainable Outreach), yaitu (1) Ownership and Governance yaitu tuntutan kepada
3
manajemen untuk bertindak secara profesional dan tidak terpengaruh oleh intervensi pemilik dalam mengelola kegiatan usaha BPR berdasarkan prinsip kehatian-hatian yang ditetapkan oleh otoritas perbankan, (2) Good Management yaitu manajemen BPR yang profesional yang didukung oleh kualitas SDM yang memadai untuk meningkatkan kompetensi dalam menghadapi persaingan yang ada, (3) Viability yang mencakup Economic dan Funding Liability yaitu kemampuan untuk meningkatkan efisiensi usaha dan menciptakan pendanaan yang sehat untuk meminimalisir risiko likuiditas, serta (4) Customer Orientation yang merancang jasa keuangan yang dibutuhkan oleh nasabah dengan produk-produk yang inovatif. Untuk mencapai industri BPR yang tangguh, pengembangan yang dilakukan dewasa ini dilakukan dalam kerangka strategi blue print BPR yang
mencakup
penguatan
kapasitas
BPR
(Capacity
Building),
penyempurnaan secara berkelanjutan sistem pengaturan dan pengawasan bagi BPR serta penguatan infrastruktur pendukung. Penguatan kapasitas industri BPR dilakukan melalui pelaksanaan sistem pelatihan BPR bersertifikasi bekerjasama dengan Perbarindo dan GTZ Jerman. Bantuan biaya pelatihan oleh Bank Indonesia diharapkan akan membantu dan mendorong agar seluruh sumberdaya manusia BPR dapat berpartisipasi
4
dalam pelatihan dimaksud. Untuk mencapai sustainability pendidikan bagi SDM
BPR,
Bank
Indonesia
telah
memberlakukan
kewajiban
menganggarkan 5% dari biaya pendidikan dan pelatihan bagi SDM BPR. Pada
sisi
sistem
pengaturan
dan
pengawasan
BPR
dilakukan
penyempurnaan terhadap aturan tentang CAR, BMPK, KAP, PPAP. Selain itu, untuk memelihara kepercayaan terhadap BPR sebagai suatu industri telah disusun konsep fit and proper test bagi pengurus dan pemilik BPR. Dari sisi pengaturan infrastruktur, dilakukan upaya untuk memberdayakan peran dan fungsi asosiasi, Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan yang mencakup BPR, mendorong terbentuknya lembaga pemeringkat (Rating Agency) serta mengkaji pembentukan Apex BPR yang sustainable. Dalam konteks menyeluruh, Apex merupakan infrastruktur penting yang diharapkan untuk meningkatkan efisiensi usaha BPR melalui beberapa fungsi seperti mengatasi kesulitan likuiditas sementara (Mismatch), menyediakan modal kerja baru dari anggota yang membutuhkan
melakukan
pengawasan
terhadap
anggota
serta
mengembangkan kapasitas dalam bentuk training dan teknologi informasi. Secara sempit, fungsi Apex adalah membantu BPR mengatasi mismatch,
5
yang dalam hal ini mirip dengan usaha koperasi, yaitu memobilisir dana bersama, mengelola dana tersebut serta meminjamkannya kepada anggota yang mengalami defisit dana. Agar bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter, lembaga perbankan dalam menjalankan usahanya harus senantiasa menjaga tingkat kesehatan bank yang menunjukkan kinerja (performance) usaha dari bank tersebut. Untuk mengukur kinerja suatu bank dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui 5 faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Yang mana analisis ini lebih dikenal dengan istilah analisis CAMEL. Di dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 6/10/PBI/ tanggal 12 April 2004, yaitu tentang sistem penilaian tingkat kesehetan bank. Bahwa Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan. Penilian ini mempunyai kententuan-ketentuan pokok seperti di dalam surat edaran Bank Indonesia, dimana semakin meningkatknya kompleksitas usaha dan profit resiko, Bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang timbul dari operasional
6
Bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi Bank tersebut, dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain sebagai sarana penetapan dan implementasi pengawasan terhadap Bank. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasan bank. Sebuah predikat kinerja suatu bank berdasarkan hasil identifikasi tingkat kesehatan merupakan tolak ukur bagi manajemen bank dalam menilai prestasi atas pengelolaan usahanya, sedang bagi Bank Indonesia sendiri, ini sangat penting
sebagai
dasar
dalam
menetapkan
arah
pembinaan
dan
pengembangan bank dan dengan teridentifikasinya tingkat kesehatan suatu bank, tentu ini sangat berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank, baik bagi pemilik dan pengelola bank, bagi masyarakat sebagai pengguna jasa bank dan juga bagi Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.
Dari uraian di ataslah yang kemudian menarik penulis untuk memilih judul ”Analysis dan Appraisal Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Metode Rasio CAMEL”.
7
B. Rumusan Masalah Dari Spaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana cara mengukur penilaian tingkat kesehatan BPR di bawah BI Semarang berdasarkan rasio CAMEL? 2. Bagaimana cara mengetahui
hasil penilaian akhir tingkat
kesehatan BPR di bawah BI Semarang berdasarkan rasio CAMEL C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui :
1. Untuk mrngetahui cara pelaksanakan
Bank Indonesia dalam
mengukur tingkat kesehatan Bank dengan metode CAMEL. 2. Mengetahui hasil penilain akhir tingkat kesehetan bank dengan metode CAMEL.
Penulisan diharapkan dapat berguna bagi semua pihak antara lain:
1. Bagi Bank Indonesia :
8
a. Dapat digunakan sebagai acuan bahan pertimbangan untuk menilai pada tingkat kesehatan bank sebagaimana untuk menjaga kelancaran operasional dan pelaksanaannya. b. Memperoleh manfaat berupa pemikiran baru, sehingga bisa menjadi masukan tersendiri bagi Bank Indonesia. c. Bank Indonesia dapat terbantu dalam mengidentifikasikan secara teoritik dalam mengelola hal – hal yang berkaitan dengan sistem manajamen pengawasan Bank.
2. Bagi Penulis :
a. Menciptakan sajian tulisan berbentuk karya tulis ilmiah yang berguna untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang didapat, baik saat dibangku kuliah maupun yang didapat dari luar bangku kuliah (seperti magang). Sehingga tulisan tersebut bisa bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mesetinya. b. Dapat melihat tolak ukur dan membuktikan diri sebagai penulis yang berkompeten serta pantas diperhitungkan untuk bersaing ketika memasuki dunia kerja.
9
c. Membuka pola pikir mahasiswa untuk lebih kreatif dalam membuat karya tulis ilmiah yang bisa memecahkan dalam masalah-masalah baru. d. Penulis bisa menciptakan sebuah karya tulis yang bagus, dan bila ada pihak yang membutuhkan informasi, baik penulis maupun Bank Indonesia bisa membagi informasi yang dibutuhkan tersebut. Sehingga dari hal itu tercipta kerjasama baru yang semakin berkembang.
3. Bagi Perguruan Tinggi :
a. Dengan adanya karya tulis ini, pihak Perguruan Tinggi akan tersumbang karya baru yang mana bisa memberikan kontribusi. b. Memberikan wahana baru tentang aspek penilain tingkat kesehatan bank serta metode lainnya
D. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Pengumpulan Data. a. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka
10
b Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna.
c. Data Internal Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, dan lain sebagainya.
d. Data Eksternal Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, dan lain sebagainya.
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
sebagai
berikut:
Wawancara, yang dimaksud adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dilakukan guna untuk memperoleh informasi dan keterangan langsung dari
11
informan. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang terkait yakni seperti pembimbing atau koordinator kegiatan, serta pihak lainnya
yang
bisa
membantu
dalam
melengkapi
data.
Observasi, yakni memperhatikan secara akurat, mencatat yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Yang dilakukan guna untuk mengamati dan mencatat kondisi objek dengan melihat pelaksanaan kegiatan. Telaah pustaka, berupa pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah yang sedang diteliti berupa buku, majalah, koran, web dan sebagainya. 3. Teknik Analisis Data Yang dimaksud dengan teknik analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan akan menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini teknik analisis yang dimaksud adalah pembimbing atau koordinator memberikan data kemudian didiskusikan mengenai kebenarannya.
12
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah: BAB I
BERISI………………………………………………… A. Latar Belakang Masalah…………………………… B. Rumusan Masalah………………………………….. C. Tujuan dan Kegunaan................................................ D. Metode Penelitian...................................................... E. Sistematika Penulisan................................................
BAB II
BERISI A. Telaah Pustaka........................................................... 1. Pengertian Bank................................................... 2. Pengertian Pendapatan......................................... 3. Pengertian
Kesehatan
Bank
dan
Aturan
Kesehetan Bank................................................... 4. Produk-produk BPR............................................. B. Kerangka Pemikiran Teoritik.....................................
13
BAB III
BERISI A. Gambaran Umum Bank Indonesia ………………… 1. Sejarah Pendirian................................................. 2. Struktur Organisasi.............................................. 3. Tugas
Pokok
Bidang
Perbankan
Bagian
Informasi dan Administrasi Bank…………….. 4. Produk
Pokok
Bidang
Perbankan
Bagian
Informasi dan Administrasi Bank……………… 5. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank ……. 6. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank 7. Kewajiban BPR dalam Penyampain Laporan kepada BI B. Data-data Diskriptif……………………………… BAB IV BERISI A. Capital (Permodalan)……………………………..... B. Assets (Kualitas Aktiva Produktif/KAP)…………... C. Management (Kemampuan manajemen).….………. D. Earnings (Rentabilitas)…………………………….. E. Liquidity (Likuiditas)……………………………….
14
BAB V
BERISI A. Kesimpulan………………………………………… B. Saran………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Bank
Istilah bank adalah berasal dari bahasa Italia banco yang berarti banku. Pada awalnya banco ini tempat menukar barang-barang yang mempunya nilai yang cukup tinggi. Dengan adanya kepercayaan yang semakin terhadap banco-banco ini, maka orang bukan saja menukarkan uang saja tetapi menyimpan uang tersebut pada bancobanco itu, sebab mereka menganggap banco ini tempat yang paling aman dan dapat dipercaya untuk menyimpan uang tersebut sewaktuwaktu dapat diambil dan dipergunakan untuk segala macam keperluan.
Pengertian Bank menurut Prof G.M Verryn Stuart : Bank adalah salah saru badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alatalat penukar baru berupa uang giral. Pengertian Bank menurut. H.
15
16
Malayu S.p Hasibuan : Bank adalah lembaga keuangan berarti Bank adalah badan usaha yang kekayaan terutama dalam bentuk asset keuangan (Financial Assets) serta bermotivasi profit dan juga sosial, jadi bukan mencari keuntungan saja. Sedangkan menurut undang – undang No. 10 tahun 1998 Pengertian Bank sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentu-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari rumusan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, juga menghimpun dana dari masyarakat yang berkelebihan dana dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Menurut undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan pada Bab II, Azas. Fungsi dan Tujuan Perbankan adalah sebagai berikut : Perbankan Indonesia dalam melakukan usaha berazaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
17
Pasal 2 terdapat fungsi utama Bank Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan utama adalah : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keaungan bank yang meneriman simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit sebagai usaha BPR (Sudarsono, op. cit: 21). Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang meneriman simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau tabungan pada lain (Simorangkir, 2004: 37).
2. Pengertian Pendapatan
Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup
18
usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran ( Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 36 ). Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai berikut : “Pendapatan menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti : ( sewa, bunga dan deviden ) serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran” ( Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 258 ). Pendapatan dapat digolongkan menjadi 2 bagian (Santoso, 1995: 21). a. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha operasional bank yang terdiri beberapa jenis komponen yang meliputi : 1). Hasil bunga, yaitu pendapatan hari hasil bunga (dalam rupiah), baik bunga pinjaman maupun bunga investasi yang dilakukan oleh bank. Contoh : Hasil bunga dari BI.
19
2). Provisi dan komisi, yaitu bagi hasil provisi dan komisi yang diterima oleh bank dari kegiatan operasionalnya. Contoh : provisi kredit. 3). Deviden atas saham-saham, yaitu pembagian laba dari berbagai saham penyertaan yang dimiliki bank. 4). Pendapatan operasional lainnya, yaitu pendapatan operasional diluar dari perkiraan-perkiraan tersebut di atas. Contoh : ongkos administrasi kliring. b. Pendapatan non Operasional Pendatapan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha pokok bank. Pendapatan ini terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1). Hasil sewa, yaitu pendapatan sewa dari pihak ketiga. 2). Keuntungan penjualan aktiva tetap dan inventaris, yaitu keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan investaris milik bank. 3).
Pendapatan non operasional lainnya, yaitu pendapatan non operasional di luat hasil pendapatan. Contoh : Hsil denda.
20
3. Pengertian Kesehatan Bank dan Aturan Kesehatan Bank Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kamampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya perbanakn secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik, dengan cara-cara sesuai menurut peraturan perbankan yang berbeda (Susilo, 2000: 22). Tingkat kesehatan bank adalah kinerja dan kualitas bank dilihat dari factor-faktor penting yang sangat berpengaruh bagi kelancaran, keberlangsungan dan kerberhasilan usaha bank, baik untuk jangka pendek maupun untuk keberlangsungan kehidupannya dalam jangka panjang (BMT PIMBUK: 1). Penilaian tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat secara kuantitatif dilakukan terhadap 5 faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan istilah Analisis CAMEL. a. Aspek Permodalan (Capital) Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut
21
didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets) Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu : 1. Kredit yang diberikan 2. Surat berharga 3. Penempatan dana pada bank lain 4. Penyertaan Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
22
c. Aspek Kualitas Manajemen (Management) Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang ebrsangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus yang terjadi. d. Aspek Rentabilitas (Earning) Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) e. Aspek Likuiditas (Likuidity) Aspek kelima adapah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dukatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi
23
semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi : 1. Rasio kewajiabn bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar 2. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain. Perhitungan tingkat kesehatan suatu bank dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Dendawijaya, 2003: 143). Pertama, menghitung rasio berdasarkan rumus ditetapkan. Kedua, menghitung besarnya nilai kredit (credit point) untuk masing-masing komponen CAMEL. Ketiga, mengalihkan nilai kredit (credit point) tersebut dengan bobot bagi masing-masing komponen CAMEL. Keempat, menjumlahkan seluruh nilai-nilai komponen CAMEL. Keenam, memperhitungkan nilai kepatuhan berkaitan dengan pemberian kredit. Ketuju, menetapkan kategori kesehatan bank yang besangkutan. Ukuran dan aturan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia seperti tertera pada UU No. 10 Tahun 1998 pasal 29 yang berbunyi :
24
a. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia b. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan
modal,
kualitas
assets,
kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian. c. Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Rasio-rasio untuk perhitungan tingkat kesehatan bank : 1). Capital (Aspek Permodalan) Dengan menggunakan suatu indikator yaitu CAR
(capital
adequacy ratio) yang diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. Modal Inti + Modal Pelengkap 100%
CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
25
Modal inti bank tersdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan umum dan laba ditahan. Yang termasuk modal pelengkap antara lain cadangan revaluasi aktiva tetap. Berdasarkan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal itu didasarkan pada kentetuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Statement). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah sebesar 25%.
2). Assets (Aspek Kualitas Assets) Indikator kualitas aset yang dipakai adalah rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif NPL (Net Profit Margin).
Kualitas Produkftif Bermasalah 100%
NPL = Aktiva Produktif
26
3). Managament (Aspek Kualitas Manajamen)
Manajemen Umum dinilai dari praktek Good Corporate Governance antara lain.
Struktur dan komposisi pengurus a. Bank memiliki komposisi dan bank
jumlah serta kualifikasi anggota Komisaris yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas
(karakteristik),
kemampuan keuangan, dan sasaran strategik Bank. b. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik Bank.
Penanganan conflict of interest
Dalam hal terjadi conflict of interest, anggota dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan Pemimpin Kantor Cabang mampu menghindari
27
atau tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank
dan
segera
melakukan
pengungkapan (disclosure) conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan.
Independensi pengurus
Bank Anggota dewan Komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan
untuk
bertindak
independen dan menangani pengaruh (intervensi) pihak eksternal yang dapat mengakibatkan kualitas praktek Good Corporate Governance
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
4). Earning (Aspek Rentabilitas)
Indikator
yang
Operasional/Pendapatan
dipakai
adalah
Operasional)
dan yang
BO/PO
(Biaya
digunakan
untuk
mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap
28
pendapatan operasi yang diperoleh bank, dan NIM yang diperoleh dengan membandingkan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif.
Total Beban Operasional 100%
BO/PO = Total Pendapatan Operasional
Pendapatan Bungan Bersih 100%
NIM = Rata-rata Aktiva Produktif
5). Liquidity (Aspek Lukuiditas)
Indikator yang digunakan adalah loan to deposit ratio (LDR) dan reserve requirement atau giro wajib minimum (GWM). LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah dengan modal sendiri, sedangkan GWM merupakan perbandingan giro pada Bank Indonesia dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun.
29
Jumlah Kredit yang Diberikan 100%
LDR = Dana Pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti
Giro pada Bank Indonesia
100%
GWM = Seluruh Dana yang Berhasil Dihimpun
Secara umum penilaian tingkat kesehatan bank dapat dirangkum sebagai berikut :
Faktor yang dinilai
Komponen
Permodalan
Rasio modal terhadapat aktiva 25% tertimbang
Bobot
menurut
resiko
(ATMR) Kualitas Aktiva Produktif
1. Rasio aktiva produktif yang
25%
diklasifikasi-kan terhadap jumlah aktiva produktif 2. Rasio cadangan penghapusan aktiva terhadaap aktiva produktif yang diklasifikasikan
5%
30
Manajemen
Manajemen Umum dan
25%
Manajemen Resiko
Rentabilitas
1. Rasio laba terhadap rata-rata 5% volume usaha
5%
2. Rasio biaya operasional Terhadap pendapatan operasional Likuiditas
1. Rasio kewajiban bersil call 5% money
terhadap
aktiva
lancar 2. Rasio pinjaman terhadap 5% dana Pihak ketiga
Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100%. Nilai kredit kemudian digunakan untuk menentukan predikat kesehatan bank, ditetapkan sebagai berikut :
31
Nilai Kredit
Predikat
81 - 100
Sehat
66 - <81
Cukup Sehat
51 - <66
Kurang Sehat
0 - <51
Tidak Sehat
Disamping penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap : 1. Ketentauan pelaksanaan pemberian kredit Usaha Kecil (KUK) dan pelaksanaan Kredit Eksport 2. Pelanggaran terhadap ketantuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit 3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto.
32
Matrik Penilaian Tingkat Kesehatan BPR CAPITAL (Bobot – 30 %) ( CAR – Bobot 30 %) Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
>8%
>81<100
>81<100
>24,30<30
Cukup Sehat
>7,90%<8,00%
>65<81
>65<81
19.50
Kurang Sehat
>6,50%<7,90%
>51<65
>51<65
>15,30<19,5 0
Tidak Sehat
<6,50%
>0<51
>0<51
>0<15,30
Asset Quality (Bobot – 30%) 1. (KAP – Bobot 25%) Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
<10,35%
>81<100
>67,50<63,3
>20,25<25,0
3
0
>55,00<67,5
>16,50<20,2
0
5
>42,50<55,0
>12,75<16,5
0
0
Cukup Sehat
Kurang Sehat
>10,35%<12,60%
>12,60%<14,85%
>65<81
>51<65
33
Tidak Sehat
>14,85%
>0<51
>0<42,50
>0,12,75
2. PPAP – Bobot 5% Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
>81,00%
>81<100
>13,50<16,6
>4,05<5,00
7 Cukup Sehat
>66,00%<81,00% >65<81
>11,00<13,5
>3,30<4,05
0 Kurang Sehat
>51,00%<66,00% >51<65
>8,50<11,00
>2,55<3,30
Tidak Sehat
<51,00%
>0<8,50
>0<2,55
>0<51
Management (Bobot – 20%) Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
>81,00%
>81<100
>81<100
>16,20<20,00
Cukup Sehat
>66,00%<81,00% >65<81
>65<81
>13,20<16,20
Kurang Sehat
>51,00%<66,00% >51<65
>51<65
>10,20<13,20
Tidak Sehat
<51,00%
>0<51
>0<51
>0<10,20
NK
NKK
NKF
Earnings (Bobot – 20%) 1. (ROA – Bobot 5%) Kategori
Rasio
34
Sehat
>1,215%
>81<100
>40,50<50,00
>4,05<5,00
Cukup Sehat
>0,99%-1,215%
>65<81
>33,00-40,50
>3,30-4,05
Kurang Sehat
>0,765%-0,99%
>51<65
>25,50<33,00
>2,55<3,30
Tidak Sehat
<0,765%
>0<51
>0<25,50
>0,<2,55
2. (BOPO - Bobot 5%) Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
<93,52%
>81<100
>40,50<50,00
>4,05<5,00
Cukup Sehat
93,52%=94,72%
>65<81
>33,00-40,50
>3,30-4,05
Kurang Sehat
94,72%<95,92%
>51<65
>25,50<33,00
>2,55<3,30
Tidak Sehat
>95,92%
>0<51
>0<25,50
>0,<2,55
Liquidity (Bobot – 10%) 1. (CR – Bobot 5%) Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
>1,215%
>81<100
>40,50<50,00
>4,05<5,00
Cukup Sehat
>3,30%<4,05%
>65<81
>33,00-40,50
>3,30-4,05
Kurang Sehat
>2,55%<3,30%
>51<65
>25,50<33,00
>2,55<3,30
Tidak Sehat
>2,55%
>0<51
>0<25,50
>0,<2,55
2. (LDR – Bobot 5%)
35
Kategori
Rasio
NK
NKK
NKF
Sehat
<94,75%
>81<100
>40,50<50,00
>4,05<5,00
Cukup Sehat
<94,75%<98,50%
>65<81
>33,00-40,50
>3,30-4,05
Kurang Sehat
>98,50%<102,25%
>51<65
>25,50<33,00
>2,55<3,30
Tidak Sehat
>102,25%
>0<51
>0<25,50
>0,<2,55
Sumber : SK Dir Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR Tgl 30 April 1997
4. Produk-produk BPR Dalam Menjalankan operasionalnya, bank perkreditan rakyat memiliki produk yaitu ( Martono, 2002: 53). 1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, belyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. b. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
36
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan baik. Janka waktu deposito berjangka adalah 1,2,6 dan 12 bulan 2. Produk Penyaluran Dana BPR menyalurkan dannya melalui kredit kepada masyarakat yang membutuhkan. Fungsi kredit: a. Meningkatkan daya guna uang. b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Meningkatkan pemerataan pendapatan. Jenis-jenis kredit : 3. Berdasarkan Nasabah a. Kredit Umum Kredit umum adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perorangan. b. Kredit Pegawai Kredit pegawai adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada pegawai negeri, guru, polisi dan lain-lain. c. Kredit karyawan Kredit karyawan adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada karyawan pabrik.
37
d. Kredit Pensiun Kredit pension adalah kredit yang diberikan kepada pensiunan PNS. 4. Menurut Sifat Penggunaan e. Kredit Konsumtif Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada
perorangan
untuk
membiayai
keperluan
konsumsi, misalnya untuk membeli rumah, barangbarang keperluan rumah tangga, dan lain-lain. f. Kredit Produktif Kredit produktif adalah kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada perorangan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdangangan dan investasi. 5. Berdasarkan Jangka Waktu g. Kredit Jangka Pendek (Short Team Loan) Kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. h. Kredit Jangka Menengah (Medium term Loan) Kredit jangka menengah adalah kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun
38
i. Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan) Kredit jangka panjang adalah kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. 6.
Menurut Keperluannya a. Kredit Produksi Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi
maupun
peningkatan
kualitatif
yaitu
peningkatan mutu/kualitas hasil produksi. b. Kredit perdagangan Kredit
ini
digunakan
untuk
keperluan-keperluan
perdangan pada umumnya. c. Kredit Investasi Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan atau pertambahan barang modal (capital goods). Cirri kredit investasi antara lain : (1) diperlukan untuk penanaman modal, (2) mempunyai
39
perencanaan yang terarah dan matang, dan (3) waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.
Contoh Perhitungan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Latumaerissa, op. cit: 165). (000) A. Permodalan (Capital) Perbandingan Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 1. Jumla Modal
36.127
2. ATMR
385.457
Rasio Modal terhadap ATMR
9,37%
Nilai Kredit Komponen 1+(9,37/0,1x1,14) = 1+106,8 = 107,8 = 100 Bobot Faktur
25%
Nilai Kredit Faktor
25
Predikat Sehat
Sehat
B. Kualitas Aktiva Produktif/KAP (Asset Quality) 1. Rasio Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif a. Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
25.725
b. Jumlah Aktiva Produktif
346.977
Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif Nilai (15,5 - 7,41)/0,15 Bobot Komponen
7,41% 53,9 25
40
Nilai Kredit Komponen
44,7
1. Rasio Jumlah Cadangan Penghapusan terhadap Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan a. Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan
1.755
b. Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
25.725
Rasio Cadangan terhadap Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
6,82%
Nilai (6,82 x 1,5) = 10,32 Asal Membentuk
81
Bobot Komponen
5%
Nilai Kredit Komponen
13,8
Jumlah Nilai Kredit Komponen
58,5
Bobot Faktor
30%
Nilai Kredit Faktor
17,6 Kurang
Predikat
Sehat
41
C. Manamejen 1. Manajemen Modal Nilai 22 Nilai Kredit Komponen
8,8
2. Manajemen Kualitas Aktiva Nilai 32 Nilai Kredit Komponen
12,8
3. Manajemen Umum Nilai 85 Nilai Kredit Komponen
34,0
4. Manajemen Rentabilitas Nilai 15 Nilai Kredit Komponen
6,0
5. Manajemen Likuiditas Nilai 14 Nilai Kredit Komponen
5,6
Jumlah Nilai Kredit Komponen 168
67,2
(168 x 0,4) Bobot Faktor
25%
Nilai Kredit Faktor
16,8 Cukup
Predikat
Sehat
D. Rentabilitas (Earnings) 1. Rasio Laba terhadap Total Aktiva (ROA) a. Jumlah L/R 12 Bulan Terakhir b. Rata-rata Volume Usaha/Aktiva Rasio Laba terhadap Aktiva
2.586 346.796 0,71%
Nilai (0,17 : 0,15)
47,3
Bobot Komponen
5%
42
Nilai Kredit Komponen
23,6
2. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional a. Jumlah Biaya Operasional dalam 12 Bulan Terakhir
60.555
b. Jumlah Pendatapan Operasional
62.610
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
96,72%
Nilai (100 - 96,72)/0,08
41,0
Bobot Komponen
5%
Nilai Kredit Komponen
20,5%
Jumlah Nilai Kredit Komponen
44,1
Bobot Faktor
10%
Nilai Kredit Faktor
4,4 Tidak
Predikat
Sehat
E. Likuiditas (Liquidity) 1. Perbandingan Jumlah Kewajiban Bersih Call Money terhadap Kas + Giro BI + SBI a. Kewajiban Bersih Call Money
2.500
b. Jumlah Kas + Giro BI + SBI
4.999
Rasio Kewajiban Bersih Call Money Terhadap Kas + Giro BI + SBI
50,02%
Nilai (100 - 50,02) = 49,98
50
Bobot Komponen
5%
Nilai Kredit Komponen
25
Pengurungan Nilai Kredit 104,5 x 0,05
(5,2)
Jumlah Pengurangan Nilai Kredit
(10,2)
Jumlah Nilai Kredit Tambahan dari KUK/ Pengurangan karena BMPK
(8,4)
43
Kompilasi Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank Hasil Akhir Penilian Tingkat Kesehatan Faktor
Nilai Kredit
Predikat
1, Permodalan
25,0
Sehat
2. KAP
17,6
Kurang Sehat
3. Manajemen
16,8
Cukup Sehat
4. Rentabilitas
4,4
Tidak Sehat
5. Likuiditas
7,5
Cukup Sehat
Penambahan/Pengurangan Dari Pelaksanaan Ketentuan KUK, BMPK
(8,4)
Hasil Akhir
62,9
Kurang Sehat
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Indonesia 1. Sejarah Pendirian Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922.
44
45
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik
Indonesia
(RI)
dan
Nederlandsche
Indische
Civil
Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bankbank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia (www.bi.go.id).
46
2. Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG PIMPINAN BANK INDONESIA SEMARANG
Peneliti Ekonomi Utama Tim Pemberdayaan Sektor Riil & UMKM Kelompok Kajian Ekonomi
Kelompok Statistik & Survei
Deputi Pemimpin Bank Indonesia
Bidang Sistem Pembayaran Kasir Madya
Seksi Distribusi Uang & Layanan Kas Seksi Pengelohan Uang
Pengawas Bank Utama
Bidang Manajemen Intern Seksi Sumber Daya
Seksi Logistik
Seksi Skretariat, Pengamanan & Protokoler
Seksi Layanan Nasabah
Seksi Penyelenggaraan Kliring
Tim Pengawasan Bank I
Tim Pengawasan Bank II
Kelompok Pengawasan Bank I.1
Kelompok Pengawasan Bank II.1
Kelompok Pengawasan Bank I.2
Kelompok Pengawasan Bank II.2
Kelompok Pengawasan Bank I.3 Bagian Informasi & Administrasi Bank
KBI DIY
KBI Solo
(SE No.9/12/INTERN tgl 30 Maret. KBI Semarang)
KBI Purwokerto
47
3. Tugas Pokok Bidang Perbankan Bagian Informasi dan Administrasi Bank. a. Pengawasan Bank 1. Melakukan pembinaan terhadap bank umum, BPR, yang menjadi obyek pengawasannya. 2. Melakukan pengawasan terhadap bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. 3. Menyelesaikan permohonan izin yang berkaitan dengan kelembagaan dan kegiatan operasional bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. 4. Menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. 5. Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. 6. Menyelesaikan proses pencabutan izin usaha bank umum dan BPR serta tindak lanjutnya. 7. Membantu pemeriksaan dan pengawasan terhadap bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja. 8. Melakukan peran akitf dalam menciptakan perkembangan perbankan yang sehat di wilayah kerja (dedicated and non dedicated banks).
48
9. Melakukan evaluasi kesesuain antara komposisi tim/kelompok pengawasan dengan beban tugasnya. 10. Melakukan mediasi perbankan. 11. Melakukan
investigasi
terhadap
tindak
pidana
bidang
perbankan termasuk sebagai saksi ahli. b. Data dan Adiministrasi Bank 1. Menyelenggarakan administrasi dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan bank. 2. Membuat data yang lengkap tentang profi bank umum dan BPR (dedicated banks) secara individu dan gabungan di wilayah kerjannya. 3. Menyampaikan laporan yang terkait dengan data base perbankan nasional secara berkala ke kantor pusat. 4. Memenuhi permintaan bank-bank tentang informasi ketentuan perbankan. 5. Melakukan monitoring ketentuan perbankan. 6. Mengelola anggaran. c. Perizinan dan Investigasi 1. Melakukan proses perizinan untuk kantor bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KBI.
49
2. Melakukan penelitian Laporan Bank Umum (LBU). 3. Menjadi liaison officer dalam penangan tindak pidana perbankan (SKB, Jaksa Agung, Kapolri dan GBI). 4. Membantu proses intermediasi perbankan. 5. Melakukan tugas-tugas kesekretariatan Badan Musyawarah Pebankaan Daerah (BMPD). 6. Melakukan koordinasi dalam hal pelaksanaan pengawasan bank bagi KBI-KBI antara lain bantuan tenaga pengawas bank untuk KBI di wilayah koordinasi.
4. Produk Pokok Bidang Perbankan Bagian Informasi dan Administrasi Bank. a. Pengawasan Bank 1. Surat pembinaan terhadap bank umum dan BPR. 2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan laporan lainnya serta TKS. 3. Dengan cakupan produk : a). Izin kelembagaan dan operasional bank umum dan BPR b). Rekomendasi perizinan kepada KP dan KBI lain 4. Informasi tentang kondisi dan permasalahan bank umum dan BPR.
50
5. Laporan penyelesaian permasalahan yang dihadapi bank umum dan BPR. 6. Rekomendasi pencabutan izin usaha bank umum dan BPR ke KP serta penyelesaian tindaklanjutnya. 7. Laporan hasil pemeriksaan dan pengawasan. 8. Laporan kegiatan 9. Laporan dan rekomendasi keseimbangan beban tugas antar tim/kelompok. 10. Laporan hasil mediasi. 11. Laporan hasil investigasi dan saksi ahli. b. Data dan Administrasi Bank 1. Administrasi kegiatan pengawasan. 2. Profil bank umum dan BPR secara individu dan gabungan. 3. Laporan database perbankan nasional. 4. Informasi tentang ketentuan perbankan. 5. Pengenaan denda atas keterlambatan dan kesalahan laporan. 6. Laporan
pelaksanaan
rekomendasi. 7. Warkat realisasi anggaran. c. Perizinan dan Investigasi 1. Perizinan operasional.
sosialisasi
dan
evaluasi
serta
51
2. Laporan hasil penelitian LBU. 3. Laporan pelaksanaan terkait dengan kegiatan Liaison officer. 4. Laporan hasil pelaksanaan. 5. Laporan/informasi. 6. Terlaksananya tugas kesekretariatan terkait dengan BMPD. 7. Terlaksanannya koordinasi pelaksanaan pengawasan bank di wilayah kerja. (SE No.9 9/12/INTERN tgl. 30 Maret 2007. KBI Semarang)
5. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank Pengaturan
dan
pengawasan
bank
diarahkan
untuk
mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai:
a. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana b. Pelaksana kebijakan moneter; c. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan; agar tercipta sistem perbankan yang sehat,baik
sistem
perbankan
secara
menyeluruh
maupun
individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
52
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan:
a. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi); b. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan c. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian.
6. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi wewenang sebagai berikut:
a. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh BI meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
53
b. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat. c. Kewenangan
untuk
mengawasi
(right
to
control),
yaitu
kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site
supervision).
Pengawasan
langsung
dapat
berupa
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus,yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank,laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan BI dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak, pihak
54
terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. BI dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama BI melaksanakan tugas pemeriksaan. d. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
7. Kewajiban BPR dalam Penyampain Laporan kepada BI a. Laporan keuangan tahunan yang disampaikan dalam periode/posisi tahunan. Batas terlambat 30 April (audit). b. b. Laporan publikasi yang disampaikan di surat kabar atau papan pengumuman atau secara online secara tiga bulan sekali. Batas keterlambatan tanggal akhir setelah bulan berikutnya jatuh tempo. c. Laporan rencana kerja secara tahunan. Batas akhir 30 Januari. d. Laporan pelaksanaan rencana kerja pada semester pertama bulan Juni, dan semester kedua pada bulan Desember. Batas semester pertama 31 Aggustus dan semester kedua 28/29 Februari. e. Laporan BMPK secara bulanan. Batas penyampaian laporan 14 bulan berikutnya.
55
f. Laporan penyelesaian pengaduan nasabah secara tiga bulanan rutin, dan batas keterlambatan bulan berikutnya tanggal akhir. g. Laporan struktur kelompok usaha disampaikan secara tahunan. h. Laporan bulanan (secara online) dan rutin setiap bulan. Batas penyampaian 14 bulan berikutnya. i. Sistem informasi debitur (untuk BPR pelapor SID) disampaikan secara bulanan dan batas akhir 12 bulan berikutnya. B. Data-data Diskriptif
BAB IV ANALISIS
A. Capital (Permodalan) Pasa aspek permodalan ini yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan (rasio) tersebut adalah perbandingan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sesuai ketentuan pemerintah CAR tahun 1998 minimal sebesar 8%. Penilaian Tingkat Kesehatan BPR (No. 30/12/KEP/Dir BI-30 April 97 Tentang Penilaian Tingkat Kesehetan BPR). Faktor
yang Komponen
Bobot
Bobot
Dinilai Permodalan
Rasio modal terhadap
30%
ATMR Rasio APYD Terhadap KAP
aktiva produktif
Rasio PPAP terhadap PPAPWD
20% 30%
Manajemen Rentabilitas Likuiditas
Manajemen Umum Manajemen Resiko
5%
ROA
5%
BOPO
5%
Cash Rasio
5%
Loan Deposit Ratio
5%
20%
10%
10%
(LDR) (Sumber: SK Dir BI No. 31/12/Kep/Dir/1997) Modal PD BPR Kota XXX Tahun 2009 Jumlah Setiap Keterangan
Komponen (Rp)
Modal PD BPR XXX 1. Midal Inti 1.1 Modal Disetor
xxx
1.2 Penampungan Laba
xxx
1.3 Cadangan Umum
xxx
1.4 Cadangan Tujuan
xxx
1.5 Jumlah Modal Inti
xxx
2. Modal Pelengkap 1.1 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (max, 1,25% dari ATMR
xxx
1.2 Jumlah Modal Pelengkap
xxx
3. Jumlah Modal (1+2)
xxx
Kebutuhan Modal Minimum PD BPR Kota XXX Keterangan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Nominal
Bobot
ATMR
1. AKTIVA 1.1 Kas
xxx
1.2 Kredit
0
x
-
1.2.1 Lancar
xxx
100%
xxx
1.2.2 Kurang Lancar
xxx
100%
xxx
1.2.3 Diragukan
xxx
100%
xxx
1.2.4 Macet
xxx
100%
xxx
1.3 Aktiva Tetap dan Inventaris
xxx
100%
xxx
1.4 Rupa-rupa Aktiva
xxx
100%
xxx
1.5 Cadangan Penghapusan Piutang
xxx
20%
xxx
2. Jumlah AMTR
xxx
Besarnya nilai capital adequeacy ratio PD BPR Kota XXX dapat dihitung sebagai berikut : 1. Jumlah Modal
Rp xxx
2. AMTR
Rp xxx
Rasio Modal terhadap AMTR
18,53%
Nilai Kredit Komponen 1+(18,53/0,1 x 1,14) = 1+211,2 = 212,2
100
Bobot Faktor
30%
Nilai Kredit Faktor Predikat (Ketentuan BI untuk CAR adalah 8%)
30 Sehat
B. Assets (Kualitas Aktiva Produktif/KAP) 1. Rasio Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif a. Perhitungan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) : Kredit
Prosentase
APYD
1) KL Rp xxx
50%
Rp xxx
2) D Rp xxx
75%
Rp xxx
3) M Rp xxx
100%
Rp xxx
Total APYD
Rp xxx
b. Perhitungan Aktiva Produktif : 1) Kredit yang telah diberikan
Rp xxx
2) Giro pada Bank Lain
Rp xxx
3) Penempatan pada Bank Lain
Rp xxx
Total Aktiva Produktif
Rp xxx
Perhitungan Rasio Aktiva yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif a. Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan = Rp xxx b. Jumlah Aktiva Produktif
= Rp xxx
Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif
= 2,40%
Nilai (15,5 – 2,04)/0,15
= 89,73
Bobot Komponen
= 25%
Nilai Kredit Komponen
= 22,43
2. Rasio Jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib Dibentuk PPAP c.
Rp xxx PPAP WD :
Kredit
Prosentase (%)
PPAP
WD L Rp xxx KL Rp xxx
0,5% 10%
D Rp xxx M Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
50% 100%
Rp xxx Rp xxx
Total PPAD WD
Rp xxx
Perhitungan Rasio Jumlah Cadangan Penghapusan terhadap Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan a. Penyisihan Pengahpusan Aktiva Produktif
= Rp xxx
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAP WD)
= Rp xxx
Rasio PPAP terhadap PPAP WD
= 56,0%
Nilai (56,0 x 1,5)
= 84
Bobot Komponen
= 5%
Nilai Kredit Komponen
= 42
Jumlah Nilai Kredit Komponen
= 64,43%
Bobot Faktor
= 30%
Nilai Kredit Faktor
= 19,33
Predikat
Kurang Sehat
Predikat diperoleh dari hasil penjumlahan Nilai Kredit Komponen pada perhitungan rasio APYD terhadap Aktiva Produktif sebesar 22,43 dan perolehan Nilai Kredit Komponen pada rasio PPAP terhadap PPAP WD sebesar 42. Hasil kedua rasio tersebut sebesar 64,43. C. Management 1. Manajemen Umum a. Strategi/Sasaran 1) Bank mempunyai strategi usaha yang berfungsi sebagai pedoman umum yang memadai dalam mencapai misi/sasaran umum. (Ya) 2) Dalam menetapkan rencana kerja tahunan manajemen bank telah memperhatikan kemampuan intern dan factor esktrn yang mempengaruhi usaha bank. (Ya)
b. Struktur 1) Bagian organisai mencerminkan seluruh kegiatan bank, susunan kepengurusan secara berjenjang beserta fungsifungsinya. (Ya) 2) Posisi-posisi strategis dijabat oleh orang-orang yang memiliki kualitas dengan persyaratan jabatan (job reqruitment) yang memadai. (Ya) c. Sistem 1) Perencanaan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan disusun tepat waktu serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. (Ya) 2) Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bank memiliki system informasi menajemen yang dapat menunjang pengambilan keputusan secara efisien dan efektif. (Ya) d. Sumber Daya Manusia 1) Penerimaan pegawai dilakukan secara objektif dan terbuka sesuai dengan system dan prosedur yang berlaku. (Ya) 2) Sistem pendidikan dan pelatihan memberik kesempatan pengembangan pegawai secara memadai. (Ya)
e. Kepemimpinan 1) Pimpinan bank pada umumnya memiliki ketrampilan dan menguasai bidang tugas yang dikelola. (Ya) 2) Pimpinan bank pada umumnya memiliki kemampuan manajeril. (Ya) f. Budaya Kerja 1) Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berjalan secara efektif. (Ya) 2) Kekompakan antarkaryawan mendorong terciptanya prestasi kerja yang baik.(Ya) 2. Manajemen Risiko a. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) 1) Bank
telah
mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya
mismatch antara sumber dan penanaman dana. (Ya) 2) Bank melakukan pemantauan terhadap perbedaan tingkat suku bunga penanaman dan pendanaan.(Ya) b. Risiko Pasar (Market Risk) 1) Bank sekurang-kurangnya setiap bulan mengevaluasi perkembangan
tingkat
suku
bunga
pasar
dalam
menetapkan tingkat suku bunga simpanan dan kredit. (Ya)
2) Bank melakukan evaluasi secara berkala terhadap kualitas aktiva produktif. (Ya) c. Risiko Hukum (Legal Risk) 1) Bank memastikan bahwa setiap kegiatan operasional yang dilakukan tidak melanggar norma dan hokum yang berlaku. (Ya) 2) Bank telah memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang
berkaitan
dengan
perjanjian
kredit
telah
diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi bank. (Ya) d. Risiko Pemilik dan Pengurus (Ownership and Management risk) 1) Pengelolaan operasional bank tidak tergantung seseorang pengurus tetentu.(Ya) 2)
Pengurus
bank
dalam
melaksanakan
kegiatan
operasional tidak melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan groupnya.(Ya)
diri
sendri,
keluarga
dan
Manajemen umum Nilai
12
Nilai Kredit Komponen
= 4,8
Manajemen Risiko Nilai
13
Nilai Kredit Komponen Jumlah Nilai Kredit Komponen
= 5,2 25
= 10,0
Bobot Faktor
= 20%
Nilai Kredit Faktor
= 2,0
Predikat
Cukup Sehat
Penilaian Kualitas Management pada BPR hanya digunakan 25 pertanyaan, sehingga hasil yang diperoleh (Nilai Kredit Faktor) adalah 20 dikalikan 4 (karena disederhanakan dari 100 pertanyaan yang digunakan hanya 25 pertanyaan) hasilnya adalah 80 dengan predikat Cukup Sehat.
D. Earnings (Rentabilitas) 1. Rasio Laba terhadap Total Aktiva (ROA) a. Jumlah L/R Bulan Terakhir
= Rp xxx
b. Rata-rata Volume Usaha/Aktiva
= Rp xxx
Rasio Laba terhadap Aktiva
= 2,47%
Nilai (2,47 : 0,15)
= 164,67
Bobot Komponen
= 5%
Nilai Kredit Komponen
= 82,34
3. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional a. Biaya Operasional : 1) Beban Bunga
Rp xxx
2) Beban Administrasi dan Umum
Rp xxx
3) Beban Personalia
Rp xxx
4) Beban Lain
Rp xxx
Total Biaya Operasional
Rp xxx
b. Pendapatan Operasional : 1) Jumlah Pendapatan Bunga
= Rp xxx
2) Pendapatan Operasional Lain
= Rp xxx
Total Pendapatan Operasional
= Rp xxx
Perhitungan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional : a. Jumlah Biaya Operasional dalam Bulan Terakhir = Rp xxx b. Jumlah Pendapatan Operasional Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
= 85,48%
Nilai (100 – 85,49)/0,08
= 181,38
Bobot Komponen
= 5%
Nilai Kredit Komponen
= 90, 69
Jumlah Nilai Kredit Komponen
= 173,03
Bobot Faktor
= 10%
Nilai Kredit Faktor
= 17,30
Predikat
Sehat
Predikat sehat berasa dari perhitungan Nilai Kredit Komponen pada rasio ROA sebesar 82,34 ditambah Nilai Kredit Komponen pada rasio BOPO sebesar 90,69. Punjumlahan Nilai Kredit Komponen pada kedua rasio sebesar 173,03. E. Liquidity (Likuiditas) 1. Cash Ratio a. Alat Likuid 1) Kas
Rp xxx
2) Giro pada Bank Lain
Rp xxx
3) Penempatan pada Bank Lain
Rp xxx
Total Alat Likuid
Rp xxx
b. Hutang Lancar (KSD) 1) KSD Lainnya
Rp xxx
2) Tabungan
Rp xxx
3) Deposito Berjangka
a) Pihak Terkait dengan Bank
Rp xxx
b) Pihak Lain
Rp xxx
Total Hutang Lancar
Rp xxx
Rasio Aktiva Lancar terhadap Hutang Lancar
= 47,30%
Nilai (47,30 < 110)
= 100
Bobot Komponen
= 5%
Nilai Kredit Komponen
= 50
2. Loan Deposit Ratio (LDR) a. Kredit yang Diberikan 1) Pihak terkait dengan bank 2) Pihak lain Total Kredit yang Diberikan
xxx Rp xxx Rp xxx
b. Dana yang Diterima 1) Tabungan
Rp xxx
2) Deposito a) Pihak terkait dengan bank b) Pihak lain Total Dana yang Diterima
Rp xxx Rp xxx Rp xxx
c. Modal Inti 1) Modal Disetor
Rp xxx
2) Penampungan Laba
Rp xxx
3) Cadangan Umum
Rp xxx
4) Cadangan Tujuan
Rp xxx
Total Modal Inti
Rp xxx
Perhitungan Loan Deposit Ratio (LDR) a. Jumlah Kredit yang Diberikan
Rp xxx
b. Jumlah Dana yang Diterima dan Modal Inti
Rp xxx
1) Rasio Kredit terhadap Dana dan Modal Inti
59,65%
2) Nilai (59,65 < 110)
100
3) Bobot Kredit
5%
4) Nilai Kredit Komponen
50
5) Jumlah Nilai Kredit Komponen
100
6) Bobot Faktor
10%
7) Nilai Kredit Faktor
10
Predikat
Sehat
Penentuan predikat merupakan Nili Kredit Komponen pada Cash Ratio dengan perolehan Nilai Kredit Komponen sebesar 50 ditambah dengan perolehan Nilai Kredit Komponen pada kedua rasio sebesar 100. Perhitungan Pengurangan/Penambahan Nilai
Kredit
karena
Pelanggaran/Pencapaian
Ketentuan
yang
Dipengaruhi Tingkat Kesehatan. Pelaksanaan Kredit Realisasi Pelaksanaan
= 59,65%
Nilai Kredit Pokok
= 1,0
Besarnya Kelebihan/Kekurangan
= 25,35
Penambahan Nilai Kredit (25,35 x 0,25)
= 6,34
Jumlah Penambahan Nilai Kredit
= 7,34
Kompilasi Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank Hasil Akhir Penilian Tingkat Kesehatan Faktor
Nilai Kredit
Predikat
1. Permodalan
30,0
Sehat
2. KAP
19,33
3. Manajemen
2,0
4. Rentabilitas
17,30
Kurang Sehat Cukup Sehat Sehat
5. Likuiditas
10,0
Sehat
Penambahan dari Kredit
7,34
Hasil Akhir
85,97
Sehat
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang menerima tabungan dalam bentuk Tamades (Tabungan Masyarakat Desa) dan Deposito berjangka serta menyalurkan dana kepada masyarakat dan nasabah dalam bentuk kredit. Berbagai persaingan yang ketat di dunia perbankan, maka suatu bank harus bisa memperhatikan tingkat kesehetannya dan jeli dalam pangsa pasar. Tingkat kesehatan bank dapa dianalisa dengan metode rumusan CAMEL. Dari analisa yang diambil dari sample BPR Kota xxx dengan metode CAMEL dapat ditarik kesimpulan: 1. Aspek capital (permodalan), yaitu tentang kecukupan modal minimum (capital adequacy ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%, dapat dipenuhi BPR Kota xxx yang mencapai 18,53%. Ini berari BPR xxx dinyatakan sehat dari sisi CAR-nya. 2. Aspek Assest (Kualitas Aktiva Produktif/KAP) ditetapkan bahwa dari sisi asset dinyatakan kurang sehat, sebab KAP sebesar 2,04% dan rasio PPAP terhadap PPAP WD sebesar 56,0%. 3. Aspek Management yang dilakukan telah ditetapkan bahwa tingkat kesehatan kualitas manajamen dinyatakan cukup sehat dengan nilai kredit sebesar 2,0.
4. Aspek earnings telah ditetapkan bahwa tingkat kesehatan bank dari sisi earnings (rentabilitas) dinyatakan sehat yaitu untuk ROA sebesar 2,47% dan BOPO sebesar 85,49%. 5. Aspek Liquidity ditetapkan bahwa tingkat kesehatan bank dari segi cash ratio sebesar 47,30% dan (LDR) dinyatakan sehat sebesar 59,65%. 6. Penilain dan analisis dengan metode rasio CAMEL bahwa tingkat kesehatan BRP xxx memperoleh predikat sehat dengan perolehan Nilai Kredit sebesar 85,97%. B. Implikasi 1. Tingkat kesehatan yang telah diperoleh BPR dengan predikat sehat, harus tetap dijaga demi kelancaran dan kelangsungan perbankan. 2. Pelayanan yang telah dilakukan perlu lebih ditingkatkan untuk mencapai excellence services demi kepentingan kepuasan bagi para nasabah.
DAFTAR PUSTAKA
Latumaerissa, Julius R., Mengenal Aspek-aspek Operasional Bank Umum, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. 1. 1999. www.antaranews.com/11/3/09 Santoso, Ruddy Tri. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan, Andi Offset, Yogyakarta, Cet. 1. 1995. Pedoman Pembuatan Laporan Keuangan & Penilaian Tingkat Kesehatan BMT, PINBUK. t.t. Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. SE Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Maret 2004 SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR tgl 30 April 1997 Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, Ed. 1, Cet. 1, 2002. www.bi.go.id/sejarah bank indonesia/ SE No.9/12/INTERN/ tgl 30 Maret 2007 KBI SMG Laporan Neraca BPR se-eksresidenan KBI Semarang, Bidang Perbankan KBI Semarang. Sudarsono, Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisa, Yogyakarta, Ed. I, Cet. I, 2003. Susilo, Sri, dkk., Bank dan Lembaga Keunagan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Simorangkir, O.P., Pengantar Lembaga keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Jakarta. Cet. 2, 2004.