ANALSISI PENGARUH MODAL SENDIRI DAN HUTANG JANGKA PANJANG TERHADAP (PPh) BADAN TERUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2003 s/d 2007)
Disusun Oleh MUTRIA LISA SEPTIANI 103082029427
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama
: Mutria Lisa Septiani
Tempat, Tanggal Lahir
: Padang, 21 September 1985
Alamat
: Jl. Raya Kosambi, Klari Kab. Karawang – Jawa Barat
Telepon
: (0267) 8616485 / 0813-99984407
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Tahun
Sekolah
2003 – Sekarang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi
2000 – 2003
MAN 3 Rawasari Jakarta Pusat
1997 – 2000
MTsN 9 Johar Baru Jakarta Pusat
1991 – 1997
SD Negeri 06 Pasa Pakandangan (Sumbar)
Pengalaman Organisasi Tahun 2004 – 2005
Pengurus HMI MPO Cabang ciputat
2001 – 2002
Pengurus PMR Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
Pusat 2000 – 2001
Pengurus Organisasi KIR Madrasah Aliyah Negeri
3 Jakarta Pusat Pengalaman Kerja 2006
KPP Cilandak Pada Bagian PPh
Abstract
aim from this watchfulness detects capital influence self and long term liabilities towards pph body utang (tax load now). sample from this watchfulness five companies that active in chemistry industrial during year 2003 until 2007. data is analyzed by using stripe analyst method. watchfulness result shows that capital self not influential according to significant towards current tax expense. while influential long term liabilities according to significant. in test f value sig as big as 0,00 or under 0,05 (0,00<0,05) so that inferential that capital self and long term liabilities according to together or according to influential federation significant towards current tax expense. keyword: capital self, long term liabilities, current tax expense
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap PPh badan terutang (beban pajak kini). Sampel dari penelitian ini adalah lima perusahaan yang bergerak di bidang industry kimia selama tahun 2003 samapi 2007. Data dianalisis dengan menggunakan metode analis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sendiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PPh badan terutang. Sedangkan hutang jangka panjang berpengaruh secara signifikan. Pada uji F nilai sig sebesar 0,00 atau dibawah 0,05 (0,00<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sendiri dan hutang jangka panjang secara bersama-sama atau secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap PPh badan terutang. Kata Kunci : Modal Sendiri, Hutang jangka panjang, PPh Badan Terutang
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalammu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan karuniaNya kepada penulis
atas Rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan akuntansi, Fakultas ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita yang telah membawa kita dari kebodohan kepada zaman penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbigan, tuntunan, serta bantuan moril maupun materiil dan segala bentuk bantuan-bantuan lainnya yang teramat besar nilainya bagi penulis dan ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada : 1.
Kedua orang tua tercinta, Amak dan Abak (Alm) yang dengan setulus hati dengan penuh kasih sayang, untaian do’a dan membanting tulang untuk penulis agar penulis dapat melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Ajo dan katangah yamg tidak bosan-bosannya memberikan dukungan kepada penulis. Uni dan uda makasih atas segala yang telah diberikan kepada penulis. Cetek dan Pak Uncu makasih atas segalanya maafin penulis jika ada kesalahan. Uni dina dan uda edi thanx for all. Dan untuk keponakan-keponakanqu adi, fitri, zikri, rafli, yazra dan aisyah tente sayang sama kalian semua.
2.
Bapak Dr. Yahya Hamja. MM selaku Dosen Pembimbing I. Yang ditengah kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan support kepada penulis sehimgga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Muhammad Yani, SE., Msi selaku Dosen Pembimbing II beserta keluarga yang dengan tulus ikhlas menerima kedatangan penulis kerumah
untuk bimbingan dan memberikan saran, arahan dan juga support sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku Dekan FEIS
5.
Bapak Drs. Abdul Hamid Chebba, Ak., MBA, selaku Ketua Jurusan Akutansi. Terima kasih atas segalanya.
6.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen FEIS yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan berguna bagi penulis.
7.
Pengeranqu “Dede Nikmatul Akbar” yang selalu memberikan perhatiannya yang tidak terbatas, yang selalu menemani penulis di saat suka dan duka I luv u 4Ever. Dan keluarga besar Bapak H. Zainuddin dan Ibu H. Siti Aisyah sekeluarga.
8.
Teman-temanqu yang sangat membantu penulis.
9.
Sahabat-sahabatqu dipadang sampai ketemu di padang. Taragak alah lamo indak basuo.
10. Dan semua pihak yang telah membantu dengan penuh keikhlasan dan dengan setulus hati yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis di balas dengan kesempurnaan oleh Allah SWT. Amin Ya Robbal Aalamin.
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup
i
Abstract
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar isi
xi
Daftar Gambar
xiv
Daftar Tabel
xv
Daftar lampiran
xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian.............................................................
1
B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
7
A. Konsep Modal ..............................................................................
7
1. Pengertian Modal...................................................................
7
2. Jenis Modal ...........................................................................
8
B. Hutang Jangka Panjang.................................................................
10
1. Pengertian Hutang Jangka Panjang ........................................
10
2. Komponen Hutang Jangka Panjang........................................
10
C. Perpajakan....................................................................................
14
1. Pengertian Pajak ....................................................................
14
2. Pajak Penghasilan (PPh) ........................................................
15
3. Subjek Pajak ..........................................................................
15
D. Pajak Penghasilan (PPh) Badan ....................................................
18
E. Pajak Penghasilan (PPh) 6 ............................................................
19
F. Pajak Penghasilan (PPh) 9 ............................................................
21
G. Pajak Penghasilan (PPh) 25 ..........................................................
21
H. Pajak Penghasilan (PPh) 28A dan 29 ............................................
21
I. Konsep Laporan Keuangan...........................................................
22
1. Pengertian Laporan Keuangan ...............................................
22
2. Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan..............................
24
J. Kerangka Pemikiran .....................................................................
25
K. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ...................................................
27
L. Perumusan Hipotesis ....................................................................
28
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................
29
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
29
B. Metode Penentuan Sampel............................................................
29
C. Metode Pengumpulan Data...........................................................
30
D. Pengujian Hipotesis ......................................................................
31
E. Operasional Variabel Penelitian....................................................
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
34
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................................
34
B. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian .........................................
45
C. Penemuan dan Pembahasan ..........................................................
50
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................
59
A. Kesimpulan ..................................................................................
59
B. Implikasi ......................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
62
LAMPIRAN ...........................................................................................
64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang melanda dunia saat ini memberikan dampak atau pengaruh yang signifikan bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia. Perekonimian dunia akan tertinggal secara global dengan semakin kuatnya tuntutan terhadap penerapan prinsip perdagangan dan perekonomian menjadi semakin kabur sehingga persaingan dunia usaha semakin ketat. apalagi dengan adanya krisis ekonomi dunia pada saat ini yang sangat memprihatinkan dengan demikian kondisi tersebut mengharuskan pelaku bisnis bertindak dengan hati-hati dan cermat dalam menentukan strategi usahanya dengan tujuan untuk menghindari adanya langkah keliru yang dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Sejalan dengan perkembangan manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan, setiap perusahaan seharusnya dapat mempertimbangkan setiap keputusan dan kebijakan yang diambil, terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah keuangan. Keputusan untuk memilih sumber pembayaran atau stuktur permodalan merupakan keputusan di bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Era perdagangan bebas yang di sertai dengan perkembangan teknologi saat ini,menuntut perusahaan untuk memperhatikan stuktur finansial atau permodalan. Menurut Bambang Riyanto (1980 : 12), secara umum sebuah perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya, dapat bersumber dari dalam dan luar
1
perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan dapat berupa modal yang ada dalam perusahaan (cadangan laba) atau yang berasal dari pemilik modal. Dana inilah yang menjadi jaminan bagi kreditor. Sedangkan sumber dana dari luar berasal dari pinjaman kreditor, ini merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan. (Khodijah : 2006). Pendanaan dari luar perusahaan yang berupa hutang dapat membuat perusahaan memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap dana dari pihak luar. Namun menurut Tinjung Desi Nursanti (2004) dalam Khodijah (2006) pendanaan dengan utang dapat meningkatkan kinerja dan performa manajer, sehingga mereka akan lebih berusaha untuk memperoleh laba yang tinggi yang akan digunakan untuk membayar cicilan bunga. Bambang Riyanto dalam Husnan (1996 : 337) menambahkan bahwa penggunaan utang bisa dibenarkan sejauh bisa memberikan tambahan laba operasi yang lebih besar dari bunga yang dibayar perusahaan. Bambang Riyanto (1980) dalam Khodijah (2006) menerangkan dalam model struktur modal disebutkan bahwa untuk menentukan struktur modal atau bauran antara utang dengan ekuitas, terdapat pedoman yang bersifat vertikal. Pedoman ini menetapkan bahwa besarnya jumlah utang dalam perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya jumlah ekuitas. Jadi, koefisien utang yaitu perbandingan antara jumlah hutang terhadap modal tidak boleh lebih dari 100%. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul yang lebih mengutamakan modal sendiri yang digunakan perusahaan dibandingkan peneliti-peneliti lainnya yang lebih banyak menitikberatkan dari segi ekuitas baik yang berasal
dari perusahaan itu sendiri maupun dari pihak lain (DAR-DER). Dan hasil yang diperoleh juga berbeda dimana pada penelitian yang dilakukan peneliti hasilnya sama-sama saling mempengaruhi variable independen dalam hal ini PPh Badan Terutang. Dapat dikatakan, setiap perusahaan yang selalu memperhatikan dan mengoptimalkan struktur modalnya, serta mempergunakan modal tersebut dalam membiayai operasionalnya secara tepat, akan membawa pengaruh yang menguntungkan baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi Negara, karena perusahaan dapat memperoleh laba yang besar sehingga penerimaan Negara dari sektor perpajakan khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Badan juga turut meningkat. Dalam hal ini perusahaan yang bergerak dalam bidang kimia juga memperoleh dampak secara signifikan berbagai masalah sekarang ini terjadi berkaitan dalam bidang kimia seprti halnya dalam bidang farmasi atau obatobatan yang sekarang banyak di bicarakan. Dalam hal ini banyak peneliti melakukan penelitian dari segi analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan terutang, Nur wachidah yulianti (2008). Pengaruh struktur modal terhadap perolehan laba yang tercermin dalam harga saham. Diantaranya, Muhammad (2006) dalam judul Analisis Struktur Modal Terhadap harga Saham Perusahaan Obat-obatan Terbuka Di Bursa Efek Jakarta, Khodijah (2006), Analisis faktor-faktor Determinasi Srtuktur Modal dan Price Earning Ratio serta pengaruhnya terhadap harga saham.
Farah (2005) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Pajak Penghasilan, mengungkapkan bahwa struktur modal adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan informasi pajak penghasilan. Berdasarkan atas apa yang telah dikemukakan, mendorong penulis untuk meneliti apakah terdapat pengaruh antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan Pajak Penghasilan (PPh) Badan terutang. Dengan mengambil studi kasus pada perusahaan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003 sampai 2007, penulis mencoba menjawab pertanyaan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Sendiri Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang: Studi Kasus Pada Perusahaan Industri Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2003 s.d 2007”
B. Rumusan Masalah Penelitian Pada penelitian ini, pembahasan akan ditekankan pada masalah pengaruh dari modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sendiri terhadap PPh badan terutang? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara hutang jangka panjang terhadap PPh badan terutang?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap PPh badan terutang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiria atas hal-hal sebagai berikut: a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perusahaan industri kimia yang terdaftar di BEI berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutangnya. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hutang jangka panjang terhadap perusahaan industri kimia yang terdaftar di BEI berpengaruh. c. Untuk mengetahui apakah stuktur modal sendiri dan hutang jangka panjang berpengaruh secara simultan terhadap PPh Badan terutang pada perusahaan industri kimia yang terdaftar di BEI.
2. Manfaaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini diantaranya: a. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah khususnya para fiskus untuk memutuskan besarnya modal sendiri atau perbandingan antara hutang dan modal perusahaan yang wajar untuk keperluan perhitungan pajak.
b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil keputusan keuangannya, terutama dalam menentukan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri yang optimal sehingga dapat memaksimalkan laba operasional. c. Bagi Akademisi Sebagai tambahan referensi guna mempermudah akademisi dalam mempelajari modal sendiri dan hutang jangka panjang yang optimal yang dimiliki perusahaan, serta tambahan referensi tentang perpajakan. d. Bagi Peneliti Untuk memperdalam pengetahuan penulis, terutama yang berkaitan dengan Pajak Penghasilan (PPh) Badan atau perusahaan serta dapat menambah pengetahuan penulis tentang modal sendiri dan hutang jangka panjang perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Modal 1. Pengertian modal Dibawah ini merupakan beberapa definisi mengenai modal yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli: Menurut Prof. Meij dalam Riyanto (2001:18) “Modal sebagai kolektivitas dari barang-barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dengan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Yang dimaksudkan dengan kekayaan adalah daya beli yang terdapat dalam barang-barang modal. Dengan demikian maka kekayaan terdapat dalam neraca sebelah kredit”. Menurut Thomas Copeland (1989) dalam Prawirosentono (2002), “Modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan bisnis sehari hari”. Menurut Atmaja (2002 : 115), “Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu utang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan”. Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa modal adalah item-item yang berada pada sisi kanan (kredit) neraca yang terdiri dari utang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan sehari-hari.
2. Jenis modal Menurut Prawirosentono (2002) secara umum jenis modal yang dapat diperoleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modalnya terdiri atas : a. Modal sendiri (Equity capital) Modal sendiri adalah modal permanen, karena diinvestasikan dalam waktu yang lamanya tidak tentu, sepanjang perusahaannya masih beroperasi. Modal sendiri dalam suatu bisnis berbentuk : 1) Saham (stock) Saham adalah surat berharga berupa tanda bukti penyertaan modal dalam perusahaan. 2) Cadangan penyusutan (depreciation allowance) Cadangan penyusutan merupakan dana penyusutan yang harus dicadangkan dari nilai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan. 3) Laba yang ditahan (retained earning) FASB Statement mendefinisikan laba akuntansi sebagai perubahan dalam net asset dari suatu entitas selama suatu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik (Harahap, 1999:132). Secara umum, laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan atas usahanya. Laba yang dibagikan kepada para pemegang saham disebut deviden,
sedangkan
laba
ditahan
merupakan bagian dari
keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden tetapi untuk ditanam kembali (reinvestment) dalam perusahaan. Riyanto (2001) menambahkan bahwa modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan secara yuridis modal inilah yang merupakan jaminan bagi para kreditur. b. Modal pinjaman (Debt capital) Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan utang (payable) yang harus dibayar kembali pada saat jatuh tempo nanti. Alasan perusahaan menggunakan modal pinjaman adalah karena modal sendiri yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh modal yang diperlukan. Berdasarkan periodenya, modal pinjaman dibagi dalam tiga golongan yaitu : 1) Modal utang jangka pendek (short term debt capital) Modal utang jangka pendek merupakan utang berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya sebagian utang jangka pendek merupakan kredit perdagangan (commercial credit). 2) Modal utang jangka menengah (intermediate term debt capital) Modal pinjaman jangka menengah merupakan modal utang yang jangka waktunya antara 1 sampai 10 tahun. 3) Modal utang jangka panjang (long term debt capital) Modal utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktu pelunasannya lebih dari 10 tahun.
c. Pengertian Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang adalah hutang perusahaan kepada pihak ketiga yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari periode akuntansi. Hutang jangka panjang dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hutang (pinjaman) jangka panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan asset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan (bai langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Hutang (pinjaman) jangka panjang tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum serta belanja operasional dan pemeliharaan. Hutang jangka panjang terdiri dari: 1) Obligasi Obligasi (bonds payable) merupakan salah satu instrumen utang jangka panjang. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan
jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Pada umumnya, instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun, nilai obligasi naik. Sebaliknya jika bunga meningkat, nilai obligasi turun. (Suwarno : 2003). 2) Wesel bayar hipotek (mortgage notes payable) Wesel bayar hipotek (mortgage notes payable) adalah wesel yang dijamin oleh suatu dokumen yang disebut hipotek. Hipotek (mortgage) adalah hak yang diberikan kepada kreditor terhadap harta tidak bergerak atau properti sebagai jaminan. Pada perseroan, wesel bayar hipotek jarang digunakan daripada obligasi karena obligasi lebih memberikan keuntungan dalam mendapatkan pinjaman berjumlah besar. 3) Kredit investasi (long term loan) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan bank yang dapat digunakan untuk pembelian aktiva tetap. a. Ekuitas pemegang saham Ekuitas pemilik dalam perseroan didefinisikan sebagai ekuitas pemegang saham atau modal perseroan. Ada tiga kategori yang biasanya muncul sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham : 1) Modal saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan. Saham pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas
suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Setiap unit usaha berbentuk PT wajib memiliki saham. Anggaran dasar sebuah PT menetapkan modal dasar (authorized capital) perusahaan dengan ketentuan tidak boleh lebih kecil dari Rp 20 juta. Pada saat pengesahan pendirian PT, sekurang-kurangya 25% dari modal dasar, yang ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut, telah disetor penuh. Bukti penyetoran itulah yang disebut saham. (Suwarno : 2003). Adapun jenis dari saham adalah sebagai berikut: a) Saham biasa (common stock) Pemegang saham biasa akan mendapatkan deviden jika perusahaan mendapatkan keuntungan, namun jika perusahaan mengalami
kerugian,
maka
pemegang
saham
tidak
mendapatkan deviden. Pemegang saham biasa memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham. (Riyanto, 2001 : 241) b) Saham preferen (preferred stock) Pemegang saham preferen juga berhak mendapatkan deviden jika pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan dan tidak mendapatkan deviden jika perusahaan mengalami kerugian. Pemegang saham preferen memiliki beberapa preferensi yaitu : (1) Deviden dari saham preferen dibagikan terlebih dahulu daripada saham biasa.
(2) Apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan daripada saham biasa. (Riyanto, 2001 : 241) c) Saham kumulatif preferen (Cummulative preferred stock) Pemegang saham ini memiliki hak kumulatif atas deviden yang didapatkan. Artinya, jika perusahaan mengalami kerugian maka deviden yang didapat dikumulatifkan dengan deviden yang akan diterima jika perusahaan mendapatkan keuntungan. (Riyanto, 2001 : 242) 2) Tambahan modal disetor Tambahan modal disetor berasal dari penerbitan modal saham. Nilai saham di dalam neraca selalu tercantum dalam nilai nominalnya. Jika pada saat emisi saham, nilai kurs di atas nilai pari, maka selisih nilai kurs dengan nilai nominal yang disebut agio saham ditambahkan sehingga akan memperbesar nilai saham dan dengan sendirinya akan memperbesar modal sendiri. Namun, jika pada saat emisi saham, nilai kurs di bawah nilai pari, maka selisih nilai kurs dengan nilai nominal yang disebut disagio saham dikurangkan sehingga akan memperkecil nilai saham dan dengan sendirinya akan memperkecil pula modal sendiri. (Riyanto, 2001 : 242)
3) Laba ditahan Laba ditahan adalah modal yang dikembangkan jika bisnis berjalan dengan menguntungkan. Modal ini terdiri dari semua laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (deviden) dan tetap diinvestasikan dalam perusahaan.
B. Perpajakan 1. Pengertian Pajak Dibawah ini ada beberapa definisi perpajakan yang diterangkan oleh beberapa orang ahli: Menurut Soemitro dalam Resmi (2005:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Definisi tersebut kemudian disempurnakan sehingga berbunyi, “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”. Menurut Feldmenn dalam Resmi (2005:1), “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”. Sedangkan menurut UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan,
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : a. kontribusi dari rakyat kepada kas Negara b. Dipungut berdasarkan undang-undang c. Tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari Negara d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah tangga Negara yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 2. Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Sedangkan subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan (Resmi, 2005:74). Dan pengertian diatas telah berubah setelah dikeluarkannya UU No. 36 Tahun 2008 yang berbunyi: Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Dalam pasal 2 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008.
a. 1) Orang pribadi (a)
Dimulai sejak orang pribadi dilahirkan, berada, atau berniat tinggal di Indonesia. Terhadap orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul pada hari pertama berada di Indonesia.
(b)
Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak b. Badan c. Bentuk Usaha Tetap d. Subyek pajak luar negeri dan dalam negeri Sesuai dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1, jenis penghasilan atau yang disebut objek pajak yaitu: a. setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak. b. baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. c. yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak. d. dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: 1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undangundang. 2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan. 3) Laba usaha. 4) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta. 5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya. 6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan pengembalian hutang. 7) Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. 8) Royalti. 9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. 11) Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan. jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 12) Keuntungan karena selisih kurs. 13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. 14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalan usaha atau pekerjaan bebas. 16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. 17) Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah. 18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. 19) Surplus Bank Indonesia. 3. Pajak Penghasilan (PPh) Badan Menurut Mardiasmo dalam Yuliafitri (2005:27), Badan terdiri dari perseroan terbatas, Commanditer, perseroan lainnya, Badan usaha milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi osial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya. Kewajiban pajak subjektif terhadap badan dimulai saat badan didirikan dan akan berakhir ketika badan dibubarkan. Salah satu yang menjadi objek pajak penghasilan adalah laba usaha perusahaan. Dalam pasal 17 ayat 1 (b) UU No.36 Tahun 2008, tarif pajak untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tarif Pajak Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap 2009
28%
2010 dan selanjutnya
25%
PT. yang 40% sahamnya diperdagangkan di BEI
5% Lebih rendah dari yang seharusnya.
Dasar perhitungan pajak dilihat dari laba fiskal perusahaan. Ditinjau dari segi kepentingan, maka laporan keuangan yang dibuat perusahaan memiliki dua kepentingan yaitu kepentingan komersil dan kepentingan fiskal. Untuk kepentingan komersil, laporan keuangan dibuat berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sedangkan untuk kepentingan fiskal laporan keuangan dibuat berdasarkan peraturan perpajakan (Undangundang PPh) yang berlaku. Oleh karena itu, wajib pajak badan harus melakukan rekonsiliasi fiskal untuk memperoleh nilai laba fiskal yang akan dijadikan dasar dalam perhitungan pajak penghasilan badan terutangnya (Resmi, 2005: 329). 4. Pajak penghasilan (PPh) pasal 6 Berdasarkan penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1) Biaya pembelian bahan 2) Biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium dsb.
3) Bunga, sewa dan royalti. 4) Biaya perjalanan. 5) Biaya pengolahan limbah. 6) Premi asuransi. 7) Biaya promosi dan penjualan yang berkaitan dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. c. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. e. Kerugian selisih kurs mata uang asing. f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia. g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan. h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
5. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 9 Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha Koperasi. b. Biaya yang dibebankan atau yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota. c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan…! 6. Pajak Penghasilan (PPh) 25 Pajak Penghasilan (PPh) 25 merupakan pasal 25 dalam UU PPh No.17 Tahun 2000 yang mengatur tata cara pembayaran pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan cara angsuran. Berdasarkan pasal 25 ayat (1) bahwa besarnya angsuran pajak yang dibayar setiap bulan oleh wajib pajak adalah sebagian pajak penghasilan terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan yang dikurangi: a. PPh yang dipotong yaitu PPh 21 dan 23 serta PPh yang dipungut yaitu PPh 22 b. PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan dalan hal ini PPh 24. 7. Pajak Penghasilan (PPh) 28A dan 29 Pada akhir tahun wajib pajak baik dalam negeri maupun luar negeri yang melakukan bentuk usaha tetap, diwajibkan melakukan penutupan
pembukuan. Dalam pembukuan akhir tahun ini, maka dapat dikenai PPh berupa pasal 28A dan 29 Berdasarkan pasal 28A UU PPh No.17 Tahun 2000, jika PPh terutang lebih kecil dari jumlah kredit pajak (terdiri dari PPh 21, 22, 23, 24, dan 25) sehingga menimbulkan lebih bayar. Atas kelebihan ini wajib pajak dapat mengajukan restitusi atau dikompensasi untuk tahun berikutnya setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan. Sedangkan menurut pasal 29 UU PPh No.17 Tahun 2000, jika PPh terutang untuk suatu tahun takwim lebih besar dari jumlah kredit pajak sehingga menimbulkan kurang bayar. Atas kekurangan pembayaran tersebut maka harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir.
C. Konsep Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasikan dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statements) yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso, 2002:3). Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban (accountability) dan menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya (Harahap, 1999 : 121)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagaimana dikutip oleh Yuliafitri (2005) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan ekonomi. Sedangkan
tujuan
laporan
keuangan
menurut
Garisson
(1988)
sebagaimana dikutip oleh Suhardito (2000) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah membantu para pemakai potensial laporan keuangan untuk memprediksi masa depan melalui perbandingan atau analisis (Nurhayati :2005). Gibson dan Bayer (1980), Gibson (1982), serta Lev dan Thiagarajan (1993) sebagaimana dikutip oleh Zainuddin dan Hartono (1999 : 66-90) mencatat bahwa untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis atas laporan keuangan sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan, analisis laporan keuangan sangat berguna dalam pemgambilan keputusan ekonomis antara lain, penetapan struktur modal dalam meningkatkan profitabilitas bagi kemakmuran pemilik perusahaan (Nurhayati : 2005). Laporan Laba Rugi merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib dibuat oleh perusahaan. Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi membantu para pemakai untuk mengevaluasi
kinerja masa lalu dan memberikan masukan tentang pencapaian tingkat arus kas tertentu di masa depan (Kieso, 2002:150-151) Selain laporan laba rugi, Neraca juga merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib dibuat oleh perusahaan. Neraca didefinisikan sebagai laporan posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik atau pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. Neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan (Kieso, 2002:216-217). 2.
Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (1994:24) sebagaimana dikutip oleh Farah (2005) menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang yang membuat informasi dapat berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu: a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, dan akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. b. Relevan Informasi harus relevan sehingga mampu memberikan manfaat bagi para pemakai.
c. Keandalan Informasi
dikatakan
andal
jika
bebas
dari pengertian
yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan. d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
D. Kerangka Pemikiran Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran model penelitian ini yaitu :
Modal Sendiri (X1)
ε ρyx1
rx1x2
Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang ρyx2 Hutang Jangka Panjang (X2)
Gambar 4.12 Diagram Jalur
E. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penulis mengambil judul penelitian tentang analisis pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang dengan memperhatikan penelitian yang pernah dilakukan mengenai analisis struktur modal terhadap PPh badan. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu : 1. Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap harga saham oleh Muhammad (2006). Penelitian tersebut mengambil sampel seluruh perusahaan farmasi dan obat-obatan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2001 sampai 2004 sebanyak 10 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur modal yang diukur melalui 4 variabel, yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Long Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial DER dan EAR memiliki pengaruh positif terhadap harga saham sebesar 0,025% dan 0,379%. Koefisien determinasi sebesar 77,28% menerangkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Long Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) mempengaruhi harga saham. 2. Penelitian mengenai struktur modal pernah dilakukan pula oleh Khodijah (2006) dengan judul Analisis faktor-faktor Determinasi Srtuktur Modal dan Price Earning Ratio serta pengaruhnya terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Path Analysis, menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh baik
secara langsung maupun tidak terhadap struktur modal yaitu struktur aktiva dan profitabilitas dengan nilai 16,4% dan 2,7%. 3. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pendanaan pernah dilakukan oleh Nurhayati (2005) dalam skripsinya yang berjudul variabel-variabel
yang
mempengaruhi
Struktur
Pendanaan
dan
Rentabilitas Modal Sendiri. Adapun hasil penelitiannya adalah bahwa secara parsial ukuran perusahaan dan beban pajak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pendanaan. 4. Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap pengungkapan informasi pajak penghasilan pernah dilakukan oleh Farah (2005) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Pajak Penghasilan. Dengan mengambil sampel perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ pada tahun 2004, disimpulkan bahwa struktur modal yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER), tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap informasi pengungkapan pajak penghasilan. 5. Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap PPh badan dengan mengambil sampel 5 perusahaan perdagangan eceran pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Nurwachidah (2008). Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio secara simultan berpengaruh terhadap PPh badan terutang pada perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar di BEI.
F. Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ha
:
Modal sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap PPh Badan Terutang
Ho
:
Modal sendiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PPh Badan Terutang.
2. Ha
:
Hutang jangka panjang berpengaruh secara signifikan terhadap PPh Badan Terutang.
Ho
:
Hutang jangka panjang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PPh Bdan Terutang.
3. Ha
:
Modal sendiri dan hutang jangka panjang berpengaruh secara signifikan terhadap PPh badan Terutang.
Ho
:
Modal sendiri dan hutang jangka panjang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PPh Badan Terutang.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini dengan mengambil lokasi penelitian di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena, peneliti menganggap BEI merupakan tempat yang tepat untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti yaitu berupa laporan keuangan perusahaan industri kimia. Data laporan keuangan yang digunakan adalah data dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian adalah semua perusahaan kimia yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 12 perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti dapat mengambil 5 perusahaan sebagai sampel. Sampel tersebut diambil berdasarkan purposive sampling, yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. (Indriantoro dan Supomo : 2002) Adapun kriteria dalam pemilihan sampel adalah : 1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian tahun 2003 sampai tahun 2007. 2. Kelengkapan laporan keuangan dari tahun 2003 sampai tahun 2007 3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember.
29
4. Pada tahun-tahun yang diteliti, perusahaan harus memiliki laba kena pajak (fiskal), sehingga memiliki beban pajak kini atau Pajak Penghasilan terutang. Perusahaan kimia yang menjadi sampel dalam penelitian ini seperti terlihat dalam tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Daftar Sampel No
Kode
Nama Perusahaan
Tanggal Listing
1
INCI
PT. Intan Wijaya Internasional, Tbk
24 Juli 1990
2
EKAD
PT. Ekadharma Internasional,
Tbk
14 Agustus 1990
3
DPNS
PT. Duta Pertiwi Nusantara,
Tbk
08 Agustus 1990
4
ETWA
PT. Eterindo Wahanatama,
Tbk
16 Mei 1997
5 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk Sumber: Perusahaan sector kimia yang terdaftar di BEI
06 November 1989
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder, sementara teknik pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Penelitian laporan Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data perusahaan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan keuangan tahun 2003 sampai 2007. 2. Metode Kepustakaan Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan dengan melihat annual report perusahaan sampel pada Pusat Referensi Pasar Modal
(PRPM) serta dengan melihat referensi dari buku, jurnal, majalah, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian penulis. Selain itu penulis juga melakukan penelusuran melalui internet dalam website www.jsx.co.id yang sekarang berganti menjadi www.bei.co.id.
D. Pengujian Hipotesis Analisis data menggunakan metode analisis jalur atau Path Analysis yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel dimana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007:147). Pada dasarnya analisis jalur merupakan bagian dari analisis regresi linear berganda yang diperluas untuk menaksir secara eksplisit hubungan kausalitas diantara variabel-variabel yang akan diuji yang telah ditetapkan sebelumnya. Didalam analisis jalur (Path Analysis), pada setiap variabel memiliki keterkaitan baik itu regresi maupun korelasi dan harus digambarkan dengan jelas. Dalam menggambarkan diagram jalur yang perlu diperhatikan adalah anak panah yang menggambarkan hubungan diantara variabel tersebut dimana anak panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua adalah hubungan korelasi (Ghozali 2001:161). Disetiap anak panah terkandung nilai koefisien jalur yang menggambarkan seberapa
besar
hubungan
ataupun
pengaruh
variabel-variabel
yang
dihubungkan oleh anak panah tersebut. Koefisisen jalur adalah besarnya
pengaruh langsung suatu variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam setiap penelitian yang menggunakan analisis jalur, penentuan model diagram jalur merupakan tahap pertama yang sangat penting dalam memulai analisis ini. Analisis jalur bertujuan untuk menunjukkan akibat lagsung dan tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk diagram jalur ditentukan oleh proporsi teoritis yang berasal dari kerangka pemikiran atau empiris pada permasalahan yang dianalisis. Dalam hal ini dapat digambarkan dalam hubungan seperti ini :
Modal Sendiri (X1) Pyx1 Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang
rx1x2
Hutang Jangka Panjang (X2)
Pyx2
Gambar model 3.1 diagram jalur
Persamaan yang digunakan untuk analisis jalur adalah: Y
= ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρy ε1
Dimana: Y
= Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang
ρy1
= Derajat pengaruh relative langsung X1 ke Y
X1
= Modal Sendiri
ρy2
= Derajat pengaruh relative langsung X2 ke Y
X2
= Hutang Jangka Panjang
ε
= Variabel Error (Ketidaknormalan)
E. Operasional Variabel 1. Endogen Variabel (Independen) Endogen variabel atau variabel akibat (variabel Y) adalah variabel
yang
dipengaruhi
oleh
variabel
eksogen.
Dalam
penelitian ini Pajak Penghasilan (PPh) Badan terutang merupakan variabel endogen. Pajak Penghasilan (PPh) Badan terutang adalah pajak yang dikenakan
terhadap
laba
yang
dihasilkan
atau
diperoleh
perusahaan dalam satu tahun pajak. Dengan kata lain, PPh Badan terutang
adalah
laba
fiskal/laba
akuntansi
yang
sudah
direkonsiliasi fiskal dikali dengan PPh Badan. Dlam laporan keuangan PPh badan terutang sering disebut dengan beban pajak kini (current tax expense). 2. Eksogen variabel (Dependen) Eksogen variabel atau variabel penyebab (variabel X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel endogen, variabel eksogen yaitu Modal Sendiri (X1) dan Hutang Jangka Panjang (X2).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 5 perusahaan industri kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun profil perusahaan adalah sebagai berikut: 1. PT. Intan Wijaya Internasional, Tbk PT Intan Wijaya Internasional, Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaries No.64 tanggal 14 nofember 1981 yang dibuat di hadapan Jony Frederik Berthold Tumbelaka Sinjal, SH. Notaris di Banjarmasin. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara
No.40 tanggal 18 Mei 1980 Tambahan No.1829,
Tambahan No.1830, Tambahan No.1831. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dinyatakan dalam akta No.50 tanggal 21 Juni 2000 dari notaries Siti Pertiwi Henny Singgih, SH. Termasuk mengenai perubahan nama Perseroan dari PT. Intan Wijaya Chemical Industry Tbk menjadi Intan Wijaya Internasional Tbk. Perubahan anggaran dasar tersebut mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum
21257.HT.01.04.TH.2000
dan
Perundang-undangan
tanggal
25
34
September
2000.
No.CTerakhir
perubahan anggaran dasar antara lain mengenai pertambahan modal ditempatkan dan disetor di tahun 2002 yang dinyatakan dengan akta No.64 tanggal 12 juni 2002 dari Notaris Linda Kenari SH. Sesuai dengan Pasal 2 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi perusahaan manufaktur Formaldehyde. Pada saat ini produk Perusahaan terutama adalah Formaldehyde Resin (perekat kayu). Kantor pusat Perusahaan terletak di Wisma IWI lantai 5, Jln. Perjuangan Jalur Lambat Tomang Tol, Jakarta Barat. Lokasi pabrik Perusahaan terletak di Jln. Trisakti (Komplek UKA), Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Perusahaan mulai berproduksi komersial sejak tahun 1987. Hasil produksi dipasarkan lokal dan juga diekspor ke beberapa Negara yaitu Singapura, Afrika, Philipina dan Hongkong, dengan proporsi pemasaran lokal dan ekspor sebesar 96.30% dan 3.70%. Dibawah
ini
penulis
perusahaan yang berkenaan
menyajikan
laporan
keuangan
dengan modal sendiri, hutang
jangka panjang dan juga PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Tabel 4.1 PT. Intan Wijaya Internasional, Tbk Nilai Modal Sendiri, Hutang Jangka Panjang dan (PPh) Badan Terutang Tahun 2003 s.d 2007 (disajikan dalam jutaan rupiah) Variabel
Modal Sendiri Hutang Jangka P PPh Badan Terutang
Tahun
RataRata
2003 144963
2004 153417
2005 2006 2007 160482 152231 156100
956
1220
1144
1007
1071
1079,6
3486
5024
5448
0
0
4652,6
153439
Sumber : Data laporan keuangan BEI
PT. Intan Wijaya Internasional , Tbk memiliki nilai rata-rata modal sendiri dari tahun 2003 sampai tahun 2007 sebesar Rp.153.439 juta. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata modal yang digunakan oleh perusahaan bersumber dari modal sendiri yaitu sebesar Rp.153.439 dalam 5 tahun. Nilai rata-rata hutang jangka panjang dari tahun 2003 sampai tahun 2007 sebesar Rp.1079,6. Sedangkan rata-rata PPh Badan yang terutang dari tahun 2003 sampai 2005 sebesar Rp.4.652,6 juta, karena pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan tidak mmbayar hutang jangka panjang karena perusahaan rugi. 2. PT. Ekadharma Internasional, Tbk
PT.
Ekadharma
perusahaan
Internasional,
bergerak
di
bidang
Tbk kimia.
merupakan Pada
sebuah
tahun
1981
Ekadharma didirikan dengan nama PT.Ekadharma Widya Grafika dan bergerak dalam bidang produksi kertas. Pada tahun 1983 Ekadharma mengembangkan usahanya ke bidang industri pita perekat. Dan pada tahun 1984 Ekadharma mengadakan kerja sama dengan Nashua Corporation USA untuk memproduksi pita perekat merek
"NASHUA" untuk
pasar
Indonesia. Pada tahun
1986
Ekadharma mengekspor produknya ke luar negeri, terutama untuk pasar di kawasan Asia. Pada tahun 1990 nama Ekadharma diubah menjadi PT. Ekadharma Tape Industries dan Ekadharma menjual sebagian sahamnya ke publik. Sebagai perusahaan publik yang bergerak dalam bidang manufaktur berbagai macam Pita Perekat, sejak pendiriannya pada tahun 1981, Ekadharma telah berkembang pesat dan dikenal di kalangan pebisnis pita perekat. Bahkan hingga saat ini merupakan salah satu produsen pita perekat terkemuka dan terbesar di Indonesia. Menyadari betapa besarnya kebutuhan pasar terhadap pita perekat baik pasar domestik
maupun
pasar
ekspor
maka
Ekadharma
selalu
melakukan improvisasi dan diferensiasi untuk menyediakan produk yang memuaskan seluruh lapisan konsumen.
Meskipun keunggulan merk produk, seperti: Daimaru yang telah dikenal lebih dari 20 tahun sebagai merk pita perekat terkenal, Ekadharma terus berusaha mengembangkan jaringan distribusi dan pelayanan ke seluruh target pasar, antara lain: Toko Retail, Grosir, Industri-industri, dan Supermarket di seluruh Indonesia melalui berbagai kantor cabang dan stock point, agar dapat memberikan kepuasan yang tiada henti kepada para pelanggan. Dibawah
ini
penulis
menyajikan
perusahaan yang berkenaan
laporan
keuangan
dengan modal sendiri, hutang
jangka panjang dan juga PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Tabel 4.2 PT. Ekadharma Internasional, Tbk Nilai Modal Sendiri, Hutang Jangka Panjang dan PPh Badan Terutang Tahun 2003 s.d 2007 (disajikan dalam jutaan rupiah) Variabel
Tahun
RataRata
2003 49787
2004 52036
2005 54805
2006 57875
2007 60840
55068,6
Hutang Jangka P
0
0
0
0
0
0
PPh Badan Terutang
1577
Modal Sendiri
1787
1328
2397
2461
1910
Sumber: Data Laporan Keuangan BEI PT. Ekadharma Internasional, Tbk memiliki nilai rata-rata modal sendiri dari tahun 2003 sampai tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 55.068,6 juta, dari tahun 2003 sampai 2007 perusahaan hanya memiliki modal sendiri
yang digunakan untuk operasional
perusahaan sementara hutang jangka panjang PT. Ekadharma Internasional, Tbk hanya memiliki akun imbalan pasca kerja dimana akun tersebut bukan termasuk hutang jangka panjang tetapi diakui sebagai beban bagi perusahaan. Nilai
rata-rata
PPh
badan
terutang
PT.
Ekadharma
Internasional, Tbk sebasar Rp. 1910 juta dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
3. PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi kimia yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1982. Perusahaan ini menghasilkan lem dan perekat kayu lapis. Sedangkan di tengah membubungnya harga minyak dunia, pengembangan batu
bara sebagai salah satu sumber energi
menjadi satu pilihan menarik. Kondisi seperti inilah yang coba dimanfaatkan PT Duta Pertiwi Nusantara (DPN) Tbk, Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kimia, tepatnya perekat untuk kayu lapis. Karena prospek bisnis yang kurang baik akhir-akhir ini, DPN mencoba banting setir masuk ke pertambangan batu bara. “Kami melihat batu bara merupakan
komoditi yang sangat penting karena pemerintah cepat atau lambat tentu akan menempuh kebijakan diversifikasi energi,” kata Direktur Utama DPN, Siang Hadi Widjaja dalam sebuah wawancara dengan SH baru-baru ini. Menggandeng perusahaan pelayaran Arpeni Pratama Ocean Line (APOL), DPN mendirikan perusahaan yang
bernama
PT
Intitirta
Primasakti.
Komposisi
pemilikan
sahamnya, yakni 60 persen dimiliki DPN dan sisanya 40 persen dimiliki oleh APOL. Dalam beberapa tahun terakhir perusahaan yang sangat bergantung pada pabrik kayu lapis (plywood) ini dihadapkan pada isu-isu lingkungan hidup dan pembalakan liar (illegal logging) “hal ini menyangkut bahan baku. Jika illegal logging dan masalah lingkungan terus dipermasalahkan maka industri kami terancam kelangsungan hidupnya,” paparnya. Padahal, katanya kebutuhan plywood di luar negeri sangat besar. Di luar negeri pembangunan rumah, jembatan, gedung dan pengecoran
menggunakan
plywood.
Jika
industri
plywood
terganggu maka industri pendukungnya seperti lem juga akan mengalami gangguan. Dibawah
ini
penulis
perusahaan yang berkenaan
menyajikan
laporan
keuangan
dengan modal sendiri, hutang
jangka panjang dan juga PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Tabel 4.3
PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk Nilai Modal Sendiri, Hutang Jangka Panjang dan (PPh) Badan Terutang Tahun 2003 s.d 2007 (disajikan dalam jutaan rupiah) Variabel
Modal Sendiri Hutang Jangka P PPh Badan Terutang
Tahun
RataRata
2003 103232
2004 110051
2036
0
0
4156
2387
108
2005 2006 2007 111379 107855 109254 108354,2 487
1590
1371
1424
2242
2063,4
Sumber : Data laporan Keuangan BEI
PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk memiliki nilai rata-rata modal sendiri dari tahun 2003 sampai tahun 2007 sebesar Rp. 108.354,2 juta hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar biaya operasional perusahaan yang digunakan untuk pembelian aktiva dibiayai dari modal sendiri sedangkan hutang jangka panjang PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk hanya sebesar Rp. 1.317 juta dan hanya digunakan dari tahun 2003, 2006 dan 2007. PPh badan yang dikeluarkan oleh perusahaan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 yaitu sebesar Rp. 2.063,4 juta. 4. PT. Eterindo Wahanatama, Tbk PT. Eterindo Wahanatama, Tbk (Perusahaan) didirikan pada Tanggal 6 Maret 1992 dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 (telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970). Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan
Perusahaan
bergerak
dalam
kegiatan
perdagangan, pembangunan dan perindustrian. Perusahaan saat ini bertindak sebagai perusahaan investasi, memberikan jasa manajemen dan perusahaan perdagangan dan distribusi. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang di selenggarakan pada tanggal 12 Agustus 2004 yang diaktakan dengan
akta
notaries
Veronica
Nataadmadja,
S.H.,
M.Corp.Admin., M.Com. No. tanggal 12 Agustus 2004. Perusahaan juga menjalankan usaha perdagangan dan distribusi barang-barang kimia serta produk-produk terkait lainnya. Dan mulai tanggal 1 September 2004, Perusahaan melaksanakan usaha perdagangan dan distribusi Phthalic Anhydride (PA), Dioctyl Phthalate (DP), Bio diesel (Fatty Acid
Methyl Ester-FAME) dan
barang-barang kimia lainnya. Perusahaan didirikan dan melakukan operasinya di Indonesia. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1996 dan kantor pusatnya berlokasi di Menara BTN, Lantai 15, Jl. Gajah Mada No.1 Jakarta. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) dalam jajaran unusual market activity (UMA). Pasalnya, terjadi peningkatan harga saham di luar kebiasaan dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama BEI Erry Firmansyah, dalam keterbukaan informasi di BEI, Jakarta, Rabu (25/3/2009). Dia menyatakan, bursa sedang mencermati perkembangan harga dan aktivitas transaksi saham ETWA.
Terbukti, dalam dua pekan terakhir,
harga saham ETWA
melonjak signifikan 63,95 persen dari Rp86 menuju Rp141 pada penutupan perdagangan sesi kedua, kemarin, BEI telah meminta konfirmasi kepada ETWA pada tanggal 18 Maret 2009. Atas dasar konfirmasi perusahaan tercatat, BEI telah mengumumkan pada tanggal 20 Maret 2009. Diharapkan, pelaku pasar memperhatikan jawaban emiten yang bersangkutan serta memperhatikan kinerja ETWA sekaligus mengkaji kembali rencana aksi korporasi perseroan apabila rencana tersebut belum disetujui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dibawah
ini
penulis
perusahaan yang berkenaan
menyajikan
laporan
keuangan
dengan modal sendiri, hutang
jangka panjang dan juga PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Tabel 4.4 PT. Eterindo Wahanatama, Tbk Nilai Modal Sendiri, Hutang Jangka Panjang dan (PPh) Badan Terutang Tahun 2003 s.d 2007 (disajikan dalam jutaan rupiah) Variabel
Tahun
RataRata
2003
2004
2005
Modal Sendiri
392306
353944
351846
361836 368530 365692,4
Hutang Jangka P
47237
52428
55980
95531
35992
57433,6
577
902
966
1238
920,7
PPh Badan Terutang
0
2006
2007
Sumber : Data laporan Keuangan BEI
PT. Eterindo Wahanatama, Tbk memiliki nilai rata-rata modal sendiri dari tahun 2003 sampai 2007 sebesar Rp.365.692,4 juta, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang bergerak di sector kimia mempunyai modal sendiri yang lebih besar dari pada hutang jangka panjang yaitu sebesar Rp.57.433,6 juta selama 5 tahun. Sedangkan PPh badan yang dikeluarkan perusahaan dari tahun 2004 sampai 2007 sebesar Rp.920,7 juta. PT. Eterindo Wahanatama, tbk pada tahun 2003 tidak dikenakan PPh badan terutang karena perusahaan pada tahun tersebut rugi. 5. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk (perusahaan) didirikan di Republik Indonesia dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No.1 Tahun 1967, yang diubah dengan Undangundang No. 11 Tahun 1970, berdasarkan akta notaris budiarti karnadi SH. No. 12 Tanggal 7 Februari 1983, yang diubah dengan akta notaries yang sama No. 33 Tanggal 13 Mei 1983. Akta pendirian beserta perubahannya tersebut disahkan oleh menteri kehakiman dalam surat keputusan No. C2-4129-HT.01.01.Th ’83 Tanggal 30 Mei 1983 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.43, tambahan No. 801 Tanggal 28 Mei 1985. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Benny Kristianto, S.H, No.25 Tanggal 19 juli 2006 mengenai tanggang waktu maksimum
pengambilan deviden oleh pemegang saham, yang telah dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana didokumentasikan dalam surat No. W7-HT.01.04-2607 Tanggal 19 oktober 2006 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia
No.104
Tambahan
No.1347
Tanggal
29
desember 2006. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan antara lain mencakup bidang usaha industri bahan kimia alkylbenzene dan kegiatan usaha terkait lainnya, jasa angkutan darat dan penampungan barang impor, kontruksi real estat serta penyewaan ruang perkantoran. Saat ini, perusahaan terutama bergerak dalam industri bahan kimia alkylbenzene, yang merupakan bahan baku utama deterjen. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Merak, Banten. Sedangkan Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Wisma UIC, Jl. Jend. Gatot Subroto, Kav. 6-7, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan November 1985. Dibawah
ini
penulis
perusahaan yang berkenaan
menyajikan
laporan
keuangan
dengan modal sendiri, hutang
jangka panjang dan juga PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Tabel 4.5 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk
Nilai Modal Sendiri, Hutang Jangka Panjang dan (PPh) Badan Terutang Tahun 2003 s.d 2007 (disajikan dalam jutaan rupiah) Variabel
Tahun 2003
2004
RataRata 2005
2006
2007
Modal Sendiri
844108 1088309 1193199 1110107 1204394 1088023,4
Hutang Jangka P
907738
PPh Badan Terutang
50691
886797 796155 771290 212026 714801,2 74767
57420
29779
25411
47613,6
Sumber : Data laporan Keuangan BEI
PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk memiliki nilai rata-rata modal sendiri Rp.1.088.023,4 juta, pada tahun 2003 modal sendiri yang ada pada perusaan paling kecil dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain, akan tetapi rata-rata nilai modal sendiri masih lebih besar dari pada hutang jangka panjang yaitu sebesar Rp.714.801,2 juta, sedangkan nilai rata-rata PPh badan terutang dari tahun 2003 sampai 2007 sebesar Rp.47.613,6 juta.
B. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 1. Modal Sendiri Pada tabel 4.6 di bawah ini akan diperlihatkan nilai modal sendiri
yang
merupakan
variabel
X1
pada
5
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003 sampai 2007. Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Modal Sendiri (dalam jutaan rupiah)
No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Perusahaan INCI EKAD DPNS ETWA UNIC Rata-rata industri Nilai Tertinggi Nilai terendah
2003 144.963 49.787 103.232 392.306 844.108
2004 153.417 52.036 110.051 353.944 1.088.309
Tahun 2005 2006 160.482 152.231 54.805 57.875 111.379 107.855 351.846 361.836 1.193.199 1.110.107
306.879
351.551,4
374.342,2 357.980,8
379.823,6
392.306
1.088.309
1.193.199 1.110.107
1.204.394
49.787
52.036
54.805
57.875
2007 156.100 60.840 109.254 368.530 1.204.394
Rata-Rata 153.439 55.068,6 108.354,2 365.692,4 1.088.023,4
60.840
Sumber : Data laporan Keuangan BEI
Berdasarkan tebel 4.6 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata modal sendiri pada industri yang bergerak di sector kimia yang terdaftar di BEI selalu berfluktuasi dari tahun 2003 sampai 2007 yaitu sebesar Rp.306.879 juta pada tahun 2003; Rp.351.551,4 juta pada tahun 2004; Rp.374.342,2 juta pada tahun 2005; Rp.357.980,8 juta pada tahun 2006; Rp.379823,6 juta pada tahun 2007. Nilai ini menunjukkan rata-rata modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan yang bergerak di sector kimia tergolong tinggi. Dengan kata lain, pada perusahaan yang bergerak di sektor kimia penggunaan modal sendiri lebih dominan. Pada tahun 2003 PT. Eterindo Wahanatama, Tbk memiliki Modal sendiri yang tergolong tinggi di bandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain, akan tetapi pada tahun 2004 sampai 2007, PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk tercatat memiliki modal sendiri yang cukup besar dibandingkan dengan perusahaan lain. Sementara PT. Ekadharma Internasional, Tbk tercatat memiliki modal sendiri yang terendah akan tetapi nilainya dari tahun 2003 sampai 2007 terus bergerak naik. 2. Hutang Jangka Panjang
Dibawah ini merupakan tabel yang memperlihatkan nilai hutang jangka panjang yang menjadi variabel X2 pada 5 perusahaan kimia yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai 2007.
Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Hutang Jangka Panjang (dalam jutaan rupiah) No
1. 2. 3. 4. 5.
Nama Perusahaan
INCI EKAD DPNS ETWA UNIC Rata-rata industri Nilai Tertinggi Nilai terendah
Rata-Rata
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
956 0 2036 47237 907738
1220 0 0 52428 886797
1144 0 0 55980 796155
1007 0 487 95531 771290
1071 0 1590 35992 212026
239491,8
313481,7
284426,3
217078,7
62669,7
907738
886797
796155
771290
212026
0
0
0
0
0
1079,6 0 1371 57433,6 714801,2
Sumber: data laporan keuangan BEI
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai industri hutang jangka panjang perusahaan kimia yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai 2007 adalah sebesar Rp.239.491,8 juta 2003; Rp.313481,7 juta 2004; Rp.284.426,7 juta 2005; Rp.217.078,7 juta 2006; Rp.62.669,7 juta 2007. Sedangkan PT. Ekadharma Internasional, Tbk tidak memiliki nilai rata-rata kerena PT. Ekadharma Internasional, Tbk tidak memiliki hutang jangka panjang.
Nilai rata-rata PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk tertinngi dibandingkan dengan perusahaan lain, dimana hutang jangka panjang tersebut berada di atas nilai rata-rata sebesar Rp.771.290 juta. 3. Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang Dibawah ini merupakan tabel 4.8 yang memperlihatkan nilai Pajak penghasilan (PPh) badan terutang yang menjadi variabel Y pada 5 perusahaan kimia yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai
2007.
PPh
badan
terutang
merupakan
hasil
dari
pendapatan atau laba kena pajak yang dikalikan dengan tariff pajak progresif yang berlaku. PPh Badan terutang ini dalam laporan keuangan biasa disebut dengan beban pajak kini perusahaan (current tax expense). Tabel 4.8 Deskripsi Statistik PPh Badan Terutang (dalam jutaan rupiah)
No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Perusahaan INCI EKAD DPNS ETWA UNIC Rata-rata industri Nilai Tertinggi Nilai terendah
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
3.486 1.577 108 0 50.691
5.024 1.787 4.156 577 74.767
5.448 1.328 2.387 902 57.420
0 2.397 1. 424 966 29.779
0 2.461 2.242 1.238 25.411
13.965,5
17.262,2
13.497
8.641,5
7.838
50.691
74.767
57.420
29.779
25.411
0
577
902
966
1.238
Sumber: Data laporan keuangan BEI
Rata-Rata 4.652,6 62.669,7 2.063,4 920,7 47.613,6
Berdasarkan tabel 4.8 di atas di ketahu bahwa dari tahun 2003 sampai tahun 2007 nilai rata-rata pajak penghasilan terutang 5 perusahaan kimia yang terdaftar di BEI mengalami kenaikan dan juga penurunan. Mulai dari tahun 2003 sebesar Rp.13.965,5 juta meningkat menjadi Rp.17.262,2 juta pada tahun 2004, kemudian menurun pada tahun 2005 menjasi Rp.13.497 juta, tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi Rp.8.641,5 juta dan pada tahun 2007 juga mengalami penurunan sebesar Rp.7.838 juta. Nilai pajak penghasilan tertinggi terjadi pada tahun 2004 dimiliki PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk dan pada tahun tersebut modal sendiri yang dimiliki perusahaan sebesar Rp.1.088.309 juta. Kecilnya jumlah hutang jangka panjang yang dimiliki PT. Eterindo Wahanatama, Tbk membuat biaya bunga relatif kecil pula sehingga tax deductible of interest payment yang didapat juga relative kecil. Oleh karena itulah pajak penghasilan terutang PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk menjadi besar. Pendapat ini juga diperkuat oleh pendapat Modigliani-Miller dalam Khodijah (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan hutang sangat bermanfaat bagi penghematan karena biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan kena pajak. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk mempunyai laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2004 sebesar Rp.232.171 juta hasilnya PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk mampu membayar pajak penghasilan (PPh) badan terutang yang lebih besar dari perusahaan lain yang sejenis pada tahun tersebut.
C. Penemuan dan Pembahasan 1. Uji hipotesis Pada penelitian ini penulis menggunakan uji hipotesis dengan analisis jalur (path analysis). Dalam analisis jalur terdapat dua analisis yang dilakukan yaitu analisis regresi dan analisis korelasi. a. Analisis path/analisis jalur Pada bagian analisis ini dibagi menjadi dua. Pertama melihat pengaruh secara keseluruhan dan yang kedua melihat pengaruh secara parsial. Tabel 4.8 Hasil R Square
Model R
1
R.Square Adjust R Square ,947a ,897 ,888
Std. Error Durbin of the Estimate Watson 6868397241 2,109
a Predictors : (Constant), hutang jangka panjang, modal sendiri Sumber: Output SPSS yang telah diolah
Besarnya angka R Square adalah 0,897. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan. Dan hasil dari R Square yaitu sebesar 89,7%. Angka tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang secara bersamaan terhadap pajak penghasilan (PPh) badan hanya sebesar 10,3% (100% - 89,7%). Dengan kata lain variabel PPh badan terutang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel modal sendiri dan hutang jangka panjang sebesar 89,7%, sedangkan pengaruh 10,3% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar variabel modal sendiri dan hutang jangka panjang. Salah satunya yaitu hutang jangka pendek, dll. Salah satu faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi pajak penghasilan (PPh) badan terutang yaitu laba yang dihasilkan oleh perusahan yang didapatkan dari hasil penjualan. Dengan demikian penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh
Fajriah
(2009)
yang
secara
bersama-sama
mempengaruhi atau signifikan terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang dilihat dari segi ROA dan ROE. Karena dalam hal ini perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan ROA dan ROE sehingga hasil penjualan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan menambah nilai pajak penghasilan (PPh) badan terutang bagi perusahaan.
Untuk mengetahui apakah model path diatas sudah benar atau masih salah, diperlukan uji hipotesis dengan menggunakan angka F (lihat tabel 4.9). Tabel 4.9 Nilai Sig ANOVA Model
Sum of Square
Df
1 Regression 9,0E+021 2 Residual Total
1,0E+ 021 22 1,0E+022 24
Mean Square
F
Sig.
4,517E+021 95,749 ,000a 4,717E+019
a. Predictors : (Constant), hutang jangka panjang, modal sendiri b. Dependent Variable : pajak penghasilan (PPh) badan (y) Sumber: Output SPSS yang telah diolah
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang, yaitu dilihat dari besarnya angka signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Jika sig penelitian < 0,05 maka ada hubungan linier antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan. Dalam penelitian ini nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan linier dari modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan benar. Dan dapat diambil Kesimpulan bahwa modal sendiri dan hutang jangka panjang secara bersama-sama mempengaruhi pajak penghasilan
(PPh) badan terutang. Yaitu sebesar 95,749%, maka dengan demikian Ha dapat diterima dan menolak Ho. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara modal sendiri terhadap PPh badan terutang, dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang yaitu, dengan menggunakan uji T. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh kedua variabel tersebut (X1 dan X2) dapat menggunakan angka beta atau standardized coefficient.
Tabel 4.10 Uji T Coefficient Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model 1
B Std.Error Beta (Constant) 2,1E+008 2,0E+009 Modal S ,006 ,007 ,119 Hutang Jangka P ,056 ,009 ,843
t ,105 ,877
Sig ,917 ,390
,6,233
,000
a DependenvVariable: pajak penghasilan (PPh) badan Sumber: Output SPSS yang telah diolah
Dengan melihat tabel 4.10 diatas dapat diketahui pula 1) Pengaruh modal sendiri terhadap PPh badan terutang Hasil uji coefficient pada tabel 4.10 untuk variabel modal sendiri, terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang, yaitu dengan melihat
besarnya angka T penelitian. Apabila T penelitian > T tabel maka hal itu dapat dihitung dengan mencari taraf signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (DK) n-2 atau 25-2 = 23. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh angka T penelitian sebesar 0,877 < T tabel sebesar 1,7139. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan linier antara modal sendiri terhadap pajak penghasilan (PPh) badan yaitu sebesar 0,119% atau 11,9. Dimana modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan berasal dari modal saham, laba ditahan yang dalam hal ini tidak dikenakan biaya bunga yang mengakibatkan PPh badannya yang dikeluarkan relatif tetap atau tidak terdapat pengaruh. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Nur wachidah Yulianti (2008) yang menyatakan bahwa nilai Equity berpengaruh positif terhadap PPh badan terutang yang merupakan refleksi dari laba perusahaan, dimana dalam hal ini proporsi utang dan modal yang optimal dengan pengelolaan yang baik dapat meningkatkan laba perusahaan yang pada akhirnya dapat menambah besarnya nilai dari PPh badan terutang. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan Fajriah (2009) yang menyatakan bahwa Profitabilitas laba yang bersumber dari Equity berpengaruh secara signifikan terhadap PPh badan terutang dimana total Equity digunakan besar untuk menghasilkan laba yang besar sehingga PPh badan yang akan dikeluarkan juga besar. Jadi kesimpulannya adalah Ha ditolak sedangkan Ho diterima.
2) Pengaruh hutang jangka panjang terhadap PPh badan terutang Hasil uji coefficient pada tabel 4.10 di atas, yaitu melihat apakah terdapat hubungan linier antara hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan. Kriteria yang digunakan sama dengan pengujian pertama. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan angka T penelitian 6,233 > T tabel 1,7139 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan dengan pengaruhnya sebesar 0,843 atau 84,3%. Menurut Resmi (2004 : 139) Hal ini disebabkan hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan laba usaha terdapat biaya atau beban bunga yang dapat menjadi pengurang pajak yang juga relatif besar. Maka tidak jarang pemilik perusahaan mengatasnamakan modal pribadi mereka sebagai hutang untuk memperkecil PPh badan terutangnya. Jadi kesimpulannya adalah Ha dapat diterima dan Ho ditolak. Fajriah (2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa nilai hutang terhadap profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PPh badan terutang, diman besarnya hutang yang digunakan juga akan mengurangi pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. b. Analisis korelasi Korelasi antara variabel modal sendiri dan hutang jangka panjang dapat dilihat pada tabel penilaian korelasi didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut :
0 – 0,25
: korelasi sangat lemah (tidak ada)
>0,25- 0,5
: korelasi cukup kuat
>0,5- 0,75
: korelasi kuat
>0,75 – 1
: korelasi sangat kuat
Tabel 4.11 Analisis Korelasi Correlations Modal Sendiri Modal Sendiri
Pearson C Sig. (2-tailed) N Hutang Jangka Pearson C Panjang Sig. (2-tailed) N **
1 . 25 ,862** ,000 25
Hutang JangkaP ,862** ,000 25 1 . 25
Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed). Sumber: Output SPSS yang telah diolah
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel modal sendiri dan hutang jangka panjang sebesar 0,862 berarti hubungan antara variabel modal sendiri dan hutang jangka panjang sangat kuat dan searah karena hasilnya positif. Searah artinya jika nilai modal sendiri dan
hutang jangka panjang naik maka nilai pajak penghasilan (PPh) badan juga akan naik. Korelasi kedua variabel ini bersifat signifikan karena angka signifikasi sebesar 0,000 < 0,005.
Berdasarkan hasil keseluruhan pengujian diatas dapat dibuat diagram jalurnya (4.12) dari persamaan struktural sebagai berikut: Y = 0,119X1 + 0,843X2 + 0,103ε
Modal Sendiri (X1)
ε = 0,103 ρyx1 = 0,119
rx1x2 = 0,862
Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang ρyx2 = 0,843
Hutang Jangka Panjang (X2)
Gambar 4.1 Diagram Jalur
c. Pembahasan Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Path analysis didapat bahwa modal sendiri
dan hutang jangka panjang secara
bersama-sama atau secara gabungan mempengaruhi pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Dengan besar pengaruh yaitu sebesar 89,7% dan Ha dalam penelitian ini dapat diterima. Sedangkan dalam penelitian hubungan linier disimpulkan tidak terdapat hubungan linier antara modal sendiri dengan pajak penghasilan (PPh) badan terutang dengan besarnya pengaruh sebesar 0,119 atau 11,9%. Begitu pula pengujian selanjutnya terdapat hubungan linier antara hutang jangka panjang dengan pajak penghasilan (PPh) badan terutang dengan besarnya pengaruh sebesar 0,843 atau 84,3%. Sehingga HO dapat diterima dan H a ditolak. Pada pengujian selanjutnya yaitu menguji korelasi antar variabel independen. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa hubungan antar variabel antara modal sendiri dan hutang jangka panjang sangat kuat dan searah karena hasilnya positif. Searah artinya jika nilai dari modal sendiri dan hutang jangka panjang tinggi maka nilai pajak penghasilan (PPh) badan terutang
juga tinggi. Korelasi kedua variabel ini bersifat signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Jawaban terhadap masalah penelitian tersebut di ringkas melalui tabel 4.12 di bawah ini. Tabel 4.12 Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Pengaruh total dan Pengaruh bersama Modal Sendiri (X1) dan Hutang Jangka Panjang (X2) tidak mempengaruhi dan mempengaruhi. Variabel X1 X2 1
X1 dan X2
Koefisien Jalur 0,119
Tidak Mempengaruhi Pengaruh Mempengaruhi Bersama 0,119 -
0,843
-
0,843
-
0,103
-
0,103
-
-
-
-
0,897
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan
penulis
melakukan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang, hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang, yang kemudian melihat pengaruh modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Dengan melakukan pengujian terhadap 5 perusahaan yang bergerak dibidang kimia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun yaitu 2003 sampai 2007. Maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Pada hipotesis pertama yaitu pengaruh antara modal sendiri dan pajak penghasilan (PPh) badan terutang secara signifikan tidak berpengaruh
atau
tidak
dapat
diterima.
Maka
penulis
berpendapat bahwasannya tidak terdapat hubungan linier antara modal sendiri dan pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Dengan kata lain menolak Ha dan menerima Ho. 2. Pada hipotesis kedua yaitu mengenai pengaruh hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang secara signifikan berpengaruh atau dapat diterima. Maka penulis berpendapat bahwasannya terdapat pengaruh yang signifikan
59
atau terdapat hubungan linier antara hutang jangka panjang terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang. Dan hipotesis Ha dapat diterima dan menolak Ho. 3. Pada hipotesis ketiga yaitu modal sendiri dan hutang jangka panjang
secara
bersama-sama
atau
secara
bersamaan
berpengaruh signifikan terhadap pajak penghasilan (PPh) badan terutang atau dapat diterima. Dengan kata lain Ha dapat diterima dan menolak Ho. Maka penulis berpendapat bahwasannya terdapat pengaruh gabungan antar kedua variabel endogen terhadap variabel eksogen.
B. Implikasi Dari penelitian ini dapat memberikan beberapa implikasi antara lain : 1. Hasil hipotesis pertama menyatakan bahwa tidak ada hubungan linier antara modal sendiri dengan PPh badan terutang. Hal ini menunjukkan bahwa modal sendiri baik yang berasal dari saham, cadangan penyusutan dan laba yang ditahan yang diambil dari sampel 5 perusahaan kimia tidak dapat mempengaruhi PPh badan terutang. Dan apabila semakin besar modal sendiri yang digunakan oleh kelima perusahaan kimia tersebut akan semakin tidak berpengaruh terhadap PPh badan terutangnya.
2. Hasil pengujian pada hipotesis kedua menyatakan bahwa ada hubungan linier antara hutang jangka panjang dengan PPh badan terutang. Hal ini menunjukkan bahwa hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan untuk pengoperasiaan perusahaan sangat mempengaruhi PPh badan terutangnya walaupun untuk hutang jangka panjang itu sendiri perusahaan juga tidak menggunakannya. Sebagian besar perusahaan hanya menggunakan
modal
sendiri
untuk
pengoperasian
perusahaannya. Jadi seberapa besar atau kecilnya jumlah hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan akan sangat mempengaruhi PPh badan terutangnya. 3. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bersamasama atau gabungan antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang terhadap PPh badan terutang. Hal ini menunjukkan bahwa modal sendiri dan hutang jangka panjang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk pengoperasian perusahaan tersebut dimana dalam hal ini perusahaan akan mendapatkan laba bersih yang telah dikurangi PPh badan terutang sehingga akan berpengaruh terhadap PPh badan terutang itu sendiri. 4. Dalam keterkaitan antar variabel, modal sendiri dan hutang jangka panjang memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Sehingga dalam kenyataannya keadaan seperti ini sering kita lihat di beberapa perusahaan dimanapun.
DAFTAR PUSTAKA Atmaja, Lukas Setia. 2002. Manajemen Keuangan (edisi revisi). Andi : Yogyakarta Brigham, F.Eugene dan F.Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku Dua. Erlangga : Jakarta Farah, Wilda. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Pajak Penghasilan. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariate Melalui Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro : Semarang Harahap, Sofyan Syafri. 1999. Teori Akuntansi. Raja Grafindo Persada : Jakarta Indriantoro, Nur, dan B. Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE : Yogyakarta Khodijah, Siti. 2006. Analisis faktor-faktor Determinasi Srtuktur Modal dan Price Earning Ratio serta pengaruhnya terhadap harga saham. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta Kieso, E.Donald. 2002. Akuntansi Intermediate jilid I edisi kesepuluh. Erlangga : Jakarta . 2002. Akuntansi Intermediate jilid II edisi kesepuluh. Erlangga : Jakarta Nurhayati. 2005. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi Struktur Pendanaan dan Rentabilitas Modal Sendiri. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta Pajak untuk Industri Retail, diakses tanggal 21 Juni 2007 dari http://masalahpajak.blogspot.com Prawirosentono, Suyadi. 2002. Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif. Bumi Aksara : Jakarta Resmi, Siti. 2004. Teori dan Kasus Perpajakan Buku 2. Salemba Empat : Jakarta
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Empat. BPFE : Yogyakarta Yuliafitri. Indri. 2005. Analisa Pengaruh Efektivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Sebelum Dan Sesudah Pajak. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro. “Cara menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis), CV ALFABETA, Bandung, 2007. Sarwono, Jonathan. “Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2007. Santoso Singgih, “SPSS Mengolah Data Statistik secara professional”, Elek Media Komputindo, Jakarta, 2001. Sekaran, Uma. “Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis Buku Satu”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Sekaran, Uma.”Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis Buku Dua”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Sugiono. “metodelogi Penelitian Bisnis”, CV ALFABETA, Bandung, 2004. www. idx.co.id Yulianti, Nurwachidah. 2008. Analisis Struktur Modal Terhadap PPh badan terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Perdagangan Eceran Yang Terdaftar di BEI). UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.