ANALISIS WACANA PENOLAKAN FRONT PEMBELA ISLAM TERHADAP PENGANGKATAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA DI MERDEKA.COM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Fajar Yugaswara NIM : 1110051100064
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H /2015
PtrNGESAI{AN PANITIA U.IIAN Skripsi yang berjudulAnalisis Wacana Penolaksn Front Pembela Islam Terhodap Pengangkatan Ahok Sebagai Gabernur DKI lakarta di Merdeko^com telah diujikan dala.m sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 6 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta,6 Januari 2015
Sidang lVlunaqasyalt
Sekretaris,
Ketua,
o-
hr*-
Drs. Jumroni. M.$i NrP. 19630515 199203 1 006
NrP. 19710412 2200003 2 001
Anggota Penguji
II
WH'
Cecen Castrawiiava" MA NrP. 19670818 199803 I 002
Pembimbing
q^^a\ $iti Nut'bpva. M.Si NrP. 19790823 200912 2 002
ABSTRAK
Fajar Yugaswara 1110051100064 Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com Pasca terpilihnya Jokowi sebagai Presiden pada Pilpres kemarin rupanya menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur. Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun 2008. Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Salah satu penolakan tersebut datang dari Ormas Front Pembela Islam (FPI). Mereka menilai Ahok terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta. Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis wacana model Teun van Dijk. Van Dijk membagi wacananya ke dalam tiga dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Van Dijk tidak hanya meneliti perihal wacana teks yang dikonstruksikan saja, tapi juga mental dari pengarang serta menganalisa wacana yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada segi teks Merdeka.com menggambarkan bagaimana penolakan keras FPI terhadap Ahok yang dilakukan secara anarkis dan melanggar hukum. Kemudian level kognisi sosial, penulis dan redaktur menempatkan posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta meskipun berlatar belakang non muslim. Pada level konteks sosial, berita yang ditulis merupakan isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa teks tersebut tidak lahir dari realitas yang diambil apa adanya, melainkan telah dikonstruksi oleh media. Sama halnya dengan pemberitaan FPI dan Ahok yang dihadirkan oleh Merdeka.com. Wacana itu dibangun untuk merepresentasikan nilai-nilai pancasila, agar masyarakat tidak termakan isu SARA yang disuarakan oleh FPI dalam demo penolakan terhadap Ahok. Kata kunci : Ormas FPI, Gubernur, Media Online
i
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekuarangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang selalu berkenan membantu peneliti.
3.
Dr. Rully Nasrullah, M.Si selaku dosen Penasihat Akademik. Terimakasih atas saran dan masukan yang diberikan selama ini.
4.
Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing saya. Terima kasih atas waktu, tenaga serta ilmunya yang telah Ibu berikan selama ini.
ii
5.
Orang Tua ku, Bapak Wahyu dan Ibu Kurniasih dan kedua kakak ku Yunia Azani Munggaran dan Yudhitya Witasari yang telah banyak memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran, cambukan semangat dan harta kalian untuk peneliti. Maaf jika sampai saat ini belum bisa menjadi yang diharapkan. Alhamdulilah akhirnya Ayang sebentar lagi wisuda.
6.
Teman-teman Marawis An-Nazah, Daus, Panji, Reza, Madon, Nunu, Alfan, Asep, Didit, Rozak, dan alm.Bowo. Terimakasih atas suka duka nya selama ini. Tetap kompak ya guys.
7.
Kawan-kawan Band Jelly Spotters, Rizki Dwi Summaputra, Hedy Afwan, Surya Agung Wibisono. Ayo cepat selesaikan kuliahnya, agar bisa fokus di dunia musik dan wujudkan mimpi kita, Go Internasional.
8.
Teman-teman Jurnalistik B (JB), Mae, Welda, Hetty, Anas, Butet, Tanti, Lala, Ami, Ika, Diyah, Babay, Ema, Fika, Viky, Fiki sunyi, Teh Anis, Dinoy, Fauziah, Ntep, Tifa, Farhan, Dede, Aki, Damar, Tyo, Dwiyan, Bang Algi, Jali, Agoy, Farid, Hendro. Terimakasih untuk empat tahun yang berkesan ini.
9.
Keluarga besar Jurnalistik angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Jaga terus tali silaturahmi diantara kita ya.
10. Kawan-kawan KONTRAS Musik. Terimakasih sudah memberikan warna hidup selama di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 11. KKN Pionir, Apoy, Desan, Ricky, Risang, Nizar, Akbar, Yanu, Yandi, Dadan, Uwii Shantika, Merizka, Zahra, Fatimah, Viky. Terimakasih atas suka duka selama sebulan di Rajeg Tangerang. Jangan lupakan semua kenangan kita yah.
iii
12. Mas Asis selaku Redaktur Politik dan Mas Fendi selaku reporter Merdeka.com yang sudah banyak membantu dan memberikan peneliti data-data yang dibutuhkan. Terimakasih banyak atas waktunya. 13. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini. 14. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi. 15. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir yang tak disebutkan satu-persatu, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua, Amin. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
Jakarta, 6 Januari 2015
Fajar Yugaswara
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………………........ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v DAFTAR BAGAN DAN TABEL......………………………………………….vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………..……. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………….....……...4 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………….…………........5 D. Metodologi Penelitian……………………………….……………….. 6 1. Paradigma Penelitian………………………………...………6 2. Metode Penelitian……………………………..………......... 7 3. Subjek dan Objek Penelitian.......………………………….... 8 4. Tahap Penelitian………………………….....….....................8 E. Tinjauan Pustaka.......………………………...................................... 10 F. Sistematika Penulisan………………….……..…………………….. 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Analisis Wacana...................……………………………….....…...... 13 B. Macam-macam Model Analisis Wacana.............................................15 C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk...………………….......... 17 BAB III GAMBARAN UMUM A. Situs Berita Online Merdeka.com…………………………….…...... 28 B. Karakteristik Merdeka.com…………………………………………. 29 C. Struktur Organisasi Dan Rubrikasi Merdeka.com………………...... 32 D. Alur Berita di Merdeka.com.....………………………………...........35
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS A. Analisis Berita I.................................……………..............................37 1. Analisis Level Teks....................................................................... 38 2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 49 3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................52 B. Analisis Berita II................................................................................. 55 1. Analisis Level Teks....................................................................... 55 2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 64 3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................65
v
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………69 B. Saran……………………………………………………………........71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Merdeka.com..………………………………….. 32 Tabel 3.1 Rubrikasi Merdeka.com………………………………………………. 33 Tabel 4.1 Analisis Teks Berita yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk” edisi Rabu, 24 September 2014............. 47 Tabel 4.2 Analisis Teks Berita yang berjudul, “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor” edisi Rabu, 24 September 2014...................... 61
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk..........................................................……….. 9 Gambar 2.2 Model Analisis Van Dijk.....................……………………………...18 Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk............................................……………….. 19 Gambar 2.4 Elemen-Elemen Wacana Teun A. Van Dijk...................................... 20 Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk......................................................................25 Gambar 4.1 “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam dan bacotnya busuk”.................................................................................................................... 47 Gambar 4.2 “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor”. 61
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Hal ini terlihat pada semboyan dan lambang negara “Bhineka Tunggal Ika,” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu. Tetapi kemajemukan tersebut bisa menjadi titik awal lahirnya suatu masalah. Oleh karena itu, kesadaran akan kemajemukan harus mendapat perhatian yang lebih guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia merupakan modal awal untuk menciptakan sebuah negara yang demokratis. Keterlibatan masyarakat merupakan unsur penting sehingga demokrasi bisa berjalan dengan baik. Sejarah mencatat, partisipasi dalam memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pertama kali diadakan tahun 1955, sekitar sepuluh tahun setelah Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.1 Bicara tentang demokrasi, masyarakat Indonesia baru saja merayakan pesta demokrasi dalam Pemilihan Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Masyarakat terlibat langsung untuk ikut berpartisipasi dalam memilih pemimpin mereka baik itu Pileg maupun Pilpres. Dimulai dari beberapa bulan lalu, ketika Jokowi resmi dideklarasikan sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Akhirnya pada Pilpres kemarin, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan M. Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden 1
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta; Mizan, 2011), h.1.
1
2
dan wakil presiden terpilih setelah mampu mengungguli suara dari pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Pemilu kemarin merupakan bentuk implementasi demokrasi yang sukses, hal ini bisa menjadi refleksi bagi negara lain yang juga menganut sistem demokratis. Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa Jokowi menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur. Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya.2 Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Bahkan Organisasi Masyarakat (Ormas) Front Pembela Islam (FPI) dengan gamblang menolak dan mengancam akan melakukan demonstrasi. Selain itu terdapat ormas lain seperti Forum Betawi Rempug (FBR), dan beberapa komunitas Betawi yang ramai-ramai menolak pelantikan Ahok sebagai Gubernur. Mereka menilai bahwa sosok Ahok terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta. 2
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.00 WIB
3
Penolakan yang dilakukan gabungan ormas, khususnya FPI bukan tanpa alasan. Seperti dilansir Merdeka.com, Ketua FPI Tanah Abang, Suharto menyatakan penolakan terhadap Ahok memiliki tiga dasar. Pertama karena Ahok non muslim, kedua perilaku Ahok yang arogan, kasar dan tidak bermoral, dan yang terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok.3 Diantara beberapa ormas yang menolak Ahok, FPI merupakan ormas yang paling rajin menyuarakan penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Penolakan tersebut didasarkan atas alasan perbedaan keyakinan, dalam hal ini adalah agama. Alasan ini bisa dikategorikan menyinggung SARA (Suku, Agama, dan Ras) yang sangat sensitif dan berpotensi memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketegasan Ahok dalam memimpin Jakarta sering diartikan negatif oleh sebagian orang hanya demi menjatuhkannya. Padahal alasan itu hanya pembungkus untuk alasan sebenarnya terkait SARA Aksi demo yang dilakukan oleh FPI terhadap Ahok terpublikasi oleh media massa. Media massa memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan isu-isu yang sedang berkembang. Beberapa hari belakangan isu terkait FPI versus Ahok menjadi konsumsi publik setiap harinya. Setiap media mempunyai cara pandang tersendiri dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa, sehingga reaksi atas berita yang dikonsumsi oleh khalayak menimbulkan persepsi yang berbeda. Penulis beranggapan bahwa isu tersebut menarik untuk diteliti, karena penulis ingin melihat perspektif sebuah media terhadap kasus FPI dan Ahok. Isu tersebut adalah imbas dari sentimen SARA yang gencar dipropagandakan oleh FPI terhadap Ahok. 3
http://www.merdeka.com/peristiwa/fpi-tolak-ahok-jadi-gubernur-karena-bukan-islambacotnya-busuk.html diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.30 WIB
4
Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com.”
B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang terdapat di bulan September 2014. Dari bulan tersebut lalu dipilih dua berita yang dianggap telah mewakili sebuah wacana penelitian yang cover both side. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ? b. Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ? c. Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ?
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ? b. Untuk mengetahui bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ? c. Untuk mengetahui bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ? 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi praktisi media bahwa dalam produksi suatu berita, teks bukan semata-mata hanya sebuah tulisan yang netral, namun terdapat banyak faktor yang memengaruhi dalam proses produksi sebuah berita. Termasuk kondisi mental atau kognisi wartawan dan pandangan masyarakat dalam melihat suatu isu yang ada. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para akademisi tentang bagaimana wacana itu dibuat oleh sebuah media
6
tertentu. Seperti wacana yang dibangun oleh Merdeka.com dalam kasus FPI dan Ahok. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi dalam proses produksi sebuah berita. D. Metodelogi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan sosialnya.4 Paradigma konstruktivisme memperhatikan interaksi kedua belah pihak, komunikator dan komunikan untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan. Paradigma konstruktivisme menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang kegiatan komunikasi sebagai sebuah proses yang dinamis. Titik perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan pesan, melainkan bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi produksi
pesan
tersebut
dan
mempertukarkan
maknanya.
Paradigma
konstruktivisme ini merupakan cara berfikir yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang ada tidak lahir sebagai realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun terdapat orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi berita. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam pemberitaan di 4
h.5.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
7
media massa tidak sepenuhnya menggambarkan kejadian yang sebenarnya, tetapi juga mempunyai maksud dan makna tertentu. Maka, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui lebih jauh konstruksi yang terbentuk dalam kasus penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com. 2. Metode Penelitian Mengutip mendefinisikan
pernyataan metodologi
Bogdan kualitatif
dan
Taylor,
sebagai
Lexy
prosedur
J.
Moleong
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun van Dijk. Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.6 Sedangkan
analisis
wacana
didefinisikan
sebagai
suatu
upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan apa (what), analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu
5
Lexy J Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.3. 6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.23.
8
berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa mengungkap permasalahan tersebut.7 3. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek nya adalah Merdeka.com, sedangkan objeknya adalah pemberitaan mengenai penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com. Peneliti memilih berita tersebut karena menilai ada pihak yang menjadi dominan dalam pengkonstruksian berita tersebut. 4. Tahap Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data 1). Wawancara Mendalam ( Depth Interview ) Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan tanya jawab kepada dua orang narasumber secara detail, mengenai berita tersebut. Peneliti melakukan wawancara pertama via email kepada Muhammad Hasits selaku Redaktur Politik pemberitaan di Merdeka.com pada tanggal 27 Oktober 2014. Narasumber
selanjutnya
yaitu
Efendi
Ari
Wibowo,
yang
merupakan reporter di Merdeka.com pada tanggal 28 Oktober 2014. Wawancara
kedua
narasumber
tersebut
sebagai
cara
untuk
mengumpulkan data dan fakta untuk memecahkan masalah yang diteliti. 7
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.68.
9
2). Dokumentasi Sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk dijadikan bukti dari data yang telah diambil dan berguna untuk mengumpulkan data secara tersistem dan objektif. Peneliti juga menggunakan beberapa referensi buku dari perpustakaan, yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta. b. Teknik Pengolahan Data Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data. Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, lalu peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan analisis wacana model Teun van Dijk yang terdiri dari tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Peneliti merasa perlu meneliti wacana dengan menggunakan teknik van Dijk, karena selain menganalisis dari struktur teks, analisa ini juga mengacu kepada elemen kognisi sosial (mental wartawan dalam memahami peristiwa). Dan elemen terakhir yaitu konteks sosial (menganalisa wacana yang berkembang di masyarakat). Dalam teknik analisis wacana van Dijk ini, terdapat tiga elemen, yang pertama ialah dimensi teks. Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk Struktur Makro Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Super Struktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
10
Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, 2001, h.227.
Kedua adalah kognisi sosial, yaitu bagaimana wartawan atau penulis mengetahui dan memahami peristiwa yang sedang ditulisnya. Ketiga, konteks sosial yaitu mengetahui apa yang sedang terjadi di masyarakat dan dampak yang ditimbulkan setelah adanya pemberitaan tersebut. Dalam
pengolahan
data,
peneliti
menggabungkan
hasil
melalui
pengumpulan data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita yang ditulis oleh Merdeka.com pada bulan September 2014. Lalu hasil tersebut digabungkan dan diteliti menggunakan metode analisis wacana Teun A. van Dijk. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan Ceqda.
E. Tinjauan Pustaka Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis wacana. Beberapa skripsi mengenai analisis wacana yang menjadi acuan diantaranya yaitu: 1. Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” di Majalah Pantau karya Tia Agnes Astuti. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks yang dibangun dalam peristiwa simpang kraft di majalah Pantau. Dalam proses
11
produksinya, teks tersebut dibangun oleh faktor dari pihak GAM dan militer Indonesia. 2. Analisis Wacana Penulisan Feature di Media Indonesia Edisi 25-26 Oktober 2011 karya Apristia Krisna Dewi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana penulisan feature di produksi di Media Indonesia. Dalam prosesnya teks tersebut di pengaruhi oleh faktor lain yang memengaruhi isi teks. Dari kedua skripsi tersebut terdapat perbedaan dengan skripsi peneliti, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media nya.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-bab dengan penyusunan sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang masalah
penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai Analisis Wacana, Macam-macam Model Analisis Wacana, dan Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk. BAB III : GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan latar belakang Merdeka.com sebagai media online, Karakteristik Merdeka.com, Struktur Organisasi dan Rubrikasi Merdeka.com serta Alur Pemberitaan Merdeka.com.
12
BAB IV : HASIL TEMUAN DAN ANALISIS Membahas tentang level konstruksi mengenai pemberitaan penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang dilihat dari tiga aspek yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup dari berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun belakangan
ini,
aliran-aliran
linguistik
selama
ini
membatasi
penganalisaannya hanya pada soal kalimat, dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatian kepada penganalisaan wacana.1 Analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana, keduanya memiliki pengertian masing-masing yang berbeda. Istilah analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu sifat penelitian atau kupasan. Pengertian analisa atau analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.2 Wacana sendiri merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yakni discourse. Namun istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, ‘discourse’. Kata „discourse’ sendiri berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan dari kata ‘dis’ (dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata ‘currere’ (lari).3 Menurut Syamsuri wacana adalah rekaman utuh tentang peristiwa komunikasi, 1 2
Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik (Bandung: Angkasa, 1993), h.12. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-1, 1998),
h.32. 3
Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.3.
13
14
biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.4 Secara etimologi analisis wacana sebagaimana dikutip Mulyana berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vac yang memiliki arti „berkata‟, „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana, kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membedakan‟. Dengan demikian kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.5 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, dan artikel.6 Sara Mills berpendapat bahwa analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik struktural). Menurut Mills, linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur kalimat tanpa memperhatikan analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik tradisional, analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatikal) seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas daripada 4
Panuti Sudjiman. Bunga Rampai Stilistika (Jakarta: Pustaka Utama Grifiti, 1993), h.6. Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana 2005), h.3 6 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, Edisi Ke-3, 2002), h.1709 5
15
teks. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit. Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan unit-unit hirarkis yang membentuk suatu struktur diskursif.7 B. Macam-macam Model Analisis Wacana Pada perkembangannya selain model analisis wacana Teun van Dijk, model analisis wacana dikemukakan para ahli melalui pendekatan yang beragam, di antara para ahli yang mengembangkan model analisis wacana adalah: 1. Michael Foucault Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis dan ideologis. Michael Foucault menjelaskan definisi fenomenal dari wacana beserta potensi politis dan kaitannya dengan kekuasaan “Diskursus atau wacana adalah elemen taktis yang beroperasi
dalam kancah relasi
kekuasaan”.8 Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik seperti yang dikatakan Michael Foucault, „elemen taktis‟ yang sangat terkait dengan kajian strategis dan politis. Dari definisi yang dikatakan Foucault, terungkap bahwa wacana adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era postmodern ini dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media cetak maupun elektronik.9
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 9-13 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 83. 9 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.83. 8
16
2. Theo Van Leeuwen Model yang diperkenalkan Theo Van Leeuwen untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang yang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya. Sementara, kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus menerus menjadi objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk.10 Analisis wacana Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa individu atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan, sehingga mempunyai dua pusat perhatian.
3. Roger Fowler, dkk Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai dikenal sejak diterbitkannya buku Languange and Control pada tahun 1979. Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang bahwa bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial, dan kultural. Implikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang baik sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke dalam dikotomi atasan-bawahan, superior-inferior melalui strategi sosial yang melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi, antagonis, kesenangan dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian integral dari sistem kontrol masyarakat. Critical Linguistics terutama
10
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.166.
17
dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa (grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan ideologi tertentu.11 Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk mengungkap makna yang tersirat dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini penulis lebih mengarah kepada tokoh Teun A. van Dijk, yang lebih memaksudkan bahwa analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk Model analisis wacana yang diperkenalkan van Dijk mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Oleh sebab itu, model van Dijk banyak dipakai. Model yang diperkenalkan oleh van Dijk sering disebut juga “Kognisi Sosial”. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik dari produksi yang harus diamati. Disini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.12 Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi / pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh 11 12
h.221.
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.84. Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
18
van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi / bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Intinya, menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis.13 Gambar 2.2 Model analisis Van Dijk
TEKS KOGNISI SOSIAL KONTEKS Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, 2001, h.225.
Berikut adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang digambarkan oleh van Dijk: 1. Teks Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan aspek ketiga, konteks, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro, merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, Superstruktur, merupakan struktur 13
Eriyanto, Analisis Wacana, h.224.
19
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagianbagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.14
Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk Struktur Makro Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Super Struktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan sematamata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi. memengaruhi
Politik berkomunikasi pendapat
umum,
merupakan suatu cara untuk
menciptakan
dukungan,
memperkuat
legitimasi dan menyingkirkan lawan atau penentang. Berikut akan diuraikan satu peristiwa elemen wacana van Dijk tersebut.15
14 15
Eriyanto, Analisis Wacana, h.225-226. Eriyanto, Analisis Wacana, h.228.
20
Gambar 2.4 Elemen-elemen Wacana Teun A. Van Dijk STRUKTUR HAL YANG DIAMATI ELEMEN WACANA Struktur Makro Tematik Topik Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Superstruktur Skematik Skema Bagaimana bagian dan urutan berita di skemakan dalam teks berita utuh. Struktur Mikro Semantik Latar, Detil, Makna yang ingin ditekankan dalam Maksud, teks berita. Misalnya dengan memPra-anggapan, beri detil pada satu sisi atau membuat Nominalisasi eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain. Sintaksis Bentuk kalimat, Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) Koherensi, Kata yang dipilih. Ganti Stilistik Leksikon Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Retoris Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan.
Grafis, Metafora Ekspresi
a. Tematik Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Gagasan penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian
21
dalam teks yang dirunut menunjuk pada satu titik gagasan umum, dan bagian-bagian
itu
saling mendukung satu
sama
lain
untuk
menggambarkan topik umum tersebut.16 b. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan aksi. Menurut van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian
mana
yang
bisa
kemudian
sebagai
strategi
untuk
menyembunyikan informasi penting.17 c. Semantik Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang telah menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.18 Menurut van Dijk, beberapa elemen semantik dijabarkan lebih detil sebagai berikut: 1) Latar Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h.229-230. Eriyanto, Analisis Wacana, h.231-234 18 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h.78 17
22
Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh komunikator. 2) Detil Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Detil yang dibuat lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. 3) Maksud Maksud hampir sama dengan detil, bagaimana penulis mengkonstruksi suatu berita secara eksplisit maupun implisit. d. Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bagian dari tingkatan Struktur Mikro. Sintaksis mempunyai pengertian bagaimana pemilihan kalimat pada suatu teks ditinjau dari bentuk dan susunan. Adapun elemen sintaksis diantaranya ialah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. e. Stilistik Pusat perhatian Stilistik adalah style atau gaya, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan
23
citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Elemen pemilihan leksikal pada dasarnya menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frase yang tersedia. Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya.19 f. Retoris Retoris merupakan kategori Struktur Mikro yang terakhir. Retoris adalah bagaimana dan dengan cara penekanan apa yang dilakukan terhadap suatu teks atau wacana. Elemen–elemen dalam retoris antara lain: 1) Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa saja yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang ingin ditonjolkan. Elemen grafis memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan/difokuskan.
19
Alex Sobur. Analisis Teks Media, h.82-83.
24
2) Metafora Dalam suatu wacana, seorang wartawan
tidak hanya
menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita.20
2. Level Kognisi Sosial Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Bagaimana berita tersebut dibuat dan siapa yang membuatnya. Karena dalam suatu berita akan dipengaruhi oleh subyektifitas dari wartawan yang bersangkutan. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.21 Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.
Van
Dijk
menyebut
skema
ini
sebagai
model.
Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa.22 Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menyebut sebagai kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks, diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
20
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h. 257-259 21 22
Eriyanto, Analisis Wacana, h.266. Eriyanto, Analisis Wacana, h.261.
25
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.23 Ada beberapa skema/model yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:24 Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk Skema person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Skema diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang. Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati dalam masyarakat. Skema peristiwa (Event Schemas). Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya skema inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, 2001, h.262-263
3. Level Analisis Sosial (Konteks) Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti
23 24
Eriyanto, Analisis Wacana, h.259-260. Eriyanto, Analisis Wacana, h.262-263.
26
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.25 Analisis sosial mencakup sosiokultural yang berkembang dalam masyarakat. Norman Fairclough mengasumsikan bahwa konteks sosial yang berada di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Sosiocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.26 Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan (power) dan akses (acces).27 a. Praktek Kekuasaan Teun A. van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif; tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
25
Eriyanto, Analisis Wacana, h.271. Eriyanto, Analisis Wacana, h.320. 27 Eriyanto, Analisis Wacana, h.272. 26
27
b. Akses Memengaruhi Wacana Analisis Wacana Teun A. van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk memengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebar dan didiskusikan kepada khalayak.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Situs Berita Online Merdeka.com 1. Merdeka.com Sebagai Media Online Merdeka.com adalah sebuah situs berita online yang didirikan pada 21 Februari 2012, hasil kolaborasi antara media dan teknologi. PT Integra Ventura sebagai induk perusahaan yang terafiliasi dengan KapanLagi.com memilih jalur media online karena dinilai lebih praktis dalam penyajiannya, dibandingkan dengan media cetak. Pada umumnya, kebanyakan media online dibangun dan didirikan sebagai bagian dari pengembangan perusahaan media atau dibangun oleh orang-orang media. Tetapi Merdeka.com justru dibangun dari perusahaan teknologi yang terdiri dari orang-orang yang ahli dibidang Teknologi Informasi. Berangkat dari pengalaman Kapanlagi.com (KL), sebuah situs media yang fokus di entertaintment. Portal tersebut didirikan oleh Steve Christian pada tahun 2003. Seiring berjalannya waktu, Steve berencana mendirikan sebuah portal berita yang lebih serius, dalam artian berisi berita non entertainment. Dengan bermodal pengalamannya ditambah dengan jajaran redaksi yang dimiliki, akhirnya terbentuklah sebuah portal berita Merdeka.com.1 Merdeka.com berdiri tahun 2012 sebagai media online yang memberitakan peristiwa politik nasional, olahraga, hiburan, dan otomotif, semuanya ada disini. Merdeka.com merupakan penggabungan dari dua bagian, yaitu bagian teknik informasi (TI) dan bagian redaksi. Berawal dari sekumpulan orang-orang TI yang
1
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
28
29
ingin membuat media, karena sebuah media tidak lepas dari seorang wartawan, oleh karena itu mereka bergabung dengan orang-orang media. Merdeka.com dibangun oleh orang-orang ahli tekhnologi yang bersinergi dengan orang-orang jurnalistik handal dan berpengalaman. Diantaranya adalah Didik Supriyanto (Pemimpin Redaksi ex tabloid Detik dan detikcom), Titis Widyatmoko (Redaktur Eksekutif, ex Sindo), Arie Basuki (Foto, ex Tempo), Anwar Khumaini wartawan kepresidenan sebagai Korlip didukung tim champion lain. Mereka adalah tim KL veteran seperti Reyno (IT), Jeffrie (desain), Rita (editor), dan Ivan (produk). Situs Merdeka.com merupakan organisasi yang hidup di internet, orangorangnya hidup, berkarya, bisa di-googling, dan diajak ngobrol di internet, bahkan menghidupi keluarganya dari internet. Internet hidup, berkembang, dan memberi inspirasi, dimana Merdeka.com menjadi bagian dan memberi kontribusi terutama untuk internet Indonesia. Kendati bukan situs yang pertama tapi Merdeka.com punya mimpi baru yakni merdeka berkreasi, bagaimana menyajikan informasi yang sebenarnya dan bisa dinikmati pembaca. Di world wide web (www) yang sangat luas, perlu ada informasi yang harus benar, cepat disajikan, cepat diakses, akurat, dan bisa dipertanggungjawabkan.2 B. Karakteristik Merdeka.com Berbekal desain beda, berita khas Indepth, news tagging, autoload page dan lain-lain, Merdeka.com menawarkan terobosan baru dalam hal berita, penulisan, serta teknis. Tinggalkan cara kuno dan konvensional dalam banyak hal.
2
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
30
Warna warni di logo Merdeka.com adalah warna kebebasan dalam menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan tertentu. Warna-warni pelangi memberikan makna bahwa siapapun bebas mengungkapkan kata merdeka tanpa terbelenggu oleh satu warna tertentu. Dalam tim, Merdeka.com juga menerapkan sifat kebersamaan tanpa sekat SARA yang bisa membelenggu. Dengan latar belakang yang berwarna itulah modal utama Merdeka.com dalam mewujudkan media yang berintegritas dan independen. Dengan dua hal tersebut Merdeka.com meyakini fungsi kontrol media bisa berjalan dengan baik. Tujuan dari semua itu adalah agar menjadi sebuah media yang bisa diakses jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi. Karena tidak ada yang lebih berharga dari pada menjadi Merdeka.3 Visi dari Merdeka.com adalah menjadi media online yang memberi kontribusi dan memberikan inspirasi dalam penyajian berita untuk seluruh pengguna internet di Indonesia. Tujuannya adalah menjadi sebuah media yang bisa diakses oleh jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi. Sedangkan misi dari Merdeka.com yaitu menyajikan informasi secara benar, bebas, cepat, mudah diakses dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dalam menyampaikan informasi yang dimaksud ialah tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan tertentu. Sehingga informasi dapat disajikan dengan sebenarnya dan bisa dinikmati di world web yang sangat luas. Orang pun bisa bebas mengakses situs Merdeka.com di seluruh internet Indonesia.4 Dalam waktu dua tahun, Merdeka.com menjadi situs berita tercepat pertumbuhannya. Situs yang memiliki kantor redaksi di Jl.Tebet Barat IV No.3 3 4
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
31
Jakarta Selatan ini menduduki peringkat ke 19 di Alexa ID dan ke 6 di Comscore. Semua pencapaian tersebut tidak lepas dari respect pembacanya. Meski baru berumur dua tahun, namun Merdeka.com sudah mendapatkan tempat di hati para pembaca di seluruh Indonesia. Penyajian berita yang dikemas secara ringkas dan berbeda, membuat rating pembaca Merdeka.com bertambah banyak. Hal ini terbukti ketika Merdeka.com meraih penghargaan Journalist Award 2014 yang diadakan oleh Jawa Pos Institute Pro-otonomi (JPIP) dan United State for International Development (US-AID). Merdeka.com mendapat penghargaan sebagai media online yang tetap independen dalam pemberitaan tentang Pemilu 2014, pembaca terbanyak, dan dianggap mampu mendorong peningkatan kinerja akuntabilias negara. Dari berbagai pencapaian yang diraih oleh Merdeka.com diatas, mengindikasikan bahwa kehadiran Merdeka.com sangat diterima di hati masyarakat Indonesia. Perlahan Merdeka.com bertransformasi menjadi bacaan terbaik yang dikunjungi mayoritas masyarakat Indonesia di mana pun mereka berada. Dengan karakteristik Merdeka.com yang berbasis online, maka seluruh berita yang ada dapat diakses kapanpun dan dimanapun oleh siapapun. Faktor penting dari segala pencapaian yang telah diraih Merdeka.com yaitu dengan menyuguhkan berita yang tidak hanya penting, tetapi juga menarik bagi para pembacanya. Dalam sebuah pemberitaannya, Merdeka.com tidak melupakan unsur lain, selain penting, unsur menarik juga di munculkan. Kedua unsur tersebut, penting dan menarik itulah yang menjadi ciri khas dari Merdeka.com yang membedakannya dengan media online lainnya.
32
C. Struktur Organisasi Dan Rubrikasi Merdeka.com Struktur organisasi kepengurusan Merdeka.com, diantaranya adalah: Bagan 3.1 Struktur Organisasi Merdeka.com5 Pemimpin Redaksi: Didik Supriyanto Redaktur Eksekutif: Titis Widyatmoko
Koordinator Liputan: Anwar Khumaini
Tim Redaksi:
- Ahmad Baiquni - Arbi Sumandoyo - Ardyan M.Erlangga - Achmad Dedi Rahmadi - Didi Syafirdi - Faisal Assegaf - Hery Winarno - Idris Rusadi Putra - Iqbal Fadil - Laurencius Simanjuntak - Saron Silalahi - M. Mirza Harera - Mustiana Lestari - Nurul Julaikah - Pramirvan Datu Aprillatu - Pandasurya Wijaya - Randy Ferdy Firdaus - Saugi Riyandi - Yulistyo Pratomo - Dewi Pratiwi (Sekred) - Effendi Ari Wibowo
5
- Al Amin - Aryo Putranto Saptohutomo - Alwan Ridha Ramdhani - Ahmad Ragridio Saptama Tanjung - Eko Prasetya - Harwanto Bimo Pratomo - Henny Rachma Sari - Lia Harahap - Islahudin - Laurel Benny - Muhammad Taufik - M. Hasits - Muhammad Sholeh - Novita Intan Sari - Putri Artika R - Ramadhian Fadhilah - Siwi Sri Wiyanti - Vincent Asido Panggabean - Ya'cob Billiocta - Mardani
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
33
Daerah:
- M. Andriansyah Syafi'ie (Surabaya) - Andrian Salam Wiyono (Bandung) - Rita Sugihardiyah (Malang) - Jeffrie (Malang) - Destriyana (Malang) - Dwi Zain Musofa (Malang) - Hikmah Wilda Amalia (Malang) - Rizqi Adnamazida (Malang) - Alvin Nouval (Malang) - Muhammad Faizin (Malang) - Wanda Praditya Ramadhan (Malang)
- Parwito (Yogyakarta) - Yan Muhardiansyah (Medan) - Ivan Valentino (Malang) - Fatchur Rochim H.P (Malang) - Dwi Andi Susanto (Malang) - Kun Sila Andanda (Malang) - Nova Andriani (Malang) - Agus Salim (Malang) - Mohammad Shoifudin (Malang) - Vizcardine Audinovic (Malang) - Yoga Tri Priyanto (Malang)
Foto: - Arie Basuki - Debby Restu Utomo - Iqbal Septian Nugroho - Muhammad Luthfi Rahman
- Dwi Narwoko - Imam Buchori - Mudasir
Sumber: www.merdeka.com diakses Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB Dalam tampilannya, Merdeka.com mempunyai beberapa bagian rubrikasi di tiap kolomnya, diantaranya digambarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Rubrikasi Merdeka.com6 1. PERISTIWA 2. POLITIK 3. JAKARTA
4. UANG
6
- KRIMINAL - TRANSPORTASI - PUBLIK - EKONOMI - RIIL - BURSA - ENERGI - BANK
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
34
5. DUNIA 6. KHAS 7. GAYA
8. ARTIS
9. SPORT
10. BOLA
11. TEKNOLOGI
12. SEHAT
13. OTOMOTIF
14. 15. 16. 17.
FOTO PROFIL WORKSTATION RAMADHAN
- TRAVEL - KULINER - KARIR - CANTIK - HOBI - CINTA - SELEBRITI - HOLLYWOOD - FILM - MUSIK - ASIAN STAR - MOTOGP - FORMULA1 - RAKET - BASKET - OLIMPIK - INGGRIS - ITALIA - SPANYOL - BOLA DUNIA - INDONESIA - IT - SAINS - TELCO - GADGET - SOFTWARE - STARTUP - SOCIAL MEDIA - APPLE - SEKS - NUTRISI - DIET - DIAGNOSIS - KANKER - BUGAR - BERITA - REVIEW - TIPS & TRICKS
- BERITA RAMADHAN - TAUSIAH - PELANGI
35
- KULINER RAMADHAN - SAFARI - BUTIK - TANYA JAWAB 18. INDEX FOTO Sumber: www.merdeka.com diakses pada Kamis 17 Juli 2014, pukul 04.00.WIB D. Alur Berita di Merdeka.com Rutinitas di Merdeka.com dimulai dengan melakukan rapat redaksi setiap sore pukul 17.00. Biasanya rapat redaksi itu memetakan isu-isu yang akan di running atau dimuat untuk keesokan harinya. Intinya rapat tersebut membahas tentang apa yang mau di bahas besok. “Rutinitas pertama rapat redaksi, dilakukan setiap hari pukul 17.00. Dalam rapat redaksi koordinator liputan membagi jadwal masuk untuk redaktur editor dan reporter. Termasuk membagi jadwal piket untuk pagi, siang dan malam. Kemudian sekaligus membagi siapa yang akan liputan kemana terhadap reporter. Agenda nya itu bukan hanya liputan kemana, tetapi apaapa yang kemudian akan dia liput disana, lalu dikirimkan lewat email paginya ke semua reporter. Kemudian teman-teman reporter nanti mengerjakan di lapangan masing-masing, dikirim ke kantor via email, kemudian dikantor di edit lagi baru kemudian di naikkan.”7 Di Merdeka.com sendiri, reporter ada dua jenis atau cara kerjanya. Yang pertama menulis lewat email, yang kedua laporan langsung via telfon ke kantor. Reporter yang menulis berita lewat email biasanya membahas isu-isu yang ringan, santai dan tidak harus cepat-cepat dinaikkan. Sedangkan reporter yang melaporkan via telfon biasanya untuk isu-isu yang harus cepat dinaikkan, semisal kasus kebakaran, kecelakaan dan lain-lain (straight news). Reporter akan melaporkan point-point penting dari permasalahan dilapangan saja, sedangkan untuk penulisan beritanya dilakukan oleh tim redaksi yang ada dikantor. Dalam
7
2014
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
36
peliputan berita mereka diberikan kebebasan, namun bukan berarti bisa sebebasnya menuliskan berita melainkan tetap pada acuan kode etik jurnalistik. Untuk kebijakan redaksi di Merdeka.com, dilakukan secara situasional. Jika ada berita yang mengangkat isu-isu ringan, sekelas editor saja bisa menaikkan berita tersebut. Untuk berita yang bersifat straight news juga bisa langsung dinaikkan setelah melalui meja editor dan masukkan dari redaktur eksekutif atau pemimpin redaksi. Tidak ada rapat tertentu yang mengkhususkan pada agenda pembicaraan layaknya berita untuk dimuat atau tidak. Di Merdeka.com semua dilakukan secara situasional, semua berita bisa dinaikkan asalkan tidak mengandung unsur SARA dan melenceng dari kode etik jurnalistik.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Berita I Pada bab ini akan diuraikan analisis wacana mengenai pemberitaan penolakan Front Pembela Islam (FPI) terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta berdasarkan model Teun van Dijk yang disajikan oleh Merdeka.com. Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengan kognisi sosial (Social Cognition Analysis). Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, barangkali model ini adalah model yang banyak dipakai. Menurut Eriyanto, hal ini terjadi kemungkinan karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana, sehingga bisa digunakan dan dipakai secara praktis. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.1 Selain itu dalam penelitian wacana juga harus menganalisis lebih jauh dari segi kognisi sosial dan konteks sosial yang juga berperan dalam analisis wacana. Dalam analisis teks ini penulis mencoba mengurai makna wacana mengenai pemberitaan penolakan Front Pembela Islam (FPI) terhadap pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang dilihat dari struktur teks berita seperti tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.
1
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),,
h.221.
37
38
Selanjutnya penelitian ini juga akan dianalisis pada level kognisi sosial dan konteks sosial. Adapun berita-berita yang dianalisis di Merdeka.com mengenai isu penolakan tersebut mengambil dua berita saja, yang dimuat pada bulan September 2014. Untuk selanjutnya, penulis akan menganalisis berita dari segi teksnya terlebih dahulu. 1. Analisis Level Teks Analisis Berita 1: “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk” Rabu, 24 September 2014. a.
Tematik Elemen tematik atau tema menunjukkan pada gambaran umum dari suatu
teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan atau yang paling utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Tematik juga sering disebut sebagai tema atau topik.2 Maka, tema yang diungkapkan pada berita “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk,” ini adalah mengenai penolakan yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam berita tersebut, peneliti menemukan bahwa setiap paragraf mengandung inti berita dan memberikan ringkasan kejadian. Namun di beberapa paragraf terdapat kalimat yang tidak mencapai topik/tema, bahkan cenderung memiliki inti topik yang sama. Secara keseluruhan, setiap paragraf yang dituliskan saling berkaitan satu sama lain, sehingga memunculkan satu gagasan inti atau tema dari berita tersebut. 2
h.229.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
39
b. Segi Skematik Skematik adalah skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur akan menjelaskan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diuraikan sehingga membentuk kesatuan arti.3 Judul berita ini adalah “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk.” Pada bagian awal berita ini berisi tentang persiapan aksi yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terkait penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta (baris 1-4). Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, penulis menjelaskan lebih jauh mengenai persiapan yang dilakukan oleh para kader FPI. Diantaranya adalah mempersiapkan spanduk yang berisikan tulisan menentang Ahok (baris 7-8). Kemudian di bagian tengah berisi tentang dasar penolakan yang dilakukan FPI. Penulis memperjelas tulisan dengan menyantumkan pernyataan dari Ketua FPI Tanah Abang, Suharto yang menyatakan bahwa dasar penolakan Ahok karena dia bukan Islam (baris 9-10). Selain itu penolakan Ahok didasari oleh perilaku Ahok yang arogan dan kasar. Yang terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok selama ini (baris 12-15). Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat: “Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI. Mereka berkumpul di markas FPI Jalan Petamburan III Tanah Abang Jakarta Pusat.” Bagian ini menyampaikan pokok utama dari berita tersebut. Yaitu aksi penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. 3
Eriyanto, Analisis Wacana, h.231.
40
FPI berargumen bahwa aksi penolakan tersebut dilakukan karena Ahok bukan Islam dan bacotnya busuk. Berita ini ditutup dengan rencana FPI yang akan berjalan kaki ke DPRD DKI sebagai titik pusat demonstrasi. FPI menilai, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari kemacetan yang semakin parah apabila membawa kendaraan (baris 16-17). Skema dari berita tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga alur berita tersebut dapat tersusun dengan baik dan menciptakan satu kesatuan arti. c.
Segi Semantik Semantik merupakan salah satu elemen tingkatan terakhir dari model
Teun A. van Dijk yakni Struktur Mikro. Semantik adalah bagian dimana pada suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang ingin ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.4 Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.5 Pada detil biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan informasi yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan. Sedangkan maksud adalah melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana maksud, hampir sama dengan h.235.
4
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
5
Eriyanto, Analisis Wacana, h.238.
41
elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.6 Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah persiapan aksi demonstrasi yang akan dilakukan oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok. Aksi tersebut didasari oleh pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Peneliti melihat bahwa setiap paragraf yang ditulis oleh wartawan pada berita pertama, memunculkan sebuah makna bahwa FPI sangat membenci Ahok karena omongannya yang kasar dan bukan berlatar belakang muslim. Sehingga dari judulnya saja, pembaca sudah bisa menangkap makna yang ingin diungkapkan oleh wartawan. 1) Latar Latar dalam pemberitaan ini terletak pada baris pertama dalam paragraf pertama: “Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI.” Pada kalimat tersebut, latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini adalah memberitahukan bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan oleh FPI dipicu oleh pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hal tersebut berdampak pada penggerakan massa aksi yang berdemo di depan gedung DPRD DKI Jakarta.
6
Eriyanto, Analisis Wacana, h.240.
42
2) Detil Detil yang hendak disampaikan wartawan dalam pemberitaan ini terlihat pada baris 5 paragraf 2. Hal ini dapat dilihat pada kalimat: “..massa FPI mulai berdatangan dengan mengenakan baju putih-putih kebesarannya. Mereka pun mempersiapkan beberapa spanduk bertuliskan „Umat Islam Jakarta Tidak Butuh Ahok yang Bacotnya Busuk‟.” Pada bagian tersebut wartawan memaparkan persiapan yang dilakukan oleh FPI dalam aksi nya siang nanti. Jika dibaca secara utuh, penulis ingin memaparkan proses persiapan demonstrasi. 3) Maksud Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang memaparkan dasar dari penolakan Ahok sebagai Gubernur. Hal ini dapat dilihat di baris 8 paragraf 4, yaitu pada kalimat: “Ketua FPI Tanah Abang Suharto menyatakan penolakan kepada Ahok memiliki 3 dasar. Hal itu yang melandasi perjuangan mereka untuk tegas menolak dan menentang kepemipinan Ahok hari ini.” Dalam teks tersebut, peneliti beranggapan bahwa wartawan berusaha menggambarkan secara jelas maksud dari penolakan yang dilakukan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Melalui tulisannya, penulis meyakinkan pembaca dengan memaparkan alasan penolakan FPI terhadap Ahok melalui pernyataan dari Ketua FPI Tanah Abang, Suharto. Namun hal ini berseberangan dengan pemikiran wartawan yang mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur Jakarta.
43
d. Segi Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bagian dari tingkatan Struktur Mikro. Sintaksis mempunyai pengertian bagaimana pemilihan kalimat pada suatu teks ditinjau dari bentuk dan susunan. Adapun unsur sintaksis adalah sebagai berikut: 1) Bentuk Kalimat Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan tambahan. Seperti pada berita pertama yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk,” penulis menggunakan bentuk kalimat deduktif didalamnya. 2) Koherensi Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Koherensi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris ke 16 dalam paragraf 5, yaitu: “Selain itu, mereka pun memutuskan untuk berjalan menuju DPRD DKI, hal itu untuk menghindari kemacetan.” Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang menyatakan tujuan yaitu “untuk.” Proposisi “mereka pun memutuskan untuk berjalan menuju DPRD DKI” dan “menghindari kemacetan,” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “untuk” dua hal tersebut menjadi tampak koheren.
44
3) Kata Ganti Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.7 Kata ganti yang ditemukan pada teks berita ini adalah pada kalimat: a) “Mereka berkumpul di Markas FPI Jalan Petamburan III Tanah Abang Jakarta Pusat (baris 3 paragraf 1).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Mereka.” b) “Kita tidak asal menentang, kita punya landasan... (baris 12 paragraf 4).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Kita.” c) “...ini biar jalanan tidak tambah macet (baris 18 paragraf 5).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Dia.”
e.
Segi Stilistik Sama seperti Semantik dan Sintaksis, Stilistik termasuk tingkatan
Strukstur Mikro. Stilistik adalah pemilihan kata yang dipakai dalam suatu teks atau wacana. Dengan kata lain Stilistik menjelaskan tentang bagaimana seseorang atau penulis melakukan pemilihan kata yang menyatakan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana penyalurannya. Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini.
7
h.253.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
45
1) Leksikon Elemen Leksikon atau pemilihan kata dalam berita ini dapat dilihat sebagai berikut: a) Pada baris ke 2 dalam paragraf pertama terdapat kata aksi penolakan, yang berkalimat: “Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI.” b) Pada baris ke 10 dalam paragraf 3 terdapat kata melandasi perjuangan, yang berkalimat: “Ketua FPI Tanah Abang Suharto menyatakan penolakan kepada Ahok memiliki 3 dasar. Hal itu yang melandasi perjuangan mereka...” f.
Segi Retoris Retoris merupakan kategori Struktur Mikro yang terakhir. Retoris adalah
bagaimana dan dengan cara penekanan apa yang dilakukan terhadap suatu teks atau wacana. Unsur retoris adalah sebagai berikut: 1) Grafis Unsur grafis merupakan pengamatan terhadap teks yang ditekankan atau ditonjolkan pada bagian yang dianggap penting. Unsur ini dapat ditunjukkan dengan foto, gambar, atau tabel. Pada teks berita yang menceritakan tentang persiapan aksi demo penolakan Ahok sebagai Gubernur ini, digambarkan dengan foto dimana para anggota FPI terlihat tengah berkumpul di Markas FPI sebelum menuju lokasi demo. Dari foto tersebut, tampak beberapa orang yang sedang berkumpul dengan mengenakan baju putih-putih kebesarannya.
47
Tabel 4.1 Analisis Teks Berita “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk” Struktur Wacana Elemen Keterangan Struktur Makro Tematik - Tentang penolakan yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Superstruktur Skematik - Diawali dengan persiapan aksi yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terkait penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta (baris 1-4). Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, penulis menjelaskan lebih jauh mengenai persiapan yang dilakukan oleh para kader FPI. Diantaranya adalah mempersiapkan spanduk yang berisikan tulisan menentang Ahok (baris 7-8). - Pada pertengahan tulisan diceritakan mengenai dasar penolakan yang dilakukan FPI. Penulis memperjelas tulisan dengan menyantumkan pernyataan dari Ketua FPI Tanah Abang, Suharto yang menyatakan bahwa dasar penolakan Ahok karena dia bukan Islam (baris 9-10). Selain itu penolakan Ahok didasari oleh perilaku Ahok yang arogan dan kasar. Yang terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok selama ini (baris 12-15). - Ditutup dengan rencana FPI yang akan berjalan kaki ke DPRD DKI sebagai titik pusat demonstrasi. FPI menilai, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari kemacetan yang semakin parah apabila membawa kendaraan (baris 16-17). Struktur Mikro Latar - Terletak pada baris pertama dalam paragraf pertama, yang isinya menceritakan latar belakang tentang aksi demonstrasi yang dilakukan oleh FPI dipicu oleh pengangkatan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta: “Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
48
Detil
Maksud
Bentuk Kalimat
Koherensi
Kata Ganti
Leksikon
Grafis
(Ahok) sebagai gubernur DKI.” - Bagian detil berita ini terlihat pada baris 5 paragraf 2, yang terdapat pada kalimat: “..massa FPI mulai berdatangan dengan mengenakan baju putih-putih kebesarannya. Mereka pun mempersiapkan beberapa spanduk bertuliskan „Umat Islam Jakarta Tidak Butuh Ahok yang Bacotnya Busuk‟.” - Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang memaparkan dasar dari penolakan Ahok sebagai gubernur. Hal ini dapat dilihat di baris 8 paragraf 4, yaitu pada kalimat: “Ketua FPI Tanah Abang Suharto menyatakan penolakan kepada Ahok memiliki 3 dasar. Hal itu yang melandasi perjuangan mereka untuk tegas menolak dan menentang kepemipinan Ahok hari ini.” - Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan tambahan. - Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris ke 16 dalam paragraf kelima, yaitu: “Selain itu, mereka pun memutuskan untuk berjalan menuju DPRD DKI, hal itu untuk menghindari kemacetan.” - Kata “mereka” pada baris ke 3. - Kata “kita” pada baris 12. - Kata “dia” pada baris 18. - Kata “aksi penolakan” pada baris 2. - Kata “melandasi perjuangan” pada baris 10. - Ditunjukkan dengan sebuah foto dimana terdapat para kader FPI yang tengah berkumpul di Markas besar, sebelum menuju lokasi demo.
49
Metafora
2.
- Metafora atau kata kiasan dalam berita ini terdapat pada baris ke 6 dalam paragraf 2, yaitu; “kebesarannya.”
Analisis Level Kognisi Sosial Dalam menganalisis wacana, kognisi sosial adalah bagian integral yang saling berkaitan dari rumus kerangka Teun A. van Dijk. Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bersebrangan dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar dalam media seperti kontrol, institusi, profesi, modal, dan sebagainya.8 Dalam berita pertama yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk,” penulis berusaha memberitahukan kepada pembaca bahwa akan ada demo penolakan yang dilakukan oleh FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Penulis juga berusaha untuk memberitahukan kepada pembaca bahwa penolakan yang dilakukan oleh FPI sudah menyalahi aturan hukum dan Undang-Undang. Karena isu utama yang ditarik disini ialah karena Ahok bukan berlatar belakang muslim. Isu ini menjadi sangat sensitif, karena alasan FPI tersebut sangat bersinggungan dengan SARA, tentu saja hal ini bisa menimbulkan perpecahan dikalangan masyarakat. Efendi Ari Wibowo merupakan seorang reporter Merdeka.com yang sehari-hari bertugas di Polda Metro Jaya. Oleh karena itu, segala berita yang menyangkut pelanggaran bisa cepat didapat dan ditulis ke dalam sebuah berita. Sama hal nya dengan berita mengenai FPI dan Ahok. Sementara 8
h.266.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
50
Muhammad Hasits yang menjabat sebagai editor sekaligus redaktur politik sehari-hari bertugas di kantor, menunggu berita yang masuk dari para reporter di lapangan untuk kemudian di lakukan pengkajian ulang sebelum dipublikasikan. Latar belakang akademik Efendi Ari Wibowo berasal dari Fakultas Keguruan Universitas Negeri Yogyakarta. Sementara latar belakang akademik dari Muhammad Hasits berasal dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di Merdeka.com, latar belakang pendidikan tidak terlalu mempengaruhi profesi wartawan, tetapi lebih mengutamakan wawasan dan pengetahuan. Profesi wartawan dibuka untuk semua jurusan, dan tidak terlalu mementingkan latar belakang akademiknya. Disinggung mengenai kognisi penulis, yakni seberapa jauh penulis mengetahui segala hal mengenai isu ini. Dalam penjelasannya Redaktur Politik Merdeka.com mengungkapkan bahwa untuk kasus FPI dan Ahok, ia menugasi para reporternya dilokasi -lokasi penting, seperti Polda Metro Jaya, Markas FPI, Gedung DPRD DKI Jakarta dan Balai Kota Jakarta. Salah satu penulis berita mengenai FPI dan Ahok adalah Efendi Ari Wibowo, wartawan di Merdeka.com yang beragama Islam. Menurut penulis, tidak masalah jika Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang non muslim, karena Indonesia berdasarkan pancasila. Dalam kasus FPI dan Ahok, pemberitaan Merdeka.com dipengaruhi oleh rekam jejak FPI selama ini yang dikenal anarkis dan negatif. Kuat dugaan bahwa kasus ini dipengaruhi oleh kepentingan politik yang
51
ditunggangi oleh seseorang. Hal ini juga yang melatarbelakangi pembentukan teks berita terkait isu FPI dan Ahok. “Untuk saya, persoalan Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan like, dislike artinya suka tidak suka masyarakat juga, ada persoalan politik didalamnya. Karena kemarin waktu demo yang ricuh itu ternyata saya waktu itu ngeposnya di Polda Metro Jaya. Berdasarkan hasil penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah ditarik, diduga ini kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu. Artinya ada dalang atau otak dibalik aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan, atau kepentingan yang kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan hanya soal suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu”.9 Kesimpulannya penulis berusaha memberitahukan bahwa apa yang dilakukan oleh FPI itu tidak sesuai dengan dasar negara. Penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak mempunyai alasan yang jelas. Jika alasannya hanya karena Ahok bukan dari kalangan muslim, maka hal itu bisa memicu perpecahan di dalam masyarakat. Penulis pun memberitahukan bahwa aksi demo yang dilakukan FPI telah menyalahi aturan dan melanggar hukum. Hal ini sangat tidak mencerminkan perilaku dari sebuah organisasi masyarakat yang bercorak muslim. Melalui teks berita, penulis menyampaikan dukungannya terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Siapapun yang memimpin, dan berlatar agama apapun, asalkan mampu mensejaherakan rakyat, dia layak menjadi seorang pemimpin.
9
2014
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
52
3.
Analisis Level Konteks Sosial Bagian dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Menurut Van Dijk Wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang abstrak (the abstact theoretical conctruct).10 Dalam pandangannya, van Dijk menjelaskan bahwa wacana merupakan bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat. Oleh karenanya untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks sosial ini dihubungkan dengan pengetahuan dan literatur yang berkembang pada khalayak atas suatu wacana. Analisis sosial berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu. Seperti dalam pemberitaan di Merdeka.com ini, untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan tentang perseteruan FPI dan Ahok ini adalah dengan menganalisis bagaimana masyarakat dan media melakukan produksi dan reproduksi mengenai isu tersebut. Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa Jokowi menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur. Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala 10
Aris Bandara, Analisis Wacana Teori Metode dan Penerapannya pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2013),h.17.
53
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya.11 Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Bahkan Organisasi Masyarakat (Ormas) Front Pembela Islam (FPI) dengan gamblang menolak dan mengancam akan melakukan demonstrasi. Selain itu terdapat ormas lain seperti Forum Betawi Rempug (FBR), dan beberapa komunitas Betawi yang ramai-ramai menolak pelantikan Ahok sebagai Gubernur. Mereka menilai bahwa sosok Ahok terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta. Aksi demo yang dilakukan oleh FPI terhadap Ahok terpublikasi oleh media
massa.
Media
massa
memiliki
peranan
penting
dalam
menyebarluaskan isu-isu yang sedang berkembang. Beberapa hari belakangan isu terkait FPI versus Ahok menjadi konsumsi publik setiap harinya. Setiap media mempunyai cara pandang tersendiri dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa, sehingga reaksi atas berita yang dikonsumsi oleh khalayak menimbulkan persepsi yang berbeda. Dalam sistem negara Indonesia yang demokratis, tentu kekhawatiran dipimpin oleh seorang non muslim kurang beralasan, karena kekuasaan Pemerintah Daerah tidak mutlak dan tidak absolut. Sehingga penolakan FPI 11
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.00 WIB
54
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi tidak beralasan. Karena dalam UU No. 12 Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah, telah diatur bahwa seorang wakil gubernur akan otomatis menjadi gubernur jika gubernur sebelumnya berhalangan seperti mengundurkan diri atau tetap (meninggal). Menurut Efendi Ari Wibowo, reporter Merdeka.com yang menulis isu tersebut, isu SARA adalah alasan utama FPI menolak Ahok. Efendi menilai ada keterserabutan sejarah (ahistorys)/ lupa akan sejarahnya dari masyarakat Indonesia. “Di Jakarta sendiri orang yang bukan islam kemudian dan bukan betawi, sudah pernah ada yang menjadi pemimpin Jakarta, Henk Ngantung misalnya, dia seorang Kristen yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lalu kenapa dengan Ahok? Isu yang ditarik kan dia bukan muslim, lalu apa masalahnya? Bagi saya masalahnya adalah Ahok mampu tidak kemudian mensejahterakan masyarakat Jakarta, pertanyaannya kan gitu. Jika tidak mampu ya silahkan di kritisi, tapi sekarang persoalannya sudah mengarah ke SARA, itu menjadi tidak mencerdaskan masyarakat.”12 Meskipun penolakan Ahok sebagai gubernur terus disuarakan oleh massa FPI dan Ormas lainnya, tetapi sesuai hukum yang telah ditetapkan pada akhirnya nanti Ahok tetap akan menjadi Gubernur DKI sesaat setelah Jokowi ditetapkan sebagai Presiden terpilih. Sebagai negara hukum yang demokratis, hal ini sudah tidak bisa diganggu gugat. Sebagai media online yang mudah diakses oleh masyarakat, Merdeka.com tentu ingin memberikan pesan tersendiri terhadap pembacanya. Terkait isu tersebut, terdapat pesan bahwa siapapun boleh menyatakan pendapat di muka umum asal tidak menyalahi aturan. Mengenai pemimpin
12
2014
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
55
non muslim, tidak menjadi masalah karena negara ini berlandaskan pada pancasila. Wacana yang dibangun oleh Merdeka.com memberikan perspektif tersendiri terhadap isu diatas. Melalui berita-berita yang disajikan, konstruksi wacana berkembang pada kognisi masyarakat memberikan penilaian yang dibaca oleh pembacanya. Dengan demikian isu-isu nasional dipengaruhi oleh aktifitas Merdeka.com dalam mendokumentasikan setiap peristiwa dengan kesubjektifannya. B. Analisis Berita II 1. Analisis Level Teks Analisis Berita 2: “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor” Rabu, 24 September 2014. a.
Tematik Tema yang terkandung pada berita yang kedua adalah demo menolak
Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta yang disuarakan FPI berujung ricuh dan berubah menjadi anarkis. Massa FPI memukuli wanita pengendara motor yang tengah melintas disekitar lokasi demo. Sama halnya dengan berita sebelumnya, dalam berita kali ini, peneliti menemukan bahwa setiap paragraf mengandung inti berita dan memberikan ringkasan kejadian. Namun di beberapa paragraf terdapat kalimat yang tidak mencapai topik/tema, bahkan cenderung memiliki inti topik yang sama. Secara keseluruhan, setiap paragraf yang dituliskan saling berkaitan satu sama lain, sehingga memunculkan satu gagasan inti atau tema dari berita tersebut.
56
b. Segi Skematik Judul berita ini adalah “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor.” Berita ini didahului oleh aksi massa FPI
yang tengah
berdemonstrasi yang semula berjalan damai, mendadak ricuh. Keributan dipicu oleh seorang pengendara motor yang melintas ditengah masa yang sedang melakukan orasi (baris 1-4). Selanjutnya dalam berita tersebut dituliskan bahwa massa FPI yang sedang berorasi kemudian mendekat kearah seorang pengendara motor yang merupakan seorang wanita (baris 5-7). Tidak hanya itu, kemudian penulis menggambarkan bahwa massa FPI lantas mengepung wanita pengendara motor tersebut, kemudian memukulinya dengan menggunakan bambu. Meskipun dikepung massa, namun wanita pengendara motor tersebut berhasil melarikan diri dari amukan massa yang tengah dilanda emosi tersebut (baris 11-13). Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat: “Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.” Bagian ini menyampaikan pokok utama dari berita tersebut. Yaitu kericuhan yang terjadi saat demonstrasi tengah berlangsung. Massa FPI tersulut emosi saat seorang wanita pengendara motor melintas disekitar lokasi demo, sehingga memicu keributan. Berita ini ditutup dengan menggambarkan
tindakan dari aparat
kepolisian yang langsung turun untuk meredakan ketegangan tersebut. Hal ini
57
dilakukan polisi untuk menghindari timbulnya kericuhan yang lebih parah dari massa demo FPI (baris 14-15). Dari alur berita tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penulis ingin memberitahukan kepada pembaca bahwa FPI telah melanggar hukum karena melakukan aksi demo secara anarkis. Bahkan seorang pengendara sepeda motor tidak luput dari amukan massa FPI.
c.
Segi Semantik Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah perilaku anarkis yang
diperlihatkan oleh massa FPI dengan memukuli wanita pengendara sepeda motor yang tengah melintas. 1) Latar Latar dalam pemberitaan ini adalah kehadiran wanita pengendara motor yang melintas ditengah kerumunan demonstran FPI. Hal ini terdapat pada baris 4 paragraf 1, yaitu pada kalimat: “Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengahtengah massa.” Pada bagian ini, latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan
ini
adalah
ingin
memberitahukan
kehadiran
wanita
pengendara motor yang melintas ditengah kerumunan demonstran FPI. Hal ini yang kemudian memicu keributan.
58
2) Detil Bagian detil yang hendak disampaikan wartawan dalam pemberitaan ini terlihat pada baris 7 paragraf 2, yang terdapat pada kalimat: “massa yang tengah berkumpul mendengarkan orasi tiba-tiba merangsek mendekati seorang pengendara motor. Tak hanya itu, mereka lantas memukuli wanita yang mengendarai kendaraan roda dua tersebut dengan menggunakan bambu.” Pada bagian tersebut wartawan berusaha menguraikan kronologi kejadian saat massa FPI melakukan penyerangan terhadap wanita pengendara sepeda motor. Hal ini terjadi ketika massa FPI melakukan orasi menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. 3) Maksud Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang memaparkan kericuhan yang terjadi saat demo FPI tengah berlangsung. Hal ini dapat dilihat di baris 11 paragraf 3, yaitu pada kalimat: “Meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-orang disekitarnya. Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar, namun tidak berhasil.” Dalam teks tersebut, peneliti berpendapat bahwa penulis ingin menggambarkan demo anarkis yang dilakukan oleh FPI. Hal ini amat sangat disayangkan, karena bisa membahayakan pengguna jalan yang tengah melintas disekitar lokasi kejadian juga masyarakat sekitar.
59
d. Segi Sintaksis 1) Bentuk Kalimat Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan tambahan. Seperti berita yang berjudul “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor,” penulis menggunakan bentuk kalimat deduktif didalamnya.
2) Koherensi Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Koherensi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris ke 3 dalam paragraf 1, yaitu: “Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.” Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang menyatakan waktu yaitu “ketika.” Proposisi “Keributan” dan “seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa,” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “ketika” dua hal tersebut menjadi tampak koheren.
60
3) Kata Ganti Kata ganti yang ditemukan pada teks berita ini adalah pada kalimat: a) “Tak hanya itu, mereka lantas memukul wanita yang mengendarai kendaraan roda dua tersebut dengan menggunakan bambu. (baris 7 paragraf 2).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Mereka.” b) “Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar, namun tidak berhasil (baris 12 paragraf 3).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Pria.” e.
Segi Stilistik 1) Leksikon Elemen Leksikon atau pemilihan kata dalam berita ini dapat dilihat pada baris ke 11 dalam paragraf 3 terdapat kata amukan, yang berkalimat: “meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orangorang disekitarnya.”
f.
Segi Retoris 1) Grafis Pada teks berita yang menceritakan tentang pemukulan terhadap wanita pengendara sepeda motor yang dilakukan oleh massa FPI, digambarkan dengan foto oleh wartawan. Dalam foto tersebut terlihat massa FPI tengah mengepung salah seorang wanita pengendara motor. Berikut adalah fotonya:
62
Superstruktur
Skematik
Struktur Mikro
Latar
Detil
- Berita ini didahului oleh aksi massa FPI yang tengah berdemonstrasi yang semula berjalan damai, mendadak ricuh. Keributan dipicu oleh seorang pengendara motor yang melintas ditengah masa yang sedang melakukan orasi (baris 1-4). - Pada pertengahan tulisan diceritakan mengenai massa FPI yang sedang berorasi kemudian mendekat kearah seorang pengendara motor yang merupakan seorang wanita (baris 57). Tidak hanya itu, kemudian penulis menggambarkan bahwa massa FPI lantas mengepung wanita pengendara motor tersebut, kemudian memukuli nya dengan menggunakan bambu. Meskipun dikempung massa, namun wanita pengendara motor tersebut berhasil melarikan diri dari amukan massa yang tengah dilanda emosi tersebut (baris 11-13). - Ditutup dengan penggambaran dari tindakan aparat kepolisian yang langsung turun untuk meredakan ketegangan tersebut. Hal ini dilakukan polisi untuk menghindari timbulnya kericuhan yang lebih parah dari massa demo FPI (baris 14-15). - Terletak pada baris pertama dalam paragraf pertama, yang isinya menceritakan tentang seorang wanita pengendara motor yang melintas ditengah kerumunan demonstran FPI. Hal ini terdapat pada baris 4 paragraf 1, yaitu pada kalimat: “Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.” - Bagian detil berita ini terlihat pada baris 7 paragraf 2, yang terdapat pada kalimat: “massa yang tengah berkumpul
63
Maksud
-
Bentuk Kalimat
-
Koherensi
-
Kata Ganti Leksikon Grafis
-
Metafora
-
mendengarkan orasi tiba-tiba merangsek mendekati seorang pengendara motor. Tak hanya itu, mereka lantas memukuli wanita yang mengendarai kendaraan roda dua tersebut dengan menggunakan bambu.” Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang memaparkan kericuhan yang terjadi saat demo FPI berlangsung. Hal ini dapat dilihat di baris 11 paragraf 3, yaitu pada kalimat: “Meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-orang disekitarnya. Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar, namun tidak berhasil Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan tambahan. Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris ke 3 dalam paragraf 1, yaitu: “Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.” Kata “mereka” pada baris ke 7. Kata “pria” pada baris 12. Kata “amukan” pada baris 11. Ditunjukkan dengan sebuah foto yang menggambarkan seorang wanita pengendara sepeda motor yang tengah dikepung oleh massa FPI. Metafora atau kata kiasan dalam berita ini terdapat pada baris ke 11 dalam paragraf 3, yaitu “tancap gas.”
64
2. Analisis Level Kognisi Sosial Dalam pemberitaan demo penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur, penulis berusaha memberitahukan kepada pembaca bahwa setiap warga negara berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Namun jika aksi tersebut dilakukan dengan anarkis dan melanggar hukum, maka demo tersebut menjadi sebuah tindakan yang tidak terpuji. Apalagi jika sampai membahayakan pengguna jalan dan warga disekitar lokasi. Disinggung mengenai kognisi penulis, yakni seberapa jauh penulis mengetahui segala hal mengenai isu ini. Dalam kasus FPI dan Ahok, kognisi penulis dinilai cukup menguasai isu tersebut. Apalagi masalah yang diungkapkan dalam peristiwa ini cukup serius. Hal ini terlihat dari penulis yang tidak hanya menceritakan fakta tentang demonstrasi yang dilakukan oleh FPI dari satu sisi, tetapi juga dari berbagai sisi lainnya seperti kondisi demo yang berubah anarkis, adanya pengguna jalan yang menjadi korban amukan massa FPI, juga pengendalian situasi dari aparat Kepolisian. Pemberitaan Merdeka.com terhadap isu ini dipengaruhi oleh rekam jejak FPI selama ini yang dikenal anarkis dan negatif. Kuat dugaan bahwa kasus ini dipengaruhi oleh kepentingan politik yang ditunggangi oleh seseorang. Hal ini juga yang melatarbelakangi pembentukan teks berita terkait isu FPI dan Ahok. “Untuk saya, persoalan Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan like, dislike artinya suka tidak suka masyarakat juga, ada persoalan politik didalamnya. Karena kemarin waktu demo yang ricuh itu ternyata saya waktu itu ngeposnya di Polda Metro Jaya. Berdasarkan hasil penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah ditarik, diduga ini kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu.
65
Artinya ada dalang atau otak dibalik aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan, atau kepentingan yang kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan hanya soal suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu.”13 Kesimpulannya penulis berusaha memberitahukan bahwa apa yang dilakukan oleh FPI itu tidak sesuai dengan dasar negara. Penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak mempunyai alasan yang jelas. Jika alasannya hanya karena Ahok bukan dari kalangan muslim, maka hal itu bisa memicu perpecahan didalam masyarakat. Penulis pun memberitahukan bahwa aksi demo yang dilakukan FPI telah menyalahi aturan dan melanggar hukum. Hal ini sangat tidak mencerminkan perilaku dari sebuah organisasi masyarakat yang bercorak muslim. Melalui teks berita, penulis menyampaikan dukungannya terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Siapapun yang memimpin, dan berlatar agama apapun, asalkan mampu mensejaherakan rakyat, dia layak menjadi seorang pemimpin.
3. Analisis Level Konteks Sosial Seperti dalam pemberitaan di Merdeka.com ini, untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan tentang perseteruan FPI dan Ahok ini adalah dengan menganalisis bagaimana masyarakat dan media melakukan produksi dan reproduksi mengenai isu tersebut. Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa 13
2014
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
66
Jokowi menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur. Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya.14 Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Diantara beberapa ormas yang menolak Ahok, FPI merupakan organisasi yang paling rajin menyuarakan penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Penolakan tersebut didasarkan atas alasan perbedaan keyakinan, dalam hal ini adalah agama. Alasan ini bisa dikategorikan menyinggung SARA (Suku, Agama, dan Ras) yang sangat sensitif dan berpotensi memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). FPI sendiri merupakan organisasi masyarakat yang bercorak keislaman. Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta berinisiatif membangun suatu tatanan sosial, poitik dan hukum yang sejalan dengan nilai14
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.00 WIB
67
nilai syariat Islam. Namun sayangnya kini FPI merupakan ormas yang terlarang atau ilegal di Jakarta. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan bahwa Front Pembela Islam (FPI) sebagai sebuah organisasi masyarakat yang ilegal dan terlarang di Jakarta. Dinyatakannya FPI sebagai organisasi illegal karena ormas pimpinan Habib Riziq Shihab ini tidak terdaftar dalam administrasi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Hal ini bisa berdampak pada pemberian sanksi terhadap segala sesuatu yang dilakukan kelompok tersebut. Sanksi tersebut diberikan oleh Pemprov DKI. Meski begitu, secara nasional FPI merupakan organisasi legal yang
sudah terdaftar di Kemendagri.15 Oleh
karena itu penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur menjadi sangat tidak beralasan dan kegiatannya bersifat ilegal. Penolakan Ahok ini menjadi menarik karena sesuai aturan dalam UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah, seorang wakil gubernur akan otomatis menjadi gubernur jika gubernur sebelumnya berhalangan seperti mengundurkan diri atau tetap (meninggal). “Artinya, penolakan yang dilakukan oleh FPI tak berdasar sehingga menjadi menarik. Apakah bisa Ahok ditolak menjadi gubernur sedangkan UU mengatur tentang pengangkatan”.16 Penolakan yang dilakukan FPI terhadap Ahok tidak mempunyai alasan yang kuat, bahkan terindikasi adanya muatan politik didalamnya. Pasalnya banyak anggota FPI yang didatangkan dari luar daerah untuk meramaikan aksi demo tersebut. Apa yang dilakukan FPI juga telah menyalahi aturan
15
http://www.islampos.com/kemendagri-nyatakan-fpi-terlarang-di-jakarta-147574/ Wawancara Pribadi via Email, Muhammad Hasits, Redaktur Politik Merdeka.com, Senin 27 Oktober 2014 16
68
karena berdemo dengan anarkis. Meski penolakan begitu kencang disuarakan, Ahok akan tetap dilantik sebagai Gubernur sesuai dengan UU yang telah diatur. Sebagai
media
online
yang
mudah
diakses
oleh
masyarakat,
Merdeka.com tentu ingin memberikan pesan tersendiri terhadap pembacanya. Terkait isu tersebut, terdapat pesan bahwa siapapun boleh menyatakan pendapat di muka umum asal tidak menyalahi aturan. Mengenai pemimpin non muslim, tidak menjadi masalah karena negara ini berlandaskan pada pancasila. Wacana yang dibangun oleh Merdeka.com memberikan perspektif tersendiri terhadap isu diatas. Dengan demikian, Merdeka.com mencoba mengungkapkan permasalahan dan seobjektif mungkin.
mendokumentasikan setiap peristiwa
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data yang telah diuraikan oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab penutup ini peneliti dapat menarik kesimpulan dari rumusan masalah yang ditulis pada bab pertama. Kesimpulan analisis wacana pada pemberitaan mengenai demo penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, adalah sebagai berikut: 1. Struktur Teks a. Teks ini mampu memaparkan dari segi semantik atau makna yang ditekankan, seperti pendeskripsian latar, detil, dan maksud secara keseluruhan teks dengan cukup baik. b. Dalam pemilihan kata atau leksikon, penulis menggunakan kata-kata yang menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Seperti penggunaan kata aksi penolakan, amukan, dan berserakan. c. Dari keseluruhan struktur teks yang memberitakan mengenai demo penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, struktur teks yang penulis bangun menunjukkan bahwa FPI seharusnya tidak melakukan demo yang anarkis. Disamping itu apa yang dilakukan FPI tidak berdasar, karena pengangkatan gubernur sudah diatur dalam Undang-Undang. Penekanan tersebut dapat terlihat dari skema dan proporsi pemberitaan yang ditampilkan dalam teks tersebut.
69
70
2. Level Kognisi Sosial Dilihat dari kognisi sosial, penulis dan redaktur menempatkan posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Joko Widodo karena terpilih menjadi Presiden RI. Tidak masalah jika Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang non muslim, karena Indonesia berdasarkan pancasila. Konteks disini bukan membicarakan persoalan muslim dan non muslim, tetapi bagaimana sosok pemimpin itu bisa membenahi berbagai persoalan yang ada di Jakarta. FPI sebagai ormas Islam yang menjunjung tinggi syariat Islam, harusnya mereka bisa mengejawantahkan nilai-nilai Islam, bukan malah berbanding terbalik dari syariat Islam. Tidak harus orang Islam yang jadi pemimpin, konteksnya disini bukan kemudian meng-Islamkan Indonesia, tapi meng-Indonesiakan Islam. Artinya Islam itu agama yang masuk ke Indonesia, otomatis harus mengikuti segala adat istiadat di Indonesia yang menjunjung tinggi asas pancasila, bukan karena Indonesia mayoritas muslim lantas mengikuti adat istiadat Islam seperti di Arab Saudi dan negara Islam lainnya. 3. Level Konteks Sosial Pada level konteks sosial, kondisi masyarakat Indonesia masih cukup sensitif dengan isu SARA. Isu ini cukup mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia. Penolakan yang dilakukan FPI terhadap Ahok tidak mempunyai alasan yang kuat, bahkan terindikasi adanya muatan politik didalamnya. Pasalnya banyak anggota FPI yang didatangkan dari luar
71
daerah untuk meramaikan aksi demo tersebut. Apa yang dilakukan FPI juga telah menyalahi aturan karena berdemo dengan anarkis. Meski penolakan begitu kencang disuarakan, Ahok akan tetap dilantik sebagai Gubernur sesuai dengan UU yang telah diatur. Merdeka.com yang diakui oleh redaktur politiknya selalu mendukung dan memegang teguh pancasila dan undang-undang sebagai landasan negara. Selain itu Merdeka.com dengan dominasi kekuasaannya sebagai media massa, membuka ruang bagi terkonstruksinya pandangan masyarakat agar setuju dengan pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menolak tindakan FPI yang anarkis. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Merdeka.com memaknai Bhineka Tunggal Ika dalam setiap pemberitaannya, khususnya dalam isu tersebut. B. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai demo penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut: 1. Merdeka.com sebagai media online harus tetap kritis dan objektif dalam pemberitaannya, agar bisa terus menjadi media yang memberikan pencerahan
dan
pengetahuan
bagi
masyarakat.
Sehingga
suatu
permasalahan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh masyarakat. Selain itu Merdeka.com harus tetap menjaga keberimbangan setiap berita atau cover both side sesuai dengan etika jurnalistik sehingga masyarakat bisa menanggapinya dengan baik.
72
2. Bagi masyarakat luas, harus lebih bijak dalam memahami isu yang dikonstruksi oleh media agar tidak mudah terpancing dengan isu SARA yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia dapat selalu terjaga dengan baik dan damai.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku Bandara, Aris. Analisis Wacana Teori Metode dan Penerapannya Pada Wacana Media. Jakarta: Kencana, 2013 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007 Darma, Yoce Aliah. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2009 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS, 2001 Lubis, Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa, 1993 Maleong, J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Mujani, Saiful dkk. Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Mizan, 2011 Mulyana, Deddy. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsipprinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005 Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana. Yogyakarta: Kansius, 1993 Salim, Peter. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 2002 Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Sudjiman, Panuti. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grifiti, 1993
B. Sumber Internet www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.00 WIB http://www.merdeka.com/peristiwa/fpi-tolak-ahok-jadi-gubernur-karenabukan-islam-bacotnya-busuk.html diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.30 WIB www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB http://www.islampos.com/kemendagri-nyatakan-fpi-terlarang-di-jakarta147574/
Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com Nama Nim Kampus Narasumber Jabatan Tanggal
: Fajar Yugaswara : 1110051100064 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Muhammad Hasits : Editor/Redaktur Politik : 27 Oktober 2014 (Via Email)
Draft Pertanyaan: 1. Bagaimana sejarah Merdeka.com sampai saat ini? Tentang sejarah merdeka.com bisa dicek di link berikut ini: http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html 2. Apa visi dan misi dari Merdeka.com? Bisa dicek di link ini: http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html 3. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisan berita? Apakah ada ciri khas yang membedakan Merdeka.com dengan media online lain? Setiap berita yang ditampilkan oleh merdeka.com selalu sesuai dengan kode etik jurnalistik. Kaidah bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dengan merujuk kamus bahasa Indonesia. Soal judul dalam berita disesuaikan dengan berita itu sendiri. 4. Bagaimana alur berita yang ada di Merdeka.com (Mulai dari pencarian berita, pemilihan berita, dan pembuatan berita) ? Ini adalah tugas utama seorang reporter dalam mencari berita di lapangan. Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyak-banyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita atau tidak. Setiap berita sudah melewat editing oleh seorang editor sebelum dipublis ke publik. 5. Bagaimana proses produksi/pembuatan berita yang ada di Merdeka.com (Pra, Proses, Pasca Produksi) ? Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Setelah berita sudah jadi atu sudah melalaui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT.
6. Strategi apa yang diterapkan Merdeka.com dalam menjaga keobjektifan setiap berita yang dibuat? Ya mengabarkan apa adanya, tanpa ada yang dikurangi. Paling utama adalah cover both side. 7. Ideologi seperti apa yang dijadikan rujukan Merdeka.com dalam menulis berita? Tak ada ideologi. 8. Bagaimana Rutinitas media yang terjadi di Merdeka.com setiap harinya (misal:editing, rapat redaksi, deadline, dan waktu terbitnya) ? Sudah dijawab di atas. Prosesnya dari reporter, lalu editor kemudian dipublish, itu aja simpel. 9. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak luar dalam setiap penulisan dan penentuan berita? (misalnya dari pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, teknologi, kondisi ekonomi, dan sebagainya)? Tidak ada 10. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak dalam untuk setiap penulisan dan penentuan berita? (misalnya dari pemimpin redaksi, dan sebagainya)? Tidak ada 11. Bagaimana tanggapan anda terkait isu penolakan yang dilakukan oleh FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta? Ini isu menarik yang perlu diangkat oleh media. Isu ini menjadi sensitif karena Ahok bukan non muslim. 12. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman para wartawan yang menuliskan isu penolakan Ahok sebagai Gubernur tersebut? Dan apa latar belakang wartawan yang menulis berita tersebut? Penolakan Ahok ini menjadi menarik karena sesuai aturan dalam UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah, seorang wakil gubernur akan otomatis menjadi gubernur jika gubernur sebelumnya berhalangan seperti mengundurkan diri atau tetap (meninggal). Artinya, penolakan yang dilakukan oleh FPI tak berdasar sehingga menjadi menarik. Apakah bisa Ahok ditolak menjadi gubernur sedangkan UU mengatur tentang pengangkatan.
13. Bagaimana dengan pemilihan narasumber terkait isu diatas, apakah berimbang (coverbothside)? Adakah kriteria khusus dalam pemilihan narasumber? Pasti, narasumber yang dipilih yang terkait isu di atas. Contohnya adalah Ahok sendiri, anggota FPI dan kepolisian. 14. Sosok Ahok sendiri dimata anda seperti apa? Wartawan tak bisa menilai, wartawan hanya mengabarkan. 15. Pandangan anda terhadap FPI seperti apa? Sama jawaban saya dengan pertanyaan nomor 14 16. Bagaimana tanggapan anda tentang pemimpin non muslim? Asal tidak menyalahi UU, ya tidak masalah. Karena ini negara yang menganut sistem demokrasi dan berjalan sesuai dengan undang-undang. 17. Setujukah anda jika Jakarta dipimpin oleh sosok yang berlatarbelakang non muslim? Saya ga bisa jawab 18. Adakah penekanan tertentu yang mengarahkan pembaca pada suatu kesimpulan? Wartawan dalam menulis tidak boleh mengarahkan pembaca, harus diberitakan apa adanya. 19. Apa yang ingin dihadirkan Merdeka.com dari pemberitaan tersebut? Kurang paham dengan pertanyaannya. 20. Nilai dan pesan moral apa yang disajikan dalam berita tersebut?
Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh FPI menentang Ahok tidak boleh anarkis. Menyampaikan pendapat boleh, asalkan tidak memaksakan. Negara ini ada aturan, tidak bisa memaksakan untuk kepentingan salah satu golongan.
Narasumber
Muhammad Hasits
Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com Nama Nim Kampus Narasumber Jabatan Tanggal
: Fajar Yugaswara : 1110051100064 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Efendi Ari Wibowo : Wartawan/Reporter : 28 Oktober 2014
1. Bagaimana sejarah Merdeka.com sampai saat ini? Ya kalo ditanya secara detail mungkin saya ini yah apa namanya, karena saya bukan pendiri jadi saya kurang tau secara detail, tapi Merdeka.com sampai hari ini sudah berusia 2 tahun lebih. Kemarin Agustus tanggal 17 itu kita berulang tahun. Nah nanti secara lengkap mas nya bisa langsung saja mengunjungi situs kami di www.merdeka.com itu ada di profilnya, seperti itu.
2. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisan berita? Apakah ada ciri khas yang membedakan Merdeka.com dengan media online lain? Untuk judul itu kita mengambil kalo karakter itu tidak boleh lebih dari 65 karakter, secara kata ya, jadi seperti itu. Jadi kan kalo temen-temen ngedit di dalem itu kan pake note kan jadi tau berapa karakter untuk judul tidak boleh lebih dari itu. Untuk kemudian apa namanya isi sendiri karena kita berita online minimal itu ada lima paragraf, kita usahakan, kecuali apa namanya ini ya apa namanya berita-berita tertentu yang kadang quote nya dari narsum itu hanya sedikit. Misalnya kadang Jokowi kan waktu kita doorstop ngomongnya cuma sedikit, itu.. apa.. atau apalah nah itu kan kita harus kemudian menambahkannya kadang biasanya dengan background kita ngambil berita yang sebelumnya ditambah dibawahnya, tapi ya minimal lima paragraf itu sudah layaklah untuk kemudian naik. Untuk framing kadang ini apa namanya dari redaktur di kantor, tim redaksi itu pagi itu biasa nya dia temen-temen yang reporter dilapangan, pagi temen-temen yang di redaksi yang disini yang masuk itu nitip isu yang sudah mereka godok sendiri disini yang kemudian oh narasumber ini nanti coba tanyakan terkait isu ini. Nah sorenya, sorenya kemudian dari sekian isu tadi itu kalo kita istilahnya packaging, nanti temen-temen kalo tau ada misalnya sembilan apa.. lima orang ter apa.. sindiran-sindiran terhadap kabinet Jokowi nah itu istilahnya rangkuman dari sekian berita yang sehari ini yang akan ditampilkan besok paginya karena kan apa media online itu kan cepat, karena cepat kita perlu kemudian mengunggah kembali apa namanya ingatan pembaca itu dan hal-hal yang
unik itukan sayang kalo kemudian hilang di packaging itu kita istilahnya namanya packaging. Kemarin tanggal berapa ya, saya lupa tepatnya, Merdeka mendapatkan award sebagai salah satu media online Independent ya, di Hotel Bidakara. Nah itu kalo menurut juri ya kita kan kalo saya mau menilai kan saya ga ini kan, kalo menurut juri itu katanya sih menurut pembaca apa namanya tampilannya menarik pertama, kemudian beritanya tuntas dan juga apa namanya temen-temen online ini kan yang kita rambah menggunakan sosial media kan gadget kita, jadi lebih ke hal hal yang istilahnya itu menarik tentu karena kita news tidak melupakan bahwa unsur-unsur yang penting selain menarik, yang penting itu juga kita munculkan. Misalnya pembahasan rancangan undang-undang apa... itu belum tidak terlalu menarik karena share pembaca juga sedikit tapi bahwa itu penting, kita tetap, bahwa penting dan menarik itu adalah suguhan dari Merdeka.com tidak hanya sekedar menarik.
3. Bagaimana alur berita yang ada di Merdeka.com (Mulai dari pencarian berita, pemilihan berita, dan pembuatan berita) ? Rutinitas pertama rapat redaksi dilakukan setiap hari pukul 17.00. Dalam rapat redaksi koordinator liputan membagi jadwal masuk untuk redaktur editor dan reporter. Termasuk membagi jadwal piket untuk pagi, siang dan malam. Kemudian sekaligus membagi siapa yang akan liputan kemana terhadap reporter. Agenda nya itu bukan hanya liputan kemana, tetapi apa-apa yang kemudian akan dia liput disana dikirimkan lewat email paginya ke semua reporter. Nah kemudian teman-teman reporter nanti mengerjakan di lapangan masing-masing, dikirim ke kantor via email, kemudian dikantor di edit lagi baru kemudian di naikkan. Kalo di online itu redaktur atau sekelas editor sudah diberi hak untuk menaikkan berita, bahwa ini layak atau tidak. Untuk rapat-rapatnya itu sore. Sore itu untuk packaging untuk pagi.
4. Strategi apa yang diterapkan oleh anda dalam menjaga keobjektifan setiap berita yang dibuat? Pertama ini yang sebagai saya reporter ya dilapangan. Pertama masuk merdeka saya diwawancarai oleh redaktur eksekutif yaitu mas Titis Widyatmoko sama koordinator liputannya cak Anwar Khumaini, dia bilang bahwa di Merdeka kamu boleh nulis apapun, kamu tidak dibatasi, untuk mengkritik apapun tidak dibatasi karena ada beberapa media yang tidak perlu saya sebut kalo anda paham saya pikir tau, mereka tidak boleh menulis hal-hal yang kemudian berhubungan dengan misalnya pemilik media, nah di merdeka alhamdulilah tidak. Kita bebas mau nulis apapun bebas, mau se-kritis apapun bebas. Artinya jurnalis dilapangan dia diberi hak untuk kemudian melakukan peliputan sesuai dengan hal yang a da dilapangan sesuai yang dia ketahui dilapangan, seperti itu.
Lagi-lagi waktu saya masuk ya awal masuk di merdeka sudah di wanti-wanti kamu tidak boleh menerima amplop. Kalo misalkan kamu menerima dan tidak bisa menolak misalnya, karena kadang apa namanya temen-temen itukan, karena kita anak baru kan misalnya ga enak ga berani menolak langsung, yaudah kita terima tapi dikembalikan lewat sekertaris tapi kamu harus jelas ini dari siapa yang ngasih dan bagaimana tapi kalo kamu ketawan menerima akan dikeluarkan dari merdeka.com 5. Ideologi seperti apa yang dijadikan rujukan anda dalam menulis berita? Kalo menurut saya adalah refleksi pemikiran intelektual, karena merdeka tidak hanya menyuguhkan berita, artinya berita ucapan, artinya kita doorstop ada ucapan, tidak, tapi ada berita-berita yang juga itu lahir dari perenungan misalnya kaya kemarin 17 Agustus, tempat-tempat yang tersingkirkan dari momentum sejarah misalnya kaya apa namanya misalnya tempat penculikan Soekarno di Rengas Dengklok nah itu kan sampe hampir dijual lalu pemerintah ga tahu seperti itu ada tematik-tematik tertentu yang kemudian itu berdasarkan pemikiran berdasarkan diskusi di Redaksi sendiri, seperti itu. 6. Bagaimana Rutinitas media yang terjadi di Merdeka.com setiap harinya (misal:editing, rapat redaksi, deadline, dan waktu terbitnya) ? Yaiya tadi pagi yang seperti saya bilang awal itu pertama korlip membagi penugasannya, kemudian ada tugas piket untuk redaktur dan editor. Tugas harian misalnya yang masuk pagi siang dan juga malam itu ada piket dua orang redaktur satu sama reporter satu untuk kemudian menjaga kalo misalnya malem ada sesuatu hal. Rapat redaksi sore jam 5, karena kita online langsung terbit, setiap jam kita naikin. 7. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak luar dalam setiap penulisan dan penentuan berita? (misalnya dari pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, teknologi, kondisi ekonomi, dan sebagainya)? Bahwa kemudian misalnya apa namanya, berita kemudian ada yang kritis, negatif kemudian faktanya kaya gitu dan membuat narasumber atau orang yang kemudian terkena efek itu menjadi tersinggung, ada. Kita persilahkan kemarin saya sempet denger itu keluarga nya kader PKS Tangsel yang kemudian mati bunuh diri lompat dari hotel. Dia tidak terima, dia ngirim rilis kesini bahwa suami saya tidak meninggal bunuh diri lompat dari hotel, dia meninggal karena sakit jantung. Oke kita terima karena itu adalah, didalam temen-temen jurnalis komunikasi tentu adalah hak jawab, kita persilahkan. Kita naikkan hak jawab dia tapi kita berikan fakta benarnya kemudian reporter ada yang diturunkan ke Bogor waktu itu nah untuk ngecek di TKP bener engga ini meninggal beneran. Selama ini saya meliput Pemilu kemaren Pilpres habis Pilpres sampe sekarang belum ada bentuk-bentuk seperti itu. Alhamdulilah di Jakarta saya pikir hampir semua narasumber dan masyarakatnya terbuka terhadap pers mereka tahu tugas-tugas pers dan tidak ada proses-proses untuk kemudian mengganggu atau menghambat tugas-tugas jurnalistik.
8. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak dalam untuk setiap penulisan dan penentuan berita? (misalnya dari pemimpin redaksi, dan sebagainya)? Ya deadline, artinya setiap hari setiap jam setiap detik itu deadline bagi temen-temen online. Kalo di Merdeka tidak ada seperti itu, cuman tiap jamnya itu deadline. Tidak ada paksaan yang datang dari pemimpin redaksi atau yang lain. Pemimpin redaksi atau redaktur biasanya hanya memberi masukan terhadap isu yang akan diangkat. 9. Bagaimana tanggapan anda terkait isu penolakan yang dilakukan oleh FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta? Menurut saya sah-sah saja apa namanya ormas organisasi masyarakat menyampaikan aspirasinya dalam bentuk unjuk rasa artinya dia mau setuju dan tidak setuju terhadap pemerintahan seseorang itu sah. Secara hukum itu sah dilindungi, dalam undang-undang apa namanya kemudian menyampaikan pendapat di muka umum itu sah. Tapi kemudian ketika demonstrasi itu kemudian merujuk atau mengarah kepada hal-hal yang bersifat merusak atau mengganggu ketertiban umum nah itu kemudian artinya dia sudah melanggar hukum dalam konteks pidana. Nah itu persoalannya bukan menyampaikan pendapat lagi tapi mengganggu ketertiban umum, ini persoalannya pidana dan polisi kemudian berhak menindak. Kalo saya sah-sah saja dia mau menolak Ahok menolak Jokowi itu sah lalu dia menyampaikan pendapat, kecuali kemudian itu ditumpangi dengan misalnya merusak halte, membakar sesuatu, kan persoalannya menjadi berbeda. 10. Apa latar belakang anda dalam menulis berita tersebut? Karena ini suatu hal yang menarik, sebenarnya. Saya pikir ada keterserabutan sejarah (ahistorys)/ lupa akan sejarahnya dari masyarakat Indonesia . Di Jakarta sendiri orang yang bukan islam kemudian dan bukan betawi, sudah pernah ada yang menjadi pemimpin Jakarta, Henk Ngantung misalnya, dia seorang Kristen yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lalu kenapa dengan Ahok? Isu yang ditarik kan dia bukan muslim, lalu apa masalahnya? Bagi saya masalahnya adalah Ahok mampu tidak kemudian mensejahterakan masyarakat Jakarta, pertanyaannya kan gitu. Jika tidak mampu ya silahkan di kritisi, tidak ada persoalannya, tapi persoalannya sudah mengarah ke SARA, itu menjadi tidak mencerdaskan masyarakat. 11. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman anda terkait isu penolakan Ahok sebagai Gubernur tersebut? Sejarah tentang Ahok ini panjang, kalo Ahok itu kan sebenernya dia awalnya ini soal sebenernya bukan murni masyarakat yang menurut saya ya menurut saya walaupun kemudian faktanya tentu perlu kemudian didalami lagi lebih dalam. Untuk saya persoalan Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan like, dislike artinya suka tidak suka masyarakat juga, ada persoalan politik didalamnya. Karena kemarin waktu apa namanya demo yang ricuh itu ternyata saya waktu itu ngeposnya di Polda, Polda Metro Jaya berdasarkan hasil penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap itu pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah ditarik, diduga ini
kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu. Artinya ada dalang atau otak dibalik aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan, atau kepentingan yang kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan hanya soal suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu. 12. Bagaimana dengan pemilihan narasumber terkait isu diatas, apakah berimbang (coverbothside)? Adakah kriteria khusus dalam pemilihan narasumber? Ini yang kemudian temen-temen harus bisa membedakan online dan cetak. Kalo cetak dia membuat atau mengetengahkan cover both side itu didalam satu tulisan, karena dia harus selesai sekali. Kalo online dia berbeda, istilahnya kalo saya mengistilahkan itu di running, misalnya kita ngangkat si demonya FPI, setelah itu kita mengangkat bagaimana komentarnya yang di demo, Ahok, bagaimana kemudian komentarnya Kepolisian, atau bagaimana komentarnya masyarakat. Nah itu didalam potongan-potongan memang kalo di online, dia tidak jadi satu. Tapi bagaimana cara mengetahui hal-halnya tetep ada disitu kalo mau dicari, komentarnya yang didemo gimana sih, komentarnya yang mendemo gimana sih, komentarnya pemerintah gimana sih, komentarnya aparat gimana sih, seperti itu. Di online seperti itu, karena dia perlu cepat yang pertama, kedua dia space nya terbatas untuk kemudian menyampaikan, kalo panjang-panjang orang mau baca juga jadi males. 13. Sosok Ahok sendiri dimata anda seperti apa? Bagi saya dia tegas, dan cenderung keras. Saya tidak tahu apakah kemudian gaya kepemimpinan seperti ini bisa dilakukan di semua bidang. Mungkin di bidang lain tidak bisa. Artinya satu segmen kelompok misalnya di birokrasi bisa, tapi kemudian untuk kelompok yang lain saya pikir pendekatannya tidak bisa kemudian keras, tapi harus lentur sebagai pemimpin. Bahwa ketegasan ini penting, menurut saya figur Ahok keren sebagai apa namanya diidolakan anak muda, karena keras dan tegas, tapi disisi lain terobosan-terobosan politik didalam menjadi pemimpin tidak bisa mungkin keras saja, dia harus lentur, bukan kemudian saya mengidolakan Jokowi atau Prabowo, tapi bagaimana proses Jokowi kemudian apa ada deadlock di DPR bahwa itu juga dihubungi dengan pemerintahannya dia, dia datang ke Prabowo ini bagi saya inikan proses bagaimana membuat terobosan politik, jalan keluar, itu sebagai contoh bagaimana terobosan itu diambil. Misalnya FPI keras seperti menjadi menarik kalo kemudian Ahok datang ke rumahnya Habib Rizieq diajak syukuran bersama atau makan bersama, cair semuanya gitu loh tidak mengeras terus. Ini kan persoalan terobosan politik. 14. Pandangan anda terhadap FPI seperti apa? Bagi saya FPI sebagai organisasi masyarakat monggo, tapi harus diperjelas dia bergerak dibidang apa, kerusuhan atau apa, diiperjelas aja kegiatannya. Monggo kan kita di beri hak pasal 28 untuk kemudian berkumpul, berpendapat, mendirikan organisasi. Tapi bahwa buat apa mendirikan organisasi itu kan harus diperjelas AD/ART nya seperti apa.
Pokoknya tidak dengan, apapun yang di Indonesia kan harus kemudian dibawah sumber dari segala sumber hukum pancasila kan seperti itu. Kalo kemudian tindakannya selalu membuat kerusuhan saya pikir bisa masyarakat, masyarakat bisa menilai sendiri, tapi kalau kemudian gerakannya didalam konteks hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat saya pikir masyarakat juga mendukung. 15. Bagaimana tanggapan anda tentang pemimpin non muslim? Tidak masalah jika Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang non muslim, karena Indonesia berdasarkan pancasila. Konteks disini bukan membicarakan persoalan muslim dan non muslim, tetapi bagaimana sosok pemimpin itu bisa membenahi berbagai persoalan yang ada di Jakarta. Kemudian sebagai orang islam dengan syariat islam, bagaimana pemimpin itu mengejawantahkan nilai-nilai islam, itu aja. Tidak harus orang islam jadi pemimpin tapi nilai-nilai itu.. bahwa kalo spirit saya, saya sepakat dengan Gusdur bukan kemudian meng-Islamkan Indonesia, tapi meng-Indonesiakan Islam. Artinya Islam itu karena masuk ke Indonesia ya dia harus kemudian mengikuti segala adat istiadat di Indonesia, bukan kita yang mengikuti adat istiadat di Arab. 16. Setujukah anda jika Jakarta dipimpin oleh sosok yang berlatarbelakang non muslim? Saya tidak masalah, artinya yang penting dia mampu membenahi berbagai persoalan yang ada di Jakarta. 17. Adakah penekanan tertentu yang mengarahkan pembaca pada suatu kesimpulan? Mungkin temen-temen juga sudah pernah diajari ya bahwa didalam apa namanya jurnalistik ada teknik framing, dalam teknik framing itu seorang penulis, seorang jurnalis ibaratnya dia lagi memotret sesuatu yang perlu kemudian untuk disampaikan kepada masyarakat. Artinya bukan dia untuk mempengaruhi masyarakat, tapi bagaimana dia menyampaikan informasi itu ke masyarakat, ini loh.. Kalo temen-temen online kan ini loh yang menarik dan penting, kalo di merdeka kan ini loh yang menarik dan penting, bahwa masyarakat akan kemudian menyimpulkan atau menilai apapun itu kemudian diserahkan kepada masyarakat, misalnya masyarakat tidak terima atau sebagainya atau organisasi tersebut tidak terima, monggo kan ada hak jawab dan sebagainya seperti itu. Bahwa framing ada, sekali lagi framing ada, kita perlu ikut merdeka apa yang menarik dan kemudian itu penting.
18. Apa yang ingin dihadirkan/disampaikan anda dari pemberitaan tersebut? Yang ingin saya sampaikan sebenernya kalo framing saya menyampaikan pendapat didepan umum silahkan, mengkritisi seorang pemimpin silahkan tapi sampaikan sesuai dengan cara-cara dan peraturan yang berlaku. Itu aja yang saya sampaikan secara tersirat.
19. Nilai dan pesan moral apa yang disajikan dalam berita tersebut?
Yang ingin saya sampaikan sebenernya sederhana, mengutip perkataan bung Karno bahwa setiap hari kita masyarakat kita seperti orang kebingungan. Budaya kita adalah budaya timur, tetapi kita mengagung-agungkan budaya lain. Indonesia kan terkenal santun, ramah, tapi sepertinya barbar sekali, ada perbedaan sedikit serang, ada permasalahan sedikit serang, kenapa tidak dialog saja, ketemu lah, gimana sih, apa sih yang menjadi keberatan? Harusnya kan seperti itu. Kenapa ga ada dialog, kenapa langsung serang, dialog dulu lah gimana baiknya, seperti itu.
Narasumber
Efendi Ari Wibowo
Foto bersama Reporter Merdeka.com, Efendi Ari Wibowo (Kiri), Selasa 28 Oktober 2014.
Foto bersama Redaktur Politik/Editor Merdeka.com, Muhammad Hasits (Kiri), Selasa 28 Oktober 2014.