Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
ANALISIS VALUE ENGINEERING PEKERJAAN CURINGPELAT BETON PADA HIGH RISE BUILDING Romario1 dan Henny Wiyanto2 1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] ABSTRAK Pemilihan metode curing pekerjaan pelat beton pada high rise buildingmenggunakan analisis Value Engineering dengan pendekatan Rencana Kerja Value Engineering. Berbagai metodecuring yang dapat diimplementasikan untuk pelat beton antara lain metode penyemprotan, metode penggenangan, metode selimut basah, metode styrofoam, metode kertas/lembar plastik, metode zat khusus (compound), metode uap (steam curing), dan metode pemanasan dengan listrik. Dalam fase analisis, diperoleh kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan metode curing pelat beton pada high rise building yaitu kriteria mutu (quality) yang dihasilkan dari tahap analisis matriks perbandingan. Pada tahap analisis Matrix Decision yang merupakantahap akhir dalam fase analisis diperoleh metode selimut basah (kain goni) memiliki skor tertinggi dengan 44 poin, metode zat khusus dengan selisih 1 poin yaitu 43 poin, dan metode penyemprotan dengan 32 poin. Dalam fase pengembangan, dilakukan estimasi biaya kebutuhan metode selimut basah dan metode zat khusus yang memiliki skor tertinggi pada tahap analisis Matrix Decision.Metode selimut basah (kain goni) memiliki estimasi biaya lebih rendah dan memiliki skor tertinggi dalam tahap analisis Matrix Decision, sehingga metode selimut basah (kain goni) merupakan metode yang memberikan manfaat terbesar untuk pekerjaan curing pelat beton pada high rise building. Kata kunci: Value Engineering, Rencana KerjaCuringPelat Beton, Metode Curing.
1. PENDAHULUAN Latar belakang Banyak bangunan tingkat tinggi/high rise building yang menggunakan struktur beton sebagai struktur utama dari bangunan-bangunan tersebut. Oleh sebab itu, pekerjaan beton menjadi sangat umum bagi para pekerja di bidang konstruksi sehingga langkah-langkah pengerjaan beton pun umumnya telah dikuasai oleh para pekerja di bidang konstruksi. Ada 2 tahapan dalam pekerjaan beton yaitu tahap pengecoran dan tahap pasca pengecoran. Dalam tahap pasca pengecoran atau dikenal dengan fase hardening ini perlu dilakukan pekerjaan curing/perawatan terhadap beton dengan tujuan untuk menjaga kualitas, kekuatan, dan durabilitas dari beton tersebut, sehingga pekerjaan curing menjadi salah satu metode pelaksanaan konstruksi yang memiliki peranan penting dalam suatu konstruksi. Banyak metode dalam pekerjaan curingyang dapat diimplementasikan pada pekerjaan struktur beton. Metode-metode tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda-beda dari segi/aspek biaya, waktu, metode pelaksanaan, alat/bahan yang digunakan, dan lain-lain, tetapi mempunyai manfaat yang sama. Sehingga aspek-aspek tersebut menjadi pertimbangan yang tidak mudah bagi pihak Kontraktor/ Konsultan untuk memilih metode curing yang akan digunakan. Oleh karena banyaknya pertimbangan dalam pemilihan metode, maka perlu dilakukan rekayasa nilai/ value engineering terhadap metode-metode curing.Value Engineering adalah sebuah teknik TS-64
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsional terbaik antara kehandalan, biaya, dan kinerja dari proyek atau produk tersebut (Zimmerman dan Hart, 1982). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteriayang terbaik dalam pemilihan metode curing pelat beton dan untuk mengetahui metode curing yang dapat membeikan manfaat terbesar dalam pekerjaan pelat betonpada high rise buildingdengan teknik rekayasa nilai (value engineering). 2. 1.
2.
3.
PROSEDUR PENELITIAN Fase Informasi Pada fase informasidilakukan pengumpulan informasi dan pendekatan fungsional dengan mengidentifikasi fungsi komponen pekerjaan curing pelat beton menggunakan tabel identifikasi fungsi menurut Soeharto (2001) serta pembuatan diagram FAST. Fase Spekulasi/ Kreatif Pada fase spekulasidilakukan pencarian alternatif-alternatifyang dapat memenuhi fungsi atau kegunaan yang sama. Alternatif yang diusulkan mungkin didapatkan dari pengurangan, penyederhanaan, atau modifikasi alternatif yang telah ada dengan tetap mempertahankan fungsinya. Fase Analisis Pada fase analisis ini, ide-ide yang muncul pada fase spekulasi dievaluasi kembali dan dilakukan analisis (Marzuki, 2007).Tahap pertama dalam fase analisis yaitu penilaian dengan menggunakanProbabilities Technique.Teknik ini digunakan untuk mengeliminasi alternatif-alternatif yang tidak dapatdijalankan/diimplementasikandalam pekerjaan dan kondisi yang telah ditentukanyaitu pekerjaan curing pelat beton pada high rise building.Alternatif yang dapat diimplementasikan diberi nilai 1 dan alternatif yang tidak dapat diimplementasikan diberi nilai 0. Tahap kedua dalam fase analisis yaitu penilaian dengan Ranking Technique.Pada tahap ini dilakukan skoring terhadap setiap alternatif yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh penilai ahli. Apabila rata-rata nilai kriteria yang diperoleh berdasarkan Rumus (1) kurang dari 3 poin (Standard), maka alternatif tersebut akan dieliminasi/tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya. Alternatif-alternatif yang memiliki nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 3 poin akan lolos ke tahap penilaian berikutnya. Nilai rata-rata dapat diperoleh dari persamaan : 𝑅=
(𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4+𝑋5)
(1)
5
dengan : X1, X2, X3, X4, X5 :Nilai Kriteria R :Rata-rata dari nilai kriteria Pada tahap berikutnya dilakukanAnalisis Matrix Perbandingan Kriteria dan Identifikasi Kriteria dengan menggunakan tabel yang mengacu pada tulisan yang diajukan oleh Mudge (1971).Selanjutnya, tahap terakhir dalam fase analisisadalah membuat Tabel Matrix Decision dimana dalam tahapini akan dipilih alternatif yang memiliki total skor tertinggi untuk masuk ke fase pengembangan/rekomendasi. 65
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Bobot kriteria tiap alternatif dapat diperoleh dari persamaan berikut: 𝑌𝑛 = 𝑆𝑛𝑥𝑋𝑛
(2)
Jumlah skor dari bobot kriteria setiap alternatif dapat diperoleh dari persamaan berikut: 𝑍 = 𝑌1 + 𝑌2 + 𝑌3 + 𝑌4 + 𝑌5
(3)
dengan: Sn : Skor yang diperoleh dari masing-masing kriteria pada Tabel Matrix Decision Xn : Nilai kriteria pada tiap alternatif pada Tabel Ranking Technique Yn : Bobot kriteria yang merupakan hasil perkalian dari skor yang diperoleh dari masing-masing kriteria dengan nilai kriteria pada tiap alternatif Z : Jumlah skor dari bobot kriteria setiap alternatif. 4.
Fase Pengembangan/ Rekomendasi Pada fase pengembangan/rekomendasi akanditelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan melakukan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung alternatif tersebut untuk diajukan sebagai proposal Value Engineering yang resmi.
5.
Fase Pelaporan Pada fase pelaporan keseluruhan hasil studi akan dipresentasikan secara ringkas dengan berbagai data pendukung dan hasil analisis dari fase sebelumnya.
3.
HASIL DAN ANALISIS 1. Fase Informasi Pada fase informasi terutama dalam pendekatan fungsional, terdapat dua teknik yang memiliki peran besar dan menjadi suatu teknik dalam Rencana Kerja yang akan menghasilkan sebuah pendekatan sistematis yang lebih produktif dibandingkan dengan teknik penghematan biaya lainnya, seperti teknik identifikasi fungsi komponen pekerjaan dan teknik dengan diagram FAST.Teknik identifikasi fungsi komponen pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Identifikasi Fungsi Komponen Pekerjaan Curing Pelat Beton Fungsi Pekerjaan Kata Kerja Kata Benda Jenis Menjaga Kelembaban Primer Menjaga Suhu Primer Mengoptimalkan Proses Hidrasi Primer Mencegah Keretakan Primer Curing/ Mencapai Kuat Tekan Rencana Primer Perawatan Beton Meningkatkan Durabilitas Primer Mencegah Penyusutan Primer Meningkatkan Ketahanan Permukaan Sekunder Menghemat Biaya Perbaikan Sekunder Teknik kedua dalam fase informasi yaitu teknik dengan diagram FAST. Fungsi-fungsi yang terdapat pada lintasan kritis adalah fungsi primer,artinya fungsi-fungsi tersebut tidak dapat
66
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
diabaikan dan harus dicapai.Fungsi yang paling dasar pada Gambar 1 yaitu memperoleh mutu beton yang baik, sedangkan design objective nya yaitu penerapan/aplikasiperawatan sesuai prosedur, serta dapat menghemat biaya perbaikan sebagai fungsi sekunder yang terjadi setiap saat.
Gambar 1. Diagram FAST Pekerjaan CuringPelat Beton 2. Fase Spekulasi Pada fase Spekulasi dilakukan pencarian alternative-alternatif yang dapat digunakan sebagai metode untuk pekerjaan perawatan/curing pelat beton pada high rise building. Alternatif yang diperoleh yaituMetode penggenangan/perendaman, metode selimut basah, metode penyemprotan, metode kertas/lembar plastik, metode zat khusus (compound), metode styrofoam, metode uap (steam), dan metode pemanasan dengan listrik. 3. Fase Analisis Tahap pertama dalam fase analisis yaitu penilaian metode dengan Probabilities Technique.Teknik ini menilai kemungkinan dapat atau tidak nya sebuah metode/ alternatif diimplementasikan dalam pekerjaan curing pelat beton pada high rise building.Penilaian metode curing pelat beton dengan Probabilities Technique dapat dilihat pada Tabel 2.Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ada empat alternatif yang dapat diimplementasikan pada pekerjaan curing pelat beton yaitu Metode Penyemprotan, Metode Selimut Basah (Kain goni, tikar kain, karpet, dll), Metode Styrofoam, dan Metode zat khusus (curing compound). Tabel 2. Penilaian Metode Dengan Probabilities Technique No Metode Curing Nilai 1. Metode Penggenangan/ Perendaman 0 2. Metode Penyemprotan 1 3. Metode Selimut Basah (Kain goni, tikar kain, karpet, dll) 1 4. Metode Styrofoam 1 5. Metode kertas/ lembar plastik polietilen 0
67
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
6. 7. 8.
Metode zat khusus (curing compound) Metode Uap (Steam Curing) Metode Pemanasan dengan Listrik
1 0 0
Tahap keduadalam fase analisis yaitu penilaian dengan Ranking Technique.Teknik ini menilai setiap alternatif yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh penilai ahli yaitu biaya, kecepatan metode, ketepatan metode, ketersediaan bahan dan material, serta mutu.Penilaian alternatif dengan Ranking Technique dapat dilihat pada Table 3 sampai Tabel 6. Tabel 3. Penilaian Metode Penyemprotan No Kriteria Nilai 1. Biaya 5 2. Kecepatan metode 3 3. Ketepatan metode 3 4. Ketersediaan bahan dan material 5 5. Mutu 3 RATA-RATA 3.8
No 1. 2. 3. 4. 5.
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4. Penilaian Metode Selimut Basah Kriteria Nilai Biaya 3 Kecepatan metode 4 Ketepatan metode 4 Ketersediaan bahan dan material 4 Mutu 5 RATA-RATA 4 Tabel 5. Penilaian Metode Styrofoam Kriteria Nilai Biaya 2 Kecepatan metode 3 Ketepatan metode 2 Ketersediaan bahan dan material 4 Mutu 3 RATA-RATA 2.8
Tabel 6. Penilaian Metode Curing Compound No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Biaya Kecepatan metode Ketepatan metode Ketersediaan bahan dan material Mutu RATA-RATA
68
Nilai 2 5 4 4 4 3.8
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Dari Tabel 3 sampai Tabel 6 dapat dilihat rata-rata nilai kriteria yang diperoleh berdasarkan Rumus (1). Apabila nilai yang diperoleh kurang dari 3 poin (Standard), maka alternatif tersebut akan dieliminasi/tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya. Alternatifalternatif yang memiliki nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 3 poin akan lolos ke tahap penilaian berikutnya. Metode Styrofoamtereliminasi dan tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya karena memiliki nilai rata-rata dibawah 3 poin (Standard), sedangkan metode penyemprotan, metode selimut basah, dan metode curing compound lolos ke tahap penilaian berikutnya karena memiliki nilai rata-rata diatas 3 poin. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis matriks perbandingan kriteria. Pada tahap ini, kriteria yang telah ditentukan dibandingkan satu sama lain. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh kriteria satu sama lain dan besar perbedaannnya. Dari analisis ini akan didapatkan skor dari masing-masing kriteria, yang kemudian akan diurutkan ranking/peringkatnya.Analisis matriks perbandingan kriteria dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Matriks Perbandingan Kriteria
A
B
C
D
E
SKOR
B1
C1
D1
E2
0
B
B1
B1
B1
4
C
C0
C1
2
D
E1
1
E
3
Hasil dan skor masing-masing kriteria yang didapatkan dari hasil analisis matriks perbandingan kriteria akan diurutkan dalam peringkat/ranking pada identifikasi kriteria. Tabel identifikasi kriteria dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Identifikasi Kriteria Identifikasi
Kriteria
Skor
Peringkat
A
Biaya (Cost)
0
5
B
Mutu (Quality)
4
1
C
2
3
D
Ketepatan (Accuracy) Ketersediaan Material (Availability)
1
4
E
Kecepatan (Rapidity)
3
2
69
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Matrix Decision merupakan tahap terakhir dalam fase analisis sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan.Analisis Matrix Decision dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.Matrix Decision
4. Fase Pengembangan/ Rekomendasi Pada fase pengembangan dilakukanpengembangan terhadap metode-metode yang telah terpilih yaitu metode selimut basah dan metode zat khusus dengan selisih 1 poin pada total skor dalam analisis Matrix Decision. Langkah pengembangan terhadap alternatif/metode yang terpilihdilakukan dengan menghitung biaya pelaksanaan masingmasing metode tersebut tanpa memperhitungkan biaya pemeliharaan (maintenance cost) dan biaya perbaikan (repair cost), karena biaya-biaya tersebut dianggap sama pada kedua metode curing pelat beton. Perhitungan biaya dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10. Analisis Harga Kebutuhan Metode Selimut Basah (Kain Goni)
70
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Tabel 11. Analisis Harga Kebutuhan Metode Zat Khusus (Compound)
5. Fase Pelaporan Pada fase pengembangan/ rekomendasi, dapat dilihat bahwa pekerjaan curing pelat beton dengan metode selimut basah (kain goni) dan metode zat khusus (compound) masingmasing memiliki harga Rp. 2.996.500,00/100m2 dan Rp. 5.686.000,00/100m2. Maka, metode selimut basah dengan bahan kain goni terpilih sebagai metode curing pelat beton pada high rise building yang memberikan manfaat terbesar dengan skor tertinggi dalam Analisis Matrix Decision dan memiliki harga termurah pada fase pengembangan/rekomendasi. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Analisis Value Engineering terhadap Metode Curing Pelat Beton pada High Rise Building adalah sebagai berikut : 1. Metode curing yang memberikan manfaat terbesar untuk pekerjaan pelat beton pada high rise building adalah metode selimut basah (kain goni) dengan nilai rata-rata tertinggi pada penilaian metode Ranking Technique dan total skor tertinggi pada analisis Matrix Decision. 2. Kriteria yang memiliki peringkat pertama dan memiliki pengaruh terbesar dalam pemilihan metode curing pelat beton pada high rise building adalah mutu (quality). Sedangkankriteria yang memiliki peringkat terakhir yaitu biaya (cost). Faktor mutu merupakan faktor yang utama sedangkan faktor biaya merupakan faktor yang tidak dominan dalam penilaian tetapi biaya tetap akan ditekan seminimal mungkin. 3. Metode selimut basah (kain goni) memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan metode curing compound. DAFTAR PUSTAKA Marzuki, P.F. 2007. Rekayasa Nilai : Konsep dan Penerapannya di Dalam Industri Konstruksi. [Online], vol 5, 14 halaman. Tersedia: http://www.academia.edu/5068024/Rekayasa_Nilai_Konsep_dan_Penerapannya_di_ dalam_Industri_Konstruksi. [4 Maret 2016]. Mudge, Arthur. E. 1971. Value Engineering: A Systematic Approach. New York : McGraw-Hill Book Company. Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Zimmerman, L.W. dan Hart, G.D. 1982.Value Engineering: A Practical Approach for Owners, Designers, and Contractors. Netherland: Van Norstrand. http://dokumen.tips/documents/curing-beton.html#
71