ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri)
Oleh NOVI NURMIA SARI H24052369
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Novi Nurmia Sari. H24052369. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Bantuan Program Komputer (Studi Kasus: PT BPR Agro Cipta Adiguna, Pare Kediri). Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Tingkat kesehatan dan kinerja perbankan di Indonesia menurun akibat adanya krisis moneter 1997 dan kembali terguncang karena krisis global 2007. Oleh karena itu Bank Indonesia (BI) mulai meningkatkan pengawasannya dengan mengeluarkan SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. BPR memiliki peran penting dalam upaya penguatan ekonomi bangsa dimana BPR telah menyalurkan kredit modal kerja pada usaha kecil sehingga sektor riil mampu bangkit kembali. PT BPR Agro Cipta Adiguna adalah satu-satunya BPR yang memiliki kantor kas khusus di pasar tradisional Pamenang Pare, Kediri dan memberikan kredit kepada sebagian besar UMK dari sektor perdagangan. BPR harus terus berada pada kondisi yang sehat agar dapat meningkatkan labanya. Metode CAMEL merupakan metode yang diwajibkan oleh BI untuk menilai kesehatan bank sesuai dengan SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR 1997. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 (2) menganalisis upaya-upaya yang diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare Kediri. Pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2009 yang mencakup data tahun 2008. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pihak manajemen BPR. Data sekunder diperoleh dari data-data laporan keuangan bulanan perusahaan tahun 2008 dan studi pustaka. Pengolahan data bersumber pada laporan keuangan bulanan yang kemudian digunakan untuk analisis faktor CAMEL: (1) analisis faktor permodalan BPR, (2) analisis faktor kualitas aset, (3) analisis faktor manajemen, (4) analisis faktor rentabilitas, dan (5) analisis faktor likuiditas. Pengolahan dan analisis data ini menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan Visual Basic 6. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna periode Januari sampai dengan Desember 2008 mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL lebih dari 81 (batas minimum sehat) yaitu 86,22 pada bulan Januari, 87,60 pada bulan Februari, 88,97 pada bulan Maret, 90,14 pada bulan April, 91,24 pada bulan Mei, 92,81 pada bulan Juni, 93,18 pada bulan Juli, 94,49 pada bulan Agustus, 95,90 pada bulan September, 97,38 pada bulan Oktober, 97,60 pada bulan November dan Desember dan nilai kredit rata-rata pada tahun ini adalah 92,76 . Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna adalah dengan menambahkan modal dari pemegang saham atau pihak lainnya, menangani kredit bermasalah secara intensif dan efektif serta meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan, meningkatkan fungsi audit intern, meningkatkan efisiensi bank dan menggunakan aset secara lebih produktif, serta meningkatkan akses terhadap sumber-sumber pendanaan lainnya jika sewaktu-waktu bank mengalami penurunan kecukupan likuiditas.
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh NOVI NURMIA SARI H24052369
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Novi Nurmia Sari H24052369 Menyetujui,
Juli 2009
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 24 November 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sumarman dan Puriyani. Penulis menyelesaikan
pendidikan
di
TK
Kusuma
Mulya
Wonokerto Plemahan tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Wonokerto Plemahan. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Pare dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pare Kediri dan masuk program IPA pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama dan pada tahun 2006 di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai Bendahara Departemen Soslingmas BEM FEM periode 2006/2007. Pada tahun 2007, penulis pernah mengikuti PKMI dalam bidang Humaniora dan lolos sebagai peserta yang didanai. Selain itu, penulis juga aktif dalam mengikuti kepanitiaan mahasiswa pada acara MPD dan Seminar Kemahasiswaan.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah SWT sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Bantuan Program Komputer ( Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri)”. Judul ini dipilih penulis karena mengingat pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank pasca krisis global yang terjadi sehingga dapat dijadikan acuan dalam perumusan strategi dan kebijakan dimasa datang. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam skripsi ini, namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Serta segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis terutama kepada : 1. Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan segala rahmat bagi penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS. sebagai dosen penguji dalam sidang karya ilmiah ini. Semua saran maupun kritik beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. selaku dosen penguji dalam sidang tugas akhir ini yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 5. Kedua orang tua, ibu bapak, dan adik, nenek dan keluarga besar penulis yang selalu mendoakan dan mencurahkan segala kasih sayang. iv
6. Mas Indra yang membantu penulis dalam pembuatan program komputer yang juga selalu mencurahkan kasih sayang, masukan, perhatian dan semangat. 7. Bapak Fajar Selaku Direktur Utama, Bu Yuli, Mbak Nur, dan seluruf staf PT BPR Agro Cipta Adiguna yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 9. Teman-teman Diastin family, Liza, Fany, Tata, Nisha, Echi, Nopi, Popi, Tanjung, Puput, Nila, Enchist, dan teman-teman lantai 3 lainnya yang telah memberi semangat dan dukungan. 10. Teman-teman satu bimbingan, icha, izul, dewi, dicky, irfan, melvin, agung. Teman-teman seperjuangan ria, fany, heni, putie, utie, retna wulan, tedi, sandhy, iqbal, wibie, fury, momon, dan rekan-rekan manajemen 42 lainnya yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah, memberikan semangat dan dukungan pada penulis. Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.
Bogor, Juli 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR............................................................................
iv
DAFTAR ISI...........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
x
I. PENDAHULUAN............................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang .......................................................................... Perumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian ...................................................................... Manfaat Penelitian ..................................................................... Ruang Lingkup...........................................................................
1 3 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
6
2.1. Pengertian Bank ....................................................................... . 2.2. Bank Perkreditan Rakyat ............................................................ 2.2.1. Pengertian BPR................................................................. 2.2.2. Kegiatan Usaha BPR........................................................ 2.3. Tingkat Kesehatan Bank .............................................................. 2.3.1. Pengertian dan Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank ....... 2.3.2. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR ................... 2.3.3. Penilaian Komponen dan Faktor Dalam Rangka Kuantifikasi ...................................................................... 2.3.4. Hasil Penilaian Kesehatan................................................. 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu..............................................………. III. METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Kerangka Pemikiran Penelitian................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... Jenis dan Sumber Data.............................................................. Metode Pengumpulan Data....................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 3.5.1. Faktor-faktor Tingkat Kesehatan Bank............................ 3.5.2. Asumsi-asumsi Model CAMEL........................................ 3.5.3. Pengembangan Program Komputer Visual Basic 6............
6 6 6 7 7 7 8 9 17 18 19 19 24 24 24 24 25 25 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................
28
4.1. Gambaran Umum Perusahaan..................................................... 4.1.1. Sejarah Perusahaan..........................................................
28 28
vi
4.1.2. Visi dan Misi................................................................... 28 4.1.3. Strategi dan Kebijakan BPR........................................... 28 4.1.4. Struktur Organisasi......................................................... 29 4.1.5. Sumberdaya Manusia....................................................... 30 4.1.6. Kegiatan Usaha BPR Agro Cipta Adiguna.................... 31 4.2. Analisis Tingkat Kesehatan Bank ................................................ 31 4.2.1. Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital) ............... 31 4.2.2. Analisis terhadap Faktor Kualitas Aset (Assets Quality) 35 1. Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap Aktiva Produktif (AP)..................... 35 2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk (PPAPYD) terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) ................................................................... 38 3. Predikat Kesehatan Faktor Kualitas Aset (Assets Quality)……………………………………... 40 4.2.3. Analisis terhadap Faktor Manajemen (Management)….. 41 4.2.4. Analisis terhadap Faktor Rentabilitas (Earnings Power)... 45 1. Rasio Pengembalian atas Aktiva (return on assets-ROA)……………………………… 46 2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)………………………………… 48 3. Predikat Kesehatan Faktor Rentabilitas (Earnings Power)…………………………………….. 50 4.2.5. Analisis Terhadap Faktor Likuiditas (Liquidity)……….. 52 1. Rasio Alat Likuid Terhadap Hutang Lancar………..... 52 2. Rasio Kredit terhadap Total Dana Pihak Ketiga (LDR)………………………………………………... 54 3.Predikat Kesehatan Faktor Likuiditas………………… 55 4.2.6. Penilaian Kesehatan Seluruh Faktor (CAMEL)………… 57 4.3. Upaya yang Perlu Dilakukan Untuk Memperbaiki dan Mempertahankan Tingkat Kesehatan Bank………………….... 59 4.4. Implikasi Manajerial……………………………………………. 61 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...
63
A. Kesimpulan…………………………………………………………… B. Saran……………………………………………………………..........
63 63
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
65
LAMPIRAN............................................................................................
67
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Perkembangan BPR tahun 1995-2008 … … ………………………. 2 2. Perkembangan rasio keuangan BPR Agro Cipta Adiguna…………. 3 3. Faktor Penilaian dan bobotnya dalam penilaian kesehatan bank…… 9 4. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor CAR…………….. 10 5. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan APYD………………….. 11 6. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan rasio PPAPYD…………. 12 7. Bobot nilai kredit danpredikat kesehatan faktor kualitas aktiva produktif……………………………………………………………. 12 8. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor manajemen…….... 14 9. Bobot nilaikredit dan predikat kesehatan ROA……………………. 14 10. Bobot nilai danpredikatkesehatan rasio BOPO…………………….. 15 11. Bobot nilai dan kesehatan faktor rentabilitas………………………. 15 12. Bobot nilai dan predikat kesehatan rasio alat likuid terhadap hutang lancar………………………………………………………………... 16 13. Bobot nilai dan predikat kesehatan rasio LDR……………………... 17 14. Bobot nilai kredit dan kesehatan faktor likuiditas………………….. 17 15. Kelompok tingkat kesehatan bank berdasar nilai kredit……………. 17 16. Jumlah peserta dan jenis pelatihan yang diikuti di BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………………………………………. 30 17. Perkembangan modal, ATMR, dan CAR tahun 2008……………... 32 18. Predikat faktor permodalan berdasarkan kuantifikasi faktor CAMEL tahun 2008………………………………………………… 34 19. Perkembangan rasio APYD terhadap AP tahun 2008……………... 37 20. Perhitungan rasio PPAPYD terhadap PPAPWD tahun 2008……… 39 21. Predikat kesehatan faktor kualitas aktiva produktif………………... 41 22. Penilaian aspek manajemen tahun 2008……………………………. 42 23. Predikat kesehatan faktor manajemen tahun 2008…………………. 45 24. Perkembangan laba sebelum pajak dan total aktiva tahun 2008…… 46 25. Perkembangan rasio BOPO tahun 2008……………………………. 48 26. Predikat kesehatan faktor rentabilitas BPR Agro Cipta Adiguna …. 50 27. Nilai kredit faktor dan predikat kesehatan faktor rentabilitas tahun 2008……………….…………………………………….…… 51 28. Perkembangan jumlah alat likuid, hutang lancar, dan rasio alat likuid terhadap hutang lancar setiap bulan tahun 2008…………….. 53 29. Perkembangan kredit, dana yang diterima dan LDR tahun 2008….. 55 30. Predikat kesehatan dan nilai kredit komponen faktor likuiditas tahun 2008………………………………………………………… 56 31. Nilai kredit faktor dan predikat kesehatan faktor likuiditas tahun 2008…………………………………………………………. 57 32. Resume tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008….. 58
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Alur Penelitian…………………………………………………….. 20 2. Kerangka Pemikiran Konseptual…………………………………... 22 3. Bagan Alur Pikir Studi…………………………………………….. 23 4. Flow chart program komputer Visual Basic 6................................. 27 5. Perkembangan CAR PT BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008….. 33 6. Perkembangan Modal PT BPR Agro Cipta Adiguna Tahun 2008… 33 7. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna bulan Mei 2008………….. 34 8. Diagram Golongan Kredit Periode Januari-Desember 2008……….. 35 9. Nilai APYD BPR Agro Cipta Adiguna Juli tahun 2008…………… 36 10. Diagram golongan kredit BPR Agro Cipta Adiguna Juli 2008……. 37 11. Perkembangan rasio APYD terhadap AP 2008……………………. 38 12. Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………………………………………………………. 40 13. Grafik perkembangan ROA PT BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………………………………………………………. 47 14. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna bulan Juni 2008…………. 49 15. Perkembangan rasio BOPO BPR Agro Cipta Adiguna 2008……… 50 16. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna Februari 2008…………… 53 17. Perkembangan rasio alat likuid terhadap hutang lancar BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………………………………… 54 18. Perhitungan nilai kredit CAMEL BPR Agro Cipta Adiguna 2008... 57
ix
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Daftar singkatan penting dan istilah penting………………………. 2. Daftar data-data penelitian……………………………………….. 3. Struktur organisasi BPR Agro Cipta Adiguna……………………. 4. Perhitungan penilaian tingkat kesehatan bank dari nilai kredit CAMEL bulan Januari dan Desember 2008……………………… 5. Kuesioner penilaian faktor manajemen…………………………… 6. Tampilan penilaian kesehatan bank BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 menggunakan program Visual Basic 6……………….. 7. Tampilan Microsoft Acces 2007 untuk data base yang digunakan dalam program Visual Basic 6…………………………………….. 8. Laporan neraca BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………… 9. Laporan laba/rugi BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008………… 10. Data kolektibilitas BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008…………
x
68 70 71 72 73 75 78 80 81 82
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setelah sepuluh tahun berlalu, kini perbankan Indonesia kembali mendapat goncangan dari perekonomian internasional. Berdasarkan laporan perekonomian Indonesia 2007 yang disusun oleh Bank Indonesia, pada paruh kedua tahun 2007 risiko global meningkat sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Gejolak yang ditimbulkan perekonomian AS terus mempengaruhi perekonomian Indonesia baik dari pasar modal maupun perbankan pada tahun 2008. Krisis global ini kembali menyebabkan rupiah terdepresiasi sebesar 5% dan nilai tukarnya mencapai Rp 9.850 per US$ 1 pada tanggal 16 Oktober 2008 (Berita Metrotv, 2008), dan suku bunga SBI meningkat 25 poin menjadi 9,25% (Kompas, 2008). Kondisi tersebut menyebabkan bank-bank di Indonesia mengalami penurunan indeks saham dan lemahnya nilai tukar rupiah yang berpengaruh terhadap kinerja dan kesehatannya. Oleh karena itu, Bank Indonesia semakin meningkatkan pengawasannya terhadap tingkat kesehatan bank untuk melindungi perbankan Indonesia dari kehancuran. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR, maka bank wajib melaksanakan penilaian terhadap kesehatan bank. Dalam kondisi krisis seperti saat ini, sebagian besar sektor ekonomi yang mampu bertahan
adalah UMK (Usaha Mikro Kecil). Kemampuan
bertahan dari segi finansial ini didukung oleh peran serta BPR dalam hal permodalan. Dalam kurun waktu lima tahun, sejak Desember 2001 sampai dengan Juli 2006, terjadi pertumbuhan total aset BPR, kredit dan dana pihak ketiga di atas 200 % (Media BPR No.15, 2007). Pertumbuhan total aset, kredit dan dana pihak ketiga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum dalam periode waktu yang sama. Perkembangan BPR dari tahun 1995 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
2
Tabel 1. Perkembangan BPR tahun 1995-2008 Indikator Jumlah BPR (unit) Jumlah kantor cabang & kantor kas (unit) Aset total (milyar Rp) Portofolio pinjaman total (milyar Rp) Simpanan total (milyar Rp) Jumlah rekening (.000) Rasio Non Performing Loan Rasio (%) BPR Kurang/Tidak sehat (%) Sumber : ProFI BPR, 2008
1995 1.948
2000 2.419
2005 2.009
Sep-08 1.782
1.978 2.253
1.620 4.731
1.101 20.393
1.543 31.900
1.385 1.790 5.506
3.619 3.082 6.404
14.654 13.178 8.483
25.701 20.712 9.830
n.a. n.a.
15,97% 7,98% 6,94% n.a. 15,33% 10,95%
Perkembangan usaha BPR yang terus menunjukkan kinerja yang positif, didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah yang memberikan
peluang
pendirian
BPR,
deregulasi
perbankan
yang
memperbesar ruang gerak BPR dan besarnya kebutuhan masyarakat terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa pelayanan perbankan. Kontribusi BPR akan semakin nyata jika BPR dalam kondisi sehat dan kuat. Secara nasional kesehatan BPR sudah cukup baik yang terlihat dari jumlah BPR dengan kondisi sehat dan cukup sehat mencapai 82,9%, sedangkan sisanya tergolong kurang sehat dan tidak sehat (Media BPR No.15, 2007). Hal ini mengindikasikan bahwa penilaian kesehatan BPR telah menjadi indikator penting dalam upaya peningkatan kinerja bank. Metode CAMEL (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity) merupakan cara penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Penilaian tingkat kesehatan pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas dan pembina perbankan serta untuk mewujudkan praktik perbankan yang lebih baik dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. BPR merupakan komponen kunci dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil. Birokrasi yang rumit yang biasanya menjadi hambatan UMK dalam hal pendanaan dapat teratasi dengan adanya BPR. BPR Agro
3
Cipta Adiguna merupakan salah satu BPR yang turut serta dalam usaha pengembangan UMK tersebut. BPR Agro Cipta Adiguna merupakan satusatunya BPR yang memiliki kantor kas tersendiri di pasar tradisional Pare, Kediri untuk melayani pemberian kredit modal kerja pada usaha mikro kecil. Sebagian besar nasabah dari BPR ini berasal dari UMK yang bergerak dibidang perdagangan. Selain itu dalam kurun waktu dua tahun terakhir 2006-2007, rasio keuangan BPR Agro Cipta Adiguna mengalami peningkatan dan berada pada posisi sehat seperti pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Perkembangan rasio keuangan BPR Agro Cipta Adiguna Indikator
Tahun
2006 2007 CAR (%) 12,82 13,74 ROA (%) 3,53 2,55 LDR (%) 65,60 67,55 NPL-net (%) 10,15 8,22 Sumber: Laporan Keuangan BPR Agro Cipta Adiguna, 2006-2007. 1.2. Perumusan Masalah Sejalan dengan terjadinya krisis global yang akhir-akhir ini terjadi, hal ini membawa dampak terhadap dunia perbankan di Indonesia. Krisis tersebut membuat masalah perbankan menjadi sangat luas. Salah satu masalah yang timbul adalah tingkat kesehatan bank. Bank-bank banyak kurang memperhatikan unsur-unsur kesehatan seperti modal, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Kinerja perbankan di masa krisis tahun 1997-1998, membuktikan bahwa perbankan nasional kurang atau belum mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi secara lebih baik. Oleh karena itu perlu adanya penilaian kesehatan bank yang yang lebih memadai untuk mengantisipasi risiko yang terjadi pada masa krisis global seperti pada tahun 2007 lalu. BPR Agro Cipta Adiguna merupakan salah satu BPR yang berkontribusi dalam pengembangan perekonomian di sektor usaha mikro kecil melalui penyediaan modal kerja. Kontribusi ini akan semakin nyata jika BPR dalam kondisi sehat. Untuk itu, BPR Agro Cipta Adiguna perlu melakukan penilaian kesehatan bank secara mandiri tidak tergantung pada
4
penilaian Bank Indonesia saja. Dengan menilai sendiri tingkat kesehatannya maka dapat segera diketahui strategi dan usaha perbaikan ke depannya terutama pasca krisis yang terjadi. Penilaian tingkat kesehatan bank pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait tidak hanya bagi Bank Indonesia, tetapi juga pemilik, pengelola bank maupun masyarakat pengguna jasa bank. Mengingat luasnya permasalahan perbankan pada umumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimanakah tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna pada tahun 2008? 2. Bagaimanakah upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh BPR Agro Cipta Adiguna untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesehatan banknya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna pada tahun 2008. 2. Menganalisis upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh BPR Agro Cipta Adiguna untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesehatan banknya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi perusahaan Sebagai tolok ukur bagi manajemen BPR Agro Cipta Adiguna untuk menilai apakah pengelolaan bank sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan sebagai acuan untuk menentukan strategi usaha dan kebijakan dimasa akan datang. 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan perbankan selanjutnya.
5
3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada bank yang memiliki kondisi sehat, karena akan memeberikan jaminan bahwa dalam kurun waktu tertentu dana yang disimpan dalam keadaan aman. 4. Bank-bank lain Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam melakukan hubungan koresponden yang akan memudahkan bank tersebut untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini akan membahas mengenai tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri dengan mengkaji faktor-faktor penilaian kesehatan bank seperti permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas atau disebut CAMEL. Untuk memperoleh hasil yang cepat dan akurat maka digunakan bantuan program komputer Visual Basic 6.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Kasmir (2000) adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula terjadinya bank, bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku maka pengertian bank adalah meja atau tempat untuk menukarkan uang. Pengertian bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun
dana
dari
masyarakat
dalam
bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut Hasibuan (2005), bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. 2.2. Bank Perkreditan Rakyat 2.2.1. Pengertian BPR Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Siamat (2005), BPR merupakan bank yang memberi akses pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke bank umum, membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat, dan menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat sehingga terhindar dari jeratan rentenir.
7
2.2.2. Kegiatan Usaha BPR Usaha BPR yang diperbolehkan menurut Undang-Undang adalah : a
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
b memberikan kredit c
menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip bagi hasil (syariah) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
d menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka dan atau tabungan pada bank lain. 2.3. Tingkat Kesehatan Bank 2.3.1. Pengertian dan Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank Triandaru dan Totok (2007) menyebutkan bahwa pengertian kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan menurut Taswan (2006) tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional Penilaian tingkat kesehatan perbankan pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya. Informasi mengenai suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk
8
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan beberapa aspek ketentuan dengan kriteria yang ditetapkan dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, yang belum disertai dengan kesadaran untuk benar-benar sehat secara utuh. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, dipergunakan sebagai bahan untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar bank-bank dapat dikelola menjadi bank-bank yang layak dan sehat untuk terus berkembang dalam dunia perbankan. 2.3.2. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Dalam
Taswan
(2006)
dijelaskan
bahwa
perkembangan
metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus mencerminkan kondisi bank saat ini dan diwaktu yang akan datang. Untuk itu penilaian kesehatan bank perlu disempurnakan. Metodologi penilaian kesehatan BPR saat ini mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Penilaian tingkat kesehatan bank BPR menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, penilaian kesehatan BPR mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari : 1. Permodalan (Capital) 2. Kualitas aset (Assets quality) 3. Manajemen (Management) 4. Rentabilitas (Earnings) 5. Likuiditas (Liquidity) Berdasarkan peraturan tersebut juga ditetapkan bobot masingmasing untuk faktor CAMEL sebagai berikut:
9
Tabel 3. Faktor Penilaian dan bobotnya dalam penilaian kesehatan bank Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai Bobot 1. Modal Rasio Modal terhadap ATMR 30% 2. Kualitas Aktiva a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan 25% Produktif terhadap total aktiva produktif b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif 5% yang Dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva yang Wajib Dibentuk 3. Manajemen a. Manajemen umum 10% b. Manajemen risiko 10% 4. Rentabilitas a. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha 5% b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan 5% Operasional 5. Likuiditas a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar 5% b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima 5% Total
100%
2.3.3. Penilaian Komponen dan Faktor dalam Rangka Kuantifikasi Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR, penilaian komponen dan faktor CAMEL harus sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Penilaian tersebut pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitaif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari : a. Permodalan (capital) Modal bank merupakan sumber pembiayaan pengembangan usaha khususnya untuk jangka panjang dan modal merupakan sumber penting untuk menyangga kontinuitas kelangsungan hidup bank. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen sebagai berikut : 1. Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR).
10
2. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) ditetapkan sebagai berikut : a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberikan predikat sehat dengan nilai kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Untuk pemenuhan KPMM diatas sama dengan 8%, nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Nilai kredit = [81+((rasio-8)/0,1)]……………………………….(1) b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0. Untuk pemenuhan KPMM di bawah 8% sampai dengan 7,9% nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Nilai kredit = [65-((7,9-rasio)/0,1)]…………………………….(2) Formula yang digunakan untuk menghitung rasio KPMM atau CAR yaitu :
Modal Bank 100% …… (3) KPMM = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Dengan demikian kriteria untuk faktor ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor CAR Minus 6,50% 8,00% 10,00%
Rasio Sd Sd Sd Sd
6,49% 7,90% 9,90% Dst
Nilai Kredit 0,0 sd 50,9 51,0 sd 65,0 81,0 sd 100,0 100,0
Predikat Tidak sehat Kurang sehat Sehat Sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997 b. Kualitas aset (assets quality) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
11
1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif. Tujuan
dari penilaian komponen ini adalah untuk mengetahui
tingkat permasalahan aktiva produktif yang dihadapi bank termasuk kinerja manajemen kredit. Rasio ini memiliki bobot 25 %. Rumus yang digunakan adalah : Rasio APYD terhadap AP =
Aktiva Pr oduktif Yang Diklasifikasikan 100% ………………..(4) Aktiva Pr oduktif Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Nilai kredit dapat dihitung dengan rumus: Nilai kredit = [(22,5-rasio)/0,1] …………………………….……..(5) Dengan demikian pedoman penilaian untuk komponen rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif adalah pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan APYD Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 25%
(b) 7,50 -10,35 10,35 - 12,60 12,60 - 14,85 14,85 - 22,50
(c) 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d= axc) 20,25 - 25 16,50 -< 20,25 12,75 -< 16,50 0,00 -< 12,75
Predikat
Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997 2. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengukur kecukupan PPAP yang telah dibentuk guna menutup kemungknan kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif. Rasio ini memiliki bobot 5%. Rumus yang digunakan adalah : Rasio kecukupan PPAP =
12
PPAP yang telah dibentuk PPAP yang wajib dibentuk 100% …………………………….........(6) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk bank sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Perhitungan kriteria rasio ini yaitu Rasio x 1 = Nilai kredit. Dengan demikian kriteria rasio untuk komponen ini dapat ditunjukkan pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan rasio PPAPYD Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 5%
(b) diatas 100 81 -100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
(c) 100 81 -100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 5,00 4,05 -5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0,00 -< 2,55
Predikat
Sehat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. 3. Predikat untuk faktor aktiva produktif dapat ditentukan sebagai berikut: Tabel 7. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor kualitas aktiva produktif Bobot
Nilai Kredit Standar
(a) 30%
(b) 81-100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Bobot Nilai Kredit dlm Faktor (c= axb) 24,30 - 30,00 19,80 -< 24,30 15,30 -< 19,80 0 -< 15,30
Predikat
Sehat Cukup sehat Kurang Sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. c. Manajemen (management) Penilaian faktor ini mencerminkan kemampuan pengurus bank dalam mengelola seluruh aspek operasional bank guna menciptakan praktik bank yang sehat. Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (Lampiran 5). Bobot untuk faktor
13
ini adalah 20%. Adapun
komponen-komponen yang dinilai adalah
sebagai berikut : 1. Manajemen umum (bobot 10%). Manajemen umum dinilai dari 10 pertanyaan/pernyataan praktikpraktik antara lain sebagai berikut : a. Strategi dan sasaran bank b. Struktur dan komposisi pengurus bank c. Sistem d. Kepemimpinan 2. Penerapan sistem manajemen risiko (bobot 10%). Tujuan dari penilaian komponen ini adalah untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko dalam rangka pengendalian terhadap risikorisiko yang dihadapi bank. Sistem manajemen risiko dinilai dari 15 pertanyaan/pernyataan manajemen terhadap: a. Risiko likuiditas b. Risiko kredit c. Risiko operasional d. Risiko hukum e. Risiko pemilik dan pengurus Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai dengan 4 dengan kriteria: a. Untuk nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah. b. Nilai 1, 2 dan 3 mencerminkan kondisi antara. c. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik. Dengan berdasarkan reward system dan ketentuan ini, maka nilai kredit dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah pertanyaan dengan nilai untuk masing-masing pertanyaan. Dengan demikian kriteria selanjutnya dapat ditentukan seperti tampak pada Tabel 8 berikut ini:
14
Tabel 8. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor manajemen Bobot (a) 20%
Nilai Kredit Faktor (b) 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Nilai Kredit Standar (c) 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 16,20 – 20,00 13,20 -< 16,20 10,20 -< 13,20 0,00 -< 10,20
Predikat (e) Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. d. Rentabilitas (earnings) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : 1. Pengembalian atas aktiva (return on assets-ROA) ROA merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi pengolahan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Bobot untuk rasio ini adalah 5%. Formula ROA adalah :
Laba Sebelum Pajak ROA = 100% ……………………..……(7) Rata rata Total Aset Rasio pengembalian atas aset sebesar 0% atau negatif diberi nilai 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian nilai kredit dapat diformulasikan sebagai berikut: rasio/0.015 = Nilai kredit. Dengan cara yang sama dan mendasarkan pada nilai kredit standar maka akan diperoleh kriteria rasio dan kriteria bobot nilai kredit untuk komponen ini seperti tampak pada Tabel 9 di bawah ini: Tabel 9. Bobot nilai kredit dan predikat kesehatan ROA Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 5%
(b) di atas 1,50 1,22 – 1,50 0,99 -< 1,22 0,77 -< 0,99 0,00 -< 0,77 negatif
(c) 100 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51 0
Sumber: Bank Indonesia, 1997.
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 5,00 4,05 – 5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0,00 -< 2,55 0
Predikat
Sehat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Tidak sehat
15
2. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada di perusahaan. Bobot untuk rasio ini adalah 5%. Rumus:
Biaya Operasional BOPO = 100% ……………………(8) Pendapa tan Operasional Rasio BOPO sebesar 100% atau lebih diberi nilai 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0.08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai kredit = [(100-rasio)/0.08].........................................................(9) Selanjutnya kriteria kesehatan komponen rasio BOPO dapat disusun dalam Tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Bobot nilai dan predikat kesehatan rasio BOPO Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 5%
(b) di bawah 92,00 92,00 – 93,52 93,52 -< 94,72 94,72 -< 95,92 95,92 -< 100 di atas 100
(c) 100 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51 0
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 5,00 4,05 – 5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0,00 -< 2,55 0
Predikat
Sehat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. Selanjutnya dapat ditentukan predikat faktor rentabilitas pada Tabel 11. Tabel 11. Bobot nilai kredit dan kesehatan rentabilitas Bobot
Nilai Kredit Standar
Bobot Nilai Kredit dlm Faktor
Predikat
10%
81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
8,1 – 10 6,6 -< 8,1 5,1 -< 6,6 0 -< 5,1
Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997.
16
e. Likuiditas (liquidity) Likuiditas menurut Joseph E Burns dalam Siamat (2005), likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen seperti : 1. Aktiva likuid kurang dibandingkan dengan hutang lancar. Bobot untuk komponen ini adalah 5%. Rumus yang digunakan adalah : Rasio aktiva terhadap hutang lancar =
Aktiva Likuid Hu tan g Lancar 100% ………………..……………………….(10) Rasio alat likuid terhadap hutang lancar sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian dapat dirumuskan yaitu: rasio/0,05 = Nilai kredit. Untuk menentukan kriteria rasio komponen ini tampak pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Bobot nilai dan predikat kesehatan rasio alat likuid terhadap hutang lancar. Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 5%
(b) di atas 5,00 4,05 – 5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0 -< 2,55
(c) 100 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 5,00 4,05 – 5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0,00 -< 2,55
Predikat
Sehat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. 2. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-LDR) LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Komponen ini memiliki bobot 5%. Rumus LDR :
Total Kredit Yang Diberikan 100% …………….………(11) LDR = Total DPK
17
Rasio LDR sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kreditnya ditambah 4 dengan maksimum 100. Dengan demikian dapat dirumuskan: Nilai kredit = [(114-rasio)×4]……………….………..………………..(12) Tabel 13. Bobot nilai dan predikat kesehatan rasio LDR Bobot
Rasio (%)
Nilai Kredit Standar
(a) 5%
(b) di bawah 90,00 90,00 – 94,75 94,75 -< 98,50 98,50 -< 102,25 102,25 -< 115,00 di atas 115%
(c) 100 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51 0
Bobot Nilai Kredit dlm Komponen (d=axc) 5,00 4,05 – 5,00 3,30 -< 4,05 2,55 -< 3,30 0,00 -< 2,55 0
Predikat
Sehat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997. Penentuan predikat kesehatan faktor likuiditas adalah seperti pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Bobot nilai kredit dan kesehatan faktor likuiditas Bobot Faktor
Nilai Kredit Standar
Bobot Nilai Kredit dlm Faktor
Predikat
10%
81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
8,1 – 10 6,6 -< 8,1 5,1 -< 6,6 0 -< 5,1
Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia, 1997 2.3.4. Hasil Penilaian Kesehatan Berdasarkan nilai kredit faktor CAMEL secara keseluruhan, hasil penilaian tingkat kesehatan bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 15. Kelompok tingkat kesehatan bank berdasar nilai kredit Nilai Kredit CAMEL 81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 -< 51
Sumber: Bank Indonesia, 1997.
Kelompok Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidaksehat
18
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai penilaian tingkat kesehatan bank telah banyak dilakukan di Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank ini dilakukan menggunakan metode CAMEL. Arbi (1998) melalukan penelitian tentang model CAMEL sebagai alat untuk mengukur tingkat kesehatan Bank ‘X’. Model CAMEL ini terdiri dari capital, assets quality, management, earnings, dan liquidity yang dapat menjelaskan secara komprehensif seluruh aspek perbankan yang meliputi lima unsur tersebut dan dapat menghasilkan empat predikat tingkat kesehatan bank yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Dalam penelitian ini terdiri dari lima faktor kesehatan bank karena mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa predikat kesehatan Bank ‘X’ adalah sehat dengan nilai kredit faktor di atas 90 (batas minimal sehat 81).
19
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Seluruh bank yang ada di Indonesia harus menyampaikan laporan keuangannya secara periodik kepada Bank Indonesia. Laporan keuangan ini digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank dan sebagai acuan fundamental dalam menentukan kebijakan yang akan diterapkan. Bank Indonesia selaku bank sentral memiliki tugas untuk membina dan mengawasi kinerja perbankan karena perbankan merupakan jantung dalam perekonomian negara. Pengukuran kesehatan bank ini menggunakan analisis setiap faktor dari metode CAMEL yaitu Capital (permodalan) yang menggambarkan kecukupan modal, Assets Quality (kualitas aset) yang menggambarkan kualitas aktiva produktif dan kecukupan penghapusan aktiva produktif. Management (manajemen) yang menggambarkan kualitas manajemen umum dan manajemen risiko. Earnings (rentabilitas) yang menggambarkan bagaimana pencapaian return on asset (ROA) dan perkembangan laba operasional,
serta
Liquidity (likuiditas) yang menggambarkan
rasio
aktiva/pasiva likuid dan kecukupan pengelolaan likuiditas. Tingkat kesehatan bank berasal dari data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi, neraca serta data kolektibilitas. Laporan keuangan tersebut sebelum dipublikasikan, terlebih dulu harus sudah diaudit oleh kantor akuntan publik independen. Metode CAMEL memberikan informasi tentang keseluruhan indikator dan faktor yang menjadi tolok ukur sehat atau tidaknya suatu bank. Diharapkan dengan mengetahui kesehatan bank maka dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Yaitu pengelola bank untuk mengetahui letak kekurangan dan kelebihan yang dihadapi sehingga dapat diambil kebijakan dan strategi usaha yang tepat. Masyarakat pengguna jasa bank, sebagai acuan untuk menyimpan uangnya
20
pada bank yang berpredikat sehat. Bank Indonesia untuk meningkatkan fungsi pengawasan dan pembinaan pada bank yang kurang sehat dan counterparty bank yaitu bank lain sebagai counterpart dalam melakukan hubungan koresponden. Berikut ini adalah alur penelitiannya :
BPR Agro Cipta Adiguna
Performance, Strategi Usaha, dan Kebijakan terhadap BPR
Laporan Keuangan
Lap. Laba Rugi
Data Kolektibilitas
Neraca
Analisis faktor-faktor CAMEL: 1. Capital 2. Assets quality 3. Management 4. Earnings 5. Liquidity
Penilaian Kesehatan Bank
Pihak-pihak yang Berkepentingan
Gambar 1. Alur Penelitian CAMEL merupakan alat ukur tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Penilaian kesehatan menggunakan metode CAMEL ini dilakukan dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi
21
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Tahap pertama dengan cara mengkuantitatifkan komponenkomponen yang ada dalam faktor yang dimaksud. Faktor dan kompoen tersebut diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank. Penilaian terhadap faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang dinyatakan dengan angka 0 sampai 100. Hasil penilaian atas bobot komponen dan faktor dapat dikurangi dengan nilai kredit atas ketentuan pelaksanaan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil dari penilaian kesehatan bank ini dapat digunakan oleh Bank Indonesia untuk membuat kebijakan, mengawasi dan membina bank-bank yang memiliki tingkat kesehatan dengan kelompok kurang sehat dan tidak sehat. Untuk pihak bank sendiri dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan strategi usaha dimasa datang agar selalu tercapai kondisi sehat, sehingga tidak merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Berikut ini kerangka pemikiran konseptualnya pada Gambar 2 dan bagan alur pikir studi pada Gambar 3 berikut:
22 CAMEL
Permodalan
Kualitas Aset
Manajemen
Rentabilitas
ROA
Man. Umum Modal
ATMR
R. APYD
APYD
R. PPAP
PPAPYD
Man. Risk Laba Sbl Pajak
PPAPWD
PPAPWD:Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk R. APYD : Rasio APYD R.PPAP : Rasio PPAP ROA : Return On Assets
R.BOPO:Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.
LDR Alat likuid
Bebn Oper Total Aset
ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko APYD : Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan AP : Aktiva Produktif DPK : Dana Pihak Ketiga LDR : Loan to Debt Ratio PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAPYD:Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk
R.Aktiva likuid R. BOPO
AP
Keterangan :
Likuiditas
Hutang lancar Pend. Oper
DPK Kredit
Penilaian Kredit Komponen Pembobotan Komponen Penilaian Kredit Komponen Pembobotan Faktor Nilai Kredit Faktor
Gambar 2. Kerangka pemikiran konseptual
Ketentuan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/1997
Predikat Kesehatan
23
Faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan: 1. Vol. usaha 2. SDM
Lingkungan: Kebijakan Pemerintah dlm perbankan, Corporate Culture, dan Perekonomian global Survei dan wawancara
Kondisi saat ini: 1.Tren penurunan Kesehatan bank 2. Perlunya peningkatan pengawasan bank 3. Perlunya penilaian kesehatan bank sec independen oleh BPR
Data/informasi aktual: 1. Profil perusahaan 2. Lap. Keuangan 3. Data kolektibililitas
Proses: Analisis faktor-faktor CAMEL
1. 2.
Outcome: Ukuran kinerja Kebijakan strategi usaha di m.y.a.d
Peningkatan ketahanan kesehatan bank
Studi literatur Faktor berpengaruh yg tidak dapat dikendalikan: 1. Krisis global 2. Bencana alam
Output: Predikat kesehatan bank dari: 1. Capital 2. Assets quality 3. Management 4. Earnings 5. Liquidity
Parameter kontrol: SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
Feedback
Gambar 3. Bagan Alur pikir studi
Peningkatan kepercayaan
Meningkatkan nilai perusahaan
24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT BPR Agro Cipta Adiguna di Jalan PB. Sudirman No.20 Pare, Kediri. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan FebruariApril 2009. 3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Data primer yang diperoleh melalui survei dan wawancara dengan direktur BPR Agro Cipta Adiguna yang terkait dengan bidang penelitian. 2. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan studi kepustakaan (buku-buku, browsing di internet dan literatur yang relevan). 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang relevan dari penelitian ini adalah dengan wawancara langsung dengan para pimpinan perusahaan mengenai berbagai aspek dalam bidang penelitian terutama masalah manajemen serta informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya diidentifikasi komponen-komponen faktor penilaian tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna mulai dari faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Studi kepustakaan diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari, serta mengutip berbagai buku, laporan, data-data perusahaan, penelusuran internet dan literatur lain yang relevan. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dalam pengolahan data, namun proses tersebut dapat dikategorikan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Proses yang bersifat kuantitatif seperti perhitungan komponenkomponen dan indikator pendukung faktor penilaian kesehatan bank dengan metode CAMEL mulai dari permodalan (capital), kualitas aset (assets quality), rentabilitas (earnings), dan likuiditas (liquidity), dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2007 dan program bahasa komputer Visual
25
Basic 6. Sedangkan proses yang bersifat kualitatif diolah menggunakan analisa deskriptif. 3.5.1. Faktor-faktor Tingkat Kesehatan Bank Dalam menilai kinerja bank, terdapat lima faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank yang disebut sebagai konsep CAMEL yaitu: 1. Capital (permodalan) 2. Assets Quality (kualitas aset) 3. Management (manajemen) 4. Earning Power (rentabilitas) 5. Liquidity (likuiditas) Analisis penilaian tingkat kesehatan tersebut akan dilakukan dengan mengkuantitatifkan komponen dari kelima faktor tersebut dengan memberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank. Atas dasar kuantifikasi tersebut dilakukan penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek-aspek lain yangsecara materil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem nilai kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai dengan 100 bagi masing-masing faktor. Berdasarkan hasil penilaian kelima faktor tersebut akan ditetapkan empat predikat tingkat kesehatan bank sebagai berikut: a. Sehat b. Cukup sehat c. Kurang sehat d. Tidak sehat 3.5.2. Asumsi-asumsi Model CAMEL Dalam perhitungan model CAMEL ini terdapat beberapa asumsi sebagai berikut: a. Batasan nilai kredit untuk kelima faktor CAMEL mengacu pada ketentuan
Bank
Indonesia
SK
Direksi
Bank
Indonesia
26
No.30/12/KEP/DIR
tanggal
30
April
1997
dan
SE
BI
No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997. b. Perhitungan model CAMEL ini menggunakan bantuan program komputer Visual Basic 6 dan Microsoft Excell 2007 dimana arus perhitungan saling berhubungan. c. Perhitungan model CAMEL ini hanya berlaku pada Bank Perkreditan Rakyat. 3.6. Pengembangan Program Komputer Visual Basic 6 Pengembangan model program komputer yang digunakan sebagai alat perhitungan adalah analisis sistem dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemrograman Visual Basic yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991 merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner’s All purpose Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan era 1950-an. Visual Basic merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer khususnya yang menggunakan sistem operasi windows. Visual Basic merupakan bahasa pemrograman
komputer
yang
mendukung
objek
(Object
Oriented
Programming-OOP). Keunggulan dari pengembangan program Visual Basic 6 adalah dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Program ini sangat bersifat fleksibel karena adanya perubahan yang terjadi dapat dimasukkan dalam pengoperasiannya. Selain itu, program komputer ini juga dapat digunakan untuk melakukan simulasi-simulasi perubahan sesuai dengan keadaan yang terjadi. Sehingga langsung dapat dianalisis secara otomatis oleh program. Untuk flow chart dalam program komputer Visual Basic 6 ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini:
27
Database
Mulai
Input data: 1. Neraca 2. Lap. Laba/rugi 3. Kolektibilitas
Analisis data CAMEL
tidak sesuai
Capital: CAR > 8%
Assets Quality: a. KAP <10.35% b. PPAP >81%
Manajemen > 81 skala 81-100
Earnings: a. ROA>1.22% b. BOPO<93.52 %
Liquidity: a. AL thd HL >4.05% b. LDR< 94.75%
sesuai
Predikat sehat
Selesai
Gambar 4. Flow chart program komputer Visual Basic 6..
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT BPR Agro Cipta Adiguna didirikan pada tanggal 2 Juli 1992 oleh H. Bambang Soemadji Heru Soeprapto sebagai komisaris utama, H Djarkasi sebagai komisaris, Muhamad Fajar Budi Santoso sebagai direktur utama, Ardan Farid Yusuf dan Yuli Sri Handayani sebagai direktur perseroan. Susunan kepengurusan PT BPR Agro Cipta Adiguna telah disahkan berdasarkan pernyataan keputusan RUPS tanggal 14 Februari 2006 dan disahkan secara notariil oleh Gagarina Dwi Wahyuningtyas, S.H. notaris Kediri dengan akta No. 79 tanggal 22 Februari 2006 dan telah dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM dengan bukti penerimaan Nomor C-15346.Ht.01.04.Th.2006 tanggal 2006. PT BPR Agro Cipta Adiguna memiliki kantor pusat yang berkedudukan di Jalan PB. Sudirman No. 20 Pare Kediri dan satu Kantor Kas yang terletak di Pasar Pamenang Pare Blok B/21. 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan Sebagai Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang sedang berkembang, BPR Agro Cipta Adiguna terus berusaha meningkatkan kinerja dan keberhasilan untuk mendukung visi BPR Agro Cipta Adiguna yaitu menjadi BPR yang terpercaya. Untuk mewujudkan visi tersebut, BPR Agro Cipta Adiguna memiliki misi meningkatkan kinerja BPR yang sehat dan memberi pelayanan yang terbaik terhadap nasabah. 4.1.3. Strategi dan Kebijakan BPR Strategi dan kebijakan yang diambil oleh manajemen BPR Agro Cipta Adiguna dalam mengelola usahanya adalah dengan meningkatkan pelayanan dan memperkenalkan berbagai jenis produk jasa perbankan. Dalam strategi penghimpunan dana, BPR menawarkan jasa-jasa kepada nasabah yang mungkin mereka butuhkan dengan suku
29
bunga yang sesuai. Strategi penghimpunan dana memperhatikan besarnya biaya dana yang harus dibayar kepada nasabah. Untuk itu, manajemen BPR mempertimbangkan secermat mungkin risiko dan biaya dana dari sumber dana yang berbeda dalam usaha meningkatkan profitabilitas. Penggunaan konsep pemasaran dengan cara pendekatan yang bersifat komunikatif untuk mengetahui dan menetapkan kebutuhan dan keinginan nasabah. Selain itu, PT BPR Agro Cipta Adiguna juga melakukan berbagai strategi dalam upaya pengendalian risiko seperti : a. Risiko operasional, dengan meningkatkan kemauan sumberdaya manusia, teknologi, memperbaiki sistem dan prosedur, serta kebijakan internal. b. Risiko manajemen keuangan, dengan menghindari kesalahan dalam pengelolaan keuangan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. c. Risiko legalitas, dengan mereview seluruh produk BPR yang terkait dengan masalah hukum antara lain: 1. Format dokumen, perjanjian yang memiliki format baku dengan persyaratan minimum. 2. Klausul perlindungan, batasan bagi yang bersangkutan untuk tidak terkena dampak negatif. 3. Netting, mengamankan posisi perusahaan dari tindakan oleh pihak tertentu akibat adanaya perjanjian. 4. Status hukum, mengamankan posisi perusahaan dari suatu transaksi berdasarkan dua/ lebih hukum yang berlaku, agar terhindar dari transaksi yang ilegal. d. Risiko kelembagaan, dengan menghindarkan diri dari tindakantindakan yang dapat menimbulkan tidak sahnya tindakan-tindakan yang mengatasnamakan BPR. 4.1.4. Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang memiliki aktivitas berupa penyaluran dan menyimpan dana yang lebih sederhana
30
daripada aktivitas bank umum. Jadi penyusunan organisasinya pun tidak terlalu rumit dan memiliki susunan tersendiri. Struktur organisasi BPR Agro Cipta Adiguna terdiri dari manajemen tingkat atas dan bawah. Manajemen tingkat atas terdiri dari Dewan Komisaris, Direktur Utama, Direktur, dan Kepala Bagian Operasional. Sedangkan manajemen tingkat bawah terdiri dari bagian akuntansi dan personalia, account officer, administrasi kredit, teller umum, teller tabungan/deposito, pelayanan nasabah, kepala kas pasar, petugas kas, pesuruh, dan satpam. BPR Agro Cipta Adiguna memiliki struktur organisasi yang jelas untuk pembagian tugas (Lampiran 3). 4.1.5. Sumberdaya Manusia Upaya pengembangan SDM dilakukan melalui pelatihan dan pendidikan yang diadakan oleh Bank Indonesia maupun Perbarindo, selama tahun 2008 yang telah diikuti adalah dalam Tabel 16 berikut : Tabel 16. Jumlah peserta dan jenis pelatihan yang diikuti di BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 Jenis Pelatihan Jumlah Peserta (orang) Pengetahuan Dasar Perbankan 2 Pemasaran Jasa Bank 2 Certif 1 Account Officer 1 Manajemen Kredit 1 Outbound 2 Manajemen Operasional 2 Workshop 1 Risk Management 1 Manajemen Operasional 2 2 Benchmarking BPR 1 Visionary Leadership 1 Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah 2 Akuntansi 2 Jumlah 21 Sumber: BPR Agro Cipta Adiguna, 2008 Kebijakan pemberian gaji dan fasilitas bagi anggota direksi dan dewan komisaris termasuk bonus, tantiem dan fasilitas lainnya ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dalam hal
31
ini melalui keputusan komisaris, termasuk bonus. Selain itu, seluruh karyawan juga mendapatkan tunjangan hari raya sebesar satu bulan gaji. 4.1.6. Kegiatan Usaha BPR Agro Cipta Adiguna PT BPR Agro Cipta Adiguna merupakan lembaga yang berdiri sendiri tidak mempunyai kelompok usaha lain. BPR ini memiliki aktivitas utama menghimpun dana berupa simpanan dan menyalurkan dana berupa kredit. Untuk mengembangkan usaha tersebut, perusahaan melakukan pengembangan segmen pasar kepada para petani, UKM, dan mayoritas pedagang di lingkungan pasar di wilayah Kecamatan Pare dan sebagian di wilayah Kabupaten Kediri. Untuk mendukung usahanya, PT BPR Agro Cipta Adiguna melakukan kerja sama dengan sesama BPR dalam wadah Perbarindo (Persatuan BPR se-Indonesia) berupa penempatan dana antar bank, melakukan kesepakatan dalam menentukan besarnya bunga pinjaman maupun deposito agar dapat bersaing secara sehat. Selain itu, PT BPR Agro Cipta Adiguna juga bekerja sama dengan
dealer penjualan
kendaraan bermotor serta sekolah-sekolah. 4.2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dalam analisis penilaian tingkat kesehatan PT BPR Agro Cipta Adiguna digunakan data bulanan periode januari-desember 2008. Tiap faktor menghasilkan
nilai
peringkat
faktor
untuk
masing-masing
periode.
Selanjutnya akan diperoleh laporan secara keseluruhan tingkat kesehatan bank setiap periode tersebut. 4.2.1. Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital) Berdasarkan data neraca BPR Agro Cipta Adiguna periode Januari-Desember 2008 tercatat bahwa nilai ATMR secara umum mengalami peningkatan, tapi pada bulan Maret berada pada posisi terendah yaitu sebesar Rp 3.424.498.100 kemudian meningkat perlahan hingga mencapai posisi tertinggi di bulan Desember yaitu sebesar Rp 3.751.973.600. Peningkatan ATMR ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah dana pihak ketiga. Setelah krisis global yang terjadi pada tahun 2007, masyarakat kembali tertarik untuk menyimpan
32
dananya pada bank. Modal juga mengalami fluktuasi dimana posisi terendah adalah di bulan April sebesar Rp 442.873.481 dan posisi tertinggi berada pada bulan Desember yaitu sebesar Rp 778.031.000. Fluktuasi modal ini dipengaruhi oleh adanya penambahan modal disetor, cadangan umum, antarbank aktiva dan rupa-rupa pasiva. Perkembangan ATMR dan modal dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini: Tabel 17. Perkembangan modal, ATMR, dan CAR tahun 2008 Bulan ATMR (Rp) Modal (Rp) CAR(%) Januari 3.453.923.750 517.314.715 14,98 Februari 3.432.902.750 518.818.104 15,11 Maret 3.424.498.100 516.745.982 15,09 April 3.447.746.900 442.873.481 12,85 Mei 3.492.770.400 446.276.952 12,78 Juni 3.434.168.000 450.577.424 13,12 Juli 3.643.035.300 454.732.768 12,48 Agustus 3.621.870.900 459.604.327 12,69 September 3.652.306.750 464.844.405 12,73 Oktober 3.709.590.050 472.418.802 12,74 November 3.734.737.800 769.495.287 20,60 Desember 3.751.973.600 778.031.000 20,74 Sumber : Neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah. Hasil analisis pada Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa CAR/KPMM yang dimiliki PT BPR Agro Cipta Adiguna selama periode Januari-Desember 2008 mengalami fluktuasi dari rasio terendah 12,48% di bulan Juli hingga tertinggi dibulan Desember sebesar 20,74%. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan modal yang disediakan oleh BPR bertambah begitu pula ATMR nya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Fluktuasi nilai CAR setiap bulan selama tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:
33
Gambar 5. Perkembangan CAR BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 Terjadinya fluktuasi dalam perhitungan CAR ini dipengaruhi oleh peningkatan modal, terutama modal inti yang berasal dari laba tahun lalu dan laba ditahan serta adanya dana setoran modal di 2 (dua) bulan terakhir tahun 2008. Semakin besar jumlah modal maka akan memperbesar CAR seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 6 di bawah ini:
Gambar 6. Perkembangan Modal PT BPR Agro Cipta Adiguna Tahun 2008 Perhitungan faktor permodalan yang diolah menggunakan program Visual Basic 6 hasilnya berada pada menu data variabel. Di bawah ini merupakan tampilan Visual Basic 6 untuk nilai CAR bulan Maret 2008 yaitu pada Gambar 7:
34
Gambar 7. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna bulan Mei 2008. Rasio minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 8%, tetapi perusahaan memiliki nilai diatas 8% sehingga untuk masing-masing periode mengindikasikan bahwa BPR telah memiliki KPMM/CAR yang lebih tinggi dibandingkan dengan KPMM yang telah ditentukan. Berdasarkan
kuantifikasi faktor CAMEL, faktor
permodalan BPR memiliki nilai kredit 100 dan memiliki predikat “sehat” dalam periode Januari-Desember 2008. Penilaian faktor permodalan tercermin dalam Tabel 18 di bawah ini: Tabel 18. Predikat faktor permodalan berdasarkan kuantifikasi faktor CAMEL tahun 2008 Nilai Nilai CAR Bulan Predikat kredit kredit (%) komponen faktor Januari 15,14 100 30 Sehat Februari 15,28 100 30 Sehat Maret 15,22 100 30 Sehat April 12,96 100 30 Sehat Mei 12,82 100 30 Sehat Juni 13,17 100 30 Sehat Juli 12,50 100 30 Sehat Agustus 12,77 100 30 Sehat September 12,78 100 30 Sehat Oktober 12,85 100 30 Sehat November 20,67 100 30 Sehat Desember 20,86 100 30 Sehat Sumber : Data neraca bulanan BPR, 2008 yang diolah Dengan demikian, untuk faktor permodalan PT BPR Agro Cipta Adiguna memiliki nilai kredit faktor maksimal dengan skala 30
35
karena bobot untuk faktor ini adalah 30%. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki predikat “sehat” untuk faktor permodalan. 4.2.2. Analisis Terhadap Faktor Kualitas Aset (Assets Quality) Faktor kualitas aset dihitung dari data kolektibilitas BPR periode Januari-Desember 2008. Dari data-data tersebut diketahui bahwa BPR hanya memiliki 4 (empat) golongan kredit yaitu lancar (tepat waktu) sebesar 92,43%, kurang lancar (< 6 bulan) sebesar 6,85%, diragukan (< 9 bulan) sebesar 0,47% dan macet (> 9 bulan) sebesar 0,25%. Jumlah kredit yang diberikan dengan golongan lancar memiliki presentase lebih dari 90% karena BPR memiliki strategi tersendiri dalam penyaluran kreditnya. BPR lebih mengutamakan pelayanan pada nasabah dengan cara menjemput bola, yaitu dengan mendatangi nasabah untuk menagih bunga dan pokok yang harus dibayarkan pada BPR. Selain itu, BPR juga menganjurkan agar nasabah membayar bunga tersebut dengan cara menabung sehingga meringankan mereka. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kredit macet. Persentase golongan kredit terlihat pada Gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8. Golongan Kredit Periode Januari-Desember 2008 1. Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap Aktiva Produktif (AP) APYD menggambarkan Aktiva Produktif yang kurang lancar, diragukan atau macet. Semakin besar APYD tersebut maka semakin
36
besar kondisi aktiva produktif yang potensial untuk tidak dapat ditagih atau macet. Sepanjang tahun 2008 APYD cenderung mengalami penurunan hingga dititik terendah pada bulan Juli yaitu sebesar Rp 209.320 ribu dan kembali meningkat secara perlahan di bulan Desember hanya pada posisi Rp 215.769 ribu. Posisi APYD tertinggi berada pada bulan Januari yaitu sebesar Rp 311.063 ribu. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh tingginya jumlah kredit macet. Semakin rendah nilai APYD maka akan semakin meningkat kualitas aktiva produktifnya. Berdasarkan analisis dalam program Visual Basic 6, APYD terendah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 9 . Nilai APYD BPR Agro Cipta Adiguna Juli 2008. Pada posisi APYD terendah ini dapat diartikan bahwa kredit dengan golongan kurang lancar, diragukan, dan macet jumlahnya adalah paling kecil selama tahun 2008. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat mengelola kredit dengan baik pada bulan Juli. Diagram batang yang dihasilkan dari pengolahan Visual Basic 6 untuk golongan kredit bulan Juli adalah seperti pada Gambar 10 berikut:
37
Gambar 10. Diagram golongan kredit BPR Agro Cipta Adiguna Juli 2008 Sedangkan AP sepanjang tahun 2008 secara umum mengalami peningkatan yang disebabkan oleh naiknya jumlah kredit yang disalurkan bank. Posisi AP terendah berada pada bulan Juni yaitu sebesar Rp 3.611.211 ribu dan posisi tertinggi berada pada bulan Desember sebesar Rp 4.556.900 ribu. Berikut ini disajikan nilai APYD dan AP selama tahun 2008 pada Tabel 19 di bawah ini: Tabel 19. Perkembangan rasio APYD terhadap AP tahun 2008 APYD
AP
Bulan (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) Januari 311.063 3.736.332 Februari 233.175 3.906.017 Maret 231.535 3.959.751 April 230.734 3.719.106 Mei 214.400 3.783.644 Juni 211.801 3.611.211 Juli 209.320 4.155.878 Agustus 213.729 4.014.398 September 219.079 3.800.049 Oktober 218.729 4.162.577 November 217.969 4.478.819 Desember 215.769 4.556.900 Sumber : Neraca BPR Agro Cipta Adiguna, 2008
Rasio APYD terhadap AP (%) 8,33 5,97 5,85 6,20 5,67 5,87 5,04 5,32 5,77 5,25 4,87 4,73
Peningkatan AP dan penurunan APYD menyebabkan rasio APYD terhadap AP juga mengalami penurunan. Selain itu, secara perlahan sebagian kredit yang berada pada kolektibilitas macet naik
38
menjadi kurang lancar dan diragukan karena BPR terus melakukan penjadwalan kembali. Rasio APYD terhadap AP yang memiliki nilai tertinggi adalah pada bulan Januari yaitu sebesar 8,33%,. Tetapi rasio ini justru yang paling buruk karena rasio ini mendekati batas maksimum sehat yaitu sebesar 10,35%. Sebaliknya rasio APYD terhadap AP yang terendah berada pada bulan Desember sebesar 4,73%, namun rasio ini memiliki arti yang baik karena jauh dari batas maksimum. Semakin kecil rasio ini maka nilainya semakin bagus. Perkembangan rasio APYD terhadap AP dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini:
Gambar 11. Perkembangan rasio APYD terhadap AP tahun 2008 2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk (PPAPYD) terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) PPAPYD merupakan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk guna menutup risiko kemungkinan kerugian. Semakin besar PPAP maka modal bank akan semakin kecil karena besarnya PPAP ini dicadangkan dari modal. Selama periode Januari-Desember 2008 PPAPYD tidak mengalami fluktuasi karena jumlah kredit dengan kategori macet mengalami penurunan. Sama halnya dengan PPAPWD, sepanjang tahun 2008 memiliki jumlah yang sama dengan PPAPYD. Oleh karena itu, rasio PPAPYD terhadap PPAPWD selama periode
39
Januari-Desember 2008 adalah sebesar 100% seperti diperlihatkan pada Tabel 20 di bawah ini : Tabel 20. Perhitungan rasio PPAPYD terhadap PPAPWD 2008 Rasio PPAPYD PPAPYD PPAPWD terhadap (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) PPAPWD (%) Januari (55.854) (55.854) 100 Februari (65.854) (65.854) 100 Maret (62.854) (62.854) 100 April (61.854) (61.854) 100 Mei (55.854) (55.854) 100 Juni (55.854) (55.854) 100 Juli (55.854) (55.854) 100 Agustus (61.854) (61.854) 100 September (59.354) (59.354) 100 Oktober (65.854) (65.854) 100 November (61.854) (61.854) 100 Desember (55.854) (55.854) 100 Sumber : Neraca Bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008 yang diolah Bulan
Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD yang selalu berada pada angka 100% disebabkan karena BPR Agro Cipta Adiguna belum pernah melakukan hapus buku terhadap debitur yang memiliki kredit dengan kualitas macet. Hapus buku adalah tindakan administrasi bank untuk menghapus buku kredit yang memiliki kualitas macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagihnya. Hal ini membawa dampak yang positif bagi perusahaan karena sejauh ini kredit yang bermasalah selalu dapat diatasi. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk ternyata sudah seimbang dengan penyisihan yang wajib dibentuk. Rasio yang dihasilkan lebih dari batas minimum sehat yaitu 81%. Selain itu, BPR juga terus melakukan upaya restrukturisasi, reconditioning dan rescheduling kredit, yaitu upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara antara lain: perpanjangan waktu kredit, perpanjangan jangka waktu angsuran, penurunan suku bunga kredit, dan pengurangan tunggakan bunga kredit. Tampilan dari program Visual Basic 6 adalah seperti gambar di bawah ini:
40
Gambar 12. Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD BPR Agro Cipta Adiguna 2008 3. Predikat Kesehatan Faktor Kualitas Aset (Assets Quality) Berdasarkan kuantifikasi faktor CAMEL, faktor kualitas aset untuk komponen rasio APYD terhadap AP secara keseluruhan memiliki nilai kredit 100 dengan predikat “sehat”. Namun untuk rasio APYD terhadap AP bulan Januari berada dalam rentang 10,35%-7,5% yaitu sebesar 8,33%. Rasio 8,33% ini mendekati batas maksimum sehat yaitu 10,35% sehingga nilai kreditnya pun hanya mencapai 94,47, nilai kredit ini berada pada selang antara 81-100 dengan predikat “sehat”. Diantara bulan-bulan lain, nilai pada bulan Januari ini adalah paling rendah karena kredit bermasalah pada bulan ini juga berada pada posisi tertinggi sehingga APYD pun tinggi. Tingginya kredit bermasalah ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan debitur dalam pembayaran pokok dan bunga kredit pasca krisis tahun 2007 yang masih berimbas pada usaha mereka hingga awal tahun 2008. Komponen rasio PPAPYD terhadap PPAPWD selama periode Januari-Desember 2008 memiliki nilai kredit 100 dengan predikat “sehat”. Faktor kualitas aset memiliki bobot 30% dari keseluran faktor CAMEL, sehingga nilai kredit faktor tertinggi adalah 30. Tetapi pada bulan Januari nilai kredit faktor ini hanya mencapai 28,62 karena nilai kredit komponen rasio APYD terhadap AP hanya 94,47 dengan
41
predikat tetap “sehat”. Predikat kesehatan untuk faktor kualitas aset dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini: Tabel 21. Predikat kesehatan faktor kualitas aktiva produktif Rasio PPAPYD terhadap
Nilai kredit komponen
Nilai kredit faktor
Rasio Predikat APYD terhadap PPAPWD AP (%) (a) (%) (b) (a) (b) Januari 8,33 100 94,47 100 28,62 Sehat Februari 5,97 100 100 100 30 Sehat Maret 5,85 100 100 100 30 Sehat April 6,20 100 100 100 30 Sehat 30 Mei 5,67 100 100 100 Sehat Juni 5,87 100 100 100 30 Sehat Juli 5,04 100 100 100 30 Sehat Agustus 5,32 100 100 100 30 Sehat September 5,77 100 100 100 30 Sehat Oktober 5,25 100 100 100 30 Sehat November 4,87 100 100 100 30 Sehat Desember 4,73 100 100 100 30 Sehat Sumber : Neraca Bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008 yang diolah. Bulan
4.2.3. Analisis Terhadap Faktor Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen didasarkan pada Surat Edaran BI No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 yang mencakup dua komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Semakin banyak aspek manajemen umum maupun manajemen risiko yang dapat dipenuhi oleh BPR maka akan dapat meningkatkan nilai kredit faktor manajemen. Penilaian
faktor
manajemen
dilakukan
dengan
cara
memberikan kuesioner yang pertanyaan telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Setiap pertanyaan diberi skor dengan nilai 0 sampai dengan 4 dimana nilai 4 adalah skor tertinggi. Semakin banyak skor yang diperoleh maka nilai semakin tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi atas 25 pertanyaan/pernyataan yang diberikan kepada direksi BPR Agro Cipta Adiguna berkaitan dengan penilaian manajemen selama tahun 2008 dapat dijelaskan pada Tabel 22 dibawah ini:
42
Tabel 22. Penilaian aspek manajemen tahun 2008 Jumlah Aspek Manajemen Pertanyaan/Pernyataan Nilai a. Manajemen Umum 1. Strategi/sasaran 1 2 2. Struktur 2 5 3. Sistem 4 14 4. Kepemimpinan 3 12 Jumlah a 33 b. Manajemen Risiko 1. Risiko likuiditas 2 8 2. Risiko kredit 3 10 3. Risiko operasional 3 11 4. Risiko hukum 3 11 5. Risiko pemilik dan pengurus 4 15 Jumlah b 55 Jumlah a+b 25 88 Sumber: Kuesioner aspek manajemen tahun 2008 yang diolah. Sepanjang tahun 2008 BPR Agro Cipta Adiguna sudah melaksanakan manajemen umum dan manajemen risiko dengan cukup baik meskipun terdapat beberapa kekurangan. Untuk manajemen umum, penilaian terdiri dari empat aspek yaitu strategi/sasaran, struktur, sistem, dan kepemimpinan. Dari aspek strategi/sasaran yang dinilai berkaitan dengan rencana kerja tahunan bank yang digunakan sebagai dasar acuan kegiatan usaha bank selama satu tahun. Sedangkan struktur yang dinilai berkaitan dengan bagan organisasi yang ada, apakah sudah mencerminkan seluruh kegiatan bank dan tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas, serta batasan yang jelas pada tugas dan wewenang untuk masing-masing karyawan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kedua aspek ini berada pada kondisi antara yang menunjukkan bahwa BPR masih belum melaksanakan aspek ini dengan maksimal. Berdasarkan bagan organisasi yang ada, masih terdapat perangkapan jabatan pada Kabag. Operasional, dimana membawahi semua bagian dalam organisasi. Begitu pula pada bagian Akuntansi dan personalia juga dipegang oleh satu orang.
43
Berikutnya untuk aspek sistem yang berkaitan dengan kegiatan operasional kredit dan pencatatan setiap transaksi berada pada kondisi antara. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya teknologi informasi yang digunakan BPR sehingga pencatatan dan penyusunan laporan belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Sedangkan sistem pengamanan dokumen serta pengawasan terhadap pengembangan dan pelaksanaan kegiatan bawahannya berada pada kondisi yang baik. Pimpinan secara rutin melaksanakan koreksi terhadap karyawan melalui rapat kordinasi yang dilakukan secara rutin untuk mengevaluasi semua kegiatan dan pengawasan terhadap pengamanan dokumen. Aspek kepemimpinan yang dilaksanakan oleh BPR Agro Cipta Adiguna yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, komitmen bank dalam menangani setiap permasalahan, serta tata tertib dan disiplin kerja direksi dan karyawan berada pada kondisi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa direksi BPR telah menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat dalam mengelola organisasi. Penilaian terhadap manajemen risiko terdiri dari beberapa aspek, yaitu manjemen risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, serta risiko pemilik dan pengurus. Pada aspek risiko likuiditas, BPR Agro Cipta adiguna berada pada kondisi yang baik. Hal ini disebabkan banyaknya kerjasama BPR dengan bank lain dalam hal penempatan dana bank. Selain itu BPR juga selalu melaksanakan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban serta senantiasa memelihara likuiditas dengan baik. Manajemen risiko kredit yang berkaitan dengan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya, pemantauan terhadap penggunaan kredit, kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya berada pada kondisi antara. Sedangkan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan berada pada kondisi yang baik. Selanjutnya untuk pelaksanaan manajemen operasional, BPR telah menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan penghapusan
44
piutang berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tidak menerapkan persyaratan yang lebih ringan kepada pemilik/pengurus bank untuk memperoleh fasilitas dari bank. Sehingga pada dua kategori tersebut manajemen operasional BPR Agro Cipta Adiguna berada pada kondisi baik. Sedangkan pada kategori pelaksanaan tindak lanjut secara efektif terhadap temuan hasil pemeriksaan oleh Bank Indonesia berada pada kondisi antara. Untuk itu, BPR terus melakukan perbaikan dalam hal sistem dan prosedur serta kebijakan internalnya. Berikutnya pelaksanaan manajemen risiko hukum yang diterapkan di BPR Agro Cipta Adiguna dalam hal penggunaan perjanjian kredit yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berada pada kondisi antara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis nasabah yang mengajukan kredit, seringkali terdapat nasabah yang berasal yang tidak paham betul terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh BPR sehingga BPR perlu melakukan sedikit kelonggaran terhadap ketentuan tersebut. Sedangkan pelaksanaan manajemen risiko hukum yang berkaitan dengan persyaratan agunan, penatausahaan blangko bilyet deposito dan buku tabungan yang belum digunakan(kosong) dan blangko bilyet deposito yang telah dicairkan dananya serta buku tabungan yang telah dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup berada pada kondisi yang baik. Aspek terakhir yang dinilai dalam manajemen risiko adalah risiko pemilik dan pengurus. Manajemen risiko pemilik dan pengurus yang dilaksanakan pada BPR Agro Cipta Adiguna berada pada kondisi yang baik karena tidak adanya campur tangan pemilik bank terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung menguntungkan kepentingannya sendiri. Selain itu, pemilik bank juga mempunyai kemampuan dan kemauan untuk meningkatkan permodalan bank sehingga senantiasa memenuhi ketentuan yang berlaku, selain itu direksi juga tidak melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan grupnya sehingga dapat merugikan bank. Sedangkan untuk pelaksanaan fungsi pengawasan oleh dewan
45
komisaris terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas berada pada kondisi antara. Hal ini terjadi karena pelaksanaan manajemen yang berkaitan dengan batasan pelaksanaan tugas dan wewenang pada BPR Agro Cipta Adiguna belum
dilaksanakan
secara
maksimal
yang
disebabkan
oleh
terbatasnya sumberdaya yang ada. Penilaian faktor manajemen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan kuantifikasi faktor CAMEL, faktor manajemen memiliki bobot faktor sebesar 20% dari total keseluruhan bobot faktor CAMEL. Dari hasil analisis diperoleh nilai faktor manajemen sebesar 88 dari total pertanyaan. Sehingga untuk faktor manajemen, BPR Agro Cipta Adiguna memiliki nilai kredit dalam komponen sebesar 17,6 dengan predikat “sehat” karena nilai kredit berada pada selang 16,2020,00 seperti tampak pada Tabel 23 di bawah ini: Tabel 23. Predikat kesehatan faktor manajemen tahun 2008 Bulan Nilai Nilai kredit faktor Predikat Januari 88 17,6 Sehat Februari 88 17,6 Sehat Maret 88 17,6 Sehat April 88 17,6 Sehat Mei 88 17,6 Sehat Juni 88 17,6 Sehat Juli 88 17,6 Sehat Agustus 88 17,6 Sehat September 88 17,6 Sehat Oktober 88 17,6 Sehat November 88 17,6 Sehat Desember 88 17,6 Sehat Sumber: Kuesioner aspek manajemen tahun 2008, diolah. 4.2.4. Analisis Terhadap Faktor Rentabilitas (Earnings Power) Faktor rentabilitas dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki oleh bank serta membandingkan pendapatan operasional dengan beban operasional yang dikeluarkan oleh bank pada periode tertentu. Penilaian terhadap
46
faktor rentabilitas ini dihitung dari data-data laporan laba rugi dan neraca periode Januari-Desember 2008. 1. Rasio Pengembalian Atas Aktiva (return on assets-ROA) Rasio ini memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA merupakan rasio yang membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aset bank. Laba sebelum pajak selama periode Januari-Desember 2008 mengalami peningkatan sebesar Rp 106.668.000 atau 14.222% dari Rp 75.000 di bulan Januari menjadi Rp 106.743.000 di bulan Desember. Begitu pula dengan total aset yang meningkat sebesar Rp 889.773.000 atau 19,71% dari Rp 4.515.048.000 di bulan Januari menjadi Rp 5.404.781.000 di bulan Desember. Tetapi, peningkatan jumlah laba sebelum pajak setiap bulannya tidak seimbang dengan peningkatan jumlah total aset per bulannya. Hal ini disebabkan pengelolaan aset yang kurang produktif terutama pada awal hingga pertengahan tahun 2008. Selain itu, tingginya kredit bermasalah pada tahun 2007 di masa krisis juga telah mempengaruhi laba pada awal tahun 2008 yang menyebabkan rasio ROA menjadi 0,00% seperti pada tabel berikut: Tabel 24. Perkembangan laba sebelum pajak dan total aktiva tahun 2008 Laba Sebelum Total aset Bulan Pajak (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) ROA (%) Januari 75 4.515.048 0,00 Februari 100 4.650.843 0,00 Maret 4.669 4.695.633 0,10 April 10.462 4.485.513 0,23 Mei 17.457 4.548.877 0,38 Juni 27.767 4.403.099 0,63 Juli 34.314 4.959.070 0,69 Agustus 45.413 4.826.779 0,94 September 57.059 4.627.345 1,23 Oktober 74.101 5.009.003 1,48 November 85.702 5.320.527 1,61 Desember 106.743 5.404.781 1,97 Sumber : Laporan bulanan PT BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah.
47
Dalam Tabel 24 di atas juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah aset pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya semakin luasnya kegiatan operasional bank, meningkatnya kepercayaan masyarakat pada pihak bank karena kepuasan pelayanan yang mereka terima. Tetapi, laba sebelum pajak yang diterima oleh BPR jumlahnya tidak seimbang dengan total aset. Proporsi laba sebelum pajak yang diterima jauh dari total aset yang dimiliki. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya pendapatan bunga yang diperoleh. Meskipun kredit yang disalurkan juga meningkat, tetapi jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan total aset keseluruhan. Faktor penyebabnya adalah berkurangnya kemampuan dan kemauan masyarakat untuk mengajukan kredit karena masih lesunya perdagangan akibat imbas krisis tahun 2007. Krisis yang terjadi menyebabkan harga barang-barang naik di awal tahun 2008 sehingga daya beli masyarakat turun, akibatnya para pedagang banyak yang merugi. Sementara segmen pasar utama BPR ini adalah para pedagang di pasar. Namun, pada pertengahan tahun 2008 kondisi ini mulai membaik, masyarakat kembali tertarik untuk mengajukan kredit dan debitur yang kreditnya bermasalah kembali pulih. Kemajuan ini akhirnya dapat meningkatkan pendapatan bunga sehingga laba sebelum pajak pun akhirnya meningkat.
Peningkatkan
laba sebelum pajak yang paling baik berada pada empat bulan terakhir yaitu
September-Desember
2008.
Hal
ini
menyebabkan
rasio
pengembalian atas aset mengalami peningkatan. Pergerakan nilai ROA selama tahun 2008 dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 13. Perkembangan ROA PT BPR Agro Cipta Adiguna 2008.
48
2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO ini disebut juga rasio efisiensi. Data-data yang digunakan berasal dari laporan laba rugi perusahaan dalam kurun waktu Januari-Desember 2008. Dari data-data tersebut diperoleh hasil bahwa pendapatan operasional BPR Agro Cipta Adiguna mengalami peningkatan selama Januari-Desember 2008. Tabel 25. Perkembangan rasio BOPO tahun 2008 Pendapatan Beban Operasional Operasional Rasio BOPO (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) Bulan (%) Januari 94.115 107.013 113,70 Februari 178.717 190.015 106,32 Maret 275.153 270.599 98,34 April 365.253 354.926 97,17 Mei 457.350 440.058 96,22 Juni 553.886 526.314 95,02 Juli 651.796 617.702 94,77 Agustus 752.039 706.871 93,99 September 847.645 790.861 93,30 Oktober 949.846 876.085 92,23 November 1.042.282 956.950 91,81 Desember 1.136.232 1.029.894 90,64 Sumber: Laporan bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah Berdasarkan Tabel 25 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan operasional BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 meningkat secara cepat tiap bulannya hingga mencapai nilai tertinggi sebesar Rp 1.136.232 ribu di bulan Desember. Pendapatan operasional ini meningkat sebesar Rp 1.042.077 ribu atau 1.107% dari Rp 94.115 ribu di bulan Januari menjadi Rp 1.136.232 ribu di bulan Desember. Pendapatan operasional yang terus meningkat ini ditimbulkan oleh adanya peningkatan pendapatan bunga yang berasal dari Dana Pihak Ketiga bukan bank terutama dari kredit yang diberikan dan pendapatan bunga dari penempatan dana pada bank lain. Pendapatan bunga ini meningkat sejalan dengan terus meningkatnya jumlah kredit yang tersalurkan dan tabungan masyarakat yang terus bertambah. Hal ini
49
merupakan keberhasilan dari BPR dalam menerapkan strategi pemasaran yang tepat dan pelayanan yang memuaskan sehingga nasabah dan debitur terus bertambah. Berikut ini adalah tampilan dari Visual Basic 6 nilai BOPO pada bulan Juni 2008:
Gambar 14. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna Beban operasional yang ditanggung oleh BPR Agro Cipta Adiguna juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pendapatan operasional tetapi tidak seimbang dengan jumlah pendapatan yang diterima. Posisi terendah berada di bulan Januari dengan nilai sebesar Rp 107.013 ribu dan nilai tertinggi berada di bulan Desember sebesar Rp 1.029.894 ribu. Peningkatan dari bulan Januari ke Desember adalah sebesar Rp 922.881 ribu atau 862,4%. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 mengalami penurunan di akhir tahun 2008 karena pendapatan operasional yang diterima lebih tinggi dari pada beban operasional yang dikeluarkan. Tetapi di awal tahun sampai bulan Agustus, rasio efisiensi yang dihasilkan tidak menunjukkan nilai yang baik karena lebih dari 93,52% (batas maksimal). Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan operasional dan efisiensi belum dilakukan dengan maksimal karena pendapatan operasi yang diperoleh berada di bawah beban operasi. Perkembangan rasio BOPO dapat dilihat pada gambar berikut ini:
50
Gambar 15. Perkembangan rasio BOPO BPR Agro Cipta Adiguna 2008 3. Predikat Kesehatan Faktor Rentabilitas Predikat kesehatan faktor rentabilitas diperoleh dengan menggabungkan nilai dari kedua komponen yaitu ROA dan rasio BOPO selama periode Januari-Desember tahun 2008. Kemudian dari kedua nilai tersebut dikalikan dengan bobot faktor yang telah ditentukan.
Berdasarkan
kuantifikasi
faktor
CAMEL
rasio
pengembalian atas aset (ROA) BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 tidak menunjukkan hasil yang baik karena selama 12 bulan hanya empat bulan terakhir saja yang mendapat predikat “sehat”. Sama halnya dengan predikat untuk rasio BOPO yang hanya pada empat bulan terakhir saja yang mendapatkan predikat “sehat” seperti pada Tabel 26. Tabel 26. Predikat kesehatan faktor rentabilitas BPR Agro Cipta Adiguna Rasio Nilai BOPO Kredit (%) Kredit Januari 0,00 0,00 Tidak sehat 113,70 0,00 Februari 0,00 0,00 Tidak sehat 106,32 0,00 Maret 0,10 6,67 Tidak sehat 98,34 20,75 April 0,23 15,55 Tidak sehat 97,17 35,34 Mei 0,38 25,58 Tidak sehat 96,22 47,26 Juni 0,63 42,04 Tidak sehat 95,02 62,22 Juli 0,69 46,13 Tidak sehat 94,77 65,38 Agustus 0,94 62,72 Kurang sehat 93,99 75,08 September 1,23 82,21 Sehat 93,30 83,74 Oktober 1,48 98,62 Sehat 92,23 97,07 November 1.61 100.00 Sehat 91.81 100.00 Desember 1.97 100.00 Sehat 90.64 100.00 Sumber: Laporan bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah. Bulan
ROA (%)
Nilai
Predikat ROA
Predikat BOPO Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Kurang Sehat Cukup sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
51
Nilai kredit komponen ROA lebih banyak berada di bawah batas minimum (1,22%). Hal ini mengindikasikan bahwa perolehan laba belum dapat dipelihara dengan baik karena aktiva yang dimiliki ternyata belum dikelola dengan produktif. Sedangkan rasio BOPO juga lebih banyak berada di atas batas maksimal 93,52%, sehingga rasio ini mendapat nilai kredit komponen kurang maksimal dan berada pada predikat “tidak sehat” dari bulan Januari sampai dengan Juni, predikat “kurang sehat” pada bulan Juli dan predikat “cukup sehat” pada bulan Agustus selebihnya adalah “sehat”. Hal ini disebabkan karena pendapatan operasi yang diperoleh lebih kecil daripada biaya operasi setiap bulan. Selain itu BPR juga belum melakukan efisiensi secara maksimal atas biaya-biaya operasi yang ada. Faktor rentabilitas memiliki bobot 10% dari keseluruhan faktor CAMEL. Berdasarkan penilaian atas nilai kredit kedua komponen dalam faktor rentabilitas di atas, nilai tertinggi faktor ini adalah 10. Sehingga nilai kredit faktor rentabilitas secara keseluruhan mendapat predikat “tidak sehat” pada bulan Januari sampai dengan Mei (berada pada selang 0 -< 5,1), predikat “kurang sehat” pada bulan Juni sampai dengan Juli (berada pada selang 5,1 -< 6,6), predikat “cukup sehat” pada bulan Agustus (berada pada selang 6,6 -< 8,1), dan predikat “sehat” untuk bulan September sampai dengan Desember (berada pada selang 8,1 – 10,0) seperti pada Tabel 27 berikut ini: Tabel 27. Nilai kredit faktor dan predikat kesehatan faktor rentabilitas Bulan Nilai kredit faktor Predikat Januari 0,00 Tidak sehat Februari 0,00 Tidak sehat Maret 1,37 Tidak sehat April 2,54 Tidak sehat Mei 3,64 Tidak sehat Juni 5,21 Kurang sehat Juli 5,58 Kurang sehat Agustus 6,89 Cukup sehat September 8,30 Sehat Oktober 9,78 Sehat November 10,00 Sehat Desember 10,00 Sehat Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excell 2007
52
4.2.5. Analisis Terhadap Faktor Likuiditas (Liquidity) Bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya, terutama dalam hal penghimpunan dana, diwajibkan memelihara sejumlah likuiditas tertentu dari total dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank pada suatu perode terentu. Analisis terhadap faktor likuiditas ini terbagi menjadi dua komponen yaitu rasio alat likuid terhadap hutang lancar dan rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (LDR). Rasio-rasio ini diperoleh dari data-data neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008. 1. Rasio Alat Likuid Terhadap Hutang Lancar Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana atau kewajiban lancar yang harus segera dipenuhi oleh bank dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang tersedia. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pula posisi likuiditas bank yang bersangkutan. Dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa alat likuid yang dimiliki oleh BPR Agro Cipta Adiguna mengalami fluktuasi. Posisi terendah berada pada bulan September yaitu sebesar Rp 660.080 ribu dan posisi tertinggi berada pada bulan Desember yaitu sebesar Rp 1.530.749 ribu. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh besarnya kas yang dimiliki oleh BPR karena penentuan persentase kas yang disisihkan tergantung dari modal, DPK dan besarnya utang. Penentuan persentase tersebut tergantung dari kebijaksanaan BPR sendiri. Sedangkan kewajiban lancar yang harus segera dibayar oleh pihak BPR selama tahun 2008 mengalami peningkatan secara perlahan. Jumlah terendah berada pada posisi Rp 3.678.786 ribu di bulan Januari dan yang tertinggi pada bulan Desember dengan nilai Rp 4.571.508 ribu. Selama Januari sampai Desember jumlah hutang lancar ini meningkat sebesar Rp 892.722 ribu atau 24,27%. Perkembangan jumlah alat likuid dan kewajiban lancar setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 28 berikut:
53
Tabel 28. Perkembangan jumlah alat likuid, hutang lancar, dan rasio alat likuid terhadap hutang lancar setiap bulan tahun 2008 Alat Likuid Hutang Lancar Rasio Alat Likuid thd Bulan (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) Hutang Lancar (%) Januari 797.082 3.678.786 21,67 Februari 1.008.286 3.813.814 26,44 Maret 1.079.138 3.874.544 27,85 April 771.279 4.033.807 19,12 Mei 786.592 4.082.469 19,27 Juni 691.277 3.924.756 17,61 Juli 1.103.521 4.462.606 24,73 Agustus 963.033 4.314.070 22,32 September 660.080 4.131.601 15,98 Oktober 1.078.917 4.494.030 24,01 November 1.447.236 4.507.440 32,11 Desember 1.530.749 4.571.508 33,48 Sumber: Neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah. Berdasarkan Tabel 28 di atas, dapat diketahui bahwa rasio alat likuid terhadap hutang lancar BPR memiliki nilai yang besar lebih dari batas minimal 4,05%. Selama periode Januari-Desember 2008, rasio ini berada di atas 15% dengan nilai tertinggi pada bulan Desember sebesar 33,48% dan nilai terendah pada bulan September sebesar 15,98%. Semakin besar rasio ini maka semakin bagus pengelolaan likuiditas yang telah dilakukan oleh perusahaan sepanjang tahun 2008. Hasil analisis menggunakan program Visual Basic
6 dapat dilihat
tampilannya pada gambar di bawah ini:
Gambar 16. Data variabel BPR Agro Cipta Adiguna Februari 2008
54
Sedangkan perkembangan rasio alat likuid terhadap hutang lancar setiap bulan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 17. Perkembangan rasio alat likuid terhadap hutang lancar BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 2. Rasio Kredit terhadap Total Dana Pihak Ketiga (LDR) Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank. Data-data yang digunakan dalam rasio ini berasal dari data-data neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jumlah kredit yang diberikan sepanjang tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,51 % dari Rp 2.955.201 ribu di bulan Januari menjadi Rp 3.029.389 ribu di bulan Desember. Peningkatan jumlah kredit yang diberikan ini merupakan hasil yang baik dari strategi yang diterapkan oleh BPR dalam hal pemasaran dan pelayanan yang telah diterapkan. Begitu pula dengan dana yang diterima oleh BPR, selama periode Januari-Desember 2008 juga mengalami peningkatan sebesar 15,82% dari Rp 4.380.847 ribu pada bulan Januari menjadi Rp 5.074.102 ribu pada bulan Desember seperti tampak pada Tabel 29 berikut ini:
55
Tabel 29. Perkembangan kredit, dana yang diterima dan 2008 Dana yang diterima Kredit yang Bulan diberikan (Ribuan Rp) (Ribuan Rp) Januari 2.955.201 4.380.847 Februari 2.904.193 4.516.659 Maret 2.884.093 4.578.562 April 2.955.808 4.435.818 Mei 2.999.460 4.510.740 Juni 2.922.118 4.364.935 Juli 3.053.417 4.920.614 Agustus 3.057.738 4.788.280 September 3.140319 4.588.207 Oktober 3.084.767 4.970.437 November 3.033.492 4.989.777 Desember 3.029.389 5.074.102 Sumber: Neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah
LDR tahun LDR (%) 67,46 64,30 62,99 66,64 66,50 66,95 62,05 63,86 68,44 62,06 60,79 59,70
Seperti tampak pada Tabel 29 di atas, dapat diketahui bahwa LDR selama periode Januari-Desember 2008 telah mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas BPR dalam kondisi yang baik karena semakin kecil rasio ini maka semakin baik likuiditasnya. Nilai tertinggi rasio ini adalah 67,46% dimana rasiorasio LDR di atas tidak pernah melebihi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk penentuan kesehatan bank yaitu 94,75%. 3. Predikat Kesehatan Faktor Likuiditas Berdasarkan kuantifikasi faktor CAMEL yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, kedua komponen faktor likuiditas menunjukkan hasil yang baik. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar selama 12 bulan berada di atas standar minimal 4,05%. Sehingga nilai kredit komponen ini secara keseluruhan mendapatkan nilai 100 dengan predikat “sehat”. Hal ini menunjukkan bahwa bank dapat melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimilikinya. Sedangkan untuk komponen rasio kredit terhadap dana yang diterima (LDR), selama tahun 2008 tidak pernah melebihi 94,75% yang
56
merupakan syarat maksimal yang telah ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio LDR, Hal ini menyebabkan LDR selalu mendapatkan nilai kredit 100 dengan predikat “sehat” sepanjang tahun. Berikut ini disajikan predikat kesehatan dan nilai kredit kedua komponen faktor likuiditas setiap bulannya pada Tabel 30 di bawah ini: Tabel 30. Predikat kesehatan dan nilai kredit komponen faktor likuiditas tahun 2008 Rasio Alat Likuid thd Nilai LDR Nilai Predikat Predikat Bulan Hutang (a) (b) Lancar Kredit (%) Kredit (%) (a) komponen (b) komponen Januari 21,67 100 Sehat 67,46 100 Sehat Februari 26,44 100 Sehat 64,30 100 Sehat Maret 27,85 100 Sehat 62,99 100 Sehat April 19,12 100 Sehat 66,64 100 Sehat Mei 19,27 100 Sehat 66,50 100 Sehat Juni 17,61 100 Sehat 66,95 100 Sehat Juli 24,73 100 Sehat 62,05 100 Sehat Agustus 22,32 100 Sehat 63,86 100 Sehat September 15,98 100 Sehat 68,44 100 Sehat Oktober 24,01 100 Sehat 62,06 100 Sehat November 32,11 100 Sehat 60,79 100 Sehat Desember 33,48 100 Sehat 59,70 100 Sehat Sumber: Neraca Bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah Secara keseluruhan faktor likuiditas ini mendapat predikat “sehat” karena kedua komponen selalu mendapat nilai kredit 100. Sedangkan nilai kredit faktor untuk faktor likuiditas adalah mencapai nilai tertinggi yaitu 10 dengan predikat “sehat” karena bobot untuk faktor ini adalah 10% dari keseluruhan faktor CAMEL dan nilai kredit berada pada selang 8,1 - 10. Nilai ini menunjukkan bahwa manajemen likuiditas bank sudah dikelola dengan baik. Berikut ini disajikan penilaian kredit faktor dan predikatnya sepanjang tahun 2008 dalam Tabel 31 di bawah ini:
57
Tabel 31. Nilai kredit faktor dan predikat kesehatan faktor likuiditas tahun 2008 Bulan Nilai kredit faktor Predikat Januari 10 Sehat Februari 10 Sehat Maret 10 Sehat April 10 Sehat Mei 10 Sehat Juni 10 Sehat Juli 10 Sehat Agustus 10 Sehat September 10 Sehat Oktober 10 Sehat November 10 Sehat Desember 10 Sehat Sumber: Data olah Microsoft Excell 2007 4.2.6. Penilaian Kesehatan Seluruh Faktor (CAMEL) Penilaian tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna diperoleh dengan mengalikan nilai kredit komponen dengan bobot yang telah ditetapkan untuk
masing-masing komponen sehingga menghasilkan
nilai kredit faktor. Secara keseluruhan berdasarkan faktor CAMEL memperoleh predikat “sehat” karena nilai kredit lebih dari nilai minimum sehat yaitu 81. Nilai kredit CAMEL terendah adalah 86,22 pada bulan Januari dan tertinggi 97,60 pada bulan November dan Desember dengan rataan 92,76 selama tahun 2008. Berikut ini adalah tampilan hasil penilaian kesehatan menggunakan Visual Basic 6:
Gambar 18. Perhitungan nilai kredit CAMEL BPR AgroCipta Adiguna 2008
58
Secara lengkap hasil penilaian tingkat kesehatan BPR sepanjang tahun 2008 dapat dirangkum dalam Tabel 32 berikut ini : Tabel 32. Resume tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 Nilai kredit CAMEL
Bulan
Predikat
Januari 86,22 Sehat Februari 87,60 Sehat Maret 88,97 Sehat April 90,14 Sehat Mei 91,24 Sehat Juni 92,81 Sehat Juli 93,18 Sehat Agustus 94,49 Sehat September 95,90 Sehat Oktober 97,38 Sehat November 97,60 Sehat Desember 97,60 Sehat Rata-rata 92,76 Sehat Sumber : Laporan bulanan BPR Agro Cipta Adiguna 2008, diolah Berdasarkan Tabel 32 di atas, terlihat bahwa selama bulan Januari sampai dengan Desember 2008 nilai kredit seluruh faktor CAMEL selalu di atas 81 (batas minimum sehat), yang berarti selalu mendapat predikat “sehat”. Meskipun demikian, nilai kredit kelima faktor CAMEL harus dievaluasi satu per satu, misalnya pada bulan Januari sampai dengan Mei 2008, predikat faktor rentabilitas adalah “tidak sehat”. Bulan Juni sampai Juli predikatnya “kurang sehat” dan bulan Agustus “cukup sehat”. Hal tersebut karena aset yang dimiliki belum dikelola dengan baik sehingga laba yang diperoleh belum maksimal. Meskipun jumlah tabungan masyarakat meningkat, tetapi jumlah tabungan nasabah tidak terlalu besar sebab sebagian besar nasabah berasal dari pedagang-pedagang kecil. Begitu pula dengan deposito
berjangka,
meskipun
jumlahnya
meningkat
tetapi
peningkatannya tidak terlalu besar sama seperti jumlah kredit yang diberikan. Hal ini menyebabkan pendapatan bunga yang diperoleh menjadi tidak terlalu besar sehingga perolehan laba sebelum pajak belum maksimal. Selain itu juga karena beban operasional yang
59
dikeluarkan oleh perusahaan lebih tinggi daripada pendapatan operasionalnya. Apabila salah satu faktor memberi predikat “tidak sehat”, maka nilai kredit secara keseluruhan dapat berada di bawah angka 80 atau dengan predikat “cukup sehat”. Umumnya pihak marketing suatu bank mengharapkan predikat “sehat” untuk dapat memasarkan produknya dalam dunia yang semakin kompetitif dan global. Surat sehat tersebut akan diterbitkan oleh Bank Indonesia setelah mengevaluasi secara menyeluruh hasil perhitungan tingkat kesehatan yang dilakukan oleh bank bersangkutan. Predikat “sehat” tersebut bersifat relatif dalam arti pada suatu saat bisa saja suatu bank turun predikatnya menjadi cukup sehat atau tidak sehat karena kinerja banknya tidak baik. Dengan surat sehat dari Bank Indonesia itulah sangat diharapkan oleh suatu bank untuk mendapat kepercayaan dari nasabah dan masyarakat luas. 4.3. Upaya yang Perlu Dilakukan Untuk Memperbaiki dan Mempertahankan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan bank sebelumnya, BPR Agro
Cipta
Adiguna
perlu
melakukan
tindakan-tindakan
untuk
mempertahankan kinerjanya dan terus memperbaiki kinerja faktor-faktor yang tergolong tidak sehat dalam faktor CAMEL. Untuk faktor permodalan, direksi bank perlu menambahkan modal dari pemegang saham atau pihak lainnya apabila suatu saat bank mengalami permasalahan faktor permodalan, seperti kecenderungan menurunnya KPMM sehingga diperkirakan akan di bawah ketentuan yang berlaku. Tetapi sejauh ini, nilai KPMM BPR Agro Cipta Adiguna sudah lebih tinggi daripada ketentuan yang berlaku. Untuk itu, bank sebaiknya memanfaatkan kesempatan untuk terus mengoptimalkan laba. Faktor kualitas aktiva produktif dapat ditingkatkan dan dipertahankan dengan terus menangani kredit bermasalah secara intensif dan efektif. Bank perlu terus melakukan upaya rescheduling, reconditioning, restructuring, dan kombinasi 3-R terhadap kredit bermasalah. Selain itu, bank juga perlu
60
meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan dengan cara meningkatkan pelayanan dan kemudahan prosedur sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bergabung. Semakin banyak kredit yang diberikan dan semakin kecil tingkat kredit bermasalah maka semakin banyak pula pendapatan bunga yang diterima sehingga laba perusahaan juga akan meningkat. Selanjutnya untuk faktor manajemen, perusahaan perlu meningkatkan fungsi audit intern, memperbaiki kegiatan usaha dan lebih mengacu pada rencana kerja tahunan. Selain itu juga dengan memenuhi jabatan kosong untuk mengurangi perangkapan jabatan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas, penyempurnaan pemisahan tugas dan peningkatan tindakan korektif berdasarkan temuan audit apabila bank mengalami permasalahan manajemen. Permasalahan manajemen BPR Agro Cipta Adiguna yang terjadi pada tahun 2008 lebih terfokus pada masalah manajemen umum yang berkaitan dengan batasan tugas dan wewenang dalam pekerjaan sehingga seringkali terjadi perangkapan jabatan. Hal ini terjadi karena terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki bank. Untuk mengatasi hal tersebut, direksi perlu merancang analisis jabatan (job analysis) yang akan membantu bank dalam rangka penempatan karyawannya sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Sedangkan
faktor
rentabilitas
dapat
diperbaiki
dengan
cara
meningkatkan efisiensi bank, menggunakan aset secara lebih produktif seperti meningkatkan jumlah kredit yang diberikan dan penempatan dana pada bank lain. Dengan demikian, pendapatan bank dari bunga dapat meningkat sehingga dapat digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank. Berikutnya adalah faktor likuiditas bank, karena kondisi likuiditas BPR Agro Cipta Adiguna sudah baik maka direksi perlu mempertahankan kondisi tersebut. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan cara tetap meningkatkan akses terhadap sumber-sumber pendanaan lainnya jika sewaktu-waktu bank mengalami penurunan kecukupan likuiditas, melakukan perencanaan yang cermat dan antisipasi terhadap perubahan tabungan dan kredit yang dapat mengendalikan likuiditas bank.
61
4.4. Implikasi Manajerial Dari hasil penelitian di atas implikasi manjerial yang dapat diberikan adalah terkait dengan penggunaan simulasi program komputer. Pihak bank perlu melakukan peningkatan pelatihan sumberdaya manusia agar lebih memahami penggunaan teknologi informasi serta pengembangan program agar dapat terus mengikuti perkembangan global sehingga permasalahan manajemen dalam aspek sistem dapat segera diperbaiki. Selain itu, diharapkan tetap mempertahankan kinerja perbankan yang telah ada serta meningkatkan tingkat kesehatan bank dan memperbaiki faktor-faktor kesehatan bank terutama faktor rentabilitas. Dengan pengembangan program komputer khusus Visual Basic 6 dapat dilakukan perhitungan nilai faktor-faktor kesehatan bank secara tepat, cepat dan efisien. Dengan model program ini selain dapat dilakukan perhitungan untuk kondisi yang sekarang dapat juga digunakan untuk memproyeksi kondisi pada masa mendatang. Yaitu melalui simulasi yang dilakukan berdasarkan pada kondisi yang diperkirakan dengan melakukan penurunan dan peningkatan nilai pada skenario yang diperkirakan akan terjadi dimasa akan datang. Hal ini sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen perbankan sejalan dengan fungsinya merencanakan, mengorganisasikan, melakukan dan mengendalikan kebijakan manajemen bank terutama untuk merumuskan strategi ke depan untuk menghadapi kondisi yang akan terjadi. Sebagai pedoman untuk menentukan tindakan antisipasi yang harus dilakukan pihak manajemen. Keunggulan program ini sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada serta terbuka kesempatan yang luas untuk mengembangkan program komputer ini sesuai dengan keinginan perusahaan. Sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pengembangan sistem informasi yang telah digunakan oleh bank serta untuk menyempurnakan kelemahan model yang digunakan peneliti saat ini. Penilaian tingkat kesehatan bank yang diolah menggunakan Visual Basic 6 ini sangat penting untuk manajemen BPR Agro Cipta Adiguna karena dapat digunakan sebagai pedoman bagi marketing bank untuk
62
memasarkan produk-produknya pada nasabah dan masyarakat luas. Dengan predikat sehat, bank dapat dengan mudah memperoleh kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasanya dalam melakukan pinjaman, menabung ataupun jasa lainnya seperti deposito berjangka dan kepemilikan setifikat deposito. Dari segi manajemen keuangan, bank dapat mengetahui kinerja keuangannya berdasarkan rasio-rasio keuangan yang dihitung dalam faktor-faktor CAMEL sehingga dapat segera diperbaiki jika hasilnya tidak baik dan terus dipertahankan dan ditingkatkan jika hasilnya sudah baik. Selanjutnya dari segi manajemen sumberdaya manusia (SDM), bank dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan SDM melalui penilaian faktor manajemen sehingga direksi bank dapat segera memperbaiki manajemen SDM, struktur organisasi, apa saja yang dibutuhkan agar dapat terwujud SDM yang berkualitas dan loyal. Sedangkan yang berkaitan dengan operasi dan produksi bank, hasil penilaian kesehatan bank ini dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja bank sehari-hari atau secara operasional sehingga prosedur-prosedur yang belum jelas dapat segera dibenahi.
63
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna periode Januari sampai dengan Desember 2008 seluruhnya mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL nya lebih dari 81 (batas minimum sehat) yaitu 86,22 pada bulan Januari, 87,60 pada bulan Februari, 88,97 pada bulan Maret, 90,14 pada bulan April, 91,24 pada bulan Mei, 92,81 pada bulan Juni, 93,18 pada bulan Juli, 94,49 pada bulan Agustus, 95,90 pada bulan September, 97,38 pada bulan Oktober, 97,60 pada bulan November dan Desember. Sedangkan nilai kredit CAMEL rata-rata tahun 2008 adalah sebesar 92,76 dengan predikat sehat. 2. Upaya dilakukan untuk mempertahankan kondisi kesehatan BPR Agro Cipta Adiguna adalah direksi bank perlu menambahkan modal dari pemegang saham atau pihak lainnya apabila suatu saat bank mengalami permasalahan faktor permodalan, dengan menangani kredit bermasalah secara intensif dan efektif dan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan dengan cara meningkatkan pelayanan dan kemudahan prosedur sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bergabung, meningkatkan fungsi audit intern, meningkatkan efisiensi bank dan menggunakan aset secara lebih produktif, serta meningkatkan akses terhadap sumber-sumber pendanaan lainnya jika sewaktu-waktu bank mengalami penurunan kecukupan likuiditas. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Sebaiknya BPR Agro Cipta Adiguna segera membenahi hal-hal yang menjadi kelemahan yang menjadikan komponen faktor-faktor kesehatan bank mendapat predikat tidak sehat, kurang sehat dan cukup sehat seperti pengelolaan efisiensi bank yang kurang maksimal.
64
2. Hasil dari metode CAMEL ini juga dapat dijadikan acuan untuk memberi rating bagi perusahaan. Hal ini karena kelima faktor tersebut merupakan faktor dasar untuk mengukur kinerja suatu bank dari segala aspek. 3. Evaluasi dengan metode CAMEL pada akhirnya sangat tergantung pada kebenaran dan keabsahan laporan yang ada. Maka sebaiknya pihak bank maupun Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank seharusnya sesuai dengan data-data yang sebenarnya sehingga masyarakat umum khususnya nasabah mendapat informasi yang sebenar-benarnya.
65
DAFTAR PUSTAKA Anoname. 1997. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia Kediri, Kediri. ________. 2008. Bank Perkreditan Rakyat. http://www.profi.or.id/index.php?id=39&lang=id&option=com_conten t&task=view . [1 Juni 2009] Anwar, S. Maret-April 2007. Cetak Biru BPR “Menciptakan BPR Ideal Di Masa Depan. Media BPR No.15. Arbi, F. 1998. Model CAMEL Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Suatu Bank (Studi Kasus pada Bank X). Tesis pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok. Bank Indonesia. 1997. Keputusan Direksi BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia, Jakarta. Dendawijaya, L. 2004. Manajemen Perbankan Edisi Pertama. Ghalia Indonesia, Bogor. _____________. 2005. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Bogor. [Dept. Manajemen] Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2007. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Bogor : Departemen Manajemen FEM IPB. “Fondasi Ekonomi Kuat”, Kompas. 13 Oktober 2008. Hlm 1 (kolom 2-3). Hasibuan, M. S. P. 2005. Dasar-dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Krisna, D. Octovhiana. 2003. Cepat Mahir Visual Basic 6. Bumi Aksara, Jakarta. “Nilai Tukar Rupiah Akibat Krisis Global”. Metro Hari Ini, Metrotv. [16 Oktober 2008]. Puspopranoto, S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan Konsep, Teori, dan Realita. LP3ES Indonesia anggota IKAPI, Jakarta. Refianto, R. 2005. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMELS (Studi Kasus Bank XYZ). Thesis pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok. Riyadi, S. 2004. Banking Assets and Liability Management Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Setyadi, A. 2000. Dasar Pemrograman Visual Basic. Portal Edukasi Indonesia, Jakarta. hhtp;//www.oke.or.id. [ 9 Mei 2009]. Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
66
Taswan. 2006. Manajemem Perbankan. UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta. Triandaru, S. dan Totok, B. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta. Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, Penerbit Dahlan Siamat, Jakarta.
68
Lampiran 1. Daftar singkatan penting dan istilah penting Daftar Singkatan AP
: Aktiva Produktif
APYD
: Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
ATMR
: Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
BOPO
: Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
CAR
: Capital Adequency Ratio
DPK
: Dana Pihak Ketiga
KPMM
: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
LDR
: Loan to Deposit Ratio
PPAP
: Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
PPAPYD
: Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk
PPAPWD
: Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk
ROA
: Return On Asset
Daftar Istilah Penting Aktiva Produktif
: Penanaman dana Bank baik dalam Rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar
bank,
penyertaan,
termasuk
komitmen
dan
kontinjensi pada transaksi rekening administratif. APYD
:Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian
ATMR
: terdiri dari : 1. aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat 2. beberapa pos dalam offbalance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko kredit yang melekat.
DPK
: Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka.
69 Lanjutan Lampiran 1 Kredit
: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk : 1. Pembelian Surat Berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA) 2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
PPAP
: Cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva, yaitu cadangan umum untuk aktiva produktif paling kurang sebesar 1% dari aktiva produktif kualitas lancar, cadangan khusus untuk aktiva non produktif ditetapkan paling kurang sebesar: 1. 5% dari aktiva kualitas Dalam Perhatian Khusus 2. 15% dari aktiva kualitas Kurang lancar 3. 50% dari aktiva kualitas Diragukan 4. 100% dari aktiva kualitas Macet.
70
Lampiran 2. Daftar data-data penelitian Daftar Data yang Diperlukan Dalam Proses Penelitian 1. Profil Perusahaan 2. Laporan neraca bulanan BPR Agro Cipta Adiguna pada tahun 2008 3. Laporan laba rugi bulanan BPR Agro Cipta Adiguna pada tahun 2008 4. Data sistem manajemen risiko perusahaan 5. Data kolektibilitas rincian kredit yang diberikan 6. Data sistem penilaian kesehatan bank yang telah dilakukan oleh perusahaan 7. Data pelaksanaan manajemen umum bank
71
Lampiran 3. Struktur Organisasi BPR Agro Cipta Adiguna
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur
Kabag. Operasional
Akuntansi & Personalia
Pesuruh
Satpam
Account Officer
Administrasi Kredit
Teller Umum
Teller Tabungan & Deposito
Pelayanan Nasabah
Kep. Kas Pasar Pare
Petugas Kas Pasar Pare
72
Lampiran 4. Perhitungan penilaian tingkat kesehatan dari nilai kredit CAMEL bulan Januari dan Desember 2008. Bulan
Faktor CAMEL I
II
III
IV
Januari
Desember
14,98 100 0,3 1 100 0,3 30
20,74 100 0,3 1 100 0,3 30
CAPITAL 1. Rasio CAR (%) 2. Nilai=(81+(rasio-8)/0,1);(65-(7,9-rasio)/0,1) 3. Bobot komponen/standar 4. Bobot komponen dlm faktor per standar 5. Nilai Kredit komponen (no.2 x no.4) 6. Bobot faktor/standar 7. Nilai kredit Faktor (no.5 x no.6) ASSETS QUALITY 1. Rasio KAP (%) 2. Nilai=(22,5-a)/0,15); dan (b x1) 3. Bobot komponen/standar 4. Bobot komponen dlm faktor per standar Jumlah 5. Nilai Kredit komponen (no.2 x no.4) 6. Bobot faktor/standar 7. Nilai kredit Faktor (no.5 x no.6)
a (APYD) 8,33 94,47 0,25 0,83 1 78,41
MANAGEMENT 1. Nilai 2. Bobot faktor/standar 3. Nilai kredit faktor EARNINGS 1. Rasio Rentabilitas (%) 2. Nilai=(rasio a/0,015)); (100-rasio b/0,08) 3. Bobot komponen/standar 4. Bobot komponen dlm faktor per standar Jumlah 5. Nilai Kredit komponen (no.2 x no.4) Jumlah 6. Bobot faktor/standar 7. Nilai kredit Faktor (no.5 x no.6)
V
LIKUIDITY 1. Rasio Likuiditas (%) 2. Nilai=(rasio a/0,05);(114-rasio b x 4) 3. Bobot komponen/standar 4. Bobot komponen dlm faktor per standar Jumlah 5. Nilai Kredit komponen (no.2 x no.4) Jumlah 6. Bobot faktor/standar 7. Nilai kredit Faktor (no.5 x no.6)
VI
Nilai Kredit CAMEL
b (PPAP) 100 100 0,05 0,17 17
a (APYD) 4,73 100 0,25 0,83 1 83
b (PPAP) 100 100 0,05 0,17 17
0,30 28,62
0,30 30
88 0,20 17,6
88 0,20 17,6
a (ROA) 0,00 0 0,05 0,5
b (BOPO) 113,70 0 0,05 0,5
a (ROA) 1,97 100 0,05 0,5
0
50
1 0
b (BOPO) 90,64 100 0,05 0,5 1 50
0 0,1 0
100 0,1 10
a (cash ratio) b (LDR) 21,67 67,46 100 100 0,05 0,05 0,5 0,5 1 50 50 100 0,1 10
a (cash ratio) b (LDR) 33,48 59,70 100 100 0,05 0,05 0,5 0,5 1 50 50 100 0,1 10
86,22
97,60
73
Lampiran 5. Kuesioner penilaian faktor manajemen. Daftar Koding Penilaian Faktor Manajemen No.
DAFTAR PERTANYAAN DAN PERNYATAAN
I
MANAJEMEN UMUM
0
1
2
3
4
Nilai
a. STRATEGI/SASARAN 1. Rencana kerja tahunan bank digunakan sebagai dasar acuan kegiatan
X
2
X
2
usaha bank selama satu tahun. b. STRUKTUR 2. Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan bank dan tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
X
3
c. SISTEM 4. Kegiatan operasional pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan
X
3
sistem dan prosedur tertulis. 5. Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan
X
3
3. Bank memiliki batasan tugas dan wewenang yang jelas untuk masing-masing karyawannya yang tercermin pada kegiatan operasionalnya.
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 6. Bank mempunyai sistem pengamanan yang baik terhadap semua dokumen
X
4
X
4
X
4
X
4
X
4
X X
4
penting. 7. Pimpinan senantiasa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan pelaksanaan kegiatan bawahannya. d. KEPEMIMPINAN 8. Pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh direksi secara independen. 9. Pimpinan bank komit untuk menangani permasalahan bank yang dihadapi serta senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. 10. Direksi dan karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta komitmen dan didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan. II
MANAJEMEN RISIKO a. RISIKO LIKUIDITAS/ LIQUIDITY RISK 11. Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban. 12. Bank senantiasa memelihara likuiditas dengan baik yang jatuh tempo
4
untuk mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas. b. RISIKO KREDIT/ CREDIT RISK 13. Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis terhadap kemampuan
X
3
debitur untuk membayar kembali kewajibannya. 14. Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan terhadap penggunaan
X
3
74 Lanjutan Lampiran 5 kredit, serta kemampuan & kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. 15. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan. NO
X 4
Nilai
c. RISIKO OPERASIONAL 16. Bank menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan penghapusan piutang
X
4
berdasarkan prinsip kehati-hatian. 17. Bank tidak menerapkan persyaratan yang lebih ringan kepada pemilik/
X
4
DAFTAR PERTANYAAN/PERNYATAAN
0
1
2
pengurus bank untuk memperoleh fasilitas dari bank. 18. Pimpinan senantiasa melakukan tindak lanjut secara efektif terhadap temuan
3
X
4
3
hasil pemeriksaan oleh Bank Indonesia. No.
DAFTAR PERTANYAAN DAN PERNYATAAN
0
1
2
3
4
Nilai
d. RISIKO HUKUM/ LEGAL RISK 19. Perjanjian kredit telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
X
3
20. Bank telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi
X
4
persyaratan ketentuan yang berlaku. 21. Bank menatausahakan secara baik dan aman blangko bilyet deposito dan
X
4
X
4
X
4
X
4
buku tabungan yang belum digunakan (kosong), dan blangko bilyet deposito yang telah dicairkan dananya serta buku tabungan yang telah dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup. e. RISIKO PEMILIK DAN PENGURUS/OWNERSHIP AND MANAGERSHIP RISK 22. Pemilik bank tidak mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau grupnya sehingga merugikan bank. 23. Pemilik bank mempunyai kemampuan dan kemauan untuk meningkatkan permodalan bank sehingga senantiasa memenuhi ketentuan yang berlaku. 24. Direksi bank dalam melaksanakan kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan grupnya atau berpotensi merugikan bank. 25. Dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
X
3
tugas direksi dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas, yang dilakukan. JUMLAH NILAI FAKTOR MANAJEMEN Skala Penilaian : nilai 0 = kondisi lemah nilai 1-3 = kondisi antara nilai 4 = kondisi yang baik
88
75
Lampiran 6. Tampilan penilaian kesehatan bank BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 menggunakan program Visual Basic 6.
76 Lanjutan Lampiran 6
77 Lanjutan Lampiran 6
78
Lampiran 7. Tampilan Microsoft Acces 2007 untuk data base yang digunakan dalam program Visual Basic 6.
79 Lanjutan Lampiran 7
80
Lampiran 8. Laporan neraca BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 No.
JUMLAH BULAN (RP)
JUMLAH BULAN (RP) MEI
JUNI
JULI
NOVEMBER
DESEMBER
1
Kas
AKTIVA
Kode 100
JANUARI 15,951,000
FEBRUARI 6,462,000
MARET 3,480,000
APRIL 7,981,000
2,408,000
2,184,000
1,060,000
AGUSTUS 6,373,000
SEPTEMBER 350,000
OKTOBER 1,107,000
1,909,000
3,238,000
2
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
110
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Antarbank Aktiva
120
781,131,000
1,001,824,000
1,075,658,000
763,298,000
784,184,000
689,093,000
1,102,461,000
956,660,000
659,730,000
1,077,810,000
1,445,327,000
1,527,511,000
4
Kredit yang Diberikan
130
2,955,201,000
2,904,193,000
2,884,093,000
2,955,808,000
2,999,460,000
2,922,118,000
3,053,417,000
3,057,738,000
3,140,319,000
3,084,767,000
3,033,492,000
3,029,389,000
5
Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif -/-
140
(55,854,000)
(65,854,000)
(62,854,000)
(61,854,000)
(55,854,000)
(55,854,000)
(55,854,000)
(61,854,000)
(59,354,000)
(65,854,000)
(61,854,000)
(55,854,000)
6
Aktiva dalam Valuta Asing
150
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Aktiva tetap dan Inventaris a. Tanah dan gedung
161
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
18,912,000
b. Akumulasi penyusutan gedung -/-
162
(11,754,000)
(11,821,000)
(11,888,000)
(11,955,000)
(12,022,000)
(12,089,000)
(12,156,000)
(12,222,000)
(12,289,000)
(12,356,000)
(12,423,000)
(12,490,000)
c. Inventaris
165
327,843,000
327,843,000
327,843,000
327,843,000
329,843,000
329,843,000
329,843,000
329,843,000
329,843,000
336,943,000
336,943,000
336,943,000
d. Akumulasi penyusutan inventaris -/-
166
(211,320,000)
(213,901,000)
(216,483,000)
(219,020,000)
(221,557,000)
(224,135,000)
(226,714,000)
(229,293,000)
(231,872,000)
(234,451,000)
(237,054,000)
(239,905,000)
8
Antarkantor aktiva
170
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
rupa-rupa aktiva
180
694,938,000
683,185,000
676,872,000
704,500,000
703,503,000
733,027,000
748,101,000
760,622,000
781,706,000
802,125,000
795,275,000
797,037,000
190
4,515,048,000
4,650,843,000
4,695,633,000
4,485,513,000
4,548,877,000
4,403,099,000
4,959,070,000
4,826,779,000
5,009,003,000
5,320,527,000
5,404,781,000
JUMLAH AKTIVA
4,627,345,000
PASIVA 1
Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar
200
32,045,000
32,028,000
30,238,000
39,480,000
27,922,000
27,949,000
28,241,000
28,284,000
28,923,000
28,351,000
28,535,000
28,464,000
2
Tabungan
210
1,497,341,000
1,625,386,000
1,671,906,000
1,830,927,000
1,940,147,000
1,739,407,000
2,265,965,000
2,101,886,000
1,829,778,000
1,965,779,000
2,059,005,000
2,188,144,000
3
Deposito berjangka
220
2,149,400,000
2,156,400,000
2,172,400,000
2,163,400,000
2,114,400,000
2,157,400,000
2,168,400,000
2,183,900,000
2,272,900,000
2,499,900,000
2,419,900,000
2,354,900,000
4
Bank Indonesia
230
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Antarbank pasiva
240
300,000,000
300,000,000
300,000,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Pinjaman yang diterima 251
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
i. sampai dengan 3 bulan
256
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ii. Lebih dari 3 bulan
257
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Antarkantor pasiva
260
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
Rupa-rupa pasiva
270
38,929,000
38,071,000
22,053,000
24,066,000
32,482,000
35,138,000
47,365,000
53,622,000
26,529,000
31,272,000
27,524,000
30,838,000
9
Modal a. Modal dasar
281
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
1,000,000,000
b. Modal yang belum disetor -/-
282
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
(592,000,000)
c. Agio
283
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
d. Disagio -/-
284
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
e. Modal sumbangan
285
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
f. Pinjaman
287
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
g. Dana setoran modal
288
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
292,000,000
292,000,000
10
Setoran penilaian kembali aktiva tetap
289
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
Cadangan a. cadangan umum
291
0
0
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
10,215,000
b. cadangan tujuan
293
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c. Laba di tahan
295
0
0
76,618,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
i. Laba
302
102,156,000
102,156,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ii. Rugi -/-
303
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
a. pinjaman subordinasi b. lainnya
12
Laba/Rugi a. Tahun-tahun yang lalu
b. Tahun Berjalan i. Laba
307
0
0
4,203,000
9,425,000
15,711,000
24,990,000
30,884,000
40,872,000
51,000,000
65,486,000
75,348,000
92,220,000
ii. Rugi -/JUMLAH PASIVA
308 310
(12,823,000) 4,515,048,000
(11,198,000) 4,650,843,000
0 4,695,633,000
0 4,485,513,000
0 4,548,877,000
0 4,403,099,000
0 4,959,070,000
0 4,826,779,000
0 4,627,345,000
0 5,009,003,000
0 5,320,527,000
0 5,404,781,000
81
Lampiran 9. Laporan laba rugi BPR Agro Cipta Adiguna tahun 2008 RINCIAN
KODE
FEBRUARI 178,717,000
JUMLAH BULAN (RP)
JUMLAH BULAN (RP) MARET APRIL 275,153,000 365,253,000
MEI 457,350,000
JUNI 553,886,000
JULI 651,796,000
AGUSTUS 752,039,000
SEPTEMBER 847,645,000
OKTOBER 949,846,000
NOVEMBER 1,042,282,000
DESEMBER 1,136,232,000
A. Pendapatan Operasional 1. Bunga a. Dari bank-bank lain i. Giro ii. Tabungan iii. Sertifikat Deposito iv. Deposito Berjangka v. Kredit yang diberikan b. Dari pihak ketiga bukan bank c. Lainnya 2. Provisi dan Komisi a. Provisi dan Komisi kredit b. Lainnya 3. Lainnya
100
JANUARI 94,115,000
112 113 114 115 116 120 129
0 3,527,000 0 0 0 80,161,000 0
0 7,157,000 0 0 0 152,174,000 0
0 11,418,000 0 0 0 236,364,000 0
0 15,354,000 0 0 0 311,003,000 0
0 17,203,000 0 1,911,000 0 388,158,000 0
0 18,980,000 0 3,760,000 0 471,182,000 0
0 20,644,000 0 5,609,000 0 554,843,000 0
0 22,876,000 0 7,521,000 0 641,298,000 0
0 24,194,000 0 12,238,000 0 721,207,000 0
0 24,981,000 0 17,512,000 0 807,561,000 0
0 25,685,000 0 27,156,000 0 882,521,000 0
0 26,412,000 0 36,961,000 0 957,686,000 0
131 139 149
2,904 0 7,523,000
5,533,000 0 13,853,000
8,526,000 0 18,845,000
11,702,000 0 27,194,000
14,778,000 0 35,300,000
18,199,000 0 41,765,000
22,388,000 0 48,312,000
24,970,000 0 55,374,000
27,403,000 0 62,603,000
30,116,000 0 69,676,000
32,479,000 0 74,441,000
35,019,000 0 80,154,000
B. Beban operasional 1. Bunga a. Kepada bank Indonesia b. Kepada bank-bank lain i. Tabungan ii. Deposito Berjangka iii. Pinjaman yang diterima iv. Lainnya c. Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank i. tabungan ii. Deposito Berjangka iii. Pinjaman yang diterima iv. Lainnya d. Koreksi atas pendapatan bunga 2. Premi asuransi 3. Tenaga Kerja a. Gaji, upah, Honorarium b. Biaya Pendidikan c. Lainnya 4. Sewa 5. Pajak-pajak (tidak termasuk pajak penghasilan) 6. Pemeliharaan dan perbaikan 7. Penyusutan/ penghapusan a. Aktiva Produktif b. aktiva tetap dan inventaris c. Beban yang ditangguhkan 8. Barang dan jasa 9. Lainnya
150
107,013,000
190,015,000
270,599,000
354,926,000
440,058,000
526,314,000
617,702,000
706,871,000
790,861,000
876,085,000
956,950,000
1,029,894,000
161
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
166 167 168 169
0 2,994,000 0 0
0 5,924,000 0 0
0 8,665,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
0 11,595,000 0 0
171 172 173 179 181 190
7,923,000 27,905,000 0 0 0 0
16,075,000 56,081,000 0 0 0 0
22,672,000 79,039,000 0 0 0 0
28,836,000 103,558,000 0 0 0 0
35,473,000 127,081,000 0 0 0 0
42,970,000 151,091,000 0 0 0 0
50,744,000 174,017,000 0 0 0 0
58,665,000 196,703,000 0 0 0 0
67,831,000 218,486,000 0 0 0 0
74,515,000 241,659,000 0 0 0 0
81,765,000 265,836,000 0 0 0 0
89,080,000 290,279,000 0 0 0 0
201 206 209 210
33,351,000 0 14,900,000 3,000,000
69,066,000 1,200,000 3,870,000 6,000,000
102,287,000 6,250,000 5,803,000 9,000,000
135,531,000 8,250,000 10,735,000 12,000,000
168,299,000 10,500,000 21,168,000 15,000,000
201,043,000 12,500,000 26,100,000 18,000,000
233,811,000 16,500,000 37,633,000 21,000,000
266,530,000 16,500,000 46,430,000 24,000,000
299,248,000 18,750,000 48,464,000 27,000,000
331,992,000 21,000,000 50,497,000 30,000,000
364,560,000 23,000,000 52,531,000 33,000,000
397,189,000 25,000,000 54,563,000 35,000,000
220 230
4,584,000 1,251,000
2,133,000 1,641,000
2,430,000 1,849,000
2,486,000 2,258,000
2,725,000 2,487,000
2,782,000 3,300,000
2,839,000 4,228,000
2,991,000 4,524,000
3,200,000 4,573,000
3,563,000 5,374,000
3,664,000 5,528,000
3,720,000 5,528,000
241 243 245 250 269
0 2,785,000 0 3,944,000 4,376,000
10,000,000 5,435,000 0 8,352,000 4,238,000
7,000,000 8,082,000 0 12,091,000 5,431,000
6,000,000 10,686,000 0 16,063,000 6,928,000
0 13,290,000 0 21,230,000 11,210,000
0 15,936,000 0 27,905,000 13,092,000
0 18,582,000 0 32,137,000 14,616,000
6,000,000 21,228,000 0 35,745,000 15,960,000
3,500,000 23,874,000 0 39,464,000 24,876,000
10,000,000 26,520,000 0 42,877,000 26,493,000
6,000,000 29,188,000 0 48,203,000 32,080,000
0 32,107,000 0 52,243,000 33,590,000
C.1. Laba operasional (A-B) 2. Rugi Operasional (B-A) D. Pendapatan non operasional
270 280 290
0 12,898,000 75,000
0 11,298,000 100,000
4,554,000 0 115,000
10,327,000 0 135,000
17,292,000 0 165,000
27,572,000 0 195,000
34,094,000 0 220,000
45,168,000 0 245,000
56,784,000 0 275,000
73,761,000 0 340,000
85,332,000 0 370,000
106,338,000 0 405,000
E. Beban non operasional
300
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
F.1. laba non operasional (D-E) 2. Rugi non operasional (E-D) G.1. Laba tahun berjalan (laba seblm pajak) 2. Rugi tahun berjalan
310 320 330 340
75,000 0 75,000 12,823,000
100,000 0 100,000 11,198,000
115,000 0 4,669,000 0
135,000 0 10,462,000 0
165,000 0 17,457,000 0
195,000
220,000
245,000
275,000
340,000
370,000
405,000
27,767,000 0
34,314,000 0
45,413,000 0
57,059,000 0
74,101,000 0
85,702,000 0
106,743,000 0
H. Taksiran pajak penghasilan
350
0
0
466,000
1,046,000
1,746,000
2,777,000
3,430,000
4,541,000
6,059,000
8,615,000
10,354,000
14,523,000
I.1. Jumlah laba 2. Jumlah rugi
360 370
0 12,823,000
0 11,198,000
4,203,000 0
9,416,000 0
15,711,000 0
24,990,000 0
30,884,000 0
40,872,000 0
51,000,000 0
65,486,000 0
75,348,000 0
92,220,000 0