1
ANALISIS STRATEGI TINDAK TUTUR MENYURUH DALAM BAHASA JEPANG YANG ADA PADA ANIME BERJUDUL DETECTIVE CONAN EPISODE 126,602607,663 Winda Chatarina Jurusan Sastra Jepang Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Kemanggisan/Palmerah JakartaBarat – 11480, Telp. 021 – 532-7630, Email :
[email protected] Winda Chatarina, Timur Sri Astami S.S, M.Pd.
Abstract The aim of this research is to discover the strategy of commanding speech act from Detective Conan’s dialogue which associated with factor deciding politeness in Japanese. The factor is sorted by the most important. The research method is qualitative method. The analysis was done by classifying and describing. From the analysis, can be conclude that the bald on record strategy is the most, and the negative politeness and don’t do the FTA strategy is the fewest. Beside, the sequence of the factor deciding politeness of utterance is different based on the most important factor. Keywords: pragmatic, speech act, politeness strategy, meirei
Abstrak Penelitian bertujuan mengetahui strategi tindak tutur menyuruh dalam Bahasa Jepang dari percakapan anime berjudul Detective Conan yang dikaitkan dengan faktor penentu tingkat kesantunan dalam Bahasa Jepang. Faktor tersebut diurutkan berdasarkan yang paling penting. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasi dan menjelaskan. Disimpulkan bahwa strategi yang paling banyak muncul ialah bald on record, sedangkan yang paling sedikit ialah negative politeness dan don’t do the FTA. Urutan faktor penentu kesantunan tuturan berdasarkan yang paling penting berbeda antara strategi yang satu dengan strategi yang lainnya. Kata Kunci: pragmatic, speech act, politeness strategy, meirei
2
Pendahuluan Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi satu sama lain. Untuk menciptakan komunikasi yang baik, manusia menggunakan bahasa yang digunakan dapat dimengerti. Ketika berkomunikasi, tidak jarang seorang penutur menyuruh mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu. Penyataan maksud tersebut dituangkan dalam bentuk tindak tutur. Rohmadi (2004:29) menjelaskan bahwa berkomunikasi bukan hanya sekedar kalimat atau lambang, tetapi jauh lebih tepat bila diartikan sebagai hasil dari lambang atau kalimat yang terwujud dalam perilaku tindak tutur. Tarigan (dalam Sendilatta 2013) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah bagaimana cara melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat. Austin (dalam Cutting 2002) juga menyatakan hal yang sama, yaitu bahwa tindak tutur sebagai perwujudan dalam mengatakan sesuatu. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam bertindak tutur, seperti hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur, perbedaan umur yang ada di antara penutur dan mitra tutur, lokasi atau peristiwa berkomunikasi sedang berlangsung, tujuan tindak tutur, maksud tindak tutur tersebut, dan lain sebagainya. Dengan adanya faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam bertutur dapat mengakibatkan adanya hubungan antara kesantunan dengan tindak tutur. Prinsip kesantunan ini tentunya berhubungan erat dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam kehidupan bersosialisasi, kesantunan dalam berinteraksi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kesantunan merupakan hal penting yang dijunjung tinggi dalam bersosialisasi. Kesantunan dalam bertindak tutur sangat dipengaruhi oleh wajah. Wajah mengacu pada citra diri seseorang yang harus dihargai. Wajah dikelompokkan menjadi dua, yaitu wajah positif dan wajah negatif. Untuk menjaga wajah tersebut, penutur membutuhkan strategi ketika menyuruh mitra tuturnya. Melihat adanya permasalahan dalam bertindak tutur untuk menyampaikan suatu keinginan, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh, khususnya mengenai strategi tindak tutur menyuruh dalam Bahasa Jepang. Data diambil dari anime berjudul Detective Conan dari episode 126,602-607,662. Setiap strategi tindak tutur menyuruh akan di analisis menggunakan teori Koizumi mengenai strategi tindak tutur yang digunakan untuk menjaga wajah mitra tutur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi tindak tutur menyuruh dalam Bahasa Jepang. Manfaatnya adalah agar para pembelajar Bahasa Jepang lebih memahami strategi tindak tutur menyuruh dalam Bahasa Jepang. Penelitian meireikei pernah diteliti oleh Yokota (2007). Dalam skripsi ini penulis akan menghubungkan tindak tutur menyuruh dengan strategi yang digunakan, kemudian dikaitkan dengan teori tingkat kesantunan dalam Bahasa Jepang yang dikemukakan oleh Mizutani(1991)
Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan. Pendekatan yang dilakukan berupa pendekatan kualitatif. Metode analisis data yang digunakan ialah metode deskriptif analitis. Setelah itu, penulis menetapkan teori yang akan digunakan. Teori yang digunakan ialah teori pragmatik, teori tindak tutur, teori wajah, teori strategi tindak tutur, teori faktor penentu tingkat kesantunan, teori meireikei, dan teori montase. Kemudian, penulis menetapkan sumber data yang akan digunakan. Sumber data yang digunakan ialah anime berjudul Detective Conan dari episode 126,602-607,662. Penulis menemukan 9 data yang akan dianalisis yang kemudian akan dicocokkan dengan teori meireikei yang dipaparkan oleh Yokota (2007). Setelah itu, penulis juga akan menganalisis strategi yang digunakan oleh penutur. Pada akhirnya, meireibun yang dituturkan oleh penutur akan dikaitkan dengan teori faktor penentu tingkat kesantunan yang dipaparkan oleh Mizutani (1991). Pada akhirnya, penulis dapat menyimpulkan strategi tiap data yang ditemukan berbeda beda dan tingkat kesantunan tiap kalimat menyuruh juga berbeda.
Hasil dan Bahasan Data 1 Analisis strategi bald on record Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (1996:109) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan strategi bald on record adalah suatu tuturan dalam ditujukan secara langsung kepada orang lain. Penulis akan menganalisis strategi ini yang ada dalam anime yang berjudul Detective Conan. Dalam serial anime ini ditemukan tiga data yang menggunakan strategi bald on record.
3
Situasi Pada episode ini, Conan sedang membantu ibu Ran, yaitu Pengacara Kisaki untuk membuktikan bahwa tersangka tidak bersalah. Conan yakin bahwa hilangnya vas bunga dari tempat kejadian perkara berhubungan erat dengan kasus pembunuhan ini. Genta sangat penasaran dan sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan Conan, menyuruh Conan untuk segera memberitahu, apakah benar pembantu itu yang mencuri vas bunga itu.
Kutipan :
コナン 歩美 元太
:確かに、「あのかびん」って言ったんだな。 :間違いないよ。 :そろそろ教えろよ。あのおばあちゃんがかびんを盗んだのか?
Terjemahan : Conan Ayumi Genta
: Ngga salah kan, dia bilang “ vas bunga itu”? : Iya, ngga salah lagi kok. : Cepetan dong kasih tahu, memangnya benar vas bunganya dicuri oleh bibi itu?
Kata oshiero berasal dari kata oshiemasu yang memilik makna memberi tahu. Karena oshiero merupakan kata kerja golongan ke II, maka perubahannya menjadi oshiero. Kalimat menyuruh yang dituturkan Genta kepada Conan dituturkan dengan menggunakan strategi bald on record. Strategi tersebut dapat dilihat dari tuturan ‘ ’. Untuk lebih jelasnya, berikut dalah tabel pembuktian tuturan oshiero yang menggunakan strategi bald on record.
そろそろ教えろよ
Tabel 1 (data1) Tabel pembuktian tuturan dengan strategi bald on record Situasi • •
Genta yang penasaran dengan pencuri vas bunga. Genta terus-terusan menyuruh Conan untuk memberitahukan pencuri sebenarnya
Meireikei
1.
そろそろ教えろよ
Cepetan kasih tau dong Ditemukan pada episode 607 pada menit 08:58
Strategi bald on record 1. Dituturkan dengan tegas. 2. Dituturkan secara langsung. 3. Dituturkan tanpa basa basi .
“そろそろ教えろよ”
Berdasarkan tabel pembuktian di atas, strategi tuturan yang digunakan oleh Genta adalah strategi bald on record yang dengan jelas dituturkan oleh Genta secara tegas, langsung, dan tanpa basa basi. Dalam Bahasa Jepang, terdapat faktor-faktor yang menentukan tingkat kesantunan saat berkomunikasi. Adapun faktor yang paling penting ialah situasi, selanjutnya diikuti dengan faktor-faktor lainnya seperti keakraban, jenis kelamin, usia, hubungan sosial, anggota kelompok, dan status sosial. (Mizutani 1991:3-14). Faktor-faktor tersebut diurutkan berdasarkan yang paling penting.
4 Tabel 2 (data1) Tabel analisis faktor penentu tingkat kesantunan Penutur dan mitra tutur
Penutur Genta Mitra tutur Conan F A SR SS
Faktor Penentu Tingkat Kesantunan S
F
A
SR
GM
G
SS
Informal
Akrab
Usia sama
Teman
Uchi
Pria
-
Informal
Akrab
Usia sama
Teman
Uchi
Pria
-
: Familiarity : Age : Social Relation : Social Status
Sumber : Mizutani (1991:3-14) G GM S
: Gender : Group Membership : Situation
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa situasi saat itu informal, Genta dan Conan memiliki hubungan pertemanan yang akrab dan memiliki usia yang sama. Selain itu, mereka juga berjenis kelamin yang sama dan merupakan satu bagian dari uchi mono. Dan yang faktor yang paling penting ialah situasi saat tuturan terjadi. Situasi saat itu merupakan situasi yang informal. Dengan menganalisis keenam faktor yang ada pada penutur dan mitra tutur penulis menyimpulkan bahwa tingkat kesantunan tuturan Conan hampir sempurna. Oleh karena tingkat kesantunan Genta tergolong hampir sempurna, maka bentuk meirei sama sekali tidak berpotensi untuk mengancam wajah Conan sebagai mitra tutur.
そろそろ教えろよ
Data 2 Analisis strategi basa basi dengan kesantunan positif Cutting (2008:44) menjelaskan bahwa strategi kesantunan positif ditujukan untuk menyelamatkan wajah positif dengan mendemonstrasikan kedekatan dan solidaritas, ketertarikan pada hubungan pertemanan, membuat orang lain merasa nyaman, dan menekankan bahwa kedua pembicara, baik penutur dan mitra tutur memiliki tujuan yang sama. Situasi Azuma merupakan kapten klub tenis. Namun menjelang pertandingannya, ia mengalami cedera dan harus digantikan oleh Gotou. Meskipun disesali, namun Azuma tetap mendukung Gotou yang menggantikannya. Azuma yang juga kagum melihat kemampampuan Gotou pun memujinya dan menyuruh nya untuk terus mempertahankan kemampuannya tersebut. Kutipan :
吾妻:ナイスプレイ。しっかりやれよ。 後藤:俺は先輩見たいに、同時踏まないんですよ。 Terjemahan Azuma : Permainan bagus. Terus lanjutkan permainan seperti itu ya. Gotou : Aku tidak jatuh sepertimu, senpai. Bentuk meirei dengan akhiran e/ro merupakan bentuk menyuruh yang biasa digunakan oleh para pria. Selain itu, akhiran e/ro juga biasanya digunakan oleh orang yang lebih tua atau oleh senior dan juga sering digunakan oleh mereka yang sudah dekat seorang dengan lainnya ( Hidemitsu 2008:189). Kata Yare berasal dari kata yarimasu yang artinya melakukan sesuatu. Yare merupakan kata kerja golongan I. Oleh karena itu, perubahan kata kerjanya menjadi yare.
5
Tabel 4.2.2 (data 1) Tabel pembuktian strategi basa basi dengan kesantunan positif Situasi •
Meireikei
Azuma melihat Gotou bermain tenis dengan baik. Azuma memuji permatinannya dan menyuruh Gotou untuk mempertahankan permainan sebaik itu.
•
ナイスプレイ。しっかりやれよ.
1.
Permainan yang bagus. Pertahankanlah Ditemukan pada episode 602 pada menit 06:56
Strategi basa basi dengan kesantunan positif 1. Menaruh perhatian pada mitra tutur dengan cara memuji.
Berdasarkan tabel analisis di atas, yang tuturan yang menunjukkan strategi basa basi dengan kesantunan positif adalah . juga merujuk pada sub strategi pertama, yaitu menaruh perhatian pada mitra tutur dengan cara memuji. Dengan adanya sedikit basa-basi sebelum menyuruh, akan mengurangi pengancaman terhadap wajah mitra tutur (Koizumi 2001:135). Meskipun sub strategi ini mengurangi pengancaman wajah mitra tutur, namun penutur juga memperhatikan ketujuh faktor penentu tingkat kesantunan seperti yang diuraikan oleh Mizutani (1991:314). Faktor yang paling penting ialah keakraban, keanggotaan kelompok, dan hubungan sosial yang kemudian diikuti faktor lainnya, seperti jenis kelamin, usia, situasi, dan status sosial.
“ナイスプレイ“ “ナイスプレイ“
Tabel 4.2.3 (data 1) Tabel analisis faktor penentu tingkat kesantunan Penutur dan mitra tutur
Penutur Azuma Mitra tutur Gotou FF A SR SS
Faktor Penentu Tingkat Kesantunan F
GM
SR
G
A
S
SS
Akrab
Uchi
Teman
Pria
Usia sama
Informal
-
Akrab
Uchi
Teman
Pria
Usia sama
Informal
-
: Familiarity : age : Social Relation : Social Status
Sumber : Mizutani (1991:3-14) G GM S
: Gender : Group Membership : Situation
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kesantunan tuturan“しっかりやれ よ”yang dituturkan oleh Azuma hampir sempurna karena Azuma dan Gotou memenuhi enam dari tujuh. Jadi, tuturan “しっかりやれよ” yang dituturkan oleh Azuma sama sekali tidak berpotensi
untuk mengancam wajah Gotou sebagai mitra tutur karena penutur menggunakan strategi basa-basi dengan kesantunan negatif dan tingkat kesantunan tuturan tersebut hampir sempurna.
6 Data 3 Analisis strategi basa basi dengan kesantunan negatif Basa-basi dengan kesantunan negatif digunakan untuk wajah negatif dengan mendemonstrasikan jarak antara mitra tutur dan menghindari gangguan pada teritorial mitra tutur. Penutur menggunakan strategi ini untuk menghindari pemaksaan dan memberikan pilihan kepada pendengar/ mitra tutur. Situasi Conan, Ran, dan detektif Mouri yang palsu sedang mengobrol dengan nenek Kiritani. Tiba-tiba terdengar teriakan dari apartemen sebelah milik nenek Kiritani. Ketika Conan melihat ke sana, ia menemukan sesosok mayat sudah tergeletak. Ketiga tersangka tidak diperbolehkan pulang karena mereka masih harus menjalan pemeriksaan. Kutipan :
石亀 高木刑事 兵頭 坂内 石亀 桐谷
:そろそろ部屋にもどってもいいかな。 :ああ、ですが鍵の謎が、 :知るか! :あたしたちは温泉から帰ったばかりで、疲れたのに。 :じゃからもう、 :いい加減にしなさいあなたたち。相手が話している途中で言葉を遮 るのはただの口げんか。言いたいことがあるのなら相手の言い分聞い てからにすること!
Terjemahan Sersan Takagi Hyoudou Bannai Ishikame Kiritani
: Aduh gimana ya, tapi kunci dan misteri ini.. : Peduli amat. : Kita ini baru aja pulang dari pemandian air panas, dan kita sangat lelah : Ya sudah, kalau begitu.. : Cukup kalian semua. Memotong pembicaraan dari lawan bicara hanya akan menimbulkan pertengkaran. Jika ada yang ingin kalian katakan, katakanlah setelah lawan bicara kalian selesai berbicara!
Masuoka dan Takubo (1993:118) menjelaskan bahwa kata kerja kamus + koto berfungsi sebagai kalimat menyuruh untuk menekankan isi dari kalimat tersebut. Suru merupakan kata kerja golongan ke III yang bermakna melakukan. Kata kerja itu berubah menjadi kalimat menyuruh ketika suru ditambahkan dengan koto. Kalimat menyuruh itu dituturkan oleh nenek Kiritani dengan menggunakan strategi basa basi dengan kesantunan negatif. Basa basi dengan kesantunan negatif dapat dilihat dari tabel analisis berikut
7 Tabel 4.3.2 Tabel pembuktian strategi basa basi dengan kesantunan negatif Situasi •
•
Tuturan
Ishikame, Hyoudou, dan Bannai memaksa untuk diperbolehkan kembali ke kamar mereka masing-masing. Oleh karena itu mereka terus-terusan menyela pembicaraan Takagi. Nenek Kiritani marah karena Hyoudou, Ishikame, dan Bannai terus-terusan menyela perkataan Takagi.
1. いい加減にしなさいあなたたち。相手が 話している途中で言葉を祭儀るのはただの 口げんか。言いたいことがあるのなら相手 の言い分聞いてからにすること。 Cukup kalian semua. Memotong pembicaraan dari lawan bicara hanya akan menimbulkan pertengkaran. Jika ada yang ingin kalian katakan, katakanlah setelah lawan bicara kalian selesai berbicara! Ditemukan pada episode 662 pada menit 06:43
Strategi basa basi dengan kesantunan negatif Menempatkan tindakan pengancaman wajah sebagai peraturan yang berlaku umum. Menurut Watts (2003:90-91) salah satu sub strategi dari basa-basi dengan kesantunan negatif ialah menempatkan tindakan pengancaman wajah sebagai peraturan yang berlaku umum. Dari tuturan nenek Kiritani, bahwa sebuah peraturan yang berlaku umum ialah tidak boleh menyela pembicaraan orang lain ketika orang tersebut sedang berbicara. Oleh karena itu nenek Kiritani menyuruh mereka untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan setelah lawan bicara mereka selesai berbicara. Dalam Bahasa Jepang, ada tujuh faktor yang mempengaruhi tingkat kesantunan tuturan tersebut. Faktor-faktor tersebut akan diurutkan berdasarkan faktor yang paling penting. Faktor yang paling penting tersebut ialah keanggotaan kelompok, keakraban, dan hubungan sosial. Kemudian faktor yang mengikuti berikutnya ialah usia, jenis kelamin, situasi, dan status sosial. Tabel 4.2.3 Tabel analisis faktor penentu tingkat kesantunan Penutur dan mitra tutur
Faktor Penentu Tingkat Kesantunan GM
F
SR
A
G
S
SS
Penutur Nenek Oya
Soto
Tidak akrab
Tetangga
Tua
Wanita
Informal
-
Mitra tutur I Ishikame,
Soto
Tidak akrab
Tetangga
Muda
Pria
Informal
-
Mitra tutur II Hyoudou
Soto
Tidak akrab
Tetangga
Muda
Pria
Informal
-
8
Mitra tutur III Bannai
F A SR SS
Soto
: Familiarity : Age : Social Relation : Social Status
Tidak akrab
Tetangga
Muda
Sumber : Mizutani (1991:3-14) G GM S
Wanita
Informal
-
: Gender : Group Membership : Situation
Jadi, seperti tampak pada tabel di atas, penutur memiliki jarak dengan ketiga mitra tuturnya. Oleh karena penutur tidak dekat dengan mitra tuturnya, maka penutur, yaitu nenek Kiritani menggunakan strategi basa-basi dengan kesantunan negatif agar mengurangi pengancaman wajah terhadap mitra tuturnya. Data 4 Analisis strategi off record Menurut Cutting (2008:44) strategi off record merupakan bentuk tuturan yang dituturkan dengan tersirat atau tidak langsung. Situasi Megumi yang merupakan adik dari Itou menyukai Conan karena Conan sangat mirip dengan kakaknya ketika masih kecil. Karena Megumi tertarik pada Conan, ia pun mengajak Conan untuk melihat perlengkapan dibalik panggung yang akan digunakan untuk pertunjukan drama besok. Genta yang heran karena Megumi tidak juga pergi ke panggung untuk berlatih pun akhirnya bertanya kepada Megumi, apakah tidak apa-apa kalau ia tidak segera latihan. Mendengar itu, Megumi segera pergi dan berpesan agar Conan tetap duduk disana untuk melihat pertunjukkan tersebut. Kutipan
げんた :めぐみちゃんは稽古しなくていいのかよ? めぐみ :あ!いけない。じゃ帰らないで見ててね、ね、ね。 Terjemahan Genta Megumi
: Megumi memangnya ngga apa-apa kalau kamu tidak berlatih? : Ah! Gawat … Kalau gitu kamu jangan pulang, nonton terus ya di sini.
Baresova (2008:57) menjelaskan bahwa menggunakan pertanyaan yang bersifat retorik merupakan salah satu sub strategi dari off record ketika ingin menyuruh seseorang. Dengan menggunakan sub strategi ini, pentutur tidak perlu menyuruh lawan tutur secara langsung untuk melakukan sesuatu. Untuk dapat menggunakan strategi ini, mitra tutur harus dapat menangkap maksud dari penutur melalui topik dan situasi. Penulis akan menjelaskan sub strategi dengan pertanyaan retorik melalui tabel berikut ini. Penulis akan menjelaskan sub strategi dengan pertanyaan retorik melalui tabel berikut ini.
9 Tabel 4.4.1 Tabel analisis strategi off record Situasi • • •
Tuturan
Sebelum berlatih, Megumi mengantarkan Conan dan yang lainnya ke bangku penonton. Genta bingung melihat Megumi tidak segera berlatih. Genta menggunakan pertanyaan retorik untuk menyuruh Megumi berlatih.
めぐみちゃんは稽古しなくていい のかよ?
1.
Apakah tidak apa-apa kalau Megumi chan tidak berlatih? Detective Conan episode 126 pada menit 17:28
Strategi off record 1. Sub strategi menggunakan pertanyaan retorik
Berdasarkan tabel di atas, sebenarnya Genta ingin menyuruh Megumi untuk segera pergi berlatih. Namun Genta dan Megumi tidak akrab dan baru kenal saat itu juga. Selain itu Megumi hanya tertarik pada Conan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, untuk menggunakan strategi off record, mitra tutur harus dapat menangkap maksud dari penutur, baik dari situasi maupun dari topik pembicaraanya. Saat Genta menuturkan Megumi menangkap maksud dari Genta, yaitu Genta menyuruh Megumi untuk segera naik ke panggung untuk berlatih drama. Setelah . mendengar tuturan dari Genta, Megumi pun menjawabnya dengan mengatakan Setelah mengatakan itu, Megumi pun bergegas pergi menuju panggung untuk segera berlatih bersama yang lainnya. Saat berkomunikasi, ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu faktor keakraban, usia, hubungan sosial, status sosial, jenis kelamin, anggota kelompok dan situasi.
“めぐみちゃんは稽古しなくていいのかよ?”
“あ!いけない”
Tabel 4.4.2 Tabel faktor penentu tingkat kesantunan Penutur dan mitra tutur
Penutur Genta Mitra tutur Megumi F A SR SS
Faktor penentu tingkat kesantunan S
SR
F
A
G
GM
SS
Informal
Teman
Tidak akrab
Usia sama
Pria
Soto
-
Informal
Teman
Tidak akrab
Usia sama
Wanita
Soto
-
: Familiarity : Age : Social Relation : Social Status
Sumber : Mizutani (1991:3-14) G : Gender GM : Group Membership S : Situation
Dari penjelaskan di atas, membuktikan bahwa kesantunan tuturan Genta terhadap Megumi berada pada tingkat menengah. Berada di tingkat menengah karena Genta memenuhi empat dari tujuh faktor
10 penentu tingkat kesantunan, yakni usia yang sama, memiliki hubungan pertemanan meskipun belum akrab, kemudian jenis kelamin laki-laki dan situasi informal yang mempengaruhi gaya bicara seseorang. Dengan adanya strategi dan empat faktor yang dimiliki oleh Genta tersebut, akan mengurangi ancaman terhadap wajah Megumi yang tidak memiliki hubungan yang cukup akrab dengan Genta. Data 5 Analisis strategi don’t do the FTA Don’t do the FTA ialah strategi yang digunakan oleh penutur dengan cara tidak mengutarakan apa yang ingin ia katakan. Dengan kata lain, don’t do the DTA ialah penutur bertutur dalam hati. Strategi ini digunakan untuk menghindari ancaman terhadap wajah mitra tutur. Situasi Inspektur Yamamura merupakan seorang polisi yang memiliki pemikiran-pemikiran aneh di kepalanya. Ia sangat mengagumi detektif Mouri. oleh karena itu, ia bercita-cita ingin menjadi seperti detektif Mouri. Namun karena ia ceroboh dan memiliki pemikiran yang kurang luas, Conan meragukan Inspektur Yamamura ketika ia datang ke tempat kejadian untuk menangani kasus-kasus yang ada. Kutipan :
山村警部 コナン
:差し入れ?その差し入れにどくを盛られていたかもしれませんね。よし、差 し入れされたもの関係を急がしちゃってください :(黙っている)
Terjemahan : Inspektur Yamamura Conan
: Makanan? Jangan-jangan makanan itu sudah diracuni. Baiklah ! Periksa dengan seksama semua makanan dan barang-barang yang berkaitan lainnya. : ( diam )
Dalam Strategi don’t do the FTA ini sebenarnya ditemukan kalimat meirei, namun kalimat tersebut tidak dituturkan oleh penutur. Penutur hanya diam dan bertutur di dalam hati saja. Oleh karena itu, strategi ini merupakan strategi yang memiliki tingkat pengancaman wajah paling rendah di antara strategi yang lainnya. Dari percakapan di atas, terlihat bahwa Conan hanya diam setelah Inspektur Yamamura menyuruh anak buahnya untuk memeriksa dengan seksama semua makanan dan barang-barang yang pernah diberikan kepada korban. Sebenarnya, Conan bertutur dalam hatinya. Bentuk meirei sering digunakan oleh orang yang lebih tua, atau digunakan oleh atasan kepada bawahan, dan senior kepada junior. Bukan hanya itu, bentuk meirei ini juga sering digunakan antar teman yang sudah akrab. (Somomo 1997:6). Berikut tabel perubahan bentuk kata kerja yang dituturkan oleh Conan kepada inspektur Yamamura. Berikut adalah tabel analisis strategi don’t do the FTA yang digunakan oleh Conan.
~てくれ
“頑張ってくれ“
“頑張ってくれ、警部さん”
11
Tabel 4.5.2 Tabel pembuktian strategi don’t do the FTA Situasi •
Meireikei
頑張ってくれ、警部さん。
Conan hanya diam melihat keseriusan Inspektur Yamamura saat menangani kasus. Namun dalam hatinya, ia mengatakan .
1. Berjuanglah, Bapak Inspektur. Ditemukan pada episode 602 pada menit 10:44
頑張ってくれ、警部さん
Strategi don’t do the FTA 1. Bertutur dalam Hati
Seperti yang tampak pada tabel di atas, Conan hanya diam melihat keseriusan Inspektur Yamamura saat menangani kasus pembunuhan. Namun, Conan menuturkan ! di dalam hatinya. Setelah Conan hanya diam dan bertutur dalam hati, Inspektur Yamamura tidak melakukan apapun setelah itu. Dalam Bahasa Jepang, terdapat faktor yang menentukan tingkat kesantunan tuturan seseorang. Adapun faktor tersebut berdasarkan paling penting ialah hubungan sosial, keakraban, usia, keanggotaan kelompok, dan diikuti dengan faktor lainnya.
頑張ってくれ、警部さん
Tabel 4.5.3 Tabel faktor penentu tingkat kesantunan Penutur dan mitra tutur
Faktor Penentu Tingkat Kesantunan SR
F
A
GM
S
G
SS
Penutur Conan
Polisi
Tidak akrab
Muda
Soto
Informal
Pria
-
Mitra tutur Inspektur Yamamura
Masyarakat
Tidak akrab
Tua
Soto
Informal
Pria
-
F A SR SS
: Familiarity : Age : Social Relation : Social Status
Sumber : Mizutani (1991:3-14) G : Gender GM : Group Membership S : Situation
Jadi, seperti tampak pada tabel di atas, hubungan antara penutur dan mitra tutur adalah hubungan antara polisi dan masyarakat yang tidak akrab. Selain itu, penutur dan mitra tutur bukan merupakan uchi mono dan memiliki perbedaan usia yang jauh. Jika dilihat dari tabel diatas, tuturan
“頑張ってくれ、警
12
部さん!”
yang dituturkan Conan di dalam hati memiliki tingkat kesantunan yang sangat rendah karena Conan hanya memenuhi dua faktor penentu tingkat kesantunan yang dijabarkan oleh mizutani Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Conan lebih memilih untuk menggunakan strategi don’t do the FTA dengan cara diam dan bertutur di dalam hati, karena jika tuturan akan mengancam wajah Inspektur Yamamura sebagai mitra tutur.
れ、警部さん!”
“頑張ってく
Simpulan dan Saran Dalam berkomunikasi dengan orang lain, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Seperti, situasi dan hubungan yang ada antara penutur dan mitra tutur. Dalam strategi kesantunan yang dijabarkan oleh Koizumi (1991) dan bentuk meirei yang dijabarkan oleh Yokota (2007), penulis menemukan lima strategi dengan bentuk meirei yang berbeda-beda. Strategi yang ditemukan penulis dalan anime berjudul Detective Conan (1994) karya Aoyama Gosho ialah bald on record, basa basi dengan kesantunan positif, basa basi dengan kesantunan negatif, off record, dan don’t do the FTA. Dari setiap strategi yang digunakan oleh penutur dapat membuat mitra tutur mengerti bahwa mitra tutur harus melakukan setiap hal yang diperintahkan kepadanya. Dari kelima strategi yang digunakan oleh penutur, penutur berhasil membuat mitra tuturnya mengerti bahwa penutur ingin mitra tutur melakukan sesuatu untuknya. Bahkan saat penutur menyuruh mitra tutur secara tidak langsung dengan menggunakan strategi off record, mitra tutur berhasil menangkap maksud dari penutur dan melakukan apa yang disuruhkan oleh penutur. Ketika menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu, memang dibutuhkan strategi kesantunan agar tidak menyakiti perasaan mitra tutur. Namun ketika bertutur dalam Bahasa Jepang, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti keakraban, usia, hubungan sosial, status sosial, jenis kelamin, keanggotaan kelompok, dan situasi (Mizutani 1991 3-14). Saran dari penulis ialah Dalam ilmu pragmatik, bukan hanya tindak tutur menyuruh saja yang dapat dianalisis, namun masih banyak bentuk lain seperti memohon, melarang, meminta maaf, mengajak, dan menyarankan. Dalam kesemuanya itu harus dihubungkan kembali dengan strategi kesantunan dan faktor penentu tingkat kesantunan tuturan dalam Bahasa Jepang.
Referensi Cutting, Joan. 2008. Pragmatics and Discourse, A Resource Book For Students. New York: Routledge. Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1991. How To Be Polite In Japanese, Nihongo No Keigo. Tokyo: The Japan Times. Masuoka, Takashi dan Takubo Yukinori. 1993. Kiso no Nihongo Bunpou Kaiteiban. Tokyo: Kurosio. Ping, Li. 1997. Nihongo No [ ~Te (Kure/Kudasai)] Ni Taisuru Chuugokugo No Tokuchou. Sekai no Nihongo Kyouiku 7, diakses 23 Juni 2014 dari http://www.jpf.go.jp/j/japanese/survey/globe/07/11.pdf. Sendilatta,Ekki Cintyaresi. 2009. Analisis Tindak Tutur Pada Film Garuda di Dadaku Karya Ifa Ifansyah. Jurnal artikulasi Vol.7 No.1, hal 381-395. Svan, Axel 2009. The Perfective Imperative In Japanese: A Further Analysis, diakses pada 17 Mei 2014 dari http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1579617&fileOId=1585445. Tamotsu, Koizumi. 2007. Nyuumon Goyouron Kenkyuu: Riron to Ouyou. Tokyo. Kenkyuusha Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University. Yokota, Takahashi 2007. Nihongo Kyouiku Ni Okeru “Meirei Bun” Ni Tsuite No Ichi Kousai. Hokuriku Daigaku Kiyou Dai 31 Go, diakses 12 April dari http://www.hokurikuu.ac.jp/establishment/library/pdf/kiyo31/koku6.pdf Watts, Richard J. 2003. Politeness. United Kingdom. Cambridge University Press.