Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM UPAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN VOLUME PRODUKSI PADA UD. KUDA TERBANG Mohammad Bagus Sucipto STIE Kesuma Negara Blitar Abstrak: UD Kuda Terbang sering sekali mengalami kekurangan volume produksi, Hal ini disebabkan oleh persediaan bahan baku yang tidak tentu pada UD Kuda Terbang. Jumlah persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang tergantung pada harga pasaran bahan baku di pasaran. Harga bahan baku dipasaran sering mengalami Fluktuasi yang tidak menentu. Ketika bahan baku naik atau mahal terpaksa industri ini menurunkan volume persediaan bahan baku. Hal ini membuat jumlah persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang tidak optimal. Untuk tetap bisa bertahan dan agar Industri ini tetap bisa melakukan proses produksi maka Industri ini sering menurunkan jumlah persediaan bahan baku ketika terjadi kenaikan harga bahan baku. Akibatnya hasil produksi pada UD Kuda Terbang kurang maksimal. Jumlah produksi yang biasanya mencapai tiga kuintal perhari menjadi dua kuintal perhari, sementara harga pasaran produk tetap. Penelitian ini dilakukan pada UD Kuda Terbang dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana mengoptimalkan persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data Observasi, Intervew, dan Dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah Untuk menghadapi kekurangan persediaan bahan baku pada saat terjadi keterlambatan bahan baku maka dapat menerapkan sistem persediaan pengaman (Safety Stock). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga jumlah persediaan bahan baku yang harus ada pada perusahaan. Untuk menjaga jumlah persediaan bahan baku yang paling minimal yang harus ada pada perusahaan maka dapat menggunakan metode Minimum Inventory hal ini dimaksudkan untuk menjaga jumlah persediaan paling sedikit pada perusahaan. Untuk menjaga jumlah persediaan yang paling banyak pada perusahaan dapat menggunakan metode Maximum Inventory hal ini dimaksudkan menjaga jumlah persediaan yang paling banyak pada perusahaan agar tidak terjadi penumpukan. Untuk menghadapi kenaikan harga bahan baku dipasaran yang tidak menentu maka dapat menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis dalam setiap kali pemesanan agar bisa menekan biaya produksi khususnya dalam pembelian bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan jumlah persediaan bahan baku dan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku maka dapat menggunakan metode ROP (Reorder Point). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi agar proses produksi tidak terhambat. Kata Kunci: Analisis Strategi Manajemen Persediaan, Volume Produksi
PENDAHULUAN Pada era globalisasi seperti ini pada Dunia usaha telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali aneka jenis usaha bermunculan baik Usaha di bidang jasa maupun usaha di bidang manufaktur baik dari usaha
386
ISSN: 2407-2680
berskala kecil sampai dengan usaha yang berskala besar. Hal ini telah menyebabkan banyak menciptakan persaingan usaha yang sangat ketat. Perusahaan saling berlomba-lomba untuk menarik minat konsumen agar lebih memilih produk atau jasa yang di hasilkan oleh suatu perusahaan. Tidak kalah juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) home industri atau industri rumahan. Industri kecil juga ikut bersaing dengan industri sejenis untuk memperoleh laba sebesar mungkin dan semaksimal mungkin. Pada saat ini UMKM sangatlah berkembang pesat di Indonesia sehingga banyak sekali para pesaing baru bermunculan dari industri sejenis yang bersaing sangat ketat. Di Indonesia UMKM sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dan juga dapat menambah pendapatan suatu daerah. Salah satu UMKM yang berkembang saat ini adalah UMKM yang bergerak di bidang industri makanan khas daerah. Makanan khas daerah merupakan makanan asli dari suatu daerah tertentu. makanan khas juga dapat berfungsi sebagai sarana promosi suatu daerah. Selain itu Makanan khas daerah juga bisa menjadi ciri khas atau identitas dan budaya dari suatu daerah tertentu. Di daerah Blitar khusunya daerah Blitar selatan tepatnya diDesa Rejowinangun kecamatan kademangan terdapat banyak sekali industri kecil (UMKM) yang bergerak di bidang Industri makanan khas dari daerah Blitar yaitu Geti. Geti merupakan makanan yang terbuat dari kacang tanah atau biji wijen yang di rekatkan dengan rebusan gula merah yang rekat kemudian di keringkan. Citarasa yang di berikan Oleh Geti adalah rasa manisnya yang berasal dari gula merah serta rasa Gurih yang berasal dari kacang tanah dan biji wijen. Sebagai penikmat jajanan soal rasa janganlah merasa khawatir dengan rasa dari jajanan tersebut. Hal ini disebabkan oleh cara pengolahannya yang dapat di pertanggung jawabkan pada tingkat kehieginisannya. Mulai dari pembuatan hingga proses pembungkusannya sangat memperhatikan keaslian rasanya. Soal rasa Geti juga tidak kalah dengan jajanan atau jenis camilan yang lainnya. Rasa Geti tidak terlalu manis seperti enting-enting. Ada tiga jenis pilihan Geti mulai dari Geti wijen, Geti kacang tanah, ataupun Geti yang di buat dari gabungan keduanya. Saat ini Geti hanya bisa di jumpai di daerah asalnya saja. Kalaupun ada di kota-kota besar biasanya di jual di toko-toko sentra jajanan khas Jawa Timuran saja. Geti biasanya di suguhkan sebagai jajanan khas di Kab Blitar pada hari raya atau pernikahan untuk menyambut para tamu. Seiring dengan kemajuan dan berkembangnya industri kecil di indonesia pada tingkat Regional maupun Nasional perkembangan industri kecil juga sering mengalami hambatan. Industri kecil yang ada di perdesaan maupun di tempat-tempat lain biasanya mengalami berbagai hambatan dalam menghasilkan volume produksi secara maksimal sehingga pendapatan dari industri tersebut juga menjadi rendah. Di samping itu industri kecil juga harus bersaing dengan industri lainnya yang berskala lebih besar maupun skala menengah. Hal ini menyebabkan terjadinya suatu persaingan yang tidak sehat. Industri yang berskala besar memiliki modal yang besar dan teknologi yang lebih canggih sehingga industri yang berskala besar akan lebih mudah berkembang di bandingkan dengan industri kecil dengan modal yang pas-pasan dan teknologi yang sangat terbatas. Pada industri kecil umumnya juga sering mengalami hambatan untuk memaksimalkan volume produksi. Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang di gunakan dalam proses produksi 387
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan produksi membutuhkan tempat untuk produksi, peralatan untuk produksi, dan orang untuk melakukan proses produksi. Dalam melakukan proses produksi pastinya membutuhkan input untuk menghasilkan suatu produk yaitu bahan baku. Input merupakan jumlah produksi yang di hasilkan dalam suatu perusahaan, semakin banyak input yang di hasilkan berarti semakin besar pula perusahaan tersebut. Input dapat berpengaruh terhadap hasil produksi suatu barang atau jasa. Selain itu besarnya jumlah input yang dihasilkan akan berpengaruh pada jumlah input bahan baku yang di butuhkan. Semakin besar input produksi yang di hasilkan maka input bahan baku yang di butuhkan juga akan semakin banyak pula. Untuk melakukan proses produksi tentunya juga di butuhkan bahan baku yang berkualitas agar hasil produksi juga berkualitas baik. Bahan baku utama dari pembuatan Geti adalah kacang tanah. Kacang tanah merupakan tanaman biji-bijian yang sifat pemanenannya musiman. Karena kacang tanah merupakan tanaman yang bersifat musiman maka persediaan kacang tanah di pasaran pun tidak menentu dan sangat terbatas tergantung dari hasil panen para petani. Hal ini menyebabkan harga kacang tanah di pasaran tidak menentu juga. Karena harga kacang tanah tidak menentu mengakibatkan persediaan kacang tanah pada industri ini tidak menentu juga. Akibatnya volume produksi pada industri ini tidak menentu karena jumlah bahan baku kacang tanah yang tidak tentu. Ketika terjadi kenaikan harga bahan baku kacang tanah industri ini menurunkan volume persediaan bahan baku kacang tanaha hal ini di lakukan untuk menekan biaya agar bisa tetap melakukan proses produksi. Ketika terjadi pengurangan atau penurunan volume persediaan bahan baku kacang tanah maka akan berdampak pada hasil produksi. Industri ini tidak mampu mengoptimalkan persediaan bahan baku ketika terjadi fluktuasi harga kacang tanah yang tidak pasti, Sehingga ketika bahan baku kacang tanah naik maka industri ini menurunkan volume bahan baku kacang tanah agar tetap bisa melakukan proses produksi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas permasalahan yang telah dihadapi oleh industri ini adalah kurang maksimalnya volume produksi. Hal ini disebabkan oleh jumlah persediaan bahan baku yang tidak tentu pada UD Kuda Terbang. Jumlah persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang tergantung pada harga pasaran bahan baku di pasaran. Harga bahan baku dipasaran sering mengalami fluktuasi yang tidak menentu. Ketika bahan baku naik atau mahal terpaksa industri ini menurunkan volume persediaan bahan baku. Hal ini membuat jumlah persediaan bahan baku pada industri ini tidak optimal dan tidak menentu. Untuk tetap bisa bertahan dan agar industri ini tetap bisa melakukan proses produksi maka industri ini sering sekali menurunkan jumlah persediaan bahan baku ketika terjadi kenaikan harga bahan baku. Akibatnya jumlah produksi menurun. Jumlah produksi yang biasanya mencapai tiga kuintal perhari menjadi dua kuintal perhari, sementara harga pasaran produk tetap. Rumusan Masalah Berdasarkan Permasalahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana upaya untuk mengoptimalkan Volume produksi pada UD Kuda Terbang”?.
388
ISSN: 2407-2680
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui “Bagaimana upaya untuk mengoptimalkan volume produksi pada UD Kuda Terbang”. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai sarana pengembangan diri dan pengembangan konsep bagi peneliti yang berhubungan dengan volume produksi. b. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana manajemen persediaan bahan baku yang tepat pada sebuah Industri 2. Bagi Perusahaan a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi serta bahan masukan untuk tetap bisa mengoptimalkan volume produksi ketika terjadi fluktuasi harga bahan baku agar tetap bisa melakukan produksi secara maksimal. b. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan terutama pada bagian persediaan bahan baku. 3. Bagi Akademisi a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. b. Penelitian ini bermanfaat sebagai tolok ukur dan bahan evaluasi sejauh mana metode pengajaran yang disampaikan di kampus teraplikasi secara nyata dalam sebuah Industri. LANDASAN TEORI Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan kumpulan penelitian - penelitian terlebih dahulu yang sudah dilakukan yang telah dibukukan sebagai landasan atau pedoman penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu yaitu : 1. Patmawati pada tahun (2009) Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tahu Berskala Kecil Dan Rumah Tangga Kab Bogor. 2. Ayu mutiara pada tahun (2010) analisis pengaruh bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di kota semarang. 3. Anggun wahyuningsih pada tahun (2008) analisis dampak kenaikan harga minyak gorang terhadap usaha penggorengan krupuk dikota bogor. 4. Septi pandan sari pada tahun (2010) pengoptimalan persediaan bahan baku kacang tanah menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). 5. Dina rahmayanti pada tahun (2013) optimalisai sistem persediaan karet bahan baku karet mentah lateks dengan menggunakan metode lot sizing pada PT. Abasait Raya. Persediaan Menurut Heizer dan Render (2010:82) Persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan
389
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) modal yang di investasikan. Manajer operasi di seluruh dunia telah menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik sangatlah penting. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia. Menurut Nasution dalam Hasan (2011:117) persediaan adalah sumberdaya menganggur (Idle Resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Dalam hal ini proses lebih lanjut pada kegiatan produksi pada sistem manufaktur dan kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Menurut Jusup (2011:418) Jenis persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung pada bidang usaha perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan karena perusahaan semacam itu tidak memperdagangkan barang. Berbeda halnya dengan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan seperti itu, persediaan merupakan aset perusahaan yang utama, baik dari segi fungsi maupun jumlah rupiahnya. Dalam perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, persediaan kadangkadang mencakup lebih dari 50% dari aset lancarnya. Perusahaan mengelompokkan jenis persediaannya tergantung pada jenis perusahaan tersebut. Manajemen Persediaan Menurut Horne dan Whacowics (2013:320) persediaan membentuk hubungan antara produksi dengan penjualan suatu produk. Perusahaan manufaktur harus mempertahankan persediaan dalam jumlah tertentu, atau yang biasa disebut dengan persediaan barang dalam proses. persediaan jenis lainnya persediaan dalam transit bahan baku, dan barang jadi tidak harus berada dalam jumlah yang pasti, persediaan tersebut memungkinkan perusahaan untuk menjadi Fleksibel. Menurut Madura (2011:486) manajemen persediaan perusahaan (Inventory Management) menentukan jumlah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Para manajer berusaha untuk memiliki cukup banyak persediaan agar terhindar dari kekurangan dan kehabisan barang tanpa harus mengikat dana dalam persediaan yang berlebihan. Bahan Baku Menurut Nafarin (2013:202) bahan mentah berbeda dengan bahan baku. Bahan mentah meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku mentah merupakan bahan yang belum di olah atau di masak. Oleh karena itu bahan baku dan bahan pembantu di sebut bahan mentah, kertas merupakan bahan baku, dan lem merupakan bahan pembantu. Menurut Nafarin (2013:202) bahan baku merupakan bahan langsung (Direct Material), yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk. Persediaan Bahan Baku Menurut Nafarin (2013:255) besar kecilnya persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah 390
ISSN: 2407-2680
anggaran produk, harga beli bahan baku, biaya penyimpanan bahan baku di gudang (Carrying Cost) dalam hubungannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan (Stockout Cost). Ketepatan pembuatan kuantitas standar bahan baku yang dipakai, ketepatan leveransir (penjual bahan baku) dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, dan jumlah bahan baku setiap kali pesan. Semakin besar produksi yang dianggarkan maka semakin besar bahan baku yang disediakan. Semakin tinggi harga beli bahan baku, maka semakin tinggi persediaan bahan baku yang dianggarkan. Sebaliknya semakin rendah harga bahan baku yang dibeli, maka semakin rendah persediaan bahan baku yang telah dianggarkan perusahaan. Bila biaya penyimpanan bahan baku di gudang lebih kecil dibandingkan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan bahan baku, maka persediaan bahan baku yang dianggarkan kecil. Biaya kehabisan persediaan meliputi biaya pemesanan darurat, kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan, karena tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena adanya stagnasi produksi, dan lain-lain. Semakin tepat kuantitas standar bahan baku dipakai yang dibuat, semakin kecil persediaan bahan baku yang dianggarkan. Sebaliknya bila standar bahan baku dipakai yang dibuat sulit untuk mendekati ketepatan, maka persediaan bahan baku yang dianggarkan akan besar. Bila leveransir biasanya tidak tepat dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, maka persediaaan bahan baku yang dianggarkan jumlahnya kecil. Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan bahan baku yang dianggarkan juga besar, sebaliknya bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya kecil maka persediaan bahan baku yang dianggarkan juga kecil. Besarnya beli bahan baku tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya belian minimal dapat ditentukan dengan kuantitas pesan ekonomis (Economic Order Quantity) dan saat kembali pesan (Reorder Point). Produksi Menurut Rasul, Wijiharjono dan Setyowati (2012:112) Untuk memahami produksi setidaknya dapat merujuk dari dua sudut pandang antara lain yaitu dari aspek proses produksi dan faktor penentu produksi. Menurut Rasul, Wijiharjono dan Setyowati (2012:112) produksi dari aspek proses produksi adalah aktivitas untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. Proses peningkatan nilai tambah ini berlaku pada semua jenis perusahaan, baik perusahaan manufaktur, perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dalam konteks ekonomi, nilai tambah tercermin dari margin profit yang dikutip oleh perusahaan diatas biaya produksi. Katakanlah biaya produksi barang per-unit sebesar Rp 4000 dan perusahaan menetapkan harga jual sebesar Rp 6000 maka nilai tambahnya sebesar Rp 2000. Menurut Rasul, Wijiharjono dan Setyowati (2012:112) dari aspek faktor penentu produksi yang meliputi faktor produksi alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi memberikan kontribusi terhadap proses produksi. Dengan demikian produksi dapat juga dipahami sebagai pengaturan sumber daya ekonomi antara lain berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal dan sumber day teknologi agar berkontribusi maksimal terhadap produksi. Perusahaan dapat memanfaatkan tanah, air, dan angin yang bersumber dari alam untuk aktifitas produksi. Sementara itu sumber daya 391
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) manusia yang meliputi tenaga manusia itu sendiri, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik menjadi perhatian besar perusahaan untuk meningkatkan produksi. Demikian dengan modal baik yang bersumber dari pemegang saham, modal hutang maupun lada ditahan dicari dan ditata oleh perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan teknologi berperan secara koheren dengan sumber daya manusia dan sumber daya modal karena teknologi berupa metode untuk menciptakan efisiensi yang bisa melekat pada sumber daya manusia maupun sumber daya modal. METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang telah digunakan oleh peneliti untuk membantu menjawab dari permasalahan permasalahan yang telah diuraikan dalam penelitian ini. Untuk menghindari perbedaan makna dan perbedaan persepsi dari pihak-pihak lain maka peneliti dalam penelitian ini memberi penjelasan pada variabel yang telah diteliti sebagai berikut : 1. Manajemen Persediaan Bahan Baku (X) Persediaan bahan baku dalam penelitian ini merupakan Jumlah persediaan bahan baku utama pembuatan Geti perbulan Skala pengukuran persediaan bahan baku dengan satuan jumlah kwintal setiap bulannya. Persediaan bahan baku Merupakan Jumlah persediaan bahan baku selama satu tahun terakhir periode januari 2015 sampai dengan Desember 2015. 2. Volume Produksi (Y) Volume Produksi pada penelitian ini merupakan jumlah produksi Geti setiap bulannya. Jumlah produksi Geti yang paling optimal dalam setiap proses produksi dan memenuhi permintaan konsumen dengan Skala pengukuran menggunakan satuan besarnya jumlah yaitu kwintal yang merupakan hasil produksi Geti. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah persediaan bahan baku utama pembuatan Geti dan Data Volume Produksi Geti selama satu tahun terakhir periode Januari s.d Desember 2015. 2. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah data jumlah persediaan bahan baku utama pembuatan Geti dan Data jumlah Volume produksi Geti selama enam bulan terakhir yaitu pada bulan Juli sampai dengan Desember 2015. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang memperoleh data dari sampel populasi penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan metode dan teori yang telah digunakan dalam penelitian. Biasanya data yang digunakan dalam penelitian ini berupa ciri-ciri, sifat-sifat, dan keadaan, atau gambaran dari objek penelitian. Data yang diperoleh dari metode penelitian kualitatif ini berupa hasil dari wawancara, observasi atau pengamatan langsung dan dokumentasi. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
392
ISSN: 2407-2680
mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Pengumpulan data observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung pada objek penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada pada objek penelitian. 2. WawancaraAtau Intervew Intervew merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan berbagai informasi data dari berbagai narasumber yang berkaitan langsung dengan objek penelitian melalui mekanisme bertanya secara langsung dengan narasumber yang telah dipercaya seperti pemilik perusahaan atau karyawan. Dalam penelitian ini karyawan yang diintervew merupakan karyawan di bidang produksi, karyawan yang bertugas mengawasi persediaan bahan baku. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-dokumen untuk menunjang kelengkapan catatan yang dikumpulkan oleh objek penelitian. Biasanya data dokumentasi berupa data rangkaian peristiwa yang sudah dilakukan. biasanya dokumen atau data dari dokumentasi berbentuk gambar atau foto kegiatan penelitian. pada penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengetahui profil dari perusahaan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dalam suatu penelitian. Setelah peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan kemudian peneliti melakukan analisis data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab permasalahan. Teknik analisis data juga digunakan untuk menemukan solusi yang tepat untuk menanggulangi dan mencegah permasalahan yang telah terjadi pada objek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti Dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Jumlah persediaan pengaman (Safety stock). 2. Menentukan jumlah pemesanan dengan biaya yang paling efisien (Economic Order Quantity). 3. Menentukan titik pemesanan kembali (Reorder Point). ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Data Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan UD Kuda Terbang merupakan perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1986 yang didirikan oleh ibu Sulasmi. Ibu Sulasmi merupakan pemilik sekaligus pimpinan pada UD Kuda Terbang. Sebelum mendirikan industri ini Ibu Sulasmi telah memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam membuat makanan khas Blitar yaitu Geti. Hal ini dikarenakan sebelum mendirikan usaha ini ibu Sulasmi pernah bekerja pada perusahaan sejenis disekitar 393
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) kediaman beliau sehingga memperoleh berbagai pengetahuan dan ilmu tentang pembuatan Geti serta beliau telah memperoleh modal guna mendirikan usaha sendiri. Latar belakang yang mendorong Ibu Sulasmi untuk mendirikan UD Kuda Terbang ini adalah untuk melestarikan dan mempertahankan makanan khas dari Blitar dan memperkenalkan Geti agar lebih dikenal oleh masyarakat Luas. UD Kuda Terbang pada awalnya hanya memperkerjakan tiga orang karyawan dan modal awal berasal dari Ibu Sulasmi sedangkan modal lain berasal dari pinjaman Bank yang digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku pembuatan Geti. Setelah mengalami berbagai perkembangan yang sangat pesat UD Kuda Terbang telah mempunyai lima belas karyawan pada hari-hari biasa dan bisa mencapai dua puluh lima karyawan ketika hari raya Idul Fitri karena banyaknya permintaan. Seperti yang telah disampaikan diatas tempat usaha UD Kuda Terbang juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada awalnya hanya memiliki toko kecil dan peralatan tradisional seadanya. Sampai saat ini toko Ibu Sulasmi telah semakin Lebar dan mempunyai peralatan modern yang baru. Dan sekarang sudah mempunyai alat transportasi untuk mendistribusikan produk-produk yang dihasilkan oleh UD Kuda Terbang. UD Kuda Terbang sampai saat ini telah mempunyai pelanggan tetap yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Blitar, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Kediri, Probolinggo, dan Jember. 2. Tujuan Perusahaan Setiap usaha baik usaha berskala kecil maupun usaha berskala besar tentunya mempunyai tujuan-tujuan usaha yang ingin dicapai. Karena tanpa adanya tujuan usaha yang jelas dalam melakukan usaha pasti akan sulit untuk mengembangkan usahanya karena tidak mempunyai arah yang jelas untuk melakukan aktivitas usaha tersebut. Oleh karena itu dalam mendirikan usaha perlu merencanakan secara matang ke arah mana suatu usaha akan dibawa agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun tujuan dari UD Kuda Terbang adalah sebagai berikut : a. Mempertahankan usaha turun temurun yang telah lebih dahulu dirintis. b. Untuk memberdayakan masyarakat yang berada di sekitar UD Kuda Terbang dan menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran di sekitar UD Kuda Terbang. c. Untuk menambah penghasilan dan sebagai sumber penghasilan keluarga. d. Untuk melestarikan dan menjaga makanan khas Blitar agar tetap dikenal oleh masyarakat. 3. Lokasi Perusahaan Dalam proses pendirian suatu usaha, perencanaan penentuan lokasi usaha adalah salah satu perencanaan yang memerlukan pemikiran tersendiri. Hal ini karena penentuan lokasi usaha sangatlah berpengaruh besar untuk berkembangnya suatu usaha. Dengan penentuan lokasi usaha yang tetap dan strategis maka proses produksi akan berjalan dengan lancar. Adapun lokasi dari UD Kuda Terbang terletak didaerah Blitar selatan yang ber alamat di Jalan Diponegoro no 04 Rejowinangun RT 04/04 Kademangan Kabupaten Blitar. 4. Organisasi Perusahaan Dalam suatu perusahaan baik perusahaan perorangan maupun perusahaan kelompok, adanya struktur organisasi merupakan hal yang diperlukan. Hal 394
ISSN: 2407-2680
ini berguna untuk membantu pimpinan dalam menjalankan operasional perusahaan. Struktur organisasi merupakan kerangka dimana dapat ditunjukkan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seseorang anggota organisasi dimana menunjukkan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan. 5. Jumlah Karyawan Dalam melaksanakan operasional perusahaan setiap harinya maka suatu perusahaan tidak akan pernah lepas dari peran karyawan karena karyawan sangatlah penting dalam kelancaran produksi pada UD Kuda Terbang. UD Kuda Terbang memiliki beberapa karyawan. Secara keseluruhan UD Kuda Terbang memiliki lima belas karyawan di hari biasa dan mencapai dua puluh lima orang karyawan pada hari raya Idul Fitri. 6. Waktu Kerja Mengenai waktu kerja UD Kuda Terbang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Hari kerja karyawan mulai hari senin sampai dengan sabtu dengan jam kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB dan hari minggu karyawan diliburkan. b. Waktu istirahat karyawan mulai pukul 11.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. 7. Proses Produksi Dan Hasil Produksi a. Bahan produksi Dalam suatu proses produksi tentunya tidak pernah terlepas dari bahan baku sebagai bahan untuk menghasilkan suatu produk. Pada UD Kuda Terbang menggunakan bahan sebagai berikut : 1) Bahan pokok Bahan pokok merupakan bahan utama pembuatan suatu produk yang harus ada dan tidak bisa diganti oleh bahan pokok lain. Bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan Geti adalah kacang tanah. 2) Bahan tambahan Bahan tambahan merupakan bahan pendukung yang digunakan untuk memperindah dan mempercantik bahan produk. Bahan tamabahan yang digunakan adalah wijen. b. Peralatan produksi Untuk melakukan proses produksi pastinya memerlukan peralatanperalatan yang digunakan untuk melakukan proses produksi agar lebih lancar dalam melaksanakan proses produksi dan mendapatkan hasil yang lebih berkualitas. Adapun peralatan yang digunakan dalam melakukan proses produksi Geti adalah sebagai berikut : 1) Tungku yang digunakan untuk mencairkan gula merah. 2) Panci besar yang digunakan untuk mencampur kacang tanah dan gula. 3) Meja yang digunakan untuk meniriskan adonan Geti. 4) Pisau yang digunakan untuk memotong Geti menjadi ukuran yang diinginkan. 5) Peralatan pengemasan untuk mengemas Geti. c. Proses produksi Geti 1) Proses Pertama Proses pertama yang dilakukan dalam pembuatan Geti adalah mencairkan gula merah yang masih berbentuk bongkahan dengan cara
395
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) memanaskan gula merah pada panci berukuran besar sampai mencair dan berbentuk seperti bubur. 2) Proses Kedua Proses kedua dalam pembuatan Geti adalah melakukan pemisahan kacang tanah dengan kulitnya, kacang tanah di oven sampai kulitnya terpisah dengan biji kacang tanah. Setelah kacang tanah terpisah dari kulitnya kacang di oven hingga matang dan dimasukkan ke adonan gula merah. 3) Proses Ketiga Proses ketiga pembuatan Geti adalah menggoreng biji wijen sampai matang. Kemudian setelah biji wijen matang biji wijen dicampurkan kedalam gula merah yang telah mencair. 4) Proses Ke empat Proses keempat dalam membuat Geti adalah mencampurkan semua bahan bahan yang sudah matang seperti gula merah, biji wijen dan kacang tanah kemudian diaduk hingga merata sampai semua bahan baku telah tercampur dan kemudian ditiriskan selagi masih panas. 5) Proses Kelima Proses kelima dalam pembuatan Geti adalah proses pemotongan. Proses pemotongan ini dilakukan setelah adonan yang dicampur ditiriskan diatas meja sampai merata kemudian Geti dipotong menggunakan pisau yang tajam dan Geti dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Biasanya geti dipotong berbentuk persegi panjang 8. Operasional Produksi Pada saat suatu bisnis melakukan keinginan untuk memproduksi maka ada beberapa yang harus dipertimbangkan yaitu : a. Jumlah bahan baku yang tersedia dalam suatu periode akuntansi. b. Kualitas bahan baku yang tersedia sesuai keinginan permintaan pemesanan. c. Kemampuan pengolahan bahan baku hingga menjadi bahan setengah jadi dan selanjutan menjadi bahan jadi adalah mampu diselesaikan tepat waktu. d. Standard produksi adalah memiliki jaminan secara domestik dan lebih baik lagi jika mampu dijamin secara internasional. e. Kemampuan memproduksi mampu diselesaikan pada tepat waktunya, seperti sesuai dengan dateline dari pemesan. UD Kuda terbang merupakan suatu industri yang memproduksi produksinya sendiri. Industri ini setiap harinya mampu memproduksi tiga sampai dengan lima kwintal bahan baku utama pembuatan Geti dan mampu menghasilkan enam kilogram Geti per satu Kwintal bahan Baku. Dalam proses produksi faktor utama dalam menghasilkan suatu produk adalah bahan baku. Bahan baku utama pembuatan Geti adalah kacang tanah. Kacang tanah merupakan tanaman biji bijan yang produksinya bersifat musiman. Jumlahnya tergantung dari jumlah hasil panen para petani sehingga jumlah persediaan dipasaran tergantung dari hasil panen para petani. Oleh karena itu tidak jarang industri ini mengalami keterlambatan persediaan bahan baku. Keterlambatan persediaan bahan baku biasanya paling lama sampai dengan lima hari dan paling sedikit satu hari. Untuk menjaga bahan baku agar lebih awet dan bertahan lama maka membutuhkan perawatan dan penyimpanan bahan baku 396
ISSN: 2407-2680
yang baik juga. Dalam hal ini biaya penyimpanan bahan baku yang dibutuhkan setiap kwintalnya adalah Rp.50.000 untuk keperluan biaya penyimpanan. 9. Wilayah Pemasaran Wilayah pemasaran pada UD Kuda Terbang meliputi wilayah Jawa Timur dan masih di kembangkan ke berbagai daerah di Indonesia. Wilayah pemasaran meliputi daerah Blitar, Tulungagung, Kediri, Malang, Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo, dan Jember. Pemasaran dilakukan dengan dititipkan ke toko jajanan khas Jawa Timuran di berbagai daerah di Indonesia. Hasil Analisa Data Berdasarkan Permasalahan telah yang dihadapi oleh UD Kuda Terbang adalah kurang optimalnya persediaan bahan baku. Hal ini terjadi karena persediaan bahan baku kacang tanah di pasaran yang tidak menentu tergantung dari hasil panen para petani. Untuk mengetahui permasalahan yang telah terjadi pada industri ini maka membutuhkan pembuktian permasalahan. Pembuktian permasalahan ini dimaksudkan untuk menganalisa sebab permasalahan dan akibat yang dapat ditimbulkan dari permasalahan tersebut, serta untuk mencari pemecahan permasalahan yang paling tepat yang telah terjadi pada UD Kuda Terbang. Untuk membuktikan tentang adanya permasalahan yang telah dihadapi oleh UD Kuda Terbang maka akan disertakan data-data yang dapat membuktikan permasalahan tersebut telah terjadi pada UD Kuda Terbang. Permasalahan yang terdapat pada UD Kuda Terbang akan dibuktikan dengan data-data persediaan dan data produksi Geti pada UD Kuda Terbang pada tahun 2015 sebagaimana terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini : Tabel 1. Tabel permintaan dan produksi geti No Bulan Kebutuhan Persediaan 1. Januari 30 20 2. Februari 38 30 3. Maret 90 80 4. April 85 90 5. Mei 60 65 6. Juni 48 50 7. Juli 180 200 8. Agustus 96 90 9. September 90 85 10. Oktober 96 90 11. November 98 100 12. Desember 100 110 Total 1.011 1.010 Sumber : UD Kuda Terbang
397
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015)
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tabel 2. Tabel kebutuhan dan persediaan Permintaan kemampuan Bulan geti produksi Januari 1,8 1,2 Februari 2,28 1,8 Maret 5,4 4,8 April 5,1 5,4 Mei 3,6 3,9 Juni 2,88 3 Juli 10,8 12 Agustus 5,76 5,4 September 5,4 5,1 Oktober 5,76 5,4 November 5,88 6 Desember 6 6,6 Total 60,66 60,6
Sumber : UD Kuda Terbang Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi ketidak pastian jumlah persediaan bahan baku pada UD Kuda Terbang. Hal ini menunjukkan bahwa pada UD Kuda Terbang telah mengalami permasalahan dalam pengoptimalan jumlah persediaan bahan baku. Terlihat pada tabel 4.2 diatas pada bulan-bulan tertentu pada UD Kuda Terbang telah terjadi kekurangan bahan baku. Berdasarkan permasalahan diatas maka akan mengakibatkan permasalahan baru yang timbul dari ketidak pastian jumlah persediaan bahan baku tersebut. Jumlah persediaan yang tidak menentu akan berpengaruh pada proses produksi. Adapun akibat yang akan timbul yang berkaitan dengan permasalahan diatas adalah sebagai berikut : 1. Kelancaran proses produksi akan terganggu 2. Tidak bisa memenuhi pemesanan dari pelanggan karena tidak adanya bahan baku utama pembuatan Geti. 3. Tidak tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas dan berdasarkan Data persediaan diatas maka perlu dikemukakan alternatif pemecahan masalah yang nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan yang telah dihadapi oleh UD Kuda Terbang. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan oleh UD Kuda Terbang adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Jumlah Persediaan Pengaman (Safety Stock). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:20) untuk menentukan Safety Stock dapat digunakan rumus sebagai berikut : Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – T) x C Keterangan: T = Pemakaian barang rata-rata per periode C = Lead Time (waktu tunggu)
398
ISSN: 2407-2680
2. Menentukan Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity (EOQ) merupakan model matematik untuk menentukan jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan dengan biaya yang diminimalkan. Adapun untuk menentukan Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Siegel dan Jae dalam Fahmi (2010: 169) Untuk menentukan Economic Order Quantity (EOQ) dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Dengan penjelasan sebagai berikut : EOQ: Economic Order Quantity D : Permintaan tahunan OC : biaya pemesanan CC : biaya penyimpanan 3. Menentukan Reoder Point (ROP) Reoder point (ROP) Merupakan titik dimana suatu suatu perusahaan atau intitusi bisnis harus memesan bahan atau barang guna menciptakan kondisi persediaan yangh terkendali. Menurut Heizer dan Render (2010:100) Untuk menentukan Reorder point (ROP) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ROP = d x L Keterangan : ROP= Titik Pemesanan kembali d = permintaan harian L = waktu tunggu Analisis Pembahasan Berdasarkan hasil dari analisis data diatas maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada UD Kuda Terbang adalah kurang optimalnya persediaan bahan baku hal ini disebabkan oleh persediaan bahn baku dipasaran yang tidak menentu. Untuk mengatasi permasalahan yang telah diadapi oleh kuda terbang maka dapat digunakan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah persediaan pengaman ( safety stock) yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan pengaman yang harus ada untuk mencegah kehabisan persediaan bahan baku ketika terjadi keterlambatan bahan baku. 2. Menentukan EOQ (economic order quantity) yang digunakan untuk menentukan jumlah barang yang harus dipesan dengan biaya yang diminimalkan. 3. Menentukan ROP (Reoderpoint) yang digunakan untuk menentukan titik dimana suatu perusahaan harus memesan barang atau bahan guna menciptakan persediaan yang terkendali. Alternatif pemecahan peemasalahan diatas di ambil sesuai dengan pertimbangan keuntungan dan kerugian untuk memperoleh pemecahan masalah yang paling tepat dan efisien untuk dilakukan di perusahaan tersebut serta sebagai dasar dalam melaksanakan pengawasan pada bahan baku. Adapun pemecahan permasalahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 399
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) a. Menentukan jumlah persediaan pengaman (safety stock). Menurut indrajit dan djoko pranoto (2011:20) untuk menentukan safety stock dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Safety stock = (pemakaian maks –T) x C Keterangan : T = pemakaian Rata-rata C= Lead Time (waktu tunggu ) Berdasarkan rumus diatas maka dapat ditentukan sebagai berikut : Diketahui : Pemakaian maksimum : 1.011 kw T : 84,25 kw C : 3 Hari Ditanya : safety stock Dijawab : Safety stock = (Pemakaian maksimum –T) x C = (1.011-84,25) x 3 = 226, 75 x 3 = 2,78 kw b. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity) Menurut Siegel dan Jae (2010:169) dalam Fahmi untuk menentukan EOQ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : EOQ = Keterangan : EOQ = Economic Order Quantity D = Permintaan tahunan OC = Biaya pemesanan CC = Biaya penyimpanan Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung EOQ pada UD. Kuda Terbang adalah sebagai berikut : Diketahui : Permintaan tahunan = 1.011 kw Biaya pemesanan = Rp.4000.000 Biaya penyimpanan = Rp. 50.000 Ditanya = EOQ Dijawab EOQ = = = 402,2 kwintal c. Menentukan ROP (Titik pemesanan kembali). Menurut Heizer dan Render (2010:100) untuk menentukan ROP dapat menggunakan rumus sebagai berikut : ROP = dxL Keterangan : ROP = titik pemesanan D = permintaan harian L = lead time
400
ISSN: 2407-2680
Diketahui : D = 3, 24 L =3 Dijawab ROP = 3, 24x3 = 9, 72 kw Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diuraikan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Persediaan pengaman yang harus ada pada UD Kuda Terbang = 2,78 kwintal. 2. Pemesanan paling ekonomis pada UD Kuda Terbang adalah = 402,2 kwintal 3. UD Kuda Terbang harus melakukan pemesanan kembali ketika jumlah persediaan mencapai 9,72 kwintal. Apabila manajemen persediaan yang telah diuraiakan diatas telah dilakukan dengan baik maka UD Kuda Terbang akan mampu memproduksi Geti seperti yang telah dijelaskan di bawah ini : Jumlah bahan baku rata- rata satu periode :1.010 kw Kemudian ditambah dengan persediaan pengaman sejumalah :2,78 kw Dengan asumsi 1 kwintal bahan baku mampu menghasilkan 6 kilogram Geti. Maka dapat diperoleh: Produksi = 1012,78 :6 = 168,78 kw Jadi UD Kuda Terbang mampu memproduksi 168, 78 Kw Geti Per periode. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan analisis pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Untuk menghadapi kekurangan persediaaan bahan baku pada saat terjadi keterlambatan persediaan bahan baku maka perusahaan ini dapat menggunakan metode safety stock (persediaan pengaman). 2. Untuk mengahadapi kenaikan harga bahan baku dipasaran yang tidak menentu maka dapat menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) agar pada saat terjadi kenaikan harga bahan baku perusahaan tetab bisa memesan persediaan bahan baku dan tetap bisa melakukan proses produksi. 3. Untuk menjaga keseimbangan jumlah persediaan bahan baku diian agar tidak terjadi kekurangan bahan baku maka perusahaan dapat menggunakan metode ROP ( Reorder point) hal ini dimaksudkan untuk kapan perusahaan harus memesan kembali bahan baku agar proses produksi tetap lancar dan tidak terganggu. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Perusahaan perlu memberikan perhatian khusus terhadap jumlah persediaan bahan baku dengan menerapkan manajemen persediaan bahan baku guna mngendalikan persediaan bahan baku. 2. Perusahaan dapat menerapkan model persediaan bahan baku seperti EOQ`(Economic Order Quantity), ROP (Reoderpoint) dan safety stock. 3. Perusahaan sebaiknya membuat neraca gudang guna mengawasin jumlah persediaan bahan baku dengan berpedoman pada penelitian ini. 401
Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 2, No. 3 (2015) 4. Perusahaan sebaiknya membuat data data yang berkaitan dengan biaya biaya persediaan bahan baku agar dapat diketahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam setiap pembelian bahan baku. 5. Untuk mengawasi jumlah persediaan bahan baku maka dapat membuat neraca gudang agar lebih mudah dalam mengawasi jumlah persediaan bahan baku.
DAFTAR PUSTAKA Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., Marcus, Alan J. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid dua. Edisi kedua. Jakarta : Erlangga Fahmi, Irham., Hadi, Yovianti., dan Syahirudin. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Teori Dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta. Hasan, Irmayanti. 2011. Manajemen Operasional Perspektif Integratif. Malang : UIN MALIKI PRESS. Heizer, Jay., dan Render. 2010. Manajemen Operasi. edisi 9. Jakarta : Salemba empat. Indrajit, Eko Richardus., dan Djoko pranoto, Richardus. 2011. Dari MRP Materials Requirement Planning Menuju ERP Enterprise Resource Planing. Jakarta : Salemba empat. Jusup, Haryono. 2011. Dasar-Dasar akuntansi. Jilid satu. Edisi 7. Yoyakarta : STIE YKPN. Madura, Jeff. 2011. Pengantar Bisnis. Buku kedua. edisi 4. Jakarta: Salemba empat. Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar, Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tempe Di Kota Semarang. Semarang : Fakultas Ekonomi Dan Pembangunan Universitas Diponegoro. Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba empat Pandan Sari, Septi. 2010. Pengoptimalan Persediaan Bahan Baku Kacang Tanah Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) PT.Dua Kelinci Pati. Surakarta : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Patmawati. 2009. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tahu Berskala Kecil Dan Rumah Tangga Kab Bogor. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rahmayanti, Dina. 2013. Optimalisasi Sistem Persediaan Bahan Baku Karet Mentah Lateks Dengan Menggunakan Metode Lot Sizing Pada PT. Abasait Raya. Padang : Fakultas Teknik Industri Universitas Andalas. Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Salemba Empat. Van horne, James C., Wachowics Jr, John M. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi 13. Jakarta : Salemba Empat. Wahyuningsih, Anggun. 2008. Analisis Dampak Kenaikan Harga Minyak Goreng Terhadap Usaha Penggorengan Krupuk Di Kota Bekasi. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
402