ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng1, Rezky Shakiah Putri2 1
Dosen Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2 Mahasiswa Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kerawanan bencana longsor secara relatif di kecamatan yang ada di Toraja Utara serta memetakan kelas kerawanan longsor di Kabupaten Toraja Utara, menggunakan data hasil pembobotan dari penelitian sebelumnya lalu menggunakan teknik skoring pada Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil overlay peta menghasilkan peta kerawanan longsor secara relatif berdasarkan data bobot peneliti sebelumnya dengan lima kelas kerawanan yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hasil penelitian diperoleh kelas kerawanan sangat rendah seluas 348,6 km2 (29,95%), kelas sedang seluas 216,22 km2 (18,58%), kelas sedang 228,03 km2 (19,59%), kelas kerawanan tinggi seluas 282,73 km2 (24,29%), dan kelas kerawanan longsor sangat tinggi 88,34 km2 (7,59%). Dimana parameter geologi, curah hujan dan kemiringan lereng memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,237; 0,169; 0,222. Wilayah yang kelas sangat rendah pada Kecamatan Sanggalangi seluas 35,8812 %. Rendah pada Kecamatan Baruppu seluas 80,4285%. Kelas kerawanan sedang di Kecamatan Baruppu seluas 67,5522 %. Kelas kerawanan tinggi dan sangat tinggi berada di Kecamatan Rantebua dengan luas 88,36% dan 26,379%. Kata kunci : kerawanan, longsor, Analisis Spasial, SIG mengakibatkan
Pendahuluan Badan
Geologi
(2016)
mengemukakan
bahwa Kabupaten Toraja Utara merupakan
beberapa
korban
jiwa,
kerusakan rumah, hingga putusnya jalur transportasi darat antar kecamatan.
daerah yang rawan akan longsor dengan zona Sistem Informasi Geografis sebagai sistem potensi gerakan tanah menengah hingga berbasis
komputer
berkembang
cukup
penyimpanan
data,
tinggi. Adapun catatan kejadian longsor yang pesat
sehingga
terjadi selama tahun 2016 dari Badan transformasi, visualisasi, kombinasi, analisis, Geologi
dan
Tribun
Toraja.com
yang modeling
dan
output
dapat
di
kelola
dengan baik, dari sejak itu SIG secara
analisis dan manipulasi data, (d) keluaran
luas
(Bafdal dkk, 2011)
digunakan
dalam
studi
tanah
longsor (Salam, 2013)
Analisis Spasial Secara umum, analisis spasial adalah suatu
Longsor Skempton dan Hutchinson dalam penilitian Atika (2009), mendefinisikan tanah longsor atau
gerakan
tanah
sebagai
gerakan
menuruni lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan peyusun lereng
hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di antara unsurunsur geografis (yang terkandung dalam data digital dengan batas-batas wilayah studi
tersebut.
tertentu (Prasetyo, 2011)
Sistem Informasi Geografis Sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan
untuk
menyimpan
memanipulasiinformasi-informasi SIG
teknik atau proses yang melibatkan sejumlah
dirancang
untuk
dan
geografi.
mengumpulkan,
Kesepadanan Skala Peta dan Resolusi Spasial Citra Tabel Hasil perhitungan kesepadanan skala peta dan resolusi spasial citra sesuai aturan Tobler
menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
Dengan
demikian,
SIG
merupakan sistem komputer yang memiliki empat
kemampuan
berikut
dalam
menangani data yang bereferensi geografi : (a)
masukan,
(b)
manajemen
data
(penyimpanan dan pemanggilan data), (c)
*resolusi citra yang sepadan dan yang mendekati, p : pankromatik, m : multispektral
Analisa Faktor Pengaruh Daerah Rawan
Pembobotan merupakan pemberian bobot
Longsor
pada
Analisa faktor pengaruh daerah rawan
pengaruh
longsor.
longsor dibagi menjadi dua, yaitu :
dilakukan
dengan
1. Skoring
seseorang
dalam
penentuan
bobot.
pengambil
Semakin
besar
parameter
terhadap
keputusan pada proses yang melibatkan
pengaruh
longsor,
faktor
cara
diberikan semakin tinggi, dan sebaliknya.
memberi nilai pada masing-masing faktor.
Pembobotan dilakukan dengan menggunakan
Dalam
metode AHP.
Skoring
adalah
secara
teknik
bersama
menentukan
dengan
penilaian
skoring
dapat dilakukan skoring subjektif dengan
penetapan
pertimbangan
tertentu
skor dan
setiap
parameter Nilai
peta terhadap pembobotan
kualitatif, tergantung
maka
bobot
yang
yaitu
berdasarkan dilandasi
Lokasi Penelitian
dengan pemahaman proses atau skoring
Daerah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu
objektif yaitu dengan perhitungan stastik.
wilayah Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi
Proses skoring berguna untuk memberikan
Selatan.
nilai
skor
pada
mempengaruhi
setiap parameter
yang
lomgsor. Semakin besar
pengaruhnya, semakin tinggi skornya. Untuk pemberian skor, diberikan skor 1 pada parameter yang berpengaruh kecil dan skor 5 diberikan pada parameter yang berpengaruh besar terhadap longsor. 2. Pembobotan
Peta Kabupaten Toraja Utara Alat dan Bahan III.2 Alat
Program for Transmigration (RePPPRoT) Luas
Persentase
Kelas
(Km2)
(%)
Sangat Rendah
348,6816
29,95
Rendah
216,2232
18,58
Sedang
228,0357
19,59
Tinggi
282,7395
24,29
Sangat Tinggi
88,3449
7,59
Total
1164.0249
100,00
tahun 1989. 6) Peta Geologi Regional dan Geologi Struktur Kabupaten Toraja Utara tahun 2013. 7) Peta RBI Kabupaten Toraja Utara, sumber tanahair.indonesia.go.id.
Menggunakan perangkat lunak (software) seperti, Arcgis 10.2, dan Global Mapper v.16
Hasil dan Pembahasan Tabel Luas Zona Kerawanan Longsor
yang digunakan untuk mengolah data. III.3 Bahan 1) SRTM 30 daerah Toraja Utara, sumber data Earthexplorer.usgs.gov, di akses pada 16 Juni 2016. 2) Peta
penggunaan
lahan,
sumber
webgis.dephut.go.id dan Badan Informasi
Peta Kerawanan Longsor Tingkat Kecamatan di Toraja Utara
Geospasial, di akses pada 16 Juni 2016.
Grafik Kerawanan Longsor Tingkat
3) Data curah hujan Kabupaten Toraja Utara
Kecematan di Kabupaten Toraja Utara
tahun 2006 - 2015, sumber BMKG
Dari tabel dan grafik hasil di dapatkan dari
Stasiun Klimatologi Kelas I Maros.
hasil skoring bobot dari data AHP yang di
4) Peta desa di Kabupaten Toraja Utara, sumber Badan Pusat Statistik. 5) Peta Land System Kabupaten Toraja Utara, sumber Regional Physical Planning
gunakan, pada peta kelas tingkat kerawanan yang “sangat tinggi” di desa Kabupaten Toraja
Utara
Rantebua,
terdapat
Kecamatan
di
Kecamatan
Nanggala,
serta
Kecamatan Sa’dan sebagai kecamatan yang
Menurut Badan Geologi, Kabupaten Toraja
rawan akan bencana longsor.
Utara merupakan daerah yang memiliki
Kecamatan Sangat Rendah
Kecamatan Rendah
Kecamatan Tinggi
Kecamatan Sangat Tinggi
Kecamatan Sedang
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kecamatan Rantebua tercatat pernah terjadi
potensi
longsor pada 17 Maret 2016, 19 Maret 2016
“menengah-tinggi”. Dimana kelas menengah
yang
di
merupakan daerah yang mempunyai potensi
Kecamatan Rantebua dan pada 29 April 2013
menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada
merusak sarana dan prasarana di Kecamatan
zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika
Rantebua
curah hujan di atas normal, terutama pada
mengisolasi
beberapa
(TribunToraja.com
desa
&
BPBD
terjadi
gerakan
tanah
kelas
Toraja Utara)
daerah yang berbatasan dengan lembah
Kecamatan Sa’dan tercatat pernah terjadi
sungai, tebing jalan, gawir, dll, sedangkan
longsor
yang
untuk kelas tinggi merupakan daerah yang
memutuskan jalan antar desa dan lumbung
mempunyai potensi tinggi untuk terjadi
padi warga desa serta mengevakuasi warga
gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi
desa (TribunToraja.com & BPBD Toraja
gerakan tanah jika curah hujan di atas
Utara)
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat
pada
2
Maret
2016
aktif kembali. Adapun faktor utama longsor
Desa
tersebut yaitu curah hujan yang tinggi,
Kecamatan Rantebua, Desa Lembang
kemiringan lereng dan batuan penyusun
Awak Kawasik di Kecamatan Balusu, dan
daerah tersebut.
Desa Lembang Baruppu termasuk dalam
Adapun sebagian besar aktifitas penduduk di
zona “sangat tinggi atau sangat rawan”
Kabupaten Toraja Utara bekerja di sektor
dalam kelas kerawanan longsor.
pertanian,
dimana
Makkuan
Pare
di
Rantebua
2. Adapun Kecamatan Sanggalangi termasuk
meiliki persentase 3,50% , Kecamatan
zona kelas kerawanan “sangat rendah”,
Nanggala 4,50%, dan Kecamatan Sa’dan
Kecamatan Kesu termasuk zona kelas
6,89%
penduduk
kerawanan “rendah”, Kecamatan Tikala
kecamatan Di Kabupaten Toraja Utara pada
termasuk zona kelas kerawanan “sedang”,
tahun 2015 (BPS, 2016)
Kecamatan Bengkelekila termasuk zona
Kesimpulan
kelas kerawanan “tinggi”, Kecamatan
1. Desa Lembang Baruppu Parodo dan Desa
Sa’dan termasuk zona kelas kerawanan
Lembang Baruppu di Kecamatan Baruppu
“sangat tinggi” dalam sebaran kerawanan
termasuk zona “sangat rendah” dan
longsor di Kabupaten Toraja Utara.
dari
Kecamatan
Lembang
aktifitas
bertani
“rendah” dalam kelas kerawanan longsor. Daftar Pustaka Desa
Lembang
Baruppu
dan
Desa
Anonim.“Analisis Data Spasial dan Non-
Lembang Baruppu Utara termasuk zona
Spasial
Sistem
Informasi
“sedang” dalam kelas kerawanan longsor.
Geografis” di akses 27
uni 2016.
Desa Lembang Baruppu di Kecamatan Baruppu, Desa Lembang Makkuan Pare dan
Desa
Lembang
Rante
Bua
Kecamatan
Rantebua
termasuk
di
zona
“tinggi” dalam kelas kerawanan longsor.
dalam
www.cifor.org/publications/ pdf_files/Books/SIGeografis/SIG-part3.pdf Ariyani, A., 2009. Aplikasi SIG dalam Penyusunan
Peta
Rawan
Longsor
(Studi Kasus : DAS Bodri). Tugas
Akhir. Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro.Semarang. Badan
Geologi.
“Tanggapan
Bencana
Gerakan Tanah” diakses 19 September 2016. www.vsi.esdm.go.id. Bafdal, N. dkk., 2011. Sistem Informasi Geografis. Universitas Padjadjaran. Bandung. Hidayah,
A.,
2017.
Bencana
“Analisis
Longsor
Rawan
Menggunakan
Metode AHP (Analytical Hierarchy
Salam,
M.
S.,
2013.
Aliran Sungai Jeneberang. Disertasi. Program
PascasarjanaUniversitas
Hasanuddin. Makassar. Tobler, W.R. 1987. Kesepadanan Skala Peta dan Resolusi Citra. http://lajugandharum.wordpress.com. Diakses pada 4 April 2012. TribunToraja.com. “Longsor kembali terjadi di Toraja Utara” diakses 10 Oktober 2016. Makassar.tribunnews.com/. Wahyunto dkk, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Skripsi.
Mada. Yogyakarta.
Hasanuddin.
Zonasi
Kerentanan Tanah Longsor Daerah
Process) di Kabupaten Toraja Utara”. Universitas
Model
Buku.
Universitas
Gadjah
https://www.scribd.com/doc/135254831/SIG
Makassar.
-Cintya-c54090013-PerbedaanKemenristek.2013.Modul
3
Analisis
Interpolasi” diakses 27 November 2016
Spasial.Kemenristek.Bandung
Yulyandri, Karnawati,
D.,
2005,
Bencana
Alam
Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan
Upaya
Penanggulangannya.
Teknik Geologi Univesitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Lantu
dkk., Sangalla
2005. dan
Landsekap
Lembah
Sekitarnya.
Jurnal.
Universitas Hasanuddin. Makassar. Prasetyo, A., 2011.Modul Dasar ArcGis 10.Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.
Ad’han
Penjejakan
dkk. Bola
2016.
Sistem
Menggunakan
Webcam Berbasis Prosesor Arm11. Jurnal. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Surabaya.