ANALISIS SENSITIVITAS LINGKUNGAN OSCP (OIL SPILL CONTINGENCY PLAN) DI PESISIR SELATAN DELTA MAHAKAM, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
MURSALIN
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mursalin NIM. P052100101
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN Mursalin. Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Dibimbing oleh I Wayan Nurjaya dan Hefni Effendi. Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari wilayah Delta Mahakam yang dicirikan oleh adanya endapan material sedimen lewat aliran air dari muara Sungai Mahakam. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, pesisir selatan Delta Mahakam juga kaya akan sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta proses produksi minyak dapat menjadikan peluang terhadap bahaya pada kemungkinan terjadinya pencemaran minyak. OSCP (Oil Spill Contingency Plan) merupakan sebuah tindakan yang disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencemaran perairan oleh tumpahan minyak di suatu area. Di dalam OSCP, dua elemen utama harus diidentifikasi sebelum memasuki tahapan penilaian risiko dan tindakan respon. Analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam hanya dua tahapan awal dari elemen OSCP, yaitu mengintegrasikan kondisi bahaya dengan kerentanan sumberdaya pesisir. Analisis sensitivitas lingkungan OSCP akan memetakan komponen lingkungan dalam bentuk peringkat sensitivitas dari kemungkinan pencemaran minyak sebagai upaya untuk mendukung pengembangan strategi respon dan prioritas perlindungan terhadap sumberdaya pesisir. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah (1) menetapkan peringkat sensitivitas lingkungan dan (2) mengidentifikasi faktor utama yang mendukung sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Pengumpulan data dilakukan dengan mengelaborasi data hasil penelitian sebelumnya dari berbagai sumber, observasi lapang dan identifikasi foto udara. Hasil identifikasi dan elaborasi komponen lingkungan selanjutnya diaplikasikan kedalam metode zonal yang dimodifikasi melalui segmen garis. Analisis data untuk kondisi lingkungan pesisir seperti kemiringan pantai dan kontur dasar perairan dianalisis dengan ERDAS Imagine 9.1 dan ArcGis 9.3. Tipe pasang surut dianalisis dengan formula formzhal. Arah dan kecepatan angin dianalisis dengan WRPLOT 4.8.5. Arah dan kecepatan arus dari data model simulasi pola arus dianalisis secara deskriptif. Eksposur tidal flat dianalisis dengan indeks eksposur. Karakteristik sumberdaya pesisir dianalisis dari grid foto udara dengan ArcView GIS 3.3 dan ArcGis 9.3/10.1. Kemudian analisis sensitivitas lingkungan OSCP dianalisis melalui indeks prioritas lingkungan, dan identifikasi faktor utama penyusun sensitivitas lingkungan OSCP dianalisis dengan analisis komponen utama. Kondisi lingkungan pesisir selatan Delta Mahakam berupa substrat dasar umumnya terdiri dari pasir halus dan lumpur yang tersebar sampai ke mulut delta. Derajat kemiringan pantai sangat rendah (landai). Sekitar 25% proporsi derajat kemiringan berkisar dari tinggi sampai sangat tinggi. Kontur dasar perairan memiliki kisaran kedalaman 1-10 m. Pasang surut memiliki tipe campuran cenderung semidiurnal dengan bilangan Formzhal sebesar 0.37-0.40. Kecepatan rata-rata angin bertiup sebesar 9.07 m/s dengan resultan arah angin tenggara. Arus yang cukup kuat terjadi saat menjelang surut sebesar 0.08-0.32 m/s (musim barat)
dan 0.18-0.31 m/s (musim timur). Kecepatan arus lemah terjadi saat kondisi surut sebesar 0.007-0.09 m/s (musim barat) dan 0.01-0.19 m/s (musim timur). Eksposur tidal flat sangat terlindung dengan panjang segmen garis pantai sebesar 431.96 atau sekitar 52.05% dari 829.82 km total garis pantai di area penelitian. Vegetasi mangrove terdiri dari jenis Nipa (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia sp), Api-api (Avicennia sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang (Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp). Biota perairan umumnya adalah jenis crustacea, dan beberapa jenis ikan dari famili Scieanidae, Leiognathidae, Apogonidae, Engraulidae, Mullidae, dan Polynemidae. Famili burung dijumpai ± 33 famili (± 186 individu). Terdapat 6 famili burung dengan jumlah individu terbanyak, yaitu Ardeidae sebesar 10.75% (20 individu), Accipitridae sebesar 9.68% (18 individu), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae masing-masing sebesar 8.60 % (16 individu) dan Laridae sebesar 8.06% (15 individu). Total luasan area bervegetasi adalah ± 65,585,045 m². Mangrove non Nipa sebesar ± 16,950,770 m², Nipa sebesar ± 48,225,223 m², semak belukar sebesar ± 188,438 m² dan rumput sebesar ± 220,614 m². Kemudian tambak udang dan ikan sebesar ± 38,805,364 m². Area pemukiman sebesar ± 551,643 m²), platfom migas sebesar ± 287,010 m², lahan terbuka sebesar ± 427,641 m² dan penempatan alat tangkap pasif sebesar ± 482 m². Berdasarkan area buffer 200 m sekitar 62.05 % area penelitian masih bervegetasi. Pesisir selatan Delta Mahakam memiliki kriteria sensitivitas sangat rendah sebesar 12.64% (105 km), kriteria sensitivitas rendah sebesar 1.78% (15 km), kriteria sensitivitas sedang sebesar 11.92% (99 km), kriteria sensitivitas tinggi sebesar 11.31% (94 km) dan kriteria sensitivitas sangat tinggi sebesar 62.37% (517.52 km). Analisis komponen utama menunjukkan 36.01% keragaman dijelaskan oleh sumbu faktor 1. Lainnya 18,53% dan 13.93% dijelaskan oleh sumbu faktor 2 dan sumbu faktor 3. Secara bersamaan, ketiga sumbu faktor tersebut menjelaskan 68.48% keragaman dari elemen sumberdaya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP. Sumbu faktor 1 untuk ekposur tidal flat (EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) memiliki koefisien kombinasi linier yang cukup besar, masing-masing sebesar 0.94 (EK & OR), 0.83 (TP) dan 0.75 (SH). Hal ini menunjukkan adanya kontribusi yang sangat tinggi terhadap penyusunan tingkat sensitivitas lingkungan OSCP. Pada sumbu faktor 2, koefisien kombinasi linier sebesar 0.83 dan 0.85 terdapat pada pemanfaatan sumberdaya untuk pelabuhan (PL) dan pemukiman (PM). Sumbu faktor 3, memiliki kontribusi sebesar 0.75 dan 0.66 terdapat pada platform migas (PO) dan area tangkapan (AT). Akan tetapi pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk PL, PM, PO dan AT baik pada sumbu faktor 2 dan sumbu faktor 3 memiliki jarak yang cukup jauh dengan variabel SInya. Hal ini dimungkinkan oleh persentase penyebaran dari tiap variabel tersebut cukup kecil (0.001-0.52%) sehingga belum menunjukkan adanya representase keeratan dari elemen sumberdaya pesisir dengan variabel SI di area penelitian. Kata kunci : sensitivitas lingkungan, oil spill contingency plan, Delta Mahakam
SUMMARY Mursalin. Environmental Sensitivity Analysis for OSCP (Oil Spill Contingency Plan) at Southern Coast of Mahakam Delta, East Kalimantan Province. Supervised by I Wayan Nurjaya and Hefni Effendi. The southern part of coastal Mahakam is belonged to Mahakam Delta characterized by the sedimentary material deposition through the water flow from the mouth of the Mahakam River. Not only possessing a fairly high biodiversity, the south coast of Mahakam Delta also has rich natural resources, such as oil and gas. The exploration and exploitation of oil production cause oil pollution possibility. Oil Spill Contingency Plan (OSCP) is an action prepared for anticipating coastal pollution caused by oil spills in specified area. In OSCP, there are two main elements have to be identified before entering the stage of risk assessment and response actions. Environmental sensitivity analysis for OSCP at south coastal Mahakam Delta is only carried out at two early stages of the OSCP scope, which integrates the dangers with the coastal vulnerability. This analysis mapped environmental component in the form of sensitivity rangking of the oil pollution as an effort to support response development strategies and priorities for the coastal resources protection. The aims of this research were (1) to assess environment sensitivity rank and (2) to identify primary factor supporting the environmental sensitivity for OSCP in south Delta Mahakam area. Data was collected by elaborating previous research from various sources, field survey and aerial photographs identification. The results of environment components identification and elaboration were applied for zonal method modified by line segments. Data analysis for coastal environmental condition, such as coastal slope and contours of the bottom waters were analyzed by ERDAS Imagine 9.1 and ArcGIS 9.3. Tidal type was analyzed by Formzhal formula. Wind speed and direction were analyzed by WRPLOT 4.8.5. Current speed and direction from the data of simulation model flow patterns were analyzed descriptively. Tidal flat exposure was analyzed by exposure index. The characteristics of coastal resources from the aerial photograph was analyzed with ArcView GIS 3.3 and ArcGIS 9.3/10.1. Then, environment sensitivity OSCP was analyzed through environmental priorities index. Primary factor supporting environmental sensitivity OSCP identification was analyzed by Principal Component Analysis. The environmental conditions of south coastal Mahakam Delta was formed by substrate consisting of fine sediment and mud that spread to the mouth of delta. Coastal slope degree tends to be very low (ramps). Approximately 25% the proportion of coastal slope degree of range was high to very high. The range of bottom contour waters was 1-10 m. Tidal type was mixed tides prevailing semidiurnal with the formzhal ranging 0.37-0.40. The average wind speed was 9.07 m/s with dominant wind direction from southeast. Strong current occured when low tide with velocity 0.08-0.32 m/s (west monsoon) and 0.18-0.31 m/s (east monsoon). Weak current occured when the low tide with velocity 0.007-0.09 m/s (west monsoon) and 0.01-0.19 m/s (east monsoon). Tidal flat exposure tended
to be very protected with the shoreline length segments of 431.96 km or around 52.05% from the total shoreline in the study area (829.82 km). The mangrove vegetation was composed of Nipa (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia sp), Api-api (Avicennia sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang (Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp). Aquatic biota includes crustaceans, and some species of fish of the family Scieanidae, Leiognathidae, Apogonidae, Engraulidae, Mullidae, and Polynemidae. Bird families found were ± 33 families (± 186 individuals). There were six families of birds with the highest number of individuals, i.e. Ardeidae 10.75% (20 individuals), Accipitridae 9.68% (18 individuals), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae respectively 8.60% (16 individuals) and Laridae 8.06% (15 individuals). Total vegetation area was ± 65,585,045 m². It consisted of Nipa non mangrove (± 16,950,770 m²), Nipa (± 48,225,223 m²), shrubs (± 188.438 m²) and grasses (± 220.614 m²). Then the shrimp and fish ponds was ± 38,805,364 m². The width of settlement area was ± 551.643 m², migas platforms (± 287.010 m²), open land (± 427.641 m²) and placement of passive fishing gear (± 482 m²). Base on buffer area along 200 m to land, approximately 62.05% of the area study was still vegetated. South coastal Mahakam Delta had five sensitivity criteria, (1) very low sensitivity 12.64% (± 105 km), (2) low sensitivity 1.78% (± 15 km), (3) medium sensitivity 11.92% (± 99 km), (4) high sensitivity 11.31% (± 94 km) and (5) very high sensitivity 62.37% (± 517.52 km). Principal component analysis showed that 36.01% variability was explained by axis of factor 1. The other variabilities were 18.53% and 13.93% explained by axis of factor 2 and factor 3. The third axis of factor explained 68.48 % variability of elements coastal resources supporting environmental sensitivity OSCP. Axis of factor 1 for tidal flat exposure 0.94 (EK), oil residence index 0.94 (OR/ORI), coastal type 0.83 (TP), and biological resources 0.75 (SH) had a coefficient of linear combinations which is quite large. This suggests a very high contribution to the drafting level of environmental sensitivity for OSCP. On axis of factor 2, coefficients of the linear combinations for the resource utilization of port (PL) and settlement (PM) were 0.83 and 0.85 respectively. Axis of factor 3 had contribution value 0.75 for migas platform (PO) and 0.66 for placement of passive fishing gear/ catchment area (AT). However, the utilization of coastal resources for PL, PM, PO and AT was on axis of factor 2 and factor 3 which had a considerable distance with its SI variable. This was likely caused by each variable of percentage distribution of minor value (0.0010.52%); hence it has not pointed out coastal resources elements closeness with SI variable in the study area. Key words : environmental sensitivity, oil spill contingency plan, Mahakam Delta
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS SENSITIVITAS LINGKUNGAN OSCP (OIL SPILL CONTINGENCY PLAN) DI PESISIR SELATAN DELTA MAHAKAM, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
MURSALIN
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Etty Riani, MS
Judul Tesis
Nama NIM Program Studi
: Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur : Mursalin : P052100101 : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc Ketua
Dr Ir Hefni Effendi, MPhil Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 17 Juli 2014
Tanggal Lulus :
PRAKATA Alhamdulillah puji syukur tidak lupa dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc dan Dr Ir Hefni Effendi, MPhil atas segala arahan dan bimbingannya kepada penulis, serta Dr Ir Etty Riani, MS selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah bersedia menjadi penguji dan atas saran dan masukan yang sangat berharga dalam pendekatan perbaikan tesis. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS beserta Staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas segala kesempatan dan arahannya selama masa studi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada instansi terkait dan rekanrekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pengumpulan dan penggunaan data selama proses penyusunan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, serta seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayangnya. Penulis berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2014
Mursalin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
Halaman xiv xiv xvi 1 1 2 2 3 3
2
TINJAUAN PUSTAKA Sumber Pelepasan Minyak ke Laut Sifat dan Proses Pelapukan Minyak di Laut Pengaruh Tumpahan Minyak di Laut Metode Penanganan Tumpahan Minyak Kasus Tumpahan Minyak di Indonesia Oil Spill Contingency Plan Indeks Sensitivitas Lingkungan
4 4 5 8 11 14 15 16
3
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Analisis Data Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam Arus dan Pasang Surut Arah dan Kecepatan Angin Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan Eksposur Tidal Flat Pemetaan Karakteristik Sumber Daya Pesisir Delta Mahakam Indeks Sensitivitas Lingkungan OSCP Analisis Komponen Utama
20 20 20 21 21 22 22 22 23 23 23 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan Pasang Surut Arah dan Kecepatan Angin Arus Eksposur Tidal Flat Sumberdaya Pesisir dan Pemanfaatannya Mangrove dan Biota Perairan Burung (Avifauna)
27 27 28 29 29 30 34 35 35 40
4
24 27
5
Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP
41 44
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
49 49 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
49 53 139
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5.
Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia Makna kategori peringkat sensitivitas lingkungan Konstanta harmonik (amplitudo) pasut di pesisir selatan Delta Mahakam Arah dan kecepatan rata-rata arus musim di perairan Selat Makasar sekitar garis khatulistiwa Kecepatan arus di pesisir selatan Delta Mahakam
Halaman 5 25 29 32 32
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9. 10. 11.
Kerangka pemikiran penelitian Illustrasi proses tingkah laku minyak mentah setelah terjadi tumpahan di laut Tipe oil booms; (a) fence boom; (b) curtain boom; dan (c) fire resistant boom Tipe skimmers; (a) wier skimmers; (b) oleophilic skimmers; dan (c) suction simmers Respon berjenjang (tiered response) tumpahan minyak Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 1(a-b) – 2 (c) (IPIECA/IMO 1994; IPIECA/IMO/OGP 2011) Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 3 (d-e); ESI 4 (f-g); ESI 5 (h-i); ESI 6 (j-l); ESI 7 (m-n) (IPIECA/IMO 1994; IPIECA/IMO/OGP 2011) Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 8 (o-p); ESI 9 (q-r); ESI 10 (s-t) (IPIECA/IMO 1994; IPIECA/IMO/OGP 2011) Peta lokasi penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam Grid area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam Bagan alir rangkaian analisis pemetaan sumber daya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
Halaman 3 7 12 12 16 18 19
19
21 22 24
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20a. 20b. 21a. 21b. 22.
23a. 23b.
24a. 24b. 24c. 25.
26.
27.
28.
Kondisi umum lingkungan pengendapan di pesisir selatan Delta Mahakam (a. delta front; b. prodelta) Persentase kemiringan garis pantai/pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam Wind rose angin di area penelitian (a. arah dan kecepatan angin; b. distribusi frekuensi kecepatan angin) Arus lintas Indonesia (ARLINDO) Simulasi pola arus saat menjelang pasang (i. musim barat; ii. musim tmur) Simulasi pola arus saat menjelang surut (i. musim barat; ii. musim tmur) Simulasi pola arus saat pasang (i. musim barat; ii. musim tmur) Simulasi pola arus saat surut (i. musim barat; ii. musim tmur) Kategori eksposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam (i.panjang eksposur pantai; ii. proporsi eksposur pantai) Peta kategori ekposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam Tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam Peta tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam Biota perairan tangkapan nelayan di pesisir selatan Delta Mahakam (a-b. Scieanidae; c-d. Leiognathidae; e-f Apogonidae; g. Engraulidae; h. Mullidae; i-j. Polynemidae; k-l. Crustacea) Persentase dan jumlah individu burung di pesisir selatan Delta Mahakam Famili burung yang sering dijumpai di pesisir selatan Delta Mahakam (i. Accipitridae; ii-iii. Ardeidae; iv. Columbidae; v. Scolopacidae; vi. Laridae; vii. Alcedinidae) Persentase pemanfaatan lahan di pesisir selatan Delta Mahakam Tipikal pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam Peta kondisi umum pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam Kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. panjang sensitivitas garis pantai; ii. proporsi sensitivitas) Grafik analisis komponen utama penyusun sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. faktor 1 vs faktor 2; ii. faktor 1 vs faktor 3) Gambaran umum kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i-ii. sangat rendah; iii-iv. rendah; v-vi. sedang; vii-viii. tinggi; ix-x. sangat tinggi) Peta sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam
27 28 30 31 32 33 33 34 35 36 37 38 39
40 40
41 42 43 44
45
47
48
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2.
3. 4. 5. 6
Elemen sumber daya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam Klasifikasi kerentanan pantai terhadap tumpahan minyak (Gundlach dan Hayes 1978; dan Bishop 1983, diacu dalam Mukhtasor 2007) Kriteria ORI dan estimasi lamanya waktu minyak tinggal Indeks residensi minyak (ORI) di pesisir selatan Delta Mahakam Distribusi kelas kemiringan pantai di pesisir selatan Delta Mahakam Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam
Halaman 53 53
54 54 55 56
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri perminyakan di daerah pantai (coastal zone) maupun lepas pantai (offshore) dapat memberikan konsekuensi yang positif bagi manusia dan lingkungannya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat memberikan konsekuensi yang negatif jika dalam hal perencanaan, pengoperasian dan pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik. Konsekuensi negatif yang sering terjadi adalah kasus pencemaran perairan, seperti terjadinya tumpahan minyak yang dapat memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap sumberdaya pesisir baik dari laut ke darat ataupun sebaliknya. Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari wilayah Delta Mahakam yang dicirikan oleh adanya endapan material sedimen yang terbawa lewat aliran air dari muara Sungai Mahakam sepanjang 770 km dan dari Selat Makassar (Sidik 2008). Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, pesisir selatan Delta Mahakam juga kaya akan sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi. Adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta proses produksi minyak (aktifitas pengeboran, penempatan kilang penampungan minyak/oil storage dan pendistribusian minyak) dapat menjadikan peluang terhadap bahaya pada kemungkinan terjadinya pencemaran minyak. Menurut Migas Indonesia (2004) bahwa kecelakaan dalam kegiatan pertambangan minyak dan gas hampir dipastikan selalu menyertai kegiatan pengembangan pertambangan di area pesisir maupun di lepas pantai dan menjadi salah satu sumber pencemar lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Minyak yang tumpah ke perairan biasanya menyebar membentuk lapisan dan gumpalan. Secara kolektif, penyebaran tersebut akan membentuk lapisan dan gumpalan kemudian mengalami pelapukan, dan proses tersebut dikenal sebagai weathering of oil (pelapukan minyak) (Bishop 1983, diacu dalam Mukhtasor 2007). Minyak yang mencemari perairan cenderung mengapung di atas permukaan air dan dengan mudah mencapai pantai oleh gerakan arus, gelombang dan pasang surut perairan. OSCP (Oil Spill Contingency Plan) merupakan sebuah tindakan yang disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencemaran perairan oleh tumpahan minyak di suatu area (IPIECA 2000). Sejak tahun 1979, OSCP telah terintegrasi dengan indeks sensitivitas lingkungan ketika sehari sebelum terjadinya tumpahan minyak akibat ledakan sumur IXTOC 1 di Teluk Meksiko (NOAA 2002). Menurut US EPA (1999), ada dua elemen utama dalam OSCP harus diidentifikasi sebelum memasuki tahapan penilaian risiko dan tindakan respon, yaitu identifikasi bahaya dan identifikasi kerentanan komponen lingkungan. Kajian analisis sensitivitas lingkungan OSCP dalam hal ini hanya dua tahapan awal dari elemen OSCP, yaitu mengintegrasikan kondisi bahaya dengan kerentanan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam. Identifikasi bahaya hanya informasi umum prihal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas di area pesisir. Pemetaan sensitivitas lingkungan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran minyak adalah suatu upaya penting yang harus dilakukan dalam mendukung pengembangan strategi respon dan kesiapan dalam suatu insiden.
2 Selain itu, berbagai jenis komponen lingkungan dan sumberdaya pesisir yang berpotensi terkena tumpahan minyak sebagai dasar dalam prioritas perlindungan dan pembersihan sangat penting untuk diidentifikasi. Analisis sensitivitas lingkungan OSCP akan memetakan komponen lingkungan dalam bentuk peringkat sensitivitas dari kemungkinan pencemaran minyak sebagai upaya dalam mendukung pengembangan strategi respon dan prioritas perlindungan terhadap sumberdaya pesisir. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan peringkat sensitivitas lingkungan dan mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mendukung sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian bahwa analisis sensitivitas lingkungan OSCP merupakan sebuah persiapan untuk mengantisipasi dan merespon dengan cepat dalam rangka melindungi sumberdaya pesisir terhadap kemungkinan tumpahan minyak di pesisir selatan Delta Mahakam. Oleh sebab itu beberapa rumusan yang akan menjadi dasar permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Faktor utama apa yang mendukung tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Kerangka Pemikiran Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari area Delta Mahakam yang memiliki kekayaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir yang cukup tinggi. Di kawasan ini sejak lama dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak maupun gas bumi oleh beberapa perusahaan multinasional. DKP (2007) diacu dalam Sidik (2008) menyatakan bahwa Delta Mahakam telah diakui sebagai salah satu zona terbesar produksi minyak dan gas bumi di Indonesia. Salah satu perusahaan mulitinasional di kawasan ini telah memproduksinya sebesar ± 70.000 barel minyak/hari. Selain dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak maupun gas bumi, area ini juga sering dijadikan sebagai jalur pelayaran. Kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi minyak dan gas bumi serta kegiatan pendistribusian minyak baik melalui kapal maupun melalui jalur pemipaan bawah laut merupakan kegiatan yang memiliki tingkat kecelakaan yang cukup tinggi sehingga dapat memberikan peluang bahaya terhadap kemungkinan terjadinya tumpahan minyak. Tumpahan minyak di daerah pantai dan lepas pantai merupakan sebuah masalah yang tidak pernah kita ketahui kapan dan di mana kejadian tersebut terjadi, sehingga perlu dilakukannya sebuah upaya perlindungan terhadap sumberdaya pesisir. Dalam hal ini, upaya tersebut di awali dengan melakukan identifikasi komponen sumberdaya pesisir terhadap kemungkinan terjadinya tumpahan minyak di pesisir selatan Delta Mahakam dan memberikannya peringkat sensitivitas sebagai upaya prioritas dalam perlindungan lingkungan. Adapun bagan alir dari kerangka penelitian ini selengkapnya disajikan dalam Gambar 1.
3
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dan rumusan masalah yang dimunculkan, serta untuk mengantipasi permasalahan yang akan mucul maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk : Menetapkan peringkat sensitivitas lingkungan OSCP sebagai gambaran sensitivitas relatif. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mendukung sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tersedianya peta sensitivitas lingkungan OSCP yang menggambarkan sensitivitas relatif di pesisir selatan Delta Mahakam. Selain itu, dapat dijadikan sebagai alat informasi untuk menentukan strategi penanggulangan sumberdaya pesisir terhadap pencemaran minyak.
Oil Spill
Illustrasi tumpahan minyak akibat kecelakaan dalam aktivitas pemboranyak
Foto Udara
Pesisir Selatan Delta Mahakam
Illustrasi tumpahan minyak akibat kecelakaan kapal dalam pendistribusian
Fitur Pantai Sumberdaya Hayati Pemanfatan Sumberdaya Pesisir
Kemiringan, Eksposur & Tipe Pantai, Sumberdaya Pesisir dan Pemanfaatannya
Identifikasi & Klasifikasi Sumberdaya Pesisir
Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP
Peringkat Sensitivitas Lingkungan OSCP Peta Sensitivitas Lingkungan OSCP
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Sumber Pelepasan Minyak ke Laut Tumpahan minyak dapat terjadi karena berbagai alasan seperti kegagalan peralatan, bencana, tindakan yang disengaja, atau kesalahan manusia (Anderson dan LaBelle 2000, diacu dalam Adelana et al. 2011). Menurut Prince dan Lessard (2004) bahwa minyak mentah masuk ke lingkungan dapat melalui rembesan alam (natural seeps), limpasan (runoff), tumpahan dari kapal tanker (tanker spills) dan bocornya pipa (pipeline spills). Kemudian Mukthasor (2007) menyatakan bahwa selain melalui rembesan dari alam, kecelakaan kapal tanker dan limpasan, petroleum hydrocarbons masuk ke lingkungan laut melalui kecelakaan akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak di lepas pantai. Eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak di lepas pantai memiliki kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah total minyak bumi yang masuk ke perairan laut, terkecuali pada kasus tertentu, yaitu kecelakaan yang sangat besar seperti semburan sumur minyak (well blowout), kerusakan struktur platform, dan kerusakan peralatan (Mukthasor 2007). Rembesan alam Rembesan alam yang ditemukan di seluruh dunia, dan skala pelepasannya cukup besar. Dewan Riset Nasional memperkirakan bahwa input total tahunan minyak ke laut dari semua sumber adalah sekitar 1,3 juta ton, dengan hampir 50% berasal dari rembesan alami. Misalnya, rembesan alam di Teluk Meksiko merilis sekitar 140.000 ton minyak per tahun ke laut, lepas pantai Southern California merilis 20.000 ton per tahun, dan lepas pantai Alaska melepaskan 40.000 ton (Prince dan Lessard, 2004). Rembesan muncul melalui patahan tulang pada puncak-puncak lipatan di formasi batuan di bawah dasar laut yang mengandung deposit. Minyak dan gas cenderung naik dan terjebak dalam lipatan anticlinal pada strata sub batuan laut (Clark et al. 2000 diacu dalam Adelana et al. 2011). Limpasan Menurut Dewan Riset Nasional yang diacu dalam Prince dan Lessard (2004) bahwa konsumsi minyak mentah yang dirilis ke laut bersumber dari daratan, dan penggunaan kapal-kapal non tanker. Menurut Nasa (2002) diacu dalam Mukthasor (2007) bahwa sumber kontaminasi minyak ke laut akibat limpasan dari darat sekitar 51.4% dan operasional kapal sekitar 13%. Di pesisir pantai Amerika Serikat sekitar 5300 ton/tahun skala penggunaan minyak diperkirakan dari penggunaan pelumas mesin. Tumpahan minyak oleh kapal tanker Perkembangan industri perminyakan di lepas pantai berkembang begitu pesat dan separuh dari seluruh produksi minyak diangkut melalui laut dengan kapal tanker. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi kerawanan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran perairan yang dilintasi oleh kapal tanker. Dalam perjalanannya, kecelakaan oleh kapal tanker dapat disebabkan oleh kesalahan dalam navigasi sehingga terjadinya tabrakan, kapal kandas dan terjadinya kebocoran pada kapal. Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Tumpahan Torrey Canyon Sea Star Show Maru Urquiola Amoco Cadiz Independenia Nowruz Oil field Arabian Gulf/Kuwait
Lokasi Lands End, Inggris Gulf of Oman Selat Malaka, Indonesia La Coruna, Spanyol Brittany, Prancis Istambul, Turki Persian Gulf, Iran Persian Gulf, Iran
Tanggal 18-03-67 19-12-72 06-01-75 12-05-76 16-03-78 15-11-79 04-02-83 19-01-91
Jumlah (Barrel) 860,000 937,000 1,000,000 733,000 1,619,048 687,785 1,904,762 9,000,000
Sumber : Oil Spill case histories (1967-1991); NOAA (1992) diacu dalam Mukthasor (2007)
Tumpahan minyak oleh kebocoran pipa Di Amerika Serikat, dua pertiga dari semua minyak di alirkan melalui pipa. Sekitar 114,000 mil pipa mengangkut produk minyak mentah dan 86,500 mil pipa mengangkut produk olahan. Kebocoran pipa sering disebabkan oleh kesalahan dalam proses penggalian dan penempatannya sehingga minyak sering terjadi tumpahan dan dapat menghilangkan sekitar 19,500 ton minyak pertahunnya. Tumpahan terbesar terjadi pada tahun 1979 diteluk Meksiko, ketika terjadi ledakan pada sumur IXTOC 1 yang menumpahkan minyak mentah sebesar 476,000 ton. Pada tahun 1997, telah terjadi kasus tumpahan minyak pada pipa bawah laut yang menyalurkan minyak mentah sebesar 940 ton dari selatan Louisiana ke Danau Barre. Minyak menyebar seluar 1,750 ha, akan tetapi hanya 0.1 ha terjadi kematian pada rawa. Minyak yang menggenang di beberapa tepi rawa cukup sedikit, sebagain besar minyak menguap dan pada daerah yang ringan tersebut minyak dibersihkan dalam kurun waktu sekitar 2 bulan (Prince dan Lessard 2004). Sifat dan Proses Pelapukan Minyak di Laut Minyak yang tumpah ke laut akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimianya. Perubahan tersebut dapat menyebabkan hilangnya sebagian minyak yang tumpah dari permukaan laut dan sebagian dapat juga bertahan. Secara alami minyak yang tumpah ke laut dapat mengalami asimilasi, akan tetapi proses tersebut sangat bergantung pada volume minyak yang tumpah, karakteristik fisik dan kimia minyak, serta kondisi oseanografi lokasi tumpahan. Pemahaman tentang interaksi minyak dengan lingkungan yang dapat mengubah sifat, komposisi dan perilaku minyak di laut merupakan hal yang mendasar untuk diketahui agar dalam respon terhadap tumpahan minyak dapat dapat dilakukan penanganan secara efektif dan efisien. Berikut beberapa aspek yang dapat diketahui dalam hal sifat dan proses pelapukan minyak di laut (ITOPF 2002), yaitu: Sifat minyak Minyak memiliki karakteristik tertentu baik secara fisik maupun kimia. Minyak mentah sangat bervariasi dalam karakteristiknya. Berikut beberapa sifat fisik utama yang mempengaruhi perilaku dan ketahanan minyak di laut: Densitas. Xueqing et al. (2001) diacu dalam Mangkoedihardjo (2005) menyatakan bahwa densitas diekspresikan sebagai specific gravity dan American Petroleum Institute (API) gravity. Specific gravity merupakan rasio dari berat massa minyak
6 dan berat massa air pada temperatur tertentu. API gravity (o) dinyatakan dalam angka 10o pada air murni 10oC. API gravity dapat dihitung dengan formula berikut (Xueqing et al. 2001, diacu dalam Mangkoedihardjo 2005; dan ITOPF 2002): 141 5 I 131 5 Minyak mentah memiliki specific gravity dalam rentang 0.79 – 1.00 (atau setara dengan API 10-48). Densitas minyak minyak sangat penting untuk memprediksi kelakuan minyak di air. ITOPF (2002) menyaakan bahwa selain dapat menentukan apakah minyak akan mengapung atau tidak, densitas juga dapat digunakan untuk mengindikasikan sifat-sifat umum lainnya seperti dengan densitas rendah minyak cenderung mengandung proporsi komponen penguapan yang tinggi sehingga viskositasnya menjadi rendah. Karakteristik distilasi. Karakteristik distilasi minyak dapat menggambarkan sifat volatilitasnya. Jika suhu pada minyak dinaikkan maka komponen tertentu satu demi satu akan mencapai titik didih dan menguap, seperti penyulingan. Karakteristik distilasi merupakan proporsi minyak yang tersaring dalam rentang suhu tertentu. Ada beberapa minyak yang tidak mudah tersaring bahkan pada suhu tinggi sekalipun. Ini memungkinkan minyak-minyak tersebut akan bertahan dalam waktu yang cukup lama di lingkungan. Viskositas Viskositas merupakan sifat yang menunjukkan ketahanan dalam perubahan bentuk dan pergerakan (Mangkoedihardjo 2005). Viskositas minyak sangat resisten terhadap adanya aliran. Minyak dengan viskositas tinggi tidak mudah mengalir seperti halnya minyak dengan viskositas rendah. Umumnya minyak menjadi lebih kental pada suhu rendah, akan tetapi beberapa minyak tertentu sangat tergantung pada komposisi penyusunnya. Suhu air laut seringkali lebih rendah dari suhu di atas kapal. Hal ini dapat menyebabkan minyak yang tumpah ke laut akan memiliki perubahan viskositas (akibat perubahan suhu). Dalam operasi pembersihan, seperti penggunaan metode oil skimmer dan pemompaan, sangat sulit untuk diterapkan pada minyak dengan viskositas tinggi (ITOPF 2002). Titik ubah (pour point) Titik ubah merupakan tingkat dimana temperatur dapat mengubah minyak menjadi memadat atau berhenti mengalir. Titik ubah minyak sangat penting untuk memprediksi tingkah laku minyak di air dan dapat dijadikan sebagai salah satu penetapan strategi pembersihan minyak dari lingkungan. Titik ubah minyak mentah dapat bervariasi antara -57oC sampai 32oC (Mangkoedihardjo 2005). Proses pelapukan Minyak yang tumpah ke perairan akan mengalami serangkaian perubahan yang secara kolektif dikenal sebagai pelapukan minyak (weathering of oil) (US EPA 1999). Proses ini terjadi pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun tingkat dan tahapan proses perubahannya sangat bergantung pada jenis minyak, waktu dan kondisi perairan (ITOPF 2002). Aksi gelombang di laut dapat menyebabkan dispersi alami yang memecah lapisan minyak di perairan menjadi tetesan atau butiran-butiran yang kemudian terdistribusikan diseluruh kolom
7
perairan. Selengkapnya illustrasi dari proses tingkah laku minyak yang tumpah di laut disajikan dalam Gambar 2.
Sumber: ITOPF (2002)
Gambar 2. Illustrasi proses tingkah laku minyak mentah setelah Terjadi tumpahan di laut Berdasarkan illustrasi Gambar 2 di atas, US EPA (1999) dan ITOPF (2002) menjelaskan uraian tentang proses perilaku minyak mentah setelah terjadi tumpahan di laut: Penyebaran (spreading); minyak yang tumpah di laut akan segera menyebar di atas permukaan laut. Kemampuan minyak menyebar di laut tergantung pada tegangan permukaan, berat jenis dan viskositas (Dave dan Ghaly 2011). Minyak dengan tegangan permukaan yang lebih rendah memiliki kemampuan untuk menyebar dengan sangat cepat bahkan tanpa adanya angin atau arus. Tegangan permukaan minyak sangat terkait dengan temperatur, dan peningkatan penyebaran minyak lebih cepat di perairan hangat daripada di perairan dingin. Selain itu, minyak dengan viskositas rendah juga akan menyebar lebih cepat dibandingkan dengan minyak yang memiliki viskositas tinggi. Penguapan (evaporation); tingkat penguapan akan tergantung pada suhu dan kecepatan angin. Secara umum minyak dengan titik didih di bawah 200°C akan menguap dalam waktu 24 jam. Selain itu, kecepatan angin yang tinggi dan suhu yang hangat juga akan meningkatkan laju penguapan. Dispersi (dispersion); gelombang dan pengaruh turbulensi di permukaan laut dapat menyebabkan semua atau sebagian dari lapisan minyak terpecah menjadi droplet (butiran) dari berbagai ukuran yang tercampur ke dalam kolom air. Dispersi sebagian besar tergantung pada sifat minyak dan kondisi perairan. Minyak dengan viskositas rendah dan berada pada pecahan ombak sangat cepat terjadinya proses dispersi. Pelarutan (dissolution); merupakan hilangnya senyawa penyusun minyak ke dalam perairan. Proses pelarutan minyak sangat tergantung pada komposisi, penyebaran, suhu air, turbulensi dan tingkat dispersi. Senyawa dari minyak mentah hampir tidak larut dalam air laut, akan tetapi senyawa minyak yang lebih ringan terutama hidrokarbon aromatik (benzena dan toluene) sedikit larut dalam air. Senyawa ini juga yang paling mudah menguap dan hilang dengan
8
sangat cepat oleh proses penguapan, biasanya 10-1.000 kali lebih cepat dibandingkan dengan proses pelarutan. Konsentrasi hidrokarbon terlarut dalam air laut jarang melebihi 1 ppm sehingga proses pelarutan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembersihan minyak dari permukaan laut. Emulsifikasi (emulsification); merupakan proses perubahan status dari butiran minyak dalam air menjadi butiran air dalam minyak (disebut juga chocolate mousse) (Mangkoedihardjo 2005). Dalam kondisi laut yang tidak tenang, minyak akan mengambil sebagian air membentuk emulsi dalam minyak. ITOPF (2002) menyatakan bahwa emulsi sangat mudah terbentuk pada minyak yang memiliki konsentrasi gabungan Nikel/Vanadium lebih besar dari 15 ppm atau konten asphaltene lebih dari 0,5% ketika minyak baru tumpah. Emulsi stabil berisi 70% - 80% air dan memiliki warna merah, coklat, oranye atau warna kuning. Emulsi kurang stabil dapat memisahkan minyak dan air jika dipanaskan oleh sinar matahari dalam kondisi tenang atau ketika terdampar di garis pantai. Oksidasi (oxidation); oksidasi terjadi ketika minyak terjadi kontak dengan air. Air dan oksigen akan bereaksi dengan hidrokarbon dalam minyak untuk menghasilkan senyawa yang larut dalam air (EPA 2002). Nicodem et al. (1997) diacu dalam Mangkoedihardjo (2005) menyatakan bahwa dalam kondisi aerobic dan terpapar sinar matahari, minyak aromatic dapat ditransformasi menjadi senyawa lebih sederhana. Senyawa lebih sederhana ini (hydroperoxides, aldehydes, ketones, phenols, dan carboxylic acids) bersifat lebih larut air sehingga meningkatkan laju biodegradasi akan tetapi lebih bersifat toksik. Interaksi minyak-sedimen; beberapa minyak memiliki densitas lebih besar dari air laut (lebih dari 1.025) dan menyebabkan minyak tenggelam saat tumpah. Akan tetapi sebagian besar minyak mentah dan bahan bakar memiliki berat jenis yang cukup rendah. Minyak yang tumpah akan terdispersi dan berinteraksi dengan partikel sedimen tersuspensi dalam kolom air, sehingga minyak menjadi lebih berat dan tenggelam. Wilayah pesisir umumnya memiliki kedalaman perairan yang dangkal dan sering dicirikan oleh adanya padatan tersuspensi yang dapat mengikat tetesan minyak yang tersebar. Hal tersebut dapat mempercepat proses terbentuknya partikel sedimen berminyak dan tenggelam ke dasar laut. Biodegradasi (biodegradation); air laut mengandung berbagai mikroorganisme laut yang mampu mendegradasi senyawa minyak, seperti bakteri, kapang, jamur, alga uniseluler dan protozoa yang dapat memanfaatkan minyak sebagai sumber karbon dan energi. ITOPF (2002) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi laju dan tingkat biodegradasi adalah karakteristik dari minyak, ketersediaan oksigen dan nutrisi (terutama senyawa nitrogen dan fosfor) serta suhu. Pengaruh Tumpahan Minyak di Laut
Dalam peristiwa tumpahan minyak di laut, beberapa zat berbahaya yang terkandung dalam minyak mentah sebagian dapat menguap seiring dengan perubahan waktu akibat proses penguapan (EPA 2002). Lingkungan pantai/pesisir memiliki keterkaitan yang cukup kompleks antara spesies tumbuhan, hewan dan
9
lingkungan fisiknya. Terjadinya pencemaran terhadap lingkungan pantai/pesisir sering menyebabkan bahaya terhadap satu atau lebih spesies dalam rantai makanannya sehingga menyebabkan kerusakan pada spesies lainnya. Biota perairan secara umum menghabiskan sebagian besar waktunya di perairan terbuka, dekat daerah pesisir, atau di pantai. Hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada biota perairan dan lingkungannya jika terjadi tumpahan minyak. Komponen minyak yang tidak larut dalam air akan mengapung dan menyebabkan air laut berwarna hitam. Kemudian beberapa komponen dari minyak akan tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batu-batuan di pantai. Hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan (Mukhtasor 2007). Padang lamun Lamun merupakan salah satu vegetasi bawah air yang tumbuh pada sebagian besar hamparan terumbu baik di intertidal maupun subtidal di sepanjang pantai perairan dangkal dan lagun. Vegetasi lamun mimiliki produktivitas yang tinggi, berperan dalam siklus nutrien, berfungsi sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan, dan tempat berlindungnya berbagai spesies ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.Vegetasi sangat sensitif terhadap kontaminasi minyak. Tertutupnya akar dan daun lamun dapat langsung menimbulkan kematian, menghambat sirkulasi udara dalam proses fotosintesis, warna daun menjadi coklat dan akhirnya membusuk serta mati (Jackson et al.1989). Mangrove Hutan mangrove merupakan sumber nutrien dan tempat memijahnya ikan dan organisme lainnya. Akar mangrove yang tertutupi oleh minyak dapat mencegah terjadinya difusi garam dan menghambat proses respirasi pada mangrove. Mukthasor (2007) menyatakan bahwa perakaran hutan mangrove berfungsi sebagai pertukaran CO2 dan O2, kadarnya akan berkurang jika tertutupi oleh minyak dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kehidupan mangrove dan organisme lainnya yang berasosiasi. Terumbu karang Dampak pencemaran minyak terhadap terumbu karang dapat bersifat mematikan (lethal) atau sub-lethal, seperti: pengurangan kemampuan reproduksi, perkembangan larva dan kolonisasi, laju pertumbuhan, kemampuan fotosintesa, struktur sel dan kemampuan makan. NOAA (2010) menyatakan bahwa dampak tumpahan minyak terhadap terumbu karang sangat bervariasi tingkat keparahannya tergantung pada kondisi tertentu seperti jenis dan volume minyak yang tumpah, komposisi jenis, dan sifat eksposur minyak. Luasan dan tingkat kerusakan terumbu karang akibat pencemaran minyak berkaitan erat dengan kepekaan dan kerentanan dari masing-masing spesies, lama keterpaparan, dan suhu lingkungan. Kemudian terumbu karang dengan bentuk pertumbuhan bercabang (coral branching) lebih sensitif terhadap minyak dibandingkan dengan karang dengan bentuk pertumbuhan massive (coral massive) atau berbentuk piringan (NOAA 2010). Mamalia laut Sensitivitas mamalia laut terhadap tumpahan minyak sangat bervariasi (US EPA 2002). Efek kerusakan umumnya berhubungan terhadap bulu dan lemak
10 pada mamalia laut yang tetap harus terjaga untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya agar tetap hangat. Minyak dapat dengan mudah lengket pada bagian tubuh mamalia laut, sulit untuk menghindari predator jika minyak melengketkan sirip tubuhnya sehingga mudah untuk dimangsa, dapat terjadi infeksi dan kesulitan makan jika bulu sensor pada mamalia laut terlengketkan oleh minyak. Secara tidak langsung minyak yang mencemari perairan akan tertelan oleh mamalia laut saat mencari makan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan pada saluran pencernaan dan kerusakan hati serta ginjal. Selain itu, US EPA (2002) menyatakan bahwa untuk semua jenis mamalia laut yang menghirup uap hidrokarbon dapat menyebabkan kerusakan syaraf dan kelainan perilaku. Ikan Kontak minyak dengan ikan dapat terjadi dengan cara yang berbeda. Minyak yang tumpah dapat menyebar dan terkontak langsung dengan ikan dan mencemari insangnya. Perairan yang tercemari oleh minyak dapat mengandung komponen kimia yang beracun dan dapat dengan mudah menguap. Komponen kimia yang beracun dari minyak dapat dengan mdah diserap oleh telur, larva, ikan remaja dan mungkin langsung makan makanan yang sudah terkontaminasi oleh minyak. Ikan yang tercemar atau terkontaminasi oleh minyak dapat menderita perubahan jantung, laju pernapasan, pembesaran hati, gangguan pertumbuhan, erosi sirip, gangguan reproduksi, terjadi perubahan biokimia dan seluler serta terjadinya pola perilaku/tingkah laku pada ikan (US EPA 2002). Burung Burung sangat rentan terhadap tumpahan minyak. Burung laut dapat menghabiskan waktunya di permukaan laut, menyelam ketika terganggu, dan memiliki tingkat reproduksi yang rendah terhadap tumpahan minyak. Selain itu, populasi spesies dengan jumlah individu yang kecil dan beberapa spesies yang terancam punah akan terpengaruh sangat buruk oleh kontaminasi tumpahan minyak (US EPA 2002). Bulu burung memiliki fungsi untuk menangkap udara dan memelihara burung dengan kehangatan dan daya apung. Burung yang terjebak atau tenggelam oleh tumpahan minyak akan menghilangkan kemampuannya untuk tetap bertahan di air dan, mereka mungkin menelan minyak ketika mencoba untuk membersihkan bulu mereka atau ketika mereka mencoba untuk makan makanan yang terkontaminasi, dan mereka mungkin akan menderita efek reproduksi jangka panjang. Plankton Komponen hidrokarbon dalam minyak dapat bersifat toksik dan sangat berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, perilaku dan pertumbuhan plankton (Mukhtasor 2007). Tumpahan minyak dapat juga menguntungkan pada sebagian jenis bakteri tertentu terhadap proses biodegradasi minyak. Selain itu, minyak dapat menyebabkan masalah bagi fitoplankton (Abbriano et al. 2011). González et al. (2009) diacu dalam Abbriano et al. (2011) bahwa untuk plankton,terjadinya pencemaran perairan oleh tumpahan minyak akan menghambat pertukaran gas, mengganggu proses fotosintesis dan mengganggu pertumbuhan. Hal serupa juga dikatakan Harrison et al. (1986) diacu dalam Abbriano et al. (2011) bahwa PAH dalam minyak mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton mulai dari konsentrasi rendah (1 mg/l) sampai dengan konsentrasi tinggi (100 mg/l). Seperti halnya fitoplankton, Suchanek (1993) diacu dalam Abbriano et al. (2011) menyatakan bahwa banyak spesies dari zooplankton juga sensitif terhadap bahan kimia yang
11
ditemukan dalam minyak. Copepoda yang bersentuhan langsung dengan minyak telah banyak mengalami peningkatan mortalitas, penurunan makan dan reproduksi. Perikanan dan kegiatan budidaya Perikanan dan industri budidaya merupakan hal penting yang mungkin akan terpengaruh oleh tumpahan minyak. Hasil tangkapan dan hewan budidaya akan terkontaminasi secara fisik akibat dari tercemarnya perairan oleh minyak. Kegiatan memancing dan perlatan budidaya akan terminyaki dan kegiatan memancing dapat terhenti sampai perlatan bersih dari minyak. Selain itu, kegiatan rekreasi perikanan (memancing), penangkapan ikan oleh nelayan, dan siklus budidaya akan terganggu oleh adanya tumpahan minyak dan akan berkonsekuensi tehadap gangguan ekonomi masyarakat sekitar. Kemudian hasil tangkapan nelayan pada area yang tercemari oleh minyak akan sulit untuk dipasarkan atau tidak adanya konsumen yang membeli produk makanan laut dari wilayah yang tercemari oleh minyak (ITOPF 2004). Metode Penanganan Tumpahan Minyak Penanganan kasus tumpahan minyak secara teknis di laut merupakan masalah yang cukup penting untuk diperdebatkan karena secara teknis tidak mungkin semua mampu dibersihkan pada perairan yang telah tercemari oleh adanya kejadian tumpahan minyak. Akan tetapi, Larson (2010) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011) memberikan informasi terkait dengan teknis remediasi dalam pembersihan/penanganan tumpahan minyak baik secara fisik, kimia, thermal maupun biologi. Metode remediasi fisik Metode ini biasanya dilakukan untuk mengendalikan tumpahan minyak di lingkungan perairan, diantaranya terdiri dari oil booms, skimmers, dan absorbent. Metode-metode tersebut digunakan sebagai bahan penghlang untuk mengontrol tumpahan minyak agar tidak menyebar luas tanpa mengubah karakteristik fisik dan kimia dari minyak tersebut. Walaupun demikian metode remediasi fisik masih banyak memiliki hambatan dalam proses penggunaannya (Vergetis 2002 dan Fingas 2011, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). 1) Oil booms; merupakan jenis umum dari perlengkapan respon tumpahan minyak yang digunakan untuk mencegah penyebaran tumpahan minyak dengan memberikan penghalang terhadap pergerakan minyak. Terdapat tiga jenis oil booms, yaitu: fence boom, curtain boom dan fire-resistant boom (Potter dan Morrison 2008, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). fence boom seperti pagar yang mengambang di atas permukaan air dengan struktur terbuat dari bahan kaku atau semi kaku yang mengambang 60% dari booms berada di bawah air dan 40% berada di atas permukaan air. Curtain boom memiliki struktur yang kuat, sebagai penyerap dan tidak mengambang serta berisi busa. fire-resistant boom memiliki struktur yang terbuat dari logam yang tahan api dan dapat berkonsentasi untuk mengefisiensikan pembakaran minyak pada suhu 1093oC (2000oF).
12
sumber: OSS (2010) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011); OSS : Oil Spill Solution (a) (b) (c)
Gambar 3. Tipe oil booms; (a) fence boom; (b) curtain boom; dan (c) fire resistant boom. 2) Skimmers; perlengkapan respon tumpahan minyak ini dapat digunakan secara bersamaan dengan oil booms untuk memulihkan minyak dari permukaan air tanpa mengubah sifat-sifatnya sehingga dapat diproses ulang dan digunakan kembali. Skimmers terdiri dari tiga kategori, yaitu wier skimmers, oleophilic skimmers dan suction skimmers (Nomack dan Cleveland 2010, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Wier skimmer bertindak seperti bendungan dan mengumpulkan minyak yang mengambang dari permukaan air melalui aksi gravitasi. Skimmer oleophilic termasuk drum, tali, sikat dan jenis sabuk skimmer. Minyak yang terperangkap di atas permukaan bahan dapat diperas dari permukaan dan dikumpulkan dalam tangki penyimpanan. Skimmer oleophilic dapat memulihkan 90% dari minyak dalam air karena sifat mereka oleophilic. Sedangkan suction skimmers berupa pompa vakum dengan sistem udara yang dapat menyedot minyak dan mentransfernya ke tangki penyimpanan. Suction skimmers sangat efisien dalam menangani berbagai viskositas minyak tetapi memiliki hambatan jika lubang penghisapan tersumbat oleh puing-puing. Keberhasilan skimmers tergantung pada jenis dan ketebalan dari tumpahan minyak, jumlah puing-puing di air, lokasi, kondisi cuaca dan umumnya skimmers cukup efektif digunakan pada perairan tenang (OSS 2010, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
sumber: US EPA (1999b) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011) (a) (b)
(c)
Gambar 4. Tipe skimmers; (a) wier skimmers; (b) oleophilic skimmers; dan (c) suction simmers. 3) Absorbent; seperti sorben hidrofobik sangat menarik dalam mengendalikan tumpahan minyak, yaitu dapat memfasilitasi konversi zat cair ke fase semi padat dalam pembersihan minyak (Adebajo et al. 2003 dan OSS 2010, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Bahan-bahan Absorbent dalam pembersihan tumpahan minyak terdiri dari bahan organik alami, anorganik alami dan bahan sintesis. Adsorbent organik alami seperti kapuk, serbuk gergaji, serat nabati,
13
dan jerami. Choi dan Cloud (1992) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011) melaporkan bahwa gulma dan serat kapas dapat menyerap 74-85% minyak mentah dari permukaan air laut. Kemudian adsorbent anorganik alami termasuk tanah liat, kaca, wol, pasir, dan abu vulkanik. Adsorbent anorganik alami memiliki kapasitas penyerapan 4-20 kali. Kelemahannya adalah tidak dianjurkan untuk permukaan air (US EPA 2011a, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Sedangkan adsorbent sintetis yang berupa polypropylene, busa polyester dan polystyrene tersedia dalam lembaran, gulungan dan juga dapat diterapkan pada permukaan air sebagai bubuk. Adsorbent sintetis ini telah menyerap kapasitas 70-100 kali dari bobotnya dalam minyak karena memiliki sifat hidrofobik dan oleophilic (Choi dan Cloud 1992; Deschamps et al. 2003; USEPA 2011a, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Metode remediasi kimia Dalam hal membatasi penyebaran minyak di laut dan melindungi garis pantai serta habitat laut yang sensitif, metode remediasi kimia biasanya dikombinasikan dengan metode fisik. Bahan kimia yang digunakan dapat menanggulangi tumpahan minyak karena memiliki kemampuan untuk mengubah sifat fisik dan kimia minyak (Vergetis 2002 diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Bahan kimia yang digunakan untuk membatasi penyebaran tumpahan minyak biasanya dispersan dan solidifiers. Dispersan terdiri dari surfaktan yang memiliki kemampuan untuk memecah minyak menjadi tetesan kecil dan dapat dengan mudah terdegradasi (Lessard dan Demarco 2000, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Sedangkan solidifiers merupakan bahan polimer hidrofobik (granular kering) yang dapat bereaksi dengan minyak untuk mengubah keadaan cair menjadi karet sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara fisik. Metode remediasi thermal Metode remediasi ini dilakukan dengan melakukan pembakaran in situ dengan peralatan dan perlengkapan yang khusus, yaitu minyak berada dalam lingkaran fire-resistant boom. Metode ini secara efektif dilakukan dalam kondisi angin tenang dan minyak baru tumpah atau produk minyak yang tumpah mudah untuk dibakar tanpa menimbulkan bahaya bagi kehidupan di laut. Namun, residu dari hasil pembakaran dapat tenggelam dan menutupi sedimen dasar laut (Davidson et al. 2008, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Metode remediasi biologi atau bioremediasi Remediasi biologi atau bioremediasi merupakan salah satu metode respon tumpahan minyak melalui proses dimana mikroorganisme mendegradasi dan memetabolisme bahan kimia untuk memulihkan kualitas lingkungan dari pencamaran minyak. Kecepatan proses degradasi minyak oleh mikroorganisme bergantung pada jenis minyak dan komponen kimia minyak. Senyawa kimia yang memiliki berat molekul rendah sangat mudah terdegradasi, begitu halnya sebaliknya (Atlas 1995 dan Swannell et al. 1996, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). Mikroorganisme yang cukup dominan dalam proses pendegradasian minyak adalah bakteri. Atlas dan Cerniglia (1995) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011) melaporkan bahwa genera bakteri yang dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam minyak adalah Pseudomonas, Achromobacter, Acinobactor, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus brevibacterium, Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas dan Vibrio.
14 Kasus Tumpahan Minyak di Indonesia Tumpahan minyak di perairan merupakan kejadian yang sangat berperan penting terhadap kerusakan dan kelestaraian ekosistem perairan dan dampak turunan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi kejadian. Pada tahun 2004 tepatnya tanggal 25 Juni 2004 telah terjadi kasus pencemaran perairan akibat tumpahan minyak di perairan Balikpapan oleh Kapal MT. Panos G yang berupa tumpahan limbah kerak mentah (sludge oil). Berdasarkan hasil penilaian melalui penelitian penilaian terpadu dampak tumpahan minyak di perairan Balikpapan (kasus tumpahan sludge oil dari kapal MT.Panos) bahwa kejadian tumpahan minyak tersebut telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove seluas 18 ha, rusaknya 4 ha wilayah rehabilitasi mangrove, rusaknya ekosistem lamun seluas 1 ha dan tercemarinya pasir pantai Balikpapan sepanjang 5 km. Selain itu terdapat kematian pada anakan mangrove, matinya padang lamun, menimbulkan dampak berupa terganggunya tempat hidup berbagai jenis hewan laut berupa ikan, udang yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat (http://www.digilib.ui.ac.id). Sama halnya di daerah Kepulauan Seribu, di utara Jakarta yang dalam empat tahun terakhir, ada 78 pulau di Taman Nasional Kepulauan Seribu telah tercemari oleh tumpahan minyak. Kawasan ini merupakan kawasan perairan tempat mobilisasi kapal tanker pengangkut minyak oleh perusahaan-perusahan migas (http://www.jatam.org; senin, 2 Maret 2011). Selain itu, menurut media masa (Tempo Interaktif , 2007) bahwa tumpahan minyak telah mencemari Pulau Kotok Besar (berjarak 20 mil di Utara Ancol, Jakarta) dan Pulau Harapan (berjarak 10 mil di Timur Laut Pulau Kotok). Selain itu gumpalan minyak telah mengotori 20 pulau pada pantai-pantai wisata dan pemukiman di kawasan 2 (dua) pulau tersebut (http://www.tempo.com; Minggu, 19 Oktober 2008). Kemudian kasus tumpahan minyak juga telah terjadi di kawasan perairan Indramayu. September 2008 kapal tanker Arendal yang membawa minyak mentah tumpah di anjungan Laut Jawa karena kebocoran pipa dari kapal tanker ke tangki Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan. Tumpahan minyak mentah 150 ribu DWT mencemari laut sejauh 48 kilometer. Sekitar 12.800 ha tambak udang dan tambak bandeng di 14 kecamatan tercemar minyak. Pencemaran minyak yang terjadi pada Unit Pengolahan VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat telah mencemari sebagian besar kawasan pesisir Pabean Ilir yang berupa gumpalan minyak pekat bercampur pasir laut. Gumpalan minyak dan bekas tumpahan minyak masih terlihat di pantai Karang Song akibat tumpahan oleh Kapal tanker Arendal (http://www.indramayupost.com; Rabu, 25 Februari 2009). Pada tanggal 21 Agustus 2009 silam, tumpahan minyak juga terjadi di perairan Indonesia. Pencemaran tersebut telah terjadi akibat kasus ledakan oleh ledakan di ladang minyak Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut Timor di Perairan ZEE Australia selama 74 hari sampai 3 November 2009. Pemerhati masalah Laut Timor telah mengemukakan bahwa tumpahan minyak mentah yang mencemari Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara pada tanggal 21 Agustus 2009 tersebut mencapai sekitar 107 juta liter atau sekitar 1.850.000 barel (http://mobile.seruu.com; Senin, 21 Mei 2012). Selain itu, Komisi Penyelidikan Montara bentukan Pemerintah Federal Australia dalam laporannya menyatakan tumpahan minyak Montara di Laut Timor mencapai sedikitnya 2.000
15
barel atau sekitar 118.000 liter per hari selama 74 hari. Jenis minyak bumi yang tumpah tersebut adalah minyak mentah fraksi ringan (light crude oil). Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) menjelaskan asumsi besarnya volume tumpahan minyak Montara ini berdasarkan pada jumlah cadangan minyak sebesar 24 juta barel atau 1.416.000.000 liter. Kapasitas produksi ini diperkirakan menghasilkan 35.000 barel atau 2.065.000 liter per hari, sehingga dapat diasumsikan bahwa jika hanya 25.000 barel atau 1.475.000 liter minyak yang dimuntahkan maka jumlah tumpahan tersebut mencapai sekitar 107 juta liter (Sumber: http://mobile.seruu.com; Senin, 21 Mei 2012). Oil Spill Contingency Plan Tumpahan minyak dan zat berbahaya lainnya tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun dampaknya dampak diminimalisasi dengan membentuk sebuah rencana respon dan aksi pencegahan. Lokasi yang terlindungi dan memiliki tingkat kerentanan lingkungan yang tinggi perlu dilakukan upaya perencanaan dari kemungkinan tumpahan minyak (oil spill contingency plan) (INAC 2007). Menurut International Petroleum Industry Environmental Conservation Association (IPIECA 2000) bahwa perencanaan dari kemungkinan kasus tumpahan minyak (OSCP) harus mencakup beberapa bagian, yaitu strategi, tindakan dan operasi, serta ketersedian data yang kompleks. Kemudian menurut US EPA (1999) bahwa OSCP cukup rumit karena memberikan banyak rincian tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi tumpahan minyak. Hal ini juga mencakup banyak skenario tumpahan dan banyak situasi yang berbeda yang mungkin timbul selama atau setelah tumpahan. Meskipun adanya kompleksitas, contingency plan yang dirancang dengan baik dapat mudah untuk diikuti. OSCP biasanya memiliki empat elemen utama, yaitu identifikasi bahaya, analisis kerentanan, penilaian risiko, dan tindakan respon. Perencana menggunakan identifikasi bahaya dan analisa kerentanan untuk mengembangkan penilaian risiko. Penilaian risiko kemudian digunakan sebagai dasar untuk perencanaan tindakan respon tertentu. OSCP secara luas telah diakui bahwa negara atau perusahaan yang telah memiliki perencanan terhadap kemungkinan terjadinya tumpahan minyak dipandang lebih siap dalam menghadapi keadaan darurat dari kejadian bahaya tumpahan minyak dari pada yang tidak memiliki. Manfaat yang sangan potensial dari OSCP adalah: Respon lebih efektif dan efisien dalam menghadapi insiden tumpahan minyak dan lebih memudahkan dalam strategi mengurangi kerusakan ekologi, ekonomi dan klaim kompensasi. Penegasan dalam prioritas perlindungan lingkungan oleh pihak pengusaha atau pemerintah. Meningkatkan pemahaman publik yang positif dalam perlindungan lingkungan. Kejadian tumpahan minyak tidak dapat diketahui dengan pasti kapan dan dimana serta berapa ukuran tumpahan minyak. Tumpahan minyak dapat terjadi dari kegiatan pemuatan, pembongkaran, pengoperasian pipa, dan dapat juga terjadi dari tabrakan atau kapal kandas saat membawa minyak mentah dari pelabuhan lokal atau pesisir. Selain itu kasus tumpahan minyak juga dapat terjadi
16 dari kapal tanker atau tongkang yang beroperasi diperairan yang dalam, atau dari kegiatan eksplorasi dan operasi produksi di perairan internasional. Risiko tumpahan minyak dan respon terhadap tumpahan minyak harus diklasifikasikan menurut ukuran dan kedekatannya dengan fasilitas operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan harus adanya konsep respon berjenjang (tiered response). Setiap perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam responnya pada setiap kejadian tumpahan minyak. Perencanaan dalam hal kemungkinan terjadinya tumpahan minyak harus mencakup setiap jenjang (tier) dan berhubungan langsung dengan skenariao dari potensi tumpahan minyak perusahaan. Jumlah peralatan dan personil yang terlatih harus diidentifikasi pada setiap jenjang (tier) karena untuk setiap operasi akan bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti risiko, lokasi, jenis minyak dan lingkungan atau ancaman dari sensitivitas kondisi sosial ekonomi. Gambar 5 menunjukkan illustrasi dari respon berjenjang (tiered response) dari ukuran kejadian tumpahan minyak.
Sumber : IPIECA (2000)
Gambar 5. Respon berjenjang (tiered response) tumpahan minyak Tier 1 : Operasional-tipe tumpahan minyak yang mungkin terjadi pada atau dekat fasilitas perusahaan itu sendiri sebagai konsekuensi kegiatan sendiri. Setiap perusahaan biasanya akan memberikan sumber daya untuk menanggapi jenis tumpahan ini. Tier 2 : Tumpahan lebih besar disekitar fasilitas perusahaan, dimana sumber daya dari perusahaan lain, industri dan mungkin respon dari lembaga pemerintah di daerah dapat dipanggil untuk bergotong royong secara bersamaan. Sumber daya perusahaan di tier 1 dapat berpartisifasi dan memiliki akses peralatan yang memadai. Tier 3 : Tumpahan leboh besar dimana sumber daya perusahaan secara substansi akan diperlukan dan adanya dukungan secara nasional (tier 3) atau kerjasama secara internasioanl juga diperlukan. Sangat mungkin untuk operasi ini harus ada arahan dan kontrol langsung dari pemerintah. Hal ini penting untuk mengenali bahwa tumpahan yang terjadi di tier 3 dapat lebih dekat dengan taua jauh dari fasilitas perusahaan.
Indeks Sensitivitas Lingkungan Sejak tahun 1979, pemetaan indeks sensitivitas lingkungan telah disiapkan sehari sebelum kejadian tumpahan minyak di Teluk Meksiko (NOAA 2002). Pembuatan peta indeks sensitivitas lingkungan merupakan sebuah upaya perencanaan dan respon dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya tumpahan minyak di suatu area. Selain itu, peta indeks sensitivitas lingkungan dapat membantu dalam upaya pembersihan dan mengurangi dampak yang terjadi dari
17
kasus tumpahan minyak. Kemudian dapat juga digunakan oleh perencana dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi yang rawan dan menetapkan prioritas perlindungan dan mengidentifikasi strategi yang efektif dan efisien dalam upaya pembersihan. Berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh banyak negara di dunia serta persyaratan dalam kemungkinan tumpahan dari polusi minyak bahwa oil spill contingency plan membutuhkan sebuah informasi lokasi terhadap sumber daya yang sensitif sebagai dasar untuk menetapkan prioritas perlindungan (NOAA 2002). Peta indeks sensitivitas lingkungan merupakan ringkasan singkat dari sumber daya pesisir yang memiliki resiko jika terjadi tumpahan minyak di dekatnya. Salah satu contoh dari sumber daya pesisir yang beresiko adalah sumber daya hayati (seperti burung dan habitat kerang), garis pantai yang sensitif (seperti rawa-rawa dan daerah pasang surut yang rendah), dan sumber daya yang digunakan oleh masyarakat (human-use resource) seperti pantai publik dan taman wisata laut. Menurut NOAA (2002) bahwa klasifikasi pantai tidak hanya didasarkan pada jenis substrat dan ukuran butiran dari substrat pantai, akan tetapi didasarkan juga pada pemahaman akan sifat fisik dan biologi dari lingkungan pantai. Hubungan antara proses fisik, jenis substrat, dan keterkaitan dengan biotanya akan menghasilkan bentuk pantai/jenis ekologi pantai tertentu, pola transportasi sedimen, dan pola perilaku minyak dalam memprediksi dampaknya ke biota. Konsep yang berkaitan dengan faktor alam dan sensitivitas relatif dari garis pantai, sebagian besar telah dikembangkan pada daerah estuari dan sebagian telah dimodifikasi untuk daerah danau dan sungai. Peringkat sensitivitas pada tipe pantai dikendalikan oleh faktor paparan gelombang, energi pasang surut, kemiringan pantai, tipe substrat (ukuran butiran, pergerakan, penetrasi dan kediamannya dalam sedimen) dan sensitivitas serta produktivitas biologi pantai. a. Gelombang dan energi pasang surut Faktor fisik seperti energi gelombang dan pasang surut atau energi arus sangat menentukan tingkat paparan pada garis pantai. Energi gelombang merupakan fungsi dari rata-rata tinggi gelombang yang diukur minimal satu tahun. Gelombang besar (ketinggian > 1 meter) biasanya dapat mengurangi dampak dari tumpahan minyak pada habitat pantai, hal tersebut dikarenakan arus yang diarahkan oleh gelombang yang memantul ke permukaan pantai yang keras dapat mendorong minyak jauh dari pantai. Gelombang yang membangkitkan arus akan mengaduk sedimen pantai dan butiran kasar pada sedimen dapat menghilangkan minyak yang terdampar sehingga organisme yang hidup pada sedimen tersebut akan mengalami gangguan yang cukup pendek. Energi pasang surut juga sangat menentukan potensi pencemaran minyak pada habitat pesisir pantai walaupun pengaruhnya tidak seluas pengaruh dari energi gelombang. Hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah potensi arus pasang surut yang kuat dapat menghilangkan minyak yang terdampar pada habitat pesisir pantai dan juga dapat memindahkan butiran sedimen untuk memendam minyak yang terdampar. Gambar 6 merupakan illustrasi garis pantai yang secara teratur terkena energi gelombang dan arus pasang surut yang kuat pada setiap musim. Gelombang dan pasang surut akan menghasilkan sebuah energi di sepanjang garis pantai. Energi tersebut paling sering terjadi di sepanjang garis pantai terluar atau
18 di mana angin dominan bertiup dan menyebabkan gelombang membentur garis pantai secara langsung atau akibat dari pembiasan gelombang.
a
b
c
Gambar 6. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 1(a-b) – 2 (c) (IPIECA/IMO, 1994; IPIECA/IMO/OGP, 2011) Gambar 7 merupakan illustrasi garis pantai dengan frekuensi energi gelombang menengah. Kemudian Gambar 8 merupakan illustrasi garis pantai dengan energi gelombang yang rendah atau garis pantai yang terlindungi dari energi gelombang dan pasang surut. Pantai yang tidak memiliki prediksi kondisi badai musiman yang dapat menghasilkan ukuran gelombang besar dari arah tertentu akan sulit untuk menggambarkan pembersihan tumpahan minyak secara alami. Di sepanjang garis pantai, peristiwa gelombang dengan energi yang cukup tinggi biasanya dapat terjadi lebih dari sekali setiap tahunnya, akan tetapi waktu kejadiannya tidak dapat diketahui. Pantai dengan kondisi gelombang rendah sangat sulit untuk memprediksi lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pembersihan, dan dalam kondisi tersebut peluang minyak yang tinggal di tepi pantai dapat berlangsung lama. b. Kemiringan pantai Kemiringan garis pantai merupakan ukuran dari kecuraman zona intertidal antara pasang tertinggi dan surut terendah. Hal tersebut dapat dicirkan apabila kondisi pantai memiliki kecuraman > 30o maka dapat dikatakan curam; 5-30o kecuraman sedang dan < 5o maka kecuraman pantai rendah atau landai. Pentingnya informasi mengenai kemiringan garis pantai berkaitan dengan efeknya terhadap refleksi gelombang. Daerah intertidal yang curam biasanya terkena gelombang yang tinggi dan dapat membantu dalam meningkatkan pembersihan minyak secara alami. Beda halnya dengan daerah intertidal yang landai, yang memungkinkan minyak yang tinggal di tepi pantai akan berlangsung lama dan daerah ini biasanya memiliki komunitas biologi yang cukup tinggi. Pada habitat yang terlindung, kemiringan pantai merupakan faktor pembeda yang kurang penting dalam hal dampak tumpahan minyak, terkecuali dari kekayaan komunitas biologi yang sensitif. Di daerah ini memiliki komunitas biologi yang cukup tinggi pada daerah lereng-lereng datarnya.
19
d
e
f
g
h
i
k
l
j
n
m
Gambar 7. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 3 (d-e); ESI 4 (f-g); ESI 5 (h-i); ESI 6 (j-l); ESI 7 (m-n) (IPIECA/IMO, 1994; IPIECA/IMO/OGP, 2011).
o
r
p
q
s
Gambar 8. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 8 (o-p); ESI 9 (q-r); ESI 10 (s-t) (IPIECA/IMO, 1994; IPIECA/IMO/OGP, 2011).
t
20 c. Tipe substrat NOAA (2002) telah mengklasifikasikan jenis substrat pantai menjadi batuan dasar, sedimen dan bahan buatan manusia. Batuan dasar terdiri dari batuan yang kedap air dan tidak kedap air. Sedimen terdiri dari lumpur (<0,06 mm), pasir halus (0,06-1 mm), pasir kasar (1-2 mm), butiran pasir (2-4 mm), batu kolar (4-64 mm), batu bulat (64-256 mm), dan batu besar (> 256 mm). Sedangkan bahan buatan manusia dibedkan menjadi riprap atau pecahan batuan dengan berbagai ukuran yang dapat menyerap minyak dan dam atau tembok laut yang terbuat dari bahan padat, seperti beton atau baja yang kedap terhadap minyak. Perbedaan substrat yang paling penting adalah antara batuan dasar dan yang tidak tergabung dalam sedimen. Substrat yang tidak tergabung dalam sedimen memiliki potensi minyak terserap dalam substrat. Minyak yang terserap dan terkubur kedalam substrat secara mekanis berbeda, akan tetapi ketika salah satu atau keduanya terjadi dalam substrat sedimen, minyak akan bertahan lama dalam substrat dan memiliki potensi yang panjang terhadap gangguan biologinya. Selain itu, minyak yang terkubur atau terserap dalam sedimen tersebut sulit untuk dibersihkan dari tepi pantai. d. Sensitivitas dan produktivitas biologi Produktivitas biologis pada habitat pantai merupakan komponen yang terintegrasi dalam menentukan peringkat ESI (Environmental Sensitivity Index). Habitat tumbuhan seperti rawa dan hutan mangrove memiliki peringkat yang tinggi karena dampak yang diakibatkan oleh minyak cukup panjang dan potensi kerusakan serta kegiatan pembersihan sangat sulit untuk dilakukan. Selain itu, secara ekologi memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan membutuhkan waktu lama dalam proses pemulihannya. Peringkat ESI mencerminkan tingkat sensitivitas umum pada habitat pantai. Pantai yang memiliki substrat pasir halus memiliki peringkat ESI = 3. Sedangkan area dengan pasang surut yang rendah memiliki peringkat ESI yang tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan tingginya produktivitas organisme bentik dan sebagai tempat ikan dan burung dalam mencari makan.
3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di pesisir selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Desember 2013 - Januari 2014. Secara administrasi lokasi penelitian masuk dalam Kecamatan Anggana, Muara Jawa dan Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Gambar 9). Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah GPS Garmin 78s, kamera Cannon 700D, software ArcView GIS 3.3/ArGis 9.3/10.1/ ERDAS Imagine 9.1, ODV (Ocean Data View) 3.4.3, WRPLOT 4.8.5, foto udara dan peta batimetri.
21
Gambar 9. Peta lokasi penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan bersumber dari data sekunder maupun data primer dalam bentuk spasial ataupun non spasial. Data spasial seperti tutupan lahan, tipe dan garis pantai diidentifikasi dengan foto udara. Kemiringan pantai dan kontur dasar perairan diidentifikasi dengan analisis DEM (Digital Elevation Model) dan peta batimetri (Bakosurtanal 1:50.000). Sedangkan data-data non spasial yang digunakan adalah (1) geofisik pantai/pesisir: substrat, arus dan pasang surut (Gastaldo 2010; TEPI 2012a; TEPI 2012b; TEPI 2013a; dan TEPI 2013b), dan data angin (ECMWF: European Centre for Medium-Range Weather Forecasts/ www.ecmwf.int), (2) sumberdaya hayati; mangrove, biota perairan dan kelompok burung (Sidik 2008; Creocean 2012 dan TEPI 2013b), (3) tipe pemanfaatan sumberdaya pesisir: pelabuhan, platform migas, pemukiman, tambak dan area tangkap. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengelaborasi data hasil penelitian sebelumnya, observasi lapang dan identifikasi foto udara melalui analisis spasial dengan sistem informasi geografis (SIG). Analisis sensitivitas lingkungan OSCP merupakan kajian yang komprehensif sehingga membutuhkan integrasi data dari beberapa komponen lingkungan untuk diidentifikasi serta dielaborasi menjadi satu kesatuan sensitivitas lingkungan. Secara keseluruhan hasil identifikasi dan elaborasi komponen lingkungan tersebut diaplikasikan dengan menggunakan metode zonal, yaitu metode yang menerapkan indeks kerentanan pada daerah pesisir dengan memetakan distribusi variasi lingkungan pesisir. Bentuk modifikasi dari metode zonal dalam penelitian ini adalah memetakan distribusi variasi lingkungan dengan segmen garis (Gundlach dan Hayes 1978; Stjernholm et al. 2011). Area buffer dalam penerapan
22 modifikasi metode zonal dengan segmen garis adalah 200 m baik kearah darat maupun kearah perairan dari garis pantai. Selanjutnya keberadaan dan tipe pemanfaatan elemen sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam ditabulasikan kedalam matrik pada setiap grid area foto udara. Grid area foto udara yang digunakan adalah 2 km x 2 km (Gambar 10).
Gambar 10. Grid area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam. Analisis Data Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam Arus dan Pasang Surut Kondisi umum arah dan kecepatan arus dianalisis secara deskriptif dari hasil data model (TEPI 2013a). Kemudian untuk kondisi pasang surut dianalisis konstanta harmoniknya dengan metode Admiralty. Konstanta harmonik yang didapatkan digunakan sebagai masukan data dalam formula Formzahl 1
1
2
2
Keterangan : F = Bilangan Formzahl K1 dan O1 = Konstanta harmonik (amplitudo) pasut diurnal M2 dan S2 = Konstanta harmonik (amplitudo) pasut semidiurnal F ≤ 0,25 0.26 < F<1.50 1.51 < F ≤3.0 F >3.0
= Tipe pasut semidiurnal = Tipe pasut campuran cenderung semidiurnal = Tipe pasut campuran cenderung diurnal = Tipe pasut diurnal
23
Arah dan Kecepatan Angin Data angin yang diperoleh berupa komponen u (angin zonal) dan komponen v (angin meridional) dalam format .nc (www.ecmwf.int) diekspor kedalam bentuk .txt dengan ODV 3.4.3. Hasil ekspor data kedalam bentuk .txt dimasukkan kedalam spread sheet dengan Microsoft Office Excel untuk dikonversi kedalam komponen arah dan kecepatan. Selanjutnya divisualisasikan kedalam bentuk wind rose dengan WRPLOT 4.8.5. Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan Kemiringan pantai merupakan ukuran kecuraman dari zona intertidal tepi pantai. Sedangkan kontur dasar perairan merupakan ukuran kedalaman perairan yang divisualisaikan kedalam relief dasar perairan dengan garis-garis kontur (contour lines)/kontur kedalaman (depth contours atau isobath). Kemiringan pantai diukur berdasarkan DEM (Digital Elevation Model) yang dianalisis dengan ERDAS Imagine 9.1. Kontur dasar perairan dipetakan menggunakan data peta Batimetri skala 1: 50.000 yang dianalisis dengan ArcGis 9.3. Eksposur Tidal Flat Eksposur tidal flat merupakan gambaran keterbukaan pantai oleh pengaruh hidrodinamika perairan, seperti riakan gelombang dan energi pasang surut perairan. Gelombang dan energi pasang surut perairan merupakan komponen hidrodinamika perairan yang dapat menentukan keterbukaan pantai dan keefektifannya dalam respon pembersihan oleh tumpahan minyak. Akan tetapi menurut Lotfy (2004) eksposur dapat diprediksi dengan menggunakan informasi angin, yaitu menghubungkan durasi dan kecepatan angin ke jarak tegak lurus garis pantai dimana angin bertiup untuk menciptakan gelombang (fetch). Eksposur tidal flat dianalisis dengan menggunakan formula indeks eksposur (exsposure index/EI) (Hayes 1996). EI digunakan mengikuti prosedur berikut: (1) menggunakan orientasi pada 45o mendekati garis pantai terdekat; (2) mengukur fetch efektif dari tiga arah sudut dan; (3) menentukan jumlah hari dari angin bertiup untuk setiap arah dan kecepatan angin yang terekam. EI
= [(EFP x WD 10-20 mph) + (EFP x [WD > 20 mph]2)] + [(EF 45L x WD10 -20 mph) + (EF 45L x [WD > 20 mph]2)] + [(EF 45R x WD 10-20 mph)+(EF 45R x [WD > 20 mph]2)]
Keterangan; EFP EF 45o L(left) EF 45o R (right) WD 10-20 mph WD> 20 mph 1 mph (mil per hour) EI≤10 11< EI < 50 51< EI < 100 101<EI ≤ 200 EI>200
= Efektif fetch tegak lurus garis pantai = Efektif fetch 45o (kiri) tegak lurus garis pantai = Efektif fetch 45o (kanan) tegak lurus garis pantai = Jumlah hari (24 jam) angin bertiup 10-20 mph = Jumlah hari (24 jam) angin bertiup >20 mph = 0.44704 m/s = Sangat terlindung = Terlindung = Cukup terlindung = Cukup terpapar = Terpapar
24 Pemetaan Karakteristik Sumber Daya Pesisir Delta Mahakam Karakteristik sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam dipetakan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 dan ArcGis 9.3/10.1 sebagai tools analisis. Elemen sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam diidentifikasi berdasarkan pada grid foto udara. Secara umum bagan alir rangkaian analisis pemetaan sumberdaya pesisir selengkapnya disajikan pada Gambar 11. SIG
Data Observasi Lapang
Data Atribut
Input Data
Foto Udara
Tagging
Editing
Proyeksi/Transformasi Map Join Basis Data Spasial
Analisis Spasial Clipping
Buffering
Overlay
Query Analisis
Peta Sumberdaya Pesisir Selatan Delta Mahakam
Gambar 11. Bagan alir rangkaian analisis pemetaan sumber daya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam Indeks Sensitivitas Lingkungan OSCP Indeks sensitivitas lingkungan yang digunakan adalah indeks sensitivitas melalui sistem peringkat dengan menggabungkan elemen biofisik dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh masyarakat dari perspektif kemungkinan terjadinya tumpahan minyak. Sistem peringkat ini mengelaborasi elemen-elemen lingkungan sesuai dengan keberadaannya di pesisir selatan Delta Mahakam. Sensitivitas sangat tergantung pada intoleransi (kerentanan) dari suatu habitat, kerusakan dari faktor eksternalnya dan membutuhkan waktu tertentu dalam hal pemulihannya. Oleh sebab itu, sensitivitas dinilai relatif terhadap perubahan dalam faktor tertentu (Marine Life Information Network: www.marlin.ac.uk). Penggunaan sistem peringkat sensitivitas lingkungan menerima nilai numerik tunggal, yang mewakili sensitivitas relatif untuk tumpahan minyak. Nilai numerik dalam peringkat sensitivitas ini dikategorikan kedalam 5 (lima) peringkat, yaitu peringkat dengan sensitivitas sangat rendah,
25
sensitivitas rendah, sensitivitas sedang, sensitivitas tinggi, dan sensitivitas sangat tinggi. Hasil pengkategorian peringkat sensitivitas lingkungan selanjutnya divisualisasikan kedalam peta dengan beberapa kode warna (Tabel 2). Tabel 2. Makna kategori peringkat sensitivitas lingkungan No 1
Kategori Sensitivitas Sangat rendah
2
Rendah
3
Sedang
4
Tinggi
5
Sangat tinggi
Keterangan Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi") namun diperkirakan akan pulih dengan cepat yaitu dalam waktu seminggu. Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tingg) namun diperkirakan akan pulih dengan cepat, yaitu dalam waktu 1 tahun. Habitat sangat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi) namun diperkirakan akan memakan waktu >1-10 tahun untuk pulih. Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi) dan diperkirakan akan pulih dalam jangka waktu yang sangat lama, yaitu> 10-25 tahun. Habitat sangat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi” dan diperkirakan akan pulih hanya dalam jangka waktu yang lama, yaitu >25 tahun pemulihan “sangat rendah” atau “tidak dapat dipulihkan”
Sumber: MarLin:http ://www.marlin.ac.Uk/ sensitivityrationale.php Intoleransi: kerentanan suatu habitat, kerusakan/kematian komunitas atau spesies dari faktor eksternal
Nilai sensitivitas lingkungan OSCP diperoleh dari nilai kumulatif indeks prioritas lingkungan (S). Nilai indeks prioritas lingkungan (PI) merupakan nilai kerentanan dari tiap elemen sumberdaya pesisir (AV) dikalikan dengan faktor bobotnya (Wi) (Musbech et al. 2000, diacu dalam Stjernholm et al. 2011). Penentuan nilai kerentanan pada tiap elemen sumberdaya pesisir didasarkan pada tingkat kerusakan atau efeknya terhadap tumpahan minyak. n
I
x
dengan
∑ I i 1
Keterangan; PI = Indeks prioritas AV = Nilai kerentanan WF = Kategori faktor bobot S = Sensitivitas relatif Kategori faktor pembobotan ditentukan dengan metode rank order centroid (ROC). ROC merupakan cara sederhana untuk memberikan pembobotan kepada sejumlah elemen sesuai tingkat kepentingannya. Konversi ini menggunakan rumus sebagai berikut (Chang 2004, diacu dalam Ghavamifar 2009) :
26
i
1
∑ n i
1 n
Keterangan; Wi = Bobot ke i M = Jumlah elemen/komponen n = Elemen/komponen ke i Elemen sumberdaya pesisir yang digunakan terdiri dari 3 elemen dasar yaitu: fitur pesisir/pantai (coastal fitur), sumberdaya hayati (biological resource) dan pemanfatan sumberdaya (human-use resource). Jumlah semua Wi adalah 1, yang menunjukkan 100% ketiga elemen sumber daya ini dinilai dalam area penelitian. Untuk nilai kerentanan pada tiap elemen sumberdaya pesisir (AV) diberikan nilai 1-5. Nilai 1 mengindikasikan tingkat kerentanan yang sangat rendah dan skor 5 mengindikasikan kerentanan sangat tinggi terhadap kemungkinan pencemaran minyak (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Sedangkan sumberdaya hayati, nilai kerentanannya didasarkan pada formula berikut: (
x
x
x
I)
Keterangan; RS = Kerentanan relatif RA = Kelimpahan relatif TM = Temporal modifier ORI = Indeks residensi minyak C = Konstanta (sumber daya pesisir pantai: 62,5) Nilai kerentanan relatif (RS) ditentukan melalui informasi mengenai tingkat kerentanan, potensi pemulihan dan efek letal serta sublethal dari spesies. Penentuan tersebut mengacu pada kriteria kerentanan yang dikeluarkan oleh Marine Life Information Network (Tyler-Walters et al. 2001). Sedangkan nilai ORI (oil residence index) ditentukan berdasarkan jenis pantai, subtrat dan eksposur pantai. ORI menggambarkan lamanya minyak yang tinggal di pantai dengan nilai berkisar 1 sampai 5 (Dempsey et al. 1995) (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Nilai sensitivitas dalam peringkat kategori sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam didasarkan pada nilai interval kelas hasil analisis sensitivitas relatif. Selang kelas diperoleh dari jumlah nilai maksimum tiap kerentanan dan faktor bobot dikurangi dengan jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian di bagi dengan jumlah kriteria sensitivitas (Modifikasi Musbech et al. 2000, diacu dalam Stjernholm et al. 2011). ∑
x
mak
∑
x
n Keterangan; K = Selang kelas AV = Nilai kerentanan pada tiap elemen lingkungan WF = Faktor pembobotan n = Jumlah kelas
min
27
Dari rumus yang digunakan di atas, diperoleh nilai selang kelas sebesar 3.2 dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 4.49 dan 20.45 sehingga nilai tiap kategori peringkat sensitivitasnya adalah sebagai berikut: Nilai Sensitivitas 4.49-7.68 7.69-10.88 10.89-14.08 14.09-17.28 17.29-20.48
Kategori Sensitivitas Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kode Warna
Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama merupakan suatu teknik mereduksi data multivarian yang mentranformasikan matriks data menjadi suatu set kombinasi linier yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal. Tujuannya adalah menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit mungkin komponen utama (faktor) yang dibentuk. Dalam hal ini, analisis komponen utama digunakan untuk mengetahui elemen sumberdaya pesisir yang memiliki keterkaitan yang cukup kuat terhadap penyusunan sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Analisis komponen utama dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak software statistica 7.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam Secara geomorfologi, area penelitian masuk kedalam 2 bagian penting dari 3 bentuk geomorfologi umum Delta Mahakam modern, yaitu delta front (perenggan delta) dan prodelta (luar delta). Delta front merupakan sub lingkungan delta dengan energi cukup tinggi dan sering terjadi proses sedimentasi yang konstan, yang dipengaruhi oleh pasang surut, arus laut serta aksi gelombang kedalaman ≤ 10 m Gambar 12a). Sedangkan Prodelta adalah bagian terluar dari delta yang berhadapan langsung dengan paparan laut dalam. (Gambar 12b).
(a) Sumber : a. TEPI (2013a); b. Allen dan Chamber (1998)
(b)
Gambar 12. Kondisi umum lingkungan pengendapan di pesisir selatan Delta Mahakam (a. delta front; b. prodelta).
28 Substrat dasar di pesisir selatan Delta Mahakam terdiri dari pasir halus dan lumpur yang tersebar sampai ke mulut delta. Pasir halus atau lebih dominan lumpur disebabkan oleh adanya aliran sedimen dari muara sungai mahakam yang terbawa dari bagian hulu dan terendapkan sampai ke mulut-mulut delta. Allen dan Chamber (1998), diacu dalam Gastaldo (2010) menyatakan bahwa penyebaran sedimen dengan substrat pasir halus dan lumpur atau lebih didominasi oleh lumpur terdapat di sekitar delta front. Sedangkan pada prodelta sedimennya lebih bersubstrat lanau/lempung/tanah liat dan terkadang lapisan pasir tipis (Allen dan Chamber 1998, diacu dalam Gastaldo 2010). Pantai dengan substrat berpasir halus dan berlumpur cukup mampu menahan air setelah terjadinya air pasang. Pasir halus dan lumpur tidak cepat meniriskan air yang terperangkap sehingga memungkinkan organisme yang tinggal lebih lama tercemari minyak. Beda halnya dengan pantai bersubstrat kasar dan berkerikil. Menurut IPIECA (2006), air laut yang terperangkap pada substrat kasar dan berkerikil biasanya tidak stabil dan mampu meniriskan air yang terperangkap dengan cepat. Kemudian minyak yang menempal pada substrat kasar cukup mudah untuk dibersihkan sehingga minyak yang tinggal berada dalam waktu yang singkat. Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan Hasil analisis DEM SRTM 30 m bahwa area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam memiliki derajat kemiringan pantai yang sangat rendah atau pantai yang landai. Dari akumulasinya, sebesar 25% area penelitian memiliki proporsi derajat kemiringan berkisar dari tinggi sampai sangat tinggi (Gambar 13). Kemiringan pantai dimaknai sebagai ukuran kecuraman dari zona intertidal antara pasang surut maksimal (NOAA 2002). Derajat kemiringan pantai yang tinggi akan mengurangi luasan area yang tercemari oleh minyak ke daratan. Selain itu, refleksi dari dinamika air permukaan cukup kuat sehingga dapat mempersingkat lamanya minyak tinggal dan peluang pembersihan pantai secara alami cukup besar. Beda halnya pada pantai/pesisir yang memiliki derajat kemiringan pantai yang rendah/landai memungkinkan minyak lebih luas tercemari minyak dan pembersihan alami cukup sulit sehingga minyak lebih lama tinggal di pantai. Kontur dasar perairan di area penelitian memiliki kisaran kedalaman 1-10 m. Kedalaman perairan yang relatif dangkal memungkinkan terjadinya deformasi gelombang saat mendekati pesisir pantai. Selengkapnya distribusi spasial kelas kemiringan pantai/pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam disajikan dalam Lampiran 5.
Gambar 13. Persentase kemiringan garis pantai/pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
29
Pasang Surut Kondisi pasang surut di pesisir selatan Delta Mahakam sangat dipengaruhi oleh rambatan pasut dari Laut Sulawesi di sebelah utara yang berasal dari Samudra Pasifik. Pasut dari Samudra Pasifik merambat masuk ke perairan Indonesia melalui perairan yang berada di sekitar Indonesia (Pariwono 1985, diacu dalam TEPI 2013a). Berdasarkan hasil analisis bilangan Formzhal yang di input dari konstanta harmonik (amplitudo) bahwa pasut di 3 (tiga) stasiun pengamatan telah menunjukkan kisaran bilangan Formzhal sebesar 0.37-0.40 (Tabel 3). Analisis bilangan Formzhal yang dihasilkan tersebut mengindikasikan pesisir selatan Delta Mahakam memiliki tipe pasut campuran cenderung semidiurnal/harian ganda (0.26
Koordinat 0°49 'LS 117°15 ' BT 0°28 'LS 117°35 ' BT 0°35 'LS 117°23 ' BT
K1 0.23 0.20 0.24
O1 0.14 0.15 0.17
M2 0.56 0.57 0.61
S2 0.41 0.38 0.41
F 0.38 0.37 0.40
Sumber : Data olah TEPI tahun 2012; (1) Handil; (2) Tunu; dan (3) Tambora
Menurut Laporan Internal TOTAL (1986), diacu dalam Gastaldo (2010) bahwa pasang surut di sisi timur Pulau Kalimantan adalah pasang semidiurnal dengan rata-rata pasang berkisar 0.5 m – 1.7 m selama siklus perbani dan 1.2 m 2.9 m selama siklus purnama. Energi gelombang yang dihasilkan oleh pola musiman dengan tinggi gelombang tidak melebihi 80 cm atau rata-rata tinggi gelombang ~ 60 cm (Allen dan Chambers 1998, diacu dalam Gastaldo 2010). Di dalam kasus pencemaran, tipe pasut digunakan untuk mengetahui gambaran umum tingkah laku zat pencemar sehingga aliran residual dari zat berbahaya yang masuk kedalam area pesisir selatan Delta Mahakam dapat prediksi dan diantisipasi. Tipe pasut campuran cenderung semidiurnal (cenderung campuran ganda), memungkinkan zat pencemar sulit terbawa keluar area dalam pembersihan. Dalam waktu 24 jam, zat pencemar yang telah terbawa menjauhi pantai pada saat surut akan terbawa kembali mendekati pantai atau masuk kedalam muara-muara sungai pada saat air bergerak pasang. Hal serupa juga dijelaskan dalam Surinati (2007) bahwa dalam studi lingkungan, pencemaran yang terjadi pada area dengan karakteristik pasut harian tunggal (diurnal) atau condong harian tunggal zat pencemar dapat tersapu bersih dari lokasi. Akan tetapi zat pencemar dapat bergerak ke area yang lain jika tidak segera dilakukan kegiatan pembersihan. Beda halnya dengan area yang memiliki tipe pasut harian ganda (semidiurnal) atau campuran cenderung harian ganda maka zat pencemar dimungkinkan akan sulit tergelontorkan keluar dari area untuk dibersihkan. Arah dan Kecepatan Angin Pada Gambar 14a dalam wind rose arah dan kecepatan angin menunjukkan bahwa angin yang bertiup di pesisir selatan Delta Mahakam lebih dominan dari arah tenggara, timur dan selatan. Kemudian resultan arah angin lebih berdekatan dengan arah tenggara. Berdasarkan hasil analisis data angin yang terkumpulkan
30 selama 10 tahun (sumber data: ECMWF 2004-2013) bahwa kecepatan rata-rata angin bertiup adalah sebesar 9.07 m/s. Jika dilihat dari distribusi frekuensinya (Gambar 14b), bahwa angin bertiup dengan kecepatan 0.5-2.1 m/s sebesar 79.4%. Kemudian frekuensi angin dengan kecepatan 2.1-3.6 m/s sebesar 0.1% dan frekuensi angin dengan kecepatan ≥ 11 1 m/s sebesar 3 3 % ementara keadaan dimana angin dalam keaadaan tenang (calms) sebesar 17.1%. Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perputaran bumi dan perbedaan tekanan udara. Angin bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Resultan arah angin tenggara di area penelitian dimungkinkan oleh kedekatannya dengan ekuator. Pada daerah equator angin pasat tenggara berhembus secara normal sepanjang tahun. Angin pasat tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan permukaan laut sepanjang pantai di Samudera Pasifik bagian Barat lebih tinggi daripada permukaan laut sepanjang pantai di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan laut, sejumlah massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia (http://ilmukelautan.com/publikasi/ oseanografi/fisika-oseanografi). Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air dan kecepatan angin yang bertiup dapat menimbulkan tegangan pada permukaan laut sehingga permukaan air yang tenang dapat menimbulkan riak gelombang di atas permukaan air. Semakin besar kecepatan angin yang bertiup menyebabkan riak gelombang di atas permukaan air akan semakin besar, begitu halnya sebaliknya.
(a)
(b)
Sumber : Data olah ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) tahun 2004-2013.
Gambar 14. Wind rose angin di area penelitian (a. arah dan kecepatan angin; b. distribusi frekuensi kecepatan angin) Arus Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari perairan Kalimantan Timur yang secara umum kondisi pergerakan arusnya dipengaruhi oleh aliran dari perairan Selat Makassar. Selain itu, dipengaruhi juga oleh adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO), dimana pergerakan arus dari Samudera Pasifik mengalir ke Samudera Hindia yang salah satunya melewati Selat Makassar akibat perbedaan tinggi permukaan laut dikedua samudera (Gambar 15).
31
Sumber: Gordon, 1998
Gambar 15. Arus lintas Indonesia (ARLINDO) Berdasarkan data kecepatan arus musim yang diperoleh di perairan Selat Makassar (Wyrtki, 1961 diacu dalam TEPI 2013a) bahwa arah arus permukaan di bagian tengah Selat Makassar lebih ke arah selatan sepanjang tahun. Kecepatan arus yang cukup kuat terjadi pada Bulan Maret, yaitu sekitar 0.33 m/s dan arus lemah terjadi pada Bulan Mei, September dan November dengan kecepatan berkisar antara 0.08-0.12 m/s (Tabel 4). Pada Bulan Maret atau rentang antara Bulan Januari sampai April, arus diperairan Laut Jawa dan Laut Flores mengalir ke arah timur, akan tetapi di perairan Selat Makassar arus dari Laut Sulawesi mengalir ke selatan. Begitu halnya pada Bulan Mei sampai Bulan September, arus permukaan di perairan Selat Makassar mengalir ke selatan ketika arus di perairan Laut Flores mengalir dari timur ke barat. Kemudian pada Bulan Oktober sampai Desember, arus permukaan di perairan Laut Flores mengalir ke arah timur. Akan tetapi pada bulan-bulan tersebut arus permukaan di perairan Selat Makassar secara umum tetap mengalir ke arah selatan (TEPI 2013a). Menurut Wyrtki (1961), diacu dalam Hasnudin (1998) bahwa umumnya pola arus di perairan Indonesia lebih cenderung dipengaruhi oleh perubahan angin musim (monsun), terutama pada lapisan permukaan. Pada musim timur, massa air dari Laut Banda didorong ke arah Laut Flores, kemudian ke Laut Jawa dan Selat Makassar pada saat angin datang dari barat menyeberangi perairan Laut Flores menuju Laut Banda. Akan tetapi arus yang mengalir melewati Selat Makassar dari Samudera Pasifik tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan angin musim (monsun), hal ini yang menyebabkan arus permukaan di perairan Selat Makassar cenderung mengalir ke arah selatan. Wyrtki (1987), diacu dalam Hasanudin (1998) menyatakan bahwa dalam keadaan normal, di atas Samudera Pasifik bertiup angin pasat tenggara sepanjang tahun dan menimbulkan tenaga gesekan angin yang mendorong massa air akibat dari perbedaan ketinggian permukaan laut. Perbedaan ketinggian muka laut menyebabkan terjadinya perbedaan gradien tekanan sehingga menimbulkan perpindahan masa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia mengalir melalui perairan Selat Makassar.
32 Tabel 4. Arah dan kecepatan rata-rata arus musim di perairan Selat Makassar sekitar garis khatulistiwa No.
Arus
1 2
Arah Kecepatan (m/s)
1 S 0.15
2 S 0.25
3 S 0.33
4 S 0.25
5 S 0.08
Bulan 6 7 S S 0.25 0.21
8 S 0.25
9 S 0.12
10 S 0.25
11 S 0.08
Sumber : Wyrtki, 1961, diacu dalam TEPI, 2013a Keterangan: 1. Januari; 2. Februari; 3. Maret; 4. April; 5. Mei; 6. Juni; 7. Juli; 8. Agustus; 9. September; 10. Oktober; 11. November; 12. Desember.
Berdasarkan hasil model simulasi, bahwa kecepatan arus yang cukup kuat di sekitar pesisir selatan Delta Mahakam terjadi saat menjelang surut, baik pada musim barat (0.08-0.32 m/s) maupun pada saat musim timur (0.18-0.31 m/s). Sedangkan kecepatan arus cukup lemah terjadi saat kondisi surut (Tabel 5). Menjelang surut merupakan kondisi dimana kedudukan muka air tinggi akan bergerak kekedukukan muka air rendah pada saat air surut. Sedangkan kondisi surut, keadaan dimana muka air berada dalam kedudukan terendah dalam siklus pasang surut. Tabel 5. Kecepatan arus di pesisir selatan Delta Mahakam No.
Musim
1 2
Barat Timur
MP 0.08-0.18 0.08-0.21
Arah -
MS 0.08-0.32 0.18-0.31
Kecepatan Arus (m/s) Arah P TL 0.07-0.15 TL 0.11-0.29
Arah TL TL
S 0.007-0.09 0.01-0.19
Arah BD U&BD
Sumber : Data Model (TEPI, 2013a) Keterangan: MP = kondisi menjelang pasang; P = kondisi pasang; MS = kondisi menjelang surut; S = kondisi surut; TL= Timur Laut; BD=Barat Daya; U=Utara; - = mendekati pantai
Gambar 16i telah memvisualisasikan bahwa saat menjelang pasang (musim barat), pergerakan masa air dari laut lepas bergerak mendekati pantai dan masuk ke pesisir Delta Mahakam. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan ketinggian muka air antara di laut lepas dengan di tepi pantai sehingga arus cenderung bergerak mendekati pantai dan masuk ke celah-celah muara melalui mulut-mulut Delta. Begitu halnya pada musim timur (Gambar 16ii), pergerakan arusnya menyerupai pola arus pada musim barat, yaitu bergerak masuk ke dalam celah-celah muara sungai melalui mulut delta. i
ii
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 16. Simulasi pola arus saat menjelang pasang (i. musim barat; ii. musim timur)
12 S 0.12
33
Pada saat menjelang surut di musim barat, arus permukaan bergerak menjauhi pantai dan berbelok ke arah timur laut. Arus yang dibelokkan ke arah timur laut diperkirakan oleh adanya pengaruh angin yang bertiup dari selatan dan barat daya (Gambar 17i). Sama halnya pada musim timur, pola arus permukaan menjelang surut hampir serupa dengan pola arus menjelang surut di musim barat, yaitu arus permukaan bergerak menjauhi pantai dan berbelok ke arah timur laut (Gambar 17ii). (i)
(ii)
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 17. Simulasi pola arus saat menjelang surut (i. musim barat; ii. musim timur) Dalam kondisi pasang di musim barat, pergerakan arus permukaan sebagian kecil menuju pantai atau masuk kedalam muara-muara sungai di Delta Mahakam dan sebagain besar lainnya bergerak kearah timur laut (Gambar 18i). Arus yang bergerak ke arah timur laut disebabkan oleh pengaruh faktor angin yang bergerak kearah timu/timur laut. Angin yang bertiup akan mempengaruhi tegangan permukaan air sehingga menimbulkan riak gelombang dan menggerakkan masa air bergerak ke arah timur/timur. Sedangkan arus yang bergerak ke dalam muara-muara sungai diperkirakan lebih dipengaruhi oleh faktor pasang surut saat terjadinya pasang (TEPI 2013a). Hal ini juga terjadi di musim timur, bahwa pola pergerakan arus permukaan saat kondisi pasang bergerak ke arah timur/timur laut (Gambar 18ii). (i)
(ii)
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 18. Simulasi pola arus saat pasang (i. musim barat; ii. musim timur)
34 Pada saat kondisi surut di musim barat, pola pergerakan arus permukaan bergerak keluar dari muara-muara sungai dengan kecepatan yang cukup lemah dan cenderung berbelok ke arah barat daya (Gambar 19i). Berbeda halnya pada musim timur saat kondisi surut, pola pergerakan arus permukaan saat lebih cenderung bergerak ke arah utara dan sebagian ke barat daya (Gambar 19ii). i
ii
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 19. Simulasi pola arus saat surut (i. musim barat; ii. musim timur) Secara umum dari hasil model simulasi bahwa pola pergerakan arus di pesisir selatan Delta Mahakam diperkirakan lebih dipengaruhi oleh pasang surut. Dinamika pergerakan air permukaan secara vertikal (pasut) akan diikuti oleh pergerakan air permukaan secara horizontal (arus pasut). Bila air laut menjelang surut maka akan terlihat adanya gerakan arus dari mulut-mulut delta mengalir keluar menjauhi pantai dan bergerak ke laut lepas. Begitu halnya sebaliknya, akan terlihat gerakan arus dari laut lepas masuk ke mulut-mulut delta pada saat menjelang pasang. Eksposur Tidal Flat Berdasarkan hasil analisis indeks eksposur (EI) dengan menggunakan pendekatan data angin bahwa area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam memiliki kategori eksposur yang sangat terlindung dengan nilai EI (exsposure index) berkisar antara 0-3 14 EI≤10 anjang segmen garis pantai dalam kategori ini sebesar 431.96 km atau sekitar 52.05% dari total panjang segmen garis pantai di area penelitian (829.82 km). Sedangkan ekposur dengan kategori terpapar memiliki panjang segmen garis pantai sebesar 99.26 km dengan EI sebesar 201.41-975.88 (EI>200) (Gambar 20a). Kecenderungan ekposur yang sangat terlindung di pesisir selatan Delta Mahakam disebabkan oleh bentuk umum Delta Mahakam yang didalamnya memiliki aliran-aliran sungai yang berlikuk-likuk dan panjang fetch tegak lurus pantai dimana angin bertiup dengan arah dan kecepatan yang konstan sangat rendah. Semakin terlindung suatu area maka sangat rendah area tersebut dalam hal aksi gelombang sehingga estimasi waktu tinggal minyak sangat lama dan memungkinkan terjadi pencemaran lingkungan dengan jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu semakin terlindung suatu area, maka semakin tinggi nilai kerentanan yang diberikan pada area tersebut, begitu halnya sebaliknya (NOAA
35
2002). Selengkapnya visualisasi eksposur pantai pada tiap kategori di pesisir selatan Delta Mahakam disajikan dalam Gambar 20b.
(i) (ii) Gambar 20a. Kategori eksposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam (i. panjang eksposur pantai; ii. proporsi eksposur pantai) . Sumberdaya Pesisir dan Pemanfaatannya Mangrove dan Biota Perairan Mangrove merupakan komunitas vegetasi yang mampu hidup pada daerah pasang surut, terutama pada daerah pantai yang tergenang saat pasang dan bebas genangan saat surut. Vegetasi ini mampu mentolerir dan hidup pada daerah yang memiliki perubahan kandungan kadar garam akibat percampuran air tawar dan air laut. Secara umum vegetasi mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam banyak dijumpai jenis Nypa (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia sp), Api-api (Avicennia sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang (Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp). Sehubungan dengan masih terpengaruhnya lokasi studi oleh adanya percampuran air tawar dan air laut maka terdapat beberapa zona vegetasi yang tersebar berdasarkan bentuk geomorfologinya. Tipikal dan kondisi umum vegetasi mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam disajikan dalam Gambar 21a. Pada area yang memiliki sub lingkungan dengan energi yang cukup tinggi, area lebih terbuka dan terpengaruhi oleh proses sedimentasi secara konstan vegetasi mangrove di pesisir selatan cenderung ditemui jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp. Sedangkan area disepanjang tepi delta yang lebih rendah dan cukup terlindung dijumpai jenis Rhizophora sp. Pada daerah pusat delta atau area yang lebih mendapat pengaruh aliran air tawar secara konstan dan berada pada area yang sangat terlindung dijumpai jenis mangrove Nypa fruticans. Selain itu, terdapat juga vegetasi campuran dari beberapa jenis mangrove seperti api-api (Avicennia sp.), pedada (Sonneratia caseolaris), bakau (Rhizophora sp), Tancang (Bruguiera sp.), Nyirih (Xylocarpus granatum), dan nipa (Nypa fruticans) yang tumbuh bersamaan. Menurut studi literatur bahwa secara umum hutan mangrove di area studi didominasi oleh zona pedada, zona bakau, zona transisi, zona Nipa dan zona Nibung dan terdapat ± 20 jenis mangrove dari 7 famili teridentifikasi (Sidik 2008). Sebaran vegetasi mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam secara umum disajikan dalam Gambar 21b.
Gambar 20b. Peta kategori ekposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam 36
37
Gambar 21a. Tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam. Habitat mangorove merupakan tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) serta tempat berlindung yang aman bagi berbagai jenis biota perairan. Biota perairan yang menjadi tangkapan nelayan di pesisir selatan Delta Mahakam umumnya adalah jenis crustacea, yaitu Penaeus monodon (Udang Windu), Penaeus merguensis (Udang Putih), Metapenaeus brevicornis, Scylla serrata (kepiting lumpur), dan beberapa jenis ikan dari famili Scieanidae, Leiognathidae, Apogonidae, Engraulidae, Mullidae, dan Polynemidae (Gambar 22). Suyatna (2006), diacu dalam sidik (2008) telah melaporkan bahwa terdapat ± 125 spesies ikan dan kerang dari 44 famili di perairan muara di sekitar perairan Delta Mahakam.
Gambar 21b. Peta tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam 38
39
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
l k
Sumber: TEPI, 2012a & 2012b
Gambar 22. Biota perairan tangkapan nelayan di pesisir selatan Delta Mahakam (a-b. Scieanidae; c-d. Leiognathidae; e-f Apogonidae; g. Engraulidae; h. Mullidae; i-j. Polynemidae; k-l. Crustacea)
40
Famili
Burung (Avifauna) Berdasarkan hasil pengamatan visual bahwa famili burung yang dijumpai di pesisir selatan Delta Mahakam sebanyak ± 33 famili dengan total individu sebanyak ± 186 individu (Gambar 23a). Dari 33 famili yang teridentifikasi, terdapat 6 famili burung yang memiliki jumlah individu terbanyak yang sering dijumpai, yaitu Ardeidae sebesar 10.75% (20 individu), Accipitridae sebesar 9.68% (18 individu), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae masing-masing sebesar 8.60 % (16 individu) dan Laridae sebesar 8.06% (15 individu) (Gambar 23b). Timaliidae Scolopacidae Pycnonotidae Picidae Hirundinidae Cuculidae Columbidae Charadriidae Bucerotidae Anhingidae Accipitridae 0
2
4
6
8
Persentase (%)
10
12
14
16
18
20
22
Jumlah Individu
Gambar 23a. Persentase dan jumlah individu burung di pesisir selatan Delta Mahakam.
(i)
(iv) Sumber: TEPI, 2012b & 2013b
(ii)
(v)
(iii)
(vi)
(vii)
Gambar 23b. Famili burung yang sering dijumpai di pesisir selatan Delta Mahakam (i. Accipitridae; ii-iii. Ardeidae; iv. Columbidae; v. Scolopacidae; vi. Laridae; vii. Alcedinidae).
41 Pada Gambar 23b, ke-6 (enam) famili burung yang sering dijumpai tersebut umumnya berada di area pantai di pesisir selatan Delta Mahakam dengan vegetasi mangrove, area tambak dan pantai yang terpapar pada saat kondisi surut. Hutan mangrove, area tambak dan pantai yang terpapar pada saat kondisi surut merupakan tempat strategis bagi burung dalam mencari makan karena sering dijumpai udang, kepiting dan ikan sebagai bahan makanan. Tumpahan minyak dapat membahayakan burung. Ketika burung terkontak dengan minyak maka akan menghilangkan sifat isolasinya karena struktur yang komplek pada bulu burung telah rusak sehingga akan terjadi hilangnya keseimbangan untuk terbang dan hewan tersebut dapat berisiko mati kedinginan. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berdasarkan hasil identifikasi tutupan lahan di pesisir selatan Delta Mahakam, dapat diketahui total luasan area bervegetasi dengan buffer sebesar 200 m adalah ± 65,585,045 m2. Vegetasi tersebut terdiri dari mangrove non Nipa sebesar ± 16,950,770 m2, Nipa sebesar ± 48,225,223 m2, semak belukar sebesar ± 188,438 m2 dan rumput sebesar ± 220,614 m2. Kemudian lahan bervegetasi yang telah terkonversi menjadi tambak udang dan ikan sebesar ± 38,805,364 m2. Untuk lahan lainnya terdapat area pemukiman sebesar ± 551,643 m 2), platfom migas sebesar ± 287,010 m2, lahan terbuka sebesar ± 427,641 m2 dan penggunaan untuk penempatan alat tangkap pasif oleh masyarakat lokal sebesar ± 482 m 2. Jika dilihat dari area buffer 200 m ke darat sepanjang pantai maka sekitar 62.05 % area penelitian masih bervegetasi (Gambar 24a). Tipikal pemanfaatan sumberdaya pesisir dan sebarannya secara umum divisualisasikan dalam Gambar 24b dan Gambar 24c. Selama lebih dari 20 tahun Delta Mahakam mengalami perubahan besar secara struktural. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu linier (Creocean, 2012). Antara tahun 1990 sampai 2000, sebagian besar vegetasi atau sebesar 70% vegetasi di permukaan Delta Mahakam rusak dan hanya sebagian kecil dibiarkan disepanjang sungai atau pantai. Kemudian antara tahun 20002011, air permukaan telah menggenangi permukaan lahan delta (Creocean 2012). Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan yang telah terkonversi menjadi tambak di tepi sungai atau pantai.
Gambar 24a. Persentase pemanfaatan lahan di pesisir selatan Delta Mahakam.
42
Gambar 24b. Tipikal pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
43
Gambar 24c. Peta kondisi umum pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
44 Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP Analisis sensitivitas lingkungan OSCP merupakan gambaran kerentanan dari elemen lingkungan pada wilayah pesisir terhadap kemungkinan pencemaran minyak. Gambaran umum ini dapat mendukung dalam strategi pengembangan untuk merespon kemungkinan kejadian tumpahan minyak di perairan pantai ataupun lepas pantai. Berdasarkan hasil identifikasi elemen sumberdaya pesisir dan analisis indeks sensitivitas lingkungan bahwa nilai indeks sensitivitas lingkungan OSCP (SI) di pesisir selatan Delta Mahakam berkisar 17.29-20.48 dengan kriteria sangat tinggi. Tingkat sensitivitas OSCP dengan kriteria tinggi berkisar 14.09-17.28, kriteria sedang berkisar 10.89-14.08, kriteria rendah berkisar 7.69-10.88 dan kriteria sangat rendah berkisar 4.49-7.68. Panjang segmen garis pantai dan proporsi sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam pada tiap kriteria selengkapnya disajikan dalam Gambar 25. Gambar 25 telah menunjukkan bahwa sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam sangat tinggi dengan panjang segmen garis sebesar 517.52 km dan proporsi persentase sebesar 62.37% dari 829.82 km total segmen garis pantai di area penelitian. Kemudian kriteria sensitivitas yang sangat rendah dan rendah memiliki panjang segmen garis dan proporsi yang cukup kecil, yaitu hanya sebesar 15-105 km dengan proporsi 1.78-12.64% dari total segmen garis pantai di area penelitian. Tingginya tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di area penelitian dimungkinkan oleh kondisi lingkungan yang secara umum memiliki substrat yang bertekstur pasir halus dan cenderung berlumpur, ekposur pantai yang cenderung sangat terlindung, pasang surut yang cenderung campuran condong semidiurnal serta keberadaan sumberdaya hayati yang rentan jika terjadi pencemaran minyak. Dalam kondisi lingkungan tersebut, pencemaran minyak yang terjadi dimungkinkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal pembersihan dan pemulihannya.
(i) (ii) Gambar 25. Kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. panjang sensitivitas garis pantai; ii. proporsi sensitivitas) Berdasarkan hasil analisis komponen utama, sebesar 36.01% keragaman dijelaskan oleh sumbu faktor 1 (Gambar 26i). Sedangkan lainnya sebesar 18,53% dan 13.93% dijelaskan oleh sumbu faktor 2 (Gambar 26i) dan sumbu faktor 3 (Gambar 26ii). Secara bersamaan baik, pada sumbu faktor 1, sumbu faktor 2 dan
45 sumbu faktor 3 telah menjelaskan sebesar 68.48% keragaman elemen sumberdaya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP pesisir selatan Delta Mahakam dari keragaman totalnya. Persentase keragaman ini menjelaskan besaran muatan informasi yang terdapat pada masing-masing sumbu faktor. Pada sumbu faktor 1 telah memaksimumkan keragaman pada tiap elemen sumberdaya pesisir yang diproyeksikan secara horizontal. Sedangkan sumbu faktor 2 merupakan sumbu tegak lurus dengan sumbu faktor 1 dimana keragaman maksimum pada pada tiap elemen sumberdaya pesisirnya juga diproyeksikan pada sumbu ini. Begitu halnya dengan sumbu faktor 3 yang tegak lurus dengan sumbu faktor 1 dan faktor 2.
i
ii
Gambar 26. Grafik analisis komponen utama penyusun sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. faktor 1 vs faktor 2; ii. faktor 1 vs faktor 3). Pada tiap sumbu faktor, koefisien-koefisien dari tiap elemen sumberdaya pesisir akan membentuk kombinasi linier. Sumbu faktor 1 untuk ekposur pantai (EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) memiliki koefisien kombinasi linier yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 0.94 (EK & OR), 0.83 (TP) dan 0.75 (SH). Hal ini menunjukkan adanya kontribusi yang sangat tinggi dari tingkat eksposur pantai, oil residence index, tipe pantai dan keberadaan sumberdaya hayati di pesisir selatan Delta Mahakam dalam tingkat sensitivitas lingkungan OSCP. Kemudian pada sumbu faktor 2, koefisien kombinasi linier yang memiliki kontribusi cukup besar terdapat pada pemanfaatan sumberdaya untuk pelabuhan (PL) dan pemukiman (PM) dengan masing-masing sebesar 0.83 dan 0.85. Sedangkan pada sumbu faktor 3, memiliki kontribusi yang cukup besar terdapat pada platform migas (PO) dan area tangkapan (AT) dengan koefisien kombinasi linier sebesar 0.75 dan 0.66. Walaupun pada sumbu faktor 2 dan sumbu faktor 3 pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk PL, PM, PO dan AT memiliki koefisien kombinasi linier yang dimungkinkan cukup berkontribusi akan tetapi jika dilihat dari sudut pandang antar variabel kedekatannya dengan variabel SI memiliki jarak yang cukup jauh. Hal ini menunjukan belum adanya representase dari keeratan elemen sumberdaya tersebut pada tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di area penelitian. Belum adanya representase keeratan tersebut dimungkinkan oleh presentase
46 distribusi penyebaran yang cukup kecil. Dari presentase pemanfatan sumberdaya pesisir, hanya sekitar 0.001-0.52% terdapat pelabuhan, pemukiman, platform migas dan area tangkapan (alat tangkap pasif). Dalam Gambar 26, ekposur pantai (EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) memiliki koefisien kombinasi linier yang cukup besar. Kemudian elemen sumberdaya tersebut berada pada sumbu faktor utama dengan keragaman yang cukup besar dari sumbu lainnya yaitu sebesar 36.01%. Selain itu, proyeksi antar variabel dengan SI membentuk sudut yang sangat kecil (mendekati sudut Cos 0o) dengan nilai korelasi mendekati 1 korelasi≈1 Eksposur pantai menggambarkan paparan pantai di pesisir selatan Delta Mahakam terhadap zat pencemar. Tingkat eksposur pantai terhadap pencemaran oleh tumpahan minyak berpengaruh terhadap lamanya zat pencemar yang terperangkap. Minyak yang terperangkap di pesisir pantai sangat terkait juga dengan indeks kediamannya (ORI). Rata-rata nilai ORI berada pada kisaran estimasi waktu tinggal minyak dari periode bulan sampai tahun. Hal ini disebabkan oleh sedimen dengan substrat pasir halus dan cenderung dominan lumpur, serta berada pada eksposur pantai yang sangat terlindung atau sekitar 52.05% (431.96 km) dari 829.82 km total panjang segmen garis pantai di area penelitian. Kemudian tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati pesisir (SH) yang dominan masuk dalam klasifikasi tipe pantai mangrove (Gundlach dan Hayes, 1978; Bishop, 1983 diacu dalam Mukthasor, 2007; NOAA, 2002; dan NOAA, 2013). Hayes et al. (1980), diacu dalam Hayes (1996) menyatakan bahwa pantai yang terpapar/sangat terpapar diproyeksikan mengalami tingkat ketekunan atau lamanya minyak di pantai sangat rendah dan pantai yang sangat terlindung atau terlindung diproyeksikan memiliki tingkat dan potensi jangka panjang terhadap lamanya minyak terperangkap. Lokasi yang terlindung sangat kecil adanya aksi gelombang sehingga pembersihan secara alami sulit terjadi, walaupun demikian pembersihan tetap harus dilakukan dengan teknik manual, jika tidak minyak dapat tetap terperangkap di pantai dalam waktu yang cukup lama. Beda halnya dengan pantai yang sangat terpapar akan sangat terpengaruhi oleh kecenderungan aksi gelombang yang dapat mendorong dispersi alami sehingga pembersihan minyak dapat dilakukan secara alami. Tipe pantai dan sumberdaya hayati di pesisir selatan Delta Mahakam cenderung didominasi oleh mangrove. Minyak yang mencemari mangrove akan masuk kedalam perakaran melalui pergerakan pasang surut dan lapisan minyak dapat tersimpan dalam akar serta sedimen. Mangrove dapat mengalami kematian akibat tertutupnya pori-pori pernapasan oleh minyak. Vegetasi mangrove yang mati akan mengalami pembusukan dengan cepat dan menyebabkan hilangnya habitat mangrove. Berdasarkan analisis komponen utama dan uraian di atas bahwa ekposur pantai (EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) merupakan elemen sumberdaya pesisir yang dapat merepresentasikan area penelitian memiliki tingkat sensitivitas OSCP yang sangat tinggi. Selengkapnya visualisasi dari tiap kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam secara umum disajikan dalam Gambar 27 dan Gambar 28.
47
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)
(x)
Gambar 27. Gambaran umum kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i-ii. sangat rendah; iii-iv. rendah; v-vi. sedang; vii-viii. tinggi; ix-x. sangat tinggi)
Gambar 28. Peta sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam 48
49
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara umum tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam sangat tinggi. Proporsi tingkat sensitivitas tersebut sebesar 62.37% dengan panjang segmen garis pantai sebesar 517.52 km dari 829.82 km total segmen garis pantai. Eksposur pantai (EK), waktu tinggal minyak (ORI), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) merupakan elemen dari faktor utama yang dapat merepresentasikan tingginya tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam dan sekitar ± 85.6% proporsi sensitivitas lingkungan dari kriteria sedang sampai sangat tinggi memerlukan perhatian dan upaya perlindungan yang cepat apabila terjadi tumpahan minyak. Saran Perlu dilakukannya kajian yang menghubungkan analisis sensitivitas lingkungan OSCP dengan analisis risiko OSCP menggunkanan model oil trajectory sebagai kelengkapan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
DAFTAR PUSTAKA Abbriano RM, Carranza MM, Hogle SL, Levin RA, Netburn AN, Seto KL, Snyder SM dan Franks PJS. 2011. DeepWater Horizon Oil Spill: A Review of the Planktonic Response. Oceanography. 24 (3):294–301. http://dx.doi.org/10.5670/oceanog.2011.80 [8 Agustus 2014]. Abuodha PAO dan Woodrofee CD. 2010. Assessing Vulnerability to Sea Level Rise Using a Coastal Sensitivity Index : a Case Study from Southeast Australia. J Coast Conserv. 14: 189-205. DOI 10.1007/s11852-010-0097-0. Adelana SO, Adeosum TA, Adesina AO dan Ojuroye MO. 2011. Environmental Pollution and Remediation on: Challenges and Management of Oil Spillage in the Nigerian Coastal Areas. American Journal of Scientific and Industial Research. 2(6): 834-845. doi: 10.5251/ajsir.2011.2.6.834.845. Creocean. 2012. Mahakam Delta Mangrove Biodiversity and restoration. Preliminary Cartographic Report. Final Report to Total E&P Indonesie. Creocean, Montpellier. Dave D dan Ghaly AE. 2011. Remediation Technologies for Marine Oil Spill: A Critical Review and Comparative Analysis. Departemen of Process Enginering and Applied Science. Faculty of Engineering, Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Canada. American Journal of Environmental Sciences 7 (5): 423-440. ISSN 1553-345X. Dempsey J, Simms A, Harper J, Lambert E dan Hooper R. 1995. West Coast Newfounland Oil Spill Sensitivity Atlas. Environmental Studies Research Funds Report No. 127. Calgary. 62 pp.
50 ECMWF] European Centre for Medium-Range Weather Forecasts. 2014. http://www.ecmwf.int. [16 Februari 2014]. Gastaldo RA. 2010. Peat or no peat: Why do the Rajang dan Mahakam Deltas differ?. International Journal of Coal Geology. 83:162–172. doi:10.1016/j.coal.2010.01.005. Ghavamifar K. 2009. A Decision Support System for Project Delivery Method Selection in The Transit Industry. Civil Engineering Dissertations. Departement of Civil and Environmental Engineering. Northeastern University. Gundlach ER dan Hayes MO. 1978. Vulnerability of Coastal Environments to Oil Spill impacts. Marine Technology Society Journal. 12 (4). Gundlach ER dan Hayes MO. 1978. Chapter 4:Investigations of beach processes. In: W.N. Hess (Ed.), The AMOCO CADIZ Oil Spill, A Preliminary Scientific Report. NOAA/EPA Special Report. Boulder: National Oceanic and Atmospheric Administration. pp. 85-196. Hasanudin M. 1998. Arus Lintas Indonesia. Oseana. XXIII (2): 1-9. www.oseanografi.lipi.go.id [22 Juli 2014]. Hayes MO. 1996. An Exposure Index for Oiled Shorelines. Spill Science and Technology Bulletin. 3(3): 139-147. [INAC] Indian and Northern Affairs Canada. 2007. Guidelines for Spill Contingency Planning. Prepared by Water Resources Division Indian and Northen Affairs Canada Yellowknife, NT. Canada. IPIECA/IMO. 1994. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint IPIECA/IMO Oil Spill Report Series.Vol. 1. IPIECA. 2000. A Guide to Contingency Planning for Oil Spill on Water. IPIECA Report Series. Vol 2. IPIECA. 2006. Oil Spill Preparedness and Response. Biological Impacts of Oil Pollution: Sedimentary Shores. IPIECA Report Series 1990-2005. Vol 9. IPIECA/IMO/OGP. 2011. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint IPIECA/IMO/OGP Report. IPIECA/IMO/OGP. 2011. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint IPIECA/IMO/OGP Report. [ITOPF] International Tanker Owners Pollution Federation Limited. 2002. Fate of arine il pills 1 liver’s Yard, 55 ity oad London E 1Y1HQ United Kingdom. [ITOPF] International Tanker Owners Pollution Federation Limited. 2004. Oil pill Effect on isheres 1 liver’s Yard, 55 ity oad London E 1Y1HQ United Kingdom.
51 Jackson JBC, Cubit JD, Keller BD, Batista V, Burns K, Caffey HM, Caldwell RL, Garrity DS, Getter CD, Gonzalez C, Guzman HM, Kaufmann KW, Knap AH, Levings SC, Marshall MJ, Steger R, Thompson RC, Weil E. 1989. Ecological Effect of a Major Oil Spill on Panamanian Coastal Marine Communities. Science. 243 (4887): 37-44. Lotfy IN. 2004. GIS-based Environmental Sensitivity Index (ESI) Mapping for Oil Spill. Case Study in Sharm EI-Sheikh, Egypt. Master Dissertation in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Master of Science in Physical Land Resource. Universiteit Gent Vrije Universiteit Brussel. Belgium. Mangkoedihardjo S. 2005. Seleksi Teknologi Pemulihan untuk Ekosistem Laut Tercemar Minyak. Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan. 2005 November 24. Surabaya, Indonesia. [MI] Migas Indonesia. 2004. Potensi Kecelakaan di Pertambangan Migas Lepas Pantai. Jogja Pustaka Mandiri. Yogyakarta. Michel J, Hayes MO dan Brown PJ. 1978. Application of an oil spill vulnerability index to the shoreline of lower Cook Inlet, Alaska. Environmental Geology. 2(2):107-117. Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta. NG TF, Vijayan VR, Chow WS dan Sulaiman A. 2008. Assessment of Oil Spill Vulnerability of Southwest Pulau Pinang Shoreline. Bulletin of the Geological Society of Malaysia. 54:123-131. doi: 10.7186/bgsm2008019. [NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2002. Environmental Sensitivity Index Guidelines. Version 3.0. NOAA Technical Memorandum NOS OR&R 11. [NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2010. Oil Spills in Coral Reefs: Planning and Response Considerations. U.S. Departement of Commerce. Prince RC dan Lessard RR. 2004. Crude Oil Release to the Environmental: Natural Fate and Remediation Options. Encyclopedia of Energy. Volume 1. Sidik AS. 2008. The Changes of Mangrove Ecosystem in Mahakam Delta, Indonesia: A Complex Social-Environmental Pattern of Linkages in Resources Utilization. The South China Sea Conference. 2008 November 25-29. Faculty of Fisheries and Marine Science. Mulawarman University. Samarinda. Stjernholm M, Boertman D, Mosbech A, Nymand J, Merkel F, Myrup M, Siegstad H, Clausen D, dan Potter S. 2011. Environmental Oil Spil Sensitivity Atlas for The Northern West Greenland (72 o-75o N) Coastal Zone. NERI Technical Report No. 828. Surinati D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana. XXXII (1): 15-22. www.oseanografi.lipi.go.id [17 Maret 2014]. [TEPI] Total E&P Indonesie. 2012a. Mahakam Delta Fish and Invertebrates Biodiversity. Field Survey Report.
52 [TEPI] Total E&P Indonesie. 2012b. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kontrak Mahakam (Tambahan RKL-RPL Tahun 2001, 2005, 2007, 2010 & 2011). [TEPI] Total E&P Indonesie. 2013a. Adendum ANDAL, RKL dan RPL Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kontrak Mahakam, South Mahakam dan Balikpapan Base, Provinsi Kalimantan Timur. [TEPI] Total E&P Indonesie. 2013b. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kontrak Mahakam (Tambahan RKL-RPL Tahun 2001, 2005, 2007, 2010, 2011 & 2013). Tyler-Walters H, Hiscock K, Lear D & Jackson A. 2001. Identifying Species and Ecosystem Sensitivities. Report to The Departmen for Environment, Food and Rural Affairs from Marine Life Information Network (MarLIN), Marine Biological Association of the United Kingdom, Plymout.Contract CW0826. [Final Report]. [US EPA] United States Environmental Protection Agency. 1999. Understanding Oil Spills and Oil Spill Response. Oil Program Center. EPA 540-K-99-007. www.epa.gov [01 Juni 2014].
53 Lampiran 1. Elemen sumberdaya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Sumberdaya Pesisir Fitur pesisir/pantai
No 1
Komponen Kemiringan pantai
Eksposur pantai
Tipe pantai
2 3
Keterangan
Sumber
o
>45 20.1o- 45o 10.1o – 20o 6.1o – 10o 0o – 6o Terpapar Cukup Terpapar Cukup Terlindung Terlindung Sangat Terlindung Indeks 1 dan 2 Indeks 3;4;5;6 Indeks 7 Indeks 8 Indeks 9;10
Sumberdaya hayati Pemanfatan Pelabuhan sumberdaya Platform migas pesisir Pemukiman Tambak Area tangkapan
Abuodha dan Woodrofee (2010) Modifikasi kriteria indeks eksposur (Hayes 1996)
AVi
WFi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Modifikasi Gundlach dan Hayes (1978) dan NOAA (2002) diacu dalam IPIECA/IMO/OGP (2011)
0,61
1 2 3 4 5 0,28
(Modifikasi Sloan 1993; NG T.F et al. 2008)
1 2 3 4 5
0,11
Lampiran 2. Klasifikasi kerentanan pantai terhadap tumpahan minyak (Gundlach dan Hayes 1978; dan Bishop 1983, diacu dalam Mukthasor 2007).
Very low (1)
Kategori
Rangking Kerentanan 1
2
Low (2)
3
Tipe pantai Terekspos pada puncak batuan pantai Terekspose pada platform batu-batuan
Dataran pantai berpasir lembut
Keterangan Energi gelombang yang besar memungkinkan minyak akan tercuci/bersih dengan sendirinya. Aksi gelombang akan mempercepat pembersihan/pencucian minyak, umumnya dalam skala mingguan. Dalam beberapa kasus, pencucian/pembersihan secara khusus tidak diperlukan. Minyak biasanya membentuk lapisan tipis pada permukaan pasir. Pencucian/pembersihan dilakukan pada saat air pasang. Pada bagian pantai yang lebih bawah minyak dapat mudah dibersihkan oleh aksi gelombang.
54 Rangking Kerentanan 4
Very high (5)
Tipe pantai
Keterangan
Pantai berpasir dengan ukuran sedang sampai kasar
Minyak dapat membentuk lapisan tebal pada lapisan sedimen yang dapat mencapai kedalaman sampai sekitar 1 m. Pencucian/pembersihan yang dilakukan dapat membahayakan pantai dan harus dilakukan pada saat air pasang tertinggi. Minyak tidak terpenetrasi pada permukaan sedimen yang kompak, tetapi secara biologis akan berbahaya. Pencucian/pembersihan hanya dilakukan jika kontaminan cukup berat. Minyak dapat terpenetrasi dan terkubur secara cepat, minyak dapat bertahan lama, sehingga mempunyai dampak yang cukup lama.
5
Terekspose pada daerah pasang surut
6
Pantai dengan campuran pasir dan kerikil Pantai berkerikil
7
8
Pantai berbatu yang terlindung
9
Paparan pantai yang terlindung
10
Rawa-Rawa dan Mangrove
High (4)
Medium (3)
Kategori
Minyak dapat terpenetrasi dan terkubur cukup dalam. Pemindahan/pengambilan kerikil-kerikil yang berminyak dikhawatirkan akan dapat menimbulkan erosi pantai pada masa mendatang. Minyak menempel pada permukaan batu-batuan dan genangan akibat pasang surut bertahan lama karena tidak adanya aktivitas gelombang. Kondisi ini berbahaya terhadap biota yang hidup di daerah tersebut. Pencucian/pembersihan sangat mahal dan sulit untuk dilakukan. Dapat membahayakan kehidupan biologis dalam kurun waktu yang lama. Pencucian/pembersihan hanya dapat dilakukan pada daerah paparan pasang surut yang minyaknya sangat banyak. Dapat menimbulkan kerusakan ekosistem yang cukup lama. Minyak mungkin tetap ada sampai sekitar 10 tahun atau lebih.
Lampiran 3. Kriteria ORI dan estimasi lamanya waktu minyak tinggal Kriteria Waktu Tinggal Pendek Sedang Lama
ORI 1 2 3 4 5
Estimasi Waktu Tinggal Hari sampai Minggu Minggu Minggu sampai Bulan Bulan Bulan sampai Tahun
Sumber : Dempsey et al (1995); Weighing factor (WF) ORI : 1.5 (Stjernholm et al., 2011)
Lampiran 4. Indeks residensi minyak (ORI) di pesisir selatan Delta Mahakam No 1 2 3 4
Substrat/Kelas Paparan Dam (bendungan pantai) Endapan pasir Endapan liat/lempung Endapan lumpur
ST 4 5 5 5
TL 3 4 4 4
CTL 2 2 2 3
CTP 1 1 1 2
TP 1 1 1 1
Sumber : Modifikasi Dempsey et al (1995) Keterangan : ST = Sangat Terlindung, TL = Terlindung, CTL = Cukup Terlindung, CTP = Cukup Terpapar, TP = Terpapar. Klasifikasi paparan dilakukan dengan analisis indeks eksposur (Hayes, 1996).
Lampiran 5. Distribusi kelas kemiringan pantai di pesisir selatan Delta Mahakam
55
56 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 1
2
NO_INDEK 526-9908
526-9906
Sumber daya pesisir/pantai
PI
3.00 3.00 3.00 4.00
1.83 1.83 4.50 2.44
0.00 1.00 0.00 3.00 0.00 0.00
0.00 0.11 0.00 0.33 0.00 0.00
2.00 3.00 3.00 5.00 3.60
1.22 1.83 4.50 3.05 1.01
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 3.00 0.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 1.00 1.00 2.00 1.60
1.22 0.61 1.50 1.22 0.45
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfaatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
526-9898
AV
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
3
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
0
3
4
TM
1
1
1
SI
Kriteria
11.04
Sedang
12.05
Sedang
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
4
526-9904
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
5
526-9900
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
1.00 0.00 3.00 4.00
0.11 0.00 0.33 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 3.00 3.00 5.00 6.00
1.22 1.83 4.50 3.05 1.68
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 0.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 1.00 1.00 2.00 1.60
3.05 0.61 1.50 1.22 0.45
1.00 0.00 3.00 4.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.44 0.00
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
5
4
TM
1
1
SI
Kriteria
5.88
Sangat Rendah
12.83
Sedang
7.71
Rendah
57
58 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 6
7
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
526-9902
528-9910
1
AV
PI
3.00 3.00 3.00 5.00
1.83 1.83 4.50 3.05
4.80 1.00 0.00 0.00 4.00 5.00
1.34 0.11 0.00 0.00 0.44 0.55
5.00 3.00 3.00 5.00 3.60
3.05 1.83 4.50 3.05 1.01
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 3.00 0.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 3.00 3.00 5.00 1.20
3.05 1.83 4.50 3.05 0.34
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
4
3
1
TM
1
1
1
SI
Kriteria
13.65
Sedang
13.88
Sedang
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
8
528-9908
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 4.00 4.00 5.00 1.60
3.05 2.44 6.00 3.05 0.45
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 3.00 3.00 4.00 0.00
1.83 1.83 4.50 2.44 0.00
0.05 1.00 0.00 3.00 0.00
0.013 0.11 0.00 0.33 0.00
Accipitridae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
RS
25
RA
1
TM
1
25
0
1
1
1
1
SI
Kriteria
12.77
Sedang
14.99
Tinggi
59
60 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
RS
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
0.00
0.00
11.05
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
5.00 3.60 0.00
3.05 1.01 0.00
2.00 0.00
0.22 0.00
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
12.44
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 2.40 0.14 0.00 2.00 0.00
3.05 0.67 0.04 0.00 0.22 0.00
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
12.14
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
4.00 3.00
2.44 1.83
25
RA
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
9
528-9906
Fitur Pesisir
Tipe Pantai Mangrove Accipitridae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1 GT S
Platform Migas Pemukiman
3
TM
25 1
2 3
1 1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
10
528-9904
1
Fitur Pesisir
Tengah kanan
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Tengah kiiri
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Komponen
TM
AV
PI
1 1
3.00 5.00 1.20 0.43
4.50 3.05 0.34 0.12
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 2.00 3.00 0.00 5.00
0.11 0.22 0.33 0.00 0.55
Kemiringan Pantai
3.00
1.83
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Ardeidae
3.00 3.00 5.00 6.00 0.05
1.83 4.50 3.05 1.68 0.01
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 2.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.22 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 3.00 3.00 5.00 6.00
1.83 1.83 4.50 3.05 1.68
ORI Tipe Pantai Mangrove Accipitridae
RS
25 1
25 1
25
RA
1 9
5 1
5
1 1
1
SI
Kriteria
13.49
Sedang
14.11
Tinggi
61
62 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
Kanan
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
11
528-9900
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 2.00 0.00 4.00
0.00 0.22 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 3.00 3.00 5.00 6.00
1.83 1.83 4.5 3.05 1.68
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 2.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.22 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 0.80
1.83 0.61 1.50 1.22 0.22
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
5
2
TM
1
1
SI
Kriteria
14.10
Tinggi
14.10
Tinggi
5.38
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
12
528-9902 Tengah kanan
Sumber daya pesisir/pantai 1
2
AV
PI
2.00 3.00 3.00 5.00
1.22 1.83 4.50 3.05
3.60 0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
1.01 0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
2.00 3.00 3.00 5.00 3.60
1.22 1.83 4.5 3.05 1.01
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 3.00 3.00 5.00 6.00
1.22 1.83 4.5 3.05 1.68
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
3
5
TM
1
1
1
SI
Kriteria
12.60
Sedang
12.60
Sedang
63
64 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
13
530-9918
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 2.00 0.00 4.00
0.00 0.22 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 4.00 4.00 5.00 4.80
2.44 2.44 6.00 3.05 1.34
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 5.00 5.00 5.00 6.00
2.44 3.05 7.50 3.05 1.68
1.00 2.00 3.00 0.00 0.00
0.11 0.22 0.33 0.00 0.00
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
3
3
TM
1
1
SI
Kriteria
13.49
Sedang
15.27
Tinggi
18.38
Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 14
NO_INDEK 530-9916
Sumber daya pesisir/pantai 1
2
PI
5.00 4.00 4.00 5.00
3.05 2.44 6.00 3.05
4.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5.00 5.00 5.00 5.00 6.00
3.05 3.05 7.50 3.05 1.68
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 3.00 0.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 4.00 4.00 5.00 3.20
1.83 2.44 6.00 3.05 0.90
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
530-9914
AV
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
15
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
3
2
TM
1
1
1
SI
Kriteria
15.88
Tinggi
18.77
Sangat Tinggi
65
66 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
16
530-9912
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
1.00 0.00 3.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.00
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 4.00 4.00 5.00 3.20
1.83 2.44 6.00 3.05 0.90
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.11 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 4.00 4.00 5.00 1.60
1.22 2.44 6.00 3.05 1.60
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
2
1
TM
1
1
SI
Kriteria
14.66
Tinggi
14.33
Tinggi
14.31
Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 17
NO_INDEK 530-9910
Sumber daya pesisir/pantai 1
2
AV
PI
3.00 4.00 4.00 5.00
1.83 2.44 6.00 3.05
4.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.00 4.00 4.00 5.00 3.20
1.83 2.44 6.00 3.05 0.90
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 4.00 4.00 5.00 8.00
1.83 2.44 6.00 3.05 2.24
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
2
5
TM
1
1
1
SI
Kriteria
14.66
Tinggi
14.22
Tinggi
67
68 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 2.00 0.00 0.00
0.00 0.22 0.00 0.00
Area Tangkapan
5.00
0.55
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 5.00 5.00 5.00 2.00
2.44 3.05 7.50 3.05 0.56
Pemanfatan Sumber daya
Pelabuhan
0.00
0.00
2.00 0.00 4.00
0.22 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 5.00 5.00 5.00 2.00
2.44 3.05 7.5 3.05 0.56
Pemanfatan Sumber daya
Accipitridae Pelabuhan
0.24 0.00
0.07 0.00
2.00 0.00
0.22 0.00
Pemanfatan Sumber daya
18
530-9908
1
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
RA
1
Fitur Pesisir
Platform Migas Pemukiman
1 GT S
Platform Migas Pemukiman Tambak 2
TM
25
1
1
1
3
1
SI
Kriteria
16.33
Tinggi
17.81
Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
19
NO_INDEK
530-9906
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
Komponen
RS
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
17.88
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 4.00
3.05 2.44
ORI Tipe Pantai Mangrove Accipitridae Anhingidae Pelabuhan
4.00 5.00 4.80 0.26 0.19 0.00
6.00 3.05 1.34 0.07 0.05 0.00
2.00 0.00 0.00 5.00
0.22 0.00 0.00 0.55
16.78
Tinggi
3.05 2.44 6.00 3.05 1.34 0.04
25 1 3
RA
3 4 1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
1 1 1 GT S
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan 2
TM
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Ardeidae
25 1
3 2
1 1
5.00 4.00 4.00 5.00 4.80 0.13
Accipitridae Scolopacidae
1 1
2 1
1 1
0.13 0.06
0.04 0.02
0.00 2.00
0.00 0.22
Pelabuhan Platform Migas
69
70 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
20
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
630-9900
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
21
530-9902
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
RS
AV
PI
SI
Kriteria
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 5.00
0.00 0.00 0.55
16.74
Tinggi
Kemiringan Pantai
2.00
1.22
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
1.00 1.00 2.00 0.40 0.00 0.00
0.61 1.50 1.22 0.11 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
4.66
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
1.00 2.00 2.00 0.00 0.00
1.5 1.22 0.56 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
5.55
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
25
25
RA
1
5
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
AV
PI
1.00 2.00 2.00 0.00
1.50 1.22 0.56 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur
4.00 3.00
2.44 1.83
ORI Tipe Pantai Mangrove Accipitridae Pelabuhan
3.00 5.00 3.60 0.19 0.00
4.50 3.05 1.01 0.05 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
2.00 0.00 4.00 5.00
0.22 0.00 0.44 0.55
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai
4.00
2.44
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
3.00 3.00 5.00 3.60 0.00
1.83 4.50 3.05 1.01 0.00
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
22
530-9904
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Komponen ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
RS
25
25 1
25
RA
5
3 4
3
TM
1
1 1
1
SI
Kriteria
5.55
Sangat Rendah
14.09
Tinggi
71
72 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
23
NO_INDEK
532-9918
Sumber daya pesisir/pantai
1
AV
PI
SI
Kriteria
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
2.00 0.00 4.00 5.00
0.22 0.00 0.44 0.55
14.04
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
3.00 4.00 4.00 5.00 4.80 0.00
1.83 2.44 6.00 3.05 1.34 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.55
15.21
Tinggi
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai
3.00
1.83
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
4.00 4.00 5.00 4.80 0.00
2.44 6.00 3.05 1.34 0.00
0.00 0.00 0.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.55
15.21
Tinggi
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Komponen
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
3
3
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 24
25
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
532-9916
532-9914
1
AV
PI
5.00 4.00 4.00 5.00
3.05 2.44 6.00 3.05
4.80 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00
1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.55
4.00 5.00 5.00 5.00 4.00
2.44 3.05 7.50 3.05 1.12
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 5.00 5.00 5.00 4.00
2.44 3.05 7.50 3.05 1.12
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
2
2
TM
1
1
1
SI
Kriteria
16.43
Tinggi
18.15
Sangat Tinggi
73
74 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
26
532-9912
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan
0.00
0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 4.00
0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 4.00 4.00 5.00 4.80
2.44 2.44 6.00 3.05 1.34
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 5.00 5.00 5.00 8.00
1.22 3.05 7.50 3.05 2.24
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
3
4
TM
1
1
SI
Kriteria
17.60
Sangat Tinggi
16.26
Tinggi
18.05
Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 27
NO_INDEK 532-9910
Sumber daya pesisir/pantai
PI
3.00 5.00 5.00 5.00
1.83 3.05 7.50 3.05
6.00 0.00 2.00 0.00 0.00 5.00
1.68 0.00 0.22 0.00 0.00 0.55
3.00 4.00 4.00 5.00 0.80
1.83 2.44 6.00 3.05 0.22
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 2.00 0.00 0.00 5.00
0.00 0.22 0.00 0.00 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 3.00 3.00 5.00 4.80
3.05 1.83 4.50 3.05 1.34
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
532-9908
AV
Fitur Pesisir
Fitur Pesisir
28
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
2
4
TM
1
1
1
SI
Kriteria
17.88
Sangat Tinggi
14.31
Tinggi
75
76 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
RS
RA
TM
AV
PI
1
1
1
0.05 0.00 2.00 0.00
0.01 0.00 0.22 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
5.00 3.00 3.00 5.00
3.05 1.83 4.50 3.05
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
3.60 0.00 0.00 0.00 4.00
1.01 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
4.00 2.00 2.00 5.00
2.44 1.22 3.00 3.05
Sumber daya hayati
Mangrove Anatidae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.60 0.06 0.00 0.00 0.00
0.45 0.02 0.00 0.00 0.00
Pemanfatan Sumber daya
29
532-9906
Pemanfatan Sumber daya
Komponen Accipitridae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
25
25 1
3
2 2
1
1 1
SI
Kriteria
15.00
Tinggi
14.43
Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
30
NO_INDEK
532-9904
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
11.17
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
4.00 5.00
2.44 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Ardeidae Scolopacidae Accipitridae
5.00 5.00 6.00 0.08 0.08 0.16
7.5 3.05 1.68 0.02 0.02 0.04
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
0.11 0.22 0.33 0.44 0.55
19.46
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
4.00 5.00 5.00 5.00 8.00
2.44 3.05 7.50 3.05 2.24
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
19.27
Sangat Tinggi
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25 1 1 1
25
RA
3 1 1 2
4
TM
1 1 1 1
1
77
78 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
31
NO_INDEK
532-9902
Sumber daya pesisir/pantai
534-9918
AV
PI
4.00 1.00 1.00 5.00
2.44 0.61 1.50 3.05
1.60 0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.45 0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
3.00 1.00 1.00 2.00 2.40 1.00 0.00 0.00 4.00
1.83 0.61 1.50 1.22 0.67 0.11 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 5.00 5.00 5.00 8.00
3.05 3.05 7.50 3.05 2.24
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
32
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
4
6
4
TM
1
1
1
SI
Kriteria
9.04
Rendah
6.38
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
33
534-9916
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
34
534-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 0.00 4.00
0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 5.00 5.00 5.00 8.00
3.05 3.05 7.50 3.05 2.24
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
5.00 5.00 5.00 5.00 8.00
3.05 3.05 7.50 3.05 2.24
0.00 0.00 0.00 0.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.55
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
4
4
TM
1
1
SI
Kriteria
19.33
Sangat Tinggi
19.88
Sangat Tinggi
19.44
Sangat Tinggi
79
80 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 35
36
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
534-9912
534-9910
4.00 5.00 5.00 5.00
2.44 3.05 7.50 3.05
4.00 0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
1.12 0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
5.00 5.00 5.00 5.00 8.00
3.05 3.05 7.50 3.05 2.24
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 2.00 2.00 5.00 4.80
1.22 1.22 3.00 3.05 1.34
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
1
PI
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Pemanfatan Sumber daya
534-9906
AV
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
37
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
2
4
6
TM
1
1
1
SI
Kriteria
18.15
Sangat Tinggi
19.88
Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
38
534-9904
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 0.00 4.00
0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 3.00 3.00 5.00 1.20
1.22 1.83 4.50 3.05 0.34
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 2.40
1.83 0.61 1.50 1.22 0.67
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
1
6
TM
1
1
SI
Kriteria
10.82
Rendah
11.38
Sedang
6.27
Sangat Rendah
81
82 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
39
534-9902
PI
3.00 3.00 3.00 2.00
1.83 1.83 4.50 1.22
7.20 0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
2.02 0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
3.00 1.00 1.00 2.00 2.40
1.83 0.61 1.50 1.22 0.67
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
1.00 1.00 1.00 2.00 2.40
0.61 0.61 1.50 1.22 0.67
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
534-9900
AV
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
40
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
6
6
6
TM
1
1
1
SI
Kriteria
11.84
sedang
6.27
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
RS
RA
TM
AV
PI
12
4
1
0.77 0.00 0.00 0.00
0.22 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
5.00 5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50 3.05
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
4.00 0.00 0.00 0.00 4.00
1.12 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
2.00 3.00 3.00 5.00
1.22 1.83 4.50 3.05
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.40 0.00 0.00 0.00 4.00
0.67 0.00 0.00 0.00 0.44
Pemanfatan Sumber daya
41
42
536-9908
536-9906
1
Komponen Crustacea Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
25
25
2
2
1
1
SI
Kriteria
4.83
Sangat Rendah
18.21
Sangat Tinggi
83
84 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
0.00
0.00
11.71
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 3.00 3.00
1.22 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
5.00 2.40 0.00 0.00 0.00 4.00
3.05 0.67 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
11.71
Sedang
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
5.00 1.00 1.00 2.00
3.05 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati
Mangrove Sternidae Crustacea Pelabuhan Platform Migas
2.40 0.03 0.58 0.00 0.00
0.67 0.01 0.16 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
7.66
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 1.00
3.05 0.61
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
43
536-9898
Pemanfatan Sumber daya
46
536-9900
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25 1 12
RA
2
6 2 3
TM
1
1 1 1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
47
538-9908
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
48
538-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Komponen
TM
AV
PI
1.00 2.00 2.40 0.03
1.50 1.22 0.67 0.01
0.19 0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.05 0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
4.00 5.00 5.00 5.00 4.00
2.44 3.05 7.50 3.05 1.12
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 5.00 5.00 5.00 4.00
1.83 3.05 7.50 3.05 1.12
ORI Tipe Pantai Mangrove Sternidae Crustacea Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
RA
25 1
6 2
1 1
12
1
1
25
25
2
2
1
1
SI
Kriteria
7.55
Sangat Rendah
17.60
Sangat Tinggi
85
86 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
49
538-9898
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
50
538-9902
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 0.00 4.00
0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 2.40
1.83 0.61 1.50 1.22 0.67
0.03 0.77 0.00 0.00 0.00
0.01 0.22 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Sternidae Crustacea Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
RA
TM
25
6
1
1 12
2 4
1 1
25
5
1
SI
Kriteria
16.99
Tinggi
6.50
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
51
NO_INDEK
538-9900
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
52
540-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
53
540-9904
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.33
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 1.00
3.05 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
1.50 3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
9.32
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 3.00 3.00
1.22 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.05
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
6
3
TM
1
1
87
88 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
54
540-9900
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
55
540-9902
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 6.00 0.00 0.00
3.05 1.68 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 1.00 1.00
1.22 0.61 1.50
2.00 2.40 0.00 0.00 0.00
1.22 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 4.80 0.00 0.00 0.00
3.05 1.34 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 5
6
4
TM 1
1
1
SI
Kriteria
14.55
Tinggi
5.66
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
56
NO_INDEK
542-9906
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
57
542-9904
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
58
542-9900
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.99
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 3.00
1.22 1.83
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
3.00 5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
4.50 3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
11.71
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 2.00 2.00
3.05 1.22 3.00
5.00 1.60 1.00 0.00 3.00
3.05 0.45 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
11.65
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 1.00 1.00
1.83 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
2
2
TM
1
1
89
90 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
59
542-9902
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
60
544-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
2.00 1.20 0.00 0.00
1.22 0.34 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
2.00 1.20 1.00 0.00 3.00
1.22 0.34 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 9.60 1.00 0.00 3.00
3.05 2.69 0.11 0.00 0.33
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 3
3
6
TM 1
1
1
SI
Kriteria
5.94
Sangat Rendah
7.60
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
61
NO_INDEK
544-9904
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
62
544-9900
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
63
544-9902
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
18.66
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 5.00 1.20 1.00 0.00 3.00
1.50 3.05 0.34 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
7.60
sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 0.61
2.00 1.60 1.00 0.00 3.00
1.22 0.45 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
6.38
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
3
4
TM
1
1
91
92 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
64
546-9906
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
2.00 1.20 1.00 0.00
1.22 0.34 0.11 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
3.00 4.00 0.00
0.33 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
2.00 7.20 1.00 0.00 3.00
1.22 2.02 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.00 2.40 1.00 0.00 3.00
1.22 0.67 0.11 0.00 0.33
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 3
6
6
TM 1
1
1
SI
Kriteria
7.60
Sangat Rendah
13.50
Sedang
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
66
NO_INDEK
546-9900
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
67
546-9902
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
68
548-9900
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
7.93
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
1.00 1.00
0.61 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 2.00 1.60 1.00 0.00 3.00
1.50 1.22 0.45 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
5.27
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
2.00 1.60 1.00 0.00 3.00
1.22 0.45 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
7.71
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
4
TM
1
1
93
94 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
69
548-9902
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
70
548-9904
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
2.00 1.60 0.00 0.00
1.22 0.45 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 1.00 1.00
1.83 0.61 1.50
2.00 0.80 1.00 0.00 0.00
1.22 0.22 0.11 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 1.00 1.00
1.83 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.00 2.40 0.00 0.00 0.00
1.22 0.67 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 4
2
6
TM 1
1
1
SI
Kriteria
7.27
Sangat Rendah
5.93
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
71
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
548-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
72
552-9908
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
6.27
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 2.00 2.40 0.00 0.00 0.00
1.50 1.22 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
5.66
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
2.00 7.20 1.00 0.00 3.00
1.22 2.02 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
14.05
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
6
6
TM
1
1
95
96 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
73
552-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
74
554-9906
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
2.00 7.20 0.00 0.00
1.22 2.02 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 5.00
0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
1.00 1.00 1.00
0.61 0.61 1.50
2.00 2.00 0.00 0.00 0.00
1.22 0.56 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 1.00 1.00
1.83 0.61 0.61
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.00 1.20 0.00 0.00 0.00
1.22 0.34 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 6
5
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
13.61
Sedang
4.94
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
75
NO_INDEK
554-9908
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
76
568-9916
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
5.05
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Accipitridae Pelabuhan Platform Migas
1.00 2.00 1.20 0.03 0.00 2.00
1.50 1.22 0.34 0.01 0.00 0.22
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
5.11
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Crustacea Moluska
1.00 2.00 2.00 0.96 1.15
1.50 1.22 0.56 0.27 0.32
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
6.14
Sangat Rendah
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25 1
25 12 18
RA
3 2
5 5 4
TM
1 1
1 1 1
97
98 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 77
NO_INDEK 568-9914
Sumber daya pesisir/pantai
566-9912
2.00 1.00 1.00 2.00
1.22 0.61 1.50 1.22
2.40 1.73 0.29 0.00 0.00 0.00
0.67 0.48 0.08 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
4.00 1.00 1.00
2.44 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Crustacea Moluska Pelabuhan
2.00 1.60 0.96 0.29 0.00
1.22 0.45 0.27 0.08 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
Kemiringan Pantai
1.00
0.61
Sumber daya hayati
Mangrove Crustacea Moluska Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
566-9918
PI
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati
79
AV
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
78
Komponen
Fitur Pesisir
RS
25 12 18
25 12 18
RA
6 9 1
4 5 1
TM
1 1 1
1 1 1
SI
Kriteria
5.79
Sangat Rendah
6.57
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
TM
AV
PI
1
1.00 1.00 2.00 2.00
0.61 1.50 1.22 0.56
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 3.00 4.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.44 0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai
3.00
1.83
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
1.00 1.00 2.00 1.60 0.00
0.61 1.50 1.22 0.45 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.44 0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai
3.00
1.83
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
1.00 1.00 2.00 1.20 1.00
0.61 1.50 1.22 0.34 0.11
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
80
81
566-9914
564-9912
Komponen Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
5
4
3
1
1
SI
Kriteria
5.38
Sangat Rendah
6.05
Sangat Rendah
99
100 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
82
NO_INDEK
562-9912
Sumber daya pesisir/pantai
AV
PI
SI
Kriteria
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 3.00 4.00 0.00
0.00 0.33 0.44 0.00
6.38
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
4.00 1.00 1.00 2.00 2.00 0.00
2.44 0.61 1.50 1.22 0.56 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
2.00 0.00 4.00 0.00
0.22 0.00 0.44 0.00
6.99
Sangat Rendah
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai
5.00
3.05
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan
1.00 1.00 2.00 1.20 0.00
0.61 1.50 1.22 0.34 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.44 0.00
7.16
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai
1.00
0.61
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
83
84
564-9918
560-9910
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25
RA
5
3
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
85
560-9912
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Komponen
TM
AV
PI
1
1.00 1.00 2.00 1.60
0.61 1.50 1.22 0.45
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai
2.00
1.22
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Accipitridae
3.00 3.00 2.00 3.60 0.19
1.83 4.50 1.22 1.01 0.05
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
2.00 3.00 3.00 2.00 3.60
1.22 1.83 4.50 1.22 1.01
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25 1
25
RA
4
3 4
3
1 1
1
SI
Kriteria
4.83
Sangat Rendah
10.27
Rendah
101
102 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
1.00 2.00 3.00 4.00
0.11 0.22 0.33 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 2.00
1.83 0.61 1.50 1.22 0.56
1.15 1.00 0.00 3.00 4.00
0.32 0.11 0.00 0.33 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
5.00 1.00 1.00 2.00
3.05 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.40 1.00 0.00 3.00 4.00
0.67 0.11 0.00 0.33 0.44
Pemanfatan Sumber daya
86
562-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
87
560-9918
Komponen
Crustacea Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
RS
RA
TM
25
5
1
12
6
1
25
6
1
SI
Kriteria
11.43
Sedang
6.92
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 88
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
558-9914
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
5.00
0.55
8.48
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 5.00 5.00
1.22 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
5.00 10.00 0.00 0.00 0.00 4.00
3.05 2.80 0.00 0.00 0.00 1.12
Area Tangkapan
0.00
0.00
18.74
Sangat tinggi
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
1.00 1.00 1.00 2.00
0.61 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
1.60 0.00 0.00 0.00 4.00
0.45 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
4.83
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
3.00 3.00 3.00 2.00
1.83 1.83 4.50 1.22
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
89
90
558-9910
558-9912
1
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25
RA
5
4
TM
1
1
103
104 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
RS
RA
TM
AV
PI
25
4
1
4.80 0.00 0.00 0.00
1.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
3.00 3.00 3.00 2.00
1.83 1.83 4.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
3.60 0.00 2.00 0.00 4.00
1.01 0.00 0.22 0.00 0.44
Area Tangkapan
5.00
0.55
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
2.00 1.00 1.00 2.00
1.22 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
1.20 0.00 0.00 0.00 4.00
0.34 0.00 0.00 0.00 0.44
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
91
556-9910
1
Komponen Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
25
25
3
3
1
1
SI
Kriteria
11.71
Sedang
11.60
Sedang
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
0.00
0.00
5.33
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 3.00 3.00
1.22 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.00 3.60 0.00 0.00 0.00 4.00
1.22 1.01 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
10.22
Rendah
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
1.00 1.00 1.00 2.00
0.61 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati
Mangrove Ciconiidae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.40 0.10 1.00 2.00 3.00
0.67 0.03 0.11 0.22 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
5.74
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
92
558-9918
Pemanfatan Sumber daya
93
554-9910
1
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25 3
RA
3
6 2
TM
1
1 1
105
106 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
2.00 1.60 0.00 0.00
1.22 0.45 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 1.00 1.00
3.05 0.61 1.50
2.00 1.20 0.00 0.00 0.00
1.22 0.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.00 4.80 0.00 0.00 0.00
1.22 1.34 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 4
3
4
TM 1
1
1
SI
Kriteria
7.27
Sangat Rendah
7.16
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
4
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
94
556-9912
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
95
554-9912
1
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
12.93
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 1.00
3.05 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 2.00 1.60 0.00 0.00 0.00
1.50 1.22 0.45 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
7.82
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 4.00 4.00
1.83 2.44 6.00
5.00 3.20 0.00 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
14.66
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 4.00 4.00
1.83 2.44 6.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
2
TM
1
1
107
108 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
96
556-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
TM
AV
PI
1 1
5.00 6.40 0.13 0.00
3.05 1.79 0.04 0.00
Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur
3.00 4.00
1.83 2.44
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
4.00 5.00 9.60 0.00 2.00
6.00 3.05 2.69 0.00 0.22
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 5.00
0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 1.00
3.05 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
1.00 2.00 0.40 0.00 0.00
1.50 1.22 0.11 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Accipitridae Pelabuhan
RS 25 1
25
25
RA 4 2
6
4
1
1
SI
Kriteria
16.14
Tinggi
17.22
Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
97
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
556-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Pemanfatan Sumber daya
98
552-9910
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
6.93
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai
3.00
1.83
Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove Ciconiidae Ardeidae
5.00 5.00 5.00 8.00 0.48 0.48
3.05 7.50 3.05 2.24 0.13 0.13
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
18.93
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
1.00 3.00 3.00 5.00 3.60
0.61 1.83 4.50 3.05 1.01
0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
11.44
Sedang
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25 3 2
25
RA
4 2 3
3
TM
1 1 1
1
109
110 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
3
1
PI
1.00 1.00 1.00 2.00
0.61 0.61 1.50 1.22
1.20 0.00 0.00 0.00 4.00 0.00
0.34 0.00 0.00 0.00 0.44 0.00
1.00 1.00 1.00 2.00 1.60
0.61 0.61 0.61 1.22 0.45
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00 0.00 4.00 5.00
0.00 0.00 0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 1.60
1.83 0.61 1.50 1.22 0.45
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
Fitur Pesisir
Pemanfatan Sumber daya
552-9912
AV
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
99
Komponen
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
RS
25
25
25
RA
3
4
4
TM
1
1
1
SI
Kriteria
4.72
Sangat Rendah
4.49
Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
100
554-9918
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.00 0.00 0.00 4.00
0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 4.00 4.00 5.00 4.80
1.83 2.44 6.00 3.05 1.34
Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
1.00 0.00 3.00 4.00 0.00
0.11 0.00 0.33 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai Mangrove
3.00 1.00 1.00 2.00 1.60
1.83 0.61 1.50 1.22 0.45
0.03 0.00 0.00 0.00 4.00
0.01 0.00 0.00 0.00 0.44
Ardeidae Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
RS
25
RA
3
TM
1
25
4
1
1
2
1
SI
Kriteria
6.05
Sangat Rendah
15.54
Tinggi
111
112 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No 101
NO_INDEK 550-9908
Sumber daya pesisir/pantai 1
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
0.00
0.00
6.06
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 2.00 2.00
1.22 1.22 3.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.00 4.80 1.00 0.00 3.00 4.00
1.22 1.34 0.11 0.00 0.33 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
8.88
Rendah
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
2.00 1.00 1.00 2.00
1.22 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.00 0.00 0.00 0.00 4.00
0.56 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
5.55
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
2.00 1.00 1.00 2.00
1.22 0.61 1.50 1.22
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
102
550-9910
1
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25
RA
6
5
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
RS
RA
TM
AV
PI
25
6
1
2.40 0.00 0.00 0.00
0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
2.00 3.00 3.00 2.00
1.22 1.83 4.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
4.80 1.00 0.00 0.00 4.00
1.34 0.11 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
3.00 3.00 3.00 2.00
1.83 1.83 4.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
3.60 0.00 0.00 0.00 4.00
1.01 0.00 0.00 0.00 0.44
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
103
550-9912
1
Komponen Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
25
25
4
3
1
1
SI
Kriteria
5.66
Sangat Rendah
10.66
Rendah
113
114 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai 2
AV
PI
SI
Kriteria
Area Tangkapan
0.00
0.00
10.83
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 1.00 1.00
1.83 0.61 1.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
2.00 1.60 0.00 0.00 0.00 4.00
1.22 0.45 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
6.05
Sangat Rendah
Fitur Pesisir
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
3.00 1.00 1.00 2.00
1.83 0.61 1.50 1.22
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak
0.80 0.00 0.00 0.00 4.00
0.22 0.00 0.00 0.00 0.44
Area Tangkapan
0.00
0.00
5.82
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI Tipe Pantai
3.00 5.00 5.00 5.00
1.83 3.05 7.50 3.05
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
104
552-9914
Fitur Pesisir
Komponen
RS
25
25
RA
4
2
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
105
540-9908
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
106
542-9908
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
RS
RA
TM
AV
PI
25 1
4 3
1 1
8.00 0.24 0.00 0.00
2.24 0.07 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 3.00 3.00
1.22 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Mangrove Accipitridae Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
25
25
3
2
1
1
SI
Kriteria
18.18
Sangat Tinggi
12.05
Sedang
115
116 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
107
NO_INDEK
548-9908
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
108
546-9908
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
109
544-9908
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.54
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 1.00
1.22 0.61
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
1.00 2.00 1.60 0.00 0.00 0.00
1.50 1.22 0.45 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
5.44
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
4.00 1.00 1.00
2.44 0.61 1.50
2.00 2.40 0.00 0.00 0.00
1.22 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
6.88
Sangat Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
6
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
110
550-9914
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 7.20 0.00 0.00
3.05 2.02 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 4.80 0.00 2.00 3.00
3.05 1.34 0.00 0.22 0.33
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 6
3
4
TM 1
1
1
SI
Kriteria
13.67
Sedang
12.66
Sedang
117
118 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
111
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
550-9916
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
112
548-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
113
548-9916
1
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
14.09
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 5.00
3.05 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
19.33
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 5.00 5.00
1.83 3.05 7.50
5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
18.11
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
4
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
114
536-9910
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 12.00 0.00 0.00
3.05 3.36 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 12.00 0.00 0.00 0.00
3.05 3.36 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 5.00 5.00
1.22 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 6
6
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
20.45
Sangat Tinggi
20.45
Sangat Tinggi
119
120 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
115
NO_INDEK
536-9912
Sumber daya pesisir/pantai
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
116
536-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
117
536-9916
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
16.94
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 5.00
3.05 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
19.33
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 12.00 0.00 0.00 0.00
3.05 3.36 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
0.00 0.00
0.00 0.00
20.01
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
6
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
118
536-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
119
546-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 12.00 0.00 0.00
3.05 3.36 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 5.00 5.00
1.83 3.05 7.50
5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 5.00 5.00
1.22 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 10.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.80 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 6
4
5
TM 1
1
1
SI
Kriteria
20.45
Sangat Tinggi
18.11
Sangat Tinggi
121
122 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
120
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
546-9916
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
121
538-9910
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
18.06
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
3.00 5.00
1.83 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
17.55
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 4.00 4.00
1.83 2.44 6.00
5.00 3.20 0.00 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
14.66
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 4.00 4.00
1.83 2.44 6.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
3
2
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
122
540-9910
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
123
544-9918
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 3.20 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 5.00
0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
5.00 4.80 0.00 0.00 0.00
3.05 1.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 2
3
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
15.21
Tinggi
16.32
Tinggi
123
124 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
124
NO_INDEK
542-9918
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.66
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
3.00 5.00
1.83 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
17.55
sangat tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 1.20 0.00 0.00 0.00
3.05 0.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
11.99
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
3
1
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
125
538-9912
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
126
538-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 2.40 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
5.00 6.40 0.00 0.00 0.00
3.05 1.79 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 2
4
4
TM 1
1
1
SI
Kriteria
12.32
Sedang
16.77
Tinggi
125
126 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
127
NO_INDEK
544-9916
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
19.33
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 3.00
3.05 1.83
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
3.00 5.00 1.20 0.00 0.00 0.00
4.50 3.05 0.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.21
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 3.00 3.00
3.05 1.83 4.50
5.00 4.80 0.00 0.00 0.00
3.05 1.34 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
14.21
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
1
4
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
128
540-9912
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 3.20 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 4.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.12 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 2
2
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
15.88
Tinggi
18.21
Sangat Tinggi
127
128 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
129
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
540-9916
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
130
542-9916
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
18.77
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 5.00
3.05 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 12.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 3.36 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
20.45
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 5.00 5.00
1.83 3.05 7.50
5.00 4.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.12 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
17.54
Sangat Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
6
2
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
131
540-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
132
542-9912
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 2.40 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 5.00
0.00 0.44 0.55
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 10.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.80 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 3.20 0.00 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 2
5
2
TM 1
1
1
SI
Kriteria
12.87
Sedang
19.89
Sangat Tnggi
129
130 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
133
544-9914
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
15.88
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 5.00
3.05 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 4.00 0.00 0.00 0.00
3.05 3.05 1.12 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.76
Tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
19.33
Sangat tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.55
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
2
4
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
134
542-9914
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
135
548-9910
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 8.00 0.00 0.00
3.05 2.24 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 2.00 0.00 0.00 0.00
3.05 0.56 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
2.00 2.00 2.00
1.22 1.22 3.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 3.20 0.00 0.00 0.00
3.05 0.90 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 4
1
4
TM 1
1
1
SI
Kriteria
19.38
Sangat tinggi
17.65
Sangat Tinggi
131
132 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
136
548-9912
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
10.38
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur
2.00 2.00
1.22 1.22
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
2.00 5.00 3.20 1.00 0.00 3.00
3.00 3.05 0.90 0.11 0.00 0.33
Tambak Area Tangkapan
4.00 5.00
0.44 0.55
10.82
Rendah
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.66
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
4
3
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
4
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 3.60 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 3
3
2
TM 1
1
1
SI
Kriteria
12.66
Sedang
12.66
Sedang
133
134 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
137
NO_INDEK
548-9914
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.32
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
3.00 3.00
1.83 1.83
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
3.00 5.00 7.20 0.00 0.00 0.00
4.50 3.05 2.02 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.67
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.32
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
6
2
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
4
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
138
544-9910
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 4.80 0.00 0.00
3.05 1.34 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
4.00 3.00 3.00
2.44 1.83 4.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 4
2
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
12.99
Sedang
12.32
Sedang
135
136 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
139
NO_INDEK
546-9914
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
140
544-9912
1
Fitur Pesisir
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
13.27
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur
3.00 3.00
1.83 1.83
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
3.00 5.00 2.40 0.00 0.00 0.00
4.50 3.05 0.67 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.32
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
3.00 3.00 3.00
1.83 1.83 4.50
5.00 3.60 0.00 0.00 0.00
3.05 1.01 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
12.66
Sedang
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS
25
25
RA
2
3
TM
1
1
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
3
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
5.00 4.00 0.00 0.00
3.05 1.12 0.00 0.00
Pemukiman Tambak Area Tangkapan
0.00 4.00 0.00
0.00 0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
5.00 4.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.12 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 5.00 5.00
3.05 3.05 7.50
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 6.00 0.00 0.00 0.00
3.05 1.68 0.00 0.00 0.00
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
RS 25
25
25
RA 2
2
3
TM 1
1
1
SI
Kriteria
18.21
Sangat tinggi
18.21
Sangat tinggi
137
138 Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. No
141
NO_INDEK
546-9912
Sumber daya pesisir/pantai
1
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
2
Fitur Pesisir
Sumber daya hayati Pemanfatan Sumber daya
Komponen
AV
PI
SI
Kriteria
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
18.77
Sangat tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur
5.00 5.00
3.05 3.05
ORI Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman
5.00 5.00 8.00 0.00 0.00 0.00
7.50 3.05 2.24 0.00 0.00 0.00
Tambak Area Tangkapan
4.00 0.00
0.44 0.00
19.33
Sangat tinggi
Kemiringan Pantai Eksposur ORI
5.00 4.00 4.00
3.05 2.44 6.00
5.00 6.40 0.00 0.00 0.00
3.05 1.79 0.00 0.00 0.00
4.00 0.00
0.44 0.00
16.77
Tinggi
Tipe Pantai Mangrove Pelabuhan Platform Migas Pemukiman Tambak Area Tangkapan
RS
25
25
RA
4
4
TM
1
1
139
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 1983. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara dari pasangan Muhammad Idris (Alm) dan Supena. Tahun 2002 penulis menamatkan sekolah menengah di SMUN 69 Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan strata satu di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan dan menyelesaikannya pada tahun 2007. Di tahun 2010 penulis berkesempatan melanjutkan Studi Magister di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dan menyelesaikan studi pada tahun 2014.