ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Putri Isabel Lumbantobing, Eny Lestari, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 085711909006 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, mengetahui stabilitas pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, dan mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah Tipologi Klassen, analisis variabilitas (standar deviasi) dan persistensi (koefisien autokorelasi), serta Indeks Williamson. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari analisis Tipologi Klassen diperoleh sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih termasuk sektor maju dan tumbuh pesat, sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan termasuk sektor maju tapi tertekan, sedangkan sektor pertambangan termasuk sektor relatif tertinggal. Analisis stabilitas diperoleh sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Analisis Indeks Williamson menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan tanpa sektor pertanian. Kata Kunci : Tipologi Klassen, Analisis Stabilitas, Indeks Williamson. Abstract: This research aim to classify agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, know the growth stability of agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, and know the role of agricultural sector in distributing income in District Sukoharjo. Basic method of this research is descriptive method. Secondary data is used and analyzed using Klassen Typology, variability (standard deviation) and persistency (autocorrelation coefficient) analysis, and Williamson Index. Data used is secondary data. The result shows that agricultural, trade, hotel, and restaurant, and electricity, gas, and water sector is classified as advanced and rapidly growing sector. Manufacturing industry, services, transport and communication, building and construction, finance, lease, and company service is classified as advanced but depressed sector. On the other hand, mining sector is classified as relatively underdeveloped sector. The most stable sector is agricultural sector and the most unstable is electricity, gas, and water sector. The most persistent sector in short term is transport and communication sector, while building and construction sector is the most non persistent sector in short term. Another result of this research shows that agricultural sector gives no significant difference for income distribution in District Sukoharjo. Keywords : Klassen Typology, Stability Analysis, Williamson Index.
PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006). Pembangunan yang dilakukan di ketiga aspek tersebut akan memberikan manfaat yang begitu banyak bagi kehidupan masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses yang tidak hanya berlangsung di setiap aspek (struktur sosial, sikap hidup, dan kelembagaan nasional), tetapi juga terjadi di setiap tingkatan, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah. Pembangunan tidak hanya dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga sampai ke tingkat daerah. Salah satu bagian dari pembangunan tersebut adalah pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi, yang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi, dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan dari setiap sektor ekonomi pada periode tertentu. Nilai PDB digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional, sedangkan di tingkat regional dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya PDRB antar wilayah akan menunjukkan angka yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sumber daya alam di masing-masih
daerah serta sumber daya manusia yang mengelolanya. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2001-2012 terus mengalami peningkatan. PDRB kabupaten tersebut pada tahun 2001 sebesar Rp 2.340.848,63 dan meningkatn menjadi Rp 5.468.738,70 pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2001-2012). Sama dengan daerah lain, PDRB Kabupaten Sukoharjo disusun oleh sembilan sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (30,40%), industri pengolahan (24,32%), serta pertanian (20,44%) (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Sukoharjo. Kontribusi yang berbeda-beda dari masing-masing sektor juga menunjukkan bahwa setiap sektor mempunyai tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pertumbuhan yang baik dari suatu sektor adalah pertumbuhan yang diikuti oleh stabilitas pertumbuhan. Stabilitas dalam pertumbuhan menjadi penting karena sering kali yang menjadi permasalahan dalam pertumbuhan adalah konjungtur atau naik-turunnya pertumbuhan itu sendiri. Simatupang
et al dalam Agustono (2011) menjelaskan bahwa keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan harus diukur dengan dua besaran yaitu tingkat dan stabilitas pertumbuhan. Pertumbuhan yang tinggi merupakan syarat keharusan, sedangkan stabilitas yang mantap merupakan syarat kecukupan. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas yang mantap merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga distribusi pendapatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah besaran PDRB per kapita. PDRB per kapita adalah besaran rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap penduduk sebagai hasil dari kegiatan produksi. Sama halnya dengan total PDRB yang meningkat, PDRB per kapita di Kabupaten Sukoharjo pun mengalami peningkatan dari tahun 2005-2010. PDRB per kapita ADHK pada tahun 2005-2009 berturut-turut sebesar Rp 4.314.280,01, Rp 5.000.457,62, Rp 5.222.682,42, Rp 5.423.223,95, dan Rp 5.641.976,24. PDRB per kapita pun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 menjadi Rp 5.888.840,00 (BPS Kabupaten a Sukoharjo, 2011 ). Peningkatan pendapatan per kapita yang merupakan hasil dari proses pembangunan tidaklah cukup untuk menunjukkan bahwa pembangunan telah berhasil dilakukan. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan tidak menjamin bahwa pendapatan telah terdistribusi secara merata. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis mengenai distribusi pendapatan per orang berdasarkan produk yang dihasilkan di dalam suatu daerah/regional. Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu dari tiga sektor tumpuan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Sektor tersebut juga merupakan salah satu sektor pemberi kontribusi terbesar bagi PDRB. Oleh karena itu sebagai bagian dari perekonomian, dilakukan analisis terhadap sektor pertanian dilihat dari klasifikasinya, stabilitas pertumbuhan PDRB, serta peran sektor tersebut terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui stabilitas pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo dipilih di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan tersebut didasarkan dengan data PDRB sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 yang menunjukkan bahwa di antara seluruh
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jenis dan Sumber data Jawa Tengah, Kabupaten Sukoharjo Data yang digunakan pada penelitian merupakan kabupaten dengan ini adalah data sekunder yang kontribusi sektor pertanian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik sangat rendah, yaitu hanya sebesar Kabupaten Sukoharjo. 18,93% (BPS Provinsi Jawa Tengah, Metode Analisis Data 2013). Kontribusi tersebut Analisis Klasifikasi Sektor menunjukkan bahwa berdasarkan Pertanian dan Sektor Ekonomi nilai PDRB sektor pertanian, Lainnya kegiatan perekonomian utama di Analisis klasifikasi sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo bukanlah dan sektor ekonomi lainnya sektor pertanian. Posisi sektor dilakukan dengan menggunakan pertanian sebagai sektor yang bukan Analisis Tipologi Klassen. Analisis merupakan pemberi kontribusi tersebut dilakukan dengan terbesar merupakan salah satu alasan membandingkan dua indikator, yaitu untuk menganalisis bagaimana peran laju pertumbuhan sektor dan pertanian di Kabupaten Sukoharjo. kontribusi sektor terhadap PDRB. Alasan lain dipilihnya Perbandingan dilakukan di antara Kabupaten Sukoharjo adalah jumlah dua sektor yang sama di tingkat tenaga kerja sektor pertanian yang Kabupaten Sukoharjo dan di Provinsi berada pada tingkat ketiga terbanyak. Jawa Tengah. Hasil perbandingan Pada peringkat pertama dan kedua dari kedua indikator tersebut akan adalah sektor industri pengolahan menggolongkan sektor pertanian dan dan sektor perdagangan, hotel, dan sektor ekonomi lainnya ke dalam restoran. Walaupun berada di empat tipe, yaitu sektor maju dan peringkat ketiga, jumlah tenaga kerja tumbuh pesat; sektor maju tapi sektor pertanian terus meningkat. tertekan; sektor sektor potensial atau Pada tahun 2010, jumlah tenaga masih dapat berkembang; sektor kerja sektor tersebut sebesar 50.927 relatif tertinggal. Berikut adalah orang kemudian menjadi 63.583 matrik Tipologi Klassen orang pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Tabel 1. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya berdasarkan Tipologi Klassen Kontribusi terhadap PDRB (sk)
Laju Pertumbuhan (s)
si > s (+) (tinggi) si < s (-) (rendah)
Sumber: Sjafrizal, 2008
ski > sk (+) (tinggi) Tipe I Sektor maju dan tumbuh pesat Tipe III Sektor potensial atau masih dapat berkembang
ski < sk (-) (rendah) Tipe II Sektor maju tapi tertekan Tipe IV Sektor relatif tertinggal
PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto. Si adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo. S adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Ski adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo. Sk adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Analisis Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan variabilitas dan persistensi. Variabilitas diukur dengan menggunakan pendekatan standar deviasi dari X. Semakin tinggi nilai standar deviasi, semakin stabil suatu sektor. Persistensi diukur dengan menggunakan koefisien autokorelasi (ACOR) antara Xt dan Xt-1. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tahan suatu sektor terhadap gucangan dalam jangka pendek (Basu and Taylor dalam Syam dan Saktyanu, 2001). Analisis Distribusi Pendapatan per Kapita Analisis distribusi pendapatan per kapita dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson. Formulasi Indeks Williamson secara statistik dapat ditampilkan sebagai berikut: Vw =
……………(1)
(Sjafrizal, 2012) Vw adalah nilai Indeks Williamson, yi adalah PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo, y adalah
PDRB per kapita rata-rata Provinsi Jawa Tengah, fi adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo, n adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah. Nilai vw berada di antara 0 dan 1. Semakin mendekati 0 berarti pendapatan terdistribusi dengan semakin merata. HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya perlu diketahui untuk mengetahui kondisi dari masing-masing sektor yang dilihat dari dua indikator, yaitu laju pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo tergolong ke dalam empat tipe sektor. Pertama, tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat). Sektor yang termasuk ke dalam tipe I adalah sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar, namun kontribusinya yang berada di peringkat ketiga tetap lebih tinggi daripada kontribusi sektor yang sama di tingkat provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo memiliki perkembangan yang cukup baik. Perkembangan yang cukup baik tersebut salah satunya dapat dilihat dari produksi Gabah Kering Giling (GKG) yang mengalami peningkatan. Rata-rata produksi GKG pada tahun 2012 sebesar 66,49 kuintal/hektare dan meningkat
menjadi 75,24 kuintal/hektare pada dalam kategori ini adalah sektor tahun 2013 (Dispertan Kabupaten pertambangan. Kondisi sektor ini di Sukoharjo, 2013a). Kabupaten Sukoharjo memang relatif Kedua, tipe II (sektor maju tapi tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari tertekan). Sektor yang termasuk ke perkembangan izin usaha dalam tipe II adalah industri pertambangan di Kabupaten pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan Sukoharjo yang menunjukkan angka dan komunikasi, bangunan dan yang sangat kecil. konstruksi, serta keuangan, sewa, Pada tahun 2007-2011, jumlah dan jasa perusahaan. Sektor-sektor di izin usaha pertambangan berturutKabupaten Sukoharjo memang turut adalah 5, 3, 6, dan 5 (BPS paling banyak terklasifikasi ke dalam Kabupaten Sukoharjo, 2012). Jumlah tipe II. Hal ini menunjukkan bahwa izin usaha yang sangat rendah sektor-sektor tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa sektor merupakan sektor maju namun pertambangan bukanlah sektor yang pertumbuhannya mengalami dikembangkan dengan baik oleh perlambatan, yang menyebabkan pemerintah Kabupaten Sukoharjo kontribusinya pun menurun. sehingga kondisi sektor ini pun Walaupun demikian, sektor-sektor relatif tertinggal dibandingkan sektor yang tergolong di dalam tipe II lainnya. Berikut adalah hasil analisis memiliki potensi yang sangat besar klasifikasi sektor pertanian dan untuk terus dikembangkan. sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Ketiga, tipe IV (sektor relatif Sukoharjo tertinggal). Sektor yang termasuk Tabel 2. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi lainnya berdasarkan Tipologi Klassen di Kabupaten Sukoharjo Laju Pertumbuhan (s)
si>s (+) (tinggi)
si<s (-) (rendah)
Kontribusi terhadap PDRB (sk) ski>sk (+) ski<sk (-) (tinggi) (rendah) Tipe I Tipe II Sektor Maju dan Tumbuh Sektor Maju Tapi Tertekan Pesat 1. Sektor pertanian 1. Sektor industri pengolahan 2. Sektor perdagangan, hotel, 2. Sektor jasa-jasa dan restoran 3. Sektor listrik, gas, dan air 3. Sektor pengangkutan dan bersih komunikasi 4. Sektor bangunan dan konstruksi 5. Sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan Tipe III Tipe IV Sektor potensial atau masih Sektor relatif tertinggal dapat berkembang Sektor pertambangan
Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014
Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas sektor pertanian dan sektor pengembangan kualitas terhadap ekonomi lainnya diukur dengan dua para petani dan aparatur sehingga indikator, yaitu variabilitas dan diperoleh SDM yang semakin terlatih persistensi. Hasil analisis dan terampil dalam melakukan menunjukkan bahwa sektor pertanian pekerjaan di sektor pertanian memiliki nilai standar deviasi yang (Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, paling rendah, sedangkan sektor 2013). listrik, gas, dan air bersih memiliki Pemerintah Kabupaten standar deviasi yang paling tinggi. Sukoharjo juga menyediakan sarana Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang mendukung pelaksanaan pertanian merupakan sektor yang kegiatan di sektor pertanian itu paling stabil sedangkan sektor listrik, sendiri. Pada tahun 2012, terdapat gas, dan air bersih merupakan sektor 187 unit sarana produksi yang yang paling tidak stabil. Kestabilan disediakan bagi para petani. Selain sektor pertanian dalam itu disediakan juga 83 ton benih padi pertumbuhannya menunjukkan untuk pelaksanaan perbenihan padi bahwa sektor ini mengalami di balai benih dan 330,4 ton benih perkembangan yang cukup baik, padi untuk pelaksanaan perbenihan yang salah satunya didukung oleh padi di kelompok penangkar. faktor SDM (Sumber Daya Penyediaan sarana produksi tersebut Manusia). Pada tahun 2012, terdapat berperan dalam mendukung 634 kelompok petani dan 62 orang kelancaran kegiatan usahatani aparatur di sektor pertanian yang sehingga akan mempengaruhi juga ditumbuhkembangkan dan stabilitas pertumbuhan dari sektor diberdayakan kapasitasnya melalui pertanian itu sendiri (Pemerintah kegiatan penyuluhan dan pelatihan Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut pertanian. adalah nilai standar deviasi sektor Jumlah tersebut menunjukkan pertanian dan sektor ekonomi lainnya bahwa pemerintah Kabupaten di Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo telah melakukan suatu Tabel 3. Nilai Standar Deviasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sukoharjo Sektor A. Pertanian B. Ekonomi lainnya: 1. Listrik, gas, dan air bersih 2. Pertambangan dan penggalian 3. Pengangkutan dan komunikasi 4. Jasa-jasa 5. Bangunan dan konstruksi 6. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 7. Perdagangan, hotel, dan restoran 8. Industri pengolahan
Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014
Standar Deviasi 7,48 19,55 14,52 12,70 12,45 11,84 11,60 10,48 10,32
Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur stabilitas pertumbuhan sektor adalah persistensi. Persistensi diukur dengan melihat nilai koefisien autokorelasi (ACOR) dari masing-masing sektor. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tidak tahan suatu sektor terhadap guncangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ACOR yang paling tinggi, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi memiliki nilai ACOR yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Sektor pertanian sendiri memiliki nilai ACOR yang menempati posisi ketiga paling rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian juga merupakan sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Tabel 4. Nilai ACOR Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo
Sektor pertanian sebagai sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek mengalami guncangan yang tidak hanya berasal dari iklim dan cuaca maupun serangan hama, tetapi juga dari ketersediaan lahan. Arifin (2001) menyatakan bahwa produksi pertanian masih terlalu berbasis pada ketersediaan lahan, sementara beberapa kegiatan ekonomi yang disertai konversi lahan-lahan pertanian menjadi kegunaan lain masih akan terus berlangsung. Pada tahun 2012, luas lahan di Kabupaten Sukoharjo yang berfungsi sebagai lahan sawah sebesar 21.010 Ha, sedangkan yang berfungsi sebagai lahan bukan sawah sebesar 25.656 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa 54,98% lahan di Kabupaten Sukoharjo digunakan untuk keperluan selain sawah, sedangkan hanya 45,04% yang digunakan untuk keperluan sawah (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut adalah nilai ACOR sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya
Sektor A. Pertanian B. Ekonomi lainnya: 1. Pengangkutan dan komunikasi 2. Listrik, gas, dan air bersih 3. Perdagangan, hotel, dan restoran 4. Industri pengolahan 5. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 6. Jasa-jasa 7. Pertambangan dan penggalian 8. Bangunan dan konstruksi Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014
dan Sektor Ekonomi Lainnya di ACOR -0,143 0,653 0,548 0,446 0,412 0,049 -0,001 -0,026 -0,545
Distribusi Pendapatan per Kapita Hasil penghitungan distribusi PDRB per kapita dengan menggunakan rumus Indeks Williamson menunjukkan bahwa nilai Vw dengan dan tanpa pertanian pada sama-sama mendekati 0. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa terdapat selisih yang kecil antara nilai Vw dengan dan tanpa pertanian. Oleh karena itu dilakukan analisis untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya perbedaan distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian maka perlu dilakukan uji beda, yaitu uji tberpasangan. Uji t-berpasangan dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical Program for Social Science) dengan membandingkan nilai signifikasi dengan nilai alfa (α) 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) . Jika nilai signifikansi < α, maka Tabel 5. Hasil Analisis Indeks Williamson Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian, sedangkan jika jika nilai signifikansi > α, maka tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Hasil uji t berpasangan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,373, yang berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan di Kabupaten Sukoharjo telah terdistribusi secara merata. Hal ini tentu saja sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan hasil pertumbuhan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukannya hanya segolongan kecil masyarakat saja (Thee Kian Wie, 1983).
Indeks Williamson (Vw) Dengan Pertanian Tanpa Pertanian 0,0340 0,0424 0,0046 0,0121 0,0178 0,0068 0,0194 0,0163 0,0171 0,0128 0,0109 0,0114 0,0101 0,0096 0,0093 0,0076 0,0095 0,0065 0,0152 0,0010 0,0038 0,0013 0,0024 0,0053
Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014 SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi
lainnya diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan Tipologi Klassen, yaitu tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat), yaitu sektor pertanian,
perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih; tipe II (sektor maju tapi tertekan), yaitu sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan; tipe III (sektor relatif tertinggal), yaitu sektor pertambangan. Sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Sektor pertanian tidak berperan nyata terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo, sehingga dengan dan tanpa sektor pertanian di kabupaten tersebut distribusi pendapatan tetap dalam kondisi merata. Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo adalah pemerintah sebaiknya melakukan pemberian subsidi sarana produksi yang mencukupi kebutuhan petani dalam melakukan kegiatan di bidang pertanian. Selain itu pemerintah juga sebaiknya terus mengadakan sekolah lapang secara teratur yang berkaitan dengan penanggulangan serangan hama dan anomali cuaca sehingga petani dapat memperoleh informasi dan inovasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Pemerintah juga sebaiknya ikut berperan menerapkan kebijakan yang mendukung peningkatan pendapatan petani, salah satunya kebijakan untuk
mempertahankan lahan pertanian sehingga tidak mengalami alih fungsi. DAFTAR PUSTAKA Agustono. 2011. Peran Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal SEPA Vol 8 (1). Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia Telaah Struktur, Kasus, dan Alternatif Strategi. Jakarta: Erlangga. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2011a. PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2012. Sukoharjo dalam Angka 2012. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2013. Sukoharjo dalam Angka 2013. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo. 20012012. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. Dispertan Kabupaten Sukoharjo. 2013a. Produksi Gabah: Tantangan Produksi GKGSaatLahanHijauMenyempit .http://www.dispertan.sukoharjo kab.go.id/produksi-gabahtantanganproduksi-gkg-saatlahan-hijau-menyempit/.Diakses pada tanggal 18 Juni 2014.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Sukoharjo: Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thee Kian Wie. 1983. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES.
Syam, Amiruddin, Saktyanu K. Dermoredjo. 2000. Kontribusi Sektor Pertanian dalam
Todaro, Michael P dan Smith SP. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.