TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL PADA PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER AKUISISI TAHUN 2008-2011 Anton Trijayadi Program Studi Manajemen Universitas Ma Chung ABSTRACT. Banking is one sector that is influential in boosting the economy, especially in Indonesia. To maintain stability, the bank must have strategy in order to survive or to grow larger, such as a merger or acquisition. This study aimed to analyze the objective Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings and Capital in the banking of merger acquisition in 2008-2011. In this study, the data obtained from the three banks of merger acquisition and analyzed using Paired Sample T-Test. The results of this study refer that the performance of the bank as a variable NPL, LDR, the Board of Independent Commissioners in three banks do not have significant differences. Variable Audit Committee, ROA, NIM and ROA shows two banks do not have significant differences and one bank has a significant difference. Variable CAR indicates one bank do not have significant differences, and two banks have a significant difference between before and after the bank merger acquisition. This study refer that the process of merger acquisition has not succeeded as expected. Keywords : Bank, Banking, Mergers, Acquisitions, RGEC, Bank Health Level, Financial Performance ABSTRAK. Perbankan merupakan salah satu sektor yang berpengaruh dalam mendorong perekonomian terutama di Indonesia. Untuk menjaga kestabilan, tentunya bank memiliki strategi agar dapat bertahan atau dapat berkembang lebih besar, antara lain merger atau akuisisi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital pada perbankan yang melakukan merger akuisisi pada tahun 2008-2011.
146
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari tiga bank yang melakukan merger akuisisi dan dianalisis menggunakan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja bank seperti variable NPL, LDR, Dewan Komisaris Independen pada ketiga bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Variabel Komite Audit, ROA, NIM, dan BOPO menunjukkan dua bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan satu bank memiliki perbedaan yang signifikan. Variabel CAR menunjukkan satu bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan dua bank memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Hal ini menunjukkan bahwa proses penggabungan usaha masih belum berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Kata Kunci : Bank, Perbankan, Merger, Akuisisi, RGEC, Tingkat Kesehatan Bank, Kinerja Keuangan PENDAHULUAN Persaingan antar perusahaan Dalam memasuki jaman globalisasi dan pasar bebas, t e n t u n y a j u g a m e m p e n g a r u h i persaingan usaha antar perusahaan perusahaan-perusahaan sektor semakin ketat. Hal ini tentunya perbankan yang ada di Indonesia. juga terjadi di Indonesia, dimana P e r u s a h a a n s e k t o r p e r b a n k a n perusahaan-perusahaan bersaing merupakan salah satu sektor yang untuk dapat bertahan dari ancaman berpengaruh dalam mendorong kebangkrutan. Untuk mengatasi perekonomian. Bank-bank pada pasar bebas, maka perusahaan- umumnya berfungsi sebagai lembaga perusahaan perlu menciptakan strategi intermediasi dalam penyaluran kredit perusahaan agar dapat bertahan yang memiliki peranan penting atau dapat berkembang lebih besar. bagi pergerakan dan pertumbuhan Salah satu strategi perusahaan untuk ekonomi (Siringoringo, 2012). Untuk menjadi perusahaan yang besar dan memaksimalkan fungsi bank tersebut, kuat adalah dengan cara merger maka bank memerlukan kondisi yang akuisisi. Dengan cara merger atau sehat. Meliyanti (dalam Hendrayana akuisisi, maka perusahaan dapat & Yasa, 2015) juga mengatakan mempertahankan eksistensinya dan sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki dana dan meningkatkan kinerja perusahaan. pihak-pihak yang membutuhkan 147
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat agar fungsi tersebut dapat berjalan lancar. Bank-bank juga memerlukan kepercayaan dari masyarakat, karena adanya kepercayaan dari masyarakat untuk mau menabung dapat membuat perusahaan bank dapat berjalan dengan lancar. Mengingat kejadian sebelumnya di tahun 1998, banyak masyarakat yang kurang percaya untuk menabung di bank, karena takut bank-bank mengalami kebangkrutan. Maka dari itu, Bank Indonesia perlu menciptakan fondasi perbankan yang stabil agar tidak terulang kembali kejadian di masa lalu. Dalam mencapai fondasi perbankan yang stabil, maka Bank Indonesia membuat sistem tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank digunakan untuk perbankan Indonesia agar dapat menilai bank itu sendiri agar dapat memperbaiki untuk menjadi lebih baik. Apabila kondisi kesehatan bank buruk, maka diharapkan perusahaan yang memiliki kondisi sehat dapat melakukan akuisisi maupun merger agar tidak terjadi kebangkrutan dan dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Tingkat kesehatan bank adalah kondisi keuangan dan manajemen yang diukur menggunakan rasio-rasio (Lasta, Arifin, & Nuzula, 2014). Dalam mengukur tingkat kesehatan bank,
148
maka Bank Indonesia menerapkan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011. Metode RGEC ini diberlakukan sejak awal tahun 2012, serta menggantikan metode lama CAMELS (Capital, A s s e t Q u a l i t y, M a n a g e m e n t , Earnings, Liquidity, and Sensitivity to Market Risk) yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank sejak tahun 2004. Perubahan metode pengukuran tingkat kesehatan bank dikarenakan munculnya Basel II yang merupakan penyempurnaan dari Basel I dengan tujuan untuk menciptakan sebuah standard internasioal yang dapat mengontrol bank-bank dalam menyisihkan modal terhadap risiko yang akan dialami dalam pengoperasian modal bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia, Risk Profile adalah penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas manajemen risiko dalam kegiatan operasional perusahaan bank. Good Corporate Governance merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank tersebut. Earnings adalah faktor penilaian yang digunakan untuk menganalisis kinerja earnings dan sustainbility earnings. Capital merupakan faktor penilaian bank yang meliputi kecukupan modal dan kecukupan pengelolahan
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
modal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan bank terhadap bank-bank di Indonesia yang telah melakukan merger akuisisi tahun 2008-2011 dengan menggunakan metode RGEC sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang baru. LANDASAN TEORI Merger dan Akuisisi Merger menurut Foster (dalam Novaliza & Djajanti, 2013) adalah penggabungan usaha dari dua perusahaan atau lebih, yang nantinya salah satu dari perusahaan akan tetap digunakan, sedangkan perusahaan yang lain bergabung menjadi satu. Menurut Brealey, Myers, & Marcus (2012), merger dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu Horizontal Merger, Vertical Merger, Conglomerate Merger. Menurut Moin (dalam Marzuki & Widyawati, 2013) akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atas saham atau aset pada perusahaan lain dan perusahaan yang diambil alih tetap tersedia sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi bank menurut Hariyani, Serfianto, & Serfiyani (2011) merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap bank tersebut. Akuisisi berdasarkan objek yang 149
diambil alih terdapat empat macam (Hariyani, Serfianto, & Serfiyani, 2011), yaitu Akuisisi terhadap Saham Perusahaan, Akuisisi Aset atau Aktiva Perusahaan, Akuisisi Kombinasi, Akuisisi secara bertahap. Menurut Berk, DeMarzo, & Harford (2012), perusahaan memiliki beberapa motif yang mendorong untuk melakukan merger dan akuisisi, yaitu Economies of Scale and Scope, Vertical Integration, Expertise, Monopoly Gains, Tax Savings from Operating Losses, Diversification, Earnings Growth, Managerial Motives to Merge. Bank
Menurut Rose dan Hudgins (dalam Siringiringo, 2012) bank adalah bisnis yang menawarkan simpanan, yang dapat melakukan permintaan penarikan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit yang bersifat komersial. Bank adalah tempat untuk menukar uang, yang dapat memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan setoran (Lasta, Arifin, & Nuzula, 2014). Jadi secara keseluruhan bank merupakan tempat usaha bisnis yang menawarkan simpanan, penukaran uang, melakukan pembayaran, serta setoran. Penilaian Tingkat Kesehatan
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan kondisi keuangan dan manajemen yang diukur menggunakan rasio-rasio (Lasta, Arifin, & Nuzula, 2 0 1 4 ) . M e n u r u t Tr i a n d a r u & Budisantoso (dalam Trisnawati & Puspita, 2014), tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan perbankan sesuai dengan peraturan perbankan yang telah ditentukan. Bank-bank diwajibkan untuk menjaga tingkat kesehatan bank sesuai dengan standar yang telah diberikan oleh Bank Indonesia, sehingga bank-bank dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalahan yang dapat mempengaruhi kondisi bank tersebut. Bank Indonesia juga telah memberlakukan penilaian tingkat kesehatan bank umum yang tertera pada Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, dimana bank-bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) mulai dari awal tahun 2012. Risk Profile (Profil Risiko) merupakan faktor penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam kegiatan operasional bank (Hendrayana & Yasa, 2015). Pada profil risiko ini, terdapat delapan jenis risiko,
150
yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, dan risiko kepatuhan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji menggunakan risiko kredit dan risiko likuiditas dikarenakan kedua risiko tersebut dapat diuji secara kuantitatif. Menurut Mandasari (2015), Good Corporate Governance merupakan faktor yang digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap pemegang saham. Menurut Muh (dalam Wati, 2012), Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem yang dapat mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. Dalam manajemen perusahaan, tentu pihak manajemen perlu untuk meyakinkan para investor agar mereka mengetahui bahwa dana investasi yang diserahkan kepada perusahaan tersebut digunakan secara tepat dan efisien. Untuk memastikan bahwa manajemen melakukan tindakan yang baik terhadap para investor, maka dari itu muncul tata kelola perusahaan (corporate governance) yang berguna untuk mendorong terbentuknya sistem kerja yang bersih, transparan, serta profesional. Adanya tata
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
kelola perusahaan diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan kepercayaan bagi para investor terhadap dana yang telah diinvestasikan pada perusahaan (Restuningdiah, 2011). Earnings (Rentabilitas) merupakan faktor yang digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi kinerja bank dan profitabilitas yang dihasilkan dari hasil operasional bank tersebut. Penilaian rentabilitas ini meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, serta manajemen rentabilitas (Trisnawati & Puspita, 2014). Capital (Permodalan) merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank untuk mengatasi risiko-risiko yang akan datang. Menurut Kasmir (dalam Lasta, Arifin, & Nuzula, 2014), permodalan merupakan faktor yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal berdasarkan modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk kegiatan operasional bank. Dalam melaksanakan perhitungan kecukupan modal, maka bank-bank wajib mengikuti ketentuan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi bank.
151
Hipotesis Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan RGEC, maka terbagi beberapa rasio dalam melakukan analisis pada perbankan yang melakukan merger akusisi tahun 2008-2011. Ha1 : Terdapat perbedaan pada rasio NPL (Non Performing Loan) antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Ha2 : Terdapat perbedaan pada rasio LDR (Load to Deposit Ratio) antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Ha3 : Terdapat perbedaan pada prosentase Dewan Komisaris Independen antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Ha4 : Terdapat perbedaan pada jumlah pertemuan Komite Audit antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Ha5 : Terdapat perbedaan pada ROA (Return on Assets) antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger dan akuisisi. Ha6 : Terdapat perbedaan pada NIM (Net Interest Margin) antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger dan akuisisi. Ha7 : Terdapat perbedaan pada BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) antara sebelum dan sesudah bank
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
melakukan merger dan akuisisi. Ha8 : Terdapat perbedaan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan p e n e l i t i a n kuantitatif dengan menggunakan beberapa variabel seperti NPL, LDR, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, ROA, NIM, BOPO, dan CAR. Penelitian ini menggunakan jenis komparatif yang berarti penelitian ini bersifat membandingkan dengan tujuan membandingkan kinerja bank-bank yang diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh perusahaan sektor perbankan di Indonesia yang melakukan merger akuisisi tahun 2008-2011. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria, yaitu: 1. Bank-bank yang dijadikan sampel adalah perusahaan bank yang diakuisisi pada periode 20082011, sedangkan untuk merger adalah perusahaan bank yang melakukan merger pada periode 2008-2011. 2. Laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel lengkap dari 3 tahun sebelum melakukan merger atau akuisisi dan 3 tahun 152
sesudah melakukan merger atau akuisisi. 3. Memiliki laporan tahunan yang memiliki catatan mengenai Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit pada perusahaan.
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Uji Beda Uji beda dalam penelitian ini menggunakan Paired Sample T Test. Uji beda tersebut digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya perbedaan antara dua kelompok sampel, yaitu sebelum dan sesudah merger akuisisi. Paired Sample T Test menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5% atau 0.05. PEMBAHASAN Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka perusahaanperusahaan perbankan yang dapat dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut.
153
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Uji Normalitas merupakan alat statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan terdistribusi secara normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan One
Sample Kolmogorov Smirnov dengan nilai signifikan sebesar 0.05. Pada gambar diatas, ditunjukkan bahwa data-data yang digunakan di dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
NPL (Non Performing Loan) merupakan suatu rasio yang digunakan untuk pengukuran risiko kredit pada bank. Semakin meningkatnya NPL, maka risiko tersebut semakin besar yang tentunya dapat mempengaruhi kinerja bank terutama dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Hasil uji beda pada variabel NPL dapat diketahui bahwa tiga bank dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel NPL ketiga bank ini tidak memiliki
perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger akuisisi. Perolehan nilai t yang positif menunjukkan b a h w a N P L s e b e l u m m e rg e r akuisisi lebih besar dibandingkan sesudah melakukan merger akuisisi. Semakin kecil NPL pada suatu bank, mengindikasikan bahwa kinerja bank mengalami peningkatan dikarenakan jumlah kredit macet yang dimiliki semakin menurun sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.
154
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat dana pinjaman terhadap dana deposit yang terdapat di bank. Penilaian LDR menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR memiliki batas dengan minimal sebesar 50% dan batas maksimal 100%. Semakin tinggi angka LDR pada suatu bank berpotensi menaikkan laba, namun perlu juga untuk diiringi dengan sikap hati-hati dalam penyaluran kredit agar tidak terjadi kredit macet (Hariyani & Toruan, 2010). Hasil uji beda yang dilakukan pada ketiga bank tersebut menunjukkan bahwa LDR pada ketiga bank dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 atau 5%, sehingga tidak memiliki perbedaan yang 155
signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger akuisisi. Dapat dilihat LDR pada Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk dan Bank UOB Indonesia mengalami penurunan dibandingkan sebelum melakukan merger akuisisi, sedangkan Bank CIMB Niaga Tbk mengalami peningkatan setelah bank melakukan merger. Nilai t yang positif mengindikasikan bahwa terdapat penurunan dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, sedangkan nilai negatif mengindikasikan bahwa penyaluran kredit kepada masyarakat meningkat setelah bank melakukan merger akuisisi.
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap fungsi pengawasan, memberikan nasihat kepada Direksi, serta memastikan perusahaan telah melaksanakan Tata Kelola Perusahaan dengan baik. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006, penilaian bank dikatakan sehat apabila komposisi Dewan Komisaris Independen sebesar 50%. Hasil uji beda yang dilakukan dalam ariable Dewan Komisaris Independen menunjukkan bahwa ketiga bank ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Tidak memiliki perbedaan yang signifikan dikarenakan peraturan Bank Indonesia menilai bahwa komposisi Dewan Komisaris Independen yang sehat sebesar 50% 156
dari keseluruhan Dewan Komisaris, sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan meskipun bank melakukan merger atau akuisisi. Nilai t yang positif menunjukkan adanya penurunan pada prosentase jumlah Dewan Komisaris Independen setelah bank melakukan merger akuisisi. Nilai t yang negative menunjukkan adanya penambahan pada prosentase jumlah Dewan Komisaris Independen setelah bank melakukan merger akuisisi.
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Komite Audit adalah komite yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan banyaknya jumlah pertemuan yang diadakan Komite Audit selama satu tahun. Hasil uji beda yang dilakukan pada egative Komite Audit menunjukkan bahwa dua bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan sedangkan satu bank memiliki perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah bank
Variabel ROA (Return on Assets) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mendapatkan 157
melakukan merger akuisisi. Nilai t yang positif membuktikan bahwa jumlah pertemuan yang diadakan Komite Audit lebih sedikit dibandingkan sebelum bank melakukan merger akuisisi., sedangkan nilai t yang egative membuktikan adanya peningkatan pada jumlah pertemuan yang diadakan Komite Audit.
keuntungan sebelum pajak yang dihasilkan dari rata-rata total aset
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
bank (Hariyani & Toruan, 2010). Semakin besar ROA yang diperoleh, maka semakin besar juga keuntungan yang diperoleh dan penggunaan aset pada bank semakin maksimal. Dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa satu bank memiliki perbedaan secara signifikan dan dua bank tidak memiliki perbedaan yang signikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisis. Nilai t yang positif mengindikasikan bahwa ROA
yang diperoleh bank lebih sedikit dibandingkan sebelum melakukan merger akuisisi, sedangkan nilai t yang egative menunjukkan bahwa bank memperoleh keuntungan yang lebih besar setelah bank melakukan merger akuisisi. Beberapa yang menyebabkan ROA semakin meningkat adalah menurunnya NPL dan tingginya LDR yang dimiliki.
NIM (Net Interest Margin) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Hasil uji beda pada egative NIM menunjukkan dua bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan satu bank memiliki perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akusisi. Perolehan nilai t yang
positif menunjukkan bahwa NIM yang dihasilkan setelah melakukan merger akuisisi lebih sedikit dibandingkan sebelum melakukan merger akuisisi. Nilai t yang egative menunjukkan bank memperoleh NIM lebih besar setelah melakukan merger akuisisi.
158
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO yang diperoleh, maka bank tersebut dapat diindikasikan mampu mengendalikan biaya operasional pada perusahaan sehingga dapat menciptakan keuntungan yang lebih besar pada perusahaan. Hasil uji beda yang dilakukan pada variabel BOPO ini dapat diketahui bahwa Bank
159
Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank UOB Indonesia diketahui nilai signifikansi lebih besar 0.05, yang berarti bank tersebut tidak memiliki perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah melakukan merger akuisisi. Perolehan nilai t yang positif menunjukkan bahwa BOPO yang dihasilkan setelah setelah merger akuisisi lebih kecil, sedangkan nilai t yang negatif menunjukkan BOPO yang dihasilkan setelah merger akuisisi lebih besar.
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal berdasarkan modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk kegiatan operasional bank. Dapat diketahui variabel CAR pada penelitian ini menunjukkan Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk tidak memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank UOB Indonesia memilik perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi. Nilai t yang positif mengindikasikan bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan sebelum perusahaan melakukan merger akuisisi. Nilai t yang negatif mengindikasikan bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan menjadi lebih besar setelah melakukan merger akuisisi. Semakin besar permodalan yang dimiliki, menunjukkan bahwa bank tersebut mampu mengatasi risiko-risiko yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa banyak variabel penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger akuisisi. Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan usaha yang
160
dilakukan dapat dikatakan belum berhasil dan belum sesuai dengan motif-motif yang melatarbelakangi perusahaan melakukan merger akuisisi. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perusahaan y a n g m e l a k u k a n m e rg e r d a n perusahaan yang melakukan akuisisi. Pada perusahaan yang melakukan merger seperti Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank UOB Indonesia terjadi karena munculnya Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. Adanya kebijakan yang telah ditetapkan Bank Indonesia membuat bank-bank melakukan penggabungan usaha karena adanya aturan, bukan karena melihat adanya prospek yang menjanjikan di masa depan. Hal ini tentunya membuat motif-motif dari merger dan akuisisi tidak dapat berjalan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Pada perusahaan yang melakukan akuisisi, dapat diketahui bahwa Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk memiliki peningkatan secara laporan keuangan, namun secara statistik masih belum menunjukkan banyak perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan akuisisi. SIMPULAN Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini terdapat 3 perusahaan,
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
yaitu Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, dan Bank UOB Indonesia. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian, antara lain NPL, LDR, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, ROA, NIM, BOPO, dan CAR. Berdasarkan hasil uji beda menggunakan Paired SampleT Test, penelitian ini dapat ditunjukkan sebagai berikut. 1. Risk Profile (Profil Risiko). Va r i a b e l N P L d a n L D R menunjukkan bahwa 3 bank dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan secara signifikan. 2. Good Corporate Governance ( G C G ) . Va r i a b e l D e w a n Komisaris Independen menunjukkan bahwa 3 bank yang diteliti tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Variabel Komite Audit menunjukkan bahwa 2 bank tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan 1 bank memiliki perbedaan secara signifikan. 3. E a r n i n g s ( R e n t a b i l i t a s ) . Variabel ROA, NIM, dan BOPO menunjukkan bahwa 2 bank yang diteliti tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan 1 bank memiliki perbedaan yang signifikan. 4. Capital (Permodalan). Variabel CAR dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 1 bank
161
tidak memiliki perbedaan secara signifikan dan 2 bank memiliki perbedaan secara signifikan. Banyaknya variabel yang tidak memiliki perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah bank melakukan merger akuisisi dikarenakan adanya kebijakan Kepemilikan Tunggal ( Single Presence Policy) yang menyebabkan motif melakukan merger akuisisi tidak dapat berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Keterbatasan pada penelitian ini adalah laporan keuangan sebelum perusahaan melakukan merger akuisisi tidak tersedia di Bursa Efek Indonesia maupun website perusahaan, sehingga perusahaan yang diteliti menjadi lebih sedikit. Adanya beberapa perusahaan yang baru melakukan merger akusisi juga tidak dapat dimasukkan dalam penelitian dikarenakan tidak sesuai dengan kriteria pengambilan sampel. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dapat memperhatikan aspek non ekonomis seperti teknologi, sumber daya manusia, dan beberapa faktor lainnya yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Bagi calon investor dapat mempertimbangkan mengenai merger akuisisi yang telah dilakukan perusahaan, karena
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
penggabungan usaha yang dilakukan perusahaan tidak semuanya memiliki motif yang sama. Calon investor perlu melakukan analisis yang cermat dalam berinvestasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Berk, J., DeMarzo, P., & Harford, J. (2012). Fundamentals of Corporate Finance, Second Edition. England: Pearson Education Limited. Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2012). Fundamentals of Corporate Finance, Seventh Edition. McGraw-Hill. Hariyani, I., Serfianto, & Serfiyani, C . Y. ( 2 0 11 ) . M e rg e r, Konsolidasi, Akuisisi, & Pemisahan Perusahaan: Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan Perusahaan. Jakarta: Visimedia. Hariyani, I., & Toruan, R. L. (2010). Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hendrayana, P. W., & Yasa, G. W. (2015). Pengaruh Komponen RGEC pada Perubahan Harga Saham Perusahaan
162
Perbankan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2, 554-569. Lasta, H. A., Arifin, Z., & Nuzula, N. F. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) (Studi pada PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk Periode 20112013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.13 No. 2, 1-10. Mandasari, J. (2015). Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC pada Bank BUMN Periode 2012-2013. eJournal Administrasi Bisnis Volume 3 Nomor 2, 363-374. Marzuki, M. A., & Widyawati, N. (2013). Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi: Studi Pada PT Bank Cimb Niaga. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Volume 1 Nomor 2, 222-238. Novaliza, P., & Djajanti, A. (2013). Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol. 1 No. 1, 1-16. Restuningdiah, N. (2011). Komisaris
TAHUN 18, NOMOR 2 OKTOBER 2016
Independen, Komite Audit, Internal Audit dan Risk Management Committee terhadap Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 15 No. 3, 351-362. Siringoringo, R. (2012). Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 15 No. 1, 61-83. Trisnawati, R., & Puspita, A. E. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC pada Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012. Economics & Business Research Festival 3rd, 661-675. Wati, L. M. (2012). Pengaruh Praktek Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Volume 1 Nomor 1, 1-7.
163