ANALISIS PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK DAN UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT INAP RS HAJI MEDAN 2006
TESIS Oleh
AMRUDDIN NIM : 047013003
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
ANALISIS PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK DAN UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT INAP RS HAJI MEDAN 2006
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh AMRUDDIN NIM : 047013003
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
: Analisis Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006
Nama Mahasiswa
: Amruddin
Nomor Pokok
: 047013003
Program Studi
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi
: Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Ketua
dr. Jules H. Hutagalung, MPH Anggota
Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur SPs USU,
Dr. Drs. Surya Utama, MS
Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc
Tanggal Lulus : 23 Oktober 2007
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada tanggal : 12 September 2007
Panitia Penguji Tesis Ketua
: Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP
Anggota
: dr. Jules H. Hutagalung, MPH Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS Prof. dr. Aman Nasution, MPH Dra. Elly Zahara, Apt, MARS
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
ANALISA PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK DAN UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT INAP RS HAJI MEDAN 2006 TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 23 Oktober 2007
(Amruddin)
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Judul Thesis
Analisa Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006 Nama Amruddin NIM 047013003 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan -----------------------------------------------------------------------------------------------------ABSTRAK Gerakan peningkatan mutu pelayanan adalah suatu bagian dari variabel-variabel yang dapat meningkatkan daya tarik suatu rumah sakit untuk digunakan oleh pemakainya sebagai tempat memperoleh pelayanan perawatan rawat inap. Dengan bertambahnya rumah sakit disekitarnya akan bertambah pesaing dalam meningkatkan mutu. Untuk mencapai mutu dan keunggulan, rumah sakit memiliki wadah atau organisasi yaitu komite medik dengan kegiatan program kerja yang terarah serta berperan sebagai motor penggerak pelayanan rumah sakit. Diharapkan kualitas pelayanan kesehatan lebih mantap sehingga utilisasi fasilitas rawat inap dapat meningkat dari waktu ke waktu. Peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi program kerja komite medik dalam meningkatkan mutu pelayanan medis dan kondisi utilisasi unit rawat inap. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif retrospectif. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ketua komite medis dan subkomite-nya Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 6 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indepth interview. Adapun hasil penelitian yang diperoleh bahwa keberhasilan peningkatan utilisasi fasilitas RS Haji Medan akibat dari program kerja medik dalam gerakan peningkatan mutu yang memuaskan dan berhasil mengemban tugas sebagai promotor organisasi rumah sakit. Bukti keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan efisiensi dan efektifitas rasio utilisasi fasilitas RS Haji dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Pada tahun 2005 RS Haji mengalami fenomena ledakan jumlah pasien rawat inap sampai BOR di tingkat > 90 %. Pembentukan komite medik dilakukan oleh direktur secara resmi serta memiliki SK. Dengan adanya program kerja yang terarah, sesuai standar yang berlaku, dapat dibuktikan semakin tinggi frekuensi jasa pelayanan terpakai untuk pelayanan masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan dapat dijadikan sumber pengetahuan dan strategi bagi pihak pimpinan maupun manajemen rumah sakit dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya program kerja komite medik dalam meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap sehingga memberikan kepuasan bagi semua pihak termasuk pihak manajemen rumah sakit maupun klien pelayanan unit rawat inap. Kata Kunci: Program kerja, tingkat utilisasi, pelayanan rawat inap
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Titel of The Thesis
Analysis of Medical Committee’s Work Program and The Utilization of Inpatient Facility of Rumah Sakit Haji Medan. 2006 Name Amruddin NIM 047013003 Study Program Administration and Health Policy -----------------------------------------------------------------------------------------------------ABSTRACT The movement of service quality improvement is a part of the variables that increase the attractiveness of hospital to attract the patients to use the hospital as a place to get in-patient treatment service. With the increasing number of hospital around it, hospital has more competitors in quality improvement. To obtain the quality and the superiority as desired, a hospital should have an organization such as medical committee with the activities based on the directed work program and place a role as the activator of hospital service and it is expected that the improvement of health service quality provide from time to time will improve the level of in-patient fasilities utilization as well. Thus the purpose of this research is to identify the medical committee’s work program in improving the quality of the medical service and the level of utilization of in-patient facility. The research uses a retrospective and qualitative design. The participants involved in this research are the Chairman of the Medical Committee and Sub Committees of Rumah Sakit Medan (6 persons). The interviewees are selected through a purposive sampling technique. The data obtained through indept interview. The result reveals that the success in increasing the utilization of RS Haji has a significat correlation with the improvement of the Medical Committee’s work program in quality improvement which is satisfactory and successfull in doing their functions as a promoter of the movement. This success can be seen through the increase of effisiency and effectiveness of the utilization ratio of the facilities from 2004 thru 2006. By the year of 2005 RS Haji Medan had a BOR > 90 %. The Committee was officially established by the Director decree. The Committee’s directed the work program is in accordance with the excisting standard and can be prooven through the higher frequency of services usage for community health. The result of this research is expected to function as a source of knowledge and strategy that can be used by the director or hospital management in improving the health service quality without ignoring the medical committee’s work program in increasing the utilization of in-patient unit facilities to satisfy the hospital management or their client toward the service given by the in-patient department of the hospital. Keywords :Working program, utilization rate, in-patient service
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta kekuatan yang tak putus-putus dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006 Tesis ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Magister Administrasi Rumah Sakit dan penerapan ilmu dalam mata kuliah riset ilmiah. Selama proses penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penghargaan setinggi-tingginya serta terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP selaku ketua komisi pembimbing yang telah menyediakan waktu, arahan, dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dr. Jules H. Hutagalung, MPH dan Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS selaku anggota dari komisi pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU serta Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc selaku Direktur SPs USU, Ketua Komite Medik dan Sub Komite Medik RS HAJI Medan serta responden yang telah memberikan masukan, bantuan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada keluarga, istri dan anak-anakku atas segala dukungannya dalam memberi semangat dan perhatiannya selama ini pada ananda dalam menyelesaikan tesis ini.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang terkait di dalamnya sangat diharapkan demi kesempurnaan isi dari tesis ini. Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya kebijakan rumah sakit dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, 23 Oktober 2007
Penulis
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Amruddin
Tmpt/Tgl Lahir
: Hapesong Baru, 13 Juni 1962
Jenis Kelamin
: Pria
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Bagan Siapi-api
Riwayat Pendidikan: 1. 1970-1976
SDN 1 Batang Toru Tapsel
2. 1976-1979
SMPN 1 Batang Toru Tapsel
3. 1979-1982
SMAN 2 Padang Sidempuan
4. 1983-1991
FK USU Medan
Riwayat Pekerjaan: 1. 1992-1995
Kepala Puskesmas Enok, Indragiri Hilir Riau
2. 1996-2001
Kepala Puskesmas Bangko Jaya, Indragiri Hilir Riau
3. 2001-2006
Kepala Puskesmas Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir Riau
4. 2006-Sekarang
Staf Medik di RSU. Bagan Siapi-api
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR....................................................................................
i iii vi viii x xi xiii xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Landasan Teori Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum 1.4.2. Tujuan Khusus 1.5. Manfaat Penelitian
1 4 5 5 5 6 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komite Medik 2.1.1 Pengertian dan Tugas Komite Medik 2.1.2 Jenis dan Fungsi Komite Medik 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja Komite Medik 2.2 Unit Rawat Inap 2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap 2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap 2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap
7 7 11 14 19 19 20 22
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4 Instrumen Penelitian 3.5 Pengumpulan Data 3.6 Analisa Data
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
24 24 25 25 25 26
3.7 Kerangka Konsep Penelitian 3.8 Definisi Operasional
28 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
33
4.2 Hasil Wawancara 4.2.1. Manajemen Mutu Di Rumah Sakit 4.2.1.1 Struktur Organisasi 4.2.1.2 Standar Pelayanan 4.2.1.3 Koordinasi 4.2.1.4 Pelatihan 4.2.1.5 Analisis 4.2.1.6 Monitoring 4.2.1.7 Evaluation 4.2.2. Kesiapan Petugas 4.2.1.1 Perekrutan 4.2.2.2 Pengarahan 4.2.2.3 Perencanaan
49 49 50 51 53 54 54 55 56 57 57 58 59
4.3
Pembahasan 4.3.1. Manajemen Mutu 4.3.1.1 Struktur Organisasi 4.3.1.2 Standar Pelayanan 4.3.1.3 Koordinasi 4.3.1.4 Pelatihan 4.3.1.5 Monitoring 4.3.1.6 Evaluasi 4.3.1.7 Analisis
60 63 65 66 67 69 70 74 75
4.3.2. Kesiapan Petugas 4.3.2.1 Perekrutan 4.3.2.2 Pengarahan 4.3.2.3 Perencanaan
76 77 78 79
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.2 Rekomendasi 1. Praktek Pelayanan Rumah Sakit. 2. Untuk Penelitian Selanjutnya.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
81 82 82 82
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Hunian Unit Rawat Inap (BOR → Bed Occupation Rate)
4
Tabel 4.1 Statistik Jumlah Kepegawaian RS Haji 2004 – 2006
39
Tabel 4.2 Deskripsi perkembangan jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang bernaung di bawah Komite Medis / SMF RS Haji Medan
40
Tabel 4.3. Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana RS Haji Medan
46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indicator efisiensi utilisasi unit rawat inap rumah sakit
21
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
28
Gambar 4.1 Diagram Struktur Organisasi RS. Haji II Medan mengikuti pola pikir Hospital Bylaws.
35
Gambar 4.2 Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS Haji 2004,2005 dan 2006.
71
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pergeseran nilai kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pada
masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Termasuk di antaranya adanya perkembangan dan perubahan kebijakan yang bersifat regional, nasional maupun internasional. Selain itu peningkatan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat sebagai pengguna jasa, juga menimbulkan berbagai perubahan prilaku termasuk di dalamnya tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan (Trisnantoro, 1998). Dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan yang semakin meningkat tersebut, rumah sakit sebagai penyedia jasa harus melakukan berbagai upaya agar terselenggara pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan, yang penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brady et all (1993) dalam Loveridge dan Cumming (1996), menyebutkan bahwa dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dapat menurunkan angka kesalahan dalam melakukan tindakan perawatan, menurunkan hari lama rawat dan dapat menciptakan perasaan emosi yang aman pada pasien, keluarga, dan masyarakat.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Dampak perkembangan IPTEK kesehatan telah meningkatkan tekanan terhadap pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien namun aman bagi konsumen. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut (Nurachmah, dikutip dari www.pdpersi.co.id). Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetitif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut. Kualitas dan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja rumah sakit (Griffin, 1998). Gerakan peningkatan mutu pelayanan adalah suatu bagian dari variabelvariabel yang dapat meningkatkan daya tarik suatu rumah sakit untuk digunakan oleh pemakainya sebagai tempat memperoleh pelayanan perawatan rawat inap. Dengan bertambahnya rumah sakit disekitarnya akan bertambah pesaing dalam meningkatkan mutu. Untuk mencapai keunggulan, maka rumah sakit harus memiliki suatu badan atau organisasi yaitu komite medik yang memiliki kegiatan terarah serta berperan sebagai motor penggerak pelayanan rumah sakit (Soni, 2004). Dengan adanya kegiatan terarah dari komite medik diharapkan peningkatan mutu pelayanan profesi akan terjadi, dan hal yang dapat dipantau salah satunya melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap. Salah satu upaya yang dilakukan pihak rumah sakit khususnya dalam hal ini yang terkait adalah komite medik Rumah Sakit Haji Medan yakni mengenai peningkatan mutu pelayanan rawat inap. Berbagai hal telah dilakukan melalui program kerja seperti perbaikan fisik bangunan rumah sakit, penambahan sarana dan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
prasarana, penambahan peralatan kesehatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan merupakan upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Namun disadari dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan pun semakin meningkat. Sejalan dengan hal tersebut maka pelaksanaan akderitasi rumah sakit akan menjadi penting. Tahun 2001, Rumah Sakit Haji Medan berhasil terakreditasi dalam 5 kelompok kerja dasar yaitu : 1) Administrasi / Manajemen Umum ; 2) Kelompok Pelayanan Medis; 3) Kelompok Pelayanan Keperawatan; 4) Kelompok Unit Gawat Darurat dan Kelompok Rekam Medis dengan nilai B. Dengan dicapainya akreditasi rumah sakit, diharapkan pembinaan rumah sakit akan lebih terarah. Rumah Sakit Haji Medan akan terpacu untuk memenuhi dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga mutu pelayanan dapat dipertanggung jawabkan (Trisnantoro, 1998). Pada tanggal 21 November 2005, Rumah Sakit Haji Medan mendapat pengakuan dari Pemerintah sebagai rumah sakit dengan kinerja terbaik tingkat Propinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Haji Medan terletak di Jln. Pancing Medan Timur, lokasi ini termasuk daerah yang padat penduduk. Rumah Sakit Haji Medan termasuk rumah sakit kelas B, memiliki 135 tempat tidur pada unit rawat inap, memiliki efektivitas rawat inap yang cukup efisien dengan BOR rata-rata 70% dalam 5 tahun terakhir (Data 2001 s/d Tahun 2005).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 1.1
Rasio Hunian Unit Rawat Inap (BOR → Bed Occupation Rate)
No
Tahun
BOR %
ALOS (hari)
TOI (hari)
BTO Kali / tahun
1
2001
60,7 %
6
6
40
2
2002
62,8 %
5
3
42
3
2003
63,0 %
5
3
42
4
2004
64,3 %
5
3
41
5
2005
97,87
6
1
52
Data : Bagian Rekam Medis/Informasi RS Haji Medan (2006).
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui adanya suatu upaya atau program kerja yang dilakukan oleh komite medik yang mendukung peningkatan pelayanan rawat inap dan setelah peneliti melakukan studi literatur belum pernah dilakukan penelitian yang khusus membahas tentang analisa program kerja komite medik dan tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap Rumah Sakit Haji Medan.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana program komite medik Rumah Sakit Haji Medan meningkatkan mutu pelayanan dan peningkatan utilisasi fasilitas unit rawat inap.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1.3
Landasan Teori Organisasi rumah sakit untuk menuju keunggulan pelayanan memerlukan
kegiatan terarah oleh komite medik yang berperan menjadi motor penggerak pelayanan rumah sakit. Komite tersebut membenahi fungsi pelayanan paripurna. Bila rumah sakit pada masa sekarang memerlukan nilai ekonomis di dalam pelayanan sosial, memerlukan pencermatan strategi rumah sakit dengan memperhatikan “5 faktor penentu kualitas pelayanan yaitu : 1). Tangibilitas ; 2. Kehandalan ; 3) Ketanggapan ; 4) Kepastian dan (5) Empati di semua pos pelayanan rumah sakit. (Parasuraman & Zeithaml ; 1996) Dengan adanya kegiatan terarah
dari Komite Medik meningkatan mutu
pelayanan profesi dan efeknya dapat dipantau melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap. Diharapkan bahwa dengan adanya peningkatan mutu yang disepadankan oleh Komite Medik sesuai terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan unit rawat inap, maka tingkat utilisasi unit pelayanan rawat inap diharapkan meningkat dari waktu ke waktu
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum
Mengidentifikasi program kerja Komite Medik terhadap pemanfaatan utilisasi unit rawat inap.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1.4.2
Tujuan Khusus 1. Mencari informasi tentang kegiatan program kerja apa saja yang dilaksanakan oleh Komite Medik Rumah Sakit Haji Medan terhadap peningkatan utilitas unit rawat inap ke tingkat standar yang lebih baik. 2. Mencari informasi bagaimana
koordinasi Komite Medik dengan
bagian lainnya.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek yaitu: 1. Praktek Pelayanan Kesehatan Sumber pengetahuan dan bahan perbandingan bagi pimpinan maupun manajemen rumah sakit lain dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap. 2. Pendidikan Dalam aspek pendidikan, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi yang berguna bagi pendidikan administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya kebijakan rumah sakit. 3. Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. b. Memberikan suatu pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti tentang pelaksanaan dari sesuatu riset ilmiah tentang manajemen rumah sakit.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu: 2.1
2.2
2.1
Komite Medik 2.1.1
Pengertian dan tugas komite medik
2.1.2
Jenis dan fungsi komite medik
2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja komite medik
Unit Rawat Inap 2.2.1
Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap
2.2.2
Indikator Utilisasi Rawat Inap
2.2.3
Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap
Komite Medik 2.1.1
Pengertian dan Tugas Komite Medik
Era globalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa berbagai perubahan di bidang kehidupan. Salah satunya yaitu perubahan di bidang kesehatan.Terbukanya pasar bebas akan berakibat pada tingginya kompetisi di bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini menuntut adanya peningkatan kualitas serta profesionalisme berbagai bidang termasuk di dalamnya mutu pelayanan rumah sakit selain daripada sumber daya manusia yang berkualitas
7 Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
sebagai faktor pendukung terciptanya mutu pelayanan rumah sakit yang baik serta berkualitas (Jane, 2001 dikutip dari Purnomo, 2004). Menurut Pasuraman pada masa sekarang ini, ada 5 faktor penentu kualitas (Tangible; Assurance, Responsiveness, Reliability dan Empathy) pelayanan terkait dengan pencermatan strategi rumah sakit dalam menyikapi nilai-nilai ekonomis yang menjadi perhatian dikalangan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan sosial . Oleh karena itu mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit tersebut akan tercapai dan hasilnya akan lebih optimal apabila rumah sakit itu sendiri memiliki suatu wadah atau organisasi yang bertindak sebagai motivator dan bersifat dinamis. Wadah yang bisa dianggap sebagai motivator atau motor penggerak pelayanan rumah sakit adalah komite medik. Komite medik sendiri akan membenahi fungsi pelayanan paripurna melalui kegiatan terarah serta mengarahkan organisasi rumah sakit menuju keunggulan di bidang pelayanan. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/1992 tanggal 12 Nopember 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum sebagai pengganti keputusan Menteri Kesehatan No.134/Menkes/SK/IV/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum yang menindaklanjuti dengan dibentuknya komite medik di Rumah Sakit yang secara resmi sudah ada dengan dikeluarkannya surat keputusan dari Direktur Jenderal Pelayanan Medik No 811/2/2/VII/1993 tanggal 3 Juli 1993 tentang petunjuk pelaksanaan kerja penyusunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum, maka bagian atau departemen yang ada
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
di rumah sakit yang secara tradisional didasarkan pada spesialisasi klinis, seperti Bagian Bedah, Bagian Kesehatan Anak, dan lain-lain tidak ada lagi. Pada saaat ini yang ada ialah instalasi, seperti Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, dan lain-lain tempat dimana Staf Medis Fungsional dan staf lain memberikan asuhan kepada pasien (Rowland, 1984). Komite medik merupakan bagian dari struktur organisasi rumah sakit dan bertindak sebagai pembina dan pengembang pelaksanaan profesi kedokteran di rumah sakit (Yoga, 2003). Badan ini merupakan tempat dimana semua dokter bergabung dalam suatu organisasi resmi yang bertujuan meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan medis di rumah sakit. Komite medik menempatkan para dokter ini di dalam kelompokkelompok spesialisasi yang khas dengan nama SMF (Staf Medis Fungsional). Komite medik sendiri terbagi ke dalam subkomite-subkomite dengan tugas-tugas yang seluruhnya akan merangkum fungsi-fungsi yang mereka perlu lakukan. Dalam praktek yang lazim, komite-komite pelaksana ini disebut panitia atau subkomite. Penyebutan seperti ini penting untuk mengingatkan bahwa di RS mereka bekerja untuk suatu organisasi induk yaitu komite medik (Rowland, 1984). Berikut ini merupakan hal-hal pokok dari komite medik yaitu: 1. Komite Medik adalah kelompok tenaga medis yang keanggotaannya dipilih dari anggota Staf Medis Fungsional (SMF). SMF adalah kelompok dokter yang bekerja di Instalasi dalam jabatan fungsional.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Komite Medik harus ada pada semua kelas rumah sakit umum pemerintah (Kelas A, B Pendidikan, B Non Pendidikan, C dan D). Komite Medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit. Secara struktural, kedudukan Komite Medik setingkat dengan Wakil Direktur (di rumah sakit kelas A dan B yang ada jabatan Wadirnya). Komite Medik membawahi seluruh SMF. Pembentukan Komite Medik Rumah Sakit Haji ditetapkan dengan keputusan direktur RS Haji Medan No: 020/ SK/ DIR/ RSHM/VI/1999 tanggal 30 Juni 1999 yaitu di dalam struktur organisasi Rumah Sakit Haji Medan bahwa Komite Medik berada di bawah Direktur Rumah Sakit Haji Medan. Bagi rumah sakit yang bukan milik Depkes, maka komite medik ditetapkan oleh pemilik-pemilik atas usul Direktur. Dalam menjalankan tugasnya, komite medik dapat dibantu oleh Panitia yang anggotanya terdiri dari SMF dan tenaga profesi lainnya. Panitia adalah kelompok kerja dalam komite medik untuk menangani masalah-masalah khusus, misalnya panitia rekam medis, panitia farmasi serta terapi, dan lain-lain. Masalah pembentukan panitia sendiri ditentukan oleh direktur. Adapun tugas komite medik di rumah sakit salah satunya membantu direktur dalam hal menyusun, memantau serta mengembangkan program dan
standar
pelayanan rumah sakit dan pelaksanaannya, membina etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota SMF, mengembangkan program pendidikan dan pelatihan (Diklat), mengembangkan program penelitian (Yacobalis, 1989).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Yoga (2003) bahwa di dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, komite medik perlu dibantu oleh panitia-panitia atau sub-komite dengan tugas dan nama yang khas pula. Jumlah kepanitian atau subkomite tergantung pada kondisi dan kebutuhan dari rumah sakit tersebut, namun ada beberapa sub-komite standar yang sepertinya sudah menjadi standar di setiap rumah sakit. Sub-komite yang sudah umum tersebut adalah : (1) Sub-komite kredensial, (2) Sub-komite keperawatan; (3) Sub-komite Rekam Medis; (4) Sub komite farmasi; (5) Sub-komite akreditasi; (6) Sub-komite etika dan profesi. 2.1.2 Jenis dan Fungsi Komite Medik Ada belasan atau bahkan puluhan komite dapat dibentuk di rumah sakit. Kebutuhan komite rumah sakit berkaitan erat dengan jumlah dan jenis sesuai dengan kondisi dari rumah sakit, ataupun kebutuhan yang dirasakan oleh para manajemen yang bekerja di sana. Rowland (1984) mengemukakan bahwa alasan umum yang lazim disebut mengapa komite-komite difungsikan di rumah sakit adalah pertama keyakinan bahwa suatu grup yang terbentuk : (1) dari orang-orang yang memiliki talenta yang bervariasi. (2) latar belakang. (3) bidang keahlian yang beraneka ragam bila dibawa ke dalam suatu pekerjaan misalnya, memecahkan masalah, menetapkan tujuan/target suatu tugas/fungsi, menetapkan peraturan peraturan organisasi dan melaksanakan kegiatan tertentu akan menghasilkan hasil yang superior.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Yang kedua adalah alasan-alasan lain yang perlu dicermati. Di antara alasan tersebut adalah fakta bahwa manusia lebih cenderung menerima dan melaksanakan keputusan apapun, bila mereka atau wakil-wakilnya telah ikut serta di dalam proses pengembangan keputusan tersebut. Kecenderungan ini lebih besar dibandingkan bila hal yang diimplementasikan tersebut diberikan begitu saja oleh pihak luar. Alasan ketiga adalah keterkaitan anggota komite terhadap adanya penyebaran (difusi) tanggung jawab ke banyak orang. Penyebaran tanggung jawab ke beberapa personil adalah lebih menarik apalagi untuk membuat suatu keputusan dari hal-hal yang kurang favorit, atau peraturan yang potensil tidak menyenangkan beberapa kalangan, atau juga keputusan yang potensial beresiko fatal. Tidak banyak orang yang suka dan berani menanggung sendiri suatu resiko yang langsung mengaitkan resiko tersebut dengan reputasi dirinya sendiri. Pekerjaan yang dibagi-bagikan merata dirasakan tidak terlalu menekan (Djojodibroto, 1997). Adapun jenis dan fungsi komite yang lazim dapat dilihat di RS antara lain: 1. Komite Etika Profesi. Mereka bekerja melayani program-program pimpinan RS. di dalam memelihara kode etik profesi kedokteran pada khususnya. 2. Sub Komite Keperawatan
melakukan pemeliharaan etika keperawatan di
seluruh rumah sakit. Anggotanya adalah para staf keperawatan. Program kerjanya lebih berfokus pada urusan-urusan medis ketimbang urusan-urusan manajemen RS sebagai suatu industri jasa.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Sub-Komite Kredensial. Fungsinya dalam hal perekrutan staf/pegawai RS yang baru dengan cara melihat kualifikasi, pendidikan, pengalaman, minat dan informasi penting lain-nya. 4. Sub Komite Utilisasi. Berfungsi khusus mencermati efisiensi dan efektifitas utilisasi fasilitas dan perlengkapan RS. Salah satu dari kegiatan komite ini adalah analisa Barber Johnson. 5. Sub-Komite Infeksi (Nosokomial) adalah komite yang mengarahkan penga wasan bagaimana meniadakan infeksi nosokomial
(infeksi silang) di
lingkungan RS atau setidak-tidaknya menanggulangi kasus-kasus serupa supaya supaya tidak terjadi kembali. Kegiatannya terutama adalah melakukan investigasi terhadap teknik asepsis, kebersihan lingkungan, sterilisasi dan mengadakan review teknik-teknik asepsis dan isolasi penyakit menular di kelompok petugas rumah sakit . 6. Sub - Komite Rekam Medis, menangani kegiatan menyeluruh sistem administrasi dan dokumentasi serta pelaporan rekam medis yang dilakukan oleh Sub-bagian Rekam Medis. Di Indonesia Komite RM ini secara fungsional menjadi penghubung di antara kegiatan administratif dengan kegiatan medis melalui manajemen Komite Medik. 7. Sub-Komite Farmasi. Berfungsi sebagai pemelihara prilaku pemakaian obatobatan dan peralatan medis yang terkait di rumah sakit. Umumnya yang menjadi perhatian adalah pemakaian obat-obatan yang tepat guna tanpa mementingkan
monopoli
obat-obatan
bermerek.
Pengontrolan
pemakaian obat-obat generik.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
tentang
8. Sub-Komite audit medis. Komite ini mengawasi kualitas tindakan medis baik bedah ataupun tidak untuk kemudian dianalisis menurut metodologi ilmiah, dipaparkan secara rutin didepan anggota Komite Medik demi peningkatan mutu pelayanan medis terhadap pasien. 9. Sub-Komite akreditasi RS atau Tim Pengendalian Mutu RS. Program kerjanya adalah khusus sebagai tim yang berusaha menjalankan strategi peningkatan mutu pelayanan baik melalui gerakan TQM ataupun strategi-strategi terpadu bagaimana memberikan rasa puas terhadap pasien pelanggan. Komite ini dapat memfokuskan titik pandangnya mengikuti gerakan peningkatan mutu seperti yang dilakukan oleh Dirjen Yanmed Depkes RI. Pada pelaksanaan di lapangan Komite Pengendalian Mutu biasanya mulai dari kegiatan–kegiatan GKM pada unit-unit kerja di RS (Yacobalis,1989).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja Komite Medik Rowland (1984) mengemukakan bahwa berhasil atau tidaknya komite medik dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor pendukung antara lain: (1) Diorganisasikan secara resmi (formal). Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pengorganisasian yang nantinya menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan suatu komite meliputi berapa banyak anggota dibutuhkan untuk mengisi kegiatan komite dan bagaimana prosedur pemilihan pemimpin komite dan anggota-anggotanya secara resmi. Apakah semuanya
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
offisial atau ada juga yang ex-officio dan siapa saja yang berhak memberikan suara di dalam suatu sistem pemilihan? Kepada siapa komite akan bertanggung jawab dan memberi laporan-laporan? Berapa sering mereka harus mengadakan pertemuan resmi? Siapa sajakah yang berhak membuat undangan pertemuan? Siapa yang membuat catatan teratur dan kepada siapa hasil pertemuan disampaikan? Apakah komite memerlukan dana pertemuan atau dana pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan? Berapa banyak biaya tersebut diestimasi per periode? Siapa pula yang bertugas membuat agenda dan rancangan pertemuan serta persiapan-persiapannya? Mengenai anggota komite sendiri dipilih oleh administrator rumah sakit dari mereka yang dapat atau menyenangi pola kerja sama dalam tim atau senang bekerja sama dengan orang lain. a. Apa calon anggota komite sudah pernah bekerja sebelumnya di dalam komite? Bila ‘ya’ apakah masukannya di sana konstruktif dan bermanfaat? b. Secara umum apakah anggota ini memiliki jaringan persahabatan yang baik dengan sesama anggota di rumah sakit? c. Bila ada pertentangan, dapatkah calon ini secara jernih melihat kausanya secara objektif? d. Apakah calon anggota ini dapat berpikir secara tajam dan kritis? e. Dapatkah calon anggota ini menyampingkan kepentingan diri sendiri di dalam tugas-tugas mencermati penyebab semua
masalah yang umumnya akan
dihadapi? Dengan demikian sistem pengorganisasian telah jelas dan resmi menjalankan tugastugasnya.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
(2) Memiliki tugas-tugas yang jelas dan tertulis Hal-hal yang terkait dalam hal ini meliputi apa maksud dan tujuan serta tugas/ tanggung jawab komite secara jelas dan tertulis dimana hal tersebut seharusnya disosialisasikan, apa tanggung jawabnya, apa tugas khususnya dan apa target-nya. Semuanya perlu diuraikan dalam surat penugasan.
Pemilihan siapa yang patut
menjadi kepala, siapa yang menjadi anggota, tergantung sangat pada korelasi dan dedikasi, talenta anggota terhadap tujuan dari komite itu sendiri. Selain itu kebutuhan komite juga perlu diperhatikan terkait dengan kebutuhan. Apakah komite satu-satunya cara terbaik untuk menghasilkan tujuan organisasi? Bila jawabnya ‘ya’, apakah komite baru perlu dibentuk atau apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sama baiknya oleh komite yang sudah terbentuk lain-nya? Ataukah masalah yang ingin dicapai cukup diperoleh dengan hanya satu atau beberapa konferensi antar sesama mereka yang terkait? Hal lain yang menjadi faktor pendukung keberhasilan nantinya yakni fungsi komite sendiri. Apa titel komite dan untuk apa komite yang baru dibentuk ini kelak? Apakah komite administratif yang ditugaskan merancang dan mengadakan semacam peraturan-peraturan atau prosedur? Atau menjadi komite penasihat, komite penyelidik, komite sosialisasi, atau komite untuk mengkoordinasi? Apabila tugas, kebutuhan serta fungsi komite secara tertulis jelas maka keabsahannya dapat diterima sehingga setiap bagian dari komite dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Mendagri, 2002).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
(3) Memiliki pemimpin yang kompeten dan berdedikasi Salah satu faktor pendukung keberhasilan komite adalah karakteristik dari pemimpin komite yang kompeten dan berdedikasi. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan seorang pemimpin atau manajer. Sebagai seorang pemimpin, yang menyadari dirinya pada posisi sedang memimpin suatu komite, sering merasakan ada tekanan dari suasana yang berlangsung. Pertama bila pada kelompok persidangan anggota komite terjadi suatu komunikasi yang acak-acakan tidak teratur, sehingga buah pikiran jadi terlantar, tidak tersalurkan kecuali para peserta terbiasa dengan suasana bekerja sama seperti itu. Kedua bila pemimpin rapat itu sendiri tidak mengerti sepenuhnya tentang kebutuhan dari kelompoknya sehingga disana ada semacam suasana yang berbahaya. Ia dapat bertindak terlalu demokratis atau kadang-kadang terlalu kaku. Hal ini mengakibatkan amarah ataupun frustrasi terhadap sesama anggota komite. Ketiga, bila komunikasi tersendat sama sekali dan kelompok-kelompok menjadi berang atau frustrasi, jalan satu-satunya yang dapat diharapkan pemimpin adalah membuat satu keputusan melalui proses pemungutan suara (voting). Voting tidak selamanya baik, karena pada kondisi seperti itu para minoritas memang akhirnya terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh kelompok mayoritas. Masalah yang timbul kemudian adalah perasaan tidak puas pada kelompok minoritas, ketika mereka cenderung tetap bertahan dan menganggap bahwa pandangan mereka tidak diindahkan dengan pencermatan yang cukup. Kondisi seperti ini dapat diramalkan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
sukar memperoleh komitmen sepenuh hati terhadap keputusan terahir yang telah disetujui. Kecakapan pemimpin group sangat dibutuhkan bila pemimpin ingin membersihkan perkembangan negatif yang tidak dikehendaki. Bila pemimpin rapat adalah seorang senior, sebenarnya ia dapat menggunakan kredibilitas ini untuk mengendalikan pertemuan. Hal ini sepertinya akan baik-baik saja di dalam kasus pertemuan berbentuk penyebaran informasi dimana pemimpin membuat kontribusi mayoritas terhadap materi yang dibahas. Ia adalah sumber utama dari informasi tersebut dan tugasnya memang terutama sebagai pemapar. Aransemen ini tidak akan begitu sukses bila pertemuan membahas mengenai suatu kebijakan dimana diharapkan partisipasi aktif dari semua anggota, dimana mereka dapat mempertanyakan hal-hal yang kurang jelas ataupun menambahkan hal-hal yang sebelumnya terlupakan. Di dalam suatu pertemuan yang berbau pengembangan, atau pemecahan suatu masalah, bagaimanapun, pemimpin rapat tidak dipandang bijaksana bila lebih menonjolkan apa yang ia lihat sangat penting di atas pandangan anggota komite lain. Alasannya karena pada pertemuan tersebut ia seharusnya tergantung secara optimal pada partisipasi ide-ide yang konstruktif pada pertemuan tersebut. Di dalam kasus seperti ini, suatu pendekatan
yang “tidak langsung” menekankan
pengarahan, adalah lebih baik karena menciptakan iklim pertemuan, dimana individu dapat mengekspresikan pandangan-pandangan mereka tanpa perasaan takut akan dikucilkan. (Yoga, 2003).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu faktor pendukung terhadap mulus tidaknya kerja suatu komite adalah gaya kepemimpinan, oleh karena itu sebagai pemimpin komite harus mengetahui situasi, kondisi maupun hal-hal yang akan dijumpai pada saat kepemimpinannya baik yang bersifat internal maupun eksternal. (4) Menjalankan suatu sistem dokumentasi tentang kegiatan dan mengerti tujuantujuan atau target kerja yang ingin dipenuhi (Gaspersz, 2005) Tetapi komite-komite sebaliknya akan gagal bila anggota yang digabungkan pada suatu komite tidak dipilih secara arif, mereka tidak memiliki tugas dan tujuan komite yang jelas, bila anggota tidak diberikan orientasi yang cukup tentang fungsi komite, anggota tidak melihat manfaat dari tujuan komite itu sendiri, bila pertemuan dianggap cukup untuk dihadiri saja dan bila agenda serta persiapan pada setiap pertemuan tidak dipersiapkan dengan cukup rapi (Rowland, 1984 )
2.2 Unit Rawat Inap 2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap Unit rawat inap adalah suatu kelompok sarana dan prasarana yang khusus melayani pasien sebagai pasien rawat mondok karena kebutuhan pelayanan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif untuk kondisi kesehatan mereka. Rumah sakit di Indonesia mulai dari yang terkecil umumnya memiliki unit rawat inap dengan jumlah tempat tidur yang diperhitungkan cukup memadai melayani kebutuhan pasien rawat mondok di daerah mereka (Hardiman, 2002).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Pelayanan unit rawat inap sedikit berbeda dengan pelayanan unit rawat jalan berdasarkan asuhan keperawatan yang lebih intensif. Pada prinsipnya hanya pasien yang memerlukan pengawasan perawatan dan pengobatan yang konsisten 1 x 24 jam yang dirawat-inapkan oleh rumah sakit. Pada pasien diberikan sarana tempat tidur, makan, minum, pelayanan keperawatan, pelayanan pengobatan dokter, pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya. Unit rawat inap sering dibagi dalam kelas-kelas pelayanan bervariasi berdasarkan kebutuhan masyarakat yang memerlukan sesuai dengan kemampuan mereka membayar fasilitas yang lebih baik. Secara prinsip semua pelayanan rumah sakit diberikan dalam mutu yang serupa sekalipun kelasnya lebih rendah karena yang berbeda hanyalah kebutuhan-kebutuhan unik yang diminta oleh mereka yang mampu membayar semua pelayanan ekstra.
2.2.2
Indikator Utilisasi Rawat Inap Salah satu indikator utilisasi rawat inap adalah dengan menggunakan statistik
Barber Jhonson. Berikut ini adalah model statistik Barber Jhonson: Pelayanan unit rawat inap dengan statistik ini diukur melalui kualitasnya berdasarkan rasio pemakaian dari fasilitas tempat tidur yaitu BOR (Bed Occupancy Rate) yang tersedia secara berimbang. Disebut berimbang apabila rasio pemakaian tempat tidur oleh pasien yang ada sekitar 60 s/d 85 %.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
0
1
2
3
5
6
7
9
8
10
28
28
20 18 16 14
75 %
26 24
BO R
22
BT O1
BO R
BOR
Daerah Effisien
24
80
90 %
%
30
26
2,5
22 20 18
BT O1
16 14
5
12
12
70
%
10
BT O2
8
10
0
8
BO R
Average of Length of Stay (ALOS)
4
30
6
6
% 50 OR
BT O3 0
4
7
4 2
B
4 2
0
0 0
1
2
3
5
6
8
9
10
Turn Over Interval (TOI)
Gambar 2.1. Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indikator efisiensi utilisasi unit rawat inap rumahsakit.
Bila angka BOR misalnya berada di bawah 60 %, ruang rawat inap dianggap memiliki jumlah tempat tidur yang berlebihan. Angka BOR yang melebihi rasio 85 % juga dianggap tidak baik dan dianggap kekurangan jumlah tempat tidur. TOI (Turn Over Interval) yang berarti interval berapa hari rata-rata seluruh tempat tidur kosong sebelum dihuni kembali oleh pasien yang berikutnya. Angka yang dianggap baik untuk TOI adalah 1 s/d 3 hari tempat tidur kosong sebelum diisi
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kembali. Angka TOI yang berkepanjangan artinya bahwa fasilitas tempat tidur terlalu lama kosong. Indikasinya bahwa rancangan fasilitas yang ada tidak efektif terpakai dibandingkan kebutuhan realistis dari suatu rumah sakit. Angka ALOS (Average Length of Stay) atau lama rata-rata seorang pasien tinggal di rumah sakit. Oleh KARS angka ini ditetapkan sebagai 3 s/d 5 hari sebelum pasien pulang. Angka ALOS yang normal tersebut secara teoritis dapat menggambarkan bahwa kualitas perawatan unit rawat inap rumah sakit adalah baik efektif dan efisien. ALOS yang tinggi sering dikaitkan dengan buruknya kualitas pelayanan perawatan dan pengobatan yang ada di rumah sakit. Perusahaan pelanggan yang membayar biaya pelayanan rawat inap pasien tanggungannya tidak menyukai hari pelayanan rawat inap yang berkepanjangan. Bed Turn Over (BTO) adalah jumlah rata–rata berapa orang semua tempat tidur pernah dipakai oleh pasien dalam rentang relatif per tahun. Jumlah yang terlalu sedikit dianggap kurang memadai sementara jumlah yang terlalu tinggi melebihi 50x/tahun dianggap fasilitas ruang rawat inap terlalu padat, sehingga terburu-buru memulangkan pasien karena ada pasien lain yang antri (Djemadi, 1998). 2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap Untuk menuju keunggulan pelayanan, maka dibutuhkan suatu wadah atau badan yang tergabung dalam suatu organisasi rumah sakit dan memiliki kegiatan terarah yang bersifat sebagai motivator terhadap pelayanan rumah sakit yang bersifat dinamis. Wadah tersebut adalah komite medik. Komite ini akan membenahi fungsi pelayanan paripurna dirumah sakit disertai kegiatan terarah (Trisnantoro, 1998).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Adapun peranan komite medik terhadap utilisasi rawat inap adalah dengan adanya kegiatan terarah dari wadah ini diharapkan mutu pelayanan profesi akan meningkat dan apabila wadah ini tanggap dalam persaingan mutu maka penampilan rumah sakit, antisipasi kebutuhan serta kualitas pelayanan lebih optimal dan hal ini dapat dipantau melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap (Firmansyah, dikutip dari www. digilib. unair.ac.id). Diharapkan bahwa dengan adanya peningkatan mutu yang disepadankan oleh komite medik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan unit rawat inap, maka tingkat utilisasi unit pelayanan rawat inap akan semakin meningkat dari waktu ke waktu (Griffin, 1998).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Desain Penelitian Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif retrospektif untuk mengidentifikasi keberhasilan program kerja komite medik dalam meningkatkan mutu di bidang pelayanan unit rawat inap khususnya dalam hal meningkatkan utilisasi rawat inap. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ketua komite medik dan ketua sub komite medik. 3.2.2
Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yaitu: 1. Ketua Sub Komite Kredensial 2. Ketua Sub Komite Etika-Profesi 3. Ketua Sub Komite Rekam Medik 4. Ketua Sub Komite Keperawatan 5. Ketua Sub Komite Farmasi 6. Ketua Sub Komite Akreditasi
24 Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RS. Haji Medan tepatnya di Jalan
Pancing. Waktu penelitian bulan Nopember 2006 s/d Maret 2007. 3.4
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa : Panduan wawancara
berisi pertanyaan yang akan diajukan meliputi: keberadaan organisasi komite medik serta struktur kepanitiaan dalam manajemen mutu di rumah sakit, adanya sistem pembelajaran terkait dengan pelayanan untuk unit rawat inap, lokasi dan fungsi GKM, adanya indikator unit rawat inap disertai alat bantu berupa grafik, evaluasi salah satu indikator unit rawat inap, hal-hal yang terkait dengan fasilitas rumah sakit, kesiapan semua pihak yang terkait di rumah sakit dalam hal pelayanan. 3.5 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi AKK (Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Peminatan Administrasi Rumah Sakit) USU dan Direktur Rumah Sakit Haji Medan, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian. 2. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara: Indepth Interview yaitu wawancara mendalam 3. Sebelum memulai wawancara peneliti memperkenalkan diri lebih dahulu dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan penelitian.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian dan diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti. 5. Peneliti mulai melakukan wawancara. 6. Peneliti menulis dan membaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan wawancara ulang. 7. Peneliti menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data, kemudian menguraikan data kedalam bentuk narasi dari semua tema, kelompok tema, kategori tema. 8. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang dilakukan. 3.6 Analisa Data Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama dilakukan. Data diseleksi kata perkata. Dari permulaan penelitian, peneliti akan mulai menginterpretasikan pengertian yang mungkin terhadap data yang disajikan. Kesimpulan akhir mengenai data akan diperoleh dengan menganalisa data secara sistematis dan menetapkan hubungan-hubungan data dengan jelas (Brockopp & Tolsma, 1995). Proses analisisnya meliputi : 1. Menggali hal-hal penting dari deskripsi kata demi kata. Dalam langkah pertama ini, hal-hal penting yang digali peneliti memperoleh suatu ide pokok yang dideskripsikan oleh partisipan.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Mensintesa hal-hal penting tersebut. Hal-hal penting yang disintesa adalah suatu ungkapan ide pokok dengan mengutip frase atau kalimat yang secara langsung berkaitan 3. Merumuskan suatu perbandingan dari deskripsi setiap partisipan. Perbandingan tersebut adalah pernyataan yang terkonsep tidak langsung oleh peneliti yang menghubungkan ide pokok yang disintesa dari setiap partisipan. 4. Menggali konsep pokok perbandingan yang dirumuskan dari setiap partisipan. 5. Mensintesa suatu struktur pengalaman langsung dari konsep yang digali. Suatu struktur yang disintesa adalah suatu pernyataan yang terkonsep oleh peneliti yang menghubungkan dengan konsep pokok. Struktur sebagai jawaban yang dikembangkan
dari
pertanyaan
peneliti.
Dalam
langkah
ini
peneliti
mengembangkan deskripsi mendalam untuk memperoleh pengetahuan dalam struktur pengalaman hidup. Peneliti memformulasikan struktur essensial dari efektivitas progam kerja medik terhadap tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap dari deskripsi mendalam.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
3.7
Kerangka Konsep Penelitian
INPUT
KOMITE MEDIK
PROSES 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
OUTPUT
MANAJEMEN MUTU STRUKTUR ORGANISASI STANDAR YAN.KES KOORDINASI PELATIHAN MONITORING PERENCANAAN ANALISIS PENGARAHAN PEREKRUTAN EVALUASI KESIAPAN PETUGAS
/UTILISASI RAWAT INAP
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kelompok Komite Medik dipakai sebagai informan terpercaya atau nara sumber dalam interviu mendalam untuk input data pada penelitian. Kelompok yang terdiri dari Staf Komite Medik tersebut diharapkan dapat memberi informasi yang autentik dan tepat tentang kegiatan dari Komite Medik dalam peranan mereka meningkatkan kinerja rumah sakit. Inti-sari dari informasi yang ingin diperoleh adalah
tentang
bagaimana
Komite
Medik
merancang,
mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi atau pengendalian keberadaan Komite Medik dalam fungsi mereka mendukung manajemen mengelola rumah sakit untuk tujuan meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
3.8 Definisi Operasional 1. Analisa adalah ulasan tentang pencapaian kinerja dari komite-komite yang dinilai oleh responden berdasarkan pengamatan mereka masing-masing terhadap komite kelompoknya. Pada penelititan ini analisa
difokuskan
terhadap kinerja usaha mereka meningkatkan peningkatan utilisasi dari unit rawat inap. 2. Program kerja adalah uraian tentang program kerja yang beraneka ragam telah dirancang untuk dilaksanakan di masing-masing komite yang diteliti. Program kerja ini beraneka ragam dan tidak ada yang persis satu sama dengan lain. Pada penelitian program kerja diklasifikasi saja menurut tujuan program yang dimaksudkan untk dapat meningkatkan kualitas pelayanan unit rawat inap yang seterusnya memberi kepuasan pada pasien. 3. Komite Medik adalah kelompok profesional para dokter dan dokter ahli yang menjadi panduan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada penelitian Komite Medik dinilai menurut analisa program kerja mereka yang ditujukan meningkatkan kualitas pelayanan di unit rawat inap. 4. Struktur Organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu bagian dari unsur yang harus dipenuhi oleh tim/panitia jaminan peningkatan mutu terkait manajemen mutu rumah sakit. 5. Standar Pelayanan Kesehatan. Standar pelayanan merupakan prosedur atau peraturan organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam suatu
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem yang absah, baik pasien, maupun pihak rumah sakit. 6. Koordinasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam hal ini badan komite medik harus bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya, Unsur-unsur yang penting dalam koordinasi: (1) pendelegasian tugas, (2) pemerataan tuigas, (3)adanya supervisi terhadap koordinasi /kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. 7. Pelatihan. Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit sendiri nantinya. 8. Monitoring Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan ataupun standar. Berdasarkan hasil temuan bahwasanya unsur-unsur yang merupakan bagian dari monitoring adalah: (1) pengawasan, (2) penilaian. 9. Perencanaan Perencanaan merupakan cara yang dilakukan untuk melihat pengenalan masalah, penetapan dan pengkhususan baik tujuan jangka panjang dan pendek, mengembangkan serta menguraikan tujuan dan pencapaian sasaran atau target.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
10. Pengarahan Salah satu fungsi pengarahan yang dapat diterapkan oleh komite medik dalam manajemen konflik adalah problem solving. Segala permasalahan yang terjadi sebaiknya segera diselesaikan secara konstruktif agar tidak berkepanjangan. 11. Perekrutan Perekrutan berhubungan dengan ketenagaan yang nantinya layak menjadi tenaga profesional serta didukung oleh keahlian masing-masing individu. Hal ini penting dilaksanakan untuk peningkatan kualitas dan kemampuan kinerja staf dan menjadi tugas rutin dari sub komite kredensial berkoordianasi dengan badan Litbang di bawah pengawasan dari komite medik. 12. Evaluasi Evaluating Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit melalui kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan maka compensatory reward perlu dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja maupun punishment sebagai bentuk koreksi kesalahan sehingga timbul motivasi dan tanggung jawab dari staf pegawai sendiri terhadap peningkatan kerja yang mempengaruhi kualitas pelayanan medik 13. Manajemen Mutu Manajemen mutu merupakan salah satu indikator yang dilakukan sebagai evaluasi terhadap kinerja rumah sakit baik dari hasil kerja kelompok profesional maupun manajerial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
mendukung kualitas dan mutu pelayanan yang baik di rumah sakit adalah dengan membentuk suatu organisasi atau wadah yang lazim disebut Komite Medik. 14. Tingkat utilisasi unit rawat inap secara umum adalah tingkat utilisasi unit rawat inap diukur dengan ukuran standar efisisensi unit rawat inap yaitu Grafik Barber Johnson. Pada penelitian ini responden diminta menilai sendiri, berdasarkan
pengamatan
masing-masing
bagaimana
kira-kira
tingkat
pengaruh dari kegiatan dari komite-komite terhadap peningkatan utilisasi unit rawat inap berdasarkan nilai-nilai kualitatif.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai analisa program
kerja komite medik dan utilisasi fasilitas unit rawat inap RS Haji Medan melalui proses pengumpulan data di Rumah Sakit Haji Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan berikut hasil wawancara tentang terhadap enam partisipan. Berikut ini merupakan karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan yaitu: 1. Lokasi dan Pendirian Rumah Sakit Haji Medan didirikan di Jl. RS. Haji Medan Estate, Medan 2003 oleh Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden RI berfungsi operasional tanggal 4 Juni 1992. 2. Kepemilikan Rumah Sakit Haji dimiliki oleh Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang dibentuk pada tanggal 3 Juni 1998 dengan Ketua Umum Gubernur Propinsi Sumatera Utara. Luas lahan RS Haji sebesar 6 Ha denga luas bangunan 1, 2 Ha (1.2000 M2). Sebagian besar lahan dipersiapkan untuk saran perparkiran, pertamanan dan penunjang pelayanan orang sakit lainnya.
33 Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Sarana rawat inap pada awalnya terdiri dari 135 tempat tidur dibagi ke dalam beberapa kelas sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Ruangan Kelas Utama A Kelas Utama B Kelas I Kelas II Kelas III Boks bayi Ruang ICU Ruang Stroke Care Jumlah
Jumlah tempat tidur 2 14 23 26 52 10 Boks 8 4 135
3. Kelas Rumah Sakit Rumah Sakit Haji ditinjau dari kelengkapan sarana mencapai 12 SMF yang difasilitasi secara cukup digolongkan sebagai RSU kelas B Non Pemerintah. 4. Keberadaan Komite Medik dalam Struktur Organisasi RS Haji Rumah Sakit Haji telah menetapkan struktur organisasi garis dan fungsional menurut panduan dasar dari Depkes RI untuk rumah sakit kelas B. Sebagai dewan komisaris adalah pemilik adalah nama Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang sebenarnya adalah kumpulan dari semua umat Islam yang telah memberikan infaq secara ikhlas kepada Yayasan. Yayasan menganut falsafah bisnis non profit di dalam corak pelayanan rumah sakit Islami.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Sebagai pelaksana di lapangan Yayasan RS Haji mempercayakan tugas pada komponen Direktur serta staf pelaksana Pelayanan yang secara fungsional diorganisasikan di dalam komite medik.
YAYASAN RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
DIREKTUR
Satuan Pengawas Intern (SPI)
Wadir Yan Med dan Keperawatan
Kabid Yan Med
Kabid Kprwatn
RS HAJI
Wadir Pnjg Medis & Pendidikan
Kabid Jang Med rwatn
Dewan Penyantun
Wadir Umum & Keuangan
Kabid Diklat Ka Bag Umum
ISTALASI PELAYANAN
ISTALASI PENUNJANG Ka Bag Anggaran
KOMITE MEDIS Ka Bag Akuntansi
Fokus perhatian dalam penelitian
12 SMF STAF MEDIS FUNGSIONAL
Ka Bag R/D & RM
Gambar 4.1. Diagram Struktur Organisasi RS. Haji Medan mengikuti pola pikir Hospital Bylaws.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Satuan Pengawas Intern berfungsi sebagai pelaksana audit internal sementara Dewan Penyantun berfungsi aktif menjadi komponen eksternal yaitu semacam anggota Hospital Board yang turut berpartisipasi memberi santunan baik materil ataupun pengarahan pada strategi kerja rumah sakit bila dipandang perlu. Rumah Sakit haji dengan sepenuhnya menjalankan panduan prinsip tripartit yang dianjurkan oleh Hospital Bylaws (Gaspersz, 2005). Informasi tentang keberadaan komite medik di dalam struktur organisasi rumah sakit bernilai strategis karena secara fungsional komite medik telah dan tetap aktif membantu Direktur di dalam mengembangkan Iptek dan Manajemen Pelayanan Rumah Sakit seperti yang ditetapkan oleh norma-norma manajemen rumah sakit yang standar. Komite Medis adalah berada langsung di bawah Direktur untuk hal-hal pengembangan teknis medis serta pengawasan kualitas teknis medis. Di dalam penelitian dapat ditemukan buki-bukti tentang keberadaan Komite Medis yaitu : 1. Surat Keputusan Direktur RS Haji tentang penetapan struktur organisasi komite medik Rumah Sakit Haji Medan
sesuai dengan SK Direktur No:
088/SK/DIR/RSHM/IX/1999 pada tanggal13 September 1999. 2. SK Direktur RS Haji tentang jadwal rapat staf medis fungsional Rumah Sakit Haji Medan No : 046.B/SK/DIR/RSHM /VIII/2000 Tanggal 1 September 2000. 3. Sejumlah catatan tentang undangan rapat, catatan notulen rapat, daftar hadir rapat rutin Komite Medis yang berlangsung secara konsisten dari waktu ke
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
waktu berfungsi mengembangkan pola pikir serta implementasi Iptek Kedokteran serta manajemen pengembangan mutu pelayanan di Rumah Sakit Haji. 5. Jenis Pelayanan Utama Pelayanan yang disajikan oleh RSU Haji adalah pelayanan umum dan spesialisasi termasuk jenis perawatan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan kamar bersalin, pelayanan kamar bayi, pelayanan penunjang medis diagnostik laboratorium, radiologi, USG, CT Scan. Pelayan lain-lain seperti fisioterapy, pelayanan hemodialisa serta sarana pelatihan bagi akademi perawat, akademi kebidanan serta residensi para dokter untuk mendapat brevet spesialis. Sebagai pusat informasi manajemen informasi kesehatan RSU Haji memungsikan 1 bagian Rekam Medis yang cukup efektif dan efisien. Sejalan dengan filosofi rumah sakit yang Islami Rumah Sakit Haji memungsikan fungsi pelayanan rohani RSU Haji menugaskan pelaksana da’wah Islami pada pasien kepada 2 orang rohaniwan tetap. 6. Visi “Mewujudkan RS. Haji Medan sebagai Rumah Sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.” 7. Misi 1. Pelayanan Kesehatan yang Islami, profesional dan bermutu dengan tetap peduli pada kaum du’afa.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Melaksanakan dakwah Islami dalam setiap kegiatannya. 3. Sebagai sarana untuk menimba ilmu bagi calon cendekiawan muslim. 8. Falsafah Rumah Sakit Haji Medan adalah perwujudan dan Iman, Amal Saleh dan Ibadah kepada Allah SWT. 9. Motto Bekerja sebagai ibadah, ikhlas dalam pelayanan dan istiqomah dalam pendirian. Allah SWT. 10. Tujuan Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka ibadah dan amal shaleh dan ikhlas, sekaligus sebagai dukungan konkrit untuk mensukseskan Sistem Kesehatan Nasional melalui penyediaan sarana rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis, berkualitas dan mengikuti perkembangan IPTEK didasarkan pada iman akan kekuasaan Allah SWT pada proses dan hasil penyembuhan. 1. Mendukung tugas pemerintah sebagai penyelenggaran ibadah haji di bidang pelayanan kesehatan dalam arti seluas-luasnya. 2. Melaksanakan kaidah-kaidah kode etik profesional, sumpah jabatan serta kedisiplinan tugas.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
11. Sumber Daya Manusia Tabel 4.1 Statistik Jumlah Kepegawaian RS Haji 2004 – 2006 Sumber Daya Manusia No
Bagian Kerja / Penugasan 2004
2005
2006
1
Non medis
161
170
190
2
Paramedis non keperawatan
40
40
43
3
Paramedis keperawatan
183
203
232
4
Dokter tetap
26
37
42
5
Dokter Tidak Tetap
94
89
80
2508
2544
2593
Jumlah
Jumlah pegawai Rumah Sakit Haji Medan per tahun 2004, 2005 dan 2006 terdiri dari 5 kategori seperti yang tertera pada Tabel 4.1.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Deskripsi perkembangan jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang bernaung diwadah Komite Medis / SMF RS Haji Medan.
Jenis Pelayanan (Spesialis) Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Ahli Kebidanan Dokter Ahli Anastesi Dokter Ahli Bedah Dokter Ahli Bedah Sub Spesialis Dokter Ahli Mata Dokter Ahli THT Dokter Ahli Neurologi Dokter Ahli Paru Dokter Ahli Penyakit Dalam Dokter Ahli Kulit dan Kelamin Dokter Ahli Psikitari Dokter Ahli Radiologi Dokter Ahli Patologi Anatomi Dokter Ahli Patologi Klinik Dokter Ahli Kardiologi Dokter Ahli Pediatri Jumlah Seluruhnya
Pada Tabel 4.2
Jumlah 2004
Jumlah 2005
Jumlah 2006
13 5 14 10 11
16 4 14 10 12
14 4 14 10 11
12
13
11
5 5 3 8 8 7 2 2 4 2 2 7
5 6 3 8 7 6 3 2 4 2 3 8
3 4 4 10 7 6 3 3 3 2 3 9
120
126
122
di halaman sebelumnya ditampilkan jumlah dari tenaga
profesional dokter – dokter pelayanan medis didalam 18 kelompok yang bergabung ke dalam 12 Staf Medis Fungsional. Jumlah dokter-dokter secara merata tidak jauh berubah di sepanjang 3 tahun terakhir. Informasi ini menunjukkan bahwa RS Haji memiliki kelengkapan SMF yang cukup untuk kategori rumah sakit kelas B. Tentang adanya variasi jumlah (yang sebenarnya tidak jauh berbeda) adalah disebabkan mobilitas dokter yang dapat berpindah karena hal-hal tertentu. Kondisi kelengkapan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
dokter yang cukup untuk tetap mengisi jumlah SMF yang diperlukan, adalah penting untuk memastikan konsisten jaminan mutu pelayanan rumah sakit. Kondisi tersebut ternyata dapat dibuktikan berjalan baik di RS Haji Medan. Sarana Penunjang Medis Sarana penunjang pelayanan medis adalah yang terutama dimanfaatkan untuk menunjang fungsi pelayanan yang diberikan oleh masing-masing departemen pelayanan SMF baik di klinik maupun diunit-unit instalasi lainnya termasuk di unit rawat inap. Srana-sarana tersebut dioperasikan secara cukup dan dikembangkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit meningkatkan pelayanan. a. Laboratorium Pathologi Klinik, pemeriksaan komplet + kimia darah Sarana
Laboratorium
Pathologi
Klinik
dapat
memenuhi
keperluan
pemeriksaan SMF setiap hari terutama dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan diagnostik. Seorang ahli Pathologi Klinik
ditugaskan untuk menjadi pengawas
bagian ini. b. Radiologi, USG dan CT Scan + ECG Bagian Radiologi melingkupi pengoperasian CT Scan USG dan Endoscopy dilengkapi dengan peralatan yang cukup untuk operasional rumah sakit haji ataupun rujukan pemeriksaan serupa dari rumah sakit lainnya. Seorang dokter ahli radiologi bertugas memimpin bagian radiologi.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
c. Farmasi melayani kebutuhan suplai obat instalasi dan juga pasien Di RS Haji ada difungsikan 1 instalasi farmasi yang berkegiatan menjadi pengatur suplai obat untuk apotek di RS Haji. Bagian Farmasi beroperasi secara penuh 3 shift mengingat bahwa keperluan obat-obatan dapat saja terjadisetiap saat sementara persediaan yang rutin boleh jadi tidak selalu cukup. Perlu ditambahkan bahwa lokasi RS Haji terhitung cukup jauh dari kota dimana banyak beroperasi farmasi, jadi bila pada malam hari diperlukan sesuatu suplai penting, farmasi RS Haji dapat memberi suplai dengan segera. d. Rehabilitasi medis + fisioterapy Bagian Rehabilitasi Medis RS Haji dilengkapi dengan sarana fisioterapy yang cukup dapat melayani rehabilitasi medis pasien dari RS Haji sendiri maupun pasien dari luar rumah sakit. Pelayanan dilakukan oleh petugas yang terlatih dan dipimpin oleh seorang ahli fisioterapy dan dilayani oleh sejumlah fisioterapist. e. Departemen Gizi Bagian gizi dipimpin oleh dokter spesialis gizi yang bertugas melayani kebutuhan pengaturan dan suplai katering rumah sakit terutama terhadap mereka yang dirawat di bagian unit rawat inap. f. Binatu (Laundry) Di Rumah Sakit Haji disediakan fasilitas binatu terutama melayani keperluan laundry unit rawat inap.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
g. Pemeliharaan sarana rumah sakit Bagian pemeliharaan sarana di RS Haji secara umum dibagi menjadi 2 bagian penting yaitu: (1) bagian pemeliharaan peralatan medis dan elektronik serta (2) bagian pemeliharaan sarana bangunan dan kebersihan lingkungan. Bagian pemeliharaan sarana pelayanan medis dan elektronik dipimpin oleh seorang ahli peralatan medis. Bila pada suatu kasus bagian pemeliharaan peralatan dianggap memerlukan pelayanan khusus dari teknisi luar, bagian peralatan tersebut bertugas mengkoordinasikannya. Pemeriksaan kalibrasi misalnya, dikoordinasikan oleh bagian pemeliharaan peralatan medis. h. Pertamanan dan kebersihan lingkungan Bagian pemeliharaan bangunan, pertamanan dan pengolahan limbah rumah sakit bernaung di bawah pengawasan pemeliharaan sarana rumah sakit. Petugas pemeliharaan bangunan dan pertamanan pada umumnya tenaga kontrakan (outsourcing). i. Pendidikan dan Pelatihan profesi pada Diklat lokal di RS Haji Selain
dari
kegiatan
melakukan
pengawasan
terhadap
perancangan
peningkatan kualitas pelayanan medis, Komite Medis menyadari kebutuhan kegiatan Pendidikan berkelanjutan dan Pelatihan Profesi dari anggota-anggota kelompok perofesi pelayanan medis dan keperawatan ataupun juga teknisi diagnostik di RS Haji.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Sebagai kegiatan unggulan Rumah Sakit Haji mengadakan banyak kegiatan “on the job training” (OJT) yang mengundang pelatih ahli baik dari luar ataupun intern rumah sakit. Kegiatan tersebut kemudian menjadi intesif
yang akhirnya
mengundang kehadiran tim–tim dari rumah sakit lain untuk bergabung melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan GKM, pelatihan Peningkatan Kualitas Pelayanan, pelatihan Administrasi Rekam Medis tingkat dasar, pelatihan pelayanan UGD, Barber Johnson. Kegiatan pelatihan tersebut telah banyak memberi manfaat juga terhadap kelompok-kelompok kerja di rumah sakit Haji Medan. j. Fasilitas Keamanan (Satpam) dan perparkiran Bagian keamanan RS Haji memiliki tugas ganda karena selain mengamankan rumah sakit dari kemungkinan gangguan tamu tak diundang, tugas perparkiran juga dilaksanakan secara bersamaan. Bagian Pengamanan juga bertugas menjadi pelopor pemadam kebakaran seandainya di sana terjadi bahaya kebakaran. k. Sarana Pelayanan Rawat Jalan Unit rawat jalan umumnya beroperasi di setiap hari kerja umum tetapi mereka tutup pada hari besar dan hari minggu. Pada kasus spesialisasi, karena intensitas pelayanan mereka juga tidak terlalu banyak, hari buka poliklinik SMF tersebut diatur beroperasi pada hari-hari tertentu pada setiap minggunya.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
a. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap Data pasien rawat jalan dan rawat inap pasien umum dan Gakin (Keluarga Miskin), tahun 2004-2006. No.
Tahun
Rawat Jalan Umum GAKIN
Rawat Inap Umum GAKIN
1.
2004
43.044
128
5.555
150
2.
2005
50.286
3.889
7.800
1.208
3.
2006
55.356
11.854
9.173
2.791
Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah pasien dari tahun 2004 ke tahun 2005 cukup drastis yang dibarengi adanya pelayanan Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin). Pada tahun 2004 rawat inap pasien umum 5.555 dan tahun 2005 menjadi 7.800, dimana jumlah rawat inap pasien masyarakat miskin tahun 2004 berjumlah 150 dan pada tahun 2005 meningkat drastis menjadi 1.208. Pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan jumlah pasien umum rawat inap dari 7.800 menjadi 9.179 dan pasien masyarakat miskin (Gakin) juga mengalami peningkatan yang cukup besar dari 1.208 menjadi 2.791.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
b. Prestasi tahun 2004 – 2006 per Indikator Statistik Barber Johnson dan registrasi pelayanan Medis. Tabel 4.3. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana RS Haji Medan
Jenis Pelayanan / Indikator Pelayanan Pasien Masuk Rawat Inap Pasien Keluar Rawat Inap Kunjungan Rawat Jalan BOR (%) LOS (Hari) BTO (kali) TOI (Hari) GDR permill (‰) NDR permill (‰)
Thn 2004
Thn 2005
Thn 2006
5.626 5.555 43.044 64 % 5 41 3 60‰ 30‰
7.805 7800 50.444 97,87% 6 56 <1 67‰ 37‰
9.188 9.173 55.526 73,17% 7 37 2.48 76‰ 39‰
Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan (BOR - Bed Occupancy Rate) dari 64,30% (thn 2004); 97,87 % (thn 2005) dan 73,17 % pada tahun 2006. Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 s/d 85 %. Dapat diterangkan bahwa kenaikan angka rasion BOR tahun 2005 menjadi 97,9 % adalah indikator peledakan angka pasien yang luar biasa pada suatu rumah sakit, Tetapi angka seperti itu dianggap harus segera diatasi dengan cara menambah fasilitas tempat tidur di unit rawat inap. Bila penambahan unit tempat tidur tidak ditambah, peningkatan BOR di atas 90 % justru membahayakan mutu rumah sakit karena terlalu padat hunian. Kondisi tersebut dipantau oleh rumah sakit melalui Sub Komite Audit Medis yang membaca kondisi BOR sudah berlebihan. Sebagai follow up RS Haji membangun saran tambahan yaitu dengan menambah jumlah tempat tidur untuk mengurangi populsi psien yang terlalu padat.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Pada tahun 2006 penambahan sejumlah tempat tidur di unit rawat inap RS Haji dari 135 menjadi 250 tempat tidur, sedikit menyeimbangkan BOR di tingkat 73,17 %. Semua informasi tentang kondisi ini digunakan sepenuhnya oleh Komite Medik RS Haji untuk memberi usulan pada Direktur supaya menindak lanjuti dengan tindakan yang tepat memperbaiki keadaan. Informasi selanjutnya yang dapat dibaca dalam kelompok Barber Johnson (ALOS, TOI dan BTO) cukup menguatkan interpretasi bahwa RS Haji telah beroperasi efektif dan efisien dalam kondisi yang baik yaitu LOS dalam rentang yang normal begitu juga TOI. BTO yang berfungsi menyatakan berapa kali suatu tempat tidur secara rata-rata dipakai dalam periode 1 tahun, menunjukkan bahwa unit rawat nap RS haji telah beroperasi secara efektif dan efisien. Angka di atas 40 sebenarnya sudah cukup membuktikan frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata dalam 1 tahun cukup baik. Angka GDR (Gross Deth Rate) dan NDR (Nett Death Rate)
adalah cukup
wajar menurut rata-rata nasional dengan catatan bahwa angka GDR berada dalam kondisi di puncak. Artinya bahwa angka kematian pasien secara gabungan tanpa memperhitungkan sudah berapa lama mereka dirawat, cukup tinggi menurut ukuran nasional. Ketika hal ini dipertanyakan dengan beberapa staf Rekam Medis di RS Haji, ada kesan bahwa banyak pasien yang dibawa dan meninggal di RS Haji karena dibawa dengan kondisi yang sudah cukup parah ataupun sebenarnya adalah kiriman dari rumah sakit lain yang sudah merasa tidak mampu merawat pasien. Dari informasi ini dapat diterima kesan bahwa sebenarnya RS Haji selalu menjadi rujukan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
dari
pasien yang berpenyakit cukup berat. Ini adalah indikator bahwa Rumah Sakit Haji telah memiliki nilai positioning yang cukup dapat dipercaya baik oleh pihak pasien maupun oleh pihak rumah sakit rujukan. l. Model strategi pengembangan Rumah Sakit Haji memiliki komitmen yang kuat untuk tetap berkembang menjadi lebih baik selaras dengan falsafah menyiarkan dakwah Islami yang menjadi pedoman. RS. Haji mengikuti standar Dep Kes RI secara penuh yaitu menstandarkan pelaksanaan pelayanan dan kegiatan perumah sakitan menurut pola akreditasi rumah sakit yang dianjurkan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Bila dikaitkan dengan tema penelitian ini tentang peranan Komite Medis di dalam peingkatan mutu, maka dapat dibuktikan bahwa organisasi Komite Medis di RS Haji dengan sepenuhnya telah melaksanakan pedoman kerja Komite Medis seperti untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah skit. Sudah ada organisasinya lengkap dengan sub komite untuk aktif melaksanakan kegiatan peningkatan mutu. m. Tanda-tanda penghargaan kualitas pelayanan Indikator
lain-lain yang dapat menunjukkan tentang perkembangan mutu
pelayanan yang dilakukan di RS Haji Medan dengan pemeran utama Komite Medik adalah antara lain. 1. Sertifikasi Rumah Sakit Haji Medan Lulus Akreditasi dengan Status Akreditasi Tingkat Dasar 5 Pelayanan oleh Menteri Kesehatan dengan No. : YM.00.03.2.2.835 tertanggal 1 Juni 2001.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Juara I Rumah Sakit Kelas B di Sumatera Utara dalam hal Kinerja terbaik yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2003 dan tahun 2005.
4.2 Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ke enam partisipan yang memiliki pengalaman langsung dalam hal gerakan peningkatan mutu serta kualitas pelayanan rumah sakit dan telah diidentifikasi melalui partisipan mengenai analisa program kerja komite dan utiliasi unit rawat inap.
4.2.1 Manajemen Mutu Di Rumah Sakit Manajemen mutu merupakan salah satu indikator yang dilakukan sebagai evaluasi terhadap kinerja rumah sakit hasil kerja kelompok profesional dan manajerial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kualitas dan mutu pelayanan yang baik di rumah sakit menurut informan anggota pelayanan medis adalah bentuk organisasi Komite Medik. Wadah ini dibentuk dan berfungsi sebagai tim manajemen peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Jaminan mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Saat ini, pendekatan jaminan mutu pelayanan kesehatan telah menjadi kiat manajemen yang sistematik serta terus-menerus dievaluasi dan disempurnakan. Di dalam meningkatkan mutu pelayanan tersebut memerlukan suatu tim jaminan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
peningkatan mutu yang mengelola atau merencanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tim jaminan peningkatan mutu di RS.Haji Medan adalah komite medik. Menurut partisipan untuk masalah peningkatan mutu, ada beberapa faktor predisposisi yang mendukung terciptanya manajemen mutu yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh tim komite medik: (1) keberadaan struktur organisasi, (2) adanya standar pelayanan, (3) koordinasi, (4) pelatihan, (5) monitoring. Berdasarkan hal tersebut di atas dan dari hasil penelitian yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan partisipan, maka peneliti mengetahui ada beberapa faktor-faktor yang mendukung manajemen mutu rumah sakit terkait dengan kinerja komite medik dalam meningkatkan fasilitas pelayanan rumah sakit nantinya khususnya dalam hal ini fasilitas pelayanan unit rawat inap yang akan di bahas selanjutnya. Berikut ini peneliti akan menguraikan satu-persatu hasil penelitian yang telah diperoleh yaitu: Menurut pengamatan informan dinyatakan hal-hal sebagai berikut : Saya melihat bahwa setelah 3 tahun mendapat kelulusan uji akreditasi, Komite Medis RS Haji masih konsisten melaksanakan kegiatan pertemuan membahas perkembangan kualitas pelayanan medis di rumah sakit. Betul tidak ada suatu kegiatan yang menonjol karena semua terlihat berlangsung secara biasa saja. Nmun demikian pada awaltahun 2005 kami telah disibukkan kembali mempersiapkan rumah sakit menjajaki uji akreditasi dengan 12 kelompok kerja. (Partisipan 1) 4.2.1.1 Struktur Organisasi Enam partisipan mengatakan bahwa struktur organisasi merupakan salah satu bagian dari unsur yang harus dipenuhi oleh tim/panitia jaminan peningkatan mutu terkait manajemen mutu rumah sakit. Mereka berpendapat bahwa dengan adanya
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
struktur organisasi yang dibentuk secara resmi dalam hal ini komite medik sangat bermanfaat bagi rumah sakit terutama sebagai motor penggerak pelayanan medis dan berperan secara aktif dalam meningkatkan jaminan mutu pelayanan. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya struktur organisasi komite medik sudah disyahkan dan resmi dibentuk oleh direktur dan memliki SK, selain aktif membantu direktur juga membawahi subkomite fungsional lain untuk fungsi komite medis, wadah ini juga memiliki panitia peningkatan mutu yang telah diorganisir dan sudah jadi motor penggerak perbaikan mutu di rumah sakit”. (Partisipan 6) Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Struktur organisasi komite medik sudah ada, selalu aktif, membawahi semua SMF (spesialisasi)”. (Partisipan 2) Ketika ditanyakan apakah setelah ada kegiatan peningkatan mutu pelayanan dan fasilitas, apakah ada fenomena penambahan tingkat utilisasi pasien rawat inap sebagai akibat yang positif ? “Pada awalnya keterkaitan tersebut tidak nyata benar, tetapi lama kelamaan setelah beberapa bulan berjalan dan seterusnya memang angka utilisasi unit rawat inap terus menanjak sampai akhirnya jumlah tempat tidur rawat inap harus ditambah.”. (Partisipan 2) 4.2.1.2 Standar Pelayanan Standar pelayanan merupakan prosedur atau peraturan organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam suatu pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem yang absah, baik pasien, pihak rumah sakit sebagai fasilitator atau manajemen
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
organisasi pelayanan rumah sakit, sehingga dengan adanya standar diharapkan setiap individu dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku dalam hal pelayanan medis serta bertanggung gugat dalam tugasnya masing-masing termasuk di dalamnya komite medik. Menurut partisipan hal-hal yang merupakan unsur/bagian dari standar pelayanan adalah: (1) prosedur kerja, (2) manajemen pokja, (3) evaluasi terhadap rencana kerja. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: ”Menurut saya komite medik yang ada di RS. Haji ini sudah mempersiapkan manajemen masing-masing kelompok kerja dan menyusun prosedur kerja melalui buku panduan sekaligus mengatur dan melaksanakan evaluasi terhadap rencana kerja dan kedisiplinan”. (Partisipan 1) Dari keenam
partisipan, terdapat satu partisipan yang mengemukakan
pendapat berbeda. Berikut ini pernyataan partisipan tersebut:
“Prosedur dibuat dalam bentuk buku panduan dan pelaksanaan angket Angket tesebut kemudian dianalisis secara konsisten pada awalnya tetapi selanjutnya monoton dan tersendat-sendat”. (Partisipan 4)
Lima dari partisipan menyatakan bunyi jawaban senada bahwa angket selalu dianalisis untuk menghasilkan masukan pada tim pengingkatan mutu pelayanan untuk perbaikan kualitas sesuai dengan masukan dari angket yang diperoleh. Satu di antara indikator utilisasi yaitu instrumen Barber Johnson digunakan terus sebagai indikator bagiaman peningkatan utilisasi unit rawat inap.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
“Kami tetap memantau perubahan tingkat hunian melalui instrumen Barber Johnson yang konsisten meningkat terus sejalan dengan usaha peningkatan mutu pelayanan yang dipelopori oleh Komite Medis.”. 4.2.1.3 Koordinasi Di dalam proses peningkatan kualitas jaminan mutu pelayanan rumah sakit komite medik maka rumah sakit, khususnya komite medik harus bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya. Unsurunsur yang penting dalam koordinasi: (1) pendelegasian tugas, (2) pemerataan tugas, (3) supervisi terhadap koordinasi/kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. Adapun fungsi koordinasi yakni meningkatkan kinerja seluruh lapisan kelompok kerja terkait dengan manajemen mutu rumah sakit. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya panitia peningkatan mutu atau komite medik sudah melakukan koordinasi dimana pekerjaannya dibagi merata ke bagianbagian di bawah koordinasi dan supervisi ketua panitia medik”. (Partisipan 5)
Apakah informan sadar bahwa sebenarnya perbaikan kualitas pelayanan yang dipelopori Komite Medis memiliki hubungan kuat dengan peningkatan rasio hunian unit rawat inap, semua informan menjawab senada : “Komite Medis pada dasarnya kurang mempersoalkan apakah angka hunian unit rawat inap bertambah oleh karena kepeloporannya dalam peningkatan mutu pelayanan. Komite Medis menganjurkan hendaknya dilakukan penelititian yang fokus untukmembuktikan adanya korelasi tersebut. Tetapi kalau ditaksir apakah hubungan itu kuat, jawabnya “cukup kuat””.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
4.2.1.4 Pelatihan Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit sendiri nantinya. Salah satu unsur yang mendukung pelayanan bermutu adalah dalam hal pembelajaran, bentuk pembelajaran berupa: (1) pelatihan staf. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya, pembelajaran pelayanan bermutu dilakukan oleh komite medik di bagian unit rawat inap RS Haji khususnya bagian sub komite peningkatan mutu rumah sakit dan sudah merupakan tanggung jawab badan ini, pembelajaran dilakukan melalui pelatihan secara intensif dengan pengiriman utusan ke luar daerah serta pelatihan keterampilan di tempat”. (Partisipan 4) Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Pembelajaran pelayanan bermutu sudah ada dilakukan di unit rawat inap karena unit rawat inap merupakan bagian yang penting”. (Partisipan 2) Ketika ditanyakan apakah pelatihan tersebut juga mengenai bagaimana cara melakukan pelatihan pelayanan simpatik dan empati. “Pelatihan personel termasuk pelatihan bagaimana memberikan pelayanan simpatik dan empati terhadap semua lapis pasien” 4.2.2.5 Analisis Analisis adalah suatu proses penilaian/penyelidikan setiap pekerjaan dalam hal ini bagian komite medik yang didasarkan pada dua patokan yaitu kewajiban dan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
tanggung jawab serta keahlian dari bidang profesi dalam melaksanakan bidang pekerjaan. Bagian komite medik yang melaksanakan analisis adalah sub komite utilisasi terkait dengan pencermatan kegiatan dan fasilitas rumah sakit. Hal tersebut diatas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya kegiatan analisis selalu dilaksanakan setiap 6 bulan secara rutin oleh sub komite utilisasi terkait dengan inspeksi rutin kualitas unit rawat inap”. (Partisipan 3) Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Inspeksi rutin tentang rawat inap selalu dianalisis, badan utilisasi bekerjasama dengan rekam medik dan audit medik”. (Partisipan 6) 4.2.1.6 Monitoring Di dalam manajemen peningkatan mutu, monitoring merupakan bagian yang penting dan harus dilaksanakan oleh suatu organisasi. Unsur-unsur yang terdapat dalam
monitoring
berdasarkan
hasil
penemuan
adalah
:
(1)
sistem
pengawasan/controlling, (2) supervisi. Monitoring merupakan sistem pengawasan atau kegiatan supervisi yang dilakukan untuk memantau efektivitas dan efisiensi terhadap penggunaan sarana unit rawat inap terkait dengan peranan komite medik dalam hal pembelajaran pelayanan bermutu yang diterapkan di ruang rawat inap RS. Haji Medan. Indikator mutu pelayanan penting dan harus ada sehingga pihak rumah sakit bisa mengevaluasi kinerja rumah sakit terkait dengan model penampilan, efisiensi unit rawat inap. Hal tersebut diatas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
“Menurut saya komite medik sudah menggunakan statistic Barber Jonshon/ BOR/ ALOS/ TOI/ BTO sebagai indikator unit rawat inap, dan subkomite rekam medis memiliki SK secara resmi serta berfungsi secara aktif dalam menganalisis dan membahas kinerja rumah sakit untuk unit rawat inap yang ditampilkan dalam pertemuan tertentu, dan BOR selama beberapa waktu terakhir meningkat paling puncak pada tahun 2005, yaitu 97,87%, hal ini terjadi dibarengi adanya pelayanan gratis bagi masyarakat miskin. (Partisipan 2) Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Untuk menganalisis kinerja rumah sakit khususnya di rumah sakit Haji ini, menggunakan statistic Barber Jhonson, dan rumah sakit menggunakannya sebagai model penampilan tentang efisiensi rawat inap, dan itu dilakukan oleh komite medik, hasil analisis dilaporkan pada direktur untuk keputusan tindak lanjut”. (Partisipan 1) 4.2.1.7 Evaluating Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit melalui kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan evaluasi, unsur-unsur yang ditemukan dalam penelitian meliputi: (1) compensatory reward, (2) punishment, kesalahan/penghargaan terhadap prestasi kerja
sebagai bentuk koreksi
sehingga timbul motivasi dan
tanggung jawab dari staf pegawai sendiri terhadap peningkatan kerja yang mempengaruhi kualitas pelayanan medik. Biasanya evaluasi ini dilakukan oleh sub komite kredensial. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya sistem koreksi terhadap penyimpangan pegawai sudah dilakukan oleh sub komite kredensial dan berkoordinasi dengan sub komite kode etik. Pelaksanaan evaluasi ini diawasi oleh komite medik.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Kemudian evaluasi ini dilakukan setiap tahun dan cukup memberikan motivasi pegawai untuk meningkatkan prestasinya”. (Partisipan 3) Dari keenam
partisipan, terdapat satu partisipan yang mengemukakan
pendapat berbeda. Berikut ini pernyataan partisipan tersebut: “Sistem tegoran atau penghargaan tidak dilakukan sungguh-sumgguh, hanya simbolik, lebih banyak tentang hukumannya”. (Partisipan 4) “Sistem tegoran atau penghargaan tidak jelas dilakukan karena memang belum ada mekanisme baku dibuat dan dilakukan terhadap para anggota Komite Medis yaitu para dokter dan para dokter spesialis”. 4.2.2 Kesiapan Petugas Kebutuhan pelayanan akan staf pegawai yang terampil dan handal menjadi perhatian dari komite medik. Masalah kelayakan tenaga professional merupakan salah satu tugas rutin yang harus dilakukan komite medik terkait dengan pelaksanaan misi pengembangan keterampilan dan pendidikan staf pegawai rumah sakit. Berdasarkan hasil penemuan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam hal kesiapan petugas akan dijabarkan berikut ini: 4.2.2.1 Perekrutan Perekrutan berhubungan dengan ketenagaan yang nantinya layak menjadi tenaga profesional serta didukung oleh keahlian masing-masing individu. Hal ini penting dilaksanakan untuk peningkatan kualitas dan kemampuan kinerja staf dan menjadi tugas rutin dari sub komite kredensial berkoordianasi dengan badan Litbang
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
di bawah pengawasan dari komite medik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya, di RS.Haji ini semua petugas pelayanan sudah terlatih dan memiliki keterampilan yang cukup. Pihak sub komite kredensial bekerja sama dengan Litbang di dalam setiap perekrutan sudah menemuakan petugas yang tetap terutama para dokter/perawat yang terampil dan ijazahnya jelas”. (Partisipan 1) Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Sub komite peningkatan mutu menganjurkan adanya suatu koordinasi antara pihak subkomite subkomite kredensial dengan subkomite lainnya di dalam setiap perekrutan, kelayakan tenaga profesionalnnya sudah menjadi tugas rutin”. (Partisipan 6) 4.2.2.2 Pengarahan Salah satu fungsi pengarahan yang dapat diterapkan oleh komite medik dalam manajemen konflik adalah problem solving. Segala permasalahan yang terjadi sebaiknya segera diselesaikan secara konstruktif agar tidak berkepanjangan. Pendekatan penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan pendekatan penyelesaian masalah diawali dengan identifikasi akar permasalahan melalui klarifikasi berbagai pihak, mengidentifikasi timbulnya konflik serta alternative penyelesain masalah, memilih dan menetapkan alternatif dan terakhir meredam konflik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “ Menurut saya bila ada keluhan pasien dapat disampaikan melalui angket/kotak saran dan bagian pelayanan medik yang menampung keluhan tersebut adalah sub komite pengembangan mutu”. (Partisipan 6)
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Komite medik sudah melakukan fungsi pengarahan dalam hal manajemen konflik yaitu probel solving. Tetapi selama ini belum konflik yang bergejolak baik itu dari masalah penyediaan peralatan medik, petugas emergensi, pelayanan dari dokter maupun obatobatan”. (Partisipan 5)
4.2.2.3 Perencanaan Perencanaan merupakan cara yang dilakukan untuk melihat pengenalan masalah, penetapan dan pengkhususan baik tujuan jangka panjang dan pendek, mengembangkan serta menguraikan tujuan dan pencapaian sasaran atau target. Perencanaan merupakan bagian dari program kerja dari komite medik di RS. Haji Medan terhadap fasilitas unit rawat inap. Terkait dengan fasilitas tersebut dilakukan pertemuan-pertemuan teratur berkala dan diskusi membahas tentang kondisi peningkatan atau penurunan jumlah pasien rawat inap. Kelompok Sub Komite Utilization Review. Berdasarkan hasil penemuan diperoleh kesimpulan bahwasanya dalam perencanaan, ada hal-hal yang penting diperhatikan: (1) penambahan fasilitas, (2) pengenalan masalah, (3) pencapaian target/tujuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini: “Menurut saya fasilitas unit rawat inap di RS. Haji ini sudah meningkat dimana pada tahun 2005 RS. Haji mengalami fenomena ledakan jumlah pasien rawat inap sampai BOR di tingkat lebih besar dari 90 %. (Partisipan 5)
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan: “Kepadatan sudah dirasakan akhir-akhir ini tapi masih dapat ditoleransi. Rencana penambahan fasilitas ada, tapi tidak terburuburu karena fasiliatas saat ini masih cukup kuat memfasilitasi ratarata kebutuhan pasien”. (Partisipan 3)
4.3. Pembahasan Kontribusi komide medik sudah baik dalam melaksanakan kewajiban dan kewenangan profesi mereka dalam menjalankan kegiatan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Hal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak termasuk di dalamnya kinerja bidang administrasi, bidang keperawatan dan sebagainya. Secara lugas diuraikan oleh masing-masing ketua komite medik dan sub komite bahwasanya mereka sudah menggunakan kesempatan yang diberikan namun hasil kinerja yang dapat dipantau adalah hasil kerja sama dari seluruh lapisan pegawai dengan peranperan mereka masing-masing. Statistik kunjungan pasien yang ”booming” (meledak) pada tahun 2004 s/d 2005 kemungkinan besar adalah sebagai akibat lanjutan dari pengaruh perbaikan mutu pelayanan unit rawat inap. Juga pengaruh adanya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yang dikelola Asuransi Kesehatan (ASKESKIN). Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikanr rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan (BOR – Bed Occupancy Rate) tahun 2005 yaitu 97,87 % Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 s/d 85 %.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Untuk mengatasi hal-hal yang tidak berimbang dimana tingkat BOR sudah sangat berlebihan, maka pihak Komite Medik dan yang terlibat di dalamnya mengajukan usulan kepada pihak Direktur dan pemilik agar menambah fasilitas unit rawat inap sejumlah tempat tidur untuk mengimbangi pertambahan ration hunian tersebut. Pengusulan tersebut diterima dan ditindaklanjuti oleh Pihak Direktur serta pemilik. Sarana tempat tidur yang baru segera dibangun dan dipakai menampung hunian pasien yang tetap bertambah. Pada tahun 2006 penambahan sejumlah tempat tidur di unit rawat inap RS. Haji dari 135 menjadi 250 tempat tidur. Relatif dengan penambahan tempat tidur maka angka BOR turun menjadi 73,17 %. Kondisi tersebut pada saat tertentu masih aman untuk menjamin efektifitas dan efisiensi layanan unit rawat inap rumah sakit dalam kondisi yang baik. Semua informasi tentang rumah sakit seperti ini digunakan sepenuhnya oleh Komite Medik RS Haji untuk memberi usulan pada Direktur supaya menindaklanjuti dengan tindakan yang tepat memperbaiki keadaan. Informasi selanjutnya yang dapat dibaca dalam kelompok Barber Johnson (LOS, TOI dan BTO) cukup menguatkan interpretasi bahwa RS Haji telah beroperasi efektif dan efisien dalam kondisi yang baik yaitu LOS dalam rentang yang normal begitu juga TOI. BTO yang berfungsi menyatakan berapa kali suatu tempat tidur secara rata-rata dipakai dalam periode 1 tahun, menunjukkan bahwa unit rawat inap RS Haji telah beroperasi secara efektif dan efisien. Angka di atas 40 sebenarnya sudah cukup membuktikan frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata dalam 1 tahun cukup baik.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Angka GDR (Gross Deth Rate) dan NDR (Nett Death Rate) adalah cukup wajar menurut rata-rata nasional dengan catatan bahwa angka GDR berada dalam kondisi di puncak. Artinya bahwa angka kematian pasien secara gabungan tanpa memperhitungkan sudah berapa lama mereka dirawat, cukup tinggi menurut ukuran nasional. Ketika hal ini dipertanyakan dengan berapa staf Rekam Medis RS Haji, ada kesan bahwa banyak pasien yang dibawa dan meninggal di RS Haji karena dibawa dengan kondisi yang sudah cukup parah ataupun sebenarnya adalah kiriman dari rumah sakit lain yang sudah merasa tidak mampu merawat pasien. Dari informasi ini dapat diterima kesan bahwa sebenarnya RS Haji selalu menjadi rujukan terakhir dari pasien yang berpenyakit cukup parah. Ini adalah indikator bahwa Rumah Sakit Haji telah memiliki nilai positioning yang cukup dapat dipercaya baik oleh pihak pasien maupun oleh pihak rumah sakit rujukan. Jadi dari alinea di atas dapat dipantau, sekalipun tidak selalu mencuat ke permukaan, kegiatan Komite Medis bersama-sama dengan Sub-komite Sub-komite yang ada tetap aktif memantau, menganalisa, memberi anjuran jalan keluar bila ada masalah pelayanan yang perlu dibahas agar kualitas pelayanan RS Haji tetap baik di mata pelanggan dan masyarakat sekitarnya. Kontribusi komite medik sudah baik dalam melaksanakan kewajiban dan kewenangan profesi mereka
menjalankan kegiatan peningkatan mutu pelayanan.
Secara lugas diuraikan oleh ketua komite medik
bahwasanya mereka sudah
menggunakan kesempatan yang diberikan, namun hasil kinerja adalah hasil kerja sama dari seluruh lapisan pegawai dengan peran masing-masing.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Hasil kinerja yang sebelumnya dapat dibaca dari hasil-hasil analisis mata ranti (chain value). Dari informasi tersebut dapat diakui bahwa hasil yang telah dicapai oleh RS Haji dalam gerakan peningkatan mutu dengan Komite Medik sebagai penanggung jawab utama adalah baik dan memuaskan baik terhadap: (1) RS Haji karena peningkatan utilisasi fasilitas pelayanan rumah sakit, juga (2) Peningkatan kepercayaan pada para pelanggan (pasien serta rekanan kerja kelompok perusahaan). Hal tersebut dibuktikan oleh semakin banyaknya frekuensi jasa pelayanan terpakai untuk penyehatan masyarakat. Dengan membaca fakta keberhasilan peningkatan utilisasi fasilitas rumah sakit, maka dapat diterima secara logis bahwa Komite Medis pada tahun 2004, 2005 dan 2006, sedikit atau banyak telah memberi kontribusi tugas sebagai promotor tim kerja sama gerakan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Bukti-bukti keberhasilan adalah peningkatan rasio utilisasi fasilitas RS Haji. Untuk membuat pembahasan lebih terkait dengan detail temuan dan wawancara Fatsal 4.2. hasil penelitian di atas, berikut ini dibuat pembahasanpembahasan. 4.3.1. Manajemen mutu Merupakan suatu bagian atau kualitas dari suatu kinerja yang diharapkan dalam hal ini badan komite medik. Badan ini berupaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit melalui berbagai proses termasuk di dalamnya kualitas asuhan pelayanan rumah sakit dan juga quality assurance dan total bench marking sebagi bagian dari jaminan peningkatan mutu.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam membahas keterlibatan Komite Medis berperan sebagai pelopor peningkatan mutu di rumahsakit, tidak dapat disangkal sebagai lapis staf pimpinan di rumah sakit Komite Medis paling aktif mempelopori gerakan peningkatan mutu pelayanan. Komite Medik Rumah Sakit Haji telah berperan sejak awal melaksanakan kegiatan penginkatan mutu di segala aspek termasuk mutau pelayanan unit rawat inap. Komite medik, di dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, melaksanakan beberapa upaya mendukung terciptanya manajemen mutu. Hal yang efektif dan efisien telah dilakukan oleh tim mengenai keberadaan struktur organisasi yang sesuai kondisi rumah sakit, penetapan standar pelayanan, pelaksanaan kordinasi tim kerja sama. Kami menemukan ada beberapa faktor dukungan terhadap manajemen mutu rumah sakit terkait dengan kinerja badan komite medik termasuk meningkatkan utilisasi fasilitas pelayanan rumah sakit di sepanjang periode 2004 s/d 2006 sebabai berikut : 1. Tahun 2004. Setelah 3 tahun mendapat kelulusan uji akreditasi penuh oleh tim KARS Pusat, Komite Medis RS Haji tetap konsisten melaksanakan rutin pengawasan, penyidikan bila ada kasus penyimpangan yang perlu diatasi sendiri di lingkungan sosial lokal. Tidak ada suatu kasus istimewa yang patut ditonjolkan dari hasil-hasil temuan serta tindakan perbaikan karena semua ditemukan berfungsi seperti yang diharapkan.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Era 2005. Pekerjaan pengembangan mutu oleh Komite Medis mulai menjajaki kemungkinan mengikuti uji akreditasi 12 Pokja. Dengan pertimbanganpertimbangan ekonomis rencana tersebut ditunda menunggu kondisi keuangan lebih membaik. 3. Era 2006. Tidak ada kegiatan pembaharuan dilakukan Komite Medis meneruskan rencana uji akreditasi tingkat lanjut. 4.3.1.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi Rumah Sakit Haji dibentuk secara resmi. Komite Medik berada di bawah direktur. Komite Medik merupakan kelompok profesional dokter dan dokter spesialis sebagai motor penggerak pelayanan medik. Komite Medik dan berperan secara aktif dalam meningkatkan jaminan kualitas mutu pelayanan. Struktur Organisasi RS Haji Oleh organissi RS Haji telah ditetapkan uraian kerja dari Komite Medik sebagai organisasi fungsional terkait dengan pengembangan kualitas manajemen mutu pelayanan. Semua rencana diarahkan untuk peningkatan mutu pelayanan yang memberi kepuasan pelayanan rumah sakit seutuhnya pada pihak-pihak pelanggan dalam arti universal yaitu: (1) pihak pemerintah dengan undang-undang yang berlaku dan penegak hukum; (2) pihak manajemen pelaksana; (3) pihak pasien dan pelanggan jasa; (4) pihak pemilik (Yayasan RS Haji) dan pihak outsider pengontrol seperti LSM media massa dan organisasi masyarakat. Kegiatan yang menonjol di era 2004 s/d 2006 adalah sebagai berikut :
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Era 2004. Komite tetap mempertahankan kegiatan masing-masing Sub Komite secara rutin. Tiada penambahan Sub-Komite baru tetapi tetap mempertahankan yang sudah ada. 2. Era 2005. Ada pergantian keanggotaan di berbagai Sub Komite untuk menyegarkan kondisi masing-masing sub-komite ataupun menggantikan perpindahan dari staf. 3. Era 2006. Frekuensi kegiatan rutin Komite Medis dalam hal pengembangan struktur organisasi pada prinsipnya tidak ada perubahan. 4.3.1.2 Standar Pelayanan Komite Medis RS Haji menyusun prosedur atau peraturan organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan kesehatan ke dalam sistem operasional. Semua orang yang terlibat dalam suatu pelayanan kesehatan diikat dalam suatu sistem yang absah, baik pasien, pihak rumah sakit sebagai fasilitator atau manajemen organisasi pelayanan rumah sakit. Dengan adanya standar tersebut setiap individu telah mulai berangsur-angsur bekerja sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku dalam hal pelayanan medis. Hasil dari usaha kegiatan manajemen peningkatan mutu pelayanan yang realistis telah dihasilkan berdasarkan anjuran Komite Medis adalah selesainya penerbitan protap-protap di masing-masing bagian pelayanan terkait. Salah satu manfaat dengan adanya standar tersebut adalah adanya standarisasi pelayanan yang bermutu yang telah dirasakan oleh pasien yang dinyatakan melalui angket kepuasan pasien. Walau pada penelitian ini tidak difokuskan mencari tingkat hubungan antara
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kualitas pelayanan dengan rasio hunian unit rawat inap, secara logis dapat dinyatakan bahwa bagaimanapun peningkatan rasio tersebut terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit. Standar pelayanan yang ditetapkan oleh Komite Medis melalui Sub-Komite Pelayanan Medis/Keperawatan dibuat berdasarkan acuan Pelayanan Depkes RI. Ada beberapa modifikasi yang dilakukan di setiap periode tahun yang berjalan seperti kelengkapan dari Standard Operating Procedure (SOP) yang selalu dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. 1. Era 2004. Sub Komite Pelayanan Medis menganjurkan supaya masingmasing SMF melaksanakan peninjauan ulang SOP-SOP di masing-masing SMF serta melengkapinya. 2. Era 2005. Kegiatan perbaikan dan pengembagan SOP diteruskan di masingmasing unit pelayanan. Banyak SOP pembaharuan ditetapkan ulang berdasarkan perkembangan teknologi kedokteran per masing-masing SMF. 3. Era 2006. Kegiatan pengembangan SOP tidak muncul sebagai yang menonjol tetapi masing-masing SMF terus melaksanakan sosialisasi di internal bangsal perawatan/pelayanan. 4.3.1.3 Koordinasi Di dalam proses peningkatan kualitas jaminan mutu pelayanan rumah sakit, komite medik mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya sehingga pendelegasian tugas maupun kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. Adapun fungsi
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
koordinasi yakni meningkatkan kinerja seluruh lapisan kelompok kerja terkait dengan manajemen mutu rumah sakit. Kegiatan koordinasi oleh komite medis yang jelas terkait dengan judul penelitian bahwa segala kebijakan peningkatan mutu yang selalu dirundingkan secara konsisten di dalam setiap usaha peningkatan mutu oleh Komite Medis, tetap memakai input yang diperoleh dari kelompok administrasi umum yang melakukan pemantauan kepuasan pasien dan juga indikator Barber Johnson. Dapat dijelaskan bahwa pemantauan indikator–indikator pelayanan yang konsisten dari tahun ke tahun mengikutkan angket kepuasan pasien dan efisisiensi hunian rawat inap telah dilaksanakan di Rumah Sakit Haji berdasarkan rekomendasi dari Komite Medis. Perihal koordinasi yang disponsori oleh Komite Medis tidak menjadi prilaku manajemen yang langka di RS Haji. Kharisma profesi dokter yang sudah terkondisi tinggi jauh sebelum masa gerakan peningkatan mutu, memudahkan penerimaan kepemimpinan kelompok Komite Medis sejak tahun 2000 s/d saat ini) mudah menjadi pelopor koordinasi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hampir semua pimpinan puncak pelayanan rumah sakit adalah anggota Komite Medis yaitu dokter kecuali bagian keuangan ataupun bagian Satuan Pengamanan (Satpam). Kemudahankemudahan komunikasi antar bagian pelayanan menjadi lebih mudah karena persamaan latar belakang profesi. 1. Era 2004. Komite Medis melanjutkan koordinasi pembaharuan SOP oleh Sub Komite Pelayanan Medis. Mereka mengkoordinasikan pekerjaan pembaharuan ini di masing-masing SMF
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Era 2005. Komite Medis meneruskan kegiatan rutin melalui pertemuanpertemuan supaya masing-masing bagian berkoordinasi melakukan keterpaduan SOP yang saling berkaitan dan sesuai dengan perkembangan pelayanan terakhir di rumah sakit. 3. Era 2006. Kegiatan koordinasi pengembangan SOP masih tetap menjadi pokok pembahasan di pertemuan-pertemuan Komite Medis. 4.3.1.4 Pelatihan Kelompok Komite Medis telah mencantumkan dan melaksanakan salah satu program kerja mereka melaksanakan pengembangan mutu SDM melalui pelatihan ataupun pendidikan berkelanjutan. Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit. Bersamaan dengan adanya gerakan perbaikan mutu yang dipelopori oleh Komite Medis pada awal tahun 2000 di RS. Haji terbentuk organisasi GKM (Gugus Kendali Mutu) yang menyeluruh melibatkan setiap bagian pelayanan di RS. Haji. Selain memberikan gerakan bottom up untuk perbaikan kualitas yang merata di rumah sakit, pada dasarnya kegiatan ini memberikan kesempatan pembelajaran manajemen yang merata di semua lapisan kelompok kerja. Di bagian keperawatan pada dasarnya kegiatan GKM dilaporkan telah memberi masukan dan dukungan yang berarti di dalam organisasi keperawatan. GKM melebur secara baik dalam organisasi keperawatan terutama di dalam kegiatan rutin rencana pelayanan keperawatan (renpra).
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Era 2004. Sub Komite Peningkatan Mutu menganjurkan supaya masing-masing pos pelayanan terutama di bagian unit rawat inap tetap melaksanakan kegiatan GKM. 2. Era 2005. Pada era ini dilakukan kembali penyegaran kegiatan GKM supaya tidak berhenti setelah era akreditasi berlalu. 3. Era 2006. Kegiatan GKM bekerja secara fungsional tidak mengalami perubahan di bagian perawatan rawat inap sampai mencakupi sekitar 50 % group GKM yang pernah ada. 4.3.1.5 Monitoring Komite Medik RS Haji telah banyak melakukan pengawasan atau kegiatan supervisi yang dilakukan untuk memantau efektivitas dan efisiensi terhadap penggunaan sarana unit rawat inap terkait dengan peranan komite medik dalam hal pembelajaran pelayanan bermutu yang diterapkan di ruang rawat inap RS. Haji Medan. Indikator mutu pelayanan penting dan harus ada sehingga pihak rumah sakit bisa mengevaluasi kinerja rumah sakit terkait dengan model penampilan, efisiensi unit rawat inap. Sejak diperkenankannya tentang indicator statistic Barber Johnson untuk rumah
sakit
pihak
Komite
Medis
menunjuk
Sub-Komite
Rekam
Medis
menyelenggarakan kegiatan pemantauan (monitoring) indicator rasio utilisasi unit rawat inap tersebut secara khusus. Rekam Medis akhirnya menjadi semacam konsentrasi pelayanan informasi manajemen rumah sakit. Pemantauan (monitoring) indikator pelayanan lainnya turut digiatkan untuk menjadi bahan masukan Sub-
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
komite Sub-komite lain. Kegiatan pemantauan (monitoring) lainnya termasuk indikator kepuasan pasien telah menjadi bahan pokok kegiatan Komite Medis melalui Sub-komite Sub-komite. Indikator Utilisasi Unit Rawat Inap (Grafik Barber Johnson) RS. Haji 2004 s/d 2006
0
1
2
3
4
5
6
7
9
8
10
16 14
% 75
22 20
%
2,5
70
18
24
18
R
20
26
B O
22
BT O1
28
BO R
24
BOR 9
26
BO R
0%
28
80 %
30
Daerah Effisien
Average of Length of Stay (ALOS)
30
BT O
16 15
14
12
12 BT O
10
2006
8
R BO
6
BT
4 2
10
20
O
% 50
8 6 4
30
2
2004
20050 0
1
2
3
4
0 5
6
7
8
9
10
Turn Over Interval (TOI)
Gambar 4.2 Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektivitas utilisasi unit rawat inap RS Haji, 2004, 2005, dan 2006.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Pembahasan mengenai indikator utilisasi unit rawat inap yang dihubungkan menjadi semacam dependent variable atau sebagai effect dari kinerja Komite Medis yang berperan sebagai indeendent variable memerlukan bantuan visualisasi Grafik Barber Johnson seperti yang tercantum pada Gambar 4.2. Pada gambar grafik tersebut dipaparkan status efisiensi utilisasi unit rawat inap pada 3 tahun terakhir yaitu tahun 2004, 2005 dan 2006. Data-data yang ditampilkan berasal dari data paa Tabel 4.3b (duplikasi Tabel 4.3). Pada tahun 2004 dengan data TOI = 3 dan ALOS = 5 maka posisi efisiensi hunian tersebut berada di titik yang ditunjukkan oleh panah 2004. Posisinya sedikit di bawah daerah efisiensi yang diarsir menurut standar Barber & Johnson. Sejalan dengan kegiatan Komite Medis yang sudah berjalan beberapa tahun dengan asumsi bahwa sudah ada perbaikan kualitas dari pelayanan dan fasilitas unit rawat inap. Terkait dengan booming pasien unit rawat inap ada kemungkinan adanya kebijakan pemerintah tentang fasilitas pelayanan pada keluarga masyarakat miskin mendapat pelayanan gratis di rumah sakit. RS Haji pada waktu 2004 dan 2005 dikenal sudah mulai dengan pelayanan GAKIN yang dananya dikelola Asuransi Kesehatan (ASKESKIN). Posisi tahun 2005 (lihat panah 2005 pada Gambar 4.2), posisi efisiensi melewati/melebihi kapasitas maksimum standar Barber & Johnson. Kondisi ini tidak ideal untuk rumah sakit berkualitas karena pendeknya TOI (< 1 hari) dengan makna bahwa hunian pasien sudah melebihi kapasitas rumah sakit. Dalam keadaan demikian dapat dibaca bahwa akan sangat sulit bagi pelayanan menyediakan ruangan yang
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
higienis dan cukup longgar bagi pasiennya. Kondisi ini dipantau oleh Komite Medis dengan usulan supaya jumlah tempat tidur yang awalnya 135 unit diusulkan ditambah dengan sarana baru untuk penambahan tempat tidur menjadi 250 unit. Pada tahun 2006, dengan adanya pengusulan yang ditindaklanjuti, penambahan tempat tidur diadakan berangsur-angsur sampai mencapai 250 unit. Pada tahun 2006 dengan adanya penambahan unit tempat tidur sedemikian besar maka rasio BOR menurun ke 73,17 %. Penurunan BOR ini tidak berarti ada penurunan kuantitas pelayanan rawat inap yang justru tetap meningkat dari waktu ke waktu. Jadi dengan mengulas gerakan data-data pada grafik Barber Johnson di atas dapat dilihat bagaimana sebenarnya para staf Komite Medis dengan semua Sub Komite-Sub Komite telah bekerja secara profesional, menggunakan instrumeninstrumen statistik terpakai, dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan terarah guna meningkatkan kualitas peayanan dan sarana rumah sakit yang berujung pada konsistensi peningkatan kuantitas pasien unit rawat inap dari satu periode ke periode berikutnya. 1. Era 2004. Mulai melayani Keluarga Masyarakat Miskin (Gakin). 2. Era 2005. Mengantisipasi BOR yang tinggi dilakukan usulan penambahan tempat tidur. 3. Era 2006. Terjadi penambahan tempat tidur, maka kegiatan penambahan tenaga dan persiapan tenaga profesional dilakukan.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
4.3.1.6 Evaluasi Evaluasi terhadap kegiatan pelayanan kesehatan medik yang telah dilakukan merupakan suatu bentuk penilaian terhadap kegiatan yang telah selesai dilaksanakan oleh bidang profesi dalam hal ini bagian komite medik sehingga apabila hasilnya tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan, kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan harus melakukan pengukuran ulang sebagai ulas balik terhadap standar pelayanan kesehatan dan memulai rencana kegiatan lain bila tidak terjadi peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan Komite Medik terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit adalah kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan maka compensatory reward dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja. Sistem evaluasi bagaimanapun tetap dijalankan oleh Komite Medis walaupun hasilnya tidak dipublikasikan ke pihak luar. Bagi yang memiliki prestasi baik akan mendapat penghargaan berupa naik haji ke tanah suci Makkah. Muara dari hasil monitoring yang disuplai oleh pencatat di bagian pelayanan adalah orang-orang tertentu yang dianggap memiliki kompetensi membuat evaluasi dan analisis data menjadi informasi manajemen. Komite Medis di RS. Haji memiliki anggota-anggotanya yang sudah terlatih di dalam profesi mereka menjadi pembuat aevaluasi data dan analisis solusi apa yang perlu dilakukan. Komite Medis menganjurkan pada Direktur agar selalu menunjuk para ahli tersebut melalui surat keputusan (SK) supaya ada semacam tanggung jawab yang lebih pasti atas- ealuasi dan analisis yang dibuat.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Era 2004. Sistem Rekam Medis RS. Haji direncanakan dikembangkan menjadi cikal bakal sistem informasi modern. 2. Era 2005. Hasil-hasil informasi sistem rekam medis dipakai intensif oleh bagin manajemen di dalam mempertimbangkan kebijakan penambahan fasilitas tempat tidur unit rawat inap. 3. Era 2006. Komite Medis menjajaki kemungkinan pengembangan Sistem Rekam Medis menjadi pusat informasi RS. Haji. 4.3.1.7 Analisis Komite Medik aktif
melaksanakan kegiatan analisis hasil dari setiap
pekerjaan dilaksanakan pelayanan medis. Dalam hal ini bagian komite medik yang didasarkan pada dua patokan yaitu kewajiban dan tanggung jawab serta keahlian dari bidang profesi dalam melaksanakan bidang pekerjaan. Kegiatan 3 serangkai, monitoring, evaluating dan analisis telah bekerja konsisten dari tahun ke tahun menghasilkan analisis-analisis yang dimanfaatkan manajemen pembuat keputusan. 1. Era 2004. Analisis Komite Medis terutama berfokus mengkaji masalah kepuasan pasien yang pada saat itu menjadi trendi. Tujuannya untuk meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan efektifitas pemakaian unit rawat inap. 2. Era 2005. Hasil-hasil informasi sistem rekam medis dipakai intensif oleh bagian manajemen di dalam mempertimbangkan kebijakan penambahan fasilitas tempat tidur unit rawat inap. Atas analisis dan usul dari Sub Komite Rekam
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Medis (Komite Medis), RS Haji mulai merancang implementasi program terpadu sistem informasi rumah sakit dengan sistem komputer. 3. Era 2006. Komite Medis terus memprakarsai penjajakan implementasi sistem komputer
terpadu
yang
sesuai
untuk
sistem
informasi.
Pelaksanaan
implementasi belum juga terlaksana sampai akhir 2006.
4.3.2 Kesiapan Petugas Komite Medis melaksanakan pemantauan kesiap-siagaan dari petugas didalam tugasnya terutama di kelompok pelayanan Unit Rawat Inap. Komite Medik membuat pengawasan ketat di dalam masalah absensi sekaligus juga melaksanakan simulasisimulasi dan pelatihan untuk meningkatkan kesiap-siagaan mengantisipasi masalah gawat darurat di unit rawat inap. Tidak pernah ada pasien Gawat Darurat yang terlantar karena ketiadaan dokter di unit Gawat Darurat. Rumah Sakit Haji tetap mengadakan pelatihan lokal terhadap petugas mengulangi prosedur-prosedur emergensi. Pelatihan dipimpin oleh tenaga-tenaga terampil pelayanan yang disediakan oleh pihak Komite Medis dari pihak profesi dokter dan spesialis. 1. Era 2004. Pemantauan kesiapan benar tetap dilakukan tetapi tidak menonjol karena pada dasarnya bagian unit rawat inap tetap ada dokter jaga selama 24 jam dalam aturan shift.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Era 2005. Pemantauan kesiapan petugas dilakukan secara rutin dan lebih insentif dibarengi adanya peningkatan jumlah pasien rawat inap yang meningkat tajam. 3. Era 2006. Pelaksanaan kegiatan tetap dilaksanakan secara rutin. 4.3.2.1 Perekrutan Rekrutmen bagian umum di RS Haji tidak dilakukan oleh bagian Komite Medis, tetapi oleh bagian Wakil Direktur bidang penunjang Medis dan Pendidikan. Khusus tenaga keperawatan, perekrutan tenaga melalui sisem magang di rumah sakit, mereka yang magang yang punya kesempatan untuk diangkat menjadi tenaga tetap. Lamanya magang minimal 3 bulan baru ikut dalam ujian seleksi menjadi tenaga tetap. Peranan Komite Medis dalam rekrutmen tenaga dilakukan di sekitar pemeliharaan ketenagaan dan pelatihan. Keterlibatan Komite Medis dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial yang memproses prosedur pengawasan kinerja mereka di rumah sakit. Pihak pengadaan ketenagaan di bagian diklat melakukan koordinasi dengan bagian Sub-komite Kredensial tentang persyaratan kualifikasi, interviu dan pengawasan selanjutnya terhadap kinerja kandidat tenaga yang baru tersebut. Dengan adanya Sub-komit Kredensial di Komite Medis otomatis memberi pengaruh terhadap penyaringan tenaga profesi dokter yang masuk ke RS Haji dibuat berdasarkan kualitas ketrampilan/keahlian yang lebih bermutu. 1. Era 2004. Sub Komite Kredensial dari Komite Medis tetap melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas pelayanan apakah masih mencukupi kebutuhan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
realistis. Pada periode ini dirasakan perlu kegiatan rekturmen tenaga ahli (spesialis) berdasarkan morbiditas kesakitan yang ada di RS. Haji. 2. Era 2005. Pelaksanaan rekrutmen terhadap tenaga ahli orthopedi, ahli bedan plastik. 3. Era 2006. Rekrutmen tetap berlanjut untuk penambahan spesialis anak, ahli THT, ahli neurologi dan spesialis paru. 4.3.2.2 Pengarahan Salah satu fungsi pengarahan yang dapat diterapkan oleh komite medik dan telah dilaksanakan dalam manajemen konflik adalah problem solving. Segala permasalahan yang terjadi sebaiknya segera diselesaikan secara konstruktif agar tidak berkepanjangan. Pendekatan penyelesaian konflik
dilakukan dengan pendekatan
penyelesaian masalah diawali dengan identifikasi akar permasalahan melalui klarifikasi berbagai pihak, mengidentifikasi timbulnya konflik serta alternatif penyelesain masalah. Pihak Komite Medis yang anggotanya adalah pihak pimpinan di banyak pelayanan rumah sakit, secara otomatis berperan besar di dalam peningkatan kinerja pelayanan rumah sakit termasuk unit rawat inap, secara logis langsung berpengaruh terhadap arah kebijakan yang dibuat oleh pihak manajemen. Telah diterangkan di bagian sebelumnya bahwa kegiatan pemantauan (monitoring), evaluasi, dan analisa solusi merupakan 3 kegiatan serangkai dipakai oleh manajemen memelihara peningkatan kinerja dari pelayanan medis rumah sakit. Pihak analis yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur dibuat berdasarkan
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
rekomendasi Komite Medis. Ketentuan tentang keterlibatan Komite Medis di dalam proses 3 serangkai tersebut tercantum dalam Hospital Baylaw RS. Haji. 1. Era 2004. Tugas-tugas manajemen pengarah Komite Medis otomatis berfokus pada bagaimana bagian pelayanan memonitor kepuasan pelanggan. 2. Era 2005. Komite Medis turut memberi pengarahan bagaimana desain penambahan fasilitas unit rawat inap termasuk penambahan fasilitas mesinmesin pelayanan dan implementasi alat-alat komputer untuk sistem informasi. 3. Era 2006. Tidak ada hal-hal yang menonjol dari kegiatan pengarah Komite Medis di dalam sistem manajemen operasional. 4.3.2.3 Perencanaan Perencanaan merupakan cara yang dilakukan untuk melihat pengenalan masalah, penetapan dan pengkhususan baik tujuan jangka panjang dan pendek, mengembangkan serta menguraikan tujuan dan pencapaian sasaran atau target. Perencanaan telah menjadi bagian dari program kerja dari komite medik di RS. Haji Medan terhadap fasilitas unit rawat inap. Terkait dengan fasilitas tersebut perlu adanya suatu pertemuan atau diskusi terhadap kondisi peningkatan atau penurunan jumlah pasien rawat inap untuk menyeimbangkan fasilitas yang ada. Menurut catatan serta interviu yang dilakukan selama penelitian di RS Haji, pada prinsipnya Komite Medis selalu dominan di dalam manajemen perencanaan rumah sakit terutama menangani terkait pelayanan medis. Masalah-masalah bisnis umum seperti finansil dan masalah ekonomis lainnya diatur supaya dikelola oleh bagian umum dan keuangan. Pembatasan intervensi tersebut dibuat demikian karena
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
keseriusan masalah-masalah pelayanan di masing-masing profesi sudah cuku banyak untuk dikelola. Perilaku perencanaan oleh manajemen RS. Haji berlaku secara konsisten mulai sejak adanya pembenahan manajemen perbaikan mutu pelayanan di awal 2000 sampai dengan sekarang. Adalah suatu kenyataan bahwa staf pembuat keputusan di RS Haji yang diketuai oleh Direktur secara mayoritas didominasi oleh anggota Komite Medis mendampingi ahli-ahli ekonom yang bergerak di bidang administrasi umum dan keuangan lainnya. Logis dapat diterima bahwa pengaruh Komite Medis di dalam masalah perencanaan perkembangan RS. Haji banyak dipengaruhi oleh kebijakan Komite Medis. 1. Era 2004. Tugas-tugas perencanaan oleh Komite Medis terutama berfokus mengkaji masalah kepuasan pasien yang pada saat itu menjadi trendi. Kesertaan perencanaan pengembangan fasilitas terutama peralatan medis dengan alat-alat yang lebih maju seperti ECG, USG, CT-Scan dan Mobile X-Ray. Semua ini diselaraskan sesuai dengan hasil analisis yang dibuat terutama mengenai utilisasi unit rawat inap. 2. Era 2005. Komite Medis turut mempertimbangkan perencanaan kebijakan penambahan fasilitas tempat tidur unit rawat inap. Atas analisis dan usul dari Sub Komite Rekam Medis (Komite Medis), Komite Medis RS Haji merancang implementasi program terpadu sistem informasi rumah sakit. 3. Era 2006. Komite Medis terus memprakarsai penjajakan rencana implementasi sistem informasi rumah sakit.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi mengenai analisa program kerja komite medik terhadap tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. 5.1
Kesimpulan Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari keenam partisipan mengenai
analisis program kerja komiter medik terhadap tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap Rumah Sakit Haji Medan tahun 2006 dapat disimpulkan bahwa keberhasilan peningkatan utilisasi Rumah Sakit Haji Medan bukan hanya hasil program kerja komite medik dalam gerakan peningkatan mutu dan berhasil mengemban tugas sebagai promotor organisasi Rumah Sakit yang bekerjasama dengan bagian administrasi bidang keperawatan dan pelayanan lainnya yang terkait. Namun yang berpengaruh besar juga adanya program pemerintah terhadap Keluarga Masyarakat Miskin (GAKIN). Dimana program pemerintah memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi Keluarga Masyarakat Miskin, yang dananya dikelola PT. Asuransi Kesehatan (Askeskin) dan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh visi, misi, falsafah, moto dan tujuan operasional Rumah Sakit Haji yang Islami. Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 utilisasi mencapai titik optimal yang efektif dan efisien, dimana tingkat hunian rwat inap mencapai titik BOR rata-78 %.
80 Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
5.2
Rekomendasi Sebagai sumbangan pemikiran dari rangkaian penulisan akhir dari tesis ini,
saran-saran yang perlu dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Praktek Pelayanan Rumah Sakit. Menjadi sumber pengetahuan masukan serta perbandingan bagi rumah sakit lain terutama bidang manajemen pengembangan organisasi
untuk kemudian
menerapkan cara pemberdayaan kelompok kerja Komite Medik sebagai promotor penggerak peningkatan mutu serta kualitas pelayanan rumah sakit. 2. Untuk Penelitian Selanjutnya. Adanya berbagai data pada penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan bahan perbandingan penelitian selanjutnya.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V (2005). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan
Six
Sigma
Untuk
Organisasi
Bisnis
dan
Pemerintah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Griffin, RW, (1998). Management, The Importance of Quality, Malcolm Baldrige Award, USA: Texas A&M University Houghton Mifflin Company. Giilies, DA, (1989). Management, Suatu Pendekatan Sistem edisi ke-2. Illinois, University Of Chicago. Hastono, (2001). Analisa Data , Jakarta: UI-Press
Hardiman, A, (2002). Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), Jakarta: Dirjen Yanmed Depkes RI,.
Jemadi, (1998). Menilai Efisiensi Rumah Sakit Dengan Grafik Barber Johnson, Medan:
Penerbit:
Bag.
Epidemiologi
Kesehatan
Masyarakat USU.
KARS, Dirjen Yan Med Depkes RI, (2002). Pedoman Survei Akreditasi Instrumen 5 Pelayanan Versi 2002, Jakarta. Komite Medik RSUP. Haji Adam Malik, (1995). Tugas Wewenang, Tanggung Jawab dan Tata Kerja Komite Medik ,RSUP. H. Adam Malik Medan.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Mendagri, (2002). Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah, Jakarta. Monica,
(1998).
Kepemimpinan
dan
Manajemen:
Pendekatan
Berdasarkan
Pengalaman. Jakarta: EGC.
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta:Pt Salemba Medika Pohan, IS, (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta: EGC.
Ryadi, S, (1993). Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber Johnson dalam Penilaian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia, Kongres VI Persi, Surabaya
Rowland, HS, (1984). Hospital Administration Handbook, USA: An Aspen Publication Rockville, Maryland Royal Tunbridge Wells.
Soejadi, (1990). Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum, Grafik Barber Johnson sebagai salah satu indikator, Jakarta: Katiga Bina.
Sony, Y&dkk, (2004). Petunjuk Praktis Penyusunan Praktis Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang berfokus pada Strategi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Swansburg, RC, (2001). Pengembangan Staf: Suatu Komponen Pengembangan SDM.Jakarta: EGC
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Tjandra, YA, (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit, edisi kedua, Jakarta: Pt UI Press Trisnantoro, L, (1998). Kebutuhan Akan Reformasi Pelayanan Kesehatan dalam Perspektif
Sejarah,
Jurnal
Manajemen
Pelayanan
Kesehatan.
Tschohl, et all, (2003). Achieving Excellence Through Customer Service (Terjemahan), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA I.
MANAJEMEN MUTU DI RUMAH SAKIT (Responsiveness)
1.
Apakah ada struktur organisasi yang mengatur tentang pelayanan medik di RS. Haji dan berfungsi secara aktif?
2.
Apakah struktur tersebut juga memiliki program kerja mengenai manajemen mutu pelayanan medik?
3.
Kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh wadah/struktur tersebut, bagaimana caranya?
4.
Adakah kegiatan yang khusus dilakukan oleh wadah tersebut terkait dengan pelayanan bermutu di rumah sakit seperti utilisasi peningkatan fasilitas rawat inap, bagaimana caranya?
5.
Indikator apakah yang digunakan pihak rumah sakit dalam memantau efektifitas dan efisiensi penggunaan sarana rawat inap?
II.
PENCERMATAN KEGIATAN DAN FASILITAS RS (Tangibility)
1.
Adakah panitia yang melaksanakan inspeksi rutin terhadap kualitas rawat inap dan dibagian apa?
2.
Apakah pihak rumah sakit pernah mendatangkan tim pengajar untuk memberikan pembelajaran tentang mutu pelayanan rumah sakit?
3.
Adakah manfaat pembelajaran tersebut terhadap sistem pelayanan medik?
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
4.
Hal apa yang dilakukan oleh pihak rumah sakit apabila terdapat suatu masalah baik dalam hal manajemen mutu di suatu bagian maupun koreksi terhadap kinerja staf pegawai?
III. KESIAPAN PETUGAS (Reliability) 1.
Bagaimana sistem perekrutan staf pegawai di rumah sakit?
2.
Bagian apakah yang bertugas menampung saran dan kritik dari masyarakat, seperti apa bentuk solusinya?
3.
Apakah pihak rumah sakit melakukan pengadaan perlengkapan fasilitas baik sarana maupun prasarana dengan baik, termasuk di dalamnya fasilitas unit rawat inap?
4.
Apakah ada perencanaan program kerja dari struktur organisasi rumah sakit dalam hal peningkatan mutu dan kualitas pelayanan yang dapat menimbulkan kepuasan klien, bagaimana caranya?
5.
Bagaimana sikap/prilaku komite medik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang beraneka ragam?
6.
Apakah ada perencanaan program kerja dari masing-masing sub-komite yang khusus diarahkan dalam hal pemberian kepuasan pelayanan terhadap pasien unit rawat inap?
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Formulir Persetujuan Penelitian
Saya yang bernama Amruddin/047013003 adalah mahasiswa sekolah Pasca Sarjana Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Peminatan Kebijakan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar di Program
Studi
Administrasi
untuk
Kebijakan
Kesehatan.
Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengidentifikasi efektivitas program kerja komite medik terhadap tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap RS.Haji Medan. Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Identitas pribadi Bapak/Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti. Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk penelitian ini. Medan, 2006 Partisipan
Mahasiswa
(…………)
(Amruddin)
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
RENCANA KERJA PENELITIAN NO
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1.
Memilih Tema/Judul
2.
Penulisan Proposal
3.
Prakolokium/ Pembbng
4.
Kolokium
5.
Penelitian di lokasi
6.
Pra Seminar
7.
Seminar Hasil
8.
Perbaikan Isi Tesis
9.
Ujian Komprehensif
10.
Perbaikan akhir/Jurnal
APRIL
MEI
JUNI
JULI
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008