perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh: TRI HASTUTI K7408278
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user Juli 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
: Tri Hastuti
NIM
: K7408278
Jurusan/Program Studi : PIPS/Pendidikan Ekonomi BKK Administrasi Perkantoran
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul Analisis Profesionalisme Guru Bersertifikat Pendidik Di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atass perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Tri Hastuti
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI
Oleh: TRI HASTUTI K7408278
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Juli 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. C. Dyah Indrawati S.i , M.Pd
Anton Subarno, S.Pd, M.Pd
NIP 19611122 198903 2 001
NIP 19751223 200701 1 002
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Tanda Tangan
Ketua
____________
: Dr. Djoko Santoso Th, M.Pd
Sekretaris : Susantiningrum, S.Pd, S.E, MAB
____________
Anggota I : Dra. C. Dyah Indrawati S.i , M.Pd
____________
Anggota II : Anton Subarno, S.Pd, M.Pd
____________
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 19903 1 002
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Tri Hastuti. ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI . Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui guru yang bersertifikat pendidik apakah sudah melaksanakan tugasnya sesuai standart profesionalisme yang ditentukan dan Untuk mengetahui dampak guru yang telah bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode etnografi. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru yang bersertifikat pendidik, dan siswa. Teknik pengambilan sample atau cuplikan dengan menggunakan”Purposive Sampling”dan”Snow-Ball Sampling”. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dengan menggunakan triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali sudah menguasai materi pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan dan penyampaian materi pelajaran ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup karena guru menguasai materi pelajaran. Manajemen pengelolaan kelas yang baik dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi membuat pembelajaran lebih berarti. Penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran, hal tersebut dikarenakan keterbatasan sarana prasarana dan kurangnya kompetensi guru dalam bidang tersebut dan masalah manajemen waktu. Guru bersertifikat pendidik SMK SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali belum melaksanakan PTK karena kendala manajemen waktu. Dampak sertifikasi yang terjadi di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali adalah; guru yang bersertifikat pendidik belum melaksanakan tugasnya dengan maksimal Hal ini dapat dilihat dari hasil pemebelajaran siswa,masih adanya siswa yang belum tuntas atau mengulang yaitu sebanyak 10 orang siswa.
Kata Kunci: Guru Bersertifiksat Pendidik, Profesionalisme Guru. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Tri
Hastuti.
AN
ANALYSIS
OF
PROFESSIONALISM
OF
THE
EDUCATOR-CERTIFIED TEACHERS AT STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 OF SAWIT, BOYOLALI REGENCY. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2012.
The objectives of this research are to investigate: (1) the implementation whether the educator-certified teachers have implemented their duties based on the determined professionalism standard, and (2) what impacts arise from the duties implemented by the educator-certified teachers at State Vocational High School 1 of Sawit, Boyolali regency. This research used the qualitative research method with the ethnographic approach. It was conducted at State Vocational High School 1 of Sawit, Boyolali regency. The sources of the data of the research were School Principal of the school, the educator-certified teachers, and the students. The samples of the research were taken by using the purposive sampling and snow ball sampling technique. The data of the research were gathered through in-depth interview, observation, documentation. The data of the research were validated by using the data source and method triangulations. They were then analyzed by using the interactive technique of analysis. The results of the research are as follows: 1) The educator-certified teachers at State Vocational School 1 of Sawit, Boyolali have mastered the teaching material as indicated by the development and delivery of the teaching material during the lesson. In addition, the teaching and learning process in the class becomes livelier, and the good class management makes the class more meaningful. As well, the contextual or daily life-related learning material delivery makes the lesson more meaningful to the students. In general, the educatorcertified teachers, however, have not mastered the Information and Communication Technology to support the teaching and learning process due to the limited facilities and infrastructures of the school and their lack of competency in the related field as well as their poor time management. As result, they have not by and large done the Classroom Action Research due to the constraints in time management.
Keywords: The educator-certified teachers and professionalism of the educatorcertified teachers commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Buatlah sesenang mungkin ibu kita, supaya kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat pujian bukan kalimat cacian. (Ust. H. Jefri Al-Bukhori) Tekad merupakan sumber motivasi bagi kemajuan dan kesuksesan. Mereka yang memiliki tekad yang kuat, dia bisa menciptakan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. (Adri Wongso)
Hidup harus semangat, walaupun rintangan sebesar apapun yang menghadang tetap semangat. (Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk: Bapak dan Ibu tercinta, sebagai rasa hormat dan baktiku. Kakak-kakakku tersayang dan keluarga besarku yang membanggakan. Reky Aspriyadi terimakasih karena membuatku mengerti arti dari kata “kehidupan” , “kasih sayang” , dan “keikhlasan”.
My best friend Augustha Monika, Sari Fatmawati,. Sahabatku yang selalu memberiku semangat dan selalu mendengarkan keluh kesahku tentang skripsi, cinta, dan segala masalah yang ada di hidupku. Seluruh teman-teman PAP ’08 ( Khususnya Kelas B ) Terimakasih atas kerjasama dan kekompakannya. Dosen ku yang selalu membimbinngku selama ini.
Almamaterku
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang member ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Profesionalisme Guru Bersertifikat Pendidik Di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial yang telah menyetujui permohonan ijin menyusun skripsi. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi. 5. Dra. C. Dyah Indrawati S.i, M.Pd, selaku Pembimbing I yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Anton Subarno, S.Pd M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK PAP yang telah memberi bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Drs. Jasmanto selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. 9. Bapak dan Ibu guru SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang telah membantu dalam perijinan dan pengumpulan data. 10. Para siswa SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-per satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Peneliti
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................iii HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................iv HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................vi HALAMAN MOTTO ..................................................................................viii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 5 C. Tujuan penelitian ........................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ................... 7 1. Kajian Teori............................................................................7 a. Hakikat Profesi Guru.......................................................7 b. Kompetensi Profesionalisme Guru.................................12 2. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................ 21 B. Kerangka Berpikir ................................................................... 23 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 24 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 24 C. Data dan Sumber Data ............................................................... 25 D. Teknik Sampling ........................................................................ 26 E. Pengumpulan Data ..................................................................... 27 F. Uji Validitas Data ...................................................................... 28 G. Analisis Data .............................................................................. 29 H. Prosedur Penelitian .................................................................... 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ......................................... 33 1. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Sawit ....................... 33 2. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Sawit ............................ 35 3. Keadaan Guru, Karyawan, Fasilitas, dan Siswa ................. 37 B. Deskripsi Temuan Penelitian .................................................. 41 1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran ........... 41 2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran ................................................... 45 C. Pembahasan .............................................................................. 53 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................... 71 B. Implikasi .................................................................................... 72 C. Saran .......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75 LAMPIRAN .................................................................................................. 77 commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 23 Gambar 2. Skema Komponen Analisis Data.................................................. 29 Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian ........................................................... 32 Gambar 4.Skema Struktur Organisasi.............................................................35
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Gambar 1. Tabel 1 Perincian Jumlah Guru dan Karyawan.............................38 Gambar 2. Tabel 2 Perincian Jumlah Prasarana...............................................39 Gambar 3. Tabel 3 Keadaan Jumlah Siswa......................................................40
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1.
Jadwal Penelitian .................................................................................... 77
2.
Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................................ 78
3.
Field Note................................................................................................ 83
4.
Identitas Sekolah....................................................................................122
5.
Daftar Guru Bersertifikasi.......................................................................123
6.
Data Pokok PSMK 2012 SMK Negeri 1 Sawit......................................124
7.
Foto-Foto ................................................................................................ 132
8.
Surat Permohonan izin Penyusunan Skripsi............................................137
9.
Surat keputusan dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi...............138
10. Surat Permohonan Izin Observasi .......................................................... 139 11. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................ 140
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Permasalahan guru di Indonesia langsung atau tidak langsung berkaitan dengan profesionalisme guru yang masih belum memadai, sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya. Dalam hal ini, ditengarai bahwa profesionalisme guru di Indonesia masih sangat rendah, dan secara makro merupakan penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional secara keseluruhan. Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Muslich, 2007: 8). Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Civil Effect dari program sertifikasi adalah diberikannya tunjangan profesi bagi guru dan dosen yang telah bersertifikat (Murtiyasa, 2008). Permasalahannya sekarang,
dapatkah
program
sertifikasi
guru
meningkatkan
profesionalisme guru? Guru profesional di samping mereka berkualifikasi akademik
juga
dituntut
memiliki
kompetensi,
artinya
memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang
dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan commit to user kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian pendidik yang
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008: 15-18). Memang harus diakui, bahwa istilah sertifikasi guru ini dalam dunia pendidikan kita adalah hal yang sangat baru. Bagi negara-negara maju seperti USA, Inggris, Jepang dan Korea Selatan, sertifikasi guru bukanlah hal baru, bahkan di negara tetangga kita, Singapura, sertifikasi pada guru sudah dikenal sejak lama. Kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, dalam kenyataan sulit mengalami kemajuan yang berarti, bahkan dalam skala global kualitas pendidikan kita jauh di bawah negara-negara tetangga. Berdasarkan data Human Development Index, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh tiap-tiap negara Australia menempati peringkat ke-7, Singapura peringkat ke-22, Malaysia peringkat ke-56, Thailand peringkat ke-67, Philipina peringkat ke-77, sedangkan Indonesia menempati urutan ke-105 (Trianto dan Tutik, 2007: 14). Menyadari kondisi diatas, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang guru dan dosen (UUGD) yang ditindaklanjuti dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang guru dan dosen, yang kesemuanya itu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru. Mulyasa (2007: 9), mengemukakan tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu (a) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya commit user kemahiran dalam mengelola kelas,to(c) rendahnya kemampuan melakukan
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), (d) rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f) rendahnya komitmen profesi, (g) serta rendahnya kemampuan manajemen waktu. Pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam jabatan dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008: 83). Portofolio, memang telah menjadi dasar penentuan sebesar apa profesionalitas dan kompetensi guru. Akan tetapi dalam pelaksanannya pun sebenarnya masih harus banyak perbaikan dan ketelitian. Apalagi penyusunan berkas pada portofolio juga dipahami bersama sangat rentan adanya rekayasa atau pemalsuan. Penyusunan portofolio juga harus diperhatikan lagi agar benar-benar mencerminkan kinerja guru bukan hanya masalah masa kerja guru. Selain itu juga melalui Persyaratan Khusus Untuk Guru yang Mengikuti Penilaian Portofolio dan PLPG dengan ketentuan syarat sebagai berikut; 1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan. 2) Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 6 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang bersangkutan sudah menjadi guru. 3) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila; a) pada 1 Januari 2011 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau b) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat). .(Permendiknas No. 11 Th 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Mengenai masa kerja, belum tentu guru yang sudah mengajar selama puluhan tahun memiliki kemampuan yang lebih baik dalam proses pembelajaran. Guru-guru muda juga banyak yang memiliki metode dan strategi yang jauh lebih bagus. Karena banyak guru yang telah lama mengajar jika tidak ada pengembangan yang kontinu tentu akan semakin ketinggalan informasi tentang pendidikan dalam hal proses pembelajaran (Ahmad Makki, 2008). Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri (Permendiknas no.22 tahun 2006). Oleh karena itu, diperlukan guru-guru yang profesional untuk mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan sesuai dengan Permendiknas no.22 tahun 2006. SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali merupakan SMK negeri yang yang telah berdiri sejak tahun 2007, pada akreditasi sekolah tahun 2010 mendapatkan peringkat B. Sekolah ini termasuk sekolah baru 6 tahun berdiri perlu banyak sekali pembenahan dari segi sarana dan prasarana, dengan keterbatasan ini guru dintuntut untuk lebih kreatif dalam memberdayakan sarana dan prasarana demi menunjang tujuan dari sekolah dan tujuan pendidikan pada khususnya. Setiap guru dan mata pelajaran mempunyai karakterisitik masingmasing yang bersifat abstrak menjadi alasan ketertarikan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Sehingga guru harus mampu menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi. commit to user tersendiri bagi guru khususnya Selain itu, hal ini merupakan tantangan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah bersertifikat pendidik untuk terus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran
dan pada akhirnya
meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Guru-guru yang sudah bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai karakteristik tertentu dalam mereka menyampaikan pembelajaran kepada siswa sehingga penelitian tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Profesionalisme Guru Bersertifikat Pendidik Di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali”
B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana guru yang bersertifikat pendidik
melaksanakan tugasnya
sesuai standart profesionalisme yang ditentukan?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui guru yang bersertifikat pendidik apakah sudah melaksanakan tugasnya sesuai standar profesionalisme yang ditentukan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk: a.
Bahan pengembangan wawasan konseptual dalam pemahaman arti penting dan tujuan sertifikasi untuk guru. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Bahan pertimbangan peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama dengan objek cakupan yang lebih luas
2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk: a. Bagi guru SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali, diperolehnya informasi tentang ciri-ciri profesionalisme guru bersertifikat pendidik. b. Bagi siswa SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru bersertifikat pendidik yang profesional. c. Bagi Kepala SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik mengenai profesionalisme guru. d. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Boyolali, hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan kebijakan pemerintah tentang profesionalisme guru dan sertifikasi guru dalam rangka pembenahan dunia pendidikan khususnya peningkatan mutu guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Kajian Teori a. Hakikat Profesi Guru 1) Definisi Profesi Menurut Uno (2007: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sementara itu, Kunandar (2007: 45), mengemukakan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Sedangkan menurut Popa (2006), yang membedakan antara profesi dengan pekerjaan adalah pengetahuan khusus, komitmen untuk melayani klien dan otonomi dalam prakteknya. Definisi profesi diatas dapat memberikan pengertian bahwa suatu profesi adalah kegiatan seseorang untuk menghidupi kehidupannya. Profesi biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup. 2) Karakteristik Profesi Heystek and Lethoko (2001) mengemukakan bahwa beberapa karakteristik profesi yaitu sebagai berikut (1) pendapatan tinggi, prestis/gengsi, dan kehormatan; (2) pengetahuan khusus berdasarkan penelitian ilmiah dan teori-teori; (3) pelatihan dan kualifikasi yang tinggi dalam jangka panjang; (4) otonomi dan mekanisme dibuat oleh anggotanya dalam menentukan standar kompetensi; (5) mempunyai kode etik; (6) mengutamakan pelayanan (public commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
service); dan (7) pengawasan kondisi pelayanan. Sementara itu, Usman (2008: 15), mengemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut. a) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. d) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. e) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. f) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. g) Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya. h) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat. Rumusan pengertian di atas dapat memberikan pengertian bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang dipergunakan langsung bagi kemaslahatan orang lain. Dapat pula dikatakan bahwa suatu pekerja profesional pada hakikatnya adalah seorang yang melakukan pelayanan atau pengabdian yang dilandasi dengan kemampuan profesional serta falsafah hidup yang mantap. Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang mantap sebagai tenaga kependidikan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
3) Guru Profesional Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, pada pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan/materi pelajaran yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan kata lain, guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik (Agung, 2006). 4) Tugas, Peran, dan Kode Etik Guru a) Tugas Guru Menurut Usman (2008: 6-8), guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam
menyelesaikan
berbagai
persoalan.
Tampaknya
masyarakat
mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di belakang memberi dorongan dan motivasi. Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. b) Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Usman (2008: 9-12) mengemukakan bahwa peran guru yang dianggap paling dominan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut. 1) Guru sebagai demonstrator Sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2) Guru sebagai pengelola kelas Sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar menjadi lingkungan yang baik sehingga kegiatan belajar mengarah pada tujuan pendidikan. 3) Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar.
Sebagai
fasilitator,
guru
hendaknya
mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar. 4) Guru sebagai evaluator Guru sebagai penilai hasil belajar siswa hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. c) Kode Etik Guru Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong kedalam suatu profesi adalah memiliki kode etik. Begitu pula dengan profesi guru. Beberapa kode etik guru yang telah dirumuskan oleh PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) adalah sebagai berikut. 1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila. 2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menetapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing. 3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. 4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya demi kepentingan anak didik. 5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
6) Guru secara sendiri maupun bersama-sama mengembangkan mutu profesi. 7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja, maupun dalam hubungan keseluruhan. 8) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan organisasi profesi sebagai sarana pengabdian. 9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. b. Kompetensi Profesionalisme Guru Hamalik (2008: 42-43), mengemukakan bahwa profesionalisme guru mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribadian, keilmuan dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya. Peran guru sebagai pendidik dan pengajar dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan terutama terhadap inovasi pendidikan. Guru profesional di samping mereka berkualifikasi akademik juga dituntut memiliki kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. (1) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (2) Kompetensi
kepribadian
merupakan
kemampuan
personal
yang
mencerminkan kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (3) Kompetensi
sosial
adalah kemampuan pendidik berkomunikasi
dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi profesional
adalah
kemampuan
pendidik
dalam
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008: 15-18). (4) Kompetensi profesional merupakan penguasaan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dan penguasaan struktur serta metode keilmuan. Penguasaan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi meliputi pemahaman materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; pemahaman struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; pemahaman hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, penguasaan struktur serta metode keilmuan merupakan penguasaan langkahlangkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi (Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi dalam (Kunandar, 2007: 77). Peraturan Pemerintah (PP) No.74 Tahun 2008 tentang guru Bab II Pasal 3 ayat (7), kompetensi profesional yang merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan (2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. c. Sertifikasi Guru 1) Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Sertifikasi Guru Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3) meningkatkan martabat guru, (4) meningkatkan profesionalitas guru (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008: 5). Selanjutnya, manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut. a) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. c) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku. d) Meningkatkan kesejahteraan guru. 2) Prinsip Sertifikasi a) Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. b) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan kesejahteraan guru. c) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis. e) Menghargai pengalaman kerja guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
f) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah. 3) Syarat dan Penetapan Peserta Sertifikasi Guru a) Persyaratan Peserta 1) Persyaratan Umum (a) Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan Nasional kecuali guru pendidika agama. Sertifikasi guru bagi guru pendidikan agama dan semua guru yang mengajar di madrasah diselenggarakan oleh Kementerian Agama dengan kuota dan aturan penetapan peserta dari Kementerian Agama (Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal PMPTK dan Sekretaris Jenderal Departemen Agama Nomor SJ/Dj.I/Kp.02/1569/ 2007, Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007). (b) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan: bagi pengawas satuan pendidikan selain dari guru yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (1 Desember 2008), atau bagi pengawas selain dari guru yang diangkat setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru harus pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru. (c) Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari Bupati/Walikota atau dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota. (d) Pada tanggal 1 Januari 2012 belum memasuki usia 60 tahun. (e) Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). .(Permendiknas No. 11 Th 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2) Persyaratan Khusus Untuk Guru yang Mengikuti Penilaian Portofolio dan PLPG a)
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan. b)
Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS)
minimal 6 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang bersangkutan sudah menjadi guru c)
Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila: pada 1 Januari 2011 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat). 3) Persyaratan Khusus untuk Guru yang mengikuti Pemberian Sertifikat Secara Langsung (PSPL) (a) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik magister (S-2) atau doktor (S-3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
(b) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c. .(Permendiknas No. 11 Th 2011) b) Penetapan Peserta 1) Ketentuan Umum (a) Semua guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut di atas mempunyai kesempatan yang sama untuk ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru. (b) Penetapan peserta untuk jenis dan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan SMK dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota,
sedangkan
untuk
satuan
pendidikan
SLB
dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi. (c) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang sudah mengikuti sertifikasi guru pada tahun sebelumnya tetapi belum lulus, dapat mendaftarkan kembali sebagai peserta. (d) Penetapan peserta dilakukan dan secara transparan melalui NUPTK Online yang sudah menampilkan data guru yang memenuhi persyaratan dan mengikuti urutan prioritas yang telah ditentukan. (e) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota harus memberikan alasan tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan apabila ada peserta yang seharusnya belum mendapat giliran tetapi ditetapkan sebagai peserta. (f) Dinas
pendidikan
provinsi/kabupaten/kota
dapat
menunda
seseorang yang seharusnya sudah masuk kuota karena alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya mendapatkan sangsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
kepegawaian yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang. (g) Calon
peserta
sertifikasi
guru
tahun
2011
tidak
akan
dialihtugaskan pada jabatan lain baik fungsional maupun struktural pada tahun 2012, kecuali diangkat dalam jabatan pengawas. (h) Penetapan peserta final hasil verifikasi akhir diumumkan secara terbuka melalui pertemuan dengan kepala sekolah, papan pengumuman
di
LPMP
dan
dinas
pendidikan
provinsi/
kabupaten/kota, atau media lain. (i) Dinas pendidikan kabupaten/kota mencetak Format A1 dan menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Peserta Sertifikasi Guru beserta Daftar Nama Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2011 setelah seluruh proses penetapan peserta selesai. 2) Apabila ada guru calon peserta sertifikasi yang mengundurkan diri, keikutsertaannya dapat diganti oleh guru calon peserta sertifikasi yang lain sesuai urutan prioritasnya. .(Permendiknas No. 11 Th 2011) c) Urutan Prioritas Penetapan Peserta Guru yang dapat langsung masuk mengisi kuota sertifikasi guru adalah sebagai berikut. (a) Semua guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang memenuhi persyaratan dan belum memiliki sertifikat pendidik. (b) Semua guru yang mengajar di daerah perbatasan, terdepan, terluar7yang memenuhi persyaratan, (c) Guru dan kepala sekolah berprestasi peringkat 1 tingkat provinsi atau peringkat 1, 2, dan 3 tingkat nasional, atau guru yang mendapat penghargaan internasional yang belum mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan pada tahun 2007 s.d 2010. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
(d) Guru yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat secara langsung, (e) Guru SD dan SMP yang telah terdaftar dan mengajar pada sekolah yang menjadi target studi sertifikasi guru, Guru lainnya yang tidak masuk ketentuan di atas ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru berdasarkan kriteria urutan prioritas sebagai berikut: (1) masa kerja sebagai guru, (2) usia, (3) pangkat dan golongan, (4) beban kerja, (5) tugas tambahan, (6) prestasi kerja.(Permendiknas No. 11 Th 2011) 4) Mekanisme Sertifikasi Guru Menurut Trianto dan Tutik (2007:27), mekanisme sertifikasi guru dapat dilakukan melalui dua bentuk, yaitu sertifikasi bagi calon guru untuk menjadi guru professional dan sertifikasi bagi guru yang sudah memiliki jabatan (sertifikasi guru dalam jabatan). Penjelasanya sebagai berikut: a)Sertifikasi bagi calon guru Sertifikasi bagi calon guru dapat ditempuh setelah yang bersangkutan memiliki kualifikasi pendidikan minimal (S1/D4) baik yang berlatarbelakang kependidikan maupun non-kependidikan dengan syarat bahwa kesarjanaan tersebut relevan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta mata pelajaran yang akan diampu (Trianto dan Tutik 2007:27). Sertifikasi bagi calon guru dilakukan melalui pendidikan profesi, dipadukan dengan uji kompetensi guru pada akhir pendidikan profesi dan dilakukan secara terintegrasi. b)Sertifikasi guru dalam jabatan Berbeda dengan sertifikasi bagi calon guru, sertifikasi guru dalam jabatan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu, Pertama, bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimum S1/D4, maka yang bersangkutan harus mengikuti program peningkatan kualifikasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
akademik sesuai dengan bidang studi pada perguruan tinggi yang terakreditasi yang dilanjutkan dengan pendidikan profesi guru dengan memperhatikan penilaian hasil belajar melalui pengalaman sampai lulus sebelum mengikuti sertifikasi melalui uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Kedua, bagi guru yang memiliki kesarjanaan non-kependidikan yang belum memiliki akta IV sampai berlakunya UUGD, maka yang bersangkutan harus mengikuti terlebih dahulu pendidikan profesi guru dengan mempertimbangkan penilaian hasil belajar melalui pengalaman sebelum mengikuti sertifikasi melalui uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, bagi guru yang memiliki kesarjanaan atau diploma empat kependidikan dan non-kependidikan yang sudah memiliki akta IV langsung mengikuti sertifikasi guru melalui uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah. 5) Sertifikat Pendidik Merujuk pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, menuntut bahwa guru dan dosen wajib memiliki sertifikat pendidik sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan (sertifikat) dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
tugas. Menurut Trianto dan Tutik
(2007: 11), guru yang dianggap baik
dalam mengemban tugas profesi mendidik maka ia harus memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11) UUGD adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi persyaratan. Mulyasa (2007: 33-34), sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sementara itu, Kunandar (2007: 79), sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan
tertentu,
setelah
lulus
uji
kompetensi
yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Menurut Kunandar (2007: 79), dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikasi guru merupakan keniscayaan masa depan untuk meningkatkan kualitas dan martabat guru, menjawab arus globalisasi dan menyiasati sistem desentralisasi. 2. Hasil penelitian yang relevan Pamela Esprivalo Harrell and Mary Harris. Penelitian tersebut berjudul “Teacher Preparation without Boundaries: A Two-Year Study of an Online Teacher Certification Program” Journal of Technology and Teacher Education tahun 2006; 14, 4; Academic Research Library. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
program sertifikasi guru secara online yang bernama The Online Post Baccalaureate Program berhasil dengan baik dalam mencapai tujuan selama 2 tahun pelaksanaannya. Penelitian ini mengindikasikan keberhasilan program sertifikasi online dalam (a) pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya kandidat yang memasuki program itu termasuk etnis dan gender; (b) meningkatkan jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT) dalam waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap calon guru yang setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang berkualitas dengan indikator meliputi ujian sertifikasi negara dan menilai dokumen portofolio; dan (d) calon guru puas dengan program sertifikasi online. Simona Popa dan Clementina Acedo. Penelitian yang berjudul “Redefining Profesionalism: Romanian Secondary Education Teachers and the Private Tutoring System” International Journal of Educational Development 26 tahun 2006 98-110. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa profesionalisme guru didefinisikan kembali sebagai seorang yang mempunyai status sosial tinggi, penghasilan tinggi, memiliki pengetahuan khusus, memiliki otonomi dan komitmen profesional. Namun, kenyataannya tak satupun bisa diperoleh di sekolah-sekolah umum di Rumania. Karena banyak lulusan universitas yang memilih pekerjaan selain guru untuk memperoleh gaji yang lebih besar, bahkan banyak guru yang pindah profesi yang menghasilkan gaji yang lebih besar. Tetapi dengan memberikan “pengajaran privat” hal tersebut bisa diperoleh. S.Michael Putman, Lawrence L.Smith, and Jerrell C.Cassady. Penelitian tersebut berjudul “Promoting Change Through Professional Development: The Place of Teacher Intentionality in Reading Instruction” Literacy Research and Instruction tahun 2009 48, 3 Academic Research Library. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa model INTENT (Intentional Teaching Model) dibuat untuk memberikan sebuah metode pengembangan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan perubahan guru dalam praktek membaca. Model tersebut juga efektif dalam mempromosikan perubahan profesional guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dengan menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
prinsip model INTENT, kita yakin tujuan dari kebijakan guru dapat berhasil dengan baik dan hasilnya akan meningkatkan prestasi siswa, yang pada akhirnya juga meningkatkan kualitas bidang pendidikan. B. Kerangka Berfikir Masih banyak guru yang bersertifikat pendidik yang belum optimal dalam melaksanakan tugasnya yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru tentang arti pemberian sertifikat pendidik bagi guru. Yang mana tujuan utama dari pemberian sertifikat pendidik ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dan juga kompetensi guru dalam hal mendidik siswanya, hal ini sesuai dengan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 ayat (7) tentang kompetensi profesional yang merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni dan budaya yang diampunya. Secara garis besar rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengatahui guru yang bersertifikat pendidik dalam melaksanakan tugasnya apakah sesuai dengan standar profesionalisme yang telah ditentukan pemerintah sebelumnya dan juga sejauh mana dampaknya terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali dan juga sejauh mana profesionalitas para guru yang bersertifikat pendidik di SMK Sawit dalam meningkatkan dan juga menggembangkan diri mereka dalam proses belajar mengajar. Dan sejauh mana mereka kepekaan mereka terhadap perkembangan jaman yang terus berganti yang dibarengi dengan tuntutan masyarakat unntuk memeperoleh pendidikan yang bermutu. Guru bersertifikat sertifikasi pendidik
Aspek kopetensi guru profesional bersertifikat pendidik, meliputi: 1. kompetensi pedagogik 2. kompetensi kepribadian 3. kompetensi sosial 4. kompetensi profesional Penerapan kompetensi professional guru dalam pembelajaran
Gambar. 1. Kerangka Berfikir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang beralamat di Jalan Jogja-Solo Km 15 Mendosari Sawit. Waktu dalam penelitian ini selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Pebruari 2012 hingga April 2012.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi karena penelitian ini dilaksanakan pada kondisi yang alamiah dan bersifat budaya. Peneliti langsung ke sumber data yaitu profesionalisme guru
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali dan peneliti adalah instrumen kunci. Maksud penggunaan metode ini adalah untuk memahami sudut pandang guru SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali dalam tugasnya sebagai guru profesional yang telah bersertifikat pendidik dalam mengembangkan profesionalismenya, hubungannya dengan dunia pendidikan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Metode penelitian etnografi melibatkan aktivitas mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami (Spradley, 2007: 5). Etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat. Para peneliti pada tahap awal menjadi orang yang dibimbing oleh masyarakat, karena tanpa belajar dari masyarakat tentu peneliti akan susah untuk beradaptasi.
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
C. Data dan Sumber Data Lofland dalam Moleong (2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini berupa data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan pandangan-pandangan tentang ciri-ciri profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri Kabupaten Boyolali. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah informasi-informasi mengenai penguasaan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri Kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran dan penguasaan teknologi yang mendukung pembelajaran. Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber data dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi informan atau narasumber, tempat dan peristiwa/aktivitas, dan arsip/dokumen. 1.
Informan atau narasumber, yang terdiri dari guru bersertifikat pendidik, siswa, dan kepala sekolah di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali a) Guru
bersertifikat pendidik diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penguasaan materi pelajaran yang meliputi pemahaman materi ajar secara luas dan mendalam; pemahaman materi yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; pemahaman hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru bersertifikat pendidik diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penguasaan teknologi yang mendukung pembelajaran yang meliputi penguasaan TIK dan langkah-langkah pelaksanaan PTK. b) Siswa diharapkan dapat memberikan informasi tentang penguasaan guru bersertifikat pendidik terhadap materi pelajaran meliputi penyampaian standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), manfaat serta tujuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
belajar, keterkaitan antara mata pelajaran yang diampu dengan mata pelajaran lain, penerapan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari dan penguasaan guru bersertifikat pendidik terhadap
TIK yang mendukung
pembelajaran, apakah guru memanfaatkan TIK atau tidak dalam kegiatan belajar mengajar. c) Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik, pemanfaatan TIK dalam mendukung pembelajaran
serta
langkah-langkah
pelaksanaan
PTK
yang
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Tempat dan peristiwa/aktivitas, yang terdiri dari kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. Sumber data tempat dan peristiwa/aktivitas ini diharapkan dapat memberikan berbagai informasi tentang kondisi riil yang terjadi di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. 3. Arsip dan dokumen yang berupa perangkat pembelajaran, dokumentasi kegiatan belajar mengajar dan monografi SMK Sawit Kabupaten Boyolali. D. Teknik Pengambilan Sampel Atau Cuplikan Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses suatu pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (Sutopo, 2002:55). Sampel (cuplikan) adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Teknik pengambilan sampel (cuplikan) dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi statistik atau sekedar mewakili populasinya, tetapi lebih mengarah pada generalisasi teoritis. Teknik cuplikan ini dengan berbagai alasannya ini sering juga dinyatakan sebagai criterion-based selection dari pada probability sampling ( Goetz & LeComte, 1984 dalam Sutopo, 2002:56) . Cuplikan ini memberikan kesempatan maksimal pada kemampuan peneliti untuk menyusun teori yang dibentuk dari lapangan (grounded theory) dengan sangat memperhatikan kondisi lokal dengan kekhususan nilai-nilai (idiografis). Kadang-kadang cuplikan sangat bersifat terbuka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
seperti halnya pada jenis cuplikan yang disebut ”Snow-Ball Sampling” (ying, 1987), yang berupa penggunaan sampling tanpa persiapan tetapi mengambil orang pertama yang dijumpai, dan selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling berikutnya sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam, ibarat bola salju yang menggelinding, semakin jauh semakin besar. Sampel dalam penelitian ini adalah guru yang mempunyai sertifikat pendidik yang mengajar di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan pendekatan etnografi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam (in-depth interviewing), dengan wawancara mendalam bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan (Bungin, 2008: 67). Wawancara ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian (Pawito, 2007: 133). Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua informan, yaitu guru bersertifikat pendidik, kepala sekolah, dan siswa di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. 2. Observasi Observasi yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang tidak mengikutsertakan peneliti di dalam kegiatan yang diamati, tetapi hadir di tengah-tengah kegiatan tersebut. Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley, 2007). Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali, kegiatan pokok warga SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali, dan kegiatan informan sehari-hari di lingkungan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3. Mencatat Dokumen (Content Document) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2007: 240). Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan datadata yang bersumber dari dokumen atau arsip yang terdapat di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali, yaitu perangkat pembelajaran, dokumentasi kegiatan belajar mengajar, PTK yang telah dilaksanakan dan monografi SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. F. Uji validitas data Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitan ini Patton (1984) menyatakan bahwa ada empat macam tehnik triangulasi, yaitu; (1) triangulasi
data
(data
triangulation),
(2)
triangulasi
peneliti
(investigator
triangulation), (3) triangulasi metodelogis (methodological triangulation) dan (4) triangulasi teoritis (theoretical triangulation). Triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah tehnik triangulasi data, menurut istilah Patton ini juga sering disebut sebagai triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda ( Sutopo, 2002:78-79). Penelitian ini menggunakan triangulasi data dengan jalan wawancara mendalam, observasi dan mencatat dokumen. Data yang diperoleh berfungsi untuk penguatan keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data (cross cek data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
hasil pengamatan). Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan kepala sekolah itu sendiri. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya) yang terjadi secara bersamaaan (Miles dan Huberman dalam Pawito, 2007). Dalam teknik analisis ini, tiga alur analisisnya yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Peneliti dalam melaksanakan proses ini aktivitasnya tetap bergerak di antara alur analisis dengan pengumpulan datanya selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Selanjutnya peneliti hanya bergerak di antara tiga alur analisis tersebut sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif. Sumber: Milles and Hubberman, 1984:15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Reduksi data dilakukan dengan mengklasifikasikan data yang sejenis dan memberi kode. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diklasifikasikan sesuai dengan pokok masalah. Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan-kesimpulan atau keputusankeputusan yang sebenarnya sudah dimulai dilakukan bersamaan dengan reduksi dan penyajian data. Pawito (2007: 106), peneliti dalam kaitan ini masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti. H. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap; yaitu: 1. Tahap Awal Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, yaitu: a) Mengurus surat ijin penelitian ke jurusan b) Menentukan lokasi penelitia : yaitu di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali c) Meninjau lokasi terpilih sebagai lokasi penelitian untuk secara sepintas mempelajari keadaannya, serta kemungkinan memilih informan yang tepat, khususnya warga lingkungan sekolah SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali, yaitu guru; kepala sekolah dan siswa. d) Menyusun proposal penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data ( daftar pertanyaan dan petunjuk observasi), dan juga menyusun jadual kegiatan secara rinci. e) Memilih dan melatih pembantu penelitian agar mampu secara tepat mengumpulkan data dan mencatat dengan lengkap dan benar. 2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanan penelitian ini Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini mengumpulkan data-data tentang ciri-ciri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali
yang
meliputi
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 3. Tahap Akhir Dalam tahap akhir penelitian ini, peneliti ; a) Melakukan analisis awal, bila unit data di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali b) Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matriks bagi kepentingan analisis data lanjut. c) Melakukan analisis di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali, dan mengembangkan matrik antarkasus. d) Melakukan verivikasi, pengayaan, dan pendalaman data. Bila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih terfokus. e) Melakukan analisis antarkasus. Semua hasil analisis di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali disatukan dalam proses analisis antarkasus, dan dikembangkan struktur sajian datanya bagi sususunan laporan f) Merumuskan temuan akhir sebagai temuan penelitian g) Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian. h) Penyusunan laporan penelitian awal i) Reviu laporan: melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara j) Perbaikan laporan, dan disusun sebagai laporan akhir k) Perbanyak laporan sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Prosedur Kegiatan Penelitian Proposal
Tahap Awal
Perumusan Masalah
Pemilihan Kasus
Kerangka Berfikir
Protocol Penelitian Dan Rancangan Pengumpulan Data
Tahap Pelaksanaan
Mengumpulkan data-data tentang ciri-ciri profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali
Tahap Akhir
Menganalisis data-data tentang ciri-ciri profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali
Menarik Kesimpulan, Verifikasinya, dan Uji Validitas Data
Penyususnan Laporan Penelitian
Gambar.3. Prosedur Kegiatan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian tentang Analisis Profesionalisme Guru Bersertikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali dilakukan di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali pada tahun pelajaran 2011/2012,yang ber-status negeri dan kegiatan pembelajaran dilakukan pada pagi hari.Beralamat di jalan Solo-Jogja Km 15 Bendosari Sawit Boyolali RT/RW:):02/1 di Desa Bendosari,Kecamatan Sawit, Kabupaten/Kota Boyolali,Kode Pos 57374,Telp/Fax:(0271)7686920,No Statistik Sekolah: 321030908027, Akreditasi Sekolah pada Tahun 2010 dengan Peringkat B dengan program keahlian yaitu: a)Tehnik Kendaraan Ringan(TKR),b)Tehnik Komputer dan Jaringan,c)Farmasi. SMK Negeri 1 Sawit Boyolali dipimpin oleh Drs. Jasmanto dengan NIP 19600917 198603 1 011 menjabat sebagai kepala sekolah selama 2 tahun 8 bulan dengan pangkat/golongan Pembina/IVa. Beliau lahir di Boyolali, 17 September 1960 beragama Islam bertempat tinggal di Gombang RT 09/RW II
Desa
Gombang kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 1. Visi Menurut Gaffer dalam Mulyasa (2006: 176) visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan meluas yang merupakan daya pikir yang abstrak, yang memiliki kekuatan yang amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik dan tempat. Visi sekolah juga dapat diartikan sebagai gambaran sekolah yang dicita-citakan di masa depan dan merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang. Visi sekolah harus berorientasi pada tujuan pendidikan dasar dan tujuan pendidikan nasional. Visi dari SMK Negeri 1 Sawit Boyolali adalah:
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Mempersiapkan SDM yang professional, mampu bersaing di era globalisasi, menguasai iptek, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Misi Misi adalah suatu rumusan tugas, kewajiban dan wewenang organisasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan bidang ilmu serta dalam rangka pengabdian diri. Lebih singkatnya misi sekolah merupakan tindakan strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Misi SMK Negeri 1 Sawit Boyolali adalah membekali murid agar menjadi warga negara yang : a. Santun, beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia b. Antusias belajar dalam menguasai iptek c. Wawasan luas dan mampu berkompetisi d. Inovatif, kreatif dalam berkarya e. Tangguh dalam menghadapi tantangan global 3. Tujuan Sekolah Tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2006: 179). Tujuan sekolah yang dimiliki Negeri 1 Sawit Boyolali yang tidak jauh dari tujuan pendidikan satuan pendidikan yaitu diantaranya. a. Meningkatkan Status SMK Negeri 1 sawit dari SMK bertaraf daerah menuju SMK bertaraf b. Nasional dan menuju sekolah bertaraf Internasional. c. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan melalui penataran, magang industri dan d. kursus - kursus. e. Meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran normatif, adaftif dan produktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
f. Meningkatkan kualitan dan kuantitas sarana prasarana sekolah g. Meningkatkan
prestasi
kegiatan
kesiswaan
melalui
kegiatan
kesiswaan, ekstrakurikuler h. Meningkatkan pemasaran Lulusan dilapangan kerja di dunia usaha dan dunia industri 4. Struktur Organisasi Setiap organisasi pada suatu lembaga pendidikan selalu mempunyai struktur. Struktur ini menurut penggabungan kerja beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ada dua tujuan pada organisasi ini, yaitu tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan pada lembaga tersebut khususnya. Berikut ini disajikan bagan struktur organisasi SMK Negeri 1 Sawit Boyolali. Komite Sekolah
Wakasek Urusan Kesiswaan
Kepala Sekolah
Kepala Tata Usaha
Wakasek Urusan Sarana/Prasarana
Wakasek Urusan Kurikulum
Koordinator BP
Wakasek Urusan Humas
Guru-Guru
Seluruh Siswa Kelas X, XI, dan XII
Gambar 4 Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Sawit Boyolali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Jalinan kuat Pengaruh Pengaruh timbal balik Jalinan lemah Keterangan: 1) Kepala Sekolah Kepala Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan di sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah yang dipimpinnya, diantaranya melakukan kegiatan-kegiatan menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat statistik dan menyusun laporan. 2) Komite Sekolah Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan. 3) Kepala Tata Usaha Tugas dari tata usaha yaitu mengurusi segala bentuk administrasi yang digunakan di sekolah, baik perencanaan, penyusunan sampai membuat laporan. 4) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan yaitu menerima murid baru, kegiatan ekstra kurikuler, pembinaan OSIS dan tata tertib 5) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yaitu pengelolaan sistem kredit, pembagian belajar mengajar, penilaian dan kegiatan kurikuler. 6) Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana / Prasarana Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Sarana / Prasarana yaitu inventarisasi sarana / prasarana, pendayagunaan, pemeliharaan, keuangan dan kelengkapan format kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
7) Wakil Kepala Urusan Humas Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas yaitu kerja sama dengan komite sekolah, pengelolaan dan pengembangan program Sekolah, serta peringatan hari-hari besar. 8) Guru guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Fungsi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk peningkatan
mutu
pendidikan
tersebut
maka
tugas
guru
dikelompokkan menjadi tiga jenis kegiatan yaitu tugas mengajar, tugas pembinaan ekstra kurikuler dan tugas bimbingan belajar. 9) Koordinator BP Tugas dari Koordinator BP adalah menyusun program BP / Bk, monitor program BP / BK dan mengkonsulidasikan BP / BK. Peran BP dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa, baik keluhan-keluhan yang kaitannya dengan pembelajaranya maupun permasalahan-permasalahan pribadi siswa yang dapat menghambat kegiatan belajar. 10) Siswa Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 5. Jumlah guru, karyawan, fasilitas dan siswa Jumlah tenaga guru SMK Negeri 1 Sawit Boyolali 85 orang dengan asumsi 47 orang guru PNS dan 38 orang guru tidak tetap komite, dari jumlah ini telah membuktikan bahwa SMK Negeri 1 Sawit Boyolali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
memiliki mutu pendidikan yang unggul. Seluruh tenaga guru tersebut tentunya telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang mendukung profesi guru yang diemban. Tenaga guru dengan lulusan S1 berjumlah 55% dari jumlah guru yang ada, dan keseluruhan tenaga guru ataupun karyawan semuanya dalam kondisi yang cukup mendukung sesuai dengan jabatan masing-masing. Tabel 1 Perincian Jumlah Guru dan Karyawan SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012 No. Guru Jumlah 1. Kepala Sekolah 1 2. Wakil Kepala Sekolah 4 3. Guru Tetap 42 4. Guru Tidak Tetap 38 5. Tata Usaha (TU) (PNS) 4 6. PTT 14 Jumlah 103 Fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali meliputi 1 ruang kepala sekolah,1 ruang wakil kepala sekolah,1 ruang tata usaha (TU), 1 ruang guru dan pengajaran, 25 ruang kelas/teori, 1 ruang laboratorium komputer, 2 ruang laboratorium otomotif,1 ruang laboratorium farmasi, 1 ruang meeting practice room,1 ruang mushola,1 ruang wudhu, 1 ruang kantin, 2 ruang tempat sepeda,1 ruang koperasi, 1 ruang OSIS, 1 ruang UKS, 1 ruang BP/BK,16 ruang WC/kamar mandi, 1 ruang rumah penjaga, 1 ruang pos jaga. Fasilitas belajar multimedia yang dimiliki meliputi 9 laptop, 29 komputer PC, 7 LCD,1 scanning komputer, 2 televisi, 3 OHP layar, 3 kamera digital, dan 1 handycam. Secara umum, seluruh fasilitas yang ada dalam keadaan baik sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 2 Perincian Jumlah Prasarana SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012 No
NamaRuang/Area Kerja
A 1. 2. B 1 2 3 C 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
RuangPembelajaranUmum R. Kelas R. Lab. Komputer RuangKhusus (Praktik) R. PraktekTKJ R. PraktekTKR R. PraktekFarmasi RuangPenunjang RuangKS&Wakil Ruang Guru RuangPelayananAdministrasi (TU) BP/BK Ruang OSIS Koperasi RuangIbadah Ruang Toilet RuangGudang
Jumlah Ruang
25 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 16 1
Peran siswa di sekolah sangat diutamakan, secara umum telah memiliki kegiatan yang terprogram yaitu kegiatan pokok yang meliputi (a) kegiatan intrakulikuler yang terdiri dari kegiatan belajar mengajar (KBM), tambahan jam pelajaran kelas XII untuk mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, dan produktif. (b) kegiatan ekstrakulikuler yang merupakan kegiatan penunjang prestasi siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diadakan untuk menyalurkan bakat, ketrampilan serta membentuk watak dan sikap sebagai manusia disiplin, berakhlak dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 3 Keadaan Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012 No. Komp. Kelas Rombel Jumlah Mengulang Keahlian (KK) 1. TKR X 4 144 5 XI 4 136 1 XII 4 135 -2. TKJ X 4 144 2 XI 4 142 2 XII 3 106 -3. Farmasi X 2 72 -XI 2 72 -XII ---Jumlah 27 951 10 Kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali meliputi pramuka, bola voli, peraturan baris berbaris (PBB) dan tata urutan upacara bendera (TUB), patroli keamanan sekolah (PKS), bela diri, dan musik (band). Manfaat kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah setidaknya banyak membantu guna mengembangkan bakat dan kemampuan masing-masing siswa. Apresiasi dari bakat siswa setidaknya mampu membantu prestasi seseorang guna menunjukkan kemampuan diri baik dari segi pendidikan ataupun unjuk kemampuan diri yang akan berdampak positif. Adanya prestasi yang gemilang akan membawa nama baik sekolah, sehingga akan membawa dampak yang baik terhadap keberadaan sekolah itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
B. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran. SMK Negeri kabupaten Boyolali memiliki berbagai macam program keahlian yang berbeda-beda antara SMK Negeri yang satu dengan SMK Negeri yang lain. Berdasarkan wawancara, observasi di lapangan dan dokumentasi, di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali memiliki tiga program keahlian yaitu tehnik kendaraan ringan, farmasi, dan tehnik computer dan jaringan. Menurut dokumentasi yang ada, standar kompetensi lulusan (SKL) setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa berbeda pada masingmasing program keahlian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang SKL untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL tersebut meliputi SKL minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, SKL minimal kelompok mata pelajaran, dan SKL minimal mata pelajaran. Penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang materi pelajaran terkait dengan penguasaan guru tentang SKL minimal mata pelajaran SMK pada masing-masing program keahlian. Berdasarkan lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006, perbedaan materi SMK pada setiap program keahlian terletak pada jumlah kompetensi. Hal ini juga disampaikan oleh Informan 2, guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit dalam wawancara, beliau mengatakan: Perbedaan materi matematika pada masing-masing program keahlian terletak pada jumlah kompetensi. Untuk program keahlian teknik kompetensinya lebih banyak, 18 standar kompetensi. Sedangkan program keahlian akuntansi, penjualan dan administrasi perkantoran kompetensinya lebih sedikit, 12 standar kompetensi. Kemudian untuk program keahlian pariwisata dan teknologi kerumahtanggaan paling sedikit standar kompetensinya dari pada program keahlian yang lain, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
hanya 10 standar kompetensi. Perbedaan materi dan kompetensi tersebut sudah ada dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang SKL. Guru matematika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit menguasai materi matematika pada masing-masing program keahlian. Berikut hasil observasi di kelas X-Tkr.2 semester 2, guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 2 di SMK Negeri 1 Sawit. Observasi dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Juni 2012 pukul 12.15 – 13.30 WIB, pada kompetensi Barisan dan Deret. Berdasarkan hasil observasi, guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 2 menguasai materi matematika pada kompetensi barisan dan deret. Guru juga memberikan contoh aplikasi penerapan konsep deret aritmatika dalam kehidupan sehari-hari seperti rapat OSIS dan rapat RT. Pembelajaran matematika menjadi lebih hidup dan bermakna bagi siswa dengan diskusi kelompok. Hasil diskusi masing-masing kelompok tersebut dipresentasikan ke depan kelas kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, guru sebagai fasilitator selama pembelajaran matematika berlangsung. Salah
satu
kemampuan
profesional
guru
adalah
merancang,
merencanakan, dan mengembangkan program pembelajaran. Oleh karena itu, penguasaan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran dapat diamati pada pembuatan RPP. Berdasarkan wawancara, dokumentasi serta observasi di lapangan, RPP di buat oleh guru agar pembelajaran terlaksana dengan baik dan sesuai dengan rencana. Wawancara dengan seorang guru fisika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3, mengatakan: RPP kami buat tergantung pada kompetensi dasar yang akan kita sampaikan, misalnya jika kompetensi dasar tersebut harus selesai dalam tiga kali pertemuan maka satu RPP untuk tiga kali pertemuan. Sementara itu, guru PKN bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5, mengatakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
RPP kami buat bersama-sama per KD pada awal semester sehingga dalam satu tahun ajaran kami buat dua kali, yaitu pada awal semester gasal dan awal semester genap. RPP tersebut dirancang kemudian dianalisis bersama rekan guru yang lain. Senada dengan hal tersebut, Kepala SMK Negeri 1 Sawit, Informan 1 juga menyatakan: Perangkat pembelajaran kami buat pada awal tahun ajaran baru sebelum minggu efektif pelajaran dimulai, sehingga dalam satu tahun ajaran kami buat dua kali, yaitu pada awal semester I dan II. Untuk RPP tidak kami buat tiap kali pertemuan/sebelum mengajar, jadi memang harus direncanakan terlebih dahulu dalam satu semester sebelumnya sehingga sudah ada persiapan. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menyampaikan SK dan KD pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, SK dan KD disampaikan oleh Bapak/Ibu guru ketika mengajar matematika pada awal materi untuk memotivasi siswa dalam belajar. Wawancara dengan seorang guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6 mengatakan: Setiap pergantian materi pelajaran, pada awal materi saya menyampaikan kepada siswa tentang SK dan KD serta tujuan dari pembelajaran yang akan diberikan. Hal tersebut saya lakukan agar siswa dapat mengetahui arah pembelajaran dan manfaat belajar matematika sehingga siswa lebih serius belajar. Hal ini juga bisa memotivasi siswa dalam belajar matematika. Hal senada juga diungkapkan oleh Informan 7, siswi SMK Negeri 1 Sawit kelas X -TKJ, guru pengampu fisika (Informan 4), dia mengatakan: Standar kompetensi dan kompetensi dasar disampaikan oleh beliau ketika memulai materi baru. Beliau juga mengulang sedikit materi yang telah disampaikan sebelumnya untuk menguji pemahaman siswa sebelum beliau melanjutkan ke materi baru. Sementara itu, guru fisika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3, mengungkapkan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar saya sampaikan pada waktu apersepsi sesuai dengan apa yang tertulis dalam RPP saya. Berdasarkan wawancara, banyak keterkaitan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain. Misalnya dalam pembelajaran tingkat SMK berkaitan dengan mata pelajaran, fisika, bahasa Indonesia dan sebagainya. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru menyampaikan kepada siswa tentang hubungan mata pelajaran yang diampu dengan pelajaran yang lain agar siswa lebih termotivasi dalam belajar karena mengetahui manfaat belajar. Berkaitan dengan ini, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6, mengatakan: Banyak sekali mata pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran matematika, sesuai dengan bidangnya misalnya, bidang keahlian bisnis manajemen materi penyusutan dan hitung keuangan mengarah ke mata pelajaran akuntansi. Kemudian bidang keahlian teknik komputer dan jaringan misalnya, kita belajar tentang logika mengarah pada rangkaian arus listrik, terkait dengan mata pelajaran fisika (and or not, rangkaian seri, paralel). Berkaitan dengan hal ini, guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 4 mengatakan: Mata pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran fisika yaitu matematika, elektronika, dan bahasa Indonesia ketika kita membaca grafik ataupun diagram bisa kita hubungkan dengan statistik. Hampir semua mata pelajaran bisa kita kaitkan dengan mata pelajan lain. Agar pembelajaran lebih bermakna, kami selalu berusaha untuk mengaitkan mata pelajaran lain dengan kehidupan kita sehari-hari agar lebih bisa dipahami oleh siswa tentang hakikat belajar. Berkaitan dengan ini, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5 mengatakan: Materi pelajaran PKN yang terkait dengan kehidupan sehari-hari yang saya gunakan contoh dalam pembelajaran PKN misalnya kerukunan. Misalnya, mengamati kerukunan antar masyarakat dan umat beragama, dan bagaimana menghormati antar sesama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Sementara itu, Informan 6, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawitmengatakan: Setiap mengajar kita selalu berusaha untuk menerapkan metode CTL (Contextual Teaching and Learning). Sebagai contoh, ketika kita mengajar program linear bisa kita kontekstualkan dengan manajemen dalam kehidupan sehari-hari. Seperti me-manage suatu perusahaan untuk mencari laba maksimum. Kemudian belajar bilangan real itu dikontekstualkan dengan menghitung rugi laba dan prosentasenya dalam kehidupan sehari-hari. Agar supaya siswa termotivasi dalam belajar, kami selalu memberikan contoh-contoh manfaat belajar bagi kehidupan mereka. Berkaitan dengan ini, guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5 mengatakan: Motivasi selalu saya tanamkan ke anak-anak sebenarnya kan PKN sangat dekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari, dengan cara saya berikan contoh-contoh kecil seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya tentang kerukunan, yang mana dengan ini diharapkan siswa dapat memahami dalam artian yang luas nantinya. 2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran. Sebagai guru bersertifikat pendidik, penguasaan tentang teknologi yang mendukung pembelajaran sudah seharusnya dikuasai dan diaplikasikan dalam kegiatan belajar. Berdasarkan wawancara dengan informan, teknologi bisa dijadikan salah satu media pembelajaran untuk memotivasi siswa agar lebih berminat belajar. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi TIK dan penulisan karya ilmiah seperti PTK. Berikut ini hasil wawancara dengan beberapa informan tentang penguasaan TIK guru di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali. Wawancara dengan guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6, mengatakan: TIK yang mendukung pembelajaran matematika meliputi internet, pemakaian LCD dan laptop. Ketika pembelajaran matematika saya sudah pernah memanfaatkan TIK dalam bentuk slide presentasi power point. Materi tersebut saya peroleh dari diklat peningkatan kompetensi guru LPMP di Semarang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kemudian, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit , Informan 5; mengatakan: Salah satu TIK yang mendukung pembelajaran PKN yaitu penggunaan slide presentasi. Dengan media tersebut, kegiatan belajar siswa seperti nonton film namun, sudah mewakili belajar PKN. Hasil observasi di ruang sidang SMK Negeri 1 Sawit,
guru
matematika bersertifikat pendidik Informan 6. Ruangan ini digunakan untuk pembelajaran matematika kelas XI TKJ semester 2. Observasi ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Juni 2012 pukul 10.15 – 11.45 WIB pada kompetensi irisan kerucut. Berdasarkan hasil observasi, guru matematika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6 sudah memanfaatkan TIK dalam mendukung pembelajaran matematika. Namun, guru tersebut belum membuat sendiri slide presentasi power point pada kompetensi
irisan
kerucut
yang
disampaikan
kepada
siswa
dalam
pembelajaran matematika. Guru mendapatkan slide presentasi power point ketika beliau mengikuti diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang. Seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, guru dituntut lebih aktif, kreatif dan inovatif sehingga metode dan strategi pembelajaran sudah seharusnya memanfaatkan TIK. Namun, fakta di lapangan beberapa guru belum memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran karena berbagai hal. Berdasarkan wawancara dan observasi, kendala guru dalam memanfaatkan TIK yaitu kurangnya kompetensi guru dalam hal tersebut dan masih terbatasnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan tersebut. Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi, dalam setiap ruang kelas SMK Negeri 1 Sawit belum terpasang. Berkaitan dengan kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan TIK, guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3 mengatakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Saya belum memanfaatkan TIK dalam mendukung pembelajaran fisika karena keterbatasan sarana dan prasarana. Beberapa LCD ada di laboratorium produktif dan dipakai untuk mata pelajaran produktif pada masing-masing program keahlian serta mata pelajaran ketrampilan komputer dan pengolahan informasi (KKPi). Kemudian, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Boyolali, Informan 2 menambahkan, beliau mengatakan: Media pembelajaran berbasis TIK yang ada di sekolah ini meliputi OHP dan LCD hanya repot untuk membawanya ke kelas. Kami belum menggunakan media tersebut dalam pembelajaran matematika karena kurangnya kompetensi kami di bidang TIK. Kalau LCD itu harus dibawa ke kelas, sementara waktu pelajaran hanya 2 jam pelajaran, ganti jam ganti guru, belum lagi memasang kabel-kabelnya, sehingga repot dan waktu pelajaran banyak yang hilang. Sementara itu, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 4 menyatakan: LCD di setiap ruang kelas belum ada, namun di ruang utama sudah ada. Ruangan tersebut sebagai ruang multimedia untuk melaksanakan rapat, seminar maupun kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang sudah memanfaatkan ruang ini meliputi pembelajaran fisika dan produktif pada tiap-tiap program keahlian. Ruangan ini juga sudah dipakai untuk siswa kelas XII dalam pembelajaran massal matematika menjelang Ujian Nasional (UN). Selain itu, pemanfaatan internet sebagai sumber informasi dalam mendukung pembelajaran mata pelajaran hendaknya sudah menjadi budaya dalam setiap sekolah khususnya SMK. Namun, realita yang terjadi di lapangan belum seperti yang kita harapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan memberikan alasan yang sama tentang penyebab hal tersebut. Tingkat perekonomian orang tua/wali siswa SMK rata-rata menengah ke bawah menjadi kendala utama dalam pemanfaatan internet untuk mendukung pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Berkaitan dengan ini, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3 mengatakan: Tugas fisika belum memanfaatkan internet, tugas yang saya berikan masih manual dari buku kemudian dikerjakan ditulis tangan dan dikumpulkan. Pemberian tugas seperti membuat slide presentasi, makalah fisika dari internet belum saya lakukan. Karena siswa banyak yang belum mempunyai komputer di rumah dan kemampuan ekonomi orang tua siswa yang masuk ke SMK rata-rata menengah ke bawah, padahal kalau tugas dari internet banyak mengeluarkan uang. Jadi, kita mempertimbangkan hal tersebut, kecuali kalau mereka bisa mengakses di sekolah, padahal di sekolah ketersediaan alat juga terbatas. Sementara itu, Informan 2, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, menjelaskan: Saya belum menggunakan teknologi seperti internet, laptop, LCD, OHP dalam pembelajaran matematika. Karena siswa SMK yang tergolong ekonomi menengah ke bawah, sehingga guru belum siap mengimplementasikan internet dalam membantu pembelajaran matematika. Selain itu, internet di SMK ini juga sangat terbatas, baru digunakan oleh siswa program keahlian TKJ. Laptop, LCD, OHP yang ada di SMK ini juga masih sangat terbatas, sehingga penggunaannya pun masih sangat jauh dari optimal. Hal serupa juga diungkapkan oleh Informan 9 , siswi SMK Negeri 1 Sawit
program TKJ (guru pengampu matematika, Informan 2 ),
mengungkapkan: Selama ini, penggunaan TIK seperti laptop, LCD belum dimanfaatkan oleh Informan 2 dalam pembelajaran matematika. Saya lebih senang jika pembelajaran matematika menggunakan multimedia karena lebih menarik perhatian siswa untuk memperhatikan materi yang sedang disampaikan. Namun, hal itu tidak harus setiap hari, kadang kala saja untuk mengulang materi yang sudah disampaikan sebelumnya agar lebih jelas lagi dalam memahaminya. Pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa jika dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan media yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Media yang digunakan dalam pembelajaran tidak harus mahal dan menyulitkan guru serta siswa. Media yang digunakan akan lebih bermakna bagi siswa jika kita hubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan ini, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 2 menjelaskan: Media itu paling cocok digunakan untuk memvisualkan, misalnya pada kompetensi bangun ruang. Selama ini, media yang saya gunakan adalah sesuatu hal yang tersedia disekitar kita, sebagai contoh ketika kita ingin membahas bangun ruang, kita membawa kotak rokok, kotak kapur dan bola pingpong, jarang sekali saya membuat yang betul-betul dipersiapkan khusus untuk itu. Yang penting kita harus siap terlebih dahulu dengan kompetensi yang ingin disampaikan dan harus siap dengan contoh media yang mendukung kompetensi tersebut. Sementara itu, Informan 4, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, mengatakan: Saya belum menggunakan media belajar Fisika dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran fisika masih bersifat konvensional seperti ceramah dan menulis di papan tulis. Namun, kadang-kadang saya membuat LKS untuk mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Sebagai
guru
yang telah bersertifikat
dituntut
untuk
selalu
meningkatkan profesionalisme dalam mengemban amanah sebagai seorang guru. Sehingga guru yang belum menguasai TIK haruslah berusaha meningkatkan penguasaan TIK sebagai penunjang profesionalismenya. Berdasarkan wawancara dengan guru, beliau lebih merasa kesulitan dalam belajar TIK karena sudah berkeluarga. Karena kesibukan rumah tangga, sehingga waktu belajar TIK menjadi kurang maksimal. Berkaitan dengan ini, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5 mengatakan: Tugas seorang guru tidaklah sedikit, begitu pula dengan administrasinya. Selain itu, guru SMK tidak hanya mengajar saja tetapi banyak sekali tugas tambahan yang diberikan kepadanya. Hampir semua guru SMK mempunyai tugas tambahan karena tidak ada karyawan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
khusus yang ditugaskan untuk itu. Sehingga untuk meningkatkan penguasaan TIK sebagai penunjang profesionalisme masih banyak kendala, apalagi kalau sudah di rumah banyak juga pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Sementara itu, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3, mengatakan: Penguasaan saya tentang TIK masih kurang, sebenarnya ada keinginan dari diri pribadi untuk belajar komputer/TIK. Namun, masih banyak kendala seperti adanya tugas tambahan sebagai WAKA dan bendahara ujian sehingga banyak waktu yang tersita untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pada waktu diklat MGMD kabupaten Boyolali juga pernah belajar TIK dan membuat blog guru secara bersama-sama di laboratorium komputer SMK Negeri 1 Boyolali. Selain TIK, teknologi lain seperti PTK juga harus dikuasai oleh seorang guru profesional. PTK bermanfaat bagi guru, siswa dan kepala sekolah, yaitu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai solusi dari segala permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Diklat guru tentang PTK sudah banyak dilakukan, baik di tingkat sekolah, kabupaten, maupun provinsi. Sehingga guru sudah tidak asing lagi tentang bagaimana metode penulisan PTK serta pelaksanaannya. Berdasarkan wawancara dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik kabupaten SMK Negeri 1 Sawit Boyolali hanya ada dua guru yang sudah melaksanakan PTK serta membuat laporannya. Berkaitan dengan ini, beberapa informan memberikan komentar yang pada intinya sama. Guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3, mengatakan: Saya sudah melakukan PTK yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan media animasi.” Penelitian dilakukan di sekolah ini kelas X tahun 2005 dan kebetulan hasilnya meningkat. Motivasi saya menulis PTK, saya ada rencana lagi membuat PTK untuk kenaikan pangkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Kemudian, Informan 6, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit mengatakan: Saya membuat PTK yang berjudul “uapaya pemanfaatan alat peraga bangun ruang untuk kreatifitas dan hasil belajar matematika konsep dimensi tiga bagi siswa kelas XII semester 2 SMK Negeri 1 Sawit tahun 2010/ 2011.” Penelitian dilakukan di sekolah ini kelas XII tahun 2010/2011. dan kebetulan hasilnya meningkat. Motivasi saya menulis PTK, saya ada rencana lagi membuat PTK untuk kenaikan pangkat. Hal ini disampaikan juga oleh kepala SMK Negeri 1 Sawit, Informan 1, beliau mengatakan: PTK untuk rekan-rekan guru ada yang sudah dan memang ada yang belum, karena ada kesibukan lain. Bagi rekan-rekan guru, selain mengajar ada banyak tugas tambahan. Memang seperti itulah guru SMK, semuanya ada tugas tambahan seperti bendahara dan bagian pengajaran sehingga hal ini menjadi kendala dalam melakukan PTK. Kemudian, hal serupa juga disampaikan guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 4, dalam wawancaranya beliau mengatakan: Saya belum pernah melakukan PTK tetapi saya pernah membuat proposal PTK pada waktu PLPG di UNS. Sebenarnya, saya ingin melakukan PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika. Namun, hal itu tertunda karena banyak tugas tambahan di sekolah selain mengajar. Sebagai seorang guru bersertifikat pendidik sudah seharusnya berusaha meningkatkan profesionalisme sebagai guru profesional. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meningkatkan minat membaca dan menulis
karya
ilmiah
terutama
PTK
sebagai
solusi
permasalahan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penguasaan tentang PTK harus ditingkatkan dengan membaca referensi yang relevan, diskusi dengan teman sejawat dan melaksanakan PTK serta menulis laporan penelitiannya. Berkaitan dengan ini, berikut wawancara dengan beberapa guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Wawancara dengan guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6, mengatakan: Untuk meningkatkan kualitas pribadi saya sebagai seorang guru yang profesional, saya lakukan dengan membaca artikel-artikel dari internet dan buku-buku yang relevan. Jika ada hal yang menarik saya tulis, pada intinya saya ingin bisa mencurahkan apa yang saya dapatkan dari kegiatan apapun dalam bentuk tulisan. Sementara itu, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Boyolali, Informan 5 mengatakan: Sebagai guru PKN profesional karena sudah memiliki sertifikat pendidik, saya selalu berusaha untuk kepuasan siswa sebagai pelanggan kita. Sebenarnya sebagai guru profesional tanggung jawab kita tidak hanya siswa tetapi kinerja kita di sekolah dengan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan sebagai tanggung jawab guru profesional. Profesional tidak hanya menyangkut itu saja tetapi bagaimana sikap kita, hubungan kita dengan guru, siswa, pimpinan dan seluruh warga sekolah yang lainnya. Kemampuan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah terjalin dengan baik hal ini bisa dilihat dari bagai mana guru mengajar didalam kelas, siswa sangat aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Komunikasi ini tidak hanya terjadi didalam kelas saja tetapi juga diluar kelas, hal ini terlihat bagai mana siswa mampu berdiskusi dengan guru tentang program kerja untuk kegiatan osis salah satunya. Selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan dengan cukup baik, suasana yang kondusif memang sangat diperlukan didalam lingkungan kerja khususnya disekolah, karena suasana yang mendukung ini dapat meningkatkan dan juga memaksimalkan kinerja guru untuk meningkatkan kemampuan diri dengan saling bertukar informasi dan bekerjasama dalam satu visi dan misi untuk kemajuan sekolah. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa atau wali murid dan masyarakat sekitar sudah mulai terbentuk dengan baik, hal ini dapat ditunjukan dengan kerjasama yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
terjalin baik dengan komite sekolah dalam mendukung program kerja sekolah dan juga tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMK Negeri 1 Sawit. Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru di SMK Negeri 1 sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagai mana guru menilai siswa, para guru menilai siswa dengan obyektif dengan tampa membeda bedakan siswa selain itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang baik dalam berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan dalam bekerja atau mengajar di dalam kelas. Selain di dalam sekolah diluar sekolah pun para guru dijadikan panutan oleh masyarakat sebagai contoh ada guru yang di jadikan ketua RT dikampung dimana guru tersebut tinggal selain itu ada juga guru yang dijadikan ketua majelis taklim. Hal ini menunjukan bahwa sikap dan perilaku yang baik yang dimiliki guru bisa menjadi panutan masyarakat sekitar. C. Pembahasan 1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran Hasil observasi dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit. Masing-masing guru tersebut berlatarbelakang jurusan pendidikan yang berbeda. Guru tersebut memiliki keahlian khusus dan kemampuan/kompetensi dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh dari pendidikan akademis secara intensif. Guru tersebut juga memiliki tanggung jawab terhadap kepuasan siswa sebagai pelanggan dan berhubungan baik dengan semua warga sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Uraian di atas selaras dengan pendapat Uno (2007: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Pernyataan di atas juga selaras dengan pendapat Popa (2006), yang membedakan antara profesi dengan pekerjaan adalah pengetahuan khusus, komitmen untuk melayani klien dan otonomi dalam prakteknya. Hal tersebut diatas mendukung salah satu kode etik guru yang dirumuskan oleh PGRI, yaitu guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan. Senada juga dengan Usman (2008: 15), mengemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut. a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. d. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali disebut profesi karena telah memenuhi persyaratan guru sebagai suatu profesi. Guru bersertifikat pendidik ahli dalam bidang-nya dan memiliki keterampilan pengetahuan. Siswa sebagai klien merupakan pelanggan yang harus dilayani dengan penuh komitmen oleh guru bersertifikat pendidik. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menguasai materi yang harus disampaikan dalam setiap semester pada masing-masing program keahlian berdasar SKL mata pelajaran. Menurut Kunandar (2007: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
60), salah satu kriteria seorang guru profesional dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kemampuan dan sikap, yaitu menguasai kurikulum. Guru harus mengetahui batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai yang digariskan dalam kurikulum. Senada dengan pendapat Kunandar di atas, guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan/materi pelajaran yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan kata lain, guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik (Agung, 2006). Pernyataan di atas juga selaras dengan pendapat Usman (2008:
9-
12) mengemukakan bahwa peran guru yang dianggap paling dominan dalam proses belajar mengajar adalah (a) guru sebagai demonstrator, sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau
materi
pelajaran
yang
diajarkannya
serta
senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa; (b) guru sebagai pengelola kelas, sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar menjadi lingkungan yang baik sehingga kegiatan belajar mengarah pada tujuan pendidikan. Materi pada masing-masing program keahlian yang sesuai dengan SKL mata pelajaran matematika sudah dikuasai dengan baik oleh guru bersertifikat pendidik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi, guru mengembangkan materi pembelajaran dengan memberikan contoh-contoh nyata yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga mampu mengelola kelas dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi belajar dalam kelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
sehingga lingkungan kelas belajar menjadi lebih hidup. Guru bersertifikat pendidik menguasai materi pelajaran dan ahli dalam mengajarkannya kepada peserta didik. Penguasaan materi didukung oleh persiapan yang dilakukan guru sebelum pembelajaran berlangsung. Salah satu persiapan guru tersebut adalah pembuatan RPP. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali
mempersiapkan
RPP
terlebih
dahulu
sebelum
pembelajaran berlangsung agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana.
RPP
adalah
rencana
yang menggambarkan
prosedur
dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam SI dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2007: 262). RPP tersebut dibuat, direncanakan dan dianalisis bersama dengan guru yang lain. Berdasarkan hasil wawancara, guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit membuat dan merencanakan RPP per KD pada awal semester sehingga dalam satu tahun ajaran dibuat dan direncanakan selama 2 kali. Menurut Kunandar (2007: 57-58), kemampuan profesional guru meliputi (a) merancang dan merencanakan program pembelajaran, (b) mengembangkan program pembelajaran, (c) mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (d) menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
(e) mendiagnosis faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan sebagai persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Tujuan RPP adalah untuk mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar, selain itu dengan menyusun RPP secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis dan memprediksi program pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Sementara itu, fungsi RPP adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah mempersiapkan RPP sebelum mengajar. Salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP adalah SK dan KD. Berdasarkan wawancara dan observasi, SK dan KD disampaikan oleh guru matematika bersertifikat pendidik ketika pembelajaran berlangsung agar siswa lebih termotivasi belajar. SK dan KD disampaikan pada awal materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan sebelum pembelajaran dimulai, disesuaikan dengan SI. Hal ini senada dengan pendapat Kunandar (2007: 265) bahwa SK dan KD yang ditulis dalam RPP disesuaikan dengan SI. SK dirumuskan oleh pusat berdasarkan struktur keilmuan mata pelajaran dan kompetensi lulusan sedangkan KD merupakan penjabaran atau perincian dari SK. SK mata pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Sedangkan KD adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. SK dan KD terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang SI. Guru bersertifikat pendidik yang menguasai materi pelajaran matematika sudah seharusnya menguasai pula mata pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Menurut Anang (2009), ilmu yang ada di dunia ini sesungguhnya saling berkaitan satu sama lain. Fisika, kimia, ekonomi dan berbagai mata pelajaran dengan konsep-konsepnya bisa diselesaikan dan menghasilkan solusi dengan menggunakan perhitungan matematika. Bahasa Indonesia dan semua mata pelajaran pun bisa bersinggungan dengan matematika melalui logika matematika. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Tugas seorang guru dalam pembelajaran dituntut untuk membekali peserta didiknya dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Seorang guru matematika profesional sudah seharusnya menguasai keterkaitan antara mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan menghubungkan materi yang sedang diajarkan dengan mata pelajaran lain yang relevan. Pembelajaran profesional harus bermakna bagi siswa sehingga dalam penyampaian materi pelajaran perlu dikaitkan dengan mata pelajaran lain serta contoh dalam kehidupan sehari-hari. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah mengaitkan mata pelajaran yang diampu dengan mata pelajaran lain yang relevan. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menyampaikan materi pelajaran yang diampu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran, guru memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. Menurut Rosadi (2009), mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif. Sementara itu, menurut Sudrajat (2008), pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut Ahmad (2009), kriteria guru matematika profesional adalah apabila guru memahami hakikat siswa belajar matematika dan menguasai metode pembelajaran matematika. Guru juga menguasai dan menerapkan keterampilan serta strategi mengajar matematika. Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa, setidaknya guru harus menggunakan model pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah cukup kreatif menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran mata pelajaran yang diampu. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menguasai materi pelajaran/bahan ajar pada masing-masing program keahlian sesuai dengan SKL mata pelajaran. Guru tersebut berlatarbelakang pendidikan FKIP sehingga memiliki pengetahuan khusus tentang cara mendidik dan mengajar. Guru bersertifikat pendidik juga memiliki komitmen profesional untuk selalu berusaha demi kepuasan siswa sebagai pelanggan. Menurut Simona Popa dan Clementina Acedo (2006), mengemukakan bahwa profesionalisme guru didefinisikan kembali sebagai seorang yang mempunyai status sosial tinggi, penghasilan tinggi, memiliki pengetahuan khusus, memiliki otonomi dan komitmen profesional. Pada kenyataannya, tak satupun profesionalisme guru tersebut bisa diperoleh di sekolah umum di Rumania. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lulusan universitas yang memilih pekerjaan selain guru untuk memperoleh gaji yang lebih besar, bahkan banyak guru yang pindah profesi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
menghasilkan gaji yang lebih besar. Tetapi dengan memberikan pengajaran privat profesionalisme guru tersebut bisa diperoleh. Berbeda dengan di Rumania, profesionalisme guru di Indonesia bisa diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran privat. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah berpredikat sebagai guru profesional karena lolos program sertifikasi guru, walaupun hal tersebut bukanlah satu-satunya parameter guru profesional. Sertifikasi guru merupakan keniscayaan masa depan untuk meningkatkan kualitas dan martabat guru sebagai seorang guru profesional. Setelah lolos sertifikasi, guru mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji pokok sehingga profesi guru memiliki penghasilan tinggi setara dengan profesi-profesi lain. Berdasarkan
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi
guru
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menguasai persamaan dan perbedaan materi setiap program keahlian sesuai SKL mata pelajaran. Guru matematika bersertifikat pendidik sudah menguasai materi pelajaran sebagai bidang ilmu yang disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran. Salah satu kompetensi profesional guru adalah menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan yang mendukung pengembangan. Guru bersertifikat pendidik yang menguasai materi pelajaran membuat siswa termotivasi belajar dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih hidup.
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri
Kabupaten
Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran. Profesionalisme guru mengandung pengertian yang meliputi unsurunsur kepribadian, keilmuan dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya (Hamalik, 2008: 42-43). Teknologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu TIK dan PTK yang diamati menurut Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guru Bab II Pasal 3 ayat (7). Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi TIK yang mendukung pembelajaran di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali meliputi internet, laptop dan LCD. Memasuki abad ke-21 TIK mengalami perkembangan pesat, perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Salman (2008), interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, sms dan email. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula, siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui internet. Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran di sekolah sudah seharusnya mengoptimalkan pemanfaatan TIK. Berbagai hasil penelitian menunjukkan masih banyak guru yang gagap dalam pemakaian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran (Sunarno, 2009). Berbagai hasil penelitian juga mensinyalir ada sekitar 70% sampai 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (elearning) yang juga harus melibatkan guru dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali
belum
semuanya
memanfaatkan
TIK
untuk
mendukung
pembelajaran. Ada guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 6 di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
SMK Negeri 1 Sawit yang sudah memanfaatkan TIK dalam bentuk slide power point. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sarana prasarana dan kurangnya kompetensi guru dalam bidang tersebut. Sarana dan prasarana di SMK Negeri kabupaten Boyolali yang mendukung pemanfaatan TIK. Sementara itu, tiga guru bersertifikat pendidik, Informan 2, Informan 4 dan Informan 3 juga belum memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kompetensi mereka dalam bidang TIK. Informan 6, sudah menggunakan slide presentasi power point ketika menyampaikan kompetensi irisan kerucut pada kelas XI. TKJ. Namun, beliau belum membuat sendiri slide power point tersebut. Beliau hanya menggunakan slide power point tersebut yang diperoleh dari diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali bagi guru yang belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran. Berdasarkan wawancara, kurangnya penguasaan TIK tersebut disebabkan oleh kurangnya kompetensi guru tentang TIK. Guru tersebut mengaku kendala waktu menjadi alasan utama untuk belajar TIK. Namun, guru tersebut bertekad kuat untuk meningkatkan penguasaan TIK dalam mendukung pembelajaran dengan me-manage waktu antara tugas sebagai pendidik dan pengajar, tugas tambahan dari kepala sekolah dan tugas di rumah. Tugas guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali tidak hanya mengajar. Guru tersebut memiliki tugas tambahan dari kepala sekolah seperti waka kurikulum, waka sarana prasarana, bendahara, dan staf pengajaran. Hal tersebut di atas bertentangan dengan pendapat Usman (2008: 6-8), guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Terdapat tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Sedangkan tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, guru dibutuhkan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Menurut Muhajirin (2009), TIK telah banyak digunakan sebagai alat transformasi sosial dan persamaan gender. Sebagai contoh, program
e-
governance atau pemerintahan melalui media elektronik telah menggunakan TIK untuk membuat pelayanan pemerintahan yang dapat diakses semua warga masyarakat,
termasuk
kaum
wanita.
Sementara
itu,
Bayu
(2008)
mengemukakan bahwa pemanfaatan ICT ternyata berdampak pada budaya kerja sehingga prosesnya harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru dan karyawan yang merespon positif, dengan indikasi mau belajar, berlatih meningkatkan kemampuan dalam bidang ICT harus terus didorong lebih optimal dengan memberi tantangan dan pekerjaan yang berdampak pada lingkungan. Transaksi tugas dan pembelajaran harus didorong menggunakan ICT sehingga mau tidak mau semua warga sekolah dapat harus bersentuhan dengan ICT. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali masih konvensional. Media yang digunakan dalam pembelajaran. Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh pada guru dalam hal memilih variasi sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti
yang
dikemukakan
oleh
Sunarno
(2009),
mengatakan
ketidakvariatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuaan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Terlebih lagi, sikap guru yang kurang proaktif dalam menghadapi kemajuan ICT. Seorang guru profesional yang telah bersertifikat pendidik sudah seharusnya meningkatkan kualitas profesionalismenya. Guru harus proaktif dalam menghadapi kemajuan IPTEK yang semakin pesat. Begitu pula dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali, beliau harus membenahi kekurangan dirinya sendiri. Paling tidak guru harus menguasai TIK sebagai pendukung pembelajaran agar pembelajaran matematika lebih menarik minat siswa. Guru juga harus lebih variatif dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang disampaikan. Berdasarkan
wawancara,
observasi
dan
dokumentasi,
guru
bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah menguasai langkah-langkah pelaksanaan dan penulisan laporan PTK. Guru bersertifikat pendidik sudah banyak mengikuti diklat PTK baik di tingkat sekolah, kabupaten maupun provinsi. Menurut Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi dalam Kunandar (2007: 77), kompetensi profesional merupakan penguasaan struktur dan metode keilmuan yaitu penguasaan langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Penguasaan langkah-langkah penelitian, dalam hal ini PTK penting bagi guru guna menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Suyanto (1997, dalam Sukayati, 2008), PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru. Sementara itu, Hopkins (1993, dalam Wiriaatmadja, 2005) mengemukakan PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Sukayati (2008: 12-13) mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya PTK adalah (a) meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, (b) meningkatkan mutu pendidikan, dan (c) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif untuk memperbaiki pembelajaran, berdasar pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas. Sedangkan manfaat PTK dalam pembelajaran antara lain (a) inovasi, (b) pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, dan (c) peningkatan profesionalisme guru (Sukayati, 2008: 13). Di Indonesia, PTK mulai digerakkan pada waktu upaya perbaikan mutu pendidikan dimulai dengan renovasi di tingkat pendidikan guru SD seperti PGSD, kemudian meluas ke kalangan guru-guru SMP dan SMA (Wiriaatmadja, 2005: 24). PTK merupakan salah satu cara guru untuk memperbaiki proses pembelajaran sehari-hari di kelas. Tujuan dari PTK adalah memperbaiki proses pembelajaran di kelas, memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. PTK juga dapat mendukung peningkatan kualitas guru sebagai tenaga profesional. Guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK ada 2 guru. Kedua guru tersebut yaitu, Tatik Wirawati , S.Pd dan Informan 3. PTK yang dilaksanakan oleh guru tersebut sesuai dengan permasalahan di kelas masingmasing. Guru yang telah lolos sertifikasi dan berpredikat sebagai guru profesional seharusnya lebih aktif, kreatif, inovatif serta produktif dibandingkan dengan guru yang belum lolos sertifikasi. Berdasarkan wawancara dan observasi, setelah lolos sertifikasi guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali lebih meningkatkan profesionalismenya. Guru-guru tersebut aktif dalam pelatihan/diklat yang relevan terutama MGMD tingkat kabupaten serta memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas-tugas yang diembannya. Salah satu kode etik guru yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
dirumuskan oleh PGRI adalah guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi profesi sebagai sarana pengabdian. Guru bersertifikat pendidik SMK Negeri kabupaten Boyolali selalu berusaha mengembangkan profesionalismenya dengan cara banyak membaca dan menulis. Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk penguatan kompetensi guru berdasarkan standar kompetensi guru, (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional). Cara pengembangan profesi tersebut dapat dilakukan melalui forum MGMD, seminar/workshop, penerbitan majalah ilmiah, lesson study, pelatihan dan studi lanjut. Keempat kompetensi tersebut (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) perlu dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan agar profesionalisme guru terus meningkat.
Bila dalam
pelaksanaan pengembangan profesi
tersebut
menghadapi kendala, diperlukan adanya pendampingan atau advokasi (perlindungan hukum) agar para guru mendapatkan kemudahan untuk mengembangkan profesinya. Usaha guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali dalam meningkatkan profesionalismenya, yaitu dengan membaca berbagai macam referensi yang relevan, baik dari buku, internet, majalah, surat kabar maupun blog dari rekan-rekan guru. Guru tersebut juga aktif dalam diklat/pelatihan serta forum MGMD tingkat kabupaten. Selanjutnya, guru yang belum melaksanakan PTK akan melaksanakannya untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pembelajaran di kelas dengan me-manage kembali waktu. Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas guru sebagai guru profesional, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut senada dengan pendapat S.Michael Putman.et.al (2009), mengemukakan bahwa model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
INTENT (Intentional Teaching Model) di kota Muncie, Indiana dibuat untuk memberikan sebuah metode pengembangan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan perubahan guru dalam praktek membaca. Model tersebut juga efektif dalam mempromosikan perubahan profesional guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dengan menggunakan prinsip model INTENT, tujuan kebijakan guru dapat berhasil dengan baik dan hasilnya akan meningkatkan prestasi siswa, yang pada akhirnya juga meningkatkan kualitas bidang pendidikan di Indiana. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali
mengikuti
program
sertifikasi
guru
untuk
meningkatkan
profesionalismenya, disamping ingin mendapatkan tunjangan profesi. Menurut Connelly, et.al (2007) bahwa guru di Skotlandia yang mengikuti program sertifikasi tidak hanya berorientasi pada kebutuhan materi tetapi juga karena keinginan yang kuat untuk mengembangkan profesinya. Program sertifikasi guru tersebut disebut dengan penghargaan/piagam guru yang memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran karena guru mengembangkan profesinya dengan kreatif. Program sertifikasi guru di Indonesia dilaksanakan dengan dua jalur, yaitu sertifikasi bagi calon guru dan sertifikasi guru dalam jabatan namun, pelaksanaannya belum secara online. Hal ini berbeda dengan program sertifikasi guru di Amerika Serikat yang sudah dilaksanakan secara online bernama The Online Post Baccalaureate Program. Program ini berhasil dengan baik dalam mencapai tujuan selama dua tahun pelaksanaannya. Keberhasilan program sertifikasi online ini dapat dilihat dalam (a) pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya calon guru yang memasuki program itu termasuk etnis dan gender;
(b) meningkatkan
jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT) dalam waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap calon guru yang setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
berkualitas dengan indikator meliputi ujian sertifikasi negara dan menilai dokumen portofolio; dan (d) calon guru puas dengan program sertifikasi online (Pamela Esprivalo Harrell and Mary Harris, 2006). Sertifikasi guru bertujuan untuk (a) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (c) meningkatkan martabat guru, (d) meningkatkan profesionalitas guru (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008). Program sertifikasi guru di Indonesia merupakan salah satu gerakan reformasi bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru matematika bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali lolos sertifikasi guru melalui jalur sertifikasi guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi guru dalam jabatan ini dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk dokumen. Penilaian dokumen portofolio ini memiliki kelemahan, sebagai contoh pemalsuan dokumen oleh peserta sertifikasi. Hal ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah dengan cara lebih keras lagi dalam menentukan syarat sertifikasi guru. Hal ini senada dengan Joshua D. Angrist dan Jonathan Guryan (2005), menjelaskan bahwa gerakan reformasi bidang pendidikan di Amerika Serikat meliputi usaha untuk meningkatkan kualitas guru dengan cara lebih teliti dalam menentukan syarat sertifikasi dan lisensi. Sebagian besar negara bagian Amerika Serikat membutuhkan banyak guru sekolah negeri yang lolos ujian terstandarisasi. Ujian rekrutmen guru memerlukan segala kemampuan yang dapat diukur dengan ujian terstandarisasi tersebut, selain itu juga memerlukan biaya yang mahal bagi para pelamar/calon guru.
Sehingga
mahalnya biaya menjadi hambatan bagi guru yang berkualitas tinggi untuk mengikuti ujian terstandarisasi dan mengajar di sekolah negeri. Berbeda dengan pendapat tersebut diatas, bahwa sertifikasi guru di Indonesia tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
memerlukan biaya mahal sehingga hal ini bukanlah menjadi kendala bagi guru yang ingin mengikuti program sertifikasi. Profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali belum sepenuhnya profesional sehingga masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan dan dikuasai oleh guru tersebut. Hal tersebut meliputi penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang teknologi yang mendukung pembelajaran seperti TIK dan PTK dalam mendukung pembelajaran. Penilaian sertifikasi guru dalam bentuk dokumen portofolio hendaknya dikaji ulang oleh pemerintah agar tujuan program ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terealisasi. Pemerintah juga harus mengadakan evaluasi kinerja bagi guru-guru yang telah lolos sertifikasi agar tetap komitmen menjaga dan mengembangkan profesionalismenya. Kemampuan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah terjalin dengan baik hal ini bisa dilihat dari bagaimana guru mengajar didalam kelas, siswa sangat aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan dengan cukup baik, suasana yang kondusif memang sangat diperlukan didalam lingkungan kerja khususnya disekolah, karena suasana yang mendukung ini dapat meningkatkan dan juga memaksimalkan kinerja guru untuk meningkatkan kemampuan diri dengan saling bertukar informasi dan bekerjasama dalam satu visi dan misi untuk kemajuan sekolah. Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru di SMK Negeri 1 Sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagaimana guru menilai siswa, para guru menilai siswa dengan obyektif dengan tanpa membeda-bedakan siswa selain itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang baik dalam berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan dalam bekerja atau mengajar di dalam kelas. Selain di dalam sekolah diluar sekolah pun para guru dijadikan panutan oleh masyarakat sebagai contoh ada guru yang di jadikan ketua RT dikampung dimana guru tersebut tinggal selain itu ada juga guru yang dijadikan ketua majelis taklim. Hal ini menunjukan bahwa sikap dan perilaku yang baik yang dimiliki guru bisa menjadi panutan masyarakat sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN , IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan 1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah menguasai materi pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan dan penyampaian materi pelajaran ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas menjadi lebih berarti bagi siswa karena guru menguasai materi pelajaran. Manajemen pengelolaan kelas yang baik dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi membuat pembelajaran lebih kondusif. Penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. 2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali
tentang
Teknologi
yang
Mendukung
Pembelajaran Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran. Hanya ada satu dari lima guru yang sudah memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Guru tersebut menyampaikan dengan slide presentasi dengan menggunakan Power Point. Informan 6 memperoleh materi tersebut dari diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang. Sedangkan keempat guru bersertifikat pendidik yang lain belum memanfaatkan TIK karena keterbatasan sarana dan prasarana. Sementara itu, keempat guru bersertifikat pendidik belum menguasai TIK sehingga beliau belum memanfaatkan TIK dalam mendukung pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan to userkompetensi guru dalam bidang sarana prasarana dancommit kurangnya
71
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut. Keempat guru tersebut mengaku bahwa kendala waktu menjadi alasan utama untuk meningkatkan penguasaan TIK dalam mendukung pembelajaran. Guru bersertifikat pendidik SMK Negeri kabupaten Boyolali belum melaksanakan PTK. Hanya ada dua guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK sesuai dengan permasalahan yang ada di kelas masing-masing. Sedangkan ke tiga guru bersertifikat pendidik belum melaksanakan PTK karena kendala manajemen waktu. Guru yang bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah baik,selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan
dengan cukup baik
sehingga mampu
menciptakan suasna lingkungan kerja yang kondusif. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa atau wali murid dan juga masyarakat sekitar berjalan dengan baik, hal ini dapat ditunjukan dengan kerjasama yang terjalin baik dengan komite sekolah dalam mendukung program kerja sekolah dan juga tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMK Negeri 1 Sawit.Dari aspek kompetensi pribadi guru bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit bisa menjadi panutan dan tauladan bagi para siswa dan juga masyarakat sekitar dimana guru tersebut tinggal, yang dapat dilihat dengan peran serta guru dimasyarakat. Bagi siswa guru menunjukan sikap dan perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang baik dalam berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan dalam bekerja atau mengajar di dalam kelas. B. Implikasi Penguasaan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran tentu bisa dipertanggung jawabkan. Hal ini dikarenakan guru tersebut berlatar belakang pendidikan user diperoleh di universitas.Guru sesuai dengan disiplin commit ilmu toyang
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi tersebut dapat diamati dari pengembangan dan penyampaian materi pelajaran dengan manajemen pengelolaan kelas yang baik. Selain itu, penyampaian SK dan KD ketika awal pergantian materi, penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran, penyampaian motivasi siswa ketika pembelajaran berlangsung serta pembuatan RPP agar tujuan pembelajaran sesuai dengan rencana. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali belum sepenuhnya menguasai teknologi (TIK dan PTK) yang mendukung pembelajaran. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana prasarana TIK, kurangnya kompetensi dan kurangnya manajemen waktu yang baik bagi guru bersertifikat pendidik. Penguasaan PTK juga penting bagi
guru
bersertifikat
pendidik
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. PTK merupakan penelitian ilmiah yang sangat membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran di kelas. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali belum melaksanakan PTK. Hanya ada dua guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK, Sedangkan ke tiga guru bersertifikat pendidik belum melaksanakan PTK. Guru yang belum menguasai TIK dan melaksanakan PTK tersebut harus me-manage waktu dengan baik untuk meningkatkan penguasaan TIK dan melaksanakan PTK. Misalnya, guru tersebut aktif dalam kegiatan MGMD Kabupaten Boyolali, mengikuti diklat-diklat yang terkait dengan pembelajaran dan memperbanyak membaca referensi yang relevan untuk meningkatkan kualitas diri serta mengembangkan potensinya. Guru yang bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah baik,selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan dengan cukup baik sehingga mampu menciptakan suasna lingkungan kerja yang kondusif.Dari aspek kompetensi kepribadian guru commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersertifikat pendidik bisa menjadi panutan dan tauladan bagi para siswa dan juga masyrakat sekitar dimana guru tersebut sebagai tauladan. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka diajukan sejumlah saran. Saran tersebut ditujukan kepada kepala sekolah, guru, dan peneliti selanjutnya. 1. Kepada Kepala Sekolah a. Sebaiknya Kepala Sekolah mengusahakan mengadakan seminar maupun diklat
tingkat
sekolah maupun
MGMD
tingkat
Kabupaten tentang penguasaan TIK dan PTK untuk pembelajaran bagi guru. b. Sebaiknya Kepala Sekolah rutin melakukan kunjungan kekelaskelas dimana saat guru sedang mengajar dikelas, agar kepala sekolah bisa melihat secara langsung kekurangan guru dalam mengajar. Sehingga bias menjadi masukan bagi guru. 2. Kepada Guru a. Guru bersertifikat pendidik harus bisa, me-manage waktu dengan baik untuk belajar TIK dan melaksanakan PTK agar kualitas pembelajaran meningkat; b. Guru harus aktif dalam kegiatan MGMD tingkat Kabupaten, mengikuti diklat-diklat yang terkait dengan pembelajaran dan memperbanyak
membaca
referensi
yang
relevan
untuk
meningkatkan kualitas diri serta mengembangkan potensinya. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya a. Diharapkan dapat melakukan penelitian yang memberikan gambaran tentang profesionalisme guru bersertifikat pendidik yang
diamati
pada
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial; b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian yang memberikan gambaran tentang profesionalisme guru bersertifikat to user pendidik pada tiapcommit mata pelajaran.