Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA KEPITING SOKA (Scylla sp) DI KECAMATAN SEI LEPAN KABUPATEN LANGKAT Oleh Irwan Nasution1, Rahmanta Ginting2 dan M. Akbar Siregar3 Alumni Program Studi Magister Agribisnis UMA Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU 3) Staf Pengajar Program Studi Magister Agribisnis UMA 1)
2)
Abstract White spot virus cause a lot of farmer fish out and fishpond entrepreneur especially shrimp aquaculture that closes down, so a lot of farm about fishpond shrimp which changes over function and abandon. One of activity aquaculture quick something amends in this last decade along with local market asks for and export that increasingly is soft shell crab aquaculture (Scylla sp) one it there are many do by go fish farmer by utilize ex shrimp pond aquaculture. The aim of this research into analysis production factors to production level and to analysis conducting operating revenues crab culture (Scylla sp) at Sei Lepan Sub-district in Langkat District. Method that is utilized is logistic production Cobb Douglass and data that is utilized is crab farmer production and income data up to a year (2012). Analysis result Cobb Douglass point out that logistic model estimation production which is: Ln Prod = 0,040 + 0,022 Ln Ll – 0,102 Ln Tkdk + 0,005 Ln Tklk + 0,995 Ln Bb. Its outgrows appreciative Return to Scale (RTS) are 0,92. So RTS< 1 (Decreasing return to scale). Determinant coefficient 0,990 explain that percentage of independent variable regard dependent's variable as big as 99,0% and hypothesis that declares for that variable stocks down and far ranging positive ascendant farm and signifikan to soft shell crab production (Scylla sp) accepted. Income average crab farmer soft shell crab (Scylla sp) year long production as big as Rp. 11.709.511,- . Mean while of arithmetic average R / C ratio crab aquaculture effort soft shell crab is gotten = 1,10 its means that effort is reasonable to be carried on. Key word : Soft shell crab aquaculture (Scylla sp), production and income, Cobb Douglass Abstrak Virus white spot menyebabkan banyak pembudidaya dan pengusaha tambak terutama budidaya udang yang gulung tikar, sehingga banyak lahan pertambakan yang beralih fungsi dan terlantar. Salah satu kegiatan budidaya yang berkembang pesat dalam satu dasawarsa terakhir ini seiring dengan permintaan pasar lokal dan eksport yang terus meningkat adalah budidaya kepiting soka (Scylla sp) yang banyak dilakukan oleh pembudidaya dengan memanfaatkan lahan tambak bekas budidaya udang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi dan menganalisis pendapatan usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat. Metode yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb Douglass dan data yang digunakan adalah data produksi dan pendapatan pembudidaya selama satu tahun (2012). Hasil analisis Cobb Douglass menunjukkan bahwa estimasi model fungsi produksi yaitu : Ln Prod = 0,040 + 0,022 Ln LI – 0,102 Ln Tkdk + 0,005 Ln TkLk + 0,992 Ln Bb. Besarnya nilai Return to Scale (RTS) adalah 0,92. Jadi RTS < 1 (Decreasing return to scale). Koefisien determinasi sekitar 0,990 menjelaskan bahwa persentase dari variabel independen mempengaruhi variabel dependent sebesar 99,0% dan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel bibit dan luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kepiting soka (Scylla sp) diterima. Pendapatan rata-rata pembudidaya kepiting soka (Scylla sp) selama setahun produksi sebesar Rp. 11.709.511,- . Sedangkan dari perhitungan rata-rata R/C ratio usaha budidaya kepiting soka diperoleh = 1,10 artinya usaha tersebut layak untuk dijalankan. Kata kunci : Budidaya Kepiting soka (Scylla sp), produksi dan pendapatan, Cobb Douglass 1
Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Budidaya perikanan (terutama budidaya udang) di Kecamatan Sei Lepan mulai bermasalah sejak tahun 1995 yaitu dengan munculnya penyakit virus bercak putih (White Spot). Kerusakan ekosistem tambak dan pantai diduga sebagai penyebab munculnya virus ini karena para pembudidaya menerapkan teknik budidaya yang tidak terkendali, baik pada penggunaan padat tebar benih yang tinggi maupun penggunaan bahan-bahan kimia dan antibiotik secara berlebihan demi mengejar produksi yang lebih banyak (DJPB,2012). Akibatnya banyak pengusaha pertambakan yang mengalami kerugian cukup besar karena terus mengalami kerugian sehingga mereka menelantarkan lahan tambaknya atau mengalihkan fungsi lahan tambaknya untuk kegiatan lain seperti usaha perkebunan sawit. Ditambah lagi dengan hasil tangkapan melaut nelayan yang kian menurun akibat cuaca buruk seperti gelombang besar, angin ribut dan over fishing penangkapan ikan. Kondisi tersebut makin memperparah kondisi perekonomian masyarakat pesisir. Oleh sebab itu maka perlu adanya upaya pemanfaatan kembali sumberdaya perairan payau (lahan tambak) yang telah ditinggalkan dalam rangka perbaikan ekonomi masyarakat pesisir. Salah satu kegiatan budidaya yang banyak dicoba oleh masyarakat untuk memanfaatkan kembali lahan tambak yang terlantar tersebut adalah budidaya kepiting bakau, khususnya budidaya kepiting soka/lunak. Kepiting soka adalah kepiting bakau fase ganti kulit (moulting). Kepiting dalam fase ini mempunyai keunggulan yaitu mempunyai cangkang yang lunak (soft carapace) sehingga tiap bagian dikonsumsi memiliki nutirisi dengan sedikit atau tidak ada bagian yang dibuang (DJPB 2011). 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh input produksi (bibit, luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga) terhadap produksi usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp). 2. Bagaimana tingkat keuntungan yang didapat pada usaha budidaya kepiting
soka (Scylla sp). 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi usaha kepiting soka di lokasi penelitian. 2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya kepiting soka di lokasi penelitian. 1.4. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi usaha budidaya kepiting soka dalam lingkup sekala rumah tangga di Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembudidaya kepiting soka yang ada di Kecamatan Sei Lepan. Populasi pembudidaya kepiting soka di Kecamatan Sei Lepan hanya terdapat pada 2 (dua) desa yaitu pada Desa Alur Dua Baru terdapat sebanyak 10 Kelompok pembudidaya kepiting soka dengan jumlah anggota 128 orang dan di Desa Alur Dua terdapat sebanyak 2 Kelompok pembudidaya kepiting soka dengan jumlah anggota sebanyak 26 orang, sehingga total populasi pembudidaya kepiting soka di Kecamatan Sei Lepan sebanyak 154 orang. Menurut Fraenkel dan Wallen dalam Sulistyaningsih (2011), Besarnya sampel tergantung dari jenis penelitian. Jenis penelitian dan sampel minimum untuk penelitian korelasional sebanyak 30 subjek. Penelitian korelasional dapat diartikan sebagai proses investigasi sistematik untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma. Selain itu digunakan statistik deskripsi untuk menggambarkan keadaan umum daerah penelitian. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : Y = aX1b1 . aX2b2 . aX3b3 . aX4b4 Untuk perhitungan selanjutnya, dari 2
Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014 fungsi (3.1) tersebut kemudian diubah dalam bentuk logaritma linier, sehingga persamaan matematisnya menjadi: LnProd=Lna+b1LnLL+b2LnTKDK+b3LnTKL+ b4LnBB + e Dimana : Prod = Hasil produksi setahun (kg) LL = Luas lahan (m2) TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) TKLK = Tenaga kerja luar keluarga (HOK) BB = Jumlah bibit (kg) Ln a = Intersep (besaran parameter) E = Error 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Produksi dan Fungsi Produksi Soekirno (2002) membedakan teori produksi menjadi dua, yaitu produksi jangka pendek dijelaskan sebagai teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Teori yang kedua adalah produksi jangka panjang adalah hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan dua faktor produksi yang dapat berubah. Bukan tenaga kerja saja yang dapat berubah penggunaannnya tapi juga faktor lain misalnya modal. Bilas (1984) mengatakan fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input (tanah,tenaga kerja, modal dan wirausaha) sumber daya dari perusahaan dan outputnya yang berupa barang dan jasa per unit waktu. Selanjutnya Sukirno (2002) mengatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. 2.2. Pendapatan Untuk menganalisis pendapatan usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usaha budidaya adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usaha budidaya adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi
dalam melakukan proses produksi usaha budidaya. Tingkat pendapatan merupakan indikator dari keberhasilan yang diperoleh dari setiap usaha tani. Menurut Suratiyah (2011), untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usaha tani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal (nominal approach), pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). Pendapatan usahatani terbagi atas pendapatan kotor usaha tani dan pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan kotor usaha tani mengukur pendapatan kerja petani tanpa memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya. Pendapatan kotor usaha tani merupakan selisih dari penerimaan usahatani dengan biaya tunai usaha tani. Sedangkan pendapatan bersih usaha tani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usaha tani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usaha tani diperoleh dari selisih penerimaan usaha tani dengan biaya total usaha tani. Untuk menganalisis, apakah usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak, maka dilakukan perbandingan antara jumlah penerimaan dan biaya (R/C). Menurut Sofia (2010), analisis R/C ratio untuk mengetahui keseimbangan penerimaan dan biaya dari usaha yang dilakukan. Selanjutnya Soekartawi (2002) mengatakan, usaha yang menguntungkan (profitable) mempunyai nilai RIC > 1. Nilai R/C dapat pula menunjukan ukuran efisiensi suatu usaha. Semakin besar nilai RIC maka semakin efisien usaha yang dilakukan. 3. Pembahasan 3.1. Hasil Estimasi Model Regresi Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan mengadopsi fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil estimasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam bentuk model regresi linier berganda disajikan pada Tabel 1 di bawah. Tabel 1. Hasil Estimasi Model Penelitian 3
Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014
Model (Constant) LnLL LnTKDK LnTKLK LnBB
Unstandardized Coefficients Std. B Error .040 .487 .022 .025 -.102 .083 .005 .018 .995 .036
Standardized Coefficients
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 17
Tabel di atas, maka linier untuk penelitian ini sebagai berikut : Ln Prod = 0,040 + 0,022 Ln TKDK + 0,005 Ln Ln BB Dimana : Ln Prod 0,040 Ln LL Ln TKDK
T
Sig
Beta .082 .012 .857 -.019 -1.224 .010 .281 .996 27.807
.935 .396 .227 .780 .000
model regresi dapat dibuat LL - 0,102 Ln TKLK + 0,995
= = = =
Hasil produksi setahun (kg) Konstanta Luas lahan (m) Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) Ln TKLK = Tenaga kerja luar keluarga (HOK) Ln BB = Jumlah bibit (kg) Nilai R2 = 0,991 berarti 99,1% variasi produksi kepiting soka (Scylla sp) bisa dijelaskan oleh variabel lugs lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan bibit. Sedangkan sisanya sebesar 0,90% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi. Berdasarkan tabel diatas diperoleh ; F hitung = 1309,827 Signifikan = 0,000. Karena signifikan Fhitung > Ftabel atau nilai sig < a (5%) maka tolak HO (terima H1) artinya, kemampuan model dalam menjelaskan variasi Y sebesar 99,0 % signifikan pada a = 5 %, dengan demikian model layak dilihat dari Test of Goodness of Fit. Uji secara parsial (uji-t) , untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan bibit) terhadap peningkatan produksi kepiting soka (Scylla sp) atau terhadap dependent variabel . Hipotesisnya sebagai berikut : HO : bi = 0 artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan independent variabel (luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan
bibit) terhadap dependent variabel (Produksi kepiting soka). H1 : bi # 0 artinya, ada terdapat pengaruh yang signifikan independent variabel (luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan bibit) terhadap dependent variabel (Produksi kepiting soka). Pengujian t (t-test) dilakukan dan mencari nilai probabilitas pada wilayah penolokan hipotesis HO sebagai indikator signifikasinya. Hasil uji parsial (uji-t) model dengan cara SPSS 17 dan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengujian Uji parsial (uji-t) dan Tingkat Signifikannya Variabel
B
thitung Signifikans Standar Kesimpulan i α (Constant) .040 .082 .935 0.05 HO diterima LnLL .022 .857 .396 0.05 HO diterima LnTKDK -.102 -1.224 .227 0.05 HO diterima LnTKLK .005 .281 .780 0.05 HO diterima LnBB .995 27.807 .000** 0.05 HO ditolak Keterangan ** = berbeda sangat nyata (p < 0,01) Sumber : Hasil pengolahan SPSS 17
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya variabel bibit (Ln BB) sangat berbeda nyata terhadap variabel produksi. Hal ini dapat dilihat dari signifikasi 0,000 < 0,01 yang berarti menolak hipotesis HO. Sehingga dapat di interpretasikan bahwa secara analisis parsial terdapat pengaruh nyata signifikan antara jumlah bibit terhadap produksi kepiting soka (Scylla sp).
3.2. Analisis Return To Scale (RTS) Nilai RTS untuk produksi kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan yaitu RTS = koefisien (Ln LL + Ln TKDK + Ln TKLK + Ln BB) = 0,022 – 0,102 + 0,005 + 0,995 = 0,92. Jadi RTS < 1 (Decreasing return to scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi (input) akan melebihi penambahan produksi (output). ini artinya berlaku asumsi bahwa penggunaan fungi Cobb-Douglas adalah dalam keadaan hukum kenaikan yang semakin berkurang atau law of diminishing returns untuk setiap input i, sehingga informasi yang diperoleh dapat dipakai untuk melakukan upaya agar setiap penambahan masukan
4
Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014 produksi dapat menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar (elastis). 3.3. Analisis Pendapatan Keuntungan adalah tujuan akhir dari suatu usaha untuk mendapatkan pendapatan. Dari segi ekonomi suatu usaha dikatakan menguntungkan jika total penerimaan (TR) lebih besar dari total biaya (TC) yang dikeluarkan. Besarnya nilai total penerimaan (TR), total pengeluaran (TC), keuntungan atau pendapatan dan R/C ratio usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) selama musim tanam tahun 2012 dengan jumlah siklus budidaya 8 — 10 siklus/tahun yang diperoleh oleh responden pembudidaya di Kecamatan Sei Lepan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Total penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Usaha Budidaya Kepiting soka (Scylla sp) selama musim tanam Tahun 2012. No 1 2 3 4
Uraian Penerimaan Pengeluaran Pendapatan R/C
Jumlah 106,220,807 94,511,296 11,709,511 1.10
Dari tabel diatas dapat diketahui pembudidaya kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan selama musim tanam Tahun 2012 dengan periode pemeliharan 8 - 10 siklus pertahun rata-rata memperoleh total penerimaan (TR) Rp. 106.220.807,dan total pengeluaran (TC) Rp.94,511,296,-, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.11.709.511,-/tahun atau sekitar Rp.1.171.000,-/bulan. Rendahnya tingkat keuntungan yang diperolah pembudidaya karena pembudidaya juga telah mendapatkan penghasilan tetap yang dihitung dari nilai variabel TKDK yang besarnya Rp. 1.500.000,-/bulan, sehingga dapat disimpulkan pendapatan pembudidaya kepiting soka di Kecamatan Sei Lepan lebih besar jika dibandingkan dengan upah minimum kabupaten (UMK) Kabupaten Langkat pada tahun 2012 yang besarnya Rp. 1.250.000,-/bulan. Dari tabel diatas juga dapat diketahui sebanyak 53 orang diantaranya
(98,15%) memperoleh keuntungan dalam usahanya dan hanya 1 orang (1.85%) yang mengalami kerugian dalam usaha budidayanya. Kerugian ini terjadi karena jumlah bibit yang di tebar kedalam kolam tersebut jumlahnya sangat sedikit (rata-rata 62 kg/bulan). Sehingga hasil penerimaannya dari tidak bisa untuk menutupi biaya pengeluarannya dan berdasarkan Tabel 4.2 diatas, diketahui pembudidaya yang produksinya rendah ini adalah pembudidaya yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai nelayan yang lebih banyak mengandalkan bibit dari hasil tangkapanya sendiri untuk dipelihara kedalam kolam budidaya mereka dari pada bibit yang dibeli pada agen pengumpul. 3.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Analisis R/C ratio tujuannya adalah untuk mengetahui keseimbangan penerimaan dan biaya dari usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) yang dilakukan oleh pembudidaya di Kecamatan Sei Lepan selama periode produksi Tahun 2012. Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa nilai analisis R/C ratio budidaya kepiting sebesar 1,10. Artinya setiap Rp. 1,0,- yang dikeluarkan oleh pembudidaya untuk usahanya hanya menghasilkan Rp. 1,1,- . Kecilnya nilai RIC ratio ini karena pembudidaya kepiting soka sudah mendapatkan penghasilan tetap yang dihitung dari variabel TKDK, sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh menjadi sangat kecil dan merupakan keuntungan yang bersih. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa dari hasil perhitungan analisis R/C ratio, rnenunjukkan bahwa usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan merupakan usaha yang menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. 4. Kesimpujlan dan Saran 4.1. Kesimpulan 1. Hanya variabel bibit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan, sedangkan pengaruh variabel lainnya seperti luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga tidak signifikan 5
Agrica | Vol. 2 No. 1 | Juli 2014 mempengaruhi produksi. 2. Pendapatan rata-rata pembudidaya kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan dalam satu tahun produksi adalah Rp.11.709.511,-/tahun atau Rp.1.171.000/bulan. Usaha budidaya kepiting soka (Scylla sp) di Kecamatan Sei Lepan dinyatakan layak untuk dilakukan karena nilai R/C ratio ratarata pembudidaya melebihi dari 1 (RIC = 1,10). 5.2. Saran 1. Perlu di usahakan adanya pembenihan untuk bibit kepiting seperti pembenihan yang telah ada untuk komoditas perikanan lainnya seperti udang dan ikan. Sehingga ketersedian bibit sebagai input produksi kepiting soka terjamin. 2. Perlu adanya penggunaan teknologi budidaya kepiting soka yang lebih baik, agar produksi dan pendapatan pembudidaya bisa meningkat. Daftar Pustaka Asmanah, D., Budiono, dan Hermawan, W. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Perikanan Budidaya di Jawa Tengah. http://pustaka.unpad.ac.ld/wpcontentluploads (6 Maret 2013). Bilas,R.A., 1984. Teori Ekonomi Mikro,Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Cetakan I, EGC, Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Budidaya Kepiting Soka. Direktorat Jenderal Perikanan Buididaya, Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2012. Pedoman Pengembangan Akuakultur Berkelanjutan di Proyek SAFVER. Direktorat Jenderan Perikanan Budidaya, Jakarta.
Pembudidayaan Kepiting Cangkang Lunak Di Sulawesi Selatan. Lelono, E.J., dan Susilowati,I, 2010. Penguatan Kenerja Budidaya Tambak Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, No.2 Desember 2010 : 202 — 216. Putranto, D.A, 2007. Analisis Efisiensi Produksi Pada Penggemukan Kepiting Bakau di Kabupaten Pemalang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Sukirno, S., 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi ke-3, Rajawali Press, Jakarta. Setiawati, W., 2006. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Industeri Pengasapan Ikan di Kota Semarang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Soekartawi, 2002. Analisis Usaha Tani, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Sofia,L.A., 2010. Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Kepiting Soka Di Lahan Tambak (Studi Kasus Di Desa Pagatan Besar Kahupaten Tanah Laut,Kalimantan Selatan). Sulistyaningsih, 2011. Metodologi penelitian kehidanan : Kuantitatifkualitatif, Cetakan pertama, Graha Ilmu,Yogyakarta. Suratiyah, K., 2011. Ilmu Usaha Tani. Cetakan VI, Penebar Swadaya, Jakarta.
Hasri, Nessa. N., dan Arsyad. M, 2011. Analisis Usaha Agribisnis
6