POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
September 2010
ANALISIS PRODUCT IMAGE DAN KORELASINYA TERHADAP NIAT BELI KONSUMEN DALAM PEMASARAN ICE CREAM
Legowo Dwi Resihono Politeknik Pratama Mulia Surakarta Jl. Haryo Panular 18A Surakarta
Abstract One of the marketing strategy to attract consumer attention is investing the product characteristic of company in consumer mind. Thie method called “image product” basically, image product is one of in teraction between producer and consumer, where’s the company makes the product identity. It is free froom the image which is good or bad image. In the case, the company has to do many obstacles to attract the consumer attention.
PENDAHULUAN Dunia usaha akhir-akhir ini semakin berkembang sejalan dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan ditemukannya mesinmesin dapat diproduksi barangbarang secara massal, cepat dan beraneka ragam jenisnya sehingga barang yang ditawarkan lebih banyak dibandingkan dengan permintaan konsumen. Perkembangan ini akan mempengaruhi pula pengetahuan, selera dan kebutuhan akan barang dan jasa. Dengan perkembangannya dan ilmu pengetahuan dan teknologi,masyarakat konsumen
lebih leluasa untuk memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhannya,selera dan keadaan keungan mereka. Hal ini menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat antara dua atau lebih perusahaan sejenis, dimana dengan adanya perkembangan ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam jumlah produk yang dihasilkan menjadi lebih besar, dan masingmasing perusahaan ingin memasarkan produknya dengan berhasil. Untuk itu perusahaan harus berusaha agar produknya dapat diterima oleh konsumen lebih dari produk pesaing. Perusahaan harus lebih peka 23
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dimana kebutuhannya, bagaimana kwalitasnya, bagaimana memenuhinya, dan keunggulan apa yang dimiliki produk itu sehingga konsumen tertarik membelinya. ah satu upaya strategi pemasaran untuk menarik konsumen adalah dengan menanamkan dalam benak konsumen karakteristik produk perusahaan, ini yang dinamakan “Product Image “. Product image pada hakekatnya merupakan interaksi antara pihak produsen dengan konsumen, dimana perusahaan menciptakan suatu identitas produk, terlepas pada apakah image itu baik atau buruk. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk melakukan tidakan-tindakan untuk memikat konsumen. Perusahaan berupaya untuk menampilkan suatu identitas produk yang dapat ditawarkan kepada konsumen agar dapat perhatian dan sekaligus menimbulkan kesan produk yang berkualitas. Identitas fisik yang dilakukan oleh perusahaan dapat menimbulkan persepsi konsumen atas ciri-ciri dan karakteristik produk yang ditawarkan. Produck image yang baik dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk
September 2010
tersebut dan dapat meningkatkan penjualan produk itu sendiri. Tinjauan Pustaka Marketing merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapat laba. Kegiatan ini ternyata bermula dan berakhir pada kebutuhan konsumen. Oleh karena itu seorang produsen harus dapat menafsirkan apa yang menjadi kebutuhan dan mengkombinasikan dengan daya yang ada seperti: Lokasi konsumen Jumlah konsumen Jenis kelamin Kebiasaan mereka dan lain-lain Untuk mendapat pengertian yang jelas tentang arti marketing, dicoba untuk memberi beberapa difinisi dari beberapa ahli: Stanton & Futrell dalam bukunya “Fundamental of marketing“ mendefinisikan sebagai berikut : Marketing is a total system of business activities designed to plan, price, promote, and distribute same think of value want satisfying goal and services to the benefit of the market present and potensial hause hold consumers or industrial user. 24
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Mandel & Rosenberg dalam bukunya “Marketing“ mengemukakan : Marketing is an exchange process between producers and consumers, in which the producer matches a marketing offering (the product and service, plus its promotion, distribution and price) to the wants and needs of consumers. Kotler menyatakan : Marketing is human activity directed at satisfying needs and wants trough exchange processes. Peter D. Bennet dalam bukunya “ Marketing “ mengambil definisi marketing dari the American Marketing Association : Marketing is the processes of planning and executing and the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and service to create exchange that satisfy individual and organizational goals.
September 2010
Dari definisi-difinisi di atas dapat disimpulkan adanya persamaan yaitu terdapatnya aktivitas pergerakan untuk menyalurkan barang dan jasa serta kepuasan konsumen yang menjadi titik tolak. Dalam melaksanakan aktivitas pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat unsure pemasaran yaitu : produk, harga, distribusi dan promosi yang saling berinteraksi ke dalam suatu program yang bertujuan agar tercapai hasil yang optimal. Kombinasi ini dikenal sebagai bauran pemasaran. Sistim Pemasaran Untuk memudahkan pemahaman mengenai hakekat dan peranan sistim pemasaran, harus dikenal lebih dahulu karakter kegiatan pemasaran. Model diagram sistim pemasaran yang didasarkan pada perspektif organisasi penjualan digambarkan berikut ini :
25
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Variabel bebas ( sebab )
September 2010
Variabel tak bebas ( akibat )
Bauran Pemasaran
Respon
( terkendali )
Perilaku
1. Keputusan Harga
1. Menyadar
2. Keputusan Promosi
2. Mengenal
3. Keputusan Distribusi
3. Menyenangi
4. Keputusan Produk
4. Memilih 5. Niat Membeli 6. Membeli
Faktor-faktor situasi
Pengukuran
Onal ( Tak terkendali )
Prestasi
1. Permintaan
1. Penjualan
2. Persaingan
2. Pangsa Pasar
3. Politas / Legal
3. Biaya
4. Kondisi Perokonomian
4. Laba
5. Teknologi
5. R.O.I
6. Peraturan Permintaan
6. Arus Kas
7. Sumber Daya Intern
7. Pendaftaran/ Saham
Perusahaan
8. Citra
26
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
September 2010
Gambar 1
Sistim Pemasaran
Model ini mempunyai tiga ciri yaitu : Pengukuran penampilan organisasi Pengidentifikasian varoabel-variabel yang relevan Pengklasifikasian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tak bebas.
bebas yang tidak berada dalam pengendalian perusahaan. Dalam merumuskan dan melaksanakan program pemasaran, pihak manajemen harus senatiasa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dari faktorfaktor tersebut, misalnya : krisis energi, peraturan pemerintah.
Bauran Pemasaran Variabel merupakan milik suatu organisasi yang berubah-ubah nilainya seiring dengan perubahan waktu. Misalnya sebuah perusahaan merubah anggaran promosinya atau harga jual produknya. Variabel bebas merupakan penyebab variabel tak bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang dikendalikan oleh perusahaan dan diidentitaskan sebagai bauran pemasaran : harga, promosi, distribusi, dan produk. Tingkat yang berbeda dari variabel-variabel ini dapat dikombinasikan untuk menghasilkan program atau pelaksanaan pemasaran. Faktor-faktor Situasional Variabel-variabel situasional mewakili variabel
Respons Perilaku Kelompok variabel bebas yang terdiri dari : bauran pemasaran dan faktor situasional, mempengaruhi respons perilaku konsumen, seperti : kehendak membeli, sikap, pilihan, pembelian dan sebagainya. Respons perilaku ini merupakan variabel tak bebas, yang senantiasa berubah, dipengaruhi juga dengan perilaku masa lalu sebagai hasil pengalaman. Dalam mengambil keputusan, manajer harus mampu mengidentifikasikan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel tak bebas. Pengukuran Prestasi Respons perilaku konsumen merupakan dasar bagi pengukuran prestasi perusahaan, baik pengukuran moneter maupun non moneter. Pengukuran moneter mencakup penjualan, pangsa pasar, laba dan 27
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
lain-lain. Pengukuran non moneter mencakup citra perusahaan, sikap konsumen terhadap perusahaan dan produk dan lain-lain. Produk Sebuah produk dapat berupa produk yang tangible maupun intangible. Produk tangible tidak terbatas pada produk fisik saja, tetapi juga meliputi atribut yang menyertainya, demikian pula dengan produk intangible. Pengertian produk menurut Kotler : A product is anything that can be offered to a market for attention, acquistion, use or consumption that might satisfy a want or need. It incudes phycical objects, services, persons, places, organization and ideas. Menurut Stanton : A product is set of tangible and intangible attributes including packaging, colour, price, manufacturer’s prestige, retailer’s prestige and manufacturer’s, and retailer’s services which the buyer may accept as offering
September 2010
satisfaction of wants and needs. Jadi pengertian produk dalam marketing begitu luas, karena meliputi segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar, berupa produk fisik, jasa, tempat, orang maupun sebuah ide gagasan ataupun gabungan dari jenis-jenis produk tersebut,seperti yang dikatakan David J. Luck & O.C. Ferrel : The product this offered maybe in any of these categories – goods, services and idea, indeed maybe an amalgan of all there, a good with connected services and ideas that together form the product. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa produk dalam arti luas adalah sarana pemuas kebutuhan konsumen, yang berbentuk benda fisik, pelayanan jasa, tempat, lembaga dan gagasan yang mana bentuk-bentuk produk tersebut mempunyai atribut yang dapat ditawarkan ke pasar. Suatu produk dapat diklasifikasikan ke dalam pasar dalam consumer goods atau industrial goods, dibedakan berdasarkan tujuan pembelian produk tersebut. 28
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Consumer Goods Adalah barang-barang yang dibeli oleh konsumen akhir dan langsung dikonsumsi tanpa diproses lagi. Berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen (consumer shopping habits ), maka consumer goods dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Convenience goods : Yaitu barang-barang yang frekuensi pembeliannya tinggi, unit volume relatif rendah dan konsumen hanya melakukan usaha yang minim untuk membandingkan dan membeli produk ini Convenience goods dapat di bagimenjadi : Staples goods : yaitu barang yang dibeli konsumen secara teratur misal kecap, sabun, pasta gigi. Impulse goods : yaitu barang yang dibeli konsumen tanpa perencanaan serta tidak memerlukan banyak usaha untuk memperolehnya, misal : kembang gula, coklat, ice cream. Emergency goods : yaitu barang yang di beli karena ada kebutuhan yang
September 2010
sangat mendesak, misal : payung, jas hujan. Shopping goods Yaitu barang-barang yang pembeliannya dilakukan oleh konsumen dengan melakukan pemilihan terlebih dahulu, yang biasanya berdasarkan pada keserasian, kualitas, corak dan model, sebelum tiba keputusan untuk membeli. Selanjutnya shopping goods dapat dibagi lagi menjadi : Homogensus : yaitu barang dengan kualitas serupa tetapi harta berbeda. Heterogeneous goods : yaitu barang dengan aneka macam kualitas sehingga konsumen lebih memperhatikan ciri-ciri produk dari pada harganya. Specilty goods : Produk ini mempunyai karakteristik yagn unik merk yang khas (brand image), yang dapat memberi kepuasan dan manfaat tersendiri, sehingga sebelum melakukan pembelian konsumen biasanya bersedia mengorbankan waktu yang cukup banyak. 29
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Unsought goods : Konsumen mengetahui atau tidak mengetahui akan adanya produk jenis ini, tetapi tidak terpikirkan untuk melakukan pembelian. Industrial goods Adalah barang yang dibeli bukan untuk dikonsumsi langsung, namun diproses lagi untuk menghasilkan produk barang akhir. Biasanya pembeli merupakan organisasi. Barang industrial dibedakan dalam tiga kelompok yaitu bahan dan suku cadang, barang modal serta perbekalan dan jasa. Product Image Dan Variabel Produk Produk image : Produk yang ditampilkan oleh suatu pemasar atau perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan ini konsumen akan melakukan suatu pemilihan atas produk dan jasa tertentu sesuai keadaan dirinya. Pemasar akan berusaha untuk menciptakan suatu “image” yang baik, tepat, sesuai dengan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.
September 2010
Kotler & Armstrong berpendapat dalam bukunya “ Marketing” : A product image is a particular subjective picture consumers actually acquire of the product. Berarti, Kotler menekankan bahwa dalam membangun suatu image yang baik, perhatian ditunjukan terhadap konsumen yang membeli produk tersebut. Dengan demikian perusahaan harus dapat membangkitkan persepsi dan kesan dari seorang konsumen terhadap penawaran produk, sehingga timbul suatu “product image”. Variabel Produk : Stanton mengemukakan bahwa suatu produk adalah suatu kesatuan atribut yang nyata maupun tidak nyata, seperti packing, color, service dan lainlain. Berkaitan dengan suatu product image, maka segala atribut produk harus diperhatikan oleh perusahaan agar mendapat tanggapan dari masyarakat. Kotler mengemukakan variabelvariabel yang harus diperhatikan dalm karakteristik suatu produk yaitu : Atribut
30
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Setiap produk pasti memiliki atribut yang bewujud misalnya mutu, ciri-ciri dan model. Mutu produk harus ditingkatkan, ciri-ciri mungkin perlu ditambah atau diubah dan model perlu disesuaikan, untuk meningkatkan penjualan dan profit. Mutu produk : kualitas yang tinggi memungkinkan dengan harga jual yang lebih tinggi dengan tidak lupa memperhatikan segmen pasar yang menjadi sasaran perusahaan. Ciri produk : merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan karena ciri produk adalah alat yang membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Model/corak produk : penampilan corak/model/design tertentu akan memberi ciri kepribadian produk tersebut di mata konsumen. Merk Merk ini biasa menambah nilai suatu produk, sehingga merk merupakan satu
September 2010
aspek yang mendasar dalam strategi produk. Menurut Kotler, definisi merk adalah : A brand is a name, term, sign symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods or service of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors. Stanton
memberi
definisi : A brand is a name, term, symbol or special design, or some combination of these element, that is intended to identify the goods or service of one seller or a group sellers. Sedangkan menurut Philips and Dunccan S : A brand is a word, mark, symbol, device or a combination there of to identify some product or service. Dari definisi diatas disimpulkan bahwa merk merupakan ciri yang melekat pada suatu produk, berupa tanda, symbol, desain dengan maksud untuk mengidentifikasikan produk tersebut. Merk juga menambah nilai suatu produk yang merupakan suatu aspek yang intrinsik dari suatu strategi. Walaupun pemberian merk perlu 31
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
ditinjau dari pihak yang berkepentingan yaitu : konsumen dan produsen. Merk ditinjau dari sudut konsumen Sebagian konsumen melihat merk sebagai suatu alat yang digunakan produsen untuk menaikkan harga produk mereka. Tetapi sebagian lagi menginginkan pemberian merk suatu produk karena hal ini memberi beberapa keuntungan antara lain : - Merk menunjukkan pada pembeli mengenai suatu produk. - Merk meningkatkan efisien pembeli. - Merk membantu menarik perhatian konsumen atas suatu produk baru. Merk ditinjau dari sudut produsen
September 2010
Walaupun merk bagi produsen berakibat penambahan biaya dan menjadi resiko jika produk tidak memuaskan konsumen namun ada beberapa keuntungan antara lain : • Merk memudahkan produsen untuk memproses pesanan dan menelusuri masalah yang timbul. • Merk merupakan perlindungan atas produknya. • Merk memberi kesempatan bagi produsen untuk menarik konsumen yang setia dan yang menguntungk an.
32
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
•
•
Merk membantu produsen melakukan segmentasi pasar. Merk yang baik membantu membangun kesan perusahaan.
Kemasan Kemasan merupakan segala kegiatan merancang hingga memproduksi wadah atau bungkus dari suatu produk. Beberapa elemen dari kemasan seperti ukuran, bentuk, bahan, warna, teks dan merk, meruipakan identitas produk atau suatu informasi tentang produk tersebut. Menurut Kotler : • Kemasan dapat meliputi 3 tingkatan • Kemasan utama adalah suatu wadah yang berhubungan langsung dengan isi produk. • Kemasan kedua adalah wadah perlindungan dari wadah utama. • Kemasan ketiga adalah wadah perlindungan terhadap kemungkinan rusak selama perjalanan ke konsumen atau selama
September 2010
dalam penyimpanan yang membutuhkan waktu lama. Menurut Stanton : Kemasan merupakan kelompok aktivitas secara dalam suatu perencanaan produk yang melibatkan perencanaan dan pembuatan wadah atau tempat bagi suatu produk. • Kemasan secara nyata berhubungan erat dengan : “labeling” dan “branding” karena label muncul dalam kemasan sedangkan “brand” ada bersama-sama dengan label. Pengertian kemasan disisni lebih berperan dalam fungsi sebagai suatu media pemasaran, karena didalamnaya terdapat unsure perencanaan produk dan berhubungan brand maupun brand dari produk tersebut. Kemasan dibuat untuk berbagai fungsi. Menurut Stanton fungsi kemasan adalah : • Untuk melindungi produk tersebut selama dalam perjalanan dari produsen ke konsumen atau melindungi produk selama isinya masih belum habis, seperti : •
33
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
parfum, spray, yaitu mencegah penguapan. • Kemasan bisa melengkapi program pemasaran perusahaan. Kemasan membantu mengidentifikasi suatu produk, sehingga bisa melindungi dari produk pesaing. Kemasan mungkin menjadi satu-satunya cara dimana perusahaan bisa membedakan produknya dengan produk lain yang saling bersaing. Pelayanan Pelanggan Pelayanan pelanggan bisa berupa sebagian kecil atau sebagian besar dari keseluruhan jasa pelayanan yang ditawarkan. Pelayanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : • Barang yang sepenuhnya berwujud : pada produk ini tidak melekat jasa pelayanan, misalnya : sabun, pasta gigi. • Barang berwujud dengan jasa pelayanan : pada kelompok ini, penjualan barang harus diikuti dengan pelayanan, misalnya penjualan komputer. • Jasa pelayanan pokok disertai barang/jasa tambahan : misalnya penumpang pesawat terbang membutuhkan jasa pengangkutan. • Jasa-jasa.
September 2010
Niat Beli dalam Model Konsumen Model perilaku konsumen merupakan suatu skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitasaktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja atau sesuatu yang mewakili apa yang diyakini konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Usaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen merupakan sasaran semua aktivitas pemasaran. Setiap pihak yang bersaing di pasar mengharapkan untuk dapat mempengaruhi sebanyak mungkin pembeli agar produknya dipilih dari antara produk alternatif apabila mereka berkesempatan untuk melakukan pembelian. Maka pengertian tentang perilaku konsumen serta faktor yang mempengaruhi pilihan produk dan merk yang spesifik sangat penting bagi setiap pembuat keputusan. Model tersebut menunjukkan suatu proses dan variabel yang mempengaruhi perilaku sebelum dan sesudahnya terjadi pembelian. Dalam model ini terdapat exogeneous variables yang terdiri dari proses pengamatan (perceptual process) 34
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
dan proses belajar (learning process). Variabel pengamatan terdiri dari : • Perhatian, merupakan reseptor-reseptor indera untuk mengendalikan penerimaan informasi. • Stimulus ambiguity, yaitu ketidakpastian tentang objek yang diamati dan tidak adanya makna dari informasi yang diterima. • Perceptual bias (penyimpangan pengamatan), yaitu suatu distorsi atas informasi yang diterima. • Overt search (penelusuran nyata), yaitu penelusuran informasi secara aktif. Variabel proses belajar terdiri dari : • Motif, yaitu dorongan dari dalam diri untuk mencapai tujuan membeli. • Choice criteria (kriteria pilihan), yaitu seperangkat motif yang berhubungan dengan produk yang dipertimbangkan. • Brand comprehension (penambahan merk), yaitu pengetahuan tentang berbagai merk barang yang akan dibeli. • Attitude (sikap), yaitu kesukaan pada merk yang
September 2010
didasarkan atas kriteria pilihan. • Intention (niat, maksud), yaitu prediksi yang meliputi kapan, dimana dan bagaimana konsumen bersikap terhadap suatu merk dan dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan. • Confidence (kepercayaan), yaitu keyakinan terhadap suatu merk. • Satisfaction (kepuasan), yaitu tingkat penyesuaian antara kebutuhan dan pemblian barang yang diharapkan konsumen. Dalam prakteknya, untuk menerapkan model ini, yang menggunakan tiga variabel utama yaitu : persepsi, belajar dan sikap dicontohkan : Misalnya seorang pemuda ingin membeli raket tennis. Dalam bagian model diperhatikan : pemuda tersebut pergi untuk berbelanja di toko alat olah raga yang menjual raket tennis (hal ini merupakan stimulus). Pemuda ini tidak banyak mengetahui tentang raket, dan tidak pasti raket apa yang disukainya. (stimulus ambiguity). Pemuda itu masuk ke dalam toko dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pramuniaga toko mengenai raket (over search). Oleh pramuniaga diberikan booklet tentang 35
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
berbagai macam raket. Pemuda itu mendapat informasi yang singkat tentang raket timbul perhatian, attention, karena hanya sebagian saja informasi tentang raket itu yang dapat diingat oleh pemuda tersebut, maka dalam proses memory terjadilah perceptual bias, pemuda itu akan dapat mengingan informasi mengenai raket secara lebih baik apabila ia betul-betul membutuhkan raket tersebut atau jika ia sebelumnya banyak bertanya tentang raket (hal ini merupakan exogenous variables). Tahap berikutnya merupakan formasi dari sikap (attitude). Hal ini dilakukan dengan merangkai criteria pilihan (choice criteria). Jika ia telah mengetahui bermacam-macam merk raket, maka ia dapat merencanakan untuk membeli raket tersebut (output : purchase). Apabila pemuda tersebut membeli raket tenis itu sesuai dengan yang diharapkan, maka pemuda itu akan mendapat kepuasan (satisfaction). Ice Cream Wall’s dan Campina Ice cream sudah bukan lagi berupa barang makanan mewah di masa Orde Baru ini. Saat ini ice cream tidak lagi hanya bisa dijumpai di restoran
September 2010
saja, melainkan sudah dijajakan sampai ke pelosok di desa-desa pulau Jawa. Berbagai macam merk ice cream tersebut menunjukkan bahwa produk ini sudah diproduksi oleh banyak perusahaan, dan sudah saling bersaing satu dengan lainnya dalam merebut pangsa pasarnya. Persaingan merebut pangsa pasar ini sudah sedemikian “ramai” sehingga bukan lagi hanya menggunakan media promosi tapi sudah sampai pada inovasi produk, pada cita rasa, macam bentuk : berbagai cup/mangkok selain diberi gagang. Saat ini sudah dibentuk ice cream serupa kue. Kemanapun telah diupayakan semenarik mungkin, terutama untuk anak-anak. Penjualan tidak lagi hanya di toko atau restoran atau kios-kios kecil, namun sudah dijajakan di dalam lingkungan perumahan. Penjualanlah yang berkeliling menjual ice cream. Karena itulah, penulis tertarik untuk mempelajari salah satu aspek dari marketing mix yaitu produk. Sejauh mana korelasi variabel produk : atribut, merk, kemasan dan layanan dengan product image (citra produk) sehingga mempengaruhi niat beli konsumen. Untuk penelitian ini diedarkan 100 36
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
kuesioner pada penduduk Surakarta, yang dipilih acak. Kuesioner yang kembali berjumlah 97 lembar. Dalam penanganan proses produksi kedua produsen ice cream ini menjaga ketat persyaratan higienis produk agar tidak tercemar secara mikrobiologis. Baju yang dipakai untuk produksi adalah baju khusus yang sudah steril. Sedangkan untuk ramuan komposisi bahan ice cream agar tidak bertentangan dengan kepercayaan masyarakat Indonesia misalnya halal. Usaha lain adalah mengurangi lemak susu, agar tidak terlalu menimbulkan rasa haus yang berlebihan atau dipakai bahan yang dinamakan”skim” artinya bahan yang lemak susunya rendah sekali. Untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tawaran ice cream yang disajikan beraneka ragam pilihan bentuk, rasa dan bahan tambahan lainnya, dengan harga yang berbeda agar terjangkau oleh kondisi masyarakat yang majemuk. Pembahasan Untuk menyusun buku ini, disebarkan 100 lembar kuesioner yang kembali sejumlah 97 lembar. Penyebaran kuesioner diusahakan merata pada lapisan
September 2010
penduduk kota Surakarta . Berdasarkan kuesioner yang dikembalikan didapat hasil berikut : • yang paling menyukai Campina = 35 orang. • yang paling menyukai Wall’s = 31 orang. • yang paling menyukai Swensen = 16 orang. • yang paling menyukai Peter’s = 8 orang. • yang paling menyukai Baskin Robin = 31 orang. • yang paling menyukai Hagen Daz = 16 orang. • yang paling menyukai Es teler = 8 orang. Dari komposisi diatas terlihat jumlah yang paling disukai adalah Campina dan Wall’s. Untuk penambahan lebih lanjut adalah bahwa responden memahami akan merk dari Wall’s dan Campina, yang terlihat dari jawaban mereka sebagian besar menjawab dengan benar. Relasi Antara Product Image dengan Nilai Beli Konsumen Dengan bantuan statistic dilakukan analisis untuk menguji hipotesa apakah terdapat hubungan antara Product Image 37
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
dengan Niat Beli konsumen. Untuk itu digunakan rumus
Frank = 1 −
September 2010
korelasi Rank Spearman sebagai berikut :
6.Σdi 2 n(n 2 − 1)
Nilai r untuk yang menyukai : Wall’s
Campina
-0,082
0.19
Uji Signifikansi : Ho
: ρ = 0 ; tidak ada hubungan yang kuat antara product image dengan niat beli.
Ha
: ρ ≠ 0 ; ada hubungan antara product image dengan niat beli. to = rs
n−2 1 − rs 2
Nilai to untuk yang menyukai : Wall’s
Campina
-0,443
1,111
Nilai t α/2 = 1,96. Jadi berada dalam daerah penerimaan HO. Oleh karena itu HO diterima untuk α = 5% Kesimpulan tidak ada korelasi antara niat beli dengan product image kedua ice cream tersebut.
38
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
September 2010
Kesimpulan Dari hasil analisa dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : • Tidak ada korelasi yang kuat antara niat beli dan ”product image” dapat diterima. Ini ditunjukkan oleh nilai rs yang kecil dan to < t α/2. Ini berarti bahwa untuk membeli ice cream, konsumen tidak memperhatikan faktor-faktor dari atribut, merk, kemasan dan layanan. Hal ini disebabkan ice cream merupakan impulse goods. • Atribut produk yang ditawarkan yaitu beragamnya aneka pilihan produk seperti : Neapolitan, Vinetta dan lainlain, dapat membuat
konsumen memiliki alternatif pilihan disesuaikan dengan situasi pada saat membeli. • Kesetiaan terhadap merk ditujukan dengan diketahuinya merk yang mereka sukai. • Kemasan yang kuat, bersih, warna yang menarik, label yang menarik dan mengundang selera mempengaruhi niat beli konsumen. • Pelayanan para penjual yang ramah dan layanan khusus disukai sebagai responden. Ini menunjukkan layanan kurang kuat pengaruhnya terhadap niat beli.
Daftar Pustaka
Kotler, Philip, 2001, “Marketing Manajemen” 7 edisi Revisi , Prentice Hall.
Danger, E.P, 1999, Memilih warna kemasan, diterjemahkan oleh Darwis Ishak, Pustaka Binaman Presindo. Kinner, Thomas & Taylor James, 2002, Riset Pemasaran Jilid I, diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto, edisi 3, Penerbit Erlangga.
Maurice Mandell & Larry Rosenberg, 1999, “Marketing” 2 ed, Prentice Hall. Peter Bennet & Futrell, 2000, Marketing, 2 ed, Prentice Hall. Stanton
& Futrell, Fundamental
1997, of 39
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
Marketing”, Mc Graw Hill. Swastha, Basu& Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, edisi ke 4.
September 2010
Winardi, 1999, Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Penerbit Mandar Maju.
40
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 2
September 2010
41