', I
II'
'"
ANALISIS POTENSl SLl\fBERDA YA LA HAN l.l~TU K PENGEl\1BANGAN SAPI POTONG DIKABUPATEN KARO
MARKUS MALAU
-
8
.
.
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTA.NIAN BOGOR KO(;.()R
2007
PERNYATAAN MENGE.'lAI TESTS DAN SUMBER TNFORMASI Dengan ini saya mcnyatakan bahwa iesis "Analisis Potensi Sumberdaya Laban untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo" adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi rnana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicanrumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Boger, Februari 2007 Markus Malau NRP A253050134
AJlSTRAK MAR.KUS MALAU. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengernbangan Sapi Potong di Kabupaten Karo (Potentiat Analysis of Land Resources for Beef Caule Development in Karo ReKency). Dibimbing oleh ATANG SlJTANDI, IJIJP S. WIRADISASTRA. Sumberdaya lahan, tcrnak dan hijauan makanan ternak (HMT) merupakan komponen yang bcrkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam pengcmbangan sapi potong, Lehan yang optimal untuk pengembangan sapi potong adalah yang scsuai lingkungan ekologis dan marnpu menghasilkan makanan ternak yang cukup, berkualitas dan kontinyu. Tujuan peneluian 101 adalah: (I) mcngidcntifikasi jenis-jenis pcnggunaan lahan unruk pengembangan sapi potong; (2) menenrukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong; (3) menenrukan kesesuaian lahan untuk tanaman HMT yang dominan dan potensi unruk dikembangkan sorta bagaimana tingkat ketcrsediaannya (daya dukung): serta (5) menenrukan prioritas dan arahan lahan pengernbangan sapi porong. Analisls yang digunakan melalui pendekatan pcnginderaan jauh (inderaja), Sistcm
Informasi Geografis(SIG) dan Microsoft Excel. Mel11l11i analisis dan pengolahan citra satelit Landsat TM7 diidcntifikasi jenis-jcnis pcnggunaan lahan yang berpotensl untuk pengernbangan sapi potong,
yakni lahan-lahnn usahatani yang mcndukung penycdiaaan pakan I IMT uruara lain: sawah, regalan, kebun campuran, semak/rcrumpuran, dan lahan tcrbuka dengan luas :1: 135.000 Ila (62% dari luas wilayah penelitian). Hasil analisis
menunjukkan bahwe sebahugian bcsar wilayah Kabupatcn Karo kurang sesuai sebagai lingkungan ekologis sapi potong baik sistem gembala rnaupun kandang, urama adalah terrain (lcrcng dan elcvasi) sena temperature humidity index (TH I). Laban yang sesuai Iingkungan ekologis sap! dengan
laktor pcmbaras
potong pada pcmcliharaan sistcm gcrnhala mcncapai 79.831 Ha (36,50%) scdungkan sistem kandang 58.771 I la (26,87%). Total daya dukung (DD) HMT pada kesesuoian lahan aktual mencapai
93.567 satuan ternak (ST) sehingga rnampu menampung tambahnn tcrnak sapi potong sebesar 43.585 ST sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan pctensial
rncncapai 133.371 ST dcngan kapasitas pcningkatan (Kl') sapi potong scbcsar 83.388 ST. Berdasarkan tingka; kerersediaan HMf pada kcadaan kesesuaian lahan aktual, sebagian bcsar lahun bcrada pada status rawan xampai S(lng(lf kritis mencapai 75.908 Ha ('.14.7 l % dari luas wilayah kabupaten) dengan rata-rata DD hijauan sebcsar 1,32 ST/l la scdangkan pada kcscsuaian lahan potensial, tingkat ketersediaan I lMT pada status aman scbanding dcngan status rawan sampai sangat kritis,
Berdasarkan landuse, lahan tegalan dan sawah mempunyai kemampuan mcnyediakan 1-IMT yiing relmif lebih tinggi dibandingkan dcngan lalmn-lahan laim1ya. Patla kcaclaan kesesm1iao lahan aktua.l rata-rata DD b.ijauan pada lahan tegalan dan sawah 111asing-111asiJ1g 1.30 dun 0.96 ST/Ha, scd•mgkan pada keadaan kesesuaian laban potensial I :19 dan l,J6 ST!Ha. Pada keadnan kcscsuaian lahan potensial, baik sistem gemb
5 I .403 ST atau rata-rata 1,41 ST /Ha sedangkan pad a sistcm kandang, lahan prioritas I mcmpunyai total DD sebesar 46.984 ST sehingga mampu rncnerima
tarnbahan sapi porong scbanyak 31.304 ST atau rata-rata 1,37 ST/Ha. Arahan lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupatcn Karo adalah sistern diversifikasi pada lahan tegalan dan sawah. Untuk sistem gembala, luas areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potcnsial mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas kabupaten) dcngan KP sapi potong 27.000 ST {l,32 ST/Ha) sedangkan pada sistcm divcrsifikasi lahan tegalan 15.932 Ha (7,28%) dengan KP sapi potong 24.403 ST (4,39 ST/Ha). Sedangkan untuk sistem kandang luas areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial dengan mencapai 12.263 Ila (5,63% dari luas total kabupatcn karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan 10.537 Ha (4,84%).
© Hak cipta milik ln~titut Pertanian Bogor, tahnn 2007
Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis darl lnstitut Prrtanian flOROr, sebaglan 011111 seluruhnya dalam
bemuk apapun, baik cetak; fotokop: mlkrofilm, don sebagainya
I_
ANALTSJS POTENSI SUMllKlU>AYALAHAN PENGEMBANGANSAPIPOTONG 01 KABUPA TEN KA.RO
UNTUK
MARKUS J\1ALAU
Tcsis sebagai salah saru syarat untuk mcmperoleh gelar Magistcr Sains pada Program Studi llmu Pcrencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT l'ERTANlAN BOGOR
BOG OR 2007
Jucul Tesis
: Analisis Poieasi Surnberdaya Lahan untuk Pengembaugan Sapi Potong di Kabupaten Karo
~mmt
: Markus Malau
NRP
: A253050134
Diselujui Komisi Pembimbing
..__.------c.. -:» 1-tti . ;;1 tr. Ataog:Su:andi. M.Si. Ph.D. -(I•
Ketua
Diketahui Ketua Program S111cli
Sek lah Pascasarjana
~ilfyah
,
/ Dr. lr.~di, Vl.Agr.~-
Tanggal Ujian: 22 Februari 2007
P~of,J)r Ir Khairil s. Notodiputro, MS.
Tanggal Lnlus:
0 s MAR 2f!J7
PRJ\.KATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul "Analisis Potensi Sumberdaya Laban unuik Pengembangan Sapi Potong di Kabupatcn Karo". Penulis menyadari sepenuhnya hahwa penyelesaian iulisan ini tidak tcrlcpas dari dukungan dan banruan semua pihak, rnaka perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhonnat: I. l:lapak Ir. Atang Sutandi. M.Si. Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Uup S. Wiradisastra, M.Sc selaku pembimbing scna Bapak Prof. Dr. Ir. Junaidi A. Rachim sclaku pcnguji luar komisi, yang tclah banyak mcmbcrikan bimbingan dan saran;
2. Ketua Program Studi Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr dan segenap dosen pengajar serta asistcn pada program studi llmu Pcrencanaan Wilayah, atas bimbingan clan dukungannya 3. Pimpinan Pusbindiklatrcn-Bappcnas yang tclah mcmbcrikan kcscmpatan kcpada pcnulis unruk mengikuti program studi dan memberikan beasiswa tugas betajar ini. 4. Kcpala Kantor PDt (Bapak Ir. Mulia Barus, M.Si) beserta staf dun l'cmerintah Kabupaten Karo aias dukungan, bantuan dan ijin yang tclah diberikan selarna rnelaksanakan tugas bclajar di lnstirut Pcrtanian Boger 5. Scgcnap staf Program Srudi Llmu Perencanaan Wiluyah yang tel ah mernbantu kelancaran penulis selama studi. 6. Bapak Ir. Suratman, peneliti pada Puslinanak Boger yang tclah memberikan referensi, konsultasi clan masukan. 7. Rckan-rckan mahasiswa Program Studi lhnu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascusarjanu I PR tahun 2005.12006 atas banruan, kcrjasama dan dukungannya, 8. Kedua orangtua dan rnertua, ito dan lae 1. Simatupang (Padang) sorta adekadckku atas doa, rnotivasi dan dukunganoya, 9. Lue Daniel. Shanty, Meri-Eko (Jakarta) aias banruan clan dorongan scmnngat. l U. Semua pihak yang 1idak dapat penulis sebutkan satu pcrsatu, yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil dalam pcnyclcsaian tulisan ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangun dan kelemahan, namun penulis berharap tulisan ini marnpu mernberikan manfaat bagi semua pihak yang mernbutuhkan. Boger, februari 2007 Markus Maluu
RlWAYAT RJDUl'
Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 23 September 1969 dari bapak J.R Malau dan ibu H br. Sitanggang, Pcnulis mcrupakan putra kedua dari rujuh bcrsaudara. Sekolah dasar hingga menengah atas diselesaikan di Bukittinggi Sumatera Baral. T ahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bukittinggi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk pada jurusan Prodnksi Temak Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang melalui jalur undangan PMDK dan tamat tahun 1995. Kesempatan untuk melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Srudi llmu Perencanaan Wilayab diperoleh pada tahun 2005 atas .ijin tugas bclajar dari Pemerintah Kabupaien Karo dan beasiswa pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pclatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas. Saat ini penulis bekerja pada Kantor Pengolahan Data Elektronik (PDE) Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, dengan tugas utama antara lain membantu dalam perencanaan dan penerapan tekoologi infonnasi dalam rangka mendukung e-govemment di Kabupaten Karo.
DAFTARISI Halamao DAFTAR TABEL
XI
DAFTAR GMIDAR
xii
DAFTAR LAMPIRJ\N ··-·······················································-····················· PENDAHULUAN Latar Belakang ······-·-·-································-······················ .. ··········· Perumusan Masalah. ································-·-·-·······•1H•············· ..·················· Tujuan Penelirian ··-····---··································································· Manfaat Penelitian ····································································-······· Keterbatasan Penelitian ...............................................................••. .....
XIII
TINJAUAN PUST.'\.KA Sapi Potong Fvaluasi Sumberdaya Lahan -......................................................... Karaktcristik dan Kualitas Lahan Kesesuaian Lahan ·-····-············· .. ·········· Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia ·················-·················· .. ······················-················ .. ······· Hijauan Makanan Temak Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Pola Pengembangan dan Bentuk Usaha Sapi Potong Si stem lnformasi Geografis .. Penginderaan Jauh untuk Penutupan/Penggunaan Lahan HAHAN DAN lv!ETODE Lokasi dan Waktu Peoelitian Dahan.................................................................................................. Alal...................................................................................................... Kerangka Pemikiran Met ode dan J\nalisis Idcntifikasi Jenis Penutupan!Pcnggunaan Lahan Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong. Penilaian Kcscsuaian Laban untukTanaman Hijauan Ternak .. ldentifikasi Tingkat Ketersediaan llijauan Makanan Temak........................................................................................ Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Temak Sapi Potong ... -...................................................................................
J 3 3 3 4 5 6 9
I1 12
14 I6 18 20 21 23 23 21 25 27
28 29 3I 32 34
GAMBA RAN Ut.-lUM DA.BRAH PE.'IELIrIAN Pcnutupan dan Peoggunaan Laban.....................................................
38
Penduduk ·······-···--·-····--·······················............................................ I!clim....................................................................................................
39 40
Topografi
46
Geologi dan Batuan Induk
49
Xl
Satuan Lahan dan Tanah
Hidrologi Keadaan dan Kesuberan Tanab Kondisi t:mwn Peternakan
50 54 54 57
..........................•
HASlL DAN PEMBAHASAN Penutupan dan Penggunaan Lahan Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Kesesuaian Laban Tanaman Hijauan Makanan Terna!<...................... Kcscsuaian Laban Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Gogo Kcscsuaian Lahan Tanaman Jagung........................................... Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar Kesesuaian Laban Tanaman Kacang Ilijau Kesesuaian Laban Tanaman Rwnput Gajah Kcscsuaian Laban Tanaman Rumput Setaria Kesesuaian Laban Tanaman Rumput Alam Kcscsuaian Lahan T anaman Leguminosa .. Ketersediaan Ilijauan Makaoan Temak..............................................
61 67 72 73 75 78 80 R3
85 87 90 91 94
Prioritas dan Arahan Laban................................................................ Prioritas Arahan Lal:an Arahan Laban Pengembangan
l0I 101 l 06
SIMPULA1\l DAN SARAN............................................................................
113
DAFT.6.R PUSTAKA
115
LANfPIRAN
..
XII
119
DAFTAR TABEL Halaman Jenis dan sumbcr pcta dan data sckundcr
23
Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi gembala ...................................................•.................................................
30
Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi kandang.....................................................................................................
30
Kriteria status daya dukung hijauan makanan iernak berdasarkan indcks daya dukung
33
5
Karaktcrisasi pakan limbah tanaman pangan............................................
33
6
Karakterisasi potcnsi sumber pakan alami pada riap penggnnaan lahan..........................................................................................................
33
Nilai saluan rernak (Sl) ruminnnsia utnma di Kabupatcn Karo tahun 2005...........................................................................................................
34
8
Matrik prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong
34
9
Luas wiluyuh dan pcnutupen/pcnggunaan lahan Kabupatcn mcnurut data RPS (2005) dan peta digital R RI
2 3 4
7
Karo 38
I 0 Luas wilayah, jumlah pcnduduk dan kcpadatan penduduk di Kabupaten tahun 200)
39
11 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karo di sernbilan stasiun pengarnaran tahun 1985 - ?.005 .. ..
40
12 Zona ugroklimat berdusarkan jumlah bulan basab dan kcring di Kabupaten di 9 stasiun pengamatan tahun 19X5-2005
43
13 Rata-rata suhu udara di staslun Kutagadung tahun 1996--2005 dan stasiuo tongkoh tahun 2000-2005
43
14 Rata-rata pcrscntasc kelembaban nisbi di stasiun Kutagadung tabun 1996-2005 dan stasiun Tongkol: tahua 2000·2005
44
15 Bentuk wilayah dan luas lahan berdasarkankclcrengan di Kabupaten Karo ·························································-····························· 16 Kctinggian dan luas wilayah di Kabupaten Karo......................................
46 '16
17 Jenis-jenis tanah dorninan yang dijumpai di Kabupaten Karo
55
18 Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Karo menurut Taksonomi Tanah (1975) dan Dudal & Soepraptohardjo (1960)
56
19 Pcrkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2000-2005 ········································-·······················································
59
20 Luas penggunaan lahan sawah dan lahan kering sena populasi ternak ruminansia utama di Kabupaten Karo iahun 2004
GO
Xlll
45 Arahan lahan pengernbangan sapi potong sistcm gembala di Kabupaten Karo 46 Arahan lahan pengembangan Ka bu paten Karo
I 07
sapi potong sistem kandang di .. ..
I 07
47 Arahan lahan pcngembangan sapi potong sistem GEMBALA
menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL.........................................................................................
109
48 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KAND ANG mcnurut kecarnatan di Kabupaten Karo pnda kcadaan kcscsuaian lahan AKTUAL
109
49. Arahan lahan pengembangan sapi potong sistcm GEM BALA rnenurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTE~STAL.............................................................................................
108
50 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistcm KANl)ANG
menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTcNSIAL
. I 08
DAITAR GAMBAR Halamau l
Peta lokasi penelitian Kabupatcn Karo Provinsi Sumatera Utara............
24
2 Diagram alir kerangka pemikiran..............................................................
26
3
Diagram alir pclaksanaan penelitian
37
4
Peta curah hujan Kabupaten Karo
41
5
Peta zona agroklimat Kabupaten Karo
42
6
Pera estimasi suhu berdasarkan elevasi di Kabupatcn Karo
45
7
Peta lereng Kabupaten Karo
47
8
Peta elevasi Kabupaten Karo
48
9
Peta landunit Kabupatcn Karo
52
l 0 Peta penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupatcn Karo 11
.
66
Peta kescsuaian lingkungan ckologis sapi potong sistern gembala di Kabupatcn Karo
70
12 Peta kcscsuaian lingkungan ckologis sapi potong sistern kandang di
Kabupatcn Karo
71
13 Peta kcscsuaian lahao tanaman padi sawah di Kabupaten Karo 14 Peta kcscsuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo l 5 Peta kcscsuaian laban tan aman jagung di Kabupaten Karo
74 77 .. .
79
16 Peta kcsesuaian lahan tanaman ubi ja!ar di Kabupaten Karo
82
17 Peta kcsesuaian luhau lanaman kacang hijau di Kabupaten Karo
84
18 !-'eta kesesuaran laban tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo
86
19 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput sctaria di Kabupatcn Karo
89
20 Pe;a kcsesuaiau lahau tanarnan rumput alarn di Kabupaten Karo
91
21 Peta kesesuaian lahan tanarnan leguminosa di Kabupatcn Karo
93
22 Peta status daya dukung bijauan makanan temak di Kabupaten Karo......
99
23 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo
l03
24 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistern 105
kandang di Kahupaien Kam
25 Peta arahan lahan pengernbangan sapi potong sistem gembala di
Kabupatcn Karo........................................................................................ 26 Peta arahan lahan pe.ngcmbangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo .. .
XVI
.111 112
DAFTAR LAl\fPTRAN Ha la man l. Asumsi tingkat pcrbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial mcnurut tingkat pengelolaannya .. ..
120
2
Legenda satuan lahan dan tanah Kabupatcn Karo
121
:l
Kualitas dan karakteristik Laban di Kabupaten Karo...............................
122
4
Analisis kimia tanah di beberapa kccamatan di Kabupatcn Karo.............
133
5
Kesesuaian lingkungan ckologis sapi potong di Kabupaten Karo dan
faktor pcnghambat................................................................ 6
.. ..
134
Kriteria kescsuaian lahan bebcrapa tanaman sumber hijauan makanan
l~nlak.........................................................................................................
XVII
141
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pernbangunan subsektor peternakan mcmegang pcranan peming dan menjadi bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, meningkaikan pendapatan dan kesejahteraan petani, menyediakan lapangankerja, peningkatan kctahanan pangan serta penghasil pupuk organik, Pertambahan penduduk dan tingkat pcndapatan yang term meningkat menuntul ketersediaan pangan bergizi asal ternak. Untuk menjamin ketersediaan pangan tersebut perlu upaya peningkatan produksi dan populasi tcrnak, salah satunya melalui pengcmbangan temak ruminonsia sesuai dengan
sektor pertanian yang menyumhang 62,5& % dari total PDRB Kabupaten Karo. dimana subsektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 8,42 % menempati
urutan ketiga setelah tanaman bahan makanan dan ianaman perkebunan rakyat {BPS, 2005). Jumlah sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2004 sebanyak 45.858 ckor mcrupakan populasi yang paling banyak dipclihara dibandingkan dengan
tcrnak bcsar lainnya, Pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Karo mempunyai prospek dan peluang sangat baik. Hal ini dimungkiakan antara lain karena tcrscdianya
2
lahan yang masih cukup luas, potcnsi sumberdaya pctani pctemak, dan permintaan tcrhadap daging sapi yang terus meningkat. Aspek pemasaran ternak sapi juga belum menjadi kcndala. Di samping iru, sapi potong potensial dikembangkun di Kabuputen Karo, di sarnping untuk kebutuhan daging dan sumber tenaga kerja terutama pengolahan tanah dan penarik barang,
juga
mengingat hasil sarnpingan bcrupa kotoran ternak, scbagai sumber bahan organik dan sumocr hara potcnsial bagi tanaman. Scbaliknya bahan limbah pertanian dapai digunakan sebagai masukan untuk usaha peternakan. Adanya keterkairan antara
usaha tani dengan peternakan ini dapat meningkatkan pendapaian petani, Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian utarna khususnya tanaman
pangan dan horrikultura di Sumatcra Utara, Pola nengernbangan sapi potong di Kahupaten Karo Iidak terlepas dari penggunaun lahan dan perkernbangan usaha
pertanian tc1 urama sawah clan rcgalan/ladang. Di daerah pcrtaniau intcnsif sepeni Kabupatcn Karo, jcnis pakan yang dibcrikan pada tcrnak ruminansia scpcrti sapi potong tcrdiri alas hijauan dan konscrurat, namun sebagian besar bcrupa pakan hijauan. Pakan hijauan yang rnerupakan sumber serat kasar, berasal dari rumput segar yang ditanam pada pernatung sawah, tegalan den lahan lainnya serta dari Jim bah pertanian seperti jerarni padi, jerami jagung atau jcrarni kacang-kacangan, Fluktuasi pakan hijauan dipengaruhi oleh tataguna lahan dan pola tanam dan musim panen komoditi pertanian untuk rncnghasilkan llrnbah pertanian scpcrti jerami padi, jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan lain-lain. Luasnya
mernungkinkan
lahan sawah dan lahan
dilakukan
kering di Kabupaten
pengcmbangan
pola
Karo sangat
intcgrasi ternak-tanarnan.
Keterpaduan antara ternak dan tanaman pertanian ini dapat saling menunjang dan
Saling rnenguntungkan mclalui pemanfaatan tenaga sapi untuk rneugolah tanah dan kotoran sapi untuk pupuk organik sernentara
lahun sawnh dan ladang
rnenghasilkan limbah untuk pakan ternak scperti jerami padi, jagung dan kacangkacangan.
Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan
tcmak. Dengan demikian, peluang potcnsi pcngcmbangan pctcrnakan khususnya
ternak ruminansia cukup terbuka lebar dengan mengoptirnalkan
pemanfaatan
limbah pertanian yang tersedia sebagai pakan untuk temak sapi potong.
3 Perumusan Masalah
Pengernbangan usaha sapi potong di Kabupateu Karo tidak berjalan sebagalmana diharapkan karena usaha tersebut belum sepenuhnya didasarkan pada potcnsi surnberdaya wilayah yang ada, baik potensi sumberdaya lahan sebagai pcnycdia pakan temak maupun lingkungan yang optimal untuk kehidupun temak sapi itu sendiri. Kondisi ini dapat mcnycbabkan jumlah populasi dan produksi lambat berkembang. Olch sebah itu diperlukan kajian tcutang potensi sumhcrdaya
lahan
yang
rnenyeluruh
untuk
kepentingan
perencanaan
pcmbangunan khususnya dalam pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Karo agar optimal dan lebih tcrarah. Bcrdasarkan uraian di atas, maim dapat dirumusknu pcrmasalahan scbagai bcrikut:
a. 13clum adanya pcnelitian/kajian tenumg kcscsuaian lahan untuk lingkungan ekologis sapi potong dnn kcscsuaien lahan unruk hijauan makanan tcrnak scna daya dukungnya, b. Potcnsi lahan di Kabupaten Kam belum dimanfaatkan secara optimal bagi
pengernbangan sapi potong, c. Ketersediaan hijauan makanan temak belum tcrpenuhi dan dinilai sccara kualitas bagi pengembangnn sapi potong. Tujuan Penclitian
Tujuan dari pcnclitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi jenis pcnggunaan lahan untuk pengembangan ternak sapi potong,
2. Mcncntukan kescsuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong, 3. Mcnentukan kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan ternak sapi potong yang dominan dan potensi untuk dikembangkan serta tingkat
ketersediaannya, 4. Mcncntukan arahan pcngcmbangan rcrnak sapi potong berdasarkan potcnsi sumberdaya lahan dan kelayakan usahaternak. Manfaat Penetinau
Hasil penclitian ini nantinya diharapkan dapar bormanfaat antara lain:
4
I. Sebagai bahan pertimbangan bagi pernerintah kabupaten dalam pcrencanaan pembangunan, khususnya untuk pengembangan peternakan sapi potong.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan swasta yang bcrgerak dalam usaha pengernbangan sapi potong di Kabupaten Karo.
3. Tersedianya sistem informasi rnelalui analisis potensi lahan/wilayah unruk pengernbangan peternakan khususnya ternak sapi potong di Kabupatcn Karo. Keterbatasan Pcnclitian Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini amara lain: I. Peta satuan tanah yang digunakan tcrbatas pada informasi dari peta satuan tanah skala tingkar tlnjau y~ng dikeluarkan Puslitanah (l 982). 2. Evaluasi lahan hanya dilaksanakan lcbih bcrsifat kualitaiif schingga hanya
mcmadai untuk arahan pengernbangan pada tingkat awal, 3. Perhitungan produksi bahan kering hijauan makanan ternak untuk setiup kelas kesesuaian lahan didasurkan pa
4. Akscsibilitas (saranajalan) dan pemukiman tidak dipcrhitungkan.
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Poroug Temak sapi merupakan temak ruminansia bcsar yang mcmiliki kcmampuan tinggi unmk mengubah hijauan yang berkualitas rcndah menjadi produk yang bermanfaat bagi kchidupan manusia dalam bcmuk daging. Ternak lni juga dapat mcmanfaatkan hasil samping/limbah pertanian dan industri sebagai pakan pokok
hidup dan produksi (Muljadi et al., 1992). Kcgunaan tcmak dalam kehidupan petani meliputi antara lain: (a) sebagai sumber tcnaga kerja; (b) pcngubah hasil lirnbah pcrtanian dan rumput alarn; (c) scbagai tabungan dan cadangan uang runai; dan {d) scbagai sumber pupuk organik (Natasasmita dan Mudikdjo. 1980).
I'cmilihan suatu bangsa sapi mcnurut Blakely (1985), tergantung pada kcsukaan pctcrnak, kcadaan lingkungan, kcmampuan adaptasi. cfisiensi procuksi, kemumpuan mernelihara dan menyusui anak, ukurnn badan, pcnambahan bcrat
badan, dan sifat-slfai lain yang cocok dengan keinginan petcmak yang bersangkutan. Jenis sapi yang dipelihara dan sudah lama ada di Indonesia serta sudah dianggap sebagai sapi lokal adalah sapi Bali (termasuk
Bos indic11s), sapi
Ongole (Bos Jndicus) serta Pcranakan Ongolc (PO). sapi Madura, sapi Jawa, sapi
Sumarera dan sapi Aceh
yang semuanya
dianggap sebagai keturunan sapi
Bos
sondaicus dan Bos indicus. Di antara bangsa sapi yang besar populasinya adalah sapi Bali, sapi Ougole serta Peranakan Ongole dan sapi Madura (Natasasrnita dan Mudikdjo, 1980).
Faktor iklim sebagai salah satu faktor lingkungun memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan temak sapi potong. Mcnurut Sugeng ( 1998) faktor lingkungan tersebut meliputi: suhu, kclcmbaban, curah hujan. Faktor lingkungan yang tidak sesuai akan mejadi beban berat bagi kehidupan sapi, Sifat iklim di daerah trupis di Indonesia tcrgolong panas nan lemhah ditandai oleh kelemhahan udara raia-rata di atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 mm/tnhun dan perbedaan antara suhu
siang cian malam hari tidak bcgitu mcncolok yakni sekitar 2-5°C. Tempera/ ure humidity index (THI) merupakan faktor yang mempengaruhi
produksi dan perkembangbiakan sapi, Temperaturehumidity index (TUI) yang juga dikenal sebagai indeks kegelisahan adalah indeks yang menentukan efek
6 lingkungan
terhadap kcnyamanan suatu makhluk hidup yang mengkombinasikan
temperatur dan kelembaban (AMS, 2006). Faktor THI bcrbubungan dengan kemampuan sapi potong dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya schingga dapat mcngganggu produksi. Amundson et al. (2006) mengungkapkan pengaruh lingkungan terbadap tingkai kebuntingaa pada sapi potong dimana unruk hari kc 0-60 pcriodc breeding, nilai THI optimum udalah 68,0 sedangkan ambang batas THI di mana sapi akan bcradaptasi adalah i2,9. Pengurangan tingkat kebuntingan kemungkinan besar kctika rata-rata THI sama atau melcbihi dan 72.'J. Selanjutnya, Berman (2005) menyatakan, temperature humidity index (THI) digunakan untuk mcnaksir tckanan (stress) yang bcrkaitan dcngan panas rcrmasuk scnsasi kenyamanan dcngan lingkungan bcrbcda yakni kclcmbaban udara dan tcrnperatur pada kecepaian udara rendah . Ketersediaan air harus dipcrhitungkan dalam usaha peternakan sapi potong. Sapi yane kekurangan air menyebabkan r·1k1ivilf1s sel-sel t11h11hny11 11ka11 lerganccu sehingga tubuh sakil dan pcrtumbuhannya akan icrganggu. Kebutuhan air bagi
tiap ckor sapi dcwasa dipcrhitungkan rata-rata 40 liter schari da.n dalam kondisi di padang pcnggernbalaan diusahakan jarak umuk rnencapai sumbcr air tidak lcbih dari 1,6 km agar sapi lidak terlalu lctih, Evnluasi Sumbcrdaya Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (land~cape) yang rnencakup pengertian lingkungan
fisik y11ng meliputi tanah, iklim,
relief, hidrologi dan
vcgctasi dimana faktor-faktor tcrscbut sccara potcnsial akan bcrpcngaruh tcrhadap penggunaannya (JIAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipcngaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik
dimasa lalu maupun Saal sekarang. Evaluasi lahan merupakan penilaiun keragaan (performance) lahan bila digunakan untuk tujuan yang spesifik. I Ial ini tcrrnasuk pclaksanaan dan interpretasi dari survel dasar seperti iklim, tanah, vegetasi dan aspek-aspek lainnya dari lahan dalam ha! pcrsyaratan dari bentuk-bentuk pilihan dari
peuggunaan lahan (FAO, 1976). Agar bernilai dalarn perencanaan, cakupan penggunaan lahan yang dipertimbangkan harus dibatasi hanya bagi yang relevan
7 dalam konteks fisik, ekonomi dan sosial daerah yang dipertimbangkan perbandingannya hams mcngikutsertakan
dan
pula pcrtimbangan ekonomi.
Djaenuddin et al. (2003a) mengemukakan bahwa evaluasi lahan adalab
proses dalam meuduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian, Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasamya ditentukan oleh kecocokan sifat fisik liugkungan yang mencakup iklirn,
tanah, terrain rncncakup lcreng, topografi/relief
batuan di perrnukaan dan di
dalam penampazg tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrotog', dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman, Kecocokan antara sitar fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dicvaluasi mcmbcrikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan
untuk komoditas iersebut. Hal ini
mcmberikan pcngcrtian bahwa jika lahan tcrscbut digunakan untuk pcnggunaan tertcntu dcngan mcmpcrtimbangkan berbagai asumsi mencalcup masukan yang diperlukan, akan mampu memberikan basil (keluaran) sesuai yang diharapkan.
Evaluasi lahan perlu untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya Jahan untuk penggunaan tertentu Pada dasarnya evaluasi sumberdaya laban rnembutuhkan keierangan-keterangan yang menyangkut 3 (uga) aspek uiama, yaitu: lahan,
penggunaan la ban dan ekonomis, Data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan survey tanah, FAO (1976) menyatakan bahwa satuan peta lahan dalam survey biasanya digambarkan dengan sifat lahan. Sifat lahan yang diidentifikasi dan diinterpretasi antara Jain: Iandform, litologi, relief dan lereng, iingkat torehan,
elevasi, pola drainase, dan landuse yang dapat diuraikan sebagai berikut Landform atau bentuk permukaan bumi adalah bcntukan alam mengenai
permukaan bumi yang terjadi melalui serangkaian proses yang disebur proses geornorfik tgeomorphic process). Landform mempunyai hubungan erat dengan fisiografi, litologi, topografi, mineralogi, tanah dan lain-lain. Dcngan demiklan dalam penelitian tanah, khususnya survci tanah, pcmahaman dan penelaahan fisiografi dan landform sangat pcnting. Satuan fisiografil/anc!form merupakan salah satu faktor atau unsur pembeda satuan peta tanah (SPT).
Litologi atau bahan induk adalah rnassa lunak bersusunan anorganik atau
organik yang menjadi awal pernbentukan tanah. Bahan induk bersusunan anorganik bcrasal dari pclapukan batuan induk sedangkan bahan induk bcrsusunan organik berasal dari bahan induk organik. I nformasi gcologi dan pengetahuan tcntang litologi sctcmpat bcrtujuan mcncntukan pcnetapan narna bahan induk dan sifat-sifatnya. Bahan induk dibedakan dalam dua grup yaitu bahan lepas/lunak dan bahan kukuh, Bahan lcpas/ lunak scbagian bcsar berbahan sedimen atau bahan
lapukan yang terdapat di alas batuan keras. Sedangkan bahan kukuh berupa batuan yang kcras scpcrti batuan beku scrtu sebagian batuun sedimcn dan
metamortik. Tingkat torchan, diindikasikan
dengan kcrupatan drainase (drainage
density; atau kcrapatan Jcmbah (valley density). Informasi tentang tlogkat torehan benujuun menentukan
tingknt erosi yang telah terjadi, balk pada masa lampau
maupun pada mass sekarang. lnformasi ini dapat diperoleh dari basil intcrprctasi pcta rupabumi, foto udara atau citra lainnya dan dnri pcngamatan lapangan, Relief dan lereng, mcrupakan aspck topografi yang berguna untuk mengetahui bentuk wi layuh akibat adanya perbedaan ketinggian alarni ataupun buatan dan besarnya lereng yang dominan, mlsalnya bentuk wilayah datar sampai agak datar mernpunyai kelerengan 0-3% dengan perbedaan tinggi <5 meter,
berombak mempunyai kelerengan 3·8% dengan perbedaan ketingglan 5-15 meter, dun seterusnya.
Elevasi, mcnyaiakan kctinggian temper darl permukaan laul (dinyatakan dalam meter). Data ketinggiau ini dapat dipcrolch dari basil pengukuran langsunc dcngan altimeter, Global Positioning Sys/em (GPS) atau data yang ada pada pcta
rupa bumi/topograli. Drainase dan polu drainase. Drainase menyatukan rnudah tidaknya air hilang dar tanah. Berdasarkan klas drainasenya, tanah dibcdakan menjadi klas drainase terhamhat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangai cepat hilang dari tanah. Pola drainase adalah bentukan jaringan sungai dananak-anak sungai yang
berupa alur-alur, proses dan bentukannya sangat dipengaruhi oleh jcnis batuan induk yang menyusun suatu lanskap. Pola drainase dapat diinteprctasi dari peta rupabumi, foto udara dan citra /andsat. Beberapa pola drainase sepcni, rudial (di
I_
9
daerah kcrucut volkan muda), braided (daerah yang mempunyai aliran sungai deras karena lereng curam seperti pegunungan, kipas aluvial), dendritik (daerah datar-bergelombang dari hatuan induk homogen dan tidak kukuh (tuf volkan. batuliat), dan lain-lain.
Landuse atau penggunaan lahan, secara umum dipcngaruhi oleh keadaan tanah dan kctcrsediaan air. Tipc penggunaan lahan atau land Utilization Types (LUT) yang dapat dikembangkan disuatu wilayah akan sangat ditentukan oleh keadaan sifat tanah dan fisik lingkungannya. Kriteria utama yang digunakan dalam mcncntukan klasifikasi pcnggunaan lahan dan vegetasi diutamakan pada jcnis dan vegetasi pcrmanen yang tcrdapat di daerah bersangkutan, lnformasi ini bcrtujuan mendapatkan gambaran tentang keadaan pcnggunaan lahan yang ielah ada pada saat kcgitnn dilakukan (presem land11se). Karakterisrik dan Kualitas Laban
Karakteristik lahan adalah sifnt atau airibut lahan yang dapat diukur/ diestimasi. contohnya: sudut lereng. curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air terscdia, biomassa vegetasi dan scbagainya (FAO, 1976). Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dart kegiatan survei atau pemetaan surnberdaya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungao dan tanahnya, Dalli tersebut digunakan unruk kepcrluan interpretasi dan evaluasi lahan hagi komoditas tertentu. Sctiap karaktcristik lahau yang digunakan secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lain. Karenanya FAO (1976) mengernukakan bahwa dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan antara
lahan dengan
penggunaan lahan hendaknya
rnenggunakan kualitas lahan, Namun dalam praktek, karaktcristik lahan sering . juga digunakan dalam cvaluasi lahan, Kualitas lahan (land quality) adalah sifar-sifat atau atribut yang bcrsifat
kompleks dari scbidang lahan. Setiap kualitas lahan mcmpunyai keragaan (perfvrmance) yang
berpcngaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan
tertentu, Kualitas lahan ada yang bisa dieslimasi atau diukur secara langsung di
Iapangan, ictapi pada umumnya ditetapkan dari karakteristik lahan (J: AO, 1976).
10 Kualitas lahan kemungkinan
berperan positif dan negatif terhadap penggunaan
lahan tergamung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang bcrperan positif adalah
sifatnya mengunrungkan bagi suatu penggunaan, sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan mcrugikan (merupakan kendala) tcrhadap penggunaan tertenru, sehingga mcrupakan fakior penghambat atau pernbatas, Kenyataan mcnunjukkan bahwa kualitas lahan yang sarna bisa berpengaruh tcrhadap lcbih dari satu penggunaan. Dernikian pula satn jenis pcnggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi olch bcrbagai kualitas lahan. Conteh kualitas lahan untuk produksi temak, menurut i;AQ (1976) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (200 I) meliputi: •
Semua kualiras lahan yang mcmpcngaruhi pcrtumbuhan tanaman/hijauan/ rurnput ternak, aruara lain: kcrcrsediaan air, kctersediaan hara, ketersediaan oksigen di
perakaran,
daya
mcmegang
unsur
hara,
kondisi
untuk
perkecarnbahan, mudah tidaknya diolah, kadar garam, unsur-unsur beracun, kepekaan erosi, hama dan penyakit tanaman, bahaya banjir, suhu. sinar matahari dan periode fotosintesis. iklirn. kelembaban udara dan masa kering
untuk pcmatangan tanarnan, •
Kesulitan-kesulitan iklirn yang mempengaruhi tcrnak:
•
Kctcrsediaan air minum untuk temak
•
Peoyakir-penyakit ternak;
•
Nilai nutrisi dari rumput;
•
Sifat racun dari rumput;
•
Kctahanan terhadap kerusakan rumput;
•
Ketahanan tcrhadap erosi akibat penggembalaan; Menurut Djaenudin et al. (2003a). karena jumlah karakteristik lahan cukup
hanyak maka untuk kepentingan evaluasi lahan bisa dipilih dan ditentukan sesuai dcngau kcperluan dan kondisi lokal di wilayah yang akan dievaluasi.
Untuk
evaluasi Jahan pada skala kecil (tingkat tinjau skala I :250.000) dengan skala besar (tingkat detil skala 1: 10.000) perlu dipertimbangkan mengenai jumlah dan rnacarn kualitas serta karakteristik lahan sebagai parameter yang akan digunakan. Scbagai
contoh, parameter untuk cvaluasi laban yang digunakan pada tingkat tinjau, tentu lebih sederhana dibandingkan dcngan untuk tingkat detil karena berkaitan dengan
11 kctcrscdiaan dan kualitas data pada masing-masing tingkar pcmetaan
tanah
tersebut,
Kesesuaian Laban
Kesesuaian lahan adalah kecocokan dari suatu tipe lahan tertentu bagi penggunaan yang direncanakan {FAO, 1976). Sebagai contoh, lahan sesuai untuk
irigasi, tambak, pertanian tanaman semusim, lain-lain,
tanaman
hijauan pakan ternak, dan
Lebih spesifik lagi kcsesuaian lahan dapat ditinjau dari sifat-sifat fisik
lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainasc yang sesuai untuk suatu usahatani atau komoditas iertentu yang produktif Menurut Djaenudin et al (2003a), dalam mcnilai kcsesuaian lahan ada beberapa cara, antara lain: dcngan pcrkalian parameter, pcnjurnlahan, atau menggunakan hukurn minimum yaitu memperbandingkan (matching) antara kualitas/ karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun bcrdasarkan persyara!an penggunaan atau persyaratan rumbuh tanaman atau komoditas lainnya yang dievaluasi. Proses klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan lahan dari area tertentu dengan menenrokan kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Penilaian kesesuaian lahan terseout dibedakan menurut kategori sebagai bcrikut (FAO, 1976): •
Ordo. Kelas kesesuaian lahan menunjukkan apakah lahan dinilai scbagai
sesuai (S) atau tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Ordo S mcrupakan
lahan dirnana penggunaan
yang lcstari
dcngan jenis yang
dipertimbangkan diharapkan akan menghasilkan keunmngan yang mendukung pemberian input, tanpa resiko kerusakan yang tidak dapat ditcrima tcrhadap sumberdaya lahan. Ordo N merupakan lahan yang mempunyai kualitas yang tidak mcmungkinkan pcnggunaan yang lestari dalam bentuk penggunaan yang dipertimbangkan, •
Kelas. Kelas mencerminkan derajat kescsuaian. Urutan kelas dinyatakan
dcngan angka. yang makin rendah kesesuaiannya makin besar angkanya pada suatu order. Tingkatan kelas kesesuaian lahan adalah:
12
Kelas Sl (sangat sesuai): Lahan tidak mempunyai Iaktor pernbatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan sccara berkelanjutan, atau faktor
pcmbatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan secara nyata
Kelas S2 (cukup sesuai): Lahan mempunyai faktor pernbatas, dan Iaktor pcmbatas ini berpengarnh rerhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan input (rnasukan), Pcrnbatas tcrscbut biasanya dapat di atas olch petani sendiri.
J&«)as S3 (scsuai marginal): Lahan mempunyai fak:tor pembatas :;ang berat, dan faktor pcrnbatas ini bcrpcngaruh tcrhadap produkti vitasnya, memerlukan tarnbahan input yang lebih banyak daripada lahan yang tcrgolong $2. Untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, schingga pcrlu adanya bantuan atau campur tangan pemerintah atau pihak swasta.
Kclas Nl Ctidak scsuai pada 5aat ini). Lahan yang mcmpunyai faktor pcmbatas yang berat tetapi masih mernungkinkan diatasi, tctapi tidak dapat dipcrbaiki dcngan tingkat pengelolaan
dengan modal noanal. Keadaan pernbatas
sedemikian besarnya, sehingga mcnccgah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Kela~ N2 (tidak scsuai selamanya). Laban yang mempunyai faktorpembatas pcrmauen yang mencegah segala kcmungk inan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. • Subkelas, Subkelas menccrminkan rnacam hambatan, misalnya kelernbaban, bahaya erosi, dan lain-lain. Subkclas dioyatakan dengan huruf kecil, misalnya S2m, S2c, S3me, dimana m = moisture (kclcmbaban); 'e =erosion (erosi). Pada kelas SI tidak ada subkelas. Sumberdaya Laban unruk Pengcmbangan Temak Ruminansia Faktor sumberdaya lahan berkaitan sangat crat dengan usaha pengembangan ternak ruminansia; scbagai rcmpar hidup dan sebagai penghasil hijauan pakan ternak. Mcourut Suratman et al. (1998) bcrdasarkan kcbutuhan lahan, usaha pctcrnakan dapat dibcdakan mcnjadi dua, yairu: usaha pcternakan yang berbasis
lahan dau usaha peternakan yang tidak bcrbasis lahan, Mcnurut Dircktorar Jcndcral Pctcrnakan dan Balai Pcnclitian Tcrnak (1995), pemanfaatan-lahan untuk
13
peternakan didasarkan pada posisi bahwa: {a) lahan adalah sumber pakan untuk ternak (b) semua jenis lahan cocok sebagai sumber pakaa ( c) pemanfaatan lahan untuk petemakan diartikan sebagai usaha penyerasian antara peruntukan lahan dengan sistem pertanian, (d) bubungan antara lahan dcngan ternak bersifat
oleb
perernak
antara
lain:
lahan
sawah, tegalan,
padang
penggembalaan, dan lahan peckebunan dengan tingkat kepadatan tergantung pada keragaman dan intensitas tanaman, ketersediaan air, jenis sapi poiong yang dipelihara. Lahan-lahan terscbut mcmungkinkan pcngcmbangan pola integrasi ternak-tanaman yang merupakan proses yang saling mcnunjang dan sating
menguntungkan melalui pcmanfaatan tcnaga sapi untuk mengolah taaah dan kotoran sapi
untuk
pupuk organik
sementara
lahan sawah
dan Iadang
rnenghasilkan limbah untuk pnkan ternak scpcrti jerami padi, jagung dan kacang-
kacangan, Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan ternak, sedangkan kebun dan hutan memberikan sumbangan rumput lapangan dan
jenis tanaman lain. Pemanfaatan pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan sepanjang tahun, sehingga dapat meniugkal.kan produksi dan produktivitas ternak (Ryadi, 2004) Kelompok ternak ruminansia lebih banyak terpaut pada sumberdaya lahan dibandingkan deagan kelompok unggas yang pasokan input produksinya dapat
berasal dari luar wilayah bersangkutan
sepanjang sarana transportasi dan
pendukung tcrscdia dcngan baik (Lcmbaga Penelitian II'B, 2001). Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyebaran tcmak ruminansia akan lebih haik kalau didasarkan
atas fakror-faktor sumbcrdaya lahan (seperti pola pengguaaan lahan.lkapasitas tampung temak) dan ketersediaan sumberdaya manusia khususnya tenaga kerja
pertanian.
14
Menurul Natasasmita Can Mudikdjo (J 980}, untuk mcmpcrhitungkan potensi suatu wilayah untuk mcngcmbangkan temak secara teknik, rnaka pcrlu dilihat populasi temak yang ada di wilayah tcrsebut dihubungkan dengan potensi makanan tcmak yang dihasilkan olcb wilayah yang bcrsangkutan. Untuk
rnemperhitungkan potensi wilayah umuk produksi temak herbivore (pemakan hijauan) maka perhitungan kepadatan ternak teknis yang diperlukan adalah jumlah satuan ternak (S.I) ternak herbivora saja. Sernakin rendah angka kepadatan ieknisnya, maka berarti kemungkinan wilayah tersebut mcmpunyai poiensi yang
tinggi untuk pengembangan ternak. Dari angka kepadatan teknis rnaka akan didapatkan gambaran kasar tentang potcnsi suatu wilayah untuk pengembangan ternak. Potensi yong sesungguhnyn nkon ditenrukun oleh tingkut produksi hijauan
makanan tcmak di wilayah bersangkutan, Kemampuan produksi hijauan makanan ternak akan bergantung kcpada: (!) Dcrajat kcsuburan tanah, (2) )klim, (3) Tataguna ianah, dan (4). Topografi. Lebih
lanjut
dikatakan
bahwa
uruuk
memperhitungkan poteusi yang scsungguhnya, maka hanya tanah-tanah yang potensial untuk rnenghasilkan hiiauan makanan ternak saja yang dipcrhitungkan, misalnya tanah pcrtanian, pcrkebunan, padang penggernbalaan dan sebahagian dari kchutanan,
llijauao Makanao Tcrnak 1-lijauan makanan tcrnak (HMT) merupakan semua bahan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, Kclompok hijauan makanan ternak meliputi bangsa rumput (gramineae), leguminosa, dan hijauan dari tumbuhan lain seperti daun nangka, waru, dan lain-lain. I tijauan sebagai bahan makanan ternak dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering, Hijauan segar berasal dari hijauan segar sepeni rumput segar, leguminosa segar dan silasc, scdangkan hijaun kering berasal dari hijauan yang scngaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (AAK. 2005).
Khususnya di Indonesia, bahan hijauan memegang peranan penling karena diberikan dalarn jumlab besar, Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, karubing dan domba
yang dibcri hijauan sebagai
bahan tunggal, rnasih dapat
mempertabankan hidupoya dan mampu tumbuh baik dan berkembang biak (AAK,
15 2005).
Bulo (2004) menyatakan, dalarn pengernbangan tcrnak ruminansiu di
Indonesia, hijauan makanan temak adalah Iaktor yang sangat penting dengan kornposisi yang terbcsar yakni 70-80% dari total biaya pemeliharaan. Menurul Reksohadiprojo 1981, jenis tanaman budidaya maupun alami yang umum dipergunakan sebagai hijauan makanan ternak tcrdiri atas: (I) jenis rumput-rumputan (gramineaey; (2) pcperduan/sernak (herha); dan (3) pcpohonan. Ada banyak pilihan terscdia bagi spcsics hijauan yung berporensi tinggi,
diantaranya adalah: (a) rumput alam/lapangan antara lain;
rumput para
tBrochiaria mutica). rumput bcnggala (Panicum maximum), rumput kolonjono
(Panicum muiicumi, rurnput bzrffe/ (Cenchrus ciliaris) dan Jain-lain; (b) peperduan, baik berupa legum seperti kacang gude iCajanus cajan), komak (Dolochos lab/ah) dan Jain-lain; dan peperduan lainnya dari limbah tanaman pangan pertan.ian antara lain: jerarni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, daun ubi kayu clan lainlain; ( c) legum pohon antara lain: scngon Jaut (Albazia falcatariay; lamtoro iLeucaena leucocephala), kaliandra ( Calliandra calothyrsus), turi (Sesbania sp)
dan lainlain. Menurut Manurung (1996), bijauan leguminosa merupakan sumbcr protein yang penting untuk tcrnak ruminansia. Keberadaannya dalam ransum ternak akan meningkatkan kualitas pakan, Limbah Penanian adalah basil ikutan dari pengolahan tanaman pangan yang produksinya sangat tcrgantung pada jcnis dan jumlah areal penanarnan atau pola tanam dari tanaman pangan disuatu wilayah (Makkar, 2002). Mcnurut Natasasmita dan Mudikdjo (1980) produksi limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan makanan tcrnak akan sangat tergantung kepada tata guna tanah dan pola pertaniannya. Beberapa macam jen.is limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan antara lain: jcrami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, pucuk tebu, dan lain-lain. Hasil limbah tanaman palawija pada umumnya bernilai gizi lebih tinggi daripada jerami padi atau jerami jagung. Pemanfaatan limbah
pertanian untuk tcmak tcrsebut akan rncndukung integrasi usaha peternakan dengan usaha pertanian bail tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Meourut Preston dan Willis (l 974), pemberian limbah padi pada ransum sapi pcnggcmukan sangat mcncntukan dalam pcrtambahan bobot badan dan efisicnsi penggunaan pakan. Untuk menggantikan sebagian pakan konsentrat,
16
dapat digunakan tanaman leguminosa, dcngan pcrbandingan 75 persen konsentrat Jan 25 person lcgurninosa (Nasrullah et ul., 1996). Cara ini selain dapat meningkatkan kualitas ransum, juga akan memberikan kcuntungan, terutama pada penggemukan sapi lokal.
Batubara
el
al. (2002) mcugatakan scbahagian bcsar daerah peternakan
ruminansia (sapi, kerbau, domba dan kambing) di Asia Tenggara memanfaatkan limbah pertanian (crop residue) seperti jerarni padi, jerami jagung dan pucuk tebu
untuk pakan ternak pada rnusim kering. Demikian pula di daerah pcrtanian tanaman pangan yang intensif dimana sumber hijauan pakan ternak ruminansia
sangat terbatas, sehingga I irnbah tanarnan pangan rnerupakan pakan altcrnatif yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung produksi ternak ruminansia. Produksi lirnbah pertanian dapat dicstimasi berdasarkan asurnsi dari perbandingan antara produk utama dengan limbahnya. Oleh karena itu, estimasi produ.ksi limbah pertanian dapat menunjukkan perbedaan yang disebabkan olch perbedaan angka konversi (rasio) yang digunakan. Produksi limbah pertanian disuatu wilayah, dapat diperkirakan berdasarkan luas areal panen dari tanaman pangan tersebut (Jayasuriya, 2002). Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak
Daya dukung digunakan scbagai ukuran dari jumlah individu dari spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Secara umum, daya dukung berkaitan dengan produktifitas ekosistem, Daya dukung sifatnya tidak tctap, daya dukung bervariasi bergantung pada Iaktoralam scperti fluktuasi cuaca dan ik.lim, dan ini juga secara kontinyu dimodifikasi oleh kegiatan manusia dan level teknologi. (Conant, 1983). Daya dukung dapat digunakan sebagai a!at dalam suatu kegiatan pembangunan berkelanjutan. Pengertian daya dukung sudah dikenal di kalangan pakar biologi, peternak sapi dan pengelola satwa liar. Pada spesies hewan, daya dukung dapat
didefinisikan sebagai populasi maksimurn yang dapat didu.kung dalam suaru habitat (Khanna at al., l 999). Produkiifitas suatu daerah dalam penyediaan bijauan makanan ternak merupakan salah satu faktor dalam mcncntukan besarnya daya dukung wilayah
17
rerhadap temak yang dipelihara khususnya sapi porong. Daya dukung atau daya tampung
tcrnak
ruminansia dalam suatu
wilayah
menunjukkun
populasi
maksimum suatu jcnis tcrnak ruminansta yang bisa ditopang di wilayah tcrsebut berkenaan dengan kemampuan wilayah dalam menye
tcrnak
suatu
wilayah
yang sudah mclcbihi
daya
tarupungnya
menunjukkan adanya kcburuhan introduksi teknologi untuk meningkatkan produktifitas wilayah dalarn rnemproduksi pakan hijauan. Daya tampuog ternak ditenrukan mclalui pcrhitungan Iuas dan daya tampung masing-masing jcnis
pcnggunaan lahan. ( Lembaga Penelitian IPH, 200 l ). Menurut Sumanto dan Juarini (2006), daya dukung bijauan makanan
ternak adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan tcrutama hijauan yang dapat mcnampung kebatuhan bagi sejumlah populasi temak ruminansia dalam bcntuk scgar maupun kering tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan khusus. Nilai daya dukung tersebut diperoleh dari total hijauan pakan terccma
yang tcrscdia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna sejumlah populasi tcmak di wilayah tersebut. Daya dukung bijauan dihitung berdasarkan kebutuhan I satuan temak (ST) sapi potong dalam satu tahun, dimana kebutuhan pakan = populasi tcmak (ST) x I, 14 ton Berat Kering Cerna (BKC)/tahun (umwnnya ST dewasa .,,, 250 kg}. Produksi bijauan merupakan produksi relatif unruk masing-masing kelas kescsuaian yang
dikuantifikasikan
dalam
bentuk
perkiraan
persentase
produktifitas terhadap tingkat produktifitas maksimum dengan selang dimana Sl = 80-100%, S2 = 60-80%, S3 = 41-60% dari produksi rata-rata rnasing-masing
hijauan atau daya dukung lahan, sedangkan kelas N tidak diperhitungkan (Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2001). lndeks Daya dukung(IDD) mcrupakan pcrbandingan amara total produksi hijauan pakan ternak dengan kebutuhan tcmak ruminansia yang ada pada suatu wilayah, Nilai indeks ini memberikan garnbaran apakah suatu jenis hijauan
rnakanan temak cukup
atau
tidak dalam memenuhi keburuhan tcmak pada suatu
wilayah, Indeks daya dukung hijauan makanan temak dihitung dari total pakan dari masing-masing limbah pertanian yang tcrsedia terhadap jumlah kebutuhan pakan bagi scjumlah populasi ternak di wilayah tersebut, Menurut Sumanto dan
18
Juarini (2006), lDD rnempunyai 4 (empat) kriteria yaitu: (1) wilayah sangat kritis, dengan IDO 51; (2) wilayah kritis, dengan LDD >1-2; (3) wilayah rawan, dengan !DD> l,5-2; dan (4) wilayah aman, dcngan IDD > 2. Masing-masing nilai TDD
tersebutmcmpunyai malrna sebagai berikut: Temak tidak mempunyai pilihan dalam ruemanfaatkan sumbcr
Nilai 5 l
yang tersedia, tcrjadi pengu:rasan sumberdaya dalam agroekosistemnya. clan tidak acla hijauan alami maupun limbab yang kembali melakukansiklus haranya: Nilai >I- 1,5
Ternak telah mempunyai
pilihan
untuk
memanfaatkan
surnberdaya tetapi bclum terpenuhi aspek konservasi;
Nilai > 1,5 - 2 :
Pengernbangan bahan organik ke alam pas-pasan;
Nilai > 2
Kctcrscdiaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien,
Pola Pengembangan dan Benruk Usaha Sapi Porong
Menurut Yusdja dan Ilham (2004). Indonesia memiliki tiga pola pengembangan sapi potong rakyat dimana ketiga pola ini dapat dikembangkan
pada suatu daerah berdasarkan potensi sumberdaya lahan dan pakan. Pertama, pengembangan sapi potong yang tidak. dapat dilepaskan dengan perkernbangan usaha pertanian terutama sawah dan ladang, Artinya disetiap wilayah persawahan
dan perladangan yang luas maka di sana banyak ditemukan rernak sapi. Pctcrnak rnemelihara sapi dengan tujuan sebagai sumber tenaga kerja terutama pengolaban tanab dan penarik barang. Oleh karcna itu pertumbuhan pertanian akan mendongkrak pertumbuhan jumlab sapi. Pada sisi lain, perkembangan usaha
penanian berhubun.gan erat
dcngan perkembangan penduduk. Pcnduduk akan
semakin padat di wilayah yang mempunyai lahan yang subur. Keadaan ini mcnciptakan struktur usaha peternakan berskala kecil. Pula kedua, adalah pengembangan sapi yang tidak terkait dengan pengembangan usaha pertanian.
Pola ini terjadi di wilayah yang tidak subur, sulit air, temperatur tinggi, dan sangat jarang penduduk seperti NTT, NTR dan sebagian Sulawesi. Pada umumnya, pada wilayah scpcrti ini tcrdapal padang-padang yang luas yang tidak dapat digunakan sebagai lahan penanian, Pola ketiga adalah pengembangan usaha pcnggemukan
19 sapi potong yang bcnar-bcnar padat modal, dalarn usaha skala besar, namun usaha
ini hanya tcrbatas pada pembesaran sapi bakalan menjadi sapi potong. Pcrusahaan penggernukan ini yang dikenal dengan [eedlotters menggunakan sapi bakalan imper uniuk usaha pcnggemukan. Meuurut Sugeng (1998),
mengingat kondisi
Indonesia yang rnerupakan negara agraris maka scktor pcrtanian tidak dapat
terlepas dari berbagai sektor yang lain dianuuunya sub scktor pctcrnakan. Faktor
pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia ini mcncntukan penyebaran usaha ternak sapi. Masyarakat peternak yang bcrmata pcncaharian bertani tidak bisa lcpas dari usaha tcrnak
sapi,
baik unmk tenaga, pupuk dan scbagainya
sehingga maiu berarti mcnunjang produksi pakan rcrnak bcrupa hijauan, hasil ikuran pertanian bcrupa biji-bijian atau pakan pcnguat, Umuk membuat stratcgi pcngcmbangan ternak ruminunsia sesuai dcngan karaktcristik dan potcnsi lahannya,
mcnurut Suratman et al. ( l 998) pola
pengernbangan peternakan dapat mengacu pada pola sebagai berikut:
lntensiftkasi/diversifikasl: pcngcmbangan pctcrnakau dilakukan sccaru intensif, tcrnak dikandangkan atau digernbalakan secara tcrkcndali. diaritkan. disuplai pakan. Umumnya pola ini dilakukan bcrsamaan dcngan usaha pcrtaniau lainnya, ternak digembalakan bcrgiliran dengan lahan tanaman pangan atau bcrsamaan disatu lahnn yang sama (bagi tanarnan yang tidak rnudah terganggu oleh ternak);
Ektcnsiftkasi: pola pengernbangan ternak dengan earn digcmbalakan pada lahan yang bukan sebagai lahan usaha budidaya pertanian. Sedangkan bentuk usaha petcrnakan di Indonesia mcnurut Natasasmita dan Mudikdjo (1980) pada umumnya dilakukan secara tradisional yang ditandai dengan: (I) motivasinya bcrhubungan dcngan kcdudukan sosial, agama, scbagai kesenangan (hobby), sebagal
tabungan atau sehubungan
dengan
usaha
pcrtaniannya, yaitu scbagai sumber tenaga kerja dalam pengolahan lahan atau sebagai surnber pupuk; (2) diusahakan sccara kecil-kecilan sebagai usaha sarnbilan dan perhitungan rugi Juba tidak menonjol; (3) dilakukan dcngan teknologi sederhana,
20 Sistem lnformasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis (SIG) dapat diartikan secara harafiah sebagai suaru kompoocn yang rerdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, data geogratis clan sumbcrdaya manusia yang bckcrja bcrsarna secara efektif untuk menangkap,
rnenyimpan,
mcmpcrbaiki,
mengintegrasikan,
menganalisa,
mcmpcrbaharui,
mengelola,
memanipulasi,
dan mcnampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis (Punrodewo et al, 2003). Sccara spesifik SIG didefinisikan sebagai suatu sisiem berdasarkan komputcr yang mempunyai kemampuan untuk
rncnangani data yang bcrcfcrcnsi geografi yang mcncakup (a) pemasukan, (b)
manajemcn data (penyimpanan data dan pemanggilan lagi), (c) manipulasi dan analisis, dan (d) pengemhangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989 dalam Barus dan Wiradisasi.ra, 2000). Berdasarkan operasinya. Sistem inforrnasi geografi dapat dibedakan mcnjadi dua kelompok yaitu: (I) SIG secara manual, dan (2) SIO secara terkomputcr atau
SIG otcmatis.
SIG manual beroperasi memanfaatk.an peta cctak (kcrras/
transparan), bcrsifat data analog dan biasanya tcrdiri atas beberapa unsur data termasuk peta-peta, lembar material transparansi untuk iumpang tindib, (oto udara dan foto lapangan, laporan-laporan statistik dan laporan-laporan survei lapangan, Sedangkan SIG terkomputer beroperasi sudah dengan menggunakan komputer sehingga datanya mcrupakan data dijital namun mcmcrlukan pcralatan-pcralatan khusus yang membutubkan keterampilan khusus pula dan mernbutuhkan biaya yang besar terutama pada tahap awal pembentukannya. Keuntungan SIG otomatis dibandingkan dcngan SIG manual adalah pada tahap analisis dari peuggunaan data yang berulang-ulang, kompleks clan men.ggunakan data yang sangat besar j urnlahnya (Barus dan Wiradisasua, 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa, salah satu contoh pcnggunaan SIG manual adalah dalam perencanaan penggunaan lahan seperti perencanaan penentuan wilayah pengembangan kornoditas tertenru dalam proses evaluasi kesesuaian lahan yakni dengan membandingkan antara kualitas lahan dengan persyaratan tumbub
komoditas yang bersangkutan (crop
requirement). Data swnhcrdaya lahan yang diperlukan adalah (I) data iklim (curah hujan, regim kelernbaban, dJI.), {2} data tanah, terutama sifat-sifat tanah
21
yang relevan dengan kcperluan tanaman. (3) data penggunaan lahan, (4) data peruntukan lahan, dan (5) data sosial ckonomi.
Wiradisascra ( 1989) mengemukakan bahwa sistem infonnasi surnberdaya alarn/lahan
dikembangkan dengan tujuan agar dalam menjawab keburuhan
informasi dan analisis dapat lcbih flcksibcl schingga kcrnejuan-kcmajuan dan perubahan-perubahan
barn dapat sclalu dipcrtimbangkan untuk mcningkatkan
kcrelitian dan updating sesuai dengan berkembangnya waktu. Salah saiu tujuan adalah dalam rncnjawab kcbutuhan analisis kelayakan lahan bagi usaha pertanian
dalam hubungan pcnatagunaan lahan atau cvaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah proses yang merupakan penghubung antara sistcm informasi dcngan pcngguna informasi yang pada umumnya para perencana.
Sistern
informasi geografis
(SIG)
mcmpunyoi
ciri
utama
ynkni
kernampuannya mcngintcgrasikan data, baik yang sejenis maupun gabungan data spasial sepeni data pcngindcraan jauh dengan data non-spasial (atribut) seperti data perpustakaan dan data lapangan, Oleh sebab itu, integrasi SIG dengan tcknologi GPS (Global Positioning System) dan inderaja (pengindcraan jauh) scbagai surnber i11p111 data, akan sangat bcrmanfaat untuk mendapatkan hasi I yang lcbih baik, akurat dan up to date. Salah satu bentnk dara GPS adalah bcrbcntuk titi.k tinggi clan koordinat, yang sclanjutnya dapat dii111erpolasikan pada SlC. Bentuk integrasi SlG dan inderaja misalnya adalah pemanfaatan foto udara atau citra satelit dimana hasil intcrprctasi foto udara atau citra dipindahkan kesuatu
peta, Tahap selaniutnya, peta tersebut dapat didigitasi untuk dimasukkan kc dalam SIG. Pcngindcraao Jaub untuk Penutupan/Penggunaan Laban Pcnginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh iuformasi tcntang suatu objek, daerah, atau fenomeoa melalui. analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dcngan objek, daerah, atau dacrah yang dikaji. Pada berbagai hal, pcnginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan sensor kita mengwnpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk medapatkan informasi tentang objck, dacrah atau
fenomena yang diteliti (Lillesand dan Kiefer. 1990).
BARAN DAN METODE Lokasi dan \Vaktu Peuelltian Penelitian
dilaksanakan
di Kabupaten
Karo
Provinsi Surnatcra
Utara
(Gambar I) tcrlctak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan. Sccara geografis terletak antara 2c50' - 3619'
l.inrang Utara dan 97°55' - 9R0.1R' Bujur Timur
dcngan batas-batas wilayah adalah:
Scbclah Utara
Kabupaten Langkai dar. Deli Serdang
Sebelah Selatan
Kabupatcn Dairi clan Kabupatcn Samosir
Sebelah Timur
Kabupatcn Deli Scrdang dan Kahupaicn Simalungun
Scbelah Barat
Kabupaten Aceh ·1 enggara (Provinsi !\AO)
Penclitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2006. B:ihan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini tcrdiri dari data sckundcr dan data primer yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data tcrsebut bcrupa pcta, citra satelit dan data tabular, seperti ditunjukkan pada Tabet I dibawah ini. Tabel I Jcnis dan sumbcr pcta dan data sekunder No. A I.
Skala Peta dan citra sa1eli1 Pela saruan lah•n daa tanah Lcmbar Medan (0619) dan
I :250.000
Tallun
Bcntuk
Sumbcr Data
1990
Digital dan
Pusliuanak Begor
Lembar liid1kalang {Ob l SJ 2. 3. 4. S. 6. 7,
B. I. 2.
Peta Rupabumi Kabupaten Karo Peta administrasi Kabupaieu Karu Peta Zona Agroklimat Kab. Karo Peta Curah Hujan Kab. Karo Cilra laadsat TM-7 path/row 129-058 tanggal 7 Juli 2005. PetaAgroklimat Kabupaten Karo Data sekunder lJata iklim Kabupaten Karo Data kornposisi dan populasi
hardcopy 1:50.000 1982 1:100.000 2003 1:100.000 2004 I: 100.000 2003 2005 I :250.000
llardcopy Bakosurtanal JP!!G• Bappeda Karo JPEC.• BMG Wil.l Medan JP)l(;• Rappcda Karo Crra
2005
JPEG*
RMG Wil.l Medan
2005 2005
Tabular
IlMG \Vil.I Mcdar
Tabular
Bl'S/D. Pertanian,
2005
Tabular
Kebun Pcrcobaan Tanarnun Buah
temak Kabupaten Karo 3.
Data analisis tanah beberapa kecamatan di Kabupaten Karo
Bakosurtanal
Petemakan Karo (Kl'TB) Bcrastagi
Keterangan: • formavtipe in1cg~
24
)*I •
PROPINSlSUMATllRA U'l'A.RA
Kabupatro D o i r i
,. S
0
5
10
IS
20 Kllome!eri
9.mbor •1'MIJl(ltfu;lblt.ullt1 .. t•\!. IJI() OJ0.14WIT•-. 1.Hl,L•'•G•te•»,>41Jd-. .._, .. IMJJ, U;l 4,ll:n:.ti:> •JI. I •~'1 (ttltl
•. "°''
.. 011·
.... ,.
PETA LOKASJ PF:NRT.TTTAN KABUP ATEN KARO
M•tt•
M'U'
11•31•
..
~as·
,. ....
1,EGENDA •D.,,.uTobo
0
Batu lmbupalm
. fllAn
Nmllli
PS PER ENC AN AAl! WU.A YA R lNS!'ITUT PERT AN!AN BOGOR 2006
Garnbar 1 Peta lokasi penelitian Kabupaten Karn Provinsi Sumatcra Utara. Alar Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: scpcrangkat komputer dengan software uiama Arcview GIS 3.3. Erdas imagine 8.6. Microsoft Excel dan
._),program pcndukung lainnya, scrta GPS (Global Positioning System). Komputer dcngan software pendukung SIG digunakan untuk pengolahan data atribut dan peta-peta digital, yang digunakan pada tahap analisis
serta penyajian basil
penelitian,
Kerangka Pemikiran Kerangka pcmikiran pcnclitian ini didasarkan bahwa dalam pencntuan
potensi sumberdaya untuk pengembangan ternak sapi potong hams dilakukan dengan pendekatan sumberdaya wilayah/lahan. Sumherdaya wilayah bervariasi antara satu icmpat dcngan tcrnpat lain. Olch karcna iru, tidak mungkin ternak sapi dikembangkan pada semua wilayah, antara lain karena adanya keterbatasan
sumberdaya lahan di suatu wilayah. Pengembangan peternakan sapi potong rnerupakan usaha pertanian berbasis lahan (land based agriculture) dirnana lalran merupakan faktor penting sebagai tempat hidup dan penghasil hijauan makanan
tcrnak. Lahan usaha ternak sapi potoug terkait erat dengan laban-lahan usahatani secara umum. Laban-laaan usahatani tersebut mernpunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam penyediaan hijauan makanen ternak termasuk limbah
pertauian karena jenis tanaman clan pcngclolaan yang bcrbcda, Olch scbab itu, perlu dilakukan evaluasi lahan untuk menilai keragaan lahan dalam penggunaan untuk tujuan spesifik dalam hal ini penggunaan lahan yang dipertimbangkan untuk pcngembangan sapi potong yakni penentuan kesesuaian lahan untuk Iingkungan ekologis dan kcsesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan temak (HMT). Kesesuaian lahan untuk IIMT dicerminkan olch tingkat kctcrscdiaan dan daya dukung hijauan di suatu wilayah tcrmasuk bahan pakan asal limbah pcrtanian. ldeutifikasi pcnggunaan lahan (/anduse) usaha tani yang potensial untuk pengernbangan ternak ruminansia dlbuai melalui proses interpretasi dan klasifikasi citra Landsat TM tahun 2005 sehingga didapat kelas pcnggunaan lahan dan lahan-lahan usaha Lani secara umum. Penenruan potensi lahan untuk pengernbangan
sapi
memperbandingankan
potong,
dih!htkan
dengan
matching
arau
antara kualitas/karakteriatik Tahan- dengari jiersyaratan
kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong yakni faktor iklim (sunu,
26 kclcmbaban), terrain (lcrcng, clcvasi), serta kualitas dun ketersediaan air (curah huian, bulan kering) untuk rnemperoleh peta kesesuaian lingkungan
ckologis.
Pcnilaian kescsuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan temak dilakukan dcngan matching antara kualltas/karaktcristik lahan dengan persyaratan rumbuh tanaman yang dominan dan potcnsial dikembangkan di lokasi peneliiian.
Kcscsuaian lahan untuk hijauan makanan ternak diccrminkan oleh tingkat ketcrsediaan hijauan pada suatu wilayah, Dengan proses analisis spasial (GfS) dapat ditentukan arahan lahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo.
Dari uraian di atas rnaka kcrangka pcndckatan diruniukkan scpcrti Gambar 2 scbagai bcrikut:
I Citra Landsat Tahun 2005 I L Peta Penggunaan Lanan
I
J. Lahan-lahan usabatani potensi peternakan Ruminausia
L Evaluasi Kesesuaian Laban
'
'
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lingkungan Untuk EkologisTemak Sapi Potong
Untuk Tanaman Hjjauan
Makanan Ternak Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak:
- Daya Dukung - lndeks Daya Dukung I •I
Analisis Spasial (SIG)
I I
~
Lahan-Lahan Pocensial Pengernbangan Sapi Potong
! Arahan Pengembangan Sapi Potong
Gambar 2 Diagram alir kerangka pcmikiran.
27 Metode dan Analisis Analisis dalam penelitian ini meliputi: (l) ldentifikasi jenis penurupan/ penggunaan lahan untuk pcngembangan sapi potong; (2) Penilaian kesesuaian Iahan sebagai liugkungan ekologis sapi potoag; (3) Peailaian kesesuaian Iahan untuk tanaman hijauan makanan ternak yang dominan dan potensi untuk
dikembangkan serta tingkat ketersediaannya dan; (4). Arahan lahan untuk pcngembangan sapi poiong berdasarkan poiensi sumberdaya lahan. Pcngolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
penginderaanjauh (J::rdas Imagine 8.6) dan Sistcm Informasi Geografis (SIG) Arc View GJS 3.3. Software Erdas Imagine ver 8.6 digunakan untuk proses klasifrkasi, interpretasi dan analisis citra Landsat TM7. Sclanjutnya, hasil dari pcngindcraan jauh rnenjadi somber input data dalam SIG. ArcVicw GIS 3.3. digunakan untuk analisis data atribut
dan
spasial scpcrti pemasukan danjoim tabel atribui, query,
operasi lumpang tindih (overlay), dan pembuatan peta-peia ternatik. Peia-peta yang digunakan untuk analisis dibuat dari berbagai sumbcr yang tcrsedia. Peta satuan Iahan Kabupatcn Karo mcrupakan hasil tumpang tindih antara peta satuan lahan dan tanah skala l :250.000 Pusliuanak tabun I 982, peta penggunaan/penutupan lahan dari interpreiasi citra (landsat TM-7 path 129 row 058 tahuo 2005), peta agroklimat KabupatenKaro skala I: 100.000, dan peta curah hujan skala I: I 00.000. Peta kelas lereng, peta elevasi dan peta suhu diolah dari konrur peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala I :50.000. Peta suhu dibuat dcngan estimasi suhu berdasarkan kctinggian rempat (elevasi) menggunakan pendekazan rumus dari Braak (I 928) dalam Mohr et al. (J 9n) sebagai berikut:
26,3°r.- (O,O I x elevasi dalam meter x 0,6°C) dimana pembagian suhu didasarkan pada kriteria kcscsuaian lingkungan ekologis
sapi potong yakni suhu
18 "C (sesuai) (Suratman et al., 1998).
Peta rupa bumi digunakan unruk membantu mcnduga kcmiringan lereng, ketinggian
tempat dari
permukaan laut (elevasi), pola dan kerapatan
drainase/tingkat torehan, Data kualitaslkarakteristik lahan diperoleh dari
28 keterangan peta satuan lahan dan tanah lcmbar Sidikalang (0618) dan lembar
Medan (0619) skala I :250.000 Proyck Perencanaan dan Evaluasi Sumbcrdaya Lahan (LKEP 1) Pusat PenelitianTanah dan Agroklimat Begor tahun 1981. Untuk data atau peta yang belum tersedia dalam format digital dilakukan proses digltasl melalui layar (on screen) schingga semua peta tersedia dalam
format digital, kemudian dilakukan pengolahan yaiiu overlay (nunpang tindih) serta opcrasi-operasi SlG lainnya ldentifikasi [enis penutupan/penggunaan lahan.
Ana.isis dilakukan melalui pengolahan citra dengan tahapan, yakni: (I) pcnyiapan citra asli, (2) analisis dau iiucrpretasi citra, (3) pembuatan peta-peta
tematik. Citra yang digunakan adalah citra Landsat TY17 path/row 129-058 tanggal 7 Juli 2005. Tahap penyiapan dilakukan untuk: l) Memotong image (cropping) sesuai bentuk wilayah/daerah pcnelitian, 2) koreksi geometri atau rcktifikasi, akibat pengaruh rotasi dan bentuk bumi, efek panoramlk, perubahan kecepatan dan variasi ketinggian satelit. Koreksi geometri atau rekiifikasi bertujuan memperbaiki distorsi geometrik schingga diperoleh citra deagaa sisiem proyeksi clan koordinat scperti yang ada pada peta, Koreksi dilakukan dengan rnenentukan sej umlah titik
kontrol mcdan (Gro1md Control Point = GCP). Proses yang digunakan untuk koreksi geometrik ini adalah proses resampling dengan pendekatan "tetangga terdekat" (nearest neighbor rcsampling). Titik kontrol yang dipilih adalah kenampakan-kenampakan yang terlihat jclas pada citra maupun pada pera, misalnya persimpangan jalan atau percabangan sungai. Akurasi koreksi geometri dinilai dari besar kecilnya akar kuadrat rataan (Rout Mean Square
=
RMS) dan
nilainya minimal dihawah 05. Tahap analisis clan interpretasi citra dilakukan dengan: klasifikasi dan interpretasi visual citra. Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbing tsupervised classifica1ion) dcngan pcmilihan training urea mcnggunakan tcknik "kerniripan maksimum" (maximum likehood classificaiiom. I ujuan analisis citra adalah untuk mcndapatkan deskripsi penutupan lahan menyeluruh mengeaai lokasi penelitian, Penerapan yang sering dilakukan adalah segmemasi atau klasifikasi ci tra dengan
?.9
tujuan menghasilkan
informasi
tutupan lahan. Interpretasi citra secara visual
dilakukan dcngan metode visualisasi dalam warna scmu (color composite) menggunakan kombinasi band RGB (red green blue) 542, umuk
lebih
mcmpcnnudah pcngcnalan objck melalui perbedann wama, Intcrpretasi dan
idcntitikasi turupan lahan berpedoman pacla peta rupabwni skala 1:50.000 Lernbar 0618-53 (Tigalingga), 061 &-54 (Tanjnne Beringin), 0618-63 (Seribudolok), 061912 (Lau Garut), 0619-14 (Kuiacane), 0619-21(Laubaleng),0619-22 (Kabanjahc),
0619-23 (Bahorok), 0619-24 (rvamoukur), dan Lembar 0618-31
(Bcrastagi) sena
pcta rupabumi skala 1:250.000 Lcrnbar 0618 (Sidikalang) dan 0619 (Medan) Edlsi-I tahun l 982. Selanjutnya, hasil analisis dan interpretasi citra diintcgrasikan ke dalam analisls SIG (convert
10
shape/lie) untuk pembuaian peta penutupan/ pcuggunaan
lahan, dilanjutkan dengan pcngecckan lapangan dan perbaikan peta. Pengecekan
lapangan (ground cltcck) bcrtujuan:
(a) mcncntukan
pcnggunaan lahan yang rnasih mcragukan (b) mcngctahui jenis hijauan makanan tcrnak yang dominan pada jenis-jenis pengguoaan lahan. Untuk mcmpcrkuat basil ground check maka dilakukan konfirmasi kepada masyarakat dan aparat "yang
berkompetcn, Pcrbaikan pcta dilakukan bcrdasarkan basil pcngccckan lapangan sehingga dihasilkan peta pcnggunaan lahan yang lcbih akurat. Peta hasil perbaikan ini adalah pcta pcnggunaan Laban 2006, yang digunakan untuk analisis spasial dan
peogolahan data selanjutnya, Pcnilaian Kcscsuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong
Penilaian dilakukan untuk pemcliharaan sapi potong sistcrn gcmbala clan sistem kandang, Ada crnpat karakteristik utama lahan yang digunakan dalam pcnyusunan kritcria lingkungan ckologis dalam pengembangan sapi potong, yaitu: rezim ternperatur (suhu rata-rata, kelembaban); ketersediaan air (bulan kering, curah hujan, keberadaan sumber air) dun kualitas air; terrain (lcreng, elevasi) serta persenlase kandungan baruan (Suratman et al.• 1998). Kriteria penilaian kesesuaian lahan untuk lingkungan ekologis ternak sapi potong rnenggunakan kriteria yang dibasilkan Tim Peneliti Daya Dukung Laban Peternakan. Pusliuanak, TA. 1992/1993 yang tclah discmpurnakan seperti terlihat
30 pada Tabcl 2 dan Tabel 3. Penilaian dilakukaa
dengan "mernbandingkan"
(matching) antara kualitas/ karakteristik lnhao dengnn kriteria persyaratan
lingkungan ckologis sapi potong. Penilaian dilakukan pada tingkat Ordo yaitu: S (sesuai) dan N (kurang sesuai).
Tabcl 2 Kriteria pcnilaian kcsesuaian lingkungan ekologis ternak sapi gembala Kesesuaian lingkungan sapi gembala Kamktcristik ~--------------S_,("-ses-'--ua_i,_) _ N (kurang scsuai)* Rcjim Temperarur (I) Suhu rata-rata (°C) < 18,>37 18-37 Kclembaban (%) <60, >90 60-90 Ketersediaan Air (w) Bulan Kcring (<100 mm) >8 !:8 Curah Hujan/tahun (mm)
750-4.000
<750 ' >4 .000
Keberadaan sumber a:r •>
Ada
l'idak Ada
6,5-9,0
<6.5 '>9.0
Kualitas Air (q)
pl l air Terrain (s)
Lereng (%) Elevasi (%) Oatuan (%)
~40
>40
s 1.250
> 1.250
<50
>50
S11111ber: Surutman ct '11. (19981. 'mudilikasi dari krueria ..tidak sesuai"
Tobe! 3 Kritcria pcnilaian kcsesuaian lingkungan ekologis untuk sapi kandang
Karaktcristik Temperarur Humidity Indeks (THI) THI (n)
Kcscsuaian ling,lamgan sapi kandang S (scsuai) N (kurang sc~uai)*)
70-80
< 70, >80
<8 <4.000
>8 >4.000
Ada
Tidak Ada
6.5-9.0
<6.5. >9.0
< 1.250
> 1.250
Ketersediaan Air
Bulan Kcring (
Terrain ts) Elcvasi (%) Sumber: Suratmon el al. (I 9981•
•> modifikasi dari kritcria "tidak sesuai" : ••1 sumbe: air bersifat alternatif. T: suhu udara (F) = 9/5(0C) + 32. RH. ketembaban uda-a, THI: T -0,55 (1-Rtl)/100) (T-58) Analisis spasial dan pcmbuatan peta kcsesuaian lingkungan ekologis sapi potong dengan rnenggunakan analisis SIG. Proses-proses yang dilakukan yaitu joint tabel dan query. Joint tabel antara basis data kesesuaian lingkungan ekologis
31 sapi po tong dengan tabel data atribut saman lahan. Selanjumya di lak ukan query
tcrhadap data kescsuaian lingkungan ckologis untuk pcmbuatan peta tematik dan perhitungan luas,
Penilaian Kesesuaian Laban untuk Tanaman Hijauan Tcrnak Pcnilaian
kcscsuaian
lahan dilakukan
pada tiap saiuan-satuan
lahan.
Kcscsuaian lahan unruk pakan sapi potong dilakukan pada beberapa jenis tanarnan hijauan pakan yang dominan ada di daerah pcnelitian. Pada penelitian ini pcnilaian kescsuaian lahan dilakukan terhadap: •
Padang penggcrnbalaan (pasture) sebagai penilaian untuk rumput alam.
•
Rumput Uajah (/>ermi.w:tum ;;:1rpureum) clan setaria (Seturiu .11xichcluta), rncrupakar; pcnilaian untuk rumput hudidaya.
•
Tanaman pangan clan hortikultura
yang dominan diusahakan di lokaxi
penelitian (padi, jagung. kacang tanah, uhi kayu, uhi jalar) sebagai penilaian unmk lirnbah pcrtanian. •
Lcguminnsa, schagai penilainn untuk leguniinosa
pada umurnnya dan
lcguminosa pcpohonan (lamtoro, turi, dan lain-lain) Pcnilaian
kesesuaian
lahan drlakukan dengan cara matching antars
kualitas/kurakteristik lahan dcngan pcrsyaratan turnbuh tanaman pada tingkm kelas, yaitu: (a) SI (sangat sesuai). (b) S2 (cukup sesuai). (c) S3 (Scsuai marginal), (d). N (tidak sesuai). Persyaratan kesesuaian lahan scsuai kritcria Pusat Pcnelitian dan Pengcmbangan Tanah dan Agroklimat Begor (Djaenuddin et al.. 2003b) dan LREP ll (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001) sepeni pada Larnpiran 6. Hasil penilaian kesesuaian lahan meliputi kesesuaian lahan pada kcadaan aktual dan potcnsial. Kesesuaian lahan pada keadaan aktual berarti kesesuaian rcrhadap penggunaan saai ini tanpa ada tambahan pengelolaan atau perbaikan yang berarti (present land 11se). Kesesuaian lahan pada keadaan potcnsial berarti kesesuaian lahan yang akan datang setelah dilakukan perbaikan atau pcngclolaan yang diperlukan.
Pada pcnclitian ini diasumsikan pengelolaan dilakukan pada
ringkat sedang yaitu pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat petani menengah
dan mernerlukan modal rnenengah dan teknik pertanian sedang. Pada tingkat pcngclolaan sedang dapat terjadi kenaikan kelas kesesuaiaa satu tingkat lebih
32 tinggi, kecuali untuk kualitas/karaktcristik lahan yang tidak dapar diperbaiki tidak akan mcnaikkan kelas kesesuaian. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan akrual rncujadi potensial ruenurut tingkat pcngclolaannya dapat dilihat pada Lampiran !.
Analisis spasial untuk mengctahui sebaran kelas kesesuaian lahan tiap jenis tanaman sumbcr hijauan makanan temak dengan mcnggunakan pendekatan
SIG. Proses-proses yang dilakukan yailujoinl dan query. Joint tabel antara label basis data kelas kesesuaian Jahan masing-masing tanaman dcngan tabel data atribut satuan lahan. Selanjurnya dilakukan query eerhadcp data kelas kescsuaian l aban unruk pembuatan peta ternatik dim perhitungan I uas. Idcutifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan Tcrnak
Identifikasi tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak dengan menghirung daya dukung (DD) dan indcks daya dukung (lDD) hijauan makanan ternak. Perhitungan dilakukan untuk kescsuaian lahan aktual dan potcasial.
DD dihitung dari total produksi bahan kcring cerna (BKC) dibagi jurnlah kebutuhan I ST (satuan ternak) sapi potong dalarn satu tahun, dimana kebumhan pakan = populasi ternak (S1)
total
x l .I 4 ton BKC I tahun dengan
menggunakan rumus (Sumanto dan Juarini, 2006): Produksi bahan kering cerna (Kg) Daya Dukung (ST)=
Kebutuhan bahan kering cema sapi dewasa (KgiST)
Nilai IDD dihituag berdasarkan BKC dengan persamaan sebagai berikut (Sumanto dao Juarini, 2006): Total produksi bahan kering cema (Kg)
lndck~ Daya Dukung
=
-----···---·-·-·---------··--··-··-····---------·--·-----···-·-··-·----·-·--
L Populasi
Ruminansia x Kebutuhan Bahan Kering Cerna Sapi Dewasa (Kg/ST)
Atau menurut Ashari el al. ( 1995): Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak (ST) lndeks Daya = -·-·-·-·--···-·---·---··-----··--··-··----·-·-· 011k11n.g H ijauan I Populasi ruminansia (ST)
Berdasarkan nilai ID!) hijauao maka diperolch kriteria status daya dukung hijauan, yang dapat dilihat pada Tabet 4.
Tobe! 4 Kriteria status DI) hijauan makanan ternak bcrdasarkan lDD
No.
Kriteria
lVD ~I
I.
2.
Sangat Kritis
> 1-1.5
Kritis
> 1,5-2
Rawan Aman
>2
4.
Produksi hijauan uruuk rnasing-rnasing kclas kesesuaian diasumsikan untuk kelas: SI = 80%, S2 = 60% dan S1 ~ 40%, sedangkan kelas N tidak
dipcrhitungkan. Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan dan potcnsi pukun hijauan pada setiap penggunaan lahan sepcrti terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabcl 5 Karnktcrisasl pakan limbah tanaman pangan
No.
Jcnis limbah
Produksi lirnhah
tanaman pangan
(ton/th) 'l
(!Q
{h)
(c}
l.
Padi sawah Padi ladang
...c,
3. 4. 5.
9,0
6,6
Jagung
KncRne; hijau
Ubi Jalar
15,0 1,9 2,5
Daya cerna
l'roduksi limbah BKC To11
{d) 0.140 0.140 0.150 0.137 0.135
(c) x (
~c2
{~2 x {d)
Sumbcr: Suma.:110 dan Juariui (2006); ') perkiraan produksi optimum.
Tahel 6 Karakterisasi potensi sumber pakan alami pada tiap penggunaan lahan No.
Pcngguuaan lahan
(ha)
l'roduktifitas pakan alami 1on/hnlth
(a)
(b}
(c)
(d)
(~}
· galengan (agroktirnat kering) • bera ( masa tanam 2x)
(-) (·)
0,125 0,500
(c) x (d) x o,s•• (c) it (d) x 0,5°
• galengun
(-)
(c) x (di x 0,5°
3.
Kebun campuran"
4.
Sernak (agroklimat kering) Lain-lain/lahan terbuka"
(-) (·) (-)
0,125 0,500 0,300 1.000 0,750
Luas
I.
2.
Lahan sawah
Produksi (OKC.'ha/1011)
Tegafan sawah
(agrokJimal kering) - bera (rnasa tanam 2x)
(c) x (d) x 0,5** (c) x (d) x 0,5 .. (c) x (d) x o,s•• (c) x (d) x o,s••
(-} Surnber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penclitian Ternak (1995). •sumanto dan Juarini (2006); •• Tingkat kecernaan diperhitungkan 50"/0 BKC.
5.
Perhitungan jumlah populasi ternak ruminansiu dalam satuan iernak (ST) didasarkan pada data nilai ST ternak ruminansia utama Kabupaten Karo seperti ditunjukkan pada Tabet 7.
34
Tabel 7 Nilai saruan ternak (ST) ruminansia ntama di Kabupatcn Karo tahun 2005 No.
Jenis Ternak
Jumlah (ekor)
Faktor Konversi" 0,7
Jumlah(ST)_ 32.209,10
0.8 0,055
17.553,60
I Sapi (Poiong, Perun) 46.013 2 Kcrbau 2 l.942 --'3'---·'"'K""-a1""'11-"b,_in..,g/l?'""-'o'-'m"-b'-a-----l 4 .J'.l8 Tn1:il 82.293
788.59
50.551.29
Sumhcr: Dinos pertanien, peternakan, perikanan dan perkebunan Kabupatcn Karo (2005), dnia diolah; •) Sumamo dan Juarini (2006).
Analisis spasial untuk mengetahui sebaran tingkat ketersediaan hijauan
makanan ternak dilakukan dengan mcnggunakan pendckatan SIG. Proses-proses yang dilakukan yaitu overlay pcta saruan lahan dcngan peta wilayah kecarnatan danjoint basis data dengan alribut satuau Iahan, dan query untuk pernbuatau pcta tematik, perhitungan luas serta daya dukung hijauan. Prlurltas dan Arahan Lunan Pcngcmbangan Tcruak Sapl l'otong Prioritas lahan pengembangan sapi potong didasarkan pada lahan-lahan yang sesuai unruk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan tingkat kcmampuan lahan tersebut mcnycdiakan hijauan makanan tcmak untuk mcmcnuhi kcbutuhan
ternak. Urutan prioritasnya didasarkan pada status daya dukung hijauan rnakanan ternak taupa mempertimbangkan pcrsaingan peruntukan penggunaan lahan. Lahun bukan prioritas mcrupakan lahan-lahan yang tidak sesuai (N) untuk lingkungan
ckologis sapi potong dan lahan yang tidak dinilai. Kombinasi antara kesesuaian lingkungan ekologis dcngan status daya dukung hijauan makanan ternak rncnghnsilkan matrlks prloritas arahan lahan pcngcmbangan sapi potong yang ditunjukkan pada Tubel 8. Tabel 8 Matrik prioritas arahan lahan pengernbangan sapi potong Kcscsuaian Lingkungan
Ekologis Sesuai (S) Kurang Scsuai (N
Aman
Status Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Rawan Kritis Sangat Kritis
(A)
S-A {PriQritasI)
(R)
(K)
(SK)
S-R (PriorimsII)
S-K (Ptioritas !fl)
S-SK (Priori/as/JI)
Bukan Prioritas
Arahan lahan untuk pcngernbangan sapi potong adalah lahan-lahan prioritas 1. Lahan prioritas l menunjukkan lahan-lahan yang sesuai dengan
35 lingkungan ekologis sapi potong dan mcmpunyai daya dukung dengan status aman untuk rnendukung kcbutuhan ternak sehingga dijadikan bahan pcrtirnbangan (rekomendasi)
sebagai arahan lahan pcngcmbangan tcrnak sapi potong.
Arahun
pengembangan
ternak
sapi
potong
mempertirnbangkan
penggunaan lahan saat ini, schingga arahan lahan pengcmbaugan meliputi:
l)
diversifikasi, yaitu wilayah yang secara ckologis scsuai nntnk rcrnak, narnun telah
digunakan atau dipcruntukkan bagi kegiatan sektor dan sub scktor scrta komoditas lain seperti lahan tanaman pangan dan patawiia, Olch scbab itu itu pengembangan sapi potong dilukukun secara terintegrnsi dengan sektor atau sub scktor lainnya.
Simbol yang diguuakan untuk wilayah diversifikasi adalah Os
=
Divcrsifikasi
kawasan/lahan sawah; Dt = Divcrsifikasi kawasan tcgalan/lahan kering; dan Dk Diversifikasi
kawasan/lahan kcbuu carnpurun, 2) ekstcnsifikasi, yaitu wilayah
yang secara ekologis sesuai untuk ternak, dun belum dipcruntukkan bagi kegiata» komoditas tcrtcntu, Wilayah ini umumnya rncrupakan areal yang tidak produktif bcrupa kawasan alang-alang, semak belukar, lahan-lahan ierlantar, hutan konversi, Simbol yang digunakan untuk wilayah ckstcnsifikasi
scmak bclukar: Elh
= Ekstensifikasi
adalah: E.~ • Ekstcnsifikasi
lahan terbuka
Kapasitas peningkatan sapi potong rncnunjukkan jumlah populasi sapi potong maksimal
yang rnasih mampu ditampung oleh suatu wilayah. Nilai
kapasitas peningkaran sapi potong dihitung scbagai sclisih antara total daya dukung hijauan makanan ternak dengan jumlah populasi ternak ruminansia yang ada di wilayah tcrscbut (sapi, kerbau, kambing), yang dihitung dengan satuan ternak (ST) (Lembaga Penelitiau IPB, 200 I). Pada perhitungan peneliiian uu diasumsikan penambahan kapasitas hanya untuk tcrnak sapi potong dewasa Analisis
spasial
unlu.k
mengetahui
prioritas
dan
arahan
lahan
pengembangan sapi potong dilaku.kan dengan pendekatan SfG. Proses-proses yang dilakukan yaitu overlay pcta-peta tematik yaitu: pcta status daya dukung
hijauan rnakanan ternak, peta kesesuaian lingkungan eknlogis sapi potong dan peta wilayah kecamatan. seianjutuya dilakukanjoin/ basis data dcngan data airibut saruan lahan, query untuk pembuatan peta tematik, perhitungan iuas lahan dan daya dukung.
36 Penelitian ini mcmpunyai 3 (tiga) jalur data dan infonnasi yang harus dikumpulkan dan dianalisis, yaitu:
1. Data rnentah berupa citra Landsat TM7 tahun 2005, unruk dijadikan peta penggunaan lahan, dengan tahapan: Tahap awal: pembuatan peta penutupan/penggunaan lahan (tentatif); Pengecekan lapangan (ground check): untuk verifikasi pcnutupan lahan
mcnjadi kelas pcnggunaan lahaa definitif Idcntifikasi lahan-lahan potensial pcngcmbangan sapi potong 2. Studi pustaka, untuk mencari persyaratan (kriteria) kesesuaian lingkungan
ekologis sapi potong; dan persyaratan kesesuaian hijauan makanan temak. 3.
Peta Satuan Lahan dan Tanah (LREP I) yang ditumpangtindihkandcngan pcta lereng, peta elevasi, peta suhu, peta iklim dan peta curah huian: unruk mendapatkan satuan lahan homogen (SL! I). Secara keseluruhan diagram alir kegiatan pcnclitian dapat dilihat pada
Gambar3.
37
r----~---------~ Citr.1 Landsat Th. 2005
j
Study Pustaka
Koreksi gecmerri dan Geometri
Peta Saluan Lohan / dan Taneh / ()
/_ ==(LR=.,E~
~
IR Peta Lercna
Klasili.l.
L
A y
Kelas Penutupan Lahan (Tcnt:>tif)
roroaikan
Jldak
Satuan Laban J-l1)tr1ngen
Peta Kclas Pcnggenaan Lahan
Persyaratan Lingkungan Ekulo~is Sapi l'olong
Arlalisis Kesesuaian ckologis sapi poiong MATCHING
Persyaratan Kesesuaian 1..ahan
Penitaian Kesesuatan
Tanaman Hijauao
L;>han (MATClllNG)
Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Hijauan
Data poputasi ternak ruminansia
Data Kualltas' Karakteristik I.ahan
Peta Kescsuaian Lingkungan Ekolo.eis Sapi Potong Sistem Gembala dan Sistcm Kandeng
l'ingi.-:at I< erersedlaan
Hijauan Makanan Temak: - Daya Dul'UJ\S & IDD
Peta Status Daya Dukung
mjauan MakananTemak. Peta Administrasi Analisis Spasial (SIG)
l'rioritas dan Arahan L.ahan Pcngernbangan dan Kapasitas Peningkatan Sapi Potong
Gamhar 3 Diagram alir pelaksanaan penelitian.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Penutupan dan Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Karo termasuk Propinsi Sumatera Utara dengan luas
wilayah 212.725 Ha alau 2.127.25 Km2 (BPS. 2005) scdangkan hasil pcrhiiungan
pew rupaburm dari Bakosurtanal skala I :50.UUO tahun l9Kl adalah :ll !S."/0 I Ha (2. I 87, OJ km2) dengan pcnutupan dan pcnggunaan Iahan scpcrti tcr!ihat pada Tabel 9. Untuk analisis dan pcrhitungan dalam penelitian, luas wilayah dan jenis pen11ll1J)rm/
pcnggunaan
lahan
yang
digunakan
adalah
luasan
dan
penurupan/penggunnan lahan ya.11g bcrsumber dari pcta dijital rupa bumi Hakosurtanal tahun 1982. Secure udministrutif, kccamatan.
yaitu:
Kabupntcn
Mardingding,
Karo rcrdiri atas
Laubalcng,
Tigabinanga,
I 3 (tigabclas) Juhar.
Munte,
Kutahuluh, Payung, Simpang Empat, Kabanjuhe, Bcrustagi, Tigapanah, Merck,
dan Barusjahc dcngan 258 desa/ kclurahan. Tabel9
Luas wilayah dun penutupan/pcngguneau lahan Kabupaien Karo rnenurut data DPS (2005) dan pcta digital R.Bl
Daw. nps') No.
l'etu di)!ital RRI
Luas (Ha)
%
No.
12.328 4.?.51 22.846 59.720 4.254
5,8 2,0 10,74 28,07 2,0
1 2 3 4 5
Pcmukirnan TegaIan Hutan
7.4 18
3,49
6
Lahan terbuka
9.621
4,52
7
1-lutan negara Perkebunan
67.214 6.524
8
Lain-Lain
17.984
31,6 3,07 8,45 (), 19 0 0,08 100
l'enggunaan
Lah an
I
Sawah
2
Pekarangan
3 4
Tcgal/K~bun I .ndnng/Huma
5
Pe11gge111 ba la1111/ Pnnnng Rumput
6 7
Semen tara tidak diusahakan Ditanami pohon/
")
Peuggunaan
Luas
l.ahan .. '1
Qla~ 28.625 593 46.593 67.058 41.435
Sawah
Scmak/ Rerumputan
% 13,09 0,27 21,30
30,66 8,95
4.075
1,86
Kebun carnpuran
14.269
6.52
Lereng led a 1 Tubuh air Awan
I .183 95 14.773
0,54 0,04 6,75
hutan rakyat
8 9 10 II
Rawa-rawa
399
12 13
Tambak
4 162
Kolam/Emeanlf
Jumlah
212.725
9 JO
Jumlah 218 701 100 *i BPS (2005) •*) Rupa Bumi Indonesia Bakosurranal (1982) 0*) ana lisis dan inrepretasi citra Landsat TM·7 path/row 128-05 8 tahun 2005
)9 Penggunaan lahan di kahupaten Karo (BPS, .2005) dapat dikelompokkan rnenjadi lahan usaha intensif dan Iahan hutan atau diusahakan tctapi tidak intcnsif
Lahan usaha intensif berupa sawah, perladangan menetap tcrmasuk pekarangan dan kebun campuran. Laban hutan atau yang diusahakan tetapi tidak intensif berupa ladaug berpindah, semak belukar, alang-alang dan berbagai rnacam hutan.
Hutan yang ada dikelornpokkan menjadi bcbcrapa jcnis, yaitu hutan lindung. hutan suaka alam/wisata, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi konversi.
Selain itu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hutan rakyat dan hutan negara.
l'cnduduk .T umlah
penduduk Kabupaten Karo menurut BPS (2005), adalah sebesar
312.300 jiwa dengan kepadatan penduduk 146,81 jiwa/km' sepeni ditunjukkan pada Tabcl I 0. Tabel I 0 Luas wilayah, jumlah pcnduduk dan kepadatan penduduk di Kabupatcn Karo tahun 2004. No. 1.
2. 3.
4. 5. G.
Kecamatan Mardingding Laubaleng Tigabinanga Juhar
Muntc Kutabuluh Payung Simpaog Empat Kabanjahe
7. 8. 9. 10. 11.
Berastagi Tigapanah
12.
Merek
13.
Clarusjahc
Jumlah Sumber: BPS (2005)
Jumlah desa/kel urahan
10 13 19 24 22 16 25 40 11
9 29 19 19 258
· Jurnlah Pend11duk 14.308 16.662 J 7.368 12.628 17.61'7 10.262 22.371 39.446 53.916 38.594 34.003 14.274 20.851 312.300
Luas (km ) 267,11 252,60 160,38 218,56 125,64 195,70 134,00 225,47 44,65 30,50 219,09 125,5] 128,04
2.127.25
Kepadatan Qiwa.'km2~ 53,56 65,96 108,29 57,78 140,22 52,44 166,95 I 74,95 1.207,53 1.265,38 155,20 113,73 16Z,85 146.81
Berdasarkan hasil Sensus Pertanian tahun 2003 (BPS, 2005), jurnlab rumah tangga pertanian adalah 58.290 rumah tangga (70,93%) dari scluruh rumab
tangga di Kabupaten Karo sebanyak 82.178 rumah tangga.
40 Iklirn Berdasarkan data dari 9 (scmbilan) stasiun pengamatan selama kurun waktu 1985-2005 (Tabcl l l ), dipcroleh bahwa jurnlah curah hujan rata-rata tahunan adalah sebesar l.649,90 mm dimana curah hujan di stasiun Tongkoh
(Berastagi) mcmpunyai curah hujan tahunan tertinggi (2.613,83 mm) dengan ratarata curah hujan bulanan sebesar 217,82 mm. Curah hujan tahunan terendah tcrjadi di stasiun pcngamatan Mardingding yakni J.039,SO mm dcngan rata-rata
sebesar 86,63 mm/bulan, Klasifikasi hujan menurul Schmidt dan Ferguson (1951 ), Kabupaten Karo
mempunyai tipe hujan basah dimana tipc hujannya termasuk ripe B dcngan nilai Q = 0, 160.
Meli hat scbaran data curah hujan tersebut. Kabupatcn Karo
mcmpunyai musim hujan cukup Jama antara September - Mei dan musim kemarau berlangsung sekitar bulan Juni sampai Agustus. Peta curah hujan di Kabupaten Karo dapat dilihat scpcrti pada Gambar 4.
Tabel 11 Rata-rata curah bujan di Kabupaten Karo di sembilan stasiun pengamatan tahun 1985 - 2005
BULAN
KuJll
Gadung
STASJUN l'~N(iAMATAN 1'ie-1
Fancar Jaya
Tongkch Pancer (Bra..;;1asi) (Simp.tv
(Muntc)
S1n.ab11ng {P.-iyuo_g)
Sember l\A1.AJaya RAr A Panoli (I. llak Tig::i
I
nl-!}
Januari
145
121
67
67
23S
1~2
169
122
91
B0.16
Pcbruari r-.1arct
67
7'
62
62
124
93
I O!U9
ISi
175 IJJ
175
April
122 JS(I
rv1ci Juni Juli Agus1~
135
92 22 19 49
I~
104
130 I 13 123 J(),t
1 ~il
93
46
46
!07
36
69
36
&I 67
207 227 308 169 I IS 124 109
108
72
September Ok_to!x.'T
i 78 229
76
Ill
24<\
1~8
161
105
131
233
234
Nopember
:66
93
144
237
es
106
318 325
J28
Desember
143 164 JS! 132
259
223 211 199
Tritl'il (n11nilh)
1 f-i? I 9
11.4 I I
I 0395
L207.0
26H.8l
2JJ3.30
J6S3.0
Raia2 (n1trVlh> Uln Kering bl
1~5.1~
103.42
JU0.58
21U2
192.7!
137.75
5
s
1
lltn Oot
2
0
0
91
59 73
I
133
1~9 2-0t 3i4
0
o
8
144
ni
1'18.94
165
159
Hl.l.21
I.II
;g
1~ (oQ
it
100
67
iii
26 1,
70.59 (,() 61
104
60
116
131
75.•lJ 150.4 I
227 J.).].
231 till
).01.68
229
108
1&9.14
1853.1
)JO(,
1649.9
154.4
108.9
137.49
6
3 l
2
3
Surnber: Hadan M~Jenrologi dan Geofisika Wiiayah I Medan (2005), data diolah.
o
19'/.45
41
,.,..
91M.O"
~"IS'
,..,,.
99"lli"
"""
.,,.
Kabupatcn LangkaJ
)'J
•
Y'.
Kebupstcn D a i r i
,. ,,
\,,,
11)
''•ti
o -------
5
~
,.
=
-~
,. r,o!-C)'
~~·
...... .....
5
10
15
ze
Kikmiel<"'
Surulxr. IOll'f.1¥ l;,>.~i)').'.11
PETA CURAH HUJAN KABUPATEN KARO
LEGE NOA Curah h<9an
-
1500- 1750 1750- 2000 2000-2500 2500- 3000 3000 - .j()(J()
/VSwigoi PS. PERENCANAAN WILA V AH INSTrITJT PERTANIAN BOGOR 2006
/\/ Jatan /\/ B.ias kabeparcn -
D
DAl>lu Toba
Batas kc"'1111atan
Gambar 4 Peta curah hujan tahunan Kabupaten Karo. Menurut kriteria zone agroklimai Oldeman el al. (I 978i (Tabel 12),
Kabupaten Karo termasuk zone DI dan E2. Zona D 1 dicirikan dengan bulan basab 3-4 bu Ian dan jumlah hulan kering <2, terdapat di bagian Timur Laut yakni Kecamatan Berastagi. Simpang Empat, Tigapanah, sebahagian Barusjahc dan
42 Payung. Sedangkan
7.
E2 diciribn oleb bulall basah <3 bul8ll clan bulan kering
berturut-turut 2-3 bulan tttdapat di
hagian
bara1, tmgab dan sclalillll. Peta
agrok.limat Kabupaten Karo dapat dilihat sepet;i pada Gambar .S.
,. . ,. Kahupal.n D a Ir I
3
0 ---
PETA ZONA AGROKLIMAT KABUPATEN KARO
'
-
10
-
":ro~ -
LEGENDA
•
PS l'EllEMCANAAKWILAYAH MTITTIT PP.RTANIA'N 11()('.()R 2006
Gamba!' .S Peta zona agroklimat Kabupaten Karo.
mtlll
43 Tabel 12
Zona agroklimar berdasarkan jumlah bulan basab dan kering di
Kabupaten Karo di sembilan stasiun pengarnatan tahun 1985 - 2005 Juutlah 8ulan
Zona
Srasiun Pengamatan Kut> Gadung
E2
l'an:ar Jaya (Munte)
E2 E2
Mardingding Sirnolap (Tigabinanga) Tongkoh (Brastagi)
Ba.WI 2
Kerin~
Masa Perrurnbuhan
5
7
0
5
7
7 5 0
12
Sinahung (P•)'ling) Tiga Panah
E2
0 0 8 5 2
01
3
Sumber Jaya (Laubaleng)
£2
E2
DI DI
Tiga Pancur (SimpJ V)
s 7 II
3 I 6
10 11
7
Data pengamatan di stasiun Kutagadung dan Tongkoh menunjukkan suhu rata-rata bulanan berkisar antara 18,82°C sampai 19,67°C dengan rata-rata tahunan 19 .23°C (Kutagadung) sedangkan di stasiun Tongkoh berkisar antara !8.53°C sampai 19,70°C dengan rata-rata tahunan 19,l 1°C (Tabet 13). Fluktuasi suhu udara bulanan relatif kecil. Sedangkan rata-rata kelembaban nisbi Kabupaten Karo tahun 2000-2005 berkisar amara 85,49% hingga 89,82% dcngan rata-rata tahunan 88.59% (stasiun Kutagadung) dan di stasiun Tongkoh berk:isar antara 83,83% hingga 89,83% dengan rata-rata tahunan 87.03% (Tabel 14). Tabel 13 Rata-rata suhu udara di stasiun Kutagadung tahun 1996-2005 dan stasiun T ongkoh tahun 2000-2005 BULA:- STASIUl\
TAllL"!\
1996
1997
1998
1999
2000
19.J
20.0 20.1 20.2 20.1 20.9
Ju:i
19.1 18.7 19.U 19.2 19.8 19.& 19.2
Agustus
18.9
19.5
September Oktober Nopember Desembcr
19.1 19.1 l8.8
R
19.7 19.5 19.5 19.7 19.6 19.7 19.J 19.ll 19.2 19.1 19.0 18.7 19..33
18.! 18.! 19.1 19.3 19.i 19.2 192 19.(\ 19.6 19.1 193 19.4 19.12
?001
2(1()2
2003
2004
2005
19.0 19.1 18.8 18.9 19.0 19.l 18.9 19.1 18.8 18.8 194 19-2 19.91
ll.9 19.6 U.8 19.0 19.3 19.4 19.J 19.0 19.0 l&.9 19.I 19.1 19.12
18.9 19.0 !8.9 19.11 i9.I 18.9 19.0 18.7 19.1 18.9 19.0 19.Q 18.96
19.6
18.3 19A 20.1 19.9 19.9 19.7 19_2 19.S 18.7 19.1) 19.1
RaiaRata
KUTACADl'NC Januari Februari
Maret April Mei Jeni
Rata~rata
lS.4
IS.I 19.2 19.8 19.4 19.4
R
18.5
R R
19.10
19.37
203
19.9 19.J 19.4 19.J 19.1 19.J 19.K.l
20
19.8 19_9 19.6 19.7 IS.&
19.9 18.4 IU 19
19. i:; 19.3:;
19.32 19.41 19.67 19.53 1923 19.22 18.% 19.00 19.10
U.6
17.6
18.82
l9.34
19_1>
1923
44
Tabel 1 3 (lanjutan) OULAN/
Rata-
TAHIDI 1996
STASlllN
1991
1998
1999
Rata
:zooo
2001
Z.)02
2003
2004
2005
IU IU 19.S 19.4 19.9 19.7 IR9 IU 19.1 19.5 19.3 18.9
IS 19.4 19.I 19.~ 202
18.? 19.4 19.3 19.6 19.S 19.3 19.4 18.9
18.l! 18.8 19.3
18.!i
18.53 18.98
19.IJ
TO:\C.KOll Jenuari
Fcbrusri ~faret April
~1ci Juni Jtili
Agusns Scptcrrber
Oktoher Nopcmocr Descrnbcr
19.28
R~L'l.~fill3
21.1
19.1 19.6 19.5 19.5 19.1 19.3 19.-14
20.3 19 19.6 19.8 19..12
18.3
1&.4
182 18.9 18.7 19.6 19.5 19.7 18.3 19.1 19 18.3 18.4 17.9
18.98
)8_;;
18.80
·~.)
19.7 19.1 18.7 18.1 19.3 18.9 19.3
18.6 18.9 19 19.J 19.3 18.5 !K.9 18.3
18.S IB.8
19.13
19.42 19,(,8 19.70 18.81 18.90 19.37 18.95 19.oi 18.77
Tabel 14 Rata-rata kclernbaban nisbi di stasiun Kutagadung dan stasiun Tongkoh Bln.Alii
fAlll.1-
STASJUN
1996
1997
Jooulri Febrsari Marci
90.6
91.6 92.7
April
91J.I
Mei
87.5 K9.0 88.4
Rata-
1998
1999
2000
2001
z.o:>z
2003
39.1 90.9 89.1 89.7
91.0
89.0
92.1 91.5
90.0 89.0
88.0 90.0
89.0 89.0 89.0
90.0 88.0 890
?0.0 87.0 89.0 89.0
2004
2005
Reta
81.0
89.67 89.79 89.64 89.82 89.26
KllTAG,\OUNG 91.1 90.9
JLll'li
Juli Ai;u:slus Sept ember
90.9 91.7 91.R 91.5
882
91.4 90.6 915
1tR3
91.ll
88.3 89.0
88.0
90.0 89.0 880 89.0
89.0
89.0
88.7
88.0 88.0
89.0 89.0 89.0
89.0
89.0
88.0
905
902
89.0 89.0
89.0 89.0 88.0
89.0
89.0
89.0 89.0
92.1 94.3 94.1 91.6
85.0 84.0 84.0
906
85 0 83.7
86$ 77.8 84.3
86.0 84.0
89.02 88.56 87.27 87.89
92.2 91.8
90.5 91.3
91.0 88.0 89.0 89.0
91.49
89.!5
&925
lSl.75
gg_92
8¥.83
ll!.00
8534
88.59
TONGKOll Januari februari
92
S8
8~
83
SS
89 88
87
85
Maret
81)
87
91
85
89
94 89 90
April ~1ei !uni Juli Agu.11\JS
83
87
83
88
93
88
89.83 87.17 87.00 87.00
82
89 85
84
85
88
87
87
89 89
85.J3 83.83 86.50
86
84 86 82
84 86
87
!14 85 87 83
87
85.67
September
S2
89
87
SS
81
88
86.33
Okteber
82 91
85
86
86
91
92
87.00
85 87
91
87
91
89.33
92
91 94
38.08
89.25
Oktobcr Nopembe' Dcsember Rata-rata
88.7
903 89.43
56.0 86.61
78
84
Nopember Desember Rata-raa
Gambar
90 84.6•
(j
85.83
89.0
86.7 83.0
84.4 85.0 87.0
89.0
88.0
86.7
89.0
89.09
85 17.25
89.0
u 87J)8
90
8H2 85.49
89" J> 87.03
menggambarkan estimasi suhu bcrdasarkan ketinggian lempat
yang dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928) dalam Mohr et al.
45 ( 1972). Sebagian besar wilayah Kabupaten Karo bcrada diatas 18°C scdangkan suhn
-·
,.... ...
•"'15'
"'
,..
Knht'l'aten Deli S
,
,., . PROPlNSt SUM/\1'£R.i\ UTARA
~1cnOairi
\
\
~
.. .
'
··~
PETA ESTIJ\1ASl SIJHU BERDASARKAN ELEYASI KABUPATEN KARO
0
S
tO
t5
20 Kllomc1t1S
LEG ENDA koruur (intci"·al JOO m)
/\i RillaS kabupaten •
OanauToba
c:::J Balas ke<:amatan Estimasi suhu: PS. PERENCANMN \\ II.A YAlt NSTITUT PER T,'\lllAN BOG(lR
CJ< 18oC CJ> 18 oC
mi
(jam bar 6 Peta estimasi suhu berdasarkan elevasi di Kabupaten Karo.
46 Topografi
Sccara topografi atau bentuk wilayah Kabupatcn Karo cukup bervariasi, mulai dari datar di sebclah timur (di dacrah endapan aluvial), di sebelah barat dan tenggara Kabupaten Karo, bergclombang di bagian tcngah, bcrbukit hingga bergunung tcrjal/ curarn di scbclah barat dan barat laut (Gambar 7). Luasan lahan
berdasarkan kelas lereng serta proporsinya dapat dilihat pada tabcl 15. Bcntuk wilayah dan luas lahan bcrdasarkankclcrcngan di Kabupaten
Tabcl I 5
Karo Kclas Jcrcng 0-3%
3-8% 8-16% 16-30% 30-40% >40
bcnruk wilayah Datar sampai agak datar Bcromhak
luas (Ha)
Bcrgclombang Bcrhukit
Bcrgunung
Bcrgunung curam/terjal Total
.... tuas didasarkan pada perhitungau rtAri p<:la dici1al
%
33.573
I 5,35
65.293 27.215 74.731 3.908 13.981 218.701
29,85 12.44 34,17 1,79
6,39 100.00
Tabet 16 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa, scbagian bcsar (52.70%) wilayah di Kabupaten Karo tcrlctak pada kctinggian 600- 1.250 meter di alas
permukaan laut. Sedangkan wilayah yang berada pada ketinggian diatas 1.250 meter dpl sebahagian besar terdapat di scbclah utara Kabupaten Karo meliputi Kccamatan Berastagl, Simpang Emper, Barusjahc, Payung, Kutabuluh serta dan di sebelah tcnggara yakni Kecamatan Merek dan Juhar. Tabet 16 Ketinggian dan luas wilayah di Kabupatcu Karo Keting!Iian tcmpat (meter d~l) 100-300 300-600 600- 1.250 > 1.250 Total Luas merupakan olahan dari peta digital
Luas (Ha) 12.924 16.422 115.251 74.104 21 &.701
%
5,91 7,51 52,70
33,88 I 00,00
47
------
.... LEGEND A
PETALERENG
KABUPATEN KARO Kdas Jereqg -,..,.,, l>-3% 3·8%
B-16% ~. PliRENCAHMNWIL ..YAH
.
Jl'.'STITUr PER lANIAN llOGOR
2006
-
!6-)()%
304()%
'>40%
Gambar 7 Peta lereng Kabupaten Karo.
48
47
.......
1'"J0'
WJS'
Kabopaten t.angkat
J"I,
,.
.
.... :r.
Kabupaten I) a i r i
-----0
Sumhtr • "'Oh1"9."' ld)mi1,Q..U I .)ll<.1')11.. l!Jt•I
r•• "ll~.t..!llllb.-l)t;\5--.)),,..0)l•o
IA!1b•«il9·1!J 1..;J.l?l.l.HJL8ll.omn•' t191ll
LEGENDA
PETALERENG KABUPATEN KARO Ketss lereng
-
0-3%
3-8"/o
8-lb1Yo PS. P£RENCANAAN WIU\ Y AH INSTJTUT l'tKl'ANIAN BOGOR 2006
lfr30~0 30-40% >40%
Gambar 7 Pela lereng Kabupateu Karo.
'J'>
49 Gcologi dan Batuan lnduk Berdasarkan pcta gcologi Lembar Medan (0619) skala l : 250.000 dan Lernbar Sidikalang, Sumatera (0618) skala I :250.000 (Puslitbang Geologi, 1982) daerah Kabupaten Karo tersusun dari: (1) Tuf Toba (Qvt) dengan litologi tuf riodasit, mcnycbar discbagian besar {= 40"/o) wilayah Kabupatcn Karo scpcrti Kecamatan Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Merck, Simpang Empat, Muntc, sebclah barat Payung dan scbagian kecil lainnya tcrdapai di Kecamatan Juhar, Tigabinanga dan Mardingding; (2) Formasi Butar (Tlbu), dcngan litologi bampaslr, serpih rninyak dan batu lumpur menyebar dari sebelah barat lam mengarah ke tenggara mcliputi SCJXiro wilayah kecamatan Mardingding,
l.aubalcng, Kutabuluh, Tigablnanga dan sebagian kecil terdapat di kccamatan Payung, Juhar dan Muntc, mcliputi lcbih kurang 18% dari wilayah Kabupatcn
Karo; (3). Formasi K luci. dengan litologi batupasir metakuarsa, metaklake, batusabak dan Illit terdapat di Kecamatan Juhar, Mcrek dan sebahagian kecil di
Tigabinanga; (4) Anggota Batugamping (Ppal), dengan litologi barugamping oolit, pualam. sckis-kalk dan genes terdapat di Kecarnaian Mardingding, Laubaleng dan sebagian kecil Tigabinanga; (5) Formasi Alas (Ppa). dengan litologi serpih, batulanau, batupasir, wake dan konglomerai terdapat di Kecamatan Mardingding dan sebahagian kecil di Laubaleng: (6) Formasi Boborok (Pub), yang morupakan sisi tirnur rangkaian Pegunungan Bukit Barisan Lerdapat disebclah utara kccarnatan Mardingding dan Kutabuluh yang berbatasan dengan Kabuparen Langkat; (7) Endapan Aluvium (Qh) dengan litologi kerikil, pasir dan lernpung
terdapat di kecamatan Mardingding. Laubaleng dau sebagian kccil di wilayah 'l'igapanah dan Barusjahe; (8) Formasi Kuta Cane (Qpk) yang terlctak di Mardingding dcngan litologi kerikil, pasir dan lempung; (9) Formasi Gunungapi
Haranggaol dengan litologi andesit, dasit dan piroklastik tcrdapat didekat danau Toba di Kecamatan Merck; (10) Granit Kctcran (Mpikt) di Muntc dan Juhar, sena; ( 11) Pusat-pusat erupsi, yang meughasilkan bahan volkanik dari beberapa gunung api scpcrti (a) volkan Gunung Sibayak (Qvba) di Kccamatan Bcrastagi
dan Simpang Empal dengan litologi andesit, dasit dan piroklastik; {b) volkan Gunung Sinabung (Qvsn) di Kccamatan Payung dan Simpang Empang dengan litologi lava andesii sarnpai
dasit; (c) pusat Kemhar
(Qvk) di Kecamatan
50 Mardingding dengan litologi andesit, dasit, basal dan piroklastik; (d) pusat Banis
(Qvbr) di Kecamatan Tigapanah dan Barusjahe dengan litilogi lava andcsir dan piroklastik; (c) pusat Sipiso-piso (Qvss) terdapat di Kccamatan Merck dengan licologi dash dan andesit; (f) saruan Sibutan (Qvtsu) dari Pusat Toba ierdapat di Mcrek dcngan litologi riolit, kemungkinan lava campuran dan piroklastik. Batuan induk volkanik dan scdimen merupakan batuan yang dominan di Kabupatcn Karo dcngan proporsi masing-masing lebih kurang 51 % dan 42%, di samping itu terdapat batuan mctamorfik (sckitar 6%) dan sebahagian kecil batuan inuusif (0,45%). Saluan Lahan dan Tauah
Bcrdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Sidikalang (0618) dan Lernbar Medan (0619). Kabupatcn Karo tcrdiri atas 43 satuan ranah (pade ringkat great group) sepeni terdapat pada Garnbar 9, dari tujuh grup satuan lahan yakni: Alu vial (A). Dataran (P). I'uf Toba Masam (Q), Volkan (V), Karst (K), Pcrbukitan (11), Pcgunungun (M) dan Aneka bentuk (X). Pada sctiap Saluan
lahan urnumnya dlternukan lebih dari satu satuan tanah. Pada legends pcm satuan luhun dun tanah, beberapa sifat dan karakteristik lahan yang diinvcntarisasi antara lain: bentuk lahan (lanqjorm). batuan induk, litotogl (Lampiran 2), dan tekstur, drainase, kedalarnan tanab, jenis tanah dorninan dan asosiasi, batuan pcnnukaan, genangan, singkapan batuan, pH tanah serta bcbcrapa sifat fisika dan kimia tanah (Larnpiran 3). Aluvial tcrbcntuk dari hasil proses pengendapan baik sungai, danau maupun proses koluviasi dikaki perbukitan berlereng yang landai. Penyebarannya terutama di Kecamatan Mardingding, Laubalcng dan Kutabuluh bcrupa kipas aiuvint/koluvial
dan datar agak melandai dengan lereng 0-8%. Jenis-jenis tanah yang dijumpai antara lain: Fluvaquent. Tropaquept, Dystropept, Psammaqucnt, dan Eutropcpt. Kctinggian antara l0-200 m di alas permukaan laut. Sebahagian, grup aluvial ini dijumpai di kecamatau Merek sekitar Danau Toba. Jcnis tanah yang tcrbentuk di
daerah ini adalah jenis tanah muda yang sebagian besar berasosiasi dengan liugkungan basah untara lain Tropaqucpt (telah berkembang), Tropaquent (belum
51
berkernbang), Huvaquent yang berlapis-lapis dan Tropopsarnment, Tanah pada umumnya mcrnpunyai tekstur yang bervariasi dari halus, sedang sarnpai kasar dcngan kandungan hara yang rclati f rendah. Dataran tcrdapat di untara perbatasan Tigabinanga, Juhar dan Munte, tersusun dari batuan sedimen fclsik berteksrur agak halus, bcrumur tcrsicr dan kuarter, dan tertutup olch bahan tuf Toba masam. Bcntuk wilayah bcrgclombang berbukit kecil dcngan lereng antara 3-16%. Jenis tanah yang dijumpai di dacrah ini didominasi olch tanah Dystropept, Pcnggunaan lahan scbahagian mcrupakan pertanian lahan kcring, kebun campuran dan scmak belukar. Grup volkan, mcncakup bcnrukan volkunik bcrumur tcrsicr dan kuartcr. Bentukan volkanik rcrsier yang terdapat di dacrah penelitian adalah volkan tua Takur-takur dnri bahan tuf masam dan intcrmedier yang tclah mcngalami crosi dnn bcmuk aslinya berupa kcrucut sudah tidak tampak lagl, Scdangkan bentukan volknnik berumur kuartcr belum rnegalami dcformasi (pelipatan, pengangkatan) sehingga bcntuk kerucutnya strato volkan masih jelas dan utuh. Pada daerah pcnclitian,
volkanik
kuartcr yang termasuk stratovolkan antara lain: Gunung
Sibayak, Gunung Sinabung dun Gunung Kcmbar yang umumnya tersusun dari bahan
111f
masarn dan intermedicr.
Stratovolkan G.Sibayak dan G. Kcmbar
umumnya berasal dari bahan tuf masam, interrnedier dan basis. Di daerah ini dijumpai jenis-jenis tanah scpcrti Dystrandept clan Hydrandcpt, kccuali pada lcrcng tcngah 0.Sinabung terdapat tanah Dystropept. Tauah Dystrandept dun
l lydrandcpt berpenampang dalam sarnpai agak dangkal, tekstur agak halus sampai agak kasar. drainase agak cepat dan kcsuburan tunah rendah sampai scdang. Pada pcrbukitan volkan lereng > 16% dari bahan tuf masam, intermedier dan basis.jcnis tanah didominasi oleh l lapludox dan Dystropept yang bcrpenampang dalarn, tekstur halus, drainase sedang sampai agak cepat dengan kesuburan tanah sangat rendah sampai rendah.
Karst. mcnycbar luas disebclah barat Kabupatcn Karo yakni sebagian
besar kecarnatan Mardingding dan Laubaleng yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara di Propinsi NAD sedangkan sebahagian kecil terdapat discbclah utura yakni di Kccamatan Kutabuluh dan Payung, Bcntuk wilayah grup karst ini
adalah bcrbukit dan bergunung da.n sangat tertoreh. Batukapur yang lcbih
53
Tuf I'oba Masam, umumnya tersusun dari bahan dasit dan liparii yang rucnyebar didataran tinggi dan rcndah pada kctinggian 25-1.500
meter dpl
disebagian bcsar Kecamatan Murue, Merek, Iigapanah, Juhar dan sebagian kecil tcrsebar di Mardingding, Kabanjahe, Burusjahc, Tigabinanga, dan Payung, Jenis tanah yang terdapat di dacrah ini tcrutama didataran linggi adalah Hydrandcpt, Dystrandcpt yang berpenampang dalam. tekstur scdang sampai agak kasar, drainase sedang, kesuburan tanah rendah sarnpai scdang. Pada dataran tinggi lembah sungai sempit yang rerisi tufToba masam dijumpai jcnis tanah Dystropcpt yang berpenampang dalam, teksrur halus, drainase scdang, kcsuburan tanah
rendah. Scdangkan didataran rcndah dijurnpai jenis tanah seperti Dystropept, I hunitropept
dan hapludox.
Kctigu jenis tanah pada datarun rendah ini
bcrpcnnmpang dalarn, tekstur halus sarnpai scdang, drainase baik, kcsuburan tanah rcndah, Pcrbukitan, dijurnpai terutarna di Merck dan scbagian kccil di Munrc dun Payung. Daerah perbukitan di dacrah penelitian ini berupa lungur paialel rncmanjnng dan lereng mengikuti struktur tcktonik, lercng haginn atas dan tengah dijumpai tanah Hapludox scdang bagian bawah terdapat tanah Dystropept, Tarrah umumnya bcrpcnampang dalarn, tekstur agak halus sampai haJus, drainasc agak ccpat dan kcsuburan sangat renduh sumpai renduh.
Pcgunungan, menyebar luas dari arah barat taut sampai kc tcnggara Kabupaten Karo pada ketinggian I 50-2.000 meter dpl urnumnya bcrlereng curam sampai sanga: curam sckali dcngan lereng >25%. Tersusun dari batuan sedimen, hatuan plumnik masarn dan mctamorfik, Jenis tanah utamanya adaluh Dystropept dibagian lcrcng atas, Hapludulr dilereng tengah dan Humitropept dibagian lercng bawah, Tanah bcrpcnampang dalam sampai sedang, tekstur halus sarnpai sedang dcngan drainasc balk, Kandungan unsur-unsur hum umumnya rendah sampai sangat rendah scdangkan di bagian lereng ba wah deugan Iereng <30% urnumnya mcmpunyai kesuburan yang lehih baik.
Grup A neka Beutuk, merupakan bentuk yang spesifik yang tcrdiri alas iembah
sungai
terjal
tererosi
atau
.lereng tunggal terjal (XI),
kota/pemukiman (X2), serta tubuh air/danau (X3).
daerah
L
54
Hidrologi Aspek hidrologi pcnting untuk dibicarakan karena berkaitan erat dengan keadaan tisiograf dan berpcngaruh langsung terhadap sumberdaya lahan dan potensi di dacrah penelitian. Daerah timur Kabupatcn Karo yang tennasuk rangkaian Rukit 13arisan umumnya mempunyai pola drainase sub paralel/trclis yang merupakan sumber air bagi aliran sungai yang berhulu di daerah atasnya yakni antara lain: sungai Warnpu. s.Ular dan sungai Deli dan membcntuk aliran yang bcrcabang-cabang antara lain aliran sungai Lau Biang, s.Bengap dan lainlain. Kcadaan tutupan hutan di dacrah pegunungan termasuk baik dan dapat memberikan debit air yang cukup stabil di kawasan ini.
Keadaan hidrologi di daerah pelembaban yang tenutup tuf Tcba masam eukup baik dan tidak terdapat stagnasi air. Aliran Sungai Bcngap yang tcrletak discbclnh sclatnn
Remst2gi, mcrupakan pertemuan anak-anak sungai yang
rnengalir di daerah bagian selatan volkan Sibayak-Sinabung dan cabang sungai yang mengalir di dacrah tuf Toba rnasam dari sclatan yang kemudian mengalir kearah barat. Sebeluh selatan Kabupaten Karo mcrupakan daerah aliran sungai Lau Renun yang bcrbatasan dengan wilayah Kabupaten Dairi mengaliri daerah sekitar Laubaleng, Johar dan Tigabinanga, Sebclah sclatan yakni di Kecarnatan Merek merupakan daerah tangkapan air danau Toba memiliki bidang pcrmukaan penangkapan air hujan yang efektif dan pinggiran dcprcsi danau Toba (esktupmen) tcrdiri atas batuan yang kukuh dapal bertahan terhadap gejala longsor dan pola drainasc yang bcrkembang di daernh ini dikendalikan oleh ketahanan
batuan terhadap pcngikisan serta struktur geologi, Keadaan dan Kesuburan Tanah Berdasarkan hasil penelitian Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTfl) Balitbang Departcmcn Pertanian (KPTB, 2005) seperti yang terdapat pada
Lampiran 4, data analisis tanah di beberapa kecamalan di Kabuparen Karo menunjukkan bcbcrapa sifat tanah sebagai berikut: pH pada umumnya mempunyai pH tcrgolong masam sampai agak masam (pH 4,68-5,86), C organik tergolong sedang sampai sangat tinggi dengan nilai C organik terendah adalah 2.14% dan iertinggi 6,50%, sedangkan nilai Nitrogen tergolong rcndah sampal
55 scdang. dcngan nilai Nitrogen
terendah 0,18%
iersedia dengan metode Bray iergolong sangat rcndah sampai rendah dcngan kadar Posphor tercndah sebesar 0.18 ppm dan kadar tcninggi I 4,75 ppm; susunan kation yang terdiri alas Ca, Mg, K, Na tergolong bcrvariasi dari sangat rendah
hingga sangat tinggi, sedangkan kapasitas rukar kation tcrgolong tinggi yakni sebesar 25,22 mcllOOgr. Kandungan Ca clan Mg tergolong rata-rata scdang, Na tergolong rendah dan kandungan K tcrgolong tinggi. Kejenuhan basa tergolong sangat rendah sampai sedang dimana kcjenuhan basa terendah sebesar 11 % clan tertinggi scbcsar 52%. Sedangkan kejenuhan aluminium, berdasarkan basil akhir
survey tanah tinjau Sumarcra proyck LREP II Pusliuanah tahun 1989, sebagian besar (harnpir 50%) tergolong sangai rcnclah sampai tidak ada (0-<20) dan
sebagian kecil tergolong sedang sampai sangar tinggi, Berdasarkan peta digital Satuan Lahan clan Tanah skala I :250.000 dan laporan hasil akhir survey tanah tinjau Sumaicra proyek LREP I Puslinanah tahun 1989, dinyatakan bahwa jenis tanah dominan yang dijumpai di Kabupaten Karo adalah:
Dystropcpt (38,90%),
Hydrandept (33.91 ), Eutropept (I 6,8ll%),
Dystrandept (4,74%), l lapludox (1.89'/o). llumitropept (I.86%), Fluvaqucnt (0.87%) dan Tropaqucpt (0,37%) (Tabcl 17). sedangkan jenis tanah lainnya dalurn
proporsi sedikit dijumpai jenis tanah I laploduh, Kanhapludull, Psammaquent. dan Tropopsamment (Tabel 18). Tabet I 7 Jcnis-jenis lauah duminan yaug dijuiupai di Kabupaten Karo
No. I. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Jenis tanah dominan Dystrandept (Haplodand) Dystropept (Dystrudcpt) Eutropept (Etrudept) Fluvaqucnt (Fluvaqucnt) I Iapludox (Hapludox) Humitropepr (Dystrudepthumik)
Hydrandept (Hydrudandj Tropaquept
Tidak dinilai (TD) Total
l.uas ~Ha~
%
10.365 85.073 36.921 1.896 4 . .140 4.063 74.152 811 1278 218.701
4.74 38,90 16,88 0.87 1.89 1,86 33,91 0,37
0.58 100.00
Sumber: Peta digital landunit skata I :250.000 Lembar S!dikalang (0618) Tahun 1990 dan Lcrnbar Medan (0619) Tahun 1989: nama jenis tanah dalam kunmg menuml Sistem Taksonorni ranah tahun 198i.
56 Fabel 18 Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Karo menurut Taksonomi Tanah dan Duda! & Soepraptohardjo. TAKSONOMI TANAH Order Great Group Sub Order Inceptisol (Andisol)* Andept Dystrandept 'lropept lnceptisol (Andisol)" Dystropcpt Inceptisol (Andisol)" Tropcpt Eli tropepl Entisol Fluvaquent Aquent Oxisol Hapludox Cdox Tropept Jnceptisol (Andisol)" Humitropept Inccptisol (Andisol)* Hydrandept Andept Inceptisol (Andisol)" Tropaquept Aqucpt Ultisol Hapludult Udult ldull llltisol Kanhapludult Psarnmaquent Aquem Entisol En ti sol T rogogsammcnl Psammcnt • Narna dalam kurung rnenurut Sistem Taksonomi Tanah tahun 1997.
Dudal & Soepraprohardjo
Ando sol
Latosol Laiosol Aluvial Latosol Latosol Andosol Aluvial Pcdsolik Podsolik Regosul Regosol
Bcrdasarkan padanan jenis tauah scpcrti pada Tabel 18, jenis tanah mcnurut Duda! clan Soepraptohardjo (1960) yang dijumpai di Kabupaten Karo adalah jenis tanah Latosol, Andosol, Aluvial, Podsolik, dan Regosol scdangkan
berdasarkan order terdiri atas Inceptisol, Entisol, Oxisol dan Ultisol dcngan sifatsifat dapat diuraikan sebagai berikut: Inceptisol. Tanah ini iergolong rnasih muda, silat tanahnya bcrvariasi tergantung pada bahan induknya, tekstur lebih halus dari pasir halus berlempung, sangat masam sampai netral terganrung dari sifat bahan asal dan keadaan lingkungannya. Tanah ini rncmpunyai pcrkcrnbangan profil dengan susunan
horison A-Bg-C dan A-Bw-C, dicirikan oleh horison kamhik. Terbentuk. dari bahan induk alivium. Penycbarannya pada landform aluvial dan marin. Di jalur
aliran sungai dengan bentuk wilayah datar, ianah berdrainase terhambat, tekstur liat. rcaksi tanah sangat rnasarn sampai masam. Entisol. Jonis tanah ini tergolong tanah mineral yang belum berkernbang
kecuali dipcrmukaan, terdapat di lereng volkan aktif dengan lereng
curam
yang
mengalami erosi bcrar, dapat di wilayah beriklim basah rnaupun kering. Bahan rauah yang relatif tua tctapi bersifat resisten terhadap pclapukan juga tergolong dalam Entisol. di antaranya pasir kuarsa dan mineral lain yang resisten. Sifat tanah ini sangat bervariasi tcrgantung pada bahan induk, topografi, lingkungan dan tingkat crosinya. Enrisol dari pasir volkan, walaupun bersifat porous namun cukup
57 kaya unsur hara dan potcnsial untuk penanian, sedangkan yang dari pasir kuarsa
sangat miskin unsur hara dan tidak eocok unruk Iahan pertanian, Entisol dari barugamping umumnya dangkal, mengandung unsur base tinggi tciapi unsur
N,P,K dan bahan organik umumnya rendah. Oxisol. Jenis
tanah
ini merupakan
perkembangan sangat Ianjut, mempunyai
tanah
yang tclah mengalami
penampang tanah yang dalam,
bertekstur liat, porositasnya tergolong tinggi, daya menahan air kccil dan didominasi mineral liat kaolinit, oksida besi daa aluminium. Tanah ini rclatif
rcsistcn tcrhadap erosi, tergolong sangat rniskin unsur hara dan cadangan mineral, kapasitas tukar kation rendah dan retensi fosfat unggi dan kejenuhan basa rendah. Tanah diklasifikasikan kc dalam subgrup tipik Hapludox. Ultisol. Tanah ini mempunyai horison argilik atau kandik dan rncrniliki kejenuhan basa <.15% pada kedalaman 125 cm aiau lehih di bawah batas atas
horizon argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami pclapukan lanjut dan terjadi translokasi liat dari horison permukaan (eluviasi) yang umumnya terdiri
atas bahan yang kaya alurninium-silika dengan iklim basah. Sifat-sifat utamanya mencerminkan kondisi tclah mengalami pencucian intcnsif, di antaranya miskin unsur hara NPK dan basa-basa, sangal masam sampai rnasam, miskin bahan c:·ganik, lapisan bawah kaya aluminium, dan pcka tcrhadap erosi, Kondisi Umum Peternakan Dalam satu dasawarsa terakhir ini terdapat kecenderungan impor daging
sapi dan sapi hidup terus meningkat. Hal ini disebabkan selain laju pertumbuhan produksi lebih lambat dari laju penumbuhannya,
juga adanya tekanan daging
impor dengan harga murah clan kualitas yang lebih baik. Secara nasional, populasi sapi potong periodc 2000-2004 mengalami penurunan dari sekitar I 1,0 juta menjndi 10,7 juta ekor, Penurunan ini justru terjadi di wilayah scntra produksi
yaitu NTB, NTI, Lampung dan Bali. Dewan Keiahanau Pangan (2006) mcmperkirakan, impor daging sapi dan kerbau mencapai 4,07"/c, pada tahun 2004
dibandingkan tahun 2000 dimana penyediaan domcstik 7.58 kalori/kapitalbari dan imper 0,31 kalori/kapira/hari. Di Propinsi Sumatera Utara, laju pcrkembangan populasi sapi potong dalam lima tahun terakhir (2001-2005) hanya rncningkat
58 sebesar 0,24 person. Target pertumbuhan daging sebesar 2,3 pcrsen tahun 2004, hanya tercapai 0, 12 persen (Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2005). Untuk mcmonuhi kebutuhan daging sapi propinsi Sumatera Utara sampai saai ini masih mendatangkan sapi potong dari daerah lain seperti Lampung, Swnatera Barnt, Aceh dan import dari Australia.
Sistem perneliharaan sapi potong yang umum dilakukan olch petani peternak di Indonesia adalah sistem peincliharaan ekstensif, semi intcnsif dan intensif. Pada sistem perneliharaan ckstcnsif (gernbala), sapi dipelihara dan dilepaskan di padang penggembalaau dan digembalakan sepanjang hari mulai dari pngi hingga sore hari. Si stem intensif (kandang), sapi hampir sepanjang hari berada dalam kandang, Pakan, minuman clan kebuiuhan lainnya discdiakan dalam kandang scbanyak dan sebaik rnungkin sehingga pertumbuhannya ccpat bertambah. Sedangkan sistern pemcliharaan semi intcnsif (antara gernbala dan kandang), pada pagi hari sapi digiring dan digernbalakan di areal pertanian/ladang atau perkebunan, dan baru dikandangkan dikala hujandan menjclang ma lam hari, Pemeliharaan tcrnak ruminansia terutama sapi dan kcrbau di Kabupatcn Karo masih mengandalkan penggembalaan sccara tradisional yang dilakukan scpcnuhnya olch pctani tcrnak dcngan skala usaha rata-rata kepernilikan kccil (1-4 ekor), yang dikclola dengan sistern semi intensif dan sebagian bcsar merupakan usaha sarnpingan dengan tujuan sebagai tabungan. Sistem pcmcliharaan sapi potong diungkat petani juga masih kurang optimal oleh karena pcmeliharaan dilakukan
sendiri-sendiri dengan
rnengangonkan
penggembalaan alam dengan kualiias
temaknya
di
padang
hijauan yang masih rcndah karena
kornposisi hi] auan pakan ternak didominasi oleh alang-alang dan semak bclukar. Sebagian kecil saja diusahakan secara semi-intensif dan intensif terutama ternak sapi jantan dengan tujuan penggernukan. Jenis sapi yang banyak dipelihara adalah persilangansapi lokal rlengan sapi imper seperti PO (peranakan Ongole), Friesian Holstein (.FH), Brahman dan Simmcnthal. Jumlah sapi potong di Kabupatcn Karo
tahun 2004 sebanyak 45.858 ekor merupakan populasi yang paling banyak dipelihara dibandingkan lemak besar lainnya. Berdasarkan data statistik (Dinas Pertanian, Peternakan, Pcrikanan dan Pcrkcbunan Kabupaten Karo, 2005), dalarn
kurun waktu Lima tahun terakhir 2001-2005 populasi sapi potong di Kabupaten
59 Karo hanya mcningkat sebesar 2,77%. Peningkatan tcrsebut masih diatas rata-rata peningkatan populasi di Sumateca Utara scbesar 0,24. Pcrkcmbangan populasi sari potong di Kabupaten Karo dan Propinsi Sumatera Uiara dapat dilihat sepcrti pada Tabet 19. Tabel 19
Pcrkcmbangan populasi sapi potong di Kabupaten Karo tahun 20002003 Tahun
Wilayah
No I.
Kabupatcn Karo
200 l
2002
2003
2004
2005
41.338
42.182
43.043
45.858
46.075
Rnta-rata pen ingkaian
(%) 2,77
2. Sumatera Utara 2<8.000 248.375 248.673 248.971 250.465 Sumbcr: Dinas Pctcrnakan Sumatera Utarn (2005) dan BPS (2005), data diolah.
0 24
Kabupaten Karo yang mcrupakan daerah penanian khususnya tanaman pangan dan hortikulturu yang utama di Sumatcra Utara. Pcngembangan sapi po long di Kabupatcn Karo tidak terlepas dari pcrkembangan dan pcnggunaan lahan usaha pertanian tcrutama sawah dan ladang. 1 lal ini terlihat scpcni pada Tabet 20, bahwa kecarnatan yang lehih tuas pcnggunaan lahan kering (ladang) dan lahan sawah mernpunyai potensi populasi sapi potong yang lcbih banyak, Hampir sctcngah dari populasi sapi potong tahun 2004 sebesar 45.858 ckor, icrdapat di 3 (tigu) kccamatan. yak.ni Mardingding, Leubaleng dan Tigabiuanga. Luasnya lahan sawah dan lahan kering tersebut memungkinkan dilakuk.an pengcmbangan pola integrasi
ternak-tanaman
yang
dapal
saling
mcnunjang
dan
saling
rnenguntungkan. Adapun dukungan ternak dalam usahalani antara lain: (I) memanfaatkan limbah pertanian tanaman pangan dan hortikuliura scpcrti jerami padi, jagung dan kacang-kacangan sebagai pak.an; (2) menghasilkan nilai tambah proses produksi pertanian terutama rnelalui pemanfaatan tenaga sapi untuk pengolahan lahan; (3) mcningkatkan
produktifitas lahan melalui pcmanfaatan
kotoran sapl untuk pupuk kandang; (4) peningkat.an manfaat dan penggunaan lahan usahatani, rnisalnya melalui pcngembangan tanaman hijauan tcmak (sebagai input usaha temak ruminansia) pada lahan-lahan yang belum tcrmanfaatkan untuk
hudidaya pertanian seperti pada kclcrcngan yang curam. sebagai tanaman pelindung, sebagai pagar hidup disekeliling lahan, dan lain-lain. Pola integrasi ini dibarapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan ternak.
60 Tabel 20
No.
Luas penggunaan Jahan sawah dan lahan kering sena populasi temak ruminansiautama di Kabupaten Karo tahun 2004
Kecamatan
Sawab
J 2 3
Mardingding Laubaleng
4
6
Juhar Munce Kutabuluh
7
Payung
8 9 10 11 12 13
Simpang Empat Kabanjahe Berastagi Tiga Panah Merek Barusjahe
5
Tigabinanga
ro~ulasi Temak (ekor} Jumlah Sapi Kerbau Kam bing/ Ruminansia Domba Kenna Potong l.270 24.349 8.479 1.522 11.271 23.04-0 8.829 2.979 751 12.559 4.391 1.816 J .368 15.41 I 7.575 20.475 2.770 1.671 127 4.568 249 3.345 2.741 10.693 6.335 2276 19.550 3.982 1.410 7.668 1.415 2.201 12.462 2.428 6.044 2.100 22224 4.126 J.871 8.098 1.281 4.465 964 295 2.540 131 901 2.970 220 1 252 697 20.765 4.567 2.233 7.497 2.537 987 12.124 660 4.184 11.869 l.097 1.320 130 2.547 14.338 82.138 200.397 45.858 21.942
Csaha Tani !Ha~ Laban Laban 2.362 2220 627 1.381 l.871 20
938 323
so
1.144 427 935 Jumlah 12.328 Sumber: l:ll'S Kab. Karo (2005)
HASILDAl'i PE~IBAH.ASAN Penutupan dao Pcnggunaan Laban
Hasi l klasi fikasi dao imerpretasi citra Landsai-I ETM path/row 129-058 tanggal 27 Juli 2005, sepcrti terdapai pada Tabel 21 dan Gambar 10, dipcroleh sepuluh jenis pcnutupan/penggunaan lahan yaitu hutan, kebun campuran, lahan terbuka, pernukiman, sawah, semak/belukar, tegalan, lereng terjal, tubuh air dan
awan. Sedangkan sebaran dan luasan jenis penggunaan lahan tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabcl 22 dan Tabel 23. Tabcl 21 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian besar pcnggunaan
lahan dido.ninasi olch lahan hutan, tegalan. dan semak/belukar sedangkan padang rumput/semak juga ditcmukan dengan Juasan yang mcmadai. Tutupan awan (6,75% dari luas total wilayah kabupatcn) diperoleh karena interpretasi yang sulii dilakukan dan sclanjutoya termasuk lahan yang tidak diciJai. Hutan mempunyai cakupan areal tcrluas mencapai 67.058 hektar atau 30.66% dari total luas wilayah Kabupaten Karo dimana lebih kurang 41.000 hektar di antaranya mencmpati lahan-Iahan pegunungan dengan lercng curam (25-75%) sampai sangat curam (>75%) dan sangat tcrtoreh. Tabel 21
No. I2. 3.
Jenis penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo tahun 2005 berdasarkan inrerpretasi citra Landsat TM7. PenutupanlPenggunaan Laban
Hutan
4. 5.
Tegalan Semak/belukar Sawah A wan
6.
Kebun campuran
7. 8.
Lahan rerbuka l.ercng terjal
9.
Pemukiman
10.
Tuhuh air
Total •) t.cas merupakan hasil perhiumgan pada peta digital.
Luas (Ha) ·i 67.058 46.593
41.435 28.625 14.773
14.269 4.075
1.183 593
95 218.701
%
30,66 21,30 18,95 13,09 6,75
6,52 1,86 0.54 0,27 0,04 100.00
62 Jenis pcnggunaan lahan yang berpotensi untuk pcngernbangan sapi potong adalah Iahan-lahan usahatani pada umumnya. Lahan-lahan yang bcrpotensi untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo antara lain: sawah, kcbun campuran, sernak/belukar, tegalan dan lahan terbuka dengan total luas sebesar 135.000 Ha (62% dari Juas wilayah kabupaten). Tabel 22 Luasan dan jenis penggunaan lahan per kocarnatan di Kabupatcn Karo (Ha) No.
Kecamaran
K.Campur 331
2
Barusjahe Berastagi
3
J uhar
4 5 6 7
Kabanjahe Kutabuluh Laubaleng
245
Mardingding
543
4.880
8 Merek 9
10 11 12 13
Munte
Pay1111g Simpang Empat Tigabinanga TiJlaeanah
TOTAL Tabel 23
1.348 6.869 5~
14.269
Jenis Penggunaan Lahau (Ha) Semak L'Ferbuka Sawah 2.079 l.138 8.087 2.165 207 9.181 2.?77 1.235 6.543 7.117 1.298 I 1.185 278 288 79,1 7.352 2.404 1.135 l.16,1 530 3.624 2.576 910 69 4.075 28.625 41.435
Persentase luasan dan
jems
penggunaan lahan
T~galan '<.052 1.202 362 3.690 2.840 574 2.005
8.363 2.838
2.884 5.624 7.914
4.245 46.594 per
Jumlah
6.462 2.341 15.494 3.897 12.265
11.129 22.148 8.929 10.984 7.771 14.187 14.114 5.278 135.000
kecamatan di
Kabupaten Karo No.
Kecamatan K.Campuran
l 2 3 4 5
Barusjahe Berastagi Juhar Kabanjahe
6
Kutabuluh Laubaleng
7
Mardingding
8
Merek Muntc Payung
9
10 11 12 13
Simpang Empat Tigabinanga
Ti!(aeanah TOTAL
2,32
Jenis Pcngguuaan l .ahan (%) Saw ah Semak L.Terbuka 7,26
0,00
3,9&
34,20
7,56 0,72
1,71 0,00 3,80 0.00
68,15
4,31
3 l,85
24,86
0,97 25,68
8,40
9,44 48,14 0,00
4,07
0,38
100,00
100.00
9,00 3., 18 100,00
19,52 22,16 15,79 26,1)9 0,69 1,92
2,74 1,28 8,75
0.17 100,00
TegaIan 8,70 2,58 0,7&
7,92 6,09 1,23 4.3Q 17,95 6,09 6,19 12,07 16,99 9, I I 100,00
63 Lahan-lehan yang tidak dapat dialihfungsikan sebagai lahan pengembangan ternak
ruminansiu adalah: hutan, lcrcng terjal, perumahan dan tubuh air/danau, dengan total luas sebesar 68.929 Ha (31,52%}, belum termasuk tutupan awan. Oleh karena itu lahan-lahan tersebut untuk selanjutnya tidak dinilai (TD) dalam mcnentukan lahanlahan pcngcrnbangan snpi potong baik untuk pcmcliharaan dengan sistem gernbala maupun kandang. Sclain itu lahan-lahan ini mcmpunyai bambatan yakni mernpunyai kclcrcngan di atas 40%. Ditinjau dari pcnggunaan lahan pertanian, lahan kering bcrupa tcgalan mcrnpnknn penggunaan lahnn dorninan di dacrnh pcnclitian yakni mcncapai 46.593 hektar (21 JO% dari luas wilayah). Hasil overlay antara peta penutupan/penggunaan lahan dcngan peta landunit dan peta administrasi diperolch bahwa lahan ini sebagian
besar mcnycbar h11111pir merata di bcbcrapa kecarnatan di wilayah Kabupatcn Karo pada ketinggian bcrkisar 600-1.300 meter d.p.l berbentuk stratovolkan,
tuf
intcrmcdier. lereng bawah dan kaki lereng, datar sampai melandai (lcreng <16%), agak tcrtorch dnn sebahagiun legi bcrbcntuk Dataran Linggi rufToba, bcrbahan induk tuf masam, lcrcng aras dengan arah puncak berlereng mclandai (lereng 8-16%), agak tertoreh. Jenis tanaman yang banyak diusahakan pada lahan tcgalan ini adalah
tanaman pangan scpcrti pada ladang/pad: gogo, jagung dan ubi jalsr, tanarnan palawija dan hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), Pola usahatani lahan
kcring atau tegalan di Kabupatcn Karo umumnya padi ladang dun jagung nunpang sari dcngan hortikultura/sayuran (cabc, kubis, sawi dan lain-lain). Jenis lahan yang berpoiensi untuk pcugembangan sapi potong dan mempunyai luasan yang bcsar setelah tegalan adalah semak/belukar dengan luas 4 l.435 hcktar atau
18,95%
dari total luas daerah penelitian. Hasil overlay antara pcta
pcnutupan/penggunaan lahan dengan peta landunit dan peta administrasi diperoleb bahwa lahan ini sebagian bcsar mcnyebar harnpir merata di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Karo (Tabcl 22 dan Tabet 23) pada ketinggian bcrkisar 600-1.800
meter d.p.l. Tanaman yang dijumpai di lahan i.ni didominasi oleh alang-alang dan rwnput lapang. Selain itu tcrdapat peperduan (semak), leguminosa, dan pcpohonan
64 lainnya sehingga pada lahan tersebut dapat dijadikan lahan hijauan makanan bagi temak ruminansia seperti ternak sapi, kerbau maupun k:unbi ng. Pcnggunaan lahan sawah mencakup luasan 28.625 hektar atau \J,09% dari total luas daerah penclitian. Lahan ini sebagian besar tersebar dibagian tengah yakni kecarnatan Munte, Juhar, Payung dan Simpang Empat seluas 13.085 hektar (45,71% dari total lahan sawah), dibagian tirnur yakni di kecamatan Mardingding, Laubalcng dan Tigabinanga dcngan luas I 0.928 hcktar (38,18%) dan dibagian barai dikccamatan Barusjahc. 't'igapanah, Berastagi, Kabanjahe dan Merck seluas 4.612 hcktar atau 16, 11 % (Tabel 22 dan Tabet 23). Lahan sawah sehagian besar rncrupakan laban sawah irigasi (irigasi teknik, scteugah teknis, irigasi scdcrhana PU dan non PU) antara lain terdapat di kccamatan Munre, l.auhalong, Mardingding, Juhar, Tigabinanga dan Payung. Scdangkan lahan sawah non irigasi (tadah hujnn dan lebak) terdapat dikccamatan Simpang Empat, Merek, Barusjahc, I'igapanah, Berastagl dan Payung. Jenis tanah dorninan yang tcrdapat padu penggunann lahan sawah ini sebahagian hcsar (50, I 8%) merupakan jcnis tanah Hydrandcpt yang terdapai dibagian iengah mcliputi kccarnatan Munte, Juhar, Payung, Simpang Empat dan dibagian barat yakni
kecamatan Barusjahe, Tigapanah, Bcrastagi dan Kabanjahc. Jenis tanamar. yru1g ada di lahan sawah ini dipengaruhi
oleh pola tanam, yaitu pada umumnya padi-padi-
palawija pada lahan sawah irigasi dan padi-palawija/bera pada lahan sawah non irigasi atau sawah tadah hujan, Secara umum palawija yang ditanarn berupa jagung dan ubi jalar, Selain itu terdapat juga tanaman leguminosa dalam jumlah yang juga rclatif kccil. Kebun campuran atau kebun rakyal rncncmpati urutan ketiga sctclah sernak belukar. yaitu seluas 14.269 hektar (6.52% dari total wilayah kabupaten). Lahan ini menempati lahan-lahen di dataran tinggi tuf Toba rnasam, pada stratovolkan tuf andesit dcngan lereng 8-16%, sorta pada lahan-lahan di daerah pegunungan diketinggian 800-1.100 meter d.p.l dengan lereng 25-75%. Lahao ini sebagian besar terdapat di kecamatan Simpang Empat, Juhar, Puyung, Mardingding, Kutabuluh Barusjahe, dan Tigapanah. Pada lahan tersebut terdapat beberapa jenis tanaman bcrupa tanaman semusim dan tahunan, Tanaman semusim sepcrti buah-huahan antara
65 Jain jeruk, markisah, terong berastagi. kesemak, rambutan, biwa, nenas, advokat, sawo, pisang, durian, mangga, kesemak, ccmpedak, duku, rambutan, sirsak, jambu
hiji, jambu air, dan pepaya dengan jurnlah. Scdangkan tanaman semusim yang tcrdapat pada lahan ini berupa palawija clan sayuran sepcrti kubis, kentang, kol bunga,
buncis, ercis, lobak, cabe, tomat, bawang merah, dan. Pada lahan ini terdapat juga hijauan lain sepcrti lcguminosa seperti lamtoro, ruri dan peperduan lainnya, scmak dan ilalang, sehingga pada laban tersebut dapaL dijadikan lahan hijauan makanan bagi ternak ruminansia sepcrti tcruak sapi, kerbau rnaupun kambing. Lahan terbuka menernpati lahan scluas 4.075 hektar (1.86% dari total luas dacrah pcnelitian). l.ahan ini schagian bcsar (68,15%) menempati landform karst atau batukapur keras, peguuungan, lcrcng curarn sampai sangat curum (>25%), sangat tcrtoreh di kecamatan Laubaleng dan Mardingdiug. Sedangkan sobahagian lagi (3 l,85%) mencmpati lahan dengan landform pelembahan sempit antara dataran
tinggi, scdimen halus, datar (lereng <3%) yang tcrdapat di kecamaian Mardingding. Jenis tanaman yang terdapat pada lahan terbuka ini didorninasi belukar dan
rumput/ilalang, Sedangkan penggunaan lahan lainnya adalah lcreng terjal tererosi pada gunung Sibayak dan lereng tunggal tanpa cndapan aluvial dun koluvial disckitar
pinggiran danau Toba yang umumnya bcrlercng >25% kadang-kadang >75% dengan luasan 1.190 hektar (054% dari luas total kabupatcn), dan penggunaan lahan untuk kota/pemukiman dan tubuh air/danau yakni danau Lau Kawar di kecarnatan Simpang
Em pal.
66 01·~1·
'1-SS'
~It'
......
,., ,., PROP!NSl>'UMATI:RA UTARA J'S
Kabupatm D a ir i
- --- -
5
0
5
-- -
IO
15
20 Kilom
I &lni)"'
n~s1 ·
91•ss •
,.~ •• ·
.....
1
-CinLUllJU.·fErX ~ 'Wll?.0~$. Jl~\l{lCOS) PNR~Jaif:nbltsii .•. lJI JJOOJO, i$itl Toft\11 Ulll.t•~•06~·-ll.)l~J4w. t-b .- 061~·1l,U,21.;l'l.ala4$l,,11 Ito~ (19',JJ
PETA PENUTIJPAN DAN
PENGGUNMN LAHAN KABUPATEN KARO
LEGENDA
n
Bitas ketam.atan
-
Darau T
De.tis~..,
~lhi: -
r.Elb.n fl"'1 Gr.(U
_
t.ah.n fe'n.,i<,h~~ 1llQ • ..,
F5. FERENCPNVN \II JlAYA-1 !NSTJl\JT PERil'NltN B<XOR
• -
""""""'"°''
·-
IB9'01B'Jal ()(!) Rm.J<Jman (K2)
1lb.ll .../tl
Gambar I 0 Peta penutupan dan penggunaan lahan di Kabupatcn Karo.
Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Hasil pcnilaian
secara matching antara kualitas/karaktcristik
lahan dengan
kriteria persyaratan lingkungan ckologis sapi potong diperoleh wilayah yang secara ekologis scsuai untuk pcmcliharaan sistcrn gcmbala dan kandang. Hasil penilaian kescsuaian Iingkungan ekologis dengan Iaktor pcnghambatnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil yang diperoleh di atas mcrupakan basis untuk analisis spasial dan pcmbuatan pcta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong, Bcrdasarkan basil pcrhitungan dan analisis spasial sepeni pada Garnbar I I dan Gambar 12, dipcroleh bahwa sebahagian besar wilayah Kabupaten Karo adalah
kurang scsuui (N) sebagai lingkungan ekologis sapi potong, Pada sistcm kandang, lahan-lahan yang kurang sesuai lingkungan ekologis adalah lcbih luas dibanding pada
sistcm gcmbala (Tube! 24). Perbcdaan ini discbebkan olch adanya faktor pcnghambat yang lebih luas pada sistcm kandang yakni faktor temperature humidity index (TH[)
dimana lahun-lahan yang kurang sesuai dcngan lingkungan ekolcgis sapi potong berada di alas kelinggian 775 rnd.p.l. Bcrdasarkan estimasi suhu mcnggunakan rumus Braak, kctinggian di atas 775 md.p.l (- 21,65 °C) dengan rata-rata kelembaban di
Kabupaten Karo, nilai THI adatah < 70 yang rnerupakan ambang batas lahan-lahan yang kurang scsuai dcngan lingkungan
ekologis
sapi potong.
Faktor 'fHI
berhubungan dengan kemampuan sapi potong dalarn menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Lingkungan yang mempunyai THI <70 atau >80 dapat mengganggu produksi dan pcrkcrnbangbiakan pada ternak sapi. Tabcl 24 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo Kesesuaian Ekologis
Sistem Kandani:
Sistern Gernbala l.uas (Ha}
~{,
Luas ~Ma)
58,771 79.8:31 36,50 Sesuai 63,50 159.930 BR.R70 Kuranll scsuai 218.701 100,00 218.701 Total luas (Ha} 'I Luas rnerupukan hasil perhitungan pada peta digital; Lehan yang tidak dinilai lahan dengan kesesuaian N
%
26,S7 73113 100,00 termasuk
68 Faktor pcnghambat utama pengcmbangan sapi potong sistcrn gembala di Kabupaten Karo adalah terrain (kelerengan dan elevasi). l.ahan yang kurang sesuai untuk lingkungan ckologis mempunyai kelerengan yang bervariasi 0 - >40% dan ketinggisn sebahagian besar (52,53%) terletak pada ketinggian di atas 1.250 meter d.p.l. Laban dengan kelerengan di atas 40% merupakan areal yang berat untuk pcngcrnbangan sapi potong dengan sistem digembalakan. Scdangkan ketinggian laban di alas 1.250 meter d.p.l berkaitan dengan temperatur udara berkisar 12-i7"C yang akan menyulitkan temak sapi potong untuk beradaptasi dcngan ling.kungan ekologisnya. Rata-rata suhu di Kabupaten Karo berdasarkan data pada stasiun Kutagadung dan Tongkoh dari tahun 1996-2005 berkisar an tam l I ,75 sampai dengan 25,55°C, sehingga terdapat areal yang kurang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dimana suhu rata-rata yang sesuai untuk kehidupan ternak sapi potong di daerab tropik bcrkisar antara 18 sampai dengan 37°C. Sebaran lahan yang sesuai lingkungan ekologis bcrdasarkan landuse sepcrti terlihat pada Tabcl 25, menuojukkan bahwa lahan-lahan yang sesuai lingkungan ckologis sapi potong, baik pemeliharaa.n sistem gembala dan kandang sebahagian besar terdapat di lahan semak/belukar, sawah, dan tegalan (>90%) dan sebahagian
kecil terdapat di lahan kcbun campuran dan lahan terbuka, Tai>el 25 Sebaran Iahan sesuai I ingkungan ekologis sapi potong berdasarkan landuse Landuse
No.
l. Kebun campuran
2. 3. 4. 5.
Lahan terbuka Sawah
Semak/bclukar Tt:galan
Total
sistem gernbala Luas (Ha) % 1 .67.6 4,54 3.453 4,33 26,66 21.286 44,40 35.446 l6.020 20,07 100,00 79.831
sistem kandang Luns (Ha}
1.568 4.075 13.127 29.464
10.537 58.771
%
2,67 6,93
22,34 50,!3 17,93 100,00
Tabet 26 menunjukkan bahwa terdapat lima kecamatan yang kurang sesuai dengan lingkungan ekologis sapi potong baik sistem gembala maupun kandang, yakni kecarnatan
L3arusjahe, Berastagi, Merck, Simpang Empat dan Tigapanah. Oleh
69 karena
pcrbaikan, maka
faktor kesesuaian ekologis Sulit untuk dilakukan
pengembangan sapi potong di kecamatan-kecamatan tersebut tidak disarankan. Tabel26 Luas kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo K~
No.
ll!!wl .inglrungan ckologis
SiSICrn Kandang
Sistcm Gembaa
Kecamatan
s rues (Ha)
s
N
"o
l.u"' {Ha}
%
Luas{Ha}
N %
Luss (Ha)
%
Barusjehe
11.949
8.60
11.949
7,47
2
Berastagi
3.175
1.?3
3.125
1.95
3
Juhar
14.361
8.98
4
Kabanj~!ie
11.716
14.75
10.220
7.36
230
0.29
4.125
2-91
7.635
12.99
4.355
2,72
5
Kutabuluh
10.171
12,74
13.SQI
s.n
6.)01
ll,o?
l'.165
rn,?3
6
Laubaleng
9..Sl7
11,92
8.05J
5.SV
10508
17,88
i.0?3
4,42
7
~...tard:ngding
26,49
13."41
9.82
19.~3
3336
lS.188
9,50
8
~..Icrek
23.055
16.60
23.055
14.42
9
Munte
7.511
9.41
6.346
4.)1
I 417.
2,40
12.446
i,78
10
Payung
5..S28
6!J2
9.600
6,91
1.440
2.45
11.6S8
856
1J
Simpang IV
18.595
133~
18.595
11.63
12
Tigabia311ga
3.506
2.52
S.188
3.62
13
Tigapanah
13.153
9.47
13.153
8,22
138.870
100.00
Tocai S = sesuei N = kuraag sesuai
21.151
13948
79.831
J7,47
100,00
11.666 58.771
19,85 100,00
159.930
100,00
70
\ Kabupaten 1.angkal [
/
\)
Kabupaten Deli Serdang
J'
.l'I •
.l'I •
,., PROPINS! SUMATERA UTARA
ii
·;c
':f's
e,
.B
"'"
Kabupaten D a i r i
5
,.
-~~ , ·~
0
Sesnber:
5
10
15
20 Kllorreiers
!l.-...' ».oon.
• l\.1;.lM,lllll'l~11·i··o»>i:s:i. F.d<Sll T~lllll9a:?, l..«d:ll'OCUll•l.'..H.ll>dm 1.-:iw 0!>1\1.ll I~ JJ.~!.2l2 &JI, 8.:lom:::11J O!.
jo
,.. rt
..... PETA KESESUAlAN LINGKUNGAN EKOLOGIS SAPI POTONG SISTEM GEMBALA
KABUPATEN KARO
LEGE.l'll)A ,I' \I .
Batas kabapaten
-
Danau Toba
D
Raw kecamatan
Kesesoaian Ekologis Sapi Potoog
Sisiem~mllala
I'S. l'ERliNCl\N,\AN WILi\ Y Atl lNSTITTff PERTANIAN flOGOR
2006
Gambar 11
Sesuai Tidak sesuai
Peta kescsuaian lingkungan ekologis sapi potong sistern gcmbala di Kuhupaten Karo.
71
91"50'
9S"IU.'
91"SS'
9$"15'
981121>'
\\
Kabupaten Langkat /
J
J
,
Kabupatcn Deli Serdang
...
.l'I'
.!'I
.l'I .
l'ROPINSI SLlvlA TERA UTARA
. ..
Y'.:
Kabupateu D a i r i
l'.
---- -
5
0
5
10
--
-
15
20 Kilonr1ers
Samber:
·l'.u!WpDIUDlsdw~a.•:.111 L.Y.OlU,tiln1IT:i11111 l':I!?, lr.brl~lll-!i}.~.JJ\1••
;?'>
lo:mlur ""'l~·IJ.J~;:l::?.!),!4,!l, llJ.-l"llr!ll' CIC:l:))
W10'
~"IS'
PETA KESESUAL.\N LINGKUNGAN EKOLOGlS SAPJ POTONG SISTEM KANDANG KADUPATEN KARO
98"20'
9W>2S'
9ff'JO'
35'
981144)'
LEGENDA / I\ \I ' Batas kabupaten -
D
DanauToba B;itru; kecameaan
Kesesuaian E.
I'S. l'ERf.NCAl\AAN WILAYAll INSTffiT PHRTANLAN BOGOR 10()6
Sesuai Tidak sesuai
Garnbar 12 Peta kescsuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem kandang di
Kabupaten Karo.
-~IL Kcscsuaian Laban Tanaman Hijauan Mnkanan Ternak Herdasarkan hasil eek lapangan terdapat sembilan jenis tanaman sebagai hijauan makanan ternak yang dorninan ada dan bcrpotensi untuk dikernbangkan di Kabupatcn Karo, yaitu: rurnput unggul (rumput gajah dan seraria), rumput alarn, lcguminosa, padi sawah, padi gogo, jagung, ubi jalar dan kacang hijau. Jenis tanaman tcrscbut mcrupakan pewakil untuk pcnilaian kcsesuaian lahan tanaman hijauan makanan temak. Penilaian kescsuaian lahan tanarnan hijauan makanan ternak pada pcnclitian inl dilakukan dcngan pcndckatan sebagai berikut: l. Rurnput alam (rumput lapnngan), dcngan pendekatan pcnilaian terhadap padang
pcnggembalaan (pastures. Rum put a lam merupakan jenis tanaman sumber hijuuan yang dominan rumbuh di kcbun campuran/kebun rakyat, scmak, 2. Rumput unggul, dcngan pendckatan pcnilaian kesesuaian lahan unruk rurnput gnjah (P1:1111i.~c111111 p11rperc11111) dan rumput setaria (Seraria spachelatas.
3. Tanaman pangan dan palawija yang dominan diusahakan di lahan sawah dun tcgalan, yaitu: padi, jngung, ubi jalar dan kacang hijau. 4. l.cguminosa sebagai penilaian
uruuk lcguminosa pada urnumnya dan untuk
tanaman sumbcr hijauan pada kebun campuran, pcrkcbunan, lahan sernak dan hutan.
Hasil matching antara kualitas/karakteristik tanaman menghasilkan
lahan dengan persyaratan tumbuh
kelas kesesuaian lahan pada sctlap jenis tanarnun surnbcr
hijauan makanan ternak yang dinilai. Hasil penilaian meliputi kesesuaian lahan pada keadaan aktual dun potcusial scpcrti yang dituniukkan pada Lampiran 8, Lampirau 9,
dan I .ampiran 10. Basil yang diperoleh tersebut rnerupakan basis data untuk analisis spasial dan pernbuatan
peta kesesuaian
lahan
dcngan pcndckatan
SLG.
Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa faktor pcngharnbat utama
yang dominan
pada lahan-lahan di Kabupaten
Karo adalah tcmpcratur (t),
ketersediaan air (w), hara tcrsedia (u), retensi hara (f), erosi (c), dan media perakaran (r) dan singkapan hatuan (s). Faktor t dipcngaruhi oleh faktor ketinggian tcmpat dari pcrrnukaan laut dan tidak dapat dilakukan usaha-usaha perbaikan, Hal yang samajuga
73 dengan faktor s dimana pada tingkat pengelolaan sedang tidak dapat dilakukan usaha pcrbaikan. Faktor r sebagian besar disebabkan oleh tekstur dan drainase, sedangkan
faktor w oleh kelcmbaban udara dan lama bulan kering. Pada faktor f sebagian besar disebabkan olch rcndahnya kadar pH. Adapun usaha-usaha pcrbaikan yang dapnt
dilakukan antara lain: pcuambahan kapur. pupuk N, P dan K, pemberian bahan organik, dau usaha-usaha konservasi untuk pencegahan atau mcngurnngi bahaya crosi. Dalam menentukan usaha-usaha tersebut diperlukan pertimbangan biaya da.n manfaat yang cermet sehingga dapat dikctahui kclayakannya untuk dilaksanakan. Kcscsuaian Laban Tanaman Padi Sawnh (01y:a saliva)
Berdasarkan hasil pcnilaian kesesuaian lahan sccara matching clan analisis spasiel dengan pendekatan SIG dipcrolch luasan lahan tia)' kcscsuaian lahan untuk padi sawah scpcni ditunjukkan pada Tabcl 27 dan peta kelas kcscsuaian lahun potcnsial padi sawah dituniukkan pada Gambar 13. Hasil analisis mcnunjukkan
bahwa baik pada keadaan kesesuaian lahan aktual maupun potensial scbagian besar lahan rnerupakan kelas N masing-masing adalah 45,39% dan 27,35% dari luas wilayah. Tabel 27 Kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo No. I. 2.
3.
4. I. 2.
3. 4. 5.
Kclas kcscsuaian
Luas (Ila)') pada kcsesuaian lahan aktual " 99.263 S2 22.388 28.120 S3 68.929 tidak di nilai pada kesesuaian lahan potcnsial 1\ 59.820 SL S2
22.388
S3
55.508 68.929
tidak dinilai
·) Luas merupakan ha;il perhiumgan pada peta digital
12.055
%
45,39 10,24 12,86 31,52
27.35 10.24 5,51 25,38
31.52
74
9'\""SO'
~ICY
?7"55'
~·1,:i;•
._"20'
'J8'"2.S'
WJ&'
98"35'
......
\\
Kabupatcn Langkat
) /
Kabupatcn
P
IJdi Serdeng
7'--~..li\.i
,.,
"''
'
,..,
Kebupaten Dair i
,._
,. 5
9'0Hl'
98"15'
PETA KESESUAIAN LAHAN PADISAWAB
O
S
WlD'
10
IS
!.ll:l°lS'
ZO Kilomc1c.-.
98°30'
?!)
W46'
LEGENDA N Sl
S2 S1 TD
1'$. l'fiR•NCANAAN WU.AYAH INSTITUT PERT,\NIAl< B(X)OR
2006
Gambar 13 Peta kesesuaian lahan potcnsial tanaman padi sawah di Kabupatcn Karo. Hasil perhitungan dan analisis spasial juga rnenunjukkan bahwa pada keadaan
kescsuaian lahan poiensial diperolch bahwa lahan kelas SI (sangat sesuai) terdapat
7)
pada sawah yaitu 7.813 Ha (34,90% dari luas lahan Sl), tegalan 6.498 Ha (29,03%), semak/belukar 5.656 Ha (25,26%), lahan terhuka 1.746 Ha (7,80%) dan kebun carnpuran 675 Ha (3,01%). Kclas S2 terdapat pada lahan scmak/bclukar yaitu 4.806 I la (33,69% dari luas lahan S?.), tegalan yaitu 4.062 Ha (33,69%), sawah 2.258 Ha (18,73%), dan kebun campur 930 Ha (7.71%). Kelas S3 tcrdapat pada lahan scrnak/belukar yaitu 29.966 Ila (53,118% dari luas lahan S3), sawah yaitu I 1.715 Ha (21,l 1%), tcgalan 6.121
Ha (1 I ,03%), kcbun campur 5J07 Ha (9,56%), lahan
terbuka 2.329 I la (4,20%) dan lahan 1er111111p a wan 70 Ha (0, I 3%). Scdangkan kelas N (tidak sesuai) (erdapat pada tegalan dcngan luas 29.913 Ila (50% dari luas lahan N), lahan tcrtutup awan 14.703 Ila (?.4,58%), kebun camper 7.359 Ha (12,30%), sawah 6.839 Hu (I I .43%) dan semak/bclukar l .007
na (l,68%).
Faktor pemhatas lahan-lahan untuk pertumhuhan padi sawah pada kelas N adalah tempcratur (t), drainase ccpat (r), lcrcng (c), dan singkapan batuan (s). Usaha
pcrbaikan pada kolas ini antara lain: usaha konscrvasi tanah dan mckanisasi. Faktor pembutas kclas S2 adalah: kctcrsediaan air (w), retcnsi hara/pl-l (f), dan hara terscdia/ketersediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapa; dilakukan antara lain: irigasi, pcrubcrian kapur, dan pembcrian pupuk P.
Faktor pcmbatas kelas SJ adalah:
retensi hara!KTK ({), hara tersedia (n), dan media perakaran (r). Usaha-usaha
perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pembcrian bahan organik, pcmberian kapur, dan pernbuatan saluran drainase. Bcrdasarkan kescsuaian lahan tersebut di atas, maka pengembangan sapi potong di lahan sawah bcrpcluang untuk dikernbangkan dengan integrasi sapi potong dengan tanaman padi. Kcndala yang dihadapi adalsh kualitas jerami scbagai hijauan makanan ternak tcrmasuk rendah. Olch karena itu diperlukan usaha peningkatan kualitas jcrami padi dengan tcknologi pengawetan dau penyimpanae sorta budidaya tanarnan sumber hijauan yang berpoiensial di pcmatang maupun di hamparan sawah. Kescsuaian Laban Tanaman Padi Gogo (Oryza saliva) Bcrdasarkan basil pcnilaian kesesuaian Jahan secara matching dan analisis
spasial dengan pcndckatan SIG dipcroleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk padi gogo seperti dimnj u kkan pada Tabet 28 dan pcta kelas kesesuaian lahan padi
76 gogo sepcrti ditunjukkan pada Gambar 14. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada keadaan kcscsuaian lahan aktual sebagian besar lahan mcrupakan kclas S2 dan S3 masing-masing adalah 24.31% dan 24.50% dari luas wilayah, sedangkan pada kcadaan kcscsuaian lahan potcnsial hampir mcrata pada kelas SI, S2 dan S3 masingrnasing 20,51%, 24,12% dan 22,22%. Tabel 28 Kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupatcn Karo No. I.
2. ' .I.
4. I.
Kelas kesesuaian
l.uas (Ha) :
pada kcscsuaian lahan aktual N 43.019 S2 51.167 S3 53.586 TD 68.929 pada kescsuaian lahan potcnsial 3.576 N SI
44.846
4.
S2 S3
5.
TO
52.751 48.59<) 68.929
2. 3.
%
19,67 24,31 24.50 31,52 1.63 20,51 24,12 22.22 31.52
') Luas mcrupakan basil perhicungan pada peta digital
J lasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan kcscsuaian lahan potensial diperolch bahwa lahan kolas S l (sangai sesuai) tcrdapat pada tegalan yaitu 17.696 Ha (39.46% dari luas lahan SI). sawah 9.173 Ha (20.45%), sernak/belukar 8.091 Ha (18,04%). lahan iertutup awan 7.281 Ha (16,24%), lahan terbuka 1.746 (3.89%) dan kebun campuran 858 Ila (1,91%). Kelas S2 terdapai pada lahan tegalan 21.465 Ha (40,69"/o dari luas Iahan S2), sawah yaitu 11.432 Ila
(21.67%). kebun carnpur 7.440 Ha (14,10%). Laban tertutup awan 7421 (14,07%), semak/belukar 4822 Ha (9,14%), dan lahan terbuka 171 Ha (0,32%). Kelas 83 tcrdapat pada lahan semak/bclukar yairu 27.819 Ila (57,24% dari luas lahan S3), sawah yaitu 7.264 Ha (14.95%). tegalan 5.705 Ha (11,74%), kcbun campur 5.582 lla
(I 1,49"/o), lahan terbuka 2.158 Ha (4,44%) dan lahan tertutup awan 70 Ha (0,14%).
Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada tegalan dcngan luas
I. 727 Ha
(48.30% dari luas lahan N), lahan tertutup awan 14. 702 Ha (24,58%), sawah 756 Ha
(21, 15%). scmak/belukar 703 lla (19,66%) dan kebun campur 389 Ha (10,88%).
77
\
Kal)uplten Langkat
./J Kabupa1en f Deli Sefdatig. J
J"J '
"'''
,., i'ROPIN~t SIJMA l'ERA U J'ARA
Kabupaten D a i r i
.,,
'
'
1'.
~
.,,
'
------
. ·719
.,, 9?'50'
9':"":\S'
-·
90'$
91"Jt'
l'ETA K~;SESUAJAN LAHAN PADI GOGO
9!t~1s•
W"lG'
91"!S'
Sll"'JO'
98935'
Wft'
LEG ENDA N SI S2
S3 Tl>
PS. PGR~NCANMl'I WrtAYAll fNSTmJT f'F.llT.P.NlAN BOGOR
2C•OG
Gambar 14 Peta kcscsuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo. Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan padi gogo pada kelas N
adalah temperaiur (t). drainasc ccpat (r). lcreng (e), dan singkapan batuan (s). Usaha pcrbaikan pada kelas ini amara lain: usaha konservasi tanah dan mekanisasi. Faktor
78 pembatas kelas S2 adalah: media perakaran (r), retensi hara/pH (f), dan hara tersedia/ketersediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapal dilakukan antara lain: pcmberian kapur, dan pembcrian pupuk
P, Sedangkan faktor pembatas kelas S3
adalah: media perakaran/tckstur (r), retensi hara/pH (f), ham tersedia/kctersediaan P (n), dim singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pemberian kapur dan pupuk P, dan mekanisasi. Herdasarkan kesesuaian lahan tcrsebut di atas, maka pengemhangan sapi potong di lahan padi ladang berpcluang untuk dikembangkan dengan intcgrasi sapi potong dengan tanaman padi. Kendala yang dihadapi adalah kualitas jerarni sebagai hijauan makanan tcrnak termasuk rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha pcningkatan kualitas jerami padi dengan teknologi pengawetan dan penyimpanan serta budidaya tanaman sumber hijauan di pematang, Kcscsuaian Lahan Tauaman Jagung (Zea mays) Penilaian kcscsuaian lahan secara matching dan analisis spasial deagaa pendekatan SIG dipcroleh luasan lahan tiap kcscsuaian lahan untuk tanaman jagung seperti ditunjukkan pada Tabel 29 dan peta kelas kesesuaian lahan unruk tanaman jagung seperti ditunjukk.an pada Gambar 15. llasil analisis mcnunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian Iahan aktual sebagian bcsar lahan merupakan kelas S3 (62,68% dari Juas wilayah), sedangkan pada kcadaan kesesuaian lahan potensial adalah kelas S2 (60,57%). Tabel 29 Kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo No.
Luas (Ha) 1 Kclas kcscsuaian pada kcscsuaian lahan aktual
I.
N
2. 3.
S2 83
4.
10.442 2.255
137.075 68.929 TD pada kcsesuaian lahan potensial
I.
I
2.
SI
' J,
S2
4. 5.
S3
3.576 . 2.255 132.457 11.484
TD
68.929
• , Luas mcrupakan hasil pcrhiumgan pada peta digital
% 4,77 J,03 62,68 31,52 1,63 1,03 60,57 5,25 31,~2
79 Hasil perhitungan dan analisis spasial jugs menunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian Iahan potcnsial dipcroleh bahwa lahan kelas SI (sangai scsuai) terdapat pada sawah yairu 1.84 I Ha (81,63% dari Iuas luhan SI), lahan terbuka 222 I la (9,84%), sernak/bclukar I 40 Ha (6,22%), dan tegalan 52 Ha (2,3 I). Kelas S2 terdapat pada lahan tcgalan 42.318 Ha (3 i ,95% duri luas lahan S2), semak/ bclukar yaiiu 36.109 Ha (27,26%), sawah 25.609 Ha (I 9,33%), lahan tcrtutup awan 13.231 kcbun campur 11.959
I Ju (9,03%), dan lahan tcrbuka 3.231
(I
0%),
lla (2,44%). Kclas S3
terdapat pada lahan scmak/belukar yaitu 4.482 Ha (39,03% dari Iuas lahan S3), tcgalnn 2.496 Ha (21,74%), kebun campur 1.921 I la (16,73%), lahan tcrbuka 623 I la (5,42%) dan sawah 419 Ha (3,6.5%). Scdangkan kclas N (tidak sesuai) terdapat pada tegnlan dengan luas 1.727 Ha (48,30% duri luas lahun N). sawah 756 Ha (21,15%), scmak/belukar 703 Ha (19,66%) clan kcbun carnpur 3&9 Ila (I 0,88%).
Faktor pcmbatas lahen-lahan untuk pertumbuhan tanaman jagung pada kelas N adalah tempcratur (t). drainasc ccpat dan tekstur kasar (r), lercng (c), dan singkapan batuan (s). Usaha perbaikan pada kolas ini adalah usaha konservasi dan mckanisasi. Faktor pernbatas kelas S2 adalah: kctcrscdiaan air (w), media perakaran (r), retensi harn/pl-l (1), dan singkapan batuan (s), Usaha-usaha pcrbaikan yang dapat dilakukan antara lain: irigasi, pernberian kapur, dan mckanlsasi. Sedangkan Iaktor pembatas kelas S3 adalah: rctcnsi hara/pl I (I), hara tersedia/kcterscdiaan P (n), bahaya erosi/lcrcng (c) dan ketersediaan oksigen (o). Usaha-usaha perbaikan ym1g dapat dilakukan antara lain: pcrnbcrian kapur dan pupuk I', usaha konservasi tanah, dan drainase,
Rfl
, K~1m
•
!
1>1111
0
!
10
I!
:?O KJomc"~
,., ,.
LECl::NOA
PETA KEStsUAIAN LAllAN JAGUNC
0
'l
SI S2 SJ
rn
-
~ f'ERENCAtiMl'IWl.AYA.~ NSTrruT PEJ;TANIA.'I BOOOR
Gambar l 3 Peta kcsesuaian lahan tanarnan jagung di Kabupaten Karo. Kesesuaian Laban Tanaman Ubi Jatar (lpomoeabatatas) Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan tanaman ubl jalar seperti ditunjukkan pada Tabel 30 dan pell! kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar seperti ditunjukkan pada Gambar 16. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
81 kcadaan kesesuaian lahan aktual sebagian bcsar Jahan merupakan kelas N (55,00% dari luas wilayah) dan kelas N (30,03%) pada kcadaan kesesuaian lahan poiensial.
Tabel 30 Kcscsuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo No. I.
2. 3 4. I. 2.
3. 4.
5.
Luas (Ha) 1 pada kesesuaian lahan aktual 120.277 N '1.245 S2 S'» 25.250 68.929 TD ~ada kesesuaian lahan EOtensial 65.686 N 4.245 Sl 25.250 S2 54.591 S3 TD 68.929
Kelas kesesuaian
%
55.00 l,94
11,55 31,52 30,03
1,94 1 J,55 24,96 31.52
., Luas rnerupakan basil perhitungan pada peia digital
Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa Iahan kelas S l (saagat sesuai) tcrdapat pada sawah yaitu 2.275 Ha (53,59% dari luas lahan SJ), tegalan 1.596 Ha (37.60%), kebun camper 187 Ha (4.42%), dan semak/belukar 187 Ha (4,39%).
Kelas S2
terdapat pada lahan semak/belukar l 0.408 Ha (4 l ,22% dari Iuas lahan S2), sawah
yaitu 9641 I-la (38,18%), kcbun campur 2.803 Ha (l l,10%), dan regalan 2.399 Ha (9,50%). Kelas S3 terdapat pada lahan scmak/bclukar yaitu 27.908 Ha (51,12% dari luas lahan S3), tegalan 11.937 Ha (2 l,87%), sawah 9.370 Ha (l 7, 16%), lahan terbuka 4.075 Ha (7,47%), dan kebun campur 1.300 Ila (2,38%). Sedangkan kclas N (tidak sesuai) terdapat pada tegaJan dengan luas 30.662 Ha (46,68% dari luas lahan N), lahan tertutup awan 14.773 Ha (22.49"/o), kebun campur 9.979 Ha (15,19%),
sawah
7.339 Ha (l 1,17%) dan semak/belukar2.933 Ha (4,47%).
Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan ubi jalar pada kelas N adalah tempcratur (t), drainase cepat (r), bahaya crosi/lcrcng (e), dan singkapan batuan (s).
Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi tanah dan mekanisasi. Fakror pembatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w), rctensi hara/pH (I). dan hara
82 tersedia/kctcrsediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: irigasi, pcmberian kapur, dan pemberian pupuk P. Faktor pembatas kelas S3 adalah: ketersediaan air (w), rctcnsi hara/pH (I). bahaya erosi/lereng (e), dan singkapan
batuan (s). Usaha-usaha pcrbaikan yang dapat dilakukan amara lain: irigasi, pembcrian kaput. usaha konservasi ianah dan mekanisasi.
\
KJhipo1m I~
,)
Kabupa1en
r:
Ddi Se.dang
,. ,., . ., .
,,, ,. ,.
.,
K..,..,_:.n D a 1r1
\
,.
p
Ir<
,.
~ <;:>
,.
. ·~
PETA KESESUAIAN LAHAN UBI JAL4.R
0
l.F.GF.NDA N SI
S2 S3 TD
PS ?E.R.ESC/\J.'11\A~ \llllA Y AH INSTITIJT PERTA'llAN 9()GOR
200•
Garn bar 16 Peta kesesuaian iahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo.
Kesesuaian Laban Tanaman Kacang Uijau iPhaseotus radiatus LINN)
Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk kacang hijau scperti ditunjukkan pada Tabcl 3 J dan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau sepcrti ditunjukkan pada Gambar 17. I lasil analisis menunjukkau bahwa pada kesesuaian lahan aktual sebagian bcsar lahan merupakan kelas S3 (63,83% dari Iuas wilayah) dan kelas S2 (6L 72%) pada kcadaan kcscsuaian iahan potensial. Tahcl 31 Kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupatcn Karo No. l. 2. ').
l.
2. 0
J.
4. ·i
Kelas kesesuaian Luas (Ha}'> pada kesesuaian lahan aktual N 10.165 S3 139.606 TO 68.929 pada kesesuaian lahan potensial N 3.299 S2 134.989 S3 11.484 TD 68.929
%
4,65 63.83 31,52 1,51 61,72
5,25 3 l.52
Luas merupakan hasil perhirungan pada peta dignal
Ilasil perhitungan dan analisis spasial juga menuojukkan bahwa pada kcadaan kesesuaian Iahan potcnsial diperolch bahwa tidak ada Iahan kelas Sl (sangat sesuai). Kelas S2 terdapat pada lahan cegalan 42.481 Ha (31,47% dari luas lahan S2), semak/belukar 36.307 Ha (26,90%}, sawah 27 .450 Ha (20,33%). lahan tertutup awan 13.231 Ha (9,80%), kehun campur 12.067 Ha (8,94%) dan lahan terbuka 3.453 Ha '
0
(2,56%). Kelas S3 tcrdapat pada lahan semak/belukar yaitu 4.482 Ha (39,03%
Iuas lahan 83), tegalan 2.496 Ha (21,76%), kebun carnpur 1.921 Ha (16,73%), lahan tertutup awan l.542 (fa (13,43%), lahan terhuka 623 (5,42%) dan sawah 419 Ha (3.65%). Sedangkan kclas N (tidak scsuai) terdapat pada tegalan dengan luas 1.616 Ila (49,00% dari luas lahan N), sawah 756 Ha (22,93%), scmak/helukar 645 Ha (19,56%),
......,,
..... \ f
.)
Kabupa1cn
Deli S
"
I
., ,.,
"'' "·
,.
~
,..
\\
..
,..
.
. ~~
~
....
~··
J7.,,.
--- - - -
5
0
5
10
I!
20 Kllolnl1Crl
...... .,.. LECENDA
PETA KESESUAIAN LAHAN
KACANG lilJAU
N
S2
•
S3
m
PS. Pt.Rt::'fCAN<\l\N WI.AV ~IJ lf'STITUT PF.RlAN'lAN BO(j(JH 2006
Gambar 17 Peta kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo. Faktor pernbatas lahan-Iahan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau pada kelas N adnlah drainase cepat dan tekstur kasar (r). dan singkapan batuan (s). Usaha perbaikun pada kelas ini adalah mekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: kerersediaan air (w), retensi hara/pH (I). hara tersedia/ketersediaan P (n).
85 bahaya erosi/lereng (e), singkapan batuan (s) dan kctersediaan oksigen (o), Usahausaha perbaikan yang dapat ditakukan adalah: irigasi, pemberian bahan organik, pembcrian kapur dan pupuk P, usaha konservasi tanah, mekanisasi dan pembuatan saluran drainase. Kesesuaian Laban Tana man Rum put Ga jab (Pennisetum purpereunu Penilaian kesesuaian lahan sccara matching dan analisis spasial dengan pendekatan SIG dipcrolch luasan lahan tiap kesesuaian lahan untnk rumput gajah seperti ditunjukkan pada Tabet 32 dan pcta kelas kesesuaian lahan untuk rumput gajah seperti ditunjukkan pada Gambar 18. Hasil analisis menuojukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (60,40% dari luas wilayah) dan kelas S2 (63,33%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial. Tabet 32 Kescsuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupatcn Karo No.
I. 2. '
.).
4. I.
2. .). ' 4. 5.
Kelas kesesuaian Luas (H~ pada kescsuaian lahan aktual t0.442 N 7.242 S2 132.087 S3 68.929 TD pada kesesuaian lahan potensial 3.576 N SI 400 138.504 S2 7.292 S3 rn 68.929
% 4,77 3.31 60,40 31,52 1,63 0,18 63,33 .:>,J.) """
31,52
•,Lua~ mcrupakan hasil perhirungan pada peta digital
Hasil perhitungan dan analisis spasial juga rncnunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lahan porensial diperoleh bahwa lahan kelas Sl (sangat sesuai) terdapat
pada kenun carnpur yaitu 184 Ha (45,97% dari luas lahan SI), tegalan 105 Ha (26,26%). semak/belukar 60 Ha (14,99%), dan sawah 51 Ha (12,7R%}.
Kelas S2
terdapar pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2}, semak/ belukar 36.190
Ha (26,13%), sawah 27.589 Ha (J 9,92%), kehun campur l 1.833 Ha (8,54%)
dan lahan tcrbuka 3.453 l la (R,54%).
R6
Kelas S3 terdapae pada lahan sernak/belukar yaitu 4.482 I la (61.47% dari luas lahan SJ), kcbun campur I .&63 Ha (25,55%), lahan terbuka 623 Ha (8,54%), sawah (tidak sesuai) 229 Ila (3, 14%), dan tegalan 95 Ila ( 1,30%). Scdangkan kelas terdapat pads tegalan dengan luas 1.727 Ha (48JO% dari luas lahan N), sawah 756 Ila (21,15%),
scmak/belukar 703 11:1 (19,66%),
dan kcbun campuran 38() Hn
( 10,88%).
.>
J
K•h
1>;1; s,'fl:lana
r
T-q:)<.JN
• KubVP\llen 0 o. It 1
1.
1. (I
I<>
15
20 Kilome•m
...
r
PETA K.ESESt:AIAN LAHAN
RUM PUT GAJAH
•
~·
Lt:CENDA
N
S2 S3
ro
PS. l't.RE.NCANAAN V.'11..AV AH ll\STITTJT P.t::Rl'A~IAN BOOOR 2006
Gambar 18 Peta kcsesuaian lahan tanaman rumpul gajah di Kahupaten Karo.
87
Faktor pembaras lahan-lahan untuk pcrtumbuhan rumpui gajah pada kolas N adalah tempcrarur (t), drainase cepat dan tekstur kasar (r), bahaya erosi/lcreng (e), dan singkapan batuan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi tanah clan mckanisasi. Faktor pembatas kelas S2 adalah: kctersediaan air (w), singkapan baican (s). Usaha-usaha pcrbaikan yang dapat dilakukan antara lain: irigasi, dan mekanisasi. Sedangkan faktor pcrnbatas kclas SJ adalah: retensi hara/pH (f), media perakaran/drainase (r), bahaya crosi/lereng (e), clan singkapan batuan (SJ. Usaha-usaha pcrbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pcmbcrian kapur, pcmbuatan saluran drainase, usaha konservasi tanah clan mckanisasi. Kesesuaian Laban Tanaman Rumput Setaria (Setaria spache/ata) Pcnilaian kesesuaian Iahan secara matching dan analisis spasial dcngan pcndckatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kcscsuaian lahan untuk rumput setaria seperti diumjukkan pada Tabel 3:; dan pcia kelas kesesuaian Johan unruk rumput setaria seperti ditunjukkan pada Gambar 19. llasil analisis menunjukkan bahwa pada kcadaan kesesuaian lahan aktual sebagian bcsar lahan merupakan kelas S3 (59,36%
dari luas wilayah) dan ketas S2 (62,92%) pada kcadaan kesesuaian lahan potensial. Tabel 33 Kesesuaian laban tanarnan rumput sctaria di Kabupaten Karo
No. L
2. 3,
4. 1. 2. 3. 4. 5.
Ke las kescsuaian Luas (I la) 'I % pada kcsesuaian lahan aktual 4,77 t\ 10.442 S2 9.509 4.35 S3 129.820 59,36 TD 68.929 3152 __ pada kesesuaiaa lahan~=t~""n:::si=al=-------N 3.576 1,63 SI 1.289 U,59 S2 137.615 62,92 SJ 7.292 3.33 TD 68.929 31 52
., Luas mcrupakan basil pcrhituagac pada
peta
digital
Hasil perhiiungan clan analisis spasial juga mcnunjukkan bahwa pada keadaan kescsuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas ~ l (sangat sesuai) tcrdapat
88 pada kebun campur yaitu 184 Ha (45.97% dari luas lahan SJ), tegalan 105 Ha (26,26%), scmak/belukar 60 Ha (14,99%), dan sawah 51 Ha (12,7&%).
Kelas S2
terdapai pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2), sernak/ bclukar 36.190 Ila (26,13%), sawah 27.589 Ha (19,92%). lahan tertutup awan 14.773 (1 U,67%), kebun campur l 1.833 Ha (8,54%) dan lahan terhuka 3.453 Ha (8,54%). Kelas S3 terdapat pada lahan scmak/belukar yaitu 4.482 Ha (61,47% dari luas lahan S3), kebun campur l.863 Ha (25.55%), lahan tcrbuka 623 Ha (8.54%), sawah 229 Ha (3,14%), dan tegalan 95 Ha (1,300/o). Sedangkan kclas N (tidak sesuai) terdapat pada
tegalan dcngan luas Ln7 Ha (48,30"/t dari luas lahan N}, sawah 756 Ha (21,15%), dan sernak/bclukar 703 Ha (I 9,66%). Faktor pe.nbatas lahan-lahan untuk pemunbuhan rumput setaria pada kolas N adalah temperatur (t). drainasc cepat dan tckstur kasar (r), bahaya erosi/lereng (e). dan singkapan baruan (s), Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi
tanah dan mekanisasi. Faktor pembatas kclas S2 adalah: ketersediaan air (w), singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara Jain: irigasi, dan mekanisasi. Sedangkan faktor pernbatas kolas S3 adalah: retensi bani/pH (f), bahaya crosi/lereng (e), clan singkapan batuan (s) dan ketersediaan oksigen (o). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pembcriau kapur, usaha konservasi tanah, mekanisasi dan pembuatan saluran drainase.
89
"'!;i···
~· Kabupaten Langkat ~\ Kabupaten (
Deli Serdang
J
Kabupalen D a i r l
--- - - -
S
0
S
5umbcl
·l'cUJl.11r-t1111111f~11.•.i1.l ~,. t6)1J,ll 1.Vl,1?,»):•.JI,
iO
IS
20 l
..IOOQ,~;dollot r•11119'12,Ltml•llML'i1,t~.Mtla'I D .. ONI.,,; 1l~IQ)
T_,EGF.NDA
PETA KESESUAIAN LABAN RUMPUT SETARIA
N
SI S2 S3 TD
PS. PERF.NCANAAN WU.AYAH INSTJTUT P£1H ANlAN ROC;()lt 2006
Gamber 19 Peta kesesuaian lahan tanaman rurnput sctaria di Kabupaten Karo.
I'
'¥'
90 Kesesuaian Lahan Tanam:m Rumput Alam
Penilaian kesesuaian lahan sccara matching dun unalisis spasial dengan pcndekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kcscsuaian lahan untuk rumput alam sepcrti ditunjukkan pada Tabet 34 dan peta kelas kcscsuaian lahan untuk rumput alam sepeni diiunjukkan pada Gambar 20. Hasil analisis mcnunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (53,40% dari luas wilayah). Tabcl 34 Kesesuaian lahan tanarnan rumput alam di Kabupatcn Karo No. I.
2. 3.
Kclas kcsesuaian Luas (Ha)'> pada kesesuaian lahan aktual N 28.999
S2 ~3
3.976 JLG.797
4. TD 68.929 ·: l.•uas mcrupakan ha~il perhitungan pada peta digital
%
13,26 l.82 53,40 31,52
Pada keadaan kesesuuian lahun aktual diperoleh bahwa tidak ada lahan yang termasuk kolas SI scdangkan kelas S2 terdapat pada lahan kebun campuran 1.936 Ha (48,69% dari luas lahan S2), tegalan 866 Ha (21,78%), semak/bclukar 787 Ha (19,79%), dan lahan sawah 387 Ila (9,74%). Kelas ~3 tcrdapat pada lahan tegalan scluas 43.722 Ila (37,43% dari luas lahan $3), scmak/bclukar 25.409 1101 (21, 75%), sawah 20.354 Ha (17,43%), lahan terrutup awan 14.773 (12,65%), kebun campuran 10.258 Ha (8,78%), dan lahan terbuka 2.281 Ha (1,95%). Faktor pembatas lahan-Iahan untuk pertumbuhan rumput alam pada kelas N adalah ketersediaan air, crosi/lcrcng (e), dan singkapan batuan (s). Faktor pemhatas
kelas S2 adalah: ketcrscdiaan air (w), retensi barn/pH (I), dan singkapan batuan (s). Sedangkan faktor pcmbatas kelas S3 adalah: ketersediaan air (w). media perakaran (r), retensi hara/pH dan KTK (f), hara tersedia/kctcrscdiaan P (n), dan singkupun batuan (s) dan keterscdiaan oksigen (o). Usaha-usaha pcrbaikan jarang dllakukan pada rumput alam.
91
,..,.
,.,, '
.. , . K3bt1pau~11 lJ a ' r 1
...
PETA KESt:SUAIAN LAHAN RUMPUTALAM
Lt:Gt:NUA
Kesesuaian hJ1a11 aktual N
S2
•
SJ
ro
PS PFRF:Nt:ANAAN Wll,A YAM INSITl1JT l'ER1'ANIAN BOGOR 2l)QO
Gambar 20 Pela kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Karo. Kesesualan Laban Tanaman Leguminusa Pcnilaian
kesesuaian lahan sccara mulching dan analisis
spasial dengan
pendekatan SIG dipcroleh luasan tiap kesesuaian lahan untuk tanaman leguminosa sepcrti ditunjukkan pada Tabel JS dan peta kclas kcsesuaian lahan untuk lcguminosa
92 seperti ditunjukkan pada Garnbar 21.
Hasil analisis rncnunjukkan
bahwa pada
kcadaan kcsesuaian lahan aktual sebagian besar Jahan rnerupakan kelas S3 ( 60,40% dari luas wilayah) dan kclas S2 (63,33%) pada kcadaan kesesuaian lahan potensial.
Hasil perhitungan clan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lahan porensial dipcroleh bahwa lahan kelas S l (sangat sesuai) terdapat pada kebun carnpur yaitu 184 Ha (45,97% dari luas lahan SJ), tegalan 105 Ha
(26,26%), semak/belukar 60 Ha (l 4,99%), dan sawah 51 lla (12,78%).
Kelas S2
terdapat pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2), scmak/ belukar 36.190 Ha (26, 13%), sawah 27.589 Ha (19,92%), luhan tertutup awan 14.773 (l 0,67%), kcbun campur 11.83] I la (8,54%) dan lahan terbuka 3.453 Ha (8,54%).
Tabel 35 Kesesuaian lahan tanaman leguminosa di Kabupatcn Karo No.
I.
Kelas kesesuaian Luas (Ha) pada kesesuaian lahan aktual N 10.442
2.
S2
7.242
3. 4.
S'.i
132.087
TD
t. 2.
N SI
3.
S2
4. 5.
S3 TD
·> Luas merupakan
68.929 pada kcsesuaian I ahan potensial
J.576 400 138.504 i .292 68.929
%
4.77 3.31 60,40 31,52 1,63 0,18 63,33
3,33 31.52
hasil perhitungan pada pcta digital
Kelas S:l terdapat pada lahan semak/belukar yairu 4.482 Ha (6 l ,47% dari Iuas
lahan SJ), kebun campur 1.863 [Ia (25,55%), lahan terbuka 623 Ha (8,54%), sawah 229 Ha (3,14%), dan tegalan 95 Ha (i,30%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada tegalan dengan luas 1.727 Ha (48,30% dari luas lahan N), sawah 756 Ha (21, 15%), scmak/bclukar 703 Ila ( 19 ,66%), dan kebun campuran 389 Ha (10,88%). Faktor pembatas lahan-lahan untuk pcrtumbuhan tanaman leguminosa pada
kelas N adalah tcmperatur (t), ketersediaan air/curah hujan (w), tekstur kasar (r), bahaya crosi/lereng (e). dan singkapan baruan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini
93 anrara lain: irigasi, usaha konsevasi tanah dan mekanisasi. Faktor pernbatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w), rctensi hara/pH (I). dan singkapan batuan (s). Usahausaha pcrbaikan yang dapal dilakukan antara lain: irigasi. pemberian kapur, dan
rnekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: bahaya erosi/lereng (e), singkapan batuan (s) dan keiersediaan oksigen (o). Usaha-usaha perbaikan yang dapai
dilakukan antara lain: usaha konservasi tanah, mekanisasi dan pembuatan saluran drainasc.
r ,.
>
,.,
~~Da1ri
,.
,. ,. LEGEl\DA
Pf.TA KESESUAIAN LAHAN
L£Cm.fl'10SA
N SI S2 SJ
0
11)
-
PS. PERE.\iC'A-"'°..\.~ \\"ll.A YAP. rxsrrnrr PERT-.i.~::A~ BOGOR
Garnbar 21
Peta kesesuaian lahan tanaman lcguminosa di Kabupaten Karo.
94 Ketersedisan Hijanan Makanan Ternak
Ketersediaan hijauan makanan tcmak diketahui berdasarkan daya dukung hijauan dan indeks daya dukung. Perhitungan luas, nilai daya dukung, indeks daya dukung, jcnis penggunaan lahan, dan pembuatan peta dengan pendckatan SIG, yaitu dcngan proscsjoi111 tabcl basis data dengan label data atribut peta digital satuan lahau, dilanjutkan query untuk membuat pera kctcrscdiaan hijauan bcrdasarkan status daya dukung, Basis data awal yang dibutuhkan antara lain kolas kesesuaian lahan masingmasing jcnis ianaman yilng diperhitungkan, tingkat kepadatan tcrnak ruminansta bcrdasarkan usaha tani (Tabol 36). Kepadatan usaha tani diukur dari jumlah populasi sapi pnlong pcrhektar lahan usahatani (Ashari et al., 1995).
Tabel 36 Tingkat kcpadatan usaha tcrnak ruminansia di Kabupaten Karo tahun 2005 No.
Kecamatan
I
Mardingding
2
Laubaleng
3 4 5 6 7
Tigabinanga Juliar Munte
8 II
Sirnpang Empat Kabaniabe Ocrastagi Tigapanah
12
Merek
13
Barusjahe
9 10
Kutabuluh Payung
Jumlah
Luas
Total ruminansia
Usahatani
(ST)*)
(Ha)H)
7.223 8.60.5 4.602 3.283 4.548 4.041 2.953 4.513 1.020 308 4.510 2.546 1.83 I 49.982
22.023 11.255 14.114 15.494 10.984 12.265 7.771 H.187 3.897 2.341 5.278 8.929 6.462 134.999
Kcpadatan usahatani
(ST/Ha) 0,33 0.76 0,33
0,21 0.41 0,33 0,38 0,32 0,26 0,13 0,85 0,29 0,28 0,37
•) Sumber: BPS Kabupaten Karo (2005). data diolah; ••) Luas mcrupakan hasil perhitungan pada pcta digital: ST: satuan temak
Hasit perhitungan dan analisis spasial dengan pendekatan SIG dipcroleh tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak bcrdasarkan status claya dukung hijauan
seperti ditunjuk.kan pada Tabel 37. Bcrdasarkan wilayah kecamatan diperolch daya dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong seperti ditunjukkan pada Tabel 38.
95 Tabcl 37 Stanis daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo tahun 2005 No.
I. 2. "J.
4.
5.
Status Daya Dckung Aman
Ra wan Kritis Sangat kritis Tidak dini lai Tctal/rara-rata
Total DD
Luas
% pada kcadaan kcscsuaian lahan aktual Ha
59.091 4.391 4.564 66.953 83.702 218.701
27,02 2,01 2,09 30.61 38.27 100.00
csn
Rata-rata DD (S'!YHa)
1,32 1,26 0,71 0, )()
77.796
5.542 1.211
6.996
O&_
93.567
pada keadaan kesesualan la~an potensial
118846 1,77 67.296 30.77 0,31 9.418 4,31 2.918 2. Kritio 0,67 J.015 1,38 2028 J. Rawan 0, 17 4. Sungat kritis 55.270 25,27 9579 83.702 38,27 ). Tidak dinilai 100,00 133.371 0.61 TotaL'ram-rnta 218.701 •) Luas merupakan hasil perhirungan paca ptt• diei·al; 00: daya d.ikung, ST: satuan remak l.
Aman
Berdasarkan basil pada Tabel 37 dan Tabel 38, total daya dukung hijauan makanan ternuk Ji Kabupatcn Karo pada keadaan kesesuaian lahan aktual mencapai 93.567 ST sehingga masih mampu menampung tarnbahan ternak sapi potong sebesar 43.585 ST. Sedangkan pada kcadaan kcsesuaian laban potensial mcncapai
133.371
ST dengan kapasitas pcningkatan sapi potong sebesar 83.388 ST. Ilasil perhitungan dan analisis pada Tabet 37 menunjukkan iuas lahan pada keadaan aktual dcngan status daya dukung b.ijauan makanan tcrnek aman adalah
59.091 Ha (27.02 %). scdangkan status rawan sampai dengan sangat kritis adalah 75.908 Ha ( 34,7L%). Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, luas lahan dcngan status daya dukung hijauan aman adalah sebesar
67.296 Ha (30,770/a), scdangkan
status ruwun sampai dcugan sangat kritis adalah 67. 703 Ha (30,96%).
Berdasarkan basil ini sebagian bcsar lahan berada pada status rawan sampai dengan sangar kritis yang disebabkan oleh rendahnya ketersediaan dan daya dukung hijauan dan kepadatan
ternaknya
relatif lebih tinggi pada beberapa
kecamatan
tertentu. Keadaan ini tcnrtama terdapat pada lahan tegalan.yang merupakan lahan dorninan di Kabupatcn Karo (21.30% dari luas wilayah), selain itu juga pada Laban
96 sawah dan semak/bclukar. Peta sebaran status daya dukung hijauan rnakanan tcrnak di Kabupaten Karn pada keadaan kesesuaian lahan potcnsial dapat dilihat pada Gambar 22. 'Fabel 38 Daya dukung hijauan makanan tcrnak dan kapasiras peningkatan potong menurut kecarnatan di Kabupatcn Karo (satuan tcrnak)
Kccamatan
l'opula~i ruminansia
l.aubalcng
7.223 8.605
Tigabinanga
4.602
Juhar M unre
3.783 4.548 4.041 2.953 4.513
Mardingding
Kutabuluh
Payung Simpang Empat K•ihanjnhc Oc1·astogi Tigapunah
1.020 308
4.S 10
2.546 1.831 49.982 Kabueaten Karo •) Hasil nnnlisis dun perhltungan padn
Merck
Ouni.1juhe
sapi
Total on Total Kl' Pada keadaau kesesuaian Pada kcadaan kesesuaian lahan potcns•al lahan aktual 7.5GG 14.788 8G8 8.090 (4.076) 4.529 (5.109) 3.495 15.?SO 20.551 11.177 15.779 4.034 7.316 4.703 l .420 12.543 17.091 8.2R2 12.830 3.654 7.694 1.482 5.523 9.677 6.725 4.128 7.080 <>.529 11.042 2.950 7.463 5.962 6.982 4.(>Y3 3.673 2.638 2.330 1.327 1.635 4.012 1.351 8.522 S.861 12.118 14.664 8.199 10.745 6.04) 7.875 5.670 3.839 83.388 133.371 43.585 93.567 peta digital; OD: daya dukung. KP; kap>L
l)l)
Tornl KP
Pada kcadaan kesesuaian lahan potensial (Tabel 39), kctcrsediaan hijauan rnakanan ternak dengan status aman banya bcrada pada lahan tegalan dan sawah rnasing-masing mcncapai 44.977 Ha (66,83% dari luas lahan dengan status aman) dan 22.319 Ha (33, 17%) dengan rata-rata daya dukung hijauan masing-rnasing sebesar 1,85 ST/Ha dan 1,59 ST/Ha. Untuk status ruwan scluruhnya berada pada lahan sawah scbcsar 3.015 Ha (I 00%), dcngan rata-rata daya dukung 0,67 ST/Ha Untuk status kritis sebagian besar berada pada lahan semak/belukar seluas 7.189 I-la (76,33% dari luas lahan dengan status kritis), dan sawah 2.229 Ha (23,67%.). Sedangkan pada status sangat kritis sebagian besar juga berada pada lahan semak/bclukar yaitu mencapai 34.246 Ha (61,96% dari luas lahan dengan status sangat kritis), lahan kebun campur 14.269 Ila (25,82%), lahan terbuka 4.075 Ha (7,37%), tcgalan 1.616 Ha (2,92%), dan
sawah 1.062 Ha (1,92%).
97 Tabel 39 Sebaran status daya dukung potensial pada lahan usahatanidi Kabuparen Karo Stanis Daya Dukung
Lua-;(Ha)
%
To1al DD
~Sll
Rata2 DD (ST!1ln)
Aman
• •
Tegalan Sawab
&3.307
22.319
66,83 33,17
35.538
J ,85 1,59
3.015
100,00
2028
0,67
2.229 7.189
23,67 76,33
1.026 J.892
0,46
1.616 1.062 34.246 14.269 4.075
2,92 1,92 61.96 25,82
177 439 7.216 1.097 649
0.1 l 0,41 0,2] 0,08 0,16
44.977
Rawan
Sawah Kritis * Sawah • 8emak/belukar Sangat kritis • Tegalan • Sawah • Scmak/bclukar • Kcbun campur • Laban terbuka
7,37
0.26
DD: dnya dukung, ST: satuan ternak.
Bcrdasarkan jcnis penggunaan lahan (landuse), lahan tegalan mempunyai kemampuan menycdiakan hijauan makanan ternak yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya yang rnencapai 64,78% dari total daya dukung kcmudian diikuti oleb lahan sawah sebesar 29,24%. Pada keadaan kesesuaian Iahan aktual rata-rata daya dulcung hijauan pada laban tegalan mencapai 1.30 ST/Ha, sedangkan pada kcadaan kesesuaian lahan potcnsial 1,79 ST/Ha Selanjutnya diikuti dengan lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan aktual dan potensial berturutturut 0.96 ST/Ha dan 1,36 ST/Ha, lahan semak/hclukar 0,11 ST/Ila dan 0,22 ST/Ha, lahan terbuka 0,07 ST/Ha dan OJ6 S"J/Ha dan kebun campur 0,05 ST/Ha dan 0,08 ST/Ha (Tabcl 40). Kemampuan menyediakan pakan ternak pada lah111J tegalan dan sawah yaog relatif lebih tinggi disebabkan oleh tingginya potensi pakan a:,"81 limbah pertanian
scperti jerarni padi danjerami jagung pada kedua jenis lahan tcrscbut. Di samping itu
luasan kedua jenis lahan ini sangat besar mencapai 94,02% dari total luas pcnggunaan lahan usahatuni. Pada lahan tcgalan dan sawah juga bcrpotensi untuk meningkatkan
daya dukung hijauan alami karena potensi sebagian besar jenis hijauan mempunyai
98 kolas kesesuaian lahan Sl dan S2 .. antara lain yang pouting adalah rumput unggul (rumput gajab dan setaria) dan leguminosa. Rumput unggul dan leguminosa dapal ditanam di pernatang sawah. Penanaman di pematang dan hamparan sawah belum sepenuhnya dilakukan oleh petani di Kabupaten Karo karena masih mcngutamakan tanaman pangan (padi dan palawija) dan faktor tingkat skala usaha petemakan sapi potong masih kccil (pctcrnakan rakyat). Lcgwninosa mcrupakan tanaman sebagai sumber protein sedangkan rurnput unggul sebagai hijauao untuk mencukupi kebutuhan makanan pokok rumput-rumputan, schingga pcrpcduan rumput unggul dan leguminosa pada suatu wilayah pcngcmbangan diharapkan mampu mcndukung pemenuhan kebutuhun pakan baik kuantitas dan kualitasnya secara kontinyu. Peningkatan daya dukung pada lahan
kebun campur dan hutan dcngan
terlcbih dahulu mcnanam leguminosa pohon atau tanaman keras lainnya umuk menciptakan iklim mikro. Dengan terciptanya iklim mikro dapat mendukung pertumbuhan rumput alam, budidaya rumput unggul, dan peperduan sumber hijauan
lainnya, Peningkatan daya du.kung hijauan makanan tcmak pada setiap satuan lahan dapat dilakukan dengan memilih jenis tanaman tertentu dalam usaba tani dengan
mempertimbangkan kelas kesesuaian lahan (SI dan S2) dan rata-rata produksi hijauan. Tabcl40
No.
Daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan land use di Kabupaten Karo Landuse
I .nas (Ha)
Pada keadaan kesesuaian lahan akiual
To1al DD
Rata2 DO
(SD
(STiHa)
Pada kcadaan kesesuaian
lahan potensial Total nn Rata2 DD (SJ/Ila)
(ST)
60.:i?l
1,30
Sawah
46.S9J 28.625
27.339
0.96
3.
Kebun campur
14.269
682
0,05
4. 5,
semacbelukar
41.43.5
0,11
l:!Piblln tcrbuka
~.075
4.608 300
83.379 39.032 1.091 9.012
0,07
649
Totatrata-rata
134.999
93.500
0,69
133. 163
1.
Tegalan
2.
1.79 l.36
0,08 0,22 0,16 0,99
99
\
Kabupaten l.angkat
f)
Kabupalcn Deli Serdang
"
1'
,., . ,. ,._
J".
,. ,.~ r
Kabupaten D a i r I
'·
\ 't
:<::}.,,
-~~1
?"J.
r
'~
S
.-a·=
-- - O
5
10
15
20 Kilomco;ro
Sumber· ·~R·~ llull'I l!IOYICID,Wlll 1 '<J~\1\ E,;;.,.lT .... Nii~l01b•tlll\3-';.~j.l
PETA STATUS DAY A DUKUNG HIJAUAN MAKANAN TERN AK
~
LEGE NOA :)tatus daya dukung Aman Kil is Rawan Sang"J.t l:.ri~is
TD \, Sungai /'-
PS. PER GNC:ANMN Wit.~Y AH C-:STlTuT PF.RTA,;1A1': BOOOR 2006
I
,faf3n
/\~' IJaJ;<< lotbupmcn -
D
l)anau1'ub.1
Baraskccamaren
Gambar 22 Peta status days dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo.
Pada lahan tegalaa yang rnerupakan usahatani lahan kcring, ketersediaan hijauan rnakanan ternak dipengaruhi pulu oleh pola tanarn. Pola tanarn pads lahan
100
tegalan di Kabupaten Karo umumnya adalah padi ladang-jagung/sayuran.Umumnya sctclah tanam padi dilanjutkan dcngan tanam jagung tumpang sari dengan sayuran (cabe, kubis, atau sawi). Sedangkan pada lahan sawah, ketersediaan hijauan makanan ternak dipcngaruhi pula oleh pola tanarn dimana umumnya adalah padi-padi-bera. Di Kabupaten Karo urnumnya berlaku dua musim tanam yaitu MT I (Okrober-Januari) dan MT II (Februari-Mei) dan MT Ill (Juni-Septernber). MT r dan MT JI mcrupakan musim hujan sedangkan MT IT merupakan musim kemarau. Adapun jenis tanaman snmbcr hijauan yang dorninan terdapat di lahan sawah pada setiap musim tanarn seperti ditunjukkan pada Fabel 41. Tabcl 4 I Jcnis ranaman sumber b.ijauan menurut musim tanam pada Iahan sawah dan regalan di Kabupatcn Karo Jenis lahan No. Sawah I.
2. __
Tegalan
MTl
MTll
MTIH Rumput alam Leguminosa
Padi Rumput alam 1 .egurninosa
Padi Rumput alam Lcguminosa
Padi Rumput alam Leguminosa
Jagung/sayuran
Rumput alam"
Rumput alam Legumi.nosa
Leguminosa
MT: musim tanam; *) Rumput alam di harnparan sawah akihzt sawah pada masa bera, rumput alam lainnya dan lcgurninosa terdapat dl pematang sawah; Jerami padi dan palawija rncrupakan hasil dari penanaman pada MT scbclumnya,
Dari hasil analisis SIG, diperoleh tingkat daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan musim tanam pada laban sawah dan tegalan seperti ditunjukkan pada Tabet 42. Dari hasi I tcrsebut dapat diketahui bahwa daya dukung makanan temak berfluktuasi menurut musim tanam dimana pada MT T paling rcndah diikuti MT III dan tertinggi adalah pada MT Tl . Rendahnya daya dukung pada MT I
disebabkan oleh lahan sawah dan tegalan sebagian oesar ditanami padi, sehingga sumber hijauan sebagian besar berasal dari rumput alam dan leguminosa di sekitar pematang/ galengan lahan sawah, Sedangkan pada MT
n pada Iahan sawah muupun
tcgalan didukung oleh limbah jerami padi yang ditanam pada MT I. Sedangkan pada MT Ill, pada lahan sawah didukung olch jerami padi yang ditanam pada MT II,
l 01 sedangkan pada lahan tcgalan
TotaI 22.748 59.583
Prioritas dan Arahan Lahan Prioritas Arahan Laban Prioritas laha.n pcngcmbangan sapi potong didasarkan pada lahan-lahan yang
scsuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan tingkat kcmampuan lahan mcnycdiaknn hijauan rnakanan ternuk unluk mernenuhi kebutuhan tcrnak. Urutan prioritasnya didasarkan pada status daya dukung hijauan makanan tcmak. Prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong ditunjukkan pada Tabel 42 untuk sistem gembala dan Tabel 43 untuk sistern kandang. Sedangkan peta prioritas arahan Iahan
pada kcadaaan kesesuaian lahan potensial ditunjukkan pada Gambar 23 uniuk sistcm gembala dan Gambar 2~ untuk sistern kandang.
102
Laban prioritas I sampai dengan IV merupakan lahan-lahan yang sesuai sebagai lingkungan ekologis sapi potong dengan urutaa prioritasnya berdasarkan status daya dukung hijauan makanan ternak. dimana prioritas I lcbih ruampu menyediakan hijauan makanan ternak dibandingkan dengan prioritas 11, demikian
scterusnya. Urman prioritas ini dapat dijadikan urutan prioruas arahan Jahan untuk pengembangan sapi potong dengan mcmpcrhatikan besarnya kapasitas peningkatan sapi potong, Tabcl 43 dan Tabcl 44 menunjukkan bahwa pada keadaan kcsesuaian lahan
potcnsial, total kapasitas pcniogkatan sapi potong pada lahan-lahan prioritas uruuk sistem gernbala adalah scbcsar 44 .218 s-1 · atau rata-rata 0,22 ST/Ha. sedangkan untuk sistem kandang 23.824 ST atau 0.13 STlHa. Tabel 43 Pr'oritas arahan lahan, total daya dukung chm kapasitas peningkatan sepi potong sistem gembala di Kabupaien Karo N 0.
I. 2.
3.
Prioritas arahan lahan Priori/asI
Prioritas II l'ri o ri tas 111
4.
Prioritas IV
5.
Bukan Erioritas
Tora'/ratz-raia
Luas (Ila)"
%
Populasi
Total DD
Total KP
rsn
($1)
Pada keadaan kesesuaian lahan aktual 45.891 33.867 16.61 I 1.626 2.266 1.809 0,89 1.383 43 141 0,07 30 44.014 1. lr~8 16.838 4.876 60,85 124.097 53.076 100,00 2'J.8T/ 203.928 Pada keadaan kesescaian lahan potensial
1. Prioruas I 36.354 JI,83 2. Prioritas II 864 0,42 3. Prioritaslll 7.116 3,49 4. Prioritas IV 35.497 17.41 5. Bukan prioritas 124.097 60,85 TutaVrata.nua 203.928 100,00 *) Hasil analisis dan pcrhirungan pada peta digital; DD: satuan ternak.
12.837 661 1508 141!71
64.240 L038 1873 6944
Rerata KP (STilla)
34.265 883 13
(Jl.962i
1.01 0.49
0.10 (0,27)
23.199
0,11
5 J.403 377 365
1.41 0.44
(7.927)
(0,22)
o,os
29.877 74.095 4~.218 0,22 daya dakung; KP= kapasitas peningkaian, ST:
Berdasarkan hasil perhitnngan, lahan prioritas T merupakan lahan-lahan yang scsuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat keiersediaan hijauan
pada status aman. Pada keadaan kescsuaian Jahan potensial, unruk sistem gembala, lahan pada prioritas l mcmpunyai total daya dukung sebesar 64.140 ST schingga masih mampu rncnerima tambahan sapi potong dengan kapasitas pcningkatan sapi
potong sebesar
51.403 ST atau rata-rata 1.41 ST/Ha. Sedangkan pada sistern
T I
103 kandang, lahan prioritas Imempunyai total daya dukung sebesar 46.984 ST sehingga mampu menerima tambehan sapi potong scbanyak 31 .304 ST atau rata-rata 1,37 ST/Ha.
- ......
,,.,..
......
'I
7
.. J
s
u
'
10
u .. !O
J(j"""'""
PE:f A PRIORIT AS ARABAN LABAN
PENGEMBANGAl'ISAFIPOTONG SJSTEM GEMB.o\LA
•
I'S PERENCJ\N MN WI.A Y "11
TNm"mrr
PF.RT ANT AN RnOOR
2006
Garn bar 23 Pela prioritas arahan tahan pengembangansepi potong sistcm gcmbala di Kabupaten Karo.
104
Tabel 44 Prioritas arahan lahan, total daya dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo N
Priorjtas arahan
o.
lahan
I.
Prioritas
2.
Prioritas IJ
'.\.
Prioritas Ill
J
Lilas (Ha)*
%
Populasi
Total DD
pada keadaan kcscsuaian lahan aktual 21.080 11,53 6. 903 27.365 1.235 0,68 944 1.47 I
lerara KP Total KP
20.462 527
(ST.Illa)
0,97 0,43
(0,33) (I 1.855) 36.456 19,94 15265 3ALO 124.097 67,86 0,05 9.134 182.868 100,00 23.112 32.246 Pada keadaan kesesuaian lahan p<>lcnsial 1,37 I. Prioritas I 22.800 12,47 7.628 38.932 31.304 377 0,44 2. Prioritas II 864 0,47 661 l.038 254 0,05 3. Prioritas Ill 4.956 2,71 1.050 l.304 (8.110) (0,27) 4. Prioritas IV 30.151 16,49 13.821 5.710 5. Bukan prioriws 124.097 67,86 TotaVrata-rnta IK2.868 100,00 23. 160 46.984 23.824 0, 13 *) Hasil analisis dan pcrhitungan pada pcia digital; DD: daya dukung; KP -J
satuan ternak,
I .ahan prioritas fl rnerupakan lahan-lahan yang sesuai dcngan lingkungan ekologis sapi potong dengan status daya dukung hijauan rawan. Untuk keadaan kescsuaian lahan potensial baik sistcm gcmbala maupun sistem kandang, lahan prioritas II seluruhnya merupakan lahan sawah dengan luas 864 Ha dengan jumlah
total daya dukung 1.038 ST sehingga mampu rncncrima tambahan sapi potong sebanyak 377 ST atau rata-rata 0-44 ST!Ha. Laban prioritas Ill merupakan Iahan-lahan yang sesuai dengan lingkungan ckologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status kritis. Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, lahan prioritas Ill seluruhnya merupakan lahan
scmaklbelukar dengan Juas 7.1l6 Ha pada sistem gembala dan 4.956 Ha pada sistem kandang. Lahan prioritas Ill ini pada sistern gernbala mempunyai total daya dukung sebesar 1.873 ST sehingga rnasih marnpu rncncrima tambaban sapi poiong dengan kapasitas peningkatan rata-rata 0,05 ST/Ha atau total scbcsar 365 ST. Sedangkan pada sistem kandang dengan toial daya dukung scbesar l -304 ST masih mampu
menerirna peningkatau sapi potong sebanyak 254 ST.
105
...,. \
Kabupacet1 Langkai
'
\
)
/
J'
Kabupa1en De JI Serdang
J'I •
,., .
I
Kab, Atc:l>.:ftnggam ;r1
l'ROl11NSISUMAT!iRA UTARA
,. . p
KJbupaten 0 a i r 1
\\
!'~
~
1'
~
.
~ 1'41
·1~
,, 9"0~o·
910~!'
......
-- - - 0
S
10
1S
·!'.
20 Kibmcb:lll
...,. LEG ENDA
PETA PRlORITASARAilAN LABAN PENGEMBANGANSAPIPOTONG SISTEM KANDANG
1'1iorltas 1 Priori Ill~ II
Priori lll.'1 II Priori tas JV ltd<.k dinilai Bukan prioritas
PtRE"CANAA~ V.'U.llYAH U..STII UT PERTA'llAN OO< ;oK 2006
PS.
/V
Sungai Jubn
O..as kabupllcn
~O<JmuToOO Batus keamJIM
C=1
Gambar 24 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kahupaten Karo.
106 Pada lahan prioritas IV merupakan lahan-lahan yang scsuai dengan lingkungan ckologis sapi potong dengan status daya dukung bijauan sangat krilis. Pada keadaan kesesuaian lahan potensial untuk sistern gcmbala scbagian besar lahan merupakan lahan semak/belukar dengan luas 28.329 Ha (79,81 % dari luas lahan prioritas IV), kcbun campuran 3.626 Ha (10,22 %), dan lahan tcrbuka seluas 3.452 Ha (9,73 %). Sedangkan untuk sistem kandang sebagian
besar lahan mcrupakan lahan
semak/belukar dengan luas 24.508 Ha (81,28 % dari luas lahan prioritas JV), Jahan tcrbuka seluas 4.075 Ha (13,52 %), clan kcbun carnpuran 1.568 Ha (S,20 %). Lahan prioritas
[V
ini baik sistem gembala maupun kandang kapasitas tampung sapi potong
sudah tidak dapal menrima tambahan sapi potong lagi bahkan sudah melebihi daya dukungnya sebesar 0,22 ST/Ha untuk sistem gcmbala dan 0,27 ST pada sistern
kandang. Olch sebab itu pada lahan prioritas IV ini daya dukung lahannya lcbih ditingkatkan dengan penycdiaan hijauan rnakanan temak. Arahan Laban Pengembaogan
Arahan lahan pengembangan sapi potong merupakan lahan prioritas I, dengan mempenimbangkan pcnggunaan lahan saat ini. Pada lahan prioritas I menunjukkan keadaan yang relatif lebih arnan dalarn menyediakan hijauan rnakanan ternak, sehingga hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai arahan pengembangan lahan tcmak sapi potong dengan ketersediaan hijauan makanan tcmaknya berada pada status arnan.
Peta arahan pcngcmbangan rnerupakan kesesuaian ekologis ternak yang ditumpangtindihkan dengan peta penggunaan lahan. Peta ini dapat berubah sejalan
dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Dari peta ini dapai dipcrlihatkan kesesuaian ckologis untuk tcroak berupa kawasan-kawasan mcnurut penggunaan laharmya. Peta arahan peugembangan disebut juga pcia rekomendasi kesesuaian ekolo.gis lahan. Kawasan-kawasan tersebut merupakan altematif lokasi sentra pengembangan petemakan,
Hasil analisis SIG dipcroleh bahwa arahan lahan untuk pcngernbangau sapi potong sistem gemhala di Kahupatcn Karo adalah diversifikasi Jahan sawah (JJs) clan divcrsifikasi lahan tegalo.n (Dt) (Tube! 45).
1()7
Tabel 45 Arahan lahan pcngcmbangan sapi potong sistem gembala di Kabupateu Karo Luas" Arahan Lahan
No.
Ma rada kcadaan kesesuaiun luhau aktual
Rerata
Jumlah KP
%
rsn
KP (ST/Ha)
0,93 8,46 17.132 18.509 Arahan sisrem diversifikasi lahan sawah (11<) 1,12 7,02 17.133 15.358 2. Arahao sisteur diversifikasi lahan tcgalan (Dt) 3. Arahan sistcm ckstcnsifikasi Pada keadaan kescsuaian lahan eoLcnsial 1,32 27.000 20.412 9,34 Arahan sistem diversifikusi lahan sawsh (Ds) I. ?.4.40. 3 4,39 15.932 7,2& Arnhnn sistem divcrslfikasi lahan tegulan (DI) 2. 3. Arahan slstem ckstcnslfikasl •) Hasil analisis dan perhitungan pada pm
Hcrdasarkan luasan areal lahan untuk arahan pengcmbangan sapi potong baik
untuk sistem gcmbala maupen kandnng. arahan lahan diversifikasi lahan sawah mempunyai areal yang lebih luas untuk lahan pengcrnbangan dibanding dengan lahan tegalan. Untuk sisiem gcmbala (Tabel 45), luas areal dengan diversifikasi
lahan
sawah pada keadaan kescsuaian lahan potcnsial mencapai 20.422 I Ia (9,34% dari luas total Kabupaicn Karo) sedangkan pada sistem divcrsifikasi
lahan tcgalan hanya
mencapai 15.932 I la (7,28%). Sedangkan untuk sistcrn kandang (Tabcl 46) luas areal dcngan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kcsosuaian lahan potensial dcngan mencapai 12.263 Ila (5,63% dari luas touil kabupaten karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan legal an I 0.537 Ha (4,84%). Tabel 46 Arahan lahan pengembangan sapi potona sistcm kandang di Kabupmen Karo
No. I. l.
3.
Juml1L1 K.P
Reruto Kl'
(ST)
(ST/Ila)
8.709 I 1.753
O,R3 1,12
Arahan Laban Ila % Pada keadaan kesesuaian lahan aktual Arahan sistcrn divcrslflkasi lahan sawah (Ds) I 0.544 4,82
Arahan ststem dlversffikasl M1MrJ tegalan (Dt) Arahan sistem ekstcnsifikasi
10.537
4,82
Pada kcadaan kesesuaian lahan potcnslal l. 2.
3.
Arahau sistern diversifikasi lahan sawah (Ds) Arahan sistern diversifikasi lahan tcgalan (Dt) Arahan sistcm ekstensifikasi
12.263
5,63
14.970
1,22
10.537
4,84
16.334
l.55
*) Hasil analisis dan perhitungan pada pcta digital; KP~ kapasitas peningkatan. ST: satuan ternak
108 Namun ditiojau dari rata-rata kapasitas pcningkatan sapi potong menunjukkan
hal yang sebaliknya dimana pada sistcm gembala rata-rata kapasitas peniugkatan sapi potong yang tcrbesar terdapat pada lahan diversifikasi
lahan tegalan baik pada
kcadaan kcsesuaian lahan potcusial yakni 4,39 ST/Ha maupun aktual sebesar l, 12 ST/Ha dibandingkan dengan diversifikasi Jahan sawah yang hanya mcncapai 1,22 ST/Ha pada kcadaan kesesuaian lahan potensial. Begitu juga pada sistcm kandung, rata-rata kapasitas peningkatan sapi potong yang terbcsar terdapat pada lahan diversifikasi lahan icgalan baik pada keadaan kcscsuaian lahan potensial yakni I.SS ST/Ha maupun akrual sehcsar 1,12 ST/Ha dibandingkan dcngan diversitikasi lahan sawah yang hanya mcncapai 1,22 ST/Ha pada keadaan kescsuaian lahan potcnsial dan !J,X:l ST/Ha pada keadaan aktual. Hal ini disebabkan pada lahan tcgalan mempunyai daya dukung pakun sapi potong lcbih tinggi di banding pada lahan sawah, Bcrdasarkan arahan pcngcmbangan bcrdasarkan wilayah kecamatun dun pada
kesesuaian lahan aktual, arahan pcngcmbangan sapi potong sistcm diversifikasi pada lahan sawah dcngan sistem gembala scbaglan besar terdapat di wilayah kecamatan
Mardingding Muntc yang mencapai 65,62% dari total luas arahan divcrsifikasi lnhan sawah scdangkan sistern diversifikasi
luhan tegalan sebagian besar terdapat di
Kccamatan Tigabinanga dengan luas 7.914 Ila atau 51,53% dari total Iuas areal dlversifikasi lahan tegalan (Tabet 47). Sedangkan pada sistcm kandang sebagian bcsar tcrdapat di wilayah kecamatan Mardingding dan Muntc yang mencapai 78,65% dari total luas arahan lahan divcrsifiknsi labao sawah dan pada areal diversifikasi lahan tegalan sebagian bcsar terdapat di wilayah kccamatan Tigabinanga yang mencapai 67,24% dari total luas arahan divcrsifikasi laban tegalan (Tabet 48). Pada kesesuaian lahan potcnsial. arahan pengembangan sapi potong sistcrn diversifikasi pada lahan sawah dengan sisiem gcmbala sebagian besar tcrdapat di
wilayah kecamatan Mardingding Munte dengan luas rnencapai 13.153 65,62% dari total lnas arahan diversifikasi
Ila atau
lahan sawah sedangkan sistern
diversifikasi lahan tcgalan scbagian besar terdupat di Kccarnatan Tigabinanga dcngan
luas 7.914 Ila atau 51,53% dari total luas areal divcrsifikasi lahan tegalan dan di Kecamatan Kutabuluh dengan luas 2.840 Ila atau 17,82 % (Tabel 49).
)09 Tabcl 47 Arahan lahan pengembangan sapi potong .sistern GEtv!BALA menurut kecamatan di Kabupatcn Karo pada keadaan kcsesuaian lahau AKTUAL
No.
Kccamatan
).
Barusjahc
2.
Berastagi J uhar
3.
10. 11.
Kahanjahe Kutabuluh t.aubnleng Mardingding Merek Munte Payung Simpang Empat
I?..
Tigabinanga
u.
Tica anah
4. 5.
6. 7. S.
9.
K ahupaten Karo
Luas (Ila)
I 1.949 1.12.5 21.996 4.355
Arahan lahan pengernbangan Diversiflkasi lanan E.ktensifikasi Diversiflkasi lahan fe!J'llan (0£) sawah (Ds) Luas(Ha) % Luas (!la) %
1.776
9,60
23.672
17.570 3.1.191 2~.055 13.858 15. 128 18595 17.454 13.153 218.701
362 230
2,35
?..340
1,50 18,49
6.109
3'3,01
1.517
9,88
6036 2.404
32,61 12,99
681 1.815
I 1,81
2.183
I 1,79
7.914
51,52
18.509
100,(}~
15.358
100,00
4,44
Tabel 48 Arahan lahan pengcmbangan sapi potong sistem KANDANG menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL
No.
Kccamatan
1.
Barusjahe
2.
Berastagl
3.
Juhar
4.
Kabaojahe Kutabuluh
5.
6. 7.
8. 9. 10. LI. 12. (3.
Laubaleng
Matdingding Merck Munte Payung Simpang Ernpar Tigabinanga Tigapanah Kabupetcn Kero
Luas (Ha)
11.949 3.125 21.996 4.355
Arahan Iahan pengernbangan Diversifikasi lahan Diversifikasi lahan sawah (Os) tcgalan (Dt) Luas (Ha) % Luas (Ha) %
945
8,95
1.380
23.672
17.570 34.791 23.()55 13.858 15.128 18.595 17.454 13.153 218.701
260
2.47
13,10
57,94
905
8.59
698 608
6,62 5,77
176 730
I ,li7
6,93
2.183
20.70
7.085
67,24
10.544
100,00
10537
100.00
6.109
"ktensifikasi
110
Tabel 49 Arahan lahan pengernbangan sapi potong sistem GEMRALA menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTENSIAL
No.
Kecamatan
I.
Barusjahc
2.
Berastagi
3. 4.
Juhar Kahanjahe
5.
Kutabuluh
6.
Laubnleng
Mardingdiug Merck Munte 9. Payung 10. 11. Simpang IV 12. 'l'igabinangn 13. Tigapanah Kabupatcn Karo 7. 8.
Luas (Ma) 11.949 3.126 21.996 4.'355 23.672 17.570 34.791 23.055 13.858 15.12& 18.595 17.454 13.153 218.701
Arahan lahao ~n~ernbani;an Diversifikasi lahan tegalan (DI) sawah (Os) Luas (Ma) % Luas (Ila) % Diversifikasi lahan
1.918
9.19
362
2.17
230 2.840
1.4'1 17,82
1,82 34,85
574
3.60
1.5 l7
9.52
2.404
29,56 11,77
681 1.815
11,39
2.576
12,61
7.914
49,67
20.427
100,00
15.932
I 00.00
37)
7.117 6.036
Ektcnsiflka si
4,:l.S
Pada sistem kandang sebagian besar terdapat di kecamatan Mardingding dengan IW-'> 7.117 Ha (58,04% dari total luas arahan lahan diversifikasi sawah) dan pada areal divcrsifikasi laban tegafan sebagian besar terdapat di kecarnatan Tigabinanga dcngan luas 7.085 Ha (67,24% dari total Juas arahan diversifikasi lahan tegalan) dan di Kutabuluh seluas 1.380 Ha (13,10%) (Fabel 50). Tabcl 50 Arahan lahan pcngcmbangan sapi potong ·sistem KAN DANG menurul kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian Iahan POTENSIAL Arahan lahan ~cn,g,embani:an No.
Kecamatan
I.
Barusjahe
2.
Berastagi Juhar Kabanjahe Knrabuluh Laubalcng
3. 4. 5.
6.
Mardingding Merck
7.
R. 9. JU.
11 12. 13.
Munte
l'ayung Simpang Iv Tigabinanga
Tigapanah Kabupaten Karo
Luas (Ha)
11.949 3.125 21.996 4.355 23.672 17.570 34.791 23.()55
Diversifikasi lahan sawah (Ds) Luas (Ha) %
Diversifikasi lahan Ektensifika te~alan (Dl) __ si l.uas (Ha) o/.
260
2,47
945
7,71
371
3~03 58,04
905
8.59
1.380 7.117
13,10
1.67
13.8'5t 15.128
698 608
5,69 4,96
116 730
6.93
18.595 17.'154
2.524
20.58
7.085
61,24
1.2.263
100,00
10.537
100,00
13.153-
218.701
111 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gernbala di Kabupaicn
Karo seperti ditunjukkan pada Garnbar 25 clan sisiem kandang pada Gambar 26.
\ .l'l
,., . r,
.... ...
:-' t'.
K.ahupa1n 0 a i r i
',
~' ··"-~
,..
---
lQ
t'
'7""''
~.,.
-
---
...,.
PETA ARAHAN l.AHAN PENGEMBANGAN SAPl POTONG SISTEM GEMBALA
LEGE NOA Arahan lahan pengembangan Bukan Mahan Arnhan diversifikasi lahan sawah Arahan diversifikasi Jahan iegala Tidak dinilai
~ PS PCRENCA.'lAANW!LA YAll NSTrrtrr PERTAJllAN BOGOR
2006
Jako
/'/ °""" ubl..,......, -0...uTobo c:JBaas kcc.ao&lD
Gambar 25 Peta arahan lahan pengembangan sapi potonx sistern gernbala di Kabupaten K11ro.
112
' ;)
/
r
Kabupatcn Deli Serdang
l'I '
l' I '
Kabepaten Dai r i
- - -- - --
S
0
S
JO
15
20 Kilomclers
S
1.cn.r0t(9•ll;IUUllV.U~B*oar..11 (t'il!)
PETA ARA.HAN LABAN PENGEMBANGAN SAPI P()TONG SISTEM KANDANG
~!.IArllbsOio!S--SJ,.'4.6~:fsi. 2"'
LEGKNDA Araban l:ihan pengembangan
-
Bukan Arahan Arahan diversifikasi lahan sawah Araban diversifikasi lahan tegala
Tidak dinilai PS. P£RENCANAAN V.'ILA Y AH rNSTITTIT PERTANIAN llO
,h/
Son.eJli Jalan S.U.S kabopaicn
-OarauToba
C]llaustecamaiar.
Gambar 24 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistern kandang di Kabupaten Karo.
SJMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pcnclitian, dapat dirunbil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lahan-lahan yang berpotensi sebagai lahan pengembangan sapi porong di Kabupatcn Karo antara lain: sawah, tegalan, kebun campuran, lahan tcrbuka dan scmak belukar, dengan total Joas
135.000
Ha (62 % dari Juas wilayah
Kabupaten Karo).
2. Sebagian besar lahao di Kabupaicn Karo kurang sesuai (N) scbagai lingkungan ekologis S11pi potong. I .ahan yang sesuai untuk pemeliharaan sistem gembala adalah 79.831 Ila (36,50% dari luas wilayah kabupaten) dan
sistem kandang 58.771 Ha (26,87%). Faktor penghambar utama lingkungan ckologis
untuk pcmcliharaan
sapi potong di Kabupaten
Karo adalah
kelcrcngan, ketinggian (clevasi) dan temperature humidify index (Till). 3. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan tanaman hijauan makanan ternak, rnaka lahan sawah dan tegalan bcrpotensi untuk pengcmbangan sebagian besar jcnis tanaman sumber hijauan yang dinilai. Total daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan aktual mencapai 93.567 ST
sehingga masih marnpu menampung tambahan ternak sapi potong sebesar 43.585 ST. Sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 133.371 ST dengan kapasitas pcningkatan sapi porong sebesar 83.388 ST. 4. Luas lahan pada keadaan aktual dengan status daya dukung hijauan makanan temak aman adalah 59.091 Ha (27.()2 %). sedangkan status rawan sampai
dengan sangat kritis adalah 75.908 Ha ( 34.71 %}. Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, luas lahan dcngan status daya dukung hijauan aman adalah sebesar 67.296 Ha (J0,77%), sedangkan status rawan sampai dengansungul kritis adalah 67.703 Ha (30,96%). 5. Berdasarkan jenis pcnggunaan lahan (landuse); lahan tegalan mcmpunyai kernampuan menyediakan hijauan makanan ternak yang relatif lebih tinggi dibandingkan dcngan lahan-Iahan Jainnya dengan mencapai 64,7&% dari total daya dukung kernudian diikuti oleh lahan sawah sebesar 29,24%. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata daya dukung hijauan pada lahan
114 tcgalau mencapai
1,30 ST/Ha, scdangkau
pada keadaan kesesuaian
lahnn
potensial I.79 STiHa.
6. Lahan prioritas l terdapat pada lahan tegalan dengan luas 10.537 Ha dan sawah 12.263 Ha. Pada sistcm gembala lahan pada prioritas mcmpunyai total daya dukung sebesar 64.240 ST schingga masih rnarnpu mcnerima tambahan sapi potong dengan kapasitas pcningkatan sapi potong scbcsar 51.401 S'I' atau rata-rata 1,41 ST/Ha. Scdangkan pada sistcm kandang, lahan prioritas I mernpunyai total daya dukung scbcsar 46.984 ST sehingga mampu menerirna tambahan sapi potong scbanyak 3 J.304 ST atau rata-rata 1,37 ST/Ha. 7. Arahan lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupatcn Karo adalah divcrsifikasi
lahan sawah (Us) chm diversifikasi
lahan rcgalan (Dt). Arnhem
lahan divcrsifikasi lahan sawah mernpunyai areal y311g lebih Iuas untuk lahau
pcngcmbangan dibanding dengan lahan iegalan. Untuk sistcm gcrnbala, luas areal dcngan diversi liknsi lahan sawah pada keadaan kescsuaian lahan potcnsial dengan mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas totul kabupaten karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan hanya rnencapai 5.560 Ha (2.54%). Sedangkan untuk sistem kundang luas areal dengan diverslfikasi lahan sawah pada kcadaan kesesuaian lahan porensial dcngan mencapai 12.263 Ha (5,63% dari luas total kabupaten karo) scdangkan padu sistem diversifikasi lahan tcgalan 10.537 Ha (4,R4%). Saran I. Dal am upaya pengem hang an tcmak sapi potong di Kabupaten Karo, diharapkan dimasa mendatang perlu pcwilayahan dalam pengcmbangan sapi
potong dengan mcmperhatikan potensi sumberdaya lahan dimasing-masing wilayah.
2. Dilihat da.ri potcnsi sumberdaya lahan dan peluang usaha di Kabupaten Karo, maka pengembangan usaha temak. sapi potong masih perlu ditingkatkan dan dikeuibangkan lebih lanjul. 3. Diharapkan penelitian sclanjutnya dapar dilakukan menggunakan data dan informasi dari peta dengan skala yang lebih besar (semi detil dan detil) untuk meningkatkan reliabilitasnya.
DAFfAR PUSTAKA [A.AAS] American Association for the Advancement of Science. 2005. Metoda Inventarisasi dan Studi Baras Dasar Sumberdaya Bagi Negara Berkembang (Ragian 111). Wiradisastra US, penerjemah, Conant F et al, Rogers P. Baumgardner M. McKell C, Dasman R dan Reining P, editor. Terjemahan dari: Resource Inventory and Baseline Study Methods for Developing Countries. [AA K]. 1983. H ijauan Makanan Ternak: Potong, Kcrja dan Perah. Yogyakaria: Pencrbit Kanisius. Barus B & US Wiradisastra. 2000. Sistem Irformasi Geogrufis, Sarona Manajemen Sumberdaya. 13ogor: Laboratorium Pengindcraan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah. lnstitut Pertanian Boger. Batubara, I Pet al. 2002. Pengkajian Pakan Altcmatif Temak di Sumatera Utara, Didalam: Monograph Series 2. Medan: Balai Pcngkajian Tekuologi Pertanian Sumatera Utara, Balai Penelitian dan Pcngembangan Pertanian, Departemen Pcrtanian. him 185-194. LBPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2005. !'ORB Kabupaten Karo 2004. Kabanjahe: BPS Kabupaten Karo. Bulo D. 2004. Ueberapa Kajian Teknologi Hijauan Pakan Untuk Mcndukung Pengernbangan Temak Ruminansia Didalam: Kindangcn J.G dkk, editor. Presiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Penanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri; Manado, 9-10 Jun 2004. Begor: Pusat Peneliuan dan Pcngembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dcpartemen Pertanian. b.lm 973-980. [DKP] Dewan Kctahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta: Dewan Kctahanan Pangan. [Distan] Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2004. Imormasi Padi, Palawija dan Hortikultura di Propinsi Sumatera Utara. Medan: Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara. [Disnak] Dinas Peternakan Propinsi Su:natera Ctara, 2005. Laporan Tahunan
2004. Medan: Dinas Pcternakan Propinsi Sumatera Utara. Dircktorat Jendcral Pctcrnakan dan Balai Penelitian Temak. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Potcnsi Pcnyebaran dan Pengembangan Peternakan.
Ciawi: Balitnak. Djacnuddin D. M Uendrisman. 1-1 Subagio. dan A Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis
EvaluasiLohan Uniuk KomoditasPertanian. Boger: Balai Pcnelitian Tanah.
116 Pusat Penelitian dan Pengcmbangan Tanah dan AgrokliJnal, Balitbang
Departemen Pertanian. Djaenuddin D, M Hendrisman, H Subagio, A Mulyani dau N Suharta. 2003. Kritena Kesesuaiun Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogen Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklirnat, Balitbang Departemen Pertanian. (FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation .. FAQ Soil Bulletin No. 32. Rome: Soil Resources Development and Conservation Service Land and Water Development Division Food Agriculteure Organization of The United Nations. Haloho L, 1M Ibrahim, Zulkamain, Murizaf dan E Romjali. 2002. Kajian
Pcnnasalahan Agribisnis Sapi Potong di K.abupatcn Deli Serdang Secara Partisipatory Rural Appraisal (PRA). Didalam: Monograph Series 2. Medan: Balai Pengicajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Balai Pcnelitian dan Pengembangan Pcrtanian, Dcpartemcn Pertanian. hhn 21 J-217. IIanggono A. 1999. Penggunaan Teknik Penginderaan Jauh dan Satuan Informasi Geografis Ualam Inventarisasi dan Munilor.ing Kclersediaan Sumber Daya Laban. Dalam: Presiding Seminar Nasional Sumber naya Tanah, lklim, clan Pupuk. T.ido-Bogor. 6-8 Des 1999. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Departemen Pcztanian. Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lohan Jan Perencanaan Tataguna Tanah: Begor: Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Instiun Pertaniaa Bogor. Hermanto, F, 1989. I/mu Usaha1ani. Jakarta: Penebar Swadaya Ibrahim TM. 2002. Pemanfaatan Legum Stylo (stlylo santhes guianensis C[AT
184) Dalam Usaha Temak Sapi Penggemukau. Didalam: Monograph Series 2. Medan: Bruni Peogkajian Teknologi Pertanian Swnatera Utara, Balai Penelitian dan Pengembangan Penanian, Departemen Pertaaian, him 163-
174. Jayasuriya, MCN. 2002. Principle of Ration Pormulations for Ruminant. Dalam;
Development And Field Evaluation ()/ Animal Feed Supplementation Packages. Proceedings Of The Final Review Meeting OfAn IAEA Technical Ca-Operation Regional AFRA Project Organized By The Joint FAOIL4EA Division Of Nuclear Techniques In Food And Agriculture; Cairo-Egypt, 2529 Nov 2000. Vienna: TAEA-TECDOC-1294.hlm 9-14. I .indawati dan .Mugi.yanto. 2001. Anafisl.~ ZAE dan Esumas! Overlay Sistem ZAE dengan Peternakan. Jambi: Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Kota Baru.
J J7 Kusnadi U. 1992. Csaha Pcnggemukan Sapi Potong Di Dataran Tinggi Wonosobo. IJalam: Prosiding Pengolahan don Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Ruminansia Besar. Dogor: Pusar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departernen Pertanian. Lillesand TM dan Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh don lnterpretasi Citru. Dulbahri. Suharsono P, Hartono, Suharyadi, pcncrjcmah. Yogyakarta: Gajah Mada Pr. Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation. Makkar, HPS. 2002. Applications OfThe /11 Vitro Oas Method In 111e Evaluation
Of Feed Resources. And Enhancement Of Nutritional Va.ue Of Tannin-Rich Tree/Browse Leaves And Agro-Industrial By-Products. Dalam: Development Ami Field Evaluation Of Animal Feed Supplementation Packages. Proceedings 0/111e Final Rl!view Meeting QfA11 IAEA Tochnical
Co-Operation Regional AFR.A l'roject Organized By The Joint FAOl!Alill Division Of Nuclear Techniques In Food And Agriculture; Cairo-Egypt, 2529 Nov 2000 Vienna: IA EA-TF.C:DOC-1294. him 21-40. Manurung l', 1996. Pcnggunaan Hijauan Lcguminosa Pohon sehngai Sumbcr Protein Ransurn Sapi Poiong, J /111111 Temak dan Veteriner I (3):143-14 7.
Mathius, IW. 1983. Hiiauan Gliricidea Sebagai Pakan Ternak Rurninansia. Didalam:
Maja/ah Reuni Jlmiah Peternakan don Kesehatan Hewan. Wartazoa, J (I):19-2.t Boger: Pusliibangnak
Muljadi AN. IW Mathius, A Somali, P Sitorus. 1992. Sistem Usaha Tani Ternak Potong di Lohan Kering Timor Timur (Potenst, Prospek dan Alternatif
Pengembangan Sapi Potong}, Boger; Pu.5111 Penel itian dun Pengembangan Peternakan. Depancmcn Pcrtanian, Nasrullah R, Salam. Chalidjah, 1996. Pemberian Daun l.eguminosa sebagai Subtitusi Konsentrat dalam Ranswn Pcnggemukan Sapi Bali. Pros/ding Seminar Nasional Petcrnakan dan Veteriner; Begor, 7-8 Nop 1995. Begor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Petcmakan. him 627-630. Natasasmita A dan K \11udikdjo. 1980. lleternak Sapi Daging. Begor: Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Begor.
Preston TR. Willis WB. 1974. Intensive Bocf Production. J Anim Sci 43 (2):418425. Puntodewo A, S Dewi, J Tarigan, 2003. Sistem Irformosi Geografis Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Boger: Center for International Forestry Research (Cll'OR). Purwarui S dan Syamsu JA. 2006. Potensi dan Daya Dukung Limbah Pcrtanian Sebagai Sumber Pakan Temak Rwninansia di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. 811/ //11111 Peternakan dan Perikanan 10(1):51-58.
IJ8
Rcksohadiprojo S. 1984. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM. Riady M. 2004. Tantangan dan Pcluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2020. Dalam: Setiadi Bet al.. editor. Prosiding Lokakarya Nasional Sapl Potong; Yogyakarta, 8-9 Okt 2004. Boger: Pusat Peneliiian dan Pcngcmbangan l'etemakan. Him 3-6. Santosa U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan !. Jakarta: Penebar Swadaya. Saptana, Ariningsih E, Kl) Saktyanu, S Wahyuni, V Darwis. 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis l lonikuhura Sumnrcra (KAHS). Didalam: Analisis Kebijakan Per/anion (Agric11!111ral Policy Analysis) Volume 3 Nornor I, Mar 2005. Begor: Pusat Pcnelitian clan Pcngembangan Sosial Ekonomi I'ertantan. Badan Penelitiun dan Pcngcmbangan Pcrtanian. Departcmcn Pcrtanian. hlru 51-67. Siregar Sil dan SN Tambiug, 1995. Anallsis penggemukan sapi po1ong di Deso Gebang Kabupaten Wonogiri Jawa Tengat: Boger: Pusat Pcnclitian dan Pengembangan Pctcmakan, Depanemen Pcnanian Statistik Peternakan, 2003. Statistik Peternakan, Dircktorat Jenderal Pctcrnakan,
Departcmen Pertanian, Jakarta. Suratman,
S Ritung
dan
D Djacnuddin.
1998.
Potcnsi
Lahan Untuk Pengembangan Tcrnak Rurninansia Beser di Bcbcrapa Propinsi di Indonesia. Didalam: Presiding Pertemuan Pembahasan don Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan AgrokJimar (Btdang Pedotogl); Cisarua-Bogor, 4-6 Mar 1997. Bogor: Pusat Peuelitian Tanah dan Agroklimat.
Sugeng YB. 1998. Sapi I'otong. Pemellharaan. Perbaikan Produksi. Prospck Bisnis dan Analisis Penggemukan. Cetakan ke-VI. Jakarta: Penebar Swadaya. Susctyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Begor: Departcmen llmu Ternak Fakultas Peternakan. Instinn Pcrtanian Begor. Wiradisatra lJS. 1989. Metodologi Evaluasi Lahan Dalam Hubungan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan. Didalam: Makalah lokakarya Sis/em Informasi Sumoerdaya Lohan Untuk Perencunaun Tata Ruang; Yogyakarta, 24-25 Des 1989. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universiias Gajah Mada dan Badan Koordinasi Survey dan Pcmetaan Nasional (Bakosurtanal). him 2. Yusdja Y dan N Ilham. 2004. Tinjauan Kcbljakan Pengembangan Agribisnis Sapi Potong. Dida]am: Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume 2 Nomor 2. Jun 2004. Begor: l'usat Penelitian dan f'engembangart Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Pcnclitian dan Pengernbangan Pcrtanian. Departemen Pcrtanian. him 183-203.
120
Lampiran 1. Asurnsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk mcnjadi potensial menurut tingkat pcngelolaannya.
Kualitas/Si fat Laban
No. I. 2.
3. 4.
5.
Tmgkat Pengelolaan Sedan<> Tinggi
Jenis Perbaikan
Rejim rad iasi Rejim suhu Rejirn kelembaban udara Ketersediaan air - Bulan kcring
++
- Curah hnjan
++
lr.gasi lrigasi
Medin pcreknran - Drainase
+-
Saluran drainase")
- l'cksrur +
Umumnya tidak dapai diperbaiki (pembongkaran tanah)
-KrK
I+
- pll
++
Bahan organik Kapur
- Kedalamancfoktif
- Kcmatangan gnrnbut - Ketcbalan gambu; 6.
Rctensi ham
7.
Ketersediaan hara - P10s terscdia
++ ++
- K20 dapat ditukar
++
Pupuk P Pupuk K
++ ++
Pernbuatan tanggul Pcmbuatan saJuran drainase
- N total
8.
Bahaya baojir
9.
- Periodc - Frekuensi Kcgaraman
I 0.
Toksisitas
11.
- Kejenuhan Aluminium - Kcdalamen pirit Kemudahan pengolahan Tcrrain/potcns] mokanisasi Dahaya erosi
Keklamasi
- Salinitas
12.
13.
Pupuk \I
++
Kapur
+
Mengatur pcnnuku" air tanah
+
Mekanisasi
+t-
Lsaha konservasi tanah
Kctcrangan:
Tidak dapat dilakukao pcrbaikan
+ Perbaikan dapat dilakuknn dan ukan dihasilkan kcnaikan kelas satu tingkat lebih tinggi
Kcnaikan kelas dapat dua tingkat Iebih tinggi •) Drainase jelek dapat diperbaik:i menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tctapi draina.se baik atau a1a11 ccpat sulit diubah menjadi drainase jelek aiau tcrhambat, Sumber: Hardjowigeoo& Widiatmaka (2001) T+
-
121
N
J
I
f
N~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~M~
=
~~~i~~~i~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
,,
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ .
5[oooeoco¢OOOOOOOOOCCOOOOOOOO~O~OOOOOCO
.
"rig2~2ccc•~oo~~ooooo~~~~o=~=~~o~oo=o~~~
"'l .
""0
•
m!~~~~
0 0
••••
0
'°
'C> , .. ,.
~
'° '°
0 '
-
"'
c ,
''1
~~WNNW••••NNNN•N~NN~~N~•N~~NN
1.Z
r.;ooonnccnann~nnnnnnn~nnno~nnnnn~"~"""n
"'.
~'''!!~!~~~~~~!!!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ''••~•o•~ooo•~••oooooooooooooooNooo NNNR0000
•=
0000
NNNN
N
~~~~~~Jiiiiii;lll~i~ii7viiv!!!~~~!iii ccCdocoo O: odoo • o dddd
= ll~s•==•~•=am~o~=~•E=~~-a~•·~~~~~nm~~·•
l:?.3
OOOOCOOOQOOOOOOOCQOQOOQQQOOOO~QOOOOOOOOO:oo
OOOOOOOOOOOOOOOOOCOQOOQOOOOOOOOOOOOOOOOO~OO
~lll&lll(llllllllllllllllllllllllllllllllll
1111111~11~~~~11~11~1t~1~~1i~~~1~11i~1~~~~~
~~~~~,~~~!,!!!1!1~~!1!!1!~!!!!!!!~!!!~!1!~! ocooooooo~oN~~ ~ oc~ ~~ ~o~~·~~~~o~•~o~ ~ ~
N~~~~~
q~oqwq_qc00000_000_0N0N0
~
~~~~22~d;.~~2;;!~!99~2~~!~o;~~~~;~~iil~;2l~; ••••••••••••••••••••••••••••••••• ddd •••••
124
ooooooooooooQ~:eoooooooocooccooooocoooooo~~
eooo~oooooo::ooooooooooooc~oo~cooooooooocog
~~-
- ---------z --- ~~~~~~~~;~~~~i~~=r.~~z-~--=~±~-~7x-=-~==~~zz ~~<~~~<<~<<<<<<<<<<<<_< __ <<<<-<< -<-<<<~<<< mm==5e•6mmcoomoc~~c~~mmom:~••===~•=ooooommc
125
--~-~~~-~~--~~~~~--~~~---~~~--~-~~~~~---~~~
~~5~~~£~~~~~~e~~a~~ai~~2aij~~~~~~~~l~~~~i~~ DOODDDOODDDDOODDooaoOOocoooDDDDooaccooaoooa
-~---··--·-------~--OO•D•------NN••NNnD-D~' ~=~""'-•~4"•~•44~=''~~4~•44n444~~'•"~~ft~~=-
oooo:oeooocoeooonocooaa~~ooo~oooeeooooocooo
126
~~~x~~"~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~x~~~~~~~~~~~~~
iiiijiiijiiil~~£~~i£~5~~~~~1~~111~~~~1~~il~
--~~-~---~~~-~----~-·------~==-~-~
~~~--ONN•••
~~~~~~~-~~~~---~--~~-·~~~~ --~-~~-·-· ~..;~~.·~~~~~~~~··~··~~~..;~~~~·~~~~~~~~
.C! ooo-QOO~oc~Q~Ooo~o~ooe~ooooo~o~~¢~n~ .c .c. .0 .0 ..0 ..0 .,:... ..0...:. .0 ..:. ..0 ~ .,£;. .0 -b -b ..t '6 -6 .J> .(:I '4 ~ ~
...,0 ...,C! ...,~ ....0
e
~~~!
-i ..¢ ~
• 'I - .¢ ..c, -<--o
'° .;.
·~~~~
~ "". .c. .e. ~ ~ . .;_
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 22222•••222222•22•2•222•••2222•222222""'"2•·
i.27
---t:--"''"l~--
vuuuuuaou~auooeooooagoeaaooooooaooooooooaoo
""NNCNnN"
nnDDnNnnon
''''~'~'•P''~~''•'~' ----~----~M~~~--~-~~ CcOdOoOQQ
'£~~'£
0000000000
r'1 ~ ~ ~-"i "! ~ <'! ~ ~ ~ ~ q~~"! "1 t1 ;: ;g~;;;;;;~;;_g~~~ ---o.¢ .:. «\....,_..,, __ -.o.-Q~Cj>QOO---.-
J; .¢
0000
~ ": t'-! ('.f qC?<j>c:;>q<;> 000-000
...... :£:2'.::::~c~~
,J..J.,,;..,\VJ.,,).,.;.,J,r.,.,.,..
=
¢
....
..-.o
..... <> .....
~~:;=-Ytr!~ot;>;= <:~v-:v:·'lll:"!~""! ~~, ... ,,.,~ .... ~r\
~~C::":~~~":""'!"'"l":": "'!.~~o '?°"':'W:-0":1 "7'"':1"7'"'!''11'1 "!' '1 "!' ";I "':" ";i .r'I --0 .0 - 'O 'C -0 VI V) V\ v, VI .... "'!~~....::: ...;-.i-i-V:..,'.f:.~, .... ..;,..;....;~ ..i f'"I "T ..- OT
2&~;;~~3g
~~~~~~§§:.
128
~
CDOOO~OOODOOCOODOOODDooooooooooo•o-•o••···· c.1...·~1:1...:... ~ ::-1.:..~~~ ~o:....:...1..;..~~= - ~ ................ ~~-.~ _._;...;... ::;~"" ~
~E~~~~~~~~~;;~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
mocc~~~~~m~m~~n~~mm~eccooo~~~~~~~~~~od~~Q~~
~2~~~~~~~S~~cy~2g~~~~~~~8~oo~g~~~o~~o~ocooo=
~~~~*~~;··~;;·~-~~-~~~~~~~,~~~;;l;;%~t1211:
oeo
oo
~t··~:ifc;t~S .... o .. oo~'"'='o
I',
'!~~~~~:;:~
:;:;~N;;:~ ·""
••R~-~n·--~~~~~~-~--~~~~-.,~~~~~~~~~~~~~~ .~i~··~··················~~·····n··~·~~~v
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~;~!~~~:~~~~~~~~~~~~~~~
:r
< c "'• « ~ < =
s"
."' ~
E.
a !:; ·;;;.
!J
.;
=
"
...J
=:
..
"'
"' u "' " ea " a
E
; e.;. < < •
,," ~ ] ~ .,, ~,.., ~~~ "'
:r e;
•
rt;
-c n M
~ ~
,g
< c e
~ ] l ,,. ,.. ~ ~ ~ 0 v ~ v ~~
" ..." " "" "
~
~ ~ 4 • ~ ~
~""" ~ ;:?
!';; :!: ~ ~
e as e e e
129
OOOOOOOOOQ~OoooooOOOOOCOOO~O~OQCOOOOOOOOOOO
ooooooooooooooooooooooooooooc~ooo~ooooooooo
130
.. .. .. .
..
..
M M M M ~ ~ ., c ~ 0 « q q " « El 0 0 0 8 8 0 ~8 ~ «e-. 0 ~ , . ,.; ,: ... .; .; .... ~ e-. ... .: ?: .; ~ " •' ~~~~ ~ ~~ » ~ « ce. ~~ •· ~ •· ~~~ ec ~~"' ~eeM
M
C·~
M~
0 I-
<; ::, ... li <> ;;;: ii ii ii ii ;:: "''"' "-"' !:: it '" "'"' u,"' ti! t-: ~~ ... e ~,.." 0I"· ~~ ·;; ~ ~ •;; ~~~ ~ '~ ~~ ~~ -a ·;; ·~ ., -a •• ·;;"' •"'• ·; ~;;: g e.!e "'B ~ ,; •• ~ s •"'• ••"' ~ ~ ~" -::::: "' ., "'0 ~0"' 0 0 "'~ 0 "'0 "0 "'0 "' " "'T ¥ 0T 0 0 "' (::! ::'! ~ >; ~ ~ G~ ,., ';> "! ';> ~ -e -o ';> ';> ';> g~ ~ «
fr
0
~~~
•
~
• -r
~ ;;:
"
"
:; ~
.
v v
0
:; 00
..
..
.. ..
-· e
",: 0 0 8 " 0 q q 8 B;; ~,, ~~Q~ " ~0 •· ~ ~ ~•· ~ ~ ~ ~~· ~~~· ~~ ~~~ee, ~e-. ~ ~ u, ii ii ~
(•'•
z~~ " ii ii Ii ii ii ii !l:! ii: ..."' ..."' ~ "' ;.>
u,
;:;
~ .. .," -c "'~ ~" .," .," ~ J;" " ~.. ~'1 " ~~" ~" ~~<' ~~~i= .., "-f,,,, i= F ., ~i' ~,,,, "'I' ~'j, ~ ~~ <',, ~~ 1 " ~ i'~~ ~ -; r= -:; '· ~ ... , ~ -: " ,.. " • ~ • ,.. .- • .· "'• s •' • "'" • .. "'"'• "'., ~~ • • "'. "'• ,., " " " ~ ;;;g?:~ -c ,;
c_ '?
e»
")
o¢
~~~§§
'O
V>
T
T "'!· "'! •"\
0
T
,-; ;
.,; ; .·..;
,.;
131
~~~~~~~qs~~q~~~~QqQa&QQQooaqq~;~~a~~2~~~~~~ """""""""•·•·•·~~""""""'""""""""'""r•~"r"rrrr-~-~~~~~c~~~~~~~~-~--~-~~~~~~~••••~~c~~~~~~~~~
~-~~~-~
;;:
i:l
e
-~~.~~--~-~----~--~~-~~--~.~~~~~~-... .. -~~~~~~~~~~~~~~~~~-~~--~~-~~~~~~~~M~~~~A~~~ FP?Oopo~
.. e .. ~ooopoppop~~oop,9Fe9o?.?.~opo~~*~~o~o v
v
~
~~~d~~~~~~Baali~~a2~a!i~~2;=~~~~~~~~~~~~~~~
QQcoocoooooooooooooooooooooooooooooooooooo~
~ocoooooooo~oooooooooooooooo2oooooooooooo2~
~=w~~·~=-~~••==~~~=~~~=~·~~=~~·==~==~==·~-~ -~-w--D~ND•N-·~N·-~---~----·-•o•·~··~···~·N
oocceoooooooooooooooooooooooooooeooooocoooo
lllltlllllllllllllllllllllllllltllllilllltl llll~lllliii~~i~~~~~1il~1l1lllllllll111lill
!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~;~~,~,~~~;~~~~~~~~~~~~~ "1' -oov;.
00
0
o~~
'°o
c'°
OOOOOOOOOOOiaC>
RNONNNNN•NNRNN0AN•NNNN0N0N~NRN00N
NN
NN~
Rft
Ooo
00
qq~qqqqoqqqqqq~~~qqq~~~q-~qq~q-~•~qq~99-~qq
--·-----------·---------·-----··-·--·-~··-QOC0ooo0ooooo0do$0oooooooooo00o00
·o~
~~~~~~~~~1·~~"~~~~~~~~~,~~~~.,~,~~"~~~~~n~~
-····=-·•-R•OOO••o•o~-·-·-···~·-oooooOD•OOO
~····~~·--~~···--···~~·-·-··J··-·······-~~·
~T•~~~~~~~"~~T•~~~~·"~•M•~•~rr~~••~•~•~~~~•
~~~~~~~~~~~~~~-~~-~~~~-~~~~~~~--~--~-~~--~~ §g~Eg~~ggg~~~2~~~jgggg~ggggg~~~~~*2~~g~~~~g
RRRRRSRRRRRRRRgRRgRRRRgRRRRRSSggRgRRgRRggnR
132
lllAAIAll•~·········~g5sg~aa~~·=•1~~ r.: , .. r.. _ 1..'. 1...'.
I.,. I..; ,._: t...'. t~ I"' l.,'. 1...'. 1...'. 4_;: t..'. t..'. I"',..;.,_.
1..'...::;
..; .._; ..-. ...
•G••••••••••••••••••~•~c•c••~•~•~~~~
]
<'"t .__
-
,._
-
1..,'. _.:..,:
j
~QQQQCC21!1CC!:CE~2!E~:!!EE!~!!!E!!I ;::
;;
~~~~~~~~~~~~-~=~~=-==~~======~~~~~~~
iiA11112a11iiiiiiiiiiiiiiiijiiiiiiii
·-·~4-•d~--~~·=d~=-d~---~--~~d44d~~~
~"NDMN•------·~--'----•-••ND••WWWON•
~~·~~~~~::::~~ .;., .;, V: .;, .;, ..... .;, ..; ~q~ .,...,.....,
.... C:~-=!
«:!' ..... ..., ..... '(!
~........ ..q '4...: ~ r-..,.. :'.: ~....
'"='
~
~• .,;
133
0"'
"
N
0)
..,
0
0
(0
u,
zec: OE~ E
N
,...
cc
N
NM
000
"
w"'
Nr
N
N
;<
o"
N
-: N
N (0 N
00~
v..
'q'
000
000
N NCO
NNN
C!
-o
())
oei 0 -o"'
.... "' NN
--
0
"
00
Ji Ill
--
..
e«
u
000
........ o 00 6
ci
z
c
-
-
N
,..." ,.... N
". .,.,
co dd (0
"I "I •
or-.,...
NO VJ ") (ti o)
.., 0
,.;
:34
~
,g_ :Q
~· "' ..
.. .. .., .. ..... "' "'... ...., ,., ..... .. .. ,.."' .,. ... "' .,.,"'· "' .. · ~ ... "' .,, .. "' .,.,... "'. "' "' - ..'" "' "''" ... "'.. ..."' '" .. .,.. "' "' "' "' "' "'
.., ... rr- .., "'..... ~"' ~· •• ~. -: ee "' c. "' ,.; ,,; 0: t'i -s ci ,.. .,., .., .., -r
-o
.3
0
Co) M
<'! -e
0
c-,
0
"'
"'
'D
C>
C> M
-o
;;,
"· ,.;
c- "!
~
0 ~ .,..
N
"l "'! ~
.,..
'O
,.;
C>
~
~·
e,
~
.,;
N
0
,_ .,,. ,.,
':> ,.; .0 r-f ,,; "! c0
-o -s-
-o "\.
M
.... -o
(·-t
t•1
~
'"l
N
000
I- I- I-
~~~ 'l> ee oO
"'
..J
"'
CQ
-::)- C
N
N
N N
~ N
~
<"I
V'. ~
'-0 r-- oo M ('"\j N
'°N
0- Cl t'I C"'> f~
f""I
r'i
135
4"!00.-t-..o-~r,..e.•n•r.O\O C\00-V~ll"IO-Vl-r"\00¢
~: ,11'1._:- ~,...; o .,..,.. .6 N r-: ~ (' •I)
"'1;C'-~
'>'!).
(''\
vf 0
o:" <:¢
~--N-
0 ee ,.._ M "' o· 0 'S>.. v) ('"l
...c; ~ <"t ~..._
c\"
00
"'
'"'1.
1.n
QC
~M-~m~-~~NRR~~~~~~gMR ~
C/1
r-cw-viNc"':.NO\N N ~~ ~ "). f'!,. (""'I. ~ ,-1 ..;:i C'ttNO'! C> 0 ·N OC ..C 00 <~ r- C-. VI <"'1 -o
'°
Nc-"N
,I'"")
~
.!! '2
"
j
f"":..,.
.,., ~
...
t"':
C"t
r'1
("'t
~
Vo
0 f-
vi~
¢.I)
r-,
0
N N ~ov;-~c..o
~. -
r-. o
,....,
f'-
Q>
v,
v:
zz
,.. :z"'vJOO f-f-
Q
~'~
"'
(''";
r--,
Y')
7.
r-- O» N ,,,
~
..,
-o
r--" 0 oe o M
-
C°'I
136
..... .., ~~
....
.., ..,.
...l
"'
~
...
~
.,; ~ -cf ""- on ,.._
,.....OO~C">
.... \Q
Mt°"l"OO V100\D
r-:
vi" ~ -.:;.. oo M ,..._ o N
-
.,._ -
137
~ ~
~~~.. ~~ .. ~::~~ ~ N
~
~J;
Y.: ~ •
•r.. t ..;
N
c
,_.·~
7, 7F
("I$~
;t::~--~g;;;
~r-:~~g~S~ M ~ M " N
;;_
7
0:: ee-
~
~
~
M
--~s• v.~t;~£:~1N Nr---NN("'t("'
\C
~:
r.: -c.
138
~
.:z .§
~~~~~~iii~~~~gg~;ig~zmm~mm~fmm~~mwm
e
~ ..,..0
~ «~
~ ;;.
"'
f"",
_,
"'
~R'r-.f'!P~'f :i? NNNNNf'fC'"' IN
s
e-
M
t'l;
~
..,_
~
r')
O""\ .-.
~ !! ~ :::r': t:
~:j,
V'i 'O
('I
8¢
~
-t0 t<'\
O'
2
M
,,..,
M t".
~ !'.-.
~
~
ro-, ("',
~ I"'\
139
- ~. ci ......
...
c: ~
x. <~ J'.-.l
... ..... ~·~.. . . . .?J ~
140
~rz ~::; ~ ~ ~ ~ ~~NNNO~~o~o-•O~•-~o NW----N""'--~<'-~0·~· v"~ ~: ..D' t"'i.,£ ...... ~~~~~~~~~~~~~J~~~~~ ~00.
r••
~"-=
•r1 <'I -e-
H
c•1
~
0.\0
«>
Ot--'¢0
'°°' "'H("'\ ~ -
~~~-~~~~o-•n~~NCOO~ ~--
--~
G
'¢(~I).")
-
--~--
..¢' ..._..; 0 (''*\ "'
....0,,,0 '";
"'
"' ~
=,
-e c:
.'.l
C-lf-...1:"--C"
0\
('I
COM
c\ ~.. ·.D c-" v)' -e.. v;; °"' 0 oO ...: C"'l0000lt'; 0.¢0MVV')"e" t'--<'0
-~!N\Cl-f"-.1""'1
•
....: C'"'i
"'f: c "' __,
..
c: c: c: c: c: e
c:
c: c
c
e. " " "' e ~ e ~·~ t: ~~~~~ "' " (!;~ "' "' ~~ "' " aeu ~~ "' u !i"' v "' ~ .'iJI ~ .~ .~ c" "" o <> .... ~~ ~ ... ..."' ... ..."' ::r = ::r i-'"" -c Cit
.:;;
"
r--oo~e·-
o, c-, 0. ~
r"'o , ....
,,.
.... '°' ... .,. • .,,.
co 0 -e-
0
0
-
•n -D t-- ee c- =>coc. 0 0 -e- .,. .,.
.,. •
:J)
"' ~;; ;;;:
;/')
c
••
aa
~ ~~ - d -~ i:t; § ~ ~ :,.-'~0-'CJ)OJ>:;. = ::!'.
s !." " c:
<
~f.-f-<
"'... ...-e- -e- ... -e- -e,,., -o
r- ~
"' 0
:; ~
~ .=
c c § ~ ~~ ;; " "':< "' :r = < :I: :ea I < c:
"
,, "'-e- ,,. ..,.,. .,~,.,~ c..co... ....... • M
N
N
N
..... .... '-¢-
NN
s:
,,."' "' ee
O• N
e-
141 Lampiran6. Kriteria Kesesuaian l.ahan Beberapa Tanaman Sumbcr Hijauan Makanan l'ernak 6.a. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah ( Oryza sativa] Kualitasl Karakteristik Lah an Tc-m[!:.:ratur: Rnra rata tahunan
Ketersediaar i\ ir - Aulan Kering - Curah hujan/tahun ~Pcraknrnn
Kelas Kesesuaian Lahan
SI
S2
S3
N
21-29
>29-32 22-<24
'>31-35
">35
18-<22
9-9,S
>9,5
> 150()
3-"'"9 1200·1 soo
800-<1200
<800
Terhamb3t
Te:hambat
Sc dang. be ik
kasu, sangm
Cepat. sangai cepat, kasar
40-50
25-40
<25
<100
Sapnl<
100-150 Hemlk
>ISO I temik-snprlk, fibrik
5-<16 >1,0·S,0
<S >&,0-8,S
4,5·5.5
4,0-<4,5
;::-.0.21 !':.41 ~21
0.10-0,20 21-40 10-20
<:0,10 <21 <10
<3
3-8
>8-IS
">15
F0-1
f2
FJ
>r4
1-1~ 2-10
>15-40 >10·2~
>40
(le)
c·c > ( wa) (
• Drainasc
<:J
I lulW!. Uj;jlk hilos.
- Tck>lur
!iar
- Kcdalnman cfektif Gambr11
(cm)
- Ketebalan
(cm)
>SO
- Keniatangan
Rmoii
hara
- KTK -pH C organik '.D.J~i
( nr) (cmolikG)
(
,,.
( xc)
(%) (n)
( %) (mg/lOOgr) (mg/lOOgr) ( eh )
- Lereng
(%) (b)
- Gcnangan - Batuan permukaan
(Ip) (%)
<1
- Singkapan batuan
( %)
ren•tia12a11 lahan
>S,S
)
Bahaya cro!>i Baha~{J. ha1jir
17-24 !,5-7,0
>25
Sumbcr: LREI' II ( l 'N4) Keterungan. Sap1ik +, l11..1u k+, liUlik+ =- Saprik. hcmik. fitrit dcngan sisip..., '3ahan miner.tl/pcngkayiilrt
142 e.c, Kriteria Kesesuaian Lahan uruuk Padi Gogo (Oryzasaliva)
Kual1tas1Karaktenst Lah an Tcm11cratur; - Rata-rata tahunan
Kelas Kcsesuaian Lahan SJ
52
SJ
N
20-27
>27-30 IS-<--L.0
>30-35 16-<18
>35 <16
< 5-8 > 1500
>8-8,5 1000-1500
>8,5-9 750-<10()()
>Y <750
( tc) (cc)
Kctcrscdiaan Air ( wa ) (
Haik, scdang
-Tckstur
SCL, Sil, Si, Cl, SiCL >60
• Kcdalaman
(cm)
'Icrhambai, i)J;ilk Sru1g::H l~rl11unbr.l, 1crhr.1n':):11 agak ccpai
SL, L. SC, C
LS, SiC.
sec
Cepat Kcrikil, pasir
kerikil
40-60
20-<40
<100 Saprik
100-150 Hemik
<20
Qambut • Ketebnlan
(cm)
• Kcrnatangen
>150 Hcmik-saprik.
fibrik Retensi heri1 • KTK • pH
-C-orgunik
Toksisitas Alkalinita5/F.SP I Iara Tcrs~dia -N Total
·P20s • K20 Dahaya erosi
( nr) (cmol/kg)
5-< 16 >6,0-7,0 4,5·5.0
<5 >7,0-8,5 1[,0-<11,5
~0.1 ::41 ::.1 0
<0,10 10-40 <10
<'O
<3
3-8
>8-15
>15
F0-1
F2
F3
>F4 >40 >25
(n) ( %) (mg/lOOgr
(rnsflOOgr (eh)
( %)
l:!,ahnyn bunfu
(b)
• Genangan • Batuan permukaan
(Ip) (%)
<3
3-15
>l 5-~0
- Sinf!ka2an batuan
!
<;2
2-10
>10-25
Somber;
>8,5
(%) ( xc ) (%)
• Lereng
l'enyia11an lahan
17-24 >5,0-(.,0
(%
LR F.P 11 ( 1994)
Kcterangan: Sapnk·t? hcmik+, hbrik+
=
Sapnk, hcnnk, hbnk dcngaa s1s1pan bahan mmeral/pcngkayaan
143 6.c. Kr.teria Kesesuaian Lahan umuk Jagung(7.eomay.t) KualitasJKarakterist ik
Lahan Ternperatur: Rata-ra'a tahunan
SI
Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3
( tc) ('C)
20-26
>26-30 Ketersediaae Air Curah hujan Kclembaban Ketersediaan oksigen
( wa ) (mn) ( %) (oa)
- Drainase Media Pcrakarar;
N
16-20 >30-32
<16 >32
<.300
>42
36-42
>160() 300-~-400 30-<36
Oait_ agik
Agat cepat,
Terhambar
tcrhambat
scdang
Sangat terharnbat, ccpat
Aga·.:: k~~r
Kasar
500-<1200
1100-1600 400-50~
<30
(re) I Ialns, agak
Hains, •&-1k
hslus, setlang
halus, s.:tlang
(%)
<15 >60
>35-55 25~0
>55
{cm)
15-35 40-60
Ketebalan
(cm)
Ketebalan, jika Kcmataogan
{cm)
<60 <140
>140-200 >200-400 Heiuik.fibrik"
>200 >400
Sa:irit;."
60-140 140-20<) Sapcik, hcmilt
>16 >50
35-50
<35
5,8-i,8
5,5-<.S,8 7.8-8,2
<5,5 >8~2
>-0,4
!'..0.4
<4
04-Juo
>4--8
>8
<15
15-20
>20-25
>25
~,21
~o
0,10--0.20 41-60
<:21
Okt-20
<0,10 40-10 <10
>100
75-100
40-<.7!
<40
Tekstur
Hahan Kasar Kedalamao ranah Garn but
Retensi hara KTK liat Kejenuhan basa
( nr) (cmol) {%)
pH HiO Cvorganik Tokslsitas Salinjtas Smli~il>t>
(%) ( xc ) (d.;lm) (xn) ( %) AllcalinitasfESP Hara Tersedia ( n) (%) 1'" Total (mgilCOgr) P20; (mgilCOgr) KiO ( :<S) Bahaya sulfidik Kedalaman (cm) Bahaya erosi (eh) (%) Lereng
Bahaya erosi ( fh)
Ba man
(%)
<5
!%l
<5
SiMkall!!!J Su111bor: ?PT(200J)
Fibril<
;;I(,
<3 03-Agust Sanga: reodah Rendah. sedang
Bahaya banjir (icnangan Pcnyiapan lahan
<25
FO
>8-25
>25
Berat
Sangat berat
Fl
>F2
>15-40 > 15-25
>40 >25
(Ip)
Mei-15 Mei-15
144
6.d. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Ubi Jalar
ik lahan
SJ
Temperarur:
( tc)
- Karo-rata tahunan
(•C)
Kcrerscdiaan A'J -Curah hujan
- ~1.01a bulau kering - Kclcmbaban saat
( wa) (mm)
.a-as
(lpomeabatctas s Kelas Kesesuaian Laban S2 S3 25-30 20-22
>30-35 18-<.20
(b:n)
<3
600-800 1500-2500 3-1
('~)
<75
75-85
>85
Baik. a~a.< cerhambac Agak balus,
Agak cepa,
Terhambat
>800-1500
400 .....-600
N >35
>2500-4000
<400 >4000
>4-6
>6
pan en
Media Perakaran Drainase
(~)
Teksmr
seciang I lalus. agak kasar
Sangat ier-
hambat. cepat :'"-(lsar
Clahan Kasar Kedalarnan tznah
(%) (cm)
75
15-35 50-75
35-55 20-50
Garnbut Ketebalan Ketebalan, jika
(cm) (cm)
<60
60-140
ll0-200
<140
140-200
200-400
>200 >400
Saoril<'
Sanrik, hemik -
Hcrnik.fibrik"
Fibrik
>16 2:35
516 20-35
>5,2-8,2
4,8-52
<.."'20
sisipan bahan rnmcral
Kematangan Retensi hara KTK liat
Kejenuban basa
( nr) (cmol) (%)
pH H20
>2
1-2
<20 <4,8 >8,4
<>
s-s
>6-10
>10
<15
15-20
>20-25
>25
>100
75-100
40-<75
<40
<8 Sangar rcodah
5-18
>16-30
>30
Rendah-sedang
Berat
8.2-8.4 C-orgimik
Toksisuas Salinitas
Sodisitas A[kalinitas.'F.SP
(%) ( xc ) (dsrn) (xn) (%)
Bahaya sulfidik
(XS)
-Kcdalarnan sulfidik
(cm)
Bah aya erosi
(eh)
Lcrcng
(%)
Bahaya erosi Bahaya banjir
( fh)
Genangan Penyiapan lahan
(Ip)
Batuan Sinf~an
FO (%)
<5
(%)
<5
5-15 5-15
Fl
>Fl
>15-40 >I S-25
>40 >25
145
6.c. K.ritcria Kesesuaian Lahan untuk Kacang Hijau (Phaseotus radiutus LINN)
Kunlrtns/Kamktensl
Kclas Kescsuaian Laban
Lah an
·1 ·cmnerarur:
( tc )
- Rara-nua tabunan
c •c)
Kctcrscdiaan Air
-Curah hujan
(wa) (mm)
• Kclembaban
(%)
Ketersediaan <)ksig,en • Drainase
( oa)
McdiA Pcrakaran
Si
S2
s3
N
12-24
24-27 10-12
27-30 8-lO
>30
350-600
600-1.000
42-75
300-350 36--~2 75-90
>1000 230-500 30·36
<250 <31)0 <30
Baik, ugak terhamba:
Agak ccpai.
<~
>90 Tcrhambar
sedang
Sangat terImm bar, cepai
(re}
agak kasar
Kasar
50·75
35.55 20-50
>SS <20
<60 <140
60-140 140·200
> 140-200 :>200-400
>200
Sn1)rik'
Saprik, hcmik'
I lcrnik.fibrik
fibrik
( nr)
>16
:;;16
• Kejenuhan basa
(cmol)
>50
JS-50
-pt I 1110
(%)
5,6·7,6 <1,2
$,4·5,6 7,6·8,0 0,8·1,2
1-1,5
1.5-2
>2
<5
S-8
8-12
>12
>JOO
75-100
40-75
«O
<8
8-16
16-30
>30
Sangat rendah
Rendnh, sedang
Be rat
Sangnt berat
Fl
'•FI
5-15
>IS-40
>40
5-16
>15-25
>25
( %)
Halus, ngak hulus, sedung
15.35
Icrn)
>75
(cm)
• Teksmr
- Unhnn Kasar - Kedalarnan ianah Cinmbut - KcrchnlAn
• Ketebalan, jika adu sisipan bahan m incral /pcngkayann -Kcmarangan B~1~a~i hara KTK liut
(cm)
-C·organik Tokiisita.5
( %)
-Salinitas
(dSllM/ (xn) ( %)
SOOisitas ·II lkalinilas/ESI' Bahjl~a ~ulfidik
• Kedalarnan sutfidlk Aahn.~';! erosi
- Lereng - Bahaya crosi l3ahaya baniir · Gcnang_an e~aJ ijj12an laban - Datuan permukaau - Sinekaean batuan 1
;.400
8,0
<.0,8
( xc )
(XS) ( cm ) (ch}
(%) ( (h )
l'O
(Ip} ( %) (%)
<5 <5
146
6 . .f. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Rumput Gajah iPennisenon purpureum) kualitas/karnktenst Lah an Tcm~ratur: Rata-raw Kcrcrscdiaan Air Curah
Kelas Kesesuaian Lahan ( tc ) ( "C)
~I
~~
~~
~
20-28
18-<20 28-30
16-<18 >30-38
>38
1100-<1400 >3000-5000 >75-85
<1100 >5000 <85
Tcrhambm
Sangat
( wa ) (111111)
1700-2000
Kelernbaban
(%)
<65
1400-<1100 2000-JOOO 65-75
Jv.ediu Perakuran Drainasc
( '~i Oaik,agak tor-
Agak cepat,
Garnrxn Kctcbalao
Kctebalsn, jika
(%)
<60
(cm )
<140
(cm) (cm)
Kejenuhan basa
( nr) (crnol)
C-organik
Toksisiws
Salinitas
15-35 >50
>35·55 30 50
>55 >30
60-140 140-200
:> 140-200
>200-400
>200 >400
Saprik, hcrnik
I lcmik,fibrik
Fibrik
(% \
>16 >50 >.5.8-7.0
(%)
>0,4
s0.4
...-~1
4·6
>6-8
>8
>100
75-100
40-<75
<4()
<8 Sanger rendah
8-<16
16-30
>JU
Rendah-
I3eral
Sangat bcrat
FO
Fl
f2
>F2
pll 1120
.
Kasar, sangat
Saprik
Kcmaumgan l~~l~Dii ilCCll KTK liat
Kasar
I lalus, agak <15 >50
Tekstur
13ahon Knsnr Kcdalaman
<16
Sl6
35-50 5.5-.5,8 7,0-7,5
<.35 <),5 >7,5
( xc ) (dsfm)
Sodisitas
A lkalin itas/ESP blaha~a sul fid i~ Kedalaman ~nhu~a ~rosi
Lereng Bahaya crosi Baha)•a banjir Gcnangan Penvia(lan lahan
(%)
( >.S} (cm ) (eh)
(%) ( th )
Hatuan
( lp ) (%)
<5
5-15
>I 5-40
>40
Sin~al!an
! ~~ l
<5
5-16
> 15-25
>25
147
(, g. Kriteria Kcsesuaian Lahan untuk Rumput Seiaria (Setorit1 spor.ht
Kelas Kescsuaian Lahan SI
S2
SJ
N
>20-28
18-<20
<16
28-30
16-<18 >30-38
11aik, agak terham bat
Agak ccoat,
Terhamhat
Sanaat tcrhambat, cepat
(mm)
1200-2000
(%)
<65
I 000-< 1200 2000-3000 65· 75
700-75-85
<700 >5000 <85
Kasar, sangat
Kasar
( ic ) ( oc)
Keterscdiaan Drainasc
( oa )
Ketcrscdiaan Air Curah
(Wit)
Kelernbaban
Medin Pcrakaran
sednng
>38
( rc ) Halus. agak halus, :>e
Tekstur
halus
agak kasar
Bahan Kasar Kedalarnan Gambut
-
Ketcbalan Kcicbalan.jike sisipan buhan
>50
>35-55 30-50
>55 >30
<60 <140
60-140 140-200
>140-200 >?.00-100
>200 >400
( nr)
Saprik
Hernik.fibrik
Fibrik
(crnol) ( %)
>16 >SO 5,R-7,0
Saprik, hernik <16
35-50
<35 <5,S >7,5
(%)
<15
15·35
(cm)
>50
( cm) (cm)
mineral
Kematangan Rctcnsi hara
KTK liat Kejenuhan basa
pH H,O
5,5·5,8 7.0·7,S
(%)
>0,4
,;;Q,4
( XC) (ds/m)
04-Jun
>6-8
>8
~o(!isiias Alkalinita:JESP Bahaya sullidik . Kedaloman
(% ) (XS) (cm)
>100
75-100
~0-<75
<40
Bahava erosi Lcreng
(eh) (% )
C-organik
Toksisilas Saliniias
Bahaya erosi Baha~a banjir Genangan Pen}:'.i'1Qiln lahan Batuan
Singka12nn
<8
8-<16
Sar.gal rcndah
Kendall·
16-30 Bernt
Sangat berat
FO
fl
F2
>F2
<5 <$
5-15 5-16
>15-40 "I S-25
>40
>30
( 111 I (Ip) (%) { '}~)
>25
148
6.h. Kriteria Kcscsuaian Lahan untuk Padang Penggembalaan (Pasture) Kuahtas/Karaktenst Lahan 1·emneratur;
Kelas Kesesuaian Lahan S.1
S2
53
N
( 'C)
20·30
..~30-35 18-<20
>35-40 12-< 18
>40 <12
( wa ) (<75111111)
<2
02-Mar
~3-6
(mm)
I 500-4(JUO
(hari)
>330
>4000-5000 1000 <1500 300-330
>5000·6000 400-
>6 >600U <400 <180
Agak cepat, tcrhatnbac
Sangat ccpai
LS, STr C
Sangat tcrhambar, cepat $,SiC,C
?0-<30
15-<20
<15
Renduh >6,5- 7,0 4.5-4.9
Suni:ut rendah M.0·8,5
Td
<J
'.3·5
>5·10
>10
.>50
40-.50
~.5-
>'35
0,10.0,20 21-40 10.20
<0,10
(IC)
Raia-rata cahunan Kctersediaan Air Bulan Kering
Cu rah LGI'
M.cstiaI'crakaran
(re)
llra inase tanah
Agak terhambar,
Tekstur
SI·~
scdsng, baik
r,
S(:I .) Sil,
KcrikJI
Si.SC, Cl, Kcdalnnan cf~kHf GambJl
u. Kcnuuangan b, Ketebalan (loiei.
>1()
(~m)
Td Td
(cm) ( f)
? Sedang
r>H~nnh C-orgunik K<;garr-unun Sahnkas
Toksisitas
.
5,0 6,5 ( %) (c) (mmhos/c
( xc )
Kcjcnuhan A I (%) Kedalamnn (cm) Hara Te~~!.!i:t (n) I\ Tnrnl ( %) (mg/ I OOgr) P20i (me/lOO~r) K20 tsii;mu~ab;m ncncc121:uu1 ( p)
~I
~20 <10
Sa11gn1 keras, sangat tcguh, sangar leng.kel F2
.. Konsistensi.besar butir
f!aha~a bani ir Trn;iinfP2tensi
>S,5
<4,5
(b) ( slm)
FO
f'I
t ·ro >
<3
3-8
Uerkerikil, bcrbatu ~1'3
mekauisasl
Lereng
(%) <3 3-15 (%) <2 l-10 Tin~k•t baha~a erosi SR R ~e) Sumner: LR.El' ll ( 1994/ di dalom lliirdjuwig,no &. Widiatmal:a (200 l) Baruan Singkapan batuan
>8-15 >15-40
>30
>10-25
>25 B
s
>-40
Keterangan:
Td = Tidak berlaku L
= Lcmpung
Si
= ncbu
STt<..: -= Liat bcrstrukrur
!)
= Pastr
1.illl masif c Liat dari type 2: l (vm:is<
Kedalaman mnnh untuk pcncruuan tekstur, K"IK t,-organik, Al,N, 1'205. dan KW disesualkan ncngan zone
wi.kua.i hnal1i[1n y\\Jlg ~ieva\..ins\.
149
6 .i. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Leguminosa ik
Kclas Kesesuaian Laban
Lahan Tempera)ui:; Rata-rata Kctcrsediaen Air
SI
S2
S3
N
20-28
18-<20 28-30
16-<18 > 30-38
>38
600-<900 >2500-3000 >75-85
<600 >3000
Terhambat
Sangat
( tc)
c -c i (wa)
Curah
(mm)
1500-2000
Kelembaban
(%) ( oa)
<65
900-<1500 2000-2500 65-75
Baik, agak
Agak cepat,
terhambat
sedan!!
Ketersediaan Drainasc
Media Perakaran Tekstur
Hahan Kasar Kedalaman
<16
4l5 ternambat,
(re)
(%) (cm)
Halus, agak :lalus, sedang, agak kasar <15 >75
(cm)
<-6()
(cm)
<140
Kasar
Kasar
>55
50.iS
>35-55 30·<50
60-MO 140-200
> J40-2C-O >200-4C·O
>200 >400
15-35
<30
Garn but Ketebalan
- Ketebalan, iika ada sisioan m:oeral
Kematangan Rctcnsi hara
( nr)
KTKliat
(cmol)
Kejenuhan oasa pR H10
(%)
C-organik
(%)
Saprik"
>16 >SO 5,8-7,0
Saprik, hemik · Hemik,fibrik
Salinitas
35-50
S,S-<5,8
(dszm) (xn)
Alkalinitas/ESP Bahaya sulfidik Kedalaman Baham erosi Lcrcng Bahaya erosi Bahava banjir Genangan Penviaiian lahan
(%)
Sini~k:t[?an Suirber: PPT (2•)03 l
<35 <5,5 >7,5
>0,4
4l.4
<4
t-6
>6-8
>8
>100
75-100
40-<75
<40
( xc )
Sodisitas
Batuan
Fibrik
516
7,0-7,5 Toksisitas
+
(XS)
(cm) (eh) (%)
<8
8-<16
16-30
S8nga1 rcndah
Rendah-
Berat
>30 Sangat berat
( Ill ) FO
Fl
F2
>F2
( Ir) (%)
<5
<5
>15-40 > 15-25
>40
{%}
5-15 5-15
Keterangaru Saprik-1. bemik+. fihrih = s.pik., hemik. fih
>25