Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
9 ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK Muhammad Rosyid Husnul Waro’i Roviqur Riziqien Alfa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Humaniora, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak: Bahasa merupakan kunci awal untuk membuka identitas seseorang, tidak terkeculaly bahasa seorang presiden. Dalam hal ini, peneliti erpendapat bahwa visi dan karakter seseorang presiden dapat dilihta dari pidato-pidatonya. Serangkaian teks pidato dapat menjadi refleksi sebuah rezim atau pemerintahan. Dengan terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden Indonesia, pidatonya akan menunjukkan bagaimana Negara ini di masa mendatang. Menurut Hallidya (1992) teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Penelitian ini akan menitikberatkan pada Pidato KEmenangan Joko Widodo pada tanggal 22 Juli 2014 di Kapal Pinishi yang ditinjau dari teori Lingustik FUngsional Sistematik yang berpusat pada tiga meta funsi Halliday. Halliday (1994) melihat metafungsi bahasa sebagi hal yang terintegasi dan menyeluruh dari bahasa yang terdiri dari fungsi idesional yang melihat bahasa sebagai alat representasi, fungsi interpersonal yang melihat bahasa sebagai alat interaksi dan fungsi tekstual yang melihat bahasa sebagai penyampai pesan ataupun informasi. Hasil penelitian ini akan mengungkap simbol-simbol dan pesan tersirat yang disampaikan oleh Joko Widodo kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini akan menunjukkan gaya kepemimpinan yang akan disampaikan dalam hasil analisis tabel dari fungsi idesional. Kata-kata kunci: Fungsi idesional; Fungsi interpersonal; Fungsi tekstual; Linguistik Fungsional Sistemik; Teks Pidato Jokowi.
PENDAHULUAN Teks merupakan rangkaian kata, klausa, atau kalimat yang saling berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis ataupun teks lisan. Dalam memahami suatu teks, harus dilihat tidak hanya dari satu aspek atau sudut pandang, tetapi bisa juga ditelaah dari banyak sisi. Seperti konsep yang dikemukakan oleh Halliday, yaitu context of situation, maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang fungsional pada sisi lainnya" (Halliday, 1985:11). Oleh karena itu, untuk memahami makna suatu teks harus juga dilihat dari konteks situasinya. Teks tidak terlepas dari bahasa dan bahasa sebagai sistem semantis mampu memaparkan makna teks. Bahasa dikatakan memiliki tiga komponen makna, yaitu makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Makna ideasional memaparkan tugas bahasa sebagai pemberi arti pada pemaparan pengalaman seseorang. Makna interpersonal mengemukakan makna dalam suatu interaksi. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna yang digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik menjadi satu kesatuan yang padu. Banyak teori linguistik yang muncul, salah satu di antaranya adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (untuk seterusnya disingkat menjadi LFS). Dalam hal ini LFS dapat digambarkan sebagai pendekatan fungsional semantik pada bahasa yang membahas dua hal, yaitu bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda dan bagaimana pula bahasa digunakan sebagai sistem semiotik (Eggins, 1994:23). Di samping itu, LFS mencoba mengembangkan teori yang mengatakan bahwa bahasa sebagai proses sosial dan metode yang memperbolehkan detail dan deskripsi sistemik dari pola-pola bahasa. Dalam LFS dikenal istilah transitivitas. Jika dibicarakan dalam nuansa kelinguistikan, transitivitas bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ketransitifan suatu klausa dapat diukur jika dilihat dari sudut semantik dan gramatikalnya. Dalam kaitan ini kata kerja yang berperan dalam suatu klausa atau kalimat bisa berupa kata kerja transitif ataupun intransitif. Berbeda dengan istilah transitivitas yang dibahas dalam tulisan ini. Secara umum, transitivitas dapat dikatakan menjelaskan bagaimana suatu makna direpresentasikan dalam suatu kalimat. Transitivitas memiliki peran dalam menunjukkan bagaimana manusia menggambarkan pikiran
42
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
mereka mengenai kenyataan dan bagaimana mereka menggabungkan pengalaman itu dengan kenyataan sekitar mereka. Namun, dalam linguistik, transitivitas berhubungan dengan makna proposional dan fungsi elemen-elemen semantik. Teks pidato merupakan salah satu teks yang menarik untuk dianalisis menggunakan LFS. Jika dilihat dari konteksnya, teks pidato tentunya akan memiliki bentuk bahasa yang berbeda-beda. Begitu juga jika dilihat dari siapa yang menjadi petutur pidato itu, latar belakang penulis, di samping petutur pidato ikut memengaruhi bentuk bahasa di dalamnya. Dalam tulisan ini, teks pidato yang dianalisis adalah pidato Jokowi di kapal Phinisi pasca diumumkannya kemenangannya dalam pemilu 2014. Seperti diketahui bahwa dia adalah mantan walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta dengan gaya pidato yang lugas, tepat dan efektif. PEMBAHASAN Analisis Transtivitas Fungsi ideasional dikatakan sebagai fungsi bahasa karena melalui fungsi ini, baik penutur maupun penulis terikat dengan pengalamannya dan berhubungan dengan fenomena yang ada di dunia. Selain itu, juga termasuk pengalaman internal dalam alam sadarnya, reaksinya, pemahaman, dan persepsi, di samping tindakan linguistiknya dalam berbicara dan memahami (Halliday,1971: 332). Dengan kata lain, fungsi ini membawa informasi baru untuk membahas hal yang tidak diketahui petutur. Fungsi ini merefleksikan kejadian dan pengalaman, baik secara objektif maupun subjektif. Dalam hubungan ini transitivitas merupakan hal yang dibahas ketika membicarakan fungsi ideasional. Fungsi ini tidak hanya menspesifikasi pilihan yang ada secara semantis, tetapi juga mendefinisikan kealamian realisasi strukturalnya (Zhuanglin, 1988:312). Fungsi ideasional biasanya direpresentasikan oleh sistem transitivitas dalam tata bahasa. Sistem transitivitas terdiri atas enam proses, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial. Dalam Teks Pidato kemengangan Jokowi sebagai Presiden Indonesia, ditemukan keenam jenis proses transitivitas tersebut. Dalam hal ini yang mendominasi adalah proses mental yang diikuti dengan proses material terus proses behavioral kemudian proses verbal, relasional dan eksistensial. Proses Mental Dalam analisis pidato kemengan Jokowi, proses mental menempati posisi pertama daripada proses yang lain. Proses mental bisa dibuktikan dengan pertanyaan, seperti “Apa yang kamu pikirkan mengenai x?” Halliday membagi proses mental menjadi tiga kelas, yaitu kognisi, afeksi, dan persepsi (Eggins, 1994). Proses mental juga dibedakan dengan proses material dari jumlah partisipannya. Dalam proses mental harus ada dua partisipan yang terlibat. Salah satu partisipan harus manusia yang disebut sebagai senser, sedangkan partisipan yang lain disebut phenomenon. Ada dua tipe phenomenon dalam proses mental, yaitu aksi dan fakta. Proses mental yakni merupakan proses yang berkaitan dengan aktivitas kognisi, wilayahnya masih berada pada ruang pikiran, dan objek kognisi tersebut juga menyangkut hal-hal yang abstrak yang dilabeli dengan nama phenomenon. Dengan demikian, partisipan pertama secara logis dinamakan senser. Selanjutnya, penjabaran partisipan yang terlibat dalam proses mental dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Proses Mental
Partisipan 1 Setiap rakyat Sumpah
Proses
Partisipan 2
Sirkumstan
Saya
Yakin
Makna spiritual yang amat dalam dan menegaskan komitmen untuk bekerja keras mencapai kehendak kita bersama tugas sejarah yang maha berat
Senser
Proses
Mental Phenomenon
Merasakan Kehadiran pelayanan pemerintahan
Di pelosok tanah air
Memiliki
sebagai bangsa yang besar.
43
akan bisa kita pikul bersama-sama dengan persatuan, dengan gotongroyong, dan dengan kerja keras Sirkumstan
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
Proses Mental yang banyak terdapat dalam pidato ini menggambarkan jargon Jokowi semasa kampanya yaitu revolusi mental. Jokowi ingin merubah mental warga Negara Indonesia untuk menjadi warga Negara yang terus bekerja untuk perbaikan dan pengembangan negeri ini yang tercantum dalam Nawa Cita. Proses Material Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama paling banyak ditemukan contoh tipe proses material. Proses material adalah process of doing. Proses ini biasanya diindikasikan oleh kata kerja yang mengekspresikan tindakan, baik berupa tindakan nyata maupun abstrak. Biasanya, dalam proses material muncul dua partisipan, yaitu actor dan goal. Actor biasanya menunjukkan subjeknya, sedangkan goal menunjukkan objeknya. Kedua partisipan ini biasanya direalisasikan dengan menggunakan kata benda. Dominasi kedua proses ini dalam Pidato Kemenangan Jokowi, yakni menunjukkan bahwa Jokowi ingin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti, dia akan lebih banyak melakukan tindakan untuk pencapaian target yang ditentukannya. Pemilihan kata-kata kerja yang merupakan proses material memiliki kemampuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang akan dilakukan, meningkatkan kepercayaan diri warga negeri Indonesia, dan mampu membuat warga memberi dukungan untuk mencapai semua tujuan itu. Beberapa contoh proses material yang ditemukan, yakni sebagai berikut Tabel 2. Proses Material
Sirkumstan Kini saatnya Kini saatnya, bersama-sama
Partisipan Kita Kita
Proses menyatukan melanjutkan
Partisipan 2 Hati dan tangan Ujian sejarah berikutnya yang mahaberat
Saya Actor
mengajak Proses Material
Seluruh warga Negara Goal
Proses Behavioral Menurut Halliday (dalam Eggins, 1994), proses tingkah laku adalah perpaduan antara proses material dan proses mental. Oleh karena itu, makna yang diperoleh juga merupakan perpaduan anatara proses material dan proses mental. Mayoritas proses ini hanya memiliki satu partisipan, yang disebut sebagai behaver. Dalam hal ini,walaupun ada partisipan lain yang terlibat, bukan merupakan statement ulang proses yang disebut phenomenon. Tabel 3. Proses Behavioral
Sirkumstan
telah terlalu lama
Partisipan 1 semua lembaga negara Kita
Proses bekerja memanggul
Kita
Pikul
Behaver
Proses Behavioral
Partisipan 2 Sirkumstan mandat yang telah diberikan oleh konstitusi kita laut, samudera, selat, dan teluk Tugas sejarah yang Bersama-sama dengan berat persatuan dan gotong royong Phenomenon
memunggungi
Proses Verbal Proses verbal biasanya terdiri atas tiga partisipan, yaitu sayer, receiver,dan verbiage. Sayer adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya proses verbal itu, tidak harus merupakan partisipan hidup. Receiver merupakan simbol kepada siapa proses verbal itu ditujukan. Selanjutnya, verbiage adalah pernyataan yang dinominalisasikan oleh proses verbal. Beberapa proses verbal yang ditemukan dalam data adalah seperti berikut ini. Tabel 4. Proses Verbal
Sirkumstan Barusaja
Partisipan 1 Kami Jokowi JK karena inilah momen sejarah Saya
Proses Mengucapkan sumpah Menyerukan
44
Partisipan 2
Sirkumstan
Untuk
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
bagi kita semua untuk bergerak bersama, untuk bekerja, untuk bekerja, dan bekerja.
2015
bekerja keras, bahu membahu, bergotong royong, Mengucapkan Kepada yang . Terima kasih dan Mulia Kepala penghargaan yang Negara dan sebesar-besarya Pemerintahan serta Utusan Khusus dari negara-negara sahabat Proses Verbal Receiver
Saya
Sayer
Secara semantik proses verbal adalah proses yang menunjukkan suatu aktivitas atau perbuatan yang menyangkut komunikasi antar pelibat yang berada dalam lingkup komunikasi verbal seperti mempertukarkan informasi. Proses Relasional Proses relasional dikatakan sebagai proses yang menunjukkan atau berfungsi untuk menghubungkan antara satu entitas dengan entitas yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara pemilik dengan milik yang disebut sebagai hubungan kepemilikan, disamping dapat berupa hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya yang disebut dengan hubungan atributif atau dapat pula hubungan antara satu entitas dengan lingkungan seperti lingkungan tempat atau yang lainnya yang disebut dengan hubungan identifikasi. Tabel 5. Proses Relasional
Partisipan 1 Persatuan dan Gotong Royong Samudera, laut, selat, teluk Bekerja, bekerja dan bekerja Token
Proses Adalah
Partisipan 2 Syarat bagi kita untuk menjadi bangsa yang besar
Adalah Adalah Proses Relasional
Masa depan peradaban kita Yang pertama Value
Proses Eksistensial Proses ini merupakan suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda bahwa benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Proses ini ditandai dengan munculnya kata-kata yang menunjukkan keberadaan. Contoh proses eksistensial yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. -
Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan, dan kita tidak pernah betulbetul merdeka tanpa kerja keras. Saya juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri.
Berdasarkan analisis transivitas diatas, maka pidato kemenangan Jokowi mempunyai proses-proses seperti yang tergambar dalam tabel dibawah ini. Tabel 6. Analisis Transitivitas
Proses Proses Mental Proses Material Proses Behavioral Proses Verbal Proses Relasional Proses Eksistensial
Jumlah 22 10 5 4 4 3
Presentase 45,8 % 20,8 % 10,4 % 8,3 % 8,3 % 6,25 %
45
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional. Sirkumstan terdiri atas rentang yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang. Dalam data ditemukan ketujuh macam sirkumstan. Berikut ini adalah contoh kemunculan sirkumstan dalam data. Tabel 7. Sirkumstan
Sirkumstan Lokasi Cara Sebab Penyerta Rentang Waktu Peran Masalah
Contoh setiap rakyat di seluruh pelosok Tanah Air merasakan kehadiran pelayanan pemerintahan Saya yakin tugas sejarah yang maha berat ini akan bisa kita pikul bersama-sama dengan persatuan, dengan gotong-royong, dan dengan kerja keras Oleh sebab itu, bekerja, bekerja, dan bekerja, adalah yang utama kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras. Kini saatnya kita menyatukan hati dan tangan. untuk bekerja keras mencapai kehendak kita bersama sebagai bangsa yang besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan,
Selanjutnya berikut adalah presentase kemunculan sirkumstan dalam pidato Jokowi ini. Tabel 8. Presentase Sirkumstan
Sirkumstan Lokasi Cara Sebab Penyerta Rentang Waktu Peran Masalah
Presentase 11,1% 7,4% 11,1% 7,4% 18,5% 40,7% 3,7%
Kuantitas sirkumstan paling besar adalah peran. Jokowi menegaskan tentang peran bangsa ini sebagi bangsa yang besar, bangsa yang beradab, bangsa maritim dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa Jokowi ingin agar Indonesia memerankan kembali peran-peran masa lalu yang telah pudar di masa kini. Rentang waktu yang menduduki posisi kedua menggambarkan bahwa Jokowi mempunyai target dan tujuan jangka panjang atau pendek. Jokowi juga mempunyai cara-cara untuk membawa Indonesia menuju kejayaan terutama di bidang maritim. Sedangkan di sirkumstan lain, terlihat merata. Hal ini menunjukkan bahwa Jokowi ingin memperseimbangkan seluruh aspek dalam membangun negeri ini. Dalam pidatonya, Jokowi lebih menekankan akan persatuan, kebersamaan dan gotong royong sebagai tonggak untuk membangun kembali Negara ini. Kontekstualisasi Pidato Jokowi Dalam analisis konteks situasi pada suatu teks, ada tiga domain penting yang terlibat, yaitu field, tenor, dan mode. Ketiga domain tersebut dijabarkan satu per satu berikut ini. Dalam analisis field of discourse ada tiga hal penting yang perlu ditelaah, yaitu ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk pada ketransitifan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak. Yang paling subtansial adalah ketika Jokowi menyampaikan pidatonya di atas Kapan Pinishi yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Inilah sebuah tanda bahwa pemerintahannya akan kembali ke laut. Ranah Pengalaman Dilihat dari segi ini, semua transivitas berperan dalam konteks Pidato Jokowi. Proses yang paling dominan adalah proses mental yaitu bagaimana sebuah proses yang mengedepankan gerak hati dan pikiran. Seperti jargon Jokowi dalam kampanyenya yaitu Revolusi Mental. Partisipan yang paling banyak
46
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
menggunakan kata kita, kami atau bangsa ini. Hal ini merepresentasikan bahwa Jokowi tidak ingin bergerak sendirian, dia mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun negeri ini. Sirkumstan yang dititikberatkan adalah sirkumstan peran. Istilahnya merevitalisasi peran-peran bangsa Indonesia di zaman dahulu, sekarang dan masa depan. Seperti nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan, armada maritime yang tangguh dan implementasi Pancasila. Jokowi juga memahami terkait dengan suasana politik yang masih memanas pasca pilpres yang hanya ada dua calon, dia dan Prabowo Subianto. Maka, di akhir pidatonya dia ingin menyatukan kembali bangsa ini setelah terpecah pasca pilpres dengan menyatakan salam tiga jari yang berarti Persatuan Indonesia di akhir pidatonya. a. Tujuan Jangka Pendek Inilah salah satu kutipan tujuan jangka pendek Jokowi nantinya: - Kini saatnya kita menyatukan hati dan tangan. Kini saatnya kita bersama-sama melanjutkan ujian sejarah berikutnya yang maha berat, yakni mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam berkebudayaan. b. Tujuan Jangka Panjang Inilah salah satu tujuan jangka panjang Jokowi dalam pidato kemenangannya. - Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Tenor merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Dalam kaitan ini tenor mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Dalam hal ini, Jokowi menggunakan diksi kita, kami dan menyebut setiap profesi untuk menggambarkan bahwa dia tidak akan bekerja sendirian tapi juga didukung oleh masyarakatnya. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak. Jokowi menyampaikan bahwa tidak ada perbedaan sataus ataupun jarak sosial dalam bernegara. Semuanya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Mode merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Analisis mengenai mode mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran,dan modus retoris. Bahasa yang dipilih Jokowi adalah bahasa yang lugas, tepat dan tidak ambigu. Bahasa yang bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat. Tipe interaksinya adalah searah karena ini adalah sebuah pidato. Di lain sisi, medium pidatonya sangat sederhana yaitu kepada siapa pidato ini disampaikan dan apa kandungan dari pidato tersebut. Pidato ini terlebih dahulu disalurkan sebuah tulisan yang sudah disiapkan baru kemudian di demonstrasikan di depan khalayak. Sedangkan modus retorisnya adalah persuasive. Dengan mengajak semua elemen masyarakat untuk bekerja bersama-sama seperti terkutip di bawah ini. - Kepada para Nelayan, para Buruh, para Petani, para Pedagang Baso, para Pedagang Asongan, Supir, Akademisi, Guru, TNI, Polri, Pengusaha, dan kalangan Profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu-membahu, bergotong-royong, karena inilah momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama, untuk bekerja, untuk bekerja, dan bekerja. SIMPULAN Berdasarkan analisis yang ada, dapat disimpulkan bahwa Pidato Kemenangan Jokowi mengandung beberapa hal: a. Proses Mental yang mendominasi dari keseluruhan proses membuktikan bahwa Jokowi ingin menegaskan perubahan mental bagi bangsa Indonesia. Kata-kata seperti yakin, menegaskan, mengajak adalah kombinasi optimisme Jokowi dalam membangun bangsa ini. Tipe proses material yang bertumpu pada kerja, kerja, dan kerja menyatakan bahwa Jokowi berkeinginan setiap rakyatnya dengan profesi apapun menjalankan perannya masing dengan terus bekerja, bekerja dan bekerja. Kombinasi antara proses mental dan material inilah yang akan menjadi tonggak pemerintahan Jokowi.
47
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) VII Bahasa, Sastra dan Budaya: Kaitannya dengan Isu-Isu Global
2015
b. Sirkumstan yang paling banyak muncul adalah peran. Hal ini merefleksikan bahwa Jokowi ingin mengembalikan peran sesungguhnya dari bangsa ini, sebagi Negara maritime, Negara kepulauan, Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Negara dengan asas Pancasila dan lain sebagianya. Inilah peran yang seharusnya diambil oleh bangsa ini agar kelak menjadi Negara yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Selanjutnya adalah sirkumstan lokasi. Penyebutan kembali unsur-unsur maritime seperti laut, samudera dan teluk adalah sebuah agenda besar pemerintahan Jokowi untuk mengembalikan taji Negara ini dengan kuantitas perairan samudera yang melimpah. c. Partisipan yang paling banyak muncul adalah kita dan kami. Hal ini merepresentasikan bahwa Jokowi ingin agar seluruh warga Negara berperan aktif dalam membangun negeri dan membawa kejayaan bagi bangsa ini. Dia tidak ingin bekerja sendirian tapi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menuju cita-cita bangsa ini seperti yang tercantum dalam UUD 1945. d. Dilihat dari segi konteks, Jokowi ingin mengembalikan bangsa ini ke laut dengan berpidato di atas kapal Pinishi. Segi-segi maritime akan kembali di explore untuk membangun Negara ini. Jokowi juga sangat memahami kepada siapa dia akan berpidato. Ditengah terbelahnya bangsa ini akibat pilpres, di akhir pidatonya dia menyampaikan salam tiga jari yang berarti Persatuan Indonesia. Tidak ada pendukung Jokowi dan tidak ada pendukung Prabowo tapi kita adalah warga Negara Indonesia. REFERENSI Eggins, S. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Pinter Halliday, M. A. K. 1978. Language as A Social Semiotics. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold Ltd. Susanto. (2009). Kearifan Bahasa dalam Tetralogi Laskar Pelangi: Sebuah Pendekatan Sistemik Fungsional. In Proceedings of National Seminar on ‘Bahasa, Sastra dan Budaya dalam Konteks Kearifan Lokal’. Madura: Universitas Trunojoyo. Wiana, D. (2010) Analisis Tema pada Pantun Melayu (Suatu Kajian Fungsional Linguistik). Medan: Jurnal Ilmiah Abadi Ilmu. Volume IV, 652-666 Gustianingsih (2006). Analisis Wacana Pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (Lfs) Dan Representasi Semiotik. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume II, 104-113
48