perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ASURANSI PERTANIAN DI SOLO RAYA STUDI KASUS DI KABUPATEN SUKOHARJO, KARANGANYAR, DAN BOYOLALI
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ARYO DHARMA PAHLA IRHAMNA NIM: F0108140
EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analysis of Demand and Supply of Agricultural Insurance in Greater Solo: The Case of Sukoharjo, Karanganyar, and Boyolali Aryo Dharma Pahla Irhamna ASBTRACT In line with climate change, it is predicted that risk and uncertainty of farming will be swelling up. To cope with its negetive effects, development of agricultural insurance is highly considered as needed. Thus, it takes an effort of protection in the agricultural sector in order to reduce the losses of farmers in case of crop failure. This study identifies the factors that influence the level of willingness of farmers to insure their fields, factors affecting the level of trust towards the insurance of farmers, and factors affecting supply of agricultural insurance. By spreading the questionnaire to 150 respondents in Karanganyar, Sukoharjo, and Boyolali. The logistic model has been used to identify the determinants of farmer’s trust to agricultural insurance and descriptive analysis has been used to analyze the willingness of farmers to insure their fields and supply analysis of agricultural insurance. Researchers concluded that the determinant of willingness’ farmers to insure their fields are trust, welfare, and education. And variables of age and education as factors that affect farmers' trust level and the genuine of the risk, the insurance industry and regulatory conditions as a factor of agricultural insurance supply in Indonesia took Karanganyar, Sukoharjo, and Boyolali as a case area. Based on the research results, the researchers suggest a few things, as follows: 1) the welfare of farmers should be increased, 2) Distributing scholars to work in the fields of agriculture, 3) Socialization perrtanian insurance, 4) determine the target farmers and insurance coverage, and 5) Establish a communication system with farmers. Key words
: Climate change, agricultural insurance, logit model regression
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian di Solo Raya: Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali Aryo Dharma Pahla Irhamna ABSTRAKSI Sejalan dengan perubahan iklim, diperkirakan bahwa risiko dan ketidakpastian di sektor pertanian akan membesar. Untuk mengatasi efek negetif nya, penerapan asuransi pertanian menjadi sebuah kebutuhan bagi sektor pertanian di Indonesia. Dengan demikian dibutuhkan sebuah usaha perlindungan di sektor pertanian agar mampu mengurangi kerugian para petani jika terjadi gagal panen. Penelitian ini mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat kesediaan petani mengasuransikan sawahnya, faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi, dan faktor yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian. Dengan menyebar kuesioner untuk 150 responden di Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali. Model logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian dan analisis deksriptif digunakan untuk menganalisis kesediaan petani mengasuransikan sawahnya dan analisis penawaran asuransi pertanian. Peneliti menyimpulkan bahwa faktor penentu utama kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya adalah kepercayaan, kesejahteraan, dan pendidikan dan variabel usia dan pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani serta karakteristik risiko, kondisi industri asuransi dan regulasi sebagai faktor penawaran untuk asuransi pertanian di Indonesia mengambil Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali sebagai kasus wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Kesejahteran petani sebaiknya ditingkatkan, 2) Memaksimalkan penerapan teknologi terbaru di sektor pertanian, 3) Sosialisasi asuransi pertanian secara rutin dan berkala, 4) menentukan petani sasaran dan cakupan asuransi, dan 5) Membangun sistem komunikasi dengan petani. Kata kunci
: Perubahan iklim, asuransi pertanian, regresi model logit
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ASURANSI PERTANIAN DI SOLO RAYA STUDI KASUS DI KABUPATEN SUKOHARJO, KARANGANYAR, DAN BOYOLALI
Diajukan Oleh: ARYO DHARMA PAHLA IRHAMNA NIM. F 0108140
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Pada Tanggal 20 Desember 2012
Surakarta, 20 Desember 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Dr. Evi Gravitiani, S.E., M.Si NIP. 1973006052009122001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ASURANSI PERTANIAN DI SOLO RAYA STUDI KASUS DI KABUPATEN SUKOHARJO, KARANGANYAR, DAN BOYOLALI
Diajukan Oleh: ARYO DHARMA PAHLA IRHAMNA NIM. F 0108140
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada tanggal 8 Januari 2013
Susunan Tim Penguji Skripsi
1. Ketua Dr. Suryanto, S.E., M.Si NIP. 19750122 200812 1 002
(
)
2. Sekretaris Nurul Istiqomah, S.E., M.Si NIP. 19800601 200501 2 021
(
)
3. Anggota Dr. Evi Gravitiani, S.E., M.Si NIP. 1973006052009122001
(
)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Motto
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam – (Q.S Al – An’aam : 162) Barang siapa yang banyak bicara maka banyak salah – (Mahfudzat) Musuh yang pandai lebih baik daripada sahabat yang bodoh – (Mahfudzat) Janganlah engkau bersikap lemah sehingga kamu akan ditindas, dan janganlah kamu bersikap keras sehingga kamu akan dipatahkan – (Mahfudzat) Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua. – (Buya Hamka) Kalau hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup, kalau kerja sekedar kerja, monyet juga bekerja – Buya Hamka Hal terpenting dari pendidikan adalah membuat manusia tahu cara hidup gembira, bahagia, dan bisa membebaskan orang lain dari derita – (Binhad) One of the true tests of leadership is the ability to recognize a problem before it becomes an emergency – (Arnod H. Glasgow) A leader is a dealer in hope – (Napoleon Bonaparte)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan berproses sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian di Solo Raya di Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali”. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana S-1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Evi Gravitiani, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNS. 4. Bapak Dr. JJ. Sarungu selaku Pembimbing Akademik. 5. Hamdani Tandjung dan Rahmiwati Marsinun selaku kedua orang tua penulis yang senantiasa mendukung penulis dalam segala hal hingga detik ini. 6. Seluruh dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu proses penulis selama mengejar gelar sarjana. 7. Kakaku Coriza Irhamna dan Adik-adikku Ofila Irhamna dan Afiyola Aflaha Irhamna. 8. Keluarga Besar HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Surakarta Komisariat FE UNS. Terima kasih untuk seluruh proses yang sudah diberikan. Yakin Usaha Sampai.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Keluarga Besar Kelompok Studi Bengawan FE UNS. Pantang menyerah untuk menyuburkan tradisi intelektual di kampus. 10. Keluarga Besar KOMPAK FE UNS. Tetap jaga kekompakan untuk menggairahkan kehidupan kampus yang dinamis. 11. Keluarga Besar AIESEC UNS. Keep Sprirt !!! 12. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNS. Tingkatkan soliditas untuk HMJ yang berkualitas. 13. Keluarga Besar PARE. Terimakasih untuk persahabatan kita, setelah ini tetap bareng. 14. Teman-teman seperjuangan FE UNS angkatan 2008, khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan. Tetap jaga tali silaturahmi, we’re gonna miss our old times. 15. Seluruh Adik-adik mahasiswa FE UNS. Jangan sia-sia kan waktu kuliah hanya untuk kuliah saja. Ciptakan value added di diri kalian dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang positif. 16. Para petani yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan diwawancarai oleh penulis. 17. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi ekonomi lingkungan dan implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis diterima dengan senang hati. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, 20 Desember 2012 Penulis
Aryo Dharma Pahla Irhamna
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Perumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
7
A. Ekonomi Lingkungan
7
BAB II
BAB III
B. Perubahan Iklim
12
C. Asuransi Pertanian
13
D. Penelitian terdahulu
20
E. Kerangka Pemikiran
25
F. Hipotesis
26
METODOLOGI PENELITIAN
28
A. Ruang Lingkup Penelitian
28
B. Jenis dan Sumber Data
28
C. Populasi dan Sampel
29
D. Definisi Operasional Variabel
30
E. Teknik alat analisis
32
1. Analisis Deskriptif 2. Regresi Model Logit 3. Uji Asumsi Klasik
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
46
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
46
1. Kabupaten Karanganyar
46
2. Kabupaten Sukoharjo
48
3. Kabupaten Boyolali
50
B. Profil Responden
53
1. Lokasi Responden
53
2. Jenis Kelamin Petani
53
3. Jenis Petani
54
4. Pendidikan
55
5. Pendapatan
56
6. Kepercayaan Petani terhadap Asuransi Pertanian
57
7. Kerugian Gagal Panen
57
8. Persepsi Probabilitas Gagal Panen
58
9. Sebab Gagal Panen
58
10. Tindakan Antisipasi Jika Gagal Panen
59
C. Analisis bentuk kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya (Analisis Deskriptif)
60
D. Analisis tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian (Logistic Regression)
64
1. Odds Ratio
64
2. Uji Signifikansi Parsial (Z-Statistic)
69
3. Uji Koefisien Determinasi (McFadden R-Squared)
71
4. Uji Signifikansi Serentak (Likelihood Ratio)
72
5. Uji Asumsi Normalitas
72
6. Uji Asumsi Multikolinearitas
73
E. Analisis penawaran asuransi pertanian (Analisis Deskriptif)
commit to user
74
x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
78
1. Analisis bentuk kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya
78
2. Analisis tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian
78
3. Analisis penawaran asuransi pertanian
80
B. Saran
81
1. Analisis bentuk kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya
81
2. Analisis tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian
82
3. Analisis penawaran asuransi pertanan
82
DAFTAR PUSTAKA
xi
LAMPIRAN
xi
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Probabilitas Dalam Model Logit
32
Tabel 3.2
Nilai Tingkat Keyakinan dan Tingkat Nyata
40
Tabel 4.1
Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Boyolali Tahun 2010
41
Tabel 4.2
Jumlah Responden Menurut Lokasi
53
Tabel 4.3
Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin
53
Tabel 4.4
Jumlah Responden Menurut Jenis Petani
54
Tabel 4.5
Jumlah Responden Menurut Pendidikan Petani
54
Tabel 4.6
Jumlah Responden Menurut Pendapatan
55
Tabel 4.7
Jumlah Responden Menurut Kepercayaan
56
Tabel 4.8
Jumlah Responden Menurut Besar Kerugian Gagal Panen
57
Tabel 4.9
Jumlah Responden Menurut Persepsi Probabilitas Gagal Panen
57
Tabel 4.10
Jumlah Responden Menurut Sebab Terjadinya Gagal Panen
58
Tabel 4.11
Jumlah Responden Menurut Tindakan Antisipasi Jika Gagal Panen 59
Tabel 4.12
Hasil Pembentukan Persamaan Logit
64
Tabel 4.13
Hasil Z-Statistic dan Probabilitas
69
Tabel 4.14
Hasil McFadden R-Squared
72
Tabel 4.15
Jarque Berra Test of Normality
73
Tabel 4.16
Hasil Z-Statistic, McFadden R-squared, dan LR Statistic
74
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skema ketergantungan ekonomi terhadap lingkungan alam
9
Gambar 2.2
Hubungan dasar antara perekonomian dengan lingkungan
10
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
25
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analysis of Demand and Supply of Agricultural Insurance in Greater Solo: The Case of Sukoharjo, Karanganyar, and Boyolali Aryo Dharma Pahla Irhamna ASBTRACT In line with climate change, it is predicted that risk and uncertainty of farming will be swelling up. To cope with its negetive effects, development of agricultural insurance is highly considered as needed. Thus, it takes an effort of protection in the agricultural sector in order to reduce the losses of farmers in case of crop failure. This study identifies the factors that influence the level of willingness of farmers to insure their fields, factors affecting the level of trust towards the insurance of farmers, and factors affecting supply of agricultural insurance. By spreading the questionnaire to 150 respondents in Karanganyar, Sukoharjo, and Boyolali. The logistic model has been used to identify the determinants of farmer’s trust to agricultural insurance and descriptive analysis has been used to analyze the willingness of farmers to insure their fields and supply analysis of agricultural insurance. Researchers concluded that the determinant of willingness’ farmers to insure their fields are trust, welfare, and education. And variables of age and education as factors that affect farmers' trust level and the genuine of the risk, the insurance industry and regulatory conditions as a factor of agricultural insurance supply in Indonesia took Karanganyar, Sukoharjo, and Boyolali as a case area. Based on the research results, the researchers suggest a few things, as follows: 1) the welfare of farmers should be increased, 2) Distributing scholars to work in the fields of agriculture, 3) Socialization perrtanian insurance, 4) determine the target farmers and insurance coverage, and 5) Establish a communication system with farmers. Key words
: Climate change, agricultural insurance, logit model regression
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian di Solo Raya: Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali Aryo Dharma Pahla Irhamna ABSTRAKSI Sejalan dengan perubahan iklim, diperkirakan bahwa risiko dan ketidakpastian di sektor pertanian akan membesar. Untuk mengatasi efek negetif nya, penerapan asuransi pertanian menjadi sebuah kebutuhan bagi sektor pertanian di Indonesia. Dengan demikian dibutuhkan sebuah usaha perlindungan di sektor pertanian agar mampu mengurangi kerugian para petani jika terjadi gagal panen. Penelitian ini mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat kesediaan petani mengasuransikan sawahnya, faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi, dan faktor yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian. Dengan menyebar kuesioner untuk 150 responden di Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali. Model logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian dan analisis deksriptif digunakan untuk menganalisis kesediaan petani mengasuransikan sawahnya dan analisis penawaran asuransi pertanian. Peneliti menyimpulkan bahwa faktor penentu utama kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya adalah kepercayaan, kesejahteraan, dan pendidikan dan variabel usia dan pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani serta karakteristik risiko, kondisi industri asuransi dan regulasi sebagai faktor penawaran untuk asuransi pertanian di Indonesia mengambil Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali sebagai kasus wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Kesejahteran petani sebaiknya ditingkatkan, 2) Memaksimalkan penerapan teknologi terbaru di sektor pertanian, 3) Sosialisasi asuransi pertanian secara rutin dan berkala, 4) menentukan petani sasaran dan cakupan asuransi, dan 5) Membangun sistem komunikasi dengan petani. Kata kunci
: Perubahan iklim, asuransi pertanian, regresi model logit
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah lingkungan menjadi sangat penting dalam 3 dekade terakhir bagi perekonomian global, khususnya bagi sektor pertanian, karena dapat mengurangi produktivitas sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian sangat bergantung terhadap kondisi iklim. Perubahan iklim ditandai dengan kombinasi antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek, meningkatnya siklus anomali musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Oleh karena itu, diperlukan sebuah usaha perlindungan (protection) agar produksi pertanian tidak berkurang. Asuransi di sektor pertanian merupakan salah satu usaha perlindungan dari perubahan iklim. Berdasarkan laporan IPCC (The Intergoverenmental Panel on Climate Change) 2011, China dilanda banjir yang terburuk selama satu dekade terakhir, terutama di provinsi barat laut, Gansu. Banjir dan longsor menewaskan 1.117 orang dan melenyapkan 600 orang. Hujan meningkat di barat laut China 33% dibanding tahun 1961. Banjir disekujur negeri itu meningkat 7 kali dibanding tahun 1950. Dan banjir akan sering terjadi di abad ini. Selain banjir, China juga 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilanda suhu ekstrim pada 5 Juli 2010. Temperatur di Beijing bahkan sudah lebih dari 40 derajat Celcius pada hari itu dan merupakan yang tertinggi sejak 1951.
Bencana ini merusak lahan pertanian dan menggagalkan sebagian panen padinya. Akibat banjir ini, China memutuskan untuk impor kebutuhan pangannya sebanyak 1 juta ton beras untuk saat ini maupun cadangan beberapa bulan dan tahun mendatang. Kebijakan pangan China ini, memicu kenaikan harga beras dunia. Kondisi harga ini diperkirakan akan semakin parah seiring dengan kebijakan Vietnam yang mengambil tindakan serupa dengan langkah Rusia, yakni lebih memprioritaskan kebutuhan domestiknya daripada mengekspor ke negara lain. Padahal Vietnam adalah bintang pemain baru dalam pasar beras dunia dan termasuk kelompok Negara pengekspor yang besar di dunia.
Di Jepang, hawa panas yang melanda, setidaknya telah menelan korban jiwa sebanyak 66 orang dan membuat 15.000 orang harus dirawat di rumah sakit karena mereka terserang penyakit akibat suhu udara yang terlalu tinggi. Wilayah Jepang terpanggang sejak musim hujan berakhir di awal Juli 2007. Menurut badan meteorology Jepang, suhu udara melonjak mencapai 35 derajat Celcius.
Di kawasan Arktik sebuah bongkahan es seluas 260 kilometer persegi terlepas dan mengapung di barat laut Greenland. Bongkahan es ini adalah bongkahan terbesar sepanjang sejarah yang memisahkan diri dari Arktik. Es yang mencair itu juga menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Sebagai akibat dari ekspansi cuaca panas ke kawasan kutub, kenaikan permukaan air laut di seluruh
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dunia mencapai 3,4 mm / decade. Kenaikan ini mencapai 2 kali lipat dibanding angka di abad 20. Jadi perubahan iklim ini terbukti memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap berbagai sisi kehidupan kita. Salah satu dampak ekstrem yang paling kita rasakan setiap hari adalah naiknya temperatur bumi yang makin hari makin panas dan juga terjadinya pergeseran musim yang mengakibatkan siklus musim jadi kacau. Maka ini patut menjadi perhatian kita, karena sangat berpengaruh bagi kehidupan kita, baik dari segi ekonomi, kesehatan, lingkungan dan juga kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Hujan yang tak menentu seringkali membuat pola tanam menjadi kacau. Hujan mulai sulit diprediksi. Seringkali benih yang ditabur tidak jadi tumbuh karena ternyata hujan tidak jadi kunjung datang. Akhirnya kerugian harus ditanggung karena harus menebar benih lagi.
Bagi Indonesia, pemanasan global ini akibatnya tidak bisa dibilang ringan karena akan berdampak sangat luas. Saat ini saja, rata-rata tahunan curah hujan di beberapa wilayah mengalami penurunan, sedangkan di wilayah lain justru mengalami peningkatan. Selain itu, masa musim hujan dan musim kemarau juga mengalami pergeseran. Akibatnya, sumber daya air akan menjadi masalah. Akan terjadi defisit air di sejumlah wilayah yang rata-rata curah hujannya menurun (Nurmanaf, 2006). Perubahan iklim yang berlangsung selama ini terbukti telah berpengaruh langsung pada sektor pertanian. Produksi beras nasional, misalnya,
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara tahun 1980-1990 rata-rata turun sekitar 100.000 ton per tahun. Adapun kurun waktu 1990-2000 turun rata-rata 300.000 ton per tahun (Nurmanaf, 2006)
Perubahan iklim diperkirakan akan semakin parah pada masa-masa mendatang. Karena itu, pemerintah
harus segera menyusun kebijakan yang
adaptif terhadap perubahan iklim. Berdasarkan penjelasan fakta-fakta mengenai perubahan iklim di atas maka diperlukan usaha perlindungan (protection) untuk mengatasi dampak yang sangat ekstrem terhadap sektor pertanian. Agar produksi sektor pertanian tidak terdegradasi semakin parah. Salah satu upaya proteksi terhadap sektor pertanian dapat berupa asuransi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai analisis permintaan dan penawaran asuransi permintaan asuransi pertanian perlu dilakukan. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian di Solo Raya di Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk memberikan batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya ?
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian ? 3. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian ?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi kesediaan para petani dalam mengasuransikan sawahnya. 2. Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 3. Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi sisi penawaran asurani pertanian.
D.
Manfaaat Penelitian
Penelitian ilmiah yang mengambil judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian di Solo Raya di Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali” diharapkan bisa memberikan nilai manfaat, yaitu:
1. Bagi Pemerintah; penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi dalam pengambilan keputusan, terutama dalam upaya melindungi sektor pertanian dari dampak perubahan iklim.
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Bagi Ilmu Pengetahuan; Penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu pengetahuan dan menambah pengetahuan empiris mengenai penerapan kebijakan. 3. Bagi Penulis; Penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan sistem mitigasi sektor pertanian yang terkena perubahan lingkungan. 4. Bagi Masyarakat; dapat menjadi sarana sosialisasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian. 5. Bagi Industri asuransi, untuk mengetahui tingkat permintaan asuransi pertanian di daerah eks Karesidenan Surakarta.
6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ekonomi Lingkungan
Menurut (Pearce & Turner, 1990) dalam bukunya Environmental Economics: an Elementary Introduction, sangat penting untuk mengakui bahwa masyarakat dan lingkungan memiliki peran dalam interakasi global. Dari persepektif ini, menyatakan bahwa bukan hanya ekonomi industri saja yang memiliki andil dalam perekonomian global. Ekonom lingkungan mencoba menjabarkan secara prinsip bahwa sistem alam adalah aset multifungsi, dalam artian bahwa lingkungan menyediakan
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia dengan berbagai fungsi yang bernilai ekonomis dan pelayanan, antara lain (Turner, 1994) : 1. a natural resource base (renewable and non-renewable resources 2. a set of natural goods (landscape and amenity resources) 3. a waste assimilation capacity 4. a life support system.
Prinsip dari kelangkaan dan opportunity cost, serta tujuan dari sebuah alokasi yang efisien terhadap sumber daya yang langka, sekarang dapat diaplikasikan terhadap produk lingkungan: asimilisasi limbah, udara dan air bersih, dll. Jika sumber daya lingkungan semakin langka maka analisis ekonomi dapat memainkan perannya dalam merancang strategi untuk memitigasi beberapa konsekuensi dari proses tersebut. Keseimbangan akan menjadi syarat antara kepentingan keinginan manusia untuk mengunakan lingkungan secara langsung dan keinginan untuk memanfaatkan lingkungan dengan cara tidak langsung. Lebih lanjut lagi, kebutuhan generasi sekarang harus diimbangkan dengan kebutuhan bagi generasi yang akan datang.
Pertanyaannya adalah bagaimana dan dalam kondisi apa, pasar bebas dapat membantu mencapai keseimbangan kebutuhan antar generasi ini. Teori ekonomi menjelaskan bahwa dengan menggunakan asumsi maka sistem pasar mampu mencapai efisiensi alokasi sumber daya, asalkan externality tidak ada. Ketika eksternalitas yang hadir dan ketika barang publik memerlukan alokasi, maka pasar bisa gagal mencapai efisiensi.
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan antara ekonomi dan lingkungan tidak dapat terpisahkan dalam pola kehidupan manusia. Sistem perekonomian dunia yang telah menyediakan semua barang dan jasa bagi kebutuhan manusia modern saat ini sangat tergantung dan tidak dapat beroperasi tanpa dukungan dari sistem ekologis, hewan dan tumbuhan serta hubungan timbal baliknya atau disebut juga sebagai biosphere (Grace & Klein 2002). Secara umum, ekonomi sepenuhnya bergantung pada lingkungan alam berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bahan mentah, pembuangan limbah sisa dan keramahtamahan lingkungan. Secara skematis, ketergantungan ekonomi terhadap lingkungan alam digambarkan sebagai berikut:
(a) Faktor-faktor Produksi
Lingkungan Alam
(c)
Limbah/Polusi
(b)
Ekonomi
Faktor-faktor Produksi
Gambar 2.1 : Skema ketergantungan ekonomi terhadap lingkungan alam Sumber: (Hussen, 2004) Notasi (a) menggambarkan pengambilan sumber daya tidak dapat diperbaharui dan dapat diperbaharui sebagai faktor-faktor produksi bagi kegiatan
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
ekonomi.
digilib.uns.ac.id
Notasi (b) menggambarkan lingkungan
alam
sebagai tempat
pembuangan dan pengolahan (assimilator) limbah sisa produksi dari kegiatan ekonomi, dan notasi (c) menggambarkan konsumsi keramahtamahan lingkungan, seperti mendaki gunung, menikmati sinar matahari terbit ataupun tenggelam, dan sebagainya. (Smyth et al., 1999) merangkumkan ketergantungan ekonomi terhadap lingkungan dengan menyatakan bahwa sistem perekonomian berada di dalam dan dilingkupi oleh alam. Jika diilustrasikan, secara sederhana hubungan tersebut sebagai berikut:
Lingkungan
(a)
(b) Perekonomian
Gambar 2.2: Hubungan dasar antara perekonomian dengan lingkungan Sumber: (Smyth et al., 1999)
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Notasi (a) menggambarkan aliran bahan mentah yang mengalir ke sistem perekonomian. Kajian mengenai lingkungan dalam peranannya sebagai penyedia bahan mentah dinamakan ekonomi sumber daya alam. Notasi (b) memperlihatkan aliran residu dari aktivitas perekonomian yang berdampak pada kualitas lingkungan. Kajian mengenai aliran residu perekonomian dan dampak yang dihasilkannya pada lingkungan dinamakan ekonomi lingkungan. Ilmu ekonomi lingkungan merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip ekonomi dalam mengkaji tentang bagaimana mengatur sumberdaya lingkungan. Fokus ilmu ekonomi lingkungan terutama pada aliran residu dari aktivitas perekonomian dan pengaruhnya pada kualitas lingkungan alam (Hyland, 2007). Topik-topik utama yang dikaji dalam ilmu ekonomi lingkungan sebagai berikut (Hyland, 2007): 1. Penyebab - penyebab dari penurunan kualitas lingkungan 2. Kebutuhan untuk menyusun kembali pertalian kajian antara ekologi dan ilmu ekonomi 3. Berbagai kesulitan yang berhubungan dengan hak kepemilikan terhadap sumberdaya lingkungan 4. Pertentangan antara penurunan kualitas lingkungan dengan barang-barang dan jasa-jasa ekonomi 5. Ketidakberhasilan pasar, jika dibiarkan sendiri, dalam mengalokasikan sumberdaya lingkungan 6. Menduga nilai satuan moneter terhadap kerusakan lingkungan
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Instrumen - instrumen kebijakan publik yang dapat digunakan untuk melambatkan,
memberhentikan
dan
mencadangkan
kemerosotan
sumberdaya lingkungan dan atau eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya terbarukan dan tidak terbarukan 8. Efek - efek makroekonomi terhadap peraturan-peraturan mengenai lingkungan dan sumber-sumber kebijakan perlindungan lainnya 9. Keterbatasan penggunaan teknologi untuk memperbaiki penurunan kualitas lingkungan atau kelangkaan sumberdaya 10. Masalah - masalah lingkungan yang lebih penting dari sekedar batasanbatasan antarnegara sehingga diperlukan kerjasama internasional terkait resolusi 11. Keterbatasan pertumbuhan ekonomi 12. Pengalaman masa lalu yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadiankejadian di masa depan yang didasarkan pada ketidakpastian ekonomi, ekologi dan teknologi 13. Pentingnya etika dan moral untuk perlindungan sumberdaya lingkungan, terutama untuk kesejahteraan generasi mendatang 14. Hubungan timbal balik antara jumlah penduduk, kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan di negara-negara berkembang 15. Kebutuhan dan kelangsungan hidup dari pembangunan yang berkelanjutan
B.
Perubahan Iklim
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbicara mengenai lingkungan maka tidak lepas berbicara tentang iklim. Iklim erat kaitannya dengan kehidupan manusia, sebagai bagian tak terpisahkan, memegang peranan penting juga dalam pengelolaan ekonomi pembangunan, menjadi salah satu faktor penting dalam aspek kemakmuran ketahanan nasional, karena peningkatan kebutuhan manusia akan meningkatkan aktivitas industri, pembukaan hutan, usaha pertanian dan rumah tangga yang melepaskan Gas Rumah Kaca (GRK), ketika suatu perubahan kecil dari kondisi rata-rata yang meningkatkan GRK dapat menyebabkan suatu perubahan yang besar dalam frekuensi kejadian ekstrim. Iklim didefinisikan sebagai keragaman keadaan fisik atmosfer dan perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang (Bergkamp, dkk. 2000).
Perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara dinamis dan terus menerus. Oleh sebab itu, strategi antisipasi dan penyiapan teknologi adaptasi menjadi salah satu target pembangunan pertanian. Dalam upaya pengembangan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim (Pertanian, 2010) Secara statistik perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur yang mempunyai kecenderungan naik atau turunnya iklim secara nyata yang menyertai keragaman harian, musiman maupun siklus cuaca. Keberadaan perubahan iklim ini tentu menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia. Dampak yang terjadi banyak sekali penyebab dan macamnya, seperti yang berkaitan langsung dengan
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat luas adalah adanya penurunan produksi pangan, daerah terpolusi, wabah penyakit, meningkatkan ketinggian permukaan air laut, musim kemarau yang semakin panjang, serta periode musim hujan yang pendek namun intensitasnya semakin tinggi.
C.
Asuransi Pertanian
Asuransi adalah usaha perlindungan atas kerugian keuangan atau keuntungan, yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak diduga sebelumnya. Dengan demikian asuransi pertanian merupakan salah satu usaha untuk melindungi produktivitas pertanian dari peristiwa yang menyebabkan kerugian di sektor pertanian.
Secara teoritis
asuransi
merupakan
suatu
mekanisme
penggabungan resiko (polling of risk) dan pembagian resiko (spreading risk) antar ruang dan waktu berlandaskan pada hukum bilangan besar (the law of large numbers). Meskipun demikian, kelayakan suatu resiko untuk diasuransikan (insurability of risk) tergantung tiga faktor berikut (Bujosa Bestard & Font, 2009) yaitu probabilitas suatu kejadian yang dapat digunakan untuk klaim tanggungan harus dapat dikuantifikasikan, kejadian-kejadian tersebut haruslah secara substansial tidak berkaitan dan kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tersebut harus layak untuk ditengarai dan dievaluasi.
Menurut catatan statistik tahun 2002, kerugian ekonomi global mencapai 55 miliar dollar. Tahun 2003 jumlahnya mencapai 58 miliar dollar dan ketika
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihubungkan dengan asuransi jumlahnya 42 milliar dollar pada tahun 2004. Saat ini AllianzAG dan Word Wide Fun for Nature melaporkan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan premi asuransi akan meningkat (Sachs & Warner, 1995)
Menurut (Kunreuther, 2006a) ketika seseorang dalam mempertimbangkan untuk membeli asuransi atau tidak ditentukan oleh dua hal yaitu: kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang diakibatkan dari bencana tersebut. Konsep tersebut dapat diilustrasikan dengan menggunakan contoh sederhana sebagai berikut ini: Pemilik sawah: Keluarga Budi memiliki sawah pribadi di Karanganyar dan ingin menentukan apakah akan membeli polis asuransi risiko bencana banjir pada masa yang akan datang atau tidak. Menggunakan data historis, kemungkinan terjadinya bencana banjir tahun depan adalah 1 per 100. Seandainya bencana tersebut terjadi maka kerugian yang ditimbulkan adalah Rp. 5.000.000, pemilik rumah memiliki cadangan dana sebesar Rp. 1.000.000 untuk memperbaiki rumah mereka. Sisanya akan diupayakan dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi. Berapa besar premi yang mau dibayar oleh keluarga Budi untuk menutup kekurangannya tersebut? Perusahaan Asuransi: Perusahaan Asuransi X ingin menentukan berapa premi yang harus dibayar oleh keluarga Budi agar rumah
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka terlindung dari kerugian yang disebabkan oleh bencana, untuk diketahui bahwa perusahaan juga akan menerima risiko dari sejumlah sawah-sawah yang berada di wilayah Karanganyar. Berdasarkan data yang digunakan oleh keluarga Budi, perusahaan X harus menarik premi berapa untuk menanggung kerugian Rp. 4.000.000 (Rp. 1.000.000 sudah ditanggung oleh pemilik sawah) ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pembayaran premi tahunan oleh keluarga Budi setelah dikurangi Rp. 1.000.000 adalah sebesar Rp. 40.000 yang diperoleh dari ((1/100(Rp. 5.000.000 – Rp. 1.000.000)). Setelah ditambah dengan biaya modal, administrasi, promosi, keuntungan normal, dan lain-lain maka jumlah premi yang harus dibayar adalah Rp. 50.000. Pihak keluarga Budi akan mempertimbangkan apakah mau menanggung risiko kerugian sebesar Rp. 4.000.000 dengan probabilitas sebesar 1/100. Jika keluarga Budi adalah tipe risk averse yaitu tipe yang tidak ingin meminimalkan risiko maka akan mengambil polis asuransi sebesar Rp. 50.000 daripada berisiko mengalami kerugian sebesar Rp. 4.000.000 (Kunreuther and Pauly 2004).
Secara perlahan sektor pertanian mulai ditinggalkan oleh penduduk pedesaan yang selama ini menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian yang mengalami penurunan dari 54,7% terhadap total tenaga kerja pada
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun 1982 menjadi 41,2% pada tahun 2009. Setidaknya terdapat dua faktor yang menyebabkan perubahan fenomena ini, yakni antara lain (Kunreuther, 2006b)
Pertama, semakin turunnya surplus usaha. Berdasarkan data BPS nilai tambah kotor sektor pertanian dalam bentuk surplus usaha pada tahun 1980 mencapai 76,2% dan tahun 2008 menurun menjadi 73,8%. Kedua, besarnya resiko dan ketidakpastian yang dihadapi sektor pertanian. Ketidakpastian dalam sektor pertanian belakangan ini semakin besar seiring dengan adanya perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen.
Salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengatasi ketidakpastian berusaha di sektor pertanian adalah pengembangan asuransi pertanian. Setidaknya terdapat tiga tujuan asuransi pertanian, yakni: (i) untuk menstabilkan tingkat pendapatan petani melalui pengurangan tingkat kerugian yang dialami petani karena kehilangan hasil, (ii) untuk merangsang petani mengadopsi teknologi usaha tani yang dapat meningkatkan produksi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan (iii) untuk mengurangi risiko yang dihadapi lembaga perkreditan pertanian dan memperbaiki akses petani terhadap lembaga perkreditan (Kobayashi, 2004).
Berdasarkan tujuan asuransi pertanian di atas, diharapkan petani dijamin tidak akan kekurangan modal untuk membiayai usahanya pada musim tanam berikutnya bila usahanya mengalami kegagalan. Disamping itu program asuransi
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertanian diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani dalam mengembangkan usaha tani, sehingga sektor ini menjadi semakin menarik dan tidak lagi ditinggalkan oleh para petaninya. Dengan demikian program asuransi pertanian secara tidak langsung akan bermuara pada pencapaian stabilitas harga dan ketahanan pangan.
Asuransi pertanian sudah banyak diterapkan di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Jenis asuransi ini berkembang pesat dan terbukti efektif untuk melindungi petani. Sementara itu di negara berkembang, asuransi pertanian juga mulai diterapkan, meskipun belum menampakkan hasil yang memuaskan. Di Taiwan, asuransi pertanian berkembang dengan baik, sementara itu di India, Bangladesh, dan Filipina perkembangannya masih lambat.
Di negara-negara maju, umumnya memberikan subsidi asuransi kepada petani antara 50-60% dari total premi asuransi yang harus dibayar petani, yang digabung dengan program lainnya. Di Amerika Serikat subsidi premi tahun 2003 misalnya, sebesar 38-67% dari total premi yang harus dibayar petani dan mengcover (menjangkau) 2-8 juta petani atau 78% dari areal tanaman. Ditambah biaya administrasi dan lain-lain total premi asuransi pertanian yang disubsidi pemerintah AS mencapai 70-75%.
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu bentuk jenis asuransi pertanian, diantaranya yang kini tengah dikembangkan adalah weather-index insurance (asuransi indeks cuaca-AIC) yang dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC). Dengan AIC petani mendapat jaminan asuransi jika gagal panen. Dewasa ini banyak petani yang kurang mengetahui risiko cuaca terhadap komoditas yang ditanamnya, sehingga jika ada gagal panen akibat cuaca tertentu maka petani akan rugi. Untuk itu melalui AIC ini diharapkan akan memberikan kepastian pada bidang pertanian. Asuransi jenis ini sudah diterapkan di beberapa negara seperti Thailand, India, Meksiko, Kenya, dan Malawi.
Di Indonesia sendiri pemerintah sudah menjalankan kebijakan buffer bagi petani saat harga padi jatuh dengan memberikan ganti pupuk dan benih. Namun kebijakan semacam ini dinilai belum cukup. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Pertanian sedang menyiapkan program asuransi untuk petani yang gagal panen atau puso. Bentuk perlindungan yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian saat ini adalah asuransi untuk para petani. Pada saat bersamaan juga sedang dikaji payung hukum pemberian asuransi bagi petani (Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2010-2014, 2011)
Dalam konteks asuransi pertanian, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menjanjikan akan memberikan asuransi pertanian kepada para petani di seluruh Indonesia. Asuransi ini nantinya dalam bentuk asuransi gagal panen yang mencakup uang ganti tenaga tanam, bibit, serta pupuk. Asuransi ini rencannya
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan diberikan secara gratis kepada petani tanpa harus membayar premi karena pemerintah yang akan menanggung seluruh premi asuransi ini.
Rencana Kementerian Pertanian di atas apabila dapat direalisir sangat bagus dan tentunya akan disambut oleh para petani dengan riang. Namun, pertanyaannya apakah mungkin pemerintah mampu menanggung seluruh premi asuransi pertanian? Menurut hemat peneliti, dalam pengembangan asuransi pertanian, Kementerian Pertanian perlu mempertimbangkan tujuan dan prinsip pengembangan lembaga asuransi pertanian, perilaku petani dalam menghadapi risiko, dan prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya sistem asuransi pertanian.
Kini memang sudah saatnya pemerintah mewujudkan asuransi pertanian. Namun sebaiknya pemerintah mengambil posisi sebagai jembatan antara petani dengan perusahaan asuransi saja. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan regulatornya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah perlu mengambil inisiatif yang perlu difasilitasi pemerintah, seperti misalnya apa yang akan diasuransikan, berapa lama masa berlaku asuransinya dan apa yang harus dibayar. Pemerintah dapat pula menanggung sebagian premi yang harus dibayar petani. Dengan demikian disamping ini dapat menjadi proses pembelajaran bagi petani, juga dimaksudkan untuk meminimalisir risiko fiskalnya.
D.
Penelitian Terdahulu 20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian Grace, Klein, & Kleindorfer (2002) menganalisis permintaan untuk asuransi pemilik rumah yang terkena kerugian bencana dan dimana konsumen memiliki pilihan dalam mengkonfigurasi cakupan mereka untuk bahaya bencana dan non-bencana. Dalam penelitian ini diperkirakan permintaan untuk asuransi pemilik rumah di Florida dan New York menggunakan dua tahap regresi kuadrat terkecil dengan menunjukkan biaya kerugian sebagai proxy untuk tingkat permintaan asuaransi jasa. Penelitian ini menguraikan permintaan untuk asuransi ke dalam permintaan untuk cakupan dari bahaya bencana (misalnya, angin topan atau badai) dan permintaan untuk non-bencana cakupan dan memperkirakan fungsi-fungsi permintaan secara terpisah. Hasilnya relatif konsisten di New York dan Florida, termasuk bukti bahwa permintaan asuransi bencana lebih elastis daripada permintaan harga asuransi non-bencana. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa konsumen menilai pilihan yang memiliki jangkauan luas, membeli asuransi lebih bila disubsidi melalui kendala harga peraturan, dan mempertimbangkan keadaan ketentuan jaminan dana ketika membeli asuransi.
Penelitian Kim (2002) menggunakan metode analisis CVM. Penelitian ini menemukan bahwa faktor individu (pendapatan, pendidikan, informasi, dan keterikatan masyarakat), kualitas air faktor daerah (lokasi perumahan dan kedekatan dengan sungai) memiliki dampak positif pada kemauan untuk membayar dan faktor daerah lebih kuat dari faktor individu dalam memprediksi kemauan untuk membayar kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang-orang yang tinggal di hilir memiliki perhatian yang lebih besar untuk perlindungan lingkungan sehingga memiliki WTP yang lebih rendah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas air. Sebaliknya, orang yang tinggal di hulu yang memiliki masalah lingkungan yang lebih rendah memiliki WTP yang lebih tinggi untuk kualitas air.
Cho dan Kim (2004) menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Variabel tahun dan ukuran rumah menunjukan hasil tidak signifikan terhadap WTP. Penelitian ini menjelaskan bahwa WTP diperkirakan akan cukup untuk membayar penuh biaya penyediaan kualitas air daerah-daerah metropolitan Seoul yang lebih baik. Penelitian ini memfokuskan pada biaya ekonomi dan manfaat bagi peningkatan kualitas air rumah tangga Paldang Reservoir di Korea. Informasi mengenai manfaat dan biaya akan membantu untuk pembuat kebijakan menemukan tingkat optimal secara sosial pengurangan kontaminasi air yang masuk Korea.
J Yellaiah dan G Ramakhrishna (2012) menggunakan model regresi logit menganalisis pengaruh faktor sosio ekonomi terhadap pengguna asuransi kesehatan di Hyderabad, India. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor penentu sosial ekonomi terhadap permintaan asuransi kesehatan di Hyderabad, India. Dengan mengambil sampel 200 di kota Hyderabad. Model logistik telah digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu asuransi kesehatan. Hasil
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor penentu utama permintaan untuk asuransi kesehatan di Hyderabad adalah pekerjaan, pendapatan, pengeluaran kesehatan dan kesadaran. Variabel lain seperti usia dan pendidikan yang positif dengan permintaan untuk asuransi kesehatan tetapi tidak signifikan secara statistik.
Saptutyningsih dan Suryanto (2009) menggunakan metode analisis SIG. Tingkat kerawanan wilayah banjir tertinggi di DIY adalah Kabupaten Kulonprogo khususnya di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan. Kecamatan Temon tingkat kerentanan tertinggi adalah pada sawah irigasi, Kecamatan Wates tingkat kerentanan tertinggi adalah tegalan dan kebun, serta Kecamatan Panjatan tingkat kerentanan tertinggi pada tegalan dan kebun juga. Analisis pada tingkat kepadatan penduduk dan pemukiman dapat diperhatikan bahwa di Kecamatan Wates paling rentan. Dalam penelitian terdapat variabel karakteristik properti dan tanah, lingkungan, risiko banjir, kesadaran masyarakat, dan sosial ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa semua koefisien-koefisien secara signifikan berbeda dari nol. Hasil dari penelitian ini pentingnya tingkat tinggi genangan banjir menunjukkan bahwa banjir memang dapat menekan harga dari properti dan nilai tanah. Rata-rata
kesediaan membayar (WTP) untuk
penurunan unit ketinggian tingkat genangan banjir diperkirakan mencapai jumlah yang wajar Rp. 2.175.00. Berdasarkan ukuran rendah MWTP tidak ada pengaruhnya terhadap variabel sosial ekonomi, untuk itu perlu mensosialisasikan pada masyarakat tentang kesadaran risiko bencana. Hal ini dimaksudkan agar
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko bencana banjir, sehingga dampak yang disebabkan oleh bencana banjir dapat diminimalkan di masa depan.
Simmons, dkk. (2002) menggunakan metode analisis hedonic price. Hasil dari penelitian ini adalah dari kedua model menunjukkan bahwa mitigasi, baik retrofit (tirai badai) dan konstruksi (SII), sangat signifikan terhadap harga penjualan kembali rumah. Variable individu signifikan terhadap jenis asuransi diri untuk melakukan tindakan mitigasi dan variabel struktural dalam model retrofit menunjukan hubungan signifikan. Koefisien pada tirai badai menggambrakan bahwa rata-rata harga untuk rumah sekitar $ 80.000, dengan adanya badai tirai menambahkan lebih dari 5% harga jual. Namun, pesan dari penelitian ini adalah bahwa ada ruang kebijakan untuk memberikan tindakan mitigasi dengan sukarela dan secara insentif bagi penduduk
Harahap dan Hartono, (2007) menggunakan metode analisis Hedonic price. Hasil dari penelitian ini menghasilkan bahwa: (i) ketersediaan fasilitas air minum dan air pompa mempengaruhi harga rumah di perkotaan, sementara ketersediaan fasilitas toilet yang dilengkapi dengan tangki septik mempengaruhi harga rumah baik di perkotaan maupun di perdesaan; (ii) penanganan sampah yang baik yaitu melalui pengumpulan oleh dinas terkait mempengaruhi harga rumah di perkotaan dan perdesaan; (iii) besarnya kesediaan membayar untuk air perpipaan dan air pompa di perkotaan sebesar Rp.6850 per bulan, sementara
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesediaan membayar untuk ketersediaan fasilitas toilet dengan tangki septik mencapai Rp.15.800 per bulan, dan kesediaan membayar untuk pengangkutan sampah oleh Dinas terkait mencapai Rp.1.950 per bulan. Dalam regresi model logistik dihasilkan bahwa kondisi sosial ekonomi rumah tangga yaitu umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala keluarga dan pengeluaran per kapita mempengaruhi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum yang baik yaitu air perpipaan atau air pompa, fasilitas sanitasi yang baik berupa toilet dengan tangki septik dan fasilitas pengelolaan sampah dengan diangkut Dinas terkait. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin tinggi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum dan sanitasi yang baik. Kurniawan, dkk.(2009) menggunakan analisa pendukung spasial dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), sedangkan untuk menghitung Valuasi ekonomi menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP) dan Travel Cost Method (TCM) untuk mengetahui manfaat barang dan jasa yang dihasilkan. Hasil penelitian ini secara ekonomi, KKMP memiliki nilai (value) yang cukup signifikan bagi kepentingan pemerintahan daerah dan masyarakat sekitarnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan air, biaya dikeluarkan masyarakat sekitar KKMP, jumlah produksi, harga bahan baku PDAM, luas sawah dan keuntungan produksi per luasan (hektar). Dari analisa data yang dilakukan dapat diketahui setiap tahunnya menghasilkan nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp. 1.199.918.615.100,- nilai guna tak langsung (indirect use velue) sebesar Rp. 808.117.741.600. Nilai ekonomi total
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari sebagian jasa lingkungan KKMP setiap tahunya adalah sebesar Rp. 2.072.501.086.700,-.
E.
Kerangka Pemikiran
Analisis I
Analisis II
Analisis III
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kesediaan petani mengasuransikan sawah (Analisis Deskriptif) :
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian (Logistic Regression) :
Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian (Analisis Deskriptif) :
· · ·
· · · ·
·
Kepercayaan Kesejahteraan Pendidikan
Pendapatan Sebab Probabilitas Pendidikan
26
commit to user
· ·
Resiko bisa diukur secara finansial Resiko murni tanpa rekayasa Metode tanam pertanian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Permintaan Asuransi Permintaan
Penawaran Asuransi Pertanian
Evaluasi Terhadap Permintaan dan Penawaran Asuransi Pertanian
Gambar 2.4 : Kerangka Pemikiran Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari Gambar 2.4 tentang Kerangka Penelitian dapat kita lihat bahwa penelitian ini dimulai dari kondisi iklim yang mulai tidak menentu sehingga meningkatkan kemungkinan gagal panen semakin tinggi. Hal ini tentu mengancam ketersedian pasokan produk pertanian untuk kebutuhan dalam negeri dan kestabilan harga pangan. Untuk mengatasi hal tersebut, asuransi pertanian merupakan salah satu tindakan mitigasi untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim bagi sektor pertanian. Kemudian penelitian ini berisi mengenai analisis permintaan dan penawaran asuransi pertanian di Solo Raya studi kasus Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten
Sukoharjo,
dan
Kabupaten
Boyolali.
Analisis
permintaan di penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
petani
mengasuransikan
sawahnya
dan
faktor-faktor
mempengaruhi kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 27
commit to user
yang
Analisis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penawaran di peneltian ini berisi mengenai analisis hasil wawancara dengan Manager Underwriting PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Cabang Surakarta.
F.
Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan adalah :
1. Diduga tingkat pendapatan para petani berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 2. Diduga usia para petani berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 3. Diduga tingkat pendidikan petani berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 4. Diduga tingkat kerugian gagal panen berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 5. Diduga persepsi petani terhadap probabilitas terjadinya gagal panen berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian.
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis permintaan dan penawaran asuransi pertanian: Studi kasus wilayah di Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan statistik, yaitu
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan cara pengumpulan data, mengklasifikasikan data, mengolah data dengan regresi logit dan menginterpretasikannya serta analisis deskriptif.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut bersifat saling melengkapi. 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan survei lapangan, dalam bentuk wawancara yang dibantu dengan daftar pertanyaan (kuesioner) dengan para petani. a. Wawancara terstruktur (kuesioner) Metode ini digunakan dengan pertimbangan agar peneliti mampu menggali informasi secara lebih terstruktur, sehingga data yang diperoleh juga lebih akurat. Adapun data yang hendak digali dengan metode ini adalah data yang terkait dengan dampak bencana alam pada penurunan produksi dan pendapatan petani. Selanjutnya kuesioner ini pun dapat dijadikan sebagai alat untuk menggali informasi tentang potensi kerugian bencana di sektor pertanian. b. Kajian Pustaka Metode ini dilakukan sebagai upaya : (1) membandingkan hasil penelitian sejenis baik pada jurnal yang telah terpublikasi maupun dalam bentuk buku-buku, (2) memberikan perspektif yang
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbeda terhadap hasil penelitian sejenis. Kedua upaya tersebut diharapkan mampu memberikan dukungan bagi analisis data yang telah diperoleh.
2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari situs pemerintah kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali.
C. Populasi dan Sampel
Salah satu hal yang penting dari penelitian secara survei adalah metode pengambilan sampel dan penentuan alokasi sampel yang akan dipakai. Pentingnya pengambilan sampel ini berhubungan dengan validitas data serta efektivitas dan efisiensi kegiatan penelitian. Metode pengambilan yang tepat akan dapat menggambarkan dan mewakili seluruh karakteristik populasi yang ada, sehingga tidak menyebabkan bias dalam data hasil penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah petani padi di kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali.
D. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model regresi logit untuk mengetahui faktor-faktor yang signifikan yang mempengaruhi kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. Berikut adalah definisi operasional variabel dari masing-masing model:
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Dependent Variable Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam analisis ini adalah tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian yang diketahui melalui data survey langsung kepada petani. Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dummy dengan skala nominal, yaitu petani yang percaya terhadap asuransi pertanian diberi nilai 1 dan petani yang tidak percaya terhadap asuransi pertanian diberi nilai 0. Kriteria petani percaya dan tidak percaya terhadap asuransi pertanian berdasarkan hasil kuesioner. b. Independent Variable Variabel independen (variabel bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel-variabel independen dalam penelitian adalah:
1) Pendapatan Tingkat pendapatan responden dalam satuan rupiah. Variabel ini mencerminkan pendapatan per masa panen. 2) Usia Usia petani ketika dilakukan wawancara dalam satuan tahun.
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Pendidikan Tingkat pendidikan yang berhasil dicapai oleh petani. Angka 3 adalah petani yang tidak lulus SD, angka 6 adalah petani yang lulus SD, angka 9 adalah petani yang lulus SMP, 11 petani adalah petani yang lulus SMA, angka 14 adalah petani yang lulus Diploma, dan 15 adalah petani yang lulus Sarjana.
4) Kerugian Tingat kerugian yang dirasakan petani ketika gagal panen. Variabel ini merupakan variabel dummy, angka 0 adalah petani yang memiliki kerugian kecil dan angka 1 adalah petani yang memiliki kerugian besar.
5) Probabilitas Persepsi probabilitas kemungkinan terjadinya gagal panen. Variabel ini merupakan variabel dummy, angka 0 adalah petani yang memiliki persepsi probabilitas gagal panen kecil dan angka 1 adalah petani yang memiliki persepsi probabilitas gagal panen besar. Maka akan membentuk model:
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keternagan : Pi
= Petani percaya terhadap Asuransi Pertanian
1-Pi
= Petani tidak percaya terhadap asuransi Pertanian
= Intercept
= Tingkat Pendapatan (Log)
= Usia
= Pendidikan
= Kerugian gagal panen
= Persepsi probabilitas petani terhadap gagal panen
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i
= error term
E. Teknik Alat Analisis 1. Analisis Deskriptif Pendekatan deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan exploratif yaitu pendekatan yang menggali secara mendalam persoalan-persoalan yang terkait dengan tujuan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara terstruktur (kuesioner), wawancara mendalam, Kajian Pustaka dan studi dokumentasi. Kelima metode tersebut diharapkan mampu menghasilkan informasi yang valid bagi analisis permintaan dan penawaran asuransi pertanian.
2. Regresi Model Logit Model logit adalah model regresi non-liniear yang menghasilkan sebuah persamaan dimana variabel dependen bersifat ketegorikal. Kategori paling dasar dari model tersebut mengasilkan binary values seperti angka 0 dan 1. Angka yang dihasilkan mewakilkan suatu kategori tertentu yang dihasilkan dari perhitungan probabilitas terjadinya kategori tersebut. Bentuk dasar probabilitas dalam model logit dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 3.1:
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Probabilitas Dalam Model Logit Y
Probabilitas
0 1 Total
1-Pi Pi 1
Sumber: Gujarati (2003)
Dalam buku Basic Econometric, 4th edition karangan Damodar N. Gujarati dinyatakan bahwa regresi logistik (model logit) adalah salah satu dari qualitative response regression models yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan probabilitas terjadinya suatu peristiwa. Secara matematis, bentuk awal dari model logit adalaha sebagai berikut:
i=
E (Y=1 X i) =
1
1+e -(
(3.1)
1+
2+ X1)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut, yang juga dikenal sebagai fungsi logistik :
Pi =
1 1+e
= -z i
ez
; dimana Zi =
1 + ez
36
commit to user
1+
2
(3.2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apabila P i, merupakan probabilita terjadinya suatu peristiwa, dinyatakan melalui persamaan (3.2), maka probabilita (1-Pi) atau tidak terjadinya suatu peristiwa adalah:
1-P i =
1 1+ezi
(3.3)
Sehingga, kita dapat menulis persamaan sebagai berikut :
(3.4)
Jika kita ambil natural log dari persamaan (3.4) maka didapatkan:
(3.5)
Dengan demikian, model yang akan dianalisis akan menjadi :
(3.6)
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persamaan (3.6) merupakan persamaan regresi logistik, dimana L disebut logit dan juga merupakan bentuk model logit. Sedangkan, persamaan (3.4) merupakan odds ratio terjadinya suatu peristiwa.
Karakteristik model logit yaitu:
1. Nilai P (probabilita terjadinya suatu peristiwa) bergerak pada level 0 dan
1, maka nilai Logit akan bergerak pada level -
sampai
.
2. Nilai L – yaitu rasio antara probabilita terjadinya peristiwa terhadap probabilita tidak terjadinya peristiwa, linier dengan parameter, namun P tidak. 3. Variabel dalam persamaan regresi logistik dapat ditambah sebanyak mungkin selama didukung dengan teori-teori yang ada. 4. Jika L positif, artinya ketika persamaan regresi logistik meningkat, maka meningkat pula kemungkinan P sama dengan 1 (artinya terjadinya suatu peristiwa), begitu pula sebaliknya.
5. Interpretasi dari model logit adalah sebagai berikut :
slope, adalah
besarnya perubahan L untuk setiap 1 unit perubahan X.
adalah besarnya nilai L jika seluruh variabel bebas bernilai 0.
38
commit to user
intercept,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Model logit mengasumsikan bahwa log dari odds ratio linier terhadap X.
Observasi yang umum dilakukan dalam model logit adalah:
1. Untuk menguji signifikasi suatu koefisien secara statistik, digunakanlah Z statistik. 2. Dalam binary regression model, diguakan model pseudo R2, yang mirip dengan R2, untuk mengukur goodness of fit dari suatu model. Program Eviews secara otomatis menyediakan pengukuran tersebut, yaitu McFadden R 2, yang ditulis dengan R2MCF. Sebagaimana R2, nilai R2MCF juga antara 0 dan 1. Cara lain yang dapat dengan mudah digunakan pula untuk mengukur goodness of fit adalah count R2 yang didefinisikan sebagai berikut :
3. Mirip dengan F test pada model regresi linear adalah likelihood ratio (LR)
statistik. LR statistik mengikuti
dengan derajat kebebasan (degree of
freedom) sama dengan jumlah variabel bebas.
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Program Eviews akan menampilkan p-value yang dapat membantu untuk mengetahui secara langsung signifikansi koefisien regresi. Karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam tingkat mikro atau individu, maka digunakan regresi logistik dengan metode maximum likelihood. Tujuan akhir dari metode maximum likelihood adalah untuk memperoleh nilai parameter-parameter tertentu yang memungkinkan diperolehnya nilai observasi Y yang paling optimal.
a. Odds Ratio Tidak seperti halnya dengan model OLS, hasil koefisien yang
muncul
pada
model
logit
tidak
dapat
langsung
diinterpretasikan. Kita hanya dapat melihat arah dari pengaruh perubahan variabel dependen saja sementara nilainya belum dapat diinterpretasikan. Untuk menginterpretasikan nilai, koefisien hasil estimasi logit harus ditransformasi dulu ke dalam antilogaritma natural untuk mendapatkan odds ratio, yang kemudian dapat diinterpretasikan sebagai nilai yang menunjukan nilai pengaruh perubahan variabel dependen.
Odd didefinisikan sebagai
(risiko), dimana
menyatakan probabilitas sukses (terjadinya peristiwa Y=1, dalam penelitian ini probabiltas sukses adalah petani yang percaya kepada
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asuransi pertanian dan 1-
menyatakan probabilitas gagal
(terjadinya peristiwa Y=0, dalam penelitian ini probabilitas gagal adalah petani yang tidak percaya kepada asuransi pertanian. Fungsi distribusi logistik adalah
; dimana : Zi =
0
+
1X 1
(3.1)
Secara matematis, pendefenisian probabilitas terjadinya peristiwa dalam bentuk model logit dapat dituliskan sebagai :
(3.2)
1-
(3.3)
1-
(3.4)
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Angka
ini
disebut
odd
atau
disebut
risiko
yaitu
perbandingan antara probabilitas terjadinya suatu peristiwa (pi) dengan probabiltas tidak terjadinya suatu peristiwa (1-pi). Bila p kecil sekali maka 1-p mendekati nol. Sehingga odds nya sangat besar. Dengan perkataan lain di dalam penelitian ini odd adalah salah satu indikator kecenderungan petani untuk percaya. Ringkasnya, bila odd mendekati nol atau lebih kecil dari 1 berarti petani untuk percaya akan sangat kecil sekali. Sedangkan jika odd lebih besar dari satu maka kecenderungan petani untuk percaya maka besar. 1) Interpretasi Parameter dari Variabel Independen dengan 2 Kategori. Interpretasi parameter dilakukan dengan cara membandingkan nilai odd dari salah satu nilai pada vaariabel tertentu dengan nilai odd dari nilai lainnya (referensi atau pembanding). Misalnya kedua kategori tersebut adalah 1 dan 0, dengan 0 yang digunakan sebagai kategori pembanding, maka interpretasi koefisien pada variabel ini adalah rasio dari nilai odds untuk kategori 1 terhadap nilai odds untuk kategori 0; ditulis sebagai :
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1-
Artinya, risiko terjadinya peristiwa Y=1 pada kategori X1=1
adalah sebesar exp.(
kali risiko terjadinya peristiwa Y=1 pada
kategori X1=0. 2) Interpretasi Parameter dari Variabel Independen Kontinyu Interpretasi dari koefisien pada model regresi untuk variabel bebas kontinyu adalah setiap kenaikan C unit satuan pada variabel dependen akan mengakibatkan risiko terjadinya Y=1 sebesar
exp(C.
kali lebih besar.
b. Uji Signifikansi Parsial Uji signifikansi parsial digunakan untuk melihat secara individual apakah suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam regresi pada umumnya dilihat menggunakan T-Test, namun dalam regresi yang menggunakan metode logit, uji tersebut dilakukan dengan menggunakan nilai Z.
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan Z-Test kita dapat mengambil kesimpulan hipotesis apakah H0 ditolak atau diterima. Desain hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: H0 :Variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen H1 : Variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen Untuk mengetahui apakah H0 diterima atau ditolak, maka yang dilihat adalah perbandingan nilai masing-masing Z-stat dengan
. H0 akan ditolak jika Z-stat <
dan akan diterima jika Z-stat > .
ini dihitung berdasarkan atas nilai tingkat keyakinan nilai
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Nilai Tingkat Keyakinan dan Tingkat Nyata Tingkat Keyakinan
Tingkat Nyata
95%
5%=0,05
90%
10%=0,0 1
80%
20%=0,2 0
44
commit to user
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Gujarati Bagiastomo (2008)
(2003)
dalam
Farahnasy
(2006)
dalam
Selain melihat nilai Z-Stat, pengambilan keputusan hipotesis juga dapat dilihat dengan melihat probabilitasnya (p-value). Jika
nilai p-value lebih kecil dari nilai alpha ( ) maka dengan tingkat
keyakinan (1- ) kita dapat menolak hipotesis H0.
c. Uji Koefisien Determinasi Serupa dengan koefisien determinasi dalam regresi pada umunya yang dapat dilihat dari nilai R2 dan adjusted R2, metode Logit juga memiliki uji untuk melihat seberapa besar varians mampu dijelaskan oleh model. Namun pada persamaan regresi yang menggunakan metode logit, determinasi suatu persamaan bervariasi berdasarkan perangkat atau software yang digunakan. Penggunaan STATA akan menghasilkan koefisien determinasi Pseudo R2, sedangkan penggunaan Eviews
akan menghasilkan
koefisien determinasi McFadden R2.
Koefisien ini digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variasi nilai
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari variable - variabel bebasnya. Dengan kata lain nilai - nilai tersebut statistik mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang kita gunakan dalam memprediksi nilai variabel dependen atau mengetahui kecocokan (goodness of fit) dari model tersebut. Nilai R2 memiliki rentang antara nol hingga satu (0 < R2 < 1). Semakin mendekati nilai satu maka hampir semua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dan model tersebut dapat dikatakan semakin baik. d. Uji Signifikansi Serentak Uji signifikansi secara serentak dalam persamaan yang menggunakan metode logit dapat dilakukan dengan menganalisis nilai likelihood ratio (LR) statistik. Uji likelihood ratio statistik (LR Statistik) mirip dengan uji F-Test pada OLS biasa. Berbeda dengan OLS. Uji likelihood ratio (LR) statistik ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, apakah variabel independen dalam suatu model persamaan bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut: H0
: Variabel independen secara serentak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
H1
: Variabel independen secara serentak berpengaruh
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara signifikan terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan hipotesis apakah H0 akan ditolak atau diterima dengan membandingkan nilai LR (Likelihood Ratio)
dengan nilai
2
dengan menggunakan
(alpha) yang digunakan.
Jika nilai LR (Likelihood Ratio) tersebut lebih besar dari
(alpha),
maka H0 ditolak yang artinya variabel independen dalam model persamaan tersebut bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
3) Uji Asumsi Klasik Pengolahan data dengan menggunakan metode logit juga harus memenuhi beberapa asumsi dasar agar memenuhi nilai parameter yang BLUE (Best Linear Ubiase Estimator), diantaranya : 1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol. 2. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term. 3. Tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (no multikolinearity). Dalam metode logit hanya dilakukan pengujian asumsi normalitas dan asumsi multikolinearitas. Asumsi autokerasi dan heteroskedastisitas tidak dapat dilakukan karena variabel dependen bersifat kategorikal,
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga tidak ada error
antara estimasi independen dan nilai
sebenarnya. a. Uji Asumsi Normalitas Uji asumsi normalitas dilakukan agar penggunaan model pada skripsi ini sesuai dengan asumsi model logit, dimana error terms tidak terdistribusi dengan normal. Uji ini dilakukan dengan menggunakan Jarque-Bera (JB) test of normality. Untuk menguji tingkat normalitas suatu model, dibangun sebuah desain hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. Ho
: error terms terdistribusi normal
H1
: error terms tidak terdistribusi normal
Nilai statistik JB yang digunakan dalam kriteria penolakan H0 dilakukan dengan menggunakan skewness dan kurtosis. Nilai tersebut kemudian disubtitusikan ke dalam formula nilai kritis JB sebagai berikut.
JB =
Dimana : n
: Jumlah observasi
S
: Koefisien skewnes
K
: Koefisien kurtosis
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penolakan Ho dilakukan dengan menggunakan nilai kritis
dari tabel
dengan nilai derajat nilai bebas 2. Ho ditolak apabila
nilai statistik JB lebih besar dibandingkan nilai kritis. Penolakan Ho juga dapat dilakukan dengan melihat p-value JB ketika nilai
tersebut lebih kecil dari .
b. Uji Asumsi Multikolinearitas Dalam Gujarati (2005: 157) multikolinearitas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variabel-variabel yang menjelaskan dari model regresi. Multikolinieritas
merupakan
suatu
keadaan
dimana
terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa / semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 2005 : 320 dalam Soma Ghofur, 2008 ). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa / semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tinggi. Di dalam model logit, adanya multikolinearitas dapat dideteksi dengan : 1. Nilai McFadden R2 yang tinggi dan nilai LR statistik yang signifikan, namun sebagian besar nilai dari Zstatistik negatif. 2. Tingkat korelasi yang cukup tinggi antara dua variabel bebas yakni R > 0,8. Jika hal tersebut terpenuhi maka diindikasikan terjadi masalah multikolinearitas dalam persamaan
tersebut.
Multikolinearitas
ini
terbagi
menjadi dua. Yaitu multikolinearitas sempurna apabila R=1 dan multikolinearitas tidak sempurna apabila R< 1. Beberapa cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas, antara lain : 1. Menggunakan data panel. 2. Menghilangkan variabel bebas yang tidak signifikan atau memiliki korelasi tinggi. 3. Mentransformasikan
variabel,
misalnya
menjadi bentuk first difference. 4. Menambah data atau memilih sampel baru. 5. Tidak melakukan apapun.
50
commit to user
mengubah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai gambaran umum wilayah penelitian yang terdiri dari letak geografis, curah hujan, ketingian wilayah, luas wilayah, demografi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan hasil survei di lapangan, meliputi analisis deskriptif dan analisis regresi. Data diperoleh dengan mewawancari responden sejumlah 150 petani.
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
A.
digilib.uns.ac.id
Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1.
Kabupaten Karanganyar a. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka abupaten Karanganyar terletak antara 1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan 70 28” - 70 46”
Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata
511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 . b. Curah Hujan Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2011 adalah 116,6 hari dengan rata-rata curah hujan 5.965,9 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan Maret. Sedangkan yang terendah pada Bulan Juli, dan Agustus. c. Ketinggian Wilayah Rata – rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas permukaan laut yakni sebesar 511 m, adapun wilayah terendah di Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Jaten yang
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya 90 m dan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2000 m di atas permukaan laut. d. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 22.130,32 Ha dan luas tanah kering 55.248,32 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 14.361,57 Ha, non teknis 6.229,28 Ha, dan tidak berpengairan 1.542,52 Ha. Batas Wilayah,
Letak Daerah dan Ketinngian Daerah
Kabupaten Karanganyar Batas-batas Wilayah : 1. Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
2. Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo 4. Sebelah Barat
: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
e. Demografi Mulai tahun 2011, data penduduk yang digunakan adalah data penduduk yang bersumber dari Proyeksi Penduduk hasil Sensus
Penduduk
2010.
Jumlah
Penduduk
Karanganyar berdasarkan data tersebut pada sebanyak 825.671 jiwa, terdiri dari
di
Kabupaten
tahun
2011
laki-laki 410.562 jiwa dan
perempuan 415.109 jiwa. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Karanganyar, yaitu 73.164 jiwa (8,86 %). Sedangkan Kecamatan
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 26.059 jiwa (3,16%). Jika menghitung sex ratio diketahui bahwa Jumlah Penduduk
di
Karanganyar
lebih besar jumlah perempuan
dibandingkan laki-laki, hal ini terlihat dari angka sex ratio sebesar 98,90 artinya dari 100 perempuan hanya ada 99 laki-laki. Tetapi bila di rinci masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
ada 6 kecamatan yang memiliki angka sex ratio
diatas
yakni
100,
Jatipuro,
Jatiyoso,
Jumapolo,
Matesih,
Tasikmadu dan terakhir Mojogedang.
2. Kabupaten Sukoharjo a. Letak Geografis Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua di
Propinsi Jawa Tengah, Secara geografis, terletak diantara
Bagian ujung timur 110. 57O BT, Bagian Ujung Sebelah Barat 110 42O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara 7 32O LS, Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O LS. Dengan luas 46,666 Km2, atau 1,43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sukoharjo memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : Sebelah utara
: Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan
: Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kabupaten Wonogiri Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar
Sebelah Barat
: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
Secara topografi, Sukoharjo terdiri atas daerah dataran rendah dan perbukitan. Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian Utara, daerah perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan dan Timur. b. Curah hujan Sesuai dengan letak geografis, Sukoharjo dipengaruhi iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin muson dengan 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April – September dan musim penghujan antara bulan Oktober – Maret. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.790 mm, suhu udara berkisar antara 230C sampai dengan 340C, dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77%. c. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sukoharjo dalam suatu sistem hidrologi, merupakan kawasan yang berada pada aliran sungai Bengawan Solo, mengalir beberapa sungai yang tergolong besar seperti yaitu Sungai Bengawan Solo, Sungai Proyek Waduk GM, sebagai Daerah aliran, dengan sendirinya merupakan daerah limpasan debit
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
air dari sungai yang melintas dan sering mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan. Pola tata guna lahan terdiri dari Perumahan, Tegalan, Kebun
campuran,
Sawah,
Perusahaan,
Jasa,
Industri
dan
Penggunaan lainnya dengan sebaran sawah sebesar 45,26 %, dan lahan bukan sawah 54,74%, dari lahan sawah tersebut terdiri dari 70,17% irigasi teknis, irigasi setengah teknis 8,98%, irigasi sederhana 9,17% dan sawah tadah hujan 11,67 %.
3. Kabupaten Boyolali a. Letak Geografis Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.0965 ha atau kurang 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’ LS – 7o71’LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari permukaan laut. Sebelah timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedang sebelah utara dan barat merupakan daerah pegunungan. 1) Sebelah utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. 2) Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen,
Kabupaten
Karanganyar,
Kabupaten Sukoharjo.
56
commit to user
Kota
Surakarta
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan DIY. 4) Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Jarak bentang : Barat – Timur = 48 km Utara – Selatan = 54 km b. Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas: 1) Bagian Timur Laut (Kecamatan Karanggede dan Simo) pada umumnya terdiri dari tanah lempung 2) Bagian Tenggara (Kecamatan Sawit dan Bayudono) struktur tanahnya adalah Tanah Galih 3) Bagian Barat Laut (Kecamatan Musuk dan Cepogo) struktur tanahnya berpasir 4) Bagian Utara sepanjang perbatasan Kabupaten Boyolali dengan Kabupaten Grobogan struktur tanahnya berupa tanah kapur.
c. Pertanian Tabel 4.1: Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Boyolali Tahun 2010
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keamatan Selo Ampel Cepogo Musuk Boyolali Mojosongo Teras Sawit Banyudono Sambi Ngemplak Nogosari Simo Karanggede Klego Andong Kemusu Wonosegoro Juwangi Jumlah 2009 2008 2007 2006 2005
Sumber
B.
Luas Panen Rata-rata Produksi (Ha) Produksi (Kw/Ha) (Ton) 14 43,34 61 1148 55,16 63332 13 47,11 61 605 60,08 3635 1545 58,28 9004 2619 62,77 16439 1197 63 7541 2657 68,54 18211 4010 64,1 25704 2691 59,2 15931 5081 68,2 34652 3933 63,12 24825 3463 62,5 21644 2521 58,54 14758 4335 58,52 25368 1223 55,16 6746 3454 59,02 20386 666 47,49 3163 41.175 6514,97 254.462 42.796 61,77 264.343 39.227 59,8 234.569 38.302 59,8 229.064 40.726 59,78 243.450 38.686 55,08 213,081
: Boyolali dalam Angka 2011
Profil Responden
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Profil responden dalam penelitian ini terdiri dari lokasi responden, jenis petani, tingkat pendidikan, dan jumlah pendapatan bersih per bulan. Adapun hasil deskriptif mengenai profil responden tersebut adalah sebagai berikut. 1. Lokasi Responden Tabel 4.2 Jumlah Responden Menurut Lokasi Asal
Frekuensi
%
Karanganyar
28
18,7
Sukoharjo
59
39,3
Boyolali
63
42
Total 150 100 Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan penyebaran lokasi kuesioner adalah sebanyak 28 responden dengan presentase 18% diambil di Kabupaten Karanganyar, 59 responden dengan presentase 39,3% diambil di Kabupaten Sukoharjo, dan 63 responden dengan presentase 42% diambil di Kabupaten Boyolali. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan Kota Solo.
2. Jenis Kelamin Petani Tabel 4.3 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Laki-Laki 139 Perempuan 11 Total 150 Sumber : Data Primer diolah, 2012
59
commit to user
% 92,7 7,3 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin responden adalah 139 laki-laki dari total 150 responden dengen persentase 92,7% dan 11 perempuan dari total 150 responden dengan persentase 7,3%. Dengan demikian mayoritas responden petani adalah laki-laki.
3. Jenis Petani Tabel 4.4 Jumlah Responden Menurut Jenis Petani Jenis Petani Frekuensi Pemilik 119 Penggarap 31 Total 150 Sumber : Data Primer diolah, 2012
% 79,3 20,7 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis petani responden adalah 119 merupakan responden petani pemilik dari total 150 responden dengan persentase dari total seluruh responden sebesar 79,3% dan 31 merupakan petani penggarap dari total 150 responden dengan persentase 20,7 %.
60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pendidikan Petani Tabel 4.5 Jumlah Responden Menurut Pendidikan Petani Pendidikan Tidak tamat SD SMP SMA Diploma S1 Total
Frekuensi 17 67 18 35 7 6 150
% 11,3 44,7 12,0 23,3 4,7 4,0 100,0
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden adalah 11,3% responden tidak tamat SD, sebanyak 44,7% responden memiliki latar belakang
pendidikan
SD,
12%
responden
berpendidikan
tamat
SMP,sebanyak 23,3% responden memiliki pendidikan tamat SMA, kemudian terdapat 4,7% responden memiliki latar belakang diploma dan sebanyak 4 % para petani memiliki latar belakang S1.
5. Pendapatan Petani Tabel 4.6 Jumlah Responden Menurut Pendapatan Pendapatan 0 - 500.000 500.000 - 1.000.000 1.000.000 - 2.000.000
61
commit to user
Frekuensi 15 77 47
% 10 51,3 31,3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.000.000 - 3.000.000 3.000.000 - 5.000.000 Total
7 4 150
4,7 2,7 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendapatan responden adalah 10% responden memiliki pendapatan di bawah Rp. 500.000, sebesar 51,3% responden memiliki pendidikan di antara Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000, sebesar 31,3% petani memiliki pendapatan di antara Rp. 1.000.000 hingga Rp. 2.000.000, kemudian terdapat 4,7% responden memiliki pendapatan di antara Rp. 2.000.000 hingga Rp. 3.000.000 dan terdapat 2,7% responden yang memiliki pendapatan di atas Rp. 3.000.000. Dengan demikian dapat kita simpulkan, responden dalam penelitian ini didominasi oleh petani yang memiliki pendapatan rendah atau di bawah Rp. 1.000.000.
6. Kepercayaan Petani terhadap Asuransi Pertanian Tabel 4.7 Jumlah Responden Menurut Kepercayaan Kepercayaan Ya (1) Tidak (0) Total
Frekuensi 16 134 150
Sumber : Data Primer diolah, 2012
62
commit to user
% 10,7 89,3 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.7 tentang Jumlah Petani terhadap Asuransi Pertanian dapat kita lihat frekuensi petani yang percaya terhadap asuransi pertanian. Dari 150 responden terdapat 16 petani yang percaya asuransi pertanian dari total 150 responden atau 10,7 % petani. Dan terdapat 134 responden yang tidak percaya terhadap asuransi pertanian dari total 150 responden atau sebesar 89,3 % petani.
7. Kerugian Gagal Panen Tabel 4.8 Jumlah Responden Menurut Besar Kerugian Gagal Panen Besar Kerugian 0 (Kecil) 1 (Besar) Total
Frekuensi 75 75 150
% 50 50 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012 Dari Tabel 4.8 tentang Jumlah Petani terhadap Asuransi Pertanian dapat kita lihat frekuensi petani yang percaya terhadap asuransi pertanian. Dari 150 responden terdapat 75 petani yang percaya asuransi pertanian dari total 150 responden atau 50 % petani. Dan terdapat 75 responden yang tidak percaya terhadap asuransi pertanian dari total 150 responden atau sebesar 50 % petani.
8. Persepsi Probabilitas Gagal Panen Tabel 4.9 Jumlah Responden Menurut Persepsi Probabilitas Gagal Panen
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Probabilitas Gagal Panen 0 (Kecil) 1 (Besar) Total
Frekuensi 19 131 150
% 12,7 87,3 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012 Dari Tabel 4.9 tentang Jumlah Responden Menurut Persepsi Probabilitas Gagal Panen dapat kita lihat frekuensi petani memiliki persepsi kemungkinan terjadinya gagal panen setiap musim tanam. Dari 150 responden terdapat 19 petani yang memiliki persepsi probablititas yang kecil terhadap terjadinya gagal panen atau 12,7 % petani. Dan terdapat 131 responden yang tidak percaya terhadap asuransi pertanian dari total 150 responden atau sebesar 87,3 % petani.
9. Sebab Gagal Panen Tabel 4.10 Jumlah Responden Menurut Sebab Terjadinya Gagal Panen Sebab Gagal Panen Hama (1) Banjir (0)
Frekuensi
Total
83 67 150
% 55,3 44,7 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari Tabel 4.10 tentang Jumlah Responden Menurut Sebab Terjadinya Gagal Panen dapat kita lihat frekuensi gagal panen yang disebabkan oleh hama sebesar 83 responden dari total 150 responden atau memiliki persentase sebesar 55,3%. Dan kegagalan panen yang
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebabkan oleh banjir terdapat di 67 responden dari 150 responden atau memiliki persentase sebesar 44,7%.
10. Tindakan Antisipasi Jika Gagal Panen Tabel 4.11 Jumlah Responden Menurut Tindakan Antisipasi Jika Gagal Panen No 1 2 3 4 5
Tindakan Jika Gagal Panen Diversifikasi usaha tani (menanam umbi-umbian dipekarangan rumah atau memelihara ternak) Menyimpan sebagian hasil panen padi dalam lumbung dan Menjual hasil panen secara berangsur Pemanfaatan kredit informal Menjadi peserta Asuransi Pertanian Tabungan Pribadi dari Penghasilan non pertanian Total
Frekuensi
%
0
0
47
31,3
0 0 103 150
0 0 68,7 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.11 tentang Jumlah Responden Menurut Tindakan Antisipasi Jika Gagal Panen dapat kita lihat bahwa dari 150 responden, terdapat 47 petani yang menyimpan sebagian hasil panen padi dalam lumbung dan menjual hasil panen secara berangsur sebagai bentuk antisipasi jika terjadi gagal panen. Dan terdapat 103 petani yang
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan pilihan ke-5 atau tabungan pribadi dari penghasilan non pertanian serta tidak ada dari responden yang memilih pilihan Diversifikasi usaha tani (menanam umbi-umbian dipekarangan rumah atau memelihara ternak), Pemanfaatan kredit informal, Menjadi peserta Asuransi Pertanian.
C.
Analisis
bentuk
kesediaan
petani
mengasuransikan
sawahnya
(Analisis Deskriptif).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di Karanganyar, ditemukan faktafakta yang menjadi permasalahan petani dalam bertani akhir-akhir ini sehingga dalam penelitian ini seluruh petani tidak memilih asuransi pertanian untuk mengurangi kerugian dari gagal panen. Setelah peneliti menganalisis fakta tersebut, peneliti menemukan 3 faktor yang menjadi alasan para petani tidak ingin mengasuransikan pertaniannya, yaitu: 1) Ketidakpercayaan petani terhadap asuransi pertanian, 2) Kehidupan petani yang tidak sejahtera, dan 3) Tingkat pendidikan.
Alasan pertama yaitu para petani yang menjadi responden tidak percaya kepada asuransi pertanian mampu mengurangi kerugian dari dampak panen. Dari 150 responden terdapat 72 responden mengaku bahwa mereka tidak percaya 66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap asuransi pertanian. Ketidakpercayaan ini muncul karena kurangnya pengetahuan para petani terhadap asuransi. Tentu pengetahuan para petani sangat kurang karena belum adanya sosialisasi mengenai produk asuransi itu sendiri kepada para petani. Hal ini terungkap ketika responden mengungkap alasan untuk tidak percaya kepada asuransi pertanian. Seperti yang diungkap oleh Bapak Widodo (51), Mulyono (57), Sulyono (49) dll.
Bapak Widodo (51), Bapak Mulyono (57), dan Bapak Sulyono (49) tidak percaya kepada asuransi pertanian dapat mengurangi kerugian ketika gagal panen karena selama menjadi petani mereka tidak pernah mendapatkan sosialisasi asuransi pertanian baik dari pemerintah, media, ataupun LSM, dll.
Alasan kedua yaitu kehidupan petani yang tidak sejahtera. Hal ini terungkap dari mayoritas responden yang mengeluhkan kehidupannya menjadi petani. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Joko (47), Bapak Prapto (53), dan Bapak Parno (45) di Kecamatan Waru bahwa kesulitan bertani yang dialami oleh para petani saat ini semakin kompleks dikarenakan kondisi iklim yang sangat tidak menentu, tidak seperti beberapa tahun sebelumnya. Hal ini semakin sulit dikarenakan sawah Bapak Joko (47) berhimpitan dengan sungai sehingga seringkali petani-petani di daerah Waru mengalami gagal panen akibat banjir meskipun tidak terjadi hujan yang lebat dan lama. Dalam kesempatan itu juga beliau menceritakan bahwa banyak petani di daerah Waru yang hidup hanya berdasarkan pendapatan dari hasil tani.
67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketika diwawancarai di depan rumah beliau yang hanya 100 meter dari sawahnya. Hal itu dapat dilihat dari kondisi fisik rumah Bapak Joko (47) yang hanya beralaskan tanah dengan langit-langit yang penuh dengan sarang laba-laba dan tembok dengan anyaman. Sedikit berbeda dengan Bapak Parno (45) yang merupakan pensiunan pegawai setempat sehingga Bapak Parno (45) masih mendapatkan penghasilan dari dana pensiun. Namun demikian hal itu tidak banyak membantu kehidupan keluarga Bapak Parno (45). Hal tersebut dapat dilihat dari cerita beliau yang menceritakan susahnya hidup sebagai petani. Hal itu semakin sulit ketika para petani tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah ketika gagal panen:
“Saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah ketika gagal panen tapi kalo mau kampanye atau lebaran kita dapet bantuan itu pun dalam bentuk mie goreng, sarung,dll.” jawab Pak Parno (45) ketika ditanya mengenai bantuan dari pemerintah ketika gagal panen.
Berbeda dengan kondisi Pak Joko (47) dan Pak Parno (45), kondisi Pak Prapto (53) lebih baik dibandingkan Pak Parno (45) dan Pak Joko (47). Hal ini dikarenakan anak-anak Pak Prapto (53) yang sudah sudah bekerja. 2 orang anaknya menjadi guru PAUD dan 1 orang menjadi petugas keamanan di pabrik. Meski demikian Pak Prapto (53) juga tidak ingin mengasuransikan sawahnya lantaran tidak
percaya dengan produk asuransi pertanian akan mengurangi
kerugian ketika gagal panen. Beliau juga menceritakan mengenai bantuan pemerintah yang tidak pernah didapatnya ketika gagal panen. Pak Prapto (53) pun
68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sempat menyampaikan harapannya bahwa penelitian ini mampu memberikan sumbangsih yang positif bagi kondisi petani di daerah sekitar.
Tidak berbeda dengan kondisi petani di Kabupaten Sukoharjo Kecamatan Polokarto. Seperti yang dikemukakan oleh Pak Murtaki (46) bahwa beliau tidak ingin mengasuransikan sawahnya karena tidak percaya terhadap asuransi pertanian. Pak Murtaki (46) juga mengeluhkan bantuan yang tidak kunjung datang ketika gagal panen terjadi. Sehingga untuk mengurangi kerugian gagal panen, yang dilakukan oleh Pak Murtaki (46) selama ini adalah menyimpan sebagian hasil panen padi dalam lumbung dan menjual secara berangsur. Itu pun efektif hanya 50% untuk membantu mengurangi kerugian ketika gagal panen.
Alasan ketiga yaitu tingkat pendidikan para petani yang masih rendah. Hal itu terungkap dari Bapak Sumaryo (46) yang menyadari bahwa tingkat pendidikannya yang hanya sampai SMP membuat dia tidak mengerti mengenai asuransi apalagi asuransi pertanian. Sehingga Bapak Sumaryo (46) tidak percaya terhadap asuransi pertanian.
“Saya aja lulus SMP mas, gimana mau ngerti asuransi, jadi petani aja terpaksa...”. Peneliti juga mendapatkan harapan dari beberapa petani yang diwawancara di Kabupaten Boyolali Kecamatan Ngemplak agar bisa menyampaikan kesejahteraan petani yang hidupnya semakin sulit. Bahkan sudah banyak para petani yang mulai menjual lahan sawahnya. Fakta tersebut seperti yang terungkap oleh para petani di wilayah tersebut.
69
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Baru saja saya jual 1 hektar lahan sawah saya untuk biaya pendidikan anak saya yang baru keterima program diploma di Universitas” cerita Pak Wahyu mengenai kehidupannya sebagai seorang petani. Beliau sangat ingin anaknya melanjutkan pendidikan hingga pendidikan tinggi karena Pak Wahyu dan Istrinya hanya lulus SMP dan SMA.
Dari pengukapan fakta-fakta tersebut maka dapat disimpulkan bahwa para petani di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali yang menjadi responden penelitian tidak ingin mengasuransikan sawahnya dikarenakan para petani tidak percaya terhadap asuransi dapat mengurangi kerugian gagal panen, kehidupan para petani yang belum sejahtera, dan tingkat pendidikan yang tidak tinggi.
D.
Analisis tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian (Logistic Regression).
1. Odds Ratio Tabel 4.12 Hasil Pembentukan Persamaan Logit Parameter koefisien Odd Ratio probabilitas Intercept 1,397958 0.0658 Pendapatan -25,68966 6,96823E-12 1,0000000 0.0595 Usia -0,20494 0,814696197 3,1233654 0.0037 Pendidikan 1,853335 6,381064928 0.0077 Kerugian 1,752421 5,768551447 0.4083 Probabilitas 0,724438 2,063571047 0.5684 Variabel
70
commit to user
Keterangan P < 0,05 P < 0,05 P < 0,05 P < 0,05 P > 0,05 P > 0,05
Interpretasi Signifikan Insignifikan Signifikan Signifikan Insignifikan Insignifikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.12 maka variabel pendapatan, variabel usia,
dan variabel pendidikan signifikan pada tingkat signifikansi
= 5%.
Taksiran persamaan regresi menggunakan metode logit terhadap lima faktor yang diuji (Lampiran III) menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut :
= 139,7958
-25,68966
+1,752421
-0,20494
+ 1,853335
+ 0,724438 .................. (1)
Keterangan : Pi
= Petani percaya terhadap Asuransi Pertanian
1-Pi
= Petani tidak percayaterhadap asuransi Pertanian
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= Intercept
= Tingkat Pendapatan (Log)
= Usia
= Pendidikan
= Kerugian gagal panen
= Persepsi probabilitas petani terhadap gagal panen
i
= error
term
72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persamaaan menunjukan bahwa nilai intercept = 1,397958.
Artinya:
= 1,397958, pada saat semua variabel independen
bernilai 0. Dengan demikian, besaran
atau besarannya
= 0,19. Dengan perkataan
proporsi atau probabilitas
lain, probabilitas bahwa seorang petani dengan karakteristik tersebut tersebut di atas akan percaya pada asuransi pertanian adalah sebesar 0,19.
a. Pendapatan Slope pada variabel pendapatan mempunyai parameter = 25,68966. Hal ini dapat dilihat dari data berikut.
=
-25,68966;
perbandingan
=6,96823E-12.
73
commit to user
resiko
sebesar:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Artinya: kenaikan pendapatan petani sebesar 6,96823E-12 satuan akan mengakibatkan petani percaya terhadap asuransi pertanian sebesar
EXP(C.
atau EXP(6,96823E-12*1,397958) = 1 kali lebih besar
dibandingkan tidak ada kenaikan pendapatan petani.
b. Usia Untuk variabel usia didapat slope sebesar -0,20494, dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
=-0,20494 ; perbandingan resiko sebesar :
=
0,814696197.
Artinya: kenaikan 0,814696197 tahun pada usia responden akan mengakibatkan peningkatkan kemungkinan petani percaya asuransi
pertanian
sebesar
EXP(C.
atau
EXP(0,814696197*1,397958)
3,1233654 kali lebih besar dibandingkan tidak ada kenaikan usia petani.
74
commit to user
=
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pendidikan
Untuk variabel pendidikan didapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
perbandingan resiko sebesar :
slope 1,853335,
dapat
=1,853335 ;
= 6,381064928. Artinya:
peluang responden percaya terhadap asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SD adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SMP adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SMA adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat Diploma adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Dan resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan terakhir tamat sarjana adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD.
d. Kerugian
Untuk
variabel
kerugian
didapat
slope
1,752421,
dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
=1,752421 ; perbandingan resiko sebesar
:
= 5,768551447. Artinya: peluang responden percaya
terhadap asuransi pertanian yang memiliki tingkat kerugian gagal panen yang tinggi adalah sebesar 5,768551447 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang mengalami tingkat kerugian gagal panen rendah.
e. Probabilitas Untuk variabel persepsi probabilitas didapat slope 0,724438, dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
=0,724438 ; perbandingan resiko sebesar
:
= 2,063571047. Artinya: peluang responden percaya asuransi
pertanian yang memiliki persepsi probabilitas terjadi gagal panen tinggi adalah sebesar 2,063571047 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang memiliki persepsi probabilitas tidak terjadi gagal panen.
2. Signifikan Parsial
Tabel 4.13 Hasil Z-Statistic dan Probabilitas
Variabel Intercept Pendapatan Usia Pendidikan Kerugian Probabilitas
Z-Statistic
Parameter Probabilitas Keterangan
Interpretasi
1.839478
0.0658
P < 0,05 Signifikan
-1.884158 -2.901613 2.666527 0.826895 0.570400
0.0595 0.0037 0.0077 0.4083 0.5684
P < 0,05 P < 0,05 P < 0,05 P > 0,05 P > 0,05
Insignifikan Signifikan Signifikan Insignifikan Insignifikan
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil persamaan di atas, nilai Z hitung faktor pendapatan X1 adalah sebesar -1.884158 dengan tingkat probability
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebesar 0.0595, dan secara statistik faktor pendapatan X1 signifikan pada tingkat kepercayan 95%. Hasil regresi, untuk faktor pendapatan X1 mempunyai nilai regresi yang negatif, artinya tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian dan tingkat pendapatan memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka peluang untuk tidak percaya terhadap asuransi pertanian semakin besar begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendapatan petani maka peluang petani untuk percaya terhadap asuransi pertanian semakin besar.
Nilai Z hitung dari faktor usia (X2) adalah sebesar -2.901613 dengan tingkat probability sebesar 0.0037 dan secara statistik faktor usia (X2) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil regresi untuk faktor usia (X2) mempunyai nilai regresi yang negatif, tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian dan usia petani memiliki hubungan yang negatif. Semakin tua usia petani maka semakin tidak percaya terhadap asuransi pertanian begitu juga sebaliknya semakin muda usia petani maka petani akan semakin percaya terhadap asuransi pertanian.
Nilai Z hitung untuk faktor pendidikan (X3) adalah sebesar 2.666527 dengan tingkat probability sebesar 0.0077 dan secara statistik faktor pendidikan (X3) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil regresi untuk faktor pendidikan (X3) mempunyai nilai regresi yang positif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan petani menunjukan adanya
78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peningkatan kepercayaan terhadap asuransi pertanian begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan petani maka menunjukan semakin rendah tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian.
Nilai Z hitung untuk faktor tingkat kerugian (X4) adalah sebesar 0.826895 dengan tingkat probability sebesar 0.4083 dan secara statistik faktor tingkat kerugian (X4) tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil regresi untuk faktor tingkat kerugian (X4) mempunyai nilai regresi yang positif, artinya semakin besar kerugian yang dirasakan petani ketika gagal panen sebelumnya maka semakin tinggi tingkat kepercayaan petani terhadap gagal panen untuk mengurangi kerugian tersebut begitu juga sebaliknya semakin kecil kerugian yang dirasakan petani ketika gagal panen sebelumnya maka menunjukan penurunan kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian.
Nilai Z hitung untuk faktor probabilitas (X5) adalah sebesar 0.570400 dengan tingkat probability sebesar 0.5684 dan secara statistik faktor probabilitas (X 5) tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil regresi untuk faktor probabilitas (X5) mempunai nilai regresi yang positif, artinya semakin besar persepsi petani terhadap probabilitas terjadinya gagal panen maka terjadi peningkatan tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian begitu juga sebaliknya jika persepsi petani terhadap asuransi pertanian semakin kecil maka terjadi penurunan tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. 79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Koefisien Determinasi
Tabel 4.14 Hasil McFadden R-Squared McFadden R-Squared 0.603612 Sumber : Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 4.14 dapat kita lihat nilai McFadden R2 yang diperoleh sebesar 0.603612, hal ini menunjukan bahwa semua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 0.603612 dan sebesar
0,396388
variabel
dependen
dijelaskan
dengan
variabel
independen lainnya di luar model. sehingga model tersebut dapat dikatakan dengan baik. Dalam model logit, untuk melihat goodness-of-fit dari model dapat dilihat dari McFadden R2.
4. Signifikan Serentak Nilai Likelihood ratio (LR) statistik dari persamaan di atas adalah
61,47589 dimana lebih besar dari nilai
menggunakan
2
(11,07050) dengan
(alpha) sebesar 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang
berarti bahwa kelima faktor yang diuji memiliki pengaruh yang nyata secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Uji Asumsi Normalitas Tabel 4.15 Jarque Berra Test of Normality 120
Series : Residuals Sample 1 150 Observations 150
100
Mean Median Maximum Minim um Std. D ev. Skewness Kurto sis
80
60
40
20
1.22e -12 -0.00 9679 0.9830 27 -0.55 9909 0.1834 61 3.6434 91 21.002 09
Jarque -Bera 2357 .3 46 Prob ability 0.0000 00
0 -0.6
-0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa nilai statistik Jarque-Bera (JB) test of normality sebesar 2357,346 dengan nilai sebesar 5.99146. Dengan demikian Ho ditolak karena nilai statistik Jarque-Bera (JB) test of normality lebih besar daripada nilai
.
Kemudian grafik juga tidak mendekati bentuk distribusi normal (bentuk lonceng) dan dari probability Jarque-Bera, diyakini bahwa error yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal dengan tingkat signifikansi 5%.
6. Uji Asumsi Multikolinearitas
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.16 Hasil Z-Statistic, McFadden R-squared, dan LR Statistic Variabel C Pendapatan Usia Pendidikan Kerugian Probabilitas McFadden R-squared LR Statistic
z-Statistic 1.839478 -1.884158 -2.901613 2.666527 0.826895 0.570400 0.603612 61,47589
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari Tabel 4.16 dapat kita lihat bahwa nilai McFadden R-Squared yang tidak terlalu tinggi atau sebesar 0,6 sedangkan nilai LR statistik sebesar 61,47589 dengan nilai Z-Statistic yang sebagian besar bernilai positif. Dengan demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari uji asumsi multikolinearitas atau terbebas dari kondisi model yang memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.
E.
Analisis Penawaran Asuransi Pertanian (Analisis Deskriptif).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Teguh Setiadi, SE, AAAIK selaku Manajer Underwriting PT. Asuransi Jasa Indonesia
82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Persero) Cabang Surakarta, peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai kesiapan perusahan asuransi mengenai penerapan asuransi pertanian di Indonesia, khususnya di wilayah Solo Raya. Sedikitnya terdapat 3 faktor yang harus dipenuhi agar asuransi pertanian dapat diterapkan di Indonesia, antara lain : 1) Resiko bisa diukur secara finansial. 2) Resiko murni tanpa rekayasa. 3) Regulasi.
Faktor pertama adalah resiko bisa diukur secara finansial. Dalam wawancara dengan bapak Teguh, beliau menjelaskan bahwa suatu komoditi atau jasa dapat diasuransikan ketika komoditi atau jasa tersebut dapat diukur secara finansial. Jika berbicara asuransi pertanian misal padi, maka satu bibit itu harus bisa diukur. 1 bibit padi misalnya berapa nilainya kemudian 1 hektar ada berapa tanaman padi, 1 tanaman padi menghasilkan berapa kilo, berapa lama dari bibit hingga tumbuh padi kemudian panen. Juga mungkin dari jenis padinya. Dengan demikian produk asuransi dapat diasuransikan. Kita dapat menilai resiko jika gagal panen secara finansial.
Faktor ke-dua adalah resiko terjadi murni tanpa rekayasa. “Misalkan di jasindo sendiri dalam asuransi kelapa sawit, resiko yang kita jamin jika terbakar saja. Dilihat lagi nanti kebakarannya disebabkan oleh apa, kan bisa tuh kebakarannya direkayasa atau misal ada warga sekitar bakar sampah sembarangan hingga menyebabkan kebakaran sawit. Kalo ada kebaaran seperti ini kita tidak menjamin. Jadi metode penanaman harus menggunakan metode yang mampu menjaga keamanan produk/jasa yang diasuransikan. Maka produknya harus benarbenar aman”
83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian jika dihubungkan dengan produk asuransi di Indonesia maka produk pertanian di Indonesia belum dapat diasuransikan karena metode penanaman yang di Indonesia masing menggunakan metode tradisional sehingga masih rentan terhadap resiko gagal panen.
Faktor ke-tiga adalah regulasi, dalam hal ini pemerintah perlu membuat asuransi yang mampu menciptakan iklim industri asuransi kondusif. Hal ini dikarenakan regulasi mengenai asuransi berpengaruh terhadap iklim industri asuransi. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Teguh Setiadi “Pelaksanaan asuransi sangat bergantung bagi regulasi pemerintah yang berpengaruh terhadap iklim industri asuransi. Di Indonesia belum ada regulasi yang mendorong iklim industri asuransi seperti di beberapa negara. Di Indonesia dengan Rp. 200.000 atau Rp. 300.000 kita sudah bisa mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi) tanpa asuransi jika kita terjadi kecelakaan. Namun di Singapura, orang yang tidak memiliki asuransi maka SIM nya tidak bisa terbit. Hal itu di push oleh Undang-Undang kalau di sini belum. Kalau konteksnya dalam pertanian misalkan tadi benchmark-nya kerugian itu saya yakin pemerintahnya sudah mendorong dengan Undang-Undang untuk mewajibkan mengasuransikan sawahnya. Jadi jika belum diasuransikan maka mereka tidak bisa bercocok tanam.”. Namun jika regulasi tersebut diterapkan di Indonesia khususnya bagi asurasi pertanian maka asuransi pertanian akan sulit diterapkan karena kesejahteraan petani di Indonesia yang masih memprihatinkan. Kesejahteraan petani yang masih memperhatikan dapat dilihat berdasarkan analisis peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian dan dapat dilihat dari
84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
frekuensi tingkat pendapatan responden yang terdapat lebih dari setengah responden memiliki pendapatan di bawah Rp. 1.000.000 per panen. Ini artinya petani akan kesulitan untuk membayar premi.
85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab IV, maka dapat disimpulkan hasil penelitian
sebagai berikut : 1. Hasil analisis deskriptif mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kesedian petani di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Boyolali untuk mengasuransikan sawahnya. Berdasarkan pengamatan dan analisis peneliti, ditemukan bahwa responden penelitian tidak ingin mengasuransikan sawahnya dikarenakan : a. Petani tidak percaya terhadap asuransi pertanian dapat mengurangi kerugian gagal panen. b. Kehidupan para petani yang belum sejahtera, dan c. Tingkat pendidikan yang tidak tinggi. 2. Hasil analisis kuantitatif menggunakan regresi logit mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian ditemukan bahwa variabel pendapatan, variabel usia, variabel pendidikan merupakan variabel yang signifikan terhadap tingkat kepercayaan petani
86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena memiliki probabilita dibawah
(alpha) yang sebesar 5 %.
Sedangkan variabel kerugian dan variabel probabilitas merupakan variabel
yang signifikan karena memiliki tingkat probabilita dibawah
(alpha)
yang sebesar 5 %. Hasil analisis logit juga dapat menghitung tingkat peluang petani untuk percaya dengan asuransi pertanian yang dapat dilihat dari odd ratio. Dengan kenaikan 6,96823E-12 rupiah pada tingkat pendapatan responden akan mengakibatkan risiko terjadinya y = 1
sebesar EXP(C.
atau EXP(6,96823E-12*1,397958) = 1,0000000
kali lebih besar. Kenaikan 0,814696197 tahun pada usia responden
akan mengakibatkan risiko terjadinya y = 1 sebesar EXP(C.
atau
EXP(0,814696197*1,397958) = 3,1233654 kali lebih besar. Peluang responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SD adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SMP adalah sebesar
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat SMA adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat Diploma adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Dan resiko responden percaya asuransi pertanian yang memiliki tingkat pendidikan terakhir tamat sarjana adalah sebesar 6,381064928 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang tidak tamat SD. Peluang responden percaya terhadap asuransi pertanian yang memiliki tingkat kerugian gagal panen yang tinggi adalah sebesar 5,768551447 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang mengalami tingkat kerugian gagal panen yang rendah. Peluang responden percaya terhadap asuransi pertanian yang memiliki persepsi probabilitas terjadi gagal panen tinggi adalah sebesar 0,724438 kali responden percaya asuransi pertanian pada petani yang memiliki persepsi probabilitas tidak terjadi gagal panen. 3. Hasil analisis deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian. Berdasarkan pengamatan dan analisis
88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti terhadap hasil dari wawancara terhadap Manajer Under Writing PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Cabang Surakarta, ditemukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran asuransi pertanian, antara lain : a. Resiko bisa diukur secara finansial b. Resiko murni tanpa rekayasa c. Metode tanam pertanian
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut : 1. Analisis bentuk kesediaan petani untuk mengasuransikan sawahnya. a. Kesejahteraan petani sebaiknya ditingkatkan. Kesejahteraan petani yang rendah
disebabkan
banyak
petani
yang
hanya
mengandalkan
kehidupannya pada sektor pertanian. Hal ini menunjukan pendapatan yang diperoleh oleh petani untuk menghidupi kehidupannya hanya berasal dari keuntungan bertani. Sebaiknya pemerintah harus lebih peduli terhadap kehidupan para petani hal ini sudah menjadi sangat mendesak karena sudah banyak petani yang menjual sawahnya kepada pemilik modal atau pengusaha yang kemudian sawah-sawahnya dijadikan tempat usaha, perumahan, pabrik, dan mall. Dengan demikian sebaiknya pemerintah pusat dan daerah memberikan pendapatan rutin setiap bulan kepada petani. Hal ini bertujuan agar kesejahteraan petani
89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkat sehingga dapat mengurangi keinginan petani untuk menjual sawahnya dan dapat meningkatkan produktivitas serta dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional. Tentu hal ini lebih baik dibandingkan dengan impor produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. b. Tingkat pendidikan petani yang rendah menjadikan salah satu hambatan bagi pelaksanaan asuransi pertanian. Sebaiknya para sarjana di bidang pertanian harus dialokasikan untuk bekerja di sawah sebagai tenaga profesional petani dengan status pegawai negeri. Hal ini bertujuan agar terdapat kombinasi antara petani tradisional dan petani profesional sehingga produktivitas sektor pertanian semakin meningkat karena kehadiran tenaga petani profesional di sawah yang memahami penerapan teknologi di bidang pertanian yang akan memberikan nilai tambah di sektor pertanian. 2. Analisis tingkat kepercayaan petani terhadap asuransi pertanian. a. Sosialisasi asuransi pertanian sebaiknya segera dilaksanakan secara bertahap dan rutin. Sosialisasi asuransi pertanian ini diadakan dengan tujuan agar para petani memahami manfaat berasuransi. Sehingga para petani bisa percaya terhadap asuransi pertanian dapat mengurangi kerugian petani ketika gagal panen. 3. Analisis penawaran asuransi pertanian. a. Petani sasaran; dalam berdasarkan
kategori
arti apakah sasarannya petani skala
90
usaha,
commit to user
partisipasi
dalam
tertentu lembaga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkreditan, status garapan, dan sebagainya. Untuk kasus usaha tani padi lebih layak tidak dilakukan pemilihan berdasarkan kategori tersebut. b. Cakupan asuransi, dalam konteks ini, yang utama adalah kaitannya dengan nilai jaminan dan penentuan kerugian. Faktor – faktor yang diperhitungkan dalam penilaian jaminan dan penentuan kerugian lazimnya dikaitkan dengan peluang terjadinya klaim dan kesanggupan petani membayar premi yang dikaitkan dengan kompensasi yang dinikmati petani dalam menjalankan usahan tani. c. Komunikasi dengan petani, poin ini merupakan poin yang tidak bisa dianggap remeh untuk keberhasilan penerapan asuransi pertanian. Pengembangan sistem komunikasi perlu memperhatikan kelembagaan lokal. Jika pendekatan yang ditempuh adalah kelompok tani maka penguatan kelompok tani merupakan syarat mutlak. Peningkatan kemampuan kelompok tani dalam pencatatan kegiatan usaha tani diperlukan dalam upaya menekan biaya operasional asuransi pertanian.
91
commit to user