ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE 2001-2005
Oleh HUSNUL BUDIMAN H24102042
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK Husnul Budiman H24102042. Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005. Di bawah Bimbingan Pramono D. Fewidarto Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan (laba) yang sebesar-besarnya. Namun secara luas tujuan dari setiap perusahaan adalah memproduksi barang atau jasa dengan biaya se-minimum mungkin, mencapai tingkat penjualan yang maksimum dan berupaya agar perusahaan tetap berada dalam keadaan sehat. Artinya perusahaan berkembang baik atau meningkat kondisi keuangannya. Tujuan tersebut dapat dicapai oleh setiap perusahaan dengan syarat perusahaan tersebut selalu meningkatkan kinerja keuangannya. Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu upaya perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari dan menganalisis laporan keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005) dengan menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont. (2) Mempelajari penilaian kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002. (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005). Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan menggunakan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend; analisis common size statement; analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis, yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas; serta analisis Du Pont. Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan di atas, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan BUMN. Hasil Penelitian menunjukkan perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang cenderung menurun untuk periode lima tahun terakhir (20012005). Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian ekuitas (ROE) hasil analisis Du Pont yang relatif rendah dan menurun. Namun jika dilihat dari standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002, kinerja perusahaan dalam kondisi yang sangat baik dengan perolehan total skor sebesar 95,32 atau sehat dengan nilai AAA. Perbedaan ini menunjukkan bahwa standar penilaian kinerja yang ditetapkan PT. Pupuk Kujang berbeda dengan perusahaan lain pada umumnya. Banyak faktor yang menyebabkan profit perusahaan menurun diantaranya adalah tingginya biaya produksi perusahaan yang hampir 70 persennya adalah gas alam, sehingga sebagian besar keuntungan penjualan terserap dalam komponen biaya ini. Selain itu rendahnya tingkat perputaran aktiva perusahaan menjadi salah satu penyebab turunnya profit perusahaan dari tahun ke tahun.
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE 2001-2005
Oleh HUSNUL BUDIMAN H24102042
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE 2001-2005
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh HUSNUL BUDIMAN H24102042
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ii
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE 2001-2005
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh HUSNUL BUDIMAN H24102042
Menyetujui, Juni 2006
Ir. Pramono D.Fewidarto, MS Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 12 Juni 2006
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 21 Agustus 1984 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Endik Sodikin dan Hj. Sriyanah. Pada tahun 1989 penulis memulai pendidikan di TK. YWKA Cikampek. Setelah itu penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Utara VII. Pada tahun 1996 penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 Cikampek. Lalu pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMUN 1 Cikampek. Dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dalam Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manejemen.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun dengan judul Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Periode 2001-2005. Penulis menyadari bahwa kesuksesan penulis tidak lepas dari dukungan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dari awal penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini selesai. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir. Budi Purwanto, ME serta Ibu Heti Mulyati, STP, MT atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji, dan juga kepada seluruh dosen pengajar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis serta semua staf TU di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2. Pimpinan PT. Pupuk Kujang (Persero) yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian terutama untuk Bapak Kiki Lukmanul Hakim SE. Ak. atas segala bantuan dan informasi yang diberikan kepada penulis. 3. Kedua orang tua serta kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan, motivasi serta doa yang tulus, serta semua saudara-saudara yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan perhatiannya selama ini. 4. Teman-teman seperjuangan di manajemen angkatan ’39 serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan semuanya. Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena penulis sadar bahwa tak ada gading yang tak retak. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan
v
demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2006
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK* RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv KATA PENGANTAR........................................................................................ v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 1.5. Ruang Lingkup.....................................................................................
1 1 3 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2.1. Kinerja Keuangan ................................................................................ 2.2. Laporan Keuangan ............................................................................... 2.2.1. Laporan Neraca ........................................................................ 2.2.2. Laporan Laba-Rugi .................................................................. 2.2.3. Laporan Arus Kas .................................................................... 2.3. Analisis Laporan Keuangan ................................................................. 2.3.1. Analisis Trend .......................................................................... 2.3.2. Analisis Persentase Per-Komponen ......................................... 2.3.3. Analisis Rasio .......................................................................... 2.3.4. Analisis Du Pont ...................................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................................
6 6 6 7 8 9 10 10 11 12 19 21
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran............................................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 3.3. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN... 3.4.2. Analisis Trend .......................................................................... 3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen ......................................... 3.4.4. Analisis Rasio Keuangan ......................................................... 3.4.5. Analisis Du Pont ...................................................................... 3.5. Tahapan Alir Penelitian .......................................................................
23 23 24 24 24 24 25 25 26 28 28
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................... 31 4.1. Profil Perusahaan ................................................................................. 31 4.2. Selintas Sejarah .................................................................................... 31
vii
4.2.1. Visi dan Misi Perusahaan ........................................................ 4.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 4.3. Administrasi Keuangan ....................................................................... 4.4. Pemasaran ........................................................................................... 4.5. Fasilitas Perusahaan ............................................................................ 4.6. Pengembangan .................................................................................... 4.7. Proses Produksi ................................................................................... 4.7.1. Unit-unit Produksi ................................................................... 4.7.2. Pengolahan Air Buangan ........................................................
32 32 33 33 34 35 37 38 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 5.1. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN ............ 5.1.1. Aspek Keuangan ..................................................................... 5.1.2. Aspek Operasional .................................................................. 5.1.3. Aspek Administrasi ................................................................. 5.2. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) ............................................................................................ 5.2.1. Perkembangan Neraca ............................................................. 5.2.2. Perkembangan Laba Rugi ....................................................... 5.3. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) ............................................................................... 5.3.1. Proporsi Neraca ....................................................................... 5.3.2. Proporsi Laba Rugi ................................................................. 5.4. Analisis Rasio Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) ...................... 5.4.1. Analisis Likuiditas .................................................................. 5.4.2. Analisis Solvabilitas ................................................................ 5.4.3. Analisis Profitabilitas .............................................................. 5.4.4. Analisis Aktivitas .................................................................... 5.5. Analisis Du Pont ..........................................................................................
41 41 41 49 50 51 52 54 55 56 57 59 59 60 63 66 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71 6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 71 6.2. Saran .................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74 LAMPIRAN ....................................................................................................... 76
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kerangka Analisis Du Pont........................................................................ Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................................... Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ........................................................ Bagan Struktur Organisasi PT. Pupuk Kujang (Persero) .......................... Diagram Proses Produksi .......................................................................... Perkembangan (trend) Indikator Profitabilitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ............................................ 7. Perkembangan (trend) Indikator Likuiditas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ............................................ 8. Perkembangan (trend) Indikator Aktivitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ............................................ 9. Perkembangan (trend) Indikator Solvabilitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ............................................ 10. Perkembangan (trend) Komponen Likuiditas dalam Laporan Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ...................................... 11. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005......................................................... 12. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ........................................................ 13. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. Pupuk Kujang (Persero) ......................................................... 14. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. Pupuk Kujang (Persero) .......................................................... 15. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Penjualan PT. Pupuk Kujang (Persero) ..................................................... 16. Perkembangan (trend) Rasio Cepat PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ................................................................................... 17. Perkembangan (trend) Rasio Solvabilitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ..................................................................... 18. Perkembangan (trend) Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap PT.Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005........................................ 19. Perkembangan (trend) Rasio Profitabilitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 .................................................................... 20. Perkembangan (trend) Rasio Aktivitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 .................................................................................... 21. Perkembangan (trend) ROE PT. Pupuk Kujang (Persero) dan Komponen Du Pont lainnya berdasarkan analisis Du Pont ...................... 22. Perkembangan Nilai ROE Berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dan ROE Hasil Perhitungan Du Pont ..............
ix
20 24 30 32 38 42 45 46 48 52 53 55 57 57 58 60 61 63 65 67 68 70
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ........................................................................ 2. Tarif Gas Alam, Air dan Rata-rata Kurs Dollar periode 2001-2005 ............ 3. Penilaian Indikator-indikator Aspek Operasional PT. Pupuk Kujang (Persero) periode 2001-2005 ........................................................................ 4. Realisasi Produksi Urea PT. Pupuk Kujang (Persero) 2001-2005 ............... 5. Penilaian Indikator-indikator Aspek Administrasi PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 ........................................................................
x
41 42 49 50 50
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. 2. 3. 4.
Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (2001-2005) ................................................. Neraca PT. Pupuk Kujang (2001-2005) ....................................................... Realisasi Biaya PT. Pupuk Kujang (2001-2005) ......................................... Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP–100/M-BUMN/2002 ................................... 5. Ringkasan Penilaian Kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 .................................................................................................... 6. Analisis Trend Neraca PT. Pupuk Kujang (2001-2005) ............................... 7. Analisis Trend Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (2001-2005) ......................... 8. Analisis Persentase Per-Komponen Neraca PT. Pupuk Kujang (2001-2005)................................................................................................... 9. Analisis Persentase Per-Komponen Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (2001-2005)................................................................................................... 10. Hasil Analisis Rasio Keuangan PT. Pupuk Kujang (2001-2005) .................
xi
74 75 77 78 86 87 88 89 90 91
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE 2001-2005
Oleh HUSNUL BUDIMAN H24102042
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang berpotensi di sektor pertanian. Luasnya lahan pertanian membuat sebagian besar penduduknya banyak yang bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian tersebut bertujuan untuk menghasilkan pangan bagi tiap penduduknya sehingga dapat tercipta suatu ketahanan pangan nasional. Sebab tanpa adanya ketahanan pangan, kemakmuran dan kesejahteraan penduduk tidak akan tercapai. Ketahanan pangan tidak akan tercapai bila tidak adanya komponen yang menunjang keberhasilan dalam sektor pangan ini. Salah satu komponen keberhasilan sektor pangan di Indonesia tidak terlepas dari peran serta produsen pupuk, yang tetap berusaha mensuplai kebutuhan akan pupuk yang terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan. PT. Pupuk Kujang (Persero) merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang industri kimia dasar, yaitu menghasilkan pupuk. Sebagai salah satu produsen pupuk di Indonesia, PT. Pupuk Kujang dituntut untuk mensuplai kebutuhan akan pupuk di Indonesia khususnya di Jawa Barat demi terciptanya ketahanan pangan nasional. Namun kebutuhan akan penyediaan pupuk yang semakin besar tidak diimbangi dengan ketersediaan input produksi pupuk seperti gas. Dengan adanya pabrik baru yakni Kujang 1B, PT. Pupuk Kujang tidak mendapat sulpai gas dari Pertamina sebagai bahan baku utama produksi pupuk untuk pabrik lamanya (Kujang 1A). Apabila pabrik Kujang IA tidak lagi beroperasi, maka untuk mencukupi kebutuhan pasokan pupuk di Jawa Barat, harus didatangkan dari produsen pupuk di luar Jawa. Hal ini tentu akan mengalami banyak kendala diantaranya masalah transportasi. Selain itu, dengan biaya distribusi dari luar Jawa yang cukup tinggi, PT Pupuk Kujang harus mengeluarkan biaya distribusi yang lebih besar dari Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk di pasaran. Tentunya jika hal ini sampai terjadi maka PT. Pupuk Kujang akan mengalami kerugian yang besar. Seperti telah diketahui bahwa keinginan setiap perusahaan ialah memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, memproduksi barang
2
dengan biaya se-minimum mungkin dan mencapai tingkat penjualan yang maksimum. Disamping itu perusahaan berusaha untuk tetap berada dalam keadaan sehat artinya perusahaan dapat berkembang dengan baik atau meningkat kondisi keuangannya. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka PT. Pupuk Kujang dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja keuangannya demi tercapainya kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan yang salah satunya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan sumber dan penggunaan dana atau yang biasa disebut dengan laporan perubahan modal. Laporan-laporan keuangan lainnya yang sifatnya membantu didalam memberikan penjelasan lebih lanjut juga dapat mendukung dalam menilai kinerja keuangan, seperti laporan arus kas, laporan perubahan modal kerja, laporan biaya produksi dan lain sebagainya. Penilaian kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang adalah salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangannya. Untuk menilai sejauh mana baik atau tidaknya kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan suatu indikator sebagai tolok ukur dalam memperbandingkan kondisi keuangan perusahaan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam penilaian tingkat kinerja keuangannya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara RI Nomor 100 tahun 2002 tentang Penilaian
Tingkat
Kesehatan
BUMN
sebagai
pengganti
SK.
Menteri
Pemberdayaan BUMN No. Kep-215/M-BUMN/1999. Melalui laporan keuangan perusahaan, kita dapat mengetahui kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan, agar perusahaan dapat tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan pesaingnya di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas, maka PT. Pupuk Kujang sebagai salah satu produsen pupuk yang besar sangat membutuhkan gambaran mengenai kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangannya.
3
1.2. Perumusan Masalah Berkurangnya pasokan gas yang disuplai dari Pertamina, membuat satu pertanyaan besar mengapa hal ini bisa terjadi, mengingat gas adalah input utama dalam proses produksi pupuk. Apakah PT. Pupuk Kujang sudah tidak mempunyai dana untuk membeli gas dari pertamina demi tersedianya pasokan gas yang cukup untuk proses produksinya. Ataukah tarif gas yang semakin tinggi sedangkan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah sehingga profitabilitas PT. Pupuk Kujang mengalami kerugian sehingga tidak mempunyai cukup dana lagi untuk memasok gas. Pembangunan proyek Kujang 1B yang baru diresmikan tahun 2006, rencananya akan menggantikan pabrik Kujang 1A yang telah beroperasi sejak akhir tahun 1978. Pembangunan proyek Kujang 1B tersebut tentunya tidak menghabiskan dana yang sedikit. Disinilah letak pentingnya sebuah manajemen didalam mengelola dan mengendalikan dana baik yang masuk maupun yang keluar sebagai langkah awal dalam mengantisipasi terjadinya kekosongan dana dalam kas perusahaan. Kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang dapat menggambarkan keberhasilan dari manajemen perusahaan didalam mengelola dan mengendalikan dana baik yang masuk ataupun yang keluar. Kinerja keuangan yang baik, akan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Sebaliknya kinerja keuangan yang buruk, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang buruk pula. Penilaian kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan secara periodik untuk dapat diketahui perkembangannya dari tahun ke tahun. Dengan demikian laporan keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. PT. Pupuk Kujang selalu melakukan penilaian kinerja perusahaan secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang terlihat dalam laporan keuangannya mengenai penilaian tingkat kesehatan BUMN berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.
4
Suatu laporan keuangan tidak dapat memberikan informasi apapun sebelum kita menganalisis dan menginterpretasikannya terlebih dahulu. Setelah kita menganalisis dan menginterpretasikan suatu laporan keuangan, barulah laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di dalam maupun di luar perusahaan. Berbagai alat analisis atau metode dapat digunakan, diantaranya analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis Du Pont, dan lain-lain. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah khususnya kementerian BUMN dan PT. Pupuk Kujang sendiri untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian upaya tersebut maka perlu dilakukan analisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini perlu diketahui berbagai permasalahan yang menyangkut: 1. Kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005) berdasarkan analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont ? 2. Konfirmasi terhadap penilaian kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 ? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005) ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mempelajari dan menganalisis laporan keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005) dengan menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont. 2. Mempelajari penilaian kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir (2001-2005).
5
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, antara lain : 1. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam penyusunan strategi. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan mengenai perkembangan kondisi keuangan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi (masukan) dalam merumuskan berbagai kebijakan pembinaan BUMN yang lebih baik di masa mendatang. 3. Bagi Penulis Melalui penelitian ini penulis diharapkan mampu mengimplementasikan teori atau ilmu khususnya teori manajemen keuangan yang telah diperoleh penulis di bangku perkuliahan. 1.5. Ruang Lingkup Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya yang sifatnya membantu dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), serta analisis Du Pont. Dalam penelitian ini digunakan juga berupa bahan acuan analisis laporan keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya bedasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1993). Kinerja perusahaan perlu dinyatakan dalam tolak ukur yang spesifik, dianalisis dan diinterpretasikan ke dalam kriteria-kriteria relevan dalam upaya menerjemahkan faktor-faktor keberhasilan ke dalam kriteria prestasi yang dapat diukur (Glueck, 1993 dalam Irwan). Menurut Husein Umar (2003), kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan. Analisis kinerja perusahaan dari sisi keuangan dapat ditelusuri dari berbagai sisi, salah satunya melalui laporan keuangan perusahaan. 2.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002). Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (Sawir, 2005), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
7
2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan (Munawir, 2002). 2.2.1. Laporan Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Munawir, 2002). Sedangkan menurut Harahap (2002) neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu tanggal tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan di tentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender. Laporan neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva, hutang dan modal (Munawir, 2002). Aktiva merupakan kekayaan perusahaan baik yang berwujud (Tangible Assets) maupun yang tidak berwujud (Intangible Assets). Aktiva dibagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap (Mulyadi, 1993). Aktiva lancar mencakup uang kas, dana di bank, piutang dagang, persediaan dan aktiva lain yang dapat direalisir menjadi uang tunai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Aktiva tetap merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang berwujud dan dipergunakan dalam operasi yang bersifat permanen serta tidak habis digunakan dalam satu periode. Aktiva ini memiliki umur kegunaan yang akan susut nilainya selama waktu penggunaan. Sedangkan yang dimaksud aktiva lain-
8
lain adalah kekayaan atau aktiva yang belum atau tidak dapat dimasukan dalam klasifikasi sebelumnya (Mulyadi, 1993). Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun (Munawir, 2002). Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya (Munawir, 2002). 2.2.2. Laporan Rugi Laba Laporan rugi laba adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2002). Menurut Agnes Sawir (2005), laporan rugi laba biasanya disusun dengan dua pendekatan, yakni pendekatan Kontribusi dan pendekatan Fungsional. Pendekatan Kontribusi membagi biaya-biaya ke dalam dua sifat pokok, yakni biaya variabel dan biaya tetap. Sedangkan laporan rugi laba yang disusun dengan pendekatan fungsional memberikan informasi mengenai biayabiaya yang dikeluarkan oleh setiap fungsi utama dalam perusahaan (fungsi produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan umum, serta keuangan). Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu
berdasarkan
konsep
perbandingan
(matching
concept)
yakni
memperbandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut (Niswonger, et al., 1999).
9
Laporan laba rugi pada dasarnya merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan (Keown, et al., 2001), yaitu: 1. Menjual produk atau jasa. 2. Beban produksi atau usaha untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual. 3. Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrasi operasional. 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya; bunga yang dibayarkan kepada kreditur dan pembayaran deviden kepada pemegang saham. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut (Munawir, 2002) : 1. Bagian pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dan jasa) diikuti dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil, sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 2.2.3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar mengenai penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun (Niswonger, et al., 1999). Laporan arus kas terdiri dari tiga kelompok utama : (1) arus kas operasional, (2) investasi yang dilakukan perusahaan, serta (3) transaksi pendanaan, seperti pengeluaran saham, peminjaman serta pembayaran kembali kewajiban (Keown, et al., 2001). Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang
10
akan datang. Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi (Harahap, 2002). Menurut Harahap (2002) laporan arus kas dapat digunakan untuk : 1. Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus keluar perusahaan pada masa lalu. 2. Menilai kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar deviden. 3. Menyajikan informasi bagi investor, kreditur, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. 5. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. 6. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. 2.3. Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Ada dua metode analisa yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan (Munawir, 2002) yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal atau yang biasa disebut dengan analisis trend adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga diketahui perkembangannya. Sedangkan analisa vertikal adalah metode analisis yang menganalisis laporan keuangan untuk satu periode saja, yaitu dengan
11
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan yang sama. 2.3.1. Analisis Trend Analisis trend atau analisis horizontal adalah suatu analisis yang memperbandingkan laporan keuangan perusahaan seperti neraca dan laporan labarugi untuk beberapa tahun terakhir (Munawir, 2002). Dalam menganalisis laporan keuangan dengan metode analisis trend, dibutuhkan satu tahun yang dapat dijadikan sebagai tahun dasar. Setiap pos dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba-rugi dalam tahun dasar akan diberi nilai 100. Selanjutnya setiap pos dalam periode yang diperbandingkan akan dibagi dengan pos yang sama dalam laporan keuangan di tahun dasar dan dikalikan 100 persen untuk melihat nilai persentase kenaikan ataupun penurunan dari setiap pos tersebut. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rxt =
Px t x 100% ....................................................................................... 1) Px o
Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.3.2. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement) Analisis persentase per komponen (common-size statement) atau analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan dengan cara menghitung proporsi dari pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, untuk melihat proporsi dari pos-pos tersebut terhadap suatu pos yang dibandingkan dalam laporan keuangan (Munawir, 2002). Pos dalam laporan keuangan yang akan diperbandingkan dibagi dengan nilai pos yang dijadikan sebagai pos dasar dalam laporan keuangan di tahun yang sama dan dikalikan 100 persen.
12
Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Ryt =
Py t x 100% ....................................................................................... 2) Pyo
Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Pyo = pos dasar sebagai pembanding 2.3.3. Analisis Rasio
Menurut Sawir (2005), untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, diperlukan tolok ukur berupa rasio atau indeks yang menghubungkan antara data yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kinerja keuangan dan prestasi perusahaan. Rasio keuangan dapat membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan (Keown, et al., 2001). Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti yakni pertama, dapat meneliti rasio antar waktu untuk mengetahui arah pergerakannya; kedua, dapat memperbandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas (Munawir, 2002). Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. a. Analisis Likuiditas
Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo (Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk
13
menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal, membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan dan memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar
yang
tinggi
menunjukkan
ketidakmampuan
perusahaan
dalam
mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005). Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar .................................................................... 3) Hutang Lancar
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio Cepat =
Aktiva Lancar - Persediaan ................................................. 4) Hutang Lancar
14
3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya (Munawir, 2002). Rasio ini membandingkan aktiva lancar yang sangat liquid (mudah dicairkan atau diuangkan) yakni uang kas dan surat berharga dengan hutang lancar. Rasio kas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Kas =
Kas + Surat Berharga ............................................................ 5) Hutang Lancar
b. Analisis Solvabilitas
Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 2002). Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002). 1. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005). Rasio hutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Hutang =
Total Hutang ..................................................................... 6) Total Aktiva
2. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio hutang terhadap ekuitas dapat dirumuskan:
15
Rasio Hutang terhadap Ekuitas =
Total Hutang ......................................... 7) Total Ekuitas
3. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan aktiva, dan juga merupakan jaminan terhadap hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Hutang Jgk. Panjang thd Ekuitas =
Hutang Jgk. Panjang .................. 8) Total Ekuitas
4. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2001): Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva =
Ekuitas ................................... 9) Total Aktiva
5. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan (Munawir, 2002). Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-waktu pembayaran hutang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap =
Ekuitas ................................ 10) Aktiva Tetap
16
c. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam periode tertentu. Profitabilitas perusahaan diukur dari kemampuannya dalam menggunakan aktiva secara produktif. Dengan demikian profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang sama (Munawir, 2002). Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah: 1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio marjin laba kotor merupakan rasio antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Kotor =
Penjualan - Harga Pokok Penjualan ..............11) Penjualan
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio marjin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2002). Rasio marjin laba bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih =
Laba Bersih .................................................. 12) Penjualan
3. Rasio Operasi (Operating Ratio) Rasio operasi merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan ditambah dengan biaya operasi terhadap hasil penjualan bersih. Rasio ini
17
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba dimana rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi yang kurang baik (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Operasi =
HPP + Biaya Operasi ...................................................... 13) Penjualan
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) =
Laba Bersih .................... 14) Ekuitas
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Selain itu rasio ini juga mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (Munawir, 2002). Manajemen dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) =
Laba Bersih ...................... 15) Total Aktiva
d. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan asset untuk memperoleh
18
keuntungan (profit) dari penjualan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut; 1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan dan memperoleh laba (profit) (Riyanto, 2001). Nilai rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat dilakukan untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva =
Penjualan ........................................... 16) Total Aktiva
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap =
Penjualan ......................................... 17) Aktiva Tetap
3. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menagih atau mengumpulkan piutangnya. Semakin lama waktu pengumpulan piutang (penagihan), maka semakin besar resiko piutang tersebut menjadi tak tertagih (Riyanto, 2001). Periode pengumpulan piutang dapat dirumuskan sebagai berikut : Periode Pengumpulan Piutang =
Piutang x 360 ..................................... 18) Penjualan
19
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio) Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Persediaan =
Penjualan ................................................ 19) Persediaan
5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Piutang =
Penjualan ...................................................... 20) Piutang
2.3.4. Analisis Du Pont
Analisis ini merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya (Keown, et al. 2001). Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah (Keown, et al. 2001) : 1. Untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan. 2. Untuk melihat efektivitas pengelolaan sumber daya guna memaksimalkan tingkat pengembalian para pemilik saham. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit marjin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI) (Sawir, 2005). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
20
ROA = Marjin Laba Bersih x Perputaran Total aktiva ............................. 21) ROA harus dibagi dengan pengurangan satu dengan rasio hutang terhadap total aktiva untuk mendapatkan ROE. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = ROA : (1- rasio hutang terhadap total aktiva) .............................. 22) Tingkat Pengembalian Ekuitas
Pengembalian Aktiva
Marjin Laba Bersih
Laba Bersih
dibagi
Penjualan
dikali
dibagi
⎡ Total Hutang ⎤ 1− ⎢ ⎥ ⎣ Total Aktiva ⎦
Perputaran Total Aktiva
Penjualan
Penjualan
Aktiva Lancar
dibagi
Aktiva Tetap
Total Aktiva
Aktiva Lain
dikurangi Total Beban
Kas dan Surat Berharga
Beban Pokok Penjualan Beban Operasi Tunai Depresiasi
Piutang Dagang Persediaan Aktiva Lancar Lain
Beban Bunga Beban Pajak Gambar 1. Kerangka Analisis Du Pont (Keown, et al., 2001)
21
2.4. Penelitian Terdahulu
Irwan, tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul Kinerja Keuangan PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan dari
penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari tingkat rentabilitas, solvabilitas,
likuiditas,
dan
aktivitas;
menganalisa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio yang terdiri dari
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang efisien. Sedangkan faktor eksternal yang bersifat sementara dan tidak bisa dikontrol perusahaan. Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui
perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis kinerja keuangan perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitiannya anatara lain analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont.
Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup baik. Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta. Tujuan
yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasi-BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan
22
alat analisis berupa analisis trend, persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya didalam usahanya yang tercermin dalam laporan keuangan. Selain itu kinerja keuangan juga mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan keuangannya. Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara melakukan interpretasi
atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga
laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dianalisis melalui analisis laporan keuangan biasa, diantaranya analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, dan aktivitas) serta analisis Du Pont. Juga analisis laporan keuangan yang berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan. Hasil analisis laporan keuangan tersebut menggambarkan perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) untuk periode lima tahun terakhir (2001-2005) dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.
24
Kebijakan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero)
Pelaksanaan Kebijakan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero)
Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN (SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002)
-
Analisis Keuangan; Analisis Trend Analisis Vertikal Analisis Rasio Analisis Du Pont
Aspek Keuangan Aspek Operasional Aspek Administrasi
Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002
Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Pupuk Kujang (persero) Periode 2001-2005
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2006 di PT. Pupuk Kujang (Persero) yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 39 Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini ada dua bentuk, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui konfirmasi dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005), laporan laba-rugi kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005), profil perusahaan serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah diolah pada instansi-instansi terkait, serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing) dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dilakukan dengan menggunakan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend; analisis common size statement; analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis, yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas; serta analisis Du Pont. Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan biasa, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan BUMN dalam aspek keuangan.
26
Pembahasan dilakukan dengan membagi periode analisis ke dalam dua tahapan, yaitu tahapan sebelum dimulainya persiapan dan pelaksanaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B (2001-2002), serta tahapan dimulainya persiapan dan pelaksanaan proyek Pupuk Kujang 1B (2003-2005). 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN
Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan Kementerian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi
penilaian terhadap tiga aspek, yaitu
aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 4. Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: a. Sehat, yang terdiri dari : AAA apabila total skor (TS) > 95 AA
apabila 80
A
apabila 65
b. Kurang Sehat, yang terdiri dari : BBB apabila 50
apabila 40
B
apabila 30
c. Tidak Sehat, yang terdiri dari : CCC apabila 20
apabila 10
C
apabila TS<=10 Data sekunder (terutama data mengenai penilaian aspek operasional dan
aspek administrasi) yang digunakan untuk menilai kinerja PT. Pupuk Kujang
27
(Persero) ini merupakan data yang sudah tersedia di perusahaan dan tanpa dilakukan perhitungan sendiri (data diasumsikan sebagai data yang sudah diaudit oleh pihak perusahaan). 3.4.2. Analisis Trend
Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perkembangan kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke-tahun. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dari tahun ke-tahun dapat diketahui kecenderungan ataupun trend dari hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan, apakah tetap, meningkat atau menurun (Munawir, 2002) 3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement)
Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke-tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau dengan total penjualan (Munawir, 2002). Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan total penjualannya. 3.4.4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio (Sawir, 2005). Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas. Analisis Likuiditas, yang terdiri atas;
1. Rasio Lancar (Current Ratio) 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
28
2. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) 3. Rasio Hutang Jangka Panjang thdp Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) 4. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) 5. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio) Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) 3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio) 4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity) 5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment) Analisis Aktivitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) 2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) 3. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period) 4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio) 5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio) 3.4.5. Analisis Du Pont
Metode analisis Du Pont digunakan untuk menunjukkan bagaimana tingkat profitabilitas dari setiap aktiva yang dimiliki perusahaan serta mengetahui tingkat pengembalian ekuitas para pemegang saham biasa. Tingkat pengembalian ekuitas dapat dihitung dengan cara membagi tingkat pengembalian aktiva (hasil perkalian rasio perputaran aktiva dengan marjin laba bersih) dengan 1 dikurangi rasio hutang terhadap total aktiva. 3.5. Tahapan Alir Penelitian
Kegiatan penelitian dimulai dengan menentukan desain penelitian yang terdiri dari menentukan tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan metode penelitian. Setelah menentukan bentuk desain penelitian, selanjutnya ditentukan teknik pengumpulan data dan cara pengolahan data serta analisis data yang telah dikumpulkan melalui studi pustaka.
29
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari objek penelitian dalam hal ini PT. Pupuk Kujang (Persero) berupa laporan keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) yang terdiri dari laporan neraca periode (2001-2005), laporan laba rugi periode (2001-2005), data gambaran umum mengenai PT. Pupuk Kujang (Persero), serta literatur-literatur perusahaan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan metode pengolahan dan analisis data yaitu dengan menggunakan metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas) serta analisis Du Pont. Data yang telah dikumpulkan (melalui proses editing) dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, kemudian dihitung dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan yaitu trend, persentase per-komponen, rasio, serta Du Pont. Setelah dilakukan perhitungan terhadap data selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan tadi dalam menilai kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang periode 2001-2005. Interpretasi dilakukan dengan mengacu kepada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang digunakan sebagai standar penilaian kinerja perusahaan untuk diperoleh gambaran mengenai perkembangan kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) periode 2001-2005.
30
Tujuan Penelitian Penentuan Desain Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian Metode Penelitian
Studi Pustaka
-
-
Penentuan Teknik Pengumpulan data
Penentuan Cara Pengolahan dan Analisis data
Pengumpulan Data Laporan keuangan PT. Pupuk Kujang Periode 2001-2005 Data Gambaran Umum PT. Pupuk Kujang
Metode Pengolahan Data & Analisis Data Analisis Trend Analisis Persentase PerKomponen Analisis Rasio Keuangan Analisis Du Pont
Tidak
-
Ya OK
Tabulasi Data yang diperoleh
-
Perhitungan Perhitungan Trend Perhitungan Persentase Per-komponen Perhitungan Rasio Perhitungan Du Pont
Tidak OK Standar Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN Berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dalam Aspek Keuangan
Ya Interpretasi (Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan)
Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Pupuk Kujang (Persero) Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
31
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan
: PT. Pupuk Kujang (Persero)
Alamat Kantor
: 1. Pusat: Jl. Jenderal A. Yani No. 39 Cikampek 41373,
Jawa
Barat-Indonesia
PO.
BOX
4
Cikampek. 2. Jakarta: Gedung Umawar Lantai II dan III. Jl. Kapten P. Tendean Kav. 28 Jakarta Selatan 12710 Indonesia, PO BOX 1371 Jakarta. Alamat Pabrik
: Jl. Jenderal A. Yani No. 39 Cikampek 41373, Jawa Barat-Indonesia PO. BOX 4 Cikampek
Jenis Industri
: Industri pupuk dan petrokimia
Kapasitas Produksi
: 570.000 Ton/Tahun
4.1. Selintas Sejarah
Tahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Pertanian di dalam usaha Swasembada Pangan. Demi suksesnya program pemerintah ini maka kebutuhan akan pupuk mutlak harus dipenuhi mengingat produksi PUSRI 1 (Pupuk Sriwidjaya) waktu itu diperkirakan tidak akan mencukupi. Menyusul ditemukannya beberapa sumber gas alam di bagian Utara Jawa Barat, muncullah gagasan untuk membangun pabrik urea di Jawa Barat. PT. Pupuk Kujang sebagai sebuah BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian lahir pada tanggal 9 Juni 1975, mengemban tugas untuk membangun pabrik urea di desa Dawuan, Cikampek, Jawa Barat. Bulan Juli 1976, pembangunan pabrik mulai dilakukan dengan kontraktor utama Kellogg Overseas Corporation (USA) dan Toyo Engineering Corp (Japan) sebagai kontraktor pabrik urea. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada tanggal 7 November 1978 pabrik sudah mulai berproduksi dengan kapasitas 570.000 ton/tahun dan ini terjadi 3 (tiga) bulan lebih awal dari jadwal. Dan pada tanggal 12 Desember 1978, Presiden Soeharto berkenan meresmikan pembukaan pabrik dan 1 April 1979, PT. Pupuk Kujang mulai dengan operasi komersial.
32
4.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan menjadi perusahaan dibidang industri pupuk dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di pasar global. Sedangkan misi perusahaaan yaitu : Menciptakan laba yang memadai dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, khususnya bidang pertanian serta memperhatikan pemegang kepentingan lainnya, membangun Industri petrokimia nasional berbasis gas alam dan berwawasan lingkungan dan melakukan tanggung jawab sosial melalui kemitraan mutualistis. 4.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi PT. Pupuk Kujang (Persero) Keterangan:
1. Satuan Pengawasan Intern
8. Biro Material
2. Biro Pembinaan Pengusaha Kecil
9. Bagian Ekologi
& Koperasi
10. Divisi Produksi
3. Biro Hukum & Tata Usaha
11. Divisi Pemeliharaan
4. Biro Adm. Perusahaan Patungan
12. Biro Sistem Manajemen
5. Hubungan Masyarakat
13. Biro Pengadaan
6. Biro Pengawasan Proses
14. Biro Pengembangan
7. Biro Inspeksi & Pengawasan
15. Divisi Konstruksi
33
16. Biro Rancang Bangun
23. Biro Akuntansi
17. Divisi Industri Peralatan Pabrik
24. Biro Teknologi Informasi
18. Divisi Jasa Pelayanan Pabrik
25. Biro Ketenagakerjaan
19. Divisi Pemasaran
26. Biro Pendidikan & Latihan Biro
20. Kantor Pupuk Kujang Jakarta 21. Biro Anggaran
Pengamanan 27. Biro Kesehatan Biro Umum
22. Biro Keuangan Sumber : Biro Ketenagakerjaan PT. Pupuk Kujang (Persero), tahun 2005 4. 3. Administrasi Keuangan
Laporan keuangan perusahaan sebagai bahan untuk penilaian hasil kegiatan usaha selalu dapat diterbitkan baik secara bulanan (paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya) maupun tahunan. Demikian pula dengan Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya PT. Pupuk Kujang yang merupakan pedoman bagi kegiatan operasional perusahaan selalu tepat disampaikan kepada pemegang saham dan kuasa pemegang saham tiga bulan sebelum kegiatan perusahaan tahun yang akan berjalan. Hal ini semua berkat penyempurnaan tata kerja dan peningkatan kualitas pelaksanaan serta adanya dukungan fasilitas komputer yang dimiliki PT. Pupuk Kujang sudah mulai berperan. Penataan prosedur yang cepat dan aman terus ditingkatkan baik melalui pengawasan aktif oleh Satuan Pengawasan Intern maupun pengawasan melekat (Built in Control) dalam rangka meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. 4.4. Pemasaran
Penyaluran Pupuk Urea Kujang selain dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja (Pusri), juga dilakukan oleh 5 (lima) distributor yang ditunjuk oleh PT. Pupuk Kujang (PT. Pertani, PT. Hurip Utama, PT. Selini, PT. Cipta Niaga dan PT. Muara Teguh Perkasa) dengan daerah pemasarannya ditentukan di Jawa Barat. Dalam rangka mensukseskan Panca Usaha Pertanian, PT. Pupuk Kujang telah melakukan penyuluhan mengenai cara pemakaian pupuk kepada para petani demikian juga telah dilakukan Demonstrasi Pertanian meliputi Tanaman Padi
34
Palawija, Hortikultura dan Lain-lain. Tujuannya adalah untuk ikut serta memberikan contoh kepada para petani tentang bercocok tanam yang baik sehingga produksi per satuan luas dan per satuan waktu bisa lebih ditingkatkan. 4.5. Fasilitas Perusahaan 4.5.1. Perumahan
Bagi karyawan disediakan fasilitas perumahan dinas sesuai dengan tingkat jabatannya. Disamping itu kepada para karyawan lainnya juga disediakan Kredit Pemilikan Rumah dari Bank Tabungan Negara (KPR-BTN) yang pembayaran uang mukanya mendapat bantuan dari perusahaan. 4.5.2. Balai Kesehatan
Didukung oleh tenaga medis yang tersedia serta beberapa dokter spesialis, Balai Kesehatan PT. Pupuk Kujang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi para karyawan dan keluarganya. 4.5.3. Sarana Olahraga
Sarana olahraga yang ada yakni lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan bola voli, lapangan basket, kolam renang, lapangan golf dan lain-lain. Kegiatan olah raga ini dikelola oleh masing-masing cabang dari olah raga tersebut. 4.5.4. Sarana Pendidikan
Perusahaan telah mendirikan sarana pendidikan untuk tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama. Sarana pendidikan pada tingkat ini disediakan bagi putra-putri karyawan dan juga terbuka bagi anak-anak didik yang berasal dari daerah sekitar kawasan pabrik. 4.5.5. Mesjid
Mesjid Nahrul Hayat yang dibangun di tengah kompleks perumahan dinas perusahaan mampu menampung sekitar 1000 orang jemaah. Mesijd ini dimanfaatkan oleh para karyawan dan masyarakat sekitar pabrik.
35
4.6. Pengembangan (Development)
PT. Pupuk Kujang telah melakukan pembangunan beberapa unit produksi dalam rangka usaha pengembangannya. Usaha ini dilaksanakan untuk menunjang program pemerintah antara lain menumbuhkan usaha keterkaitan industri dan meningkatkan ekspor hasil industri atau mensubsitusi produk impor. 4.6.1. Asam Formiat
Bahan ini berguna untuk industri karet dan tekstil. Bahan baku yang digunakan adalah Karbon Dioksida yang diambil dari unit Amonia dan kapasitas produksi 11.000 MT/tahun. Pabrik ini dibangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dan dikelola oleh PT. Sintas Kurama Perdana, yang merupakan salah satu perusahaan patungan PT. Pupuk Kujang. 4.6.2. Amonium Nitrat
Bahan ini digunakan sebagian besar untuk bahan baku peledak. Bahan baku pembuatan Amonium Nitrat adalah Ammonia dan Asam Nitrat, dimana Asam Nitrat sendiri diperoleh dari reaksi Ammonia, Udara dan Air. Kapasitas produksi pabrik Asam Nitrat 49.510 ton/tahun dan pabrik Amonium Nitrat 32.520 ton/tahun. Pabrik ini dibangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dan dikelola oleh PT. Multi Nitrotama Kimia, salah satu perusahaan patungan PT. Pupuk Kujang. 4.6.3. Hidrogen Peroksida
Bahan ini sangat berguna untuk Industri Kertas dan Tekstil. Bahan baku yang digunakan adalah Gas Hidrogen yang diperoleh dari pemurnian Gas Buangan dari Hidrogen Recovery unit Pabrik Amonia. Pabrik ini di bangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dan pengelolaannya dilakukan oleh PT. Peroksida Indonesia Pratama. Kapasitas produksi 10.500 Ton/tahun H2O2 dengan konsentrasi 50%.
36
4.6.4. Katalis
Katalis sangat diperlukan bagi industri pupuk dan pengolahan minyak bumi. Pabrik ini dibangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dengan kapasitas produksi 1.100 MT/ tahun. Pengelola pabrik ini adalah PT. Kujang Sud Chemi Catalysts yaitu sebuah perusahaan patungan PT. Pupuk Kujang. 4.6.5. Kemasan
Pabrik ini memproduksi Jerry Can yang diperlukan untuk pengemasan bahan-bahan seperti Asam Formiat, Asam Nitrat, Hidrogen Peroksida dan Lainlain. Pabrik ini dibangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dan pengelolaanya oleh PT. Megayaku Kemasan Perdana, dengan kapasitas produksi 640.000 buah/tahun. 4.6.6. Kawasan Industri
PT. Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) adalah anak perusahaan PT. Pupuk Kujang yang telah berdiri sejak tahun 1990 untuk mengelola kawasan industri di komplek PT. Pupuk Kujang Cikampek dengan luas area 140 Ha. KIKC juga menyediakan jasa yang diperlukan untuk memperoleh semua perijinan pendirian pabrik, impor bahan baku dan ekspor produk. 4.6.8. Unit Pelayanan Industri
Merupakan unit kerja yang terdiri dari beberapa tenaga ahli dalam bidangnya masing-masing guna melayani setiap permintaan jasa dalam bidang : Operasi dan Pemeliharaan Pabrik, Rancang Bangun dan Perekayasaan Konstruksi, Laboratorium, Inspeksi dan Keselamatan Kerja. Beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan jasa pelayanan industri PT. Pupuk Kujang antara lain pabrik-pabrik Pupuk, Pabrik Rayon, Pabrik Tekstil, Pabrik Polyethylene dan lain-lain.
37
4.6.9. Industri Peralatan Pabrik
PT. Pupuk Kujang telah mengembangkan industri peralatan pabrik untuk fabrikasi peralatan pabrik bagi keperluan industri pupuk dan industri kimia lainnya. Kapasitas produksi 500 ton/tahun. 4.6.10. Pupuk Kujang 1B
Proyek ini bertujuan untuk membangun pabrik amonia/urea sebagai pengganti dari pabrik amonia/urea yang ada yang telah beroperasi sejak akhir tahun 1978. Kapasitas pabrik sama seperti pabrik yang ada yaitu amonia : 330.000 ton/tahun dan pabrik urea 570.000 ton/tahun. Proses yang akan digunakan adalah proses hemat energi. Pabrik ini direncanakan mulai beroperasi tahun 2005. 4.6.11. Pusdiklat Industri
Kegiatan Pusdiklat Industri PT. Pupuk Kujang dikembangkan dan di dukung oleh tenaga ahli dan berpengalaman dalam bidang operasi dan pemeliharaan pabrik, rancang bangun dan manajemen konstruksi. Seluruh kegiatan pusdiklat industri ini selalu diperuntukkan bagi kepentingan intern PT. Pupuk Kujang sendiri guna menambah pengetahuan dan wawasan, juga disediakan untuk memenuhi permintaan dari luar. Perusahaan-perusahaan yang telah memanfaatkan jasa diklat industri ini antara lain Industri Pupuk, Pengelolaan Minyak PERTAMINA dan PT. Petrokimia Nusantara Interindo. 4.7. Proses Produksi
Bahan Baku utama dalam proses produksi urea adalah Gas Alam, Air dan Udara. Ketiga bahan baku tersebut diolah untuk menghasilkan Nitrogen (N2), Hidrogen (H2) dan Karbon Dioksida (CO2). Amonia dibentuk atas dasar reaksi gas Nitrogen dan Hidrogen.
38
Water Air Natural Gas Nitrogen
Gas Syntheses Unit
Hydrogen
Ammonia Syntheses Unit
Ammonia
Urea Syntheses Unit
Carbon Dioxide
Prilling Tower Polyprophelene Polyethelene
Bag Making Plant
Urea Prills
Bagging Unit
Gambar 5. Diagram Proses Produksi Urea
Tahap
selanjutnya
Amonia
dan
Karbon
Dioksida
dilanjutkan
pengolahannya ke Unit Urea untuk memperoleh urea butiran dengan diameter 1-2 mm. Pabrik Amonia dirancang oleh Kellogg Overseas Corp. dari Amerika Serikat sedangkan proses pembuatan ureanya oleh Toyo Engineering Corp. dari Jepang. 4.7.1. Unit-unit Produksi a. Unit Pembangkit Listrik
Satu unit Gas Turbine Generator Kapasitas 15 MW. Tiga unit Diesel Stanby Generator kapasitas 750 KW/unit. Dan satu unit Diesel Emergency generator kapasitas 375 KW. b. Unit Penjernihan Air
Air pendingin, kapasitas 5.734 m3/jam. Air minum, kapasitas 75 m3/jam. Air pemadam kebakaran. Air bebas mineral untuk umpan ketel Unit Pembangkit Uap kapasitas 180 ton/jam. c. Unit Pembangkit Uap
Satu unit Waste Heat Boiler kapasitas 97 ton/jam. Dua unit Package Boiler kapasitas 100 ton/jam/unit.
39
d. Unit Pemisahan Udara
Menghasilkan Nitrogen dengan kapasitas 260 Nm3/jam. e. Unit Amonia
Unit ini menghasilkan Amonia dengan kapasitas terpasang 1.000 MT/hari atau 330.000 MT/tahun dan disamping itu menghasilkan Karbon Dioksida dan Nitrogen. f. Unit Urea
Amonia dan Karbon Dioksida yang diperoleh dari unit amonia kemudian diproses di Unit Urea yang menghasilkan butiran urea dengan kapasitas terpasang 1.725 MT/hari atau 570.000 MT/tahun. g. Unit Pengantongan
Urea butiran yang dihasilkan Unit Urea disalurkan ke Unit Pengantongan melalui Belt Conveyor. Di sini urea butiran dikemas dalam karung plastik dengan berat masing-masing 50 kg untuk kemudian dipasarkan. h. Penyediaan Air Baku
Penyediaan air baku pabrik telah dibangun Stasiun Pompa Air, yakni di daerah Parungkadali, Bendung Curug dan di Cikao sebelah hilir Jatiluhur. Untuk mengatasi masalah kekurangan air telah dibuat 8 kolam penampungan air yang bertemapt disekitar kawasan pabrik. Jumlah air yang dibutuhkan adalah 9.000 m3/jam. i. Penyediaan Gas Alam
Penyediaan gas alam ini, Pertamina mengambil dari tiga buah sumbernya, yaitu di Offshore : Arco dan L. Parigi di lepas pantai Cilamaya sekitar 70 km dari kawasan pabrik dan sumber gas alam di Mundu kabupaten Indramayu. Dalam penyediaan gas alam ini telah dipasang pipa bawah tanah sepanjang 114 km, sedangkan Stasiun Meterannya dibangun di sekitar kawasan pabrik. Jumlah gas alam yang diperlukan 60 MMSCF/hari.
40
j. Industri Peralatan Pabrik
PT. Pupuk Kujang telah mengembangkan Industri Peralatan Pabrik untuk fabrikasi peralatan pabrik bagi keperluan industri pupuk dan industri kimia lainnya. Kapasitas produksi 500 ton/tahun. 4.7.2. Pengolahan Air Buangan
Menghindari masalah pencemaran lingkungan terutama yang disebabkan oleh air buangan pabrik, PT. Pupuk Kujang telah dilengkapi dengan unit-unit pengelolaan air buangan antara lain: a. Unit Pemisah Amonia
PT. Pupuk Kujang dengan kemampuan sendiri telah merancang dan membangun unit ini yang fungsinya adalah memisahkan amonia dari air buangan yang berasal dari unit amonia dan urea. b. Unit Pemisah Air Berminyak
Unit ini berfungsi memisahkan minyak dari air buangan pabrik. Minyak yang terpisah itu kemudian dibakar dalam sebuah tungku pembakaran. c. Kolam Penetralisasi Asam Basa
Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang mengandung asam atau basa berlebihan yang berasal dari unit Demineralisasi. d. Pengolahan Buangan Sanitasi
Buangan dari toilet sekitar pabrik dan perkantoran diolah pada unit stabilisasi dengan cara : Sludge aktif, Aerasi dan Injeksi Chlorine.
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN
Analisis ini ditujukan untuk menilai perkembangan kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) dalam suatu periode tertentu, berdasarkan pada ketentuan Kementerian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian kinerja ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN yang didasarkan pada penilaian kinerja perusahaan yang meliputi penilaian atas ketiga aspek tersebut. Secara keseluruhan, hasil penilaian kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) dapat dilihat dalam Lampiran 5. 5.1.1. Aspek Keuangan
Penilaian kinerja dalam aspek keuangan meliputi penilaian terhadap indikator-indikator di dalam aspek keuangan. Untuk setiap indikator yang dinilai, diberikan bobot atau skor sesuai dengan nilai indikator yang diperoleh. Hasil penilaian terhadap aspek keuangan pada PT. Pupuk Kujang (Persero) periode lima tahun terakhir (2001-2005) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 Indikator 2001 2002 2003 2004 2005 Rata2 Skor ROE (%) 24,07 41,91 26,93 21,84 27,36 28,55 20 ROI (%) 20,14 29,78 26,54 22,07 24,10 24,53 15 Cash Ratio 5 177,71 108,34 127,71 157,27 44,45 123,09 (%) Current Ratio 250,09 250,63 219,76 263,32 88,08 214,37 5 (%) Collection 20,15 18,05 24,82 14,95 31,32 21,86 5 Period (hari) Inventory Turn 27,68 29,69 37,50 33,73 27,02 31,12 5 Over (hari) Total Asset 63,56 83,49 111,95 110,49 130,69 100,04 4 Turn Over (%) Equity to Total 65,75 73,31 65,22 21,14 22,30 49,54 9 Asset (%) Sumber : Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang Periode 2001-2005 (diolah)
42
a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar 0,29 (28,55%). Hal ini berarti setiap Rp 100,- modal yang ditanamkan, akan menghasilkan laba bersih (imbalan) sebesar Rp 29,-. Sesuai dengan standar Kementerian BUMN nilai ini dianggap sudah sangat baik dengan nilai rata-rata yang lebih dari 15 persen. Walaupun untuk indikator ini kinerja perusahaan sudah termasuk sangat baik namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang semakin menurun sampai dengan tahun 2004 seperti terlihat dalam Gambar 6. 0.45 0.42
0.40 0.35
Nilai
0.30
0.30
0.25
0.25
0.20
0.20
0.27 0.22
0.27 0.24
Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)
0.15 0.10 0.05 0.00
2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 6. Perkembangan (trend) Indikator Profitabilitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Pada Gambar tampak bahwa tahun dimulainya persiapan dan pelaksanaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B dicetak tebal (bold). Pada masa pelaksanaan proyek tampak bahwa nilai ROE yang menurun sampai dengan tahun 2004 (lihat grafik). Penurunan terbesar terjadi di tahun 2003 yang turun sebesar 14,98 persen dari tahun 2002. Penurunan ini terjadi karena komponen modal sendiri mengalami peningkatan namun tidak diimbangi dengan kenaikan
43
komponen laba bersih yang cenderung menurun tiap tahunnya. Peningkatan biaya produksi yang diakibatkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan baku dan penolong terutama gas alam yang tarifnya masih menggunakan kurs Dollar (lihat Tabel 2), menjadi salah satu penyebab turunnya laba bersih yang diperoleh perusahaan. Karena komponen biaya produksi ini (hampir 70 persennya adalah gas alam) merupakan komponen pengurang terbesar terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Tabel 2. Tarif Gas Alam, Air dan Rata-rata Kurs Dollar periode 2001-2005* Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Tarif Gas Alam (US$/mmbtu) 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85 3 Air Baku (Rp/m ) 123,00 152,60 179,60 179,60 179,60 Rata-rata Kurs Dollar (Rp) 10.266 9.261 8.569 8.985 9.751 Sumber : *) Statistik Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 Keterangan : mmbtu = Million Metric British Thermal Unit
Peningkatan biaya produksi perusahaan yang disebabkan tingginya nilai input produksi ini tidak diimbangi dengan peningkatan harga jual output (pupuk) atau harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1.050,/Kg. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan perusahaan semakin rendah. Selain itu, penurunan laba bersih juga disebabkan adanya peningkatan biaya operasional perusahaan seperti biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi. Nilai rasio ini dapat ditingkatkan perusahaan dengan cara meningkatkan angka penjualan atau berupaya meminimalkan biaya-biaya produksi dan operasional, seperti lebih mengefisienkan penggunaan gas alam sebagai input utama dalam proses produksi urea. Sehingga dapat diperoleh tingkat keuntungan yang maksimal dan tingkat pengembalian ekuitas atau imbalan kepada pemegang saham yang lebih besar. b. Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)
Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari
44
kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini untuk lima tahun terakhir (2001-2005) adalah sebesar 0,25 (24,53%) yang berarti bahwa setiap Rp 100,- aktiva yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan keuntungan (laba) sebesar Rp 25,-. Sesuai dengan standar Kementerian BUMN nilai ini dianggap sudah sangat baik dengan nilai rata-rata lebih dari 18 persen. Dengan tingkat imbalan yang cukup besar ini pihak investor akan semakin tertarik untuk menanamkan investasinya dalam perusahaan. Perkembangan nilai indikator ini selama periode tersebut mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun di tahun 2003 dan 2004 seperti yang terlihat dalam Gambar 6. Penurunan ini disebabkan karena perusahaan mengalami penurunan laba usaha (EBIT) yang dikarenakan adanya kenaikan dalam biaya produksi dan operasi perusahaan. Penurunan juga disebabkan adanya kenaikan dalam komponen aktiva dengan rata-rata sebesar 203,06 persen yang laju kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan laba usaha yang cenderung menurun tiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 91,74 persen. c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling liquid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT. Pupuk Kujang adalah 1,23. Ini menunjukkan setiap Rp 100,- hutang lancar perusahaan dijamin dengan Rp 123,- uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan sudah sangat baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat liquid. Perkembangan indikator rasio kas dalam lima tahun terakhir cukup fluktuatif seperti terlihat dalam Gambar 7. Dan pada akhirnya di tahun 2005 rasio ini mengalami penurunan yang cukup besar yakni sebesar 112,82 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan rasio kas di tahun 2005 disebabkan oleh adanya peningkatan hutang lancar perusahaan yang naik sebesar 88,89 persen dari tahun 2004 atau rata-rata untuk lima tahun sebesar 87,08 persen. Peningkatan hutang lancar perusahaan terutama dikarenakan adanya hutang bunga dan hutang jangka panjang perusahaan yang telah jatuh tempo sehingga
45
menjadi kewajiban yang harus segera dipenuhi pada tahun tersebut. Kenaikan komponen hutang lancar di tahun 2005 tidak diimbangi dengan komponen kas dan surat berharga yang memiliki kecenderungan menurun tiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 55,06 persen.
3.00 2.50
2.50
2.63
2.51 2.20
Nilai
2.00 1.78
Rasio Kas
1.57
1.50
Rasio Lancar
1.28 1.08
1.00
0.88
0.50
0.44
0.00
2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 7. Perkembangan (trend) Indikator Likuiditas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 d. Rasio Lancar (Current Ratio)
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dapat dilihat dengan menggunakan rasio lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan adanya masalah dalam likuiditas namun jika likuiditasnya terlalu besar juga tidak baik karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur sehingga pada akhirnya akan mengurangi kemampulabaan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-rata indikator rasio lancar untuk lima tahun terakhir adalah 2,14. Itu artinya setiap Rp 100,- hutang lancar dijamin dengan Rp 214,- aktiva lancar. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya sudah sangat baik. Namun di tahun 2005, rasio ini pun mengalami penurunan yang sangat besar yakni 175,24 persen dari tahun sebelumnya seperti yang terlihat dalam Gambar 7. Penurunan ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kenaikan hutang
46
lancar yang disebabkan oleh adanya hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Perkembangan nilai rasio lancar dipengaruhi oleh perkembangan dua komponen yang mencerminkan posisi keuangan jangka pendek yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Perkembangan hutang lancar perusahaan selama tahun analisis (2001-2005) cenderung menurun dengan rata-rata 87,66 persen. Namun di tahun 2005 hutang lancar mengalami kenaikan sebesar 88,89 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini tidak diimbangi dengan komponen aktiva lancar yang memiliki kecenderungan menurun tiap tahun dengan rata-rata sebesar 67,66 persen. Sehingga perkembangan rasio ini pun mengalami penurunan. e. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period)
Indikator ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menagih atau mengumpulkan piutangnya. Semakin lama waktu pengumpulan piutang (penagihan), maka semakin besar resiko piutang tersebut menjadi tak tertagih. Dari tahun 2001-2005, rata-rata waktu penagihan piutang perusahaan adalah sebanyak 22 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menagih atau mengumpulkan piutang sudah sangat baik dengan perolehan nilai rasio kurang dari nilai standar yang ditetapkan sebanyak 60 hari. 40 37.50 35
33.73 31.32
Hari
30
29.69
27.02
27.68 25 20
Periode Pengumpulan Piutang Perputaran Persediaan
24.82 20.15 18.05
15 14.95 10
2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Gambar 8. Perkembangan (trend) Indikator Aktivitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
47
Terlihat dalam Gambar 8 fluktuasi dari indikator ini dengan kenaikan di akhir tahun periode. Peningkatan ini terjadi karena pada tahun 2005 perusahaan mengalami kenaikan jumlah piutangnya yang disebabkan banyaknya penjualan yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. f. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan produk yang dilakukan perusahaan. Dalam Gambar 8 terlihat tingkat perputaran persediaan PT. Pupuk Kujang yang menunjukkan perkembangan yang menurun di dua tahun terakhir. Penurunan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam dua tahun terakhir telah melakukan efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan perusahaan menjadi meningkat. Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-rata tingkat perputaran persediaan PT. Pupuk Kujang selama lima tahun terakhir (2001-2005) adalah sebesar 31,17 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. Pupuk Kujang disimpan dalam gudang selama 31 hari. Tingkat perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya kegiatan operasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan. g. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva cenderung berfluktuasi dengan rata-rata sebesar 1,00. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 1 kali atau setiap Rp 100,- aktiva dapat menghasilkan pendapatan
48
sebesar Rp 100,-. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan belum memanfaatkan aktivanya dengan baik dalam rangka menghasilkan pendapatan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang menganggur atau tidak produktif. Berdasarkan standar yang ditetapkan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002, nilai ini belum cukup untuk menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan harta perusahaan. h. Rasio Modal terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)
Rasio modal terhadap total aktiva menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari Tabel 1 terlihat angka ratarata dari rasio ini sebesar 0,49 yang berarti bahwa proporsi aktiva yang dibiayai modal sendiri dan yang dibiayai pinjaman hampir sama besarnya. Angka ini dianggap belum menunjukkan tingkat keamanan bagi perusahaan karena proporsinya yang hampir sama dengan pinjaman. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva 0.8 0.7
0.66
0.73 0.65
0.6 Nilai
0.5 0.4 0.3 0.21
0.2
0.22
0.1 0.0 2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 9. Perkembangan (trend) Indikator Solvabilitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Pada Gambar 9 tampak bahwa tahun dimulainya persiapan dan pelaksanaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B dicetak tebal (bold). Perkembangan rasio ini selama lima tahun terakhir (2001-2005) mengalami fluktuasi dengan
49
kecenderungan yang menurun di tiga tahun terakhir seperti yang terlihat dalam Gambar 9. Penurunan ini terjadi karena dalam tiga tahun tersebut terjadi kenaikan total aktiva yang disebabkan naiknya komponen aktiva tetap dalam pelaksanaan karena adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang sebagian besar dibiayai dari pinjaman. 5.1.2. Aspek Operasional
Indikator dalam aspek operasional yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan BUMN sesuai dengan SK Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002 minimal dua indikator dan maksimal lima indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Indikator yang dinilai meliputi unsurunsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi perusahaan. Tabel 3. Penilaian Indikator-indikator Aspek Operasional PT. Pupuk Kujang (Persero) periode 2001-2005* Pencapaian Efisiensi Produktivitas Indikator Kapasitas Pemakaian Gas Total SDM (%) Produksi Urea (%) Bumi (%) Skor Tahun Nilai Nilai Nilai Skor Skor Skor 2001 97,50 99,94 127,44 5,40 4,00 5,00 14,40 2002 96,86 100,64 108,12 4,50 3,12 5,00 12,62 2003 104,84 97,94 105,61 6,00 4,00 5,00 15,00 2004 92,68 102,90 97,10 3,00 3,20 4,00 10,20 2005 87,86 98,88 89,12 3,00 2,40 4,00 9,40 Rata-rata Skor 4,38 3,34 4,60 12,32 Sumber: *) Statistik Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
PT. Pupuk Kujang menggunakan tiga indikator utama, yaitu: Pencapaian Kapasitas Produksi Urea, Efisiensi Pemakaian Gas Bumi dan Produktivitas SDM. Untuk aspek Operasional total skor standar yang ditetapkan adalah sebesar 15. Dan setiap indikator dihitung nilainya dengan memberikan bobot atau skor untuk setiap nilai indikator yang diperoleh. Hasil penilaian terhadap aspek operasional selama lima tahun terakhir (2001-2005) dapat dilihat dalam Tabel 3. Perkembangan (trend) untuk tiap indikator dalam aspek operasional mengalami fluktuasi untuk lima tahun terakhir terhitung dari tahun 2001-2005.
50
Kenaikan maupun penurunan nilai masing-masing indikator mencerminkan belum optimalnya kegiatan operasi perusahaan terutama dalam pengoperasian bidang produksi. Penurunan yang cukup dominan terlihat pada indikator produktivas SDM yang mengalami penurunan nilai tiap tahunnya. Penurunan ini disebabkan jumlah produksi perusahaan mengalami penurunan seperti yang terlihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Realisasi Produksi Urea PT. Pupuk Kujang (Persero) 2001-2005* Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Produksi (ton) 555.754 552.125 597.597 526.899 500.789 Rata-rata produksi 550.428,7 565.308,7 562.638,7 568.492,3 558.874 per-3 tahun (ton) Karyawan (orang) 685 596 735 671 671 Rata-rata karyawan 864 767 677 672 667,33 Per-3 tahun (orang) Sumber : *) Biro Anggaran PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 5.1.3. Aspek Administrasi
Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam aspek administrasi yaitu Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP, Laporan Periodik dan Kinerja PUKK yang terdiri atas Efektifitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Dana. Total skor standar yang ditetapkan untuk aspek administrasi adalah 15, dan hasil penilaian tiap indikatornya tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5. Penilaian Indikator-indikator Aspek Administrasi PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005* Kinerja PUKK Laporan Indi Rancangan Laporan Efektifitas Kolektibilitas Perhitungan kator RKAP Periodik Penyaluran Pengembalian Tahunan Dana pinjaman Thn Nilai Nilai S Nilai S Nilai (%) S Nilai (%) S S 2001 Tepat Tepat 3 Tepat 3 92,59 71,10 3 3 3 2002 Tepat Tepat 3 Tepat 3 93,45 82,18 3 3 3 2003 Tepat Tepat 3 Tepat 3 90,60 87,00 3 3 3 2004 Tepat Tepat 3 Tepat 3 94,80 71,17 3 3 3 2005 Tepat Tepat 3 Tepat 3 96,77 85,68 3 3 3 Sumber : *) Statistik Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
51
Metode penilaiannya berbeda dengan kedua aspek lainnya yang telah disebutkan diatas. Untuk indikator laporan kegiatan usaha tahunan, rancangan RKAP dan laporan periodik, penilaiannya didasarkan pada ketepatan waktu dalam penyerahan atau penyampaian laporan administrasi dengan waktu yang telah ditetapkan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002. Untuk indikator Kinerja PUKK, penilaiannya berdasarkan perhitungan terhadap indikator efektifitas penyaluran dana dan kolektibilitas pengembalian pinjaman. Setiap indikator dinilai dan diberikan skor untuk setiap nilai indikator yang diperoleh. Total skor rata-rata untuk aspek administrasi
adalah 15. Dan secara
keseluruhan perkembangan kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian tingkat kesehatan BUMN yang meliputi penilaian terhadap ketiga aspek diatas sudah sangat baik. Hal ini tercermin dari total skor (TS) yang diperoleh dari ketiga aspek tersebut yakni sebesar 95,32 yang terdiri atas aspek keuangan dengan TS=68, aspek operasional dengan TS=13,32 dan aspek administrasi dengan TS=15. Berdasarkan ketentuan Kementerian BUMN yang tercantum dalam SK Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002, maka penilaian tingkat kesehatan PT. Pupuk Kujang (Persero) untuk periode lima tahun terakhir (2001-2005) adalah Sehat dengan nilai AAA. 5.2. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero)
Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal) digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen yang
52
dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2001, dengan alasan bahwa tahun 2001 adalah tahun awal dari penelitian. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dapat dilihat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7. 5.2.1. Perkembangan Neraca
Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tercermin dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Sedangkan untuk melihat kondisi keuangan jangka panjangnya dapat dilihat dari komponen yang digunakan dalam menilai solvabilitas perusahaan, seperti total aktiva, total hutang dan modal. Hasil analisis trend terhadap komponen-komponen laporan neraca yang digunakan
untuk
melihat
likuiditas
perusahaan
dari
tahun
2001-2005,
menunjukkan bahwa komponen aktiva lancar dan hutang lancar menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun namun terjadi peningkatan di akhir tahun untuk hutang lancar.
160 142.03
140 Trend (%)
120 100 80 60 40
100 73.81
66.61
Aktiva Lancar
55.95
58.53 53.14
50.02
20 0
Hutang Lancar
2001 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 10. Perkembangan (trend) Komponen Likuiditas dalam Laporan Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
53
Pada Gambar 10 terlihat terjadi peningkatan hutang lancar di tahun 2005 sebesar 42,03 persen dari tahun dasar. Peningkatan hutang lancar ini disebabkan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kenaikan hutang jangka pendek karena adanya hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Sedangkan penurunan aktiva lancar lebih disebabkan karena terjadi penurunan deposito berjangka perusahaan yang memiliki proporsi terbesar terhadap aktiva lancarnya. Berbeda
dengan
aktiva
lancar,
dalam
pos
aktiva
tetap
terlihat
kecenderungan peningkatan yang cukup besar dari tahun ke tahunnya seperti yang terlihat dalam Gambar 11. Peningkatan ini terjadi karena komponen aktiva tetap yakni aktiva tetap dalam pelaksanaan yang mengalami kenaikan yang sangat besar hingga mencapai 21.800,58 persen pada tahun 2005 atau naik sebesar 21.700,58 persen dari tahun 2001. Kenaikan aktiva tetap dalam pelaksanaan dalam dua tahun terakhir terjadi dikarenakan adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang diproyeksikan akan mengganti pabrik Pupuk Kujang 1A yang ada dan telah beroperasi sejak akhir tahun 1978. 4500
4426.49
4000
Trend (%)
3500 3000
Aktiva Tetap
2500
Total Kewajiban
2000
Modal Sendiri
1500
Total Aktiva
1000
777.76 354.65 149.14
500 0
2001
2002 2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 11. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Berdasarkan hasil analisis trend terhadap komponen neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri.
54
Dalam Gambar 11 terlihat peningkatan terbesar terjadi pada komponen total hutang di tahun 2004 yang meningkat sebesar 653,96 persen dari tahun dasar. Kenaikan ini disebabkan karena perusahaan mengalami kenaikan hutang jangka panjang hingga mencapai 338.672,64 persen. Kenaikan yang sangat besar ini dikarenakan perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan pinjaman jangka panjang yang sebagian besarnya digunakan untuk membiayai pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B tersebut. Selanjutnya peningkatan juga terjadi dalam dua tahun terakhir pada komponen total aktiva dan modal sendiri. Peningkatan total aktiva terutama dikarenakan terdapat peningkatan dalam aktiva tetap yakni aktiva tetap dalam pelaksanaan yang peningkatannya mencapai 21.900,58 persen dari tahun dasar. Sedangkan peningkatan dalam komponen modal sendiri lebih disebabkan oleh peningkatan dana cadangan perusahaan baik cadangan umum maupun cadangan bertujuan. 5.2.2. Perkembangan Laba Rugi
Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain jumlah penjualan, harga pokok penjualan, biaya usaha dan laba bersih. Hasil analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya peningkatan nilai penjualan, harga pokok penjualan dan biaya usaha seperti yang terlihat dalam Gambar 12. Peningkatan nilai penjualan perusahaan terutama disebabkan oleh naiknya angka penjualan non pupuk yakni penjualan amonia dan adanya tambahan pendapatan subsidi dari pemerintah dalam tiga tahun terakhir sehingga angka penjualan relatif mengalami peningkatan. Sedangkan penjualan pupuk (urea) cenderung berfluktuasi karena mengikuti jumlah produksi pupuk (urea) yang diproduksi perusahaan dengan harga jual pupuk (urea) yang ditetapkan.
55
250 200
197.12
Penjualan
Trend (%)
172.94 157.53
150 120.81 100
122.25
120.57
139.93 133.08
Harga Pokok Penjualan Biaya Usaha
98.44 68.94
50
65.93
62.54
Laba Bersih
0 2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 12. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Terlihat dalam Gambar 12 laju peningkatan penjualan diikuti dengan laju peningkatan harga pokok penjualan yang besar peningkatannya hampir sama besar dengan peningkatan penjualan. Hal ini berarti bahwa peningkatan keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan sebanding dengan peningkatan komponen pengurangnya (harga pokok penjualan). Akibatnya tingkat keuntungan yang diperoleh tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan penjualan. Peningkatan harga pokok penjualan ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan baku dan penolong, terutama gas alam yang tarifnya masih mengikuti kurs Dollar. Peningkatan juga terjadi pada komponen biaya usaha seperti biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi perusahaan. Peningkatan biaya usaha (operasi) perusahaan dengan rata-rata sebesar 149,68 persen menyebabkan terjadinya penurunan tingkat keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan seperti yang terlihat dalam Gambar 12. Untuk dapat meningkatkan tingkat keuntungan (laba bersih) yang diperoleh, maka perusahaan perlu untuk meningkatkan efisiensi dalam hal pengoperasian sumberdayanya yang salah satu caranya bisa dengan mengurangi atau meminimalkan biaya-biaya usaha (operasional) perusahaan.
56
5.3. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang
Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva, stuktur permodalan serta komposisi biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam menginterpretasikannya. Tabel hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dapat dilihat dalam Lampiran 8 dan Lampiran 9. 5.3.1. Proporsi Neraca
Komponen-komponen yang dilihat dalam analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio untuk melihat kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen tersebut adalah total aktiva, total hutang dan modal sendiri. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada tiap-tiap pos dalam laporan neraca dan juga untuk melihat struktur permodalan perusahaan serta proporsi investasi pada aktiva perusahaan. Berdasarkan hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva lancar dan aktiva lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang, dalam hal ini yakni pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang bertujuan untuk mengganti pabrik urea/amonia yang telah beroperasi sejak akhir tahun 1978. Perkembangannya dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 13.
Proporsi terhadap total Aktiva (%)
57
90 80
84.05
82.07
81.33
70 60
58.13
50
49.25
40
40.55
30
Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain
27.62
20 10 0
6.73 2.45 2001 2001
6.46
2.73
2002 2002
2003
13.38
11.47
1.85
1.42
2004
2005
Tahun
Gambar 13. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. Pupuk Kujang (Persero)
Proporsi Terhadap Total Pasiva (%)
90 80 70
76.76
73.35
72.50
71.69
67.31
60 50
Total Kewajiban
40 30
32.69 23.24
20
26.65
27.50
28.31
Total Modal Sendiri
10 0
2001 2001
2002 2002
2003 Tahun
2004
2005
Gambar 14. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. Pupuk Kujang (Persero) 5.3.2. Proporsi Laba Rugi
Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi melihat komponen-komponen yang digunakan untuk menunjukkan kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk melihat proporsi biaya yang terjadi dihubungkan dengan nilai penjualan.
58
Berdasarkan hasil analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa komponen harga pokok penjualan merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar terhadap total penjualan. Dalam Gambar 15 terlihat angka proporsi harga pokok penjualan terhadap penjualan yang rata-ratanya sebesar 71,77 persen. Hal ini menunjukkan besarnya proporsi penjualan yang terserap ke dalam komponen harga pokok penjualan. Sehingga hal ini tentu akan mengurangi marjin laba kotor yang diterima perusahaan yang mengalami fluktuasi dari tahun
Proporsi Terhadap Penjualan (%)
2001-2005 dengan kecenderungan yang semakin menurun. 80
71.75
71.51
72.50
75.44
70 67.62 60
Harga Pokok Penjualan Biaya Usaha
50 Laba Bersih
40 30 20 10
28.25 22.86 10.77 9.59
32.38 28.88
28.49
17.16
13.88
13.22
0
2001 2001
2002 2002
27.50 24.56
12.89
15.45 12.50 4.75
2.69 2003 2004
15.96 10.74 5.00
Laba Kotor Pendapatan Lain-lain
2005
Tahun
Gambar 15. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Laba Terhadap Penjualan PT. Pupuk Kujang (Persero)
Rugi
Selain komponen harga pokok penjualan, komponen biaya yang memiliki proporsi terbesar kedua terhadap penjualan adalah biaya usaha dengan nilai ratarata sebesar 13,86 persen. Jika dilihat dalam Gambar 15 di atas terlihat perkembangan dari biaya usaha yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan perusahaan belum sepenuhnya melakukan efisiensi biaya dalam kegiatan operasionalnya dengan semakin meningkatnya biaya usaha yang terjadi. Penyebab utama semakin meningkatnya biaya usaha perusahaan ialah adanya peningkatan dalam biaya kesejahteraan pegawai, biaya diklat, biaya umum, biaya jasa dan biaya pemasaran pupuk. Sehingga hal ini tentu akan mengurangi marjin laba bersih perusahaan yang cenderung menurun dari tahun 2003.
59
Terlihat dalam Gambar 15 proporsi laba bersih terhadap penjualan sempat meningkat di tahun 2002 ke angka 28,88 persen atau naik 6,02 persen dari tahun 2001. Peningkatan ini lebih disebabkan karena adanya tambahan pendapatan dari pendapatan lain-lain yang proporsinya meningkat sebesar 7,57 persen terhadap penjualan. Namun di tahun-tahun berikutnya proporsi pendapatan lain-lain terhadap penjualan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap tambahan pendapatan perusahaan karena kecenderungan proporsinya yang semakin rendah. 5.4. Analisis Rasio Keuangan PT. Pupuk Kujang
Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok ukur tertentu dalam memperbandingkannya. Analisis rasio keuangan yang digunakan antara lain analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Tabel hasil analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. Pupuk Kujang periode (2001-2005) dapat dilihat dalam Lampiran 10. 5.4.1. Analisis Likuiditas
Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya, yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT. Pupuk Kujang menggunakan rasio kas, rasio lancar dan rasio cepat. Untuk rasio kas dan rasio lancar, penilaiannya telah dihitung berdasarkan SK Menteri BUMN No.
60
Kep-100/M-BUMN/2002 dalam pembahasan sebelumnya. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. Pupuk Kujang dapat dilihat dalam Gambar 16. a. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini persediaan tidak diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang iliquid atau lambat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis, rata-rata rasio cepat PT. Pupuk Kujang adalah 1,91 yang berarti bahwa setiap Rp 100,- hutang lancar dijamin dengan Rp 191,- aktiva lancar tanpa persediaan. Jika dilihat dari standar nilai rasionya, kemampuan perusahaan sudah sangat baik hanya saja sempat menurun drastis di tahun 2005 seperti yang terlihat dalam Gambar 16.
Rasio Cepat 2.5
2.37
2.31
Nilai
2.0
2.26 1.87
1.5 1.0 0.76 0.5 0.0 2001 2001
2002 2002
2003 Tahun
2004
2005
Gambar 16. Perkembangan (trend) Rasio Cepat PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Penurunan ini terjadi karena di tahun tersebut perusahaan mengalami kenaikan total kewajiban lancar perusahaan yang disebabkan adanya hutang jangka panjang perusahaan yang sudah jatuh tempo dan harus segera dipenuhi dalam tahun tersebut. Sebaliknya komponen aktiva lancar tanpa persediaan di tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 4,48 persen dari tahun 2004. Laju kenaikan hutang lancar yang rata-ratanya sebesar 87,08 persen tidak diimbangi dengan laju dari aktiva lancar tanpa persediaan yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir (2001-2005) dengan rata-rata sebesar 64,17 persen. Sehingga
61
membuat nilai dari rasio cepat memiliki kecenderungan yang menurun seperti terlihat dalam Gambar 16. 5.4.2. Analisis Solvabilitas
Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Analisis solvabilitas PT. Pupuk Kujang dilakukan dengan menggunakan rasio hutang, rasio hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap. Perkembangan nilai rasio-rasio solvabilitas PT. Pupuk Kujang tersaji dalam Gambar 17. a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama periode lima tahun (2001-2005), nilai rata-rata rasio ini sebesar 0,45 yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 45,36 persen, dan sisanya sebesar 54,64 persen dibiayai dari modal sendiri. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan tidak terlalu besar karena sebagian dari kepemilikan aktiva yang dibiayai dari pinjaman relatif lebih kecil. 3.0 2.64 2.45
2.5
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
1.5 1.0
0.72 0.49
0.5 0.0
Rasio Hutang
2.07
2.0 Nilai
2.53
0.30 0.36 0.27 0.23 0.11 0.00 0.00 2001 2001 2002 2002 2003 2004
0.72
0.33
Rasio Hutang Jgk. Panjang Thdp Ekuitas
2005
Tahun
Gambar 17. Perkembangan (trend) Rasio Solvabilitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
62
Pada Gambar 17 terlihat adanya fluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat di dua tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman yang lebih besar untuk membiayai aktivanya karena adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B. b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Seberapa besar modal sendiri dapat menjamin hutang perusahaan dapat ditunjukkan dengan menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas. Rata-rata rasio ini untuk lima tahun terakhir adalah 1,26. Menurut standar angka ini dianggap kurang baik karena perusahaan hanya mampu menjamin hutang Rp 126,- dengan modal Rp 100,-
artinya perusahaan belum mampu menjamin semua
kewajibannya dengan modal sendiri. Hal ini sangat beresiko mengingat kemampuan solvabilitas perusahaan merupakan ukuran tingkat keamanan para kreditur untuk memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Seperti yang terlihat dalam Gambar 17, perkembangan nilai rasio ini juga mengalami kenaikan dalam dua tahun terakhir yang naik sebesar 215 persen dari tahun 2001. Kenaikan ini terjadi karena komponen hutang mengalami peningkatan yang dikarenakan adanya pinjaman jangka panjang yang dilakukan perusahaan untuk membiayai pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B. Laju peningkatan hutang dengan rata-rata sebesar 360,17 persen lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan modal yang rata-ratanya sebesar 126,75 persen. Sehingga perkembangan nilai rasio ini pun cenderung meningkat dan pada akhirnya akan mengurangi kemampuan solvabilitas perusahaan dalam menjamin semua hutangnya dengan modal sendiri. c. Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan aktiva dan juga merupakan jaminan modal sendiri terhadap hutang jangka panjang. Nilai rata-rata rasio ini selama periode 2001-2005 adalah sebesar 0,93 yang berarti bahwa perusahaan mampu menjamin Rp 93,- hutang jangka panjangnya dengan Rp 100,- modal sendiri. Namun jika dilihat dari perkembangannya selama periode
63
2001-2005, nilai rasio ini mengalami peningkatan yang sangat besar sekali seperti yang terlihat dalam Gambar 17. Tercatat pada tahun 2004 dan 2005 rasio ini melebihi angka 200 persen. Kondisi ini sangat beresiko mengingat jaminan modal sendiri terhadap hutang jangka panjang sangat kecil sekali. Kenaikan ini terjadi karena hutang jangka panjang perusahaan mengalami peningkatan yang laju kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan modal. Peningkatan hutang jangka panjang perusahaan disebabkan adanya pinjaman jangka panjang yang dilakukan perusahaan yang sebagian besarnya digunakan untuk membiayai pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B. d. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal sendiri. Nilai rata-rata rasio adalah sebesar 2,99. Angka ini menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan sebagian aktiva lancarnya dibiayai oleh modal sendiri karena nilainya yang berada diatas standar umum. Selain itu tingkat keamanan terhadap para kreditur juga cukup baik sehingga mempermudah perusahaan dalam mencari pinjaman. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 12 10
9.99
Nilai
8 6 4 2.78 2
1.49 0.34
0
2001 2001
2002 2002
2003
2004
0.34 2005
Tahun
Gambar 18. Perkembangan (trend) Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
Nilai rasio yang sangat baik tersebut memperlihatkan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya aktiva tetap dibiayai
64
dari modal sendiri sehingga tidak menggangu terhadap likuiditas perusahaan saat pembayaran hutang tiba (jatuh tempo). Namun jika dilihat dari perkembangannya, nilai rasio ini mengalami penurunan seperti yang terlihat dalam Gambar 18. Penurunan nilai rasio ini lebih disebabkan karena perusahaan pada periode tersebut mengalami kenaikan komponen aktiva tetap dalam pelaksanaan yakni proyek Pupuk Kujang 1B yang masih dalam tahap pembangunan. 5.4.3. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Perkembangan nilai rasiorasio profitabilitas untuk periode lima tahun (2001-2005) tersaji dalam Gambar 19. a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin Ratio)
Rasio marjin laba kotor merupakan rasio yang menunjukkan proporsi laba kotor terhadap penjualan. Dengan kata lain rasio ini memberikan informasi mengenai berapa banyak laba kotor yang dapat diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar 0,28 itu artinya bahwa setiap Rp 100,- penjualan yang dilakukan, akan memperoleh keuntungan usaha (laba kotor) sebesar Rp 28,-. Dalam Gambar 19 terlihat perkembangan rasio ini selama lima tahun terakhir (2001-2005) yang menunjukkan trend menurun dari tahun 2003. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya beban produksi perusahaan sebagai akibat dari semakin tingginya biaya bahan baku dan penolong, terutama gas alam yang tarifnya mengikuti kurs Dollar. Sebenarnya perusahaan mempunyai potensi untuk mendapatkan marjin laba kotor yang lebih besar lagi dengan semakin meningkatnya nilai penjualan. Akan tetapi kenaikan dalam nilai penjualan tersebut selalu diikuti dengan kenaikan dalam harga pokok penjualan (HPP) yang lebih besar lagi sehingga hal ini tentunya akan mengurangi marjin laba kotor yang diperoleh perusahaan.
65
1.00 0.90
0.85
0.83
0.91 0.88
0.80
0.81
0.70
Rasio Marjin Laba Kotor
0.60
Rasio Marjin Laba Bersih
0.50 0.40
0.28
0.30
0.32
0.28
Rasio Marjin Operasi
0.28
0.29
0.20
0.25 0.12
0.23
0.10
0.13
0.11
0.00
2001 2001
2002 2002
2003
2004
2005
Gambar 19. Perkembangan (trend) Rasio Profitabilitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)
Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai rasio ini adalah 0,18 yang berarti bahwa setiap Rp 100,- penjualan yang dilakukan mampu menghasilkan keuntungan (laba bersih) sebesar Rp 18,-. Perkembangan rasio ini selama lima tahun (2001-2005) menunjukkan trend yang menurun tiap tahunnya. Tercatat penurunan paling besar terjadi di tahun 2003 dengan nilai rasio sebesar 0,13 atau turun sebesar 15,99 persen dari tahun 2002. Penurunan ini lebih dikarenakan turunnya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena semakin meningkatnya beban produksi dan beban operasional perusahaan terutama kenaikan dalam harga pokok penjualan yang laju peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan penjualan. Selain itu peningkatan juga terjadi dalam biaya operasional perusahaan seperti biaya penjualan, biaya kesejahteraan pegawai, biaya diklat serta biaya umum dan administrasi. c. Rasio Operasi (Operating Ratio)
Besarnya bagian penjualan yang digunakan untuk beban pokok penjualan dan biaya operasi dapat ditunjukkan dengan rasio operasi. Rasio ini juga
66
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam operasinya guna memperoleh keuntungan dari setiap penjualan yang dilakukan. Perkembangan nilai rasio ini mengalami trend yang meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 0,86 seperti yang terlihat dalam Gambar 19. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai penjualan yang dilakukan terserap ke dalam komponen biaya operasi. Peningkatan rasio ini disebabkan adanya kenaikan dalam biaya pokok penjualan dan biaya usaha yang harus ditanggung perusahaan dan tidak bisa diimbangi oleh peningkatan penjualan. Kondisi demikian mengindikasikan rendahnya efisiensi kegiatan operasi perusahaan. 5.4.4. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap. Untuk pengukuran tingkat perputaran persediaan dan tingkat perputaran total aktiva berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Perkembangan nilai rasio-rasio aktivitas PT. Pupuk Kujang tersaji dalam Gambar 20. a. Rasio Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio ini adalah 17,82 kali atau 20 hari (365 hari / 17,82). Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 18 kali atau jangka waktu penagihan piutang tersebut adalah 20 hari. Terlihat dalam Gambar 20 nilai rasio ini menurun di tahun terakhir. Penurunan ini lebih disebabkan terjadi kenaikan jumlah piutang perusahaan yang dikarenakan banyaknya penjualan yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan.
67
b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 2,44 kali yang mengandung arti bahwa dalam satu periode produksi aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebanyak 2,44 kali. Nilai ini menunjukkan kurang cukupnya efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini yang menurun tiap tahunnya dalam Gambar 20. Penurunan ini dikarenakan komponen aktiva tetap yang mengalami peningkatan tiap tahunnya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penjualan.
30.00 25.00
Nilai
20.00
24.42 20.22
15.00 10.00
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
18.12 14.71 11.66
Rasio Perputaran Piutang
8.50
5.00 1.98
1.21
0.00
2001
2002
2003
0.25 2004
0.26 2005
Tahun
Gambar 20. Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005 5.5. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont digunakan untuk mencari tingkat pengembalian ekuitas atau Return On Equity (ROE) suatu perusahaan. ROE digunakan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektivitas pengelolaan
sumberdaya
dalam
rangka
untuk
pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham.
memaksimalkan
tingkat
68
Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan nilai ROE PT. Pupuk Kujang selama lima tahun terakhir (2001-2005) mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang menurun. Penurunan ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang menurun dan akibatnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan pun ikut menurun. Perkembangan nilai ROE yang cenderung menurun mencerminkan lemahnya efektivitas pengelolaan sumberdaya perusahaan dalam upaya memaksimalkan tingkat keuntungan perusahaan. Kecenderungan nilai ROE yang menurun seperti yang terlihat dalam Gambar 20, dikarenakan nilai tingkat pengembalian investasi atau Return On Investment (ROI) yang mengalami penurunan dengan rata-rata untuk lima tahun
terakhir sebesar 8,27 persen. Penurunan ROI ini dikarenakan selama periode tersebut perusahaan mengalami penurunan laba bersih yang disebabkan semakin meningkatnya beban produksi dan beban usaha perusahaan.
0.80 0.72
0.70 0.60
0.57
0.72
0.57
ROE
0.50 0.40
ROI 0.33
0.30
Rasio Hutang 0.29
0.23 0.23 0.21 0.20 0.19 0.10
0.13
0.16
0.00
2001
2002
0.33 0.27 0.13 0.10 0.08 2003
Marjin Laba Bersih 0.20 0.12 0.09 0.03 2004
0.21
Perputaran Aktiva
0.11 0.08 0.02 2005
Gambar 21. Perkembangan (trend) ROE PT. Pupuk Kujang (Persero) dan Komponen Du Pont lainnya berdasarkan analisis Du Pont
Upaya perusahaan dalam meningkatkan nilai penjualan tidak berpengaruh terlalu besar terhadap perolehan keuntungan karena kenaikannya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan beban dan biaya yang harus ditanggung perusahaan. Sehingga kondisi ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin rendah. Namun pada tahun 2002 perusahaaan mendapat tambahan keuntungan dari pendapatan lain-lain yang memiliki proporsi
69
cukup besar terhadap penjualan yakni sebesar 17,16 persen. Sehingga marjin laba bersih perusahaan dapat meningkat sebesar 24,37 persen dari tahun 2001. Namun di tahun-tahun berikutnya proporsi pendapatan lain-lain terhadap penjualan mengalami penurunan yang akibatnya perusahaan tidak mendapatkan tambahan keuntungan dalam upaya meningkatkan tingkat keuntungan yang diperoleh. Selain itu penurunan ROI juga dikarenakan rendahnya tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Hal ini tercermin dari tingkat perputaran aktiva perusahaan yang rendah dan cenderung menurun tiap tahunnya seperti yang terlihat dalam Gambar 21. Penurunan tingkat perputaran aktiva perusahaan dari tahun ke tahun disebabkan selama periode tersebut laju peningkatan aktiva perusahaan lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan penjualan. Peningkatan aktiva perusahaan terutama dalam aktiva tetap yang disebabkan adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang masih dalam tahap pelaksanaan (direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2006). Untuk bisa meningkatkan nilai ROI yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai ROE, maka perusahaan perlu mengurangi peningkatan aktiva ini, atau bisa juga dengan meningkatkan penjualan secara relatif terhadap aktivanya. Rata-rata nilai ROE berdasarkan analisis Du Pont untuk lima tahun terakhir sebesar 0,14 yang berarti bahwa setiap Rp 100,- modal yang ditanamkan dalam perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 14,-. Apabila diperhatikan, angka ini relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil perhitungan ROE dalam aspek keuangan yang berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002. Rata-rata nilai ROE dalam aspek keuangan sebesar 0,29 atau lebih besar bila dibandingkan nilai ROE hasil analisis Du Pont yang rata-ratanya sebesar 0,14. Perbedaan hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa standar penilaian kinerja yang ditetapkan Kementerian BUMN pada PT. Pupuk Kujang (Persero) berbeda dengan standar perusahaan lain pada umumnya. Penetapan standar kinerja perusahaan BUMN mengacu kepada ketetapan Kementerian BUMN yang penilaiannya berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002.
Sedangkan
perusahaan
lain
pada
umumnya
menggunakan metode analisis Du Pont dalam menilai kinerjanya. Penilaian ROE
70
berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 memperhitungkan aktiva tetap dalam pelaksanaan dan kewajiban jangka panjang sebagai pengurang modal sendiri dalam perhitungan ROE-nya. Sedangkan dalam perhitungan analisis Du Pont tidak. Hasilnya tentu akan menjadi lebih besar ROE hasil perhitungan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dibandingkan dengan hasil perhitungan analisis Du Pont. Dalam Gambar 22 terlihat perbedaan nilai ROE hasil perhitungan analisis Du Pont dengan nilai ROE yang berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002.
Grafik Perbedaan Nilai ROE 0.45 0.42
0.40 0.35 Nilai
0.30 0.25 0.20 0.15
0.25 0.19
0.27
0.27 0.22
0.21 0.10
0.10 0.05
0.09
ROE Berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002 ROE Hasil Analisis Du Pont
0.08
0.00 2001 2001
2002 2002
2003 2004 Tahun
2005
Gambar 22. Perkembangan Nilai ROE Berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dan ROE Hasil Perhitungan Du Pont.
Sesuai dengan visi perusahaan yakni menjadi perusahaan di bidang industri pupuk dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di pasar global, maka untuk memperoleh target rasio perbandingan yang lebih tepat sebaiknya PT. Pupuk Kujang menggunakan standar rasio keuangan yang umum dipakai oleh perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai target standar yang diinginkan ataupun melihat sampai sejauh mana target yang telah dicapai perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Perkembangan kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi yang sangat baik. Dengan total skor (TS) yang diperoleh sebesar 95,32 maka penilaian tingkat kesehatan PT. Pupuk Kujang (Persero) periode 2001-2005 adalah sehat dengan nilai AAA. 2. Analisis trend pada sisi aktiva menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang meningkat yang disebabkan oleh adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B. 3. Pada sisi pasiva terjadi peningkatan kewajiban jangka panjang yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B tersebut. 4. Trend pada laporan laba rugi menunjukkan penurunan pada komponen laba bersih yang disebabkan adanya peningkatan dalam biaya produksi (70% gas) dan operasi perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penjualan. 5. Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang
lebih
besar
dibandingkan
dengan
aktiva
lancarnya.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa selama periode ini perusahaan lebih banyak mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang. 6. Di sisi pasiva dalam dua tahun terakhir proporsi kewajiban mengalami peningkatan yang disebabkan adanya pinjaman jangka panjang untuk pembiayaan aktiva tetapnya. 7. Analisis vertikal pada laporan laba rugi menunjukkan bahwa komponen harga pokok penjualan merupakan komponen pengurang terbesar terhadap total penjualan. Sehingga menurunkan marjin laba bersih yang diterima perusahaan. 8. Hasil analisis rasio memperlihatkan (1) Tingkat likuiditas perusahaan memiliki kecenderungan yang menurun. (2) Solvabilitasnya cukup berisiko karena jaminan modal sendiri terhadap hutang jangka panjang sangat kecil sekali. (3) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung menurun yang
72
mencerminkan rendahnya efisiensi pengelolaan sumberdaya perusahaan dalam upaya memaksimalkan keuntungan dan (4) Tingkat aktivitas perusahaan masih relatif rendah dengan rendahnya tingkat perputaran aktiva. 9. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan kinerja perusahaan cenderung menurun. Hal ini dicerminkan dari tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang relatif kecil dan cenderung menurun. Penurunan ROE ini disebabkan tingkat profitabilitas perusahaan cenderung menurun untuk lima tahun terakhir. 10. Banyak faktor yang menyebabkan profit perusahaan menurun diantaranya ialah tingginya biaya produksi perusahaan yang hampir 70 persennya adalah gas alam, sehingga sebagian besar keuntungan penjualan terserap dalam komponen biaya ini. Selain itu rendahnya tingkat perputaran aktiva perusahaan menjadi salah satu penyebab turunnya profit perusahaan dari tahun ke tahun. Tingkat perputaran aktiva yang rendah mencerminkan rendahnya efisiensi perusahaan didalam penggunaan aktivanya untuk melakukan penjualan. 6.2. Saran
1. Angka ROE hasil analisis Du Pont yang rendah mencerminkan lemahnya manajemen perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya untuk memaksimalkan keuntungan.
Sebaiknya
perusahaan
mengevaluasi
kembali
kebijakan
operasionalnya agar pengelolaan sumberdayanya dapat dikelola seefisien mungkin sehingga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperoleh. 2. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan meminimalkan biaya-biaya produksi dan operasi dalam kegiatan operasional perusahaan, misalnya seperti lebih mengefisienkan penggunaan gas alam sebagai input utama dalam proses produksi. Selain itu peningkatan keuntungan juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan angka penjualan relatif atas aktiva, baik dengan cara meningkatkan penjualan atau dengan mengurangi jumlah investasi pada aktiva perusahaan. 3. Sebaiknya menggunakan standar penilaian kinerja yang biasa dipakai untuk perusahaan-perusahaan lain pada umumnya dalam penilaian kinerjanya yaitu
73
dengan menggunakan metode Du Pont. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai target standar yang diinginkan ataupun melihat sampai sejauh mana target yang telah dicapai perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya. 4. Harga eceran tertinggi (HET) pupuk yang baru-baru ini telah dinaikan pemerintah sebaiknya bisa dijadikan sebagai suatu jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan naiknya harga jual output (pupuk) diharapkan bisa mendorong perusahaan untuk lebih efisien didalam penggunaan input produksi (gas alam) dan kegiatan operasionalnya sehingga perusahaan dapat memperoleh marjin keuntungan yang lebih besar dengan angka penjualan yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi. 1995. Kamus Akuntansi Praktis. Indah. Surabaya Harahap, Sofyan S. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta. Irwan. 2003. Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Periode 1997-2001. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Kementerian BUMN. Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002. Keown, A. J. et al. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid I. Salemba Empat. Jakarta. MetroTV, 2006. Pemerintah Akhirnya Menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi. Google. http://64.233.167.104/search?q=cache:eRorqkwHFqkJ:www.metrotvnews. com/berita.asp%3Fid%3D16788+HET%2BPupuk&hl=id&gl=id&ct=clnk &cd=5. [29 Mei 2006] Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen. Konsep, Manfaat, Dan Rekaysa. Edisi 3. Universitas Gajah Mada. Salemba Empat. Jakarta Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan . Liberty. Yogyakarta. Niswonger, et al. 1999. Prisip-prinsip Akuntansi, Jilid I. Erlangga. Jakarta. Nurhasanah, Wida. 2005. Analisis Laporan Keuangan dan Upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Oktaviani, Senny. 2004. Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. PT. Pupuk Kujang (Persero).Laporan Keuangan Periode 2001-2005. ______________________. Statistik Keuangan Periode 2001-2005. ______________________. Struktur Organisasi Perusahaan.
75
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Umar, Husein. 2003. Strategic Management In Action. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lampiran 1 LABA RUGI PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) Tahun 2001-2005 (Dalam Ribuan Rupiah) URAIAN 2001 2002 2003 Penjualan Penjualan Pupuk 482.987.812 485.534.842 538.811.117 Penjualan Non Pupuk 78.116.787 66.788.544 66.538.871 Pendapatan Subsidi 80.617.095 Hasil Penjualan 561.104.599 552.323.386 685.967.083 Harga Pokok Penjualan HPP Pupuk (363.033.769) (341.987.520) (450.388.934) HPP Non Pupuk (39.569.882) (31.497.039) (40.168.817) Jumlah Harga Pokok Penjualan (402.603.651) (373.484.559) (490.557.751) Laba Kotor 158.500.948 178.838.827 195.409.332 Biaya Usaha Biaya Umum dan Administrasi (55.215.278) (61.946.103) (72.565.492) Biaya Penjualan (5.199.132) (11.096.047) (22.673.178) Biaya Bunga (44.519) 0 0 Jumlah Biaya Usaha (60.458.929) (73.042.150) (95.238.670) Laba (Rugi) Usaha 98.042.019 105.796.677 100.170.662 Pendapatan Lain-lain 244.469.209 237.181.515 95.653.991 Biaya Lain-lain (190.678.046) (142.427.415) (77.196.916) Pendapatan/Biaya Lain-lain (Net) 53.791.163 94.754.100 18.457.075 Laba/(Rugi) Sebelum Pajak 151.833.182 200.550.777 118.627.737 Pajak (23.571.053) (41.035.022) (30.208.925) Laba/(Rugi) Setelah Pajak 128.262.129 159.515.755 88.418.812 Sumber : Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
2004
2005
490.136.636 87.175.523 99.228.607 676.540.766
531.045.282 105.310.795 110.357.793 746.713.870
(448.017.081) (42.455.793) (490.472.874) 186.067.892
(519.777.521) (43.578.878) (563.356.399) 183.357.471
(80.709.870) (23.848.164) 0 (104.558.034) 81.509.858 101.862.206 (69.743.692) 32.118.514 113.628.372 (29.061.200) 84.567.172
(89.036.903) (30.136.819) 0 (119.173.722) 64.183.749 109.671.614 (72.355.341) 37.316.273 101.500.022 (21.287.658) 80.212.364
Lampiran 2
URAIAN AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Deposito Berjangka Piutang Usaha (Netto) Piutang lain-lain (Netto) Piutang Antar Anggota Holding Pendapatan yg masih harus diterima Uang Muka Persediaan Produk Jadi Persed. Brg 1/2 Jadi, B. Baku, S, Parts & Sup Biaya yang dibayar dimuka Total Aktiva Lancar Investasi jangka panjang Aktiva Tetap Tanah Pabrik, Gedung, Fasilitas Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan Total Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Biaya yang ditangguhkan Aktiva lainnya Total Aktiva Lain-lain TOTAL AKTIVA
NERACA PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) Tahun 2001-2005 (Dalam Ribuan Rupiah) 2001 2002
2003
2004
2005
18.356.961 548.298.280 30.972.500 138.081.739 12.037.624 2.564.627 2.706.263 5.822.730 36.728.811 1.897.789 797.467.324 93.016.379
67.175.248 187.260.358 27.311.553 240.688.095 15.004.036 721.772 3.116.427 14.986.972 29.941.286 2.373.128 588.578.875 78.937.245
11.727.165 259.525.651 46.639.264 58.216.753 13.936.769 437.742 2.040.666 24.183.463 46.289.312 3.769.595 466.766.380 86.006.474
36.921.858 229.555.853 27.708.768 67.759.519 12.927.213 465.649 2.563.702 29.874.339 32.646.761 5.748.349 446.172.011 89.875.145
48.262.036 153.037.831 64.064.134 47.115.194 22.833.514 1.232.042 3.666.604 14.551.873 40.731.344 3.390.591 398.885.163 106.327.956
4.507.578 243.176.289 (194.789.970) 13.139.267 66.033.164
4.507.578 243.466.629 (205.827.820) 237.461.253 279.607.640
4.470.884 256.755.280 (216.212.949) 521.955.946 566.969.161
4.470.884 264.532.183 (225.235.416) 2.692.294.300 2.736.061.951
4.470.884 276.627.766 (235.720.935) 2.877.575.290 2.922.953.005
22.400.402 1.634.640 24.035.042 980.551.909
49.173.662 16.194.487 65.368.149 1.012.491.909
15.315.803 16.120.509 31.436.312 1.151.178.327
44.314.184 17.272.807 61.586.991 3.333.696.098
14.357.954 34.954.508 49.312.462 3.477.478.586
URAIAN PASIVA Kewajiban Jangka Pendek Hutang Usaha Hutang Jangka Panjang (jatuh tempo) Hutang Bunga Hutang Pajak Biaya yang masih harus dibayar Pendapatan yg diterima dimuka Kewajiban Jangka Pendek lainnya Total Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban Lainnya Total Kewajiban Modal Sendiri Saham Biasa Saham yang belum disetor Modal yang disetor Cadangan Umum Cadangan Bertujuan Laba Tahun Berjalan Saldo laba yang belum dibagi Total Modal Sendiri
2001
2002
2003
2004
2005
279.920.722 20.047.558 10.405.307 6.005.943 2.494.145 318.873.675 602.428 1.077.600 320.553.703
190.893.461 20.485.896 15.907.198 1.588.563 5.963.368 234.838.486 450.786 46.599 235.335.871
154.810.002 15.743.609 23.658.779 11.088.478 7.101.980 212.402.848 94.292.617 103.596 306.799.061
78.130.397 39.979.215 6.362.398 28.151.401 2.437.660 14.381.716 169.442.787 2.247.154.911 241.009 2.416.838.707
75.091.813 225.640.255 53.723.482 22.550.106 44.983.649 5.965.293 24.927.415 452.882.013 2.040.258.832 2.493.140.845
800.000.000 (571.790.000) 228.210.000 44.740.637 258.785.440 128.262.129 659.998.206
800.000.000 (571.790.000) 228.210.000 130.644.845 258.785.440 159.515.755 777.156.040
800.000.000 (571.790.000) 228.210.000 268.965.015 258.785.440 88.418.812 844.379.267
800.000.000 (571.790.000) 228.210.000 268.965.015 335.115.203 84.567.172 916.857.390
800.000.000 (571.790.000) 228.210.000 268.965.015 406.950.360 80.212.364 984.337.739
TOTAL PASIVA 980.551.909 1.012.491.911 Sumber : Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
1.151.178.328
3.333.696.097
3.477.478.584
Lampiran 3 REALISASI BIAYA PER JENIS BIAYA PERIODE 2001-2005 (Dalam Ribuan Rupiah) URAIAN
No. Produksi (Ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Biaya Bahan Baku & Penolong Biaya Pegawai Biaya Kesejahteraan Pegawai Biaya Pemeliharaan Biaya Diklat Biaya Umum Biaya Asuransi Biaya Jasa Biaya Bakar dan Listrik Biaya Pemasaran Biaya Bunga Biaya Penyusutan dan Amortisasi Total Cost Per Ton (Rp.)
2001 555.754,15
2002 552.125,51
2003 597.597,03
2004 526.899,11
2005 500.789,00
264.544.772 31.014.525 18.052.080 18.876.673 2.213.970 19.806.595 5.922.181 10.516.699 6.921.519 5.199.132 44.519 42.976.023 426.088.688
248.776.046 34.960.354 22.321.641 22.136.563 2.791.097 23.599.699 7.546.852 12.176.078 8.463.699 11.096.047 30.223.300 424.091.376
319.982.926 50.127.887 28.404.107 24.780.922 3.091.316 26.290.591 6.852.894 15.745.518 10.782.394 20.322.008 48.382.820 554.763.383
315.617.348 53.710.257 30.043.989 19.620.910 3.035.350 28.700.496 7.128.987 19.057.430 14.827.338 20.189.080 27.909.789 539.840.974
335.041.760 58.944.800 41.939.966 29.071.998 3.753.394 27.610.380 7.506.411 21.608.376 10.865.103 26.639.730 43.104.432 606.086.350
766.685,57
768.106,83
928.323,53
1.024.562,32
1.210.262,90
Lampiran 6 ANALISIS TREND NERACA Periode 2001-2005 PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) 2001 2002 2003 2004
URAIAN 2005 AKTIVA Aktiva Lancar 100 Kas dan Bank 365,94 63,88 201,13 262,91 100 Deposito Berjangka 34,15 47,33 41,87 27,91 100 Piutang Usaha (Netto) 88,18 150,58 89,46 206,84 100 Piutang lain-lain (Netto) 174,31 42,16 49,07 34,12 100 Piutang Antar Anggota Holding 124,64 115,78 107,39 189,68 100 Pendapatan yg msh hrs ditrima 28,14 17,07 18,16 48,04 100 Uang Muka 115,16 75,41 94,73 135,49 100 Persediaan Produk Jadi 257,39 415,33 513,06 249,91 100 Persed. Brg 1/2 Jadi, B. Baku, 81,52 126,03 88,89 110,90 100 Biaya yang dibayar dimuka 125,05 198,63 302,90 178,66 100 Total Aktiva Lancar 73,81 58,53 55,95 50,02 100 Investasi jangka panjang 84,86 92,46 96,62 114,31 Aktiva Tetap 100 Tanah 100,00 99,19 99,19 99,19 100 Pabrik, Gedung, Fasilitas 100,12 105,58 108,78 113,76 100 Akumulasi Penyusutan 105,67 111,00 115,63 121,01 100 Aktiva Tetap dlm Pelaksanaan 1807,6 3972,49 20490,45 21900,58 100 Total Aktiva Tetap 423,44 858,61 4143,47 4426,49 Aktiva Lain-lain 100 Biaya yang ditangguhkan 219,52 68,37 197,83 64,10 100 Aktiva lainnya 990,71 986,18 1056,67 2138,36 100 Total Aktiva Lain-lain 271,97 130,79 256,24 205,17 100 TOTAL AKTIVA 103,26 117,40 339,98 354,65 PASIVA Kewajiban Jangka Pendek 100 Hutang Usaha 68,20 55,30 27,91 26,83 100 Hutang Pajak 102,19 78,53 31,74 112,48 Biaya yang masih harus dibayar 100 152,88 227,37 270,55 432,31 100 Pendapatan yg diterima dimuka 26,45 184,63 40,59 99,32 100 Kewajiban Jngk Pendek lainnya 239,09 284,75 576,62 999,44 Total Kewajiban Jangka 100 Pendek 73,65 66,61 53,14 142,03 100 Kewajiban Jangka Panjang 74,83 15652,1 373016,35 338672,64 100 Total Kewajiban 73,42 95,71 753,96 777,76 Modal Sendiri 100 Saham Biasa 100,00 100,00 100,00 100,00 100 Saham yang belum disetor 100,00 100,00 100,00 100,00 Modal yang disetor 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100 Cadangan Umum 292,00 601,16 601,16 601,16 100 Cadangan Bertujuan 100,00 100,00 129,50 157,25 100 Laba Tahun Berjalan 124,37 68,94 65,93 62,54 100 Total Modal Sendiri 117,75 127,94 138,92 149,14 100 TOTAL PASIVA 103,26 117,40 339,98 354,65 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Tahun 2001-2005
Rata2
198,77 50,25 127,01 79,93 127,50 42,28 104,16 307,14 101,47 181,05 67,66 97,65 99,51 105,65 110,66 9654,16 1990,40 129,96 1054,38 192,83 203,06
55,65 84,99 236,62 90,20 439,98 87,08 145503,18 360,17 100,00 100,00 100,00 439,10 117,35 84,35 126,75 203,06
Lampiran 7 ANALISIS PERSENTASE PER-KOMPONEN NERACA Periode 2001-2005 PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Deposito Berjangka Piutang Usaha (Netto) Piutang lain-lain (Netto) Piutang Antar Anggota Holding Pendapatan yg masih harus diterima Uang Muka Persediaan Produk Jadi Persed. Brg 1/2 Jadi, B. Baku, S, Parts & Sup Biaya yang dibayar dimuka Total Aktiva Lancar Investasi jangka panjang Aktiva Tetap Tanah Pabrik, Gedung, Fasilitas Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan Total Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Biaya yang ditangguhkan Aktiva lainnya Total Aktiva Lain-lain TOTAL AKTIVA
Rata2
1,87 55,92 3,16 14,08 1,23 0,26 0,28 0,59 3,75 0,19 81,33 9,49
6,63 18,49 2,70 23,77 1,48 0,07 0,31 1,48 2,96 0,23 58,13 7,80
1,02 22,54 4,05 5,06 1,21 0,04 0,18 2,10 4,02 0,33 40,55 7,47
1,11 6,89 0,83 2,03 0,39 0,01 0,08 0,90 0,98 0,17 13,38 2,70
1,39 4,40 1,84 1,35 0,66 0,04 0,11 0,42 1,17 0,10 11,47 3,06
2,40 21,65 2,52 9,26 0,99 0,08 0,19 1,10 2,57 0,21 40,97 6,10
0,46 24,80 19,87 1,34 6,73
0,45 24,05 20,33 23,45 27,62
0,39 22,30 18,78 45,34 49,25
0,13 7,94 6,76 80,76 82,07
0,13 7,95 6,78 82,75 84,05
0,31 17,41 14,50 46,73 49,95
2,28 0,17 2,45 100
4,86 1,60 6,46 100
1,33 1,40 2,73 100
1,33 0,52 1,85 100
0,41 1,01 1,42 100
2,04 0,94 2,98 100
PASIVA Kewajiban Jangka Pendek Hutang Usaha 28,55 18,85 13,45 2,34 2,16 Hutang Jangka Panjang (jatuh tempo) 9,05 Hutang Bunga 1,65 2,15 Hutang Pajak 2,04 2,02 1,37 0,19 0,65 Biaya yang masih harus dibayar 1,06 1,57 2,06 0,84 1,29 Pendapatan yg diterima dimuka 0,61 0,16 0,96 0,07 0,17 Kewajiban Jangka Pendek lainnya 0,25 0,59 0,62 0,43 0,72 Total Kewajiban Jangka Pendek 32,52 23,19 18,45 5,08 13,02 Kewajiban Jangka Panjang 0,06 0,04 8,19 67,41 58,67 Kewajiban Lainnya 0,11 0,00 0,01 0,01 32,69 23,24 26,65 72,50 71,69 Total Kewajiban Modal Sendiri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Saham Biasa 81,59 79,01 69,49 24,00 23,01 Saham yang belum disetor 58,31 56,47 49,67 17,15 16,44 Modal yang disetor 23,27 22,54 19,82 6,85 6,56 Cadangan Umum 4,56 12,90 23,36 8,07 7,73 Cadangan Bertujuan 26,39 25,56 22,48 10,05 11,70 Laba Tahun Berjalan 13,08 15,75 7,68 2,54 2,31 67,31 76,76 73,35 27,50 28,31 Total Modal Sendiri TOTAL PASIVA 100 100 100 100 100 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Tahun 2001-2005
13,07 1,81 0,76 1,25 1,37 0,40 0,52 18,45 26,87 45,36 0,00 55,42 39,61 15,81 11,33 19,24 8,27 54,64 100
Lampiran 8 ANALISIS TREND LABA RUGI Periode 2001-2005 PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005 Penjualan 100 100,53 Penjualan Pupuk 111,56 101,48 109,95 100 Penjualan Non Pupuk 85,50 85,18 111,60 134,81 Pendapatan Subsidi 100 Hasil Penjualan 98,44 122,25 120,57 133,08 Harga Pokok Penjualan 100 HPP Pupuk 94,20 124,06 123,41 143,18 100 HPP Non Pupuk 79,60 101,51 107,29 110,13 100 Jumlah Harga Pokok Penjualan 92,77 121,85 121,83 139,93 100 112,83 Laba Kotor 123,29 117,39 115,68 Biaya Usaha 100 112,19 Biaya Umum dan Administrasi 131,42 146,17 161,25 100 213,42 Biaya Penjualan 436,10 458,70 579,65 100 Biaya Bunga 100 120,81 Jumlah Biaya Usaha 157,53 172,94 197,12 100 107,91 Laba (Rugi) Usaha 102,17 83,14 65,47 100 Pendapatan Lain-lain 97,02 39,13 41,67 44,86 100 Biaya Lain-lain 74,70 40,49 36,58 37,95 100 176,15 Pendapatan/Biaya Lain-lain (Net) 34,31 59,71 69,37 100 132,09 Laba/(Rugi) Sebelum Pajak 78,13 74,84 66,85 100 174,09 Pajak 128,16 123,29 90,31 100 124,37 Laba/(Rugi) Setelah Pajak 68,94 65,93 62,54 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Tahun 2001-2005
Rata2 104,70 103,42 114,87 116,97 99,71 115,27 113,84 130,21 357,57 149,68 91,74 64,53 57,94 87,91 90,38 123,17 84,35
Lampiran 9 ANALISIS PERSENTASE PER-KOMPONEN LABA RUGI Periode 2001-2005 PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata Penjualan Penjualan Pupuk 86,08 87,91 78,55 72,45 71,12 79,22 Penjualan Non Pupuk 13,92 12,09 9,70 12,89 14,10 12,54 Pendapatan Subsidi Total Penjualan 100 100 100 100 100 100 Harga Pokok Penjualan HPP Pupuk 64,70 61,92 65,66 66,22 69,61 65,62 HPP Non Pupuk 7,05 5,70 5,86 6,28 5,84 6,14 Jumlah Harga Pokok Penjualan 71,75 67,62 71,51 72,50 75,44 71,77 Laba Kotor 28,25 32,38 28,49 27,50 24,56 27,99 Biaya Usaha Biaya Umum dan Administrasi 9,84 11,22 10,58 11,93 11,92 11,10 Biaya Penjualan 0,93 2,01 3,31 3,53 4,04 2,76 Biaya Bunga 0,01 Jumlah Biaya Usaha 10,77 13,22 13,88 15,45 15,96 13,86 Laba (Rugi) Usaha 17,47 19,15 14,60 12,05 8,60 14,37 Pendapatan Lain-lain 43,57 42,94 13,94 15,06 14,69 26,04 Biaya Lain-lain 33,98 25,79 11,25 10,31 9,69 18,20 Pendapatan/Biaya Lain-lain (Net) 9,59 17,16 2,69 4,75 5,00 7,84 Laba/(Rugi) Sebelum Pajak 27,06 36,31 17,29 16,80 13,59 22,21 Pajak 4,20 7,43 4,40 4,30 2,85 4,64 Laba/(Rugi) Setelah Pajak 22,86 28,88 12,89 12,50 10,74 17,57 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Tahun 2001-2005
Lampiran 10 Hasil Analisis Rasio PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode tahun 2001-2005* No 1
INDIKATOR 2001 2002 2003 2004 Analisis Likuiditas (%) Rasio Lancar 250,09 250,63 219,76 263,32 Rasio Cepat 236,74 231,50 186,58 226,42 Rasio Kas 177,71 108,34 127,71 157,27 2 Analisis Solvabilitas (%) Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva 32,69 23,24 26,65 72,50 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas 48,57 30,28 36,33 263,60 Rasio Hutang Jgk. Panjang thd Ekuitas 0,09 0,06 11,17 245,09 Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva 67,31 76,76 73,35 27,50 Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 999,50 277,95 148,93 33,51 3 Analisis Profitabilitas (%) Rasio Marjin Laba Kotor 28,25 32,38 28,49 27,50 Rasio Marjin Laba Bersih 22,86 28,88 12,89 12,50 Rasio Marjin Operasi 17,47 19,15 14,60 12,05 Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) 19,43 20,53 10,47 9,22 Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) 13,08 15,75 7,68 2,54 4 Analisis Aktivitas Collection Period (hari) 20,15 18,05 24,82 14,95 Inventory Turn Over (hari) 27,68 29,69 37,50 33,73 Total Assets Turn Over (%) 57,22 54,55 59,59 20,29 Rasio Perputaran Aktiva Tetap (kali) 8,50 1,98 1,21 0,25 Rasio Perputaran Piutang (kali) 18,12 20,22 14,71 24,42 * Sumber : Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005. (diolah)
2005
Rata2
STANDAR
KONDISI
88,08 75,87 44,45
214,37 191,42 123,09
Kementrian BUMN >100% Kementrian BUMN
Sangat Baik Baik Sangat Baik
71,69 253,28 207,27 28,31 33,68
45,36 126,41 92,74 54,64 298,71
<50% <100% <100% Kementrian BUMN >100%
Baik Kurang Baik Cukup Baik Cukup Baik Sangat Baik
24,56 10,74 8,60 8,15 2,31
28,23 17,57 14,37 13,56 8,27
Meningkat Meningkat Meningkat Kementrian BUMN Kementrian BUMN
Berfluktuasi Menurun Menurun Baik Cukup Baik
31,32 27,02 21,47 0,26 11,66
21,86 31,12 42,63 2,44 17,82
Kementrian BUMN Kementrian BUMN Kementrian BUMN Meningkat Meningkat
Sangat Baik Sangat Baik Kurang Baik Menurun Berfluktuasi
Keterangan : Standar Kementrian BUMN mengacu kepada SK. Meneg BUMN NO.KEP-100/M-BUMN/2002
Lampiran 4
TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP–100/M-BUMN/2002 I. ASPEK KEUANGAN 1. Total Bobot • BUMN INFRA STRUKTUR (Infra) • BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non-Infra)
50 70
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Tabel 1 : Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan Indikator 1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 2. Imbalan Investasi (ROI) 3. Rasio Kas 4. Rasio Lancar 5. Colection Periods 6. Perputaran Persediaan 7. Perputaran Total Asset 8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva Total Bobot
Bobot Infra 15 10 3 4 4 4 4 6 50
Non Infra 20 15 5 5 5 5 5 10 70
3. Metode Penilaian a. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) Rumus : Laba Setelah Pajak ROE : x 100 % Modal Sendiri Definisi : • Laba Setelah Pajak adalah Laba Setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari: Aktiva Tetap, Aktiva Non Produktif, Aktiva lain-lain, dan Saham Penyertaan Langsung • Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan dan Laba Tahun Berjalan. Dalam modal sendiri tersebut diatas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya. • Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan Tabel 2 : Daftar skor penilaian ROE ROE (%) 15 < ROE 13 < ROE <= 15 11
Skor Infra 15 13,5 12 10,5
Non Infra 20 18 16 14
7,9 < ROE <= 9 6,6 < ROE <= 7,9 5,3 < ROE <= 6,6 4 < ROE <= 5,3 2,5 < ROE <= 4 1 < ROE <= 2,5 0 < ROE <= 1 ROE <= 0
9 7,5 6 5 4 3 1,5 1
12 10 8,5 7 5,5 4 2 0
b. Imbalan Investasi/Return on Investment (ROI) Rumus : EBIT + Penyusutan ROI : x 100 % Capital Employed Definisi : • EBIT adalah laba sebelum bunga dan dikurangi laba dari hasil penjualan : Aktiva Tetap, Aktiva Lain-lain, Aktiva Non Produktif dan Saham Penyertaan Langsung. • Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian ROI ROI (%)
18 < ROI 15 < ROI <= 18 13
Skor Infra 10 9 8 7 6 5 4 3,5 3 2,5 2 0
Non Infra 15 13,5 12 10,5 9 7,5 6 5 4 3 2 1
c. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus : Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek Rasio Kas = x 100 % Current Liabilities Definisi : • Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masingmasing pada akhir tahun buku.
•
Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku. Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio Skor Cash Ratio = x (%) Infra Non Infra 35 <= x 3 5 25 <= x < 3,5 2,5 4 15 <= x < 25 2 3 10 <= x < 15 1,5 2 5 <= x < 10 1 1 0 <= x < 5 0 0 d. Rasio Lancar/Current Ratio Rumus :
Ratio Lancar =
Current Asset x 100 % Current Liabilities
Definisi : • Current Assets adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku • Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio Current Ratio = x (%)
125 <= x 110 <= x < 125 100 <= x < 110 95 <= x < 100 90 <= x < 10 x < 90
Skor Infra 3 2,5 2 1,5 1 0
Non Infra 5 4 3 2 1 0
e. Collection Periods (CP) Rumus : Total Piutang Usaha CP = x 365 hari Total Pendapatan Usaha Definisi : • Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku • Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods CP = x (hari)
Perbaikan = x (hari)
x <= 60 60 < x <= 90
x > 35 30 < x <= 35
Skor Infra 4 3,5
Non Infra 5 4,5
90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2 270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 6 diatas. f. Perputaran Persediaan (PP) Rumus : Total Persediaan x 365 hari PP = Total Pendapatan Usaha Definisi : • Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang • Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan Skor Infra Non Infra x <= 60 35 < x 4 5 60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2 270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 7 diatas. PP = x (hari)
Perbaikan = x (hari)
g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO) Rumus : Total Pendapatan x 100 % TATO = Capital Employed Definisi : • Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan
Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset TATO = x (%)
Perbaikan = x (%)
Skor
Infra Non Infra x > 120 20 < x 4 5 105 < x <= 120 15 < x <= 20 3,5 4,5 90 < x <= 105 25 < x <= 15 3 4 75 < x <= 90 20 < x <= 10 2,5 3,5 60 < x <= 75 15 < x <= 5 2 3 40 < x <= 60 10 < x <= 0 1,5 2,5 20 < x <= 40 x<0 1 2 x <= 20 x<0 0,5 1,5 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 8 diatas. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus : Total Modal Sendiri x 100 % TMS Terhadap TA = Total Asset Definisi : • Total Modal Sendiri adalah komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. • Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan
Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset Skor TMS terhadap TA = x (%) Infra Non Infra 0>x 0 0 0 < x < 10 2 4 10 < x < 20 3 6 20 < x < 30 4 7,25 30 < x < 40 6 10 40 < x < 50 5,5 9 50 < x < 60 5 8,5 60 < x < 70 4,5 8 70< x < 80 4,25 7,5 80 < x < 90 4 7 90 < x < 100 3,5 6,5 II. ASPEK OPERASIONAL 1. Total Bobot • BUMN INFRASTRUKTUR (Infra) • BUMN NON INFRASTRUKTUR (Non-Infra)
35 15
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya; a. Pencapaian Kapasitas Produksi Urea (PKPU) b. Pencapaian Efisiensi Pemakaian Gas Bumi (PEPGB)
6 4
c. Produktifitas Sumber Daya Manusia (PSDM)
5
3. Metode Penilaian a. Pencapaian Kapasitas Produksi Urea (PKPU) Rumus : Realisasi Produksi Urea 1. x 100 % Kapasitas Terpasang Setelah Optimasi Realisasi Produksi Urea x 100 % 2. Realisasi Produksi Urea 3 Tahun Terakhir
Nilai Indikator PKPU = [(Bobot-1) + (Bobot-2)] x Bobot Indikator b. Pencapaian Efisiensi Pemakaian Gas Bumi (PEPGB) Rumus : Realisasi Eff. Konsumsi Gas Bumi 1. x 100 % Eff. Konsumsi Gas Bumi Setelah Optimasi Realisasi Eff. Konsumsi Gas Bumi 2. x 100 % Realisasi Eff. Konsumsi Gas Bumi 3 Tahun Terakhir Nilai indikator PEPGB = [(Bobot-1) + (Bobot-2)] x Bobot Indikator c. Produktifitas Sumber Daya Manusia (PSDM) Rumus : Realisasi Produksi Urea 1. x 100 % Jmlh Kary. Unit Produksi + 50 % Kary. Penunjang Realisasi Produksi Urea 2. x 100 % Jmlh Kary. Unit Produksi + 50 % Kary. Penunjang rata2 Nilai indikator PSDM = [(Bobot-1) + (Bobot-2)] x Bobot Indikator
III. ASPEK ADMINISTRASI 1. Total Bobot • BUMN INFRASTRUKTUR (Infra) • BUMN NON INFRASTRUKTUR (Non-Infra) 2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya; a. Laporan Keuangan Tahunan b. Rancangan RKAP c. Laporan Periodik d. Kinerja PUKK 1. Efektivitas Penyaluran Dana 2. Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman 3. Metode Penilaian a. Laporan Perhitungan Tahunan Ketentuan :
15 15
3 3 3 3 3
•
Laporan Audited harus sudah diterima Pemegang Saham (PT. Pupuk Sriwijaya) paling lambat akhir bulan kelima (max : 31 Mei 199X + 1) sejak tanggal tutup buku tahun yang bersangkutan. • Untuk anak perusahaan paling lambat 30 April 199X + 1 • Penentuan Nilai Tabel 10 : Daftar penilaian waktu penyampaian Laporan Audit Jangka Waktu Laporan Audit Diterima Skor Sampai dengan akhir bulan keempat sejak tahun buku 3 perhitungan tahunan ditutup Sampai dengan akhir bulan kelima sejak tahun buku 2 perhitungan tahunan ditutup Lebih dari akhir bulan kelima sejak tahun buku 0 perhitungan tahunan ditutup
b. Rancangan RKAP Ketentuan : • Rancangan RKAP harus sudah diterima 60 hari sebelum memasuki tahun anggaran yang bersangkutan (max : 31 Oktober 199X – 1) • Untuk anak perusahaan paling lambat 30 September 199X – 1 • Penentuan Nilai Tabel 11 : Daftar penilaian waktu penyampaian Rancangan RKAP Jangka waktu surat diterima sampai dengan Skor memasuki tahun anggaran yang bersangkutan 2 (dua) bulan atau lebih cepat 3 Kurang dari 2 (dua) bulan 0 c. Laporan Periodik Ketentuan : • Laporan periodik Triwulan harus diterima oleh Komisaris/Dewan Pengawas dan Pemegang Saham paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya periode laporan Triwulanan Berakhir Periode Tanggal diterima 31/3 199X 5/5 199X I 30/5 199X 15/7 199X II 30/9 199X 31/10 199X III 31/12 199X 10/2 199X+1 IV • Penentuan Nilai Tabel 11 : Daftar penilaian waktu penyampaian Laporan Audit Jumlah keterlambatan (x) dalam 1 (satu) tahun Skor Lebih kecil atau sama dengan 0 (nol) hari 3 0 < x <= 30 hari 2 30 < x <= 60 hari 1 Lebih dari 60 hari 0
d. Kinerja PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi) • Indikator yang dinilai
Indikator 1. Efektivitas Penyaluran Dana 2. Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman TOTAL
Infra 3 3 6
Bobot Non Infra 3 3 6
• Metode Penilaian 1. Efektivitas Penyaluran Dana Jumlah Dana Yang Disalurkan x 100 % Rumus : Jumlah Dana Yang Tersedia Definisi : o Jumlah dana yang tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun bersangkutan yang terdiri atas : Saldo awal, Pengembalian pinjaman, setoran eks pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk alokasi dana dari PUKK BUMN lain, jika ada), dan pendapatan bunga dari pinjaman PUKK o Jumlah dana yang disalurkan adalah kepada usaha kecil dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan)
Tabel 12. Daftar Penilaian tingkat Penyerapan Dana PUKK Penyerapan (%) > 90 85 s.d. 90 80 s.d. 85 3 2 1 Skor
< 80 0
2. Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Dana Pinjaman Rata - rata Tertimbang Kolektibilitas Pinjaman PUKK x 100 % Rumus : Jumlah Pinjaman Yang Disalurkan Definisi : o Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masingmasing kategori kolektibilitas samapai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut: Lancar 100 % Kurang Lancar 75 % Ragu-ragu 25 % Macet 0% o Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Tabel 13 : Daftar penilaian tingkat pengembalian dana PUKK Tingkat > 70 40 s.d. 70 10 s.d. 40 Pengembalian (%) 3 2 1 Skor
< 10 0
Lampiran 5. Ringkasan Penilaian Kinerja PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005
No
Indikator
ASPEK KEUANGAN 1 ROE (%) 2 ROI (%) 3 Cash Ratio (%) 4 Current Ratio (%) 5 Collection Period (hari) 6 InventoryTurn Over (hari) 7 Total Asset Turn Over (%) 8 Equity to Total Asset (%) Total Skor Aspek Keuangan ASPEK OPERASIONAL 1 Pencapaian Kapasitas Produksi Urea (%) 2 Efisiensi Pemakaian Gas Bumi (%) 3 Produktifitas Sumber Daya Manusia (%) Total Skor Aspek Operasional ASPEK ADMINISTRASI 1 Laporan Kegiatan Usaha Tahunan 2 Rancangan RKAP 3 Laporan Periodik 4 Kinerja PUKK - Efektivitas Penyaluran Dana (%) - Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman (%) Total Skor Aspek Administrasi Total Bobot Kinerja Nilai/Tingkat Kesehatan
2001 Nilai Skor
2002 Nilai Skor
2003 Nilai Skor
2004 Nilai Skor
2005 Nilai Skor
24,07 20,14 177,71 250,09 20,15 27,68 63,56 65,75
20 15 5 5 5 5 3,5 8 66,5
41,91 29,78 108,34 250,63 18,05 29,69 83,49 73,31
20 15 5 5 5 5 3,5 7,5 66
26,93 26,54 127,71 219,76 24,82 37,50 111,95 65,22
20 15 5 5 5 5 4,5 8 67,5
21,84 22,07 157,27 263,32 14,95 33,73 110,49 21,14
20 15 5 5 5 5 4,5 7,25 66,75
27,36 24,10 44,45 88,08 31,32 27,02 130,69 22,30
20 15 5 0 5 5 5 7,25 62,25
97,50 99,94 127,44
5,4 4 5 14,4
96,86 100,64 108,12
4,5 3,12 5 12,62
104,84 97,94 105,61
6 4 5 15
92,68 102,90 97,10
3 3,2 4 10,20
87,86 98,88 89,12
3 2,4 4 9,40
-
3 3 3
-
3 3 3
-
3 3 3
-
3 3 3
-
3 3 3
92,59 71,10
3 3 15 95,9 AAA/Sehat
93,45 82,18
3 3 15 93,62 AA/Sehat
90,60 87,00
3 3 15 97,5 AAA/Sehat
94,80 71,17
3 3 15 91,95 AA/Sehat
96,77 85,68
3 3 15 86,65 AA/Sehat