Analisis Perilaku Harga Beras Mendukung UPSUS PAJALE di Provinsi Jambi Erwan Wahyudi 1) dan Ani Susilawati 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi 2) Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA) Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru 70712, Kalimantan Selatan E-mail:
[email protected];
[email protected] 1)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku dan trend harga komoditas beras di Provinsi Jambi. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kerinci, Merangin dan Tanjung Jabung Timur dengan pertimbangan bahwa Kabupaten tersebut merupakan sentra produksi padi terbesar di Provinsi Jambi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari pencatatan. Metode analisis yang digunakan adalah Metode deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan pembentukan harga beras dipengaruhi oleh tingkat ketersedian beras di pasar. Fluktuasi harga yang terjadi mengarah ke titik keseimbangan dan pasar dalam keadaan dinamis stabil jangka panjang. Derajat integrasi pasar produsen dan pasar konsumen dalam jangka pendek cukup tinggi dengan margin pemasaran yang relatif rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pemasaran yang ada di Provinsi Jambi menunjukkan struktur pasar persaingan tidak sempurna mengarah ke oligopsoni. Kata kunci :Beras, Ketersediaan, Perilaku Harga, Upsus Pajale Pendahuluan Padi masih merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia, oleh karena itu komoditas padi memiliki arti strategis baik dari sisi ekonomi, lingkungan hidup, sosial maupun politik. Komoditas padi telah menjadi perhatian pemerintah, khususnya menyangkut masalah produksi, distribusi, pemasaran maupun standarisasi harga domestik agar beras tetap tersedia sepanjang tahun dengan harga yang cukup terjangkau. Oleh karena itu dengan pertimbangan aspek teknis dan ekonomis serta urgensinya, pemerintah merumuskan kebijakan swasembada beras secara berkelanjutan mengingat peranan strategis komoditas padi dalam ekonomi rumah tangga petani, perekonomian nasional dan kepentingan konsumen (Dewi, et.al, 2013). Pengalaman di tahun 1966 dan 1998 menunjukkan bahwa goncangan politik dapat berubah menjadi krisis politik yang dahsyat karena harga pangan melonjak tinggi dalam waktu singkat. Sementara itu pada masa transisi politik saat ini, karena ketersediaan pangan cukup aman, maka masalah pangan tidak menjadi pendorong kemelut ekonomi (Suryana dan Mardianto, 2001). Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman pangan antara lain adalah: 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, 3). Kecendrungan peningkatan harga, 4). Dampak perubahan iklim dan serangan OPT, 5). Rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya sumber air, 6). Konversi lahan sawah, 7). Keterbatasan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 8). Kompetisi antar komoditas, 9). Tingginya komsumsi beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat dan 10). Belum sinerginya antar sektor dan Pusat-Daerah dalam menunjang pembangunan pertanian, khususnya padi (Hendayana, et.al, 2014). Beras menjadi ujung tombak ketahanan pangan wilayah dan nasional. Peran itu sudah terjadi sejak berabad-abad lalu dan disistematisasikan pada masa pemerintahan orde baru. Dengan demikian, kepentingan ketahanan pangan sekaligus kepentingan tenaga kerja dan kependudukan
512
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
bukan lagi menjadi isu ekonomi dan perdagangan semata, tetapi menjadi wilayah politik ekonomi karena aspek strategis berbagai bidang itu menuntut peran pemerintah yang proporsional dan efektif (Rachbini, 2005). Daerah yang mempunyai produksi Padi tinggi di Propinsi Jambi meliputi wilayah Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Merangin dan Muaro Jambi, dimana produktivitas 55,99 Ku/ha. Produk pertanian yang bersifat diproduksi musiman karena dipengaruhi oleh iklim. Pada saat panen raya jumlah produksi akan banyak dan saat musim paceklik jumlah produksi sedikit dan bahkan mutunya kurang baik. Hal tersebut akan menyebabkan harga produk pertanian yang dipasarkan menjadi naik turun (berfluktuasi) (Soekartawi, 2002). Rata-rata produktivitas padi di Provinsi Jambi masih rendah yaitu 4,3 t/ha. BPS Prov Jambi. (2013). Rendahnya rata-rata produktivitas tersebut disebabkan oleh usahatani yang dilakukan petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi, belum kondusifnya kelembagaan usahatani dan kelembagaan agribisnis serta kurangnya pendampingan dari instansi terkait. Pada tahun 2015 target rata-rata produktivitas padi di Provinsi Jambi 45,60 ku/ha. Adanya Alih fungsi lahan juga salah satu penyebab semakin sempitnya luas lahan sawah, tentunya akan berdampak pada turunnya produksi beras, terlebih lagi dengan adanya gangguan seperti serangan hama penyakit, kekeringan akibat dampak perubahan iklim dan fluktuasi harga gabah menyebabkan masalah perberasan akan semakin kompleks. Jamal et al., (2007) menyatakan bahwa terdapat empat persoalan mendasar dalam masalah perberasan, yaitu : (1) lemahnya akurasi data; (2) miskinnya petani padi; (3) besarnya ketergantungan terhadap beras; dan (4) masalah harga serta distribusi beras. Kebijakan yang komprehensif menyangkut volume produksi, kualitas, maupun proteksi harga sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan produksi beras. Faktor harga ditingkat produsen gabah merupakan salah satu kebijkakan yang harus diperhatikan pemerintah, mengingat harga gabah berkaitan erat dengan ketersediaan beras di pasar dan berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Menurut Maulana dan Rachman (2011) harga padi ditingkat konsumen dan produsen bersifat asimetri. Peningkatan harga padi ditingkat konsumen tidak ditransmisikan secara sempurna ke harga petani ditingkat produsen. Sedangkan penurunan harga padi ditingkat konsumen ditransmisikan secara sempurna ke harga padi ditingkat produsen. Dengan demikian fluktuasi harga padi cenderung merugikan produsen dan konsumen. Sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan produksi padi, pemerintah melakukan kebijakan proteksi harga berupa penetapan harga gabah-beras (Harga Pembelian Pemerintah/HPP). Salah satu instrumen kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini adalah Inpres No 3 Tahun 2012 yang terbit pada tanggal 27 Pebruari 2012. Menurut Sawit (2010) esensi dari penerapan HPP adalah untuk memberikan insentif bagi petani padi dengan cara memberikan jaminan harga diatas harga keseimbangan, terutama pada saat panen raya. Metodologi Data yang digunakan dalam kajian ini merupakan data time series harga mingguan komoditas beras, periode Minggu I Bulan Mei hingga Minggu ke 4 di bulan Agustus 2015 yang bersumber dari petugas lapangan disetiap kabupaten kota di Provinsi Jambi. Data dianalisis secara deskriptif, dimana metode ini merupakan metode penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan suatu informasi mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
513
Hasil dan Pembahasan Harga komoditas dalam konteks pasar persaingan sempurna, terbentuk dari keseimbangan antara penawaran dengan permintaan. Beras merupakan sumber kalori utama masyarakat Indonesia menjadikan komoditas ini mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Program UPSUS PAJALE yang saat ini sedang berjalan merupakan langkah strategis pemeritah dalam rangka menstabilkan keterpenuhan dan keterjangkauan komoditas beras bagi masyarakat. Disisi lain, peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penting didalam upaya menstabilkan harga, khususnya beras. Jumlah penduduk Provinsi jambi setiap tahunnya diperkirakan meningkat sekitar 1.49% dan sampai dengan tahun 2015 diprediksi mencapai 3,638,168 orang. Pemerintah Jambi berharap kenaikan jumlah penduduk tersebut juga diikuti dengan peningkatan produksi padi di Provinsi Jambi.Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (2015) , menginformasikan bahwa pada tahun 2015 diprediksi akan terjadi kenaikan produksi padi sekitar 18.39 % dari tahun 2014 (664.721 ton GKG). Peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan produkstivitas karena adanya program UPSUS PAJALE. Beras Premium Selama periode Mei-Agustus 2015 perkembangan harga beras Premium di Jambi cenderung fluktuatif dan naik. Hal tersebut dikarnakan ketersediaan stock beras yang lebih sedikit dibanding permintaan. Hal ini membuka peluang para petani untuk meningkatkan produktivitas hasil karena untuk jenis beras premium masih terbuka lebar dan ketersediaan dipasar sering mengalami kekurangan.Para pengguna jenis beras premium ini adalah kelompok masyarakat menengah keatas atau berpenghasilan diatas lima juta rupiah. Kelompok ini tidak mempermasalahkan harga, yang jadi masalah terkadang stok sering habis atau bisa dikatakan jumlah konsumen kelompok ini cenderung tetap atau stabil. Fluktuasi harga beras tergantung dengan jumlah ketersediaan beras dipasar mengakibatkanharga cenderung mengikuti pola musiman panen. Menurut Irawan et al., (2007) fluktuasi harga jangka pendek atau harga bulanan komoditas pertanian pada umumnya sangat terkait dengan fluktuasi produksi komoditas yang bersangkutan. Dari gambar 1 terlihat bahwa harga tertinggi Rp 10.250 dan terendah 9.425, Tingkat kenaikan tertinggi sebesar Rp 150, dan tingkat penurunan tertinggi sebesar Rp 700.
Gambar 1. Perkembangan harga beras premium bulan Mei-Agustus 2015 Untuk Jenis beras Medium terlihat harga lebih stabil dikarenakan dipasar ketersedian jenis beras ini selalu ada, disamping itu pengguna jenis beras ini adalah kelas menengah dengan penghasilan tiga sampai lima juta rupiah (gambar 2) harga tertinggi sebesar Rp 9.250 dan terendah Rp 8.750, tingkat kenaikan tertinggi sebesar 250 dan penurunan harga sebesar Rp 125. Beras Medium
514
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Pada beras jenis medium Selama periode Januari-Agustus 2015 terlihat (Gambar 2) perkembangan kembali cenderung naik tetapi tetap fluktuatif. 9000 8500
Series1
8000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16
Gambar 2. Perkembangan harga beras Medium bulan Mei-Agustus 2015 Pada periode Bulan Agustus 2015 terlihat harga sudah mulai turun. Hal tersebut kemungkinan adanya pengurangan jumlah konsumen yang beralih memilih beras jenis biasa yang lebih murah. Penurunan jumlah konsumen tersebut sedikit berdampak pada penurunan harga beras medium. Harga untuk jenis beras ini dikisaran terendah Rp 7.163 dan tertinggi Rp 8.225. dan tingkat kenaikan tertinggi sebesar Rp 800 dan penurunan sebesar Rp 338. Beras Biasa Melihat kondisi perilaku harga beras dipasaran di Provinsi Jambi dari bulan Mei – Agustus yang cendrung fluktuatif walaupun tidak mengalami perubahan harga yang signifikan dikarenakan ketersediaan komoditas beras yang ada di pasar, sehingga membuka peluang petani setempat untuk meningkatkan produktivitas padi sehingga bisa memenuhi ketersediaan beras yang dibutuhkan di Provinsi Jambi karena selama ini masih di datangkan dari daerah tetangga seperti Sumatra Barat dan dari pulau Jawa. Adanya kenaikan harga yang terjadi pada bulan Juli yaitu sekitar Rp 600,- kemungkinan disebabkan oleh kenaikan permintaan imbas dari hari raya idul fitri 2015 dan juga kemungkinan beralihnya konsumen beras dari beras medium ke beras biasa.
9000 8500 8000 7500
Series1
7000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16
Gambar 3. Perkembangan harga beras Biasa bulan Mei-Agustus 2015 Peningkatan produksi beras di Provinsi Jambi pada tahun 2015 diperkirakan mengalami kenaikan sekitar18.39 % menjadi 786.948 ton GKG (BPS Provinsi Jambi, 2015). Terjaganya supply beras tersebut diharapkan dapat menstabilkan harga beras di pasaran. Adanya program pemerintah upsus pajale, terlihat keseriusan pemerintah baik pusat dan daerah bahkan menggalang TNI dalam upaya mengawal dan berusaha membantu petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi beras, melalui pengawalan dan pendampingan disamping itu juga membantu petani agar bisa meningkatkan produktivitas dan menambah areal tanamnya. Bantuan tersebut kemudian disampaikan kepada para petani dalam bentuk bantuan benih, pupuk, perbaikan irigasi, alat dan mesin pertanian.Selain itu juga mencari solusi terhadap kendala-kendala
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
515
yang dihadapi petani, mencakup rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RIJT), percepatan optimalisasi lahan (POL), dan gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GPTT) Kesimpulan Dan Saran Terjadinya fluktuasi harga disemua jenis beras (premium, medium dan biasa) dan fluktuasi tertinggi terjadi pada beras premium, disusul beras biasa dan medium. Fluktuasi harga beras pada beras premuim lebih disebabkan ketersediaan beras, sedangkan pada beras biasa lebih pada jumlah konsumen. Konsumen beras medium punya kecenderungan beralih ke beras biasa pada saat terjadi peningkatan harga beras medium. Program UPSUS PAJALE diharapkan mampu meningkatkan produktvitas padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras di Provinsi Jambi yang meningkat tajam karena peningkatan jumlah penduduk (1.49%/tahun). Daftar Pustaka
BPS Provinsi Jambi. 2013. Jambi Dalam Angka (Jambi in Figures) 2012/2013. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 679 hal. Dewi Sahara, Ekaningtyas Kushartanti dan Tota Suhendrata. 2013. Kinerja Usahatani Padi Dengan Mesin Transplanter Dalam Rangka Efisiensi Tenaga Kerja. Jurnal SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 55 – 62 Hendayana, R., Zakiah, KG. Mudiarta dan E. Eko Ananto. 2014. Petunjukan Pelaksanaan Pendampingan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 53 hal. Irawan, B., H Tarigan., B Wiryono., J Hestina dan Ashari. 2007. Kinerja dan Prospek Pembangunan Hortikultura. Prosiding Seminar Nasional Kinerja dan Prospek Pembangunan Pertanian Indonesia 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. hal 66-81. Jamal,E., E. Ariningsih, Hendiarto, K. M. Noekman dan A.Askin. 2007. Beras dan Jebakan Kepentingan Jangka Pendek. Analisis Kebijakan Pertanian Maulana, M dan B Rachman. 2011. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah-Beras Tahun 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog. Analisis Kebijakan Pertanian: 331-347 Rachbini, Didik J. 2005. Ekonomi Politik : Kebijakan dan strategi Pembangunan, Granit, Jakarta. Sawit, M.H. 2010. Reformasi Kebijakan Harga Produsen dan Dampaknya Terhadap Daya Saing Beras. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian. Bogor. Soekartawi, 2002. Prinsip Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suryana, A. & Sudi Mardianto, 2001. Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM FEUI, Jakarta.
516
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016