ANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH
AINUN FARIDA LPMP Sulawesi Selatan
[email protected]
Hal. 1 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
ABSTRAK Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Instrumen evaluasi diri sekolah dan instrumen akreditasi sekolah mempunyai persamaan. Persamaan kedua instrumen tersebut adalah pengembangan instrumen berdasarkan pada standar nasional pendidikan. Hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah cenderung terjadi kesenjangan atau gap yang memperlihatkan kontradiksi. Kesenjangan atau gap inilah yang menimbulkan permasalahan, sehingga perlu dikaji bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah mengapa terjadi kesenjangan hasil yang menimbulkan kontradiksi. Pengujian secara statistik yang membandingkan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Perbedaan ini terjadi akibat metode pelaksanaan yang berbeda. Instrumen evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara internal oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan menerbitkan SK Tim Pengembang Sekolah yang ditandatangani kepala sekolah. Inti dari instrumen ini adalah pengisian instrumen harus apa adanya sesuai dengan kondisi riil sekolah dan tidak diada-adakan. Karena pengisian yang apa adanya dan tidak ada pengaruh sangsi atau hal lain yang menyebabkan terancamnya seseorang, maka pengisiannya cenderung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Berbeda sekali dengan sistem akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pihak eksternal yaitu Badan Akreditasi Sekolah tingkat Kabupaten untuk jenjang SD. Hasil akreditasi sekolah ini sangat penting untuk menunjukkan prestasi sekolah di mata stake holder pendidikan, karena diterbitkan sertifikat sebagai pengakuan atas kinerja sekolah.
Hal. 2 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
A. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan memberdayakan mereka yang dievaluasi sehingga menghasilkan lulusan pendidikan sesuai standar yang ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang mempunyai keleluasaan dan keluwesan dalam implementasinya. Standar Nasional Pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, dan di sisi lain menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar yang ditetapkan. (Pedoman Akreditasi Sekolah, [diakses tanggal 6 Desember 2012 jam 19.00 WIB] dari http://www.bansm.or.id/content/kebijakan-dan-pedoman-akreditasi-sekolah-madrasah-tahun-2009) Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Pengukuran kinerja melalui pengukuran evaluasi diri satuan/program pendidikan dilakukan setahun sekali. (Pedoman Pelaksanaan sistem Penjaminan Mutu (SPMP):2010) Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan akrediatsi sekolah dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Instrumen evaluasi diri sekolah dan instrumen akreditasi sekolah mempunyai persamaan. Persamaan kedua instrumen tersebut adalah pengembangan instrumen berdasarkan pada standar nasionla pendidikan. Indikator-indikator yang dikembangkan mengacu pada indikator-indikator standar nasional pendidikan. Oleh karena pengembangan indikator didasarkan pada standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan, maka secara rasional hasil evaluasi diri sekolah dan hasil akreditasi sekolah seharusnya saling mendekati atau sama.
Hal. 3 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Perbedaan antara Evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah adalah pada pelaksana penilaiannya. Evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara intern oleh sekolah atau satuan pendidikan yang bersangkutan. Instrumen evaluasi diri sekolah diisi secara jujur dan apa adanya oleh tim pengembang sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan membuat SK Tim Pengembang Sekolah. Sedangkan akreditasi sekolah dilaksanakan secara ekstern oleh Badan Akreditasi Sekolah tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan evaluasi diri sekolah telah dilaksanakan oleh satuan pendidikan setiap tahun, begitu pula dengan akreditasi sekolah telah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah. Setelah dicermati hasilnya, ternyata hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah cenderung terjadi kesenjangan atau gap yang memperlihatkan kontradiksi. Kesenjangan atau gap inilah yang menimbulkan permasalahan, sehingga perlu dikaji bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah mengapa terjadi kesenjangan hasil yang menimbulkan kontradiksi.
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Evaluasi Diri Sekolah Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Pengukuran kinerja melalui pengukuran evaluasi diri satuan/program pendidikan dilakukan setahun sekali. Hasil pengukuran kemudian dianalisis, sehingga menghasilkan satuan/program pendidikan dengan kategori: a. Tingkat 1, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. b.
Tingkat 2, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
c.
Tingkat 3, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut melampaui Standar Nasional Pendidikan.
Evaluasi diri sekolah bukanlah proses yang birokratis atau mekanis, melainkan suatu proses dinamis yang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sekolah. EDS perlu dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah dan dipandang sebagai bagian yang penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah.
Hal. 4 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
2. Akreditasi Sekolah Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada SNP. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan. Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat (1), lingkup SNP meliputi: 1. standar isi; 2. standar proses; 3. standar kompetensi lulusan; 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. standar sarana dan prasarana; 6. standar pengelolaan; 7. standar pembiayaan; dan 8. standar penilaian pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah/ madrasah yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan. Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan SNP; memberikan pengakuan peringkat kelayakan; serta memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait. Alur mekanisme akreditasi sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Jumlah dan Alokasi Sekolah/Madrasah 2. Pengumuman secara Terbuka kepada Sekolah/Madrasah Hal. 5 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
3. Pengusulan Daftar Sekolah/Madrasah 4. Pengiriman Perangkat Akreditasi ke Sekolah/Madrasah 5. Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung 6. Pengiriman Hasil Isian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung ke BAP-S/M 7. Penentuan Kelayakan Visitasi 8. Penugasan Tim Asesor 9. Pelaksanaan Visitasi 10. Verifikasi hasil visitasi 11. Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah 12. Penerbitan Sertifikat Sertifikat akreditasi memuat nilai masing-masing komponen (dalam angka) dan peringkat akreditasi sekolah/madrasah yang dinyatakan dengan huruf A (sangat baik), B (baik), dan C (cukup), dan TT (Tidak Terakreditasi). 3. Hipotesis Untuk menjawab permasalahan bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah dapat dibangkitkan hipotesis berikut: Ho: Tidak ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akreditasi H1: Ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akrediatsi sekolah 4. Pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengunduh data hasil pengumpulan data evaluasi diri sekolah secara on line di www.e-eds.kemdikbud.go.id. Dari hasil unduh data tersebut didapatkan data sebanyak 31 data sekolah jenjang SD yang telah mengirimkan hasil evaluasi diri sekolah secara on line. Dalam data hasil evaluasi diri sekolah didapatkan juga data mengenai pencapaian akreditasi. Data yang diambil adalah pencapaian standar nasional pendidikan pada evaluasi diri sekolah dan pencapaian akreditasinya.
Hal. 6 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
5. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan membuat komparasi atau perbandingan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan hasil akreditasinya. Langkah pertama adalah dengan membuat penyepadanan hasil evaluasi diri dan akreditasi sebagai berikut: Tabel 1. Penyepadanan hasil EDS dan hasil akreditasi No
Hasil Evaluasi Diri
Hasil Akreditasi
1
2 < EDS ≤ 3
A=3
2
1,5 < EDS ≤ 2
B=2
3
0 < EDS ≤ 1,5
C=1
Setelah membuat penyepadanan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah, kemudian membandingkan antara hasil pencapaian evaluasi diri sekolah dengan hasil akreditasinya yaitu dengan membuat selisih antara keduanya. Dari penghitungan didapatkan rata-rata selisih sebesar 0,513, standar deviasi sebesar 0,646. Dengan menggunakan pengujian statistika untuk uji rata-rata didapatkan nilai Z= 4,417. Kemudian Menetapkan kriteria pengujian atau daerah kritis. Pada taraf kesignifikanan α = 0,05 didapatkan Z 1-α/2 sebesar 1,645 pada pengujian hipotesis dua arah. Karena nilai Zhitung = 4,417 lebih besar dari Z 1-α/2 maka tolak H0. Dari hipotesis bagaimana hubungan antara hasil evaluasi diri sekolah dan hasil akreditasi adalah: Ho: Tidak ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akreditasi. H1: Ada perbedaan hasil antara evaluasi diri sekolah dan akrediatsi sekolah. Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa tolak Ho, sehingga keputusan yang diambil adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah. 6. Pembahasan Pengujian secara statistik yang membandingkan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua
Hal. 7 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Mengapa terjadi perbedaan yang signifikan?. Perbedaan ini terjadi akibat metode pelaksanaan yang berbeda. Instrumen evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara internal oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan menerbitkan SK Tim Pengembang Sekolah yang ditandatangani kepala sekolah. Inti dari instrumen ini adalah pengisian instrumen harus apa adanya sesuai dengan kondisi riil sekolah dan tidak diada-adakan. Karena pengisian yang apa adanya dan tidak ada pengaruh sangsi atau hal lain yang menyebabkan terancamnya seseorang, maka pengisiannya cenderung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Berbeda sekali dengan sistem akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pihak eksternal yaitu Badan Akreditasi Sekolah tingkat Kabupaten untuk jenjang SD. Hasil akreditasi sekolah ini sangat penting untuk menunjukkan prestasi sekolah di mata stake holder pendidikan, karena diterbitkan sertifikat sebagai pengakuan atas kinerja sekolah. Sebagai akibat dari pelaksanaan akreditasi yang demikian, banyak hal-hal yang menyebabkan distorsi pada hasil akreditasi sekolah. Hal-hal yang menyebabkan distorsi itu adalah adanya intervensi atau hal yang diada-adakan, padahal sebenarnya tidak ada pada saat penilaian unutk menentukan nilai akreditasi. Hasil akrediatsi dan evaluasi diri sekolah secara ideal haruslah sama atau mendekati sama, karena akreditasi sekolah adalah wujud pengakuan terhadap kinerja sekolah atau prestasi sekolah yang resmi. Alasan inilah yang diharapkan terjadi sesuai dengan prinsip-prinsip kejujuran dalam perolehan akreditasi sekolah. Hendaklah sekolah memperbaiki dirinya secara holistik agar pencapaian akreditasi sekolah sesuai dengan kondisi riil sekolah, bukan karena diada-adakan padahal sebenarnya tidak ada. Dengan melihat tujuan akreditasi sekolah dan evaluasi diri sekolah, kita dapat melihat manfaatnya yaitu untuk peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bisa dicapai apabila dilakukan dengan sendi-sendi kejujuran dalam pelaksanaannya. C. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah. Secara rasional, hasil akreditasi sekolah tidak berbeda jauh atau mendekati hasil evaluasi diri sekolah, akan tetapi yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang signifikan antara hasil kedua instrumen tersebut padahal standar yang digunakan adalah standar yang sama yaitu standar nasional pendidikan. Dengan melihat tujuan akreditasi sekolah dan evaluasi diri sekolah, kita dapat melihat manfaatnya yaitu untuk peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu Hal. 8 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
pendidikan bisa dicapai apabila dilakukan dengan sendi-sendi kejujuran dalam pelaksanaannya. D. SARAN Sebaiknya kajian ini diperluas dengan mengikutsertakan jenjang pendidikan yang lain yaitu jenjang SMP, SMA, dan SMK. Dengan mengikutsertakan jenjang yang lain maka kajian mengenai perbandingan antara EDS dan akreditasi sekolah akan semakin akan semakin akan semakin dalam.
Hal. 9 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215
REFERENSI Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah, 2011, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakart Pedoman Akreditasi Sekolah [diakses tanggal 6 Desember 2012 jam 21.00 WIB] dari http://www.ban-sm.or.id/content/kebijakan-dan-pedoman-akreditasi-sekolahmadrasah-tahun-2009 Pedoman Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, 2010, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta Siregar, Syofian, Ir., M.M., Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, 2014, Jakarta, PT. Bumi Aksara
Hal. 10 Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. Desember 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=307:analisisperbandingan-evaluasi-diri-sekolah-dengan-akreditasi-sekolah&catid=42:ebuletin&Itemid=215