ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT – PUAP DI BENGKULU Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu
[email protected] ABSTRAK Wanita tani memegang peranan yang tidak kecil dan menentukan dalam keberhasilan usahatani keluarga. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan wanita tani dalam usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi potong dan pengolahan hasil pertanian maka dikumpulkan data dan informasi melalui survei pada 6 desa/kelurahan di Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu. Lokasi survei adalah penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi, dan pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 118 orang wanita tani sebagai dan diskusi kelompok dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Data tersebut meliputi penentuan jenis usaha, penyediaan modal, pembelian sarana produksi, kegiatan pengolahan, pengemasan, pemasaran hasil olahan, dan aktivitas produktif wanita tani dalam keluarga, serta identifikasi faktor-faktor lingkungan strategis dalam pemerdayaan wanita tani. Data dianalisis dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk menunjukkan besarnya peran wanita dalam usahatani, analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemberdayaan wanita tani serta QSPM untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberdayaan wanita tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12%; (2) Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam; (3) prioritas utama strategi pemberdayaan wanita tani adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Kata kunci: peran wanita tani, kelompok wanita tani, strategi
1
PENDAHULUAN Kaum wanita memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kaum pria dalam semua aspek kehidupan, namun masih dirasakan adanya diskriminasi perhatian dan kesempatan terhadap kaum wanita. Ketimpangan gender terjadi di berbagai bidang kehidupan, misalnya di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Bappenas (2010) melaporkan bahwa di Bengkulu pada tahun 2008, persentasi perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah besarnya empat setengah kali lipat penduduk lakilaki (18,65% berbanding 4,07%). Begitu pula kaum perempuan yang buta huruf sekitar 21,12% dibandingkan penduduk laki-laki 6,51%. Di Bidang ekonomi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) kaum perempuan masih rendah yaitu 17% bila dibandingkan dengan TPAK laki-laki yaitu 83%. Munculnya perhatian terhadap isu gender sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi ke pendekatan kemanusiaan dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka (Sudarta, 2010). Sudarta (2010) menambahkan lebih lanjut bahwa peranan perempuan di sektor pertanian adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Dalam usahatani tanaman pangan, pembagian kerja antara pria dan wanita sangat jelas terlihat, sering dikatakan bahwa pria bekerja untuk kegiatan yang banyak menggunakan otot dan wanita bekerja untuk kegiatan yang banyak memakan waktu. Oleh karenanya, akses wanita yang lebih baik terhadap sumberdaya melalui program pemerintah juga memberikan kesempatan kepada wanita untuk berkontribusi lebih besar dalam kegiatan ekonomi produktif. Menurut Sudaryanto (2010), penggunaan anggaran pembangunan pertanian yang responsif gender akan lebih baik dalam mengakomodir keinginan semua golongan, sehingga efektifitas pelaksanaan pembangunan lebih baik dan pendapatan petani meningkat. Perhatian terhadap aspek gender tidak hanya untuk memberikan suasana yang lebih adil antara laki-laki dan perempuan melainkan juga bagi semua golongan pelaku usaha agribisnis. Hasil hasil penelitian tentang peran wanita dalam pertanian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa kontribusi wanita tani terhadap produksi pertanian dan rumah tangga adalah signifikan (Mehra and Esim, 1998 dalam Sudirja, 2007). Dengan demikian, wanita tani di perdesaan memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan ekonomi, baik melalui kegiatan produktif usahatani maupun sebagai tenaga kerja tidak dibayar (unpaid worker) melalui investasi non material yang dilakukannya di dalam rumah tangga seperti dalam pengasuhan anak dan urusan rumah tangga lainnya. Hasil kajian Suhaeti dan Suharni (2010) menyimpulkan bahwa usaha agribisnis dan pengembangan ekonomi pertanian rakyat akan berhasil apabila segala bentuk diskriminatif untuk pemberdayaan pelaku usaha dihilangkan dan keadilan dalam mekanisme pasar dapat ditegakkan. Wanita tani perlu mendapat ketrampilan dalam pemberdayaan pelaku usaha agribisnis. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam usahatani dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei. Kajian ini difokuskan pada peranan wanita dalam kegiatan budidaya padi,
2
pemeliharaan ternak sapi, dan usaha pengolahan dan pemasaran hasil. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani budidaya padi, pemeliharaan sapi potong, dan pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani pada usahatani padi, sapi potong, dan pengolahan hasil pertanian. METODOLOGI Survei dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November 2011 di 2 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu (Tabel 1). Lokasi survei adalah 6 desa/kelurahan penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tabel 1. Lokasi survei Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani. No 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota Seluma Seluma Kepahiang Kepahiang Kota Bengkulu Kota Bengkulu
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Air Periukan Seluma Selatan Kabawetan Merigi Ratu Agung Ratu Agung
Ds. Lokasi Baru Kel. Rimbo Kedui Ds. Tangsi Baru Ds. Bukit Barisan Kel. Sawah Lebar Lama Kel. Sawah Lebar Baru
Bantuan program (tahun) SLPTT PUAP 2011 2008 2011 2008 2011 2009 2010 2011 2008 2011 -
Responden dipilih secara acak sebanyak 118 orang wanita tani pada 6 desa/kelurahan yang melakukan usahatani padi, usaha pemeliharaan ternak sapi potong, dan usaha pengolahan hasil pertanian yang mendapat program SL-PTT dan atau PUAP. Masing-masing jenis usahatani diwakili oleh 2 desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik petani, aktifitas harian wanita tani, pola pengambilan keputusan dan alokasi waktu dalam usahatani, serta identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (SWOT) terhadap wanita tani. Pengumpulan Data dilakukan melalui wawancara individu menggunakan daftar pertanyaan serta diskusi kelompok dengan metode FGD (focus group disccussion). Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran pustaka, laporan, dan browsing internet. Data dianalisis dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengetahui besarnya peranan wanita tani. Gambaran aktivitas wanita tani dalam keluarga dianalisis secara deskriptif, sedangkan strategi pemberdayaan gender dirumuskan dengan analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberayaan wanita tani. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Jumlah responden survei sebanyak 118 orang wanita tani. Cabang usahatani utama yang diusahakan oleh wanita tani di lokasi survei adalah pengolahan hasil
3
(Bukit Barisan dan Sawah Lebar Lama), budidaya padi (Rimbo Kedui dan Sawah Lebar Baru), dan pemeliharaan sapi potong (Lokasi Baru dan Tangsi Baru). Umur rata-rata responden adalah 43,75 tahun dengan pendidikan rata-rata 7,04 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan wanita tani masih rendah. Kelompok wanita tani telah tumbuh dan berkembang pada 2 lokasi yaitu di Desa Bukit Barisan (Kepahiang) dan Kelurahan Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu). Kelompok wanita tani pada kedua lokasi ini merupakan kelompok pengolah hasil pertanian. Tabel 2 menampilkan deskripsi responden survei. Tabel 2. Deskripsi responden survei. No
1 2 3 4 5
6
Desa/Kelurahan
Lokasi Baru, Seluma Rimbo Kedui, Seluma Tangsi Baru, Kepahiang Bukit Barisan, Kepahiang Sawah Lebar Lama, Kota Bengkulu Sawah Lebar Baru, Kota Bengkulu
Jumlah responden (org) 20
Umur rata-rata (thn) 45,66
Pendidikan rata-rata (thn) 6,60
20
32,10
6,55
17
51,07
8,60
20
42,10
6,70
28
43,54
9,14
13
40,40
6,40
118
43,75
7,04
Kegiatan
Kelompok wanita tani
Pemeliharaan ternak sapi Budidaya padi
-
Pemeliharaan ternak sapi Pengolahan marning Pengolahan hasil (kue, tempe, keripik, kopi) Budidaya padi
-
-
5 3
-
Akses Wanita Tani terhadap Program SL-PTT dan PUAP Akses wanita tani terhadap program pembangunan hanya terlihat pada program PUAP untuk usaha pengolahan hasil di 2 desa yaitu Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang). Pada kedua desa ini, kaum wanita melalui kelompok wanita tani ikut serta dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan program. Untuk usaha budidaya padi dan pemeliharaan ternak sapi potong, akses terhadap program dilakukan oleh kaum pria. Kaum pria yang merencanakan dan melaksanakan program bantuan Kementerian Pertanian. Dalam kegiatan usaha pengolahan hasil, wanita tani terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Dalam budidaya padi, wanita tani berperan membantu dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Sedangkan pada pemeliharaan sapi potong wanita tani membantu dalam pemberian pakan, air minum, dan membersihkan kandang. Akses wanita tani pengolah hasil pertanian terhadap program pembangunan terlihat dengan eksistensi kelompok wanita tani yang ada di desa. Terdapat 3 kelompok wanita tani yang ada di Kelurahan Sawah Lebar Lama dan 5 kelompok di Desa Bukit Barisan (Tabel 2). Kelompok ini telah eksis sebelum adanya bantuan pemerintah melalui program PUAP. Fenomena yang menarik adalah
4
kelompok wanita tani juga memiliki fungsi sosial keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian/perayaan keagamaan dan kunjungan suka duka. Pertemuan kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan. Pada saat-saat tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan pengelolaan organisasi kelompok. Menurut Pranadji dan Hastuti (2010), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada. Pada 4 desa (Lokasi Baru – Seluma, Rimbo Kedui – Seluma, Tangsi Baru – Kepahiang, dan Sawah Lebar Baru – Kota Bengkulu) yang kegiatan produktif wanita taninya adalah budidaya padi dan beternak sapi potong, belum terdapat kelompok wanita tani sehingga wanita tani belum dapat mengakses program SL-PTT dan PUAP. Kegiatan wanita berkelompok tidak mengarah kepada kegiatan produktif, masih terbatas pada kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian dan arisan. Dari uraian di atas jelas bahwa akses wanita tani terhadap program pembangunan sangat ditentukan oleh keberadaan kelompok. Hal ini disebabkan karena bantuan program pemerintah kepada petani disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Peran Wanita Tani dalam Usahatani Keluarga Pengambilan keputusan usahatani dalam keluarga merupakan hasil kompromi (keputusan bersama dalam keluarga), umumnya antara bapak dan ibu tani. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dari keputusan yang juga akan ditanggung secara bersama-sama dalam keluarga. Menurut Reason (1997), pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau pengetahuan yang membawa pada pemilihan suatu tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan akhir. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Oleh karenanya hasil keputusan seseorang berupa tindakan akan menentukan peranannya. Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam usahatani pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa wanita tani memiliki peran dominan atau lebih tinggi daripada pria dalam usahatani padi dan pengolahan hasil. Rata-rata sumbangan peranan wanita tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Dalam usaha pengolahan hasil, peranan wanita tani jauh lebih tinggi daripada pria yaitu mencapai 67,13% berbanding 17,63%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12% dibandingkan pria sebesar 49,48%. Dalam usahatani padi, wanita berperan lebih besar daripada pria pada hampir seluruh tahapan usaha, hanya pada penentuan jenis usaha dan penyediaan modal kaum pria lebih berperan. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, dominannya peranan wanita disebabkan oleh karena kaum pria juga
5
melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menjadi buruh tani, tukang, jasa, berdagang, PNS dan sebagainya. Tujuan utama budidaya padi adalah untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga. Pada usaha pemeliharaan ternak sapi potong, peranan kaum pria dominan. Namun yang menarik adalah peranan wanita pada saat penjualan sapi lebih dominan (44,4%). Hal ini dapat dimaklumi karena tujuan utama memelihara ternak sapi adalah sebagai tabungan keluarga. Kepemilikan rata-rata sapi dalam keluarga berkisar antara 2-3 ekor. Sapi akan dijual untuk kebutuhan mendadak dan biasanya untuk kebutuhan yang telah direncanakan terlebih dahulu seperti untuk biaya pendidikan anak. Tabel 3. Peranan pria dan wanita dalam usaha budidaya padi, ternak Sapi potong, dan pengolahan hasil pertanian di lokasi penelitian. No 1
2
3
Uraian
Persentase peranan rata-rata (%) Pria Wanita Pria dan Wanita
Budidaya padi sawah − Penentuan jenis usaha − Penyediaan modal − Pembelian sarana produksi − Kegiatan budidaya − Panen − Pasca panen − Pemasaran hasil Rata-rata Pemeliharaan ternak sapi potong − Penentuan jenis usaha − Penyediaan modal − Pembelian bibit − Kegiatan budidaya − Penjualan sapi Rata-rata Usaha pengolahan hasil − Penentuan jenis usaha − Penyediaan modal − Pembelian sarana produksi − Kegiatan produksi − Kegiatan pengepakan − Pemasaran hasil Rata-rata
52,5 69,9 40,4 20,5 20,5 11,5 36,4 35,96
18,3 12,5 41,6 52,6 52,6 69,0 41,3 41,13
29,2 17,6 18,0 26,9 26,9 19,5 22,3 22,91
54,0 63,7 67,3 45,5 16,9 49,48
16,3 10,5 10,1 24,3 44,4 21,12
29,7 25,8 22,6 30,2 38,7 29,40
8,9 34,4 23,8 10,4 12,5 15,8 17,63
77,5 49,4 61,3 72,2 72,1 70,3 67,13
13,6 16,2 14,9 17,4 15,4 13,9 15,23
Peranan wanita tani sangat dominan dalam usaha pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 3 di atas jelas terlihat bahwa wanita tani berperan dominan pada seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha sampai dengan pemasaran hasil. Aktivitas Produktif Wanita Tani dalam Usahatani Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008).
6
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alokasi waktu yang digunakan untuk usaha produktif wanita tani memanfaatkan waktu luang yang dimiliki, setelah alokasi waktu untuk melakukan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga yaitu dalam pengasuhan anak dan mengurusi keperluan keluarga telah terpenuhi. Dalam kegiatan usahatani di sawah, wanita tani di Desa Rimbo Kedui (Seluma) dan Kelurahan Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) rata-rata melakukan kegiatan produktif di sawah 4-7 jam, kecuali pada saat tanam dan panen membutuhkan waktu yang lebih lama. Curahan waktu lainnya dimanfaatkan oleh wanita tani untuk mengurusi rumah tangga dan kemasyarakatan (kegiatan sosial) dan kegiatan non produktif. Rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif usahatani padi adalah sekitar 6,3 jam. Selain itu wanita tani melakukan kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/keagamaan sekitar 6,5 jam. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur dan santai sekitar 11,2 jam per hari. Alokasi waktu wanita dalam kegiatan usaha pemeliharaan ternak sapi potong relatif lebih sedikit daripada alokasi waktu wanita tani dalam usahatani padi sawah. Untuk membantu usaha ternak sapi hanya dibutuhkan waktu rata-rata 2 jam per hari untuk pemberian pakan, memandikan ternak, atau membersihkan kandang. Waktu luang yang tersisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha produktif lainnya seperti menjadi buruh tani, membantu di kebun/lahan usahatani atau berdagang. Rata-rata lamanya alokasi waktu untuk kegiatan produktif wanita tani di Desa Lokasi Baru (Seluma) dan Tangsi Baru (Kepahiang) adalah sekitar 9,24 jam, kegiatan sosial 6,76 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam. Waktu yang digunakan dalam aktivitas pengolahan hasil pertanian di Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang) adalah sekitar 10 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam per hari. Terlihat bahwa kegiatan wanita tani dalam pengolahan hasil membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan usahatani padi atau membantu dalam pemeliharaan ternak sapi. Tabel 4 menunjukkan pembagian waktu wanita tani dalam kegiatan produktif, sosial dan non produktif. Tabel 4. Alokasi waktu usaha produktif wanita tani di lokasi penelitian. No 1 2 3
Kegiatan Budidaya padi Pemeliharaan ternak sapi Pengolahan hasil pertanian
Kegiatan produktif rata-rata (jam) 6,3 2 10
Strategi Pemberdayaan Wanita Tani Strategi pemberdayaan wanita tani dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT (Tabel 5) menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008).
7
Tabel 5. Matrik SWOT strategi pemberdayaan wanita tani. FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunities): 1. Adanya program pemerintah yang dapat diakses wanita tani 2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi wanita tani dalam kegiatan usaha produktif 3. Dukungan pemerintah terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi 4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka Ancaman (Threats): 1. Persaingan antara pria dan wanita dalam mengakses program pembangunan 2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita tani masih kurang
Kekuatan (Strengths): 1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 2. Kemampuan wanita tani dalam menambah pendapatan keluarga 3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup tinggi 4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi Strategi S-O: Memanfaatkan peranan wanita dalam usaha produktif untuk mengakses program pemerintah (S1, S2, S3, S4, O1, O2)
Strategi S-T: Membentuk kelompok wanita tani sehingga dapat mengakses program pemerintah dan pelayanan petugas/pembina (S4, T1, T2)
Kelemahan (Weaknesses): 1. Lemahnya organisasi wanita tani 2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan teknis wanita tani 3. Akses wanita tani terhadap program pembangunan terbatas 4. Fungsi utama wanita tani secara sosial adalah sebagai ibu rumah tangga Strategi W-O: a. Membuka akses wanita tani dalam pengembangan agribisnis melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani (W2, W3, O4) b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan yang difasilitasi program pemerintah (W2, O3)
Strategi W-T: Memperbaiki kelemahan organisasi wanita tani melalui peningkatan intensitas pembinaan petugas (W1, T2)
Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 5 diperoleh empat arahan strategi pemberdayaan wanita tani. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keempat arahan strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah dan (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 6.
8
Tabel 6. Analisis QSPM untuk pemilihan alternatif strategi dalam pemberdayaan wanita tani. Uraian
Alternatif (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah Bobot Rating Skor
strategi (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif Bobot Rating Skor
Faktor Internal (SW) Kekuatan (S): S1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 0,15 2 0,30 0,15 3 S2. Kemampuan wanita tani dalam menambah 0,15 1 0,15 0,15 3 pendapatan keluarga S3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup 0,10 1 0,10 0,10 3 tinggi S4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi 0,10 4 0,40 0,10 3 Kelemahan (W): W1. Lemahnya organisasi wanita tani 0,20 4 0,80 0,20 1 W2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan 0,15 1 0,15 0,15 4 teknis wanita tani W3. Akses wanita tani terhadap program 0,10 4 0,40 0,10 3 pembangunan terbatas W4. Fungsi utama wanita tani secara sosial 0,05 0,05 adalah sebagai ibu rumah tangga Jumlah Faktor Internal 1,000 2,30 1,000 Faktor Eksternal Peluang (O): O1. Adanya program pemerintah yang dapat 0,20 4 0,80 0,20 3 diakses wanita tani O2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi 0,05 2 0,10 0,05 3 wanita tani dalam kegiatan usaha produktif O3. Dukungan pemerintah terhadap 0,10 4 0,40 0,10 3 pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi O4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya 0,30 2 0,60 0,30 3 dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka Ancaman (T): T1. Persaingan antara pria dan wanita dalam 0,20 3 0,60 0,20 3 mengakses program pembangunan T2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita 0,15 3 0,45 0,15 3 tani masih kurang Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,95 1,000 Jumlah Skor Total 5,25 Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik)
Analisis QSPM pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa strategi (2): peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif dapat lebih mendorong pemberdayaan wanita tani dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,60 daripada strategi (1): penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah (5,25).
9
0,45 0,45 0,30 0,30 0,20 0,60 0,30 2,60
0,60 0,15 0,30 0,90
0,60 0,45 3,00 5,60
KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12%. Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam. Pilihan strategi untuk pemberdayaan wanita tani ke depan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2010. Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu. Kerjasama Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan Universitas Bengkulu. Jakarta. 2010. BPTP Bengkulu. 2008. Database Gapoktan PUAP Tahun 2008 Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Laporan tidak dipublikasikan. Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta. Pranadji, T. dan E.L. Hastuti. 2010. Transformasi Sosio Budaya dalam Pembangunan Pedesaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 Nomor 1, Maret 2010. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelimabelas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Reason, J. 1997. Managing The Risks of Organizational Accidents. Cetakan keempat. Ashgate Publishing Ltd. Hampshire. Inggris. Sudarta, W. 2010. Peran Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. www.pswunud.go.id, 5 Juli 2010. Sudaryanto, T. 2010. Anggaran Berbasis Gender mengakomodir semua Golongan. Artikel dimuat dalam Sinar Tani, Edisi 6 - 12 Januari 2010 No.3336 Tahun XL, hal. 14. Sudirja, R. 2007. Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PRA bagi Tenaga Pemandu Dinas Tenaga Kerja seKabupaten/Kota di Indonesia tanggal 8 – 13 Juli 2007, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. Suhaeti, N.R. dan S. Suharni. 2010. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. http://psekp.litbangdeptan.go.id, 20 Juni 2010.
10