perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG (TAHUN 1997 – 2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan
Oleh : ALARICO DA SILVA S4211002
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Persetujuan Pembimbing
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG (TAHUN 1997 – 2011)
Disusun Oleh :
ALARICO DA SILVA S4211002
Telah disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. J.J Sarungu, MS
Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP
NIP. 19510701 198010 1001
NIP. 19590613 198403 2001
Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dr. AM Susilo, M.Sc NIP.19590328 1988031 001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Persetujuan Penguji
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG (TAHUN 1997 – 2011)
Disusun Oleh :
ALARICO DA SILVA S4211002
Telah disetujui Oleh Tim Penguji : Pada tanggal :
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua tim Penguji
Dr. Siti Aisyah TR,SE,MSi
……..
Pembimbing Utama
Dr. J.J Sarungu, MS
…….
Pembimbing Pendamping
Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP
…….
Mengetahui Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, MS
Dr. AM Susilo, M.Sc
NIP. 196110717 1986011 001
NIP.19590328 1988031 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Alarico da Silva Nim : S4211002 Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : ESDM dan Pembangunan Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar – benarnya.
Surakarta, 10 Agustus 2012 Tertanda,
Alarico da Silva
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG (TAHUN 1997 – 2011) ABSTRAK Pengembangan perusahaan merupakan usaha untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan, karena teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja . Penyerapan tenaga kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti upah tenaga kerja, modal kerja, produktivitas tenaga kerja, dan pengeluaran non upah tenaga kerja . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data time series selama 15 tahun (1997- 2011) mengenai penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel upah tenaga kerja, modal, produktivitas tenaga kerja dan pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa variabel upah tenaga kerja dan modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan pengeluaran non upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang.
Kata Kunci : Penyerapan tenaga kerja, Upah, Modal Produktivitas dan Pengeluaran non upah
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT ANALYSIS OF MANPOWER EMPLOYMENT AT ABADI SEJAHTERA CIGARETTE COMPANY IN MALANG REGENCY (YEARS 1997 – 2011)
The development of a company is an effort of solving the problems of unemployment and poverty, particularly the one which employs labor-based technology. Such a technology enlarges the employment opportunity. The manpower employment cannot be separated from the factors affecting it such as wage, work capital, manpower productivity, and non-wage expenditure. The objective of this research is to investigate the effect of the wage, the work productivity, the work capital, and the non-wage expenditure on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency. The data of the research were the time series ones of the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency for fifteen years from 1997 to 2011 on The data of the research were analyzed by using the multiple regression analysis. The result of the research shows that the simultaneously the variables of the wage, the work productivity, the work capital, and the non-wage expenditure have an on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency. Based on the significant partial test (t-test), the following are found: (1) the wages and the work capitals have a negative and insignificant effect on the manpower employment at the company; (2) the manpower productivities have a positive and significant effect on the manpower employment at the company; but (3) the non-wage expenditures have a negative and insignificant effect on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency.
Keywords: Manpower employment, wage, capital, productivity, and non-wage expenditure.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah yang selalu memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul :“ Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi
di Malang ”, dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan derajat PascaSarjana (S2) program Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta . Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dr. AM Susilo, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta . 2. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing Utama dan
Dr. Yunastiti
Purwaningsih, MP selaku Pembimbing kedua, atas arahan, bimbingan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan tesis. 3. Segenap dosen Program Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan yang telah Memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta . 4. Segenap staf administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan tulus memberikan motivasi dan doa sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu sumbang dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.
Surakarta, 10 Agustus 2012 Penulis
Alarico da Silva commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………ii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI…………………………………..iii HALAMAN PERNYATAAN…………..…………………………………… iv ABSTRAK ....................................................................................................... .v KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ….. 9 A. Landasan Teori ......................................................................... 9 1. Pengertian Perusahaan ...................................................... 9 2. Pengertian Tenaga Kerja ..................................................... 11 3. Permintaan Tenaga Kerja ..................................................... 14 4. Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja ........... 18 5. Pengertian Produksi .............................................................. 21 commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan....... 22 B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 31 C. Kerangka Pemikiran ............................................................... 34 D. Hipotesis ................................................................................... 36 BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................ 37 A. Tipe Penelitian ......................................................................... 37 B. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 37 C. Definisi Operasional Variabel ................................................. 38 D. Teknik Analisis Data .............................................................. 38 1. Uji asumsi klasik ................................................................. 39 2. Uji Statistik ........................................................................... 42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 44 A. Gambaran Ekonomi Kabupaten Malang ................................ 44 1. Aspek Geografis ................................................................. 44 2. Aspek Demografi ................................................................ 45 3. Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten ........................ 45 4. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang .................... 46 B. Gambaran Perusahaan Rokok di Malang ................................ 47 C. Gambaran Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi ...................... 48 D. Gambaran Data Hasil Penelitian………………………….
52
E. Hasil Analisis Regresi .............................................................
54
1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .....................................
54
2. Pengujian Statistik ............................................................... commit to user
57
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................... BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………
59 62
A. Kesimpulan ............................................................................. 62 B. Rekomendasi .......................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.1 . Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektor PDRB Tahun 2006 ................................................................................................ – 2010 ..................................................................................................
2
1.2. Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Malang Tahun 2007 – 2009 .................................................................................. 1.3.
4
6
Jumlah Perusahaan Rokok Yang Aktif di Wilayah Malang dan .........................................................................
Kota Batu Tahun
2010
1.4. ....................................................................................................... Alokasi Dana Bagi Hasil cukai Tembakau Kota Malang Tahun 2008– 2010 ................................................................................................
7
4.1. ....................................................................................................... Perke mbangan Kependudukan Tahun 2006 – 2010 ..........................................
45
4.2. ....................................................................................................... Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2007 – 2010 .............................................
46
4.3. ....................................................................................................... Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2006-2010 ........................................................................ 4.4.
Nama Perusahaan Rokok dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Malang Tahun 2011……………………………………
4.5.
47
Data Sekunder Pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi commit to user
xi
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Malang Tahun 1997 – 2011……………………………………………
53
4.6. ....................................................................................................... Hasil Regresi .................................................................................................... . 54 4.7.
Uji Normalitas Variabel Penelitian…………………………………... 55
4.8. ....................................................................................................... Uji Multikolinieritas ....................................................................................... . 56
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1. ....................................................................................................... Fungsi Permintaan Tenaga Kerja ..............................................................
19
2.2. ....................................................................................................... Kerangka Pemikiran ...............................................................................
35
4.10. ..................................................................................................... Uji Hetersokedastisitas .................................................................................
commit to user
xiii
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian 2. Data Untuk Regresi 3. Regresi
4. Normal Parametric Tests 5. T – Table Statistics 6. F – Table Statistics, α = 0.05 7. Tabel Durbin – Watson, α = 0.05
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, perusahaan merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah. Strategi perusahaan yang banyak mengandalkan akumulasi modal dan teknologi tinggi telah menimbulkan polarisasi dan dualisme dalam proses pembangunan. Fakta menunjukkan bahwa sektor usaha yang modern hidup berdampingan dengan sektor pertanian yang tradisionil dan kurang produktif. Perusahaan memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi fisik masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas
kesempatan
kerja,
meningkatkan
serta
menghemat
devisa,
mendorong pembangunan daerah, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Pengembangan perusahaan akan membantu mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan, mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro, 2007 ). Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor perusahaan yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah kemampuan untuk menganalisis potensi sektor usaha apa yang potensial di wilayahnya . Jika masingmasing
Pemerintah
Daerah commit mamputo user melihat
1
sektor
yang
memiliki
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Dengan demikian akan dapat meningkatkan Output Regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, maka peran sektor perusahaan semakin penting. Keadaan tersebut juga berlaku di Kabupaten Malang. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seperti terlihat dalam Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektor PDRB Tahun 2006 – 2010 (Dalam Persen) Uraian Pertumbuhan Ekonomi Primer : 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian Sekunder : 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan Tersier : 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa – jasa
2006
2007
2008
2009
2010
5,74
6,09
5,76
5,25
5,97
% 5,71
4,29 7,81
4,28 7,89
4,29 6,55
4,81 7,08
4,9 7
4,4 7,3
8,37 5,32 9,14
9,54 3,85 10,49
8,47 6,30 10,93
6,41 4,81 10,68
6,5 5,0 10,7
8,2 5,1 10,3
6,54 4,87 6,12 3,97
7,06 5,37 5,14 4,07
5,95 4,23 5,79 4,59
4,72 3,66 5,46 5,05
6,5 4,2 6 5,0
6,1 4,5 5,6 4,4
Sumber : Bappeda Kabupaten Malang dalam Angka 2010 (diolah) Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend positif dalam 5 tahun terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit. Oleh karena itu, kontribusi ekonomi diharapkan bergeser pada sektor commit to user perusahaan. Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1,
dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi
dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,3 %, industri pengolahan 8,2 %, pertambangan dan penggalian 7,3 %, disusul hotel dan restoran. Sedangkan sektor jasa perusahaan 5,6 %. Di lain pihak pemerintah ingin mengoptimalkan peranan perusahaan dalam memberikan kontribusi terhadap permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja di sektor perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dari tiap – tiap unit usahanya. Secara eksternal dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan secara internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal (teknologi), biaya bahan baku, nilai produksi, dan pengeluaran non upah tenaga kerja (Simanjuntak,1985:13). Kondisi ketenagakerjaan dicerminkan dari jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Malang pada Tahun 2007 sejumlah 1.443.799 orang, pada Tahun 2009 menjadi 1.495.743 orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 1,8 %, demikian juga dengan jumlah angkatan kerja sejumlah 1.043.373 pada Tahun 2007 menjadi 1.347.500 orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 14,58 %. Sementara itu jumlah angkatan kerja tertampung disektor formal pada Tahun 2007 sebanyak 6.735 orang, pada Tahun 2009 tertampung 4.358. Jumlah pencari kerja yang terdaftar Tahun 2007 sebanyak 45.110 orang, sedangkan pada Tahun 2009 sebesar 47.263 orang.
Secara lengkap kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten
Malang dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini : commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Malang Tahun 2007 – 2009 Uraian
Satuan
2007
2008
2009
Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Angkatan Kerja Tertampung Pencari Kerja Jumlah Pengiriman TKI Remitansi Kebutuhan Fisik Minimum UMK Tingkat Pengangguran terbuka
Orang Orang Orang Orang Orang Rp Rp Rp %
1.443.799 1.043.373 3.654 45.110 4.529 107,8 M 769.000 743.250 7,85
1.487.523 1.210.549 6.157 47.543 5.584 95 M 813.000 802.000 6,44
1.495.743 1.347.500 4.358 47.263 2.008 84,1 M 975.000 954.500
6,4
Sumber : Bappekab Malang, 2010 ( data diolah) Pada Tahun 2007 tercatat pemberangkatan TKI sebanyak 4.529 orang , Tahun 2008 naik menjadi 5.584 orang dan Tahun 2009 turun menjadi 2.008 orang. Kebutuhan fisik minimum dari Tahun 2007 sebesar Rp 769.000,- naik di Tahun 2008 menjadi Rp 813.000,- dan Tahun 2009 naik lagi menjadi Rp 975.000,-, disisi yang lain Upah Minimum Kabupaten juga cenderung meningkat pada Tahun 2007 sebesar Rp 743.000,-, Tahun 2008 naik menjadi Rp 802.000,- dan Tahun 2009 naik lagi menjadi Rp 954.500,-.
Menjadi sedikit lebih tinggi dari kebutuhan fisik
minimum, dengan demikian daya beli masyarakat terhadap produk perusahaan diharapkan meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik Malang menunjukkan bahwa pada tahun 1997 jumlah perusahaan rokok sebanyak 226 perusahaan, tahun 1999 naik menjadi 247 perusahaan, dan tahun 2002 turun menjadi 244 perusahaan. Pertumbuhan jumlah perusahaan rokok memicu permintaan akan tenaga kerja . Dari sektor penyerapan tenaga kerja, pada kurun waktu 1997 - 2002 jumlah pekerja yang bergerak dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
perusahaan ini menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pekerja perusahaan rokok sebesar 4,08% per tahun . Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1997 sebanyak 181,3 ribu orang, meningkat pada tahun 1998 sebesar 8,56% (Wahuyudi, 2010). Mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 1998 yang buruk, hal ini membuktikan bahwa perusahaan rokok mampu bertahan atau dengan kata lain tidak terpengaruh oleh krisis moneter. Namun, bila kebijakan peningkatan cukai rokok ini tidak dipikirkan secara matang, perusahaan rokok kemungkinan besar akan mengalami bangkrut. Salah satu contohnya adalah di daerah Malang pada tahun 2011, Kantor Pelayanan Pajak Bea Cukai Tipe Madya Cukai Malang mencatat bahwa terdapat 45 perusahaan rokok mengalami gulung tikar karena kenaikan tarif cukai. Dari yang semula berjumlah 224 perusahaan, kini menjadi 179 perusahaan (Anonim, 2011). Kebangkrutan perusahaan rokok menyebabkan seluruh tenaga kerjanya berpotensi untuk menjadi pengangguran. Selain itu, ada ancaman lain yang berpotensi menyebabkan pengangguran, yaitu mekanisasi perusahaan rokok. Terutama untuk perusahaan rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM), dimana permintaan untuk dua produk rokok jenis ini lebih tinggi dari jenis lain, sehingga perusahaan berinovasi untuk memakai mesin terotomasi dalam aktivitas produksinya (Tjahjaprijadi & Indarto, 2003). Berdasarkan Penyuluhan dan Layanan Informasi (PLI) KPPBC Malang, data yang dimiliki KPPBC Malang perawal maret 2009, ada 157 perusahaan yang dicabut izin usahanya dan 56 perusahaan rokok dibekukan. Data terakhir, jumlah commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan rokok tahun 2009 di kota Malang dan wilayah kabupaten malang terdapat 347 perusahaan skala besar sampai skala kecil (Anam,2011). Perusahaan rokok merupakan perusahaan yang banyak terdapat di Kota Malang, mulai perusahaan kecil hingga besar. Menurut data dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kota Malang secara rerata sebesar 27,09 %, Kabupaten Malang sebesar 69,95 % dan Kota Batu sebesar 2,96 %. Tabel 1.3 di bawah ini menunjukkan banyaknya perusahaan rokok yang masih terdaftar di KPPBC untuk daerah Malang Raya. Tabel 1.3 Jumlah Perusahaan Rokok yang Aktif di Wilayah Malang dan Kota Batu Tahun 2010 NO 1. 2. 3.
Wilayah Kota Malang Kabupaten Malang Kota Batu Total Sumber : KPPBC Madya Malang, 2010
Jumlah Perusahaan 55 142 6 203
Persentase (%) 27,09 69,95 2,96 100
Perusahaan rokok di Kota Malang terbagi menjadi tiga golongan yaitu golongan I (Perusahaan besar) yang jumlah produksinya 2 Miliar batang per tahun, golongan II (Perusahaan Menengah) yang jumlah produksinya di bawah 2 Miliar batang per tahun dan golongan III (Perusahaan Kecil) yang memproduksi kurang dari 500 juta batang per tahun. Perusahaan rokok yang berada diwilayah Kota Malang sebagian besar merupakan perusahaan perseorangan. Pada umumnya pemilik mendirikan sendiri perusahaan tersebut dan sebagian lagi meneruskan dari usaha keluarga sebelumnya. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data jumlah Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) yang dialokasikan untuk Kota Malang dari tahun 2008 sampai 2010. Dana alokasi tersebut meningkat pesat dari tahun 2008 yang hanya berkisar 4 miliar rupiah meningkat menjadi 17 miliar pada tahun 2009 dan 18 miliar pada 2010. Peningkatan yang cukup signifikan tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya kontribusi yang dihasilkan dari perusahaan rokok di Kota Malang. Tabel 1.4 di bawah ini menunjukkan besarnya alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) Kota Malang dari tahun 2008-2010 (Anonim,2011). Tabel 1.4 Alokasi Dana Bagi Hasil cukai Tembakau Kota Malang Tahun 2008 - 2010 No Tahun Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (Rp) 1. 2008 4.050.158.500 2. 2009 17.628.730.000 3. 2010 18.082.709.381 Sumber : Keputusan Mentri Keuangan, 2010 Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi yang berada di Kabupaten Malang adalah salah satu perusahaan yang memproduksi dengan teknologi padat karya. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Rokok Sejahtera Abadi tidak lepas dari faktorfaktor pendukung
dalam proses produksi yang berupa tenaga kerja yang
dipekerjakan, maka penelitian ini terfokus pada penyerapan tenaga kerja dengan judul : “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang - Tahun 1997 – 2011”.
commit to user
Rokok
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh Upah, Produktivitas Tenaga Kerja, Modal dan Pengeluaran non Upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1 . Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui besarnya pengaruh upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan – kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pengambil kebijakan dalam merumuskan langkah – langkah dan strategi – strategi untuk pengembangan lebih lanjut lagi pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi. b. Sebagai
bahan
informasi
dan
referensi
bagi
pihak
lain
berkepentingan dengan masalah – masalah penyerapan tenaga kerja.
commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Landasan Teori 1. Pengertian Perusahaan Perusahaan adalah
institusi atau lembaga yang menggunakan atau
memanfaatkan dan mengorganisasi faktor – faktor produksi untuk menghasilkan dan menjual barang – barang dan jasa – jasa. Perusahaan ada / diadakan karena memanfaatkan faktor kelangkaan. Meskipun sumber daya alam menyediakan semua kebutuhan yang bermanfaat dan berguna untuk manusia akan tetapi sumber daya itu tersedia dalam bentuk yang terpisah satu sama lain. Untuk menyatukannya menjadi barang yang bisa dimanfaatkan maka harus dirangkai. Perusahaan bisa saja berfungsi sebagai penghasil
barang dan jasa atau juga
berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Jadi pada intinya perusahaan memiliki beberapa fungsi utama yaitu : a. Memproduksi macam dan sejumlah barang dan atau jasa. b. Sebagai perantara bahan baku bagi individu maupun perusahaan lainnya baik untuk digunakan langsung atau sebagai bahan dasar setengah jadi. c. Hubungan yang saling memanfaatkan dan menguntungkan antara perusahaan dengan pemiliknya. d. Sebagai lembaga yang memanfaatkan dan memberikan kompensasi kepada faktor – faktor yang digunakan. commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Suatu perusahaan dibentuk dengan memperhatikan pertimbangan ekonomi dan administratif yaitu : a. Relatif mudah mendapatkan kepercayaan karena dikerjakan secara bersama – sama sehingga memberikan keyakinan bagi calon pemanfaat dana yang akan dimanfaatkannya. b. Relatif mudah mengelolahnya karena perusahaan berisikan orang – orang terampil dan terlatih dibidangnya. c. Biaya – biaya transaksi akan bisa ditekan karena dikerjakan secara fokus dan dalam jumlah yang banyak. d. Bisa menghasilkan kondisi di mana terjadi skala ekonomis dalam produksi yaitu suatu kondisi di mana produksi mengeluarkan biaya yang relatif sangat rendah dengan hasil yang relatif sangat tinggi. e. Perusahaan biasanya berintikan orang – orang yang dapat memproduksi barang secara lebih ekonomis. Pada kenyataannya organisasi atau lembaga yang digolongkan sebagai perusahaan terdiri dari 3 macam yaitu ( Putong, 2007 : 180) : a. Perusahaan perorangan (Proprietornsip) b. Kerjasama usaha – Persekutuan (Partnerships) c. Perseroan (Companies) Tujuan utama perusahaan adalah untuk memanfaatkan sumber daya guna mendapatkan manfaat (Benefit) darinya. Dalam pengertian komersial manfaat bisa berupa manfaat negatif yang sering diistilahkan rugi (loss) atau manfaat positif yang disebut sebagai untung (profit). Dalam ilmu ekonomi istilah untung dan rugi commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merujuk hanya pada dua “kutub” besar dalam bisnis yaitu kutub biaya (TC) dan kutub penerimaan (TR). Dalam hal ini bila TC > TR maka perusahaan rugi, bila TC < TR maka perusahaan untung, bila TC = TR maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan tapi juga tidak mengalami kerugian (BEP). Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah untuk memperoleh laba. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Terdapat tiga jenis perusahaan yang beroperasi untuk menghasilkan laba yaitu : a) Perusahaan Manufaktur (Manufacturing) yang mengubah input dasar
menjadi
produk
yang
dijual
kepada
masing-masing
pelanggan.
b) Perusahaan Dagang (Merchandising) menjual produk kepada pelanggan tanpa mengubah bentuk barang dan jasanya. c) Perusahaan Jasa (Service) yang menghasilkan jasa untuk pelanggan (Anonim,2012). 2. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia untuk melaksanakan pekerjaan. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua arti. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. SDM mengandung (Sudarsono, 1983) : a. Aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja b. Aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produk Secara garis besar, tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tenaga kerja rohaniah atau tenaga kerja pikir dan tenaga kerja jasmaniah atau tenaga kerja fisik. Tenaga kerja rohaniah lebih banyak menggunakan kekuatan pikir dalam proses produksi. Tenaga kerja ini memerlukan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang cukup luas dalam menangani usaha-usaha produksi. Tenaga kerja ini dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu (Purwo, 2000: 45) : a. Managerial skill Tenaga kerja yang mampu dan cakap memimpin organisasi, perusahaan perusahaan besar. b. Tehnological skill Tenaga kerja yang mampu dan cakap dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. c. Organization skill Tenaga kerja yang mampu dan cakap mengatur berbagai usaha dalam organisasi atau
perusahaan baik ke dalam maupun ke luar. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tenaga kerja jasmaniah merupakan tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan fisik yang berupa keterampilan fisik dalam melaksanakan produksi. Tenaga kerja ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Purwo, 2000: 45) : a.Tenaga kerja terdidik (skilled labour) Tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus, seperti operator, perawat, asisten apoteker, pilot, dan lain-lain b.Tenaga kerja terlatih (trained labour) Tenaga kerja yang memerlukan pengalaman latihan, seperti montir, masinis, juru ketik, dan lain-lain. c.Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour) Tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan maupun latihan, seperti pesuruh, kuli pasar, kuli bangunan, dan lain-lain. Di dalam masyarakat terdapat diferensiasi pekerjaan dari yang paling sederhana sampai pada pekerjaan yang paling kompleks. Jenis pekerjaan dilihat dari perbedaan persyaratan jenis dan tingkat pengetahuan, keterampilan, kemahiran dan keahlian, termasuk juga tanggung jawab yang dituntut adalah sebagai berikut (Nawawi, 1990: 82) : a. Pekerja kasar Pekerjaan yang dapat dilakukan hampir semua orang tanpa memerlukan pendidikan dan latihan khusus. b. Pekerja teknis / terampil 1) Pekerja teknis tingkat rendah commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pekerja yang memerlukan pendidikan dan latihan tekhnis sederhana, sehingga
orang-orang
dengan
pendidikan
terendah
dapat
mengerjakannya apabila diberi latihan sedikit. 2) Pekerja teknis tingkat menengah Pekerja yang memerlukan pendidikan dan latihan tingkat menengah, karena memerlukan keterampilan tekhnis yang relatif tinggi atau tingkat menengah. Pekerjaan itu pada umumnya harus dilaksanakan oleh orang – orang yang mendapat pendidikan atau kejuruan tingkat menengah . c. Pekerjaan profesional Pekerjaan profesional adalah jenis pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, dan keahlian khusus. Pekerjaan professional dibedakan menjadi: 1) Pekerjaan profesional tingkat menengah 2) Pekerjaan profesional tingkat tinggi d. Pekerjaan profesionalisme yang bersifat spesialisasi Pada tingkatan ini didalam melaksanakan pekerjaan seseorang dituntut untuk berkemampuan
tinggi
dan memikul tanggung jawab
atas
ketepatan
perwujudannya sesuai dengan tuntutan didalam volume dan beban kerjanya yang semakin kompleks dan mengkhusus. 3. Permintaan Tenaga Kerja Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi, maka hal itu dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
dari faktor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan faktor-faktor produksi karena harapan akan hasil yang diperolehnya, misalkan permintaan pengusaha akan tenaga kerja (Winardi 1988). Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, tergantung dari pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 1985). Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah sebagai berikut : a. Perubahan Tingkat Upah Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: 1) Naiknya tingkat upah akan menaikan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit yang diproduksi . Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi konsumsi atau commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahkan tidak membeli sama sekali. Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual dan terpaksa produsen mengurangi jumlah produksinya.
Turunnya
target
produksi
akan
mengakibatkan
berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan karena turunnya pengaruh skala produksi yang disebut dengan efek skala produksi atau Scale Efect Product. 2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha akan lebih suka dengan menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal sepeti mesin dan lain-lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin ini disebut efek subsitusi atau substitution effect (Sumarsono, 2003). b. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja 1) Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan
meningkat,produsen
cenderung
untuk
menambah
kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. 2) Apabila harga barang-barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan ini produsen cenderung akan meningkatkan commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksinya
barangnya
karena
permintaan
bertambah
besar.
Disamping itu permintaan tenaga kerja akan bertambah besar karena peningkatan kegiatan produksi. Efek selanjutnya akan terjadi apabila harga barang-barang modal turun adalah efek subsitusi. Keadaan ini dapat terjadi karena produsen cenderung untuk menambah jumlah barang-barang modal (mesin) sehingga terjadi kapital intensif dalam proses produksi. Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerja berkurang. Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi maka hal itu dilakukan bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari faktor produksi tersebut. Ia menginginkan faktor-faktor produksi karena harapan akan hasil daripadanya, misalkan permintaan pengusaha akan tenaga kerja (Winardi,1995). Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang atau jasa. Konsumen membeli barang yaitu karena memberi nikmat (utility) kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Permintaan tenaga kerja dapat diartikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Simanjuntak, 2001).
4. Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja Perusahaan dalam melakukan proses produksi disebabkan oleh satu alasan, yaitu karena adanya permintaan akan output yang dihasilkarmya. Jadi permintaan akan input akan timbul karena adanya permintaan akan output. Inilah sebabnya mengapa permintaan input tersebut oleh ahli ekonomi Alfred Marshall sebagai derived demand atau permintaan turunan. Permintaan akan output sendiri dianggap sebagai "permintaan asli" karena timbul langsung dari adanya kebutuhan manusia (Boediono, 1982:89). Dari teori perilaku produsen diketahui bahwa posisi keuntungan maksimum (posisi keseimbangan) produsen tercapai apabila memenuhi syarat: MR = MC ..........................................................................................(2.1) Dalam hal ini MR merupakan nilai rupiah produksi marginal yang diperoleh dari mengalikan harga produk yang berlaku dengan produksi marginal. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut ( Simanjuntak, 2001) : VMP = P.MPTK .................................................................................(2.2) Jumlah nilai VMP menggambarkan tambahan pendapatan yang diterima oleh pengusaha bila menambah penggunaan tenaga kerja satu unit lagi. Bila perusahaan menggunakan garis wage rate sebagai dasar maka tambahan biaya yang harus dibayar perusahaan adalah sama dengan tingkat upah (W) berfungsi sebagai MC adalah W, sehingga posisi optimal adalah : commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VMP = W ......................................................................................... (2.3) Jadi dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan tenaga kerja selama MR lebih besar dari pada W, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
Upah
VMPTK
W1
Laba Maksimum
W W2
D D = MPTK x P
0
A
N
B
Kuantitas Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Keterangan : Dari gambar di atas, garis DD menggambarkan nilai hasil marjinal tenaga kerja (VMPTK) untuk setiap kuantitas tenaga kerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak OA (orang), maka nilai hasil kerja orang dinamakan VMPTK nya dan besarnya sama dengan MPTK x P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu, laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan tenaga kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai commit to userpada karyawan. Dengan kata lain, MPTK x P sama dengan upah yang dibayarkan
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengusaha mencapai laba maksimum bila MPTK x P = W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON, misalnya OB maka akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON. Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha dapat menaikkan harga barang. Laba maksimal dapat diperoleh dengan melalui empat persamaan berikut (Simanjuntak, 2001) : a. MPR = (MPL).(MR) b. MPR = (MPL).P c. P. (MPL) = W d. MPL = Keterangan : MPL = Marginal Product Labour MR = Marginal Revenue P = Price W = Wage
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pengertian Produksi Istilah “produksi” secara umum diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu. Produksi adalah transformasi atau perubahan menjadi barang produk atau proses dimana input diubah menjadi output. Dalam suatu produksi diusahakan untuk mencapai efisiensi produksi, yaitu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang paling rendah untuk mendapatkan hasil yang optimum. Dalam artian tersebut, produksi merupakan konsep yang lebih luas daripada pengolahan, karena pengolahan ini hanyalah sebagai bentuk khusus dari produksi (Meiners, 1994). Dalam ilmu ekonomi, terdapat tiga masalah pokok berupa mencari jawaban atas pertanyaan : a. Apa (what) yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya. b. Bagaimana (how) cara menghasilkan/memproduksi barang dan atau jasa tersebut. c. Untuk siapa (for whom) barang dan atau jasa tersebut diproduksi. Perusahaan
yang
akan
menghasilkan
suatu
produk
menghadapi
keterbatasan faktor produksi, sehingga perusahaan memilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Cara perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan tergambar dalam proses produksi. Setiap proses produksi memiliki elemen utama sistem commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi yaitu input, proses dan output. Input merupakan sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi, proses merupakan cara yang digunakan untuk menghasilkan produk dan output merupakan produk yang ingin dihasilkan. Produksi adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum ( Putong, 2002). 6. Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah,produktivitas tenaga kerja,modal dan pengeluaran non upah. Hubungan antara upah dengan jumlah tenaga kerja adalah negatif. Semakin meningkatnya upah tenaga kerja, maka jumlah tenaga kerja akan menurun. Hubungan antara Produktivitas tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja adalah positif karena semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka hasil produksi semakin tinggi. Menurunnya modal usaha akan menyebabkan tenaga kerja menurun sehingga hubungan antara modal dan tenaga kerja adalah negatif, dan hubungan antara pengeluaran non upah dengan tenaga kerja adalah negatif karena semakin tinggi pengeluaran non upah maka tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan rokok Sejahtera Abadi semakin menurun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Rejekiningsih, 2004). Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal. Dengan melihat keadaan tersebut maka dalam mengembangkan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari perusahaan yang meliputi upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal, serta pengeluaran non upah. Adapun faktor tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Upah Di dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran ke atas jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasa – jasa pekerja kasar dan tidak tetap ( Sukirno, 2002 : 354) Kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum. Fungsi upah secara umum, terdiri dari (Kuncoro, 2001) : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
1) Untuk mengalokasikan secara efisien kerja manusia, menggunakan sumber daya tenaga manusia secara efisien, untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. 2) Untuk mengalokasikan secara efisien sumber daya manusia Sistem pengupahan (kompensasi) adalah menarik dan menggerakkan tenaga kerja ke arah produktif, mendorong tenaga kerja pekerjaan produktif ke pekerjaan yang lebih produktif. 3) Untuk menggunakan sumber tenaga manusia secara efisien Pembayaran upah (kompensasi) yang relatif tinggi adalah mendorong manajemen memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis dan efisien. Dengan cara demikian pengusaha dapat memperoleh keuntungan dari pemakaian tenaga kerja. Tenaga kerja mendapat upah (kompensasi) sesuai dengan keperluan hidupnya. 4) Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Akibat alokasi pemakaian tenaga kerja secara efisien, sistem perupahan (kompensasi) diharapkan dapat merangsang, mempertahankan stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Sudarsono (2003), perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: 1) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen akan memberikan respon apabila terjadi kenaikan harga commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect. 2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect). b. Produktivitas tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output. Hal ini karena produktivitas merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi. Produktivitas mengandung pengertian filosofiskualitatif
dan
kuantitatif-teknis
operasional.
Secara
filosofis-kualitatif,
produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan (Ananta, 1993:21). commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Produktivitas dapat juga didefinisikan sebagai produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas berarti pekerja itu dapat menghasilkan lebih banyak barang pada jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Kenaikan produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah kemajuan teknologi memproduksi, pertambahan kepandaian, ketrampilan tenaga kerja, dan perbaikan dalam organisasi perusahaan (Sukirno, 2002). Untuk definisi kerja secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan per satuan waktu (Simanjuntak,1985:19). Produktivitas dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam waktu tertentu. Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan ratio antara output dan input. Kenaikan produktivitas berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Sudarsono (1988:28) produktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut : PRTK =
………………………………….(2.4)
Keterangan : PRTK = Produktivitas tenaga kerja Q = Volume produksi TK = Banyaknya tenaga kerja Peningkatan produktivitas dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu: commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. 2) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. 3) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama. 4) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. c. Modal Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat – alat atau mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing – masing berperan langsung dalam proses produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar produktivitas dan pendapatan. Modal terbagi dua yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menurut fungsi kerjanya dapat dibedakan menjadi modal kerja dan modal tetap. Sedangkan modal pasif dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing atau modal badan usaha dan modal kreditur/uang. Modal kerja adalah biaya – biaya yang dikeluarkan untuk operasi perusahaan dalam satu periode (dalam jangka pendek) meliputi kas, persediaan barang, depresiasi bangunan dan depresiasi mesin ( Riyanto, 1997). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Menurut Mubyarto (1986), modal adalah barang atau uang yang bersamasama faktor-faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barangbarang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin yang digunakan. 2) Modal bergerak (modal variabel), adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi. Dalam rumusan yang sederhana, Mubyarto (1973) memberikan definisi modal adalah barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru. Dalam artian yang lebih luas, menurut pandangan ekonomi non-Marxian, modal mengacu kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan, atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Sejumlah uang menjadi modal apabila ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham yang commit to user mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fisik. Kembalian dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang, mencakup modal tetap dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru; dan modal berputar, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Ada penggunaan istilah modal untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya modal sosial dan modal/sumber daya manusia. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor manusia produktif yang meliputi faktor kecakapan dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu investasi dalam modal/sumber daya manusia. d. Pengeluaran Non Upah Pengeluaran non upah adalah seluruh pengeluaran untuk tenaga kerja diluar upah yang meliputi tunjangan sosial, tunjangan pajak maupun asuransi yang dibayar perusahaan per bulan. Pengeluaran
untuk
tenaga
kerja
non
upah
merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Anonim,2010). Pendapatan Non Upah adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan
oleh karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk
commit to userseperti fasilitas kendaraan (antar meningkatkan kesejahteraan pekerja,
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jemput pekerja atau lainnya), pemberian makan secara cuma - cuma, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi, kantin dan lain-lain. 2) Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan. 3) Tunjangan Hari Raya (THR) dan Pembagian Keuntungan lainnya. Komponen-komponen pendapatan tersebut sangat penting dipertegas oleh perusahaan mengingat akan menjadi pedoman untuk perhitungan hal-hal sebagai berikut (Sunaryo, 2011) : 1) Komponen Upah yang dipergunakan untuk Tunjangan Hari Raya adalah : Upah satu bulan ditambah tunjangan-tunjangan tetap. 2) Komponen Upah yang dipergunakan untuk Upah Lembur : a) Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100 % dari upah. b) Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % dari keseluruhan upah. 3) Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan Upah Minimum: Upah pokok termasuk tunjangan tetap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
4) Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas : Upah pokok dan segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang dibagikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap sebagai selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh. Selain itu, Perusahaan juga perlu memperhatikan penegasan antara tunjangan tetap dengan tunjangan tidak tetap serta pendapatan lain yang sebenarnya tidak termasuk dalam bentuk tunjangan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irsan (1993), dalam studinya mengenai faktor –faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan di Indonesia, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda secara OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis menunjukkan variabel upah, modal dan nilai tambah berpengaruh negatif dengan signifikansi pada tingkat 1 persen, sementara untuk kemajuan teknologi berpengaruh negatif dengan signifikan pada tingkat 10 persen. Penelitian yang dilakukan Ernaro (2001), mengenai Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan secara Keseluruhan dan Khusus pada Industri Kecil Makanan dan Minuman di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan dan minuman di Indonesia. Untuk variabel nilai tambah mempunyai pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan dan minuman. Dari dua penelitian yang dilakukan oleh Irsan dan Ernaro menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja, modal, dan nilai tambah sama - sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Industri Pengolahan di Indonesia dan
pada Industri kecil makanan dan minuman di
Indonesia. Kuncoro (2002) meneliti tentang upah sistem bagi hasil dan penyerapan tenaga kerja, dengan analisis regresi menggunakan model logaritma natural pada industri tembakau dan sepatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor upah dan output. Nilai untuk variabel upah negatif maka pengaruhnya menunjukkan arah berlawanan. Pada industri rokok dan tembakau koefisien pada variabel upah adalah sebesar -0,85,pada industri alas kaki dan sepatu koefisien variabel upah sebesar - 0,54 yang berarti setiap 1 % kenaikan upah akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta masing – masing industri sebesar 0,85 dan 0,54. Dilihat dari angka absolutnya elastisitas substitusi pada industri tembakau tampak lebih besar dari pada industri sepatu. Hasil ini dapat dinaikkan apabila dipertimbangkan kenyataan industri produk tambahan bersifat padat karya . Elastisitas output terhadap kesempatan kerja untuk industri rokok dan tembakau serta industri alas kaki dan sepatu masing-masing 0,57 dan 0,68.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rejekiningsih (2004) meneliti tentang mengukur besarnya peranan industri kecil dalam perekonomian Jawa Tengah dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah unit usaha dan output industri kecil di Jawa Tengah periode 1991 – 1997 berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja adalah positif dan elastisitas yang berarti bertambahnya jumlah unit usaha akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap. Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industry kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyadi (2008), meneliti tentang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi di Desa Sendang Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 . Pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil konveksi adalah tidak elastis , artinya jika ada kenaikan 1 persen upah akan ada penurunan sebesar 0,526 % tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Dengan turunnya upah berarti ada tambahan kesempatan tenaga kerja, sehingga akan ada permintaan tenaga kerja baru yang meningkat. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengaruh biaya bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja di
industri kecil konveksi adalah tidak elastis, artinya jika ada kenaikan 1 % biaya bahan baku akan ada penurunan sebesar 0,729 % tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Dengan turunnya biaya bahan baku berarti ada tambahan kesempatan tenaga kerja, sehingga akan ada permintaan tenaga kerja baru yang meningkat. 3. Nilai produksi elastis terhadap penyerapan tenaga kerja , artinya jika
ada kenaikan 1 % nilai produksi akan ada kenaikan sebesar 0,548 % tenaga yang terserap di industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Bertambahnya jumlah nilai produksi akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi .
C. Kerangka Pemikiran Dari hasil penelitian terdahulu tersebut dengan obyek penelitian di industri kecil maka pada penelitian ini ditambahkan dua variabel lainnya yaitu variabel produktivitas tenaga kerja dan variabel pengeluaran non upah untuk menguji apakah tambahan variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan beberapa penelitian dari peneliti terdahulu yang secara substansional mempunyai kesamaan baik dalam commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kajian teori maupun model analisis yang digunakan, maka untuk keperluan penelitian ini disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : Upah (lnX1)
‾
Produktivitas Tenaga Kerja (lnX2)+
Modal (lnX3)
‾
Pengeluaran Non Upah (lnX4)
‾
Penyerapan Tenaga Kerja (lnY)
Gambar 2.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok dipengaruhi oleh upah (lnX1), produktivitas tenaga kerja (lnX2), modal (lnX3) dan pengeluaran Non upah (lnX4). Perubahan tingkat upah mempunyai pengaruh negatif maka pengaruhnya menunjukkan arah berlawanan terhadap penyerapan tenaga kerja, semakin tinggi tingkat upah maka pihak perusahaan akan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja mempunyai pengaruh positif, dengan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka perusahaan akan menambah jumlah tenaga kerja. Modal untuk pembelian mesin produksi yang efisien mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan semakin meningkatnya modal pembelian mesin maka pihak perusahaan akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Selain itu pengeluaran non upah mempunyai pengaruh negatif maka pengaruhnya menunjukkan arah berlawanan terhadap penyerapan tenaga kerja, commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan semakin tinggi pengeluaran non upah maka pihak perusahaan akan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja. D. Hipotesis Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian
serta kerangka pemikiran
tersebut , maka diajukan hipotesis sebagai berikut : diduga upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. 1. Upah diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok. 2. Produktifitas tenaga kerja diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok. 3. Modal diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok . 4. Pengeluaran non upah diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Berdasarkan jenis permasalahan yang diteliti, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kausal kuantitatif dan tipe penelitian adalah studi kasus dengan data time series mengenai penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series selama 15 tahun (1997 – 2011). Data yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja yang terserap, upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran non upah pada Perusahaan Rokok Sejahtera abadi Malang. Data lainnya yang dikumpulkan untuk mendukung dalam analisis penelitian ini meliputi : Perkembangan perusahaan,data jumlah unit usaha. Data diambil dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, jurnal ilmiah, hasil penelitian dan laporan - laporan hasil penelitian terdahulu serta publikasi ilmiah lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini.
commit to user
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel penelitian didefinisi operasionalkan sebagai berikut : 1. Penyerapan Tenaga Kerja (lnY) adalah sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha rokok dalam memproduksi rokok per tahun selama 15 tahun dengan satuan orang. 2. Upah tenaga kerja (lnX1) adalah pembayaran ke tenaga kerja pada perusahaan rokok per tahun selama 15 tahun dengan satuan rupiah. 3. Produktivitas tenaga kerja (lnX2) adalah jumlah rokok yang dapat dihasilkan oleh satu orang tenaga kerja dengan satuan per pak per tahun selama 15 tahun. 4. Modal (lnX3) adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak termasuk nilai tanah dan bangunan yang ditempati, atau lebih dikenal dengan modal pembelian mesin dan peralatan dengan satuan rupiah selama 15 tahun. 5. Pengeluaran non upah (lnX4) adalah seluruh pengeluaran untuk tenaga kerja di luar upah yang meliputi tunjangan sosial, tunjangan pajak maupun asuransi yang dibayar perusahaan rokok Sejahtera Abadi per tahun selama 15 tahun dengan satuan rupiah. D. Teknik Analisis Data Alat yang digunakan untuk menganalisis pengaruh upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap
adalah
Regresi
berganda
dengan
(Ghozali,2009:143) : =
.
. commit to user
model
sebagai
berikut
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Atau linier dapat dinyatakan sebagai berikut : Ln
= Lnβ0 + β1LnX1t + β2LnX2t + β3LnX3t + β4LnX4t + ε………………..(3.2) Keterangan : LnY = Jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahaan rokok LnX1 = Upah tenaga kerja LnX2 = Produktivitas tenaga kerja LnX3 = Modal LnX4 = Pengeluaran non upah t = Waktu/Tahun β0 = Intersep β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi parsial ε = Faktor pengganggu (disturbance error) Ln = Logaritma natural
1. Uji asumsi klasik a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas (independent). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris. Bila R2 sangat tinggi maka antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90). Selain nilai R2 dapat dilihat nilai toleransi dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Nilai toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/toleransi). Apabila nilai VIF lebih besar dari 10
menunjukkan
bahwa
model
regresi
terdapat
indikasi
adanya
multikolinearitas (Ghozali, 2009). b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan yang dihasilkan oleh OLS tidak bernilai konstan. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
maka
disebut
homoskadastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskadastisitas (Yuwono, 2005:121-123). c. Uji Autokorelasi Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri,pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Pengujian untuk mengetahui masalah autokorelasi adalah dengan metode Durbin – Watson. Formulasi statistik Durbin – Watson adalah (Nachrowi, 2008:135) : DW
.................................................(3.3)
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan DW adalah statistik Durbin – Watson,
dan
adalah gangguan
estimasi dan t maupun t – 1 menyatakan observasi terakhir dan observasi sebelumnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin – Watson ( DW test ) yaitu membandingkan antara nilai DW statistik dengan nilai (Firdaus, 2011:161) : 1) Jika Ho tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dL : menolak Ho , d > dU : tidak menolak Ho, dan dL < d < dU : pengujian tidak meyakinkan. 2) Jika Ho tidak ada serial korelasi negatif, maka jika : d > 4 - dL : menolak Ho d < 4 – dL : tidak menolak Ho 4 – dU < d < 4 - dU : pengujian tidak meyakinkan. 3) Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif, maka jika : d < dL : menolak Ho d > 4 - dL : menolak Ho dU < d < 4 - dU : tidak menolak Ho dL < d < dU : pengujian tidak meyakinkan. 4 – dU < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan.
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji Statistik a. Uji F ( Uji Simultan ) Uji F (Uji Simultan), dengan maksud menguji apakah kesimultanan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan,dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05). Menghitung
dengan formulasi (Setiawan,2010:63) :
F=
……………………..………(3.4)
Keterangan : R2 = Koefisien determinan n = jumlah data k = jumlah variabel independen termasuk konstanta. Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut : Ho : β1 > β2 >β3 > β4 > 0 (tidak ada pengaruh ) dan Ha : β1 < β2< β3 < β4< 0 (ada pengaruh dan signifikan),bila nilai diterima dan bila nilai
>-
<-
, maka Ho
, maka Ho ditolak yang berarti
bahwa variabel-variabel yang digunakan ada pengaruh secara simultan. b. R2 ( Koefisien Determinasi ) Pengujian koefisien determinasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Nilai
R2
mempunyai range antara 0 – 1. Jika nilai R2
mendekati 0 (nol) maka antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterkaitan, tetapi jika nilai R2 mendekati 1 maka antara variabel bebas dan variabel terikat ada keterkaitan (Firdaus,2011:131). c. Uji t ( Uji Parsial ) Pengujian uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan satu variabel bebas secara signifikan individual dalam menerangkan variabel terikatnya dengan formulasi sebagai berikut (Ghozali,2009:17) : …..………………………….….(3.5) Keterangan : βi = Koefisien Regresi Se βi = Penyimpangan baku. Alat ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hipotesis yang digunakan untuk uji t
dirumuskan sebagai berikut : Ho : β1 > β2 >β3 > β4 > 0 (tidak ada pengaruh ) dan Ha : β1 < β2< β3 < β4< 0 (ada pengaruh dan signifikan),bila thitung > - ttabel maka Ho diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Ekonomi Kabupaten Malang 1. Aspek Geografis Kabupaten Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya yang secara geografis terletak pada posisi 112,060 - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan dengan mencakup wilayah seluas 11.006 Ha atau 110,06 Km2. Kabupaten Malang menduduki urutan kedua terluas setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 kabupaten/kota di Wilayah Propinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas tersebut, lebih dari 50 % merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan dan perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar 13,68 % . Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam kabupaten dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi yang cukup strategis.
commit to user
44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.Aspek Demografi Jumlah penduduk
Kabupaten Malang sebanyak 2.419.889 jiwa. Jumlah
tersebut terdiri dari laki – laki 1.230.461 jiwa (50,8 %) dan perempuan 1.189.428 jiwa (49,2 %). Tingkat pertumbuhan rata- rata 5 tahun terakhir 0,4 %, dan tingkat kepadatan sebesar 685 jiwa/km2. Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Malang 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini :
Uraian
Tabel 4.1 Perkembangan Kependudukan Tahun 2006 – 2010 Satuan 2006 2007 2008
Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah Laki – laki Jumlah Perempuan Pertumb Penduduk Kepadatan Penduduk
Km2 Jiwa Jiwa Jiwa % Jiwa/km2
3.535 2.419.822 1.218.739 1.201.083 1,08 688
3.535 2.401.624 1.221.001 1.180.623 -0,75 679
3.535 2.413.779 1.227.297 1.186.482 0,57 683
2009 3.535 2.419.887 1.230.461 1.189.426 0,25 685
2010 3.535 2.443.609 1.233.691 1.191.309 0,21 686
Sumber : BPS Kabupaten Malang, 2010 Dari data di atas (Tabel 4.1) pertumbuhan dalam 5 tahun rata – rata sebesar 0,5 % namun sebagai konsekuensi daerah penyangga kota Malang dan kota Batu serta percepatan pembangunan lingkar kota Malang dan wilayah Malang Selatan dengan terbukanya jalan lintas selatan maka untuk 5 tahun kedepan diasumsikan pertumbuhan penduduk rata – rata 0,8 %. 3. Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Malang Mata pencaharian penduduk hampir 40 % didominasi sektor pertanian, 18,25 % di sektor industri, 11,07 % di sektor jasa perusahaan dan sisanya 31,80 % di sektor yang lain, secara rinci mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini :
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2007 – 2010 Uraian Pertanian Pertambangan Perindustrian Js Perusahaan Lain – lain Total
Stn Org Org Org Org Org
2007 464.171 4.489 206.585 129.221 383.813 1.188.279
% 39,06 0,38 17,38 10,88 32,30 100
2008 462.658 4.445 219.255 133.103 381.934 1.201.395
% 38,51 0,37 18,25 11,07 31,80 100
2009 462.658 4.445 219.255 133.103 381.934 1.201.395
% 38,51 0,37 18,25 11,07 31,80 100
2010 462.658 4.445 219.255 133.103 381.934 1.201.395
% 38,51 0,37 18,25 11,07 31,80 100
Sumber : Hasil – hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2010 4. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan satu Kabupaten yang tergolong memiliki tingkat aktifitas ekonomi yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB Kabupaten Malang yang dalam 5 tahun terakhir selalu masuk 5 besar di Jawa Timur. Secara umum aktifitas ekonomi Kabupaten Malang yang tinggi selama 5 tahun terakhir mengalami trend kenaikan yang positif, hal ini dicerminkan dari pertumbuhan produk
domestik regional bruto (PDRB) baik atas dasar harga
konstan (ADHK) maupun atas dasar harga berlaku (ADHB). Seiring dengan hal tersebut PDRB per kapita ADHB juga meningkat pada Tahun 2006 sebesar Rp 7.997.915,- sedangkan pada Tahun 2010 sebesar Rp 12.981.456,-. Kabupaten Malang memiliki jumlah penduduk yang terbesar kedua di Jawa Timur mengakibatkan tingkat PDRB per kapita masih relatif rendah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 5,8% dan inflasi pada Tahun 2010 berkisar 6,2 - 5,8%. Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini : commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2006-2010 Uraian
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
PDRB ADHB PDRB ADHK PDRB/KAPITA ADHB PDRB/KAPITA ADHK Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Rp Rp Rp
19.030.257 11.617.937 7.997.915
21.702.482 12.325.207 9.036.586
27.716.128 13.035.088 10.232.446
31.087.994 14.542.303 11.288.183
31.573.866 14.537.635 12.981.456
Rp
4.882.712
5.132.030
5.400.282
5.619.894
5.977.084
%
5,74
6,09
5,76
5,25
5,97
%
11,76
7,50
7,61
6,01
7,35
Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2010 B. Gambaran Perusahaan Rokok di Malang Data dari Badan Pusat Statistik Malang menunjukkan bahwa pada tahun 1997
jumlah perusahaan rokok sebanyak
226 perusahaan, tahun 1999 naik
menjadi 247 perusahaan, dan tahun 2002 turun menjadi 244 perusahaan. Jumlah perusahaan rokok di Malang kini terus menyusut, jika pada tahun 2009 yang terdaftar masih 229 perusahaan pada
tahun 2010 menyusut menjadi 181
perusahaan dan pada akhir Juni 2011 tercatat 167 perusahaan (Wahuyudi, 2010). Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Malang menunjukkan nama perusahaan rokok (PR) dan jumlah tenaga kerja, pada tahun 2011 jumlah tenaga kerja di perusahaan rokok Bentoel Prima Malang sebesar 56,7 %, perusahaan rokok Hanjaya Mandala Sampoerna Malang sebesar 13,71 %, perusahaan rokok Jaya Makmur Kepanjen Malang sebesar 7,29%, perusahaan rokok Penamas Yan Kebonagung sebesar 7,00%, perusahaan rokok Kompas Agung Malang sebesar 3,78%, perusahaan rokok Suket Teki Malang sebesar 2,36%, perusahaan rokok Cakra Guna Cipta Malang sebesar 2,24%, perusahaan rokok Djagung Padi Malang sebesar 1,60, perusahaan rokok Lembang Jaya commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Malang sebesar 1,44%, perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang sebesar 1,37%, perusahaan rokok Adi bungsu Malang sebesar 1,10%, perusahaan rokok AA Buring Malang sebesar 0,81%, perusahaan rokok
Gudang
Sorgum Malang
sebesar 0,44%, perusahaan rokok Sanggoro Pakisaji Malang sebesar 0,37% dan perusahaan rokok Indo Parijotomas Malang sebesar 0,36%. Secara lengkap nama perusahaan rokok dan kondisi ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini (John, 2012) : Tabel 4.4 Nama Perusahaan Rokok dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Malang Tahun 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Perusahaan Rokok PT. Bentoel Prima Malang PT. HM Sampoerna Malang PR. Jaya Makmur Kepanjen Malang PR. Penamas Yan Kebonagung Malang PR. Kompas Agung Malang PR. Suket Teki Malang PR. Cakra Guna Cipta Malang PR. Djagung Padi Malang PR. Lembang Jaya Malang PR. Sejahtera Abadi Malang PR. Adi Bungsu Malang PR. AA. Buring Malang PR. Gudang Sorgum Malang PR. Sanggoro Pakisaji Malang PR. Indo Parijotomas Malang Total
Jumlah Tenaga Kerja
Persentase (%)
20.000 4.892 2.600 2.500 1.350 842 800 568 514 490 395 290 160 133 130 35.664
56,07 13,71 7,29 7,00 3,78 2,36 2,24 1,60 1,44 1,37 1,10 0,81 0,44 0,37 0,36 100
Sumber : Disperindag Kabupaten Malang, 2012 C. Gambaran Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi 1. Proses Produksi Proses produksi Perusahaan bersifat kontinyu. Hal ini diamati dari proses produksi yang mengalir berurutan, mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi ini dengan tingkat kerusakan produk yang ditetapkan perusahaan 2 % dimana bila terdapat kerusakan yang melebihi ketetapan khususnya pada bagian commit to pengurangan user penggilingan dikenakan sanksi dengan cara upah. Proses selanjutnya
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat
kerusakan
konsekuensinya
ditanggung
oleh
perusahaan.
Dalam
menghasilkan rokok kretek diperlukan bahan – bahan sebagai berikut : a. Bahan baku utama, terdiri dari : 1) Tembakau 2) Cengkeh 3) Saos b. Bahan baku pembantu, terdiri dari: 1) Kertas Ambri : sebagai pembungkus tembakau dan cengkeh 2) Pita cukai : dilekatkan pada masing – masing pak sebagai tanda pembayaran cukai tembakau 3) Kertas kaca : sebagai lapisan pembungkus luar tiap pak dan pembungkus dalam pak. 4) Kertas minyak : sebagai pembungkus dalam pengepresan 5) Kertas Etiket : sebagai pembungkus dalam pengepakan 6) Kertas bal : sebagai pembungkus dalam pengebalan 7) Lem : sebagai perekat kertas dalam proses pelintingan, pengepresan dan pengebalan. c. Mesin dan peralatan Alat – alat yang digunakan dalam proses pembuatan rokok kretek adalah: 1) Mesin rajang : digunakan sebagai perajang tembakau dan cengkeh commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mesin giling atau mesin linting : digunakan sebagai pelinting campuran tembakau,cengkeh dan saos dengan menggunakan tenaga manusia. 3) Seng : digunakan sebagai wadah rokok batangan 4) Tampan ; digunakan sebagai wadah untuk mengmbil bahan yang akan dilinting 5) Gunting : digunakan sebagai pemotong batangan rokok hasil pelintingan 6) Kayu Verpak : digunakan sebagai alat untu mengepak 7) Pisau : digunakan sebagai pemotong kertas ball dan kertas minyak. Adapun tahap – tahap proses produksinya adalah sebagai berikut : a. Perendaman Sebelum mengalami pemprosesan, cengkeh direndam dalam air terlebih
dahulu
selama
15
menit.
Perendaman
ini
selain
dimaksudkan untuk memudahklan proses perajangan juga untuk menghilangkan kotoran yang ada pada cengkeh . b. Perajangan Tembakau yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam mesin rajang sehingga dihasilkan tembakau rajangan. Proses serupa juga dilakukan pada cengkeh c. Penjemuran commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya tembakau serta cengkeh rajangan dijemur dibawah sinar panas matahari hingga kering. a. Pencampuran Tembakau dan cengkeh yang sudah kering kemudian dicampur dengan saos, menggunakan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan bau dan rasa khas. b. Penyimpanan Campuran tembakau, saos serta cengkeh disimpan dalam karung tertutup selama satu sampai dua hari agar bau dan rasa khasnya bisa merata. c. Penggilingan Campuran bahan yang telah siap diproses tersebut kemudian diserahkan ke bagian penggilingan dengan menggunakan mesin giling yang dikerjakan secara manual. d. Pemotongan Batangan rokok hasil penglintingan kemudian dirapikan dengan memotong pada ujung – ujungnya dengan menggunakan gunting. e. Penyortiran Hasil pemotongan disortir untuk mencari batangan rokok yang kurang rapi untuk dilakukan pengecekan yang kemudian digiling lagi. f. Pengepakan dan pengepresan commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses selanjutnya dilakukan pengepakan terhadap batangan rokok yang sudah memenuhi standart. Kemudian dibungkus dengan kertas artikel dan diberi cukai selanjutnya dilapisi kertas kaca. g. Pengebalan Sebagai
langkah
akhir
dari
keseluruhan
proses
adalah
pembungkusan, dalam 1 ball rokok isi 12 = 200 pak = 2.400 batang. Selanjutnya disimpan di gudang barang jadi menunggu masa dilakukannya penjualan. 2. Produk Merek rokok yang diproduksi perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang saat ini adalah : a. Rokok Filter : Slimz isi 12 batang, Blue Slimz isi 16 batang, Kaizer 12 batang dan Mild 12 batang. b. Rokok Kretek : Ares classic isi 12 batang, Amos isi 12 batang, Ar alami isi 12 batang dan Ares alami isi 12 batang. D. Gambaran Data Penelitian Gambaran data hasil penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan variabel penelitian yang meliputi : jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang.. Secara lengkap data penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini :
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Data Sekunder Pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang Tahun 1997 - 2011 Tahun
Tenaga kerja (orang)
Upah (Rp)
Produktivitas (Ton)
Modal (Rp)
Non Upah (Rp)
1997
72
62.400.000
13
41.204.215
7.110.000
1998
90
61.500.000
26
52.321.000
7.250.000
1999
113
61.840.000
39
32.140.000
6.750.000
2000
130
60.800.000
53
59.550.000
6.500.000
2001
138
60.320.000
66
31.210.000
6.230.000
2002
172
60.400.000
79
61.231.000
5.125.000
2003
185
58.320.000
159
32.410.000
5.100.000
2004
200
56.320.000
185
62.312.000
4.520.000
2005
262
50.200.000
185
72.340.000
4.560.000
2006
275
51.430.000
186
53.210.000
3.240.000
2007
350
49.100.000
185
42.932.000
3.450.000
2008
360
47.100.000
238
43.265.000
3.600.000
2009
450
43.200.000
238
75.200.000
2.450.000
2010
470
43.200.000
264
80.000.000
2.400.000
2011
490
27.500.000
265
83.200.000
2.200.000
Sumber : Data Sekunder, 2012 Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha rokok dalam memproduksikan rokok pada tahun 1997 sebesar 72 orang, sedangkan pada 2011 meningkat sebesar 490 orang. Upah tenaga kerja pada tahun 1997 sebesar Rp 62.400.000, menurun sebesar Rp 27.500.000 pada tahun 2011. Produktivitas tenaga kerja pada tahun 1997 sebesar 13 ton rokok yang diproduksi oleh tenaga kerja, meningkat pada tahun 2011 sebesar 265 ton. Modal pada tahun 1997 sebesar Rp 41.204.215, meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp 83.200.000, dan pengeluaran non upah pada tahun 1997 sebesar Rp commit to user 7.110.000, menurun pada tahun 2011 sebesar Rp 2.200.000.
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Hasil Analisis Regresi Untuk mengetahui pengaruh upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang, maka digunakan analisis regresi berganda. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka ditransformasikan dalam persamaan double logaritma natural (Ln) dan diolah dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Hasil uji regresi disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Regresi No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Variabel Upah tenaga kerja Produktivitas Modal Pengeluaran non upah Konstanta R2 Adjusted R2 S.E of the estimated
Notasi LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 Constant
Koefisien Regresi -0,182 0,295 -0,025 -0,791 19,751
0,988 0,968 0,11050
Standart thitung Error 0,290 -0,627 0,063 4,707 0,115 -0,215 0,223 -3,553 5,015 3,938 DW – test SD dependent var F-Statistic Sig.(F-Statistic)
Sig. 0,544 0,001 0,834 0,005 0,003 2,065 -0,065 106,676 0,000
Sumber : Analisis data sekunder, 2012 Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada Tabel 4.6 tersebut dapat disusun model persamaan regresi sebagai berikut : LnY = 19,751 - 0,182 LnX1 + 0,295 LnX2 - 0,025 LnX3 – 0,791LnX4 1.Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Pada penelitian ini dilakukan beberapa uji asumsi klasik terhadap model regresi yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17 meliputi :
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terikat dan variable bebas berdistribusi normal. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan uji Kolmogorov Smirnov yaitu dengan melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal, dengan hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dalam Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Uji Normalitas Variabel Penelitian Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
15 0,0000000 0,09338632 0,172 0,101 -0,172 0,664 0,769
Mean Std. deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov – Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal
Sumber : Analisis data sekunder, 2012 Hasil uji normalitas pada Tabel
4.7 di atas menunjukkan bahwa semua
variabel berdistribusi normal, dengan bukti nilai signifikan sebesar 0,769 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian tersebar secara normal yang menjadi asumsi dasar pada penelitian ini. b.Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Deteksi adanya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, dapat juga dilihat nila tolerance serta nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai kritis yang umumnya dipakai adalah nilai tolerance lebih kecil dari 0,01 atau sama dengan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai VIF di atas 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil uji disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas Variabel Upah tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja Modal Pengeluaran non upah
Tolerance
VIF
0,217 0,248 0,586 0,104
4,617 4,034 1,706 9,603
Keterangan Tidak terbukti multikolinearitas Tidak terbukti multikolinearitas Tidak terbukti multikolinearitas Tidak terbukti multikolinearitas
Sumber : Analisis data sekunder, 2012 Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF masing – masing variabel bebas menghasilkan nilai tolerance lebih besar dari 0,01 dan nilai VIF kurang dari 10, dengan demikian model regresi tidak terbukti multikolinearitas. c.Uji Hetersokedastisitas Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu memakai metode grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scattterplot dari variabel terikat, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya. Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot . Dari hasil olah data pada gambar 4.9 dibawah ini yaitu grafik scatterplot menunjukkan tidak adanya pola tertentu pada gambar scatterplot . Artinya titik – titik pada gambar tersebut menyebar dan tidak mengumpul atau membuat suatu pola tertentu.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.9 Uji Hetersokedastisitas d.Uji Autokorelasi Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Durbin Watson sebesar 2,065, banyaknya data (n=15) dan variabel bebas (k=4), maka dapat ditentukan Durbin Watson tabel yaitu dengan batas bawah (dL) sebesar 0,69 dan batas atas (dU) sebesar 1,97. Nilai Durbin Watson 2,065 lebih besar dari batas atas (dU) sebesar 1,97 dan lebih besar dari 4 – dU yaitu 2,03 maka keputusan yang diambil menerima H0, sehingga penelitian ini terjadi autokorelasi. 2. Pengujian Statistik a.Uji F (Uji Simultan ) Uji-F ini digunakan untuk menguji keberartian koefisien regresi secara simultan. Nilai F hitung menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 106,676 lebih besar dari F tabel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
sebesar 3,478 (F- tabel : α=0,05, df1=4, df2=10) atau nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. b. Koefisien Determinasi (R2 ) Persentasi hubungan semua variabel independen terhadap variabel dependen ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi ( R2) sebesar 0,968, hal ini menunjukkan variabel upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah hanya mampu menjelaskan variasi variabel penyerapan tenaga kerja sebesar 96,8 %, sedangkan sisanya 3,20 % dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar model penelitian ini. c. Uji t (Uji statistik secara parsial) Upah tenaga kerja (lnX1) mempunyai nilai t-hitung sebesar -0,627 lebih kecil dari t-tabel sebesar -1,796 atau nilai signifikansi sebesar 0,544 lebih besar dari 0,05, dengan demikian upah tenaga kerja tidak signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Produktivitas tenaga kerja (lnX2) mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,707 lebih besar dari t-tabel sebesar -1,976 atau nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian produktivitas tenaga kerja signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Modal (lnX3) mempunyai nilai t-hitung sebesar -0,215 lebih kecil dari –t-tabel sebesar -1,796 atau nilai signifikansi sebesar 0,834 lebih besar dari 0,05, dengan demikian modal tidak signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Pengeluaran non upah (lnX4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -3,553 lebih besar dari t-tabel sebesar -1,796 atau nilai signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05, dengan commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demikian pengeluaran non upah signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY).
.
3. Interpretasi Hasil Penelitian Pembahasan hasil analisis regresi secara parsial sebagai berikut :
a. Pengaruh upah tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja Variabel upah tenaga kerja (lnX1) menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar -0,182 dengan signifikansi 0,544 yang artinya tidak signifikan pada level 0,05. Koefisien regresi pada variabel upah tenaga kerja berpengaruh negatif dan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika upah tenaga kerja naik 1 % maka tidak ada penyerapan tenaga kerja dengan asumsi variabel lain konstan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kuncoro (2002) meneliti tentang upah sistem bagi hasil dan penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah upah tenaga kerja
berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja. b. Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja Variabel produktivitas tenaga kerja (lnX2) secara statistik
signifikan
berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (lnY) dan mempunyai hubungan positif. Hipotesis yang diajukan diterima. Besarnya koefisien regresi variabel produktivitas tenaga kerja sebesar 0,295 artinya produktivitas tenaga kerja naik sebesar 1 % maka penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 0,295% dengan asumsi variabel lain konstan. Implikasinya dalam commit to user penelitian ini adalah permintaan tenaga pada perusahaan rokok Sejahtera
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Abadi Malang ditambah karena produktivitas tenaga kerja meningkat. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. c. Pengaruh modal terhadap penyerapan tenaga kerja Variabel modal (lnX3) menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi sebesar 0,025 dengan signifikansi 0,834 yang artinya tidak signifikan pada level 0,05. Koefisien regresi pada variabel modal menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh negatif dan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika modal naik 1 %
maka tidak ada penyerapan tenaga kerja dengan asumsi variabel lain
konstan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irsan (1993), meneliti tentang faktor –faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan di Indonesia dan Ernaro (2001), meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan secara keseluruhan dan khusus pada industri kecil makanan dan minuman di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. d. Pengaruh pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja Variabel pengeluaran non upah tenaga kerja (lnX4) secara statistik signifikan berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (lnY) dengan nilai commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikansi sebesar 0,005 dan mempunyai hubungan negatif. Hipotesis yang diajukan diterima. Besarnya koefisien regresi variabel pengeluaran non upah sebesar -0,791 artinya
pengeluaran non upah
naik dengan 1 % maka
penyerapan tenaga kerja menurun sebesar 0,791% dengan asumsi variabel lain konstan. Implikasinya dalam penelitian ini adalah pengeluaran non upah tenaga kerja menurun, maka tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang meningkat. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : 1. Secara simultan variabel upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah
berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang. 2. Secara parsial variabel upah tenaga kerja dan modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan pengeluaran non upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang. B. Rekomendasi 1. Terkait dengan hasil penelitian bahwa dengan adanya kenaikan Upah tenaga kerja maka tidak ada penyerapan tenaga kerja, sehingga sebaiknya perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang mempertahankan upah tenaga kerja tersebut. Hal ini penting karena kenaikan upah dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan Produktivitas tenaga kerja sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, untuk itu perusahaan harus commit to user
62
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengoptimalkan
kemampuan
tenaga
kerja
sehingga
mampu
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang. 3. Supaya perusahaan dapat meningkatkan jumlah produksi, maka harus mengoptimalkan modal. Sesuai dengan hasil penelitian ini
bahwa
modal yang digunakan meningkat maka tidak ada penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang. 4. Pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga turunnya pengeluaran non upah menyebabkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi. Untuk menghindari peningkatan pengeluaran non upah, maka
perusahaan
rokok Sejahtera Abadi perlu menerapkan
pengeluaran non upah tahunan.
commit to user