eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (4): 1085-1099 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian Dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015 Shella Asty Mawarni 1 Abstrak Penilaian tingkat kesehatan dari aspek keuangan diukur menggunakan empat indikator yaitu Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Likuiditas dan Risk Based Capital (RBC). Aspek operasional diukur menggunakan lima indikator yaitu Rasio Kecukupan Investasi (RKI), Yield On Investment (YOI), Expense Ratio, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield. Aspek Administratif diukur menggunakan lima indikator yaitu Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP, Laporan Periodik, Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga perusahaan, yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). Hasil penilaian tingkat kesehatan ketiga sampel memperoleh predikat sehat dengan kategori AA di tahun 2014-2015. Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi, meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan, serta merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan dan mengoptimalisasi investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal Kata Kunci : Tingkat Kesehatan, Badan Usaha Milik Negara, Asuransi, Penjaminan Pendahuluan Kebutuhan akan jasa perasuransian dianggap semakin perlu dilakukan, baik oleh perusahaan, perorangan maupun sektor publik di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
Di samping itu, usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan asuransi mampu menghimpun dana masyarakat yang bersumber dari penerimaan premi. Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam jumlah yang memadai. Untuk itu diperlukan usaha pengerahan dana masyarakat. Permasalahan terjadi ketika perusahaan asuransi mengingkari kewajibannya, yakni tidak dapat membayar klaim. Menurut Djumena melalui Kompas.com (2013), Ketut Sendra, Sekretaris Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI), mengatakan cukup banyak nasabah yang tidak bisa mendapatkan ganti rugi polis, ketika perusahaan asuransi dicabut izinnya oleh regulator dan tidak memiliki tempat mengadu atas permasalahan semacam itu. Bahkan otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga kini belum mempunyai standar penyelesaian permasalahan itu dan terkadang mengembalikannya kepada perusahaan asuransi. Berdasarkan permasalahan tersebut, sudah jelas bahwa perlindungan nasabah asuransi ternyata belum memadai. Agar di kemudian hari pembayaran asuransi terjamin, calon pemegang polis terlebih dahulu menemukan perusahaan asuransi yang sehat. Bahkan bagi yang telah menjadi pemegang polis pun wajib mengetahui tingkat kesehatan perusahaan asuransi yang telah dipilihnya. Menurut Taswin (2013:19), salah satu faktor utama yang dapat dilihat dari perusahaan asuransi untuk mengetahui bahwa perusahaan asuransi tersebut adalah sehat, yaitu kesehatan keuangannya. Kinerja keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan tercermin pada laporan keuangan yang kemudian dapat dianalisis menggunakan salah satu metode yaitu rasio atau perbandingan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut di masa lalu, berikut ini disajikan tabel rasio keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Tahun 2011-2013. Tabel Rasio Keuangan Beberapa BUMN Jasa Keuangan Bidang Perasuransian dan Penjaminan 2011-2013 Rasio Keuangan (%) ROA ROE Likuiditas Risk Based Capital RKI YOI Expense Ratio Pertumbuhan Premi Underwriting Yield
PT Askrindo (Persero) 2011 2012 2013 4,7 6,1 7,2 5,2 7,2 7,5 872,2 991,5 1.059,4 687,1 796,6 538,1 5,18 5,8 5,94 29,7 26,3 16,6 67,25 30,19 101,32 26,7 28,0 23,8
Asuransi BUMN PT Jasindo (Persero) 2011 2012 2013 6,65 4,57 5,09 21,93 19,4 19,3 144,2 159,3 163,8 121,6 126,5 160,9 - 10,47 12,01 5,02 5,53 5,89 - 14,75 4,23 10,84 10,03 8,91
PT Jiwasraya (Persero) 2011 2012 2013 5,24 3,29 3,61 34,3 17,6 27,5 211,7 369,9 237,8 202,1 163,9 174,5 114,9 112,2 92,2 11,51 13,8 15,6 22,6 12,3 13,3 8,27 14,14 5,90
Sumber : Ikhtisar keuangan (2013) Berdasarkan tabel diatas PT Askrindo (Persero) memiliki kinerja ROA, ROE, RBC, YOI, Expense Ratio dan Pertumbuhan Premi cenderung meningkat setiap tahunnya, RKI fluktuatif dan Underwriting Yield menurun. PT Jasindo (Persero) memiliki kinerja RBC, RKI, YOI yang meningkat, ROA fluktuatif dan 1086
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
ROE, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield menurun setiap tahunnya. PT Jiwasraya (Persero) memiliki kinerja ROA, ROE, Likuiditas, RBC, YOI, Expense Ratio dan Underwriting Yield yang cenderung fluktuatif, serta RKI yang menurun setiap tahunnya. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Tahun 2011-2013 secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya, untuk menilai apakah rasio keuangan perusahaan asuransi BUMN yang telah dihitung termasuk kategori sehat atau tidak, pada tahun 2014 pemerintah menetapkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-10/MBU/2014 untuk menilai tingkat kesehatan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan yang meliputi tiga aspek penilaian, yaitu aspek keuangan, operasional dan administratif. Atas dasar inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan dengan judul penelitian : “ Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015” Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya yaitu: Bagaimana tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015 berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER10/MBU/2014? Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode 2014-2015 berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER10/MBU/2014. Kerangka Dasar Teori Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Harjito dan Martono (2011:4), manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan pengelolaan bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Sartono (2008:6), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Pada prinsipnya, 1087
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
manajemen keuangan mencakup penilaian tentang pengambilan keputusan investasi, pengambilan keputusan pembelanjaan serta efisiensi dalam pembelanjaan perusahaan. Badan Usaha Milik Negara Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 19 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1), Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN menurut persentase kepemilikan modalnya dapat dibagi menjadi 2 sebagai berikut. a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkna prinsip pengelolaan perusahaan. Secara garis besar, maksud dan tujuan pendirian BUMN sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No.19 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) adalah : a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. b. Mengejar keuntungan. c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan baran dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. BUMN Non Jasa Keuangan Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 100/MBU/2002 Pasal 2 ayat (2), BUMN non jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur dan non infrastruktur. Selanjutnya dalam pasal 5 ayat (1), yang dimaksud BUMN infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang usahanya meliputi : a. Pembangkitan, transmisi atau pendistibusian tenaga listrik. b. Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan angkutan barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api. c. Jalan atau jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara. 1088
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
d. Bendungan dan irigasi. Sedangkan dalam pasal 5 ayat (3) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN Non Infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya di luar bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). BUMN Jasa Keuangan Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 100/MBU/2002 Pasal 2 ayat (3), BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan. BUMN jasa keuangan merupakan sebuah lembaga yang kekayaannya sebagian besar dalam bentuk tagihan (claims) artinya lembaga ini mempunyai bentuk aset riil (seperti peralatan gedung dan sebagainya) lebih sedikit daripada tagihan atau aset finansial (saham, instrumen uang dan surat berharga lainnya) yang bersifat sebagai perantara bagi mereka yang mempunyai dana bagi mereka yang memerlukan dana. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Dari pengertian tersebut maka yang dapat dikatakan sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-financial yang aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Pengertian Asuransi Menurut UU RI Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang pasti. b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Sedangkan menurut Darmawi (2006.2), definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi yang bisa memenuhi masing-masing sudut 1089
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek matematika. Metode Penelitian Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data yang digunakan berbentuk kuantitatif, yaitu menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka. (Indriantoro dan Supomo (2011:12). Maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu meneliti data yang berupa angka dan dibahas serta diuraikan secara sistematis. Definisi Operasional Pada penelitian ini, penilaian tingkat kesehatan aspek keuangan dan operasional diukur menggunakan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan aspek administratif berisi ketaatan perusahaan asuransi dan penjaminan dalam kegiatan administrasi yang dapat dilihat pada annual report perusahaan terkait. Maka secara garis besar, definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel Definisi Operasional Aspek Penilaian Aspek Keuangan
No. 1. 2. 3. 4.
Indikator ROE ROA Likuiditas Risk Based Capital
Aspek Operasional
50 1. 2. 3. 4. 5.
Rasio Kecukupan Investasi Yield On Investment Expense Ratio Pertumbuhan Premi Underwriting Yield
Aspek Administratif 1. 2. 3. 4. 5.
Laporan Perhitungan Tahunan Rancangan RKAP Laporan Periodik Kinerja PKBL Tingkat Efektifitas Penyaluran Tingkat Kolektibilitas
Sumber : Peraturan Menteri BUMN No. PER-10/MBU/2014 1090
Bobot 35 7,5 7,5 10 10
10 10 10 10 10 15 3 3 3 3 3
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
Analisis dan Pembahasan Analisis Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan, operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-10/MBU/2014. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2014-2015 Nilai Perhitungan No.
1
2 3 1 2 3 4 5 1 2 3
Aspek Penilaian Aspek Keuangan Rentabilitas - ROA (%) - ROE (%) * Likuiditas RBC (%) Aspek Operasional RKI (%) YOI (%) * Expense Ratio (%) Pertumbuhan Premi (%) Underwriting Yield (%) Aspek Administratif ** Laporan perhitungan tahunan Rancangan RKAP Laporan periodik
Skor Bobot
2014
2015
%
%
3,61 32,26 566,66 140,81
4,76 37,18 686,78 162,16
100,91 9,99 13,7 10,20 24,97
104,6 4,72 11,12 60,47 49,46
Feb 2015 Feb 2016 Okt 2013 Okt 2014 Tepat Tepat Waktu Waktu
2014
2015
35
30
33,5
7,5 7,5 10 10 50 10 10 10 10 10 15 3 3
4,5 7,5 10 8 40 6 8 10 6 10 14 3 3
6 7,5 10 10 36 6 0 10 10 10 15 3 3
3
3
3
4 Kinerja PKBL 86,13 97,89 3 2 3 - efektifitas penyaluran 83,54 86,93 3 3 3 - tingkat kolektibilitas Total Bobot 100 84 84,5 Predikat Penilaian AA AA Sumber : Data diolah (2016) * BI rate per 31 Desember 2014 sebesar 7,75 dan 31 Desember 2015 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Jiwasraya Tahun 2014-2015 Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan,
1091
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-10/MBU/2014. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Tahun 2014-2015 Nilai Perhitungan No.
Aspek Penilaian
Skor Bobot
2014
2015
2014
2015
%
%
35
33,5
33,5
1 Rentabilitas - ROA (%) - ROE (%) * 2 Likuiditas 3 RBC (%) Aspek Operasional
8,11 18,22 194,17 159,76
8,50 18,32 209,83 162,87
7,5 7,5 10 10 50
6 7,5 10 10 39
6 7,5 10 10 50
1 2 3 4 5
104,59 10,97 5,39 4,22 10,80
143,71 12,19 6,52 14,86 10,71
10 10 10 10 10 15
6 10 10 3 10 10
10 10 10 10 10 10
1 Laporan perhitungan April 2015 April 2016 2 tahunan Okt 2013 Okt 2014 3 Rancangan RKAP Tepat Tepat Laporan periodik Waktu Waktu 4 Kinerja PKBL 20,68 45,44 - efektifitas penyaluran 26,68 39,28 - tingkat kolektibilitas Total Bobot
3 3
3 3
3 3
3
3
3
3 3
0 1
0 1
100
82,5
93,5
AA
AA
Aspek Keuangan
RKI (%) YOI (%) * Expense Ratio (%) Pertumbuhan Premi (%) Underwriting Yield (%) Aspek Administratif **
Predikat Penilaian
Sumber : Data diolah (2016) * BI rate per 31 Desember 2014 sebesar 7,75 dan 31 Desember 2015 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Jasindo Tahun 2014-2015 Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan, operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-10/MBU/2014. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
1092
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Tahun 2014-2015 No. 1
2 3 1 2 3 4 5 1 2 3
Aspek Penilaian Aspek Keuangan Rentabilitas - ROA (%) - ROE (%) * Likuiditas RBC (%) Aspek Operasional RKI (%) YOI (%) * Expense Ratio (%) Pertumbuhan Premi (%) Underwriting Yield (%) Aspek Administratif ** Laporan perhitungan tahunan Rancangan RKAP Laporan periodik
Nilai Perhitungan 2014 2015 % % 9,89 11,38 397,33 749,59
12,08 14,07 627,81 605,37
432,25 8,41 14,82 41,74 25,62
392,44 9,42 14,62 15,37 28,32
Feb 2015 Feb 2016 Okt 2013 Okt 2014 Tepat Tepat Waktu Waktu
Bobot 35
Skor 2014 2015 33,5 35
7,5 7,5 10 10 50 10 10 10 10 10 15 3 3
6 7,5 10 10 41 10 3 10 10 8 14 3 3
7,5 7,5 10 10 42 10 6 10 8 8 15 3 3
3
3
3
4 Kinerja PKBL 98,12 95,05 3 3 3 - efektifitas penyaluran 66,50 73,43 3 2 3 - tingkat kolektibilitas Total Bobot 100 88,5 92 Predikat Penilaian AA AA Sumber : Data diolah (2016) * BI rate per 31 Desember 2014 sebesar 7,75 dan 31 Desember 2015 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Askrindo Tahun 2014-2015 Pembahasan Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Penilaian aspek keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) memperoleh skor 30 di tahun 2014 dan skor 33,5 di tahun 2015 dari bobot maksimal sebesar 35. ROE dan Likuiditas di tahun 2014 dan 2015 memperoleh skor maksimal atau tergolong dalam kriteria “sangat baik” menurut Peraturan Menteri BUMN No.PER-10/MBU/2014, yang berarti bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah mampu memperoleh laba maksimal dari ekuitas dan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban seluruh hutang perusahaan jangka pendek. RBC PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami kenaikan dari perolehan skor 8 atau kriteria “baik” di tahun 2014 meningkat dengan perolehan skor 10 atau kriteria “sangat baik” di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi 1093
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
Jiwasraya (Persero) semakin baik dalam hal menjaga keamanan finansialnya. ROA PT Asuransi Jiwasraya (Persero) juga mengalami peningkatan, namun belum mencapai skor maksimal. ROA di tahun 2014 tergolong dalam perolehan skor 4,5 atau kriteria “cukup” meningkat ke skor 6 atau kriteria “baik” di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan masih belum maksimal dalam mengelola aset untuk mencapai laba yang maksimal. Skor aspek operasional PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tercatat sebesar 40 di tahun 2014 dan 36 di tahun 2015 dari bobot maksimal sebesar 50. Penurunan skor tersebut diakibatkan oleh YOI yang menurun drastis dari skor 8 atau kriteria “baik” di tahun 2014 menjadi skor 0 atau kriteria “sangat kurang” di tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh hasil yang diperoleh lebih rendah dari BI rate. Maka dapat dikatakan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) masih belum efektif dalam mengelola investasi untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal. Selain itu, RKI juga tercatat dengan skor 6 atau kriteria “cukup”, yang berarti bahwa investasi yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) perlu ditingkatkan untuk mencukupi hutang klaim. Sebaliknya, skor Expense Ratio dan Underwriting Yield tetap stabil dengan skor 10 atau kriteria “sangat baik”, yang berarti bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah efisien dalam mengelola perusahaan dan efektif dalam proses underwriting. Rasio Pertumbuhan Premi mengalami kenaikan dari perolehan skor 6 atau kriteria “cukup” menjadi skor 10 atau kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat terhadap produk asuransi yang ditawarkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) meningkat. Aspek administratif mengalami kenaikan skor dari 14 di tahun 2014 meningkat sebesar 15 di tahun 2015 atau memperoleh skor maksimal. Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan skor efektifitas penyaluran dari skor 2 di tahun 2014 menjadi skor 3 di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu melaksanakan ketaatan administrasi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa perolehan ROE, Likuiditas, RBC, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi, Underwriting Yield dan aspek administratif PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menunjukkan kinerja yang baik di tahun 2015. Sedangkan perolehan ROA, RKI dan YOI belum menunjukkan kinerja yang maksimal. Hal ini disebabkan karena YOI atau kinerja investasi menorehkan imbal hasil (return) yang tidak optimal sebagai dampak dari penurunan suku bunga deposito sejalan dengan penurunan BI Rate dan LPS sepanjang tahun 2015. Selain hasil underwriting, hasil investasi memegang peranan penting untuk meningkatkan laba perusahaan asuransi dan penjaminan. Dengan pertumbuhan negatif hasil investasi, maka laba yang dihasilkan pasti tidak maksimal, sehingga berdampak pada nilai ROA. Untuk memaksimalkan hasil investasinya, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) perlu mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga yang menunjukkan kinerja yang baik di tahun 2015 dibandingkan instrumen investasi lainnya. Peningkatan investasi 1094
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
tersebut perlu dilakukan sejalan dengan perolehan nilai Rasio Kecukupan Investasi (RKI) yang masih belum aman untuk mencukupi kewajiban klaim di masa sekarang dan mendatang. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 2014 sebesar 84 dan tahun 2015 sebesar 84,5 dengan predikat penilaian Sehat AA. Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Penilaian pada aspek keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tahun 2014 dan 2015 tercatat stabil dengan perolehan skor 33,5. ROE, likuiditas dan RBC telah mencapai hasil maksimal dengan kriteria “sangat baik”. Maka PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) telah berhasil dalam hal pengelolaan ekuitas, kewajiban jangka pendek dan keamanan finansialnya. Sebaliknya, nilai ROA masih memperoleh skor 6 atau kriteria “baik”, yang artinya PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu meningkatkan efektifitas pengelolaan aset agar mencapai skor yang maksimal yaitu 7,5. Skor aspek operasional PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tercatat sebesar 39 di tahun 2014 dan 50 di tahun 2015. Kenaikan poin tersebut dipengaruhi oleh kenaikan RKI dan Pertumbuhan Premi. RKI tahun 2014 termasuk dalam skor 6 atau kriteria “cukup” dan meningkat memperoleh skor 10 atau kriteria “sangat baik” di tahun 2015. Pertumbuhan Premi tahun 2014 memperoleh skor 3 atau kriteria “kurang” meningkat menjadi “sangat baik” atau memperoleh skor maksimal 10 di tahun 2015. Meskipun adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Tarif Premi atau Kontribusi yang mempengaruhi pertumbuhan premi bruto yang rendah dari dua lini usaha asuransi kendaraan bermotor dan harta benda, namun pertumbuhan lini usaha lain mampu meningkat pesat. Perkembangan positif pada RKI dan Rasio Pertumbuhan Premi tersebut menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) mampu untuk mencukupi hutang klaim dan mampu mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap produk asuransi yang ditawarkan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Selanjutnya, hasil yang maksimal juga diperoleh dalam rasio YOI, Underwriting Yield dan Expense Ratio dengan perolehan skor 10 atau kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) telah efektif dalam mengelola investasi, proses underwriting dan efisien dalam hal pengelolaan biaya operasionalnya. Aspek administratif PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) di tahun 20142015 memperoleh skor 10. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tepat waktu dalam menyampaikan Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP dan Laporan Periodik, namun kinerja PKBL yang meliputi tingkat efektifitas penyaluran dan tingkat kolektibilitas masih jauh berada di bawah kriteria sehat yang ditetapkan pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa ROE, Likuiditas, RBC, RKI, YOI, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi, Underwriting Yield PT Asuransi Jasa Indonesia 1095
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
(Persero) menunjukkan kinerja yang baik dan penyampaian Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP serta Laporan Periodik dilakukan tepat waktu. Sedangkan perolehan ROA, Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas belum menunjukkan kinerja yang maksimal. Perolehan ROA yang belum maksimal disebabkan oleh perolehan Beban Usaha yang meningkat sehingga berdampak pada menurunnya Laba Usaha. Peningkatan Beban Usaha di tahun 2015 didominasi pada biaya administrasi keuangan yaitu meningkatnya biaya bank sebagai dampak perbaikan sistem pembayaran terkait penutupan asuransi dan perusahaan pembiayaan. Untuk itu, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu untuk meningkatkan Pendapatan Usaha sebagai langkah untuk mengimbangi Beban Usaha yang menanjak di tahun berikutnya. Meningkatkan pendapatan usaha dapat dilakukan dengan cara meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi. Kemudian untuk meningkatkan Tingkat Efektifitas Penyaluran, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan. Sedangkan untuk meningkatkan Tingkat Kolektibilitas, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tahun 2014 sebesar 82,5 dan tahun 2015 sebesar 93,5 dengan predikat penilaian Sehat AA. Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan aspek keuangan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) berdasarkan laporan keuangan gabungan tahun 2014-2015 tercatat meningkat dengan perolehan skor di tahun 2015 sebesar 35. ROA, ROE, Likuiditas dan RBC telah memperoleh hasil yang maksimal dengan kriteria “sangat baik”, yang berarti bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) telah mampu mengelola aset, ekuitas, kewajiban jangka pendek dan keamanan finansialnya dengan baik. Aspek Operasional PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun 20142015 juga tercatat meningkat dari skor 41 di tahun 2014 menjadi skor 42 di tahun 2015 dari bobot maksimal sebesar 50. RKI dan Expense Ratio telah mencapai skor maksimal 10 dengan kriteria “sangat baik”, yang berarti bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) mumpuni dalam hal pengelolaan investasi untuk memenuhi hutang klaim dan cadangan teknis serta efisien dalam mengelola biaya operasional untuk mendapatkan pendapatan premi. Namun, YOI PT Asuransi Kredit Indonesia masih memperoleh skor 6 atau kriteria “cukup”. Sehingga PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) masih belum memadai dalam hal pengelolaan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. Rasio Underwriting Yield pun masih perlu ditingkatkan oleh PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero), karena masih memperoleh skor 8 atau tergolong dalam kriteria “baik”. Ini menandakan bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan 1096
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
pengelolaan proses underwriting. Demikian pula dengan Rasio Pertumbuhan Premi yang masih memperoleh skor 8 atau kriteria “baik”. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dari premi asuransi umum dan jasa penjaminan masih perlu ditingkatkan agar memperoleh skor 10. Aspek administratif mengalami kenaikan skor dari 14 di tahun 2014 meningkat sebesar 15 di tahun 2015 atau memperoleh skor maksimal. Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan skor tingkat kolektibilitas dari skor 2 di tahun 2014 menjadi skor 3 di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu melaksanakan ketaatan administrasi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa ROA, ROE, Likuiditas, RBC, RKI Expense Ratio dan aspek administratif menunjukkan kinerja yang baik di tahun 2015. Namun YOI, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield masih belum optimal. Adapun perolehan Underwriting Yield yang belum optimal karena kenaikan pendapatan underwriting sebesar 19,79% juga diimbangi dengan kenaikan beban underwriting sebesar 16,84%. Sehingga selisih di antara keduanya yang tidak begitu signifikan tersebut mengakibatkan Underwriting Yield hanya memperoleh skor 8. Agar Underwriting Yield meningkat, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan sehingga mengakibatkan peningkatan pada pendapatan underwriting dan berdampak pada peningkatan rasio Pertumbuhan Premi pula. Sedangkan perolehan YOI yang belum optimal disebabkan investasi yang dilakukan di tahun 2015 hanya meningkat 5,52% dari tahun 2014. Sehingga PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu memaksimalkan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun 2014 sebesar 88,5 dan tahun 2015 sebesar 92 dengan predikat penilaian Sehat AA. Penutup Berdasarkan analisis penilaian tingkat kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER-10/MBU/2014 terhadap sampel BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan tahun 2014-2015, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) pada tahun 2014 dan 2015 memperoleh predikat Sehat dengan kategori AA Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan analisis penilaian tingkat kesehatan terhadap sampel BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-10/MBU/2014 adalah sebagai berikut. a. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio-rasio 1097
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1085-1099
aspek keuangan dan aspek operasionalnya untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio-rasio yang perlu ditingkatkan antara lain Return On Asset (ROA), Rasio Kecukupan Investasi (RKI) dan Yield On Investment (YOI). Ketiga rasio tersebut dapat ditingkatkan dengan cara mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga. b. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio aspek keuangan dan administratif untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio yang perlu ditingkatkan yaitu Return On Asset (ROA), Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas. ROA dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi. Kemudian Tingkat Efektifitas Penyaluran dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan. Sedangkan untuk meningkatkan Tingkat Kolektibilitas, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan c. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio-rasio aspek operasionalnya untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio-rasio yang perlu ditingkatkan antara lain Yield On Investment (YOI), Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield. Untuk meningkatkan Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan sehingga mengakibatkan peningkatan pada pendapatan underwriting. Sedangkan untuk meningkatkan Yield On Investment, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu memaksimalkan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. d. PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan tingkat kesehatannya agar dapat memperoleh predikat Sehat dengan kategori AAA karena sebagai perusahaan BUMN mempunyai tugas untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Daftar Pustaka Arianty, Astri, 2012. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Fahmi, Irham, 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Alfabeta, Bandung. Fatkurrohmah, Leni dkk, 2015. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Universitas Jember, Jember. Harjito, D. Agus dan Martono, 2011. Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta. 1098
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella)
Martono, Nanang, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Nazir, Moh, 2011. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor. Nitisusastro, Mulyadi, 2013. Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, Alfabeta, Bandung. Salim, Abbas, 2012. Asuransi dan Manajemen Resiko, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sartono, R. Agus, 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta. Taswin, Trisnawati, 2013. Klaim Asuransi?, Pohon Cahaya, Yogyakarta. Wibowo, 2013. Manajemen Kinerja, Rajawali Pers, Jakarta. Yanti, Tiara Fitri, 2015. Analisis Laporan Keuangan Departemen Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dokumen-dokumen : Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1992 Tentang Lembaga Keuangan. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-10/MBU/2014 Tentang Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Asuransi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Penjaminan. Sumber Internet : Djumena, Erlangga, 2013. Perlindungan Nasabah Asuransi Ternyata Belum Memadai. Kompas (Online) http://bisniskeuangan.kompas.com/read/ 04/22/10265487/Perlindungan.Nasabah.Asuransi.Ternyata.Belum.Mema dai (diakses 15 April 2016) PT Asuransi Jiwasraya (Persero). http://jiwasraya.co.id (diakses 15 Agustus 2016). PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). http://jasindo.co.id (diakses 15 Agustus 2016). PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). http://askrindo.co.id (diakses 15 Agustus 2016).
1099