ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN MEKANISME GOOD CORPOTARE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stuktur kepemilikan manajerial dan mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri atas variable independen, variable dependen dan. Yang termasuk variable independen adalah struktur kepemilikan manajerial, dan mekanisme good corvorate governance yang diukur dengan dewan komisaris independen dan komite audit independen. Sedanglan variable dependen yaitu manajemen laba yang diukur dengan akrual diskresioner yang diestimasi dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi.Penelitian ini menggunakan 14 sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Metode pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dan statistik deskriptif untuk analisis data. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikanterhadap manajemen laba adalah struktur kepemilikan manajerial dan komite audit.Selanjutnya, variabel independen komposisi dewan komisarisberpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci:kepemilikan manajerial, good corporate governance(dewan komisaris independen, komite audit independen) dan manajemen laba. ABSTRACT The purpose of this research is to examine the influence of the structure of ownership managerial and good corporate governance mechanism about earnings management in manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange during 2008 to 2010. The examined variables in this research are consisting of independent variables, dependent variable and control variable. The independents variables such as the structure of ownership managerial and corporate governance mechanisms were measure by three variabels composition of board of commisioner and composition of audit committee. While, the dependent variable is earnings management which is measured by discretionary accrual estimated by using Jones modified model.The population of this research is 14 samples from manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange during 2008 to 2010. The sampling method used in this research is purposive sampling method. In addition, the data analysis method used is analysis regression and descriptive statistics. The results of this research show that structure of ownership managerial, and composition of audit committee have significant relationships with earnings management. Next, variable composition of board of commisioner have no significant relationship with earnings management. Keywords:structure ofownershipmanagerial, good corporate governance (independent commissioner board,independent audit committee) and earnings management.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian laporan keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode. Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada para pemakai laporan keuangan, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam laporan keuangan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan Laba/Rugi (Boediono, 2005: 173).Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai laba perusahaan.Adapun indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earning power peruasahaan. Adanya pemisahan fungsi kepemilikan dengan pengelola, dimungkinkan terjadi konflik kepentingan antara pihak internal dengan pihak eksternal perusahaan.Kepentingan manajemen yang tidak sejalan dengan pemegang saham atau pengguna eksternal lainya dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem).Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba (earning manajement) (Richard,2002).Praktek manajemen laba muncul sebagai akibat dariadanya masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara principal dan agentdapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik salah satunya dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai tata kelola perusahaan yang sehat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) Corporate Governace adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Selain itu juga sistem corporate governance dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh keyakinan bahwa mereka akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Ada beberapa mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan, yaitu meningkatkan kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit (Laksono, 2011).Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja.Dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba.Melaui perananya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005: 175-176).Komite audit mempunyai peran penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakanya good corporate governace. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka pengawasan terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi. Baerdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang disajikan dalam skripsi berjudul “ Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”
1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan manajerial secara parsial terhadap praktek manajemen laba 2. Bagaimana pengaruh mekanisme good corporate governance (dewan komisaris independen, komite audit) secara parsial terhadap praktek manajemen laba 3. Bagaimana pengruh struktur kepemilikan manajerial dan mekanisme good corporate governance secara simultan terhadap menejemen laba. 1.3 Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah diidentifikasi di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial secara parsial terhadap praktek manajemen laba 2. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance (dewan komisaris independen, komite audit) secara parsial terhadap praktek manajemen laba 3. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial dan mekanisme good corporate governance secara simultan terhadap praktek manajemen laba. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Penulis berharap agar hasil penelitian yang disajikan dapat memberi manfaat bagi: 1. Penulis Penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan, baik teori maupun implementasinya.Dalam teori berarti memperoleh pemehaman dan penghayatan yang diperoleh saat kuliah. Dalam praktek berarti akan menambah pengetahuan dan penerapan dalam kegiatan. 2. Penelitian yang akan datang Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan terutama bagi penelitian yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 3. Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Memberikan kontribusi pada literatur-literatur terdahulu mengenai praktek manajemen laba di nrgara berkembang khususnya Indonesia. Sebagai bahan referensi dan bacaan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian Dalam skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Pojok Bursa Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan Penelitian yang penulis lakukan dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan September. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Akuntansi Secara keseluruhan akuntansi bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi.Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan berguna dalam pengmbilan keputusan ekonomi. Menurut American Accounting Asociation yang dikutip dari Soemarso, (2002: 3) mendefinisikan akuntansi sebagai Proses pengidentifikasian, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tesebut.Sedangkan menurut Mulyadi (2001:2) mengemukakan Akuntansi sebagai roses pengolahaan data keuangan untuk
menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambilan keputusan, melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan keputusan.” Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. 2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.Laporan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” 2.1.3 Asimetri Informasi Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan dari sebuah perusahaan.Melalui laporan keuangan yang menjadi tanggungjawab manajemen, Shareholders dan pihak-pihak yang berkepentinganlainya dapat mengukur, menilai, sekaligus mengawasi kinerja manajemen serta sejauh mana manajemen telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). 2.1.6 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan earning management.Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dan pengendalian oleh agent cenderung menimbulkan konflik keagenan.Dalam penelitian Herawaty (2008) agency theory menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu (principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut (agen/direksi/manajemen). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Agency conflik timbul pada berbagai hal sebagai berikut: (Jensen, 1986) yang dikutip dariLaksono (2011: 83). 1. Manajemen memilih investasi yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Misalnya, investasi yang bisa meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya
tinggi, sehingga para manajer berada pada posisi untuk mengekstrak tingkat remunisasi yang lebih tinggi dari perusahaan (Moral- Hazard) 2. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang stabil, seiangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif (internal positive investment opportunities). 3. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer. Mereka akan menghindari keputusan investasi yang dianggap menambah risiko bagi perusahaanya walaupun hal itu bukan pilihan terbaik bagi perusahaan (Risk Aversion). 4. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan pengambilan akuntansi yang tinggi (short term high accounting return project) dan tidak berpihak pada proyek jangka panjang dengan pengembalian NPV positif yang jauh lebih besar (Time-Horizon). 5. Asumsi dasar lainya yang membangun agency theory adalah agency problemyang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepenyingan agar dana yang diinvestasikanya mendapat return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan dana pemilik (agency problem). 2.1.5 Kepemilikan Manajerial Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran motivasi manajemen laba yang berbeda pula, seperti antara manjer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebutakan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh manajemen cenderung mempengaruhi manajemen laba.(Boediono, 2005). Dengan semakin meningkatnya persentase kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Disamping itu juga dari penelitian tersebut terdapat feedback dari kepemilikan manajerialyang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajer. jika pengelolaan laba tersebut efisien maka kepemilikan manajerial yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba akan tetapi jika pengelolaan yang dilakukan manajemen perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan manajerial yang tinggi akan menambah manajemen laba. 2.1.6 Mekanisme Corporate Governance Mekanisme merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan.Menurut Iskandar & Chamlou (2000) dalam Restie Ningsaptiti (2010: 30-31), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms.Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan external mechanismsbiasanya dikenal dengan istilah “mekanisme di dalam mengendalikan perusahaan”.Didalam kaitan ini kontrol melalui mekanisme pasar dilakukan oleh mekanisme pasar modal (capital market), pasar produk (product market) serta tenaga kerja (labour market).
Adapun stuktur umum suatu perusahaan berbentuk PT di Indonesia sebagai cerminan mekanisme penerapan GCG adalah sebagai berikut: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dewan Komisaris
Supervisi/ Pengawasan
Dewan Direksi Gambar 2.1
Struktur Umum PT di Indonesia sebagai cerminan mekanisme penerapan GCG Berdasarkan gambar di atasakan terlihat mekanisme penerapan GCG di dalam suatu perusahaan. Alur pertama, menunjukkan adanya pendelegasian wewenang dalam pembuatan keputusan dari pemegang saham yang diwakili dalam RUPS kepada dewan komisaris.RUPS merupakan mekanisme utama perlindungan dan pelaksanaan hak-hak pemegang saham di dalam suatu perusahaan.Alur kedua, menunjukkan bahwa dewan komisaris menugaskan dewan direksi untuk menjalankan kebijakan-kebijakan perusahaan dan mengoperasionalkan dalam hal teknis manajerial.Dalam hal ini dewan komisaris berfungsi sebagai supervisor atau pengawas terhadap kinerja dewan direksi dalam mengelola perusahaan.Alur ketiga, menunjukkan adanya pertanggungjawaban dari dewan direksi atas pengelolaan manajemen secara langsung kepada pemegang saham melalui RUPS (FCGI, 2002). Dengan adanya mekanisme penerapan GCG yang dilaksanakan dengan baik sesuai dengan hak dan kewajibannya, maka diharapkan akan menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan dan tercipta sinergi yang baik antara kepentingan pemegang saham dan manajemen. 2.1.7 Manajemen Laba Manajemen laba sebagai suatu proses pengambilan langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accounting Prinsip (GAAP). Sedangkan Widyaningdyah (2001: 92) dalam Setyantomo (2011) memabagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu: 1. Definisi sempit Manajemen laba dalam hal ini hamya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.Manajemen laba dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba. 2. Definisi luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Dari beberapa definisi mengenai manajemen laba diatas dapat disimpulkan bahwa menajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan untuk memperoleh beberapa keuntungan tertentu. 2.2 Kerangka Pemilikan
Kepemilikan Manajerial Mekanisme GCG
Manajemen laba
Dewan komisaris Komite audit
2.3 Hipotesis H1 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikanmanajerial terhadap manajemen laba H2 : Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi komisaris independen terhadap manajemen laba H3 : Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan proksi komite audit independen terhadap manajemen laba III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian ini pada Pojok Bursa Universitas Siliwangi Tasikmalaya.Dengan objek penelitiannya adalah struktur kepemilikan, mekanisme good corporate governance, serta manajemen laba. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Operasionalisasi Variabel 1. Variable bebas (Independent Variabel) dalam penelitian ini terdiri dari: a. Kepemilikan Manajerial b. Mekanisme Good Corporate Governance yang terditi dari: - Proporsi Dewan Komisaris Independen - Komite Audit 2. Variabel Terikat (Dependen Variable)Dalam penelitian ini adalah manajemen laba 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian secara langsung pada objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data-data berupa data sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan (annual report) perusahaanperusahaan tercatat periode 2008-2010.Data-data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan Pojok Bursa Universitas Siliwangi. 2. Studi Kepustakan (Library Study) Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
3.2.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan-perusahaan tercatat periode 2008-2010. Data-data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Siliwangi. 3.2.2.2 Populasi Sasaran Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia dengan periode tahun 2008-2010. 3.2.2.3 Penentuan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan berada pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010. Penelitian industri manufaktur dikarenakan terdapat perbedaan karakteristik antara perusahaan pada industri manufaktur dan pemilihan industri lainya. 2. Perusahaan tersebut mempublikasikan Financial report dan annual report untuk periode 31 Desember 2008-2010. Tahun 2008-2010 dipilih untuk mencari konsistensi keberadaan komite audit dalam perusahaan setelah diterbitkanya peraturan No. IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP29/PM/2004 tgl. 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 3. Perusahaan memiliki data terkait mengenai penelitian ini, seperti struktur kepemilikan baik manajerial maupun konstitusional, dewan komisaris independen, profile komite audit, jumlah dan data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba. 4. Perusahaan mempunyai nilai ekuitas positif untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Nilai ekuitas positif diperoleh dari total ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Ini akan menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. 3.3 Model / Paradigma Penelitian
X1
Y X2.1
X2.2
3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1 Metode Analisis Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali (2006). Statistik deskriptif akan memberikan gambaran umum dari setiap variabel penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum serta standar deviasi. 3.4.2 Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. 3.4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai redidual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya Dr. Suliyanto (2011: 69). Pada penelitian ini uji normalitas didasarkan pada uji statistik sederhana dengan menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S), Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : data residual berdistribusi normal HA : data residual tidak berdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan pada one sample kolmogorov-smirnov adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. jika nilai probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal. 2.4.2.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variable bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variable bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier Dr. Suliyanto (2011: 80). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dengan Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. 3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi Dr. Suliyanto (2011: 94-95). Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas). Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas digunakan metode Glejser yaitu dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terjadi pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastitas. 3.4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghozali, 2006) yang dikutip dari Restie Ningsaptiti (2010:57). Autokorelasi
timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini uji autokorelasi didasarkan dengan menggunakan uji Durbin – Watson (DW test). Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokolerasi. Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokolerasi.
Keterangan: dl : Nilai batas bawah tabel Durbin Watson du : Nilai batas atas tabel Durbin Watson 3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pengungkapan risiko perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: DA = α + β KM+ β BOC + + β AC + i 0
1
2
3
1.
Keterangan DA : discretionary accrual (proksi dari manajemen laba) :konstanta :koefisien variabel KM
: Jumlah kepemilikan saham manajerial terhadap total saham
perusahaan
BOC AC
: Jumlah dewan komisaris independen dari total anggota dewan komisaris. : Jumlah anggota komite audit independen terhadap seluruh anggota komite audit :residual of error i : perusahaan ke i 3.4.4 Uji Hipotesis 3.4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) 2
Koefisien Determinasi (R ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan 2
variabel-variabel dependen.Nilai koefisien determinasi (R ) adalah antara nol dan satu.Nilai 2
R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. 3.4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. 3.4.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.Apabila nilai
probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari Kepemilikan Manajerial dan Mekanisme Good Corporate Gopernance yang diukur dengan Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit Independen pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 baik secara simultan maupun parsial. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, maka terpilih 14 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data diawali oleh analisis deskriptif variabel. Analisis deskriptif variabel bertujuan untuk mengetahui nilai variabel-variabel penelitian Struktur Kepemilikan Manajerial (KM), Dewan Komisaris Independen (BOC), dan Komite Audit Independen (AC) dan Manajemen Laba (DA) sehingga dapat diketahui nilai tertinggi, terendah, rata-rata variabel serta standar deviasi dari setiap sampel yang diteliti. Setelah analisis deskriptif variabel dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh dari Struktur Kepemilikan Manajerial (KM), Dewan Komisaris Independen (BOC), dan Komite Audit (AC) terhadap Manajemen Laba (DA) dengan bantuan program Statistic SPSS 16 dengan tahap-tahap yang terdiri dari uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastis dan autokorelasi), analisis regresi linier berganda, analisis koefisien determinasi, serta pengujian hipotesis (simultan dan parsial). Pada tahap uji asumsi klasik, model regresi berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) padah uji One-Sample Kolmogorov Smirnov sebesar 0,787 > 0,05.Oleh karena itu, data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal dan layak digunakan dalam penelitian. Pada tahap selanjutnya, model regresi memenuhi syarat asumsi klasik, karena tidak terjadi tanda-tanda multikolinearitas, heterokedastis dan autokorelasi. Analisis regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis statistik dengan menggunakan program Statistic SPSS 16 didapatkan persamaan sebagai berikut: Y = 1.077 – 1.110 X1 + 0.394 X2 – 1.376 X3. Nilai Adjusted R Square sebesar 0.106 atau 11 %, artinya pengaruh Kepemilikan Manajerial (KM) Dewan Komisaris Independen (BOC) dan Komite Audit (AC) terhadap Praktek Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 11 %, sedangkan sisanya 89% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. 1.
Struktur Kepemilikan Manajerial, Mekanisme Good Corporate Governance dan Manajemen Laba Tabel 4.3 menjelaskan bagaimana struktur kepemilikan manajerial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2010, dimana struktur kepemilikan pada tahun tersebut merupakan prosentase saham yang dimiliki para direktur dan komisaris. Pada periode tersebut dapat diketahui jumlah kepemilikan saham manajerial pada periode tersebut mempunyai nilai minimum sebesar 0,000 atau sebesar 0% yang dimiliki oleh perusahaan Astra Internasional Tbk dan jumlah kepemilikan saham manajerial terbesar dimiliki oleh perusahaan Intraco Penta Tbk dengan nilai sebesar sebesar 33.3%. Adapun rata-rata jumlah dari struktur kepemilikan manajerial sebesar 0,8717. Mekanisme corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris independen dan komite audit independen. Pertama komposisi dewan komisaris (BOC) adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar perusahaan (outside director) dan komisaris dari dalam perusahaan (inside director). Variabel ini dihitung dengan membagi jumlah
komisaris independen terhadap jumlah total anggota komisaris. Pada periode tersebut dapat diketahui jumlah komisaris independen terhadap jumlah total anggota komisaris terkecil dimiliki oleh perusahaan Berlina Tbk yaitu sebesar 0.25 atau 25% selama. dimiliki oleh Budi Acid Tbk berturut-turut sebesar 0.667 atau 66,7% dan. Adapun rata-rata jumlah dewan komisaris independen sebesar 0,38342. Kedua komite audit (AC), keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Komposisi komite audit diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota komite audit dari luar terhadap seluruh anggota komite audit. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui jumlah komite audit tekecil ada tahun 2008 dimiliki oleh perusahaan Berlina Tbk dan Berlina sebesar 0.333 atau 33.3%. sedangkan jmlah komite audit terbesar dimiliki oleh Astra Internasional Tbk sbesar 0.75 atau 75. Sedangkan jumlah komite audit rata-rata sebesar 0,64875 atau 65%. Ini menunjukan bahwa perusahaan sampel telah memenuhi peraturan dalam Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep.315/BEJ/06-2000 yang menyatakan bahwa komposisi komisaris independen yang efektif dalam suatu perusahaan adalah paling sedikit 30% dari jumlah seluruh komisaris. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DA). Dalam penelitian ini discretonary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit. Untuk mengukur DA, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary. Berdasarkan tabel 4.6 dapar diketahui jumlah discretonary accrual menunjukkan nilai minimum DA dimiliki oleh perusahaan Inter Delta Tbk sebesar -0.375 pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 nilai minimum DA dimiliki oleh Metro Data Tbk sebesar -0.164. Sedangkan jumlah discretonary accrual terbesar dengan nilai 0.741 dimiliki oleh AKRA Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dimiliki oleh Budi Acid Tbk sebesar 0.347 dan 0.490 sedangkan jumlah rata-rata discretonary accrual sebesar 0,2385. 2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini tidak mendukung penelitian Sriwedari (2009) dan Setyantomo (2010) yang menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Ini artinya kepemilikan institusional maupun manajerial tidak mampu mengurangi aktivitas manajemen laba. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Palestin (2006) Restie Ningsaptiti (2010) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan karena kepemilikan saham oleh manajer akan memotivasi manajemen untuk meningkatkan kinerja karena manjemen bertindak sebagai pemegan saham sehingga mampu membatasi perilaku oportunis oleh manajer. 3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, berarti banyaknya jumlah anggota komisaris independen dalam perusahaan belum berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Nasution dan Setiawan (2007) dan Yang et. al. (2010) yang menyatakan bahwa proporsi
dewan komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Veronica dan Utama (2005) serta Restie Ningsaptiti (2010) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap tindak manajemen laba yang dilakukan di perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena peranan dewan komisaris tidak dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. 4. Pengaruh Komite Audit Terhadap Praktek Manajemen Laba Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti komite audit yang diukur dari persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan belum dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan. penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wedari (2004), Siregar dan Utama (2005) dan Cornett et.al (2006) yang menemukan bahwa keberadaan komite audit independen tidak terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Hal ini diduga disebabkan karena pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporte governance di perusahaan. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Klein (2000) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresional yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Begitu juga Carcello et al. (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba. PENUTUP
Simpulan Penilitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen, yaitu: kepemilikan manajerial, mekanisme good corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris independen dan komite audi terhadap terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari total populasi penelitian sebanyak 100 perusahaan hanya 14 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Penelitian ini dilakukan pada periode 2008-2010. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda, yang sebelumnya diuji menggunakan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data terdistribusi normal atau terbebas dari gejala asumsi klasik. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Kepemilikan Manajerial, Mekanisme Good Corporate Gopernance dan Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. a) Kepemilikan manajerial (X1) dalam analisis deskriptif menunjukan nilai minimum variabel KM adalah 0,00 dan nilai maksimum 0,333 dengan nilai rata-rata 0,23845 , sedangkan standar deviasinya 0,233211. b) mekanisme good corporate governance yang diukur dengan variabel komposisi dewan komisaris independen (X2) dan komite audit (X3). Pertama adalah variabel BOC nilai minimum sebesar 0,25 nilai maksimum sebesar 0,666 dengan nilai rata-rata proporsi dewan komisaris independen sebesar 0,38342 sedangkan standar deviasinya
2.
3.
4.
5.
sebesar 0,102282. Pengukuran corporate governance kedua adalah komite audit dengan nilai minimum sebesar 0,333 dan nilai maksimum sebesar 0,750 dengan nilai rata-rata komite audit independen sebesar 0.64875 standar deviasi sebesar 0,091165. c) Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC). dapat diketahui jumlah discretonary accrual menunjukkan nilai minimum DA Sebesar 0.375. Sedangkan jumlah discretonary accrual maksimum sebesar 0.741 dengan ratarata discretonary accrual sebesar 0,23845 dan standar deviasi sebesar 0.233211. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa kepemilikan manjerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manjerial semakin kecil kemungkinan adanya praktek manajemen laba. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan akan mampu untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan memotivasi manajemen dalam bertindak agar lebih berhati-hati, karena mereka ikut menanggung konsekwensi atas tindakanya. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya komposisi dewan komisaris tidak berdampak pada manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya dewan komisaris independen tidak menjamin kebijakan manajemen laba yang diterapkan di perusahaan. Dari pengujian regresi menunjukan bahwa komposisi komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa Semakin tinggi persentase anggota komite audit independen maka semakin kecil earning management yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena komite audit bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dalam perusahaan, sehingga keberadaan komite audit dalam perusahaan akan memperkecil kemungkinan terjadinya manajemen laba. Oleh karena itu, keberadaan komite audit yang cukup independen dapat membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba. Komite audit independen mempunyai pengaruh negatif terhadap earning management. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara simultan Struktur Kepemilikan Manajerial (KM), Dewan Komisaris Independen(BOC) dan Komite Audit (AC) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap Manajemen Laba (DA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Saran Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam menentukan discretionary accrual sehingga dapat melihat adanya manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda hal ini dikarenakan perhitungan discretionary accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi tidak memperhitungkan faktor-faktor luar seperti kondisi ekonomi atau permintaan terhadap penjualan serta faktor-faktor lain yang tidak dapat dikontrol oleh pihak manajer. 2. Melakukan penelitian yang khusus ditujukan untuk mengembangkan model pengukuran laba yang lebih akurat, misalnya per industri. Sehingga karakteristik industri yang berbeda yang dapat mempengaruhi pengelolaan laba dapat dimasukn kedalam model pengukuran tersebut dan juga dapat mengidentifikasi perbedaan pola pengelolaan laba ditiap industri.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi pada akun-akun manakah perusahaan lebih sering melakukan pengelolaan laba sehingga dapat memberikan rekomendasi yang lebih spesifik kepada investor untuk lebih memperhatikan akun-akun tersebut. 4. melakukan penelitian tentang pengaruh dari porsi dewan komisaris independen terhadap pengelolaan laba untuk periode yang lebih panjang atau dengan menambah jumlah sampel perusahaan yang akan diteliti. 5. Periode waktu yang digunakan selama tiga tahun masih terlalu singkat. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah periode waktu yang lebih lama agar hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat menggambarkan keadaan secara menyeluruh perusahaan go public di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah. 2002. “Kamus Istilah Akuntasi”. Bandung: CV Yrama Widya.
Bapepam. 2004. Peraturan IX.1.5 2004 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, http://www.bapepam.depkeu.go.id/old/hukum/prtaturan/emiten/. Diakses tanggal 14 Juni 2012. Boediono, Gideon, 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Gopernance dan Dampak Manjemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.” Simposium Nasional Akuntansi VIII. IAI, 2005. Carcello. Joseph V., Carl W. Hollingsworth., April Klein., and Terry L. Neal. 2006 “Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanisms, and Earnings Management”. Journal of Accounting and Economics. h 291-304. Cornett, Marcia Millon. et al.2005. “Earnings Management, CorporatGovernance, and True Financial Performance”. Journal of Accounting and Economics. h 1-30. Darmawati, Deni. 2003. “Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 5, No. 1,h 47-68. Erdian Ajie Laksono. 2011. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Earning Management Di Dalam Perusahaa Telekomunikasi”. Jawa Timur: Universitas Pembangunan Indonesia. FGCI. 2001. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Jilid II, Edisi 2. Herawaty, Vinola. 2009. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perushaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Haryono, Selamet. 2005. “Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teory Keagenan”. Vol 5, No. 1. h, 63-71. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta : Salemba Empat Jiraporn, P., Miller, G. A., Yoon, S., & Kim, Y.S. (2008). “Is Earnings Management Opportunistic or Beneficial? An Agency Perspective”. International Review of Financial Analysis, h 622-634. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2006. “Pedoman Umum Pelaksanaan Goog Corporate Governance di Indonesia”. http//www.corporateindonesia.or.id/main.html. Diakses tanggal 4 Mei 2012. Klein, April. 2006. “Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management”. Law & Economics Research, h 375-400
Mohamad Nazir. 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta : Ghalia Indonesia. Meutia, Intan. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No. 3, h 333-350. Mas Achmad Daniri. 2006. “Good Corporate Gopernance”. Jakarta: PT Ray Indonesia. Mulyadi. 2001. “Akuntansi Manajemen’. Jakarta: Salemba Empat. Nasution, M., dan Doddy Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”. Simposiun Nasional Akuntansi X. Nuryaman. 2007. “ Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Ningsaptiti, Restie. 2010. “ Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Skripsi Universitas Dipenogoro. Palestin, Shatila Halima. 2006. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris di P.T. Bursa Efek Indonesia)”. Rahmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi X.
yang
Rezaei, Farzin. 2012. “Efficient or opportunistic earnings management with regards to the role of firm size and corporate governance practices”. Interdisciplinary journal of contemporary research in business, h 1312-1322. Tuti Sriwedari. 2009. “Mekanisme Good Corporate Gopernance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tesis Program Studi Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. Soemarso. 2004. “Akuntasi Suatu Pengantar”. Edisi 5 (Revisi). Jakarta: Salemba Empat. Sofyan Syafari Harahap. 2007. “Teori Akuntansi”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suliyanto. 2011. “Ekonometrika Terapan: Teoro dan aplikasi dengan SPSS”. Jogjakarta: Andi Veronica, S., dan Utama, S., 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VII.IAI.2004.