ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, BUDAYA, DAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK STEVIGROW SWEETENER (Study Kasus Pada Masyarakat Tangerang Selatan) SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Penyusun :
AMRY NUR ACHMAD 109081000010
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSTITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Tangerang Telp. (021) 7494105, Fax. (021) 7494136
1436H/2015
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini rabu, 24 Juni 2015 telah melakukan ujian skripsi atas mahasiswa: 1.
Nama
: Amry Nur Achmad
2.
NIM
: 109081000010
3.
Jurusan
: Manajemen
4.
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk, Harga, Budaya, dan Sosial Terhadap Keputusan Pembelian produk Stevigrow Sweetener (studi kasus pada Masyarakat Tangerang Selatan)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasisiwa di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Juni 2015
1. Dr. Amilin, M.Si., Ak., NIP. 19730615 200501 1 009
(_________________________) Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 1973121 200501 2 002
(_________________________) Sekretaris
3. Cut Erika Ananda, SE., MBA. NIDN. 0318107403
(_________________________) Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamja, MM NIP: 194906021978031001
(_________________________) Pembimbing I
5. Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM. NIP. 19780307 201101 2 003
(_________________________) Pembimbing II
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Amry Nur Achmad
No Induk Mahasiswa : 109081000010 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkannya 2. Tidak melakukan plagiat tehadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 21 Mei 2015 Yang menyatakan
(Amry Nur Achmad)
iv
Data Pribadi Nama
: Amry Nur Achmad
Tempat Tanggal Lahit : Jakarta, Juni 27 1991 Umur
: 23 Tahun
Alamat
: Komplek MA Blok D5 No. 11 Jl. Bunga Lily RT 03/011, Pamulang Timur, Pamulang, TangSel, 15417
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Pria
Status
: Single
Tinggi Badan
: 179 cm
Berat
: 108 kg
Kewarganegaraan
: Indonesia
IPK
: 3. 06
Phone Number
: 081297645067
Email
:
[email protected]
Pendidikan Formal Sekolah Dasar
: SD Dharma Karya UT
Sekolah Menengah Pertama : SMP N 1 Pamulang Sekolah Menengah Atas
: SMA N 1 Ciputat
Kuliah
: S-1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen.
Pendidikan Non Formal
Lembaga Bahasa & Pendidikan professional LIA conversation class : step 6 (2014)
Agustust – september 2012 on the job training lembaga keuangan syariah KSU UBASYADA Ciputat
Seminar dan Workshop
Curriculum Vitae
Hilmawati Fauzia
[email protected] electrical engineering
Peserta PROPESA (Program Pengenalan Studi Dan Almamater) dari BEM UIN Jakarta (2009)
Peserta Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dari ACA insurance (2010)
Peserta Seminar “Profitable Sport: Olahraga Menciptakan Peluang Bisnis” dari BEM FEB UIN Jakarta(2010)
Pantia seksi PUDEKDOK ( Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi ) Kuliah Umum “CAFTA: Peran dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan dalam Menghadapi Perekonomian Global” dari BEMJ management (2011)
Pengalaman Organisasi
Sekjen Pro Tiger On The Road Bumi Serpong Damai (PROTON BSD) masa bakti 2011-2014
Anggota UKM FORSA bidang futsal
Anggota PMII komisariat FEB
Keahlian 1. Fasih berbahasa Inggris lisan dan tulisan 2. Operating System: Microsoft Windows 98, XP, vista & windows 7 3. Office Suite : Microsoft Office 4. Photoscape 5. Adobe photoshop Lightroom 3 Saya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap data yang saya berikan. Yang menyatakan,
(Amry Nur Achmad)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produk, harga, budaya dan sosial terhadap keputusan pembelian pada produk STEVIGROW SWEETERER, studi kasus terhadap konsumen STEVIGROW SWEETENER yang berdomisili di Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari 60konsumen STEVIGROW SWEETENER. Data yang diolah dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel produk, harga, budaya dan sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Secara simultan terbukti variabel persepsi kualitas, citra merek, lokasi dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Kata kunci: produk, harga, budaya, sosial, keputusan pembelian keputusan pembelian
vii
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the influence of product, price, culture, and social toward purchase decision of STEVIGROW SWEETENER. Consumers of South tangerang were used as a study case. This research uses primary data which was taken from 60 consumers of STEVIGROW SWEETENER. The data were analyzed using multiple linear regression. Based on partial result, it shows that all variable like product, price, culture and social have significant influence toward purchase decision. Based on simultaneous result, it proves that product, price, culture and social have significant influence toward purchase decision. Keyword: product, price, culture and social purchase decision.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirohim,
Alhamdulillahirobbilalamin,
shalawat
serta
salam
untuk
Rasulullah Muhammad SAW. Atas izin Allah SWT, penulis diberikan sumber daya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh produk, harga, budaya dan sosial terhadap Keputusan Pembelian produk Stevigrow Sweetener (studi kasus pada masyarakat di Tangerang Selatan)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adalah perjuangan dan petualangan bagi penulis untuk menyelesaikan studi hingga akhirnya sampai pada tugas akhir (skripsi) ini. Belajar tidak selalu menyenangkan, atau hanya sifat naluriah manusia untuk takut terhadap hal-hal yang tidak diketahuinya? Karena itu penulis merasa berhutang budi atas motivasi yang diberikan oleh figura yang terpajang diantara tangga menuju lantai 1 dan 2, diatas bendera-bendera yang menjalin kerjasama dan persahabatan dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta, figura emas yang membingkai ayat: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(Al Mujaadilah ayat 11). Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada : 1. Kedua orang tua, ibunda tercinta Ny. Diah Sukmawati, SH.dan ayahanda tersayang Tn Ahmad Dahlan Sungaidi yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral, materil dan doa yang tiada hentinya kepada penulis. 2. Saudara sekandung saya aan, adit dan amel yang telah mengisi kehidupan sehari-hari dirumah. 3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu memberi solusi dan membagi ilmunya kepada penulis pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam proses menyelesaikan penulisan ini, dilakukannya oleh beliau dengan penuh kebijaksanaan selayaknya bapak kandung saya sendiri.
ix
4. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM selaku pembimbing II dan Ketua jurusan Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi ini, dilakukannya oleh beliau dengan penuh kesabaran. 5. Bapak Dr. Arif Mufraini, LC., M.Si selaku Dekan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku dan sifat nya yang dekat dengan mahasiswa dalam membimbing dan mengajar, khususnya mahasiswa jurusan manajemen angkatan 2009 telah menjadikan beliau sebagai tokoh dan idola bagi penulis dan rekan - rekan angkatan 2009. 6. Bapak Herni ali selaku pembimbing akademik yang selalu memberi arahan dan nasihat mengenai hal - hal yang menyangut tentang perkuliahan. 7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan. 8. Hilmawati Fauzia, AMD. Adalah seseorang yang selalu memberikan dukungan yang tidak henti-henti sampai tak ada bosan-bosannya dan yang telah memberikan warna lain dalam hidup penulis, dan yang terpenting masih setia menunggu dan menemani dikala susah dan senang hingga skripsi ini selesai. 9. Teman-teman seperjuangan Bianca, Daus, Ucok Oki, Eway dan Dimas yang telah membantu saya dalam mengerjakan, memahami dan mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ini dan bersama-sama berjuang untuk menuntaskan program S1 yang telah kami mulai dari tahun 2009 10. Sahabat “Power Ranger” yang telah memberikan cerita tersendiri dalam persahabatan Yoga, Fadli, Firman dan Adit 11. Rekan-rekan seangkatan di kelas Manajemen A 2009 selain beberapa nama yang sudah disebutkan diatas Adi, Vian, Ridhwan “Ahong”, Marina, Alinda, Nurlailiyah, Eka “Sarmel, Selfi ”Pepi”, Wina, Riri, Suci, Bunga, Estu,Eci, Ika, Arta, Ami, Eka “Bacul”, Melisa, Ari, Didi, Kevin, Bayu, Reza, Zein, Majid, Didi dan riski. 12. Teman-teman di “Proton Tiger BSD” yang telah memberikan ilmu dan canda tawa di dunia permotoran sekaligus dalam hal berorganisasi selain beberapa nama yang sudah disebutkan diatas, Agung, Anggi “Unyu”, Kisut, Adji, Geri, Acong, Deni, Eka, Said, Adam, Dika, Salman “Kete”,
x
13. Teman-teman seperjuangan di FORSA UIN JAKARTA divisi futsal yang telah memberikan pengalaman dan mental dalam hal bertanding pada umumnya dan dalam dunia perfutsalan khususnya. 14. Teman-teman seangkatan kelas pemasaran 2009 15. Seluruh Mahasiswa FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 keatas dan 2009 kebawah yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih untuk perkenalannya dan pengalamannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang pemasaran.
Jakarta, 1 Mei 2015 Penulis
Amry Nur Achmad
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... ii LEMBARPENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................v ABSTRAK ...................................................................................................... ….vii ABSTRACT ..................................................................................................... …viii KATA PENGANTAR...........................................................................................ix DAFTAR ISI........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR............................................................................................xx DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xxi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .................................................................1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................10 C. Tujuan Penelitian.............................................................................11 D. Manfaat penelitian ..........................................................................11 E. Metode Penelitian............................................................................12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................................13 1. Pemasaran .................................................................................13 2. Produk ......................................................................................14 xii
2.1 Pengertian Produk ..............................................................14 2.2 Klasifikasi Produk ..............................................................16 2.3 Diferensiasi Produk ............................................................21 2.4 Pengembangan Manfaat Produk.........................................22 3. Harga .........................................................................................24 3.1 Definisi Harga....................................................................24 3.2 Menetapkan Harga .............................................................25 3.3 Strategi Penyesuaian harga ................................................26 3.4 Pengembangan Metode Penetapan Harga..........................27 4. Budaya .....................................................................................30 4.1 Budaya ................................................................................30 4.2 Sub - budaya ......................................................................31 4.3 Kelas Sosial........................................................................31 5. Sosial .........................................................................................32 5.1 Kelompok Acuan ................................................................32 5.2 Keluarga ..............................................................................35 5.3 Peran dan Status...................................................................36 6. Perilaku Konsumen ...................................................................36 6.1 Definisi Perilaku Konsumen ..............................................36 6.2 Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen....39 6.3 Proses Pengambilan Keputusan dalam pembelian.............42 B. Penelitian Terdahulu........................................................................46 C. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................52 1. produk terhadap keputusan pembelian.................................52 2. harga terhadap keputusan pembelian ...................................52 xiii
3. Budaya terhadap keputusan pembelian................................53 4. Sosial terhadap keputusan pembelian ..................................53 D. Kerangka Pemikiran ........................................................................54 E. Hipotesis..........................................................................................56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................57 B. Metode Penentuan Sampel ..............................................................57 1. Populasi Penelitian ....................................................................57 2. Sampel Penelitian ......................................................................58 C. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................60 1. Data Primer (Primary Data)......................................................60 2. Data Sekunder ...........................................................................60 D. Metode Analisis Data ......................................................................61 1. Uji Kualitas Data .......................................................................62 a. Uji Validitas Data................................................................63 b. Uji Reliabilitas Data ............................................................63 2. Uji Asumsi Klasik .....................................................................64 a. Uji Normalitas .....................................................................64 b. Uji Multikolinearitas ...........................................................65 c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................67 3. Uji Hipotesis..............................................................................69 a. Uji t......................................................................................69 b. Uji F.....................................................................................70 4. Analisis Regresi Linier Berganda..............................................70 xiv
5. Koefisien Determinasi (R²) .......................................................72 E. Operasional Variabel Penelitian......................................................73
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................77 1. Sejarah singkat Stevia ...............................................................77 2. Produk Stevigrow Sweetener ....................................................78 3. Company Profile........................................................................81 B. Pembahasan Hasil Kuesioner ..........................................................82 1. Uji Validitas dan Realibilitas ...................................................82 2. Deskriptif responden .................................................................85 C. Pembahasan Analisis Deskriptif......................................................89 1. Produk .......................................................................................89 2. Harga ........................................................................................94 3. Budaya.......................................................................................99 4. Sosial .......................................................................................103 5. Keputusan Pembelian ..............................................................107 D. Uji Asumsi Klasik .........................................................................111 1. Uji Normalitas .........................................................................111 2. Uji Multikolinieritas ................................................................113 3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................115 E. Uji Hipotesis..................................................................................118 a. Uji t (parsial) ....................................................................118
xv
b. Uji Signifikasi Simultan (F) ..............................................122 F. Uji Regresi Linear Berganda .........................................................123 G. Uji Koefisien Determinasi (R2) .....................................................123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan....................................................................................128 B. Saran..............................................................................................129
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Brand Stevia di Indonesia vs Produk Asing.....................................9
Tabel 2.1
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Konsumen .......... 39
Tabel 2.4
Penilitian Terdahulu .......................................................................50
Tabel 3.1
Model Skala Likert.........................................................................62
Tabel 3.2
Operasional Variabel......................................................................74
Tabel 4.1
hasil Tryout Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...............................83
Tabel 4.2
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin. ...............................85
Tabel 4.3
Jumlah responden berdasarkan usia ...............................................86
Tabel 4.4
Jumlah responden berdasarkan pekerjaan ......................................87
Tabel 4.5
Jumlah responden berdasarkan pengeluaran per bulan ..................88
Tabel 4.6
Stevigrow Sweetener mereknya mudah diingat dan selalu melekat dipikiran. ...........................................................................89
Tabel 4.7
Produk Stevigrow sweetener sudah dikenal di masyarakat. ..........90
Tabel 4.8
Produk Stevigrow sweetener kemasan produknya sangat menarik...........................................................................................90
Tabel 4.9
Stevigrow Sweetener memiliki tekstur serbuk yang halus dan berbeda dari gula stevia merek lain ...............................................91
Tabel 4.10
Cita rasa khas daun stevia produk Stevigrow Sweetener tetap terjaga .............................................................................................92
Tabel 4.11
Produk Stevigrow Sweetener memiliki rasa manis yang nikmat ...93
Tabel 4.12
Harga produk Stevigrow Sweetener sangat terjangkau........................... 94
Tabel 4.13
Harga Produk Stevigrow Sweetener sesuai dengan kemampuan ....................................................................................95
Tabel 4.14
Harga produk Stevigrow Sweetener sesuai dengan kualitas yang diberikan...................................................................96 xvii
Tabel 4.15
Harga produk Stevigrow Sweetener lebih murah dibandingkan produk lain sejenis..........................................................................96
Tabel 4.16
Harga produk Stevigrow Sweetener sesuai dengan harapan konsumen..........................................................................97
Tabel 4.17
Anda membeli produk Stevigrow Sweetener karena terbiasa mendegar produk tersebut.................................................99
Tabel 4.18
Anda mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener karena keluarga/teman anda mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener....................................................................100
Tabel 4.19
Saya lebih tertarik mengkonsumsi gula stevia produksi dalam negeri dibanding gula stevia impor ...................................101
Tabel 4.20
Saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena ingin merubah mengkonsumsi gula pasir menjadi gula stevia. .............101
Tabel 4.21
Saya berpersepsi gula stevia merek Stevigrow Sweetener lebih menyehatkan dibanding gula pasir ......................................102
Tabel 4.22
Saya sering melihat iklan Stevigrow Sweetener di Internet. .......103
Tabel 4.23
Saya mengkonsumsi Stevigrow sweetener atas referensi teman. ............................................................................104
Tabel 4.24
Saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena saya ingin keluarga saya mengikuti gaya hidup sehat yang saya lakukan. ...............................................................................105
Tabel 4.25
Saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener atas referensi keluarga .........................................................................105
Tabel 4.26
Saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena menurut saya Stevigrow Sweetener merupakan produk yang banyak dikenal di masyarakat...................................................................106
xviii
Tabel 4.27
Saya membeli Stevigrow Sweetener karena sudah sering mengkonsumsi...................................................................107
Tabel 4.28
Saya mengevaluasi produk Stevigrow Sweetener sebelum melakukan keputusan pembelian. ...............................................108
Tabel 4.29
Saya melakukan keputusan pembelian setelah mengetahui kelebihan yang terdapat didalam produk Stevigrow Sweetener....................................................................109
Tabel 4.30
Saya puas mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener. ...........110
Tabel 4.31
Hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov ...................................113
Tabel 4.32
Hasil Uji Glejser...........................................................................116
Tabel 4.33
Hasil Uji Multikolonieritas...........................................................116
Tabel 4.34
Hasil Uji Parsial (Uji t).................................................................118
Tabel 4.35
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .......................................123
Tabel 4.36
Hasil regresi linier berganda ........................................................124
Tabel 4.37
Hasil uji koefisien determinasi (R2) .............................................126
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Grafik Penjualan STEVIGROW SWEETENER ...........................8
Gambar 2.1
Model perilaku Konsumen Menurut Kotler.................................37
Gambar 2.2
Proses Keputusan Pembelian Konsumen menurut Kotler ...........42
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran.....................................................................57
Gambar 4.1
Foto Produk..................................................................................78
Gambar 4.2
Nilai Informasi Gizi .....................................................................79
Gambar 4.3
Kurva p-plot hasil uji normalitas ...............................................112
Gambar 4.4
Grafik sccaterplot hasil uji heterokedastisitas ..........................117
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Uji Validitas dan Realibilitas
Lampiran 3
Output SPSS Uji Asumsi Klasik
Lampiran 4
Hasil Output SPSS Uji Regresi Linear Berganda
Lampiran 5
Koefisien Determinasi
Lampiran 6
Uji Hipotesis
xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian “Kesehatan itu mahal harganya” atau “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Ya, itu adalah beberapa contoh kata-kata yang sering kita dengar baik dari para pemerhati kesehatan, orang tua, dan siapapun. Akan tetapi perlu kita ketahui, banyak sekali jenis – jenis penyakit yang mengancam nyawa kita. Baik yang kita sadari maupun tidak dalam pencegahannya, dan cepat atau lambat penyakit tersebut akan terdeteksi oleh kita. Beberapa penyakit yang dapat cepat terdeteksi secara dini sehingga kita dapat lebih mudah dalam memanggulangi ataupun mengobati penyakit tersebut, yaitu : batuk, influenza, asma, penyakit kulit, dll. Lalu ada beberapa penyakit yang tidak menunjukan gejala – gejalanya secara langsung dan terkadang kitapun tidak menyadari bahwa kita sudah terjangkit penyakit tersebut dan beberapa diantaranya dapat menimbulkan kematian, yaitu : jantung, tumor, kanker, diabetes, dll. Untuk yang terakhir yang penulis sebutkan yaitu diabetes, penderita diabetes melitus diseluruh dunia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes ini, dan bahkan yang lebih memperihatinkan lagi, lebih dari sekitar 80% kematian diakibatkan oleh penyakit ini terjadi di negara-negara miskin dan berkembang.
1
Menurut data dari World Health Organization atau WHO, data penderita diabetes di Indonesia pada tahun 1994 mencapai angka 2,5juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penderitanya meningkat menjadi sekitar 4 juta jiwa dan menempatkan Indonesia sebagai negara ke-4 penderitas diabetes di dunia. Lalu setahun kemudian, data penderita diabetes di Indonesia kembali naik menembus angka 5 juta jiwa. Dan yang lebih mengejutkan menurut badan statistika Indonesia pada tahun 2003, jumlah penderita diabetes di Indonesia adalah 133 jiwa untuk usia dibawah 20 tahun. Dan secara global, jumlah penderita diabetes terbanyak yaitu diabetes tipe 2, dimana tipe 2 ini disebabkan oleh gaya hidup yang kurang terkontrol, tidak berolah raga sehingga menimbulkan penumpukan cadangan gula dalam tubuh. Dan bukan dikarenakan faktor genetik seperti pada diabetes tipe 1.Di sisi lain, dari sisi ekonomi dan bisnis semakin banyak peluang untuk menjual produk yang ditujukan untuk penyembuhan diabetes maupun penanggulangan diabetes. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba menjual produk maupun jasanya dengan value sebagai obat maupun penanggulangan penyakit diabetes. Seperti yang tercantum dalam web www.penyebabdiabetes.com salah satu penyebab terjadinya penyakit diabetes adalah penyakit diabetes ini tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), tetapi juga dipengaruhi oleh beberarapa faktor lain yang multi-kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa gen diabetes, belum tentu akan menderita penyakit gula, karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan
2
yang berlebihan/kegemukan, kurang gerak atau jarang berolah raga dan kehamilan. Salah satu faktor yang sangat mendominasi menjadi penyebab diabetes melitus adalah dengan makan yang berlebihan akan menyebabkan gula dan lemak dalam tubuh menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar pankreas terpaksa harus bekerja ekstra keras untuk memproduksi hormon insulin untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk kedalam darah serta urine (air kencing). Data statistik menunjukan bahwa 70% dari total penderita diabetes melitus, merupakan orang yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) dengan kata lain gula yang terendap didalam tubuh semakin banyak dan semakin banyak lagi apabila ditambah dengan asupan makanan maupun minuman yang memiliki kadar gula yang berlebih. Menurut www.ditjenbun.pertanian.go.id“Kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi langsung rumah tangga maupun industri akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2014 kebutuhan gula nasional mencapai 5,700 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut diupayakan meialui Program Swasembada Gula Nasional. Secara kuantitatif sasaran yang ingin kita raih adalah tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014 dengan target produksi sebesar 3,571 juta ton dari existing dan 2,129 juta ton dari perluasan dan pembangunan PG baru,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Gamal Nasir, pada Temu Koordinasi
3
Kehumasan Direktorat Jenderal Perkebunan yang diselenggarakan tanggal 2325 Maret 2011 di Semarang, Jawa Tengah. Jika dapat kita tarik kesimpulan dari sumber diatas adalah konsumsi gula masyarakat Indonesia yang tinggi dan bertambah setiap tahunnya menunjukan semakin besarnya pula peluang masyarakat Indonesia terkena diabetes melitus apabila tidak di imbangi dengan gaya hidup sehat yang harus mereka lakukan. Akan tetapi dari sisi lain dengan data tersebut dapat menjelaskan luasnya ataupun besarnya peluang produk-produk yang memiliki nilai besar pada kesehatan dan gaya hidup sehat untuk dapat masuk menggantikan gula sebagai komoditas utama dalam pasar perdagangan di Indonesia Dan dengan semakin berkembangnya persaingan pada dunia bisnis di Indonesia saat ini yang semakin ketat, maka kebijakan dan strategi dari perusahaan-perusahaan juga mengalami semakin banyak inovasi dan kreatifitas, sebuah kepercayaan dan loyalitas dari konsumen sangatlah berarti bagi perusahaan dan tentunya dengan penjualan yang dilakukan, perusahaan ingin mendapat profit atau keuntungan yang maksimal. Peran pemasaran sangat penting bagi sebuah perusahaan, seperti yang dikemukakan Kotler dan Keller (2007) “keberhasilan keuangan sering tergantung pada kemampuan pemasaran. Operasi keuangan, akunting, dan fungsi bisnis lainnya sesungguhnya tidak berarti kalau tidak ada permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba.” (Kotler dan Keller, 2007:4). Dengan kata lain pemasaran merupakan ujung tombak bagi sebuah perusahaan. Semakin dinamisnya dunia pemasaran, serta
4
mengingat penduduk Indonesia yang konsumtif maka menjadi sasaran “empuk” para pebisnis untuk menawarkan dan menjual produk ataupun jasanya untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Mereka juga menyadari bahwa keuntungan semata tidaklah cukup untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnisnya, maka berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan kelanjutan bisnisnya. Dalam memenangkan sebuah persaingan industri adalah dengan mengetahui perilaku konsumen yang dijadikan target. Banyak cara untuk dapat mengetahui perilaku konsumen salah satunya adalah dengan cara mengetahui kebutuhan dan keinginan mereka. Atau dengan para produsen mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat mempengaruhi para konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka. Dengan banyaknya hal yang melatar belakangi konsumen dalam mengkonsumsi produk kesehatan,terutama produk pemanis pengganti gula ini, maka menuntut setiap produsen produk pemanis pengganti gula ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dalam mengkonsumsi produk pemanis pengganti gula tersebut. Untuk itulah diperlukan sebuah riset atau penelitian yang mengkaji sebuah permasalahan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mereka dalam mengkonsumsi produk pemanis pengganti gula. Dalam penelitian ini, agar dapat mempersempit sebuah permasalahan mengenai konsumen yang selalu mengkonsumsi pemanis pengganti gula terutama berbahan dasar stevia, maka perlulah dipilih sebuah produk yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini. Dari sekian banyak produk dan
5
merek dipasar lokal, maka peneliti mengambil produk pemanis pengganti gula berbahan dasar stevia yang sudah ternama yaitu Stevigrow Sweetener sebagai objek dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa apakah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan produk atau mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi produk pemanis stevia atau pemanis pengganti gula ini. Dalam sebuah artikel yang bersumber dari internet (http//manbisnis, Tripod.com. 2005), dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, dalam proses pengambilan keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya, melainkan sebaiknya masalah banyak faktor yang melingkupi pengambilan keputusan tersebut yang meliputi; faktor kebudayaan, faktor demografis, faktor sosial, faktor individu, dan faktor psikologis yang sangat kuat akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Stevia adalah sebuah genus dari sekitar 240 spesies dari ramuan dan semak dalam keluarga bunga matahari (Asteraceae), asli subtropis dan daerah tropis dari barat Amerika Utara ke Amerika Selatan. Sebagai pemanis dan gula pengganti, rasa stevia memiliki onset lambat dan durasi yang lebih lama daripada gula, dan beberapa ekstrak yang mungkin memiliki pahit atau licorice seperti aftertaste pada konsentrasi tinggi. Dengan sari steviol glikosida yang memiliki manis gula hingga 300 kali, stevia telah menarik perhatian dengan meningkatnya kebutuhan karbohidrat rendah, pemanis
6
rendah gula. Karena stevia memiliki efek yang dapat diabaikan pada glukosa darah yang menarik bagi orang-orang pada diet karbohidrat dikendalikan. Ketersediaan stevia bervariasi dari satu negara ke negara. Di beberapa negara, telah tersedia sebagai pemanis selama beberapa dekade atau abad. Di Jepang, 30% penduduknya sudah mengkonsumsi stevia setiap hari. Stevigrow Sweetener adalah salah satu pelopor produk pemanis bebas kalori berbahan dasar stevia di Indonesia. Pada saat awal perkembangan produk ini respon dari masyarakat mengalami pasang dan surut hal ini dikarenakan masyarakat masih merasa asing dengan pemanis pengganti gula yang bebas kalori, mungkin didalam benak masyarakat masih tertanam produk seperti ini adalah pemanis buatan berkalori tinggi dana dapat merusak kesehatan padahal tidak. Seiring berjalannya waktu pemahaman masyarakat akan produk pemanis pengganti gula yang bebas kalori pun mulai menemui jalan keluar. Masyarakat mulai memahami apa itu stevia, apa yang terkandung
didalamnya
walaupun
belum
banyak
masyarakat
yang
mengetahui secara kesesluruhan. Stevigrow Sweetener semakin terus tumbuh.
Sampai
ditemukannya
pesaing-pesaing,
seperti
stevisweet,
sugarleaf, dll. Dalam beberapa tahun terakhir penjualan Stevigrow Sweetener mengalami kenaikan. Hal itu didukung oleh penjelasan pada Gambar dibawah ini yang menunjukan peningkatan penjualan Stevigrow Sweetener :
7
Gambar 1.1 Grafik Penjualan Stevigrow Sweetener
IDR 30 IDR 25 IDR 20 IDR 15
sugarleaf
IDR 10
stevigrow sweetener
IDR 5 stevigrow sweetener sugarleaf
IDR 2013
2014
2015
*dalam skala juta
Sumber : dokumentasi perusahaan (datadiolah) Dari gambar 1.1 diatas dapat dilihat grafik peningkatan Stevigrow Sweetener dari tahun 2013 sampai 2015 terus mengalami kenaikan dari Rp. 10.000.000 menjadi Rp. 30.000.000
pada tahun 2015. Dan berbanding
terbalik dengan pesaingnya yaitu Sugarleaf yang terus mengalami penuruan Kenaikan pendapatan ini tidak dapat dipungkiri dikarenakan kualitas produk Stevigrow Sweetener yang tetap terjaga dan semakin mengenalnya masyarakat akan produk tersebut. Tabel di bawah ini menunjukan beberapa pesaing pemanis stevia bebas kalori, yaitu:
8
Tabel 1.1 Brand stevia di Indonesia vs produk asing Brand Lokal
Brand Asing
Stevigrow Sweetener
Pure Circle
Naturstev
SweetLeaf
Sugarleaf
Stevia In The Row
Sumber : data perusahaan (2014) Dari table diatas menunjukan pemetaan persaingain di dunia bisnis dalam produk pemanis stevia bebas kalori. Menunjukan semakin berkembangnya bisnis stevia ini, untuk diluar negeri brand-brand yang ditawarkan lebih beragam dan memiliki keunggulan masing-masing. Dan untuk persaingan dalam negeri masih belum ramai, akan tetapi jika tidak terus meningkatkan kualitas maka produk lokal pun yang hanya sedikit jenisnya bisa tergerus oleh persaingan merek-merek luar. Berdasarkan dari hasil-hasil yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa sangat banyak faktor yang mempengaruhi atau melatar belakangi sebuah perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan pembelian terhadap suatu produk baik itu berupa berwujud atau yang tidak berwujud (jasa). Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli Stevigrow Sweetener sangatlah penting, dikarenakan dari segi kesehatan masih banyak penderita diabetes yang belum mengetahui secara lengkap tetang stevia yang dapat digunakan sebagai salah satu obat atau pencegah atau dengan kata lain sebagai
9
solusi bagi penderita diabetes yang menginginkan rasa manis dan aman untuk dikonsumsi dan memiliki manfaat yang tidak sedikit. Dari segi bisnis jika dapat mengarahkan calon konsumen untuk berpindah dari konsumsi gula menjadi konsumsi gula stevia maka dapat dibayangkan berapa pendapatan perusahaan yang bisa diraih jika konsumsi gula nasional sebesar 5.700juta ton / tahun berpindah menjadi mengkonsumsi Stevigrow Sweetener. Dan dari segi akademis penelitian ini menjadi penting karena dapat menjadi dasar acuan untuk penelitan tentang produk stevia lainnya dalam hal keputusan pembelian atas dasar latar belakang masalah tersebut saya sebagai penulis ingin mengambil sebuah judul untuk penelitian dengan judul “PENGARUH PRODUK, HARGA, BUDAYA DAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK STEVIGROW SWEETENER (STUDY KASUS PADA MASYARAKAT TANGERANG SELATAN)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh produk terhadap keputusan pembelian? 2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian? 3. Apakah terdapat pengaruh budaya terhadap keputusan pembelian? 4. Apakah terdapat pengaruh sosial terhadap keputusan pembelian? 5. Apakah terdapat pengaruh produk, harga, budaya dan sosial terhadap keputusan pembelian?
10
C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh produk terhadap keputusan pembelian. 2. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian. 3. Untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap keputusan pembelian. 4. Untuk menganalisis pengaruh sosial terhadap keputusan pembelian. 5. Untuk menganalisis pengaruh produk, harga, budaya dan sosial terhadap keputusan pembelian. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka terdapat beberapa manfaat yang akan didapatkan. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat melihat sejauh mana penerapan teori yang diperoleh selama kuliah dengan praktek yang sebenarnya terjadi. Dan menjadi tambahan pengalaman tersendiri dalam menyusun sebuah karya tulis dalam penelitian b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan keputusan pembelian konsumen. Dan jika
11
memungkinkan dapat dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan dalam mengambil keputusan saat ini maupun masa yang akan datang c. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terhadap dunia pendidikan dan berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut jika berminat. d. Bagi Konsumen Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada konsumen dalam membentuk keputusan pembelian terhadap suatu produk . E. Metode Penelitian Metode pengumpulan akan dilakukan dengan dua cara, baik melalui datadata primer maupun dengan data-data sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui penelitian kuantitatif : dilakukan melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada semua responden yang berada dalam target populasi yang telah ditetapkan. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu pencarian data-data melalui studi kepustakaan, yaitu pencarian data-data melalui buku referensi, artikel, jurnal, serta browsing internet. Dimana pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk memperoleh data tambahan yang digunakan sebagai penunjang pengumpulan data primer.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah dunia bisnis. Pemasaran banyak memiliki arti atau definisi yang berbeda-beda, namun akan bermura pada sebuah kesepakatan tentang arti pemasaran itu sendiri. Pemasaran itu sendiri berasal dari kata “pasar”, yang memiliki arti merupakan sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang memungkinkan terjadinya transaksi, tapi pada intinya pasar itu sendiri merupakan tempat bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran. Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah sebuah proses perusahaan menciptakan nilai untuk konsumennya dan membangun hubungan kuat dengan konsumen dengan tujuan untuk menciptakan nilai keuntungan dari konsumen. Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2009:5), “ Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya”. Menurut Kotler dan Keller (2009:5) pemasaran berdasarkan definisi sosial adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.
13
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan manusia serta terbatasnya sumber daya yang tersedia, maka pemasar dituntut untuk mengelola segala sesuatunya dengan efektif dan se-efisien mungkin. Agar semuanya itu berjalan sesuai dengan rencana, maka kita memerlukan suatu pengaturan pemasaran atau yang biasa kita sebut sebagai Manajemen Pemasaran. Pada intinya konsep pemasaran merupakan perwujudan dari keinginan, kebutuhan dan permintaan manusia yang dijabarkan dalam bentuk produk dengan tujuan memuaskan keinginan manusia sehingga marketing dapat terjadi apabila seseorang memutuskan untuk mempertukarkan suatu barang demi memuaskan keinginan dan kebutuhannya. Secara
umum,
tujuan
pemasaran
adalah
memaksimumkan
konsumsi,
memaksimumkan mutu hidup, serta meningkatkan kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga, dan memperoleh laba bagi perusahaan. Tujuan pemasaran dapat tercipta dengan melakukan analisa dalam hal bauran pemasaran maupun faktor-faktor penentu lainnya beberapa contohnya yaitu faktor sosial dan budaya. 2. Produk 2.1. Pengertian Produk Orang akan memuaskan keinginan dan kebutuhannya melalui produk. Produk atau penawaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1.
Barang
2. Fisik 3. Jasa dan Gagasan
14
Tingkat kepentingan produk fisik lebih tergantung pada jasa yang mereka berikan pada pemiliknya, sehingga produk fisik sebenarnya adalah saran yang memberikan jasa pada kita. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang, fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide (Kotler dan Amstrong, 2009:4). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu baik berwujud barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan konsumen, dimana tiap barang atau jasa tersebut memiliki manfaat yang berbeda. Dapat dikatakan pelanggan dalam membeli barang tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisiknya saja tetapi lebih dari itu, pelanggan tersebut membayar sesuatu yang diharapkan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. a. Lima Tingkatan Produk Menurut Kotler (2009:4) ada lima tingkatan produk, yaitu: 1) Core benefit (manfaat inti) Layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli pelanggan, ini adalah tingkatan paling dasar. 2) Basic Product (produk dasar) Pemasar harus merubah manfaat inti menjadi produk dasar, ini adalah tingkatan kedua. 15
3) Expected product Ini adalah tingkatan ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan, sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. 4) Augmented product (produk tambahan) Pada tingkatan ke-empat ini pemasar menyiapkan produk tambahan yang melebihi harapan pelanggan. 5) Potential product (produk potensial) Tingkat terakhir ini yang mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran dimasa depan. Ini adalah tempat dimana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan mereka. 2.2. Klasifikasi Produk Kotler & Keller (2009:56) mengklasifikasikan produk berdasarkan, yaitu : ketahanan, keberwujudan dan kegunaan (konsumen atau industri). a. Ketahanan (durability) dan keberwujudan (tangibility) 1) Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) Adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Karena barang-barang ini sering dibeli, strategi yang tepat adalah membuat barang-barang tersebut
16
tersedia banyak dilokasi dan beriklan secara besar-besaran untuk membangun percobaan serta membangun preferensi. 2) Barang tahan lama (durable goods) Adalah barang-barang berwujud yang biasanya dapat digunakan untuk waktu lama. Produk-produk ini biasanya memerlukan penjualan personal dan jasa, menuntut margin yang lebih tinggi, dan memerlukan garansi penjual yang lebih banyak. 3) Jasa (service) Adalah produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan kendali kualitas, kredibilitas, pemasok dan kemampuan adaptasi yang lebih besar. b. Barang konsumen 1) Barang sehari-hari (convenience goods) i. Barang kebutuhan pokok : Barang yang dibeli konsumen secara teratur. ii. Barang impuls : Barang yang dibeli tanpa usaha perencanaan atau pencarian iii. Barang darurat : barang yang dibeli ketika ada kebutuhan mendesak.
17
2) Barang belanja (shopping goods) : Barang yang secara karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. Barang belanja dapat dikategorikan menjadi dua: i. Barang belanja homogen : Memiliki kualitas yang serupa, tetapi harganya cukup berbeda, sehingga memberikan alasan kuat bagi perbandingan belanja. ii. Barang belanja heterogen : memiliki fitur produk dan jasa yang berbeda yang mungkin lebih penting daripada harga. 3) Barang khusus (speciality goods) : Memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana ada cukup banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus. Barang khusus tidak memerlukan perbandingan, pembeli hanya menginventasikan waktu untuk menjangkau penyalur yang menjual produk-produk yang diinginkan. Penyalur tidak memerlukan lokasi yang nyaman, meskipun mereka harus membuat calon pembeli mengetahui lokasi mereka. 4) Barang yang tak dicari (unsought goods): Barang yang tidak dikenal konsumen atau biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli. Barang yang tidak dicari, memerlukan dukungan iklan dan penjualan personal.
18
c. Barang Industri Barang ini diklasifikasikan berdasarkan biaya relatif mereka dan bagaimana mereka memasuki proses produksi, meliputi bahan dan suku cadang, barang modal, serta pasokan dan layanan bisnis. 1) Bahan dan suku cadang (materials and parts) Barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. i. Bahan mentah: Dibagi menjadi produk pertanian dan produk alami. ii. Bahan dan suku cadang manufaktur a. Bahan komponen : Biasanya diproses lagi, keandalan pemasok dan harga merupakan faktor pembelian kunci. b. Suku cadang komponen : Memasuki produk jadi tanpa perubahan
bentuk
lagi.
Harga
dan
layanan
menjadi
pertimbangan pemasaran utama, dan penetapan merek serta iklan canderung tidak terlalu penting. 2) Barang modal (capital items): Barang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk menjadi produk jadi. Barang ini meliputi dua kategori, yaitu: i. Instalasi : Terisi dari bangunan dan peralatan berat. Instalasi biasanya dibeli secara langsung dari produsen, yang tenaga penjualannya mencakup personel teknis dan periode negosiasi panjang sebelum penjualan pada umumnya. Produsen harus bersedia merancang sesuai spesifikasi dan memasok layanan 19
purnajual. Iklan tidak terlalu penting jika dibandingkan penjualan personal, ii. Peralatan : Meliputi perlengkapan dan peralatan pabrik portable dan
perlengkapan
kantor.
Meskipun
beberapa
produsen
perlengkapan menjual secara langsung, mereka lebih sering menggunakan perantara. Karena pasar tersebar secara geografis, pembeli banyak dan pesanan sedikit. Kualitas, fitur, harga, dan jasa menjadi pertimbangan utama. Tenaga penjualan cenderung menjadi lebih penting dibandingkan iklan. 3) Layanan bisnis dan pasokan (supplies and business services): Barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Pasokan sama dengan barang sehari-hari. Biasanya dipasarkan melalui perantara karena nilai unit mereka yang rendah serta jumlah dan sebaran geografis pelanggan yang besar. Harga dan jasa menjadi pertimbangan penting karena pemasok terstandarisasi serta preferensi merek tidak tinggi. Terdapat dua macam pasokan, yaitu barang pemeliharaan dan perbaikan, serta pasokan
operasi.
Sedangkan
layanan
bisnis
meliputi
jasa
pemeliharaaan dan perbaikan, serta jasa penasihat bisnis. Jasa pemeliharaan dan perbaikan biasanya dipasok dengan kontrak oleh produsen kecil atau tersedia dari produsen perlengkapan asli. Jasa nasihat bisnis biasanya dibeli berdasarkan reputasi dan staf pemasok.
20
2.3. Diferensiasi Produk Menurut Kotler (2007:9) supaya dapat diberi merek, produk harus didiferensiasikan. Produk-produk fisik bervariasi dalam potensi mereka untuk diferensiasi. a. Bentuk Banyak produk dapat didiferensiasikan berdasarkan bentuk, ukuran, model atau struktur fisik produk. b. Fitur Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan fittur yang berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar produk. c. Mutu Kinerja Sebagian besar produk dibangun menurut salah satu dari empat level kinerja: rendah, rata-rata, tinggi, dan unggul. Mutu Kinerja adalah level berlakunya karakteristik dasar produk. d. Mutu kesesuaian Pembeli mengharapkan produk memiliki mutu kesesuaian, yaitu tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan. e. Daya Tahan Ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.
21
f. Keandalan Pembeli umumnya akan membayar lebih untuk mendapatkan produk yang lebih handal. Keandalan adalah ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu. g. Mudah diperbaiki Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki. Kemudahan diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal. h. Gaya Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli. Gaya memiliki keunggulan karena menciptakan ke-khas-an yang sulit untuk ditiru. 2.4. Pengembangan Manfaat Produk Pengembangan suatu produk meliputi penetapan manfaat yang akan ditawarkannya.
Manfaat
ini
dikomunikasikan
dan
disampaikan
melalui
karakteristik produk seperti kualitas, ciri, dan desain. Keputusan tentang ciri-ciri tersebut sangat berpengaruh pada reaksi konsumen terhadap suatu produk (Mahmud machfoedz, (2010:62). a. Kualitas Produk Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning penting bagi pemasar atau perusahaan. Dalam pengembangan suatu produk, terlebih dahulu pemasar harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Dalam hal ini, kualitas produk berarti kemampuan
22
suatu produk untuk melakukan fungsinya, yang meliputi daya tahan, keandalan, presisi, kemudahan penggunaan, dan perbaikan, serta ciri-ciri yang lain yang menunjukan nilainya. Meskipun beberapa ciri terseut dapat diukur secara obyektif, dari sudut pandang pemasaran, kualitas harus diukur menurut persyaratan konsumen ( Mahmud Machfoedz, 2010:62) b. Ciri Produk Suatu produk dapat ditawarkan dengan berbagai ciri atau karakteristik. Model sederhana tanpa variasi yang lebih menarik dengan penambahan beberapa karakteristik. Karakteristik merupakan sarana kompetititf untuk membedakan produk sebuah perusahaan dari produk buatan perusahaan lain yang menjadi pesaing. Menjadi produsen pertama yang memperkenalkan karakteristik baru merupakan suatu cara yang paling efektif untuk bersaing (Mahmud Machfoedz, 2010:63) c. Desain Produk. Cara lain untuk menjadi suatu produk tampak lebih menarik dapat dilakukan melalui desain. Desain merupakan konsep yang lebih penting daripada bentuk. Bentuk semata mengungkapkan sifat fisik produk yang dapat dilihat. Bentuk yang mengagumkan dapat menarik perhatian, tapi ini tidak menjadikan produk berfungsi lebih baik. Desain yang baik memberi nilai tambah pada manfat produk, menjadikannya enak dipandang dan nyaman digunakan, desain yang baik disamping mempertimbangkan sifat fisik produk yang menarik juga menjadikannya mudah digunakan, aman, tidak mahal
23
untuk penggunaan dan perbaikan, dan sederhana serta ekonomis dalam biaya produksi dan distribusi (Mahmud Machfoedz, 2010:63)
3.
Harga 3.1. Definsi Harga Menurut Kotler (2007:77) harga adalah salah satu unsur baursan pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksud perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya. Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan premium harga dan mendapatkan laba besar. Menurut Mahmud Machfoedz (2010:69) dalam Ahmad Khumaidi (2013:14) harga adalah jumlah uang yang dikenakan pada produk atau jasa. Definisi harga secara luas ialah jumlah nilai yang ditukar oleh konsumen untuk memperoleh manfaat kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya mencerminkan biaya. Harga juga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan, harga dapat diubah dengan cepat, pada waktu yang bersamaan. Menurut Kotler (2007:23) komponen harga dalam bauran pemasaran adalah: daftar harga, rabat atau diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran dan syarat kredit harga. Menurut Stanton (dalam Rosvita, 2010:24) ada empat indikator yang mencirikan harga, yaitu:
24
a. Keterjangkauan harga b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk c. Daya saing harga d. Kesesuaian harga dengan manfaat 3.2. Menetapkan Harga Menurut Kotler (2007:84) suatu perusahaan harus dapat menetapkan harga untuk pertama kalinya ketika mengembangkan produk baru. Enam langkah penetapan harga, yaitu: a. Memilih tujuan penetapan harga Perusahaan tersebut memutuskan dimana ingin memposisikan tawaran pasarnya. Makin jelas tujuan suatu perusahaan, makin mudah menetapkan harga. b. Menetukan permintaan Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan. c. Memperkiraan biaya Permintaan menetukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan untuk produknya.
25
d. Menganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar
dan
biaya
perusahaan,
perushaan
tersebut
harus
memperhitungkan biaya, harga dan kemungkinan reaksi harga pesaing. e. Memilih metode penetapan harga Dengan adanya jadwal permintaan pelanggan, fungsi biaya, dan harga pesaing, perusahaan tersebut kini siap memilih harga. f. Memilih harga akhir Metode-metode penetapan harga mempersempit ruang gerak yang harus digunakan perusahaan untuk memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga akhir ini perusahaan tersebut harus mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang meliputi dampak dari kegiatan pemasaran lain, kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan reiko dan tampak harga terhadap pihak lain. 3.3. Strategi Penyesuaian Harga Menurut Kotler (2007:102) perushaan-perusahaan biasanya tidak menetapkan hanya satu harga, melainkan struktur penetapan harga yang mencerminkan perbedaan dalam permintaan dan biaya geografis, tuntutan segmen pasar waktu pembelian, tingkat pemesanan, frekuensi pengiriman, jaminan kontrak perbaikan. Berikut strategi penyesuaian harga: a. Penetapan harga geografis
26
Pentetapan harga geografis melibatkan perusahaan tersebut memutuskan bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk pelanggan yang berbeda di lokasi dan negara yang berbeda. b. Diskon dan potongan harga Kebanyakan perusahaan akan menyesuaikan daftar harganya dan memberikan diskon dan potongan harga untuk pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar dan pembelian diluar musim. c. Penetapan harga promosi Teknik penetapan harga promosi yaitu: penetapan harga pemimpin, penetapan harga peristiwa khusus, rabat tunai, pembiayaaan bunga rendah, masa pembayaran yang lebih lama, garansi dan kontrak perbaikan, diskon psikologis. d. Penetapan harga diskriminatif Perusahaan-perusahaan sering menyesuaikan harga dasarnya untuk mengakomodasi perbedaan pelanggan, produk, lokais dan seterusnya. e. Penetapan harga bauran produk Versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda, tetapi tidak sebanding dengan masing-masing biayanya 3.4. Pengembangan Metode Penetapan Harga. Menurut Mahmud Machfoedz (2010:74) dalam Ahmad Khumaidi (2013:17) metode penetapan harga berorientasi pasar meliputi: a. Penetapan harga berorientasi biaya
27
Dalam penetapan harga berorientasi biaya, jumlah uang atau presentase ditambahkan pada biaya produk. Dengan demikian metode ini melibatkan kalkulasi selisih harga pokok dengan harga jual. Metode penetapan berorientasi biaya tidak perlu memperhatikan hubungan dengan kebijaksanaan penetapan harga tertentu. b. Penetapan harga dengan penambahan biaya Dalam penetapan harga dengan penambahan biaya, biaya perusahaan ditentukan dan kemudian sejumlah tertentu uang atau presentase biaya ditambahkan pada biaya perusahaan untuk menetukan harga. c. Penetapan harga yang dinaikan (mark up) Penjualan produk eceran pada umumnya menerapkan metode penetapan harga mark up. Dalam metode ini, harga produk dinaikan dengan terlebih dahulu menambahkan presentse dari biaya, disebut mark up untuk biaya produk. Meskipun mark up di toko eceran bervariasi dari satu jenis barang ke jenis lainnya, presentase yang sama biasanya digunakan untuk menetapkan harga produk dalam kategori produk tunggal. d. Penutupan harga berorientasi permintaan Perusahaan dapat menggunakan penetapan harga berdasarkan tingkat permintaan produk. Metode menyebabkan harga tinggi ketika permintaan atas produk meningkat dan pada waktu permintaan rendah harga menjadi murah. e. Penetapan harga berorientasi persaingan Perusahaan memperhitungkan biaya laba pihak pesaingan. Arti metode ini menjadi semakin penting jika produk yang bersaing relatif homogen dan
28
perusahaan melayani pasar yang didalamnya harga merupakan variabel utama strategis pemasaran. Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhkan pilihannya pada suatu sasaran dengan penempatan tertentu, maka strategi penempatan pasar tertentu, maka strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih cepat ditentukan (Kotler, 1996). Citra suatu perusahaan akan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. Dan hal ini paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk yang termasuk kategori special goods maupun produk yang membutuhkan keterlibatan tinggi dalam proses pembelian. Dengan kata lain, bagaimana para konsumen akan bereaksi apabila perusahaan menaikan harga atau menururnkan harga produknya. Harga sebuah produk atau jasa merupakan faktor penentu utama permintaan pasar. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas sebuah produk terutama pada saat mereka
29
harus membuat keputusan membeli sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. 4.
Budaya Kebudayan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor paling utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian (Setiadi, 2003:331) Indikator budaya diukur melalui (Setiadi, 2003:331) a. Kebiasaan mendengar tentang produk b. Kelompok terdekat dalam membeli produk c. Penilaian kualitas produk. Menurut Kotler (2005:203), “faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku pembelian, faktor budaya ini meliputi : budaya, sub-budaya, dan kelas sosial”. 4.1. Budaya Dampak budaya terhadap perilaku konsumen bersifat alami dan otomatis. Misalnya, budaya menentukan standart dan aturan untuk makan (kapan dan dimana), apa yang tepat disajikan sebagai menu makanan (diwaktu pagi, siang dan malam). Kotler (2007:200) mengatakan, “ budaya merupaka penentu keingingan dan perilaku yang paling mendasar”. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
30
termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya yang berkembang disuatu tempat sangatlah berbeda dengan tempat lain. Oleh karena itu, tiap-tiap orang yang pindah ke suatu tempat atau daerah yang baru perlu mempelajari budaya daerah setempat. Menurut Hofstede dalam shvoong dalam Daniel dan Endang “budaya adalah anggota pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya”. 4.2. Sub-budaya Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis (Kotler & amstorng, 2007:202). Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, para perusahaan sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka. “banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka sendiri”. (Setiadi, 2003:41 dalam Daniel dan Endang) 4.3. Kelas Sosial Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. stratafikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Menurut Kotler (2007:205),kelas sosial adalah “pembagian masyarakt yang relatif homogen
31
dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilainilai, minat, dan perilaku yang serupa.” Menurut Engel dkk, (1995:121) kelas sosial merupakan segmentasi yang paling natural atau alami, yang menjadi ciri-ciri kelas sosial adalah setiap kelompok memiliki persamaan dalam hal : gaya hidup (misalnya aktivitas, minat, dan opini), demografi (misalnya: pendapatan pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan pendidikan), persepsi dan sikap.
5.
Sosial Menurut Kotler (2012:175), perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. 5.1. Kelompok Acuan Kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang menurut Kotler (2012:175). Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan, sedangkan kelompok yang memiliki pengaruh tidak langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok asprisional. Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer (seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Kelompok sekunder (seperti kelompok keagamaan, professional, asosiasi perdagangan dan komunitas-komunitas) yang cenderung lebih formal.
32
Menurut Sumarwan (2002:86) ada enam kelompok acuan yang terkait erat dengan konsumen, antara lain kelompok persahabatan, kelompok belanja, kelompok kerja, masyarakat maya, dan kelompok tindakan konsumen. a. Kelompok persahabatan (friendship groups) Konsumen membutuhkan teman dan sahabat sesamanya. Memiliki teman atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman dan sahabat bagi seseorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen akan kebersamaan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mendiskusikan
masalah
ketika
konsumen
merasa
enggan
untuk
membicarakannya dengan orang tua atau saudara kandung. Sahabat memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen setelah keluarga.
Pendapat
dan
kesukaan
teman
atau
sahabat
seringkali
mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan memilih produk dan merek. Semakin kental persahabatan terjalin, atau semakin percaya konsumen pada sahabatnya, semakin besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan konsumen. b. Kelompok belanja (shopping grounds) Kelompok belanja adalah dua atau lebih konsumen yang berbelanja bersama pada waktu yang sama, kelompok belanja bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Konsumen mungkin dating sendiri ke toko, tetapi kemudian berjumpa orang lain di toko yang sama. Konsumen secara tidak sengaja akan bertanya kepada konsumen yang baru dikenalnya
33
mengenai produk atau jasa yang akan dibelinya. Jika beruntung, konsumen akan memperoleh banyak informasi dalam mengambil keputusan membeli atau tidak. Informasi tersebut akan mengurangi rasa khawatir akan resiko salah dalam membeli produk. c. Kelompok kerja (work groups) Konsumen yang telah bekerja akan berinteraksi dengan teman-teman sekerjanya baik dalam tim kecil maupun teman kerja lainnya dibagian lain. Interaksi yang sering atau intensif memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan konsumen dlam membeli produk dan jasa kemudian memilih merek. Kelompok kerja bisa berbentuk kelompok kerja formal, jika kelompok kerja tersebut sebagai satu tim yang dibentuk oleh perusahaan. Kelompok kerja juga bersifat informal, jika kelompok kerja tersebut terdiri atas orangorang yang bekerja di perusahaan yang sama. Kelompok kerja informal akan saling bertemu saat makan siang, kegiatan sosial, atau pulang bersama. Kedua kelompok tersebut akan mempengaruhi konsumen dalam memilih merek dan produk yang akan dibelinya. d. Kelompok atau masyarakat maya (virtual groups of communities) Perkembangan teknologi komputer dan internet telah melahirkan suatu kelompok atau masyarakat baru disebut kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh kota, privinsi, atau negara bahkan tidak dibatasi oleh waktu. Melalui internet dan e-mail, seorang konsumen memiliki akses yang
34
luas untuk mencari masyarakat internet yang sesuai dengan kebutuhannya kemudian bergabung dengan masayarakat tersebut. Konsumen yang menjadi anggota
kelompok
maya
akan
sering
mengakses
informasi
yang
dibutuhkannya untuk mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Masyarakat internet memberikan pengaruh jasa besar kepada pengambilan keputusan tertentu. e. Kelompok tindakan konsumen (consumer action groups) Konsumen yang kecewa dalam pembelian produk maupun jasa memerlukan kelompok yang akan membantunya ketika dirugikan oleh produsen. Perlindungan konsumen semakin dipentingkan dan diperhatikan ketika telah diundangkan melalui Undang-Undang perlindungan konsumen No. 8 tahun 1998. Untuk melindungi kepentingan konsumen, pemerintahan konsumen swadaya masyarakat yang diharapkan aktif dalam mewujudkan perlingdungan konsumen. 5.2. Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Bahkan, jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan kekeluargaannya. Pengaruh keluarga terhadap pembeli dapat tetap signifikan (Kotler, 2005:209). Keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi individu karena anggota-anggota keluarga itu masuk kedalam suatu subsistem sosialsisasi.
35
5.3. Peran dan Status Peran terdiri atas sejumlah aktivitas yang diharapkan untuk dilakukan menurut orang-orang sekitarnya (Kotler & Keller, 2012;176). Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya. Kedudukan orang tersebut di masingmasing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Oleh karena itu pemasar harus menyadari potensi simbol status dari produk dan merek (Kotler, 2005:209). Kotler dan Amstrong (2001:214) dalam Agus Rizal tahun 2010 menyatakan, “efektifitas pengaruh kelompok acuannya pada perilaku konsumen bervariasi, tergantung pada produk pada produknya dan tersedia informasi atau tentang produk itu untuk konsumen. Semakin sedikit informasi atau pengalaman seseorang terhadap produk tertentu, maka semakin kuat pengaruh kelompok rujukan terhadap produk tertentu, maka semakin kuat pengaruh kelompok rujukan terhadap produk dan orang tersebut. Pengaruh cenderung sangat kuat jika produk tersebut dilihat dari oleh orang lain yang dihomati oleh konsumen. Setidaknya, pembelian produk yang dibeli dan digunakan untuk kebutuhan pribadi tidak banyak dipengaruhi oleh kelompok rujukan, karena baik produk maupun merek tidak bisa dikenali orang lain: 6.
Pembahasan Perilaku Konsumen 6.1. Definisi Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah berbeda-beda, salah satunya menurut Kotler & Keller (2012:173), yang menjelaskan bahwa perilaku
36
konsumen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Oleh sebab itulah memahami perilaku konsumen dan mengenal kebutuhan dan keinginan mereka sangatlah tidak pernah sederhana. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai
produsen
mereka
harus
mengetahui
kebutuhan
dan
keinginan
konsumennya. Dengan mengatahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sebuah produk, maka produsen dapat mempengaruhi konsumen agar mereka dapat membeli produknya, pada saat mereka membutuhkan. Berikut ini adalah sebuah gambar yang menggambarkan model perilaku konsumen yang menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli: Gambar 2. 1 Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler Psikologi Konsumen
Rangsangan Pemasaran
Rangsangan Lain
Produk dan jasa Harga Distribusi Komunikasi
Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Motivasi Persepsi Pembelajar an Memori Karakteristik Konsumen
Budaya Sosial Pribadi
Proses Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian
Keputusan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Jumlah pembelian Waktu pembelian Metode pembayaran
Sumber: Philip Kotler, 2012:183 37
Model ini disebut juga dengan model of buyer behavior, menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian. Model ini diawali dengan rangsangan pemasaran (marketing stimuli) yang terdiri dari: a. Produk (product), yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen, baik secara kualitas dan kuantitasnya. b. Harga (price), merupakan seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen dalam memperoleh manfaat yang diinginkan. c. Distribusi (place), bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah. d. Promosi (promotion), yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga keunggulan produk dapat sampai kepada konsumen. Rangasangan marketing tersebut, dalam hal ini dilengkapi dengan adanya rangsangan-rangsangan lain-lain, yang meliputi: a. Ekonomi Dalam hal ini adalah daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian yang bergantung pada pendapatan pada tingkat dan distribusi yang berbeda-beda. b. Teknologi Dalam hal ini menjelaskan bahwa dapat membentuk hidup manusia serta dapat memberi dampak positif atau negatife dalam kehidupannya. c. Politik dan hukum Menjelaskan bahwa keaadaan politik dan hukum sangat mempengaruhi stabilitas dan situasi yang sangat berpengaruh pada keputusan pembelian.
38
d. Budaya Meliputi keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dibentuk oleh masyarakat dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti model atau trend terbaru.
6.2. Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis, diperlihatkan pada gambar tabel 2.1 biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkannya. Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen Budaya Budaya Subbudaya Kelas Sosial
Sosial Kelompok dan referensi Keluarga
Pribadi
Psikologis
Pembeli
Usia dan tahap Motivasi siklus hidup Pekerjaan
Peran dan Status Situasi ekonomi
Persepsi Pembelajaran Kepercayaan dan sikap
Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri Sumber: (Kotler dan Armstrong, 2008:160) a. Faktor Budaya 1) Budaya. Budaya (culture) adalah sekumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan,
39
dan perilaku dari keluarga dan institusi penting lainnya. 2) Sub-budaya. Sub-budaya (subculture) yang lebih kecil, adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. 3) Kelas Sosial. Kelas sosial (social class) adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang dalam masyarakat dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. b. Faktor Sosial 1) Kelompok. Kelompok (group) adalah dua atau lebih orang yang berintraksi untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama. 2) Keluarga Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, seperti suami, istri dan anak-anak. 3) Peran dan status. Maksudnya peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. c. Faktor Pribadi 1) Usia dan Tahap Siklus Hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup
40
mereka, seperti selera makanan, pakaian, perabotan, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia. 2) Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. 3) Situasi Ekonomi. Situasi ekonomi mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat. 4) Gaya hidup. Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam psikografisnya. Gaya hidup yang dimaksud adalah mengenai aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga dan kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), opini (isu sosial, bisnis, produk). 5) Kepribadian dan Konsep diri. Kepribadian (personality) mengacu pada karakteristik psikologi unik seseorang yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. d. Faktor Psikologis 1) Motivasi. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut. 2) Persepsi. Persepsi
adalah
proses
dimana
orang
memilih,
mengatur,
dan
41
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. 3) Pembelajaran. Maksudnya adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. 4) Keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relative konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.
6.3. Proses Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Kotler (2012:188) mengemukakan bahwa terdapat lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian: Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca pembeian
Sumber : Kotler (2012:188) Dari gambar diatas menunjukkan sebuah model berdasarkan tahapan secara berurutan mengenai proses keputusan pembelian yangdilakukan oleh konsumen yang terdiri atas:
42
a. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognition) Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini ditunjukan untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda (Kotler & Keller, 2012:189). b. Mencari Informasi (Information Search) Seorang yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari lebih banyak informasi yang terlibat dalam pencarian akan kebutuhan. Pencarian merupakan aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Menurut Kotler (Kotler & Keller, 2012:189) sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu: 1) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2) Sumber komersial meliputi iklan, pramuniaga, toko, kemasan, pajangan di toko. 3) Sumber umum meliputi media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4) Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk. c. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternatifs) Kotler (2009:237) menyatakan evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif disesuaikan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep dasar dalam proses evaluasi konsumen terdiri dari empat macam:
43
1) Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. 2) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. 3) Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dalam memuaskan kebutuhan. 4) Konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam memandang atributatribut yang dianggap relevan dan penting. Menurut Kotler (2009:238) konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. (Kotler & Keller, 2012:190) evaluasi sering mencerminkan keyakinan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Yang tak kalah pentingnya dalam keyakinan adalah sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. d. Keputusan Pembelian (Purchase decision) Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi merek produk yang ada dalam kumpulan pilihan mereka. Kemudian konsumen membentuk minat beli untuk membeli produk yang paling disukai (Kotler & Keller, 2012:192). e. Perilaku Pasca Pembelian (Post Purchase Behavior) Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli oleh konsumen, melainkan
44
berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap produk akan mempengaruhi tingkah laku konsumen berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluangmembeli dalam kesempatan berikutnya dan akan cenderung mengatakan sesuatu
yang
serba
baik
tentang
produk
yang
bersangkutan
serta
merekomendasikannya kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian merasa ketidakpuasan dengan produk yang telah dibelinya, maka konsumen akan merubah sikapnya terhadap merek tersebut menjadi sikap yang negatif, bahkan mungkin tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Oleh karena itu, para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. Sesudah melalui serangkaian dalam tahap melakukan proses pembelian, maka selanjutnya melakukan sebuah keputusan pembelian bagi konsumen, terdapat lima jenis keputusan pembelian pada konsumen, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pemilihan produk (product choice) Maksudnya menjelaskan bahwa konsumen dapat melakukan pemilihan produk sekehendak mereka. 2) Pemilihan merek (brand choice) Konsumen bebas memilih merek yang mereka anggap cocok untuk dikonsumsi.
45
3) Pemilihan saluran distribusi (dealer choice) Konsumen dapat memilih mereka menggunakan jasa saluran distribusi yang mereka anggap cocok. 4) Pemilihan waktu pembelian (purchasing timing) Konsumen dapat memilih waktu yang mereka anggap tepat dalam melakukan pembelian. 5) Pemilihan jumlah pembelian (purchase amount) Konsumen bebas berkehendak untuk menentukan jumlah barang yang akan mereka beli.
B. Penelitian Terdahulu Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian maka perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Sawitri, Wahyu Hidayat, dan Sendhang Nurseto tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor matic Yamaha mio pada yamaha agung motor semarang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 94 responden. Analisa data dengan analisis kualitatif tanpa angka dan analisis kuantitatif dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, regresi linier sederhana, regresi linier berganda, koefisien determinasi, uji t, dan uji F dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel produk, promosi, sosial, dan psikologi 46
mempunyai pengaruh yang signifikans terhadap keputusan pembelian pada produk sepeda motor matic Yamaha mio pada Yamaha agung motor semarang. Pengaruh terbesar dari kelima variabel tersebut adalah faktor sosial karena adanya faktor sosial yang dapat memotivasi keputusan pembelian sepeda motor matic Yamaha mio, melalui keberadaaan teman dan keberadaan anggota keluarga dalam memilih suatu produk. 2. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Isnani Patma pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Honda pada PT. Daya Anugrah Mandiri Cabang Samarinda”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda PT. Daya Anugrah Mandiri Cabang Samarinda. Data analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan secara simultan variabel produk (X1), Price (X2), Place (X3), Promotion (X4), people (X5), Physical Evidance (X6), dan Process (X7) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Uji t (parsial) menunjukan Price (X2), dan Promotion (X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) sedangkan variabel produk (X1), Place (X3), people (X5), Physical Evidance (X6), dan Process (X7) secara parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y). adapun variabel yang paling berpengaruh adalah variabel Promotion (X4). Dengan Nilai R (koefisien korelasi) yang diperoleh sebesar 0,584 atau 58,4% dan nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,341 atau 34,1%. 3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Windi Yulisa Zulkarnain dan Ulfah tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Kemasan Kualitas Merek Dan Harga Terhadap Keputusan
47
Pembelian Sampo Pantene Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kemasan, kualitas produk, merek, dan harga terhadap keputusan pembelian sampo pantene pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas sumatera utara. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan jumlah responden sebanyak 97 responden. Hasil penelitian ini menunjukan kualitas produk dengan merek memilliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sampo pantene pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas sumatera utara akan tetapi kemasan dan harga memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan. Dan dengan nilai R Squere sebesar 59,6% 4. Tahun 2013 Lies Handijaningsih, Christera Kuswahyu Indira dan Anisah meneliti dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Motor Merek Honda (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gundarma). Sampel penelitian ini berjumlah 100 responden dan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa budaya, sosial, probadi dan psikologis mempengaruhi pemilihan produk motor hoodan baik secara parsial maupun secara simultan. 5. Lalu ada Nunung Ghoniyah, dan Ursila Ani dengan judul “Faktor-Faktor Penentu Keputusan Pembelian Blackberry Di Semarang” penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 dan bertujuan untuk mengatahui faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian blackberry di semarang dengan variabelnya adalah : budaya (X1), keluarga (X2), Motivasi (X3), Brand personality (X4), kualitas produk (X5) dan Prestise (X6) terahadap keputusan pembelian (Y). penelitian ini mengambil 100 responden dan
48
dengan menggunakan metode PLS. penelitian ini menunjukan Motivasi (X3), Brand personality (X4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). akan tetapi pada variabel budaya (X1), keluarga (X2), kualitas produk (X5) dan Prestise (X6) tidak berpengaruh signifikasn terhadap keputusan pembelian (Y) 6. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wannatuch Juangduang, Chanin Srisuwannapa, dan Nuttawut Rojniruttikul pada tahun 2014 berjudul “Marketing Mix Affecting The Foam Hair Color Purchasing Decision Process Of Consumers In Bangkok”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan jumlah responden sebanyak 400 responden. Lalu dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel produk, variabel harga, dan promosi memiliki efek yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Akan tetapi pada variabel tempat tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. 7. Terakhir penelitian yang dilakukan oleh Robaka Shamsher pada tahun 2012 dengan judul “The Importance Of Product Attributes Fluencing Purchase Decision: A Comparative Study Between Fmcg Laundry Soaps”. Dengan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah quality (X1), durability (X2), price (X3), availability (X4), attractive packaging (X5), brand reputation (X6) terhadap keputusan pembelian. penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan 200 responden. Hasil dari penelitian ini adalah seluruh variabel yang diteliti dalam penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
49
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
4.
Nama (tahun) Safitri, hidayat & Nurseto (2013)
Isnani Patma (2013)
a. b. c. d. e.
a. b. c. d. e. f.
Variabel
Alat Analisis
Hasil
Produk (X1) Promosi (X2) Sosial (X3) Psikologi (X4) Keputusan pembelian (Y)
Analisis Kualitatif Tanpa Angka Dan Analisis Kuantitati Dengan Analisis Regresi Linier Berganda Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel produk (x1), promosi (x2), sosial (x3), dan psikologi (x4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Produk (X1) Harga (X2) Place (X3) Promotion (X4) People (X5) Physical evidance (X6) g. Process (X7) h. Keputusan Pembelian (Y)
Seluruh variabel produk, Harga, Place, Promotion, People, physical evidence, process berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian dan secara parsial hanya variabel Price (x2), dan promotion (x4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Zulkarnain Analisis Regresi Hasil penelitian ini a. kemasan (X1) dan Ulfah b. kualitas Linier Berganda menunjukan bahwa variabel produk (2012) kualitas produk, dan merek (X2) berpengaruh positif dan c. merek (X3) signifikan terhadap kepuasan d. harga (X4) pelanggan, dan kemasan dan e. keputusan harga berpengaruh positif Pembelian (Y) tetapi tidak signifikan. i. Handrijanings a. Budaya (X1) Analisis Regresi Hasil penelitian ini bahwa ih, Indira dan b. Sosial (X2) Linier Berganda budaya, sosial, pribadi dan Anisah (2013) c. Pribadi (X3) psikologis mempengaruhi d. Psikologis(X4) pemilihan produk Honda e. Keputusan baik secara parsial maupun Pembelian (Y) simultan Bersambung pada halaman berikutnya
50
Lanjutan Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No 5.
6.
Nama (tahun) Ghoniyah, dan Ani (2013)
Juangduang, Srisuwannapa , and Rojniruttikul (2014)
Variabel a. b. c. d.
Alat Analisis
Budaya (X1) Partial least Keluarga (X2) squere (PLS) motivasi(X3) Brand Personality (X4) e. Kualitas Produk (X5) f. Prestise (X6) g. Keputusan Pembelian (Y)
Hasil Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel motivasi dan brand personality berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan pada variabel budaya, keluarga, kualitas produk dan prestise tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
linear Variabel Produk, harga, dan a. Quality product Multiple regression promosi berpengaruh (X1) signifikan terhadap b. Durability (X2) keputusan pembelian c. Price (X3) Harga berpengaruh d. Availability (X4) signifikan terhadap e. Attractive keputusan pembelian. packaging (X5) sedangakan variabel tempat tidak berpengaruh signifikan f. Brand reputation terhadap keputusan (X6) pembelian g. Smell (X7) h. Health Hygienic (X8) i. Purchase decision (Y)
Bersambung pada halaman berikutnya
51
Lanjutan Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No 7.
Nama (tahun) Robaka shamsher (2014)
Variabel
b. c. d. e. f. g.
C.
Alat Analisis
Hasil
linear Hasil penelitian ini a. Quality product Multiple regression menunjukan bahwa tidak ada (X1) satupun variabel yang Durability (X2) memiliki pengaruh yang Price (X3) signifikan terhadap Availability (X4) keputusan pembelian Attractive packaging (X5) Brand reputation (X6) Purchase decision (Y)
Keterkaitan Antar Variabel 1. Produk Terhadap Keputusan Pembelian Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nanda Irawan (2009) mengenai pengaruh kualitas produk, promosi, harga, dan layanan purna jual terhadap keputusan pembelian mobil merek Honda Jazz, hasil penelitiannya menunjukan bahwa kualitas produk ternyata berpengaruh positif dalam keputusan pembelian. dari penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut, maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Variabel produk (X1) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. 2. Harga Terhadap Keputusan Pembelian Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara cepat. Harga merupakan satu-satunya unsur 52
bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya menyebabkan timbulnya biaya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Askarini Damayanti (2006) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian Ponsel Nokia, hasil penelitiannya menunjukan bahwa harga ternyata berpengaruh positif dalam keputusan pembelian. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut, maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut: H2 : Variabel harga (X2) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. 3. Budaya Terhadap Keputusan Pembelian Faktor budaya merupakan sekelompok nilai-nilai sosial yang diterima dimasyarakat secara menyeluruh dan tersebar kepada anggota-anggotanya melalui bahasa dan simbol-simbol (Anoraga, 2007:227). Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan mendalam pada tingkah laku konsumen. Budaya dapat dilihat dari kepercayaan, pandangan dan kebiasaaan konsumen terhadap suatu produk. Semakin tinggi kepercayaan terhadap produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Purimahua (2005) dan Sriwardiningsih, dkk (2006) menunjukan bahwa budaya berpengaruh keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H3 : faktor Budaya berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian 4. Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Faktor sosial merupakan sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan didalam status atau penghargaan komunitas yang secara terus
53
menerus bersosialisasi diantara mereka sendiri, baik secara formal dan informal (Lamb, 2001:210). Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. Faktor sosial dapat dilihat dari hubungan dengan teman, keluarga dan orang tua dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Semakin tinggi hubungan teman, keluarga dan orang tua, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. dengan hasil penelitian Purimahua (2005) dan Sriwardiningsih, dkk (2006) menunjukan bahwa faktor sosial berpengaruh keputusan pembelian. berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H4 : Faktor sosial berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. D.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sebuah sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran secara sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2007:27). Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:88). Alur kerangka pemikiran yang menggambarkan pengaruh faktor-faktor yang melatar belakangi terbentuknya pengaruh perilaku konsumen. Faktor-faktor dalam penelitian ini meliputi: produk, harga, budaya, dan sosial . Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh bagi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk Stevigrow
54
Sweetener, dalam penelitian ini faktor-faktor yang terbentuk nanti, merupakan gambaran bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan membeli sebuah produk. Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Produk (X1)
Budaya (X3)
Harga (X2)
Sosial (X4)
Keputusan Pembelian (Y)
Uji Kualitas Data 1. 2.
1. 2. 3.
Uji Validitas Uji Reabilitas
Uji Asumsi Klasik: Uji Normalitas Uji Multikolonieritas Uji Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis: 1. Uji t 2. Uji F
Uji Regresi Linier Berganda
Uji Koefisien Determinasi
Kesimpulan
Sumber : dikembangkan untuk penelitian sendiri 55
E. Hipotesis Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat diajukan suatu hipotesis yang masih memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya, yaitu: 1. Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara produk terhadap keputusan pembelian. Ha : β1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara produk terhadap keputusan pembelian. 2. Ho : β2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara harga terhadap keputusan pembelian. Ha : β2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara harga terhadap keputusan pembelian. 3. Ho : β3 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara budaya terhadap keputusan pembelian. Ha : β3≠ 0 ; terdapat pengaruh antara budaya terhadap keputusan pembelian. 4. Ho : β4 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara sosial terhadap keputusan pembelian. Ha : β4≠ 0 ; terdapat pengaruh antara sosial terhadap keputusan pembelian. 5. Ho: β1,2,3,4 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara produk, harga, budaya, dan sosial secara simultan terhadap keputusan pembelian. Ha : β1,2,3,4≠ 0 ; terdapat pengaruh produk, harga, budaya, dan sosial secara simultan terhadap keputusan pembelian.
56
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bidang pemasaran yang berfokus pada seberapa besar pengaruh antara produk (X1), harga (X2), budaya
(X3),
dan
sosial
(X4)
sebagai
variabel
independen
yang
mempengaruhi keputusan pembelian (Y). Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai April 2015. Populasi penelitian ini adalah konsumen masyarakat Tangerang Selatan . B. Metode Penentuan Sample 1.
Populasi penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 115) selain itu Populasi juga bisa didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian atau populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan dan Kuncoro,2011;38).
57
Populasi merujuk pada keseluruhan jumlah orang yang akan di observasi, populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus, populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan (Santono dan Tjiptono dalam Hariwijaya dan Triton, 2006:66). Tangerang Selatan merupakan salah satu kawasan di daerah Banten dengan tingkat ekonomi menengah dan menengah keatas. Dengan jumlah penduduk sebesar 1,3 juta jiwa pada tahun 2013 dan seluruh penduduk Tangerang Selatan memiliki rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp. 11,7 juta Menurut ketua
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
Tangerang
Selatan
(www.detakbanten.com). 2.
Sample Penelitian Sedangkan sampel adalah semacam miniatur dari populasinya (Santono dan Tjiptono dalam Hariwijaya dan Triton, 2011:66). Bila populasi besar, dan peneliti tidak memngkinkan untuk mempelajari semua yang ada pada populasinya secara keseluruhan, misalnya keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang terdapat dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2007:116). Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling yaitu sampel yang diambil sesuai dengan karateristik populasi yang diinginkan. Siapapun
58
responden yang bersangkutan, dimana kapan saja ditemui, dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2012:27) Pembagian sampel dihitung berdasarkan pertimbangan bahwa responden pernah membeli atau menggunakan produk Stevigrow Sweetener. Sampel yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah responden yang berdomisili di Tangerang Selatan. Pemilihan sampel yang berdomisili di Tangerang Selatan dikarenakan masyarakat tersebut yang semakin mengetahui dan memahami tentang pentingnya kesehatan terutama dalam menghindari diabetes dan dengan kondisi ekonomi yang menengah keatas sehingga pola konsumsi produk yang dilakukan masyarakat tersebut sudah memprioritaskan pada kesehatan dan masyarakat Tangerang Selatan sudah termasuk dalam ekonomi menengah dan menengah atas sehingga cocok dengan target konsumen yang di inginkan produk Stevigrow Sweetener. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel disesuaikan dengan teori Roscoe dalam Ahmad Faisal (2010), bahwa ukuran sampel yang layak dalam sebuah penelitian minimal 30 sampai 500. Kemudian menurut Sudman dan Blair dalam Istijanto (2009:128), salah satu penentuan pengukuran sampel adalah dengan pendekatan non-statistik dimana sampel didapatkan dengan pertimbangan tertentu dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukuan oleh periset-periset yang lain (follow the crowd). Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut
59
diatas, maka peneliti menetapkan jumlah sampel sebesar 60 sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
C. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, penjelasannya sebagai berikut: 1. Data primer (primary data) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data yang pertama baik dari individu seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner (Hariwijaya dan Triton, 2011:57). Pengertian kuisioner adalah teknik terstruktur untuk memperoleh data yang terdiri dari serangkaian pertanyaan, tertulis atau verbal, yang dijawab reponden. (Malhotra, 2009:325). Sedangkan menurut Istijanto (2009:44) data primer yaitu data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus.Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara lengkap dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan. 2. Data sekunder (secondary data) Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk table-tabel ataupun bentuk diagram-diagram (Hariwijaya dan Triton, 2011:58). Menurut Sugiyono (2009:193) Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Dan menurut Istinjanto (2009:38) data
60
sekunder (Secondary data) berarti kedua atau bukan secara langsung dari sumbernya melainkan dari pihak lain.Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan dengan cara membaca literatur, buku, artikel, jurnal, data dari internet, dan skripsi maupun tesis penelitian sebelumnya Dalam mengetahui pendapat responden dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang sudah diajukan. Maka digunakanlan kuesioner sebagai alas pengumpulan data merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang berguna untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam hal ini, maka digunakan pendekatan Skala Likert dengan menggunakan 5 katagori, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
D. Metode Analisis Data Pengukuran faktor-faktor yang mempengruhi konsumen dalam keputusan pembelian produk tersebut menggunakan dilakukan dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20). Dan Skala likert dinyatakan ordinal karena pernyataan sangat setuju mempunyai tingkatan atau preferensi yang “lebih tinggi” dari setuju, dan setuju “lebih tinggi” dari ragu-ragu (Ghozali, 2012:47) Dengan menggunakan skala likert, maka variable yang akan diukur akan dijabarkan menjadi sub variable dan kemudian sub variable dijabarkan kembali menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-
61
indikator yang telah diukur dapat dijadikan titik tolak item intstrumen yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab lagi oleh responden (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20). Insturmen pertanyaan ataupun pernyataaan ini akan menghasilkan total skor bagi setiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap nilai skor seperti instrument dibawah ini: Tabel 3. 1 Model Skala Likert Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
(SS)
(S)
(N)
(TS)
(STS)
5
4
3
2
1
Sumber: Malhotra, 2009 SS
= Sangat Setuju
diberi skor 5
S
= Setuju
diberi skor 4
N
= Netral
diberi skor 3
TS
= Tidak Setuju
diberi skor 2
STS
= Sangat Tidak Setuju
diberi skor 1
1. Uji Kualitas Data Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan.Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam
62
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Dan uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. a. Uji Validitas Data Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan
data
sesuai
dengan
masalah
yang
hendak
diungkapkan. Dengan kata lain, validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan
butir-butir
dalam
suatu
daftar
pertanyaan
dalam
mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu
kelompok
variabel
tertentu.Suatu
kuesioner
dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. (Sugiyono, 2004:172). Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada batasan minimal korelasi 0,30. Artinya, suatu item dianggap valid jika skor total lebih besar dari 0,30 (Azwar 1999 dalam Priyatno, 2013 : 19) b. Uji Reliabilitas Data Uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
63
konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Instrumen dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu.Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konstan meskipun diuji beberapa kali. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha (). Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha>0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005) 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan tahapaon awal yang digunakan sebelum analisis linier berganda (Ghozali, 2011: 105). Ketika asumsi tidak terpenuhi, biasanya peneliti menggunakan berbagai solusi agar asumsinya dapat terpenuhi atau beralih ke metode yang lebih advance agar asumsinya dapat terselesaikan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006:160). Ada dua cara yang sering digunakan untuk menguji normalitas residual, yaitu dengan analisis grafik (normal PPlot) regresi dan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov.
64
Uji normalitas dilakukan dengan melihat normal probability plot (P – Plot) yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal, maka residual pada model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Priyatno, 2013:50). Sedangkan untuk uji normalitas penelitian ini juga menggunakan uji non-parameterik Kolmogorov-smirnov (K-S) untuk mengetahui signfikansi data terdistribusi normal. Yaitu dengan cara melihat nilai signifikansi residual (Asym.Sig 2-tailed). Jika signifikansi lebih dari 0,05, maka residual terdistribusi secara normal (Priyatno, 2013:53). 2. Uji multikoloniearitas Multikolonieritas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent (Ghozali, 2011:171). Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel
65
independent sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independent banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent. 2) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independent. Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independent tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independent. 3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independent manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independent menjadi variabel dependent (terikat) dan diregres terhadap variabel independent lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independent yang terpilih jika dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai
66
untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat kolinieritas 0.95. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independent mana sajakah yang saling berkolerasi. 3. Uji heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi
ketidaksamaan
variance dari
residual
satu
pengamatan ke pengamatan yang lain Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. (Ghozali, 2011:138) Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Terdapat beberapa cara atau metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas, yaitu : Spearman’s Rho Testing, Glejser Testing, dan grafik regresi.
67
1. Uji Glejser Uji glejser ini dilakukan dengan meregresikan variabelvariabel bebas terhadap nilai absolute residual. Residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi, dan absolute adalah nilai mutlaknya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual > 0,05, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006 dalam Duwi Priyatno, 2013:62). 2. Grafik Regresi (Scatterplot) Grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dengan analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
68
3. Uji Hipotesis a. Uji t Uji statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:84). Menurut Duwi Priyatno (2013: 120) juga menjelaskan kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤t tabel dan Ho ditolak jika –t hitung <– t tabel atau t hitung > t tabel. Dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji statistik t adalah sebagai berikut: 1) Ho : β = 0 Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Ha : β ≠ 0 Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
69
b. Uji F (Uji Simultan) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersamasama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2009:84). Menurut Duwi Priyatno (2013: 122), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Ho : β1,2,3,4,5 = 0 Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Ha : β1,2,3,4,5 ≠ 0 Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 4. Uji Regresi Linear Berganda Dari beberapa jurnal penelitian terdahulu yang mempunyai tema hampir sama dengan penelitian ini, sebagian besar penelitian tersebut
70
menggunakan analisis regresi linier berganda, maka alasan inilah yang membuat peneliti juga memakai analisis regresi linier berganda. Menurut Dwi Priyatno (2013:116) Analisis regresi linier berganda adalah alat analisis yang dapat digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. Yang bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas. variabel independen dan variabel dependen yaitu antara produk (X1), harga (X2), budaya (X3), sosial (X4) dan keputusan pembelian (Y) (Nugroho, 2005:43) Analisis regresi linier berganda adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X1,2,3,4,….,n) terhadap variabel terikat (Y) (Sunyoto, 2012:137) dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Model ini digunakan karena penulis ingin mengetahui tentang produk (X1), harga (X2), budaya (X3), sosial (X4) terhadap keputusan pembelian Stevigrow Sweetener. Rumus Regresi Linier Berganda :
Y = a + b 1x 1 + b 2x 2 + b 3x 3 + b 4x 4+ e (Bhuono Agung Nugroho, 2005:43) e
Keterangan : Y
= Variabel Dependen
a
= Konstanta
b1
= Koefisien Regresi produk
71
X1
= Produk
b2
= Koefisien regresi Harga
X2
= Harga
b3
= Koefisien regresi Budaya
X3
= Budaya
b4
= Koefisien regresi Sosial
X4
= Sosial
e
= Standar eror
5. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independent (produk, harga, budaya dan sosial) menjelaskan variabel dependent (keputusan pembelian). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen
memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independent yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independent, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R 2,
72
nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independent ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2005: 83). Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati dalam (Ghozali, 2005: 83), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilainya dianggap nol. Menurut Nachrowi dan Usman (2006: 108), mengatakan bahwa untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, salah satu indikator yang dapat digunakan adalah nilai beta (Standardized Coefficient) yang terdapat pada tabel ‘coefficient’, angka ini dapat menunjukan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:59) Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variable bebas (independen variable) (X) Adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen variable) (Sugiyono, 2007:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah produk (X1), harga (X2), budaya (X3), sosial (X4).
73
b. Variabel terikat/tidak bebas (dependen variable)(Y) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, Karenanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:59). Dalam penelitian ini penulis menentukan yang menjadi variable terikatnya adalah keputusan pembelian (Y) Stevigrow Sweetener
no. 1
Tabel 3.2 Operasional Variabel Variable Subvariabel Indikator Skala Produk (X1) 1. Nama merek 1. Merek yang mudah Likert (Kotler & Keller, diingat dan melekat 2012:47) dimasyarakat. 2. Produk sudah dikenal di masyarakat 2. Kemasan Produk 3. Ciri Produk
2
Harga (X2) Stanton (dalam rosvita, 2010:24)
1. Keterjangkauan Harga
1. Kemasan produk sangat menarik 1. Tekstur serbuk berkualitas baik 2. Rasa khas daun stevia yang terjaga 3. Rasa manis yang nikamt dan beda dari yang lain 1. Harga produk sangat Likert terjangkau 2. Membeli produk sesuai dengan kemampuan konsumen
2. Kesesuaian harga 1. Harga produk sesuai dengan kualitas dengan kualitas yang Produk diberikan
74
3. Daya Saing Produk
1. Harga produk lebih murah dibanding merek lain
4. Kesesuaian Harga 1. Harga produk sesuai dengan Manfaat dengan harapan konsumen. 3.
4.
5
Budaya (X3) (Kotler & Keller, 2012:175)
Sosial (X4) (Kotler & Keller, 2012:175)
Keputusan pembelian (Y) (Kotler & Keller, 2012:188)
1. Budaya
1. Kebiasaan mendengar Likert tentang produk 2. Kelompok terdekat dalam membeli produk.
2. Sub Budaya
1. Kebangsaan/ kewarganegaraan
3. Kelas Sosial
1. Gaya hidup 2. Persepsi
1. Kelompok
1. Pembentuk opini 2. Acuan
2. Keluarga
1. Peran 2. Pengaruh
3. Peran dan Status
1. Kelas produk
1. Pengenalan kebutuhan
1. Konsumen membeli produk karena sudah sering memakai
2. Pencarian informasi
1. mencari informasi sebelum mengkonsumsi
3. Mengevaluasi alternative
1. Mengevaluasi sebelum melakukan keputusan pembelian
Likert
Likert
75
4. Keputusan pembelian
1. Konsumen memutuskan beli setelah mengetahuin kelebihan produk
5. Perilaku pasca pembelian
1. Konsumen mengalami kepuasan
76
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Stevia Tanaman Stevia digunakan secara luas oleh suku Guaraní sejak lebih dari 1.500 tahun yang lalu. Selama berabad-abad, masyarakat Guaraní Paraguay menggunakan Stevia, yang mereka sebut ka'a he'ê (ramuan manis), sebagai pemanis dalam ramuan minuman yerba mate dan teh obat kardiotonik. Di Paraguay dan Brasil tanaman Stevia memiliki sejarah yang panjang untuk pengobatan tradisional selama ratusan tahun, mempermanis teh lokal, obat-obatan dan sebagai pemanis lainnya. dua kimiawan Perancis mengisolasi glikosida yang memberikan rasa manis dari daun Stevia. Senyawa ini diberi nama stevioside dan rebaudioside, yang memiliki kemanisan 250-300 kali sukrosa (gula pasir), tahan panas, pH yang stabil, dan tidak mengalami fermentasi. Saat ini, stevia dibudidayakan dan digunakan dalam makanan di tempat lain seperti di Asia timur, termasuk di Cina (sejak 1984), Korea, Taiwan, Thailand, dan Malaysia serta di beberapa bagian Amerika Selatan (Brasil, Kolombia, Peru, Paraguay, dan Uruguay), dan di Israel. Di Jepang, 5,6 persen gula yang dipasarkan adalah Stevia atau yang dikenal dengan nama Sutebia. Stevia digunakan sebagai pengganti pemanis buatan seperti Aspartam dan Sakarin. Keunggulan Stevia dari
77
pemanis alami lainnya, adalah, mempunyai tingkat kemanisan cukup tinggi yaitu mencapai 200-300 kali dari manisnya tebu. Manfaat Stevia, Kaum pribumi menggunakan stevia sebagai berikut: a. Menghaluskan kulit b. Membantu pencernaan c. Memberi gizi bagi pancreas d. Menurunkan dan menstabilkan gula darah e. Menyamarkan keriput (anti-aging) f. Penyembuhan noda, dan luka g. Menurunkan tekanan darah h. Menurunkan kolesterol i. Menurunkan berat badan j. Membantu memperbaiki metabolism tubuh k. Aman untuk gigi dan mulut
2. Produk Stevigrow Sweetener Berbentuk butiran halus berwarna putih, pemanis Stevigrow Sweetener memiliki kadar kemanisan 100 kali lebih manis dari gula pasir biasa. Dibuat dari bahan dasar daun stevia langsung dari perkebunan milik perusahaan sehingga kualitas bahan baku stevia pun dapat terjaga. Mampu menghasilkan produksi yang higienis, sehat, dan teruji mutu. Pemanis Stevigrow Sweetener mengandung rasa terbaik dari tingkatan ekstraksi
78
stevia karena mengandung 95% senyawa Rebauside A (Reb-A 95) sehingga tidak menimbulkan rasa tertinggal (after taste) di mulut. Pemanis Stevigrow Sweetener teruji klinis nol kalori dan non glikemik, karena itu aman untuk dikonsumsi baik untuk penderita diabetes, anak berkebutuhan khusus dan dapat diperuntukan bagi kalangan yang menjalankan diet untuk gaya hidup lebih sehat. Tersedia dalam bentuk tabletop sachet untuk konsumen retail dan kantong untuk industri pangan global sebagai pemanis makanan dan minuman. a. Foto Produk Gambar 4.1 Foto produk
Sumber : Dokumentasi PT. Tigapilar Agro Utama
79
b. Hasil Uji Lab. Saraswanti Gambar 4.2 Nilai informasi gizi
Sumber : Dokumentasi PT. Tigapilar Agro Utama c. Sertifikasi halal MUI No. : 1516008410513 d. Ijin Depkes RI : Depkes RI P-IRT nomor : 3103311010573-18 Stevigrow Sugar adalah inovasi terbaru pemanis bebas kalori produksi PT. Tigapilar Agro Utama berbentuk butiran Kristal yang halus dan memiliki rasa manis yang kuat, 200-300 kali lebih manis dibandingkan gula maupun pemanis lainnya. Dengan bahan dasar dari daun stevia sebagai daun pemanis alami dan dikemas dengan packaging yang higienis menjadikan Stevigrow Sugar sebagai produk yang berkualitas tinggi, nol kalori dan ber-indeks glikemik rendah.
80
Dan Stevigrow Sugar ini memudahkan orang-orang yang peduli akan kesehatan, maupun yang ingin merubah pola konsumsi gula berkalori menjadi gula zero kalori yang secara langsung akan berimbas pada kesehatannya. Dengan kemasan yang kecil dan praktis sehingga memudahkan konsumen untuk membawa dan mengkonsumsinya, produk ini benar-benar menghadirkan terobosan terbaru dalam dunia pemanis alami dan kesehatan. 3. Company profile PT. Tigapilar Agro Utama (TIGRA), didirikan pada 21 juli 2009 di Jakarta. Mengawali bisnis di bidang produksi dan pemasaran pupuk organic, hayati, dan NPK, TIGRA telah membuktikan diri sebagai partner dan mitra usaha yang handal serta terpercaya untuk pertanian dan perkebunan terutama kelapa sawit. Seiring dengan perkembangan perusahaan, TIGRA menambah satu unit usaha baru yaitu perkebunan stevia. PT. Tigapilar Agro Utama (TIGRA) berkomitmen untuk menjadi pelopor penanam dan pengembang tanaman stevia terbesar di Indonesia. Sesuai dengan motto perusahaan Innovate, Professional, Green mendorong TIGRA untuk terus konsisten dan fokus memberikan inovasi bagi industri agrobisnis Indonesia secara profesional dan untuk hasil yang optimal Visi dan misi yang dimiliki oleh PT. Tigapilar Agro Utama (TIGRA), yaitu: 81
Visi : Menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh, kompeten, dan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional Misi : 1. Membentuk badan usaha yang kuat dan dikelola secara profesisional 2. Menyediakan produk-produk pupuk, agro (diantaranya STEVIA) dan jasa pelayanan pabrik serta perdaganan yang berdaya saing tinggi dan berkualitas. 3. Memberikan manfaat dan nilai bagi pemegang saham, karyawan,
kelestarian
lingkungan
dan
mendukung
kesejahteraan petani.
B. Pembahasan Hasil Kuesioner 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mendapatkan data primer peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener yang dianggap dapat mewakili dari keseluruhan orang atau pelanggan yang mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener Sebelum kuesioner disebarkan kepada 60 orang responden, penulis terlebih dahulu melakukan try out kepada 20 orang responden dengan memberikan 26 item pernyataan untuk menguji valid dan reliabel dari seluruh pernyataan tersebut. 82
Tabel 4.1 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Item Pernyataan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Cronbach’s Alpha if Keterangan Item Deleted
Produk (X1) X1-1
0,906
Valid
0,990
Reliabel
X1-2
0,882
Valid
0,990
Reliabel
X1-3
0,778
Valid
0,991
Reliabel
X1-4
0,883
Valid
0,990
Reliabel
X1-5
0,902
Valid
0,990
Reliabel
X1-6
0,937
Valid
0,990
Reliabel
X2-7
0,920
Valid
0,990
Reliabel
X2-8
0,850
Valid
0,990
Reliabel
X2-9
0,945
Valid
0,990
Reliabel
X2-10
0,891
Valid
0,990
Reliabel
X2-11
0,876
Valid
0,990
Reliabel
X3-12
0,946
Valid
0,990
Reliabel
X3-13
0,941
Valid
0,990
Reliabel
X3-14
0,910
Valid
0,990
Reliabel
Harga (X2)
Budaya (X3)
Bersambung pada halaman berikutnya
83
Lanjutan Tabel 4.1 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Keterangan
Cronbach’s Alpha if Keterangan Item Deleted
0,873
Valid
0,990
Reliabel
0,881
Valid
0,990
Reliabel
X4-17
0,848
Valid
0,990
Reliabel
X4-18
0,933
Valid
0,990
Reliabel
X4-19
0,923
Valid
0,990
Reliabel
X4-20
0,938
Valid
0,990
Reliabel
X4-21
0,872
Valid
0,990
Reliabel
Item Pernyataan
Corrected Item-Total Correlation
X3-15 X3-16 Sosial (X4)
Keputusan Pembelian (Y) Y-22
0,922
Valid
0,990
Reliabel
Y-23
0,928
Valid
0,990
Reliabel
Y-24
0,941
Valid
0,990
Reliabel
Y-25
0,895
Valid
0,990
Reliabel
Y-26
0,875
Valid
0,990
Reliabel
Sumber: data primer yang telah diolah Hasil output menunjukkan bahwa dari 26 item pernyataan yang diberikan kepada 60 responden memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai 0,30 yang berarti semua item 84
pernyataan dinyatakan valid (Duwi Priyatno 2013: 19). Kemudian dari hasil output juga, diperoleh data yang menyatakan bahwa semua item pernyataan nilai Cronbach’sAlpha if Item Deleted lebih besar dari 0,60 yang berarti semua item dinyatakan reliabel menurut Ghozali (2005) yang dikutip oleh duwi priyatno, 2013:30) 2. Deskriptif responden Jumlah responden yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 60 responden, yaitu responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener. Adapun gambaran responden penelitian dari semua sampel yang merupakan konsumen Stevigrow Sweetener dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya, yaitu berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, dan pengeluar perbulan. Berikut ini akan dibahas mengenai
kondisi
dari
masing-masing
klasifikasi
demografis
responden tersebut. a. Responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Jumlah
Presentase (%)
Laki-laki (L)
40
66,7
Perempuan (P)
20
33,7
Total
60
100,0
Sumber: data primer yang telah diolah
85
Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa 60 responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener terdiri dari 40 atau 66,7% adalah responden laki-laki dan 20 atau 33,7% adalah responden perempuan. b. Responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan usia. Usia
Jumlah
Presentase (%)
17 – 23 thn
11
18,3
24 – 30 thn
19
31,7
31 – 40 thn
16
26,7
> 40 thn
14
23,3
Total
60
100,0
Sumber: data primer yang telah diolah Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa 60 responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener terdiri dari 11 atau 18,3 % adalah responden berusia 17 - 23 tahun, 19 atau 31,7% adalah responden berusia 24-30 tahun, 16 atau 26,7 % adalah responden berusia 31-40 tahun dan 14 atau 23,3 % adalah responden berusia > 40 tahun.
86
c. Responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan pekerjaan Jenis Pekerjaan
Jumlah
Presentase (%)
Pelajar/Mahasiswa
11
18,3
Karyawan/swasta
24
40
Ibu Rumah Tangga
6
10
PNS
3
5
Wiraswasta
12
20
Lainnya
4
6,7
Total
60
100,0
Sumber: data primer yang telah diolah Dari tabel 4.4 diatas diketahui bahwa 60 responden yang pernah mengkonsumsi Stevigrow Sweetener terdiri dari 11 atau 18,3% adalah responden yang bekerja sebagai pelajar/mahasiswa, 24
atau
40%
adalah
responden
yang
bekerja
sebagai
Karyawan/swasta, 6 atau 10% adalah responden yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga, 3 atau 5% adalah responden bekerja sebagai PNS, 12 atau 20% responden sebagai ibu wiraswasta dan 4 atau 6,7% respoden sebagai pekerjaan lain-lain.
87
d. Deskriptif responden berdasarkan pengeluaran per bulan Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan pengeluaran per bulan Jenis Pekerjaan
Jumlah
Presentase (%)
< Rp. 500.000
7
11,7
16
26,7
11
18,3
> Rp. 2.000.000
26
43,3
Total
60
100,0
Rp.
500.001
s/d
Rp.
1.000.000 Rp. 1.000.001 s/d Rp. 2.000.000
Sumber: data primer yang telah diolah Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa 60 responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener terdiri dari 7 atau 11,7% adalah responden yang berpengeluaran perbulan sebesar < Rp. 500.000, 16 atau 26,7% responden yang berpengeluaran perbulan sebesar Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000, 11 atau 18,3% adalah responden yang berpengeluaran perbulan sebesar Rp. 1.000.001 s/d Rp. 2.000.000, 26 atau 43,3% adalah responden yang berpengeluaran perbulan sebesar ≥ Rp. 2.000.001.
88
C. Pembahasan Analisis Deskriptif Pada analisis deskriptif ini akan dibahas jawaban-jawaban dari 60 responden yang pernah mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener terhadap 26 pernyataan berikut: 1. Kualitas Produk (X1)
Tabel 4.6 Stevigrow Sweetener Mereknya Mudah Diingat Dan Selalu Melekat Dipikiran Frequency Percent Sangat tidak setuju
0
0
Tidak setuju
4
6,7
Netral
5
8,3
Setuju (S)
25
41,7
Sangat Setuju (SS)
26
43,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.6 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 5 responden atau 8,3% menyatakan netral, 25 responden atau 41,7% menyatakan setuju, dan 26 responden atau 43,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan Stevigrow Sweetener mereknya mudah diingat dan selalu melekat dipikiran
89
Tabel 4.7 Produk Stevigrow Sweetener Sudah Dikenal Di Masyarakat Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju(TS)
4
6,7
Netral (N)
3
5,0
Setuju (S)
34
56,7
Sangat Setuju (SS)
19
31,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.7 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 3 responden atau 5,0% menyatakan netral, 34 responden atau 56,7% menyatakan setuju, dan 19 responden atau 31,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan Stevigrow Sweetener mereknya mudah diingat dan selalu melekat dipikiran.
Tabel 4.8 Produk Stevigrow Sweetener Kemasan Produknya Sangat Menarik Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Bersambung pada halaman berikutnya
90
Lanjutan Tabel 4.8 Produk Stevigrow Sweetener Kemasan Produknya Sangat Menarik
Frequency
Percent
Netral (N)
9
15,0
Setuju (S)
28
46,7
Sangat Setuju (SS)
20
33,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju , 9 responden atau 15,0% menyatakan netral, 28 responden atau 46,7% menyatakan setuju, dan 20 responden atau 33,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan produk Stevigrow Sweetener kemasan produknya sangat menarik Tabel 4.9 Stevigrow Sweetener Memiliki Tekstur Serbuk Yang Halus Dan Berbeda Dari Gula Stevia Merek Lain Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
2
3,3
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Netral (N)
8
13,3
Bersambung pada halaman berikutnya
91
Lanjutan Tabel 4.9 Stevigrow Sweetener Memiliki Tekstur Serbuk Yang Halus Dan Berbeda Dari Gula Stevia Merek Lain
Frequency
Percent
Setuju (S)
29
48,3
Sangat Setuju (SS)
20
33,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015
Dari tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa 2 responden atau 3,3% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 8 responden atau 13,3% menyatakan netral, 29 responden atau 48,3% menyatakan setuju, dan 20 responden atau 33,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan Stevigrow Sweetener memiliki tekstur serbuk yang halus dan berbeda dari gula stevia merek lain Tabel 4.10 Cita Rasa Khas Daun Stevia Produk Stevigrow Sweetener Tetap Terjaga Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Bersambung pada lembar berikutnya
92
Lanjutan Tabel 4.10 Cita Rasa Khas Daun Stevia Produk Stevigrow Sweetener Tetap Terjaga Frequency
Percent
Netral (N)
6
10,0
Setuju (S)
29
48,3
Sangat Setuju (SS)
23
38,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.10 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju , 6 responden atau 10,0% menyatakan netral, 29 responden atau 48,3% menyatakan setuju, dan 23 responden atau 38,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan cita rasa khas daun stevia produk Stevigrow Sweetener tetap terjaga Tabel 4.11 Produk Stevigrow Sweetener Memiliki Rasa Manis Yang Nikmat Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
3
5,0
Bersambung pada halaman berikutnya
93
Lanjutan Tabel 4.11 Produk Stevigrow Sweetener Memiliki Rasa Manis Yang Nikmat Netral (N)
4
6,7
Setuju (S)
33
55,0
Sangat Setuju (SS)
20
33,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.11 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 3 responden atau 5,0% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 33 responden atau 55,0% menyatakan setuju, dan 20 responden atau 33,1% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan produk Stevigrow Sweetener memiliki rasa manis yang nikmat 2. Harga (X2) Tabel 4.12 Harga Poduk Stevigrow Sweetener Sangat Terjangkau Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Netral (N)
2
3,3
Setuju (S)
30
50,0
Sangat Setuju (SS)
26
43,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 94
Dari tabel 4.12 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju ,23 responden atau 3,3% menyatakan netral, 30 responden atau 50,0% menyatakan setuju, dan 26 responden atau 43,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan harga produk Stevigrow Sweetener sangat terjangkau
Tabel 4.13 Harga Produk Stevigrow Sweetener Sesuai Dengan Kemampuan Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Netral (N)
9
15,0
Setuju (S)
25
41,7
Sangat Setuju (SS)
24
40,0
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.13 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 9 responden atau 15,0% menyatakan netral, 25 responden atau 41,7% menyatakan setuju, dan 24 responden atau 40,0% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan harga produk Stevigrow Sweetener sesuai dengan kemampuan.
95
Tabel 4.14 Harga Produk Stevigrow Sweetener Sesuai Dengan Kualitas Yang Diberikan Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
4
6,7
Netral (N)
3
5,0
Setuju (S)
28
46,7
Sangat Setuju (SS)
25
41,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.14 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 3 responden atau 5,0% menyatakan netral, 28 responden atau 46,7% menyatakan setuju, dan 25 responden atau 41,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan produk Stevigrow Sweetener sesuai dengan kualitas yang diberikan
Tabel 4.15 Harga Produk Stevigrow Sweetener Lebih Murah Dibandingkan Produk Lain Sejenis
Sangat tidak setuju (STS)
Frequency
Percent
0
0
Berlangsung pada halaman selanjutnya
96
Lanjutan Tabel 4.15 Harga Produk Stevigrow Sweetener Lebih Murah Dibandingkan Produk Lain Sejenis Tidak setuju (TS)
4
6,7
Netral (N)
1
1,7
Setuju (S)
31
51,7
Sangat Setuju (SS)
24
40,0
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.15 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan netral, 31 responden atau 51,7% menyatakan setuju, dan 24 responden atau 40,0% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan harga produk Stevigrow Sweetener lebih murah dibandingkan produk lain sejenis.
Tabel 4.16 Harga Produk Stevigrow Sweetener Sesuai Dengan Harapan Konsumen Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Bersambung pada halaman selanjutnya
97
Lanjutan Tabel 4.16 Harga Produk Stevigrow Sweetener Sesuai Dengan Harapan Konsumen
Frequency
Percent
Netral (N)
4
6,7
Setuju (S)
25
41,7
Sangat Setuju (SS)
29
48,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.16 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 25 responden atau 41,7% menyatakan setuju, dan 29 responden atau 48,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan harga Stevigrow Sweetener sesuai dengan harapan konsumen
98
3. Budaya (X3) Tabel 4.17 Anda Membeli Produk Stevigrow Sweetener Karena Terbiasa Mendengar Produk Tersebut
Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
2
3.3
Tidak setuju (TS)
5
8,3
Netral (N)
4
6,7
Setuju (S)
30
50,0
Sangat Setuju (SS)
19
31,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa 2 responden atau 3,3% menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden atau 8,3% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 30 responden atau 50,0% menyatakan setuju, dan 19 responden atau 31,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan anda membeli produk Stevigrow Sweetener karena terbiasa mendengar produk tersebut.
99
Tabel 4.18 Anda Mengkonsumsi Produk Stevigrow Sweetener Karena Keluarga/Teman Anda Mengkonsumsi Produk Stevigrow Sweetener Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Netral (N)
5
8,3
Setuju (S)
32
53,3
Sangat Setuju (SS)
20
33,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.18 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju , 5 responden atau 8,3% menyatakan netral, 32 responden atau 53,3% menyatakan setuju, dan 20 responden atau 33,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan anda mengkonsumsi produk
Stevigrow
Sweetener
karena
keluarga/teman
anda
mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener.
100
Tabel 4.19 Saya Lebih Tertarik Mengkonsumsi Gula Stevia Produksi Dalam Negeri Dibanding Gula Stevia Impor Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
6
10,0
Netral (N)
4
6,7
Setuju (S)
24
40,0
Sangat Setuju (SS)
26
43,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.19 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 6 responden atau 10,0% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 24 responden atau 40,0% menyatakan setuju, dan 26 responden atau 43,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya lebih tertarik mengkonsumsi gula stevia produksi dalam negeri dibanding gula stevia impor. Tabel 4.20 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Karena Ingin Merubah Konsumsi Gula Pasir Dengan Gula Stevia Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
2
3,3
Tidak setuju (TS)
4
6,7
Bersambung pada halaman berikutnya 101
Lanjutan Tabel 4.20 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Karena Ingin Merubah Konsumsi Gula Pasir Dengan Gula Stevia Netral (N)
3
5,0
Setuju (S)
29
48,3
Sangat Setuju (SS)
22
36,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.20 diatas menjelaskan bahwa 2 responden atau 3,3% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 3 responden atau 5,0% menyatakan netral, 29 responden atau 48,3% menyatakan setuju, dan 22 responden atau 36,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan Saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena ingin merubah konsumsi gula pasir dengan gula stevia. Tabel 4.21 Saya Berpersepsi Gula Stevia Merek Stevigrow Sweetener Lebih Menyehatkan Dibanding Gula Pasir Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
4
6,7
Netral (N)
4
6,7
Setuju (S)
29
48,3
Bersambung pada halaman beriikutnya 102
Lanjutan Tabel 4.21 Saya Berpersepsi Gula Stevia Merek Stevigrow Sweetener Lebih Menyehatkan Dibanding Gula Pasir Sangat Setuju (SS) 23 38,3 Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.21 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 29 responden atau 48,3% menyatakan setuju, dan 23 responden atau 38,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya berpersepsi gula stevia merek Stevigrow Sweetener lebih menyehatkan dibanding gula pasir
4. Sosial (X4) Tabel 4.22 Saya Sering Melihat Iklan Stevigrow Sweetener Di Internet Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
4
6,7
Netral (N)
8
13,3
Setuju (S)
23
38,3
Sangat Setuju (SS)
25
41,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 103
Dari tabel 4.22 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden atau 6,7% menyatakan tidak setuju , 8 responden atau 13,3% menyatakan netral, 23 responden atau 38,3,7% menyatakan setuju, dan 25 responden atau 41,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya sering melihat iklan Stevigrow Sweetener di internet.
Tabel 4.23 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Atas Referensi Teman . Frequency Percent Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
5
8,3
Netral (N)
6
10,0
Setuju (S)
30
50,0
Sangat Setuju (SS)
19
31,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.23 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden atau 8,3% menyatakan tidak setuju , 6 responden atau 10,0% menyatakan netral, 30 responden atau 50,0% menyatakan setuju, dan 19 responden atau 31,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener atas referensi teman 104
Tabel 4.24 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Karena Saya Ingin Keluarga Saya Mengikuti Gaya Hidup Sehat Yang Saya Lakukan Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
3
5,0
Netral (N)
3
5,0
Setuju (S)
31
51,7
Sangat Setuju (SS)
23
38,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.24 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 3 responden atau 5,0% menyatakan tidak setuju , 5 responden atau 5,0% menyatakan netral, 31 responden atau 51,7% menyatakan setuju, dan 23 responden atau 38,3% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena saya ingin keluarga saya mengikut gaya hidup sehat yang saya lakukan.
Tabel 4.25 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Atas Referensi Keluarga Frequency Percent Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Bersambung pada halaman berikutnya 105
Lanjutan Tabel 4.25 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Atas Referensi Keluarga Netral (N)
6
10,0
Setuju (S)
29
48,3
Sangat Setuju (SS)
23
38,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.25 diatas diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju , 6 responden atau 10,0% menyatakan netral, 29 responden atau 48,3% menyatakan setuju, dan 23 responden atau 38,3%
menyatakan
sangat
setuju
terhadap
pernyataan
saya
mengkonsumsi Stevigrow Sweetener atas referensi keluarga.
Tabel 4.26 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Karena Menurut Saya Stevigrow Sweetener Merupakan Produk Yang Banyak Dikenal Di Masyarakat Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
2
3,3
Netral (N)
5
8,3
Bersambung pada halaman berikutnya
106
Lanjutan Tabel 4.26 Saya Mengkonsumsi Stevigrow Sweetener Karena Menurut Saya Stevigrow Sweetener Merupakan Produk Yang Banyak Dikenal Di Masyarakat Setuju (S)
26
43,3
Sangat Setuju (SS)
27
45,0
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.26 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 2 responden atau 3,3% menyatakan tidak setuju , 5 responden atau 8,3% menyatakan netral, 26 responden atau 43,3% menyatakan setuju, dan 27 responden atau 45,0% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya mengkonsumsi Stevigrow Sweetener karena menurut saya Stevigrow Sweetener merupakan produk yang banyak dikenal dimasyarakat.
5. Keputusan Pembelian (Y) Tabel 4.27 Saya Membeli Stevigrow Sweetener Karena Sudah Sering Mengkonsumi Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Netral (N)
2
3,3
Bersambung pada halaman selanjutnya
107
Lanjutan Tabel 4.27 Saya Membeli Stevigrow Sweetener Karena Sudah Sering Mengkonsumi
Setuju (S)
26
43,3
Sangat Setuju (SS)
30
50,0
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.27 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 2 responden atau 3,3% menyatakan netral, 26 responden atau 43,3% menyatakan setuju, dan 30 responden atau 50,0% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya mencari informasi terlebih dahulu sebelum membeli produk Stevigrow Sweetener.
Tabel 4.28 Saya Mengevaluasi Produk Stevigrow Sweetener Sebelum Melakukan Keputusan Pembelian Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
2
3,3
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Netral (N)
5
8,3
Bersambung pada halaman berikutnya
108
Lanjutan Tabel 4.28 Saya Mengevaluasi Produk Stevigrow Sweetener Sebelum Melakukan Keputusan Pembelian
Setuju (S)
22
36,7
Sangat Setuju (SS)
30
50,0
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.28 diatas menjelaskan bahwa 2 responden atau 3,3% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 5 responden atau 8,3% menyatakan netral, 22 responden atau 36,7% menyatakan setuju, dan 30 responden atau 50,0% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya mengevaluasi produk
Stevigrow
Sweetener
sebelum
melakukan
keputusan
pembelian.
Tabel 4.29 Saya Melakukan Keputusan Pembelian Setelah Mengetahui Kelebihan Yang Terdapat Didalam Produk Stevigrow Sweetener Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
0
0
Tidak setuju (TS)
1
1,7
Netral (N)
1
1,7
Bersambung pada halaman berikutnya
109
Lanjutan Tabel 4.29 Saya Melakukan Keputusan Pembelian Setelah Mengetahui Kelebihan Yang Terdapat Didalam Produk Stevigrow Sweetener
Setuju (S)
33
55,0
Sangat Setuju (SS)
25
41,7
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.29 diatas menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden atau 1,7% menyatakan tidak setuju , 1 responden atau 1,7% menyatakan netral, 33 responden atau 55,0% menyatakan setuju, dan 25 responden atau 41,7% menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan saya melakukan keputusan pembeluan setelah mengetahui kelebihan yang terdapat didalam produk Stevigrow Sweetener.
Tabel 4.30 Saya Puas Mengkonsumsi Produk Stevigrow Sweetener Frequency
Percent
Sangat tidak setuju (STS)
1
1,7
Tidak setuju (TS)
0
0
Netral (N)
4
6,7
Bersambung pada halaman selanjutnya
110
Tabel 4.30 Saya Puas Mengkonsumsi Produk Stevigrow Sweetener Setuju (S)
26
43,3
Sangat Setuju (SS)
29
48,3
Total
60
100,0
Sumber: Olah data kuesioner, 2015 Dari tabel 4.30 diatas menjelaskan bahwa 1 responden atau 1,7% menyatakan sangat tidak setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju , 4 responden atau 6,7% menyatakan netral, 36 responden atau 43,3% menyatakan setuju, dan 29 responden atau 48,3% menyatakan
sangat
setuju
terhadap
pernyataan
saya
puas
mengkonsumsi produk Stevigrow Sweetener.
D.
Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik dan layak digunakan adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005: 110).
111
Gambar 4.3 Kurva Normal P-Plot Hasil Uji Normalitas
Sumber: hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015
Berdasarkan gambar 4.3 di atas grafik normal p-plot, dapat disimpulkan bahwa dalam grafik normal p-plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya tidak terlalu jauh atau melebar. Berarti dari grafik ini menunjukkan bahwa model regresi sesuai asumsi normalitas dan layak digunakan.
112
Tabel 4.31 Uji Normalitas Kolmogorov-smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,,b
60 .0000000 1.61403074 .066 .065 -.066 .510 .957
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Berdasarkan hasil uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov pada tabel 4.31 di atas menunjukkan asymptotic significance sebesar 0,957 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal dan layak digunakan.
2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinieritas yaitu dengan melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan nilai tolerance. Model regresi
dikatakan bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF < 10, dan nilai tolerance> 0,1 (10%). (Ghozali 2005 : 91). 113
Hasil pengujian VIF dari model regresi dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.32 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
Collinearity Statistics T
Sig.
2.995
.004
Tolerance VIF
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
.639
1.564
harga_x2 .337
.127
.332
2.644
.011
.378
2.645
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
.598
1.674
sosial_x4 .233 .113 .253 2.057 .044 .392 a. Dependent Variable: kp_y Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015
2.552
Hasil tabel 4.32 diatas perhitungan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) menunjukkan nilai-nilai VIF variabel produk 1,564, variabel harga 2,645, variabel budaya 1,674 dan variabel sosial 2,552 ini menunjukan tidak ada satu variabel independenpun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonearitas antara variabel independen dalam model regresi. Hasil perhitungan juga menunjukan nilai Tolerance masing-masing variabel yaitu, variabel produk 0,639, variabel harga sebesar 0,378, budaya sebesar 0,598, dan sosial sebesar 0,392. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada variabel 114
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 (Tolerance < 0,10), maka hasilnya adalah tidak terjadi Multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Imam Ghozali (2005: 91), bahwa nilai cutoff yang umum dipakai untuk menilai adanya Multikolinieritas adalah jika nilai VIF >10 atau nilai tolerance < 0,10. 3. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. (Ghozali 2005:105). Terdapat beberapa cara untuk mengetahuinya, beberapa diantaranya yaitu: uji glejser dan metode grafik (scatterplot)
a. Uji Glejser Uji glejser ini dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolute residual. Selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi, dan absolute adalh nilai mutlaknya, itu adalah pengertian dari residual.jika nilai signifikansi antaa variabel independen
dengan
residual
>
0,05,
maka
tidak
terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2006 dalam Duwi Prayitno, 2013:62)
115
Tabel 4.33 Hasil Uji Glejser
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.633
1.177
produk_x1
.007
.046
harga_x2
-.040
budaya_x3 sosial_x4
Beta
T
Sig.
1.387
.171
.025
.148
.883
.080
-.108
-.494
.623
.000
.050
-.002
-.010
.992
.014
.071
.042
.197
.844
Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Dari hasil output pada tabel 4.33 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel produk (X1) sebesar 0,883, lalu variabel harga (X2) sebesar 0,623, pada variabel budaya (X3) sebesar 0,992, dam pada variabel sosial (X4) sebesar 0,844. Karena tingkat signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ada masalah heterokedastisitas atau dengan kata lain bebas hetero kedastisitas.
116
b.
Metode Grafik Gambar 4.4 Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Dari gambar 4.4 grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola yang jelas tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan pembelian berdasarkan masukan variabel independen (bebas) produk, harga, budaya, sosial. Sesuai dengan pernyataan Imam Ghozali (2005:105), bahwa jika
ada pola
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
tertentu
yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
117
E.
Uji Hipotesis 1. Uji t (parsial) Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2009:84) Tabel 4.34 Uji Signifikasi Parsial ( Uji t)
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
2.995
.004
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
harga_x2
.337
.127
.332
2.644
.011
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
sosial_x4 .233 .113 .253 2.057 .044 Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Hasil uji t hitung pada tabel 4.34 coefficient diatas dapat diketahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen diketahui hasil sebagai berikut: a. Pengaruh persepsi produk terhadap keputusan pembelian: 1) Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian
118
2) Ha : β1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian Hasil uji t variabel produk (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) menunjukkan nilai signifikansi 0,037 < 0,05. Karena sig. < α, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi pada variabel produk signifikan. Artinya variabel produk secara parsial (individu) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Jadi hasil analisis diatas menunjukan bahwa variabel produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. Penelitian ini sesuai dengan temuan pada penelitian Hendra (2008) bahwa produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian teh celup sari wangi, Rudi (2009) bahwa produk hijau berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, dan Suti (2010) bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian b. Pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian: 1) Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian 2) Ha : β1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian Hasil uji t variabel harga (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) menunjukkan nilai signifikansi 0,011 < 0,05. Karena sig. < α, maka 119
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi pada variabel harga signifikan. Artinya harga secara parsial (individu) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Jadi hasil analisis diatas menunjukan bahwa variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hendra (2008) bahwa harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian produk teh celup sariwangi dan Rudi 2009) bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk. Faktor terpenting dari sebuah produk bukanlah harga itu sendiri (objective price) tetapi harga subjektif, yaitu harga yang dipersepsikan oleh pelanggan. Artinya apabila produk A harganya mahal, maka pelanggan akan memandang bahwa produk A adalah produk yang berkualitas oleh karena itu wajar bila memerlukan pengorbanan uang yang lebih banyak. Sehingga produk yang dipersepsikan oleh pelanggan tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian c. Pengaruh budaya terhadap keputusan pembelian: 1) Ho : β2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara budaya terhadap keputusan pembelian 2) Ha : β2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara budaya terhadap keputusan pembelian
120
Hasil uji t variabel budaya (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Karena sig. < α, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi pada variabel budaya signifikan. Artinya variabel budaya secara parsial (individu) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil ini dengan didukung oleh Haeruma (2009) yang mengatakan
bahwa
faktor
budaya
mempengaruhi
keputusan
pembelian konsumen ponsel nokia. Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Imama (2013) yang mengatakan bahwa faktor budaya tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsmetik warga di Jember
d. Pengaruh sosial terhadap keputusan pembelian: 1) Ho : β3 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara sosial terhadap keputusan pembelian 2) Ha : β3 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara sosial terhadap keputusan pembelian Hasil uji t variabel sosial (X4) terhadap keputusan pembelian (Y) menunjukkan nilai signifikansi 0,025 < 0,05. Karena sig. < α, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi pada variabel sosial signifikan. Artinya variabel
121
sosial secara parsial (individu) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil ini didukung oleh Pradana (2008) yang mengatakan bahwa faktor sosial dapat mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 0,397 atau 39,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Rahayu (2013) pun mengatakan bahwa faktor sosial mempengaruhi sebesar 6,7% keputusan pembelian blackberry karyawan Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo
2. Uji F (simultan) Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui semua pengaruh variabel independen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Ha : β1,2,3 ≠ 0 ; terdapat pengaruh antara harga, budaya, dan sosial secara simultan terhadap keputusan pembelian. b. Ho : β1,2,3 = 0 ; tidak terdapat pengaruh antara harga, budaya, dan sosial secara simultan terhadap keputusan pembelian.
122
Tabel 4.35 Uji signifikansi F (simultan) ANOVAb Sum Squares
Model 1
of Df
Mean Square F
Sig.
Regression 316.483
4
79.121
.000a
Residual
55
2.795
153.701
28.312
Total 470.183 59 a. Predictors: (Constant), sosial_x4, produk_x1, budaya_x3, harga_x2 b. Dependent Variable: kp_y Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Nilai F hitung yang diperoleh dari tabel 4.35 sebesar 28,312 dengan tingkat signifikasi 0,000 karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat dipakai untuk variabel keputusan pembelian. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa variabel produk, harga, budaya, dan sosial secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hasil ini didukung oleh Sawitri, Hdayat, dan Nurseto (2013) yang menyatakan bahwa faktor produk, promosi, sosial, dan budaya secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 133,807 dengan tingkat signifikansi < 0,05. F. Uji Regresi Linier Berganda Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan sebagai alat analisis statistik karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel-variabel yang berpengaruh dari variabel independen terhadap 123
variabel dependen dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Untuk menentukan persamaan regresi, maka dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.36 Hasil regresi linier berganda
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
2.995
.004
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
harga_x2
.337
.127
.332
2.644
.011
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
sosial_x4
.113
.253
2.057
.044
.233
Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 Berdasarkan tabel 4.36 Coefficients diatas dapat diperoleh persamaan regresi linier Y = aberganda + b1x1 +sebagai b2x2 + berikut: b 3x 3 + b 4x 4+ e Y = 5,591 – 0,156 X1 + 0,337 X2 + 0,386 X3 + 0,233 X4 + e e
keterangan: Y = Keputusan pembelian a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan) b 1 = Koefisien regresi persepsi produk X1 = Produk b2 = Koefisien regresi harga X2 = Harga b3 = Koefisien regresi budaya 124
X3 = Budaya b4 = Koefisien regresi sosial X4 = sosial e
= Standar eror
Interprestasi atas hasil analisis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 5,591, menunjukan besarnya keputusan pembelian pada variabel produk, harga, budaya, dan sosial sama dengan nol. Dalam hal ini keputusan pembelian akan mengalami penurunan tanpa kelima variabel tersebut yang disebabkan oleh faktor lain. 2. b1 = 0, 156, artinya apabila variabel harga, budaya, dan sosial sama dengan nol, maka peningkatan variabel produk akan meningkatkan keputusan pembelian. Hasil output ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2013) menyebutkan bahwa peningkatan variabel produk akan meningkatkan keputusan pembelian. 3. b2 = 0, 337, artinya apabila variabel produk, budaya, dan sosial sama dengan nol, maka peningkatan variabel harga akan meningkatkan keputusan pembelian. Hasil output ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2013) menyebutkan bahwa peningkatan variabel harga akan meningkatkan keputusan pembelian. 4. B3 = 0, 386, artinya apabila variabel produk, harga dan sosial sama dengan nol, maka peningkatan variabel budaya sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar satu satuan. Hasil 125
output ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisantoso & purwanti (2013) menyebutkan bahwa peningkatan variabel budaya akan meningkatkan keputusan pembelian. 5. B4 = 0, 233, artinya apabila variabel produk, harga, dan budaya sama dengan nol, maka peningkatan variabel sosial sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar satu satuan. Hasil output ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisantoso & purwanti (2013) menyebutkan bahwa peningkatan variabel sosial akan meningkatkan keputusan pembelian.
G. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dilihat melalui R square. Untuk mengetahui determinasi variabel yang diteliti dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.37 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R
Adjusted R Square Square
R Std. Error of the Estimate
1 .820a .673 .649 1.672 a. Predictors: (Constant), sosial_x4, produk_x1, budaya_x3, harga_x2 b. Dependent Variable: kp_y Sumber : hasil output SPSS data primer yang telah diolah 2015 126
Dari tabel 4.37 diatas diketahui nilai koefisien R sebesar 0,820 mengandung arti bahwa hubungan antara variabel produk, harga, budaya, dan sosial dengan keputusan pembelian sebesar 0,820 atau mempunyai hubungan yang sangat kuat (Sugiono dalam Duwi Priyatno, 2010: 65). Nilai koefisien R2(adjusted R square) 0,649 hasil ini menunjukan bahwa 64,9% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen (produk, harga, budaya dan sosial). R square berkisar pada angka 0-1, dengan catatan semakin besar angka R square maka semakin kuat hubungan dari keempat variabel dalam model regresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa 64,9% keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel produk, harga, budaya, dan sosial). Dan selisihnya 35,1% (100% - 64,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti variabel word of mouth, inovasi, gaya hidup, promosi dan lain-lain yang secara teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data tentang penilaian responden terhadap pengaruh produk, harga, budaya, dan sosial terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Secara parsial produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. 2. Secara parsial harga mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. 3. Secara parsial budaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. 4. Secara parsial sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. 5. Berdasarkan hasil uji F variabel produk, harga, budaya dan sosial mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener.
128
B. SARAN Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang disampaikan, yaitu: 1. Menurut data yang diolah, produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Maka jika perusahaan ingin semakin banyak konsumen yang terus mengkonsumsi dan menjaring konsumen baru yang lebih banyak dibandingkan beberapa merek lainnya yang menjadi kompetitor dalam produksi gula stevia. Maka Stevigrow Sweetener harus menjaga atau mempertahankan ciri khas produknya dan menambahkan variasi-variasi produk yang dapat menarik minat calon konsumen lebih besar. 2. Menurut data yang diolah, harga produk Stevigrow Sweetener lebih murah dibandingkan produk lain dan menurut teori yang tercantum konsumen sangat bergantung pada harga sebagai indikator kualiatas sebuah produk, dengan kata lain penggolongan produk menurut data yang diolah berada di segmen pasar menengah kebawah. Pemilik dapat berpindah ke segmentasi pasar menengah atas dengan cara menaikan harga diikuti dengan membuat tampilan produk yang jauh lebih menarik sehingga dapat tertanam dalam benak konsumen bahwa harga Stevigrow Sweetener dapat dijadikan indikator atau acuan akan kualitas produk sehingga memiliki daya saing yang lebih unggul lagi dari sisi penampilan, harga, dan image produk itu sendiri dibandingkan kompetitor gula stevia lainnya. 3. Pada dasarnya produk ini adalah obat atau pencegah diabetes, menurut teori yang tercantum produk ini masuk kedalam katagori barang khusus
129
(speciality goods) karena karekteristik merek dan produk yang unik dan memiliki khasiat sehingga akan dicari-cari oleh para calon konsumen. Menurut data yang diolah terdapat peluang begitu besar dari banyaknya konsumen yang ingin merubah kebiasaan (budaya) mengkonsumsi gula pasir menjadi gula stevia. Pemilik bisa memanfaatkan situasi tersebut dengan cara mengedukasi (sosialisasikan) para calon konsumen dengan tujuan
utama
berpromosi
yang
diharapkan
dapat
menimbulkan
peningkatan dalam penjualan diibandingkan kompetitor lain produksi gula stevia.
130
DAFTAR PUSTAKA Ebert, Ronald J. dan Ricky W. Griffin.“Business Essentials”, International Edition, Third Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2000. Ghoni, Abdul dan Bodroastuti, Tri. “Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologi Terhadap Perilaku Konsumen (Studi Pada Pembelian Rumah Di Perumahan Griya Utama Banjar Dowo Semarang), STIE Widya Manggala. Ghoniyah, Nunung dan Ani, Ursila. “Faktor-Faktor Penentu Keputusan Pembelian Blackberry Di Semarang”. Jurnal ekonomi Manajemen Akuntansi no.34/Th. XX/april 2013. 2013 Diakses (http://ejurnal.stiedharmaputra-smg.ac.id/index.php/JEMA/article/view/22 ). 2 Juni 2015 Ghozali, Imam,“Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2006. Goemelar
Boedi.
2013.
Stevia,
Manis
Rasanya
Manis
Juga
Untungnya.
Diakses
(http://tanamansehat.blogspot.com/2013/06/stevia.html). 19 Mei 2015 Hamid, Abdul.”Pedoman Penulisan Skripsi FEB.UIN Syarif “.Jakarta: 2012. Handrijaningsih, Lies, Kuswahyu I., Christera dan Anisah. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Motor Merek Honda (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Gunadarma)”. PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & teknik sipil) Vol. 5 oktober. 2013 Diakses (http://ejournal.gunadarma.ac.id /pesat/937). 2 Juni 2015 Istijanto, “Aplikasi Praktis Riset Pemasaran”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009. Jayakusumah, Herdi. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi”. 2011. 131
Juangduang, Wannatuch, Srisuwannapa, Chanin and Rojniruttikul, Nuttawut. “Marketing Mix Affecting The Foam Hair Color Purchasing Decision Process Of Consumers In Bangkok”.
Journal
of
Waseda
University,
Tokyo,
Japan.
2014.
Diakses
(http://www.eajbm.org/journal/article.php?code=2664).2 Juni 2015 Khumaidi, Ahmad. “ Analisi Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga di Kp. MUK Cengkareng”. UIN Jakarta. 2013. Kotler & Keller. “Marketing Management Edisi 14, global Edition. Pearson Prentice Hall. London. 2012 Kotler, Philip & Amstrong, Gary, “Dasar-dasar Pemasaran ”, edisi kesembilan, jilid 1, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003. Kotler, Philip & Amstrong, Gary.“Prinsip-Prinsip Pemasaran“,edisi 1 jilid 12. Erlangga. 2008. Kotler, Philip & Keller, K. L. “Manajemen Pemasaran”.Jilid 1 edisi 12, PT.Indeks.2007. Kotler, Philip & Keller, K. L. “Manajemen Pemasaran”.Jilid 1 edisi 13, Erlangga.2009. Kotler, Philip, dan K.L Keller. 2009. Marketing management, 13 th. Ed. London: Pearson Education, inc.g Kotler, Philip, Keller Lane Kevin, “Manajemen Pemasaran”, Edisi ke Dua Belas Jilid satu, PT Indeks, Jakarta, 2008. Kurniawan,Chandra, 2012, Kenali Gejala Diabetes. Diakses (www.penyebabdiabetes.com)19 Mei 2015 Kusmawati, Ika Aris. “Analisis Harga, Merek, Kualitas Varians Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sophie Martin Studi Kasus Pada Bussines Cantre (Bc) Safarinda Jember, Universitas Muhammadiyah Jember.
132
Malhotra, Naresh K. “Riset Pemasaran Pendekatan Terapan”. Edisi keempat.Jilid 2.PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2009. Moeksin. Achmad 2014. Diakses (www.infostevigrow.wordpress.com). 19 Mei 2015 Nugroho, Agung, Bhuono, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS”, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005. Patma, Isnani. “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Honda pada PT. Daya Anugrah Mandiri Cabang Samarinda”. eJournal Administrasi Bisnis, 2013, 1 (4):384-394. 2013. Diakses (http://ejournal.adbisnis.fisipunmul.org).2 Juni 2015 Priyatno, Duwi, “Paham analisa Statistik Data dengan SPSS”, Mediakom, Yogyakarta, 2010. Raharja, Hardiansyah. 2012. Konsumsi Gula Nasional. Diakses www.ditjenbun.pertanian.go.id). 19 Mei 2015 RGG, Sulfiana Rahayu. “Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Ponsel Siswa Pada blackberry Pada Karyawan Rumah Sakti Tentara Dr. Reksowiwiryo. Univertitas Tamansiswa Padang,2013. Schifman, L.G dan Leslie Lazar Kanuk.“Consumers Behavior”, Edisi ke 7, New Jesey: PrenticeHall, Inc. 2000. Shamsher, Robaka. “The Importance Of Product Attributes Influencing Purchase Decision: A Comparative Study Between FMCG Laundry Soaps”. D.U. Journal of marketing, vol. no. 15 june 2012. 2012. Diakses (http://dumarketing.ac.bd/.../contents.pdf). 2 Juni 2015 Stanton, William J. “Fundamentals Of Marketing”, 10th International, Singapore, 2002.
Edition, Mc Graw-Hill
Sugiyono, “Metedologi Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, CV Alfabeta, Bandung, 2007. Suti, Intan. “Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Esia (Studi Kasus Pada Mahasiswa Uin Jakarta”. UIN Jakarta, 2010. 133
Suwitri, Yunita, Hidayat, Wahyu, dan Nurseto, Sendhang. “Pengaruh Kualitas Produk, Promosi, Faktor Sosial, Dan Faktor Psikologi Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Matic Yamaha Mio. Undip Journal Of Social And Politic Hal 1-9 . 2013. Diakses (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ ). 2 Juni 2015 Tjiprono,Fandy. “Manajemen dan Strategi Merek”, Seri Manajemen Merek 01, Andi, Yogyakarta, 2011. Tjiptono, Fandy “Strategi Pemasaran”, Edisi Pertama. Yogyakarta; Penerbit Andi, 2007. Tjiptono, Fandy, dkk. “Pemasaran strategic”. Andi Offset. Yogyakarta. 2008. Widiastuti, Merry Penny.“ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengunaan Produk Perawatan Kulit” (Studi Kasus Pada Konsumen di DKI Jakarta).Thesis.Universitas Indonesia, 2012. Zulkarnain, Windi Yulisa dan Ulfah. “Pengaruh Kualitas, Merek, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sampo Pantene pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. 2013
134
Lampiran 1 : Lembar Kuesioner Penelitian
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kepada: Yth. Masyarakat Tangerang Selatan Di Tempat
Dengan Hormat, Dalam usaha untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, maka dengan ini saya beritahukan bahwa: Nama
: Amry Nur Achmad
Nim
: 109081000010
Jurusan
: Manajemen
Sedang melakukan penelitian dengan mengambil Judul “ANALISIS PENGARUH PRODUK,
HARGA,
SOSIAL,
DAN
BUDAYA
TERHADAP
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK STEVIGROW SWEETENER (Studi Kasus Pada Masyarakat Tangerang Selatan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk, harga, budaya, dan sosial terhadap keputusan pembelian produk Stevigrow Sweetener. Dengan mempertimbangkan pentingnya penelitian tersebut, maka saya sangat 135
mengharapkan kerja sama anda dalam memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan benar tanpa dipengaruhi oleh pihak-pihak lain.
Dimohon untuk membaca setiap pernyataan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pernyataan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Kurang lebihnya mohon maaf dan atas bantuan dan kerjasama anda dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih. Hormat saya
Amry Nur Achmad NIM :109081000010
136
SCRENING QUESTION
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk menceklis (√) pernyataan berikut ini :
1. Saya pernah mengkonsumsi produk STEVIGROW SWEETENER : ( ) pernah
( ) tidak pernah
IDENTITAS RESPONDEN
A. Identitas Responden Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi dengan menulis dan menceklis (√) data-data berikut ini : Nama
: ...............................................
No. Telepon
: ……………………………...
Jenis kelamin
: ( ) Laki-laki
Usia
: ( ) 17 – 23 thn ( ) 24 – 30 thn
Pekerjaan
( ) Perempuan
( ) 31 – 40 thn ( ) > 40 thn
: ( ) Pelajar/ Mahasiswa ( ) Karyawan/ Swasta
( ) PNS ( ) Wiraswasta
137
( ) Ibu Rumah Tangga
Pengeluaran Perbulan
( ) Lainnya
: ( ) < Rp. 500.000 ( ) Rp. 500.001 s/d Rp. 1.000.000 ( ) Rp. 1.000.001 s/d Rp. 2.000.000 ( ) > Rp. 2.000.001
B. Cara Pengisian Kuesioner Pernyataan-pernyataan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat anda faktorfaktor apasaja yang mempengaruhi keputusan pembelian STEVIGROW SWEETENER. Pada setiap pertanyaan/ pernyataan telah disediakan bagian lima poin skala disampingnya dengan keterangan sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Setuju
(STS)
2. Tidak Setuju
(TS)
3. Netral
(N)
4. Setuju
(S)
5. Sangat Setuju
(SS)
Pernyataan Tentang Persepsi Kualitas Produk (X1) No
Pernyataan
1.
STEVIGROW
STS SWEETENER
TS
N
S
SS
mereknya
mudah diingat dan selalu melekat dipikiran 2.
produk STEVIGROW SWEETENER sudah di kenal di masyarakat
138
3.
Produk
STEVIGROW
SWEETENER
kemasan produknya sangat menarik 4.
STEVIGROW SWEETENER memiliki tekstur serbuk yang halus dan berbeda dari gula stevia merek lain
5.
Cita
rasa
khas
daun
stevia
produk
STEVIGROW SWEETENER tetap terjaga 6.
Produk
STEVIGROW
SWEETENER
memiliki rasa manis yang nikmat
Pernyataan Tentang Harga (X2)
No
Pernyataan
1.
Harga produk STEVIGROW SWEETENER
STS
TS
N
S
SS
sesuai dengan kemampuan 2.
Harga produk STEVIGROW SWEETENER sangat terjangkau
3.
Harga produk STEVIGROW SWEETENER lebih murah dibandingkan produk lain sejenis
4.
Harga produk STEVIGROW SWEETENER sesuai dengan harapan konsumen
5.
Harga produk STEVIGROW SWEETENER sesuai dengan kualitas yang diberikan
139
Pernyataan tentang Budaya/Kebiasaan (X3)
No
Pernyataan
1.
Anda
STS
membeli
produk
TS
N
S
SS
STEVIGROW
SWEETENER karena terbiasa mendengar produk tersebut 2
Anda mengkonsumsi produk STEVIGROW SWEETENER karena keluarga/teman anda mengkonsumsi
produk
STEVIGROW
SWEETENER 3
Saya lebih tertarik mengkonsumsi gula stevia produksi dalam negeri dibanding gula stevia impor
4
Saya
mengkonsumsi
SWEETENER
karena
STEVIGROW ingin
merubah
konsumsi gula pasir dengan gula stevia. 5
Saya
berpersepsi
STEVIGROW
gula
stevia
SWEETENER
merek lebih
menyehatkan dibanding gula pasir
140
Pernyataan tentang Sosial (X4)
No
Pernyataan
STS
1.
saya sering melihat iklan STEVIGROW
TS
N
S
SS
SWEETENER di internet 2.
Saya
mengkonsumsi
STEVIGROW
SWEETENER atas referensi teman 3.
Saya
mengkonsumsi
STEVIGROW
SWEETENEER karena saya ingin keluarga saya mengikuti gaya hidup sehat yang saya lakukan 4.
Saya
mengkonsumsi
STEVIGROW
SWEETENER atas referensi keluarga 5
Saya
mengkonsumsi
SWEETENER STEVIGROW
karena
STEVIGROW menurut
SWEETENER
saya
merupakan
produk yang banyak dikenal di masyarakat
Pertanyaan Tentang Keputusan Pembelian (Y)
141
No
Pernyataan
STS
1.
Saya membeli STEVIGROW SWEETENER
TS
N
S
SS
karena sudah sering mengkonsumsi 2.
Saya
mencari
sebelum
informasi
membeli
produk
terlebih
dahulu
STEVIGROW
SWEETENER 3.
Saya mengevaluasi produk STEVIGROW SWEETENER sebelum melakukan keputusan pembelian
4
Saya melakukan keputusan pembelian setelah mengetahui kelebihan yang terdapat didalam produk STEVIGROW SWEETENER
5
Saya
puas
mengkonsumsi
produk
STEVIGROW SWEETENER
142
Lembar Lampiran 2 : Uji Validitas dan Realibilitas Hasil tryout uji validitas dan uji reliabilitias Cronbach’s Item
Corrected
Alpha Keterangan
Pernyataan
if Keterangan
Item-Total
Item
Correlation
Deleted
Produk (X1) X1-1
0,906
Valid
0,990
Reliabel
X1-2
0,882
Valid
0,990
Reliabel
X1-3
0,778
Valid
0,991
Reliabel
X1-4
0,883
Valid
0,990
Reliabel
X1-5
0,902
Valid
0,990
Reliabel
X1-6
0,937
Valid
0,990
Reliabel
X2-7
0,850
Valid
0,990
Reliabel
X2-8
0,920
Valid
0,990
Reliabel
X2-9
0,891
Valid
0,990
Reliabel
X2-10
0,876
Valid
0,990
Reliabel
X2-11
0,945
Valid
0,990
Reliabel
0,946
Valid
0,990
Reliabel
Harga (X2)
Budaya (X3) X3-12
Bersambung pada halaman berikutnya
143
Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Cronbach’s Item
Corrected
Alpha
Pernyataan
Item-Total
Item
Correlation
Deleted
Keterangan
if Keterangan
X3-13
0,941
Valid
0,990
Reliabel
X3-14
0,910
Valid
0,990
Reliabel
X3-15
0,873
Valid
0,990
Reliabel
X3-16
0,881
Valid
0,990
Reliabel
X4-17
0,848
Valid
0,990
Reliabel
X4-18
0,933
Valid
0,990
Reliabel
X4-19
0,923
Valid
0,990
Reliabel
X4-20
0,938
Valid
0,990
Reliabel
X4-21
0,872
Valid
0,990
Reliabel
Sosial (X4)
Keputusan Pembelian (Y) Y-22
0,922
Valid
0,990
Reliabel
Y-23
0,928
Valid
0,990
Reliabel
Y-24
0,941
Valid
0,990
Reliabel
Y-25
0,895
Valid
0,990
Reliabel
Y-26
0,875
Valid
0,990
Reliabel
144
Lembar Lampiran 3 : Output SPSS Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,,b
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
60 .0000000 1.61403074 .066 .065 -.066 .510 .957
145
b. uji multikolonieritas
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
Collinearity Statistics t
Sig.
2.995
.004
Tolerance VIF
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
.639
1.564
harga_x2 .337
.127
.332
2.644
.011
.378
2.645
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
.598
1.674
.113
.253
2.057
.044
.392
2.552
sosial_x4 .233 a. Dependent Variable: kp_y
c. uji heterokedastisitas
146
Lembar Lampiran 4 : Hasil Output SPSS Uji Regresi Linear Berganda a. hasil output regresi linier berganda
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
2.995
.004
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
harga_x2
.337
.127
.332
2.644
.011
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
sosial_x4
.113
.253
2.057
.044
.233
147
Lembar Lampiran 5 : Koefisien Determinasi a. koefisien determinasi (R2)
Model Summaryb Model R
Adjusted R Square Square
R Std. Error of the Estimate
1 .820a .673 .649 1.672 a. Predictors: (Constant), sosial_x4, produk_x1, budaya_x3, harga_x2 b. Dependent Variable: kp_y
148
Lembar Lampiran 6 : Uji Hipotesis a. uji t
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
t
Sig.
2.995
.004
(Constant) 5.591
1.867
produk_x1 .156
.073
.207
2.143
.037
harga_x2
.337
.127
.332
2.644
.011
budaya_x3 .386
.079
.488
4.890
.000
sosial_x4
.113
.253
2.057
.044
.233
b. uji F
ANOVAb Sum Squares
Model 1
of Df
Mean Square F
Sig.
Regression 316.483
4
79.121
.000a
Residual
55
2.795
153.701
28.312
Total 470.183 59 a. Predictors: (Constant), sosial_x4, produk_x1, budaya_x3, harga_x2 b. Dependent Variable: kp_y
149