ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN TERHADAP RISIKO BANK DI INDONESIA TAHUN 2004-2013 Miftahul Ridwan, Adi Waskito Departemen Manajemen, Program Ekstensi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan pasar keuangan yang dicerminkan oleh stock market development (SMD) dan banking sector development (BSD) terhadap risiko Bank yang diceriminkan oleh rasio permodalan bank (CTA), share of non interest income in total revenue (SNONIN) dan risiko sistematis bank (BETA) di Indonesia periode 2004-2013 menggunakan data tahunan. Setelah melakukan kontrol terhadap keadaan makroekonomi dan kondisi bank, stock market development secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank dan risiko sistematis bank. Di sisi lain, banking sector development secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank dan diversifikasi pendapatan bank serta berpengaruh positif terhadap risiko sistematis bank.
Analysis of Financial Market Developmentβs Influence on Bank Risk in Indonesia in 2004-2013 Abstract This study aims to investigate how financial market developments as measured by stock market development (SMD) and banking sector development (BSD) influence bank risk as measured by bank capitalization ratio (CTA), share of non interest income in total revenue (SNONIN) and bank systematic risk (BETA) in Indonesia in 2004-2013 using yearly data. After controling for macroeconomics and bank-level condition, stock market development is negative and statistically significant influence bank capitalization ratio and bank systematic risk. While banking sector development also negative and statistically significant influence bank capitalization ratio and banksβ revenue diversification and positve and statistically significant infuence banksβ systematic risk. Keywords: Bank Capitalization, Bank Revenue, Bank Risk, Financial Market Development, Indonesia.
1. Pendahuluan Perekonomian dunia mengalami resesi setelah krisis yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2007-2009 (Kotz, 2009). Dampak masif yang ditimbulkan dan kecepatan penyebaran krisis ini ditengarai merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi, yang pada batas tertentu memperbesar gelombang krisis dan penyebarannya ke daerah atau negara lain, serta perkembangan pesat pasar keuangan, salah satunya adalah dengan munculnya International Financial Integration (IFI) (Raz et al, 2012). Berbeda dengan kondisi perekonomian dunia, perekonomian Indonesia mampu untuk tetap menjaga kinerja dan mencatatkan pertumbuhan (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-
1
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
Universitas Indonesia
2
2014, 2009). Namun, hal ini tidak berarti bahwa perekonomian Indonesia tidak terkena dampak resesi global. Transmisi krisis ini salah satunya dapat diamati melalui jalur finansial baik secara langsung maupun tidak langsung (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, 2009). Transmisi melalui jalur finansial secara langsung terkait dengan kepemilikan toxic assets (aset-aset bermasalah) oleh bank atau lembaga keuangan maupun keterkaitan institusi tersebut dengan institusi lain yang memiliki aset bermasalah tersebut, selain itu adanya aktivitas deleveraging yaitu investor yang mengalami kesulitan likuiditas menarik dananya dari Indonesia, serta aksi flight to quality yaitu kecenderungan perilaku menghindari risiko investor yang memindahkan investasi mereka kepada aset yang lebih aman. Dampak melalui jalur finansial langsung ini relatif terbatas (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, 2009). Di sisi lain, transmisi krisis melalui jalur finansial secara tidak langsung adalah melalui hambatan terhadap ketersediaan pembiayaan kegiatan ekonomi, baik domestik maupun dari luar negeri. Dampak hambatan ketersediaan modal domestik adalah pada sektor usaha ekspor dimana penurunan kinerja ekspor akan memicu peningkatan risiko kredit bagi pemberi kredit, salah satunya bank. Selain itu, ketersediaan sumber pembiayaan luar negeri seperti pinjaman dan penanaman modal langsung (foreign direct investment) menunjukkan penurunan bahkan sebelum krisis dan berlanjut pada periode setelah krisis (Outlook Ekonomi Indonesia 20092014, 2009). Fakta diatas kemudian memunculkan dugaan peningkatan risiko bank sebagai akibat dari perkembangan pasar keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tersebut serta berkontribusi terhadap penelitian terdahulu terkait perkembangan pasar keuangan dan risiko bank (seperti Islam & Mozumdar, 2007; Kotz, 2009; De Jonghe, 2010; Naceur & Omran, 2011; Raz et al, 2012; Iannotta et al, 2013; Vithessonthi, 2014). Periode penelitian ini yaitu 2004-2013 mencakup berbagai kondisi usaha yaitu periode sebelum, ketika krisis 2007-2009, dan pasca krisis. Untuk meringkas, hasil empiris dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, stock market development dan banking sector development yang digunakan sebagai ukuran perkembangan pasar keuangan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank namun secara agregat hanya stock sector development yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank. Kedua, baik stock market development maupun banking sector development terhadap diversifikasi pendapatan bank namun secara agregat banking sector development yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio diversifikasi pendapatan bank. Ketiga, stock market development secara signifikan berpengaruh negatif terhadap risiko sistematis bank sedangkan banking sector Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
3
development secara sigifikan berpengaruh positif terhadap risiko sistmatis bank dan menunjukkan hasil yang sama secara agregat. Penelitian ini kemudian akan disajikan dalam urutan tinjauan teoritis, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan.
2. Tinjauan Teoritis Penelitian ini terbatas pada pengukuran perkembangan pasar keuangan menggunakan pendekatan perkembangan berbasis pasar saham (stock market-based development) dan perkembangan berbasis bank (bank-based development) seperti penelitian yang dilakukan oleh Naceur & Omran (2011) dan Vithessonthi (2014). Lebih jauh, penelitian yang dilakukan oleh Islam & Mozumdar (2007) menyarankan bahwa perkembangan pasar keuangan (yang diukur dengan rasio nilai kapitalisasi pasar modal terhadap GDP) mendorong perusahaan untuk menurunkan penggunaan modal internal untuk membiayai investasi dan beralih pada sumber pendanaan ekstenal dari pasar saham. Dengan demikian, pada kondisi pasar saham yang berkembang dengan baik, permintaan akan pendanaan yang bersumber dari bank akan menurun. Sehingga menurunkan risiko yang dihadapi bank. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap risiko yang dihadapi bank kemudian dapat diamati dari rasio kecukupan modal, diversifikasi pendapatan bank, dan risiko sistematis (beta) bank seperti yang dilakukan oleh Vithessonthi (2014). Iannotta et al (2013) menyebutkan sebenarnya terdapat beberapa cara mengukur risiko yang dihadapi bank, namun secara tradisional, risiko bank dapat diukur dengan rasio akuntansi terhadap likuiditas, kapitalisasi, dan kualitas aset. Dalam hal ini, tingkat kapitalisasi (rasio permodalan) bank dianggap sebagai faktor utama yang berfungsi untuk menurunkan probabilitas kegagalan sebuah bank (Iannotta et al. 2013). Pernyataan Iannotta et al (2013) ini juga didukung oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menjelaskan profil risiko yang dinilai dari risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank serta menjadi dasar penentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika stock market development meningkat, maka perusahaan akan cenderung mencari dana dari pasar saham sehingga menyebabkan permintaan dana dari bank akan menurun dan menurunkan pula risiko yang akan dihadapi bank dari aktivitas penyaluran kredit. Dengan demikian, bank dapat menurunkan jumlah modal untuk menyesuaikan persentase sesuai dengan yang disyaratkan oleh Bank Indonesia. Keadaan ini juga berlaku sebaliknya ketika banking sector
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
4
development meningkat, maka risiko bank akan meningkat, dan bank harus menyediakan tambahan modal untuk menghadapi peningkatan risiko tersebut. Risiko bank selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko dari diversifikasi pendapatan bank dan risiko sistematis bank. De Jonghe (2010) dalam penelitiannya menyarankan bahwa diversifikasi pendapatan bank meningkatkan risiko-risiko yang dihadapi bank serta cenderung berdampak pada meningkatnya risiko sistematis bank. Dalam hal ini, ketika stock market development meningkat dan penyaluran kredit bank melambat, maka bank cenderung mencari alternatif untuk menutupi menurunnya pendapatan dari kegiatan penyaluran kredit yang melambat. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan di pasar keuangan seperti interbank call money dan jasa-jasa keuangan seperti bankerβs acceptance, L/C dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut justru meningkatkan berbagai risiko yang dihadapi bank. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan De Jonghe (2010), peningkatan
pendapatan
non-tradisional
dari
diversifikasi
pendapatan
bank
akan
meningkatkan risiko sistematis bank.
3. Metode Penelitian Untuk mengetahui pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap risiko bank, penelitian ini menggunakan data-data tahunan dari laporan keuangan bank dan laporan kewajiban penyediaan modal minimum yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan Indonesia untuk tahun 2004-2013. Pemilihan periode penelitian ini terkait dengan berbagai kondisi bisnis bank dimana mencakup periode sebelum krisis, ketika krisis 2007-2009 dan setelah krisis.
3.1. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap rasio permodalan bank Permodalan bank memiliki fungsi salah satunya untuk mengurangi risiko kegagalan bank. Untuk menguji pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap rasio permodalan bank, seperti pada penelitian Vithessonthi (2014), menggunakan persamaan sebagai berikut: (1) πΆππ΄π,π‘ = πΌ + π½πΉπ· πΉπ·π‘β1 + πΏππΆπππ‘β1 + ππ΅πΆπππ,π‘β1 + π£π + ππ,π‘ Dimana CTAi,t merupakan pendekatan rasio permodalan untuk bank i pada waktu t; FDt merupakan indikator perkembangan pasar keuangan pada waktu t; MCONt merupakan vektor variabel kontrol keadaan makroekonomi pada waktu t yang dapat mempengaruhi
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
5
rasio permodalan sebuah bank; BCONi,t merupakan vektor variabel kontrol kondisi bank i pada waktu t yang berhubungan dengan rasio permodalan bank; vi merupakan variabel firm fixed effect; dan Ξ΅i,t merupakan error. Baik variabel perkembangan pasar keuangan dan variabel kontrol makroekonomi dan kondisi bank, menggunakan time lag 1 periode untuk mengontrol kemungkinan endogenitas dan untuk membangun kausalitas antara perkembangan pasar keuangan dengan risiko bank. Variabel CTA persentase dari modal inti bank (tier 1 capital) dengan aset tertimbang menurut risiko yang didapatkan dari Laporan Kecukupan Penyediaan Modal Minimum dari Bank Indonesia. Sebuah bank yang memiliki rasio permodalan yang baik relatif lebih tahan menghadapi guncangan sistemik. Untuk mengukur perkembangan pasar keuangan, penelitian ini menggunakan dua pendekatan. Pertama adalah stock market development (SMD) yang merupakan persentase dari nilai kapitalisasi pasar modal terhadap GDP. Negara dengan pasar modal yang berkembang memberikan alternatif pendanaan bagi perusahaan dan menurunkan ketergantungan terhadap bank sebagai sumber pendanaan bagi usaha. Kedua adalah banking sector development (BSD) yang merupakan persentase dari nilai kredit domestik yang diberikan sektor perbankan terhadap GDP. Jika perkembangan pasar keuangan berpengaruh positif terhadap rasio permodalan bank maka Ξ²FD diharapkan bernilai positif dan signifikan. Ini berarti kondisi industri perbankan pada negara dengan pasar keuangan yang berkembang dengan baik akan semakin kuat dan stabil. Di sisi lain, jika perkembangan pasar keuangan meningkatkan perilaku pengambilan risiko bank, maka hubungan negatif antara perkembangan pasar keuangan akan memperburuk kondisi sistem perbankan. Untuk mengontrol efek dari keadaan makroekonomi terhadap rasio permodalan bank, penelitian ini menggunakan dua variabel. Pertama adalah kondisi keterbukaan perdagangan (TRADE) yang merupakan persentase dari penjumlahan ekspor dan impor terhadap GDP. Kedua adalah kondisi keterbukaan sektor keuangan (FDI) yang merupakan persentase dari nilai penanaman modal langsung (foreign direct investment) terhadap GDP. Sedangkan untuk mengontrol efek dari keadaan bank terhadap rasio permodalan bank, penelitian ini menggunakan beberapa variabel. Pertama adalah rasio pencadangan penghapusan kredit yang diberikan (LLR) yang merupakan persentase dari pencadangan penghapusan kredit yang diberikan terhadap total kredit. Kedua adalah ukuran bank (SIZE) yang merupakan logaritma dari total aset. Ketiga adalah persentase kredit bersih terhadap total simpanan (NLOAN). Keempat adalah rasio likuiditas (LIQ) yang merupakan persentase kas terhadap Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
6
total simpanan. NLOAN dan LIQ digunakan sebagai indikator risiko bank misalnya kemampuan bank bertahan terhadap guncangan likuiditas. Kelima adalah rasio keuntungan (ROE) yang merupakan persentase antara pendapatan sebelum pajak dengan total ekuitas. Untuk persamaan satu ini, digunakan metode fixed-effect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan asumsi klasik
3.2. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap diversifikasi pendapatan bank Diduga, perkembangan pasar keuangan tidak hanya mempengaruhi pendanaan bank namun juga mempengaruhi aliran pendapatan bank. Perkembangan pasar keuangan memberikan kesempatan bagi bank untuk menaikkan pendapatan dengan terlibat dalam kegiatan non-tradisional. Dengan demikian, untuk menguji perkembangan pasar keuangan terhadap diversifikasi pendapatan bank, seperti yang digunakan Vithessonthi (2014), menggunakan persamaan berikut: πππππΌππ,π‘ = πΌ + π½πΉπ· πΉπ·π‘β1 + πΏππΆπππ‘β1 + ππ΅πΆπππ,π‘β1 + π£π + ππ,π‘
(2)
Dimana, SNONINi,t merupakan pendekatan untuk diversifikasi pendapatan bank yaitu persentase dari pendapatan non-bunga bank terhadap total pendapatan operasional bank i pada tahun t. Jika perkembangan pasar keuangan berpengaruh positif terhadap diversifikasi pendapatan bank, maka Ξ²FD diharapkan bernilai positif dan signifikan. Untuk persamaan kedua ini, digunakan metode fixed-effect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan asumsi klasik.
3.3. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap risiko sistematis bank Literatur terdahulu menyarankan bahwa risiko bank dapat diukur menggunakan informasi harga saham. Untuk kepentingan penelitian ini, seperti yang digunakan Vithessonthi (2014), risiko sistematis bank diestimasikan dengan market model terpisah untuk masing-masing bank per tahun menggunakan data mingguan dengan persamaan sebagai berikut: π
π,π€ = πΌ + π½ππ π
ππ€ + ππ,π€
(3)
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
7
Dimana, Ri,w merupakan imbal hasil (return) dari saham bank i pada minggu ke w; RMw merupakan return pasar saham untuk minggu ke w; dan Ξ΅i,t merupakan error. Nilai Ξ²rm (BETA) kemudian digunakan dalam persamaan berikut: (4)
π΅πΈππ΄π,π‘ = πΌ + π½πΉπ· πΉπ·π‘β1 + πΏππΆπππ‘β1 + ππ΅πΆπππ,π‘β1 + π£π + ππ,π‘
Jika beta pasar saham secara akurat menunjukkan risiko dari bank dan perkembangan pasar keuangan mempengaruhi risiko bank, maka diharapkan Ξ²FD akan signifikan secara statistik. Koefisien variabel FD yang bernilai positif (negatif) menunjukkan semakin tinggi (rendah) risiko bank. Untuk persamaan ketiga ini, model pertama akan menggunakan metode fixed-effect model sedangkan dua model selanjutnya akan menggunakan metode fixed-effect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan asumsi klasik.
4. Hasil dan Pembahasan Untuk mengetahui sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini, pertama akan dilakukan analisis deskriptif statistik untuk semua variabel yang digunakan. Hasil dari statistik deskriptif adalah sebagai berikut: Tabel 1. Analisis Deskriptif Variabel BETA BSD CTA
Mean 0.57 0.40 0.14
Median 0.52 0.40 0.13
Maximum 1.95 0.50 0.22
Minimum -1.55 0.35 0.07
Std. Dev. 0.60 0.05 0.04
Observations 200 200 200
FDI LIQ LLR NLOAN ROE SIZE
0.02 0.03 0.03 0.74 0.16 7.41
0.02 0.02 0.03 0.77 0.16 7.52
0.03 1.30 0.48 1.24 2.41 8.87
0.01 0.00 0.00 0.28 -0.65 5.92
0.01 0.11 0.04 0.17 0.21 0.80
200 200 200 200 200 200
0.42 0.21 0.44
0.51 0.74 0.52
0.19 -0.01 0.40
0.10 0.11 0.04
200 200 200
SMD 0.38 SNONIN 0.21 TRADE 0.45 Sumber: Olahan Penulis
Selain variabel BETA, NLOAN. LIQ, ROE dan SNONIN, variabel lain tidak memiliki nilai ekstrim. Nilai ekstrim variabel-variabel tersebut berhubungan dengan krisis yang terjadi
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
8
tahun 2007-2009. Setelah itu, korelasi antar variabel juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah tabel koefisien korelasi antar variabel:
Tabel 2. Koefisien Korelasi Variabel BSD
BETA 0.10
CTA FDI LIQ LLR NLOAN ROE
0.17 0.05 -0.04 0.07 0.03 0.22
BSD -0.12 -0.04 -0.06 0.01 -0.17 0.05
SIZE 0.47 -0.11 SMD 0.17 -0.24 SNONIN 0.25 -0.08 TRADE -0.15 0.29 Sumber: Olahan Penulis
CTA
FDI
LIQ
LLR
NLOAN
-0.08 -0.02 0.01 -0.12 0.12
0.06 -0.07 0.16 -0.15
0.06 -0.01 -0.10
-0.43 -0.07
-0.04
0.17 0.14 0.07 -0.19
0.09 0.20 -0.01 0.37
-0.01 0.06 -0.03 -0.01
0.03 -0.02 0.24 -0.02
0.02 0.17 -0.20 -0.11
ROE
0.30 -0.04 0.10 -0.10
SIZE
SMD
0.15 0.33 -0.11
0.11 -0.70
SNONIN
-0.12
Dari tabel 2 diatas, nilai koefisien paling tinggi adalah -0,7 yaitu korelasi antara variabel TRADE dan SMD. Namun, nilai korelasi ini masih berada dibawah -0,8 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat permasalahan asumsi klasik multikolinieritas. Kemudian, hasil dari regresi akan dilaporkan pada bagian berikutnya.
4.1. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap rasio permodalan bank Hasil regresi persamaan (1), menggunakan rasio permodalan bank (diukur dengan rasio tier 1 capital terhadap aset tertimbang menurut risiko) sebagai variabel terikat, dilaporkan dalam tabel 3. Dalam seluruh model, seluruh variabel bebas dan variabel kontrol menggunakan time lag 1 periode. Seluruh model juga menggunakan metode fixedeffect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas dan otokorelasi. Hasil dalam tabel 3 menyarankan bahwa rasio kredit bersih (NLOAN) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio permodalan bank pada tingkat signifikansi 5% dalam semua model. Selain itu, variabel rasio keuntungan (ROE) juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio permodalan bank di seluruh model. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Vithessonthi (2014) bahwa variabel NLOAN dan ROE berpengaruh negatif pada rasio kecukupan modal bank. Variabel rasio pencadangan penghapusan kredit yang diberikan (LLR) dan ukuran bank (SIZE) secara signifikan berpengaruh terhadap rasio permodalan bank hanya Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
9
pada model 1 dan tidak signifikan pada model lainnya. Demikian pula variabel kondisi keterbukaan sektor perdagangan (TRADE) dan variabel kondisi keterbukaan sektor keuangan (FDI) secara signifikan berpengaruh pada model 2 dan tidak signifikan pada model lainnya.. Nilai adjusted R2 untuk semua model adalah sekitar 0,68. Nilai ini relatif lebih tinggi dari nilai yang dilaporkan pada penelitian Vithessonthi (2014) sebesar 0,47. Meski demikian, perbandingan ini perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jumlah sampel dan variabel kontrol yang digunakan, terhadap penelitian ini. Tabel 3. Hasil Regresi dengan variabel terikat CTA Variabel Intercept SMD
Model 1 0.051 (0.105) -0.102*** (0.028)
Model 2 0.101 (0.115)
Model 3 0.150 (0.123)
-0.120 (0.089) -0.049 (0.381) 0.069* (0.036) 0.029** (0.012) -0.003 (0.010) -0.045** (0.018) -0.012** (0.005)
-0.093** (0.042) 0.130** (0.055) -0.734** (0.307) 0.061 (0.037) 0.007 (0.013) 0.006 (0.011) -0.039** (0.018) -0.010** (0.005)
-0.092*** (0.029) -0.067 (0.044) -0.091 (0.092) -0.127 (0.386) 0.057 (0.037) 0.017 (0.014) 0.003 (0.011) -0.047** (0.018) -0.013*** (0.005)
0.677 14.925*** 180
0.683 15.266*** 180
0.671 14.050*** 180
BSD TRADE FDI LLR SIZE LIQ NLOAN ROE
Adjusted R2 F-statistik Observasi *
: Signifikan pada level 10% : Signifikan pada level 5% *** : Signifikan pada level 1% Standard Error dilaporkan dalam tanda kurung Sumber: Olahan Penulis **
Dari tabel 3 juga menunjukkan bahwa perkembangan pasar keuangan yang diukur dengan stock market development (SMD) berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
10
bank sebagaimana terlihat pada nilai koefisien dan signifikan dalam model 1 dan model 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar saham yang semakin berkembang akan menurunkan rasio permodalan bank. Dalam hal ini, interpretasi hubungan negatif antara perkembangan pasar saham dengan rasio permodalan bank perlu dilakukan dengan hati-hati. Bank di Indonesia terikat dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dimana terdapat rasio permodalan tertentu yang harus dipenuhi bank. Dengan demikian, pengaruh negatif antara perkembangan pasar saham dengan rasio permodalan bank tidak akan sampai membahayakan industri perbankan. Indikator perkembangan pasar keuangan selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah banking sector development (BSD). Dalam tabel 3 diatas terlihat bahwa BSD berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank, terlihat dari nilai koefisien BSD dan signifikan pada model 2, namun menjadi tidak signifikan pada model 3. Seperti halnya pengaruh SMD terhadap rasio permodalan bank, interpretasi pengaruh BSD terhadap rasio permodalan bank perlu dilakukan dengan hati-hati. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bank di Indonesia perlu menjaga rasio permodalan pada jumlah tertentu sehingga pengaruh perkembangan sektor perbankan tidak akan turun melebihi rasio permodalan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sehingga tidak akan membahayakan industri perbankan secara keseluruhan. 4.2. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap diversifikasi pendapatan bank Hasil regresi persamaan (2), menggunakan diversifikasi pendapatan bank (diukur dengan rasio pendapatan non-bunga bank terhadap pendapatan operasional bank) sebagai variabel terikat, dilaporkan dalam tabel 4. Dalam seluruh model, seluruh variabel bebas dan variabel kontrol menggunakan time lag 1 periode. Seluruh model juga menggunakan metode fixed-effect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas dan otokorelasi. Ketika teori umum mengenai portofolio menyarankan bahwa bank akan mengambil keuntungan dengan melakukan diversifikasi aliran pendapatan, beberapa penelitian bahwa diversifikasi ini meningkatkan volatilitas imbal hasil (return) bank, namun tidak meningkatkan rata-rata return. Maka peningkatan diversifikasi pendapatan bank ini akan membuat risiko bank meningkat. Namun, belum jelas apakah diversifikasi pendapatan bank akan meningkat pada kondisi pasar keuangan yang lebih berkembang atau sebaliknya.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
11
Hasil seperti yang dilaporkan dalam tabel 4 menyarankan bahwa ukuran bank berpengaruh positif terhadap diversifikasi pendapatan bank, terlihat dari nilai koefisien SIZE dan signifikan pada semua model. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran sebuah bank berpengaruh pada semakin tinggi pendapatan non-bunga yang mampu dihasilkan. Tabel 4. Hasil Regresi dengan variabel terikat SNONIN Variabel
Model 1
Intercept SMD
Model 2
Model 3
-0.285 (0.268)
0.179 (0.181) -0.648 (0.808) 0.014
-0.151 (0.109) 0.055 (0.117) -0.087 (0.644) -0.041
-0.300 (0.277) 0.063 (0.060) -0.190* (0.112) 0.194 (0.184) -0.583 (0.813) 0.008
(0.277) 0.105*** (0.024) -0.189* (0.107) -0.037 (0.038) 0.028 (0.039) -0.040 (0.147)
(0.287) 0.079*** (0.029) -0.177 (0.116) -0.053 (0.039) 0.040 (0.043) -0.062 (0.151)
(0.281) 0.073** (0.030) -0.176 (0.109) -0.052 (0.040) 0.044 (0.042) -0.104 (0.155)
0.736 18.778*** 180
0.736 20.437*** 180
0.736 18.810*** 180
***
-0.614 (0.214) 0.045 (0.058)
BSD TRADE FDI LLR SIZE LIQ NLOAN ROE CTA
Adjusted R2 F-statistik Observasi *
: Signifikan pada level 10% : Signifikan pada level 5% *** : Signifikan pada level 1% Standard Error dilaporkan dalam tanda kurung Sumber: Olahan Penulis **
Nilai koefisien variabel SMD yang bernilai positif dan tidak signifikan pada model 1 dan model 3 menyarankan bahwa perkembangan pasar saham tidak berpengaruh terhadap diversifikasi pendapatan bank. Hal ini terkait dengan prinsip pengelolaan risiko yang diterapkan oleh Bank Indonesia yang membuat bank umum tidak terlalu terikat dalam
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
12
kegiatan non tradisional bank. Di sisi lain, perkembangan sektor perbankan (BSD) berpengaruh negatif pada diversifikasi pendapatan bank sebagaimana terlihat pada nilai koefisien BSD dan signifikan pada model 3. Hal ini kemudian mengindikasikan bahwa kenaikan (penurunan) pada variabel BSD akan berpengaruh pada penurunan (kenaikan) diversifikasi pendapatan bank. 4.3. Pengaruh perkembangan pasar keuangan terhadap risiko sistematis bank Telah dijelaskan pada bagian 3.3 bahwa variabel risiko sistematis bank (BETA) di estimasikan dengan menggunakan persamaan (3) untuk masing-masing bank per tahun. Setelah itu, hasil estimasi tersebut di regresikan dengan menggunakan persamaan (4). Hasil regresi ini dilaporkan dalam tabel 5. Dalam seluruh model, seluruh variabel bebas dan variabel kontrol menggunakan time lag 1 periode. Model 1 dalam tabel dibawah ini menggunakan fixed effect model sedangkan model 2 dan model 3 menggunakan metode fixed-effect model dengan treatment Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas dan otokorelasi.
Tabel 5. Hasil Regresi dengan variabel terikat BETA Variabel
Model 1
Model 2
Model 3
Intercept
-0.861 (2.433) -1.143* (0.666)
-3.077 (2.157)
-1.678 (2.113) -2.602 (9.171) -1.114
1.712** (0.828) -0.143 (1.040) -7.584 (5.645) -0.740
-2.517 (2.202) -1.021* (0.518) 2.018** (0.854) -2.410 (1.645) -1.143 (7.006) -0.645
(1.293) 0.478* (0.282) 0.049 (0.385) -0.518 (0.420) -0.082 (0.189) -3.269** (1.597)
(0.961) 0.511** (0.237) 0.004 (0.279) -0.331 (0.319) -0.079 (0.136) -2.486** (1.165)
(0.927) 0.582** (0.242) -0.011 (0.268) -0.249 (0.323) -0.123 (0.130) -2.228* (1.187)
0.355
0.513
0.504
SMD BSD TRADE FDI LLR SIZE LIQ NLOAN ROE CTA
Adjusted R2
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
13
F-statistik 4.518*** Observasi 180 * : Signifikan pada level 10% ** : Signifikan pada level 5% *** : Signifikan pada level 1% Standard Error dilaporkan dalam tanda kurung Sumber: Olahan Penulis
7.721*** 180
7.278*** 180
Hasil dari tabel 5 mengindikasikan bahwa ukuran bank berpengaruh positif terhadap risiko sistematis bank, terlihat dari nilai koefisien variabel SIZE yang bernilai positif dan signifikan pada semua model. Dengan demikian setiap kenaikan (penurunan) ukuran sebuah bank akan berpengaruh pada kenaikan (penurunan) risiko sistematis bank. Selain itu, variabel rasio permodalan bank (CTA) berpengaruh negatif terhadap risiko sistematis bank, terlihat dari nilai koefisien variabel (CTA) yang bernilai negatif dan signifikan pada semua model. Dengan demikian, peningkatan rasio permodalan bank akan berpengaruh pada penurunan risiko sistematis bank. Hal ini terkait dengan fungsi dari rasio permodalan bank yang salah satunya adalah untuk menurunkan risiko yang dihadapi bank. Hasil pada tabel 5 yang menunjukkan koefisien SMD bernilai negatif dan signifikan pada model 1 dan model 3, mengindikasikan bahwa perkembangan pasar saham memiliki dampak negatif terhadap risiko sistematis yang dihadapi bank, yang diukur dari BETA. Hasil pada model 2 dan model 3 dalam tabel 5 menunjukkan koefisien BSD yang bernilai positif dan signifikan, mengindikasikan bahwa perkembangan sektor perbankan meningkatkan risiko sistematis yang dihadapi oleh bank.
5. Kesimpulan Penelitian ini menguji risiko bank (rasio permodalan bank, diversifikasi pendapatan bank, dan risiko sistematis bank) terkait dengan perkembangan pasar keuangan di Indonesia tahun 2004-2013. Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pada pasar saham (diukur dengan rasio nilai kapitalisasi pasar modal terhadap GDP) berpengaruh negatif terhadap rasio permodalan bank dan risiko sistematis bank dan tidak berpengaruh terhadap diversifikasi pendapatan bank, setelah mengontrol kondisi makroekonomi dan kondisi bank. Di sisi lain, perkembangan pada sektor perbankan (diukur dengan rasio nilai kredit industri perbankan terhadap GDP) berpengaruh negatif pada diversifikasi pendapatan bank dan berpengaruh positif pada risiko sistematis bank, sedangkan secara agregat tidak berpengaruh terhadap rasio permodalan bank.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
14
Temuan dari penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku, para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan di industri keuangan dan perbankan untuk menciptakan kondisi dan kebijakan yang secara simultan membangun industri keuangan dan perbankan serta melindungi dan meminimalisir paparan risiko negatif dari perkembangan pasar keuangan terhadap bank. Sehingga tujuan sebuah sistem keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi para investor yang perlu memperhatikan perilaku bank manakala terdapat kegiatan yang dilakukan bank malah menyebabkan kerugian.
Daftar Referensi Bank Indonesia. (2009, Januari). Pendahuluan. Dalam Outlook Ekonomi Indonesia. Bank Indonesia. Bank Indonesia. (2011). Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia. (2013). Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. De Jonghe, O. (2010). Back to Basic in Banking? A Micro-analyisis of Banking System Stability. Journal of Financial Intermediation, 387-417. Iannotta, G., Nocera, G., & Sironi, A. (2013). The Impact of Government Ownership on Bank Risk. Journal of Financial Intermediation 22, 152-176. Islam, S. S., & Mozumdar, A. (2007). Financial Market Development and The Importance of Internal Cash: Evidence from International Data. Journal of Banking and Finance 31, 641-658. Kotz, D. M. (2009). The Financial and Economic Crisis of 2008: A Systemic Crisis of Neoliberal Capitalism. Review of Radical Political Economics, 305-317. Naceur, S. B., & Omran, M. (2011). The effect of bank regulations, competition, and financial reforms on banks' performance. Emerging Market Review 12, 1-20. Raz, A. F., Indra, T. P., Artikasih, D. K., & Citra, S. (2012). Krisis Keuangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisa dari Perekonomian Asia Timur. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 38-56. Vithessonthi, C. (2014). Financial market development and bank risk: Experience from Thailand during 1990-2012. Journal of Multinational Finance and Management, 6788.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014
15
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Miftahul Ridwan, FE, 2014