ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI KOTA DEPOK
ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Aldesta Nurika Perwitasari Tunas NIM H54100054
ABSTRAK ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS. Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok. Dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI dan DENI LUBIS. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum karena memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi. UMKM yang memiliki peran strategis, menghadapi permasalahan umum yang sering dijumpai yaitu keterbatasan modal. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro hadir sebagai lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro. Penelitian ini menganalisis akses UMKM pada BMT dan dampaknya terhadap perkembangan usaha dengan menggunakan metode regresi logistik dan OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT adalah lama usaha, omset usaha, total aset, dan jumlah tabungan. Jumlah pembiayaan mikro syariah berpengaruh positif terhadap perkembangan UMKM dengan faktorfaktor yang mempengaruhi nilai perkembangan omset adalah frekuensi pembiayaan, lama usaha, dan jumlah pembiayaan. Kata Kunci : BMT, OLS, Regresi Logistik, UMKM. ABSTRACT ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS. The Impact Analysis of The Sharia Micro Financing for MSMEs Development in Depok District. Supervised by LUKYTAWATI ANGGRAENI and DENI LUBIS. Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) is has an important role to economic growth. Most of MSMEs faced common problem of lack of capital. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) as a micro finance institution exists as an institution conducting the provision of financial services to micro and small entrepreneurs. This study analyzed MSMEs access to BMT and its impact on business development by using logistic regression and OLS (Ordinary Least Square). The analysis shows the factors that affect the access of SMEs to Islamic micro finance of BMT are business period, business turnover, total assets, and the amount of savings. The number of Islamic micro financing has a positive influence on the development of MSME business. Factors that affect the value of turnover development are the frequency of the financing, the period of business, and the amount of financing. Keywords : BMT, OLS, Logistic Regression, MSMEs.
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI KOTA DEPOK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok. Nama : Aldesta Nurika Perwitasari Tunas NIM : H54100054
Disetujui oleh
Lukytawati Anggraeni, Ph.D Pembimbing I
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Deni Lubis, MA Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis akses pinjaman dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan pada BMT, dan pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Tunas Eko Purnomo dan Ibu Rusnawati serta adik dari penulis, Muhammad Arkan dan Ahmad Andika atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Lukytawati Anggraeni, Ph.D dan Bapak Deni Lubis, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Idqan Fahmi selaku dosen penguji utama dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. Seluruh pihak pengurus Baituttamwil Tamzis Kota Depok yang telah 3. banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. 5. Teman-teman satu bimbingan, Nadilla Ambarfauziah, Muhammad Haris, Iin Zahratain, Dara Ayu Lestari, Angga Febriawan, Astika, dan Ayu yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49 terimakasih atas doa dan dukungannya. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014 Aldesta Nurika Perwitasari Tunas
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
5
Pembiayaan Syariah
6
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
8
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pikir
13
METODE PENELITIAN
14
Jenis dan Sumber Data
14
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
15
GAMBARAN UMUM
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Karakteristik Responden
19
Karakteristik Usaha Responden
20
Akses Rumah Tangga Responden pada Lembaga Keuangan
22
Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap Perkembangan UMKM 25 SIMPULAN DAN SARAN
30
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
51
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah Unit Usaha UMKM Tahun 2011-2012.................................................1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2011-2012 .........................2 Jumlah PDB Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012 ....................2 Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan ...........6 Jumlah Simpanan, Pembiayaan, Aset, dan Mitra BMT 2012-2013................18 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden ..................................................20 Lama Usaha UMKM Responden ....................................................................21 Penguasaan Aset Lahan dan Non Lahan Responden ......................................22 Akses Simpanan Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan ...........................23 Akses Pinjaman Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan ............................23 Alasan Pengajuan BMT Sebagai Pembiayaan ................................................24 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Responden ............................................25 Dampak Pembiayaan Syariah BMT terhadap Omset Usaha...........................25 Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap UMKM .......................26 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit .......................................................27 Faktor-faktor yang Memengaruhi Akses UMKM terhadap Pembiayaan Syariah BMT ..................................................................................................27 17 Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Perkembangan Omset Usaha ...........29
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka Penelitian .........................................................................................14 Jenis Kelamin Responden ................................................................................19 Jenis Usaha Reponden......................................................................................20 Jenis Pembiayaan Responden BMT .................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuisioner Penelitian Responden BMT ............................................................33 Kuisioner Penelitian Responden Kontrol .........................................................42 Hasil Olahan Data Regresi Logistik .................................................................47 Hasil Olahan Data OLS ....................................................................................49
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum karena memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi. UMKM sebagai sarana untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong kemajuan perekonomian serta menciptakan sektor swasta sehingga pengembangan dari UMKM berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Peranan UMKM sangat penting dengan karakteristik yang membedakannya dengan usaha besar yakni di antaranya: 1) Jumlah usaha mikro dan usaha kecil yang banyak tersebar dan mendominasi usaha di pedesaan dibandingkan usaha besar menunjukkan UMKM memiliki pengaruh terhadap kemajuan pembangunan desa, 2) Sifat UMKM yang padat karya menunjukkan bahwa UMKM mempunyai potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, 3) Usaha mikro di negara sedang berkembang yang berlokasi di pedesaan melakukan kegiatan produksi yang berbasis pertanian karena itu UMKM secara tidak langsung mendukung pertumbuhan produksi sektor pertanian, 4) Banyak UMKM yang bisa bertahan saat krisis ekonomi tahun 1997/98, 5) UMKM menjadi titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi pedesaan dan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha dari orang desa, 6) Sasaran pasar utama bagi UMKM adalah barang konsumsi (Tambunan, 2009). Peranan UMKM yang begitu besar ditunjukkan dengan jumlah total unit usaha sebanyak 99% dari usaha yang ada berdasarkan hasil data dari Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2013. Perkembangan jumlah UMKM pun mengalami peningkatan sebesar 2.41% pada tahun 2011-2012 (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah Unit Usaha UMKM Tahun 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Indikator Jumlah (Unit) Jumlah (unit) % Usaha Mikro (UMi) 54 559 969 55 856 176 2.38 Usaha Kecil (UK) 602 195 629 418 4.52 Usaha Menengah(UM) 44 280 48 997 10.65 Total Usaha Mikro, Kecil 55 206 444 56 534 592 2.41 dan Menengah (UMKM) Total Usaha Besar (UB) 4 952 4 968 0.32 UNIT USAHA 55 211 396 56 539 560 2.35 (UMKM+UB) Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)
Hal tersebut menunjukkan jumlah UMKM telah mendominasi usaha-usaha lainnya. Keberadaan UMKM yang mendominasi ini menjadi bukti bahwa UMKM berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian melalui aktivitasnya. Banyaknya jumlah unit UMKM yang ada memberikan pengaruh positif dalam hal penyerapan tenaga kerja.
2 Tabel 2 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Indikator Jumlah Jumlah % (Orang) (Orang) Usaha Mikro (UMi) 94 957 797 99 859 517 5.16 Usaha Kecil (UK) 3 919 992 4 535 970 15.71 Usaha Menengah(UM) 2 844 669 3 262 023 14.67 Total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 101 722 458 107 657 509 5.83 (UMKM) Total Usaha Besar (UB) 2 891 224 3 150 645 8.97 TENAGA KERJA 104 613 681 110 808 154 5.92 (UMKM+UB) Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)
Terlihat pada Tabel 2, sektor UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 101.7 juta orang pada tahun 2011 dan 107.6 juta orang pada tahun 2012 dari total angkatan kerja yang bekerja. Adanya peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 5.83% membuktikan bahwa UMKM turut mampu untuk menumbuhkan kesempatan kerja. UMKM pun memiliki kontribusi terhadap pembentukkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup signifikan, dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah PDB Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012. Tabel 3 Jumlah PDB Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Indikator Jumlah Jumlah % (Rp Miliar) (Rp Miliar) Usaha Mikro (UMi) 761 228.8 790 825.6 3.89 Usaha Kecil (UK) 261 315.8 294 260.7 12.61 Usaha Menengah(UM) 346 781.4 366 373.9 5.65 Total Usaha Mikro, Kecil dan 1 369 326.0 1 451 460.2 6.00 Menengah (UMKM) Total Usaha Besar (UB) 1 007 784.0 1 073 660.1 6.54 PDB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 2 377 110.0 2 525 120.4 6.23 (UMKM+UB) Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)
Data-data di atas menunjukkan bahwa UMKM memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB dengan peningkatan sebesar 6.00% pada periode tahun 2011-2012. Hal ini menjelaskan bahwa UMKM memiliki potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi dan masih dapat dikembangkan baik dalam hal produktivitas maupun daya saing. Selain itu UMKM dengan segala keterbatasannya mampu bertahan pada saat krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 yang mana hampir 80% usaha besar mengalami kebangkrutan dan menyebabkan terjadinya PHK massal.
3 Beberapa alasan UMKM mampu bertahan disaat krisis di antaranya yaitu barang dan jasa yang dihasilkan memiliki elastisitas permintaan yang rendah terhadap pendapatan sehingga tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan yang dihasilkan, sebagian besar usaha yang dijalankan tidak menggunakan modal yang diperoleh dari bank sehingga keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak banyak berpengaruh terhadap usaha, dan terjadinya krisis ekonomi yang banyak menyebabkan sektor formal memberhentikan pekerjanya sehingga banyak dari penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan usaha berskala kecil (Partomo dan Soejoedono, 2002). Potensi UMKM yang begitu besar untuk dikembangkan lebih lanjut tidak dapat dilakukan dengan mudah, masih banyak permasalahan dan kendala dalam menjalankan UMKM itu sendiri. Primiana (2009) menerangkan permasalahan utama yang dihadapi UMKM saat ini disamping masalah produksi, pemasaran, jaringan kerja dan teknologi yaitu mengenai masalah akses modal dan kesempatan mendapat peluang usaha. Widiyanto dalam Jumhur (2009) juga menjelaskan bahwa kesulitan permodalan sering dijumpai dalam mengembangkan usaha yang dilatar belakangi oleh sulitnya mendapatkan modal kerja dan dana investasi dari lembaga perbankan. Permasalahan lain yang menyangkut permodalan juga dikarenakan perbedaan persepsi antara UMKM dengan lembaga keuangan yang memiliki prinsip kehati-hatian. Resiko usaha yang cukup besar membuat lembaga keuangan lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada UMKM sehingga diperlukan karakter pelaku UMKM yang dapat meyakinkan lembaga keuangan dalam menjalin kerja sama untuk dapat meyakinkan lembaga keuangan bahwa mereka mampu mengembalikan pinjaman. Hambatan yang dihadapi UMKM terkait hal pembiayaan yang menyangkut akses UMKM terhadap pemberian kredit dari perbankan yaitu dikarenakan dari permasalahan hal teknis maupun non teknis (Bank Indonesia, 2005). Tambunan (2009) juga menjelaskan bahwa masih banyaknya pengusaha kecil yang tidak pernah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan dan mereka sepenuhnya tergantung pada uang mereka sendiri. Hal ini dikarenakan berbagai alasan di antaranya seperti adanya anggapan tidak layaknya usaha untuk didanai karena resiko kredit yang tinggi, ketidaksanggupan UMKM yang bersangkutan untuk memenuhi jaminan dan tingkat bunga yang tinggi, serta kurangnya pemahaman mengenai skim permodalan. Keterbatasan akses yang dihadapi UMKM membuat mereka beralih kepada lembaga keuangan non formal dengan alasan sifatnya yang lebih fleksibel dalam hal persyaratan, jumlah pinjaman, dan pencairan kredit. Keberadaan lembaga keuangan non formal yang menjangkau usaha kecil saat ini dikenal sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM dalam kegiatannya mencakup penyaluran dana kredit dalam skala mikro (Wijono, 2005). Berdasarkan studi yang telah dilakukan menyatakan bahwa pada saat usaha mikro dan kecil berada pada puncak krisis serta lembaga keuangan formal tidak dapat membantu, maka Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berperan untuk membantu bertahan (Chotim dan Handayani, 2001). Lembaga Keuangan Mikro sebagai lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak dapat dijangkau oleh lembaga keuangan formal (Supriyanto, 2006). Adanya keterbatasan modal menjadikan lembaga keuangan
4 mikro non bank sebagai alternatif untuk mempercepat pemberdayaan UMKM. Studi Jumhur (2009) menunjukkan bahwa keberadaan dan eksistensinya lembaga keuangan non bank yang telah berkembang saat ini salah satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) diperlukan oleh masyarakat. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam bentuk non-bank dipandang mampu untuk dapat berinteraksi dengan usahausaha kecil yang memberikan kemudahan pembiayaan sehingga BMT berfungsi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan permodalan. Prinsip dalam hal pembiayaan syariah pada BMT dipandang sesuai dengan karakteristik UMKM. Pola pembiayaan yang ditawarkan BMT diharapkan mampu untuk menghapuskan ketakutan UMKM dalam hal tingkat bunga dan resiko lainnya sehingga UMKM dapat mengembangkan usahanya tanpa kendala. Perumusan Masalah UMKM yang memiliki peran strategis menghadapi permasalahan umum yang sering dijumpai yaitu keterbatasan modal. Keterbatasan modal yang sering dialami UMKM akan menyebabkan UMKM tersebut sulit untuk berkembang misalnya mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya dikarenakan tidak mampu memenuhi pesanan dari konsumen. Salah satu faktor penyebabnya yaitu sulitnya akses UMKM kepada lembaga keuangan. Permasalahan tersebut masih dialami para pelaku UMKM di Kota Depok. Jumlah UMKM di Kota Depok telah mencapai 15,607 pada tahun 2011 akan tetapi 90% usaha berada pada kondisi survival sehingga membutuhkan bantuan modal untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Banyaknya jumlah UMKM di Kota Depok merupakan cerminan dari visi dan misi pemerintah Kota Depok untuk menjadikan Kota Depok sebagai kota niaga dan jasa dengan meningkatkan dan mengembangkan UMKM yang berada di Kota Depok, akan tetapi pemerintah masih mengkhawatirkan akan sulitnya akses UMKM dalam mendapatkan suntikan modal sehingga dibutuhkan lembaga keuangan mikro yang diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro hadir sebagai lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta kepada masyarakat yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sampai dengan akhir tahun 2011 jumlah unit koperasi secara mencapai 187,598 unit koperasi dengan jumlah koperasi simpan-pinjam sebanyak 71,365 unit merupakan dan kurang lebih 5,500 unit (7.7%) diantaranya adalah BMT. Asosiasi BMT Indonesia (Absindo) mencatat, saat ini terdapat 5,500 BMT yang tersebar di 33 provinsi Indonesia dengan lebih dari 22 ribu gerai dan 22 juta rekening. Data dari Bank Indonesia hingga akhir 2012, jumlah dana linkage program perbankan syariah yang disalurkan ke BMT selama satu tahun mencapai Rp 829.67 miliar, jauh lebih besar dari dana linkage ke BPRS yang sebesar Rp 432.97 miliar dalam periode yang sama. Lembaga keuangan mikro tersebut sebagai lembaga pendukung bagi UMKM dalam menjalankan usahanya agar terlindungi dari resiko dan sebagai lembaga yang difungsikan untuk memberdayakan UMKM (Soetrisno, 2005).
5 Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana akses pinjaman dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan pada BMT? 3. Bagaimana pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis akses pinjaman dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan pada BMT 3. Menganalisis pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mencakup penerima pemberian pembiayaan syariah untuk usaha mikro kecil menengah dari BMT dan non penerima pembiayaan syariah. Periode waktu yang diambil dalam studi kasus ini adalah pemberian pembiayaan pada periode tahun 2012-2013. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pengertian UMKM UMKM yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
6 atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kategori UMKM Pengelompokkan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah didasarkan pada nilai aset yang dimiliki usaha dan hasil penjualan yang didapatkan. Tabel 3 di bawah ini menerangkan pengelompokkan UMKM yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008. Tabel 4 Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan Skala Usaha Nilai Aset Hasil Penjualan Mikro < Rp 50 juta < Rp 300 juta Kecil Rp 50 juta – Rp 500 juta Rp 300 juta – Rp 2.5 miliar Menengah 500 juta – Rp 10 miliar Rp 2.5 miliar – Rp 50 miliar Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Pembiayaan Syariah Definisi Pembiayaan Syariah Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Pembiayaan syariah yang erat dengan prinsip bagi hasilnya yang membedakan dengan pembiayaan berprinsip bunga. Menurut Antonio (2001) hal yang membedakan bunga dengan bagi hasil yang pertama yaitu penentuan bunga pada waktu akad dengan asumsi selalu untung sedangkan pada bagi hasil besarnya nisab memperhitungkan untung rugi. Kedua, besarnya bunga tergantung pada modal yang dipinjamkan sedangkan rasio bagi hasil tergantung pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Ketiga, pembayaran bunga tanpa memperhatikan apakah usaha yang dijalankan nasabah untung atau rugi sedangkan bagi hasil bergantung pada keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Keempat, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat ketika jumlah keuntungan meningkat sedangkan pada bagi hasil pembagian laba sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Kelima, sistem bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam sedangkan pada sistem bagi hasil tidak ada yang meragukannya.
7 Kategori Pembiayaan Syariah Biro Perbankan Syariah dalam Sudarsono (2008) mengelompokkan jenis pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya, antara lain: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang ditujukan untuk memiliki barang 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa yang ditujukan untuk mendapatkan jasa 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil untuk usaha kerjasama guna mendapatkan barang dan jasa Adanya kategori berbagai jenis pembiayaan memberikan nasabah pilihan untuk menentukan jenis pembiayaan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhannya. Berikut jenis produk pembiayaan syariah (Sudarsono, 2008): Berdasarkan Prinsip Jual-Beli 1. Bai’ al-Murabahah Jual-beli barang pada harga asal antara penjual dan pembeli dengan menyebutkan harga pembelian dan laba yang disyaratkan oleh penjual yang telah disepakati. Penjualan barang dilakukan atas dasar cost-plus profit. 2. Bai’ as-Salam Jual-beli barang dengan kondisi barang yang belum tersedia, barang tersebut diserahkan di kemudian hari dengan pembayaran di awal. Spesifikasi, kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan ditentukan pada saat akad. Bai’ as-Salam merupakan pembiayaan yang umum dilakukan di bidang pertanian. 3. Bai’ al-Istishna Jual-beli barang dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara kedua belah pihak. Bai’ al-Istishna biasanya dipergunakan di bidang manufaktur dengan pembayaran yang dapat dilakukan dengan berberapa kali pembayaran. Berdasarkan Prinsip Sewa 1. Al-Ijarah Pemindahan hak guna atas barang melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. 2. Al-Ijarah al-Muntahia bit-Tamlik Merupakan bagian dari akad Al-Ijarah dengan adanya perpindahan kepemilikan barang di akhir masa sewa. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil 1. Al-Musyarakah Kerjasama antara kedua pihak atau lebih yang mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan pembagian keuntungan dan resiko yang ditanggung bersama sesuai kesepakatan. 2. Al-Mudharabah Kerjasama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai pengelola modal. Keuntungan usaha dibagikan sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung oleh penyedia modal selama kesalahan bukan akibat dari kelalaian pengelola modal.
8 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Pengertian BMT Baitul Maal Wat Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal yang artinya rumah harta dan Baitul Tamwil yang artinya rumah pengembangan harta. BMT melakukan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat nonprofit seperti zakat, infak, dan sedekah (baitul maal) dan bersifat komersial (baitul tamwil) yang melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha mikro dan kecil (Soemitra, 2009). Orientasi bisnis pada BMT ditujukan supaya BMT dapat berjalan secara profesional dan berkembang untuk mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif bagi para nasabah sedangkan orientasi sosial yang dimiliki BMT ditujukan untuk meningkatkan kehidupan yang tidak dijangkau orientasi bisnis. BMT dalam menjalankan usahanya selalu didasarkan pada prinsip-prinsipnya. Prinsip yang dipegan teguh BMT dalam menjalankan usahanya yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, keterpaduan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian, profesionalisme, dan istiqomah (Ridwan, 2004). Peran dan Karakteristik BMT Keberadaan BMT saat ini memiliki peranan penting bagi masyarakat, di antaranya sebagai berikut (Sudarsono, 2008): 1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. 2. Melakukan pembinaan dan pendanaan bagi usaha kecil. 3. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir. 4. Menciptakan keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata. BMT dalam menjalankan usahanya juga memiliki karakteristik di antaranya sebagai berikut (Ridwan, 2004): 1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama untuk anggota dan masyarakat. 2. Mengefektifkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, sedekah walau bukan sebagai lembaga sosial. 3. Mengikutsertakan peran masyarakat. 4. Milik bersama masyarakat. Alokasi Dana BMT Pembiayan BMT yang didasarkan pada pemanfaatannya yaitu sebagai berikut (Ridwan, 2004): 1. Pembiayaan investasi Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan permodalan (capital goods). 2. Pembiayaan Modal Kerja Ditujukan untuk memenuhi kegiatan produksi yang menyangkut semua sektor ekonomi.
9 Menurut sifatnya, pembiayaan BMT dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut (Ridwan, 2004): 1. Pembiayaan produktif Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan modal dalam hal peningkatan jumlah penjualan dan produksi barang dan jasa. 2. Pembiayaan konsumtif Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Kegiatan Usaha Keuangan BMT Jenis kegiatan usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan di antaranya yaitu (Soemitra, 2009): 1. Berasaskan akad mudarabah, BMT memobilisasi dana dari modal awal berupa simpanan pokok dan simpanan wajib kedalam bentuk: Simpanan biasa, pendidikan, haji, umrah, qurban, idul fitri, walimah, akikah, perumahan, kunjungan wisata, dan mudarabah berjangka (deposito 1,3,6,12 bulan) Berasaskan akad wadi’ah (titipan tidak berbagi hasil) di antaranya: a. Simpanan yad al-amanah; seperti zakat, infaq, sedekah b. Simpanan yad ad-damanah; seperti giro yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh penyimpan 2.
Kegiatan pembiayaan usaha kecil bawah (mikro) dan kecil di antaranya: Pembiayaan mudarabah, musyarakah, murabahah, bay’ bi saman ajil, dan qard al-hasan Penelitian Terdahulu
Septiana (2013) dalam penelitiannya mengenai Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT berdasarkan hasil model logit adalah dummy akses pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis usaha perdagangan. Faktor yang memengaruhi perkembangan keuntungan usaha berdasarkan analisis OLS adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total aset. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan usaha UMKM. Penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2013) dengan menggunakan metode regresi logistik mengenai Analisis Faktor yang Memengaruhi Akses dan Pembatasan Kredit pada UMKM di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa BMT sebagai lembaga penunjang (komplementer) bagi UMKM. Berdasarkan hasil dari model logit pendidikan, jenis usaha, omset usaha, dan total aset sebagai variabel yang memengaruhi akses responden terhadap lembaga keuangan mikro syariah.
10 Faktor yang memengaruhi realisasi kredit pada BMT dilakukan berdasarkan model logit adalah lama usaha dan frekuensi pinjaman. Puspitasari (2012) tentang Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha (Kasus: BMT Tadbiirul Ummah, Bogor) menunjukkan bahwa pembiayaan mikro syariah yang diberikan BMT mampu meningkatkan keuntungan pemilik UMKM sebesar 6.21 persen. Hasil analisis faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dengan menggunakan metode regresi logit adalah dummy akses simpanan pada BMT, umur, dummy jenis usaha industri manufaktur serta omset usaha. Berdasarkan hasil Weighted Least Square (WLS), pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan keuntungan usaha. Lama pendidikan, dummy jenis usaha perdagangan, lama usaha, total tenaga kerja, total aset, besar dan frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT serta besarnya kredit konvensional sebagai faktor yang memengaruhi nilai perkembangan keuntunga UMKM. Nuruddarajat (2013) tentang Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis Anggotanya. Penelitian ini menggunakan alat analisis uji T data berpasangan untuk mengukur perbedaan nyata terhadap pengaruh perbedaan pembiayaan terhadap omset, keuntungan, dan aset usaha pada tahun 2012-2013. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara omset, keuntungan, dan aset usaha. Namun dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan KBI mampu meningkatkan omset usaha sebanyak 55 persen responden, keuntungan usaha sebanyak 58 persen responden, aset usaha sebanyak 61 persen responden, dan luas lahan yang diusahakan sebanyak 58 persen responden. Wahid (2011) tentang Peranan Kredit Produktif UMKM Dalam Perekonomian Indonesia : Pendekatan Makro dan Mikro. Metode analisis tabulasi silang yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendapatan usaha, permodalan usaha, keuntungan usaha, aset usaha, pengeluaran usaha, dan jumlah tenaga kerja dari kegiatan usaha para pelaku usaha penerima kredit (debitur) mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah menerima kredit, baik penerima kredit KUR maupun non KUR. Berdasarkan hasil model regresi cross section menunjukkan besarnya modal awal, jumlah tenaga kerja, jumlah kredit yang diterima, dan dummy untuk variabel jenis usaha (usaha selain dagang sebagai basis) signifikan berpengaruh positif terhadap omset usaha per bulan para penerima kredit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa alokasi penyaluran kredit produktif melalui skema KUR memiliki pengaruh yang nyata terhadap berbagai indikator perekonomian secara makro dan mampu meningkatkan kinerja unit usaha pelaku UMKM. Siwang (2012) mengenai Akses Terhadap Kredit Formal dan Keberhasilan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Sulawesi Tengah, Indonesia. Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis determinan akses kredit formal UMKM nonpertanian di Sulawesi Tengah dan untuk menentukan peran akses kredit bagi keberhasilan UMKM. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model logit dan OLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi terhadap akses kredit adalah pendidikan, nilai aset, dan usia pemilik usaha. Sementara hasil dari OLS model membuktikan bahwa batas kredit formal
11 memiliki peran positif dalam keberhasilan UMKM di Sulawesi Tengah sedangkan batas kredit informal secara tidak signifikan memengaruhi keuntungan karena ketidakmampuan pemberi pinjaman informal untuk memberikan jumlah kredit yang diperlukan oleh perusahaan. Selain batas kredit formal, variabel yang juga berpengaruh signifikan terhadap laba UMKM adalah usia dan pendapatan usaha. Huda (2010) tentang Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan Kredit UMKM yang diberikan kepada UMKM berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM yang sebagian besar adalah fakir miskin dan faktor lain yang memengaruhi perkembangan UMKM adalah usia, nilai aset, dan dummy kredit. Penyaluran kredit program CSR dari CGI dengan pihak ketiga yaitu LSM dan Baitul Maal Muamalat mengalami peningkatan sebesar 41.7 persen selama 2007-2009. Oktavi (2009) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Pembiayaan dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus: KJKS BMT Bina Umat Sejahtera, Lasem, Jawa Tengah). Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Biaya peminjaman, jangka waktu angsuran, dan ada tidaknya agunan adalah faktor yang memengaruhi secara signifikan pengambilan pembiayaan. Variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap pengembalian pembiayaan adalah biaya peminjaman. Tujuan pembiayaan usaha kecil masih belum sepenuhya tercapai yang ditunjukkan dengan besarnya pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan yang disebabkan karena pembiayaan yang diberikan hanya cukup untuk menutupi modal tetapi belum mampu menyebabkan peningkatan pendapatan. Bui (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan penggunaan keuangan mikro antara peminjam keuangan syariah dengan peminjam keuangan konvensional dalam keputusan mereka terhadap investasi bisnis, proyek peningkatan kualitas rumah dan pembelian barang konsumsi. Model probabilitas linier dan model regresi panel data digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Secara keseluruhan dari hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan investasi bisnis yang dilakukan peminjam. Hasil dari model yang digunakan tidak menemukan perbedaan tipe investasi antara peminjam keuangan syariah dengan peminjam keuangan konvensional berdasarkan usaha mikro mereka. Fatoki dan Asah (2011) menganalisis karakteristik perusahaan dan pengusaha terhadap akses pada lembaga keuangan di Afrika Selatan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini meliputi statistik deskriptif, korelasi Pearson dan regresi logistik. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan dan pengusaha berdampak pada akses pembiayaan. Berdasarkan Hasil korelasi Pearson dan regresi logistik faktor-faktor yang menunjukkan adanya hubungan positif terhadap akses pembiayaan dari lembaga keuangan dan secara signifikan lebih mungkin untuk berhasil dalam permohonan kredit mereka yaitu agunan yang dimiliki, informasi bisnis, lama usaha lebih dari lima tahun, jumlah karyawan lebih dari 50, berada di daerah perkotaan, dan memiliki kompetensi manajerial. Nguyen dan Luu (2013) menyelidiki faktor-faktor dari sisi perusahaan yang menentukan pola pembiayaan mereka dalam melakukan proyek investasi dan
12 keputusan perusahaan untuk memilih kredit informal, formal, atau keduanya. Model random-effect digunakan untuk menganalisis pola pembiayaan dalam melakukan proyek investasi dan Unordered-Multinomial Logistic untuk memperkirakan probabilitas pemilihan akses terhadap lembaga keuangan. Hasil estimasi RE menunjukkan karakteristik pemilik usaha (umur, etnis, dan gender) tidak memengaruhi pola pembiayaan mereka dalam melakukan proyek investasi sedangkan tingkat pendidikan pemilik usaha memiliki pengaruh positif. Perusahaan besar lebih mengandalkan pada permodalan dari bank. Perusahaan yang berlokasi di provinsi kecil sebagian besar mengandalkan modal sendiri dibandingkan modal dari bank maupun lembaga keuangan lainnya. Hasil dari metode Unordered-Multinomial Logistic menunjukkan semakin lama usaha dijalankan maka semakin besar kemungkinan sebuah perusaahaan tersebut mendapat akses terhadap lembaga keuangan. Perusahaan yang memiliki jaminan bernilai tinggi terutama tanah dan perusahaan yang berlokasi di daerah perkotaan lebih memilih pada lembaga formal daripada informal. Network yang dimiliki perusahaan secara signifikan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengakses bank dan lembaga keuangan lain. Karakteristik pemilik perusahaan yaitu usia, etnis, dan pengalaman profesional secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk meminjam dari lembaga formal. Akoten et al. (2006) menganalisis faktor yang memengaruhi akses ke berbagai sumber kredit untuk usaha mikro dan kecil serta mengidentifikasi dampak faktor tersebut terhadap keuntungan dan pertumbuhan lapangan kerja. Model probit multivariat dan OLS digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari estimasi probit multivariat menunjukkan pengusaha yang memiliki pengalaman yang kurang akan mengakses pada lembaga informal. Lama usaha berpengaruh secara signifikan terhadap meningkatnya akses pada kredit LKM. Perusahaan yang telah lama berdiri dan relatif besar cenderung mengakses pada lembaga perbankan. Hasil dari metode OLS menunjukkan bahwa usaha dijalankan oleh orang yang berstatus menikah, mendapatkan pelatihan, dan lama mendapatkan pendidikan akan memengaruhi keuntungan usaha. Faktor yang memengaruhi tingkat pertumbuhan lapangan kerja juga dipengaruhi oleh usaha dijalankan oleh orang yang berstatus menikah, mendapatkan pelatihan, lama mendapatkan pendidikan, dan memiliki kerabat di bisnis yang sama. Rahman (2010) menganalisis dampak program keuangan mikro syariah terhadap pengentasan kemiskinan dan pengembangan moral etika nasabah. Penelitian ini menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan model logit. Hasil analisis OLS menunjukan bahwa jumlah pinjaman, usia, jumlah angota keluarga, dan moral etika berpengaruh signifikan dan positif terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Hasil model logit menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, usia, dan lama menjadi anggota berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengembangan moral dan etika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara siginifikan terjadi pengembangan tingkat ibadah pada nasabah seperti shalat dan puasa. Adanya program investasi mikro syariah untuk mendorong etika dan perilaku ekonomi yang mengarah pada pengentasan kemiskinan.
13 Kerangka Pikir UMKM sebagai cikal bakal usaha besar yang kemampuannya harus terus ditingkatkan agar terus maju. Bantuan permodalan dan kemitraan dengan lembaga keuangan sangat diperlukan oleh UMKM untuk membantu mengatasi permasalahan, namun masih sulitnya UMKM dalam mengakses lembaga keuangan formal karena dihadapkan persoalan besarnya resiko yang dimiliki UMKM sehingga munculnya kekhawatiran dari lembaga keuangan formal mengenai pengembalian modal atau yang biasa sering terjadi yaitu kredit macet. Hal ini terkait karakter dari pelaku UMKM yang perlu memberikan keyakinan kepada lembaga keuangan bahwa pelaku UMKM yang akan diberikan pinjaman dapat dipercaya. Alternatif lain yang dimiliki oleh UMKM yaitu dengan mengandalkan lembaga keuangan mikro non formal yaitu BMT. BMT sebagai lembaga keuangan mikro yang berprinsip pada syariah ajaran Islam. BMT sebagai usaha mandiri yang mampu mengembangkan usaha produktif melalui peningkatan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha UMKM dengan mendorong kegiatan menabung dan memberikan tambahan modal dalam bentuk pembiayaan kegiatan ekonominya. Masyarakat mempercayakan kepada BMT yang berperan sebagai lembaga keuangan untuk menyimpan dananya supaya dikelola oleh BMT dengan kegiatan ekonominya. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis akses UMKM kepada BMT dan menganalisis pengaruh pembiayaan syariah pada perkembangan UMKM.
14
Keterbatasan akses terhadap modal
BMT memberi akses pembiayaan sistem bagi hasil dengan prosedur dan persyaratan yang terjangkau bagi UMKM
UMKM
BMT sebagai alternatif Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang menjangkau UMKM
Identifikasi akses terhadap BMT
UMKM
Dampak pemberian pembiayaan syariah oleh BMT pada perkembangan omset Rekomendasi bagi BMT dalam mengambil kebijakan terkait pembiayaan syariah Gambar 1 Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada nasabah/pelaku UMKM yang mendapat pembiayaan syariah dari Baitutamwil TAMZIS dan kepada pelaku UMKM yang tidak mendapat pembiayaan syariah. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi dan mendukung data primer yang ada. Data sekunder diperoleh melalui dokumen dan laporan tahunan dari Baitutamwil TAMZIS. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, buku, skripsi, thesis, dan jurnal yang terkait.
15 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitutamwil TAMZIS yang berlokasi di daerah Depok, Jawa Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan Baitutamwil TAMZIS sebagai Lembaga Keungan Mikro Syariah (LKMS) yang melakukan program pembiayaan syariah kepada nasabahnya. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2014. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode studi kasus kepada para pelaku UMKM melalui kuisioner dan wawancara serta penelusuran literatur terkait. Sampel dalam penentuan responden yang dipilih mengunakan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) dengan purposive sampling. Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu berjumlah 30 orang pelaku UMKM yang memperoleh pembiayaan syariah dari Baitutamwil TAMZIS selama periode 2011-2012 dan 30 orang pelaku UMKM yang tidak memperoleh pembiayaan syariah sebagai responden kontrol. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan data berupa fakta-fakta dari hasil wawancara kuisioner untuk mengetahui akses pelaku UMKM terhadap BMT dalam penyaluran pembiayaan syariah dan analisis data kuantitatif dilakukan untuk menampilkan data ke dalam bentuk Tabel serta untuk mengetahui pengaruh pemberian pembiayaan terhadap UMKM. Metode Regresi Logistik Pada penelitian ini metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi pelaku UMKM terhadap akses pembiayaan BMT. Model regresi logistik atau yang sering disebut logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon melalui model persamaan matematis tertentu (Firdaus et al, 2011). Model logit ini diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif (Juanda, 2009). Variabel yang digunakan di dalam model mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh Fatoki (2011) dan Siwang (2012). Berikut model regresi logistik dalam penelitian ini: Pi= F(Zi) = F(α+ βXi) =
–
16 Keterangan: Pi = Peluang pelaku UMKM untuk mengakses pembiayaan mikro syariah BMT (1 = Pelaku UMKM mendapat pembiayaan mikro syariah BMT, 0 = Pelaku UMKM tidak mendapat pembiayaan mikro syariah BMT) α = Intersep βi = Parameter peubah Xi X1 = Umur Responden (tahun) X2 = Lama Pendidikan (tahun) X3 = Jumlah Anggota Keluarga (orang) X4 = Lama Usaha (tahun) X5 = Omset Usaha (Rp) X6 = Total Aset (Rp) X7 = Jarak (Km) X8 = Jumlah Tabungan (Rp) D1 = Dummy Jenis Kelamin; (1 = laki-laki dan 0 = perempuan) D2 = Dummy Moral dan Etika; (1 = nilai di atas rata-rata 34.8 dan 0 = nilai di bawah rata-rata 34.8) Odds ratio sebagai rasio peluang terjadinya P1 yaitu mendapat pembiayaan mikro syariah BMT terhadap peluang terjadinya P0 yaitu tidak mendapat pembiayaan mikro syariah BMT. Odds ratio dilambangkan dengan Pi sebagai indikator responden untuk memilih pilihan 1. Nilai odds yang semakin besar menunjukkan besar peluang untuk mendapat pembiayaan mikro syariah BMT. Nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan 1 (mendapat pembiayaan mikro syariah BMT). Hubungan antara parameter dan odds ratio yaitu: OddsRasio = Keterangan: Pi =
Rasio peluang terjadi pilihan 1
Metode Ordinary Least Square (OLS) Penggunaan metode ini untuk menganalisis pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil. Metode regresi linier berganda, yaitu suatu teknik analisis data dalam membahas hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas. Regresi linear berganda merupakan regresi dimana variabel bebas yaitu variabel Y dalam hal ini adalah perkembangan keuntungan usaha yang dihubungkan dengan lebih dari satu variabel terikat. Model yang digunakan pada penelitian ini merupakan pengembangan model dari penelitian Rahman MM (2010) untuk menganalisis dampak pembiayaan mikro syariah. Variabel bebas yang digunakan yaitu umur, lama pendidikan, frekuensi pembiayaan, jumlah pembiayaan, lama usaha, perubahan omset usaha, total aset, tenaga kerja, moral etika, dan jumlah anggota keluarga. Metode OLS digunakan untuk mengetahui dampak pembiayan yang diberikan dengan variabel terikatnya, berikut model OLS dalam penelitian ini:
17 Ln Y = β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + β6 Ln X6 + ui Keterangan: Y = X1 X2 X3 X4 X5 X6
= = = = = =
Perkembangan Omset Usaha Responden BMT setelah memperoleh pembiayaan mikro syariah BMT (Rp) Frekuensi Pembiayaan Mikro Syariah BMT (kali) Lama Usaha (Tahun) Jumlah Pembiayaan Mikro Syariah BMT (Rp) Lama Pendidikan (tahun) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Total Aset (Rp) Definisi Operasional
Akses Pembiayaan
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Lama Pendidikan
:
Anggota Keluarga
:
Lama Usaha
:
Akses Pinjaman
:
Frekuensi Pembiayaan : Jumlah Pembiayaan
:
Omset Usaha
:
Aset
:
Tabungan
:
Jarak
:
Tenaga Kerja Etika dan Moral
: :
Akses responden dalam mendapatkan pembiayaan mikro syariah dengan peluang P1 = Pelaku UMKM mendapat pembiayaan mikro syariah BMT dan P0 = Pelaku UMKM tidak mendapat pembiayaan mikro syariah BMT. Usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir dalam satuan tahun. Jenis kelamin responden dengan Dummy 1 = laki-laki dan 0 = perempuan. Tingkat pendidikan formal yang sudah ditempuh oleh responden dalam satuan tahun. Jumlah total individu pada keluarga responden (orang). Lamanya waktu yang telah dijalani responden untuk melakukan usaha dalam satuan tahun. Akses responden terhadap pinjaman pada LKMS dengan Dummy 1 = memiliki pinjaman di LKMS dan 0 = tidak memiliki pinjaman di LKMS. Jumlah intensitas responden dalam memperoleh pembiayaan (kali). Besaran realisasi pembiayaan yang diterima responden pada periode 2012-2013 dalam satuan rupiah. Jumlah penerimaan kotor rata-rata responden dari hasil usaha dalam satuan rupiah. Jumlah aset lancar dan non lancar yang dimiliki responden dalam satuan rupiah. Total jumlah nilai tabungan yang dimili oleh responden dalam satuan rupiah. Jarak tempat usaha responden terhadap BMT dalam satuan kilometer. Jumlah total pekerja yang menjalankan usaha (orang). Tingkat kepatuhan ibadah responden tentang
18 kesadaran dan praktek pada kegiatan keagamaan yang berbeda. Skala likert empat poin digunakan untuk mengevaluasi perkembangan moral dan etika dengan pernyataan yang memiliki empat pilihan, yaitu: selalu (regular), sering, jarang, dan tidak sama sekali.
Gambaran Umum Baituttamwil Tamzis pertama kali berdiri pada 22 Juli 1992 dengan akta pendirian 12277/B.H/VI/XI/1994 yang berkantor pusat di Wonosobo. Saat ini Baituttamwil Tamzis telah memiliki 28 kantor cabang, salah satunya berada di Kota Depok yang mulai beroperasi sejak November 2011. Kegiatan TAMZIS pada awalnya lebih bersifat sosial, yaitu penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah. Perkembangan selanjutnya yaitu dalam bentuk simpanan/tabungan. Sebagian besar dari dana tersebut disalurkan kepada sektor mikro dan kecil sebagai modal kerja terutama yang ada di pasar-pasar tradisional. Kegiatan yang dilakukan Tamzis yaitu penghimpunan dan penyaluran dana. Produk penghimpunan dana berupa simpanan dalam bentuk Ijabah (Investasi berjangka mudharabah) dan simpanan yang menggunakan akad wadiah dinamakan Simpanan Mutiara. Penyaluran dana oleh Tamzis di antaranya dilakukan dalam bentuk pembiayaan mudharabah yaitu pembiayaan dengan pola bagi hasil, pembiayaan murabahah yang diperuntukkan bagi anggota yang berkeinginan untuk memiliki barang untuk kebutuhan usaha, pembiayaan jasa yang diperuntukkan bagi anggota untuk memenuhi kebutuhan berkaitan pendidikan, kesehatan, dan lain-lain serta pembiayaan sewa (ijaroh) yang diperuntukkan bagi anggota yang ingin menggunakan barang namun tidak berniat untuk memilikinya. Selain itu Tamzis juga membentuk lembaga sosial bernama Tamaddun yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak, wakaf tunai dan dana sosial lainnya. Dana tersebut bersumber dari zakat profesi dan infak karyawan TAMZIS, para anggota, dana sosial TAMZIS serta dari individu dan lembaga lainnya. Tabel 5 Jumlah Simpanan, Pembiayaan, Aset, dan Mitra BMT 2012-2013 Keterangan 2012 2013 Simpanan (Rupiah) 414 990 925 559 996 101 Mitra (orang) 524 836 Pembiayaan (Rupiah) 8 802 531 206 7 105 522 643 Mitra (orang) 95 281 Aset (Rupiah) 9 256 397 520 7 213 400 501 Potensi yang dimiliki Baituttamwil Tamzis cabang Kota Depok terdapat pada Tabel 5. Jumlah simpanan yang dimiliki BMT meningkat sebesar 34.94% dengan peningkatan jumlah mitra simpanan sebesar 59.37% sedangkan jumlah pembiayaan mengalami penurunan sebesar 19.27% akan tetapi jumlah mitra pembiayaan mengalami peningkatan hingga 197.21%. Nilai total aset yang dimiliki juga mengalami penurunan sebesar 22.07%.
19 Prosedur dan persyaratan pengajuan pembiayaan bagi nasabah Baituttamwil Tamzis tergolong mudah. Nasabah hanya perlu untuk mengisi formulir pengajuan pembiayaan dan menyerahkan fotokopi KTP, kartu keluarga, dan persyaratan lainnya kemudian nasabah bersedia untuk disurvei oleh petugas. Pencairan dana pembiayaan yang diajukan nasabah hanya membutuhkan waktu 2-5 hari dan nasabah tidak perlu datang ke kantor untuk mengajukan pembiayaan karena petugas BMT melakukan sistem jemput bola untuk proses pendaftaran hingga pembayaran cicilan. Pembayaran cicilan bagi nasabah juga dilakukan dengan sistem jemput bola oleh petugas yang dilakukan secara harian atau mingguan atau bulanan tergantung pada kesepakatan di awal akad.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pada penelitian ini responden yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 60 orang pemilik UMKM yang terdiri dari 30 responden yang mendapatkan pembiayaan mikro syariah BMT Tamzis dan 30 responden kontrol yang tidak mendapatkan pembiayaan mikro syariah BMT Khairu Tamzis. Pemilik UMKM yang bermitra dengan BMT pada penelitian ini yaitu berjumlah 12 orang laki-laki atau sebesar 40% dan 18 orang lainnya berjenis kelamin perempuan. Pada data responden kontrol pemilik UMKM dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 15 orang atau sebesar 50% dan 15 orang lainnya berjenis kelamin perempuan.
18
20 15
15
15
12
10 5 0
Responden BMT Laki-laki
Responden Kontrol Perempuan
Gambar 2 Jenis Kelamin Responden Pada Tabel 6 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat usia, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan lama usaha yang ditampilkan dalam bentuk statistik deskriptif. Rata-rata usia responden BMT adalah 42.1 dengan nilai standar deviasi sebesar 9.14 dan rata-rata usia responden kontrol adalah 38.70 dengan nilai standar deviasi 10.89. Nilai standar deviasi dari kedua responden menunjukkan bahwa usia responden sangat bervariasi atau beragam dan nilainya cukup tersebar dari rata-rata usia kedua jenis responden tersebut. Lama pendidikan responden BMT dengan rata-rata 11.27 tahun atau setara dengan kelas 2 SMA dan lama pendidikan responden kontrol dengan rata-rata 10.03 atau setara dengan kelas 1 SMA. Jumlah anggota keluarga rata-rata dari
20 kedua jenis responden sama yaitu 4 orang dan rata-rata lama usaha yang dijalankan oleh responden BMT berkisar 15 tahun sedangkan rata-rata lama usaha yang dijalankan oleh responden BMT berkisar 12 tahun. Tabel 6 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden Mean Nilai Nilai Variabel (Rata-rata) Minimum Maksimum Responden BMT Tingkat Usia 42.1 21 60 Lama Pendidikan 11.27 6 19 Jumlah Anggota Keluarga 3.73 2 5 Lama Usaha 15.23 2 33 Responden Kontrol Tingkat Usia 38.70 25 64 Lama Pendidikan 10.03 6 12 3.93 2 5 Jumlah Anggota Keluarga Lama Usaha 12.13 1 32
Standar Deviasi 9.14 2.64 0.94 7.96 10.89 2.22 0.91 8.19
Karakteristik Usaha Responden Jenis Usaha Responden Hasil penelitian di lapangan menunjukkan jenis usaha yang dijalani responden cukup beragam. Pada responden BMT sebanyak 27 orang atau 90% pelaku UMKM mendominasi sektor perdagangan meliputi penjual pakaian, alat tulis, aksesoris, dan sebagainya. Sedangkan 3 orang atau 10% pelaku UMKM bergerak di sektor industri pengolahan. Pada responden kontrol sebanyak 28 orang atau 93.37% pelaku UMKM bergerak di sektor perdagangan dan sisanya 3.33% di sektor jasa serta 3.33% di sektor industri pengolahan. 100.00%
10.00%
90.00%
3.33%
80.00% 70.00% 60.00% 50.00%
90.00%
40.00%
93.37%
30.00% 20.00% 10.00% 3.33%
0.00% Responden BMT Jasa
Perdagangan
Responden Kontrol Industri Pengolahan
Gambar 3 Jenis Usaha Reponden
21 Lama Usaha Responden Rata-rata lama usaha responden BMT yaitu 15 tahun dengan standar deviasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 7.96 menunjukkan tingginya keragamaan nilai lama usaha. Pada Tabel 7 menunjukkan lama usaha responden BMT paling banyak berada pada interval kurang dari 12 tahun sebesar 50%, sisanya berada pada interval 12-23 tahun sebesar 36.7% dan lebih dari 23 tahun sebesar 13.3%. Rata-rata lama usaha reponden kontrol yaitu 12 tahun dengan nilai standar deviasi sebesar 8.19. Lama usaha responden kontrol paling banyak berada pada interval 12-23 tahun sebesar 46.7%, sisanya berada pada interval kurang dari 12 tahun sebesar 36.7% dan lebih dari 23 tahun sebesar 16.7%. Banyaknya responden dengan lama usaha dibawah 12 tahun yang mendapatkan pembiayaan dari BMT menunjukkan bahwa BMT sebagai lembaga keuangan mikro memberi kepercayaan kepada pelaku UMKM yang baru menjalankan usahanya untuk mengembangkan usahanya sedangkan lembaga keuangan formal lebih mempercayakan pemberian pinjaman kepada UMKM yang sudah lama menjalankan usahanya untuk mengurangi resiko gagal pengembalian pinjaman sehingga sulit bagi UMKM yang baru menjalankan usaha untuk mendapatkan pembiayaan. Tabel 7 Lama Usaha UMKM Responden Responden BMT Responden Kontrol Lama Usaha (tahun) Persentase Frekuensi Persentase (%) Frekuensi (%) <12 15 50 11 36.7 12-23 11 36.7 14 46.7 > 23 4 13.3 5 16.7 Penguasaan Aset Responden Penguasaan aset responden dibagi menjadi dua yaitu penguasaan aset lahan yang meliputi kepemilikan rumah, sawah, tanah, kolam, dan kios serta kepemilikan aset non lahan yang meliputi kepemilikan kendaraan dan perhiasan. Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah penguasaan baik aset lahan maupun non lahan dari responden BMT dengan responden kontrol. Penguasaan aset lahan bagi responden BMT lebih kecil dari responden kontrol yaitu sebesar 4.33% sedangkan penguasaan aset non lahan bagi responden BMT lebih besar dari responden kontrol yaitu sebesar 4.85%. Perbedaan jumlah penguasaan aset responden kontrol dan responden BMT mencapai 335.6 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa agunan/jaminan merupakan masalah bagi responden BMT dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan formal.
22 Tabel 8 Penguasaan Aset Lahan dan Non Lahan Responden Responden BMT Responden Kontrol Aset Nilai RataPersentase Nilai RataPersentas rata (Rupiah) (%) rata (Rupiah) e (%) Rumah 171 105 263 34.23 275 000 000 32.92 Sawah 50 000 000 10.00 90 000 000 10.77 Tanah 57 870 000 11.58 209 000 000 25.02 Kolam 50 000 000 10.00 Kios 33 500 000 6.70 68 000 000 8.14 Total Aset Lahan 362 475 263 72.51 642 000 000 76.84 Kendaraan 134 671 296 26.94 184 597 685 22.09 Perhiasan 2 740 000 0.55 8 880 000 1.06 Total Aset Non 137 411 296 27.49 193 477 685 23.16 Lahan Total Aset 499 886 559 100 835 477 685 100 Jenis aset yang paling banyak dimiliki oleh responden BMT dan responden kontrol adalah aset lahan. Penguasaan aset lahan oleh responden BMT adalah sebesar 72.51% dengan nilai rata-rata sebesar 362.4 juta rupiah. Nilai aset lahan yang dimiliki responden kontrol 76.84% dengan nilai rata-rata sebesar 642 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aset yang dimiliki merupakan aset lahan yang bersifat non-liquid sehingga lebih sulit untuk dicairkan menjadi modal usaha. Akses Rumah Tangga Responden pada Lembaga Keuangan Akses Simpanan Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan Hasil penelitian pada Tabel 9 menunjukkan bahwa responden kontrol memiliki akses yang cukup besar pada lembaga formal, yaitu sebesar 100% pelaku UMKM memiliki simpanan pada perbankan dengan total rata-rata simpanan sebesar 6.53 juta rupiah sedangkan bagi responden BMT sebesar 612 ribu rupiah rupiah sebanyak 12 orang. Akses responden BMT pada lembaga keuangan formal digunakan untuk mempermudah responden dalam hal transaksi pembayaran seperti transfer. Alasan utama pemilihan akses simpanan pada BMT yaitu karena adanya sistem jemput bola yang memudahkan responden untuk menabung. Hal lain juga dikarenakan bahwa setiap mitra BMT yang mengajukan pinjaman diwajibkan untuk menjadi anggota di BMT tersebut.
23 Tabel 9 Akses Simpanan Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan Responden BMT Responden Kontrol Nilai RataNilai RataAkses Simpanan rata Partisipasi rata Partisipasi (Rupiah) (Rupiah) Formal 612 500 6 533 667 n= 12 n=30 Bank (40%) (100%) Semi Formal 859 363 n=30 BMT (100%) 500 000 n=1 Koperasi Simpan Pinjam (3.33%) Akses Pinjaman Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan Berdasarkan presentase pada Tabel 10, responden kontrol lebih banyak memiliki akses terhadap pinjaman lembaga keuangan formal dari pada responden BMT. Responden kontrol memiliki akses sebesar 96.67% pada bank umum dan 3.33% pada BPR, sedangkan responden BMT memiliki akses sebesar 10% pada bank umum. Jumlah rata-rata nilai pembiayaan yang diberikan oleh BMT sebesar 11.7 juta rupiah yaitu hanya sebesar ¼ dari jumlah pinjaman responden pada lembaga keuangan formal. Hal ini menunjukkan BMT belum menjadi lembaga keuangan utama bagi pelaku UMKM untuk memenuhi kebutuhan modalnya yang masih memberikan pembiayaan dalam jumlah kecil. Tabel 10 Akses Pinjaman Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan Responden BMT Responden Kontrol Akses Pinjaman Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata Partisipasi Partisipasi (Rupiah) (Rupiah) Formal Bank umum 13 666 667 33 344 828 n=3 n = 29 (10%) (96.67%) BPR 15 000 000 n=1 (3.33%) Semi Formal BMT 11 700 000 n = 30 (100%) Informal Saudara 4 333 333 n=3 (10%) Lembaga formal yang dituju oleh responden BMT yaitu BRI dengan alasan lokasi yang terjangkau dengan pasar yaitu BRI sebesar 70% kemudian diikuti oleh Mandiri sebesar 16.67% dan sisanya pada BNI sebesar 3.33%, Mega sebesar 3.33%, Niaga sebesar 3.33%, serta BPR sebesar 3.33%. Alasan dari responden
24 kontrol memilih lembaga keuangan formal yaitu dikarenakan mudah dan aman (37%), lokasi yang terjangkau (30%), fasilitas (23%), dan pelayanan yang baik (10%). Adapun alasan responden mengajukan pinjaman pada BMT terdapat pada Tabel 11. Tabel 11 Alasan Pengajuan BMT Sebagai Pembiayaan Alasan Mengajukan Pembiayaan pada BMT Tamzis Persentase (%) Persyaratan Mudah 32.80% Sistem jemput bola dan kedekatan personal 31.20% Pencairan dana cepat 21.90% Biaya administrasi rendah 7.80% Sistem syariah 4.70% Margin rendah 1.60% Total 100% Nasabah tidak merasa sulit dalam memenuhi persyaratan dalam pengajuan pembiayaan sehingga menjadikannya alasan utama dalam memilih lembaga keuangan. Sistem jemput bola yang dilakukan petugas BMT juga menjadikannya andalan bagi responden untuk mempermudah transaksi pelunasan. Alasan pemilihan karena adanya sistem syariah oleh responden hanya sebesar 4.70%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penerapan sistem syariah pada BMT bukanlah alasan bagi pelaku UMKM untuk memilih lembaga keuangan dan hal ini membuktikan bahwa responden secara umum dapat dikatakan bukanlah seorang sharia loyalist karena terdapat 10% dari responden yang mengakses pada lembaga keuangan konvensional serta penjelasan akad sistem syariah oleh petugas BMT tidak secara keseluruhan dapat dipahami oleh nasabah.
7% Mudharabah Murabahah 93%
Gambar 4 Jenis Pembiayaan Responden BMT Pada Gambar 4 menunjukkan hasil penelitian di lapangan bahwa jenis akad pembiayaan syariah yang diperoleh oleh responden BMT adalah akad Mudharabah sebesar 93% dan akad murabahah sebesar 7%. Akad mudharabah merupakan akad dengan prinsip bagi hasil dengan penentuan porsi bagi hasil di awal akad sebesar 60:40, 70:30, dan lainnya sesuai kesepakatan yang dihitung dari total pendapatan pelaku UMKM. Akad murabahah merupakan akad dengan prinsip jual beli dengan penentuan nilai beli barang dan tambahan keuntungan di awal akad sesuai kesepakatan.
25 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Responden Karakteristik struktur pendapatan rumah tangga responden terdiri dari pendapatan usaha dan pendapatan lain di luar usaha seperti pendapatan dari gaji, kiriman uang, sewa aset, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan terbesar responden BMT berasal dari pendapatan usaha perdagangan sebesar 44.22% dan pendapatan kedua tebesar responden BMT yaitu dari sektor industri sebesar 41.73%. Hasil tersebut sesuai dengan data usaha responden BMT yang mendominasi sektor usaha perdagangan sebesar 90% seperti usaha barang kelontong, toiletries, bahan pangan, pakaian, dan lain-lain. Pada responden kontrol pendapatan terbesar berasal dari pendapatan usaha perdagangan sebesar 41.89% dan pendapatan kedua terbesar berasal dari sektor industri sebesar 24.49%. Tabel 12 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Responden Responden BMT Sumber Pendapatan Perdagangan Industri Jasa Gaji Kiriman Sewa Aset Total
Rata-rata per Tahun (Rupiah) 90 924 000 85 802 444 15 700 000 1 800 000 11 400 000 205 626 444
Responden Kontrol
Persentase (%)
Rata-rata per Tahun (Rupiah)
44.22 41.73 7.64 0.88 5.54 100
110 940 900 64 853 000 42 874 000 20 570 000 2 400 000 23 211 111 295 230 968
Persentase (%) 41.89 24.49 16.19 7.77 0.91 8.76 100
Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap Perkembangan UMKM Pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh BMT ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha yang dijalani para pelaku UMKM. Pembiayaan yang diperoleh responden BMT digunakan untuk meningkatkan omset penjualan yang akan berdampak pada peningkatan omset usaha. Pada Tabel 13 menunjukkan perbandingan omset usaha yang didapat oleh pelaku UMKM sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan mikro syariah dari BMT. Tabel 13 Dampak Pembiayaan Syariah BMT terhadap Omset Usaha Omset Rata-rata per Tahun Perkembangan Omset (Rupiah) Usaha Sektor Usaha Sebelum Setelah Jumlah Persentase Mendapat Mendapat (Rupiah) (%) Pembiayaan Pembiayaan Perdagangan 429 246 296 570 459 259 141 212 963 32.89 Industri 324 600 000 414 600 000 90 000 000 27.72 Rata-rata 376 923 148 492 529 630 115 606 481 30.31
26 Jenis usaha yang dijalankan oleh responden BMT yaitu sektor perdagangan dan industri. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor usaha perdagangan dan sektor industri yang dijalankan oleh responden BMT, keduanya menunjukkan perkembangan usaha dalam bentuk peningkatan omset usaha. Peningkatan omset usaha sektor perdagangan lebih besar dari sektor industri yaitu sebesar 32.89% sedangkan peningkatan omset usaha untuk sektor industri yaitu sebesar 27.72%. Berdasarkan persepsi nasabah, dampak pembiayaan mikro syariah yang diberikan menunjukkan sebesar 73.33% usaha telah mengalami perkembangan. Hal ini dikarenakan pembiayaan yang diberikan di antaranya digunakan yaitu untuk menambah modal usaha (8 orang), meningkatkan omset dan keuntungan usaha (10 orang), dan menambah jangkauan pemasaran (4 orang). Sebesar 26.67% atau sebanyak 8 orang pelaku UMKM menyatakan bahwa pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha yang dikarenakan adanya persaingan usaha, berkurangnya jumlah pembeli, pembiayaan yang diberikan hanya memutar modal, pembiayaan yang diberikan hanya menambah stok barang, dan pembiayaan yang diberikan digunakan untuk konsumsi. Masih adanya penyimpangan dalam penggunaan pembiayaan yang diberikan untuk konsumsi menunjukkan adanya perilaku moral hazard pada responden yang menjadikan alasan tidak berkembangnya usaha. Tabel 14 Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap UMKM Berkembang atau Persentase Alasan Tidak (%) Usaha Berkembang Menambah modal usaha 26.67 Meningkatkan omset dan keuntungan usaha 33.33 Menambah jangkauan pemasaran 13.33 Total Usaha Berkembang 73.33 Usaha Tidak Adanya persaingan usaha 10.00 Berkembang atau Kurangnya pembeli Tetap 6.67 Pembiayaan yang diberikan hanya memutar modal 3.33 Pembiayaan yang diberikan hanya menambah stok barang 3.33 Pembiayaan yang diberikan digunakan untuk konsumsi 3.33 Total Usaha Tidak Berkembang atau Tetap 26.67 Faktor-faktor yang Memengaruhi Akses UMKM terhadap Pembiayaan Mikro Syariah BMT Pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh BMT membantu pelaku UMKM dalam mendapatkan tambahan modal. Faktor-faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dianalisis dengan menggunakan model logit. Hasil dari model logit menunjukkan sebesar 86.7% model mampu mengklasifikasikan responden yang mengakses dan tidak mengakses pembiayaan mikro syariah BMT. Hasil pendugaan parameter
27 mengklasifikasikan responden yang tidak mengakses pembiayaan mikro syariah sebesar 86,7% dan responden yang mengakses pembiayaan mikro syariah sebesar 86.7%. Tabel 15 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit Prediksi Tidak mengakses Mengakses Observasi pembiayaan pembiayaan mikro mikro syariah Tidak mengakses 26 4 pembiayaan mikro Mengakses pembiayaan 4 26 mikro syariah Overall Percentage
Percentage Correct 86.7 86.7 86.7
Hasil uji Chi-Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai ChiSquare sebesar 4.245 dengan p-value 0.834 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan syariah BMT. Tabel 15 menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi peluang akses UMKM terhadap pembiayaan syariah BMT. Variabel yang signifikan pada taraf nyata 5% adalah lama usaha dan jumlah tabungan serta variabel yang signifikan pada taraf nyata 1% adalah omset usaha dan total aset. Tabel 16 Faktor-faktor yang Memengaruhi Akses UMKM terhadap Pembiayaan Syariah BMT Metode Logit Variabel Parameter P-value Odds Ratio Konstanta -0.253 Umur -0.593 Jenis Kelamin 0.276 Pendidikan -0.421 Jumlah Anggota Keluarga 0.015 Lama Usaha 1.724 Omset Usaha 1.946 Total Aset -4.259 Jarak 0.153 Dummy moral etika -1.271 Jumlah Tabungan -2.460 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5% ** signifikan pada taraf nyata 1%
0.782 0.202 0.750 0.361 0.969 0.040* 0.004** 0.006** 0.897 0.212 0.027*
0.777 0.553 1.317 0.656 1.015 5.607 6.998 0.014 1.165 0.281 0.085
Berdasarkan nilai odds ratio, lama usaha memiliki nilai odds ratio sebesar 5.607 dengan nilai parameter positif yang artinya semakin tinggi lama usaha yang dijalankan oleh pelaku UMKM maka peluang untuk mengakses pembiayaan
28 mikro syariah BMT sebesar 5.607 kali lebih besar dibanding pelaku UMKM dengan lama usaha yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatoki dan Asah (2011). UMKM dengan lama usaha yang lebih tinggi memiliki pendapatan yang lebih stabil dibandingkan UMKM dengan usaha yang lebih rendah. Variabel omset usaha memiliki nilai odds ratio sebesar 6.998 dengan nilai parameter positif. Hal ini diartikan semakin besar omset usaha yang dimiliki oleh pelaku UMKM, maka peluang untuk mengakses pembiayaan mikro syariah BMT yaitu sebesar 6.998 kali lebih besar dibanding pelaku UMKM dengan omset usaha yang lebih kecil. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2012). Besarnya omset usaha menunjukkan besarnya usaha yang dijalankan pelaku UMKM sehingga memiliki kemampuan lebih untuk membayar pengembalian pinjaman. Variabel total aset memiliki nilai odds ratio sebesar 0.014 dengan nilai parameter negatif yang artinya pelaku UMKM dengan total aset yang lebih besar memiliki peluang sebesar 0.014 kali lebih kecil untuk mengakses pembiayaan mikro syariah BMT dibanding pelaku UMKM yang memiliki total aset yang lebih besar. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa BMT lebih banyak memberikan pinjaman kepada pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya dibandingkan kepada usaha besar, sedangkan pelaku usaha yang memiliki total aset lebih besar umumnya mengakses pembiayaan pada lembaga keungan formal. Variabel jumlah tabungan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.085 dengan nilai parameter negatif yang artinya pelaku UMKM dengan jumlah tabungan yang lebih besar memiliki peluang sebesar 0.085 kali lebih kecil untuk mengakses pembiayaan mikro syariah BMT dibanding pelaku UMKM yang memiliki jumlah tabungan yang lebih besar. Variabel nilai jumlah tabungan termasuk bagian harta kepemilikan responden yang dapat dinilai sebagai jaminan. Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak pelaku UMKM dengan jumlah tabungan kecil mengakses pada BMT dari pada lembaga keuangan formal. Hal ini dikarenakan pelaku usaha dengan jaminan yang besar lebih banyak mengakses pada lembaga keuangan formal. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siwang (2012) bahwa semakin besar aset yang dimiliki pelaku UMKM sebagai jaminan maka semakin besar peluang pelaku usaha untuk mengakses pada lembaga keuangan formal karena lembaga keuangan formal lebih mempercayakan pemberian pinjaman kepada UMKM dengan jaminan bernilai tinggi. Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap Perkembangan Usaha dengan OLS (Ordinary Least Square) Pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh BMT diharapkan memberikan dampak positif dan dapat membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. Analisis dampak pembiayaan mikro syariah BMT terhadap perkembangan usaha menggunakan metode Ordinary Least Square. Hasil dari metode OLS menunjukkan nilai R-square sebesar 84.67 yang artinya 84.67% keragaman nilai perkembangan usaha UMKM berdasarkan nilai perkembangan omset dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel penjelas dalam model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Hasil olahan data dengan model OLS pada penelitian ini tidak terdapat pelanggaran mutikolinearitas,
29 autokorelasi dan heteroskedastisitas pada model. Hal ini dibuktikan oleh nilai VIF (Varian Inflated Factor), nilai Durbin Watson dan nilai probabilitas Obs*Rsquared (uji Harvey). Variabel yang signifikan pada signifikan pada taraf nyata 1% adalah frekuensi pembiayaan dan variabel yang signifikan pada taraf nyata 10% adalah lama usaha dan jumlah pembiayaan. Tabel 17 Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Perkembangan Omset Usaha Model OLS Variabel Parameter P-value Konstanta 10.85385 0.0000 Ln Frekuensi Pembiayaan 0.556032 0.0091** Ln Lama Usaha 0.264813 0.0734* Ln Jumlah Pembiayaan 0.195178 0.0620* Ln Pendidikan 0.281367 0.5539 Ln Tenaga Kerja -0.245530 0.3881 Ln Total Aset 0.141693 0.4317 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10% ** signifikan pada taraf nyata 1% Variabel frekuensi pembiayaan memiliki nilai koefisien parameter sebesar 0.556032 dan signifikan pada taraf nyata 1%. Hal ini diartikan bahwa peningkatan frekuensi pembiayaan sebesar 1% akan meningkatkan perkembangan omset usaha sebesar 0.55% per tahun, ceteris paribus. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012) yang menyatakan frekuensi pembiayaan berpengaruh secara negatif sedangkan pada penelitian ini frekuensi pembiayaan memiliki pengaruh positif terhadap besarnya perkembangan omset usaha responden yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi pembiayaan yang diterima responden maka akan semakin tinggi perubahan omset usaha responden. . Variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap perkembangan omset dengan koefisien parameter sebesar 0.264813 pada taraf nyata 10%. Ini berarti semakin lama usaha responden maka akan semakin tinggi perubahan omset usaha responden yaitu dengan peningkatan lama usaha sebesar 1% akan meningkatkan omset usaha sebesar 0.26%, ceteris paribus.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Puspitasari (2012). Semakin lama usaha maka pelaku UMKM semakin mampu meningkatkan strategi dalam mengelola usaha dan mampu menyesuaikan usaha dengan kondisi pasar sehingga usaha yang dijalankan semakin dikelola dengan baik dan mampu meningkatkan omset. Jumlah pembiayaan memiliki pengaruh positif terhadap besarnya perkembangan omset usaha responden yang menunjukkan semakin besar jumlah pembiayaan yang diterima responden maka akan semakin besar perubahan omset usaha responden. Koefisien parameter variabel jumlah pembiayaan sebesar 0.195178 dengan taraf nyata 10%. Hal ini diartikan bahwa peningkatan jumlah pembiayaan sebesar 1% akan meningkatkan perkembangan omset usaha sebesar 0.19% per tahun, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Septiana (2013). Jumlah pembiayaan yang semakin meningkat membantu tambahan modal pelaku UMKM sehingga dapat meningkatkan usaha.
30 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1.
2.
3.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan akses rumah tangga responden, nilai rata-rata simpanan dan pinjaman responden kontrol pada lembaga keuangan formal lebih besar dibandingkan responden BMT. Responden BMT selain memiliki akses tabungan dan pinjaman pada lembaga keuangan semiformal (BMT), responden BMT juga memiliki akses tabungan dan pinjaman pada formal (Bank) dengan nilai rata-rata pinjaman yang lebih besar pada lembaga formal (Bank). Hal ini menunjukkan BMT masih bersifat komplementer sebagai lembaga keuangan yang menunjang kebutuhan keuangan responden. Faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dengan nilai parameter positif adalah lama usaha dan omset usaha dengan nilai odds ratio sebesar 5.607 dan 6.998 sedangkan variabel yang memengaruhi dengan nilai parameter negatif adalah total aset dan jumlah tabungan dengan nilai odds ratio sebesar 0.014 dan 0.085. Jumlah pembiayaan mikro syariah berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha UMKM yang dilihat dari perkembangan omset dengan peningkatan omset usaha sebesar 115 juta rupiah atau 30.31%. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai perkembangan omset adalah frekuensi pembiayaan, lama usaha, dan jumlah pembiayaan. Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan yang diberikan oleh BMT mampu meningkatkan omset usaha, oleh karena itu saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah: 1. BMT diharapkan mempertahankan keunggulannya dalam hal pelayanan yang memberikan kemudahan persyaratan pengajuan dan sistem jemput bola yang menjadikan alasan utama responden memilih BMT sebagai lembaga keuangan utama dalam menunjang kebutuhan keuangan. 2. BMT masih mendominasi pemberian pembiayaan kepada sektor perdagangan sehingga diharapkan dapat memperluas pembiayaan yang diberikan kepada sektor industri dan jasa. 3. BMT dapat melihat rekam jejak nasabah dalam melakukan moral hazard untuk menilai kelayakan nasabah dalam menerima pembiayaan. Hal ini menjadi acuan BMT dalam meningkatkan frekuensi dan jumlah pembiayaan pada nasabah.
31 DAFTAR PUSTAKA Akoten JE, Sawada Y, Otsuka K. 2006. The Determinants of Credit Access and Its Impacts on Micro and Small Enterprises: The Case of Garment Producers in Kenya. Economic Development and Cultural Change Journal. 54(4): 927-943. Antonio MS. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani. [BI] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah. [internet]. [diunduh 2014 Januari 20]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id. Bank Indonesia. 2005. Strategi Optimalisasi Peran UMKM dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Bui N. 2013. Different Uses of Microfinance Among Conventional and Islamic Borrowers: Evidence from Jordan. [Tesis]. San Francisco: USF. Chotim, EE, Handayani, AD. 2001. Lembaga Keuangan Mikro Dalam Sejarah. Jurnal Analisis Sosial. 6(3):11-29. Firdaus M, Harmini, Farid. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Fatoki O, Asah F. 2011. The Impact of Firm and Entrepreneurial Characteristics on Access to Debt Finance by SMEs in KingWilliams’ Town, South Africa. International Journal of Business and Management. 6(8): 170-179. Huda AM. 2010. Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID) : IPB Press. Jumhur. 2009. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Di Kota Pontianak (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan dari BMT). Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 16(2):85-96. [KEMENKOP] Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012. [internet]. [diunduh 2013 Desember 3]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id. Nguyen N, Luu N. 2013. Determinants of Financing Pattern and Access to Formal -Informal Credit: The Case of Small and Medium Sized Enterprises in Viet Nam. Journal of Management Research. 5(2): 240-259. Nuruddarajat A. 2013. Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis Anggotanya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Oktavi S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Pembiayaan dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus: KJKS BMT Bina Umat Sejahtera, Lasem, Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Partomo TS, Soejoedono AR. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Primiana I. 2009. Menggerakkan Sektor Rill UKM & Industri. Bandung: Alfabeta. Puspitasari H. 2012. Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha (Kasus: BMT Tadbirul
32 Ummah, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahman MM. 2010. Islamic Micro-Finance Programme and Its Impact On Rural Poverty Alleviation. Jurnal Internasional Perbankan dan Keuangan. 7(1): 119-138. Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Ritonga IA. 2013. Analisis Faktor Yang Memengaruhi Akses Dan Pembatasan Kredit Pada UMKM Di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Septiana RM. 2013. Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan keuntungan UMKM Di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siwang RS. 2012. Access To Formal Credit And The Success Of Micro, Small, And Medium Enterprises In Central Sulawesi, Indonesia. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keungan Syariah. Jakarta: Kencana. Soetrisno N. 2005. Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM Dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta: STEKPI. Sudarsono H. 2008. Bank dan Lembaga Keungan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia. Supriyanto. 2006. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 3(1): 1-17. Tambunan T. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Wahid N. 2011. Peranan Kredit Produktif UMKM Dalam Perekonomian Indonesia : Pendekatan Makro Dan Mikro. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijono W. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Jakarta. Widyanto. 2000. Kemampuan Baitul Maal Wat Tamwil Kota Semarang dalam Menjangkau Pengusaha Kecil, Mengelola Dana, Menghimpun serta Menyalurkan ZIZ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 1(2): 95-104.
33 Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Responden BMT KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana akses Bapak/Ibu pelaku UMKM kepada lembaga keuangan syariah (BMT) dan dampaknya terhadap pendapatan. Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, maka jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Pewawancara Hari/Tanggal wawancara Jam
: : :
IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden Jenis Kelamin Alamat Lengkap
: : 1. Laki-laki : RT: Desa: Kecamatan:
2. Perempuan RW:
34 A. Karakteristik Usaha Responden No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Jenis Usaha* Lama Usaha Status Badan Hukum Usaha** Modal saat berdiri
: ……………………… : …………........(tahun) : ……………………… : Rp….………………..
Keterangan : *Kode satu untuk jenis usaha 1 = Perdagangan 2 = Jasa 3 = Produksi (Industri Rumah Tangga) a. Produksi makanan dan minuman b. Kerajinan tangan (handicraft, dompet, tas) 4= Peternakan (ayam, bebek, ikan, kambing, sapi 5= Bertani (pemilik maupun penggarap) 6= Hortikultura (tanaman hias, sayuran, tanaman obat) **Kode tiga untuk badan usaha 1 = Berbadan hukum 2 = Tidak berbadan hukum B. Komposisi Rumah Tangga (Yang Tinggal dalam Satu Rumah dan Masih dibiayai) No.
Nama
Umur (tahun)
Kode 1 1 = Kepala keluarga 2 = Istri 3 = Anak 4 = lainnya (sebutkan) 5 = Ibu rumah tangga 6 = Lainnya
Pendidikan* Status (tahun) Kode 1
Status Lama Bekerja Kode 2 (tahun)
Kode 2 *)Berdasarkan lama sekolah 1 = Petani Pemilik Tamat SD = 6 th 2 = Pedagang, SMP kelas 1 = 7 th 3 = Pengrajin (industri) Tamat SMP = 9 th 4 = Pelaku Jasa Tamat SMA = 12 thn dst
35 C. Akses terhadap Modal (Tabungan, Kredit, Modal Sendiri) C.1. Akses Terhadap Lembaga Keuangan Nama Lembaga Kode 1
Tabungan Tahun
Jumlah
Alasan Pemilihan Kode 2
Kode 1: 1. Bank (Tuliskan nama bank), 2. Non Bank (Koperasi, Dana Pensiun, Asuransi) Kode 2: 1 = Bunga/bagi hasil tinggi, 2 = Mudah dan aman, 3 = Lokasi terjangkau, 4 = Pelayanan baik 5 = Aspek Agama, 6 = Fasilitas, 7 = Status badan hukum, 8 = gaji, 9 = lainnya
Apakah pernah mengajukan pinjaman? Ya/ Tidak Jika Ya, nama lembaga:……………………..a. Diterima b. Ditolak Jika ditolak, apa alasan penolakan: a. Tidak memiliki agunan. b. Fluktuasi pendapatan c. Masih pendeknya masa usaha. d. lain-lain, sebutkan………………………………. Jika Tidak pernah mengajukan, mengapa? a. Tidak membutuhkan modal tambahan b. Tidak sesuai syariah/ tidak murni agama c. Tidak ada akses ke lembaga keuangan d. suku bunga tinggi e. lain-lain, sebutkan………………………………… C.2. Pinjaman/Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Formal (Bank)
Nama Lembaga
Tahun Perolehan
Sistem Kode Kredit 1
Kode 1: 1 = Konvensional
Pinjaman Lama Lama Jangka Suku Menjadi Pengajuan Realisasi Pencairan Waktu Bunga (%) Nasabah (Rp) (Rp) (tahun)
; 2 = Syariah
36 C.3. Pinjaman pada Lembaga Keuangan Semi Formal dan Non Formal serta Pinjaman pada Non Lembaga Sistem Kredit Kode 1
Tahun Perolehan
Pinjaman Sistem Penggunaan Alasan Kredit Pengajuan Realisasi Kredit Pemilihan Kode 2 (Rp) Kode 3 Kode 4 (Rp)
Kode 1: 1 = Rentenir 2 = Pengusaha dalam satu desa 3 = Kredit Program Pemerintah 4 = Perkumpulan Simpan Pinjam 5 = Koperasi 6 = Pembiayaan Syariah (BMT) 7 = Saudara 8 = Tetangga/Teman 9 = lainnya (sebutkan)
Kode 3: 1 = Produksi 2 = Konsumsi a. Kebutuhan Sehari-hari b. Biaya Sekolah 3 = Produksi dan Konsumsi
Kode 4: 1 = Persyaratan mudah 2 = Tidak ada jaminan 3 = Bunga rendah 4 = Biaya administrasi rendah 5 = Sistem syariah 6 = Lokasi terjangkau 7=Pencairan dana cepat 8 = Jangka waktu Pembayaran lama 9 = lainnya (sebutkan)
Kode 2: 1 = konvensional, 2 = syariah
C.4. Kepemilikan Aset Non Lahan Kategori 1. Kendaraan D. Mobil E. Motor 2. Perhiasan 3. Ternak 4. Kios/Lapak 5. 6. 7. 8.
Jumlah
Nilai
C.5 Penguasaan Aset Lahan (khususnya responden petani & responden jasa/dagang/Kios/Lapak Kategori Rumah Sawah Tanah
Luas
Nilai
Status Kode 1
37 Kandang Kolam Kios/Lapak Lainnya :
Kode 1: 1= milik
2= bagi hasil
3= gadai 4= numpang
D. Pelaksanaan Pembiayaan Syariah (Khusus Reponden BMT) D.1. Keragaan Kredit Jenis Pinjaman Pembiayaan Yang Ke Kode 1 Berapa?
Jangka Nisbah Sistem Ketepatan Waktu Bagi Hasil/ Pembayaran Waktu Pembiayaan Marjin (%) Kode 2 Pembayaran Kode 3
Kode 1: 1 = Mudharabah 2 = Musyarakah 3 = Murabahah 4 = Salam 5 = Istishna 6 = Ijarah
Kode 2: 1 = Harian 2 = Mingguan 3 = Bulanan 4 = Pola angsuran per musim panen 5 = lainnya (sebutkan)
Besar Cicilan (Rp)
Sanksi Keterlambatan Kode 4
Kode 3: 1 = Tidak pernah tepat waktu 2 = Jarang 3 = Kadang-kadang 4 = Sering 5 = Selalu tepat waktu
Kode 4: a. Ada sanksi, sebutkan…… b. Tidak ada sanksi Catatan: 1. Mudharabah: kerjasama antara dua pihak dimana shahibul maal menyediakan modal sedangkan mudharib menjadi pengelola dana dimana keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan di muka. 2. Musyarakah: perjanjian pembiayaan antara Lembaga keuangan Syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana Bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan di muka.
38 3. Murabahah: suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah. 4. Isthisna: pembiayaan jual beli yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah. 5. Ijarah: Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). D.2. Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Syariah BMT
Indikator Persyaratan
Pelaksanaan Pada Pembiayaan Syariah Kode 1
Pemenuhan Persyaratan Oleh Responden Kode 2
Batasan Besarnya Pinjaman Perizinan Usaha Administrasi: Biaya Fotokopi Cetak foto Biaya materai Transport Biaya buka rekening/tabungan Biaya administrasi Notaris/ pengikatan agunan Biaya asuransi Agunan/Jaminan Perencanaan Usaha (Business Plan) Membuka Tabungan Menjadi anggota (BMT/koperasi) Kode 1 : 1= Diwajibkan 2= Tidak diwajibkan 3= Tidak diperlukan
Kode 2 : 1 = Dilaksanakan secara penuh 2 = Dilaksanakan tidak secara penuh 3 = Tidak dilaksanakan sama sekali
Biaya (Rp)
39 D.3. Mekanisme atau Prosedur Pengajuan Pembiayaan dan Pengembalian Pembiayaan 1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dari pengajuan sampai dengan pencairan? A. 2-5 hari B. 1-2 minggu C. 2-4 minggu D. Lebih dari satu bulan 2. Berapa kali harus bolak-balik dalam proses pengajuan sampai pencairan? A. 2 kali B. 3 kali C. 4 kali D. 5 kali atau lebih 3. Untuk pengajuan, Apakah Bapak/Ibu harus datang ke BMT? 1. Ya 2. Tidak, sebutkan siapa yang membawa proposal ke BMT 4. Bagaimana proses pencairannya? A. Datang ke BMT (lembaga keuangan) B. Diantar Petugas C. Titip kepada teman D. Ditransfer ke rekening tertentu 5. Dalam pembiayaan, apakah petugas menginformasikan tentang akad apa yang digunakan? A. Ya B. Tidak 6. Apakah marjin atau bagi hasil yang digunakan dinegosiasikan (dirundingkan?) A. Ya B. Tidak 7. Bagaimana cara Bapak/Ibu membayar cicilan? A. Datang langsung ke BMT (lembaga keuangan) B. Dijemput Petugas C. Dipotong dari tabungan D. Transfer ke rekening bank tertentu E. Lainnya, sebutkan 8. Apakah saat ini Bapak/Ibu juga menjadi nasabah bank konvensional? A. Ya, Sebutkan………………… B. Tidak 9. Jika Ya, apakah ada perbedaan syariah dengan konvensional menurut Anda…. A. Ada, sebutkan……………… B. Tidak 10. Jika saat ini tidak menjadi nasabah keuangan formal, sebutkan alasannya? A Lokasi jauh B. Tidak Butuh modal C.Tidak suka berhutang D.Persyaratan rumit Lainnya, sebutkan __________________
40 E. Keragaan Pendapatan E.1. Data Perkembangan Usaha (Responden Kredit BMT) Sebelum Mendapat Pembiayaan Harga (Rp) Volume (unit) Nilai (Rp)
Rincian
Setelah Mendapat Pembiayaan Harga (Rp) Volume (unit) Nilai (Rp)
Omset* -Omset per hari -Omset per bulan -Omset per tahun Tenaga Kerja -Tenaga Kerja Dalam Keluarga -Tenaga Kerja Luar Keluarga Biaya -Biaya sewa -Biaya transport -Biaya bahan baku -Biaya komunikasi -Biaya lain Keuntungan Catatan : Jumlah hari beroperasi dalam satu minggu? _____ hari per minggu *) Tiap UMKM memiliki omset yang berbeda (harian, bulanan, dan tahunan) sehingga fokus pada omset tahunan (Perhatikan transaksi). E.2. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Sumber Pemasukan A. Pendapatan Usaha Perdagangan B. Pendapatan Usaha Indusri C. Pendapatan Usaha Jasa D. Pendapatan/gaji (suami dan istri) E. Pendapatan dari anggota keluarga lain (kiriman) F. Pendapatan lain, sewa aset TOTAL
Bulan (Rp)
Tahun (Rp)
Rp
Rp
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
41 F. Etika dan Moral Responden
Pernyataan
Selalu (regular)
Intensitas Sering Jarang
Tidak Pernah
Ibadah Shalat Wajib Ibadah Shalat Sunnat (Rawatib, dhuha) Shalat Berjama’ah Membaca Al-quran Berpuasa Membayar zakat Memberikan infaq, shadaqah Beribadah haji Beribadah umrah Mengikuti kegiatan pengajian Berpartisipasi dalam kegiatan sosial Melakukan kegiatan dengan sistem bunga Konflik Keluarga G. Persepsi Nasabah mengenai BMT dan dampaknya (Hanya untuk responden BMT) 1. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya pemberian pembiayaan syariah dari BMT….., usaha yang dijalankan menjadi lebih berkembang? Berikan alasannya! Berkembang Alasan: 1. Pembiayaan yang diberikan menambah modal usaha 2. Peningkatan omset dan keuntungan 3. Adanya pemberian pembiayaan menambah jangkauan pemasaran 4. Lainnya (sebutkan) Tidak berkembang/tetap Alasan: 1. Jumlah pembiayaan yang diberikan kecil 2. Adanya persaingan usaha 3. Kurangnya pembeli 4. Pembiayaan yang diberikan hanya memutar modal 5. Pembiayaan yang diberikan hanya menambah stok barang 6. Pembiayaan yang diberikan digunakan untuk investasi 7. Pembiayaan yang diberikan digunakan untuk konsumsi 8. Lainnya (sebutkan) 2. Apakah Bapak/Ibu merasa sulit untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh BMT…. dalam mengakes pembiayaan syariah tersebut? 3. Apa saran Bapak untuk Perbaikan Layanan di BMT? (meliputi pembiayaan, tabungan dan layanan umum)
42 Lampiran 2 Kuisioner Penelitian Responden Kontrol
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana akses Bapak/Ibu pelaku UMKM kepada lembaga keuangan syariah (BMT) dan dampaknya terhadap pendapatan. Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, maka jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Pewawancara Hari/Tanggal wawancara Jam
: : :
IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden Jenis Kelamin Alamat Lengkap
: : 1. Laki-laki : RT: Desa: Kecamatan:
2. Perempuan RW:
43 A. Karakteristik Usaha Responden No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Jenis Usaha* Lama Usaha Status Badan Hukum Usaha** Modal saat berdiri
: ……………………… : …………........(tahun) : ……………………… : Rp….………………..
Keterangan : *Kode satu untuk jenis usaha 1 = Perdagangan 2 = Jasa 3 = Produksi (Industri Rumah Tangga) a. Produksi makanan dan minuman b. Kerajinan tangan (handicraft, dompet, tas) 4= Peternakan (ayam, bebek, ikan, kambing, sapi 5= Bertani (pemilik maupun penggarap) 6= Hortikultura (tanaman hias, sayuran, tanaman obat) **Kode tiga untuk badan usaha 1 = Berbadan hukum 2 = Tidak berbadan hukum B. Komposisi Rumah Tangga (Yang Tinggal dalam Satu Rumah dan Masih dibiayai) No.
Nama
Umur (tahun)
Kode 1 1 = Kepala keluarga 2 = Istri 3 = Anak 4 = lainnya (sebutkan) 5 = Ibu rumah tangga 6 = Lainnya
Pendidikan* Status (tahun) Kode 1
Status Lama Bekerja Kode 2 (tahun)
Kode 2 *)Berdasarkan lama sekolah 1 = Petani Pemilik Tamat SD = 6 th 2 = Pedagang, SMP kelas 1 = 7 th 3 = Pengrajin (industri) Tamat SMP = 9 th 4 = Pelaku Jasa Tamat SMA = 12 thn dst
44 C. Akses terhadap Modal (Tabungan, Kredit, Modal Sendiri) C.1. Akses Terhadap Lembaga Keuangan Nama Lembaga Kode 1
Tabungan Tahun
Jumlah
Alasan Pemilihan Kode 2
Kode 1: 1. Bank (Tuliskan nama bank), 2. Non Bank (Koperasi, Dana Pensiun, Asuransi) Kode 2: 1 = Bunga/bagi hasil tinggi, 2 = Mudah dan aman, 3 = Lokasi terjangkau, 4 = Pelayanan baik 5 = Aspek Agama, 6 = Fasilitas, 7 = Status badan hukum, 8 = gaji, 9 = lainnya
Apakah pernah mengajukan pinjaman? Ya/ Tidak Jika Ya, nama lembaga:……………………..a. Diterima b. Ditolak Jika ditolak, apa alasan penolakan: a. Tidak memiliki agunan. b. Fluktuasi pendapatan c. Masih pendeknya masa usaha. d. lain-lain, sebutkan………………………………. Jika Tidak pernah mengajukan, mengapa? a. Tidak membutuhkan modal tambahan b. Tidak sesuai syariah/ tidak murni agama c. Tidak ada akses ke lembaga keuangan d. suku bunga tinggi e. lain-lain, sebutkan………………………………… C.2. Pinjaman/Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Formal (Bank)
Nama Lembaga
Tahun Perolehan
Sistem Kode Kredit 1
Kode: 1 = Konvensional
Pinjaman Lama Lama Jangka Suku Menjadi Pengajuan Realisasi Pencairan Waktu Bunga (%) Nasabah (Rp) (Rp) (tahun)
; 2 = Syariah
45 C.3. Pinjaman pada Lembaga Keuangan Semi Formal dan Non Formal serta Pinjaman pada Non Lembaga Sistem Kredit Kode 1
Tahun Perolehan
Pinjaman Sistem Penggunaan Alasan Kredit Pengajuan Realisasi Kredit Pemilihan Kode 2 (Rp) Kode 3 Kode 4 (Rp)
Kode 1: 1 = Rentenir 2 = Pengusaha dalam satu desa 3 = Kredit Program Pemerintah 4 = Perkumpulan Simpan Pinjam 5 = Koperasi 6 = Pembiayaan Syariah (BMT) 7 = Saudara 8 = Tetangga/Teman 9 = lainnya (sebutkan)
Kode 3: Kode 4: 1 = Produksi 1 = Persyaratan mudah 2 = Konsumsi 2 = Tidak ada jaminan a. Kebutuhan Sehari-hari 3 = Bunga rendah b. Biaya Sekolah 4 = Biaya administrasi 3 = Produksi dan rendah Konsumsi 5 = Sistem syariah 6 = Lokasi terjangkau 7=Pencairan dana cepat 8 = Jangka waktu Pembayaran lama 9 = lainnya (sebutkan)
Kode 2: 1 = konvensional, 2 = syariah
C.4. Kepemilikan Aset Non Lahan Kategori 1. Kendaraan F. Mobil G. Motor 2. Perhiasan 3. Ternak 4. Kios/Lapak 5. 6. 7. 8.
Jumlah
Nilai
C.5 Penguasaan Aset Lahan (khususnya responden petani & responden jasa/dagang/Kios/Lapak Kategori Rumah Sawah Tanah
Luas
Nilai
Status Kode 1
46 Kandang Kolam Kios/Lapak Lainnya :
Kode 1: 1= milik
2= bagi hasil
3= gadai 4= numpang
D. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Sumber Pemasukan A. Pendapatan Usaha Perdagangan B. Pendapatan Usaha Indusri C. Pendapatan Usaha Jasa D. Pendapatan/gaji (suami dan istri) E. Pendapatan dari anggota keluarga F. lain (kiriman) G. Pendapatan lain, sewa aset TOTAL
Bulan (Rp)
Tahun (Rp)
Rp
Rp
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
E. Eika dan Moral Responden
Pernyataan Ibadah Shalat Wajib Ibadah Shalat Sunnat (Rawatib, dhuha) Shalat Berjama’ah Membaca Al-quran Berpuasa Membayar zakat Memberikan infaq, shadaqah Beribadah haji Beribadah umrah Mengikuti kegiatan pengajian Berpartisipasi dalam kegiatan social Melakukan kegiatan dengan sistem bunga Konflik Keluarga
Selalu (regular)
Intensitas Sering Jarang
Tidak Pernah
47 Lampiran 3 Hasil Olahan Data Regresi Logistik Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
44.186a
1
.478
.637
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
Df
Sig.
4.245
8
.834
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
akses_pinjaman = ,00
akses_pinjaman = 1,00
Observed
Observed
Expected
Expected
Total
1
6
5.998
0
.002
6
2
6
5.904
0
.096
6
3
5
5.490
1
.510
6
4
5
3.932
1
2.068
6
5
4
3.197
2
2.803
6
6
1
2.500
5
3.500
6
7
2
1.570
4
4.430
6
8
1
.830
5
5.170
6
9
0
.442
6
5.558
6
10
0
.137
6
5.863
6
48 Classification Tablea Predicted peluang pemilik UMKM mengakses pembiayaan mikro syariah BMT pemilik UMKM
pemilik UMKM
tidak mengakses
mengakses
pembiayaan mikro
pembiayaan
Percentage
syariah BMT
mikro syariah BMT
Correct
26
4
86.7
4
26
86.7
Observed
Step 1
peluang pemilik UMKM
pemilik UMKM tidak
mengakses pembiayaan
mengakses pembiayaan
mikro syariah BMT
mikro syariah BMT pemilik UMKM mengakses pembiayaan mikro syariah BMT
Overall Percentage
86.7
a. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 1a
Umur
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-.593
.464
1.631
1
.202
.553
.276
.865
.102
1
.750
1.317
-.421
.461
.835
1
.361
.656
.015
.391
.001
1
.969
1.015
LamaUsaha
1.724
.839
4.219
1
.040
5.607
omset_usaha
1.946
.669
8.448
1
.004
6.998
-4.259
1.537
7.681
1
.006
.014
.153
1.178
.017
1
.897
1.165
Dummy_moral_etika
-1.271
1.018
1.558
1
.212
.281
jumlah_tabungan
-2.460
1.111
4.905
1
.027
.085
-.253
.914
.077
1
.782
.777
jenis_kelamin Pendidikan JumlahAnggotaKeluarga
total_aset jarak
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Umur, jenis_kelamin, Pendidikan, JumlahAnggotaKeluarga, LamaUsaha, omset_usaha, total_aset, jarak, Dummy_moral_etika, jumlah_tabungan.
49 Lampiran 4. Hasil Olahan Data OLS Dependent Variable: PERUBAHANOMSET Method: Least Squares Date: 04/24/14 Time: 18:23 Sample: 1 30 Included observations: 30 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
FREKUENSI_PEMBIAYAAN 0.556032 LAMA_USAHA 0.264813 JUMLAH_PEMBIAYAAN 0.195178 PENDIDIKAN 0.281367 TENAGA_KERJA -0.245527 TOTAL_ASET 0.141693 C 10.85385
0.195307 0.141141 0.099474 0.468370 0.279100 0.177038 1.892084
2.846956 1.876234 1.962111 0.600737 -0.879708 0.800354 5.736450
0.0091 0.0734 0.0620 0.5539 0.3881 0.4317 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.846702 0.806711 0.369367 3.137933 -8.703659 21.17243 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
18.42814 0.840146 1.046911 1.373857 1.151503 2.616375
50 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Harvey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.099274 6.685758 13.42493
Prob. F(6,23) Prob. Chi-Square(6) Prob. Chi-Square(6)
0.3926 0.3509 0.0368
Test Equation: Dependent Variable: LRESID2 Method: Least Squares Date: 04/24/14 Time: 18:28 Sample: 1 30 Included observations: 30 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C 18.94219 FREKUENSI_PEMBIAYAAN -0.278125 LAMA_USAHA 2.800349 JUMLAH_PEMBIAYAAN 1.010131 PENDIDIKAN 2.402811 TENAGA_KERJA -2.853295 TOTAL_ASET -2.601361
9.287653 2.044126 2.268051 1.282570 1.391356 1.895034 1.455324
2.039502 -0.136061 1.234694 0.787584 1.726957 -1.505670 -1.787479
0.0530 0.8930 0.2294 0.4390 0.0976 0.1458 0.0870
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.222859 0.020126 3.169292 231.0215 -73.18785 1.099274 0.392644
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-3.557791 3.201674 5.345857 5.672803 5.450450 1.270592
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 Agustus 1992 dari ayah Tunas Eko Purnomo dan ibu Rusnawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Islam Al-Huda dan melanjutkan pendidikan di SD Bani Saleh. Pada tahun 2004 penulis duduk di bangku SMP yaitu di SMP Islam PB Soedirman. Kemudian pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 81 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai staff Departemen Olahraga pada masa kepengurusan 2011/2012 dan sebagai kepala Biro BEM.Corporation pada masa kepengurusan 2012/2013. Penulis aktif pada beberapa kepanitiaan yang diadakan oleh Departemen Ilmu Ekonomi maupun Fakultas Ekonomi dan Manajemen, yaitu staff divisi liaison officer acara Economic Contest 2012, ketua divisi acara olahraga SPORTAKULER 2012, ketua divisi acara Paragon Technology Innovation Goes to Campus, ketua divisi acara Direktorat Jenderal Pajak Goes to Campus, dan Masa Perkenalan Fakultas Ekonomi dan Manajemen 48 sebagai staff penanggung jawab perusahaan.