ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+4
PANGRIO NURJAYA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014
Pangrio Nurjaya NIM H14100119
4
ABSTRAK Pangrio Nurjaya. Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negaranegara ASEAN+4. Dibimbing oleh Tanti Novianti Sebagai kawasan yang memiliki potensi pariwisata yang besar, Negaranegara ASEAN beserta China, India, Jepang, dan Korea Selatan (ASEAN+4) melakukan kerjasama untuk mendorong kinerja sektor pariwisata. Sektor pariwisata memegang peran penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di kawasan ini. Namun, perkembangan sektor pariwisata di Negara-negara ASEAN+4 mengalami fluktuasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di Negara-negara ASEAN+4. Data panel statis digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari 13 Negara ASEAN+4 selama periode 2005 sampai 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan pengeluaran wisatawan, investasi sektor pariwisata, dan total belanja pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan Gross Domestic Product (GDP) rill perkapita. Akan tetapi tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap GDP rill perkapita. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kedatangan wisatawan ke Negaranegara ASEAN+4 adalah pelayanan publik, total perdagangan, harapan hidup dan produk domestik bruto di negara tersebut. Akan tetapi, faktor harga berpengaruh terhadap penurunan kedatangan wisatawan ke kawasan ini. Kata kunci : ASEAN+4, data panel, GDP rill perkapita, kedatangan wisatawan, pariwisata
ABSTRACT Pangrio Nurjaya Analysis on the Effect of Tourism of the State Economy ASEAN+4. Supervised by Tanti Novianti As a region which has a great tourism potential, ASEAN and China, India, Japan, and South Korea (ASEAN+4) cooperate to encourage the performance of the tourism sector. The tourism sector plays an important role in increasing household income and employment in the region. However, the development of the tourism sector in the countries of ASEAN+4 fluctuated. Therefore, this study aimed to analyze the affect of tourism on the economy and the factors that affect tourist arrivals in ASEAN+ 4. Static panel data used to analyze the data obtained from the 13 ASEAN+4 during the period 2005 to 2012. The results of this study showed tourist spending, investment tourism sector, and total government spending affect the increase in Gross Domestic Product (GDP) per capita rill. However, the level of corruption negatively affect the real GDP per capita. Furthermore, the results of this study indicate factors affecting the increase in tourist arrivals to ASEAN+4 countries is a public service, the total trade, life expectancy and gross domestic product in the country. However, the price factor influence on the decline in tourist arrivals to the region. Key word: ASEAN + 4, panel data, real GDP per capita, tourist arrivals, tourism.
ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+4
PANGRIO NURJAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4. Penyusunan tulisan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata-1 pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orangtua dan keluarga penulis, yaitu Nurjoko (Ayah), Rusmiyati (Ibu), Andhayani Nurjayati (Kakak), Indahyani Nurjayati (Adik), dan Daroyani (Keluarga) atas doa serta dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis, dan moril selama proses penyusunan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Widyastutik, S.E, M.Si dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan Ilmu dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata-1. 4. Bapak Dadang Djatnika dan Ibu Grace Margaretha dari Kementrian Pariwisata Indonesia yang telah memberikan data dan informasi pariwisata ASEAN+4 kepada penulis. 5. Afriani selaku teman dekat yang senantiasa memberikan doa serta dukungan yang besar kepada penulis. 6. Teman-teman satu bimbingan yaitu, Dian Pertiwi.W, Arti Ilhami, Laura Cita Febrianty, Rahayu Aisyah.P, dan Ramos Martinus yang saling membantu dalam penyusunan skripsi. Keluarga Pondok Iona yaitu, Albeta, Bagus, Angga, Julia, Rumondang, dan Mardi yang senantiasa berbagi keceriaan. 7. Teman-teman HMI Cabang Bogor, Komisariat FEM IPB yaitu Achmad Rivano.T, Andri Sukrudin, Luqman Azis, Tri Arifin Darsono, Khoerul Imam Fatwani, Raditya Anggoro, Rizky Ananda, Candri Yuniar.R, (Alm) Aditya Meilandi, Fajar Lubis, Ihsan, M.Nauval Fauzan Nst, dan kader angkatan 49 dan 50 yang telah bersama-sama berproses dalam dunia kampus dan senantiasa menjadi patner diskusi. Yakusa. 8. Teman-teman Ilmu Ekonomi FEM IPB Angkatan 47 (Haris, Dwilaksono, Carmin, Dwiki, Hanny, Cika, dan teman-teman yang lainnya) dan keluarga Hipotesa FEM IPB yang senantiasa bertukar pikiran dalam berbagai hal. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, November 2014
Pangrio Nurjaya
8
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
6
Tujuan Penelitian
8
Manfaat Penelitian
8
Ruang Lingkup Penelitian
9
TINJAUAN PUSTAKA
9
METODE PENELITIAN
21
Jenis dan Sumber Data
20
Metode Pengolahan Data
21
Uji Hipotesis
24
Uji Asumsi
25
Uji Ekonomi
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Kondisi Umum Pariwisata di Kawasan ASEAN+4
28
Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Wilayah ASEAN+4
33
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Wisatawan ke Wilayah ASEAN+4
37
SIMPULAN DAN SARAN
41
Simpulan
41
Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
46
RIWAYAT HIDUP
52
10
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan internasional dunia pada tahun 2006-2013 2 Tabel 2 Total dan pertumbuhan investasi modal dunia pada sektor pariwisata tahun 2009-2013 3 Tabel 3 Total dan pertumbuhan pengeluaran pemerintah di dunia selama periode 2006 sampai 2012 4 Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013 5 Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total selama periode 2006 sampai 2012 6 Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 7 Tabel 7 Rangkuman metode dan variabel pada literatur penelitian 8 Tabel 8 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan ke Negara-negara ASEAN+4 periode 2008-2012 9 Tabel 9 Pertumbuhan pengeluarann wisatawan di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2008-2012 10 Tabel 10 Hasil Uji Chow dan uji Hausman model FEM 1 11 Tabel 11 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM) 1 12 Tabel 12 Hasil uji normalitas model 1 13 Tabel 13 Efek individu perekonomian Negara-negara ASEAN+4 14 Tabel 14 Hasil Uji Chow dan uji Hausman Model FEM 2 15 Tabel 15 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM) 2 16 Tabel 16 Hasil uji normalitas Model 2 17 Tabel 17 Efek individu kedatangan wisatawan di Negara ASEAN+4
2 2 3 5 6 7 17 29 30 33 34 34 36 37 38 38 41
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 3 Kerangka Pemikiran 2 Gambar 4 Investasi Modal Poduk Pariwisata (miliar US$) di ASEAN+4 Tahun 2006-2011 3 Gambar 5 Perrsentase Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pariwisata terhadap Pengeluaran Total Pemerintah ASEAN+4 pada Tahun 2012
20 31 32
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Model 1 Perekonomian ASEAN+4 Lampiran 1 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti Lampiran 2 Uji Likelihood Lampiran 3 Uji Hausman Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Korelasi antar Variabel Lampiran 6 Efek Individu Model 2 Kedatangan Wisatawan di Negara-negara ASEAN+4 Lampiran 7 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti Lampiran 8 Uji Likelihood Lampiran 9 Uji Hausman Lampiran 10 Normalitas Lampiran 11 Korelasi antar Variabel Lampiran 12 Efek Individu Lampiran 13 Daftar Wawancara
46 46 47 47 47 47 48 49 49 50 50 50 50 51 51
12
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di abad ke-21. Perkembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari liberalisasi perdagangan sebagai bentuk lain dari globalisasi. Kemajuan sektor ini terjadi seiring keterbukaan yang terjadi di berbagai negara. Menurut Nirwandar (2011), pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang dan jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan dalam aktifitas perdagangan, yang meliputi: transaksi perdagangan barang dan jasa, sumber daya modal (investasi), dan pergerakan manusia. Keterbukaan ini yang kemudian mendorong masyarakat untuk berpergian tidak hanya dalam lingkup negaranya bahkan ke negara lain untuk melakukan berbagai aktifitas termasuk perjalanan wisata. Selain itu, perkembangan pariwisata terjadi seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di era modern terhadap pariwisata. Kesibukan manusia terus mendorong seseorang untuk menyegarkan kembali fikiran ditengah-tengah aktifitasnya. Beberapa kelompok masyarakat tertentu juga mengaitkan kegiatan liburan sebagai hak azasi manusia, yang diwujudkan melalui pemberian libur panjang atau paid holidays (Nirwandar 2011). Ketersediaan waktu liburan ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi sangat berperan dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat ketika melakukan perjalanan wisata. Perkembangan teknologi ini mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi terkait tempat wisata dan melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata (DTW) dengan biaya yang murah dan cepat. Teknologi informasi digunakan oleh banyak penyelenggara wisata bahkan pemerintah setempat sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan berbagai keunggulan wisata yang terdapat di daerah tersebut. Kemudian, perkembangan teknologi transportasi yang semakin pesat juga mereduksi biaya perjalanan para wisatawan dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan. Kemudahan-kemudahan ini yang kemudian meningkatkan kunjungan wisata ke DTW dan menjadi penerimaan bagi masyarakat setempat. Penerimaan ini diperoleh melalui pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan pengeluaran wisatawan dari tahun 2002 hingga 2013. Data pengeluaran wisatawan ini merupakan penjumlahan pengeluaran wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara di setiap negara dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan selama periode ini mengalami fluktuasi. Pertumbuhan pengeluaran wisatawan tertinggi terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 11.83 persen. Akan tetapi, pada tahun 2009 terjadi penurunan yaitu sebesar 10.20 persen yang disebabkan karena krisis finansial yang dihadapi dunia pada tahun 2008 (UNWTO 2009). Krisis finansial tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah konsumsi wisatawan dunia terhadap produk-produk pariwisata. Rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan dunia setiap tahunnya selama periode 2006 sampai 2013 adalah sebesar 1966.97 miliar US$. Kemudian, untuk rata-rata pertumbuhan pengeluaran wisatawan setiap tahunnya mencapai 5.57 persen.
2
Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan dunia pada tahun 20012013 Jumlah Pengeluaran Wisatawan Pertumbuhan Tahun (dalam miliar US$) (%) 2002 2204.60 0.58 2003 2431.92 9.35 2004 2758.27 11.83 2005 2953.73 6.62 2006 3205.46 7.85 2007 3583.53 10.55 2008 3822.70 6.26 2009 3468.93 -10.20 2010 3738.09 7.20 2011 4211.41 11.24 2012 4322.73 2.58 2013 4455.49 2.98 Rata-rata 3429.74 5.57 Sumber: WTTC (2014) Pariwisata menjadi sebuah sektor yang mampu meningkatkan produktifitas barang dan jasa di DTW. Wisatawan menuntut empat pelayanan utama yang baik dalam perjalanan wisata yang dilakukannya, yaitu: akomodasi, transportasi, makanan, dan jasa hiburan (Eugenio et al. 2004). Hal tersebut menjadikan industri pendukung pariwisata (seperti industri perhotelan, makanan, kerajinan tangan, dan transportasi) juga turut berkembang seiring meningkatnya kedatangan pariwisata ke DTW. Tidak hanya pihak swasta yang tertarik berinvestasi pada sektor ini, pemerintah juga ambil bagian dalam menanamkan modal guna menopang perekonomian di negaranya. Pada Tabel 2 dapat dilihat total dan pertumbuhan investasi dunia pada sektor pariwisata periode 2009 sampai 2013. Tabel 2 Investasi modal pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2009-2013 Investasi Modal Tahun Total (miliar US$) Pertumbuhan (%) 2009 636.915 -15.07 2010 639.712 0.44 2011 712.508 10.22 2012 734.512 3.00 2013 754.631 2.67 Rata-rata 695.656 0.25 Sumber : WTTC (2014) Menurut data yang dipublikasi oleh World Travel & Tourism Council (WTTC) (2014) menunjukkan bahwa total dan pertumbuhan investasi modal dunia pada sektor pariwisata pada tahun 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi. Data ini menggambarkan besaran pengeluaran investasi modal oleh semua sektor
3
yang terlibat langsung dalam industri pariwisata. Rata-rata total investasi modal dunia pada periode ini sebesar 695.656 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 0.25 persen. Pertumbuhan investasi modal ini pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 15.07 persen yang disebabkan krisis finansial global. Setelah tahun 2009 pertumbuhan investasi modal sektor pariwisata semakin meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian global pasca krisis finansial 2008 dan semakin menariknya industri pariwisata bagi para investor (UNWTO 2009). Perkembangan pesat industri pariwisata menjadikan pihak swasta dan pemerintah di semua negara mulai melirik sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang diharapkan mampu menunjang perekonomian di negaranya. Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah pembangunan pariwisata. Kebijakan yang dibuat ini merupakan panduan bagi para stakeholders dalam menjalankan perannya. Tidak hanya itu, pemerintah sebagai pemegang otoritas juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengatur, menyediakan, dan menentukan berbagai infrastruktur yang terkait pengembangan pariwisata di negaranya (Damanik dan Weber 2006). Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2006-2012 disajikan pada Tabel 3. Data tersebut menjelaskan bahwa total pengeluaran pemerintah selama periode ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 10.63 persen dengan total pengeluaran 51.08 miliar US$. Persentase pertumbuhan pengeluaran pemerintah terkecil terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.32 persen dengan total pengeluaran sebesar 61.16 miliar US$. Secara umun kondisi ini mencerminkan bahwa sektor pariwisata semakin menarik untuk dikembangkan oleh negara-negara dunia. Tabel 3 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2006-2012 Total Pengeluaran Petumbuhan Tahun (miliar US$) (%) 2006 40.81 6.29 2007 45.64 10.60 2008 51.08 10.63 2009 52.18 2.12 2010 55.60 6.15 2011 60.35 7.86 2012 61.16 1.32 Sumber : WTTC (2014) ASEAN sebagai wilayah yang terletak di Asia Tenggara memiliki potensi pariwisata yang begitu besar baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata belanja. Secara geografis wilayah ini teletak antara 28°LU - 11°LS dan 95°BT 141°BT sehingga wilayah ini memiliki iklim tropis dan subtropis dan berbagai bentang alam yang begitu beragam. Gunung, hutan tropis, pantai, hingga laut adalah karakteristik alam yang dimiliki wilayah ini. ASEAN juga didiami oleh berbagai suku bangsa yang memiliki kekayaan budaya yang begitu beragam
4
menjadikan wilayah ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk mengenal dan mempelajari budaya tersebut (Vovworld 2013). Selain wisata alam dan wisata budaya yang menarik, wisata belanja yang berada di kawasan ASEAN juga menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan internasional. Hal tersebut terkait berbagai jenis barang kerajinan tangan hingga industri dengan harga yang bervariasi. Begitu banyak kekayaan wisata yang dimiliki oleh negaranegara ASEAN, menjadikan sektor pariwisata menarik untuk dikembangkan oleh negara-negara dikawasan ini. Negara-negara ASEAN menjadikan pariwisata menjadi salah satu sektor dari dua belas sektor yang dikembangkan dalam kerjasama ekonomi di kawasan ini. Negara-negara ASEAN melakukan kerjasama dengan Negara-negara mitraASEAN yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India (ASEAN+4) untuk mengembangkan sektor pariwisata di kawasan tersebut. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka pembuatan kebijakan agar terjadi berbagai perbaikan dan kemudahan dalam penyediaan pelayanan jasa pariwisata di kawasan ASEAN+4. Dasar kerjasama yang dilakukan oleh Negara ASEAN+4 diantaranya untuk membangun kerjasama politik, pertukaran teknologi, peningkatan investasi, dan perluasan pangsa pasar. Pembuatan kebijkan ini pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian negara melalui sektor pariwisata (Djatnika 2014). Bagi Negara-negara ASEAN+4, pariwisata menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat. Berkembangnya pariwisata akan mendorong berbagai kegiatan produksi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melalui sektor pariwisata negara-negara tersebut terus membangun perekonomian yang berkesinambungan antar negara di kawasan ini. Kemudian, sektor ini juga dianggap mampu dalam menyerap tenaga kerja, mengentaskan kemiskinan dan mempersempit kesenjangan dalam perkembangan ekonomi yang terjadi antar negara (Vovworld 2013). Sebagai industri yang bersifat padat karya, pariwisata menjadi sektor penting bagi Negara-negara ASEAN+4 dalam mengurangi tingkat pengangguran di negara tersebut. Keberadaan pengangguran ini menjadikan produktivitas negara tidak dapat maksimal, bahkan untuk lingkup makro hal ini dapat mengganggu stabilan politik suatu negara (Djojohadikusumo 1994). Namun demikian dengan berkembangnya sektor pariwisata, tidak hanya menyediakan diversivikasi sektor perekonomian lain melainkan juga menciptakan kesempatan kerja baru, khususnya bagi kaum perempuan, pemuda, dan golongan masyarakat yang mempunyai kemampuan rendah (ILO 2009). Industri-industri yang bergerak di sektor pariwisata pada umumnya merupakan industri yang memerlukan banyak tenaga kerja. Industri yang banyak menyerap tenaga kerja diantaranya industri akomodasi, industri rumah makan dan industri cendara mata. Kebutuhan industriindustri tersebut terhadap tenaga kerja akan meningkat seiring meningkatnya kunjungan wisata. Tabel 4 menyajikan jumlah dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 pada tahun 2013. Jumlah tenaga kerja terbesar yang terserap pada sektor ini terdapat di negara China yaitu sebesar 64 412 300 orang, dan yang terkecil adalah negara Brunei dengan jumlah tenaga kerja sebesar 15 100 orang. Share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja terbesar terdapat pada negara Kamboja yaitu sebesar 20.4 persen dengan jumlah tenaga kerja sebesar 8 236 000 orang. Akan tetapi, share
5
terkecil tenaga kerja terhadap pasar tenaga kerja terdapat pada negara Myanmar yaitu sebesar 2.9 persen dengan jumlah tenaga kerja sebesar 4 496 800 orang. Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013 Negara Jumlah Tenaga Kerja Share (ribu orang) (%) China 64412.3 8.3 Japan 4496.8 7.1 Korea Selatan 1582.2 6.3 India 35438.5 7.7 Brunei 15.1 7.4 Myanmar 823.6 2.9 Kamboja 1689.9 20.4 Indonesia 9227.5 8.3 Laos 373.9 12.3 Malaysia 1857.4 14.1 Philipina 4295.1 11.2 Singapura 295.6 8.6 Thailand 6011.4 15.3 Vietnam 4071.3 7.8 Rata-rata 9613.6 9.8 Sumber : WTTC (2014) Selain berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pariwisata juga menjadi salah satu sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan pendapatan bagi negara-negara ASEAN+4. Sektor pariwisata merupakan sebuah sektor yang didukung oleh berbagai industri. Selain menghasilkan produk jasa, sektor pariwisata juga dapat mendorong peningkatan produksi pada industri-industri lainnya seperti Industi transportasi, penginapan, makanan, cinderaamata, dan lain sebagainya (Vovworld 2013). Secara agregatif peningkatan produksi dari berbagai industri terkait pariwisata akan berpengaruh terhadap produktivitas suatu negara. Menurut data yang dipublikasi oleh lembaga WTTC (2014), pertumbuhan kontribusi total pariwisata terhadap GDP di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 hingga 2012 mengalami fluktuasi (Tabel 5). Selama periode ini, terdapat negara yang mengalami penurunan (pertumbuhan negatif) yaitu, Brunei Darusalam, Malaysia, Kamboja, Philiphina, Thailand, Vietnam, India, dan Korea Selatan. Penurunan tersebut terjadi akibat dampak krisis finansial dunia pada tahun 2008 yang juga berdampak pada sektor pariwisata (UNWTO 2009). Namun, untuk negara-negara yang tidak mengalami penurunan kondisi pariwisatanya tidak optimal dalam menunjang GDP karena pertumbuhan yang terjadi di negara tersebut juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
6
Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total di Negaranegara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen) Tahun Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Brunei Darusalam 10.38 -18.45 18.43 16.26 2.06 Indonesia 16.57 6.28 17.03 14.03 3.61 Laos 25.58 10.64 20.35 13.48 9.04 Malaysia 7.03 -6.40 14.72 10.15 5.51 Myanmar 31.61 0.65 17.33 19.88 7.54 Kamboja 10.57 -1.51 6.88 20.52 9.86 Philiphina -30.59 6.32 6.06 24.64 15.39 Singapura 4.43 9.18 22.12 19.02 4.19 Thailand 5.23 -10.58 7.34 18.73 15.06 Vietnam 35.74 -18.80 8.16 14.74 10.07 China 16.52 6.19 7.06 17.72 11.41 India 8.90 -11.38 18.76 12.65 -3.95 Jepang 7.65 4.62 4.86 7.24 3.13 Korea Selatan -9.10 -4.42 10.05 3.34 4.95 Sumber : WTTC (2014) Begitu pentingnya sektor pariwisata bagi perekonomian negara-negara ASEAN dan Mitra ASEAN di era liberalisai, menjadikan pemerintah terkait akan terus berupaya membangun dan mengembangkan pariwisata di daerahnya. Namun, dalam penenerapan kebijakan yang dibuat pemerintah seringkali tidak berjalan dengan efektif. Hal tersebut disebabkan karena pemerintah maupun pelaku di sektor pariwisata kurang memahami perannya dalam merencanakan dan mengimplementasikan program terkait pengembangan sektor pariwisata. Kemudian, kurangnya kordinasi dan kerjasama lintas sektor di pemerintahan dalam memacu kemajuan pariwisata menjadikan tidak optimalnya kinerja industri pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006). Negara-negara ASEAN+4 memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun pengembangan sektor ini banyak menemui hambatan dalam perjalanannya. maka kajian mengenai peran pariwisata dalam perekonomian suatu negara menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Kemudian, analisis faktor yang mempengaruhi kedatangan pariwisata juga diperlukan dalam rangka mengetahui pengembangan pariwisata di negara-negara ASEAN+4 untuk kedepannya.
Rumusan Masalah Sektor pariwisata berperan penting dalam rangka meningkatkan perekonomian suatu negara, khususnya dalam mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan produktivitas suatu negara (Eugenio, at al 2004). Pemerintah setiap negara ASEAN+4 terus membuat berbagai program melalui kebijakankebijakan yang dapat meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Kebijakankebijakan yang dibuat ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke
7
negara tersebut dan sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan dari sektor ini. Tabel 6 menunjukkan pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2012. Menurut data yang dipublikasi oleh Bank Dunia (2014), menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional ke Negara-negara ASEAN+4 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Data tersebut juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah kedatangan wisata pada tahun 2008 dan 2009. Penurunan jumlah kedatangan tersebut terjadi karena krisis finansial yang dialami oleh dunia (UNWTO 2009). Krisis finansial ini juga berdampak pada perekonomian negara-negara tujuan wisata dan menyebabkan berkurangnya berbagai faktor produksi yang di dalamnya termasuk sektor pariwisata. Selain pada tahun 2009, Jepang juga mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 2011, yang disebabkan karena bencana alam (gempa bumi dan tsunami) yang terjadi di negara tersebut (Saputra 2011). Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negaranegara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen) Tahun Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Brunei Darusalam
26.26
-30.53
36.31
13.08
-13.64
Indonesia
13.22
1.44
10.74
9.24
5.15
Laos
13.4
-4.32
34.79
6.95
19.82
Malaysia
5.14
7.23
3.94
0.56
1.29
Myanmar Kamboja
-28.50 5.46
20.58 1.74
21.86 16
20.46 14.91
NA 24.36
Philiphina
1.52
-3.89
16.67
11.28
9.09
Singapura
-2.25
-3.73
22.34
13.42
6.81
Thailand
0.83
-2.98
12.62
20.67
16.25
Vietnam
0.17
-11.54
34.77
19.09
13.87
China
-3.05
-4.1
9.41
3.44
0.25
India
3.96
-2.18
11.76
9.23
4.26
Jepang
0.05
-18.69
26.82
-27.78
34.39
Korea Selatan 6.87 Sumber : World Bank (2014)
13.45
12.54
11.33
13.73
ASEAN+4 memiliki potensi pariwisata yang besar dan berkontribusi bagi perekonomian di kawasan tersebut. Hal tersebut terkait penerimaan yang diperoleh masyarakat dari pengeluaran wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata. Selain itu, keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor padat karya juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di kawasan tersebut. Akan
8
tetapi, besarnya potensi pariwisata belum mampu menopang perekonomian secara optimal. Karena pertumbuhan kontribusi pariwisata terhadap GDP yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut masih megalami fluktuasi selama periode 2008 sampai 2012 (Tabel 5). Menurut Nirwandar (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata di era globalisasi diantaranya kemajuan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, pelayanan pariwisata, tingkat keamanan, dan tingkat kesehatan. Oleh karena itu, perlu dianalisis tentang pengaruh pariwisata terhadap perekonomian di negara ASEAN+4. Sebagi pemegang otoritas, pemerintah perlu menerapkan suatu kebijakan yang tepat untuk mengembangkan dan memperbaiki berbagai fasilitas dan pelayanan di sektor pariwisata. Kebijakan yang tepat ini akan mengoptimalkan kinerja industri pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006). Kedatangan wisatawan menjadi kunci dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, seiring perkembangan sektor pariwisata dunia. Maka perlu dianalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan internasional ke kawasan ASEAN+4. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4? 2. Bagaimana pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negaranegara ASEAN+4? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4?
Tujuan Penelitian Berdasarkan penjabaran pada bagian latar belakang dan permusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4. 2. Menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian Negaranega ra ASEAN+4. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke wilayah ASEAN+4.
Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat memberikan masukan maupun solusi untuk pengembangan pariwisata di wilayah ASEAN+4. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan serta wawasan serta informasi pariwisata di wilayah ASEAN+4 dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. 3. Bagi pelaku industri pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan kinerja pariwisata.
9
4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan dasar merumuskan kebijakan ataupun program dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pariwisata guna meningkatkan kinerja perekonomian Negara-negara ASEAN+4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini menganalisis tentang pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4 dengan menambahkan variabel korupsi sebagai variabel tambahan. Selanjutnya, penelitian lebih difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4. Negara ASEAN yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Philiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Negara Myanmar tidak dimasukan sebagai objek penelitian ini, karena adanya keterbatasan data yang tersedia untuk negara ini. Terdapat empat negara mitra ASEAN yang juga menjadi objek penelitian diantaranya China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Periode 2005 sampai 2012 digunakan sebagai waktu pengamatan karena keterbatasan data sebelum dan sesudah periode ini.
TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan manusia dalam melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah tetap (BPS 2014). Kemudian, menurut UNWTO (2014) pariwisata merupakan fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang melibatkan pergerakan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan mereka untuk tujuan-tujuan profesional pribadi atau bisnis (UNWTO 2014). GDP Berdasarkan Komponen-komponen Pengeluaran GDP sering dianggap sebagai indikator terbaik dalam mengukur kinerja ekonomi. GDP merupakan indikator yang digunakan untuk meringkas aktivitas ekonommi dalam satuan nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Banyak para ekonom dan pembuat keputusan menjelaskan bahwa pos pendapatan nasional membagi GDP ke dalam empat kelompok pengeluaran yaitu konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih (Mankiw 2007). Kelompok pengeluaran GDP tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX
10
Keterangan: Y = GDP atau pos pendapatan nasional C = konsumsi I = investasi G = pengeluaran pemerintah NX = ekspor bersih Persamaan diatas menunjukkan GDP sebagai jumlah dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan ini merupakan sebuah persamaan identitas yang harus digunakan agar variabel-variabel dapat didefinisikan. Persamaan ini biasa disebut sebagai identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Konsumsi merupakan pos yang terdiri dari jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga. Konsumsi ini terbagi atas tiga subkelompok, yaitu barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama adalah jenis barang yang habis dipakai dalam waktu yang singkat. Barang tahan lama adalah jenis barang yang mempunyai usia panjang. Jasa merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu atau perusahaan. Investasi adalah barang-barang yang dibeli untuk keperluan atau penggunaan di masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga subkelompok, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis merupakan suatu pembelian terhadap pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembeliaan rumah baru oleh rumah tangga dan pemilik modal. Investasi persediaan merupakan peningkatan dalam persediaaan barang perusahaan. Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat maupun daerah. Jenis pembelian ini meliputi peralatan militer, infrastuktur, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Akan tetapi pemberian jaminan sosial dan kesejahteraan tidak termasuk di sini, karena pada kasus ini hanya merelokasi pendapatan yang ada dan tidak memerlukan pertukaran barang dan jasa. Net ekspor atau ekspor bersih merupakan nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor neto menunjukkan positif terjadi ketika nilai ekspor lebih besar dibandingkan nilai import, dan begitupula sebaliknya. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian di suatu negara. Pengukuran kinerja ini dilihat melalui jumlah output yang dihasilkan oleh rumah tangga dan perusahaan di suatu negara. Dalam kegiatan perekonomian keduanya akan saling berhubungan. Dilihat dari sisi pengeluaran, Rumah tangga akan mengeluarkan biaya terhadap output dari perusahaan yang mereka konsumsi. Perusahaan akan mengeluarkan biaya untuk upah dan gaji kepada rumah tangga sebagai penyedia faktor produksi yang dimiliki oleh rumah tangga (Todaro dan Smith, 2006). Selain itu, pemerintah juga mempunyai peran dalam perekonomian yang terjadi. Penerimaan yang diperoleh pemerintah dari pajak yang dibayarkan rumah tangga dan perusahaan kemudian
11
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sarana penunjang perekonomian seperti belanja infrastruktur, gaji pegawai, dan lain sebagainya.
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Teori pertumbuhan Harrod-Domar pada dasarnya menjelaskan hubungan atara tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu hanya cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah pada satu periode. Dalam periode berikutnya tingkat pendapatan nasional ini tidak akan mampu menyerap seeluruh tenaga kerja yang ada, karena adanya tambahan kapasitas produksi pada periode berikutnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian diperlukan tambahan investasi baru sebagai tambahan modal yang digunakan untuk penyerapan tingkat tenaga kerja penuh pada periode berikutnya. Menurut Todaro dan Smith (2006), model pertumbuhan Harrod-Domar dapat disusun melalui persamaan berikut : 1. Pada persamaan pertama mendefinisikan bahwa Tabungan (S) merupakan bagian dalam jumlah tertentu (s) dari total pendapatan nasional (Y). Dapat ditulis dalam persamaan berikut: S = sY 2. Pada persamaan kedua menjelaskan bahwa perubahan stok modal ( ) mempunyai hubungan langsung terhadap perubahan jumlah pendapatan nasional atau output ( ), seperti ditunjukan oleh rasio modal-output (k). Maka persamaan tersebut adalah: =k 3. Jika diketahui bahwa = (S=I) dan k persamaan sebagai berikut:
=sY maka dapat dibuat
Persamaan tersebut merupakan persamaan dalam teori pertumbuhan Harood-Domar, yang secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP ( ) ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output nasional (k). Secara spesifik teori Harrod-Domar menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau berbanding lurus dengan rasio tabungan. Kemudian akan secara langsung berbanding terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu perekonomian.
12
Teori Pertumbuhan Solow Model pertumbuhan Solow merupakan sebuah model yang berkontribusi dalam pembentukan teori pertumbuhan neoklasik yang juga menjadi sebuah dasar pemikiran dalam pembentukan liberalisasi perdagangan antar negara. Model ini menyatakan bahwa perekonomian semua negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan produktivitas yang sama (Mankiw 2007). Model Solow menjelaskan interaksi antara pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan modal dalam suatu perekonomian. Kemajuan teknologi juga ditetapkan sebagai faktor residu dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan juga diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Mankiw 2007). Selanjutnya, tingkat kemajuan teknologi (sebagai penentu produktivitas tenaga kerja) ditentukan secara eksogen, sehingga model ini terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan eksogen. Adapun perumusan model ini menggunakan fungsi agregat standar, yaitu:
Dimana, Y = output total K = stok modal modal total L = tenaga kerja total E = efisiensi tenaga kerja L x E digunakan untuk mengukur jumlah para pekerja efektif. Perhitungan tersebut mengukur jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada stok modal total K dan jumlah pekerja efektif (L x E). Fungsi produksi yang digunakan dapat menunjukkan ekulibrium perekonomian pada jangka panjang. Kondisi ini diperoleh ketika perubahan persediaan modal yang terjadi sama dengan nol. Perubahan persediaan modal sendiri diperoleh dari selisih antara investasi dikurang investasi pulang pokok. Adapun perumusannya adalah sebagai berikut: Perubahan persediaan modal = investasi – investasi pulang pokok Δk = sf(k) – (δ + n +g)k Mengacu pada fungsi produksi sebelumnya k dinyatakan sebagai K / (L x E) yang menujukan modal per pekerja efektif. Selanjutnya, y ditunjukan dari Y / (L x E) sebagai output per pekerja efektif atau dapat ditulis kembali sebagai y = f(k) dan s sebagai tingkat tabungan. Karena k = K / (L x E) maka ada tiga kaidah yang dapat menjelaskan investasi pulang pokok: δk dibutuhkan untuk menggantikan modal yang terdepresiasi, nk digunakan untuk menyatakan modal yang diberikan kepada para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk pemberian modal kepada para pekerja efektif baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi. Kondisi ketika perubahan persediaan modal sama dengan nol yang diperoleh dari
13
investasi yang diberikan dikurang investasi pulang pokok merupakan kondisi mapan (stady-state level of capital). Peran pariwisata dalam perekonomian Pekembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari begitu pentingnya peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu negara. Banyak sektor ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan sektor pariwisata. Industri pariwisata mempunyai dampak ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian. Selain itu pariwisata juga memberikan keuntungan ke bawah, terutama bagi masyarakat diwilayah tersebut. Dalam keadaan ideal, pariwisata menghidupkan pasar lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Multiplier effect ini juga akan berpengaruh terhadap semakin membaiknya kualitas pelayanan lokal melalui investasi dan belanja dalam negeri (Ismayanti 2010). Menurut Yoeti (2008), Sektor pariwisata berfungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sebuah wilayah sekaligus mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Adapun peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu wilayah yaitu: 1. Meningkatkan perolehan devisa negara. 2. Mempercepat dan memperluas proses kesempatan berusaha. 3. Memperbesar kesempatan kerja bagi masyarakat. 4. Mempercepat proses pemerataan pendapatan. 5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan penerimaan daerah melalui retribusi. 6. Meningkatkan pendapatan negara. 7. Memperkuat posisi neraca pembayaran negara. 8. Mendorong pertumbuan dan pembangunan wilayah yang memiliki sumberdaya alam terbatas.
Faktor daya tarik kedatangan wisatawan Ada beberapa faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisatawan (DTW). Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan wisatawan berkunjung ke tempat wisata adalah sebagai berikut: 1. Harga Harga menjadi salah satu faktor penentu bagi wisatawan berkujung ke suatu tempat wisata. Namun, seringkali faktor harga menjadi pertimbangan kedua dalam penentuan permintaan pariwisata. Kebanyakan wisatawan mementingkan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dengan waktu yang diinginkannya. 2. Daya tarik wisata Kedatangan wisatawan juga ditentuka oleh pemilihan DTW yang akan dikunjungi. Bagi wisatawan kesesuaian keinginan dan daya tarik yang disediakan oleh DTW menjadi faktor penentu wisatawan untuk berkunjung. Daya tarik ini biasanya berkaitan dengan karakteristik atau macam-macam pariwisata yang ditawarkan.
14
3. Kemudahan berkunjung Asesibilitas wisatawan untuk berkunjung ke DTW mempengaruhi pilihan kunjungan wisatawan. Asestabilitas ini berkaitan dengan ketersediaan transportasi dan prasarana yang memadai (seperti bandara yang nyaman, infrastruktur jalan, air bersih, listrik, dan jumlah hotel). 4. Infomasi dan layanan sebelum kunjungan Semua informasi tentang sarana yang dibutuhkan wisatawan di DTW berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Sarana ini terkait dengan tempat penukaran valuta asing, perpanjangan visa, dan pemesanan tiket kepulangan wisatawan. 5. Citra Seringkali wisatawan memiliki kesan tesendiri tentang DTW. Hal tersebut berkaitan dengan citra yang ditimbulkan oleh DTW terhadap wisatawan dan keyakinan wisatawan akan pariwisata yang akan diperoleh ketika berkunjung ke DTW. Selanjutnya citra ini akan menjadi suatu pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.
Penelitian Terdahulu Studi yang dilakukan oleh Eugenio-Martin et al. (2004) mengenai pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data panel untuk negara-negara Amerika Latin menunjukkan bahwa bahwa jumlah kedatangan pariwisata, GDP tahun sebelumnya, investasi dari pendapatan domestik dan stabilitas negara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah dan tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini variabel pariwisata diukur dari besarnya investasi dan kedatangan pariwisata tahun sebelumnya. Indikator investasi pariwisata dilihat dari investasi dari pendapatan domestik, pengeluaran publik untuk pendidikan, konsumsi umum pemerintah, stabilitas negara dan tingkat korupsi. Indikator kedatangan pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan dan GDP tahun sebelumnya. Selanjutnya, pada penelitian oleh Eugenio-Martin, et al (2004) yang meneliti tentang penentu kedatangan pariwisata di Amerika Latin dan membagi negara menjadi tiga kelompok berdasarkan per kapita (tinggi, menengah, dan rendah). Hasilnya menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan ke negara-negara Amerika Latin di pengaruhi oleh GDP, angka harapan hidup dan perdagangan yang semuanya berpengaruh positif. Hasil penelitian dengan membagi negara berdasarkan tingkat pendapatannya mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Kedatangan wisatawan di negara pendapatan tinggi dipengaruhi secara positif dengan pendapatan per kapita negara tujuan, tingkat pendidikan tinggi dan menengah, akan tetapi tingkat investasi per kapita berpengaruh secara negatif. Kemudian, kedatangan wisatawan di negara berpendapatan menengah dipengaruhi secara positif oleh pendapatan perkapita, perdagangan dan harapan hidup di negara tujuan. Kedatangan wisatawan di negara berpendapatan rendah dipengaruhi positif oleh pendapatan per kapita, investasi per kapita, harapan hidup dan tingkat pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Naude dan Saayman (2005) menggunakan analisis data panel mengenai penentu kedatangan wisatawan ke Afrika. Hasil
15
penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik, infrastruktur pariwisata, pembangunan negara, kesehatan, berpengaruh positif bagi kedatangan wisatawan. Namun, faktor pendapatan wisatawan memiliki hubungan negatif terhadap kedatangan wisatawan. Penelitian yang dilakukan oleh Sodik dan Nuryadin (2005) mengenai investasi dan pertumbuhan ekonomi regional di 26 propinsi di Indonesia pada periode 1998 sampai 2003 menunjukkan bahwa investasi dalam dan luar negeri, keterbukaan ekonomi yang diwakili oleh nilai ekspor bersih berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, variabel laju inflasi hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional pada tahun 2000 sampai 2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Penelitian yang dilakukan oleh Dritsakis (2012) mengenai hubungan antara pembangunan pariwisata yang diukur dari penerimaan dari turis perkapita dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi tujuh negara di Mediterania. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbukti dari hubungan panel kointegrasi antara pembangunan pariwisata dan GDP dalam kasus tujuh negara di Mediterania. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pariwisata memiliki dampak yang tinggi pada GDP negara tersebut. Selain itu, nilai tukar juga mempengaruhi terhadap peningkatkan perekonomian negara. Dita (2013) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata internasional Indonesia dari negara-negara ASEAN. Hasil dari analisis menggunakan data panel pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah akomodasi dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata ini. Variabel GDP negara asal, harga relatif, dan infrastruktur negara tujuan berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata Indonesia. Variabel infrastruktur yang diwakili oleh panjang jalan beraspal berpengaruh negatif terhadap kedatangan pariwisata. Hal ini terkait kecenderungan wisatawan yang tidak mempedulikan infrastruktur. Penelitian tentang model permintaan pariwisata Indonesia dilakukan Hakim, et al. (2013) yang menggunakan proksi kedatangan wisatawan asing sebagai variabel permintaan pariwisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permintaan pariwisata di indonesia dipengaruhi oleh GDP Indonesia, GDP negara asal wisatawan, harga pariwisata Indonesia, harga pariwisata negara lain, konsumsi pariwisata. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa GDP Indonesia, GDP negara asal, harga pariwisata negara lain dan konsumsi berpengaruh positif terhadap penawaran wisata Indonesia. Akan tetapi, harga pariwisata Indonesia berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan metode fixed effect. Sebuah penelitian dilakukan oleh Makochekanwa (2013) dengan judul an analysis of tourism contribution to economic groeth in SADC (Southern Africa Development Community) countries. Penelitian ini mengunakan metode data panel statis sebagai alat analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan mancanegara, investasi modal sektor pariwisata, index kebebasan ekonomi, partisipasi sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan GDP perkapita suatu negara. Akan tetapi, investasi langsung dan total konsumsi rumah tangga berpengaruh negatif terhadap perekonomian di wilayah ini. Subekti (2013) melakukan penelitian tentang dampak korupsi dan variabel ekonomi lainnya terhadap perekonomian sepuluh negara ASEAN+3 tahun 2000
16
sampai 2010. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi modal fisik, belanja pemerintah, dan pengeluaran pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Korupsi diindikasikan sebagai rendahnya kualitas institusi pemerintah yang menghambat kinerja perekonomian di kawasan ASEAN+3. Beberapa penelitian terkait pariwisata dan pertumbuhan ekonomi menggunakan metode analisis data panel dinamis. Namun, metode data panel statis juga dapat digunakan dalam penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Makochekanwa (2013) dalam penelitian di negara-negara SADC. Namun, penelitian ini melihat pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran wisatawan yang terdiri dari pegeluaran wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik untuk produk-produk pariwisata di negara tujuan, investasi modal di sektor pariwisata, dan total pengeluaran pemerintah. Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan variabel tingkat korupsi yang mempengaruhi tingkat efisiensi dan kinerja perekonomian suatu negara (EugenioMartín et al. 2004). Selanjutnya, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan pariwisata ke DTW pada penelitian ini menggunakan metode panel statis. Beberapa penelitian menggunakan variabel harga dalam menentukan kedatangan wisatawan ke tempat tujuan wisata yang dilihat dari perbandingan antara index harga konsumen negara tujuan terhadap index harga negara asal wisatawan terhadap nilai tukar antar dua negara. Namun, pada penelitian ini variabel yang digunakan merupakan perbandingan antara nilai tukar nominal dan paritas daya beli antara negara tujuan terhadap Amerika (Eugenio-Martín et al. 2004). GDP perkapita negara tujuan harapan hidup dan perdagangan juga digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini dengan merujuk pada penelitian Eugenio-Martín et al. (2004). Kualitas pelayanan publik digunakan dalam penelitian ini sebagai faktor yang menentukan permintaan pariwisata (Yoeti 2006). Metode data panel statis sebagai metode analisis kuantitatif dalam penelitian ini dapat menginterpretasikan nilai individual heterogenity atau keragaman individu dari setiap cross section. Penggambaran terhadap nilai keragaman individu tersebut dapat menunjukkan besaran variabel terikat dari suatu model untuk setiap cross section yang digunakan. Penelitian ini terdapat dua model yang dianalisis menggunakan data panel statis, sehingga dapat dijabarkan dua nilai keragaman individu yaitu besaran pengaruh pertumbuhan ekonomi dan jumlah kedatangan wisatawan untuk setiap negara. Selain itu, perbedaan antara penelitiaan ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terdapat pada objek dari penelitian ini. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Negara-negara ASEAN beserta empat mitra kerjasama dari Asia. Pemilihan empat mitra kerjasama ini karena keempat negara ini telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan pihak ASEAN untuk melakukan kerjasama dalam bidang pariwisata (Djatnika 2014). Rangkuman mengenai metode dan variabel yang digunakan dalam beberapa literatur penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 7.
17
Tabel 7 Rangkuman metode dan variabel pada literatur penelitian No. Judul Penelitian, Nama Metode Variabel yang digunakan Penulis, Tahun Analisis dan Tanda Koefisien Hasil Penelitian Estimasi 1 Tourism and Economic GMM jumlah wisatawan (+), Growth in Latin GDP (+), investasi (+), American Countries: A stabilitas negara (+), Data panel Approach korupsi (-), pengeluaran Oleh: Juan Luis pemerintah (-) terhadap Eugenio-Martín, Noelia pertumbuhan ekonomi Martín Morales and Riccardo Scarpa (2004) Data panel
2
Determinants of tourist arrivals in Africa: a data panel regression analysis Oleh: Wim Naude dan Andrea Saayman (2005)
Data panel
3
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi) Oleh: Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) Tourism Development and Economic Growth in Seven Mediterraean Countries: A Data panel Approch Oleh: Nikolaos Dritsakis (2012) Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisaata Indonesia di Pasar ASEAN Oleh : Anindita Sita Dewi (2013)
Data panel
4
5
GDP per kapita (+), angka harapan hidup (+), perdagangan (+) terhadap kedatangan wisatawan stabilitas politik(+), infrastruktur(+) pariwisata(+), pembangunan negara(+), kesehatan(+), pendapatan wisatawan (-) terhadap kedatangan wisatawan investasi dalam dan luar negeri (+), ekspor bersih (+) terhadap pertumbuhan ekonomi regional
Fully Modified Ordinary
penerimaan pariwisata memiliki dampak lebih tinggi pada GDP. nilai tukar (+) terhadap perekonomian.
Data Panel
akomodasi (+) dan permintaan pariwisata (+), infrastruktur (-), harga relatif (-), GDP negara asal (-) terhadap kedatangan wisatawan
18
No.
Judul Penelitian, Nama Penulis, Tahun Penelitian
Metode Analisis
6
An analysis of tourism contribution to economic groeth in SADC countries Oleh: Albert Makochekanwa (2013)
Data Panel Statis
7
Analisis Aliran Investasi Data panel dan Perdagangan Pariwisata Indonesia Oleh: Faurani I Santi Singagerda, Rina Oktaviani, Dedi Budiman Hakim dan Reni Kustiari (2013)
8
Dampak Korupsi dan Variabel Ekonomi Lainnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sepuluh Negara ASEAN+3 Tahun 20002010 Oleh: Ardhi Harry Subekti (2013)
Data panel
Variabel yang digunakan dan Tanda Koefisien Hasil Estimasi Pengeluaran wisata mancanegara (+), investasi modal sektor pariwisata (+), index kebebasan ekonomi (+), FDI (-), total konsumsi (-) terhadap GDP rill perkapita GDP negara asal wisatawan (+), GDP Indonesia (+), harga pariwisata negara lain (+), konsumsi pariwisata (+), harga pariwisata Indonesia (-) terhadap permintaan pariwisata investasi modal fisik (+), balanja pemerintah (+), pengeluaran pendidikan (+), dan korupsi (-) terhadap pertumbuhan ekonomi
Kerangka Pemikiran Berdasarkan literatur dalam penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan analisis data panel untuk menguji pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4 perekonomian dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara. Ke negara-negara ASEAN beserta empat mitra ASEAN (China, India, Jepang, dan Korea Selatan). ASEAN dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena kawasan ini memiliki berbagai jenis objek wisata. Selain itu, kawasan ini juga memiliki jumlah penduduk yang begitu besar dan berpotensi menjadi pasar pariwisata yang dapat menunjang perekonomian negara. Kemudian, pemilihan empat mitra ASEAN ini karena negara-negara tersebut telah menjalani kerjasama dengan pihak ASEAN untuk mengembangkan pariwisata di kawasan tersebut.
19
Pariwisata menjadi salah satu industri yang berkembang pesat diabad ke21. Hal ini terjadi seiring dengan liberalisasi perdagangan yang terjadi, dimana setiap negara berupaya menghilangkan hambatan yang ada. Selain itu, perkembangan teknologi menjadi sebuah faktor penting yang menunjang perkembangan pariwisata. Perkembangan teknologi ini memudahkan para wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata dengan biaya yang lebih murah. Banyak negara-negara didunia mengembangkan pariwisata diwilayahnya karena pariwisata dianggap sebagai sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi sumber pemasukan untuk masyarakat maupun negara. Namun, pengembangan pariwisata sebagai faktor penunjang perekonomian suatu negara menghadapi tantangan yang serius, hal ini terkait masalah kesehatan, keamanan, dan bencana alam. Selain itu, stabilitas ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke sebuah negara. Pengaruh stabilitas ekonomi ini terjadi pada tahun 2008, dimana krisis finansial global mempengaruhi kinerja sektor pariwisata dunia. Gambar 1 menjelaskan tentang kerangka pemikiran yang mencakup variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Tingkat perekonomian menjadi tujuan dari pengembangan pariwisata di suatu negara. Menurut Mankiw (2007), GDP dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat kinerja perekonomian, karena GDP merupakan ringkasan aktivitas ekonomi dalam satuan mata uang tertentu selama periode tertentu. Penelitian ini menjadikan perekonomian yang diwakili oleh GDP perkapita sebagai variabel yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas yaitu, pengeluaran wisatawan, investasi modal sektor pariwisata, pengeluaran pemerintah, dan tingkat korupsi. Pengeluaran wisatawan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan domestik dan mancanegara di suatu negara dan menjadi pemasukan bagi penyedia produk pariwisata. Investasi modal sektor pariwisata menjadi modal bagi industri pariwisata yang digunakan untuk peningkatan produksi. Pengeluaran pemerintah merupakan belanja yang dilakukan pemerintah (terkait barang publik) yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Korupsi menjadi sebuah faktor yang tidak dapat dilepaskan dengan pertumbuhan ekonomi, karena korupsi menciptakan inefisiensi dalam kegiatan ekonomi. Penelitian ini selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara ke wilayah ASEAN+4. Faktor yang digunakan untuk menganalisis kedatangan wisatawan ke kawasan ini yaitu harga barang di negara tujuan, index pelayanan publik, perdagangan, harapan hidup, dan GDP perkapita negara tujuan. Harga barang di negara tujuan menjadi faktor yang menjadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung, terkait jumlah biaya yang harus dikeluarkan saat wisatawan melakukan kunjungan. Faktor kualitas pelayanan publik menjadi pertimbangan wisatawan sebagai faktor kenyamanan wisatawan saat melakukan kujungan wisata. Beberapa penelitian juga menjadikan faktor total perdagangan sebagai faktor keterbukaan suatu negara yang memudahkan wisawan untuk melakukan kunjungan wisata. Faktor harapan hidup merupakan tingkat kematian dari total populasi sebuah negara yang mencerminkan tingkat keamanan sebagai faktor pertimbangan wisatawan untuk berkunjung. GDP perkapita negara tujuan menjadi sebuah fakor yang
20
menggambarkan tingkat perekonomian penduduk di suatu negara dan dilihat sebagai faktor produksi semua sektor perekonomian termasuk pariwisata.
Liberalisasi
Kemajuan Teknologi
Pariwisata
Isu keamanan dan Kesehatan
Bencana Alam
Investasi Modal Sektor
Penyerapan Tenaga Kerja
Pengeluaran Wisatawan
Perekonomian Negara
Total Pengeluaran Pemerintah
Korupsi
Harga
Keterbukaan Perdagangan Kedatangan Wisatawan
Kualitas Pelayanan
Harapan Hidup Keterangan : : dipengaruhi oleh : mempengaruhi : terdiri dari : variabel tidak digunakan Gambar 3 Kerangka Pemikiran
21
Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, hipotesis yang dapat diatarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis mengenai pengaruh sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi. 1.1. Investasi modal di sektor pariwisata berpengaruh positif terhadap GDP perkapita. 1.2. Tingkat pengeluaran wisatawan berpengaruh positif terhadap GDP perkapita. 1.3. Konsumsi umum pemerintah berpengaruh positif terhadap GDP perkapita. 1.4. Tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap GDP perkapita. 1. Hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan. 1.1. Produk domestik bruto di DTW tahun berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan. 1.2. Harga barang dan jasa di DTW berpengaruh negatif terhadap kedatangan wisatawan. 1.3. Kualitas pelayanan publik di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan. 1.4. Harapan hidup di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan. 1.5. Perdagangan di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah jenis data yang diambil dari pihak (seseorang atau lembaga) lain yang telah dipublikasi (Widarjono 2009). Semua data yang diambil dalam penelitian adalah data cross section dan time series. Data time series ini meliputi data tahunan dari tahun 2005 hingga 2012. Sedangkan untuk data cross section meliputi negara-negara ASEAN yang terdiri dari Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam dan 6 negara mitra ASEAN yang terdiri dari China, Jepang, Korea Selatan, dan India. Selanjutnya, data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari beberapa lembaga. Data pengeluaran wisatawan mancanegara, pengeluaran wisatawan domestik, investasi sektor pariwisata, pengeluaran pemerintah di sektor pariwisata diperoleh dari lembaga World Travel and Tourism Council (WTTC). Kemdian untuk data jumlah kedatangan wisatawan internasional, produk domestik bruto rill, total konsumsi pemerintah, harga (official exchange rate dan purchasing power parity), harapan hidup, dan total perdagangan diperoleh World
22
Development Indicators (WDI) yang dirilis oleh World Bank. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data index pelayanan publik yang diperoleh dari lembaga Fund for Peace dan index persepsi korupsi dari Transparency Internasional.
Metode dan Pengolahan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis kondisi umum pariwisata di Negara-negara ASEAN+4 melalui data sekunder yang diperoleh dari beberapa lembaga. Selanjutnya, metode kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan metode data panel statis untuk melihat pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dan menganalisis faktor-faktora yang mempengaruhi kedatangan wisatawan. Data tersebut dianalisis menggunakan program Eviews 6 yang kemudian hasilnya akan diinterpretasikan. Interpretasi hasil tersebut dilakukan dengan cara melihat kesesuaian hasil yang diperoleh dengan beberapa tinjauan ekonomi. Analisis Data Panel Statis Model data panel adalah suatu model analisis yang mengkombinasikan data time series dan cross section sehingga jumlah observasi yang diamati menjadi lebih besar Firdaus 2011). Selain itu, model ini dapat meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom) yang artinya meningkatkan efisiensi. Menurut Baltagi (2005), ada beberapa keunggulan dari penggunaan metode data panel diantaranya, yaitu: 1. Metode daata panel dapat mengontrol keberadaan unobserved heterogeneity, karena data ini memasukkan data individu ke dalam deret waktu . 2. Data panel mampu memberikan data yang informatif, mengurangi kolinieritas antarpeubah, lebih bervariasi, memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien. 3. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek dari pada penggunaan data time series saja atau cross section saja. 4. Dapat mengurangi bias pada analisis yang mengagregasi individu yang lebih luas 5. Data panel menggunakan data dari individu-individu yang berulang dari tahun ke tahun, maka dapat dipelajari suatu bentuk peubah yang dinamis dan dapat mempelajari model prilaku yang lebih kompleks. Pemilihan Metode Estimasi Terdapat tiga pendekatan dalam pemilihan model estimasi regresi data panel, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect atau Least Square Dependent Variable (LSDV), dan Random Effect (Gujarati 2006). Adapun penjelasan dari masing-masing pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) Pada prinsipnya, pendekatan PLS merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengelolahan data panel. Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pouled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N
23
merupakan jumlah cross sectio dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan dalam analisis. Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu: YIt = ai + ßXit + uit Keterangan : Yit = variabel dependen Xit = variabel independen a = intersep ß = slope uit = error Terbatasnya asumsi yang digunakan dalam metode ini karena model mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel individu dianggap sama.oleh karena itu, model ini kurang sesuai untuk data panel. Selain itu penggunaan parameter akan bias karena metode ini tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama ataupun tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus, 2011). 2. Pendekatan Fixed Effect Pendekatan Fixed Effect merupakan metode yang digunakan ketika antara efek individu dan variabel penjelas memiliki hubungan dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi tersebut membuat komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukkan sebagai bagian dari intersep (Firdaus,2011). Dalam model ini dimungkinkan untuk memasukan variabel dummy (D) untuk memudahkan adanya peubah intersep. Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu: Yit = Σ αiDi + βXit + uit Pada pendekatan Fixed Effect dapat dilakukan pembobotan (no wiighted) atau dengan pembobotan (cross section weight) atau yang sering disebut General Least Square (GLS). Pembobotan yang dilakukan pada model ini bertujuan untuk mengurangi heterogenitas antara unit Cross section. 3. Pendekatan Random Effect Pendekatan Random Effect digunakan ketika tidak adanya korelasi antara efek individu dan regresor. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukan ke dalam erorr (Firdaus, 2011). Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:
Keterangan:
uit Vi Wit t
Yit = αi + βXit + ε εit = uit+ Vit + Wit = komponen cross section eror = komponen time series eror = komponen combinations eror
Dalam menentukan model pendekatan terbaik pada metode data panel statis perlu dikakukan pengujian secara statistik. Pengujian tersebut meliputi uji Chow, uji Hausman, dan uji LM (Breush-Pagan). Adapun tahapan dalam pengujian ini yaitu:
24
1. Uji Chow Uji Chow adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model PLS atau model Fixed Efect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut: : menggunakan PLS : menggunakan Fixed Efecct Model Nilai F-statistik digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. dilakukan ketika nilai F-statistik dalam pengujian lebih besar Penolakan daripada F-statistik, sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-statistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut: ⁄ Keterangan:
⁄ RRSS = hasil pendugaan model PLS URSS = hasil pendugaan model fixed effect N = jumlah data cross section K = jumlah data time series T = jumlah variabel penjelas
2. Uji Housman Uji Housman merupakan pengujian yang dapat dijadikan dasar sebagai penentu pemilihan model fixed effect atau model random effect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah sebagai berikut: : menggunakan Random Efecct Model : menggunakan Fixed Efecct Model Membandingkan nilai statistik Housmann dengan Chi-Square digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik-H dalam pengujian lebih besar daripada (k) , sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-statistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut : Keterangan :
K 3.
= vektor statistik variabel random effect = vektor statistik variabel fixed effect = matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect = matriks kovarians untuk dugaan model random effect = derajat bebas
Uji LM (Breusch-Pagan) Uji LM (Breush-Pagan) adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model random effect atau model Pooled Least Square. yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut: : menggunakan Pooled Least Square. : menggunakan Random Effect Model Membandingkan nilai statistik LM dengan Chi-Square digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik LM dalam pengujian lebih besar daripada tabel , sehingga model yang digunakan yaitu random effect, dan begitu pula sebaliknya.
25
Perumusan Model Penelitian Peneliti menggunakan dua model yang digunakan untuk menganalisis pengarhu pariwisata terhadap perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di wilayah ASEAN+4. Model pada penelitian yang dilakukan oleh Eugenio-Martin, et al (2004) dan Makochekanwa (2013). Kemudian, model kedua mengacu pada penelitian Eugenio-Martin, et al (2004). Adapun model tersebut sebagai berikut : Model pertama :
Keterangan :
α = intersep,
= produk domestik bruto per kapita rill (konstan tahun 2005 US$) = tingkat pengeluaran wisatawan (domestik dan mancanegara) (US$) = investasi modal sektor pariwisata (US$) = total pengeluaran pemerintah (US$) = Index Persepsi Korupsi (index skala 0 sampai10) β = slope, ε = error
Model kedua :
Keterangan :
α = intersep,
= kedatangan wisatawan perkapita = harga (rasio antara nilai tukar dengan faktor konversi PPP) = index pelayanan publik (index skala 0 sampai10) = total perdagangan (US$) = harapan hidup ketika lahir (tahun) = produk domestik bruto per kapita rill (konstan tahun 2005 US$) ε = error β = slope,
Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menganalisis apakah variabel-variabel yang digunakan pada model regresi signifikan atau tidak. Terdapat tiga jenis uji hipotesis yang dapat dilakukan pada model regresi. Uji tersebut adalah uji-F, ujiT, dan koefisien determinasi.
26
Uji-F Uji-F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabelvariabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.Hipotesis pengujian yang digunakan adalah: : : minimal terdapat satu 0 Jika F-statistic > F a(k-1,NT-N-K) atau Prob(F-statistic) < taraf nyata (a), maka tolak , yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1-a dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel terikat, begitu pula sebaliknya. Uji-t Uji-t merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah: : 0 : 0 Jika diperoleh nilai t-statistic lebih besar dari t a/2(NT-K-1), maka keputusan yang diambil adalah tolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-k secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 1- , begitu pula sebaliknya. Koefisien Determinasi Koefisien diterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa baik model yang diperoleh sesuai dengan data yang digunakan, mengukur besarnya persentase variasi dalam peubah terikat yang mampu dijelaskan oleh peubah bebas. Nilai koefisien determinasi yaitu 0≤ . Model dikatakan baik apabila nilai koefisien ini mendekati semakin mendekati satu.
Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan untuk mendapatkan hasil model yang efisien dan konsisten. Sehingga uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran asumsi klasik seperti normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Uji Normalitas Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual (error term) terdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji ini sebagai berikut: : 0 (residual terdistribusi nomal) : α ≠ 0 (residual tidak terdistribusi nomal) Jika nilai Jarque Bera Test lebih besar dari taraf nyata ( ) menandakan atau dengan kata lain residual bersitribusi normal.
27
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Sedangkan Homokedastisitas merupakan variasi residual yang sama untuk semua pengamatan. Pengujian dapat dilakukan untuk melihat hasil estimasi yang terbebas dari masalah heterokedastisitas. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat sum square resid pada Weighted Statistics yang mana hasilnya lebih kecil dari sum square resid pada Unweighted Statistics. Uji Moltikolinearitas Uji multikolinearita digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas. Indikasi terdapatnya multikolinearitas pada hasil estimasi adalah jika koefisien parameter dari t-statistik banyak yang tidak signifikan sementara f –statistiknya signifikan. permasalahan multikolieraritas dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya menghilangkan variabel yang tidak signifikan, menambah variabel, dan pembobotan (cross section weight) atau GLS. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya korelasi antar error pada periode waktu yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson (DW) hasil estimasi model dengan DW-tabel. Gujarati (2004) Permasalahan autokorelasi ini dapat diatasi dengan penggunaan model General Least Square. Perhitungan selang nilai statistik DW dan keputusan keberadaan autokorelasi adalah sebagai beikut: dL
0 Autokorelasi positif
dU Tidak ada keputusan
2 Tidak ada autokorelasi
4-dU
4-dL
Tidak ada keputusan
4
Autokorelasi negatif
Uji Ekonomi Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat kesesuaian tanda dan besaran dari hasil analisis model dengan teori ekonomi yang ada. Model yang memiliki variabel-variabel hasil estimasi yang sesuai dengan teori, dapat dikatakan sebagai model yang baik karena model tersebut sudah dapat menjelaskan kejadian yang terjadi berdasarkan teori yang ada.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pariwisata di Kawasan ASEAN+4 ASEAN merupakan suatu wilayah yang kaya akan berbagai jenis tempat tujuan wisata. Jenis tempat tujuan wisata yang terdapat di kawasan ini antara lain wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata sejarah, dan wisata belanja. Selain itu, belakangan ini ada gagasan untuk mengembangkan wisata syariah untuk menarik wisatawan dari negara-negara islam dan masyarakat muslim lainnya. Beragamnya jenis wisata yang ditawarkan di ASEAN menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Hal ini tentu menjadi salah satu keuntungan negara-negara ASEAN karena dengan banyaknya kunjungan wisatawan maka kegiatan ekonomi masyarakat setempat juga turut berkembang. Begitu besar potensi pariwisata yang dimiliki ASEAN maka negara-negara di kawasan ini mulai fokus untuk mengembangkan sektor pariwisata. Negaranegara ASEAN bersepakat membentuk sebuah forum untuk membahas pengembangan potensi pariwisata pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh. Forum kerja sama ini menghasilkan sebuah kesepakatan perjanjian pariwisata ASEAN atau ASEAN Tourism Agreement (Djatnika 2014). Ada lima poin isi dari perjanjian ini, yaitu: 1. Pemasaran dan promosi 2. Pengembangan produk 3. Peningkatan pelayanan dan standar pariwisata 4. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) 5. Fasilitas perjalanan pariwisata di ASEAN Tindak lanjut dari kerjasama ASEAN di bidang pariwisata maka disusun Roadmap Integration of Tourism Sector (RITS) untuk periode 2004 sampai 2010. Penyusunan ini didasari setelah ditetapkannya sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dalam proses Integrasi ASEAN. Selanjutnya, setelah berakhirnya RITS pada tahun 2010 para menteri pariwisata se-ASEAN membuat sebuah landasan baru yaitu ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) untuk periode 2011 sampai 2015 (Djatnika 2014). Landasan ini dibuat pada bulan Januari 2011 di Phnom Pehn, Cambidia. Adapun isi dari ATSP meliputi: 1. Penyusunan strategi investasi, pemasaran, dan produk di kawasan ASEAN 2. Peningkatan mutu pelayanan dan SDM di kawasan ASEAN 3. Penggalakan dan percepatan fasilitas perjalanan dan konektifitas ASEAN Kerjasama pengembangan sektor pariwisata di ASEAN tidak hanya dilakukan oleh negara-negara ASEAN. Beberapa negara mitra ASEAN juga ikut serta dalam kerjasama ini yaitu China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Hal yang mendasari negara-negara ASEAN dan mitra-ASEAN melakukan kerjasama adalah untuk peningkatan pangsa pasar, kualitas produk wisata, teknologi, investasi, dan politik kerjasama. Semua hal yang mendasari kerjasama antara kedua belah pihak berujung pada upaya peningkatan jumlah kedatangan wisatawan di setiap negara. Pada Tabel 8 menyajikan data pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan ke Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2012.
29
Tabel 8 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4 periode 2008-2012 Tahun Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Persen (%) Brunei Darusalam 26.26 -30.53 36.31 13.08 -13.64 Indonesia 13.22 1.44 10.74 9.24 5.15 Kamboja 5.46 1.74 16.00 14.91 24.36 Laos 13.40 -4.32 34.79 6.95 19.82 Malaysia 5.14 7.23 3.94 0.56 1.29 Philiphina 1.52 -3.89 16.67 11.28 9.09 Singapura -2.25 -3.73 22.34 13.42 6.81 Thailand 0.83 -2.98 12.62 20.67 16.25 Vietnam 0.17 -11.54 34.77 19.09 13.87 China -3.05 -4.10 9.41 3.44 0.25 India 3.96 -2.18 11.76 9.23 4.26 Jepang 0.05 -18.69 26.82 -27.78 34.39 Korea Selatan 6.87 13.45 12.54 11.33 13.73 Sumber: World Bank (2014) Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2009 mengalami fluktuatif. Selama periode ini negara yang mengalami peningkatan jumlah kedatangan tertinggi adalah Brunei Darusalam dengan peningkatan kedatangan sebesar 36.31 persen pada tahun 2010. Selain itu, negara lain yang mencatat pertumbuhan diatas 30 persen adalah Laos dan Kamboja pada tahun 2010 dan Jepang pada tahun 2012. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2009 banyak negara yang mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan diantaranya Brunei Darusalam, Laos, Philiphina, Singapura, Thailand, Vietnam, China, India, dan Jepang. Menurut UNWTO (2009) guncangan yang terjadi pada sektor pariwisata ini merupakan imbas dari krisis finansial global pada tahun 2008. Jepang menjadi satu-satunya negara yang mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 2011. Penurunan yang dialami Jepang diakibatkan oleh bencana alam (gempa bumi dan tsunami). Menurut Saputra (2011) bencana alam yang dialami jepang ini membuat para wisatawan membatalkan kunjungan ke negara sakura ini. Ada beberapa negara yang tetap mengalami pertumbuhan kedatangan wisatawan di tengah guncangan yang terjadi. Negara-negara tersebut diantaranya Indonesia, Kamboja, Malaysia, dan Korea Selatan, dan negara-negara ini juga merupakan negara yang terus mengalami pertumbuhan kedatangan wisata selama periode 2008 sampai 2012. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan oleh Negara-negara ASEAN+4 untuk meningkatkan perekonomian negara. Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat output yang dihasilkan negara tersebut. GDP digunakan sebagai suatu indikator untuk melihat output suatu yang dihasilkan masyarakat di sektor pariwisata. Selain itu, indikator yang dapat digunakan dalam menghitung
30
kegiatan perekonomian di sektor pariwisata yaitu melalui pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat suatu Negara sebagai penyedia produk dan jasa di sektor pariwisata. Barang dan jasa pariwisata yang dibeli oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata menjadi sebuah pendapatan bagi para produsen di sektor pariwisata. Selanjutnya, produsen akan terus meningkatkan produksinya ketika mendapatkan tambahan modal. Selain itu, pendapatan yang di terima oleh masyarakat setempat yang melakukan produksi di sektor pariwisata juga meningkatkan konsumsinya terhadap barang dan jasa. Kondisi ini yang menjadikan pengeluaran wisatawan sebagai salah satu komponen penggerak dan menciptakan efek berganda bagi perekonomian (Yoeti 2012).Tabel 9 menunjukkan pertumbuhan pengeluaran wisatawan di Negara-negara ASEAN+4 dari tahun 2008 sampai 2012. Tabel 9 Pertumbuhan pengeluaran wisatawan di negara-negara ASEAN+4 tahun 2008-2012 Tahun Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Persentase (%) Brunei 6.77 -12.99 17.23 15.34 3.72 Indonesia 12.94 -8.19 19.14 13.36 3.43 Kamboja 11.44 -3.22 9.26 23.75 10.01 Laos 25.94 3.84 22.35 11.31 10.39 Malaysia 8.06 -6.94 15.08 10.40 4.67 Philiphina -33.61 2.25 10.47 22.83 15.95 Singapura 13.28 -10.82 27.76 19.75 6.06 Thailand 8.27 -13.71 16.43 19.45 15.24 Vietnam 14.42 -9.30 10.87 19.73 12.90 China 15.33 5.95 13.04 16.63 11.42 India 9.02 -4.90 19.28 13.09 1.15 Jepang 10.58 1.47 6.19 5.21 3.43 Korea Selatan 0.29 -10.10 15.28 7.06 6.04 Sumber: World Travel and Tourism Council (2014) Berdasarkan data yang dipublikasi oleh WTTC (2014), selama periode 2008 hingga tahun 2012 negara yang memiliki persentase pertumbuhan paling besar adalah negara Singapura pada tahun 2010 yaitu sebesar 27.76 persen. Akan tetapi, selama periode ini juga terjadi penurunan jumlah pengeluaran wisatawan untuk beberapa negara di kawasan ini. Negara yang mengalami penurunan paling besar terdapat pada negara Philiphina di tahun 2008 dengan besaran 33.61 persen. Penurunan ini terjadi akibat krisis finansial dunia pada tahun 2008. Krisis finansial ini berlanjut pada tahun 2009. Sebagian besar negara di kawasan ASEAN+4 mengalami penurunan pada tahun 2009, terkecuali untuk negara Laos, Philiphina, China, dan Jepang. Investasi menjadi salah satu unsur dalam pengembangan sektor pariwisata. Hal ini terkait dengan penyediaan barang dan jasa kebutuhan-kebutuhan wisatawan selama berada di daerah wisata. Secara langsung maupun tidak
31
langsung perkembangan ini juga akan berpengaruh terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Perkembangan investasi ini juga nantinya akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru dan lapangan kerja baru. Pertumbuhan investasi inilah yang diharapkan oleh Negara-negara ASEAN+4 untuk meningkatkan perekonomian. Gambar 2 menunjukkan Investasi Modal Produk Pariwisata di Negaranegara ASEAN+4 pada tahun 2012. Investasi modal pariwisata ini terkait dengan semua investasi pada industri yang berkaitan langsung dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan barang dan jasa bagi para wisatawan. Barang dan jasa yang termasuk dalam produk-poduk pariwisata ini diantaranya hotel, transportasi, cindramata, dan lain sebagainya. China memiliki investasi modal produk pariwisata yang paling besar diantara negara ASEAN+4 lainnya. Hingga tahun 2012 besarnya investasi di China mencapai 108.531 miliar US$. Kemudian, pada tahun yang sama Jepang dan India menempati urutan kedua dan ketiga investasi tertinggi dengan besaran 41.706 dan 31.883 miliar US. Sedangkan, Korea Selatan memiliki investasi terkecil dibanding tiga mitra-ASEAN lainnya dengan investasi sebesar 6.982 miliar US$. Indonesia menjadi negara yang memiliki nilai investasi terbesar di kawasan ASEAN pada tahun 2012 dengan jumlah investasi sebesar 14.985 miliar US$. Selanjutnya, setelah indonesia negara yang memiliki investasi terbesar di kawasan ASEAN adalah Singapura, Thailand, dan Malaysia dengan besaran 13.094, 7.155, dan 6.019 miliar US$. Sedangkan, negara-negara lainnya memiliki investasi dibawah lima miliar US$ yaitu Vietnam, Philiphina, Brunai, Kamboja, dan Laos dengan investasi sebesar 3.477, 1.791, 0.381, 0.299, dan 0.284 miliar US$. China
120
Japan 100
South Korea India
Persen
80
Brunei 60
Cambodia Indonesia
40
Laos Malaysia
20
Philippines
0
Thailand 2012
Singapore Vietnam
Tahun Sumber: World Travel and Tourism Council (2014) Gambar 2. Investasi modal sektor pariwisata di ASEAN+4 tahun 20062011(miliar US$)
32
Menurut Rahmin (2012) kawasan ASEAN memiliki daya tarik pariwisata yang begitu besar, begitu juga bagi para investor. Pihak ASEAN melakukan kegiatan ASEAN Tourism Invesment Forum (ATIF) pada tahun 2012 di Lombok, Indonesia. Agenda ini ditujukan untuk menarik para investor yang ingin berinvestasi pada sektor pariwisata ASEAN. Forum yang di gagas negara-negara ASEAN ini dihadiri oleh negara-negara mitra ASEAN (China, Jepang, dan Korea Selatan), investor potensial, pengembang, buyer dan trader regional, profesional, pemerintah pusat maupun daerah, serta pelaku bisnis pariwisata dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran tiga negara mitra ASEAN dalam forum ini untuk memperkenalkan proyek investasi pariwisata di negara ASEAN. Peningkatan investasi di sektor pariwisata ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masing-masing negara (Jurnas 2012). Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kekuasaan dalam pelaksanaan kebijakan terkait perekonomian, juga memiliki peran dalam menentukan pengembangan sektor pariwisata di negaranya. Pemerintah adalah pelaku penting dalam sektor pariwisata karena pemerintah bertanggung jawah terhadap penentuan peraturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai macam infrastruktur terkait dengan kebutuhan pariwisata (Damanik dan Weber 2006). Penentuan jumlah anggaran yang diperuntukan membangun infrastuktur perlu dilakukan pemerintah guna meningkatkan pelayanan dan fasilitas pariwisata. Penyusunan recana yang strategis ini perlu dilakukan pemerintah untuk menarik wisatawan berkunjung ke negaranya. China
12
Japan 10
South Korea India
Persen
8
Brunei 6
Cambodia Indonesia
4
Laos Malaysia
2
Philippines
0
Thailand 2012
Singapore Vietnam
Tahun Sumber: World Travel and Tourism Council (2014) Gambar 3 Persentase pengeluaran pemerintah di sektor pariwisata terhadap pengeluaran total pemerintah ASEAN+4 pada tahun 2012 Gambar 5 menunjukkan bahwa negara yang sangat fokus mengembangkan sektor pariwisata di negaranya adalah negara Singapura jika
33
dibandingkan Negara-negara ASEAN+4 lainnya. Di negara ini anggaran pembangunan terkait peningkatan pelayanan pariwisata sebesar 10.2 persen dibandingkan total anggaran belanja pemerintah. Negara-negara ASEAN+4 yang memiliki anggaran diatas lima persen adalah Kamboja(9.4%), Indonesia (9.1%), Laos (7.9%), dan Philiphina (6%). Selain itu, negara ASEAN+4 yang memiliki persentase anggaran dibawah lima persen adalah Brunei (0.7%), Malaysia (1.7%), Thailand (2.7%), Vietnam (1.4), China (3.9%), India (0.9%), Jepang (0.9%), dan Korea Selatan (2.5%). Pemerintah tidak hanya dituntut dalam penyediaan berbagai fasilitas perjalanan wisata. Namun, pemerintah juga harus aktif menjadi mediator bagi berbagai pihak di sektor pariwisata. Sehingga, terjadi sinergitas antara pelaku usaha, investor, masyarakat, pemerintah, dan stakeholder lainnya dalam membahas dan menentukan strategi dalam mengembangkan sektor pariwisata. Dengan demikian strategi atau kebijakan yang diambil dapat dirasakan manfaatnya bagi semua pihak terutama para pelaku usaha dan masyarakat yang berhadapan langsung dengan para wisatawan dalam melakukan pelayanan wisata.
Pengaruh Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ASEAN+4 Bagian ini membahas tentang pengaruh pariwisata terhadap perekonomian di wilayah ASEAN+4 dengan menggunakan metode data panel statis. Model yang digunakan mengacu pada penelitiaan yang dilakukan oleh Eugenio-Martin et al (2004) dan Makochekanwa (2013). Perekonomian (diwakili oleh GDP rill perkapita) ini dilihat melalui pengeluaran wisatawan domestik, investasi pada sektor pariwisata, total pengeluaran pemerintah, dan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara. Tahap awal metode data panel adalah mengestimasi model untuk mendapatkan model yang dapat menggambarkan tentang pengaruh pariwisata terhadap perekonomian. Estimasi model pada data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan model yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Penentuan estimasi terbaik dilakukan melalui dua uji yaitu uju Chow dan uji Hausman. Tabel 10 menunjukkan hasil Uji Chow dan uji Hausman. Tabel 10 Hasil Uji Chow dan uji Hausman model 1 Uji Model Terbaik
Nilai Probabilitas
Hasil Hipotesis
Uji Chow
0,0000
Tolak
, maka FEM
Uji Hausman
0,0000
Tolak
, maka FEM
Hasil Uji Chow menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,0000. Hasil ini kurang dari taraf nyata yang digunakan sebesar 5%. Karena nilai probabilitas pada Uji Chow menunjukkan lebih kecil dari 5% maka cukup bukti untuk melakukan penolakan . Berdasarkan Uji Chow model FEM lebih baik digunakan dibandingkan model PLS. Nilai pobabilitas yang ditunjukan pada hasil estimasi uji Hausman sebesar 0,0000. Karena hasil estimasi pada uji Hausman menunjukkan nilai probabilitas 0,0000 kurang dari taraf nyata 5 persen, maka
34
cukup bukti untuk menolak . Berdasarkan hasil estimasi uji Hausman maka model FEM lebih baik dibandingkan REM. Adapun hasil estimasi dari pendekatan model FEM dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan FEM (Model 1) Variable Coefficient t-Statistic Prob. lnTOUR 0.1157 5.2021 0.0000 lnCI 0.0273 2.1536 0.0342 lnGCWITHOU 0.1461 5.4771 0.0000 CPI 0.0130 2.2782 0.0253 C 1.0845 4.3953 0.0000 R-squared 0.9997 Prob(F-statistic) 0.0000 Sum squared resid Weighted 0.1223 Sum squared resid Unweighted 0.1436 Durbin-Watson Stat 1.1316 Hasil estimasi pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi model FEM sebesar 0.9997. Hasil ini menjelaskan bahwa 99.97 persen keragaman perekonomian di Negara-negara ASEAN+4 dapat dijelaskan oleh model. Sedangkan 0.03 persen lainnya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Adapun faktor lain yang mungkin mempengaruhi GDP rill perkapita di kawasan ini diantaranya investasi langsung, total perdagangan, dan investasi modal manusia (Fayissa et all 2007). Nilai probabilitas F-statistik yang ditunjukan pada Tabel 11 adalah 0.0000. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar lima persen. Hasil ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan, investasi sektor pariwisata, total pengeluaran pemerintah, dan korupsi di wilayah ASEAN+4 secara bersama mempengaruhi GDP rill perkapita kawasan tersebut dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil uji-t pada model menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen (pengeluaran wisatawan, investasi sektor pariwisata, total pengeluaran pemerintah, dan tingkat korupsi) di wilayah ASEAN+4 berpengaruh terhadap GDP rill perkapita dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil uji-t didapat dari nilai probabilitas masing-masing variabel independen yang nilainya kurang dari taraf nyata lima persen. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error yang terdapat pada model sudah terdistribusi nomal. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas pada uji normalitas lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Tabel 12 menunjukkan hasil yang diperoleh dalam uji normalitas model FEM ini didapati nilai probabilitas sebesar 0.1065 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Kondisi ini menandakan bahwa cukup bukti untuk menerima atau dengan kata lain error yang terdapat pada model telah terdistribusi dengan normal. Tabel 12 Hasil uji normalitas model 1 Uji Normalitas Nilai Jarque Bera 4.4787 Probability 0.1065
Keterangan >taraf nyata 5 persen >taraf nyata 5 persen
35
Heterokedastisitas merupakan variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Untuk menguji apakah model terbebas dari heterokedastisitas dapat dilihat dari nilai Sum squared resid Weighted yang nilainya lebih kecil dari nilai Sum squared resid Unweighted. Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Sum squared resid Weighted sebesar 0.1223 dan nilai Sum squared resid Unweighted 0.1436. Sehingga model FEM ini dapat dikatakan sudah terbebas dari Heterokedastisitas. Multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antar variabel bebas. Keberadaan multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan hasil uji korelasi antar variabel bebas (Lampran 5). Hasil pengujian menunjukkan tidak adanya hubungan antar variabel bebas yang dilihat dari nilai masing-masing variabel bebas yang kurang dari nilai koefisien determinasi. Autokorelasi digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar eror pada periode waktu yang berbeda pada model. Hasil pengujian ini dilihat dengan membandingkan nilai DW hasil estimasi dengan DW-tabel. Nilai DW hasil estimasi menunjukkan berada pada selang antara 0 dan dL atau menunjukkan terdapatnya autokorelasi. Model FEM yang digunakan telah dilakukan pembobotan cross-section weight dan coefficience covariance white cross section method. Pembobotan ini untuk mengkoreksi terjadinya autokorelasi dan multikorelasi. Sehingga model FEM yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari pelanggaran asumsi kelasik tersebut. Analisis Ekonomi Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negaranegara ASEAN+4 Berdasarkan hasil estimasi pada data panel, pengeluaran wisatawan di negara-negara ASEAN+4 berpengaruh terhadap perekonomian kawasan tersebut. Pengeluaran wisatawan merupakan besaran pendapatan wisatawan yang dialokasikan untuk produk-produk di sektor pariwisata. Pengeluaran ini berpengaruh positif terhadap GDP rill perkapita Negara-negara ASEAN+4. Jika pengeluaran wisatawan domestik naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan GDP rill perkapita sebesar 0.1157 persen, begitu pula sebaliknya. Menurut Fayissa (2007) peningkatan pengeluaran wisatawan di suatu wilayah akan meningkatkan perekonomian wilayah tersebut seiring peningkatan pendapatan rata-rata perkapita masyarakat sebagai penyedia produk pariwisata. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Wahab dalam Yoeti (2008), yang menyatakan bahwa pariwisata berperan penting dalam mendorong peningkatkan beberapa sektor perekonomian (Sektor pariwisata, sektor pertanian, dan sektor lainnya) di suatu wilayah. Hasil dari analisis data panel menunjukkan bahwa tingkat investasi sektor pariwisata berpengaruh positif terhadap perekonomian di negara-negara ASEAN+4. Ketika investasi terhadap produk-produk wisata meningkat satu persen maka GDP rill perkapita akan meningkat sebesar 0.0273 persen. Pengaruh positif investasi sektor pariwisata terhadap perekonomian menandakan investasi modal sudah dapat digunakan untuk meningkatkan produk dan kualitas di sektor pariwisata. Menurut Tambunan (2001), keberadaan investasi berpengarung
36
terhadap peningkatan jumlah modal per pekerja yang kemudian akan meningkatkan produktivitas per pekerja. Selain itu, pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat terjadi ketika iklim investasi yang kondusif. Kondisi iklim tersebut terkait pelayanan publik yang baik, peraturan pemerintah yang pro-bisnis, dan kepastian hukum (Nuryadin dan Sodik 2005). Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa total pengeluaran pemerintah Negara-negara ASEAN+4 berpengaruh positif terhadap perekonomian kawasan ini. Peningkatan satu persen pada pos pengeluaran pemerintah akan meningkatkan 0.1461 persen GDP rill perkapita negara ASEAN+4. Kondisi ini juga didukung oleh teori pertumbuhan ekonomi dari pos pengeluaran yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat perekonomian. Belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk sektor-sektor produktif masyarakat akan meningkatkan pendapatan masyarakat, hal ini terkait pendapatan yang diterima masyarakat yang bekerja pada proyek pembangunan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, berdasarkan penelitian Eugenio-Martin, et al (2004) pengeluaran total pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, ketika pengeluaran tersebut digunakan untuk belanja barang-barang pendukung kegiatan produksi masyarakat. Index persepsi korupsi merupakan cerminan tingkat korupsi di suatu negara. Semakin besar nilai index maka tingkat korupsi semakin rendah. Estimasi model FEM menunjukkan bahwa index korupsi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+4. Ketika index persepsi korupsi meningkat satu satuan index maka akan meningkatkan GDP rill perkapita sebesar 0.0130 persen. (Eugenio-Martin et al 2004) korupsi merupakan faktor yang mempengaruhi perekonomian karena negara yang terbebas korupsi perekonomiaannya akan lebih efisien dan penerimaan dari modal akan lebih besar. Menurut Jain dan Dahiya (2012), dampak korupsi terhadap perekonomian adalah meningkatkan biaya belanja pemerintah sehingga tidak efisien. Selain itu, korupsi meningkatkan pajak untuk bisnis sehingga berkurangnya investasi langsung (salah satu faktor penting dalam mengurangi pengangguran). Tabel 13 Efek individu perekonomian Negara-negara ASEAN+4 No. Negara Efek 1. Brunei 3.9661 2. Indonesia 0.0067 3. Kamboja 0.1771 4. Laos 0.3362 5. Malaysia 1.7321 6. Philiphina 0.3590 7. Singapura 3.4591 8. Thailand 0.8993 9. Vietnam 0.0723 10. China 0.0232 11. India 0.6144 12. Jepang 2.5619 13. Korea Selatan 2.4597
37
Selanjutnya, analisis pada bab ini secara khusus dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing negara terhadap perekonomian (GDP rill perkapita) di kawasan ASEAN+4. Interpretasi ini dilakukan terhadap nilai keragaman individu (individual heterogeneity) yang terdapat pada metode panel statis dengan pendekatan FEM (Lampiran 3). Tabel 13 menunjukkan besarnya pengaruh pertumbuhan di Negara ASEAN+4 ketika semua variabel dalam model ini dianggap konstan atau tidak berpengaruh. Data tersebut hanya melihat besarnya pengaruh dari masing-masing negara, tidak melihat pengaruh secara positif ataupun negatif. Karena dalam hasil ini efek yang diperoleh telah dimutlakan. Efek yang ditunjukan pada data tersebut memperlihatkan bahwa negara yang mempunyai pengaruh terbesar adalah negara Brunei dengan besaran efek sebesar 3.966. Kemudian ada negara Singapura, Jepang, dan Korea Selatan dengan efek sebesar 3.4591, 2.5619, dan 2.4597. sedangkan untuk negara-negara lainnya memiliki efek dibawah dua dan negara yang memiliki efek terkecil adalah negara Indonesia dengan besaran 0.0067.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Wisatawan ke Wilayah ASEAN+4 Sub bab ini membahas tentang faktor-faktor yang mempegaruhi kedatangan wisatawan ke wilayah ASEAN+4 dengan model yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Eugenio-Martin, et al (2004). Faktor kedatangan wisatawan tersebut dilihat melalui harga, index pelayanan publik, perdagangan, dan GDP rill perkapita. Faktor harapan hidup ditambahkan sebagai variabel yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara, hal ini terkait ketersediaan berbagai pelayanan publik yang menyangkut kenyamanan wisatawan saat melakukan kunjungan wisata (Yoeti 2008). Metode data panel digunakan sebagai analisis model kedatangan wisatawan ke wilayah ini. Estimasi model pada metode data panel digunakan untuk mendapatkan model tebaik dalam menganalisis faktor-faktor kedatangan wisatawan ke wilayah ASEAN+4. Estimasi ini dilihat melalui tiga pendekatan model, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Hasil pengujian ini dijelaskan pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil uji Chow dan uji Hausman model 2 Uji Model Terbaik Nilai Probabilitas Uji Chow 0,0000 Uji Hausman 0,0000
Hasil Hipotesis Tolak , maka FEM Tolak , maka FEM
Nilai probabilitas yang diperoleh pada Uji Chow adalah sebesar 0.0000. Hasil tersebut kurang dari taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 10 persen maka cukup bukti untuk menolak . Berdasarkan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa model FEM dibandingkan model PLS.Hasil Uji Hausman menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga cukup bukti untuk menolak hipotesis . Keputusan pada Uji Chow dan uji Hausman menunjukkan bahwa model FEM merupakan pendekatan terbaik dibandingkan FEM. Model FEM ini
38
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai Rsquared sebesar 0.9952. Nilai ini menunjukkan bahwa 99.52 persen keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di kawasan ASEAN+4 dapat dijelaskan oleh model. Sebesar 0.48 persen lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Menurut Hakim, et al (2013) Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kedatangan wisatawan yaitu konsumsi pariwisata dan harga pariwisata di negara lain. Hasil estimasi Tabel 15 juga menunjukkan bahwa nilai probabilitas Fstatistik sebesar 0.0000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata 10 persen atau dapat dikatakan tingkat kepercayaan model ini sebesar 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga, index pelayanan pemerintah, perdagangan, ekpektasi hidup, dan GDP perkapita secara bersamasama mempengaruhi kedatangan pariwisata ke Negara-negara ASEAN+4. Tabel 15 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan FEM (model 2) Variable Coefficient t-Statistic Prob. lnPRICE -0.2083 -3.2139 0.0019 PSI -0.0072 -1.9027 0.0607 lnTRADE 0.2588 5.0950 0 lnLIFEXP 13.2603 9.5657 0 lnGDPPC 0.5499 11.4040 0 C -43.7690 -7.6948 0 R-squared 0.9952 Prob(F-statistic) 0 Sum squared resid Weighted 0.6004 Sum squared resid Unweighted 0.6531 Durbin-Watson Stat 1.3640 Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 15 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke wilayah ASEAN+4 adalah harga, index pelayanan pemerintah, perdagangan, ekpektasi hidup, dan GDP. Tingkat kepercayaan hasil uji ini sebesar 90 persen. Hasil tersebut berdasarkan nilai probabilitas masing-masing variabel independen yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Tabel 16 Hasil uji normalitas model 2 Uji Normalitas
Nilai
Keterangan
Jarque Bera
2.2620
>taraf nyata 5 persen
Probability
0.2697
>taraf nyata 5 persen
Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah error yang terdapat pada model sudah terdistribusi normal. Error dapat dikatakan menyebar normal ketika nilai probabilitas uji normalitas lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Hasil uji normalitas (Tabel 16) menunjukkan bahwa nilai
39
probabilitasnya lebih besar dari 5 persen. Sehingga dapat dikatakan error pada model ini sudah terdistribusi normal. Estimasi pada model FEM ini menunjukkan nilai Sum squared resid Weighted lebih kecil dari nilai Sum squared resid Unweighted yaitu sebesar 0.3437 dan 0.4358 (Tabel 16). Hasil ini menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah terbebas dari pelanggaran asumsi klasik heterokedastisitas. Multikolinearitas murupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel penjelas. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa nilai korelasi masing-masing variabel kurang dari koefisien determinan model (Lampiran 11). Hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari pelanggaran multikolinearitas atau variasi residual antar pengamatan tidak sama. Pengujian autokorelasi pada model ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan erorr dalam periode waktu yang berbeda. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai DW hasil estimasi berada antara 0 dan dL pada DW tabel, dengan kata lain terdaapat hubungan erorr pada periode yang berbeda. Penelitian ini menggunakan model FEM yang telah dilakukan pembobotan crosssection weight dan coefficience covariance white cross section method. Kedua pembobotan tersebut untuk mengoreksi terjadinya autokorelasi dan Maka model yang digunakan telah terbebas dari pelanggaran asumsi klasik tersebut. Analisis Ekonomi Faktor-faktor Wisatawan ke Wilayah ASEAN+4
yang
Mempengaruhi
Kedatangan
Faktor harga barang dan jasa di negara tujuan wisata mempunyai pengaruh negatif terhadap kedatangan wisatawan ke DTW. Besarnya pengaruh harga terhadap kedatangan wisatawan adalah sebesar 0.2083 persen. Ketika terjadi kenaikan harga sebesar satu persen maka akan menurunkan kedatangan wisatawan sebesar 0.2083 persen. Konsumen pariwisata merupakan masyarakat yang membelanjakan pendapatannya untuk produk-produk pariwisata. Diasumsikan bahwa pendapatan wisatawan mancanegara tetap. Kenaikan harga produk-produk di DTW termasuk produk sektor, maka para wisatawan akan mengurangi porsi belanja produk pariwisata tersebut, dari pendapatan mereka yang terbatas. Selain itu, wisatawan sebagai konsumen yang menginginkan produk pariwisata yang murah dan memberikan kepuasan yang tinggi (Yoeti 2008). Wisatawan sebagai konsumen yang bersifat rasional akan beralih pada produk-produk pariwisata di negara lain (ketika diasumsikan harga barang-barang negara lain tetap), dan begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Hakim, et all (2013), yang menyatakan bahwa harga pariwisata domestik berpengaruh negatif terhadap permintaan kedatangan pariwisata mancanegara. Index pelayanan publik berpengaruh negatif terhadap kedatangan jumlah wisatawan di satu negara. Pengaruh antara index pelayanan publik dan kedatang wisatawan sebesar 0.0072. Hal ini menandakan, jika terjadi peningkatan satu satu satuan index pelayanan publik maka akan menurunkan kedatangan wisatawan mancanegara sebesar 0.0072 persen. Index pelayanan publik yang mencakup pertimbangan sanitasi air bersih, fasilitas kesehatan, dan sarana pendidikan. Sanitasi air bersih dan fasilitas kesehatan ini menyangkut kenyamanan yang akan diterima oleh wisatawan dalam melakukan kunjungan wisatanya. Sarana
40
pendidikan menjadi suatu gambaran dari kualitas sumber daya manusia di DWT sebagai penyedia pelayanan jasa dan produk-produk pariwisata. Menurut Djatnika (2014) pendidikan merupakan salah satu faktor yang untuk meningkatkan kedatangan wisatawan, karena perbaikan pendidikan ini meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai penyedia produk pariwisata. Index pelayanan publik ini menyangkut ketersediaan fasilitas untuk kenyamanan bagi para wisatawan. Wisatawan sangat membutuhkan kenyamanan di destinasi wisata agar mereka dapat menikmati perjalanan wisatanya (Yoeti 2008). Berdasarkan hasil penelitian, faktor perdagangan berpengaruh positif terhadap kedatangan jumlah wisatawan. Pengaruh perdagangan ini memiliki nilai sebesar 0.2588 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan satu persen perdagangan maka kedatangan wisatawan mancanegara akan meningkat sebesar 0.2588 persen. Tingkat perdagangan suatu negara menjadi cerminan tingkat keterbukaan ekonomi suatu negara (Dita 2013). Keterbukaan ekonomi suatu negara dapat membuka peluang terjadinya perdagangan dengan negara lain. Pariwisata sebagai salah satu sektor perekonomian juga akan turut berkembang seiring keterbukaan ini. Semakin tinggi tingkat perdagangan maka akan memungkinkan terjadinya perpindahan warga negara untuk melakukan pariwisata. Hasil ini didukung oleh penelitian Eugenio-Martin, et al (2004), total perdagangan suatu negara berpengaruh positif terhadap kedatangan wisata mancanegara. Harapan hidup saat lahir di suatu negara berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan ke negara tersebut. Pengaruh harapan hidup ini sebesar 13.2603 terhadap kedatangan wisatawan macanegara. Hal ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan satu persen pada faktor harapan hidup maka maka akan meningkatkan kedtangan wisata sebesar 13.2603 persen. Harapan hidup dapat dinilai sebagai suatu kesatuan dari keamanan, karena variabel ini menggambarkan jumlah tahun harapan hidup semua penduduk dengan pola kematian saat ini. Banyak wisatawan yang sangat memperhatikan faktor keselamatan jiwanya ketika berkunjung ke suatu negara. Faktor keamanan bagi para wisatawan mencakup kejadian bencana alam, terorisme, dan wabah penyakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Eugenio-Martin, et al (2004) tingkat harapan hidup mempengaruhi kedatangan wisatawan ke sebuah negara, hal ini terkait keamanan wisatawan saat melakukan kunjungan di DTW. Selain itu, penelitian tersebut juga didukung pernyataan pangestu (2013) wisatawan sangat memperhatikan jaminan keselamatan diwaktu menjalankan perjalanan wisata. Hasil estimasi model kedatangan wisata, menunjukkan bahwa tingkat GDP perkapita berpengaruh positif terhadap jumlah wisatawan dari luar negeri. Nilai koefisien hasil estimasi yang diperoleh dalam pengujian metode data panel sebesar 0.5499. Ketika terjadi peningkatan satu persen GDP perkapita maka akan meningkatkan kedatangan wisatawan internasional sebesar 0.5499 persen. GDP perkapita suatu negara merupakan cerminan dari tingkat produksi dan pendapatan penduduk di suatu negara. Kondisi ketika GDP perkapita mengalami kenaikan tertentu dapat menjadi suatu dasar terjadinya pertumbuhan perekonomian masyarakat diberbagai sektor, termasuk sektor pariwisata. Peningkatan di sektor pariwisata ini terjadi dalam hal pertumbuhan kuantitas maupun kualitas dari barang maupun jasa pariwisata. Pariwisata akan semakin tertarik untuk berkunjung karena semakin banyaknya pilihan produk pariwisata
41
yang tersedia dengan kualitas yang baik. Selain itu, tingginya nilai GDP perkapita juga menunjukkan meningkatnya seluruh faktor-faktor produksi di suatu negara, termasuk sektor pariwisata (Hakim at al, 2013). Tabel 17 Efek individu kedatangan wisatawan di masing-masing Negara. Tabel 17 Efek individu kedatangan wisatawan di masing-masing Negara ASEAN+4 No. Negara Effect 1. Brunei 52.0975 2. Indonesia 45.3680 3. Kamboja 46.0830 4. Laos 45.7139 5. Malaysia 46.1053 6. Philiphina 45.7252 7. Singapura 49.4146 8. Thailand 45.7968 9. Vietnam 46.6103 10 China 44.5177 11. India 7.8479 12. Jepang 49.3550 13. Korea Selatan 48.7613 Tabel 17 menunjukkan besarnya pengaruh pertumbuhan di Negara ASEAN+4 ketika semua variabel dalam model ini dianggap konstan atau tidak berpengaruh. Data tersebut hanya melihat besarnya pengaruh dari masing-masing negara, tidak melihat pengaruh secara positif ataupun negatif. Karena dalam hasil ini efek yang diperoleh telah dimutlakan. Data tersebut menunjukkan bahwa tiga negara yang memiliki pengaruh kedatangan wisatawan terbesar ketika variabel lainnya dianggap konstan adalah negara Brunei, Singapura, dan Jepang. Besaran pengaruh kedatangan untuk setiap negara tersebut adalah 52.0975, 49.4146, dan 49.3550. Negara-negara lainnya (terkecuali India) juga memiliki pengaruh yang tidak jauh berbeda dari ketiga negara tersebut dengan pengaruh diatas empat puluh. Negara India menjadi negara yang memiliki pengaruh terkecil dibandingkan ketiga belas negara lainnya yaitu dengan besaran 7.8479.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kawasan ASEAN mempunyai daya tarik pariwisata yang sangat besar. Kawasan ini menyediakan beragam jenis pariwisata, yaitu wisata alam, wisata wisata budaya, wisata sejarah, wisata kuliner, dan wisata belanja. Belakangan, ada gagasan tentang pembuatan wisata syariah yang disediakan untuk menarik wisatawan dari negara-negara arab dan masyarakat muslim lainnya. Pemerintah negara-negara ASEAN bersepakat melakukan kerjasama dalam membangun
42
sektor pariwisata wilayah ini. Kesepakatan kerjasama yang dilakukan diantaranya ASEAN Tourism Agreement Roadmap Integration of Tourism Sector (RITS) ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP). Kerjasama ini tidak hanya dilakukan antar negara-negara anggota ASEAN akan tetapi juga melibatkan negara-negara mitra-ASEAN. Kerjasama antar Negara-negara ASEAN+4 ditujukan untuk terus mengembangkan sektor pariwisata guna meningkatkan perekonomian Negaranegara ASEAN+4. Perekonomian di kawasan ASEAN+4 di pengaruhi oleh pengeluaran wisatawan (domestic dan Mancanegara), investasi modal di sektor pariwisata, dan total pengeluaran pemerintah. Pengeluaran wisatawan, investasi modal pariwisata, pengeluaran total pemerintah, dan index persepsi korupsi berpengaruh terhadap peningkatan GDP perkapita rill di Negara-negara ASEAN+4. Akan tetapi variabel korupsi yang berpengaruh negatif terhadap peningkatan GDP rill perkapita di kawasan ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara di kawasan ASEAN+4 dipengaruhi oleh harga dalam negeri, pelayanan publik, total perdagangan, harapan hidup, dan GDP di negara ASEAN+4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kedatangan wisatawan adalah harga, ketersediaan layanan publik, total perdagangan, harapan hidup dan GDP dalam negeri. Keseluruhan faktor independen yang diteliti menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan kedatangan wisatawan, terkecuali faktor harga yang berpengaruh terhadap penurunan kedatangan wisatawan.
Saran Sektor pariwisata sangat berperan terhadap perekonomian Negara-negara ASEAN+4. Sehingga pemerintah pusat, daerah, maupun stakeholder lainnya perlu melakukan kebijakan-kebijakan strategis pariwisata untuk meningkatkan kedatangan wisatawan mancanegara. Adapun kebijkan yang perlu dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja perekonomian melalui sektor pariwisata diantaranya: 1. Menjaga stabilitas ekonomi negara untuk menjaga kinerja perekonomian. Stabilitas ekonomi yang baik nantinya akan meningkatkan investasi pada sektor ekonomi terutama sektor pariwisata. 2. Kebijakan moneter yang tepat perlu dilakukan untuk menjaga dayabeli masyarakat. Daya beli masyarakat perlu dijaga agar dapat menjaga tingkat harga pariwisata domestik di pasar internasional. 3. Pembangunan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi wisatawan ketika mengunjungi tempat wisata. 4. Keamanan negara untuk meningkatkan jaminan keselamatan bagi wisatawan. 5. Peningkatan kualitas pelayanan publik perlu dilakukan agar wisatawan dalam hal informasi dan perjalanan semakin mudah didapatkan. 6. Menggiatkan kinerja perdagangan internasional sebagai salah satu media promosi pariwisata domestik. Begitu besar peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu negara, oleh karena itu penelitian lebih lanjut mengenai peran pariwisata bagi penyerapan
43
tenaga kerja dan pemerataan pembangunan di negara ASEAN+4 perlu dilakukan. Selain itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kedatangan pariwisata ke kawasan ASEAN+4, seperti pembangunan kualitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur transportasi, maupun strategi promosi pariwisata yang dilakukan oleh Negaranegara ASEAN+4.
DAFTAR PUSTAKA
Baltagi B. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3rd Edition. Englan: John Wiley&Sons.Ltd. Dahiya R, Dahiya V. 2012. Impact of Coruption and Poverty on Economic Growth: An Indian Perspective. ISSN: 2249-7382. Volume 2(1). Damanik J. Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Dewi AS. 2013. Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dritsakis N, Athanasiadis S. 2012.Tourism Development and Economic Growth in Seven Mediterranean Countries: A Penel Data Approach. Journal of Hospitality & Leisure Marketing. DOI:10.1300/J150v07n02_03. Eugenio-Martin JL, Morales NM, Scarpa R. 2004. Tourism and Economic Growth in Latin American Countries: A Data panel Approach. ISSN: 20371209. Fayissa B, Nsiah C, Tadasse B. 2007. The Impact of Tourism on Economic Growth and Development in Africa. JEL Classifications: C33, F14, L83, O40, O54. Firdaus M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press. Gujarati, DN. 2004. Basic Econometrics, 4th edition. The McGraw-Hill Companies, New York. Gujarati D. 2006. Essentials of Econometrics Third Edition. McGraw-Hill International Edition. US: United States Military Academy, West Point. Hakim DB, Kustiari R, Oktaviani R, Singagerda FIS. 2013. Analisis aliran Investasi dan Perdagangan Pariwisata Indonesia. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 17(2). Heriawan R. Kuntjoro DSP, Lumaksono A. 2012. The Economic Impact of International Tourism on the Indonesian Economy. Forum Pascasarjana Volume 35 (1): :53-68. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta (ID): Grasindo. Mankiw N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Ed ke-6. Liza F, Nurmawan I, penerjemah; Hardani W, Barnadi D, Saat S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics, Ed ke-6. Makochekanwa A. 2013. An analysis of tourism contribution to economic growth in SADC Countries. JEL classification: L83.
44
Naude W, Saayman A. 2009. Determinants of Tourist Arrivals in Africa: A Data panel Regression analysis. MPRA No.16479. Sodik J, Nuryadi D. 2005. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi). Jurnal Ekonomi Pembangunan. 10(2) Yogyakarta (ID): Fakultas Ekonomi UPN Veteran. Subekti AH. 2013. Dampak Korupsi dan Variabel Ekonomi Lainnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sepuluh Negara ASEAN+3 Tahun 2000-2010 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Todaro MP. Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Ed ke-9. Munandar H, penerjemah; Barnadi D, Saat S, Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development, Ed ke-9. Widarjono A. 2009. Ekonometrika. Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta (ID): Penerbit Ekonisia. UNWTO. 2009. Economic Crisis, International Tourism Declineand its Impact on the Poor. ISBN: 978-92-844-1444-4. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata. Intorduksi, Informasi dan Implementasi. Jakata (ID): Kompas. [Badan Pusat Statistik]. 2014. Istilah Statistik. [internet]. Diakses melalui http://www.bps.go.id/menutab.php?tab=4&tabel=1&kat=&id_subyek=16&i st=1&var=P. [Fund For Peace]. 2014. Fragile States Index. [internet]. Diakses melalui ffp.statesindex.org/. [Transparency International]. 2014. Corruption Perceptions Index. [internet]. Diakses melalui http://www.transparency.org/research/cpi/overview. [United Nations World Tourism Organization]. 2014. Understanding Tourism: Basic Glossary. [internet]. Diakses melalui http://media.unwto.org/en/content/understanding-tourism-basic-glossary. [World Bank]. 2014. World Development Indicators. [internet]. Diakses melalui http://data.worldbank.org/indicator/. [World Tourism & Travel Council]. 2014. Data. [internet]. Diakses melalui http://www.wttc.org/research/economic-data-search-tool/. Dimyati V. 2011. Investasi Pariwisata Makin Diminati ASEAN [komunikasi singkat].[internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada http://www.jurnas.com/. Nirwandar S. 2011. Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah. [komunikasi singkat]. [internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=5&id=1030 Pangestu M E. 2013. Menparekraf : Promosi Pariwisata Perlu Didukung Infrastruktur dan Sarana Penjamin Keamanan [komunikasi singkat]. [internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2136. Priatna PLE. 2011. Pengamat: Visa akan Dongkrak Kunjungan Wisata [komunikasi singkat].[internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=856. Saputra A. 2011. Akibat Krisis Nuklir, Pariwisata Jepang Anjlok 50 Persen. [komunikasi singkat].[internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada
45
http://news.detik.com/read/2011/04/15/023809/1617892/10/akibat-krisisnuklir-pariwisata-jepang-anjlok-50?nd771104bcj. Voice of Vietnam. 2014. Mendorong konektivitas pariwisata ASEAN [komunikasi singkat]. [internet]. [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada http://vovworld.vn/id-ID/Rumah-ASEAN/Mendorong-konektivitaspariwisata-ASEAN/137690.vov.
46
LAMPIRAN Model 1 Perekonomian ASEAN+4 Lampiran 1 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti Dependent Variable: LGDPPC Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 08/20/14 Time: 01:48 Sample: 2005 2012 Periods included: 8 Cross-sections included: 13 Total panel (unbalanced) observations: 98 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTTOUR LCI GCWITHOU CPI C
0.115735 0.027332 0.146113 0.013008 1.08455
0.022247 0.012691 0.026677 0.00571 0.246749
5.202188 2.153649 5.477169 2.278257 4.395366
0 0.0342 0 0.0253 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.999675 0.99961 0.038854 15552.49 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
10.9931 3.89357 0.12228 1.13159
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.999354 0.143645
Mean dependent var Durbin-Watson stat
8.12105 0.58436
47
Lampiran 2 Uji Likelihood Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F Cross-section Chisquare
1289.514809
(12,81)
0
515.254569
12
0
Lampiran 3 Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Chi-Sq. d.f.
Chi-Sq. Statistic
Test Summary Cross-sectionrandom
56.309215
Prob. 4
Lampiran 4 Uji Normalitas 9
Series: Standardized Residuals Sample 2005 2012 Observations 98
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.08e-17 -0.001873 0.066561 -0.077498 0.035505 -0.119861 1.980514
Jarque-Bera Probability
4.478677 0.106529
2 1 0 -0.075
-0.050
-0.025
0.000
0.025
0.050
Lampiran 5 Korelasi antar Variabel LTTOUR LTTOUR LCI GCWITHOU CPI
1 0.194203 0.965928 0.335902
LCI 0.194203 1 0.163408 -0.355631
GCWITHOU 0.965928 0.163408 1 0.418796
CPI 0.335902 -0.355631 0.418796 1
0
48
Lampiran 6 Efek Individu CROSSID Brunei Indonesia Kamboja Laos Malaysia Philiphina Singapura Thailand Vietnam China India Jepang Korea Selatan
Effect 2.881507 -1.077823 -0.907401 -0.748330 0.647585 -0.725576 2.374568 -0.185210 -1.156859 -1.061320 -1.698996 1.477361 1.375157
49
Model 2 Kedatangan Wisatawan di Negara-negara ASEAN+4 Lampiran 7 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti Dependent Variable: LN_TOUR Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/29/14 Time: 18:39 Sample: 2005 2012 Periods included: 8 Cross-sections included: 13 Total panel (unbalanced) observations: 98 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LN_PRICE PSI LN_TRADE LN_LIFEXP LN_GDPPC C
-0.208367 -0.00726 0.258809 13.2603 0.549902 -43.76901
0.064832 0.003815 0.050796 1.386225 0.04822 5.688119
-3.213962 -1.902734 5.095086 9.565766 11.40401 -7.694812
0.0019 0.0607 0 0 0 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.995258 0.99425 0.086638 987.7031 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
19.09074 8.495037 0.600486 1.364036
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.995962 0.653619
Mean dependent var Durbin-Watson stat
15.54979 1.432768
50
Lampiran 8 Uji Likelihood Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chisquare
d.f.
Prob.
1402.962962 (12,80) 524.688304
0 12
0
Lampiran 9 Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq. d.f.
Chi-Sq. Statistic
Cross-section random
72.502074
Prob.
5
0
Lampiran 10 Normalitas 9
Series: Standardized Residuals Sample 2005 2012 Observations 98
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.52e-17 0.007414 0.138832 -0.158061 0.078680 -0.045075 2.203980
Jarque-Bera Probability
2.620580 0.269742
2 1 0 -0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
Lampiran 11 Korelasi antar Variabel LN_PRICE LN_PRICE PSI LN_TRADE LN_LIFEXP LN_GDPPC
1 0.727877204 0.039925077 -0.313930889 -0.87733376
PSI 0.727877204 1 -0.191029073 -0.270894997 -0.848691803
LN_TRADE 0.039925077 0.191029073 1 0.390464634 0.211866836
LN_LIFEXP 0.313930889 0.270894997 0.390464634 1 0.324141872
LN_GDPPC -0.87733 -0.84869 0.211867 0.324142 1
51
Lampiran 12 Efek Individu CROSSID Brunei Indonesia Kamboja Laos Malaysia Philiphina Singapura Thailand Vietnam China India Jepang Korea Selatan Lampiran 13 Daftar Wawancara No. Nama Jabatan 1.
Dadang Djatnika
Effect -8.3285 -1.5990 -2.3140 -1.9449 -2.3363 -1.9562 -5.6456 -2.0278 -2.8413 -0.7487 35.9211 -5.5860 -4.9923
Tanggal Wawancara Kepala Bagian 9 Mei 2014 Kerjasama Luar Negeri Kementrian Pariwisata Indonesia
Data yang Diperoleh Kerjasama pariwisata antar Negaranegara ASEAN dan Negara-negara mitra-ASEAN
52
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Pangrio Nurjaya, lahir di Jakarta pada tanggal 27 Mei 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Nurjoko dan Rusmiyati. Penulis mengawali pendidikan di TK Darusyakirin pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998 selama enam tahun di SDN Kebagusan 04 Jakarta Selatan. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan di SMPN 166 Jakarta pada tahun 2004. Setelah lulus SMP pada tahun 2007, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 55 Jakarta hingga tahun 2010. Selanjutnya, pada tahunn 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Depatemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN. Selain mengikuti kegiatan akademik, penulis juga aktif pada berbagai kegiatan non-akademik. Selama menempuh pendidikan di SMA penulis aktif menjadi pengurus bidang Humas Rohani Islam (Rohis) SMAN 55 2008-2009. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus OSIS SMAN 55 pada Bidang Kaderisasi periode 2008-2009. Setelah menempuh pendidikan di bangku perkuliahan penulis juga tetap aktif dalam beberapa kegiatan non-akademik. Penulis merupakan pengurus Hipotesa pada divisi CER selama dua periode yaitu periode 2011-2012 dan 2012-2013. Kemudian, penulis juga aktif dalam organisasi ekstra kampus. Penulis merupakan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor, Komisariat FEM untuk periode 2014-2015. Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis memiliki beberapa prestasi. Penulis menjadi pemain dari tim fulsal yang menjadi juara tiga pada IE Cup tahun 2012. Penulis juga menjadi empat besar Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dalam acara The 11th Hipotex-R pada tahun 2013. Selanjutnya, penulis juga merupakan peserta terbaik dalam acara Latihan Kader-2 HMI Se-Bogor Raya pada tahun 2013.