UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
ANALISIS PENGARUH NILAI KURS, SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN GDP TERHADAP PERMINTAAN OBLIGASI SWASTA DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh: Richard Noviandi Lubis 050501117 Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009 Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT
The main purpose of this research is to analyze the factors which influence on the effect demand of corporate bond in Indonesia. The variables employed in this research are Exchage rate, interest rate deposit and Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia. The data used in this research are time series data from 1993 until 2007. The method that used is Ordinary Least Square (OLS). The estimated showed the R-Squared is 97%, it means that the independent variable as much as 97 percent. While the rest 3% are explained by variables are not include in estimation model. F-statistic is bigger than F-table (145.6954 > 6.22); it means that exchage rate, interest rate deposit, and GDP together affected on demand of corporate bond in Indonesia, significantly at α = 1%.
Keywords: Corporate bond, Exchage rate, Interest rate deposit, and Gross Domestic Product (GDP).
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi digunakanlah variabel nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series antara tahun 1993-2007. Metode yang digunakan Ordinary Least Square (OLS) Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi sama dengan 97%, hal ini berarti variabel bebas secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel terikat dalam persentase 97%, sementara itu sisanya 3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model estimasi. F-hitung > F-tabel (145.6954 > 6.22), ini berarti bahwa nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP secara bersama-sama mempengaruhi permintaan suku bunga deposito di Indonesia yang signifikan pada α = 1%. Kata kunci: Obligasi swasta, kurs, suku bunga deposito dan GDP.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerah-Nya yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar sarjana di program strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis pengaruh nilai kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan dan data-data sekunder yang terkait dengan hal yang diteliti. Dalam kesempatan ini penulis menyadari banyaknya dukungan doa dan bantuan secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Aman Tarigan, SU sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari awal pengerjaan skripsi sampai dengan selesainya skripsi ini.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.
Bapak Drs. A. Samad Zaino, MS sebagai Dosen Pembanding I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
5.
Bapak Kasyful Mahalli, M.Si sebagai Dosen Pembanding II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
6.
Bapak Drs. Arifin Siregar, MSp sebagai dosen wali penulis, yang memberi bimbingan selama masa perkuliahan.
7.
Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8.
Ayahanda tersayang Dirman H. Lubis dan Ibunda Linda Panjaitan teristimewa penulis persembahkan sebagai rasa hormat dan penghargaan atas doa, perhatian, didikan, nasihat, dukungan sehingga membuat penulis semangat selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
9.
Saudara-saudaraku yang kukasihi (Kakak Sumindar, Adik Sella dan Adik Putri) yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan saran.
10. Buat teman-teman kelompok kecilku “Cell Group” Glorification DV (Bang Samuel, Daud, Dinand, Henki, Joni, Rudi, Andi, dan Eko) 11. Sahabat-sahabatku (Deny Lamani, Rifan, Johanes G, Manchon, Resi, Rizal, Marnov,
Denari,
Fanny,
dan
teman-teman
seperjuangan
di
Ekonomi
Pembangunan Stambuk 2005 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, dan sahabat-sahabat di Ekonomi Pembangunan 2006 dan 2007). Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis
sangat
mengharapkan
kritik
dan
saran
yang
membangun
untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan,
Maret 2009 Penulis
Richard Noviandi Lubis 050501117
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................... i ABSTRAK .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 5 1.3 Hipotesis ........................................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II
URAIAN TEORITIS ........................................................................... 7 2.1 Pasar Modal ..................................................................................... 7 2.1.1 Pengertian Pasar Modal ......................................................... 7 2.1.2 Manfaat Pasar Modal ............................................................
8
2.1.3 Lembaga-lembaga yang terkait di Pasar Modal ...................
8
2.1.4 Jenis Pasar Modal .................................................................
10
2.1.5 Surat Berharga di Pasar Modal .............................................
10
2.2 Obligasi ...........................................................................................
11
2.2.1 Jenis-Jenis Obligasi ...............................................................
11
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.2.2 Persyaratan pencatatan Obligasi ............................................. 12 2.2.3 Karakteristik Obligasi ............................................................. 12 2.2.4 Faktor Penentu harga Obligasi ... ........................................... 13 2.3 Kurs (Valas) ..................................................................................... 14 2.3.1 Pengertian Kurs .....................................................................
14
2.3.2 Kurs nominal dan Kurs Riil ...................................................
14
2.3.3 Penentuan nilai tukar secara Fundamental.............................. 16 2.3.4 Perubahan Nilai Tukar ........................ ..................................
19
2.3.5 Sistem Nilai Tukar .................................................................
22
2.4 Suku Bunga ....................................................................................
24
2.4.1 Pengertian Suku Bunga .........................................................
24
2.4.2 Teori Tingkat Suku Bunga ....................................................
25
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ...................
30
2.4.4 Deposito .................................................................................. 33 2.4.4.1 Pengertian Deposito ...................................................... 33 2.4.4.2 Jenis-jenis Deposito ...................................................... 33 2.4.4.3 Fungsi dan Manfaat Deposito ......................................
35
2.5 Produk Domestik Bruto ................................................................... 37 2.5.1 Pengertian PDB ...................................................................... 37 2.5.2 Cara Menghitung PDB ........................................................... 38 2.5.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 38
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................
44
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 44 3.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 44 3.3 Metode Penelitian dan Tehnik Pengumpulan data ........................... 44 3.4 Pengolahan Data .............................................................................. 45 3.5 Model Analisis Data ........................................................................ 45 3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ........................................ 46 3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.................................................... 49 3.8 Definisi Operasional ......................................................................... 52 BAB IV HASIL DAN ANALISA ..... ................................................................ 53 4.1 Kondisi Perekonomian Indonesia secara umum.......................................... 53 4.2 Gambaran Pasar Modal Indonesia ............................................................. 56 4.2 Perkembangan Permintaan Obligasi swasta ..............................................
57
4.3 Perkembangan Nilai Kurs Dollar ............................................................... 59 4.4 Perkembangan Suku Bunga Deposito .............. ......................................... 62 4.5 Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) ........................................ 65 4.6 Analisis dan Pembahasan ..........................................................................
68
4.6.1 Analisis dan Pengumpulan Data ......................................................
68
4.6.2 Interpretasi Model ............................................................................
68
4.6.3 Test of Goodness of Fit (Uji kesesuaian) .........................................
70
4.6.4 Uji Penyimpangan Klasik ................................................................
74
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
78
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
78
5.2 Saran ..................................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No. TABEL
JUDUL
HALAMAN
4.1
Permintaan Obligasi swasta tahun 1993-2007
58
4.2
Nilai Kurs tahun 1993-2007
61
4.3
Suku bunga Deposito tahun 1993-2007
64
4.4
Gross Domestic Product (GDP) tahun 1993-2007
66
4.5
Hasil Regresi
69
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No. GAMBAR
JUDUL
HALAMAN
2.1
Tingkat bunga Menurut Klasik
26
2.2
Tingkat bunga menurut Keynes
29
2.3
Jumlah Penduduk Optimal
39
3.1
Kurva Uji t-Statistik
47
3.2
KurvaUji F-statistik
49
3.3
Uji Durbin – Watson
51
4.2
Perkembangan Permintaan Obligasi
59
4.3
Perkembangan Kurs
62
4.4
Perkembangan Gross Domestic Product (GDP)
67
4.5
Uji t-statistik terhadap nilai Kurs
71
4.6
Uji t-statistik terhadap Suku bunga deposito
72
4.7
Uji t-statistik terhadap GDP
73
4.8
Uji F-statistik
74
4.9
Kurva Uji Durbin Watson
76
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
JUDUL
1.
Data Variabel Skripsi tahun 1993-2007
2.
Hasil Uji Regresi Linear Logaritma
3.
Hasil Uji Multikolinearitas Nilai Kurs (X1), Suku bunga Deposito (X2), dan GDP (X3)
4.
Hasil Uji Multikolinearitas Suku bunga Deposito (X2), Nilai kurs (X1), dan GDP (X3)
5.
Uji Multikolinearitas GDP (X3), Nilai Kurs (X1), dan Suku Bunga Deposito (X2)
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Para pemilik dana atau investor dapat memilih pada perusahaan mana saja dan yang dimilikinya akan ditanamkan dengan harapan memperoleh hasil yang diharapkan dimasa mendatang. Pemilihan yang baik tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan intuisi semata tapi diperlukan juga analisis yang baik dan cermat. Sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek pada dasarnya dapat dibagi dua, yaitu sekuritas yang menunjukkan bukti pemilikan atas suatu perusahaan, yaitu dalam bentuk saham, dan yang menunjukkan surat tanda bukti hutang dari emiten yang menerbitkan sekuritas bersangkutan yang disebut obligasi. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodic dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo (Tandelilin, 2001:19). Sebagai salah satu produk investasi di pasar modal sekarang ini, perkembangan produk obligasi pada awal tahun 1990 di Indonesia masih cukup lamban dibandingkan perkembangan produk saham. Produk obligasi mengalami Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 2000, dimana dengan adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan menyebabkan pihak perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan utangnya mulai melirik instrumen pembiayaan lainnya salah satunya obligasi. Nilai penerbitan obligasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yakni mencapai nilai sekitar Rp 83,5 triliun pada tahun 2007. Tercatat lebih dari 175 perusahaan yang menerbitkan obligasi di pasar modal. Jumlah cukup kecil bila dibandingkan dengan perkembangan penerbitan saham dimana tercatat 468 perusahaan menerbitkan saham dengan nilai sekitar Rp 327 trilliun pada tahun 2007. Banyak perusahaan berkepentingan untuk menerbitkan obligasi karena sifat struktur obligasi itu sendiri dianggap cukup menarik, diantaranya tingkat suku bunga yang relatif fleksibel dan relatif lebih rendah dari suku bunga perbankan. Proses penerbitan obligasi yang tidak selalu ketat dibandingkan dengan prosedur meminjam utang lewat perbankan juga menjadi daya tarik bagi perusahaan. Tingkat pertumbuhan minat investasi obligasi di Indonesia juga meningkat cukup pesat terutama dilihat dari besarnya nilai investasi yang digunakan untuk membeli obligasi. Investor tersebut datang dari lembaga keuangan perbankan, dana pensiun, manajemen aset, asuransi ataupun reksadana. Tingginya minat investasi pada obligasi disebabkan oleh tingkat suku bunga atau kupon obligasi yang lebih menarik dibandingkan suku bunga deposito. Instrumen obligasi merupakan bagian dari instrumen investasi berpendapatan tetap (fixed income securities). Obligasi termasuk kedalam kelompok investasi Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
berpendapatan tetap sebab jenis pendapatan keuntungan yang diberikan kepada investor obligasi didasarkan pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya menurut perhitungan tertentu (Rahardjo 2004,2). Dalam praktek, terdapat beberapa jenis obligasi. Salah satu jenis obligasi yang menawarkan suku bunga disebut obligasi yang menawarkan suku bunga tetap (fixed rate) selama jangka waktu obligasi tersebut, misalnya 5 atau 10 tahun. Jenis obligasi yang kedua yaitu obligasi yang menawarkan suku bunga mengambang (floating rate). Biasanya bunga obligasi yang ditawarkan sebesar persentase tertentu di atas suku bunga deposito, mungkin juga dilakukan kombinasi dengan suku bunga tetap (fixed rate). Jenis obligasi yang ketiga adalah obligasi dengan tingkat suku bunga nol (zero coupon bonds atau pure discount bonds). Obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi penuh sesuai dengan nilai nominal pada akhir periode atau waktu jatuh tempo obligasi tersebut. Seperti diketahui, nilai obligasi selalu berubah sesuai dengan perubahan suku bunga secara umum (suku bunga deposito). Salah satu faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang diberikan kepada investor obligasi. Apabila kupon obligasi didasarkan pada fixed rate misalnya 16 %, padahal tingkat suku bunga deposito lebih dari 18 % maka investor cenderung menyimpan dananya pada produk deposito ketimbang membeli obligasi. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat suku bunga di pasar menurun maka investor cenderung membeli obligasi yang kuponnya lebih tinggi dibanding deposito sehingga harga obligasi cenderung naik. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Selain itu, nilai tukar mata uang (exchange rate risk) juga mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia. Nilai kupon atau arus kas yang diterima akan sangat berpengaruh dengan perubahan nilai tukar rupiah. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap beberapa mata uang asing yang belum stabil mempengaruhi jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia. Pertumbuhan GDP berpengaruh pada permintaan obligasi swasta di Indonesia. Dimana bila pertumbuhan GDP suatu negara cukup tinggi maka akan membuat jumlah dana yang beredar di masyarakat menjadi melimpah. Dengan banyaknya dana yang melimpah tersebut akan membuat masyarakat akan menginvestasi dananya tersebut dalam instrumen-instrumen investasi yang ada seperti obligasi. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis pengaruh nilai kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1.
Bagaimana pengaruh nilai kurs terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.
2.
Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.
3.
Bagaimana pengaruh GDP terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.
1.3 Hipotesa Hipotesa adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan di atas, maka hipotesa yang muncul adalah : 1.
Nilai kurs mempunyai hubungan positif dengan permintaan obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.
2.
Tingkat suku bunga deposito mempunyai hubungan negatif dengan permintaan obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.
3.
GDP mempunyai hubungan positif dengan permintaan obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.
1.4 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1.
Untuk mengetahui pengaruh nilai kurs terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia
2.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia
3.
Untuk mengetahui pengaruh GDP terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Dapat menjadi bahan studi dan literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada.
2.
Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
3.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai edukasi dan informasi bagi masyarakat yang akan berinvestasi ataupun yang sudah berinvestasi dalam obligasi.
4.
Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisis dan berpikir.
BAB II Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
URAIAN TEORITIS 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya. Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek. Pada beberapa literatur terdapat bermacam-macam definisi pasar modal. Pada pembahasan ini, kita menggunakan definisi pasar modal sebagai berikut : Pasar modal adalah pasar yang dikelola secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti saham, obligasi, option, warrant, right, dengan menggunakan jasa perantara, komisioner, dan underwriter. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.1.2 Manfaat Pasar Modal Pasar modal memiliki peran sentral bagi perekonomian, bahkan maju tidaknya ekonomi suatu negara dapat diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara tersebut. Beberapa manfaat keberadaan pasar modal antara lain : •
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
•
Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.
•
Menyediakan leading indikator bagi trend ekonomi negara.
•
Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
•
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menetapkan iklim berusaha yang sehat.
•
Menciptakan lapangan kerja/ profesi yang sehat.
•
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
2.1.3 Lembaga- Lembaga Yang Terkait Di Pasar Modal Adapun lembaga yang terkait di pasar modal yaitu : 1. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Kepres No. 53 Tahun 1990 tentang pasar modal adalah mengikuti perkembangan dan mengatur pasar
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
modal sehingga efek yang ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum, di samping itu BAPEPAM juga bertugas untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga; seperti bursa efek, kliring, penyelesaian dan penyimpanan, reksa dana, perusahaan efek dan perorangan, lembaga penunjang pasar modal yaitu tempat penitipan harta, Biro Administrasi Efek, Wali Amanat atau penunjang dan Profesi Penunjang Pasar Modal. Tugas lainnya adalah memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal. 2. Lembaga Penunjang Pasar Perdana. Yang termasuk dalam lembaga ini adalah Penjamin Emisi Efek, Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Notaris, Agen Penjual, dan Perusahaan Penilai. 3. Lembaga Penunjang dan Emisi Dalam emisi obligasi, di samping lembaga penunjang untuk emisi saham juga dikenal lembaga seperti, Wali Amanat, Penanggung, dan Agen Pembayar. 4. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder. Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang menyediakan jasa- jasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di bursa. Lembaga penunjang ini terdiri dari ; Pedagang Efek, Perantara Perdagangan Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Reksa Dana.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.1.4 Jenis Pasar Modal Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi dua macam, yaitu pasar perdana, dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut. Pasar sekunder adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di luar bursa efek.
2.1.5 Surat Berharga Di Pasar Modal Pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu : 1. Surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas (equity), ekuitas umum dikenal dengan saham. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2. Surat berharga yang bersifat pendapatan tetap (fixed income), fixed income dikenal dengan obligasi. 2.2 Obligasi Menurut Sapto Rahardjo, obligasi merupakan surat utang jangka menengah atau panjang yang diterbitkan oleh pihak penerbit (perusahaan atau pemerintah) dengan memberi imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi sudah lama dikenal di pasar modal Indonesia. Hanya saja obligasi masih kalah bersaing dengan sekuritas saham. Ini disebabkan, emiten obligasi kebanyakan dikeluarkan Badan Hukum Milik Negara (BUMN). Obligasi dikenal memberikan pendapatan tetap (fixed income), yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah tetap pada waktu yang telah ditetapkan, misalnya tiap 3 bulan, 6 bulan maupun setahun sekali. 2.2.1 Jenis Obligasi a) Corporate Bonds Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. b) Government Bonds obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara yang diterbitkan dalam berbagai denominasi mata uang termasuk mata uang negara tersebut. c) Municipal Bond
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyekproyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2.2.2 Persyaratan Pencatatan Obligasi a. Pernyataan pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM b. Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di BAPEPAM dengan pendapatan Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) tahun buku berakhir c. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan nominal Rp 25 Milyar. d. Rentang waktu efektif dengan permohonan pencatatan tidak lebih dari 6 bulan dan sisa jangka waktu tempo sekurang-kurangnya 3 tahun. e. Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun. f. Dua tahun terakhir memperoleh laba operasional dan tidak ada saldo rugi tahun terakhir. g. Anggota, Direksi, dan Komisaris memiliki reputasi yang baik
2.2.3 Karakteristik Obligasi : •
Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
•
Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
•
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
•
Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
2.2.4 Faktor Penentu Harga Obligasi 1. Tingkat return (bunga kupon) yang dijanjikan makin tinggi maka harga semakin tinggi 2. Obligasi tersebut yang bersifat yunior harganya lebih rendah dibandingkan obligasi senior. 3. Suku bunga yang berlaku semakin rendah maka harga obligasi semakin tinggi 4. Jatuh tempo obligasi semakin panjang maka harganya semakin tinggi 5. Obligasi tersebut semakin likuid maka harganya semakin tinggi Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
6. Rating obligasi semakin bagus maka harganya semakin tinggi 7. Obligasi yang disertai jaminan maka harganya semakin tinggi 2.3 KURS (Valas) 2.3.1 Pengertian Kurs atau Valuta Asing (Valas) Valuta asing atau sering disebut Kurs (exchange rate) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. (Mankiw 2007;128). Kurs sering pula dikatakan valas ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang pada umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang
2.3.2 Kurs Nominal dan Kurs Rill
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang ingin mendapatkan dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibelinya. Orang Amerika akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dolar yang ia bayar. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal. Kuras rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Yaitu, kurs rill menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs rill kadang-kadang disebut terms of trade. Untuk melihat hubungan antara kurs rill dan kurs nominal, perhatikanlah sebuah barang yang diproduksi di banyak negara yakni mobil. Anggaplah harga mobil Amerika $10.000 dan harga mobil Jepang 2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga dari kedua mobil tersebut, kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dolar bernilai 120 yen, maka harga mobil Amerika adalah 1.200.000 yen. Membandingkan harga mobil Amerika (1.200.000 yen) dan harga mobil Jepang (2.400.000 yen), kita menyimpulkan bahwa harga mobil Amerika separuh dari harga mobil Jepang. Dengan kata lain, pada harga berlaku, kita bisa menukar 2 mobil Amerika untuk 1 mobil Jepang. Dalam perhitungan hal ini dapat di ringkas menjadi : Kurs Rill = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Harga Barang Luar negeri Tingkat dimana kita memperdagangkan barang domestik dan barang luar negeri bergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat dimana mata uang dipertukarkan. Perhitungan kurs rill untuk barang tunggal ini menjelaskan bagaimana kita seharusnya mendefenisikan kurs rill untuk kelompok barang yang lebih luas. Kita nyatakan ℮ sebagai kurs nominal (jumlah yen per dolar), P adalah tingkat harga di Amerika serikat (diukur dalam dolar), dan P* adalah tingkat harga di Jepang (diukur dalam yen). Maka kurs rill Є adalah Kurs rill = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga Є
=
℮
x
(P/P*)
Kurs rill di antara kedua Negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua Negara. Jika kurs rill tinggi . barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika kurs rill rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal, dan barang-barang domestik relatif murah.
2.3.3 Penentuan Nilai Tukar secara Fundamental A. Traditional Theories Traditional Theories terdiri dari Teori Purchasing Power Parity dan Teori Elastisitas. 1. Teori Purchasing Power Parity
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Teori ini merupakan teori tertua dan merupakan teori terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin de Azpilcueta Navarro. Teori ini berbunyi sebagai berikut: “The price of a good in one country should equal the price of the same good in another country, exchanged at the current rate.” (Luca, 1995) Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu Negara harus sama dengan harga barang serupa di Negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang berlaku antarkedua negara tersebut. Teori ini disebut The Law of One Price. Contoh: harga sepotong roti di Amerika Serikat adalah 1 Dolar AS. Apabila nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang berlaku saat ini adalah Rp 8.000,00/USD, menurut asumsi The Las of One Price, harga sepotong roti di Indonesia harus Rp 8.000,00. Jadi, di mana pun kita membeli roti, apakah itu di Amerika Serikat atau di Indonesia, harganya adalah sama, sesuai dengan perbandingan tingkat nilai tukar yang berlaku antarkedua Negara tersebut. 2. Teori Elastisitas “Exchange rate is simply the price of foreign exchange which maintains the balance payment in equilibrium.” (Luca, 1995) Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil. Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. B. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volatility “Modern monetary theories on short term exchange rate volatility take into consideration the short term capital market` roles and the long term impact of commodity markets on foreign exchange.” (Luca, 1995) Teori ini memperhatikan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap asset-aset keuangan. Dalam pandangan modern, tori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel-variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan tingkat nilai tukar dua negara. C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views “Since the financial markets adjust faster than the commodities markets, the exchange rate tends to be affected in the short term by the capital market changes, and by the commodities changes in the long term.” (Luca, 1995) Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang.
2.4.4. Perubahan Nilai Tukar Yang menyebabkan fluktuasi nilai tukar adalah perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa vauta asing. Apapun yang menggeser kurva permintaan akan suatu mata uang ke kanan atau kurva penawaran ke kiri akan mengundang apresiasimata uang tersebut. Apa saja yang menggeser kurva penawaran ke kiri akan mengundang depresiasi mata uang tersebut. Ini merupakan teoritis dari Hukum say yakni ‘Permintaan akan menciptakan penawaran’ Hanya saja hukum ini kali ini diterapkan pada pasar valuta asing. Namun pergeseran kurva permintaaan dan penawaran akan mengakibatkan perubahan nilai kurs. Ada banyak yang menjadi penyebabnya, sebagian bersifat sementara dan lainnya bersifat permanen antara lain; 1. Kenaikan Harga Domestik atas Barang Ekspor Misalkan nilai peralatan elektronik buatan Amerika yang dinyatakan dalam dolar naik. Pengaruh terhadap permintaan dolar akan tergantung pada elastisitas permintaan untuk barang-barang Amerika. Bila permintaan bersifat elastis, barangkali Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
karena negara-negara lain menawarkan barang yang serupa di pasaran dunia, jumlah pembelian terhadap barang-barang Amerika akan menyusut, sehingga lebih sedikit dolar yang akan diminta. Dengan perkataan lain, kurva permintaan dolar akan bergeser ke kiri dan dolar pun mengalami depresiasi. Bila permintaan bersifat inelastis, misalnya karena Amerika secara khas mampu menyediakan barang yang tidak dibayangi oleh barang subsitusi, jumlah yang dibelanjakan akan lebih banyak, permintaan dolar untuk membayar tagihan yang lebih banyak akan menggeser kuyrva permintaan ke kanan, dan dolar akan mengalami apresiasi. 2. Kenaiakan Harga Luar Negeri atas Barang Impor Akibat kenaikan harga yang besar pada barang impor yang ditawarkan. Misalkan harga wiski Scotsh dalam nilai Poundsterling melonjak tajam. Asumsikan juga para peminum Amerika mempunyai permintaan yang elastis terhadap wiski scotch tersebut, karena mereka dapat dengan mudah beralih ke minuman subsitusi lainnya. Maka mereka akan membelanjakan lebih sedikit poundsterling untuk wiski Scotch dibanding sebelumnya. Dengan perkataan lain, mereka harus menawarkan lebih sedikit dolar ke bursa valuta asing. Kurva penawaran dolar akan bergeser ke kiri, dan nilai dolar cenderung naik. 3. Aliran Modal Aliran modal berskala besar dapat berpengaruh kuat pada nilai tukar. Sebagai contoh, keinginan pengusaha Amerika yang meningkat untuk menanam modal pada
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
aktiva Indonesia akan menggeser kurva penawaran dolar ke kanan dan nilai dolar akan mengalami depresiasi. Aliran dana investasi mengakibatkan apresiasi mata uang negara pengimpor modal, dan dengan apresiasi mata uang negara pengekspor modal. 4. Perubahan Struktur Perekonomian dapat mengalami perubahan struktur yang mengubah nilai tukar ekuilibrium. Perubahan struktur adalah istilah umum yang berlaku bagi perubahan struktur biaya, penemuan produk baru atau apa saja yang mempengaruhi pola keunggulan komparatif. Misalnya, bila produk suatu negara tertentu tidak berkembang secepat di negara lain, permintaan konsumen (pada tingkat harga yang tetap) bergeser perlahan menjauhi negara pertama menuju negara-negara pesaing yang lebih maju. Hal ini menyebabkan apresiasi perlahan pada mata uang negara pertama karena permintaan akan mata uangnya bergeser perlahan ke kiri. 5. Perubahan Tingkat Harga secara Keseluruhan Perubahan harga barang ekspor tertentu, seperti kalkulator elektronik, terdapat pula perubahan semua harga yang disebabkan oleh inflasi. Yang menjadi masalah di sini adalah perubaha tingkat harga domestik relatif terhadap tingkat harga di negara rekan dagang kita. Perubahan harga dalam persentase yang sama di kedua negara. Andaikan ada laju inflasi sebesar 10 persen di Amerika maupun Indonesia. Dalam hal ini, harga barang-barang Indonesia yang dinyatakan dalam rupiah dan harga barangbarang Amerika yang dinyatakan dalam dolar akan sama-sama naik 10 persen. Dengan nilai kurs yang berlaku, baik barang Indonesia (yang dinyatakan dalam dolar) Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
maupun barang Amerika (yang dinyatakan dalam rupiah) masing-masing akan naik 10 persen. Jadi, harga relatif barang impor dan barang yabtg dibuat dalam negeri tidak akan berubah dikedua negara. Sekarang tidak ada alasan untuk berharap adanya perubahan permintaan masing-masing negara untuk barang impornya, dengan nilai tukar semula. Dengan demikian laju inflasi di kedua negara tidak akan mengubah nilai tukar ekuilibrium. (Argumen ini merupakan basis dari Teori purchasing power parity yang berlaku pada nilai tukar)
2.3.5 Sistem Nilai Tukar Nilai tukar suatu mata uang di defenisikan sebagai haraga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar (Kebanksentralan BI,2004), yaitu : 1. Floating Exchange Rate System ‘sitem nilai tukar mengambang’ Pada sistem ini, nilai tukar dibiarkan bergerak bebas sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terdapat di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yanga ada pada pasar valuta asing. Bank sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi, intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu. Namun Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ada beberapa Negara yakni Nilai tukar beberapa mata uang utama (major currencies), seperti Dolar AS, Euro, Mark Jerman, Yen Jepang, Franc Swiss, dan Poundsterling Inggris, ditentukan oleh kekuatan pasar (market forces) dan dibiarkan mengambang bebas terhadap mata uang Negara lain. Dalam sistem ini tidak terdapat tindakan intervensi yang dilakukan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi nilai tukarnya. 2. Fixed Exchange Rate System ‘sistem nilai tukar tetap’ Pada sistem ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu misalnya , nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp.8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral aka siap untuk menjual dan membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi* ataupun revaluasi nilai tukar yang ditetapkan.. 3. Managed floating Exchange Rate System’sistem nilai tukar mengambang terkendali’ Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada di antara kedua sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band’batas pita intervensi’. Nilai tukar akan ditentukan mekanisme pasar sepanjang berada dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
kembali ke dalam pita intervensi. Bank Sentral tidak menetapkan suatu acuan tingkat /level nilai tukar tertentu, seperti yang diterapkan oleh sepuluh Negara Eropa yang tergabung dalam European Monetary System (1992).
2.4 SUKU BUNGA 2.4.1 Pengertian Suku Bunga Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2002: 121) Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu: 1. Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai ransangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: jasa.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2. Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga bunga pinjaman masingmasing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik dan demikian sebaliknya. 2.4.2 Teori Tingkat Suku Bunga a. Teori Klasik Teori bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal. Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
akan terdorong untuk mengorbankan pengeluaran guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada dorongan untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi. Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna melakukan investasi) berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya (mereka akan bersaing menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau kembali pada tingkat bunga io. Interest
Saving i1
i0 Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
i2
i1
i2 0
S2
S0
i0 S1
Gambar 2.1 Tingkat Bunga Menurut Klasik
Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor (pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dengan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu barang, maka tingkat bungapun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi. Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say (pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Dengan berttitik tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan, maka pergerakan naik turunnya tingkat bunga hanya bersifat sementara. Bilamana telah tejadi tarik menarik penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar barang) tingkat bunga keseimbangan akan tercipta kembali.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
b. Teori Keynes Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan motif spekulasi. Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya (permintaan uang). Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat bunga. Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini dapat diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada suatu keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan makin menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang rendah, sehingga permintaan uang kas naik. Permintaan ini akan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga keseimbangan pada io terjadi bila jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (di atas io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi (tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan. Bilamana tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik.
Tingkat bunga Jumlah uang
io
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
liquidity preference
0
M3
Permintaan
uang Gambar 2.2 Tingkat Bunga Menurut Keynes
2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu: 1. Kebutuhan Dana Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan akan turun. 2. Target Laba yang Diinginkan Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin. 3. Kualitas Jaminan Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan demikian sebaliknya. 4. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat. 5. Jangka Waktu Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
jika pinjaman berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya. 6. Reputasi Perusahaan Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko kredit macet cukup besar. 7. Produk yang Kompetitif Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman. Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar. 8. Hubungan Baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder). 9. Persaingan Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.
2.4.4 Deposito 2.4.4.1 Pengertian Deposito Menurut Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan Indonesia “Deposito adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.” Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.”
2.4.4.2 Jenis – jenis Deposito 1) Deposito Berjangka (Time Deposit) Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang duiperjanjikan antara deposan dan bank. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan s/d 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga sipemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya. Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan berbagai insentif seperti hadiah atau ransangan. Insentif biasanya diberikan untuk jumlah nominal yang besar baik berupa bunga khusus maupun insentif seperti hadiah atau cendera mata lainnya. Insentif juga dapat diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut. Artinya deposito berjangka dengan nominal besar dan terus dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama. 2) Deposito Automatic Roll Over Deposito automatic roll over adalah suatu bentuk lain dari deposito berjangka dimana simpanan masyarakat (dalam bentuk deposito) yang telah jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan, namun pihak deposan belum mengambilnya maka secara otomatis terhadap simpanan tadi dilakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan dari deposan. 3) Sertifikat Deposito Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Hal lain yang menjadi ciri dari sertifikat deposito adalah dalam hal pembayaran bunganya. Apabila deposito berjangka bunga dibayarkan setelah dana mengendap, maka bunga sertifikat deposito ini dibayarkan dimuka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito. 4) Deposit on Call Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Deposit on call biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap saat perlu menarik dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu.
2.4.4.3 Fungsi dan Manfaat Deposito Fungsi deposito dapat dibagi dalam dua bagian yaitu: 1. Fungsi Intern Maksudnya fungsi deposito ini sangat strategis dalam membantu kegiatan operasional bank khususnya ruang lingkup bank itu sendiri. Jenis simpanan ini merupakan salah satu sumber utama modal bank yang praktis penggunaannya karena mempunyai limit waktu. Deposito ini bagi suatu bank berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal suatu bank, dan disamping itu juga membantu menjaga posisi likuiditas bank. Kebutuhan akan modal kerja suatu bank harus selalu dipenuhi setiap saat sehubungan dengan salah satu fungsi utamanya yakni sebagai lembaga yang
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit. 2. Fungsi Ekstern Fungsi ekstern ini dikaitkan dengan fungsi yang ada diluar perusahaan bank yakni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang jasa yang memeperlancar arus pembayaran uang. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional diharapkan lembaga perbankan dapat berperan dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan perkembangan erekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai tantangan yang semakin luas, untuk itu bank harus mampu menghadapi persaingan yang sehat dan efisien. Depositi ini merupakan sarana penghimpunan dana dalam jumlah yang besar, dengan demikian pemerintah sangat mengharapkan inisiatif dari masyarakat untuk menanamkan dana yang lebih ini melalui deposito demi meununjang pembangunan yang senantiasa membutuhkan dana yang relatif besar.
Manfaat deposito adalah sebagai berikut: Setiap bank tentunya menginginkan memperoleh simpanan masyarakat dalam jumlah yang besar, dengan banyaknya simpanan masyarakat di bank, maka bank akan dapat memenuhi kebutuhan dari nasabah yang dapat memberikan lebih banyak pinjaman kepada mereka yang membutuhkan. Persaingan yang tajam menuntut setiap bank dapat mencari dan memperoleh cara yang khusus serta menarik simpanan masyarakat ini. Dana deposito Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ini disamping bermanfaat dalam pembiayaan aktifitas bank, juga berguna untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.5 Produk Domestik Bruto (PDB) 2.5.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang beralokasi dalam perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB. Akibatnya, PDB kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi perekonomian domestik. Didalam suatu perekonomian di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi diberbagai negara dan membantu meningkatkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan negara tersebut. Perusahaan
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
multinasional tersebut menyadiakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan tersebut beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan yang sering juga menambah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkan perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian PDB atau GDP adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut ditambah warga negara asing. 2.5.2
Cara Perhitungan GDP Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: PDB = C + I + G + (X - M)
dimana: C = Konsumsi (pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga) I = Investasi oleh sektor usaha G = Goverment (pengeluaran oleh pemerintah) (X - M) melibatkan luar negeri Sementara rumus umum dengan pendekatan pendapatan dari faktor produksi: PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba Dimana: Sewa adalah pendapatan pemilik modal dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan hasil angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah pendekatan pengeluaran.
2.5.3
Teori Pertumbuhan Ekonomi
PDB adalah salah satu konsep pendapatan ekonomi makro. Teori-teori yang mendukung PDB dapat dilihat dalam teori-teori pertumbuhan ekonomi. Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perbedaan antara teori yang satu dengan teori yang lainnya terletak pada perbedaan fokus pembahasan dan asumsi yang digunakan. 2.5.3.1 Teori Jumlah Penduduk Optimal (Optimal Population Theory) Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini, berlakunya hukum hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return) menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian. Total Produksi(Output) Q3 TP2 Q1 Q2
TP1
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
0
L1
L2
Tenaga kerja
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Optimal Pada gambar kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlibat dalam proses adalah L1, dengan jumlah output (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L2, PDB justru berkurang menjadi Q2. Hal ini karena cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Bagaimana agar penambahan tenaga kerja ke L2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q3. Yang harus dilakukan adalah investasi fisik (barang modal) dan sumber daya manusia (SDM) yang menunda terjadinya gejala TLDR. Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinergi. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal ini digambarkan dengan bergesernya kurva produksi ke TP2. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB). 2.5.3.2 Teori Pertumbuhan Neoklasik (Neo Classic Growth Theory) Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori pertumbuhan Neoklasik adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Asumsi-asumsi penting dari model Solow antara lain adalah: 1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi) Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2. Tingkat depresiasi dianggap konstan 3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal 4. Tidak ada sektor pemerintah 5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan 6. Untuk mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah tenaga kerja Dengan asumsi-asumsi tersebut, kita dapat mempersempit faktor-faktor penentu. Pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Untuk lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok barang modal per tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka: y = f (k) dimana: y = PDB perkapita atau Q/L k = barang modal perkapita atau K/L
2.5.3.3 Teori Pertumbuhan Rostow Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan, yaitu sebagai berikut: 1. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi 2. Perubahan pandangan masyarakat
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang lebih produktif 4. Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa alam itu tidak akan menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu menaklukkan/mengendalikan sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi, antara lain sebagai berikut: 1. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadangkadang cara berpikirnya primitif dan irasional. 2. The pre condition for the take off (persyaratan tinggal landas), merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka. 3. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahanperubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi (penemuan-penemuan baru) dalam berproduksi. 4. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
5. The age high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya mesyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi. Pendapatan melalui sistem perpajakan yang progresif. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian.
2.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di Indonesia dengan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia seperti nilai kurs dollar, tingkat suku bunga deposito, dan GDP.
2.5 Jenis dan Sumber Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtun waktu (time series) dengan kurun waktu 1993-2007 (15 tahun) yang diperoleh dari Kantor Bank Indonesia Medan (KBI Medan) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis dengan menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, laporanlaporan penelitian ilmiah yang ada relevansinya dengan topik penelitian. Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan penulis dengan melakukan pencatatan langsung data obligasi swasta, nilai kurs, suku bunga deposito, dan GDP di Indonesia dari tahun 1993-2007.
3.4 Pengolahan Data Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data skripsi ini.
3.5 Model Analisa Data Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabelvariabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y= f (X1, X2, X3) ………………………………………………….(1) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear berganda (multiple reggression) sebagai berikut : Log Y= α + β1LogX1 + β2Log X2 + β3Log X3 + µ ………………………(2) Dimana: Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Y
: Jumlah permintaan obligasi swasta (Milyar Rp)
α
: Intercept
β1, β2, β3
: Koefisien regresi
X1
: Nilai kurs (Rupiah)
X2
: Suku bunga deposito (%)
X3
: GDP (Milyar Rp)
µ
: Terms error
Secara sistematis bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut:
∂Y > 0, artinya jika kenaikan pada X1 (Nilai kurs), maka Y (Jumlah permintaan ∂X 1 obligasi swasta) mengalami kenaikan, ceteris paribus. ∂Y < 0, artinya jika kenaikan pada X2 (Suku bunga deposito), maka Y (Jumlah ∂X 2 permintaan obligasi swasta) mengalami penurunan, ceteris paribus.
∂Y > 0, artinya jika kenaikan pada X3 (GDP), maka Y (Jumlah permintaan obligasi ∂X 3 swasta) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.6 Uji Kesesuain (Test of Goodness of Fit) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Dimana nilai R² antara 0 sampai 1 (0 < R² <1).
3.6.2
Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = 0 Ha : bi ≠ 0 Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i adalah nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung =
(bi − b ) Sbi
Dimana : Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol Sbi
= Simpangan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria pengambilan keputusan H0: β = 0
H0 diterima (t*
Ha: β ≠ 0
Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha diterima
Ha diterima
H0 diterima
Gambar 3.1 Kurva uji t-statistik
3.6.3
Uji F-statistik
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Ho : b1 ≠ b2 ...... ………………………. bk = 0 ( tidak ada pengaruh ) Ha : b2 = 0 ……..………………………... i = 1 (ada pengaruh) Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel . Jika F-hitung>F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung =
R 2 / (k − 1) (1 − R 2 ) /(n − k )
Dimana: R2
= Koefisien determinasi
k = Jumlah Variabel independen n = Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan : H0 : β 1 = β 2 = 0
H0 diterima (F*
Ha : β 1 ≠ β 2 ≠ 0
Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel indepenen diantara satu sama lainnya.Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2 , F-hitung,t-hitung , dan standart error . Adanya multikolinearity ditandai dengan : •
Standart error tidak terhingga
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
•
Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1 %.
= 5 %,
=10
% •
Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
•
R2 sangat tinggi.
3.7.2 Autokorelasi (Serial Correlation)
Serial correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorrelasi tidak terdapat didalamnya distribusiatau gangguan μi dilambangkan dengan :
E (μ i : μ j ) = 0
i≠ j
Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorrelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik 2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson ) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut: D-hitung =
∑ (e − e ) ∑e t
2
t −1
1
2
Dengan Hipotesis sebagai berikut : H0 : ρ = 0,
Artinya tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0,
Artinya ada autokorelasi
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai
. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan: H0
: Tidak ada korelasi
DW
: Tolak H0 ( ada korelasi positif )
DW>4-dl
: Tolak H0 (ada kolerasi negatif)
Du
: Tolak H0 (tidak ada kolerasi )
dl ≤ DW<4-du
: Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
(4-du) ≤ DW ≤ (4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3.8 Defenisi Operasional
1. Obligasi swasta adalah surat utang jangka menengah atau panjang yang diterbitkan oleh pihak penerbit (perusahaan) yang memberikan tingkat suku bunga dinyatakan dalam milyar rupiah. 2. Nilai kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap negara lain. Dalam hal ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang dinyatakan dalam rupiah. 3. Suku bunga deposito adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank kepada masyarakat yang menabung uang dalam bentuk deposito selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persen. 4. GDP adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing di negara tersebut berdasarkan harga konstan yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
BAB IV HASIL DAN ANALISA
Kondisi perekonomian Indonesia secara umum
Perkembangan ekonomi Indonesia yang terjadi selama hampir satu dekade pada tahun 1970-an telah dapat tumbuh dengan mengesankan berkat adanya kenaikan Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
harga minyak yang tinggi. Pendapatan perkapita Indonesia pada tahun 1970 hingga 1979 naik hingga lebih 5 kali lipat, yakni mulai dari 80 US$ pada tahun 1970 menjadi 410 US$ pada akhir 1979. Memasuki dasawarsa 1980-an, perekonomian Indonesia mulai menghadapi berbagai tantangan berat baik yang bersumber dari eksternal maupun internal. Tantangan yang bersumber dari eksternal tercermin pada perkembangan ekonomi global pada tahun 1982 yang ditandai oleh masih berlangsungnya kelesuan ekonomi dan merosotnya harga minyak bumi sejak akhir tahun 1981. Kelesuan yang terjadi pada perekonomian dunia telah mengakibatkan turunnya permintaan akan barangbarang ekspor nonmigas Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 1982 mencapai titik terendah selama 10 tahun terakhir, yakni 2,3 %. Pada tahun 1982/83, nilai ekspor migas dan nonmigas merosot masing-masing dengan 19 % dan 7 % sebagai dampak resesi perekonomian dunia pada waktu itu. Cadangan devisa pada bank sentral merosot hanya menjadi 3.074 juta US$ pada akhir Maret 1983, sementara neraca transaksi berjalan mengalami defisit 7.073 juta US$ yang tidak diimbangi dengan kelebihan neraca modal di luar sektor moneter. Dengan makin melemahnya permintaan dalam negeri, dominasi pemerintah dalam menopang kegiatan ekonomi makin menurun, dan mendorong serta meningkatkan peran sektor swasta dalam meneruskan kelangsungan pembangunan nasional. Dalam mengatasi berbagai masalah tersebut, maka ditempuh beberapa kebijakan pengendalian moneter yang menuju ke arah mekanisme pasar. Kebbijakan Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
tersebut diawali dengan mendevaluasi nilai tukar rupiah pada 30 Maret 1983 dari Rp 702,50 menjadi Rp 970/ US$ guna mengembalikan daya saing Indonesia. Lalu pemerintah melakukan langkah-langkah penyesuaian, antara lain membebaskan eksportir untuk menyerahkan devisa hasil ekspor serta melalui tindakan-tindakan deregulasi dan birokratisasi. Sedangkan langkah-langkah deregulasi di bidang keuangan dan moneter berupa Paket Kebijakan 1 Juni 1983 dengan maksud utama untuk mendorong kemandirian dunia perbankan. Paket Juni 1983 (PAKJUN 83) telah memberikan kontribusi positif terhadap kestabilan moneter, yang sejak saat itu pengendalian moneter lebih mengutamakan penggunaan instrumen tidak langsung. Dari segi pengendalian uang beredar, kebijakan deregulasi 1 Juni 1983 ini telah mengubah mekanisme dan piranti pengendalian moneter. Pemerintah tidak lagi melakukan intervensi langsung dlam mengendalikan kebijakan moneter. Untuk keperluan operasi pasar terbuka (open market operation), sejak bula Februari 1984 Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan menyediakan fasilitas diskonto. SBI yang pada dasarnya merupakan instrumen moneter tidak langsung yang diadakan untuk menyedot kelebihan uang beredar di masyarakat jika kondisi moneter terlalu ekspansif. Kebijakan moneter yang ekspansif dapat dilakukan dengan menurunkan suku bunga fasilitas diskonto, dan sebaliknya kebijakan kontraktif dapat dilakukan dengan menaikkan suku bunga diskonto. Perbankan dapat memanfaatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki dengan membeli SBI jika dana tersebut tidak dipinjamkan kepada masyarakat. Sebaliknya, untuk menambah uang beredar Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
(ekspansi), sejak tanggal 1 Februari 1985, bank Indonesia menerbitkan pula instrumen OPT baru berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Instrumen ini digunakan dalam rangka pelaksanaan pemberian kresdit dan pinjaman antar bank. Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai tukar semakin mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit yaitu sekitar 11,05 persen dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Krisis yang demikian ini akan mengakibatkan beban hutang perusahaan terutama hutang-hutang dalam mata uang asing yang pembiayaannya tergantung dari bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan likuiditas operasional seharihari. Akibat lebih lanjut, timbul Non Performing Loans (NPL) atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan mengganggu (dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional bank. Sementara itu, terus menurunnya kinerja pasar modal Indonesia mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal tersebut seiring dengan membaiknya keadaan ekonomi Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah perusahan yang ada di pasar modal meningkat 468 perusahan menerbitkan saham dan 175 perusahaan menerbitkan obligasi. Nilai penerbitan obligasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yakni mencapai nilai sekitar Rp 83,5 triliun pada tahun 2007. Tercatat lebih dari 175 perusahaan yang menerbitkan obligasi di pasar modal. Jumlah cukup kecil bila dibandingkan dengan perkembangan penerbitan saham dimana tercatat 468 perusahaan menerbitkan saham dengan nilai sekitar Rp 327 trilliun pada tahun 2007. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Gambaran Pasar Modal Indonesia
Aktifitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktifitas pasar modal dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta oleh Belanda. Efek yang diperdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belanda. Aktifitas ini terhenti pada perang dunia kedua. Memasuki era kemerdekaan, bursa efek diaktifkan kembali dengan diterbitkannya obligasi pemertintah RI tahu 1950. pengaktifan ini didukung dengan UU Darurat tentang Bursa No.13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkna dengan UU No.15 tahun 1952. usaha ini kurang memberi rangsangan yang memadai untuk menggairahkan pasar modal. Untuk meningkatkan aktifitas pasar modal, pemerintah membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) yang untuk kemudian menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Untuk merangsang perusahaan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10%-20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capitalgain,pajak atas bunga, deviden, royalti dan pajak kekayaan atas nilai saham/ bukti penyertaan modal.
Perkembangan Permintaan obligasi swasta di Indonesia
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Perkembangan produk obligasi di Indonesia masih cukup lamban dibandingkan produk saham di pasar modal. Sejak 1993, tercatat lebih dari 43 perusahaan menerbitkan obligasi berbanding dengan 181 perusahaan yang menerbitkan saham di tahun tersebut. Nilai penerbitan obligasi pada tahun 1993 sebesar Rp 3,9 trilyun sedangkan nilai penerbitan saham mencapai Rp 16 trilyun pada tahun tersebut. Perkembangan obligasi mulai menunjukkan peningkatan yang berarti pada periode 2000. Dengan adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan akibat krisis menyebabkan pihak perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan utangnya melirik instrumen obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan dana. Beberapa alasan perusahaan memilih obligasi adalah penerbitan obligasi lebih mudah dan fleksibel dibandingkan prosedur pinjaman di bank. Selain itu, tingkat suku bunga obligasi bisa dibuat lebih menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan tingkat suku bunga pinjaman dari bank yang cenderung meningkat. Perkembangan permintaan obligasi swasta di Indonesia selama 15 tahun dari tahun 1993-2007 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia 1993-2007 (Rp Milyar)
Tahun
Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia
1993
3.941,30
1994
4.870,90
1995
7.055,60
1996
9.696,60
1997
15.786
1998
14.505
1999
15.909
2000
22.384
2001
20.735
2002
21.424
2003
45.599
2004
62.800
2005
62.781
2006
67.880,50
2007
84.553
Sumber: Bank Indonesia Kantor Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
Obligasi
1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007
Gambar 4.1 Perkembangan permintaan obligasi swasta di Indonesia
Permintaan obligasi swasta di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke tahun. Hal ini terlihat dari permintaan obligasi swasta pada tahun 1993 sebesar Rp 3.941,3 milyar menjadi Rp 84.553 milyar pada tahun 2007. Pada tahun 2000-an permintaan obligasi meningkat cukup pesat dimulai dari tahun 2003 sebesar Rp 45 trilyun meningkat cukup tinggi bila dibandingkan tahun 2002 sebesar Rp 21 trilyun. Hal ini disebabkan membaiknya perekonomian Indonesia dan mulai adanya penurunan suku bunga perbankan yang menyebabkan para investor melirik obligasi sebagai sarana investasi
3.2 Perkembangan Nilai Kurs Dollar di Indonesia
Krisis moneter yang melanda Indonesia berawal dari krisis berawal dari krisis mata uang yang dialami oleh beberapa negara Asia pada pertengahan tahun Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1997. Hal ini ditandai dengan kemerosotan nilai tukar rupiah yang sangat kejam. Hal ini juga mrupaka implakasi dari perbuhan sistem nilai tukar rupiah dari sistem mengambang terkendali (managed floating rate system) menjadi sistem mengambang bebas (free floating system). Nilai kurs yang sebelumnya berada pada posisi Rp.4.650,- per US $ pada tahun 1997 tiba-tiba turun Rp.8.025,- per US $ pada tahun 1998. Untuk mengatasi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan pengetatan moneter yang mengurangi kemampuan menciptakan kredit melalui pendekatan risiko cadanagn minimum, pembatasan akses pada pinjaman luar negeri dan peningkatan tingkat suku bunga di pasar uang lewat peningkatan suku bunga SBI serta menetapkan pengawasan arah kredit. Perkembangan kurs beberapa tahun mendatang terlihat tidak stabil bahkan pada tahun 2005 kurs mengalami depresiasi mencapai Rp.9.830,- per US dollar karena tekanan inflasi yang tinggi akibat dari naiknya harga BBM yang selanjutnya berimplikasi pada perubahan tingkat suku bunga SBI yang meningkat. Meningkatnya tingkat suku bunga SBI sebagai membuahkan hasil berupa menguatnya kurs menjadi Rp.9.020,- per US dollar pada akhir tahun 2006. Tetapi pada tahun 2007, kurs mengalami penurunan menjadi Rp.9.419,- per US diakibatkan fundamental perekonomian Amerika Serikat yang melemah akibat kasus subprime mortgage dan mulai naiknya harga minyak dunia dengan cukup cepat. Perkembangan nilai kurs dollar di Indonesia selama 15 tahun dari tahun 1993-2007 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.2 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia 1993-2007 (Rp/US$)
Tahun
Kurs (Rp/US$)
1993
2110
1994
2200
1995
2308
1996
2383
1997
4650
1998
8025
1999
7100
2000
9595
2001
10400
2002
8940
2003
8465
2004
9290
2005
9830
2006
9020
2007
9419
Sumber: Bank Indonesia Kantor Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
12000 10000 8000 6000
Kurs
4000 2000
20 07
20 05
20 03
20 01
19 99
19 97
19 95
19 93
0
Tahun
Gambar 4.2 Perkembangan nilai kurs di Indonesia
Nilai kurs dollar sebelum krisis relatif stabil dimana dari tahun 1993 sampai 1997 nilai kurs dibawah Rp 5000. Akan tetapi setelah itu nilai kurs berfluktuasi menjadi lebih diatas Rp 5000, malah sempat menyentuh angka Rp 10.400 pada tahun 2001. Kondisi ini disebabkan perubahan sistem niali kurs di Indonesia dari mengambang terkendali menjadi bebas mengambang pada tahun 1997.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Perkembangan Suku Bunga Deposito Suku bunga perbankan sudah menjadi masalah serius sejak dilncurkannya Deregulasi 1 Juni 1983. Sebab, dalam masa sebelum kebijakan 1 Juni 1983 itu, suku bunga hanya mengikuti tabel yang dikeluarkan Bank Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden No.28 tahun 1968. Namun, sejak Deregulasi itu, bank-bank mulai menetapkan suku bunganya sendiri. Dalam masa itu, hingga Okber 1988 dapat dilihat terjadi gejolak yang cukup berarti, sebab selama itu bank-bank pemerintah masih sangat dominan mempengaruhi pasar. Pada masa-masa awal Pakto’88 bahkan smpai sekarang, senjata yang selalu digunakan kalangan perbankan adalah suku bunga. Sejumlah bank dan bahkan sebagian besar bank menggunakan suku bunga sebagai strategi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Jadi, penurunan suku bunga tidak bisa dilihat sebagai efisiensi suatu bank, tetapi karena pengaruh bankbank pesaing. Setiap penurunan suku bunga selalu mengakibatkan perpindahan dana ke bank-bank lain yang menetapkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam situasi normal, kondisi seperti ini tidaklah menjadi masalah, namun dalam situasi rentan likuiditas perilaku “perang bunga” sangat berpengaruh. Diketahui pula, sejumlah bank menetapkan “premi rate” terhadap nasabah-nasabah tertentu denagn jumlah dana tertentu pula. Ada
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
bank yang selalu likuid dan ada bank yang kesulitan likuiditasnya. Kondisi ini menyebabkan bank-bak dalam suasana penuh gejolak suku bunga.
Perkembangan suku bunga deposito di Indonesia selama 15 tahun dari tahun 1993-2007 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia 1993-2007 (Persen)
Tahun 1993
Suku bunga Deposito (persen) 15.06
1994
12.39
1995
15.83
1996
16.9
1997
16.24
1998
24.72
1999
21.5
2000
12.74
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2001
14.94
2002
13.79
2003
11.35
2004
6.85
2005
7.65
2006
10.7
2007
8.4
Sumber: Bank Indonesia Kantor Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan
Suku bunga deposito mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Suku bunga deposito pada tahun 1998 mencapai 24,72 %. Hal tersebut dikarenakan krisis ekonomi yang melanda membuat Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan untuk mengatasi krisis. Pada tahun 2007 suku bunga deposito mencapai 8,4 % hal ini menunjukkan kestabilan ekonomi sehingga perbankan menetapkan suku bunga deposito di tingkat yang cukup normal.
Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia
Perkembangan GDP Indonesia dengan harga konstan 2000 mengalami fluktuasi dengan rata-rata perkembangan 3,42 % per tahun. Perkembangan GDP yang tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 8,22 % dan yang terendah terjadi pada tahun
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1999. Pada tahun 1998 terjadi penurunan nilai GDP dari 1.512.780,9 miliar rupiah tahun 1997 menjadi 1.314.202 miliar rupiah. Pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia pada tahun tersebut adalah perkembangan pendapatan yang paling rendah dari tahun sebelumnya hingga mencapai angka minus 13,37%, hal ini dikarenakan menurunnya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi yang multidimensional di kawasan Asia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya sehingga GDP Indonesia cenderung menurun.
Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia selama 15 tahun dari tahun 1993-2007 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4 Perkembangan GDP Indonesia atas Dasar Harga Konstan 2000 1993-2007 (Rp Milyar)
tahun
Gross Domestic Product (GDP)
1993
1.151.490,2
1994
1.238.312,3
1995
1.340.101,6
1996
1.444.873,3
1997
1.512.780,9
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1998
1.314.202
1999
1.324.599
2000
1.389.769,6
2001
1.442.984,6
2002
1.506.124,4
2003
1.579.599
2004
1.656.516,8
2005
1.750.815,2
2006
1.847.292,9
2007
1.963.974,3
Sumber: Bank Indonesia Kantor Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan
GDP
2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun
Gambar 4.4 Perkembangan GDP di Indonesia
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
GDP di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Walaupun GDP mengalami penurunan pada tahun 1998 yaitu sebesar Rp 1.314.202 milyar dari sebesar Rp 1.512.780,9 milyar pada tahun 1997. Namun itu disebabkan krisis ekonomi yang juga melanda beberapa negara di dunia. GDP mengalami peningkatan yang cukup baik dengan rata-rata diatas 4 % setelah tahun 1998.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.6.1 Analisis dan Pengumpulan Data
Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independen variabel) yaitu nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP terhadap variabel dependen yaitu permintaan obligasi swasta di Indonesia, maka digunakan model logaritma. Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut, penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah permintaan obligasi swasta di Indonesia dipengaruhi nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
masing-masing koefesien regresi, yaitu uji-t, uji-F, dan uji D-W yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer Eviews 4.1 dapat dilihat hasilnya dalam tabel hasil regres di lampiran 2. 4.6.2 Interpretasi Model
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews 4.1 diperoleh estimasi sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Regresi LogY = -46.80879324 + 0.6912123976LogX1- 0.3393643361LogX2 + 3.632113197LogX3 Std.Error = (7.356126)
(0.094879)
t- Statistik=
(7.285)***
R2 = 0.975451 Adjusted R2 = 0.968756 DW- stat = 1.775197 Keterangan: **) Signifikan pada α = 5% ***) Signifikan pada α = 1%
(0.180530) (-1.879)**
(0.526432) (6.899)*** F-statistik = 145.6954 Prob.Statistik = 0.000000
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Dari hasil estimasi diatas, dijelaskan pengaruh independen yaitu nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia sebagai berikut: 1. Nilai kurs memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien 0.691, artinya setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah maka akan menyebabkan peningkatan permintaan obligasi swasta sebesar 0,691 milyar. 2. Suku bunga deposito memiliki pengaruh negatif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien -0,339, artinya setiap kenaikan Suku bunga deposito sebesar 1 persen maka akan menyebabkan penurunan permintaan obligasi swasta sebesar 0,339 milyar. 3. GDP memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien 3,632, artinya setiap kenaikan GDP sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan peningkatan permintaan obligasi swasta sebesar 3,632 milyar. 4.6.3 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 1. Koefisien Determinasi (R-Square)
Dari tabel regresi diatas dapat diperoleh koefesien Determinasi (R-square) sebesar 0.97 atau 97%, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP) dapat menjelaskan variabel dependen permintaan obligasi swasta di Indonesia sebesar 97%
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
sedangkan sisanya sebanyak 3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. 2. Uji t-statistik (Uji Parsial)
Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hipotesis: Ho:bi = 0
Tidak signifikan
Ha:bi ≠ 0
Signifikan
Kriteria pengambilan keputusan: Ho:β1 = 0
Ho diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* < t-tabel).
Ha: β2 ≠ 0
Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* > t-tabel).
1. Variabel Nilai Kurs (X1)
Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 7,285
α = 1%, df = n-k-1 = 15-3-1 df = 11 maka t-tabel = 3,106 Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Nilai Kurs (X1) signifikan pada = 1% dengan t-hitung > t-tabel (7,285 > 3,106). Dengan demikian Ha diterima, artinya
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
variabel ekspor (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) permintaan obligasi swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%.
Ha diterima Ho diterima
-3,106
3,106
7,285
Gambar 4.7 Uji t-statistik terhadap Nilai Kurs
2. Variabel Suku Bunga Deposito (X2)
Dari analisa regresi diketahui t-hitung = -1,879
α = 5%, df = n-k-1 = 15-3-1 df = 11 maka t-tabel = -2,201 Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Suku Bunga Deposito (X2) signifikan pada = 5% dengan t-hitung < t-tabel (-1,879 < -2,201). Dengan demikian Ho diterima, artinya variabel (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) permintaan obligasi swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.
Ha diterima
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Ho diterima
-2,201
-1,879
2,201
Gambar 4.8 Uji t-statistik terhadap Suku Bunga Deposito
3. Variabel GDP (X3)
Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 6.899
α = 1%, df = n-k-1 = 15-3-1 df = 11 maka t-tabel = 3,106 Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui GDP (X3) signifikan pada = 1% dengan t-hitung > t-tabel (6.899 > 2,093). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel GDP (X3) berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) permintaan obligasi swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%.
Ha diterima Ho diterima
-3,106
3,106
6,899
Gambar 4.9 Uji t-statistik terhadap GDP
3. Uji F-Statistik Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: Ho:bi = 0 ........................................................ Tidak signifikan Ha: bi ≠ 0 ........................................................ Signifikan Dengan kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima: jika F hitung < F tabel artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha diterima: jika F hitung > F tabel artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 145.6954 Dimana, α = 1% V1 = k = 3 V2 = 15 – 3 – 1 = 11 Maka F- tabel = 6,22 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (145,6954> 6,22). Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel Nilai Kurs (X1), Suku Bunga Deposito (X2), GDP (X3) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Ho diterima
Ha diterima
0
6,22
145.6954 Gambar 4.6 Uji F-Statistik
4.6.4 Uji Penyimpangan Klasik 1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak trdapat multikolinearitas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefesien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan. Dari model analisa: LogY = α + β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + µ ...............................................(1) R2 = 0.97
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. Nilai Kurs (X1) = f ( Suku Bunga Deposito (X2), GDP (X3) )
β1LogX1= α + β2LogX2 + β3LogX3 + µ .............................................................(2) Maka didapat R2 = 0.41 artinya variabel nilai kurs (X1) mampu memberi penjelasan sebesar 41 persen terhadap variabel suku bunga deposito (X2), GDP (X3). Dari hasil R2 persamaan (2) ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0.42 < 0.97). Suku Bunga Deposito (X2) = f ( Nilai Kurs (X1), GDP (X3) )
β2LogX2 = α + β1LogX1+ β3LogX3 + µ ............................................................ (3) Maka didapat R2 = 0.49 artinya variabel suku bunga deposito (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 49 persen terhadap variabel suku bunga deposito (X1), GDP (X3). Dari hasil R2 persamaan (3) ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (3) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0.49 < 0.97). GDP (X3) = f ( Nilai Kurs (X1), Suku Bunga Deposito (X2) )
β3LogX3 = α + β1LogX1+ β2LogX2 + µ ............................................................(4) Maka didapat R2 = 0.65 artinya variabel GDP (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 65 persen terhadap variabel Nilai Kurs (X1), Suku bunga Deposito
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
(X2). Dari hasil R2 persamaan (4) ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (4) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0.65 < 0.97). 2. Autokorelasi (Serial Correlation)
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Hipotesa: Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dari hasil analisa regresi diketahui DW-hitung = 1.775197 K = 3; n = 15; α = 1% dl = 0.82 ; 4-dl = 4-0.82 = 3.18 du =1,75 ; 4-du = 4-1.75 = 2.25
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Autokolerasi(-)
Autokorelasi (+) Ho diterima (no serial correlation)
0
0.82
1.75
1.775
2
2.25
3.18
Gambar 4.10 Kurva Uji Durbin Watson
Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa DW-hitung = 1.775197, berada pada posisi du< dw < 4-du. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam pengujian dengan tingkat kepercayaan 99%.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nilai kurs memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien 0.691, artinya setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah maka akan menyebabkan peningkatan permintaan obligasi swasta sebesar 0,691 milyar. 2. Suku bunga deposito memiliki pengaruh negatif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien -0,339, artinya setiap kenaikan Suku bunga deposito sebesar 1 persen maka akan menyebabkan penurunan permintaan obligasi swasta sebesar 0,339 milyar. 3. GDP memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah permintaan obligasi swasta di Indonesia dan besarnya koefisien 3,632, artinya setiap kenaikan GDP sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan peningkatan permintaan obligasi swasta sebesar 3,632 milyar. 4. Koefesien Determinasi (R-square) sebesar 0.97 atau 97%, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP) dapat menjelaskan variabel dependen permintaan obligasi swasta di Indonesia sebesar 97% sedangkan sisanya sebanyak 3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
5. Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-hitung
> F-tabel
(145,6954> 6,22). Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel Nilai Kurs (X1), Suku Bunga Deposito (X2), GDP (X3) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.
Saran
1. Pemerintah harus berusaha mendorong pertumbuhan perekonomian dengan menjaga sektor-sektor yang mendukung kesempatan berinvestasi agar tercipta kelebihan dana di masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk berinvestasi. 2. Bank Indonesia dalam hal sebagai pembuat kebijakan moneter haruslah menjaga tingkat suku bunga domestik di tingkat yang normal, karena tingkat suku bunga yang terlalu tinggi berdampak pada permintaan obligasi. 3. Pemerintah dan Bank Indonesia harus menjaga nilai kurs di tingkat yang normal karena nilai kurs memberikan dampak pada permintaan obligasi di Indonesia. 4. Para emiten selaku yang menerbitkan obligasi harus menjaga dan meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal ini akan memberikan kepercayaan kepada investor bahwa obligasi merupakan salah satu alternatif investasi yang cukup menarik.
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sritua, 1993, Metodelogi Penelitian, Jakarta :UI Press Fakhrudin, M dan Hadianto, Sopian M, 2001, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar (terjemahan), Edisi Keenam, Jakarta : Erlangga Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta : BPFEYogyakarta Kadarusman, Y.B dkk, 2004, Makro ekonomi Indonesia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Mankiw, N.Gregory, 2007, Makroekonomi, Edisi Keenam, Jakarta : Erlangga Nachrowi, D.N dan Usman ,Hardius, 2005, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan KeuanganI, Jakarta : FE UI Nanga, Muana., 2005, Makro Ekonomi : Teori, Msalah dan Kebijakan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Pohan, Aulia, 2008, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Pohan, Aulia, 2008, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Pratomo, Wahyu Ario dan Hidayat, Paidi, 2007, Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika, Medan : USU Press Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Rahardjo, Sapto, 2003, Panduan Investasi Obligasi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Sukirno, Sadono, 1999, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta ----------------- Badan Pusat Statistik ----------------- Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 1 Data Variabel Skripsi
Tahun 1993
Permintaan Obligasi Nilai Kurs swasta di Indonesia (rupiah) (Milyar rupiah) 3941.300 2110
Suku bunga Deposito (persen) 15.06
GDP (Milyar rupiah) 1151490.2
1994
4870.900
2200
12.39
1238312.3
1995
7055.600
2308
15.83
1340101.6
1996
9696.600
2383
16.9
1444873.3
1997
15786.00
4650
16.24
1512780.9
1998
14505.00
8025
24.72
1314202
1999
15909.00
7100
21.5
1324599
2000
22384.00
9595
12.74
1389769.6
2001
20735.00
10400
14.94
1442984.6
2002
21424.00
8940
13.79
1506124.4
2003
45599.00
8465
11.35
1579599
2004
62800.00
9290
6.85
1656516.8
2005
62781.00
9830
7.65
1750815.2
2006
67880.50
9020
10.7
1847292.9
2007
84553.00
9419
8.4
1963974.3
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 2 Hasil Regresi
Dependent Variable: LOBLIGASI Method: Least Squares Date: 03/01/09 Time: 14:51 Sample: 1993 2007 Included observations: 15 Variable Coefficient C -46.80879 LKURS 0.691212 LDEPOSITO -0.339364 LGDP 3.632113 R-squared 0.975451 Adjusted R-squared 0.968756 S.E. of regression 0.172484 Sum squared resid 0.327258 Log likelihood 7.403851 Durbin-Watson stat 1.775197
Std. Error t-Statistic 7.356126 -6.363239 0.094879 7.285203 0.180530 -1.879820 0.526432 6.899489 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0001 0.0000 0.0869 0.0000 9.930435 0.975810 -0.453847 -0.265033 145.6954 0.000000
Lampiran 3 Uji Multikolinieritas Kurs, Deposito, dan GDP
Dependent Variable: LKURS Method: Least Squares Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Date: 03/09/09 Time: 13:15 Sample: 1993 2007 Included observations: 15 Variable Coefficient C -37.89230 LDEPOSITO 0.321031 LGDP 3.220068 R-squared 0.414545 Adjusted R-squared 0.316969 S.E. of regression 0.524793 Sum squared resid 3.304894 Log likelihood -9.939235 Durbin-Watson stat 0.473923
Std. Error t-Statistic 19.52635 -1.940573 0.541400 0.592964 1.304370 2.468676 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0762 0.5642 0.0296 8.688121 0.634992 1.725231 1.866841 4.248439 0.040268
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas Deposito, kurs, dan GDP
Dependent Variable: LDEPOSITO Method: Least Squares Date: 03/09/09 Time: 16:05 Sample: 1993 2007 Included observations: 15 Variable Coefficient C 28.90752 LKURS 0.088672 LGDP -1.907395 R-squared 0.494918 Adjusted R-squared 0.410738
Std. Error t-Statistic 8.290057 3.487011 0.149540 0.592964 0.636730 -2.995612 Mean dependent var S.D. dependent var
Prob. 0.0045 0.5642 0.0112 2.576045 0.359297
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.275809 0.912846 -0.289787 1.020447
Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.438638 0.580248 5.879258 0.016602
Lampiran 5 Uji Multikolinearitas GDP, kurs, dan Deposito
Dependent Variable: LGDP Method: Least Squares Date: 03/09/09 Time: 16:08 Sample: 1993 2007 Included observations: 15 Variable Coefficient C 13.87793 LKURS 0.104597 LDEPOSITO -0.224314 R-squared 0.655220 Adjusted R-squared 0.597757 S.E. of regression 0.094584 Sum squared resid 0.107353 Log likelihood 15.76358 Durbin-Watson stat 0.773208
Std. Error t-Statistic 0.471099 29.45865 0.042370 2.468676 0.074881 -2.995612 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0000 0.0296 0.0112 14.20884 0.149132 -1.701810 -1.560200 11.40240 0.001680
Richard Noviandi Lubis : Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008